Pendahuluan. ~ IDR 35.4 Tr. 2.5 bn
|
|
- Hendra Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 1 Pendahuluan Indonesia, dengan laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5,06% 1 dan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa, merupakan pasar terbuka untuk produk konsumen, khususnya kosmetik dan produk perawatan tubuh. Perkembangan industri kosmetik di seluruh Indonesia saat ini menunjukkan laju perluasan yang baik. Hal ini dibuktikan pada tahun 2016, didominasi oleh produk rambut (sekitar 36%), dan diikuti dengan produk perawatan kulit (sekitar 32%). ~ IDR 35.4 Tr. 2.5 bn % +10% +12% +11% +12% +8% +10% +8% +7% ~ IDR 35.4 Tr. 14.8% Hyg. 7.2% Frag. 10.5% Makeup 31.7% Skin 4.0% Direct 4.2% Salon 5.2% Luxury % Mass % Hair Kategori Channel Sumber: Survei Massa Kecantikan (Beauty Mass Survey) Tingkat pertumbuhan pasar yang saat ini meningkat didorong oleh beberapa faktor seiring dengan penduduk Indonesia yang semakin sejahtera dan memperhatikan tentang penampilan. Walaupun terjadi perlambatan ekonomi, yang bercirikan dengan kenaikan harga produk, wanita Indonesia tetap membeli banyak produk kecantikan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa peningkatan pertumbuhan pasar kosmetik besar kemungkinan didorong oleh kenaikan harga produk, dan bukan dikarenakan oleh volume penjualan produknya. Di tahun 2003, Indonesia, sebagai bagian dari ASEAN, menandatangani perjanjian dengan semua negara anggota ASEAN tentang Skema Harmonisasi Regulasi Kosmetik di ASEAN (ASEAN Harmonized Cosmetic Regulatory Scheme / AHCRS). Berdasarkan perjanjian ini, semua negara anggota ASEAN akan beralih dari pendekatan pengawasan sebelum produk beredar (pre-market) ke pendekatan baru yang melibatkan pengawasan setelah produk beredar (post-market) terhadap produk kosmetik 2. Akan tetapi, meskipun dengan adanya penerapan AHCRS, serta ASEAN Cosmetic Directive/ACD, sejumlah peraturan yang hanya berlaku di Indonesia atau dikenal sebagai Country Specific masih diterapkan di Indonesia yang mana tidak sejalan dengan AHCRS dan ACD. 1 Angka Badan Pusat Statistik (BPS) untuk triwulan ketiga tahun Background to the ASEAN Harmonized Cosmetics Regulatory Scheme ( ) Peraturan ini, antara lain, kewajiban sertifikasi produk halal, serta persyaratan untuk menjalani uji logam berat untuk memperoleh surat rekomendasi impor, serta wacana untuk memberlakukan larangan atas beberapa bahan pewarna rambut, dll. Peraturan-peraturan ini pada gilirannya dapat mengganggu kegiatan ekspor, karena perusahaan harus berhadapan dengan standar yang berbeda di negara yang berbeda. Hal inipun menambah beban administrasi yang menjadi kompleks serta biaya tambahan yang pada akhirnya dibebankan kepada para konsumen dalam bentuk harga produk yang lebih tinggi, sehingga membuat kosmetik Indonesia kurang bersaing dengan industri kosmetik negara ASEAN lainnya. Kondisi ini menjadi salah satu hambatan bagi industri kosmetik, khususnya industri kosmetik Eropa, yang pada akhirnya mungkin mempertimbangkan kembali untuk meningkatkan jumlah investasinya di Indonesia di masa mendatang. Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa (UE) tengah mengadakan negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi (Comprehensive Economic Partnership Agreement / CEPA) sejak tahun 2016, yang bertujuan untuk meningkatkan akses pasar untuk barang dan investasi dari kedua belah pihak. Melalui negosiasi CEPA, arus perdagangan dan investasi di antara kedua belah pihak diharapkan akan lebih mudah dan meningkat.
3 2 LEMBAR REKOMENDASI EUROCHAM 2018 KELOMPOK KERJA KOSMETIK Isu Prioritas Dampak Undang-Undang Jaminan Produk Halal terhadap Industri Kosmetik Undang-Undang Jaminan Produk Halal (Undang-Undang Halal) diberlakukan sejak tahun 2014, akan tetapi, pemerintah masih belum menerbitkan peraturan pelaksana dari Undang-Undang tersebut. Meskipun demikian, berdasarkan rancangan peraturan pemerintah yang beredar, jelas menetapkan bahwa produk kosmetik wajib bersertifikat halal satu tahun setelah pemberlakuan sertifikasi halal untuk produk makanan dan minuman. Sama halnya dengan produk farmasi, kerangka hukum baru ini akan berdampak signifikan terhadap produk kosmetik. Sejumlah hambatan teknis yang dapat berdampak pada industri kosmetik mencakup hal-hal berikut ini: Kesiapan sarana infrastruktur Sekitar 90% dari bahan baku produk kosmetik masih perlu diimpor, dengan demikian, verifikasi bahan baku berdasarkan peraturan yang baru akan cukup sulit. Kerumitan ini juga akan timbul pada saat auditor harus mensertifikasi fasilitas produksi dibeberapa lokasi disatu negara atau lain negara, karena pada saat ini belum ada skema pengakuan sertifikasi halal. Proses pelaksanaan ketentuan ini niscaya akan menjadi tantangan besar dan membutuhkan sumber daya dalam jumlah besar. Daftar acuan bahan baku kosmetik Pada saat ini, belum terdapat daftar halal positif/negatif khusus untuk bahan baku kosmetik. Oleh karena itu, verifikasi bahan akan memerlukan waktu yang tidak singkat. Standar internasional dan badan sertifikasi Saat ini, tidak terdapat standar internasional dalam hal sertifikasi halal, sistem jaminan produk halal, pengakuan halal untuk produk jadi, dll. Oleh karena itu, produk yang memiliki label halal atau tidak halal di satu negara tidak serta-merta dapat diakui di negara lain. Hal ini dapat menjadi hambatan tambahan terhadap perdagangan. Terlebih lagi, sebagian besar lembaga sertifikasi halal diseluruh dunia pada saat ini lebih memfokuskan pada industri makanan dan minuman. Banyak negara juga mungkin tidak memiliki lembaga sertifikasi halal yang dapat bekerja sama dengan lembaga sertifikasi Indonesia untuk mencapai kesepakatan bersama atas sertifikasi halal, terutama terkait pada produk non-makanan dan minuman. Siklus produk kosmetik yang tergolong cepat dan mengikuti tren pasar Karakteristik produk kosmetik umumnya sangat dinamis dalam segi perkembangan dan memiliki karakteristik yang cepat berganti mengikuti tren pasar. Hal ini berarti bahwa produk kosmetik memiliki siklus yang pendek dan dengan demikian, industri harus mampu beradaptasi dengan perubahan yang cepat. Dengan adanya kewajiban sertifikasi, lengkap dengan kerumitan yang akan ditimbulkan, dan membutuhkan waktu yang tidak singkat, oleh karena itu persyaratan kewajiban bersertifikasi halal untuk produk kosmetik perlu dipertimbangkan kembali. Penerapan sertifikasi halal pada produk kosmetik akan lebih sesuai bila diterapkan sebagai klaim produk, daripada sebagai persyaratan wajib, bagi mereka yang ingin menyatakan produknya halal dan bagi yang berkeinginan untuk menjadikan pasar produk halal sebagai target market baru mereka. Kami memahami bahwa informasi halal mulai menjadi faktor penting bagi para konsumen Indonesia dan dapat berdampak terhadap daya beli konsumen. Akan tetapi, fleksibilitas dalam hal sertifikasi halal apakah wajib atau sukarela akan menjadi faktor penting bagi perusahaan kosmetik. Selain itu, sebagian besar produk kosmetik tidak untuk dikonsumsi; oleh karena itu, kewajiban sertifikasi halal untuk kategori produk ini seharusnya tidak dianggap sebagai sebuah keharusan. Pemberlakuan peraturan ini dapat berdampak terhadap keputusan investasi asing terkait pasar Indonesia. Selain itu, peraturan ini juga dapat mempengaruhi para investor yang sudah ada untuk mempertimbangkan kembali investasi mereka di Indonesia. Dampak tersebut tidak sejalan dengan tujuan CEPA, yaitu meningkatkan perdagangan dan investasi di kedua pasar. EUROCHAM KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI EROPA DI INDONESIA
4 3 Rekomendasi: Kerangka kebijakan dan peraturan yang menaungi industri kosmetik diharapkan membuat Indonesia menjadi negara tujuan yang menarik dan cukup bersaing yang meningkatkan kepatuhan bisnis. Untuk mencapai hal tersebut, peraturan disektor kosmetik diharapkan tidak diskriminatif, mendukung pemberantasan kosmetik ilegal, dan juga tetap mengacu pada standar dan kesepakatan perjanjian perdagangan ditingkat regional/internasional. Alih-alih bersifat wajib untuk semua produk kosmetik, kami merekomendasikan agar sertifikasi halal hanya berlaku terhadap produk kosmetik yang ingin menyatakan produknya halal. Persyaratan Tambahan bagi Kosmetik Impor untuk Menyediakan Sertifikat Analisis Produk (CoA) yang melampirkan Hasil Uji Logam Berat (untuk Merkuri, Timbal, Arsenik, dan Kadmium) Pada tahun 2016, BPOM menerbitkan surat edaran yang mewajibkan Sertifikat Analisis Produk(CoA) untuk produk kosmetik impor menambahkan lampiran hasil uji logam berat (khususnya hasil uji yang berhubungan dengan merkuri dan timbal). Hasil dari setiap uji logam berat yang dilampirkan dalam CoA berlaku selama jangka waktu enam bulan, yang kemudian diubah menjadi dua belas bulan, dan direvisi lagi menjadi satu kali pengajuan (untuk pengiriman pertama saja). Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM No. HK Tahun 2010, Sertifikat Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik (CPKB) wajib disertakan untuk semua produk kosmetik yang diimpor yang berasal dari luar negara ASEAN. Sertifikat ini harus ditandatangani oleh pejabat pemerintah yang berwenang atau lembaga yang diakui di negara asal, dan juga harus dilegalisir oleh Kedutaan Besar atau Konsulat Jenderal Republik Indonesia setempat. CPKB berfungsi sebagai jaminan dengan menegaskan bahwa produk yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan keamanan, kemanfaatan dan mutu yang ditetapkan. CPKB juga berfungsi sebagai sarana penyaringan (untuk pengawasan setelah produk beredar/post-market) yang dapat digunakan oleh para regulator untuk mengkaji kualifikasi produsen kosmetik impor sebelum produknya dipasarkan di Indonesia. Jika merujuk pada Peraturan Kepala BPOM No. 17/2014 (yang merupakan amendemen atas peraturan tersebut di atas), kontaminasi logam berat merupakan sesepora (trace element) yang tidak dapat dihindari, namun prosedur pengujian ini bukanlah prosedur yang rutin dilakukan oleh produsen kosmetik. Sebagai bagian dari CPKB, para produsen kosmetik telah mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk meminimalisir cemaran dengan menerapkan pengawasan ketat mulai dari proses produksi dan penyimpanan produk. Perlu diperhatikan bahwa penerapan dari persyaratan ini berbeda antara produk lokal dan impor. Dalam hal produk lokal, penerapan pengujian tersebut diperlukan sebagai data tambahan pada Dokumen Informasi Produk (DIP) dan harus dilakukan paling sedikit satu kali atau dapat dibuktikan dengan dokumen pendukung lain yang mendukung bahan baku yang relevan. Akan tetapi, dalam hal produk impor, kewajiban untuk melakukan pengujian logam berat berlaku terhadap setiap pengiriman pertama. Apabila peraturan tersebut diterapkan, akan menimbulkan berbagai tantangan, contohnya jangka waktu pemeriksaan yang lama ketika BPOM memeriksa gudang dan hasil uji laboratorium yang diberikan oleh laboratorium terakreditasi. Selain itu, pengujian logam berat juga akan menambah beban biaya yang signifikan bagi perusahaan, dimana biaya pengujian yang ditetapkan oleh pihak ketiga tidak murah. Pada akhirnya, hal ini akan menyebabkan harga produk yang lebih tinggi yang dibebankan kepada konsumen. Karena kompleksitas dari proses ini, juga berdampak pada penundaan jadwal peluncuran produk mereka, yang secara tidak langsung akan menyebabkan Indonesia tertinggal selangkah dari negara lainnya dalam hal tren kosmetik terbaru.
5 4 LEMBAR REKOMENDASI EUROCHAM 2018 KELOMPOK KERJA KOSMETIK Rekomendasi: EuroCham mendukung gagasan untuk meninjau ulang keputusan yang dibuat pada Rapat Komite Kosmetik ASEAN tahun 2007, di mana pengujian logam berat akan diterapkankan sebagai salah satu parameter yang digunakan dalam pengawasan setelah produk beredar (post-market) yang dilakukan oleh para regulator dan bukan pelaku industri. Dengan memastikan kesinambungan dalam berproduksi, kesesuaian standar, perlakuan dan persyaratan yang sama merupakan hal yang sangat penting untuk produk kosmetik impor. EuroCham merekomendasikan agar BPOM merevisi Peraturan Kepala BPOM No. 17 tahun 2014 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dimana diperaturan tersebut disebutkan pengujian dilakukan untuk semua cemaran mikroba dan logam berat menjadi hanya cemaran mikroba saja yang diuji. Ketentuan Impor untuk Barang Pelengkap, Barang untuk Pengujian Pasar dan Barang untuk Layanan Purna Jual Pada bulan Desember 2015, Kementerian Perdagangan menerbitkan Peraturan No. 118 tahun 2015 tentang Ketentuan Impor Barang Komplementer, Barang untuk Keperluan Tes Pasar, dan Pelayanan Purna Jual (Permendag No. 118 /2015). Permendag No. 118 /2015 mencantumkan sejumlah persyaratan ketat yang harus dipenuhi oleh para produsen atau pemegang API-P untuk mengimpor barang produksi untuk diperdagangkan atau dipindahtangankan kepada pihak ketiga sebagai barang pelengkap (komplementer), barang keperluan tes pasar, atau untuk keperluan pelayanan purna-jual. Selain itu, untuk memastikan kelancaran penerapan peraturan ini, pemerintah kemudian menerbitkan Pedoman Pemberian Rekomendasi Impor, sebagaimana yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No. 19 tahun 2016 tentang Ketentuan Pemberian Rekomendasi Impor Barang Komplementer, Barang untuk Keperluan Tes Pasar, dan/atau Pelayanan Purna Jual; dan juga sebagaimana yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 14 tahun 2016 tentang Rekomendasi untuk Mendapatkan Persetujuan Impor Barang Komplementer, Barang untuk Keperluan Tes Pasar, dan Pelayanan Purna Jual. Berdasarkan peraturan Kemenperin, persetujuan impor hanya dapat diperoleh dari Menteri Perdagangan setelah terlebih dahulu memperoleh rekomendasi impor dari Direktorat Jenderal yang menaungi sektor industri terkait. Sementara itu, berdasarkan peraturan Kemenkes, rekomendasi impor dapat diperoleh dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Pada bulan Desember 2016, BPOM menerbitkan Peraturan Kepala BPOM No. 27 tahun 2016 tentang Tata Cara dan Prosedur Pemberian Rekomendasi untuk Mendapatkan Persetujuan Impor Obat, Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan/atau Kosmetika sebagai Barang Komplementer, yang telah berlaku sejak tanggal 29 Januari Peraturan ini menetapkan bahwa perusahaan hanya dapat mengimpor barang komplementer apabila kriteria tertentu terpenuhi. Misalnya, barang tidak dapat diproduksi di Indonesia oleh pemohon dan tidak ada fasilitas produksi yang terdapat di Indonesia untuk memproduksii barang komplementer (Pasal 3/1.a). Akan tetapi, kewajiban untuk menyerahkan informasi yang terkait dengan ketersediaan fasilitas produksi tidak sejalan dengan Permendag No. 118 tahun 2015, dimana di peraturan tersebut tidak menetapkan pembatasan apa pun terhadap produk kosmetik. Selain itu, Permenperin No. 19 tahun 2016 menetapkan kuota impor sampai dengan maksimal 10% per tahun dari rata-rata realisasi produksi selama dua tahun. EUROCHAM KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI EROPA DI INDONESIA
6 5 Alasan utama bagi perusahaan importir adalah didasarkan pada keputusan perusahaan induk principal (Headquarter) untuk membagi lini produksi perusahaan dibeberapa negara untuk menjaga standar kualitas produk mereka. Hal ini sejalan dengan kebijakan standar dari rantai pasokan global untuk meningkatkan efisiensi proses produksi yang bertujuan untuk memproduksi produk berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau. Ketidak selarasan kebijakan dapat menghambat operasi bisnis dan dapat membuat perusahaan enggan untuk berinvestasi di Indonesia. Investasi merupakan komponen yang sangat penting dari perekonomian modern dan dianggap sebagai bagian penting dalam negosiasi CEPA yang sedang berjalan. Oleh karena itu, negosiasi CEPA memainkan peran yang sangat penting dalam mempromosikan perdagangan dan investasi dua arah yang akan memungkinkan baik UE maupun Indonesia untuk mencapai potensi sepenuhnya. Rekomendasi: Pemerintah diharapkan untuk menyelaraskan kembali Peraturan BPOM No. 27 tahun 2016 dengan Peraturan Menteri Perindustrian No. 19 tahun 2016 terkait dengan persyaratan impor produk komplementer bagi industri kosmetik, sebagaimana yang diuraikan di atas. Sebaliknya, paket deregulasi pemerintah harus didukung dan pada gilirannya, hal ini akan menstimulasi pengembangan industri lokal. EuroCham juga merekomendasikan penyederhanaan lebih lanjut dari berbagai dokumen administrasi yang diperlukan untuk mengimpor produk komplementer. Hal ini akan meringankan beban administrasi dan mendorong proses yang lebih cepat, sehingga memastikan ketersediaan produk lebih cepat di pasar. Rencana Pelarangan Produk Pewarna Rambut Pada bulan September 2016, BPOM menerbitkan surat edaran yang mencantumkan delapan bahan pewarna rambut yang diizinkan untuk digunakan oleh industri kosmetik, serta 29 bahan pewarna rambut yang dilarang untuk digunakan oleh industri kosmetik. Akan tetapi, 29 bahan pewarna rambut yang dilarang dan tercantum dalam surat edaran tersebut, diizinkan untuk digunakan berdasarkan ASEAN Cosmetic Directive (ACD). Meskipun BPOM menyatakan telah menggunakan acuan yang sama dengan ASEAN (khususnya European Union Cosmetics Directives), pada praktiknya, BPOM menggunakan kriteria penilaian yang berbeda. Dengan demikian, penilaian dari berbagai data ilmiah yang menyebabkan pelarangan bahan ini, berbanding terbalik dengan negara lain, baik di dalam maupun di luar ASEAN. Pewarnaan rambut merupakan salah satu layanan yang mendominasi industri salon kecantikan Indonesia. Bahkan, industri perawatan rambut Indonesia tercatat mencapai nilai pasar sekitar IDR 11,2 triliun dan dengan pertumbuhan sebesar 2,8% pada tahun Pewarnaan rambut sebagai salah satu layanan yang diberikan salon, saat ini menikmati pertumbuhan sebesar 6,4% dan mencapai hampir 19% dari total penghasilan kotor industri salon. Selain itu, industri pewarnaan rambut yang sebagian besar dimotori oleh inovasi, kreativitas dan pilihan gaya hidup, telah diakui oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sebagai salah satu kontributor utama terhadap ekonomi kreatif Indonesia. 3 Dengan demikian, Kelompok Kerja Kosmetik EuroCham (EuroCham Cosmetics Working Group) meyakini bahwa pembatasan jumlah bahan pewarna rambut untuk digunakan, dapat mengurangi pilihan yang tersedia untuk produk pewarnaan rambut, yang dengan demikian akan berdampak signifikan terhadap layanan salon kecantikan Indonesia. Rekomendasi: Dengan mempertimbangkan bahwa bahan pewarna rambut telah digunakan secara luas, kami merekomendasikan agar BPOM mengizinkan semua bahan pewarna rambut yang termasuk dalam ACD, digunakan di Indonesia, dengan mempertimbangkan bahwa bahan pewarna rambut ini telah diakui secara luas di semua negara. 3 Rapat Kelompok Kerja Kosmetik dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian), 27 April
7 Lembar Rekomendasi EuroCham 2018 : Kelompok Kosmetik Penafian: Publikasi ini dibuat dengan bantuan dari Uni Eropa (EU). Isi dari publikasi ini adalah sepenuhnya tanggung jawab dari Kamar Dagang dan Industri Eropa di Indonesia (EuroCham) dan tidak dapat dianggap sebagai pandangan resmi dari Uni Eropa.
8
Isu Prioritas - Standar (SNI)
1 Isu Prioritas - Standar (SNI) Melindungi hak konsumen dan memaksimalkan kepuasan pelanggan adalah bagian dari tujuan utama perusahaanperusahaan di seluruh dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia
Lebih terperinciSATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA
RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA
Lebih terperinciRiati Anggriani, SH, MARS., M.Hum Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan 6 Februari 2017
Riati Anggriani, SH, MARS., M.Hum Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan 6 Februari 2017 Agenda Sistem Pengawasan Badan POM Peraturan Tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.12.11.10052 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT
Lebih terperinciPAJAK. Pelaksanaan Perpajakan. Audit Pajak
1 PAJAK EuroCham mengapresiasi langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia selama beberapa tahun terakhir dalam pelaksanaan reformasi pajak dan pemberian insentif pajak ke berbagai industri.
Lebih terperinciRANCANGAN, 19 DESEMBER 2016 PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG
Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email subdit_standarkosmetik@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat 22 Desember
Lebih terperinci2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
No.60, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN POM. Kosmetika. Cemaran. Mikroba. Logam Berat. Persyaratan. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN
Lebih terperinci2016, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.439, 2016 KEMENPERIN. Barang Komplenter. Impor. Rekomendasi. Pemberian. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/M-IND/PER/3/2016 TENTANG KETENTUAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.07.11.6662 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN CEMARAN MIKROBA DAN LOGAM BERAT DALAM KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN
Lebih terperinciPendahuluan. Poin Penting dari Tahun Sebelumnya
1 Pendahuluan Poin Penting dari Tahun Sebelumnya Peluncuran Tim Penguatan Reformasi Perpajakan dan Bea Cukai oleh Kementerian Keuangan pada akhir tahun 2016 merupakan langkah yang patut dipuji dan EuroCham
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1712, 2017 BPOM. Pangan Olahan. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat. PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM
Lebih terperinciMASUKAN KAMI TERIMA PALING LAMBAT TANGGAL 18 OKTOBER 2017
MASUKAN KAMI TERIMA PALING LAMBAT TANGGAL 18 OKTOBER 2017 RANCANGAN 28 SEPTEMBER 2017 PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGAWASAN PRODUKSI DAN
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciP E R K O S M I PERSATUAN PERUSAHAAN KOSMETIKA INDONESIA INDONESIAN COSMETIC ASSOCIATION
P E R K O S M I PERSATUAN PERUSAHAAN KOSMETIKA INDONESIA INDONESIAN COSMETIC ASSOCIATION Paparan Regulasi Halal Temu Wicara Halal Bidang Kosmetika Jakarta, 28 Juni 2016 Materi Paparan Undang-undang Jaminan
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne
No.2076, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Persetujuan Impor. Obat. Obat Tradisonal. Suplemen Kesehatan. Kosmetika. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P
No.1730, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Air Mineral Demineral. Air Mineral CAlami. Air Minum Embun. Pemberlakuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.12.10.12123 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.12.10.12123 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,
Lebih terperinci2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabaenan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.475, 2016 KEMENKES. Impor. Barang Komplementer. Rekomendasi. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG REKOMENDASI UNTUK MENDAPATKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sudah ada dan semakin berkembang dari waktu ke waktu, disamping itu pula kosmetik berperan penting untuk menunjang
Lebih terperinci2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks
No.565, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Standadisasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/M-DAG/PER/4/2016 TENTANG STANDARDISASI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN
Lebih terperinci2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENARIKAN DAN PEMUSNAHAN KOSMETIKA
Lebih terperinciJuta 68% Juta 65% Sumber: DBS Vickers, BPJS Kesehatan
1 Pendahuluan Indonesia merupakan pasar utama di Asia Tenggara dalam hal pelayanan kesehatan; terutama jika melihat pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan, serta peningkatan kesadaran akan perawatan
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA DAN PROSEDUR PEMBERIAN REKOMENDASI UNTUK MENDAPATKAN
Lebih terperinciERA NOTIFIKASI KOSMETIKA
Drs. Hary Wahyu T., Apt Direktur Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen ERA NOTIFIKASI KOSMETIKA Disampaikan pada Acara Seminar tentang Iklan Kosmetika & Etika Pariwara Jakarta,
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg
No.870, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Kosmetika. Penarikan dan Pemusnahan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KRITERIA
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Neg
No.501, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor. Jagung. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/M-DAG/PER/3/20166/M-DAG/PER/2/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR JAGUNG DENGAN
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENARIKAN DAN PEMUSNAHAN KOSMETIKA
Draft 17 November 2016 RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENARIKAN DAN PEMUSNAHAN KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.692, 2014 KEMENPERIN. Baja Batangan. BJKU. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/M-IND/PER/5/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR
Lebih terperinci2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
No. 1510, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. Alat Konversi BBG. Skema Sertifikasi. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG SKEMA SERTIFIKASI ALAT KONVERSI BAHAN
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian menjadi salah satu sektor strategis dalam perekonomian Indonesia saat ini. Data PDB (Produk Domestik Bruto) atas dasar harga berlaku pada triwulan pertama
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.552, 2012 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 59/M-IND/PER/5/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA () PELEK KENDARAAN BERMOTOR
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1417, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Kompor Gas. LPG. Pemantik. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/M-IND/PER/11/2013 TENTANG
Lebih terperinciPENUNJUK UNDANG-UNDANG PERDAGANGAN
PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERDAGANGAN 1 (satu) kali masa sidang ~ paling lama, pemberian persetujuan atau penolakan terhadap perjanjian Perdagangan internasional Dewan Perwakilan Rakyat memberikan persetujuan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email subdit_standarkosmetik@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat 2 minggu sejak
Lebih terperinciPEDOMAN PENGAWASAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KOSMETIKA
9 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.12.11.10052 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KOSMETIKA PEDOMAN PENGAWASAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KOSMETIKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keinginan manusia untuk tampil cantik dan sempurna khususnya wanita merupakan suatu hal yang wajar. Untuk mencapai tujuannya, banyak wanita yang menghabiskan uangnya
Lebih terperinci2018, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 77/M-DAG/PER/11/2016
No.65, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor Ban. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 77/M-DAG/PER/11/2016
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG REKOMENDASI UNTUK MENDAPATKAN PERSETUJUAN IMPOR BARANG KOMPLEMENTER, BARANG UNTUK KEPERLUAN TES PASAR, DAN PELAYANAN PURNA JUAL
Lebih terperinciNARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas
NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN SNI SEBAGIAN PARAMETER PERSYARATAN KADAR FORMALDEHIDA DAN LOGAM TEREKSTRAKSI PADA TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL SECARA WAJIB
Lebih terperinci2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T
No. 1083, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Tepung Terigu. Standar Nasional Indonesia. Pemberlakuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/M-IND/PER/7/2015
Lebih terperinciB. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Lebih terperinciPENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN
PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana
Lebih terperinciUPAYA PENGUATAN BIDANG INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN OBAT DI FASYANKES
UPAYA PENGUATAN BIDANG INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN OBAT DI FASYANKES Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bidang
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
PERATURAN NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.07.11.6662 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN CEMARAN MIKROBA DAN LOGAM BERAT DALAM KOSMETIKA
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciIndeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi
KOPI, Jakarta Kinerja industri nasional kembali menunjukkan agresivitasnya seiring dengan peningkatan permintaan pasar domestik dan adanya perluasan usaha. Capaian ini terungkap berdasarkan laporan indeks
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KERTAS DAN KARTON UNTUK KEMASAN PANGAN SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN
Lebih terperinciSIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia
SIARAN PERS Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia Pada Dialog Bisnis Uni Eropa - Indonesia (EIBD) keempat yang
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.5.12.11.09955 TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang yang datang ke skin care ingin melakukan perawatan agar terlihat lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri skin care termasuk industri yang menjanjikan saat ini. Industri ini tidak luput dari kecantikan dan kosmetik. Karena sudah bisa dipastikan bawah orang yang
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Untuk meningkatkan efektivitas dan penguatan pengawasan
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.494, 2015 KEMENPERIN. Standar Nasional Indonesia. Kompor Gas. Sistem Pemantik. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/M-IND/PER/3/2015
Lebih terperinci2014, No Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Ke
No.225, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Regulator. Tabung Baja LPG. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/M-IND/PER/2/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA MESIN PENGHANCUR (CRUSHER) BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK - SYARAT MUTU DAN CARA UJI SECARA WAJIB DENGAN
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA JUMPA PERS AKHIR TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA JUMPA PERS AKHIR TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, 18 DESEMBER 2015 Yth. : Para Wartawan serta hadirin
Lebih terperinciSKEMA SERTIFIKASI PIPA BAJA SALURAN AIR DENGAN ATAU TANPA LAPISAN SENG NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN I. SELEKSI
Halaman : 1 dari 9 I. SELEKSI 1. Permohonan 1) Surat Aplikasi Permohonan 2) Dokumen permohonan SPPT SNI disertai dengan melampirkan dokumen legal perusahaan, daftar informasi terdokumentasi, diagram alir
Lebih terperinci2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah
No.1254, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Pedoman Dokumen Informasi Produk. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.26, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Tepung Terigu. Standar Nasional. Makanan. Pemberlakuan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.26, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Tepung Terigu. Standar Nasional. Makanan. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 49/M-IND/PER/7/2008
Lebih terperinciRenstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN
RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.227, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Pupuk Anorganik Majemuk. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-IND/PER/2/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR
Lebih terperinci2015, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2
No.1452, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Kaca. Wajib.SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80/M-IND/PER/9/2015 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) PIPA SARINGAN UNTUK SUMUR AIR TANAH SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87% beragama Islam merupakan potensi pasar yang sangat besar bagi produk-produk halal. Apabila
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1084, 2015 KEMENPERIN. Biskuit. Wajib. Standar Nasional Indonesia. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-IND/PER/7/2015 TENTANG
Lebih terperinciBeberapa perkembangan Internasional sehubungan dengan produk kayu ilegal yang harus dicermati:
SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA HIGH LEVEL MARKET DIALOGUE BETWEEN INDONESIA, EU, THE US AND JAPAN: MEETING MARKET DEMAND FOR LEGALLY TIMBER PRODUCT JAKARTA, 10 MARET 2011 Yth. Menteri Koordinator
Lebih terperinci2015, No Ketentuan Impor Produk Tertentu, dan mengatur kembali ketentuan impor produk tertentu; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1553, 2015 KEMENDAG. Impor. Produk Tertentu. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK TERTENTU
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2014 PERINDUSTRIAN. Produk Halal. Jaminan. Bahan. Proses. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5604) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciDIREKTORAT TERTIB NIAGA DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA KEMENTERIAN PERDAGANGAN
DIREKTORAT TERTIB NIAGA DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA KEMENTERIAN PERDAGANGAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN KEGIATAN PERDAGANGAN Disampaikan
Lebih terperinci2 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1629, 2014 KEMENPERIN. Kopi Instan. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/M-IND/PER/10/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL
Lebih terperinciMeningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera, serta memperkuat perekonomian negara dan daya saing bisnis
Nawa Cita Inpres Nomor 6 Tahun 2016 Nomor 5: Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia Nomor 6: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional Nomor 7: Mewujudkan kemandirian
Lebih terperinciWaspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal
Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal Latar Belakang Derasnya arus globalisasi memberikan warna dan nuansa pada pola perdagangan nasional maupun internasional. Perkembangan sistem perdagangan dunia
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang Industri Farmasi yang komprehensif
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.921, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pendingin Ruangan. Lemari Pendingin. Mesin Cuci. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/M-IND/PER/7/2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dominan, dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, negara-negara di berbagai belahan dunia berlomba-lomba untuk memajukan seluruh sektor yang terdapat di dalam negara untuk memajukan nama negara
Lebih terperinciCatatan Pengarahan FLEGT
FLEGT PENEGAKAN HUKUM, TATA KELOLA DAN PERDAGANGAN SEKTOR KEHUTANAN Jaminan legalitas berbasis peserta pasar dan pemberian izin FLEGT Latar belakang Rencana Tindakan mengenai Penegakan Hukum, Tata Kelola
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOPI INSTAN SECARA WAJIB
DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOPI INSTAN SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.479, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. SNI. Regulator Tekanan Rendah. Tabung Baja. LPG. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/M-IND/PER/3/2013
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di dalam bab-bab sebelumnya mengenai pengaturan pengaturan technical barrier to trade sebagai salah satu perjanjian
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinci2016, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan L
No.17, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. LPK Terdaftar ASEAN. Sertifikat Produk. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi dinegara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan
Lebih terperinci- 7 - BAB III STANDARDISASI. Bagian Kesatu Perencanaan
- 7 - BAB III STANDARDISASI Bagian Kesatu Perencanaan Pasal 10 (1) Perencanaan perumusan SNI disusun dalam suatu PNPS. (2) PNPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat program perumusan SNI dengan judul
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciObat dan Makanan Terjamin Aman, Bermutu dan Bermanfaat
Sejalan dengan prioritas pembangunan jangka menengah, tantangan, beban dan tanggung jawab pengawasan obat dan makanan dirasakan semakin berat. Untuk itu, Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang
Lebih terperinci1. Yulianty Widjaja (Direktur DAVINCI); dan 2. Para Hadirin Sekalian Yang Berbahagia.
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA PEMBUKAAN PAMERAN 22 TAHUN DAVINCI DI INDONESIA JAKARTA, 14 OKTOBER 2015 Yang Saya Hormati: 1. Yulianty Widjaja (Direktur
Lebih terperinciSekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
RANCANGAN REVISI PP 38/2007 DAN NSPK DI LINGKUNGAN DITJEN BINFAR DAN ALKES Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan DISAMPAIKAN PADA SEMILOKA REVISI PP38/2007 DAN NSPK : IMPLIKASINYA TERHADAP
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.692, 2015 KEMENPERIN. Fasilitas Pajak Penghasilan. Penanaman Modal. Usaha Tertentu. Daerah Tertentu. Industri. Kriteria. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN
Lebih terperinciKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan MARI DUKUNG! I M P L E M E N T A S I P E N U H. oleh Agus Justianto
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan MARI DUKUNG! I M P L E M E N T A S I P E N U H S V L K oleh Agus Justianto Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Dibangun sejak 2003 dan melibatkan para pemangku kepentingan
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Direktur Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Nomor HK.06.02.351.03.15.196 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinci