BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi penderita Diabetes Mellitus (DM) di dunia menurut

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penderita Diabetes Mellitus (DM) di dunia menurut International Diabetes Foundation pada tahun 2010 sekitar 6,4% atau 285 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 7,7% atau sekitar 439 juta jiwa di tahun Peningkatan populasi penderita DM diperkirakan terjadi peningkatan 69% di negara berkembang dan 20% di negara maju (Show et al., 2010). Amerika Serikat memaparkan bahwa 8,3% populasi atau sekitar 25,8 juta penduduknya menderita DM dan 25,4% populasi atau sekitar 79 juta penduduknya menderita prediabetes (National Diabetes Fact Sheet, 2011). Tujuh puluh persen dari sekitar 21 juta penderita hiperglikemia di Amerika mengalami neuropati (Ziegler, 2009). Meningkatnya penderita DM dan prediabetes ini meningkatkan risiko neuropati. Penelitian tentang prevalensi neuropati oleh Papanas et al., (2011) neuropati terbanyak terjadi pada DM diikuti oleh individu dengan Impaired Glucose Tolerance (IGT), kemudian Impaired Fasting Glucose (IFG) dan paling sedikit pada normoglycemia. Dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa IGT sering berhubungan dengan Small Fiber Neuropathy (SFN) dengan prevalensi neuropati pada IGT mencapai 34-35,6%, tiga kali lipat prevalensi neuropati pada normoglycemia (Singleton & Smith, 2007). Neuropati diabetika (ND) merupakan manifestasi gejala klinis penyakit saraf tepi baik somatik maupun otonom atau keduanya yang diakibatkan oleh 1

2 2 diabetes mellitus tanpa penyebab patologi yang lain (American Diabetes Association, 2005). Sebuah penelitian epidemiologi komprehensif memperkirakan prevalensi neuropati diabetika pada pasien diabetes sekitar 30% dari pasien DM yang dirawat di rumah sakit dan 20% pada pasien komunitas umum. Insidensi neuropati diabetika mencapai 50% pada pasien yang mengalami diabetes selama lebih dari 25 tahun (Tesfaye, 2004). Neuropathy Associated Prediabetes (NAP) merupakan distal symmetric sensory neuropathy yang terjadi pada kondisi intermiten hiperglikemia atau resistensi insulin terkait prediabetes (Singleton & Smith, 2007). Kondisi NAP ini biasanya tidak diketahui dan sulit dideteksi. Ada kepentingan untuk mengenali dan mengobati neuropati sejak awal karena beberapa obat untuk neuropati diabetika termasuk angiotensin converting inhibitor, nerve growth factors, dan aldose reductase inhibitor tidak sukses dalam mengobati neuropati diabetika (Yagiyasi, 2001). Salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah karena neuropati sudah lanjut (Pleifer et al., 1997). Hal tersebut mendorong penelitian beberapa obat untuk menangani gejala awal neuropati. Peripheral neuropathy associated prediabetes lebih mudah diobati (Smith, 2012). Small nerve fiber neuropati merupakan tanda awal neuropati pada dismetabolisme glukosa (Summer et al., 2003). Persepsi abnormal dingin, panas, dan nyeri, dihantarkan oleh serabut saraf kecil, dan hyperesthesia diamati sebagai indikator neuropati diabetes tahap awal (Dyck et al., 2007). Bukti adanya gangguan fungsi pada serabut saraf kecil, seperti yang terlihat dalam painful

3 3 diabetic neuropathy, merupakan temuan awal gangguan regulasi glukosa (Russel et al., 2001). Penelitian tersebut mendukung adanya NAP dan telah dibuktikan dengan pemeriksaan biopsi kulit dan pemeriksaan elektrofisiologi. Pemeriksaan fisik untuk deteksi dini neuropati memiliki keunggulan yaitu non invasif, murah dan bisa dilakukan berulang tidak seperti biopsi kulit. Disfungsi small fiber pada kaki dalam kelompok IGT konsisten menurut study sebelumnya tetapi baru ada gangguan fungsional (Singleton, 2001). Mengingat bahwa cacat fungsional mungkin mendahului perubahan struktural dan lebih cenderung reversibel, pemeriksaan NAP mungkin sangat berharga dalam menilai intervensi untuk mencegah atau menunda progresivitas neuropati (Green et al., 2010). Penelitian terhadap NAP dengan pemeriksaan klinis saja belum pernah dilakukan dan secara khusus, studi tentang gambaran klinis pada NAP dan membandingkan rasio prevalensnya dengan ND belum pernah dilakukan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan beberapa masalah, yaitu: 1. Prevalensi NAP dan neuropati diabetika meningkat seiring dengan peningkatan prevalensi populasi yang menderita prediabetes dan DM. 2. NAP biasanya sulit dideteksi. 3. Reversibelitas NAP tinggi jika dapat terdiagnosis. 4. Penelitian tentang adanya NAP tersebut sudah pernah dibuktikan dengan pemeriksaan biposi kulit maupun elektrofisiologi.

4 4 5. Penelitian NAP secara klinis belum pernah dilakukan. 6. Penelitian NAP dengan melihat rasio prevalens perbandingan gambaran klinis dengan ND belum pernah dilakukan. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas didapatkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana perbandingan gambaran klinis pada subjek NAP dibanding ND? 2. Bagaimana gambaran klinis yang dominan pada NAP? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghitung rasio prevalens gambaran klinis pada Neuropathy Associated Prediabetes dibandingkan dengan neuropati diabetika dan mengetahui gambaran klinis yang dominan pada NAP.

5 5 E. Manfaat Penelitian 1. Untuk membantu klinisi untuk mengetahui diferensiasi NAP dan ND secara klinis. 2. Untuk menambah wawasan tentang kepentingan mengenal NAP karena reversibilitasnya yang tinggi dalam rangka penanganan dini Neuropati diabetika untuk pencegahan progresivitasnya. F. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian Peneliti Judul Metode Alat Ukur Singleton et al., (2001) Increased prevalence of impaired glucose tolerance in patients with painful sensory neuropathy Prospective Cohort study Subjek: 107pasien idiopatik neuropati Pemeriksaan fisik, elektrodiagnostik Sumner et al., (2003) Spectrum of neuropathy in diabetes and impaired glucose tolerance Prospective cohort Subjek: 73 pasien hiperglikemia Durasi simtom neuropati, pemeriksaan fisik Intraepidermal Nerve Fiber Densities (IENFD) Singleton et al.,(2008) The Utah Early Neuropathy Scale: a Sensitive Clinical Scale for Early Sensory Predominant Neuropathy Prospective cohort study Subjek: 215 diabetes dan prediabetes dengan neuropati dan tanpa neuropati Pemeriksaan fisik dengan MDNS, NIS-LL dan UENS Green et al., (2010) Altered C-Fiber function as an indicator of early peripheral neuropathy in individuals with impaired glucose tolerance Cross sectional study Subjek: 14 IGT, 16 DM dan 16 orang sehat Pemeriksaan fisik, axon reflex-elicited flare areas Dyck et al., (2012) Impaired Glycemia and Diabetic Polyneuropathy Prospective study Subjek: 218 DM, 174 IGT, 150 Normal Pemeriksaan fisik, laboratorium, elektrodiagnostik Penelitian ini Perbandingan gambaran klinis neuropathy associated prediabetes dan neuropati diabetika Cross sectional study Subjek: Pasien neuropati pada DM dan IGT Pemeriksaan fisik, NDS, kuesioner