BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas. hakikatnya merupakan rangkaian riset- tindakan riset- tindakan-

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penelitian Tindakan 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan (action reseatch) yang dilaksanakanoleh guru di dalam kelas. Penelitian pada hakikatnya merupakan rangkaian riset- tindakan riset- tindakan- yang dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah. Sampai masalah itu terpecahkan, berikut pengertian penelitian tindakan kelas yaitu: Menurut Hopekipns dalam Ekawarna (2009) peelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Menurut Rapoport dalam ekawarna (2009) penelitian tindakan kelas adalah penlitian untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang di hadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama, sedangkan Menurut Kemmis penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inquiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan ). 7

2 2 2. Karakteristik PTK Menurut Igak Wardhani dan kuswaya wihardit (2012) karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK), membedakan dengan jenis penelitian lain. Ciri- cirri tersebut adalah : a. Adanya masalah dalam Ptk dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikannya. b. Self-reflevtive inquiry, atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan cirri PTK yang paling esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain sebagai responden, maka PTK mempersyaratkannya guru mengumpulkan data dari prakteknya sendiri. c. Penelitian tindakan kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupakan prilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi. d. Penelitian kelas bertujuan untuk memperbaikin pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus-menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Sedangkan Menurut Ekawarna (2009) dari perbedaan antara penelitian formal dengan PTK, maka PTK pada dasarnya memiliki sejumlah karakteristik atau ciri- ciri sebagai berikut :

3 3 1) Bersifat siklus atau berulang, artinya dalam PTK terdapat siklus siklus atau perulangan mulai dari perencanan, pemberian tindakan, pengalaman dan refleksi sebagai prosedur baku PTk. 2) Bersifat jangka panjang atau longitudinal, artinya PTK harus langsung dalam jangka waktu lama yang tertentu ( misalnya2-3 bulan ) secara kontinyu untuk memperoleh data yang diperlukan, bukan sekali tembak selesai pelaksanaannya. 3) Bersifat particular spesifik, jadi tidak bermaksud melakukan generalisasi dalam rangka menguji atau menemukan teori- teori. Hasilnya pun tidak untuk digeneralisasi meskipun mungkin ditetapkan oleh orang lain, ditempat lain yang konteksnya mirip 4) Bersifat emik artinya Ptk memandang pembelajaran menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak yang diteliti, bukan menurut sudut pandang dengan orang luar yang berjarak dengan hal yang diteliti. 5) Bersifat kalobaratif atau kooperatif artinya dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama atau kerja sama dengan teliti (guru) dan pihak lain demi tercapainya tujuan penelitian 6) Bersifat kasuisitik, artinya PTK menggarap kasus kasus spesifik atau khusus dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru, menggarap masalah- masalah yang memiliki urgeni tinggi.

4 4 7) Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang pelaksanan PTK tidak perlu dimanipulasi data atau direkayasa demi kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian. 8) Mengutamakan adanya kecukupan data yang di perlukan untuk mencapai tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel sebagai kuantitatif. 9) Bermaksud mengubah kenyataan dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan menguji hipotesis. 3. Model - model tindakan kelas Model kurt lewin yang sering dijadikan acuan pokok atau dasar dari berbagai model penelitian tindakan (action research), terutama PTK. Dia lah orang pertama yang memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut kurt kewin terdiri dari empat komponen yaitu : 1) Perencanan (planning) Pada tahapan ini penulis melakukan: a) Menyusun rencana kegiatan harian (RKH) berdasarkan keterampilan motorik halus anak dalam kegiatan menjahit baju dengan papan gambar, menentukan indikator, menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak. b) Menyiapkan instrument penelitian perkembangan anak. c) Menyiapkan sumber scenario belajar yaitu papan gambar.

5 5 d) Mengembangkan scenario pembelajaran dengan mengunakan kegiatan menjahit. 2) Tindakan (acting) Melakukan tindakan sebagai langkah yang kedua menemukan realisasi dari rencana yang kita buat. Tanpa tindakan rencana hanya merupakan agan-agan yang tidak pernah menjadi kenyataan. 3) Pengamatan (observing) Berdasarkan pengamatan kita akan dapat menemukan apakah ada hal-hal yang harus segera diperbaiki agar tindakan dapat mencapai yang kita inginkan. 4) Refleksi (reflecting) Refleksi sebagai langkah keempat, kita lakukan setelah tindakan terakhir. Kita akan mencoba melihat atau merenungkan kembali apa yang telah kita lakukan dan apa dampaknya bagi proses belajar anak. Yang lebih penting pula kita renungkan alasan kita melakukan suatu tindakan dikaitkan dengan dampakanya. Dengam cara inai kita akan dapat mengenal kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang kita lakukan.

6 6 PTK Model Kurt Lewin dapat digambarkan sebagai berikut: PELAKSANAA N PERENCANAAN SIKLUS 1 PENGAMATAN REFLEKSI PELAKSANAAN PERENCANAAN SIKLUS 2 PENGAMATAN REFLEKSI Sumber: Ekawarna (2009) a. Model Kemmis & Targgart Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt Lewin. Pada model Kemmis & taggart komponen acting dan observasi dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama. 1. Tahapan intertrvensi tindakan Kegiatan pokok Fokus penelitian tindakan terdiri dari : a. Perencanaan(planning) yaitu: 1) Mempelajari aspek- aspek perkembangan yang akan di kembangkan di TK 2) Mempelajari Kurikulum TK

7 7 3) Mengembangkan menjahit yang sesuai dengan perkembangan anak. 4) Mempersiapkan permainan sesuai dengan tema 5) Membuat RKM 6) Membuat RKH 7) Menyiapkan media belajar yang diperlukan sesuai tema 8) Menyiapkan sumber belajar 9) Mengembangkan Format observasi 10) Mengembangkan Format evaluasi b. Tindakan (acting) yaitu: 1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan belajar 2) Melaksanakan pengamatan mengenai isi tindakan 3) Mengumpulkan data perlengkapan lain yang mendukung c. Pengamatan (observing) yaitu: 1) Melakukan observasi dengan format observasi 2) Mengamati kegiatan pembelajaran, pengamatan. Berperan serta, penelitian terlibat langsung selama kegiatan berlangsung d. Refleksi (Reflecting) yaitu: 1) Mengamati perubahan yang terjadi pada anak setelah terjadi tindakan 2) Mengadakan pertemuan untuk membahas hasil tindakan 3) Evaluasi

8 8 PTK Model spiral Kemmis & Taggart,1998 sebagai berikut : ASSESMEN AWAL R E F L E C PLAN ACTION OBSERVASI R E F L E C OBSERVASI REVISION ACTION ASSESMENT AKHIR Sumber :Sofyan. H (2014) b. Model John Elliot Model PTK John Elliot lebih rinci jika dibandingkan dengan model kurt Lewwin dan model Kemmis & Taggart. Dikatakan demikian karena didalam yang setiap siklus terdiri dari beberapa aksi, yaitu tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar.

9 9 C.Model Hopkins Model Hopkins dalam Ekawarna (2009) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan subtansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan PTK Model Hopkins dapat digambarkan sebagai berikut : Refleksi Tindakan /observasi Rencana awal/rancangan Putaran 1 Putaran 2 Refleksi Rencana yang direvisi Tindakan/observasi Refleksi Rencana yang direvisi Putaran 3 Tindakan/observasi

10 10 B. Meningkatkan Keterampilan Motorik halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Keterampilan Motorik Halus Keterampilam motorik halus adalah pengorganisasian pengunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dam koordinasi mata dan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dam objek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik dan menjahit dan lain-lain. Menurut Mahendra (1998) Ketertampilan motorik halus ( fice motor skill) merupakan keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/ halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan berhasil.keterampilan motorik memegang berkembang sejalan dengan meningkatnya koordinasi mata dan tangan. Aktivitas yang melibatkan koordinasi mata dan tangan meningkat sesuai dengan pencapaian kemampuan control otot-otot penggerak mata. Memegang dan memanipulasi suatu benda dengan mengunakan tangan merupakan suatu kemampuan penting dalam pencapaian keterampilan, Keterampilan dan memanipulasi sangat diperlukan dalam berbagai aktivitas sehari-hari dan berpengaruh kepada kehidupan bayi untuk selanjutnya. Aktivitas ini termasuk memegang benda kecil seperti manik- manik, butiran kalung, memegang sendok, memegang pensil dengan benar, mengunting, melipat kertas, mengikat tali sepatu, mengancing dan menarik.

11 11 Beberapa keterampilam tangan yang penting bagi anak untuk di kembangkan adalah : a) Mampu melengkungkan telapak tangan membentuk cekungan. b) Mengunakan jari telunjuk memegang suatu benda, sambil menggunnakan jari tengah dan jari manis untuk menstabilan tangan mereka. c) Membuat bentuk lengkungan dengan jempol dan telunjuk. Banyak sekali bentuk permainan yang dapat mengembangkan keterampilan motorik halus anak usia dini diantaranya : 1) Membuat boneka salju dari kain 2) Cetakan pasir 3) Papan tulis goreasan jari 4) Telur dinosourus 5) Menempel dan mengunting 6) Meraba dan menceritakan 7) Menjepit dengan jepit jemuran 8) Menjahit gambar dan lain- lain. 2. Tujuan dan fungsi peningkatan keterampilan motorik halus Tujuan pengembangan motorik anak usia dini 4-6 tahun adalah : a. Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan. b. Mampu mengerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-jemari.

12 12 c. Mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan. d. Mampu pengendalikan emosi dala beraktivitas motorik halus secara khusus bertujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia TK (4-6 tahun) adalah anak dapat menunjukan kemampuan mengerakan anggota tubuhnya dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan.(depdiknas,2002). C. Kegiatan Menjahit baju dengan papan gambar 1. Pengertian menjahit Menjahit adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk anak usia dini sebagai upaya mengembangkan keterampilan motorik halus. Selain itu mengembangkan keterampilan motorik halus menjahit. menjahit juga dijadikan media pendidikan yang dapat membantu anak meningkatkan konsetras dan koordinasi mata dan tangan. (Sujiono.B dkk, 2009 : 1.14 ). juga untuk kemampuan menulis dan meningkatkan kemampuan gerakan tangan, pergelangan tangan dan jari. Selain itu, menjahit juga melatih anak untuk sabar dan mampu memecahkan masalah, berfikir kreatif, dan memupuk semangat untuk terus berjuang. Menjahit untuk anak tidak sama dengan menjahit untuk orang dewasa. Pada dasarnya teknik menjahit untuk anak sama dengan teknik menjahit yang di lakukan orang dewasa, yaitu menggunakan benang, jarum dan bahan. namun untuk anak, kain, jarum dan benang yang digunakan

13 13 sedikit berbeda. Bahan dan alat menjahit untuk anak diciptakan dengan memenuhi kriteria keamanan dan mudah untuk di pegang. 2. Manfaat menjahit pada anak Berlatih menjahit dengan memasukin benang kedalalam lubang, kemudian menjahit bahan / media menjadi ajang untuk melatih : a. Koordinasi tangan dan mata b. Genggaman jemari si kecil yang nantinya berguna ketika ia mulai belajar menulis (cara memegang jarum miring dengan cara memegang pensil). c. Kelenturan tangan (juga modal penting untuk kegiatan nulis kelak ) d. Kesabaran e. konsterasi Dengan berlatih menjahit, se kecil bisa balajar juga memecahkan masalah, berfikir kreatif dan melatih kegigihannya. Bahkan kita pun bisa menyisipkan konsep matematika ringan, dengan mengajak si kecil menghitung jumlah lubang yang ada. 3. Kriteria bahan- bahan dan alat menjahit untuk anak Benang yang digunakan untuk menjahit pada anak menggunakan berbagai ukuran menjahit untuk anak tidak menggunakan benang jahit yang digunakan orang dewasa karena benang yang digunakan orang dewasa terlalu halus dan tipis. Untuk menjahit anak- anak menggunakan tali atau benang wingwool yang berukuran lebih besar. Tali sepatu juga

14 14 kadang di gunakan sebagai benang. Usahakan anak tidak merasa kesulitan memegang tali tersebut. Jarum yang digunakan untuk menjahit pada anak usia dini umumnya tidak menggunakan jarum yang digunakan orang dewasa. Sebagai penganti jarum tali untuk menjahit. Pada salah satu ujungnya dibulat agak keras. permainan menjahit yang menggunakan jarum plastik (berbentuk seperti jarum, tetapi ukuran besar seperti pensil ). Bahan kain untuk menjahit pada anak adalah bahan keras yang biasanya terbuat dari kayu lembut dan halus. Kayu digunakan sebagai bahan untuk menjahit karena beberapa jenis kayu dipadatan dari rempah potongan kayu biasanya lebih ringan, kuat dan tidak mudah rusak. Kayu tersebut berbentuk beragam objek dan pada hamparan kayu tersebut terdapat lubang- lubang yang di atur jarak dan jumlahnya 4. Mengajarkan menjahit pada anak Mengajarkan menjahit anak tidak untuk mendapatkan hasil jahitan yang rapi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. namun lebih kepada proses anak untuk melakukan kegiatan tersebut, pada prinsipnya penilaian menjahit untuk anak adalah mampu mengkoordinasikan tangan dan mata untuk memasukkan dan mengeluarkan sesuatu dari sebuah benda sambil berfikir agar tali / benang terjahit semuanya.

15 15 D. Keterkaitan Peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan menjahit baju dengan papan gambar adalah : Mahendar dalam sumantri (2005:48) mengemukakan keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan keterampilan untuk mengontrol otot-otot halus/kecil untuk mencapai pelaksanan keterampilan berhasil. Keterampilan motorik adalah keterampilan seseorang dalam menampilkan gerak sampai gerak yang lebih komplek menurut Sukadiyanto (1997:70). Menjahit adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan menjahit bagianbagian yang terpisah atau yang telah tergunting. Bagi anak usia dini menjahit adalah menusuk benang kedalam lubang yang sudah dibentuk berbagai macam pola sesuai dengan tema yang ditentukan. Darminta (2001 :2.1) jahit adalah sesuatu pekerjaan mendekatkan dengan jarum/benang jelujur atau melekatkan, menjepit, mengelem atau menyambung dengan jarum atau benang Kegitan menjahit selain menggembangkan potensi diri dalam proses menjahit, anak dapat meningkatkan keterampilan motorik halusnya dengan melakukan sebagian gerakan tubuh secara maksimal khususnya jari jemarinya. Berdasarkan uraian diatas dan adanya proses keterkaitan antara proses kegiatan menjahit yang dilakukan anak dengan meningkatkan keterampilan motorik halus anak, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa melalui kegiatan menjahit dengan media papan gambar baju, dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia dini.

16 16 E. Penelitian relevan Banyak penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian tindakan tindakan kelas diantaranya : 1. Watini ( ) melakukan penelitian dalam hal Peningkatan kemampuan motorik halus anak/peserta didik dalam menciptakan sesuatu melalui bahan bekas. Dari hasil lembar observasi pratindakan sebesar 50%, pada siklus I peningkatan kemampuan motorik halus peserta didik menjadi 64,3%, pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 85,7%. Dengan demikian peningkatan kemampuan motorik halus tersebut terjadi secara bertahap dan meningkat menjadi kategori baik. 2. Skripsi Eri Ekamety Rahmayani yang berjudul Mengembangkan motorik halus anak usia dini melalui kegiatan meronce Di Tk negeri Pembina 2 Kota Jambi Fakultas Fkip PG Paud Universitas Jambi Tahun Dari hasil Penelitian tersebut dikatakan sudah berhasil karena sudah memenuhi harapan peneliti, terbukti adanya peningkatan dalam siklus I, II, dan III dapat mengembangkan motorik halus anak menjadi berkembang sangat baik sesuai harapan peneliti. 3. Skripsi Tutik Sumiah yang berjudul Mengembangkankemampuan motorik halus anak kelmpok A TK.BPPI cokro aminoto Kabupaten Kendiri Fakultas PG Paud Universitac PGRI Kendiri tahun Berdasarkan penelitian ini, ketuntasan kemampuan menjahit anak didik mengalami peningkatan yang signifikan. dapat disimpulkan bahwa

17 17 pembelajaran dengan menggunakan media kertas karton dan benangwol dapat mengembangkan kemampuan menjahit anak sehingga peneliti dapat membuktikan berdasarkan pratindakan 37,5%, siklus I 37,5%, siklus II 57,14% dan siklus III 87,5% sehingga tercapai peningkatan dengan berkembang sangat baik. F. Hipotesis Berdasarkan Uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai seberikut : Melalui menjahit baju dengan papan gambar dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia dini di RA Nurul Hidayah Kota Jambi