JURNAL. Diajukan Untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Penyusunan Skripsi. Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Study Diploma IV Kebidanan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL. Diajukan Untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Penyusunan Skripsi. Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Study Diploma IV Kebidanan"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN POLA HAID PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK PROGESTIN DI TINJAU DARI UMUR DAN LAMANYA PEMAKAIAN DI PUSKESMAS SIMEULUE BARAT KABUPATEN SIMEULUE JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Penyusunan Skripsi Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Study Diploma IV Kebidanan Stikes U Budiyah Banda Aceh Oleh : GUSTINAWATI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013

2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN POLA HAID PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK PROGESTIN DITINJAU DARI UMUR DAN LAMANYA PEMAKAIAN DI PUSKESMAS SIMEULUE BARAT TAHUN 2013 Gustinawaty Mahasiswa Jurusan D-IV Kebidanan Abstrak Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian, perdarahan instrumenstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenorea bertambah besar. Peserta KB progestin pada tahun pertama mengalami perdarahan yang tidak teratur hanya sekitar 40%, 25% mengalami perdarahan yang lebih dari 11 hari pada tahun pertama dan 10% pada tahun ke 2, 3, dan 4. Amenorea yang berlangsung 90 hari atau lebih dapat terjadi pada 55% akseptor, Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan pola haid pada aseptor kontrasepsi suntik progestin di tinjau dari umur dan lamanya pemakaian di Puskesmas Simeulue Barat Tahun 2013, Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain crossectional Tempat penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Simeulue Barat pada tanggal 10 s/d 20 Agustus Sampel dalam penelitian ini adalah akseptor kontrasepsi suntik yang berkunjung ke Puskesmas Simeulue Barat.tehnik yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah Total Sampling yaitu sebanyak 43 orang, Hasil Penelitian : Dari 26 responden yang berumur diatas 30 tahun gangguan pola haid yang banyak dijumpai adalah amenorea yaitu sebanyak 9 orang (34,61%), umur tahun adalah hipomenorea sebanyak 5 orang (33,33%) dan dibawah 20 tahun adalah hipermenorea sebanyak 2 orang (1%). gangguan pola haid yang banyak dijumpai pada lama pemakaian 1-3 tahun adalah amenorea yaitu sebanyak 10 orang (47,61%), pemakaian diatas 3 tahun adalah hiormenorea sebanyak 5 orang (25%) dan pemakian di bawah 1 tahun adalah hipermenorea sebanyak 2 orang (1 %), Kesimpulan dan Saran : Gangguan pola haid yang banyak dijumpai pada umur diatas 30 tahun gangguan pola haid yang banyak dijumpai adalah amenorea yaitu sebanyak 11 orang (42,30%), umur tahun adalah hipomenorea sebanyak 7 orang (33,33%) dan dibawah 20 tahun adalah hipermenorea sebanyak 2 orang (1%).Gangguan pola haid yang banyak dijumpai pada lama pemakian 1-3 tahun adalah amenorea yaitu sebanyak 10 orang (49,05 %), pemakaian diatas 3 tahun adalah hipermenorea sebanyak 5 orang (25 % ) dan pemakian di bawah 1 tahun adalah hipermenorea sebanyak 2 orang (1 %). Diharapkan kepada masyarakat agar lebih terbuka dan lebih memahami perubahan pola haid sehingga tidak menimbulkan kecemasan. Kata Kunci : Gangguan pola haid, umur, lamanya pemakaian PENDAHULUAN Program utama pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah dengan Keluarga Berencana. Sedangkan sasaran utama Program KB adalah pasangan usia subur (PUS) BPS NAD), KB adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan. (Mochtar, 2007). Tingkat kesadaran masyarakat untuk mengikuti program Keluarga Berencana sudah tinggi. Hal ini ditandai dengan menurunnya pertumbuhan penduduk dari 5.6% pada tahun 1970 menjadi 2.8% pada tahun Pertumbuhan penduduk sudah mencapai 2.8% namun pertumbuhan penduduk Indonesia dimasa depan masih cukup tinggi, sehingga Program KB masih perlu terus ada karena KB mempunyai sasaran ke depan menekan pertumbuhan penduduk sampai nol atau zero population growth, yaitu tercapainya keseimbangan antara angka kelahiran dan kematian. (Pikiran Rakyat, 2005). Kontrasepsi yang ada di Indonesia beraneka ragam yaitu suntik, Pil, Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK), Alat

3 Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), dan kontrasepsi mantap. Saat ini masyarakat cenderung memilih kontrasepsi hormonal terutama suntik karena kerjanya efektif, pemakaiannya praktik, harganya relative murah dan aman. Keberhasilan program KB di Indonesia telah diterima dan diakui oleh masyarakat luas, termasuk dunia Internasional. Pada awalnya program KB ditujukan untuk mengatur jumlah kelahiran. Namun dalam perkembangannya, program KB ditujukan untuk membudayakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). Asumsinya ialah bahwa keluarga kecil akan dapat hidup sejahtera dan bahagia sehingga pengaturan kelahiran menggunakan kontrasepsi menjadi pokok invertensi dalam program KB nasional. (Anwar, 2006). Kontrasepsi suntik terdiri dari 2 jenis yaitu suntikan yang mengandung progestin saja, yaitu : Depo Medroksi progesterone Asetat (DMPA), mengandung 150 mg yang diberikan setiap 3 bulan, jenis yang kedua Depo Noristeron Enantat (Depo Noristerat) mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan sampai empat kali suntikan kombinasi mengandung 25 mg Depo Medroksi Progesteron Asetat dan 50 mg Estradial Sipionat (Cyclofem) yang diberikan sebulan sekali. Keuntungan suntik progestin adalah sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, praktis, menurunkan anemia, tidak mempengaruhi ASI (Air Susu Ibu). (Saifuddin, 2008). Kontrasepsi suntik progestin mempunyai efek samping gangguan haid. Ini yang paling sering terjadi dan yang paling mengganggu, berat badan yang bertambah, sakit kepala,pada sistem kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit peninggian kadar insulin dan penurunan HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol. (Hartono, 2007). Efek samping utama dari kontrasepsi suntik progestin adalah gangguan siklus haid berupa irregular bleeding (perdarahan tidak teratur), spotting (perdarahan bercak),dan Amenorea (tidak datang haid selama 90 hari), (Affandi, 2006). Pada usia sekitar 45 tahun seorang wanita memasuki masa peralihan (klimaksterium), sehingga mengakibatkan menurunnya fungsi ovarium yang menyebabkan terjadinya perubahan pada siklus haid dan organ tubuh, siklus haid pada wanita berkaitan dengan usia. Hipomenorea (siklus haid memendek) secara bertahap bersamaan dengan bertambahnya usia dan menjadi stabil pada usia tiga puluhan (Affandi, 2006). Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian, perdarahan instrumenstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenorea bertambah besar. (Hartono, 2007). Peserta KB progestin pada tahun pertama mengalami perdarahan yang tidak teratur hanya sekitar 40%, 25% mengalami perdarahan yang lebih dari 11 hari pada tahun pertama dan 10% pada tahun ke 2, 3, dan 4. Amenorea yang berlangsung 90 hari atau lebih dapat terjadi pada 55% akseptor. (Affandi, 2006). Kurangnya pengetahuan peserta kontrasepsi suntik tentang efek samping khususnya gangguan haid dapat menyebabkan penghentian pemakaian terutama pada tahun pertama pemakaian. Pada suatu penelitian, penghentian pemakaian kontrasepsi suntik progestin karena efek samping gangguan haid 9-30%. Penghentian pemakaian peserta yang tidak mendapatkan penjelasan yang cukup tentang efek samping adalah 10.5% selama 1 tahun, sedangkan yang mendapat penjelasan yang cukup sebesar 5.2%. Hal ini dapat menimbulkan drop out (penghentian pemakaian) sebagai peserta KB yang dikhawatirkan menyebabkan angka fertilitas (kesuburan) tetapi tinggi, demikian juga angka pertumbuhan sehingga mustahil Indonesia mengalami pertumbuhan penduduk yang drastis pada tahun 70-an (Suara pembaharuan, 2004). Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 menunjukkan peningkatan pemakaian kontrasepsi cukup segnifikan, pada tahun 1997 pemakaian pil dan suntik sebanyak 69.4, namun pada tahun 2003 sudah diatas 75%. Jika ditambah dengan implant (susuk) angka itu akan semakin besar, (Suara pembaharuan, 2004). Pola pengguna alat kontrasepsi peserta KB di Indonesia yaitu suntik sebanyak

4 57.54%, pil 27.31%, IUD 5.70%, Implant 6.47%, MPO 0.15%, MOW 0.13%, (BKKBN, 2008). Pada tahun 2008 di Banda Aceh yang mengikuti KB berjumlah 8.605, yaitu suntik 4.507, pil 2.854, implant 89, kondom 627, IUD 528, MOP dan MOW tidak ditemukan dalam data tersebut. Pola penggunaan alat kontrasepsi peserta KB Indonesia tahun 2000, yaitu suntik sebanyak57,54%, pil 27,31%, IUD 5,70%, implant 6,47%, MOP 0,13% (BKKBN, 2008). Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Simeulue sebanyak 11,556 jiwa, sedangkan yang menjadi peserta KB aktif adalah 1099 jiwa dengan rincian sebagai berikut : IUD/AKDR 72 orang, implant 49 orang, Suntik 516 orang, Pil 371 orang, kondom 78 orang, MOP/MOW 13 orang. (Profil DINKES Kabupaten Simeulue, 2012). Jumlah peserta KB suntik progestin di Puskesmas Simeulue Barat dari bulan Maret sampai dengan Agustus 2013 sebanyak 43 orang. berdasarkan prasurvey dari 10 orang responden yang berkunjung ke Puskesmas Simeulue Barat terdapat 7 orang yang mengalami gangguan pola haid. Menurut uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktorfaktor yang mempengaruhi gangguan pola haid pada akseptor kontrasepsi suntuk progestin ditinjau dari umur dan lamanya pemakaian. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan pola haid pada aseptor kontrasepsi suntik progestin di tinjau dari umur, dan lamanya pemakaian di Puskesmas Simeulue Barat Tahun Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan pola haid pada aseptor kontrasepsi suntik progestin di tinjau dari umur dan lamanya pemakaian di Puskesmas Simeulue Barat Tahun Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh gangguan pola haid pada aseptor kontrasepsi suntik Progestin di tinjau dari segi umur. b. Untuk mengetahui pengaruh gangguan pola haid pada aseptor kontrasepsi suntik Progestin di tinjau dari segi lamanya pemakaian. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan guna peningkatan pelayanan kontrasepsi suntik Progestin demi terciptanya metode kontrasepsi efektif. 2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini harapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam memperbanyak referensi tentang alat kontrasepsi suntik progestin dan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya. 3. Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta wawasan dalam melakukan penelitian selanjutnya serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapat selama studi. Kerangka Konsep Menurut Hartono (2007), Gangguan pola haid pada akseptor kontrasepsi suntik progestin disebabkan karena faktor umur dan lamanya pemakaian. Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, maka kerangka konsep penelitian ini adalah. Umur Lamanya Pemakaian Gambaran gangguan pola haid

5 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain crossectional yang bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor yaang mempengaruhi gangguan pola haid pada akseptor kontrasepsi suntik progestin di tinjau dari umur dan lamanya di Puskesmas Simeulue Barat tahun Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor kontrasepsi suntik yang berkunjung ke Puskesmas Simeulue Barat sebanyak 43 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah akseptor kontrasepsi suntik yang berkunjung ke Puskesmas Simeulue Barat.tehnik yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah Total Sampling yaitu sebanyak 43 orang. Tempat dan Waktu Penenlitian 1. Tempat Tempat penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Simeulue Barat Kabupaten Simeulue 2. Waktu penelitian Waktu penelitian dilakukan pada tanggal, 10 s/d Agustus 2013 Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden dengan menyebarkan kuesioner. Analisis Data (Analiting) Menurut Notoatmodjo (2007), analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariate yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi dan sub variabel yang diteliti sehingga dapat diketahui gambaran dari setiap sub variabel. HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Simeulue Barat berada di ujung Barat Pulau Simeulue yang memiliki pulau lepas lantai tempat rekreasi yang sangat indah yaitu pulau kecil, pulau penyu, pulau tinggi, pulau kala-kala, dan pulau asu dengan kawasan luas wilayah Kecamatan Simeulue Barat sekitar 40,4 Km 2 jarak tempuh dari ibu kota Kecamatan ke Kabupaten Simeulue ± 124 Km yang telah dilalui oleh kenderaan roda dua dan roda empat dengan kecepatan rata-rata 4 jam perjalanan.sedangkan jarak Puskesmas Kecamatan Simeulue Barat ke Desa-desa yang dikunjungi oleh petugas kesehatan sebanyak 14 Desa.Jumlah penduduk Kecamatan Simeulue Barat sebanyak 10,617 jiwa dengan jumlah KK 2,224. Puskesmas Kecamatan Simeulue Barat terletak di bagian barat pulau simeulue dengan batas batas sebagai berikut : a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Amabaan. b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Mitem c. Sebelah Timur : berbatasan dengan Jalan Raya d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Sigulai Hasil Penelitian Dalam penelitian ini pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner terhadap 43 orang akseptor kontrasepsi suntik progestin ditinjau dari umur dan lamanya pemakaian di Puskesmas Simeulue Barat Kabupaten Simeulue. Hasil penelitian ini disajikan secara berurutan, dimulai dari analisis deskriptif digunakan untuk melihat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. 1. Analisis Univariat Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Gangguan Pola Haid Pada Akseptor Kontrasepsi Suntik Progestin di Puskesmas Simeulue Barat Tahun 2013 Gangguan NO Pola Haid Frekuensi % 1 Hipermenorea 10 23,26 2 Hipomenorea 15 34,88 3 Polimenorea 5 11,63 4 Amenorea 13 30,23 Jumlah

6 Berdasarkan Tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa dari 43 responden dapat dilihat gangguan pola haid yang banyak adalah hipermenorea yaitu 15 orang (34,88%) dan minoritas adalah polimenorea sebanyak 5 orang (11,63%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Pada Akseptor Kontrasepsi Suntik Progestin di Puskesmas Simeulue Barat Tahun 2013 NO Umur Ibu Frekuensi % 1 < 20 tahun 2 4, ,88 3 > 30 tahun 26 60,46 Jumlah Berdasarkan Tabel 4.2 diatas menunjukan dari 43 responden dapat dilihat bahwa akseptor suntik progestin yang banyak dijumpai pada umur diatas 30 tahun yaitu 26 orang (60,46%) dan umur dibawah 20 tahun sebanyak 2 orang (04,65%). Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Lamanya Pemakaian Gangguan Pola Haid Pada Akseptor Kontrasepsi Suntik Progestin di Puskesmas Simeulue Barat Tahun 2013 No NO Lamanya Pemakaian Frekuensi % 1 < 1 tahun 2 0, tahun 21 48,82 3 > 3 tahun 20 46,51 Jumlah Berdasarkan Tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa dari 43 responden dapat dilihat bahwa akseptor suntik progestin yang banyak dijumpai pada lamanya pemakaian 1-3 tahun yaitu sebanyak 21 orang (48,82%). Analisa Bivariat Tabel 4.4 Pengaruh Umur Terhadap Gangguan Pola Haid Pada Akseptor 1 2 Umur < 20 thn thn > 30 thn No Lamanya Kontrasepsi Suntik Progestin di Puskesmas Simeulue Barat Tahun 2013 Gangguan Pola Haid Hiper Hipo Poli Pemakaian Menorea Menorea Menorea Berdasarkan Tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa, dari 26 responden yang berumur diatas 30 tahun, gangguan pola haid yang banyak dijumpai adalah amenorea yaitu sebanyak 11 orang (42,30%), dan 15 responden yang umur tahun, gangguan pola haid yang dijumpai adalah hipomenorea sebanyak 5 orang (33,33%), dan dari 2 responden yang berumur dibawah 20 tahun, hipermenorea sebanyak 2 orang (1%). Tabel 4.5 Pengaruh Lamanya PemakaianTerhadap Gangguan Pola Haid Pada Akseptor Kontrasepsi Suntik Progestin di Puskesmas Simeulue Barat Tahun 2013 Gangguan Pola Haid Hiper Hipo Poli Menorea Menorea Menorea Amenorea f % f % f % f % Amenorea f % f % f % f % Berdasarkan Tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa, dari 21 responden yang lama pemakaian 1-3 tahun, banyak dijumpai mengalami gangguan pola haid hipomenoria dan amenorea yaitu sebanyak 9 orang (47,61%), dan dari 20 responden yang lama pemakaian > 3 tahun banyak f % 1 < 1 thn 2 1, thn 5 23,8 4 47, , , > 3 thn 3 15, ,00 4 5, , Jumlah 10 39, , , , f % , , , , , , , , Jumlah 10 39, , , ,

7 dijumpai gangguan pola haid hipermenorea sebanyak 7 orang (25%). Pembahasan 1. Gangguan pola haid pada akseptor kontrasepsi suntik progestin Berdasarkan hasil penelitian terhadap 43 responden bahwa, gangguan pola haid yang banyak adalah hipomenorea yaitu 15 orang (34,88%), hipermenorea sebanyak 10 orang (23,26%), amenorea sebanyak 13 orang (30,23%) dan yang sedikit adalah polimenorea sebanyak 5 orang (1,63%). Menurut Saifuddin (2008), perubahan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid, yaitu Hipermenorea,dan Hipomenorea.Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Affandi (2006), Efek samping utama dari kontrasepsi suntik progestin adalah gangguan siklus haid berupa irregular bleeding (perdarahan tidak teratur), spotting (perdarahan bercak),dan Amenorea (tidak datang haid selama 90 hari). Penelitian yang dilakukan Affandi (2006) peserta KB kontrasepsi progestin pada tahun pertama mengalami perdarahan yang tidak teratur hanya sekitar 40%, dan 25% mengalami perdarahan yang lebih dari 11 hari (Affandi, 2006). Pendapat ini juga sesuai dengan asumsi peneliti bahwa hasil penelitian yang dilakukan menyatakan gangguan pola haid pada akseptor kontrasepsi suntik progestin cenderung mendapatkan gangguan haid, baik ditinjau dari segi umur maupun lamanya pemakain oleh akseptor KB. 2. Gangguan pola haid di tinjau dari segi umur Berdasarkan hasil penelitian dari 43 responden mayoritas umur diatas 30 tahun gangguan pola haid yang banyak dijumpai adalah amenorea yaitu sebanyak 11 orang (42,30%), umur tahun adalah hipomenorea sebanyak 7 orang (33,33%) dan dibawah 20 tahun adalah hipermenorea sebanyak 2 orang (1%). Menurut Saifuddin (2008), selain gangguan pola haid berupa amenorea pertambahan usia akan mempengaruhi pola menstruasi, hipomenorea akan bertambah besar dengan pertambahan usia seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Affandi (2006), pada usia diatas 30 tahun cenderung mengalami gangguan pola haid karena pada masa ini wanita memasuki masa peralihan (klikmaksterum), sehingga mengakibatkan menurunnya fungsi ovarium yang menyebabkan terjadinya perubahan pada siklus haid organ tubuh. Pendapat ini juga sesuai dengan asumsi peneliti bahwa umur sangat mempengaruhi pola haid seseorang. Umur erat sekali kaitannya dengan pola haid, dimana makin bertambahnya usia akan berpengaruh terhadap pemakaian progestin secara terus menerus dan akan mengakibatkan berubahnya struktur endometrium, dan bila keadaan berlangsung terus menerus maka perdarahan lama dan banyak akan terjadi. 3. Gangguan pola haid ditinjau dari segi lama pemakaian Berdasarkan hasil penelitian bahwa gangguan pola haid yang banyak dijumpai pada lama pemakaian 1-3 tahun adalah amenorea yaitu sebanyak 10 orang (47,61%), pemakaian diatas 3 tahun adalah hipermenorea sebanyak 5 orang (25%) dan pemakian di bawah 1 tahun adalah hipermenorea sebanyak 2 orang (1%). Menurut hartono (2003), efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian perdarahan intermenstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Affandi (2001) hanya sekitar 40% peserta KB progestin pada tahun pertama mengalami perdarahan yang tidak teratur, 25% mengalami perdarahan yang lebih dari 11 hari pada tahun pertama dari 10% pada tahun ke 2, 3, dan 4 sedangkan amenorea yang berlangsung 90 hari atau lebih dapat terjadi pada 55% akseptor.

8 Hal ini sesuai dengan asumsi penelitian yang di lakukan bahwa pemakain kontrasepsi suntik progestin dalam waktu yang lama akan menimbulkan gangguan pola haid. Lamanya pemakaian kontrasepsi suntik khususnya progestin yang digunakan oleh akseptor di Puskesmas Simeulue Barat umumnya berkisar 3-4 tahun, 2 tahun dan dibawah 1 tahun. Kesimpulan 1. Gangguan pola haid yang banyak dijumpai pada umur diatas 30 tahun gangguan pola haid yang banyak dijumpai adalah amenorea yaitu sebanyak 11 orang ( 42,30% ), umur tahun adalah hipomenorea sebanyak 7 orang (33,33%) dan dibawah 20 tahun adalah hipermenorea sebanyak 2 orang (1%). 2. Gangguan pola haid yang banyak dijumpai pada lama pemakian 1-3 tahun adalah amenorea yaitu sebanyak 10 orang ( 49,05 % ), pemakaian diatas 3 tahun adalah hipermenorea sebanyak 5 orang ( 25 % ) dan pemakian di bawah 1 tahun adalah hipermenorea sebanyak 2 orang ( 1 % ). A. Saran 1. Diharapkan kepada petugas kesehatan yang bertugas dalam bidang program KB agar dapat menjelaskan tentang efek samping yang ditimbulkan serta menjelaskan keuntungan dan kerugian dari kontrasepsi tersebut 2. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih terbuka dan lebih memahami perubahan pola haid sehingga tidak menimbulkan kecemasan. di Indonesia. Jakarta. BKKBN, Laporan Umpan Balik Hasil Pelaksanaan Kontrasepsi dan Pengendalian Lapangan, NAD, Budiarto. E, Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta Depkes RI, Buku Pedoman Petugas Fasilitas Pelayanan KB. Jakarta Hartono.H, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta Manuaba, Ida Bagus Gde, Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC, Jakarta. Mochtar.R, Sinopsis Obstetri Operatif Obstetri, EGC, Jakarta Notoatmodjo.S, Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta., Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta. Pikiran Rakyat, Bkkbn Tidak Semata Tekan Pertumbuhan Penduduk. Purwadanita, WJS,2003. Kamus Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. Suara Pembaharuan, Pelayanan KB Menurun, Ancam Pertumbuhan Penduduk. Saifuddin,AB, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Tridasa Printer, Jakarta. SDKI, Trend Demografi. Wiknjosatro.H.dkk, Ilmu Kebidanan. Tridasa Printer. Jakarta., Ilmu Kandungan. Tridarsa Printer, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Affandi.B, Gangguan Haid Pada Remaja dan Dewasa. Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta. Azwar.A Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh Negara Indonesia. Ledakan penduduk mengakibatkan tingkat kesehatan masyarakat semakin menurun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun pasangan menikah pada usia subur semakin meningkat. Kecenderungan peningkatan pasangan menikah usia subur akan berdampak pada peningkatan angka kelahiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah terpenting yang dihadapi oleh negara berkembang, seperti di Indonesia yaitu ledakan penduduk. Ledakan penduduk mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL ARSIAH NURHIDAYAH PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA BEKASI 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia dengan lebih dari 253 juta jiwa (BPS, 2014). Fertilitas atau kelahiran adalah salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 tercatat sebesar 248.422.956 jiwa, yang terdiri atas jumlah penduduk laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama di Indonesia dalam bidang kependudukan adalah masih tingginya pertumbuhan

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 Ida Susila *Dosen Program Studi D III Kebidanan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak permasalahan salah satunya adalah gangguan haid, gangguan haid ini mempunyai manifestasi klinis yang bermacam

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan negara kelima di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu berkisar 249 juta. Untuk

Lebih terperinci

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN SPOTTING DI BIDAN PRAKTEK SWASTA TRI ERRY BOYOLALI Lina Wahyu Susanti Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta ABSTRAK Kontrasepsi suntik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat menekankan pentingnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program KB (Keluarga Berencana) merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan melembagakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan peningkatan penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak 119.630.913

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia terus meningkat. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15 % hingga 2,49% pertahun (Sujiyatini & Arum, 2011). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia cukup tinggi yaitu 1,38% per tahun. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah tingginya angka kelahiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk merupakan masalah utama yang sedang dihadapi negaranegara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepadatan penduduk menjadi masalah pemerintah yang menjadi problem dalam pertumbuhan penduduk. Usaha pemerintah dalam menghadapi kependudukan salah satunya adalah keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15 % hingga 2,49% pertahun. (Sujiyatini, dkk. 2011; 3).Jumlah penduduk

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID PENELITIAN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID Anisa K.A*,Titi Astuti* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang **Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tolak ukur keberhasilan dari kemampuan pelayanan kesehatan satu negara diukur dari tinggi dan rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta. Di antara negara ASEAN,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Berdasarkan penelitian Noya, dkk. (2009), penduduk Indonesia pada tahun 1971 berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari tahun 1897 ketika Beard menduga bahwa korpus luteum dapat menghambat terjadinya ovulasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak masalah kependudukan dan belum bisa teratasi hingga saat ini. Hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi.. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI KELUARGA TERHADAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA PUS DI DESA BLANG LANCANG KECAMATAN JEUNIEB KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2016 Dewi Lisnianti 1*) dan Desi Safriani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 dan misi sangat menekankan pentingnya upaya menghormati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Target dari Millenium Development Goals (MDGs) 2015, salah satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka kematian Bayi atau Balita (AKB), serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jumlah penduduk Indonesia, menempati posisi keempat terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi. Program KB merupakan

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 Kustini* Triana Riski Oktaviani** *Dosen Program Studi D III Kebidanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Pada saat ini telah banyak

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR Ernawati STIKES Nani Hasanuddin Makassar Alamat Korespondensi: ernawati@stikesnh.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008) mengatakan bahwa program keluarga berencana merupakan suatu tindakan yang membantu pasangan suami

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT ( DMPA ) DI RB. KHARISMA HUSADA KARTASURA SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pengendalian penduduk merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Pertumbuhan penduduk dunia

Lebih terperinci

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI - BULAN Evi Susiyanti Program Studi Kebidanan, Akademi Kebidanan Sakinah Pasuruan Email : evirudyanto4@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di seluruh dunia. Di negara-negara yang maju keluarga berencana bukan lagi merupakan suatu program atau gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017 32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017 EFEK SAMPING AKSEPTOR KB SUNTIK DEPO MEDROKSI PROGESTERONE ACETAT (DMPA) SETELAH 2 TAHUN PEMAKAIAN Side Effects Acceptors KB Depo Injection

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat dalam tingkat jumlah penduduk terbesar di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Gerakan ini bertujuan menekan laju

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Gerakan ini bertujuan menekan laju 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program KB mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Program KB merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan mewujudkan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2103) menyatakan bahwa angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Indonesia, yang salah satu caranya dengan kontrasepsi. kontrasepsi yang akan dipilihnya baik meliputi cara pemasangan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Indonesia, yang salah satu caranya dengan kontrasepsi. kontrasepsi yang akan dipilihnya baik meliputi cara pemasangan atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga berencana adalah program pemerintah yang bertujuan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Masyarakat dapat mengontrol pengendalian kelahiran

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia merupakan jumlah terbesar di Asia Tenggara yakni 65 juta di ikuti Vietnam (25,3 juta) dan Filipina (23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat pertambahan penduduk yang demikian telah

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK 1 BULAN DAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS BIDAN S KECAMATAN TAWANGSARI KOTA TASIKMALAYA

PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK 1 BULAN DAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS BIDAN S KECAMATAN TAWANGSARI KOTA TASIKMALAYA PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK 1 BULAN DAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS BIDAN S KECAMATAN TAWANGSARI KOTA TASIKMALAYA Ai Riska Wulansari MA 0712002 Abstrak Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT

HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA MANDIREJO KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN Umu Qonitun* *Dosen Program Studi D III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke 4 dengan jumlah penduduk 237.641.326 jiwa pada tahun 2010. Angka pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1998 Indonesia dihadapkan dengan masalah jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Sesuai dengan pendapat Malthus yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk berada pada posisi keempat di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belarkang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak era reformasi digulirkan, program Keluarga Berencana (KB) dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun 1967 telah terjadi penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite 1970, Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih memiliki kualitas penduduk yang sangat rendah dengan ditandai terhambatnya pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui program KB. KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditingkatkan guna mencegah teradinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. ditingkatkan guna mencegah teradinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Indonesia saat ini, masih perlu ditingkatkan guna mencegah teradinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun 2015.

Lebih terperinci

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari masalah kependudukan. Secara garis besar masalah masalah pokok di bidang kependudukan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah satu permasalahannya yaitu masih tingginya pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk tahun 2009 meningkat 1,29%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kepadatan penduduk di Indonesia berdasarkan data sensus penduduk 2010

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kepadatan penduduk di Indonesia berdasarkan data sensus penduduk 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kepadatan penduduk di Indonesia berdasarkan data sensus penduduk 2010 sebanyak 124 orang per kilometer persegi dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,5%.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN Ridha Andria 1*) 1 Dosen STIKes Darussalam Lhokseumawe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penanganan masalah kependudukan adalah Undang-undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang mengamanatkan bahwa kewenangan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN Dini Rahmayani 1, Ramalida Daulay 2, Erma Novianti 2 1 Program Studi S1 Keperawatan STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan kependudukan.pemerintah Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan kependudukan.pemerintah Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ketahun selalu meningkat. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2013 sebanyak 248,4 juta orang (Badan Pusat Statistik,2014). Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak

Lebih terperinci

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF GANGGUAN HAID PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI BPM DYAH SUGIYANTO GONILAN SUKOHARJO TAHUN 2016

STUDI DESKRIPTIF GANGGUAN HAID PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI BPM DYAH SUGIYANTO GONILAN SUKOHARJO TAHUN 2016 STUDI DESKRIPTIF GANGGUAN HAID PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI BPM DYAH SUGIYANTO GONILAN SUKOHARJO TAHUN 2016 Catur Setyorini Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta ABSTRAK Studi Deskriptif Gangguan Haid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak atau mengatur jarak kelahiran anak serta dapat menanggulangi masalah kemandulan, selain itu keluarga

Lebih terperinci

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati   ABSTRAK Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health) Akbid Bakti Utama Pati ISSN: 2087-4154 Vol. 7 No. 2 Juli 2016 On-line http://akbidbup.ac.id/jurnal-2/ HUBUNGAN EFEK SAMPING

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG Eva Inayatul Faiza 1, Riski Akbarani 2 eva_inayatul@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah kependudukan di Indonesia salah satunya adalah tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI Indonesia tahun 2007 sebesar 228

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: akseptor KB suntik DMPA, akseptor KB implan, perubahan siklus menstruasi

ABSTRAK. Kata kunci: akseptor KB suntik DMPA, akseptor KB implan, perubahan siklus menstruasi Perubahan Siklus Menstruasi pada Akseptor KB Suntik Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) dan Implan di Wilayah Kerja Puskesmas Karanan Kabupaten Trenggalek Debbie Cahya Wenang 1, Ayu Cahyani Noviana

Lebih terperinci

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron,

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE. TAHUN 2013 Nurbaiti Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda

Lebih terperinci

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI Oleh: Elisya Handayani S, S.ST Efek samping yang paling tinggi frekuensinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana lebih dari dua dasa warsa terakhir ini menjadi fokus utama program kependidikan di Indonesia. Program KB dan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah

Lebih terperinci

Pengguna Kontrasepsi Hormonal Suntikan dengan Kenaikan I. PENDAHULUAN. kontrasepsi yang populer di Indonesia. adalah kontrasepsi suntik.

Pengguna Kontrasepsi Hormonal Suntikan dengan Kenaikan I. PENDAHULUAN. kontrasepsi yang populer di Indonesia. adalah kontrasepsi suntik. I. PENDAHULUAN kontrasepsi yang populer di Indonesia Fertilitas atau kelahiran adalah salah adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi satu faktor penambah bagi jumlah penduduk. Untuk mengatasi hal tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ORIGINAL RESEARCH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PASANGAN USIA SUBUR MENGGUNAKAN NON METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (NON MKJP) DI KOTA PONTIANAK Tisa Gusmiah 1, Surtikanti 1, Ronni Effendi 1 1 Sekolah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) PERBANDINGAN PEMAKAIAN SIKLOPROVERA DAN HRP 102 SEBAGAI KONTRASEPSI SUNTIKAN BULANAN DENGAN DMPA, SEBUAH KONTRASEPSI SUNTIKAN TIGA BULANAN (SEBUAH STUDI PENDAHULUAN) Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah peningkatan penduduk yang tinggi, dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per tahun. Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK Lina Darmayanti Bainuan* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR Yefi Marliandiani, Krisnamurti Prodi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya ABSTRAK Program Keluarga Berencana yang

Lebih terperinci

Staf Pengajar Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, USU

Staf Pengajar Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, USU HUBUNGAN JENIS DAN LAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL TERHADAP GANGGUAN MENSTRUASI PADA IBU PUS DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN TAHUN 2014 Febria Octasari 1, Sori Muda Sarumpaet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga,

Lebih terperinci