PEDOMAN PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU"

Transkripsi

1 Sekretariat Penghargaan Industri Hijau Gedung Kementerian Perindustrian RI Lt. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 5-5 Jakarta Selatan Telp/Fax : () industrihijaukemenperin@gmail.com PEDOMAN PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU TAHUN 8 PEDOMAN PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU PEDOMAN PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU PEDOMAN PENILAIAN PEDOMAN PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU

2

3

4 KATA PENGANTAR Sekor industri merupakan salah satu sektor kunci dalam pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di Indonesia dan oleh karenanya perlu diupayakan agar terus berkembang serta memiliki kinerja dan daya saing tinggi. Upaya tersebut harus selaras dengan dinamika pasar yang selain semakin terbuka dan kompetitif seiring dengan perkembangan teknologi, juga diwanai dengan menguatnya kesadaran serta kepedulian akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup. Pada kenyataannya, sekarang ini pasar sudah mulai mengapresiasi industri yang dalam operasionalnya menerapkan praktek terbaik yang efisien dalam peggunaan sumber daya serta berkurang timbulan limbahnya. Arah pengembangan dan pembinaan industri oleh Kementerian Perindustrian sudah sesuai dengan kondisi tersebut di atas. Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang nomor tahun tentang Perindustrian, pengembangan industri hijau juga dimaksudkan untuk mewujudkan industri hijau. Industri Hijau tidak hanya mendorong perusahaan industri untuk terus melakukan continous improvement di segala lini dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi, namun juga memberikan bukti bahwa dengan pendekatan low cost ataupun no cost sekalipun dapat memberikan dampak besar bagi perusahaan industri. Tidak hanya keuntungan secara finansial melalui penghematan dan peningkatan produktivitas, namun juga memberikan image baru bagi perusahaan sebagai Industri Hijau. Dikaitkan dengan kinerja industri saat ini dan peran strategisnya dalam pembangunan ekonomi nasional, kita sepakat bahwa apa yang kita capai sekarang belum sesuai dari yang kita harapkan. Pada triwulan Ketiga tahun 7 Industri pengolahan nonmigas masih memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yaitu mencapai 7,76% sedangkan pertumbuhan industri pengolahan Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau i

5 nonmigas sebesar 5,9%, hal tersebut belum dapat mengangkat ekonomi nasional secara signifikan. Selain karena iklim ekonomi global yang lesu, hal tersebut tentunya sangat berkaitan dengan daya saing industri kita yang relatif masih rendah. Diantara berbagai faktor yang menentukan daya saing industri, kinerja industri dalam menjalankan proses produksi merupakan salah satu faktor yang cukup menentukan. Oleh karenannya, kemampuan mengelola dan menerapan praktek terbaik sangat penting untuk terus menerus ditingkatkan. Dalam kaitan tersebut, penerapan industri hijau sangat relevan sebagai sarana untuk membangun kemampuan yang dibutuhkan karena penerapan prinsip industri hijau pada dasarnya adalah mengimplementasikan praktek terbaik agar terwujud sistem produksi yang efisien dan efektif. Untuk mendorong industri menerapkan prinsip Industri Hijau, sejak tahun Kementerian Perindustrian menyelenggarakan kegiatan Penghargaan Industri Hijau. Kegiatan ini juga merupakan salah satu bentuk insentif non fiskal bagi perusahaan industri dalam rangka mendorong transformasi industri nasional menuju Industri Hijau. Selain itu, melalui kegiatan ini diharapkan perusahaan industri dapat mulai melakukan aklimatisasi dan sinkronisasi kebijakan perusahaan dengan prinsip Industri Hijau sebagai tahapan awal menuju pemberlakuan Sertifikasi Industri Hijau. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Ngakan Timur Antara ii Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REBULIK INDONESIA... PERATURAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI... LAMPIRAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI... i iii vi vii viii ix xiv xvii BAB I BAB II PENDAHULUAN.... Latar Belakang.... Tujuan.... Lingkup Penilaian... TIM PELAKSANA PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU.. Sekretariat Tim Teknis Dewan Pertimbangan... 7 BAB III PENDAFTARAN DAN SELEKSI PESERTA PENGHARGAAN... INDUSTRI HIJAU. Tata Cara Pengusulan dan Seleksi Peserta Dokumen Kelengkapan Peserta... 9 BAB IV PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU.... Kriteria Penilaian.... Cara Penilaian Kualifikasi Hasil Penilaian Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau iii

7 BAB V PANDUAN TEKNIS PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU.. Proses Produksi Kinerja Pengelolaan Limbah/Emisi.... Manajemen Perusahaan... BAB VI TAHAPAN KEGIATAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU.... Sosialisasi Waktu dan Tempat Pendaftaran Seleksi Kelengkapan Administrasi Verifikasi Dokumen Verifikasi Lapangan Evaluasi Hasil Penilaian Penyampaian Hasil Penilaian Sanggahan Perusahaan dan Verifikasi Ulang Penyampaian Hasil Penilaian kepada Dewan Pertimbangan Review Hasil Penilaian Penetapan Penerima Penghargaan Industri Hijau Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau Evaluasi... 6 BAB VII AGENDA KEGIATAN... iv Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

8 DAFTAR TABEL Tabel Besaran Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Investasi Untuk Klasifikasi Usaha Industri... 5 Tabel Kriteria Penilaian Penghargaan Industri Hijau Kategori Industri Besar... Tabel Kriteria Penilaian Penghargaan Industri Kategori Industri Menengah... Tabel Kriteria Penilaian Penghargaan Industri Kategori Industri Kecil Tabel 5 Contoh Perhitungan Penilaian Industri Besar... 7 Tabel 6 Contoh Perhitungan Penilaian Industri Menengah Tabel 7 Contoh Perhitungan Penilaian Industri Kecil Tabel 8 Klasifikasi Penghargaan Industri Hijau Tabel 9 Jadwal Pelaksanaan Penghargaan Industri Hijau... 6 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau v

9 DAFTAR GAMBAR Gambar Pendaftaran Peserta Perhargaan Industri Hijau... 8 Gambar Tahapan Kegiatan Penghargaan Industri Hijau... 6 vi Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Formulir Pendaftaran Lampiran Matriks Isian Penghargaan Industri Hijau Lampiran Contoh matriks self assesment industri besar terhadap kriteria Penilaian... 7 Lampiran Format Sinopsis... 9 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau vii

11 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

12 LANDASAN PERATURAN PEDOMAN PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

13 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

14 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/M-IND/PER//6 TENTANG PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan Industri Hijau dan untuk memperkuat kapasitas kelembagaan melalui promosi Industri Hijau sesuai dengan Pasal huruf c dan Pasal 78 ayat () huruf d Undang-Undang Nomor tahun tentang Perindustrian, serta untuk memberikan motivasi kepada perusahaan industri, dipandang perlu untuk memberikan penghargaan kepada perusahaan industri yang telah menerapkan prinsip Industri Hijau; b. bahwa untuk memberikan kepastian hukum terhadap pelaksanaan program Penghargaan Industri Hijau sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan adanya perubahan dan dinamika di sektor industri sehingga perlu mengganti ketentuan Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau xi

15 Mengingat sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 5/M-IND/PER//; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Penghargaan Industri Hijau. :. Undang-Undang Nomor Tahun tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 59);. Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 5 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional Tahun 5-5 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 5 Nomor 6. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 567);. Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 5 tentang Pembangunan Sumber Daya Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 5 Nomor 6 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 578);. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 5 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 5 Nomor 8); 5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 5 tentang Kementerian Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 5 Nomor 5); 6. Keputusan Presiden Nomor /P Tahun tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun -9; xii Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

16 7. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 7/M-IND/PER//5 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU Pasal Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:. Penghargaan Industri Hijau adalah program pemberian penghargaan kepada perusahaan industri yang telah menerapkan prinsip industri hijau dalam proses produksinya;. Perusahaan Industri adalah Setiap Orang yang melakukan kegiatan di bidang usaha Industri yang berkedudukan di Indonesia;. Industri Hijau adalah Industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan Industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat;. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang perindustrian. Pasal Program Penghargaan Industri Hijau bertujuan memberikan motivasi kepada perusahaan industri untuk menerapkan prinsip industri hijau. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau xiii

17 Pasal () Penghargaan Industri Hijau kepada perusahaan industri dilakukan melalui tahap seleksi dan penilaian. () Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat () dapat dilakukan terhadap perusahaan industri di bidang manufaktur yang telah menerapkan prinsip Industri Hijau. () Perusahaan industri sebagaimana dimaksud pada ayat () dikelompokkan ke dalam (tiga) kategori yaitu: a. Kategori Industri Besar; b. Kategori Industri Menengah; c. Kategori Industri Kecil. Pasal Ketentuan dan tata cara penilaian Penghargaan Industri Hijau diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Pasal 5 () Untuk membantu pelaksanaan tugas kesekretariatan kegiatan Penghargaan Industri Hijau, dibentuk Tim Sekretariat Penghargaan Industri Hijau; () Tim Sekretariat berasal dari Pegawai Negeri Sipil dan/atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja dari unit yang membawahi urusan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup; () Tim Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat () dan ayat () ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri. xiv Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

18 Pasal 6 () Untuk melakukan rangkaian kegiatan mulai dari verifikasi dokumen, verifikasi lapangan dan penilaian terhadap perusahaan industri dibentuk Tim Teknis () Untuk melakukan tugas review dan evaluasi hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (), dibentuk Dewan Pertimbangan. () Tim Teknis dan Dewan Pertimbangan terdiri dari unsur pemerintah, perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga konsultan dan instansi terkait lainnya. () Tim Teknis dan Dewan Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat () dan ayat () ditetapkan oleh Menteri. Pasal 7 () Menteri menetapkan penerima Penghargaan Industri Hijau berdasarkan rekomendasi dari Dewan Pertimbangan; () Perusahaan industri yang ditetapkan sebagai penerima Penghargaan Industri Hijau diberikan Piala dan/atau sertifikat yang diserahkan pada acara Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau; () Program Penghargaan Industri Hijau sebagaimana dimaksud pada ayat () dilaksanakan setiap (tahun) sekali. Pasal 8 Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan Penghargaan Industri Hijau dibebankan kepada anggaran Badan Penelitian dan Pengembangan Industri. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau xv

19 Pasal 9 Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Perindustrian Republik Republik Indonesia Nomor 5/M-IND/PER// tentang Program Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 Maret 6 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SALEH HUSIN Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi Eko S.A. Cahyono xvi Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

20 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 5-5, Lantai 9 Jakarta 95 Kotak Pos : 58 JKSMG Telp , Fax PERATURAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI NOMOR : 88/BPPI/PER//8 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjalankan ketentuan sesuai dengan pasal ayat () Peraturan Menteri Perindustrian nomor 8/M-IND/PER//6 Tentang Penghargaan Industri Hijau, perlu disusun pedoman penilaian Penghargaan Industri Hijau Tahun 8 b. bahwa dalam rangka menuju penilaian yang lebih objektif, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan, perlu melakukan perubahan terhadap kriteria penilaian penghargaan industri hijau c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri; Mengingat :. Undang-Undang Nomor Tahun tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 59);. Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 5 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional Tahun 5-5 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 5 Nomor 6. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau xvii

21 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 567);. Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 5 tentang Pembangunan Sumber Daya Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 5 Nomor 6. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 578);. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 5 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 5 Nomor 8); 5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 5 tentang Kementerian Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 5 Nomor 5); 6. Keputusan Presiden Nomor /P Tahun tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun -9; 7. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 7/M-IND/PER//5 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian; 8. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 8/M-IND/ PER//6 tentang Penghargaan Industri Hijau MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU Pasal Memberlakukan Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri ini. xviii Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

22 Pasal Dengan berlakunya Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri ini, maka Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Nomor: 8/BPPI/PER//6 Tentang Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Pasal Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Maret 8 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Ngakan Timur Antara SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada :. Menteri Perindustrian;. Sekretariat Jenderal;. Direktur Jenderal Industri Agro;. Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka; 5. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika; 6. Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah; 7. Inspektur Jenderal; 8. Kepala Biro Hukum dan Organisasi. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau xix

23 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI NOMOR : 88/BPPI/PER//8 TANGGAL : 9 Maret 8 PEDOMAN PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tujuan. Lingkup Penilaian TIM PELAKSANA PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU. Sekretariat. Tim Teknis. Dewan Pertimbangan PENDAFTARAN DAN SELEKSI PESERTA PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU. Tatacara Pengusulan dan Seleksi Peserta. Dokumen Kelengkapan Pendaftaran PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU. Kriteria Penilaian. Cara Penilaian. Kualifikasi Hasil Penilaian PANDUAN TEKNIS PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU. Proses Produksi. Kinerja Pengelolaan Limbah/Emisi. Manajemen Pengusahaan xx Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

24 BAB VI TAHAPAN KEGIATAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU. Sosialisasi. Waktu dan Tempat Pendaftaran. Seleksi Kelengkapan Administrasi. Verifikasi Dokumen 5. Verifikasi Lapangan 6. Evaluasi Hasil Penilaian 7. Penyampaian Hasil Penilaian 8. Sanggahan Perusahaan dan Verifikasi Ulang 9. Penyampaian Hasil Penilaian kepada Dewan Pertimbangan. Review Hasil Penilaian. Penetapan Penerima Penghargaan Industri Hijau. Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau. Evaluasi BAB VII AGENDA KEGIATAN Lampiran:. Formulir Pendaftaran. Matriks Isian Penghargaan Industri Hijau. Matriks self assesment perusahaan industri terhadap kriteria penilaian. Format Sinopsis KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI NGAKAN TIMUR ANTARA Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau xxi

25 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

26 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Sektor industri berperan sangat strategis dalam pembangunan nasional karena mempunyai misi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan menciptakan lapangan kerja. Pertumbuhan positif ekonomi nasional yang disokong oleh industri nasional, ternyata juga diiringi oleh semakin meningkatnya tingkat konsumsi sumber daya alam baik dalam bentuk bahan/material, energi dan air. Dengan tingkat konsumsi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, dikhawatirkan akan mempercepat krisis sumber daya alam dan menurunnya daya dukung lingkungan. Unuk itu pemanfaatan sumber daya alam di segala sektor tak terkecuali di sektor industri dituntut untuk lebih bijak. Untuk mengantisipasi kekhawatiran tersebut, maka mendorong sektor industri manufaktur nasional beralih dari Business as Usual (BAU) menjadi industri hijau telah menjadi isu penting dan mutlak untuk segera dilaksanakan guna tercapaianya efisiensi produksi serta menghasilkan produk hijau. Industri hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

27 kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat. Artinya, industri hijau merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada peningkatan efisiensi melalui tindakan hemat dalam pemakaian bahan/material, air dan energi; penggunaan energi alternatif; penggunaan material yang aman terhadap manusia dan lingkungan; dan penggunaan teknologi rendah karbon dengan sasaran peningkatan produktivitas dan minimisasi limbah yang menekankan pendekatan bisnis guna memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan. Pengembangan Industri Hijau juga merupakan salah satu usaha untuk mendukung komitmen Pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca, sebagaimana telah disampaikan oleh Presiden dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim di Paris bulan Desember 5, bahwa Indonesia berkomitmen menurunkan emisi sebesar 9% di bawah business as usual pada tahun. Penurunan emisi tersebut dilakukan dengan mengambil langkah, salah satunya di bidang energi berupa pengalihan subsidi BBM ke sektor produktif, peningkatan penggunaan sumber energi terbarukan hingga % dari konsumsi energi nasional tahun 5 dan pengolahan sampah menjadi sumber energi. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong berkembangnya Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

28 industri hijau, antara lain melalui pemberian Penghargaan Industri Hijau. Penghargaan Industri Hijau merupakan penghargaan yang diberikan kepada industri yang antara lain telah melakukan upaya penghematan penggunaan sumber daya alam, yang dilaksanakan melalui berbagai tahap seleksi dan verifikasi berdasarkan sistem penilaian yang akan dievaluasi secara berkala. Agar terlaksananya proses penilaian yang sistematis, konsisten dan dapat dipertanggungjawabkan, diperlukan suatu pedoman yang memuat ketentuan, tata cara dan kriteria penilaian Penghargaan Industri Hijau.. Tujuan Pedoman ini bertujuan memberikan acuan yang seragam bagi Tim Teknis, Dewan Pertimbangan, perusahaan industri yang akan mengikuti program penghargaan, dan pihak lain yang terkait dalam penilaian Penghargaan Industri Hijau sehingga proses penilaian dapat berjalan secara konsisten, transparan, akuntabel, adil dan dapat dipertanggungjawabkan.. Lingkup Penilaian Berdasarkan Undang-undang No. Tahun 8 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Peraturan Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

29 Menteri Perindustrian No 6/M-IND/PER/7/6 tentang Besaran Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Investasi untuk Klarifikasi Usaha Industri, maka lingkup penilaian dibagi menjadi (tiga) kelompok sebagai berikut: a) Kategori Industri Kecil i) Mempekerjakan paling banyak 9 (sembilan belas) orang Tenaga Kerja dan memiliki Nilai Investasi kurang dari Rp,,,, (satu milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b) Kategori Industri Menengah i) Mempekerjakan paling banyak 9 (sembilan belas) orang Tenaga Kerja dan memiliki Nilai Investasi paling sedikit Rp,,,, (satu milyar rupiah); ii) Mempekerjakan paling sedikit (dua puluh) orang Tenaga Kerja dan memiliki Nilai Investasi paling banyak Rp 5,,,, (lima belas milyar rupiah). c) Kategori Industri Besar i) Mempekerjakan paling sedikit (dua puluh) orang Tenaga Kerja dan memiliki Nilai Investasi lebih dari Rp 5,,,, (lima belas milyar rupiah). Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

30 Tabel. Besaran Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Investasi Untuk Klasifikasi Usaha Industri Nilai Investasi < Rp.... Tenaga Kerja Rp.... > Rp Rp orang Industri Kecil Industri Menengah Industri Menengah orang Industri Menengah Industri Menengah Industri Besar Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 5

31 BAB II TIM PELAKSANA PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU. Sekretariat Sekretariat bertugas melakukan persiapan, penyebarluasan informasi, menerima pendaftaran, seleksi kelengkapan administrasi, entry database, pengaturan jadwal kegiatan, koordinasi dan hal-hal lain terkait dengan pelaksanaan kegiatan Penghargaan Industri Hijau.. Tim Teknis Tim Teknis bertugas melakukan verifikasi dokumen, verifikasi lapangan, dan penilaian. Tim Teknis terdiri dari unsur pemerintah, perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga konsultan dan instansi terkait lainnya. Kriteria anggota Tim Teknis antara lain adalah sebagai berikut: a) Memiliki pengetahuan dalam bidang proses produksi industri. b) Memiliki pengetahuan dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup. c) Memiliki pengetahuan tentang manajemen industri. 6 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

32 . Dewan Pertimbangan Dewan Pertimbangan bertugas melakukan review dan memberi masukan terhadap hasil penilaian perusahaan industri peserta Penghargaan Industri Hijau yang dilakukan oleh Tim Teknis serta menyampaikan calon penerima penghargaan kepada Menteri Perindustrian. Dewan Pertimbangan terdiri dari unsur pemerintah, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan instansi terkait lainnya. Kriteria anggota Dewan Pertimbangan adalah sebagai berikut:. Memiliki pengetahuan dalam bidang proses produksi industri.. Memiliki pengetahuan dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup.. Memiliki pengetahuan tentang manajemen industri.. Memiliki pengetahuan dalam bidang kebijakan publik, ekonomi, dan hukum. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 7

33 BAB III PENDAFTARAN DAN SELEKSI PESERTA PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU. Tata Cara Pendaftaran dan Seleksi Peserta a) Penghargaan Industri Hijau bersifat partisipatif dan terbuka bagi semua industri manufaktur nasional. Setiap perusahaan industri dapat mengajukan diri secara langsung atau dapat juga diusulkan oleh Asosiasi Industri dan Instansi Pemerintah yang berkaitan dengan pembinaan industri di pusat dan daerah; b) Pengajuan dan usulan peserta disampaikan kepada Sekretariat Penghargaan Industri Hijau; c) Sekretariat akan melakukan seleksi kelengkapan administrasi terhadap industri yang mendaftar; d) Sekretariat menyampaikan hasil seleksi kelengkapan administrasi peserta yang memenuhi persyaratan kepada Tim Teknis; Gambar. Pendaftaran Peserta Perhargaan Industri Hijau 8 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

34 . Dokumen Kelengkapan Pendaftaran Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Perusahaan peserta Penghargaan Industri Hijau wajib melengkapi dokumen sebagai berikut: ) Dokumen legalitas usaha (fotokopi Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar Industri, dan HO); ) NPWP dan SPT Pajak Penghasilan tahun terakhir; ) Lembar pengesahan terbaru dokumen AMDAL, atau UKL dan UPL, atau SPPL; ) Laporan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup tahun terakhir bagi industri yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL atau UKL dan UPL; 5) Deskripsi proses produksi yang dilengkapi dengan diagram alir; 6) Neraca massa/bahan, neraca energi dan neraca air di kegiatan proses produksi; 7) Isian formulir pendaftaran Penghargaan Industri Hijau; 8) Matriks Isian Penghargaan Industri Hijau; 9) Matriks self assesment perusahaan industri terhadap kriteria penilaian; ) Format Sinopsis; Seluruh dokumen kelengkapan pendaftaran Penghargaan Industri Hijau disampaikan dalam bentuk soft copy (USB atau CD) ke Sekretariat Penghargaan Industri Hijau. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 9

35 BAB IV PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU. Kriteria Penilaian Kriteria penilaian dibedakan antara industri besar, industri menengah dan industri kecil. Untuk industri besar, aspek penilaian terdiri dari: a) Proses Produksi, meliputi program efisiensi produksi, material input, energi, air, teknologi proses, sumber daya manusia, dan lingkungan kerja di ruang proses produksi; b) Kinerja Pengelolaan Limbah/Emisi, meliputi program penurunan emisi GRK, pemenuhan baku mutu lingkungan, dan sarana pengelolaan limbah/emisi; c) Manajemen Perusahaan, meliputi standar operasional, Corporate Social Responsibility (CSR), penghargaan, dan kesehatan karyawan. Kriteria penilaian selengkapnya terdapat pada Tabel, Tabel dan Tabel. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

36 Tabel. Kriteria Penilaian Penghargaan Industri Hijau Kategori Industri Besar NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR A PROSES PRODUKSI 7 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau ) Program efisiensi produksi a. Kebijakan perusahaan dalam penerapan efisiensi produksi - Ada Komitmen manajemen puncak (top management), ada perencanaan (rencana kerja), dilaksanakan sesuai dengan rencana serta dilakukan pemantauan/evaluasi - Ada Komitmen manajemen puncak (top management), ada perencanaan (rencana kerja), dilaksanakan sesuai dengan rencana, tapi tidak dilakukan pemantauan/evaluasi - Ada Komitmen manajemen puncak (top management), ada perencanaan (rencana kerja), tapi belum dilaksanakan - Ada Komitmen manajemen puncak (top management) tapi belum tersedia program atau rencana kerja Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

37 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA b. Tingkat capaian penerapan program sesuai dengan komitmen perusahaan dalam meningkatkan efisiensi produksi ) Material Input a. Sertifikat/izin Material Input BOBOT (%) INDIKATOR SKOR - Belum ada komitmen manajemen puncak (top management) - > 75% tercapai - 5% < x 75% tercapai - 5% < x 5% tercapai - % < x 5% tercapai - Belum tercapai atau tidak ada program - % material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin - 9% < x < % material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin - 8% < x 9% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin - 7% < x 8% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri - % < x 7% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

38 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA b. Rasio produk terhadap material input BOBOT (%) INDIKATOR - rata-rata pencapaiannnya 97% < x % - rata-rata pencapaiannnya 9% < x 97% SKOR Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau c. Upaya efisiensi Penggunaan Material Input - rata-rata pencapaiannnya 8% < x 9% - rata-rata pencapaiannnya 7% < x 8% - rata-rata pencapaiannnya < x 7% - Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index reduction) > 7,5% - Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index reduction) 5,% < x 7,5% - Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index reduction),5%< x 5,% Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

39 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA d. Substitusi material input e. Penanganan material input BOBOT (%) INDIKATOR - Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index reduction) % < x,5 % SKOR - Belum melakukan upaya efisiensi penggunaan material input - Telah melakukan substitusi % - Telah melakukan substitusi 6% x < % - Telah melakukan substitusi % x < 6% - Telah melakukan substitusi % x < % - Belum melakukan substitusi - Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input, dilakukan pemantauan mutu material, menerapkan prinsip FIFO (first in first out), dipisahkan berdasarkan jenis material. Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

40 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 5 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR - Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input, dilakukan pemantauan mutu material, menerapkan prinsip FIFO (first in first out) - Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input, dilakukan pemantauan mutu material - Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input. - Belum ada upaya penanganan material.) Energi a. Upaya efisiensi energi - Telah melakukan efisiensi penggunaan energi (energy index reduction) > 7,5% - Telah melakukan efisiensi penggunaan energi (energy index reduction) 5,% < x 7,5% - Telah melakukan efisiensi penggunaan energi (energy index reduction),5% < x 5,% SKOR Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

41 6 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA b. Upaya Penggunaan Energi Terbarukan BOBOT (%) INDIKATOR - Telah melakukan efisiensi penggunaan energi (energy index reduction) % < x,5 % SKOR - Belum ada upaya efisiensi energi - Rasio penggunaan energi terbarukan terhadap total penggunaan energi >,% - Rasio penggunaan energi terbarukan terhadap total penggunaan energi,% < x,% - Rasio penggunaan energi terbarukan terhadap total penggunaan energi,% < x, % - Rasio penggunaan energi terbarukan terhadap total penggunaan energi % < x, % Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri - Belum ada penggunaan energi terbarukan

42 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 7 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA c. Melakukan kegiatan manajemen energi yang dituangkan dalam bentuk laporan. BOBOT (%) INDIKATOR - Melakukan kegiatan manajemen energi setiap tahun - Melakukan kegiatan manajemen energi tahun sekali - Melakukan kegiatan manajemen energi tahun sekali - Melakukan kegiatan manajemen energi > tahun sekali - Belum pernah melakukan kegiatan manajemen energi ) Air a. Upaya efisiensi air - Telah melakukan efisiensi penggunaan air (water index reduction) >5% - Telah melakukan efisiensi penggunaan air (energy index reduction) % < x 5% - Telah melakukan efisiensi penggunaan air (water index reduction) 5,% < x % SKOR Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

43 8 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA b. Penggunaan air daur ulang untuk proses produksi dan/atau utilitas c. Upaya konservasi sumber air BOBOT (%) INDIKATOR - Telah melakukan efisiensi penggunaan air (water index reduction) % < x 5, % SKOR - Belum ada upaya efisiensi air - > % - % < x % - % < x % - % < x % - Belum melakukan daur ulang air - Upaya konservasi sumber air sudah berjalan - Sudah melakukan kajian, perencanaan teknis dan konstruksi - Sudah melakukan kajian dan perencanaan teknis Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri - Sudah melakukan kajian - Belum melakukan upaya konservasi air

44 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA d. Melakukan kegiatan manajemen air yang dituangkan dalam bentuk laporan. BOBOT (%) INDIKATOR - Melakukan kegiatan manajemen air setiap tahun - Melakukan kegiatan manajemen air tahun sekali SKOR Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 9 5) Teknologi Proses a. Penerapan Reduce, Reuse, Recycle (R) - Melakukan kegiatan manajemen air tahun sekali - Melakukan kegiatan manajemen air > tahun sekali - Belum pernah melakukan kegiatan manajemen air - Melakukan Reduce, Reuse, Recycle (R) dalam kegiatan proses produksi - Melakukan Recycle dalam kegiatan proses produksi - Melakukan Reuse dalam kegiatan proses produksi - Melakukan dalam Reduce kegiatan proses produksi - Belum melakukan Reduce, Reuse, Recycle dalam kegiatan proses produksi Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

45 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA b. Segregasi air limbah dari proses produksi BOBOT (%) INDIKATOR - Sudah melakukan segregasi air limbah dari proses produksi, air limbah domestik dan air hujan. Air limbah dari proses produksi diolah di IPAL terpisah dari air limbah domestik dan air hujan - Sudah melakukan segregasi air limbah dari proses produksi, air limbah domestik dan air hujan. Air limbah dari proses produksi diolah di IPAL bercampur dengan air limbah domestik sedangkan air hujan dialirkan ke badan air (selokan/parit/sungai/laut) - Sudah melakukan segregasi air limbah dari proses produksi, air limbah domestik dan air hujan. Air limbah dari proses produksi diolah di IPAL bercampur dengan air hujan sedangkan air limbah domestik dialirkan ke badan air (selokan/parit/sungai/laut) SKOR Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

46 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau c. Inovasi Teknologi Proses Untuk Jangka Waktu Tahun Terakhir - Sudah melakukan segregasi air limbah dari proses produksi, air limbah domestik dan air hujan. Pengolahan Air limbah dari proses produksi diolah di IPAL bercampur dengan air limbah domestik dan air hujan - Sudah ada perencanaan segregasi air limbah dari proses produksi, air limbah domestik dan air hujan - Melakukan modifikasi mesin/peralatan - Melakukan penggantian mesin/peralatan - Sudah ada perencanaan modifikasi mesin/peralatan - Sudah ada perencanaan penggantian mesin/peralatan - Belum modifikasi mesin/peralatan atau ada perencanaan penggantian Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

47 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA d. Kinerja Peralatan BOBOT (%) INDIKATOR.) Batch System - Overall Equipment Effectiveness 85% - Overall Equipment Effectiveness 6% x < 85% - Overall Equipment Effectiveness % x < 6% - Overall Equipment Effectiveness % x < %.) Continuous System - Overall Equipment Effectiveness < % - Overall Equipment Effectiveness 95% - Overall Equipment Effectiveness 7% x < 95% - Overall Equipment Effectiveness 5% x < 7% - Overall Equipment Effectiveness % x < 5% - Overall Equipment Effectiveness % < x < % SKOR Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

48 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA e. Penerapan SOP penanganan material input, proses produksi, dan maintenance BOBOT (%) INDIKATOR - Tersedia tiga SOP (penanganan material input, proses produksi dan maintenance); dilaksanakan - Tersedia dua SOP (penanganan material input dan/atau proses produksi dan/atau maintenance); dilaksanakan - Tersedia satu SOP (penanganan material input/proses produksi/maintenance); dilaksanakan - Tersedia minimal satu jenis SOP (penanganan material input/proses produksi/maintenance); tetapi tidak dilaksanakan - Belum memiliki SOP penanganan material input dan/atau proses produksi dan/atau maintenance SKOR f. Inovasi produk - Dalam tahap sudah atau sedang memperoleh paten - Komersial - Sedang dalam tahap uji coba Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

49 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN 6) Sumber Daya Manusia KRITERIA g. Tingkat produk reject terhadap total produk a. Peningkatan kapasitas SDM proses produksi yang memenuhi persyaratan BOBOT (%) INDIKATOR SKOR - Masih dalam tahap kajian - Belum ada inovasi -,5% -,5% < x,% -,% < x,5% -,5% < x,% - >,% - Peningkatan kapasitas SDM proses produksi memenuhi persyaratan eksternal dan internal % - Peningkatan kapasitas SDM proses produksi memenuhi persyaratan eksternal dan internal 65% < x % - Peningkatan kapasitas SDM proses produksi memenuhi persyaratan eksternal dan internal 5% < x 65% Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

50 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 5 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA b. Jumlah SDM yang sudah memperoleh pelatihan kompetensi BOBOT (%) INDIKATOR - Peningkatan kapasitas SDM proses produksi memenuhi persyaratan eksternal dan internal % < x 5% - Belum ada upaya Peningkatan kapasitas SDM proses produksi memenuhi persyaratan eksternal dan internal - Jumlah SDM yang sudah memperoleh pelatihan kompetensi > 5% - Jumlah SDM yang sudah memperoleh pelatihan kompetensi % < x 5% - Jumlah SDM yang sudah memperoleh pelatihan kompetensi 5,% < x % - Jumlah SDM yaung sudah memperoleh pelatihan kompetensi % < x 5,% SKOR Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

51 6 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN 7) Lingkungan Kerja di Ruang Proses Produksi KRITERIA Melakukan pemantauan dan penilaian kinerja KL sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Tahun BOBOT (%) B KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH / EMISI. Program Penurunan Emisi GRK INDIKATOR - Belum ada SDM yang memperoleh pelatihan kompetensi - Ada program, dijalankan secara berkala setiap 6 bulan sekali - Ada program, dijalankan secara berkala setiap tahun sekali - Ada program, dijalankan secara berkala setiap tahun sekali - Ada program, dijalankan secara berkala lebih dari tahun sekali - Belum ada program pemantauan dan penilaian kinerja KL Penurunan emisi GRK - Memenuhi target penurunan emisi penurunan emisi GRK > 99% - Memenuhi target penurunan emisi GRK: 66% < x 99% SKOR Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

52 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR - Memenuhi target penurunan emisi GRK: % < x 66% SKOR - Memenuhi target penurunan emisi GRK: % < x % Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 7. Pemenuhan Baku Mutu Lingkungan - Belum memenuhi target penurunan emisi GRK a. Limbah Cair - % memenuhi - 98% < x % memenuhi - 95% < x 98% memenuhi - 9% < x 95% memenuhi - 9% memenuhi b. Limbah Gas dan Debu - % memenuhi - 98% < x % memenuhi - 95% < x 98% memenuhi - 9% < x 95% memenuhi - 9% memenuhi Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

53 8 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN. Sarana Pengelolaan Limbah / Emisi KRITERIA a. Operasional sarana pengelolaan limbah dan emisi (sesuai persyaratan yang berlaku) b. Pengelolaan Limbah B (perizinan dan prasarana sesuai persyaratan yang berlaku) BOBOT (%) INDIKATOR - Sarana lengkap dan seluruhnya beroperasi dengan baik - Sarana lengkap, tapi hanya beroperasi sebagian - Sarana tidak lengkap dan semua sarana beroperasi dengan baik - Sarana tidak lengkap dan tidak dioperasikan - Belum ada sarana pengelolaan limbah / emisi - Terdapat sarana, beroperasi serta memiliki izin - Terdapat sarana, beroperasi tapi tidak memiliki izin - Terdapat sarana, memiliki izin tidak beroperasi - Terdapat sarana, tapi tidak memiliki izin dan tidak beroperasi SKOR Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri - Belum ada sarana pengelolaan limbah B

54 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 9 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR C MANAJEMEN PERUSAHAAN ) Standar Operasional a. Produk - 75% < x % produk memiliki sertifikat b. Sistem Manajemen yang dibuktikan dengan dokumen - 5% < x 75% produk memiliki sertifikat - 5% < x 5% produk memiliki sertifikat - % < x 5% produk memiliki sertifikat SKOR - Belum ada produk memiliki sertifikat - Memiliki perencanaan, mengimplementasikan, melakukan monev dan melakukan rencana aksi sistem manajemen - Memiliki perencanaan, mengimplementasikan dan melakukan monev - Memiliki perencanaan dan sudah mengimplementasikan - Memiliki perencanaan sistem manajemen Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

55 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA ) CSR a. Penerapan CSR yang berkelanjutan b. Program CSR yang berkelanjutan BOBOT (%) INDIKATOR - Belum memiliki perencanaan sistem manajemen - Ada kebijakan CSR yang berkelanjutan, dilaksanakan, dilakukan pemantauan dan evaluasi serta ada pelaporan - Ada kebijakan CSR yang berkelanjutan, sudah dilaksanakan, dilakukan pemantauan dan evaluasi, tapi tidak ada pelaporan - Ada kebijakan CSR yang berkelanjutan, sudah dilaksanakan, namun belum dilakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan - Ada kebijakan CSR yang berkelanjutan namun belum dilaksanakan - Belum ada kebijakan CSR yang berkelanjutan - Memiliki > Program CSR yang berkelanjutan SKOR Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri - Memiliki Program CSR yang berkelanjutan

56 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA ) Penghargaan Penghargaan terkait bidang produksi dan pengelolaan lingkungan industri yang pernah diterima dalam jangka waktu tahun terakhir ) Kesehatan karyawan Pemeriksaan kesehatan karyawan BOBOT (%) INDIKATOR SKOR - Memiliki Program CSR yang berkelanjutan - Memiliki Program CSR yang berkelanjutan - Tidak menerapkan CSR - > penghargaan - penghargaan - penghargaan - penghargaan - Belum ada penghargaan - Dilakukan medical check up secara periodik setiap tahun sekali - Dilakukan medical check up secara periodik setiap tahun sekali - Dilakukan medical check up secara periodik setiap tahun sekali - Dilakukan medical check up secara periodik > tahun - Belum pernah dilakukan medical check up Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

57 No. 88 /BPPI/PER//8 Sedangkan untuk industri menengah penilaian didasarkan pada hal-hal berikut: a) Proses Produksi, meliputi program efisiensi produksi, penggunaan material input, energi, air, teknologi proses, sumber daya manusia, dan lingkungan kerja di ruang proses produksi; b) Kinerja Pengelolaan Limbah/Emisi, meliputi pemenuhan baku mutu lingkungan dan sarana pengelolaan limbah/emisi; c) Manajemen Perusahaan, meliputi standar operasional, Corporate Social Responsibility (CSR), penghargaan, dan kesehatan karyawan. Kriteria penilaian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

58 Tabel. Kriteria Penilaian Penghargaan Industri Hijau Kategori Industri Menengah NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR A PROSES PRODUKSI 7 ) Program efisiensi produksi a. Kebijakan perusahaan dalam penerapan efisiensi produksi - Ada Komitmen manajemen puncak (top management), ada perencanaan (rencana kerja), dilaksanakan sesuai dengan rencana serta dilakukan pemantauan/evaluasi - Ada Komitmen manajemen puncak (top management), ada perencanaan (rencana kerja), dilaksanakan sesuai dengan rencana, tapi tidak dilakukan pemantauan/evaluasi - Ada Komitmen manajemen puncak (top management), ada perencanaan (rencana kerja), tapi belum dilaksanakan Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

59 NO ASPEK PENILAIAN ) Material Input KRITERIA b. Tingkat capaian penerapan program sesuai dengan komitmen perusahaan dalam meningkatkan efisiensi produksi a. Sertifikat/izin Material Input BOBOT (%) INDIKATOR SKOR - Ada Komitmen manajemen puncak (top management) tapi belum tersedia program atau rencana kerja - Belum ada komitmen manajemen puncak (top management) - > 75% tercapai - 5% < x 75% tercapai - 5% < x 5% tercapai - % < x 5% tercapai - Belum tercapai atau tidak ada program - % material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin - 9% < x < % material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin - 8% < x 9% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

60 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR - 7% < x 8% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 5 b. Rasio produk terhadap material input - % < x 7% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin - Penggunaan material input menghasilkan per unit produk rata 97% < x % - Penggunaan material input menghasilkan per unit produk rata 9% < x 97% - Penggunaan material input menghasilkan per unit produk rata 8% < x 9% - Penggunaan material input menghasilkan per unit produk rata 7% < x 8% - Penggunaan material input menghasilkan per unit produk rata < x 7% Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

61 6 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA c. Upaya efisiensi Penggunaan Material Input d. Substitusi material input BOBOT (%) INDIKATOR - Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index reduction) > 7,5% - Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index reduction) 5,% < x 7,5% - Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index reduction),5% < x 5,% - Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index reduction) % < x,5 % - Belum melakukan upaya efisiensi penggunaan material input - Telah melakukan substitusi % SKOR Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri - Telah melakukan substitusi 6% < x %

62 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR - Telah melakukan substitusi % < x < 6% Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 7 e. Penanganan material input - Telah melakukan substitusi % < x % - Belum melakukan substitusi - Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input, dilakukan pemantauan mutu material, menerapkan prinsip FIFO (first in first out), dipisahkan berdasarkan jenis material - Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input, dilakukan pemantauan mutu material, menerapkan prinsip FIFO (first in first out) - Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input, dilakukan pemantauan mutu material Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

63 8 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR - Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input - Belum ada upaya penanganan material.) Energi a. Upaya efisiensi energi - Telah melakukan efisiensi penggunaan energi (energy index reduction) > 7,5% - Telah melakukan efisiensi penggunaan energi (energy index reduction) 5,% < x 7,5% - Telah melakukan efisiensi penggunaan energi (energy index reduction),5% < x 5,% - Telah melakukan efisiensi penggunaan energi (energy index reduction) % < x,5% SKOR Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri - Belum ada upaya efisiensi energi

64 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR b. Upaya Penggunaan Energi Terbarukan - Rasio penggunaan energi terbarukan terhadap total penggunaan energi >,% Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 9 c. Melakukan kegiatan manajemen energi yang dituangkan dalam bentuk laporan - Rasio penggunaan energi terbarukan terhadap total penggunaan energi,% < x,% - Rasio penggunaan energi terbarukan terhadap total penggunaan energi,% < x,% - Rasio penggunaan energi terbarukan terhadap total penggunaan energi % < x,% - Belum ada penggunaan energi terbarukan - Melakukan kegiatan manajemen energi setiap tahun - Melakukan kegiatan manajemen energi tahun sekali Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

65 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR - Melakukan kegiatan manajemen energi tahun sekali - Melakukan kegiatan manajemen energi > tahun sekali - Belum pernah melakukan kegiatan manajemen energi ) Air a. Upaya efisiensi air - Telah melakukan efisiensi penggunaan air (water index reduction) >5% - Telah melakukan efisiensi penggunaan air (energy index reduction),% < x 5% - Telah melakukan efisiensi penggunaan air (water index reduction) 5,% < x % - Telah melakukan efisiensi penggunaan air (water index reduction) % < x 5,% SKOR Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri - Belum ada upaya efisiensi air

66 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau b. Penggunaan air daur ulang untuk proses produksi dan atau utilitas c. Upaya konservasi sumber air d. Melakukan kegiatan manajemen air yang - >% - % < x % - % < x % - % < x % - Belum melakukan daur ulang air - Upaya konservasi sumber air sudah berjalan - Sudah melakukan kajian, perencanaan teknis dan konstruksi - Sudah melakukan kajian dan perencanaan teknis - Sudah melakukan kajian - Belum melakukan upaya konservasi air - Melakukan kegiatan manajemen air setiap tahun Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

67 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN 5) Teknologi Proses KRITERIA yang dituangkan dalam bentuk laporan a. Penerapan Reduce, Reuse, Recycle (R) BOBOT (%) INDIKATOR SKOR - Melakukan kegiatan manajemen air tahun sekali - Melakukan kegiatan manajemen air tahun sekali - Melakukan kegiatan manajemen air > tahun sekali - Belum pernah melakukan kegiatan manajemen air - Melakukan Reduce, Reuse, Recycle dalam kegiatan proses produksi - Melakukan Recycle dalam kegiatan proses produksi - Melakukan Reuse dalam kegiatan proses produksi - Melakukan dalam Reduce kegiatan proses produksi Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri - Belum melakukan Reduce, Reuse, Recycle dalam kegiatan proses produksi

68 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau b. Segregasi air limbah dari proses produksi Sudah melakukan segregasi air limbah dari proses produksi, air limbah domestik dan air hujan. Air limbah dari proses produksi diolah di IPAL terpisah dari air limbah domestik dan air hujan Sudah melakukan segregasi air limbah dari proses produksi, air limbah domestik dan air hujan. Air limbah dari proses produksi diolah di IPAL bercampur dengan air limbah domestik sedangkan air hujan dialirkan ke badan air (selokan/parit/sungai/laut) Sudah melakukan segregasi air limbah dari proses produksi, air limbah domestik dan air hujan. Air limbah dari proses produksi diolah di IPAL bercampur dengan air hujan sedangkan air limbah domestik dialirkan ke badan air (selokan/parit/sungai/laut) Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

69 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN c. KRITERIA Inovasi Teknologi Proses Untuk Jangka Waktu Tahun Terakhir BOBOT (%) INDIKATOR - Sudah melakukan segregasi air limbah dari proses produksi, air limbah domestik dan air hujan. Pengolahan Air limbah dari proses produksi diolah di IPAL bercampur dengan air limbah domestik dan air hujan - Sudah ada perencanaan segregasi air limbah dari proses produksi, air limbah domestik dan air hujan SKOR - Melakukan modifikasi mesin/peralatan - Melakukan penggantian mesin/peralatan - Sudah ada perencanaan modifikasi mesin/peralatan - Sudah ada perencanaan penggantian mesin/peralatan Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri - Belum ada perencanaan modifikasi atau penggantian mesin/peralatan

70 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR d. Kinerja Peralatan Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 5.) Batch System - Overall Equipment Effectiveness 85% - Overall Equipment Effectiveness 6% x < 85,% - Overall Equipment Effectiveness, x < 6, % - Overall Equipment Effectiveness % x <, % - Overall Equipment Effectiveness < %.) Continuous - Overall Equipment Effectiveness System 95% - Overall Equipment Effectiveness 7% x < 95% - Overall Equipment Effectiveness 5% x < 7% - Overall Equipment Effectiveness % x < 5% - Overall Equipment Effectiveness % < x < % Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

71 6 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA e. Penerapan SOP penanganan material input, proses produksi, dan maintenance BOBOT (%) INDIKATOR - Tersedia tiga SOP (penanganan material input, proses produksi dan maintenance); dilaksanakan - Tersedia dua SOP (penanganan material input dan/atau proses produksi dan/atau maintenance); dilaksanakan - Tersedia satu SOP (penanganan material input/proses produksi/maintenance); dilaksanakan - Tersedia minimal satu jenis SOP (penanganan material input/proses produksi/maintenance); tetapi tidak dilaksanakan - Belum memiliki SOP penanganan material input dan/atau proses produksi dan/atau maintenance SKOR Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri f. Inovasi produk - Dalam tahap sudah atau sedang memperoleh paten

72 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR - Komersial - Sedang dalam tahap uji coba Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 7 6) Sumber Daya Manusia g. Tingkat produk reject terhadap total produk a. Peningkatan kapasitas SDM proses produksi yang memenuhi persyaratan - Masih dalam tahap kajian - Belum ada inovasi -,5% -,5% < x,% -,% < x,5% -,5% < x,% - >,% - Peningkatan kapasitas SDM proses produksi memenuhi persyaratan eksternal dan internal % - Peningkatan kapasitas SDM proses produksi memenuhi persyaratan eksternal dan internal 65% x < % Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

73 8 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN b KRITERIA Jumlah SDM yang sudah memperoleh pelatihan kompetensi BOBOT (%) INDIKATOR - Peningkatan kapasitas SDM proses produksi memenuhi persyaratan eksternal dan internal 5% < x 65% - Peningkatan kapasitas SDM proses produksi memenuhi persyaratan eksternal dan internal % < x 5% - Belum ada upaya Peningkatan kapasitas SDM proses produksi memenuhi persyaratan eksternal dan internal - Jumlah SDM yang sudah memperoleh pelatihan kompetensi > 5% - Jumlah SDM yang sudah memperoleh pelatihan kompetensi % < x 5,% - Jumlah SDM yang sudah memperoleh pelatihan kompetensi 5,% < x,% SKOR Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

74 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 9 7) Lingkungan Kerja di Ruang Proses Produksi Melakukan pemantauan dan penilaian kinerja KL sesuai Permenaker No. Tahun B KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH / EMISI ) Pemenuhan Baku Mutu Lingkungan - Jumlah SDM yang sudah memperoleh pelatihan kompetensi % < x 5,% - Belum ada SDM yang memperoleh pelatihan kompetensi - Ada program, dijalankan secara berkala setiap 6 bulan sekali - Ada program, dijalankan secara berkala setiap tahun sekali - Ada program, dijalankan secara berkala setiap tahun sekali - Ada program, dijalankan secara berkala lebih dari tahun sekali - Belum ada program pemantauan dan penilaian kinerja KL a. Limbah Cair - % memenuhi - 98% < x % memenuhi Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

75 5 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN ) Sarana Pengelolaan Limbah / Emisi KRITERIA b. Limbah Gas dan Debu a. Operasional sarana pengelolaan limbah dan emisi (sesuai persyaratan yang berlaku) BOBOT (%) INDIKATOR SKOR - 95% < x 98% memenuhi - 9% < x 95% memenuhi - 9% memenuhi - % memenuhi - 98% < x % memenuhi - 95% < x 98% memenuhi - 9% < x 95% memenuhi - 9% memenuhi - Sarana lengkap dan seluruhnya beroperasi dengan baik - Sarana lengkap, tapi hanya beroperasi sebagian - Sarana tidak lengkap dan semua sarana beroperasi dengan baik - Sarana tidak lengkap dan tidak dioperasikan Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

76 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 5 b. Pengelolaan Limbah B (perizinan dan prasarana sesuai persyaratan yang berlaku) - Belum ada sarana pengelolaan limbah / emisi Terdapat sarana, beroperasi serta - memiliki izin - Terdapat sarana, beroperasi tapi tidak memiliki izin - Terdapat sarana, memiliki izin tidak beroperasi - Terdapat sarana, tapi tidak memiliki izin dan tidak beroperasi - Belum ada sarana pengelolaan limbah B C MANAJEMEN PERUSAHAAN ) Standar a. Produk - 75% < x % produk memiliki Operasional sertifikat 5% < x 75% produk memiliki - sertifikat 5% < x 5% produk memiliki - sertifikat Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

77 5 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA b. Sistem Manajemen yang dibuktikan dengan dokumen ) CSR a. Penerapan CSR yang berkelanjutan BOBOT (%) - INDIKATOR % < x 5% produk memiliki sertifikat SKOR - Belum ada produk memiliki sertifikat - Memiliki perencanaan, mengimplementasikan, melakukan monev dan melakukan rencana aksi sistem manajemen - Memiliki perencanaan, mengimplementasikan dan melakukan monev - Memiliki perencanaan dan sudah mengimplementasikan - Memiliki perencanaan sistem manajemen - Belum memiliki sertifikat - Ada kebijakan CSR yang berkelanjutan, dilaksanakan, dilakukan pemantauan dan evaluasi serta ada pelaporan Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

78 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 5 b. Program CSR yang berkelanjutan - Ada kebijakan CSR yang berkelanjutan, sudah dilaksanakan, dilakukan pemantauan dan evaluasi, tapi tidak ada pelaporan - Ada kebijakan CSR yang berkelanjutan, sudah dilaksanakan, namun belum dilakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan - Ada kebijakan CSR yang berkelanjutan namun belum dilaksanakan - Belum ada kebijakan CSR yang berkelanjutan - Memiliki > Program CSR yang berkelanjutan - Memiliki Program CSR yang berkelanjutan - Memiliki Program CSR yang berkelanjutan Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

79 5 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA ) Penghargaan Penghargaan terkait bidang produksi dan pengelolaan lingkungan industri yang pernah diterima dalam jangka waktu tahun terakhir ) Kesehatan karyawan Pemeriksaan kesehatan karyawan BOBOT (%) INDIKATOR SKOR - Memiliki Program CSR yang berkelanjutan - Tidak menerapkan CSR - > penghargaan - penghargaan - penghargaan - penghargaan - Belum ada penghargaan - Dilakukan medical check up secara periodik setiap tahun sekali - Dilakukan medical check up secara periodik setiap tahun sekali - Dilakukan medical check up secara periodik setiap tahun sekali - Dilakukan medical check up secara periodik setiap > tahun Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri - Belum pernah dilakukan medical check up

80 Sedangkan untuk industri kecil penilaian berdasarkan sebagai berikut : a) Proses Produksi, meliputi program efisiensi produksi, penggunaan material input, energi, air, teknologi proses, dan sumber daya manusia. b) Pengelolaan Lingkungan dan Keselamatan Kerja, meliputi limbah dan lingkungan kerja. c) Manajemen Perusahaan, meliputi standar operasional, charity atau donasi, dan penghargaan. Khusus untuk industri skala kecil didorong untuk membuat pencatatan terhadap penerapan efisiensi produksi yang dilakukan (material input, energi, dan air). Kriteria penilaian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut: Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 55

81 56 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau Tabel. Kriteria Penilaian Penghargaan Industri Hijau Kategori Industri Kecil NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) A PROSES 7 PRODUKSI ) Program Efisiensi Produksi a. Kebijakan perusahaan dalam penerapan efisiensi produksi INDIKATOR - Ada perencanaan (rencana kerja), ada komitmen,dilaksanakan sesuai dengan rencana serta dilakukan pemantauan/evaluasi - Ada perencanaan (rencana kerja), ada komitmen,dilaksanakan sesuai dengan rencana tetapi tidak dilakukan evaluasi - Ada perencanaan (rencana kerja), ada komitmen,tetapi belum dilaksanakan - Ada perencanaan (rencana kerja), tetapi belum memiliki komitmen SKOR - Belum ada perencanaan Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

82 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 57 b. Tingkat capaian penerapan komitmen perusahaan dalam meningkatkan efisiensi produksi ) Material Input a. Bukti pembelian material input b. Rasio produk terhadap material input - > 5% tercapai - % < x 5 % tercapai - 5% < x % tercapai - % < x 5 % tercapai - Belum tercapai atau tidak ada program - > 5% material input yang digunakan memiliki bukti pembelian - % < x 5 % material input yang digunakan memiliki bukti pembelian - 5% < x % material input yang digunakan memiliki bukti pembelian - % < x 5 % material input yang digunakan memiliki bukti pembelian - Material input yang digunakan belum memiliki bukti pembelian - Penggunaan material input menghasilkan per unit produk ratarata >75% Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

83 58 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) c. Upaya efisiensi Penggunaan Material Input INDIKATOR - Penggunaan material input menghasilkan per unit produk ratarata 65% < x 75% - Penggunaan material input menghasilkan per unit produk ratarata 55% < x 65% - Penggunaan material input menghasilkan per unit produk ratarata 5% < x 55 % Penggunaan material input - menghasilkan per unit produk ratarata % < x 5% - Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index reduction) > 5,% - Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index reduction),% < x 5,% SKOR Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

84 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR - Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index reduction),% < x,% Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 59 d. Substitusi material input - Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index reduction) % < x, % - Belum melakukan upaya efisiensi penggunaan material input - Telah melakukan substitusi material input > % - Telah melakukan substitusi material input % < x % - Telah melakukan substitusi material input % < x % - Telah melakukan substitusi material input % < x % - Belum melakukan substitusi material input ramah lingkungan Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

85 6 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) e. Penanganan material input INDIKATOR - Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input, dilakukan pemantauan mutu material, menerapkan prinsip FIFO (first in first out), dipisahkan berdasarkan jenis material. - Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input, dilakukan pemantauan mutu material, menerapkan prinsip FIFO (first in first out) - Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input, dilakukan pemantauan mutu material - Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input. - Belum ada upaya penanganan material ) Energi a. Upaya efisiensi energi - Telah melakukan efisiensi penggunaan energi (energy index reduction) > 7,5 % SKOR Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

86 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR - Telah melakukan efisiensi penggunaan energi (energy index reduction) 5,% < x 7,5 % SKOR Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 6 b. Upaya Penggunaan Energi Terbarukan - Telah melakukan efisiensi penggunaan energi (energy index reduction),5% < x 5, % - Telah melakukan efisiensi penggunaan energi (energy index reduction) % < x,5 % - Belum ada upaya efisiensi energy - Rasio penggunaan energi terbarukan terhadap total penggunaan energi >,% - Rasio penggunaan energi terbarukan terhadap total penggunaan energi,% < x,% - Rasio penggunaan energi terbarukan terhadap total penggunaan energi,% < x, % Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

87 6 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) c. Melakukan kegiatan manajemen energi dibuktikan dengan adanya catatan ) Air a. Upaya efisiensi/ konservasi Air INDIKATOR - Rasio penggunaan energi terbarukan terhadap total penggunaan energi % < x, % - Belum ada penggunaan energi terbarukan - Sudah melakukan pencatatan dengan evaluasi secara rutin dan sudah ada tindak lanjut hasil evaluasi - Sudah melakukan pencatatan dengan evaluasi secara rutin - Sudah melakukan pencatatan dengan rutin - Sudah melakukan pencatatan tapi bersifat tidak rutin - Belum ada pencatatan konsumsi energi - Telah melakukan efisiensi penggunaan air (water index reduction) > % SKOR Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

88 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR - Telah melakukan efisiensi penggunaan air (energy index reduction) 6,% < x % Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 6 b. Melakukan kegiatan manajemen air yang dibuktikan dengan adanya catatan - Telah melakukan efisiensi penggunaan air (water index reduction),% < x 6,% - Telah melakukan efisiensi penggunaan air (water index reduction) % < x,% - Belum ada upaya efisiensi/konservasi air - Melakukan kegiatan manajemen air setiap tahun - Melakukan kegiatan manajemen air tahun sekali - Melakukan kegiatan manajemen air tahun sekali - Melakukan kegiatan manajemen air > tahun sekali Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

89 6 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) 5) Teknologi Proses a. Penerapan program reduce dan reuse b. Peningkatan Teknologi Proses dan Mesin/Peralatan INDIKATOR SKOR - Belum pernah melakukan kegiatan manajemen air - Menerapkan proses reduce dan reuse bahan baku dan air - Menerapkan proses reduce dan reuse bahan baku - Menerapkan proses reduce bahan baku dan air - Menerapkan proses reduce bahan baku - Belum menerapkan proses reduce dan reuse - Melakukan penggantian mesin/peralatan - Melakukan modifikasi mesin/peralatan - Sudah ada perencanaan penggantian mesin/peralatan Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri - Sudah ada perencanaan modifikasi mesin/peralatan

90 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR - Belum ada perencanaan penggantian atau modifikasi mesin/peralatan Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 65 c. Penerapan SOP proses produksi (operasional mesin/peralatan, material input bahan baku, maintenance mesin/peralatan) d. Tingkat produk reject terhadap total produk - Tersedia SOP/Instruksi Kerja/Form Kerja dengan lengkap, dilaksanakan seluruhnya - Tersedia SOP/Instruksi Kerja/Form Kerja dengan lengkap, dilaksanakan sebagian saja - Tersedia SOP/Instruksi Kerja/Form Kerja, tapi tidak lengkap dan dilaksanakan seluruhnya - Tersedia SOP/Instruksi Kerja/Form Kerja, tapi tidak lengkap dan dilaksanakan sebagian saja - Belum ada SOP sama sekali -,% -,% < x,5% Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

91 66 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) 6) Sumber Daya Manusia Program pelatihan dasar INDIKATOR SKOR -,5% < x,% -,% < x,5% - >,5% - Program pelatihan dasar yang sesuai dengan kebutuhan industri: % - Program pelatihan dasar yang sesuai dengan kebutuhan industri: 65% x < % - Program pelatihan dasar yang sesuai dengan kebutuhan industri: 5% < x 65% - Program pelatihan dasar yang sesuai dengan kebutuhan industri: % < x 5% - Belum ada program pelatihan dasar yang sesuai dengan kebutuhan industri Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

92 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 67 B PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN KERJA ) Limbah a. Pengelolaan limbah - Melakukan pengolahan limbah sesuai ketentuan - Memisahkan dan mengumpulkan limbah berdasarkan jenis - Melakukan pencatatan volume dan jenis limbah - Langsung dibuang sesuai ketentuan yang berlaku - Belum ada upaya pengelolaan limbah b. Pemanfaatan limbah - Digunakan kembali di perusahaan sendiri untuk proses produksi - Digunakan kembali di perusahaan sendiri, bukan untuk proses produksi - Digunakan oleh pihak lain untuk proses produksi Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

93 68 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) c. Pengujian kualitas limbah d. Pemenuhan baku mutu limbah cair INDIKATOR - Digunakan oleh pihak lain, bukan untuk proses produksi SKOR - Belum ada upaya pemanfaatan - Dilakukan secara periodik setiap bulan - Dilakukan secara periodik setiap 6 bulan - Dilakukan secara periodik setiap tahun - Dilakukan secara periodik > tahun - Belum pernah melakukan pengujian kualitas limbah - % memenuhi - 9% < x < % memenuhi - 8% < x 9% memenuhi - 7% < x 8% memenuhi Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri - 7% memenuhi

94 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) e. Pemenuhan baku mutu limbah gas dan debu INDIKATOR SKOR - % memenuhi - 9% < x < % memenuhi Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 69 ) Lingkungan Kerja Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (KL) - 8% < x 9% memenuhi - 7% < x 8% memenuhi - 7% memenuhi - Sudah menerapkan sistem ventilasi (sirkulasi udara) di ruangan proses produksi, menerapkan penggunaan alat perlindungan diri (APD), memasang rambu-rambu KL dan tersedia alat PK - Sudah menerapkan penggunaan alat perlindungan diri (APD), memasang rambu-rambu KL, dan tersedia alat PK - Sudah memasang rambu-rambu KL dan tersedia alat PK Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

95 7 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) C MANAJEMEN PERUSAHAAN ) Standar Operasional INDIKATOR SKOR - Sudah memasang rambu-rambu KL - Belum melakukan upaya KL diatas a. Produk - > 5 % produk memiliki sertifikat - % < x 5 % produk memiliki sertifikat - 5% < x % produk memiliki sertifikat - % < x 5 % produk memiliki sertifikat - Belum ada produk memiliki sertifikat b. Sistem Manajemen - Memiliki perencanaan, yang dibuktikan mengimplementasikan, melakukan dengan dokumen monev dan melakukan rencana aksi sistem manajemen - Memiliki perencanaan, mengimplementasikan dan melakukan monev Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

96 NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) INDIKATOR SKOR - Memiliki perencanaan dan sudah mengimplementasikan Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 7 ) Charity atau Donasi Kepedulian terhadap sosial, ekonomi dan lingkungan sekitar ) Penghargaan a. Keikutsertaan perusahaan dalam acara-acara yang berkaitan dengan peningkatan usaha terkait - Memiliki perencanaan sistem manajemen - Belum memiliki sertifikat system manajemen - Ya, konsisten dilakukan setiap 6 bulan - Ya, konsisten dilakukan setiap tahun - Ya, kadang-kadang - Ya, sesuai permintaan masyarakat - Sampai saat ini belum dilaksanakan - > kegiatan yang diikuti - kegiatan yang diikuti - kegiatan yang diikuti - kegiatan yang diikuti Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

97 INDIKATOR SKOR NO ASPEK PENILAIAN KRITERIA BOBOT (%) - Belum ada penghargaan - > penghargaan b. Penghargaan di bidang industri dalam kurun waktu tahun terakhir - penghargaan - penghargaan - penghargaan - Belum ada penghargaan 7 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

98 No. 88 /BPPI/PER//8. Cara Penilaian A. Cara penilaian untuk kategori industri besar a) Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria sebagaimana tercantum pada Tabel. b) Pemberian skor untuk masing-masing kriteria adalah -. c) Penilaian setiap aspek merupakan jumlah perolehan skor dari setiap aspek dibagi dengan skor maksimal dikali dengan bobot aspek. - Bobot Aspek Proses Produksi = 7% (,7) Skor Maksimal Aspek Proses Produksi= 96 - Bobot Aspek Kinerja Pengelolaan Limbah/Emisi = % (,) Skor Maksimal Aspek Kinerja Pengelolaan Limbah/Emisi = - Bobot Aspek Manajemen Perusahaan = % (,) Skor Maksimal Aspek Manajemen Perusahaan = d) Total Perolehan Nilai merupakan hasil penjumlahan dari masing-masing nilai setiap aspek dikali. Total Skor = jumlah skor A jumlah skor B jumlah skor C x,7 + x, + total maks skor A total maks skor B total maks skor C x, Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 7

99 No. 88 /BPPI/PER//8 e) Contoh Perhitungan : Tabel 5. Contoh Perhitungan Penilaian Industri Besar Aspek Penilaian Bobot Jumlah Perolehan Skor Jumlah Skor Maksimal Nilai Setiap Aspek Proses Produksi (A) 7% (75/96) x,7 =,55 Kinerja Pengelolaan Limbah/Emisi (B) Manajemen Perusahaan (C) Total Perolehan Nilai: (A+B+C) X % 8 (8/) x, =,8 % (/) x, =,8 (,55 +,8 +,8) x = 8 B. Cara penilaian untuk kategori industri menengah a) Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria sebagaimana tercantum pada Tabel. b) Pemberian skor untuk masing-masing kriteria adalah -. c) Penilaian setiap aspek merupakan jumlah perolehan skor dari setiap aspek dibagi dengan skor maksimal dikali dengan bobot aspek. - Bobot Aspek Proses Produk = 7% (,7) Skor Maksimal Aspek Proses Produksi= 96 - Bobot Aspek Pengelolaan Lingkungan dan Kesehatan Kerja = % (,) Skor Maksimal Aspek Pengelolaan Lingkungan dan Kesehatan Kerja = 6 7 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

100 No. 88 /BPPI/PER//8 - Bobot Aspek Manajemen Perusahaan = % (,) Skor Maksimal Aspek Manajemen Perusahaan = d) Total Perolehan Nilai merupakan hasil penjumlahan dari masing-masing nilai setiap aspek dikali. Total Skor = jumlah skor A jumlah skor B jumlah skor C x,7 + x, + total maks skor A total maks skor B total maks skor C x, e) Contoh Perhitungan : Tabel 6. Contoh Perhitungan Penilaian Industri Menengah Aspek Penilaian Bobot Jumlah Perolehan Skor Jumlah Skor Maksimal Nilai Setiap Aspek Proses Produksi (A) 7% 8 96 (8/96) x,7 =,58 Pengelolaan Lingkungan dan Kesehatan Kerja (B) Manajemen Perusahaan (C) Total Perolehan Nilai : (A+B+C) X % 5 6 (5/6) x, =,9 % (/) x, =,8 (,58 +,9 +,8) x = 85 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 75

101 C. Cara penilaian untuk kategori industri kecil: a) Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria sebagaimana tercantum pada Tabel. b) Pemberian skor untuk masing-masing kriteria adalah -. c) Penilaian setiap aspek merupakan jumlah perolehan skor dari setiap aspek dibagi dengan skor maksimal dikali dengan bobot aspek. - Bobot Aspek Proses Produk = 7% (,7) Skor Maksimal Aspek Proses Produksi= 68 - Bobot Aspek Pengelolaan Lingkungan dan Kesehatan Kerja = % (,) Skor Maksimal Aspek Pengelolaan Lingkungan dan Kesehatan Kerja = - Bobot Aspek Manajemen Perusahaan = % (,) Skor Maksimal Aspek Manajemen Perusahaan = d) Total Perolehan Nilai merupakan hasil penjumlahan dari masing-masing nilai setiap aspek dikali. 76 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

102 e) Contoh Perhitungan : Tabel 7. Contoh Perhitungan Penilaian Industri Kecil Aspek Penilaian Bobot Jumlah Perolehan Skor Jumlah Skor Maksimal Nilai Setiap Aspek Proses Produksi (A) 7% 6 68 (6/68) x,7 =,6 Pengelolaan Lingkungan dan Kesehatan Kerja (B) Manajemen Perusahaan (C) Total Perolehan Nilai : (A+B+C) X % (/) x, =,7 % (/) x, =,6 (,6 +,7 +,6) x = 85 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 77

103 No. 88 /BPPI/PER//8. Kualifikasi Hasil Penilaian a) Penghargaan Industri Hijau dibagi atas 5 (lima) Level berdasarkan rentang/interval nilai yang diperoleh. Tabel 8. Klasifikasi Penghargaan Industri Hijau Klasifikasi Penghargaan Interval Nilai *) Level 5 9,, Level 8, 9, Level 7, 8, Level 6, 7, Level 5, 6, *) Pembulatan nilai klasifikasi hanya diizinkan satu desimal di belakang koma b) Program Penghargaan Industri Hijau bersifat partisipatif dan sukarela (voluntary). Perusahaan industri yang mendaftarkan diri harus memahami setiap kriteria industri hijau. c) Perusahaan industri dapat dikategorikan memiliki komitmen terhadap upaya penerapan industri hijau, jika dapat memenuhi paling sedikit 5% dari setiap aspek penilaian. Sedangkan perusahaan industri yang dapat memenuhi setiap aspek penilaian dengan persentase di atas 9%, dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang telah menerapkan prinsip industri hijau secara berkelanjutan. 78 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

104 BAB V PANDUAN TEKNIS PENILAIAN No. 88 /BPPI/PER//8 Dalam melakukan penilaian penghargaan industri hijau, Tim Teknis mengacu kriteria yang telah ditetapkan pada Buku Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau. Sistem penilaian berdasarkan skala rating dengan menggunakan skor angka sampai dengan (angka nol sebagai skor terendah dan angka empat sebagai skor tertinggi). Penetapan skor didasarkan pada hasil evaluasi/analisa dari masing-masing kriteria dengan menggunakan indikator yang telah ada.. PROSES PRODUKSI Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Program Efisiensi Produksi a. Kebijakan perusahaan dalam penerapan efisiensi produksi - Ada Komitmen manajemen puncak (top management), ada perencanaan (rencana kerja), dilaksanakan sesuai dengan rencana serta dilakukan pemantauan/evaluasi - Ada Komitmen manajemen puncak (top management), ada perencanaan (rencana kerja), dilaksanakan sesuai dengan rencana, tapi tidak dilakukan pemantauan/evaluasi Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 79

105 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR - Ada Komitmen manajemen puncak (top management), ada perencanaan (rencana kerja), tapi belum dilaksanakan - Ada Komitmen manajemen puncak (top management) tapi belum tersedia program atau rencana kerja - Belum ada komitmen manajemen puncak (top management) Penjelasan:. Kebijakan perusahaan yang dapat mendukung penerapan efisiensi produksi adalah kebijakan yang khususnya terkait dengan produksi, antara lain penghematan penggunaan material input/bahan baku dan bahan penolong, energi dan air. Kebijakan perusahaan ini tertuang dalam bentuk Key Performance Indicator (KPI) atau target yang terukur. Target yang terukur : a. Industri Besar, minimal meliputi 5 (lima) aspek, yaitu efisiensi penggunaan material, energi dan air; penurunan emisi GRK; tingkat produk reject. b. Industri Menengah, minimal meliputi 5 (lima) aspek, yaitu efisiensi penggunaan material, energi dan air; ratio produk terhadap material input; tingkat produk reject. 8 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

106 No. 88 /BPPI/PER//8 c. Industri Kecil, minimal meliputi 5 (lima) aspek, yaitu efisiensi penggunaan material, energi dan air; ratio produk terhadap material input; tingkat produk reject. Kebijakan dapat disosialisasikan dalam bentuk annual report/media directory perusahaan, banner, poster dan PC scanner. Kebijakan harus dilaksanakan dan dievaluasi secara berkala/periodik.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: o Dokumen kebijakan efisiensi sumber daya; o Dokumen kebijakan yang berisikan KPI atau target (satu) tahun terakhir; Data Primer: Wawancara terkait dengan program penerapan efisiensi produksi dan pelaksanaannya.. Cara/Justifikasi Penilaian: Identifikasi dokumen kebijakan efisiensi sumber daya. Identifikasi dokumen kebijakan yang berisikan KPI atau target. Observasi penerapan program di lapangan. Identifikasi laporan hasil pemantauan/evaluasi program. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 8

107 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Program Efisiensi Produksi b. Tingkat capaian penerapan program sesuai dengan komitmen perusahaan dalam meningkatkan efisiensi produksi > 75% tercapai 5% < x 75% tercapai 5% < x 5% tercapai % < x 5% tercapai Belum tercapai atau tidak ada program Penjelasan:. Penerapan kebijakan program efisiensi produksi akan berdampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai industri hijau yang berkelanjutan. Indikator peningkatan efisiensi dan efektivitas adalah tercapainya KPI atau target yang telah ditetapkan oleh perusahaan.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Data kegiatan produksi yang dijadikan sebagai KPI dalam (satu) tahun terakhir. Data Primer: Wawancara terkait dengan pencapaian program. 8 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

108 No. 88 /BPPI/PER//8. Cara/Justifikasi Penilaian: Identifikasi dokumen kebijakan yang berisikan data KPI dalam (satu) tahun terakhir. Identifikasi dan evaluasi data pencapaian program dalam (satu) tahun terakhir. Rumus Perhitungan = Realisasi Target / KPI x % Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 8

109 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Material input a. Sertifikat/izin material input % material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin 9% < x < % material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin 8% < x 9% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin 7% < x 8% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin % < x 7% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin Penjelasan:. Pemenuhan sertifikat/izin material input untuk memenuhi standar mutu dan keamanan, mengacu pada standar nasional dan internasional. Bagi material input yang sudah ada standarnya baik nasional dan internasional dibuktikan dengan sertifikat yang dimiliki seperti Standar Nasional Indonesia (SNI) yang teregistrasi, American Society for Testing and Material (ASTM), Certificate of Analysis (CoA), Material Safety Data Sheet (MSDS), dan lain-lain. Sedangkan untuk material input yang belum memiliki standar harus memiliki izin penggunaan material input, seperti izin penambangan untuk industri semen, sertifikat lacak balak untuk industri pulp dan kertas, dan lain-lain. 8 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

110 No. 88 /BPPI/PER//8 Material input yang digunakan wajib memiliki sertifikat/izin sebagai berikut: - Untuk Material wajib SNI harus dicantumkan No. Registrasi - Untuk Senyawa kimia harus dilengkapi dengan CoA dari Laboratorium terakreditasi KAN SNI 75 - Dilengkapi dengan MSDS. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Bukti sertifikat/izin material input yang digunakan untuk proses produksi Data Primer: Wawancara terkait dengan penggunaan material input sertifikat bahan baku dan bahan penolong.. Cara/Justifikasi Penilaian: Identifikasi dan evaluasi sertifikat material input yang dimiliki baik dari nasional maupun internasional, berupa SNI, ASTM, CoA, MSDS dan lain-lain. Rumus Perhitungan = Untuk kategori industri kecil dibuktikan dengan menunjukkan pembelian material input berupa kuintasi atau nota pembelian. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 85

111 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Material b. Rasio rata-rata pencapaiannnya input produk terhadap 97% < x % rata-rata pencapaiannnya material input 9% < x 97% rata-rata pencapaiannnya 8% < x 9% rata-rata pencapaiannnya 7% < x 8% rata-rata pencapaiannnya % < x 7% Penjelasan:. Optimasi dan minimasi penggunaan material input/bahan baku dan bahan penolong adalah elemen terpenting dalam penerapan konsep industri hijau pada industri. Dengan penggunaan material input secara efisien akan berdampak positif terhadap pengurangan biaya produksi sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Pemenuhan tingkat rasio satu satuan penggunaan material input terhadap satu satuan produk yang dihasilkan industri merupakan sasaran penerapan industri hijau. Khusus industri yang berbasis agro seperti industri gula, pulp, minuman teh, kelapa sawit, tahu dan lain-lain, maka basis perhitungan tingkat rasio penggunaan material adalah berdasarkan hasil ekstraksi. Contoh: industri gula yang menggunakan material inputnya tebu, maka dasar perhitungan rasio material input terhadap produk adalah ekstrak tebu (nira). 86 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

112 No. 88 /BPPI/PER//8. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Data penggunaan material input (satu) tahun terakhir Neraca Massa Data kapasitas produksi (satu) tahun terakhir Diagram proses produksi Data Primer: Observasi lapangan dan wawancara. Cara/Justifikasi Penilaian: Analisa data penggunaan material input. Analisa data kapasitas produksi. Hitung efisiensi penggunaan material input terhadap produk dengan rumus: jumlah produk utama per tahun dibagi jumlah penggunaan material input per tahun. Rasio Produk terhadap Material Input = Produk Material Input Apabila penggunaan material input per ton produk sudah optimal, maka perhitungan rasio dapat menggunakan benchmark yang mengacu pada: a. Standar Industri Hijau (SIH) apabila sudah tersedia; b. Benchmark induk perusahaan; c. Benchmark dari industri sejenis baik nasional maupun internasional. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 87

113 No. 88 /BPPI/PER//8 SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR Material Input Penjelasan: c. Upaya efisiensi Penggunaan Material Input Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index reduction) > 7,5% Telah melakukan efisiensi penggunaan material (raw material index reduction) 5,% < x 7,5% Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index reduction),5% < x 5,% Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index reduction) % < x,5 % Belum ada upaya efisiensi penggunaan material input. Efisiensi penggunaan material input adalah upaya untuk melakukan penghematan penggunaan material input dalam proses produksi. Dengan penggunaan material input dalam jumlah yang sama diharapkan jumlah produk yang dihasilkan dapat meningkat. Indikator perhitungan efisiensi adalah berdasarkan indeks bahan baku (raw material index), yaitu jumlah penggunaan material input per satuan produk. 88 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

114 . Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri No. 88 /BPPI/PER//8 Data penggunaan material input dalam (tiga) tahun terakhir Data jumlah produksi dalam (tiga) tahun terakhir Data Primer: Observasi lapangan dan wawancara terkait dengan penggunaan material input dan kapasitas produksi. Cara/Justifikasi Penilaian: Analisa data penggunaan material input. Analisa data kapasitas produksi. Hitung intensitas material dengan rumus: jumlah material input yang digunakan per tahun dibagi jumlah produk per tahun. Intensitas material = Material input per tahun Produk per tahun Hitung rata-rata penurunan intensitas material selama (tiga) tahun Perhitungan rata-rata efisiensi berdasarkan nilai efisiensi material input dalam (tiga) tahun terakhir Apabila proses produksinya sudah optimal, maka perhitungan efisiensi dapat menggunakan benchmark yang mengacu pada: a. Standar Industri Hijau (SIH) apabila sudah tersedia; b. Benchmark induk perusahaan; Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 89

115 No. 88 /BPPI/PER//8 c. Benchmark dari industri sejenis baik nasional maupun internasional. Contoh perhitungan: Tahun Jumlah material input (Ton) Jumlah produk (Ton) 9 Intesitas material Efisiensi material (Persen) Maka rata-rata efisiensi material input sebesar, maka dapat dinilai (satu). 9 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

116 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Material d. Substitusi Telah melakukan input material input substitusi % Telah melakukan substitusi 6% x < % Telah melakukan substitusi % x < 6% Telah melakukan substitusi % x < % Belum melakukan substitusi Penjelasan:. Substitusi material input adalah penggantian bahan baku dan bahan penolong pada proses utama dari material input yang sudah ada dengan bahan lain untuk meningkatkan efisiensi produksi dan/atau resource efficiency dan/atau mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan. Misalnya dengan melakukan substitusi suatu material dapat mengurangi penggunaan energi, air, mengurangi waktu proses, atau mengurangi penggunaan bahan B, dan lain-lain. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 9

117 . Sumber Data/Informasi: Data Sekunder: No. 88 /BPPI/PER//8 Data material input yang digunakan (faktur pembelian bahan, manifest pengadaan bahan dari supplier, uraian proses produksi). Daftar atau katalog material input ramah lingkungan dari berbagai referensi atau pustaka yang tersedia. Data Primer: Observasi lapangan terkait dengan proses produksi.. Cara/Justifikasi Penilaian: Identifikasi dan evaluasi jenis, kategori dan sumber material input yang digunakan pada industri dari data yang diperoleh. Bila diperlukan gunakan sumber informasi atau daftar panduan berbagai bahan berdasarkan referensi yang ada (peraturan, data empiris, hasil riset, dan lain-lain). Identifikasi dan evaluasi jenis material input yang digunakan sebelum dilakukan substitusi bahan. Evaluasi dampak yang dihasilkan dari subsitusi material yang dilakukan. Hitung persentase material subsitusi yang digunakan dengan rumus: jumlah material yang disubstitusi dibagi dengan jumlah total material sebelum disubstitusi. 9 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

118 No. 88 /BPPI/PER//8 SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR Material input e. Penanganan material input Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input, dilakukan pemantauan mutu material, menerapkan prinsip FIFO (first in first out), dipisahkan berdasarkan jenis material. Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input, dilakukan pemantauan mutu material, menerapkan prinsip FIFO (first in first out) Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input, dilakukan pemantauan mutu material Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input. Belum ada upaya penanganan material Penjelasan:. FIFO (first in first out) merupakan sistem yang diterapkan dimana material yang pertama masuk ke dalam gudang atau tempat penyimpanan harus lebih dulu keluar dibandingkan dengan material yang baru datang. Tempat penyimpanan material harus memenuhi standar penyimpanan yang baik dan Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 9

119 No. 88 /BPPI/PER//8 aman sesuai standar industri yang berlaku. Sistem FIFO dapat dilengkapi dengan Aplikasi Material Storages. Selain itu, pemantauan mutu material dilengkapi dengan data dan analisa material receive baik hasil pemeriksaan visual maupun analisa sampling di Laboratorium terakrediatasi KAN.. Sumber Data/Informasi: Data Sekunder: Data penerimaan material (waktu, volume, jenis, supplier) Data pemakaian material (waktu, volume, jenis) Data stok di gudang (volume, jenis, expired date/kadaluarsa) Data Primer: Observasi lapangan meliputi: proses penerimaan, penyimpanan di gudang, dan penggunaan material.. Cara/Justifikasi Penilaian: Identifikasi penyimpanan material input di gudang/ruangan Identifikasi pemantauan mutu material Identifikasi penerapan prinsip FIFO Identifikasi pemisahan berdasarkan jenis material 9 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

120 No. 88 /BPPI/PER//8 SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR Energi a. Upaya efisiensi Telah melakukan efisiensi energi penggunaan energi (energy index reduction) > 7,5 % Telah melakukan efisiensi penggunaan energi (energy index reduction) 5,% < x 7,5% Telah melakukan efisiensi penggunaan energi (energy index reduction),5% < x 5,% Telah melakukan efisiensi penggunaan energi (energy index reduction) < x,5% Belum ada upaya efisiensi energi Penjelasan:. Konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber energi serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Efisiensi energi adalah istilah umum yang mengacu pada penggunaan energi lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah output yang sama.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Data penggunaan energi dalam (tiga) tahun terakhir Data kapasitas produksi dalam (tiga) tahun terakhir Laporan Pelaksanaan Program Konservasi Energi Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 95

121 No. 88 /BPPI/PER//8 Data Primer: Observasi lapangan dan wawancara terkait dengan sumber energi dan penggunaan energi. Cara/Justifikasi Penilaian: Analisa data penggunaan energi. Analisa data kapasitas produksi. Hitung intensitas energi dengan rumus: jumlah penggunaan energi untuk proses produksi dan atau utilitas per tahun dibagi jumlah produksi per tahun. Hitung penurunan intensitas energi dan rata-rata efisiensi energi selama (tiga) tahun. Apabila proses produksinya sudah optimal, maka perhitungan efisiensi dapat menggunakan benchmark yang mengacu pada: a. Standar Industri Hijau (SIH) apabila sudah tersedia; b. Benchmark induk perusahaan; c. Benchmark dari industri sejenis baik nasional maupun internasional 96 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

122 No. 88 /BPPI/PER//8 Tahun Contoh perhitungan: Jumlah energi input (MJoule) Jumlah material (Ton).7 Intesitas Energi Penurunan intensitas energi (Persen) Maka rata-rata efisiensi energi sebesar, maka dapat dinilai (dua). Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 97

123 No. 88 /BPPI/PER//8 SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR Energi b. Upaya Penggunaan Rasio penggunaan energi Energi Terbarukan terbarukan terhadap total penggunaan energy >,% Rasio penggunaan energi terbarukan terhadap total penggunaan energi,% < x,% Rasio penggunaan energi terbarukan terhadap total penggunaan energi,% < x,% Rasio penggunaan energi terbarukan terhadap total penggunaan Energi < x, % Rasio penggunaan Energi Terbarukan terhadap Penjelasan:. Energi terbarukan adalah energi yang dihasilkan dari sumber energi yang berkelanjutan, antara lain panas bumi, angin, sinar matahari, aliran dan terjunan air, dan lain-lain. Ruang lingkup untuk menghitung energi terbarukan yang berkaitan dengan proses produksi termasuk penggunaan di gudang bahan baku dan produk, seperti : solar cell untuk kebutuhan energi di ruang produksi maupun gudang bahan baku; penggunaan biomassa untuk proses; mikrohidro; bio ethanol, biofuel; pemanfaatan geothermal; pemanfaatan energi dari arus laut/gelombang air laut dan lain-lain. 98 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

124 No. 88 /BPPI/PER//8. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Data penggunaan energi dan sumber energi yang digunakan. Laporan Pelaksanaan Konservasi Energi. Dokumen kajian, perencanaan, desain teknik, instalasi dan operasional penggunaan energi terbarukan pada industri. Data Primer: Observasi lapangan dan wawancara terkait dengan jenis energi energi terbarukan yang digunakan.. Cara/Justifikasi Penilaian: Pemeriksaan terhadap dokumen Penggunaan Energi (jumlah dan sumber). Rasio penggunaan energi terbarukan dihitung dengan rumus: jumlah energi terbarukan yang digunakan untuk proses produksi dan/atau utilitas dibagi dengan total jumlah penggunaan energi. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 99

125 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Energi c. Melakukan kegiatan manajemen energi yang dituangkan dalam bentuk laporan. Penjelasan: Melakukan kegiatan manajemen energi setiap tahun Melakukan kegiatan manajemen energi tahun sekali Melakukan kegiatan manajemen energi tahun sekali Melakukan kegiatan manajemen energi > tahun sekali Belum pernah melakukan kegiatan manajemen energi. Dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 9 tentang Konservasi Energi disebutkan bahwa pengguna energi dan pengguna sumber energi diatas 6 Tonne of Oil Equivalent (TOE) per tahun diwajibkan untuk melakukan konservasi energi melalui manajemen energi dan melaporkan program konservasi energi (satu) tahun sekali. Kegiatan manajemen energi digunakan untuk mengevaluasi pemanfaatan energi dan mengidentifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna energi dan pengguna sumber energi. Laporan manajemen energi mencakup laporan kegiatan pengukuran, pencatatan, monitoring, evaluasi Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

126 No. 88 /BPPI/PER//8 dan tindak lanjut/rencana aksi penghematan penggunaan energi secara berkala.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Dokumen pelaksanaan manajemen energi oleh auditor energi internal dan/atau lembaga yang telah terakreditasi. Data Primer: Wawancara terkait dengan kegiatan manajemen energi.. Cara/Justifikasi Penilaian: Pemeriksaan terhadap dokumen pelaksanaan manajemen energi. Penilaian kegiatan manajemen energi dalam kurun waktu (satu) tahun. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

127 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Air a. Upaya Telah melakukan efisiensi Efisiensi Air penggunaan air (water index reduction) >5 % Telah melakukan efisiensi penggunaan air (energy index reduction) % < x 5 % Telah melakukan efisiensi penggunaan air (water index reduction) 5% < x % Telah melakukan efisiensi penggunaan air (water index reduction) % < x 5, % Belum ada upaya efisiensi air Penjelasan:. Efisiensi penggunaan air merupakan salah satu upaya untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air untuk industri. Dinyatakan efisiensi dalam penggunaan air apabila volume penggunaan air dalam kegiatan proses produksinya lebih rendah untuk menghasilkan jumlah output/produksi yang sama.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Data penggunaan air diproses produksi dan utilitas internal selama (tiga) tahun terakhir. Data kapasitas produksi selama (tiga) tahun terakhir. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

128 No. 88 /BPPI/PER//8 Laporan pelaksanaan program efisiensi air diproses produksi dan utilitas. Data Primer: Observasi lapangan dan wawancara terkait dengan penggunaan air bagi industri (sumber dan jumlah penggunaan air).. Cara/Justifikasi Penilaian: Analisa data penggunaan air. Hitung intensitas penggunaan air dengan rumus: jumlah penggunaan air untuk proses produksi dan atau utilitas per tahun dibagi jumlah produk per tahun. Intensitas air = Penggunaan air Produk per tahun Hitung penurunan intensitas air dan rata-rata efisiensi air selama (tiga) tahun. Apabila proses produksinya sudah optimal, maka perhitungan efisiensi dapat menggunakan benchmark yang mengacu pada: a. Standar Industri Hijau (SIH) apabila sudah tersedia; d. Benchmark induk perusahaan; e. Benchmark dari industri sejenis baik nasional maupun internasional Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

129 No. 88 /BPPI/PER// Tahun Contoh perhitungan: Volume penggunaan air (M) Jumlah produk (Ton) Intesitas Air Efisiensi Air (%) 5 6,,6, =,6 x % 6,6, x %,6 = -,7 Maka rata-rata efisiensi air sebesar maka dapat dinilai (satu). Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

130 No. 88 /BPPI/PER//8 SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR Air b. Penggunaan air daur ulang untuk proses produksi dan utilitas Penjelasan:. Daur ulang merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan terhadap keterbatasan sumber daya air. Daur ulang dapat dilakukan dengan penggunaan kembali air yang telah dipakai dalam proses produksi untuk proses produksi kembali atau kegiatan lain dengan adanya pengolahan terlebih dahulu baik secara fisik dan/atau kimia.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Data volume total penggunaan air untuk proses produksi dan utilitas dalam (satu) tahun. Data volume air hasil daur ulang yang digunakan untuk proses produksi dan utilitas dalam (satu) tahun terakhir. Laporan audit penggunaan air diproses produksi dan utilitas dalam (satu) tahun terakhir. > % % < x % % < x % % < x % Belum melakukan daur ulang air Data Primer: Observasi lapangan dan wawancara terkait dengan penggunaan air bagi industri (sumber dan jumlah kebutuhan air). Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 5

131 No. 88 /BPPI/PER//8 Observasi lapangan dan wawancara terkait dengan proses daur ulang yang dilakukan.. Cara/Justifikasi Penilaian: Analisa data penggunaan air. Hitung tingkat daur ulang air dengan rumus: volume penggunaan air daur ulang untuk proses produksi dan/atau utilitas dibagi dengan total volume penggunaan air untuk proses produksi dan/atau utilitas. 6 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

132 No. 88 /BPPI/PER//8 SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR Air c. Upaya Upaya konservasi sumber Konservasi sumber air air sudah berjalan Sudah melakukan kajian, perencanaan teknis dan konstruksi Sudah melakukan kajian dan perencanaan teknis Sudah melakukan kajian Belum melakukan upaya konservasi air Penjelasan:. Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya air yang semakin terbatas dan menjaga kelangsungan daya dukung lingkungan. Konservasi sumber daya air dapat dilakukan melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan air, dan pengelolaan kualitas air. Bentuk kegiatan konservasi yang dapat dilakukan antara lain membuat sumur resapan, bio pori, penampungan air hujan, kolam tampung, kolam resapan, penanaman pohon dan lain-lain. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 7

133 . Sumber Data/Informasi: Data sekunder: No. 88 /BPPI/PER//8 Program konservasi sumber air yang dilakukan dalam (satu) tahun terakhir. Laporan pelaksanaan program dalam (satu) tahun terakhir. Data Primer: Observasi lapangan dan wawancara terkait dengan program dan upaya konservasi air.. Cara/Justifikasi Penilaian: Analisa hasil pelaksanaan program konservasi sumber air. Jika konservasi air di area pabrik sudah optimal, maka konservasi dapat dilakukan diluar area pabrik. 8 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

134 No. 88 /BPPI/PER//8 SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR Air d. Melakukan Melakukan kegiatan kegiatan manajemen air yang manajemen air setiap tahun Melakukan kegiatan dituangkan dalam bentuk laporan. manajemen air tahun sekali Melakukan kegiatan manajemen air tahun sekali Melakukan kegiatan manajemen air > tahun sekali Belum pernah melakukan kegiatan manajemen air Penjelasan:. Kegiatan manajemen air digunakan untuk mengevaluasi penggunaan air dan mengidentifikasi peluang penghematan air serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada penggunaan air dan penggunaan sumber air. Laporan manajemen air mencakup: laporan hasil pengukuran, pencatatan, monitoring dan tindak lanjut/rencana aksi penghematan penggunaan air secara berkala.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Laporan hasil pelaksanaan manajemen air. Data Primer: Wawancara terkait dengan kegiatan audit penggunaan air. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 9

135 No. 88 /BPPI/PER//8. Cara/Justifikasi Penilaian: Pemeriksaan terhadap laporan hasil pelaksanaan manajemen air. Penilaian kegiatan manajemen air. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

136 No. 88 /BPPI/PER//8 SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR Teknologi Proses Penjelasan: a. Penerapan Reduce, Reuse, Recycle (R). Reduce adalah pengurangan penggunaan material input melalui optimalisasi proses atau operasional. Reuse adalah kegiatan penggunaan kembali bahan-bahan atau limbah yang masih dapat digunakan baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lainnya. Melaksanakan proses Reduce, Reuse, Recycle (R) dalam kegiatan proses produksi Melakukan Recycle dalam kegiatan proses produksi Melakukan Reuse dalam kegiatan proses produksi Melakukan Reduce dalam kegiatan proses produksi Belum melakukan Reduce, Reuse, Recycle (R) dalam kegiatan proses produksi Recycle adalah penggunaan kembali bahan-bahan atau limbah dengan melakukan pengolahan terlebih dahulu.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Diagram alir proses produksi. Dokumen neraca massa, energi, dan air. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

137 No. 88 /BPPI/PER//8 Data penerapan program R selama (satu) tahun terakhir. Data Primer: Wawancara terkait dengan kegiatan R dan observasi implementasi R.. Cara/Justifikasi Penilaian: Identifikasi penerapan R. Cek signifikansi hasil penerapan R dengan data historis kinerja produksi dalam (satu) tahun. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

138 No. 88 /BPPI/PER//8 SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR Teknologi Proses b. Segregasi air limbah dari proses produksi Sudah melakukan segregasi air limbah dari proses produksi, air limbah domestik dan air hujan. Air limbah dari proses produksi diolah di IPAL terpisah dari air limbah domestik dan air hujan Sudah melakukan segregasi air limbah dari proses produksi, air limbah domestik dan air hujan. Air limbah dari proses produksi diolah di IPAL bercampur dengan air limbah domestik sedangkan air hujan dialirkan ke badan air (selokan/parit/sungai/laut) Sudah melakukan segregasi air limbah dari proses produksi, air limbah domestik dan air hujan. Air limbah dari proses produksi diolah di IPAL bercampur dengan air hujan sedangkan air limbah domestik dialirkan ke badan air (selokan/parit/sungai/laut) Sudah melakukan segregasi air limbah dari proses produksi, air limbah domestik dan air hujan. Pengolahan Air limbah dari proses produksi diolah di IPAL bercampur dengan air limbah domestik dan air hujan Sudah ada perencanaan segregasi air limbah dari proses produksi, air limbah domestik dan air hujan Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

139 No. 88 /BPPI/PER//8 Penjelasan:. Segregasi air buangan adalah pemisahan berbagai jenis air buangan menurut sumbernya. Proses pengolahan di Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) hanya untuk air buangan dari proses produksi.. Sumber Data/Informasi Data sekunder: Dokumen tata letak atau layout pabrik. Data primer: Wawancara dan pemeriksaan langsung upaya segregasi air buangan.. Cara/Justifikasi Penilaian: Identifikasi segregasi air buangan yang dilakukan oleh industri. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

140 No. 88 /BPPI/PER//8 SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR Teknologi c. Inovasi Melakukan modifikasi Proses Teknologi Proses Untuk mesin/peralatan Melakukan penggantian Jangka Waktu Tahun mesin/peralatan Sudah ada perencanaan Terakhir modifikasi mesin/peralatan Sudah ada perencanaan penggantian mesin/peralatan Belum ada perencanaan penggantian atau modifikasi mesin/peralatan Penjelasan:. Modifikasi mesin/peralatan adalah upaya industri dalam peningkatan efisiensi dan produktivitas dengan melakukan modifikasi terhadap proses produksi atau peralatan yang ada, termasuk penggantian sebagian komponen mesin/peralatan. Penggantian mesin/peralatan adalah upaya industri dalam penggunaan mesin/peralatan yang lebih efisien dalam kegiatan proses produksinya.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Dokumen layout tata letak mesin/alat pabrik sebelum dan sesudah penerapan peningkatan teknologi proses dan mesin/peralatan. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 5

141 No. 88 /BPPI/PER//8 Dokumen kebijakan perusahaan, laporan modifikasi proses dan dokumen perencanaan. Faktur pembelian (invoice) peralatan. Data Primer: Wawancara terkait dengan peningkatan atau pengembangan teknologi. Observasi implementasi program peningkatan teknologi proses.. Cara/Justifikasi Penilaian: Identifikasi program peningkatan atau pengembangan teknologi, mesin/peralatan dan pelaksanaan di lapangan. 6 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

142 No. 88 /BPPI/PER//8 SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR Teknologi Proses d. Kinerja Peralatan.) Batch System Overall Equipment Effectiveness 85,% Overall Equipment Effectiveness 6, x < 85,% Overall Equipment Effectiveness, x < 6, % Overall Equipment Effectiveness, x <,% Overall Equipment Effectiveness <,%.) Continuous System Overall Equipment Effectiveness 95,% Overall Equipment Effectiveness 7, x < 95,% Overall Equipment Effectiveness 5, x < 7,% Overall Equipment Effectiveness, x < 5,% Overall Equipment Effectiveness < x <,% Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 7

143 Penjelasan: No. 88 /BPPI/PER//8. Overall Equipment Effectiveness (OEE) dihitung untuk mengetahui tingkat kesempurnaan proses produksi yang dilakukan. Nilai OEE yang mencapai % menunjukkan produksi berjalan dengan sempurna dan produktifitas yang maksimum. Artinya, lini produksi hanya menghasilkan produk yang % baik, dalam waktu yang sangat cepat sesuai alokasinya, tanpa ada down time. Secara umum, nilai OEE dihitung dengan mempertimbangkan tiga hal, yaitu: a. Availability Index (AI), yaitu waktu produksi aktual dibandingkan dengan waktu produksi yang direncanakan. Jika nilai availability %, artinya proses berjalan dalam waktu yang sesuai dengan waktu produksi yang telah direncanakan (tidak pernah ada down time). b. Production Performance Index (PPI), yaitu kapasitas produksi aktual dibandingkan dengan kapasitas produksi terpasang. Jika nilai performance %, maka proses telah berjalan dengan kecepatan maksimal (secara teoretis, berdasarkan Ideal Run Rate). Ideal Run Rate adalah rate optimum yang mengacu pada fabrikasi mesin (dengan satuan output/time). c. Quality Performance Index (QPI), yaitu jumlah good product yang dihasilkan dibandingkan dengan jumlah total produksi (good product + reject product) target kualitas. Hal ini berkaitan dengan jumlah produk defect dan scrap. Nilai 8 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

144 No. 88 /BPPI/PER//8 % untuk quality menunjukkan bahwa produksi tidak menghasilkan produk cacat sama sekali. Berdasarkan sistem alirannya, kinerja peralatan dapat dibedakan menjadi (dua) jenis, yaitu: a. Continuous system adalah proses produksi yang menggunakan sistem aliran terus menerus tanpa terinterupsi. b. Batch system adalah proses produksi yang menggunakan sistem secara bertahap, pada periode waktu tertentu. Penilaian OEE bagi proses yang menggunakan continuous system dan batch system menggunakan standar yang berbeda.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Data mesin/peralatan utama yang digunakan dalam proses produksi. Data waktu produksi aktual, data waktu produksi yang di rencanakan. Data kapasitas terpasang dan data kapasitas aktual Data Good product dan reject product Hasil perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE). Data Primer: Wawancara terkait dengan kinerja mesin/peralatan. Observasi di ruang produksi terkait kinerja mesin/peralatan dan produksi. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 9

145 No. 88 /BPPI/PER//8. Cara/Justifikasi Penilaian: Tahapan perhitungan OEE meliputi: Availability Index (AI) = waktu produksi aktual / waktu produksi yang di rencanakan Production Performance Index (PPI) = kapasitas produksi aktual / kapasitas terpasang Quality Performance Index (QPI) = Good product / (Good product + Reject product) OEE dihitung dengan rumus = Availability Index x Production Performance Index x Quality Performance Index OEE = AI x PPI x QPI Catatan: Apabila perusahaan industri dalam kegiatan proses produksinya menggunakan sistem batch dan continuous, penilaian dilakukan berdasarkan jenis proses yang membutuhkan waktu lebih panjang. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

146 No. 88 /BPPI/PER//8 SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR Teknologi Proses Penjelasan: e. Penerapan SOP penanganan material input, proses produksi dan maintenance Tersedia tiga SOP (penanganan material input, proses produksi dan maintenance); dilaksanakan Tersedia dua SOP (penanganan material input dan/atau proses produksi dan/atau maintenance); dilaksanakan Tersedia satu SOP (penanganan material input/proses produksi/maintenance); dilaksanakan Tersedia minimal satu jenis SOP (penanganan material input/proses produksi/maintenance); tetapi tidak dilaksanakan Belum memiliki SOP penanganan material input dan/atau proses produksi dan/atau maintenance. Standard Operating Prosedur (SOP) adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur standar operasional yang ada dalam suatu organisasi/unit kerja untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang dalam organisasi/unit kerja berjalan secara efisien dan efektif, konsisten, standar dan sistematis. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

147 No. 88 /BPPI/PER//8 Kemudahan akses dan level pemahaman user/operator terhadap SOP merupakan aspek penting penilaian. SOP mencakup Work Instruction (WI) yang terupdate untuk memastikan operasional berjalan sesuai standar dari waktu ke waktu.. Sumber Data/Informasi: Data Sekunder: SOP penanganan material input (pemesanan, penerimaan, penyimpanan dan pemakaian) SOP proses produksi (operasional mesin/peralatan dan maintenance mesin/peralatan). Laporan implementasi SOP. Data Primer: Wawancara dan observasi terkait dengan penerapan SOP dalam proses produksi.. Cara/Justifikasi Penilaian: Pemeriksaan, analisa dan evaluasi SOP. Evaluasi laporan pelaksanaan SOP penanganan material input dan SOP proses produksi. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

148 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Teknologi f. Inovasi Dalam tahap sudah Proses Produk atau sedang memperoleh paten Komersial Sedang dalam tahap uji coba Masih dalam tahap kajian Belum ada inovasi Penjelasan:. Inovasi produk merupakan gabungan dari berbagai macam proses yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya yang digunakan untuk menghasilkan sebuah produk baru atau pengembangan suatu produk termasuk inovasi kemasannya. Paten Produk inovasi dan/atau kemasan yang telah di uji coba baik skala laboratorium ataupun produksi skala kecil dan telah mendapat sertifikat paten. Komersial Produk inovasi dan/atau kemasan telah dipasarkan ke konsumen. Uji Coba Produk inovasi dan/atau kemasan yang telah melalui penelitian dalam bentuk kajian dan telah di uji coba dalam skala laboratorium. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

149 No. 88 /BPPI/PER//8. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Laporan Pelaksanaan Riset dan Desain Produk. Dokumen kajian, perencanaan, desain, penelitian dan pengembangan produk. Dokumen paten. Data Primer: Observasi lapangan dengan melihat proses penelitian dan pengembangan produk yang telah dilakukan dan yang sedang berjalan.. Cara/Justifikasi Penilaian: Pemeriksaan terhadap dokumen hasil penelitian dan pengembangan terhadap jumlah produk yang telah dikomersialisasikan, produk yang mendapatkan paten, uji coba produk dan kajian. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

150 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Teknologi Proses g. Tingkat produk reject / terhadap total produk,5%,5% < x,%,% < x,5%,5% < x,%,% Penjelasan:. Kualitas produk adalah hal yang penting dalam kegiatan industri. Salah satu upaya peningkatan kualitas produk adalah dengan mengurangi tingkat reject dari produk yang dihasilkan untuk menjaga kepuasan pelanggan, dan mengurangi pemborosan atau waste. Pemahaman produk reject adalah produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi produk/standar baik yang tidak bisa diproses kembali (re-work) ataupun masih dapat diproses kembali (rework).. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Dokumen proses produksi, QC Flow, gudang produk, dan penjualan Data reject pada tiap unit atau line produksi, data pareto kerusakan dan perbaikan produk (rework), Failure Modes and Effect Analysis (FMEA), dan lain-lain dalam (satu) tahun terakhir. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 5

151 No. 88 /BPPI/PER//8 Data Primer: Observasi lapangan pada proses produksi, QC, gudang produk, dan wawancara terkait dengan reject rate pada industri.. Cara/Justifikasi Penilaian: Pemeriksaan terhadap dokumen proses produksi dan QC Flow Analisis dan evaluasi data reject pada tiap unit atau line produksi, data Pareto kerusakan dan perbaikan produk (rework), Failure Modes and Effect Analysis (FMEA), dan reject konsumen Hitung tingkat produk reject terhadap total produk dengan rumus: jumlah produk reject dibagi dengan total jumlah produk yang dihasilkan. 6 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

152 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Sumber Daya Manusia Penjelasan: a. Peningkatan kapasitas SDM proses produksi yang memenuhi persyaratan. Program peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang proses produksi bertujuan untuk peningkatan produktivitas, efektivitas, efisiensi, keamanan dan keselamatan kerja pada industri. Peningkatan kapasitas SDM harus memenuhi persyaratan eksternal dan internal. Peningkatan kapasitas SDM proses produksi memenuhi persyaratan eksternal dan internal % Peningkatan kapasitas SDM proses produksi memenuhi persyaratan eksternal dan internal 65% < x < % Peningkatan kapasitas SDM proses produksi memenuhi persyaratan eksternal dan internal 5% < x 65% Peningkatan kapasitas SDM proses produksi memenuhi persyaratan eksternal dan internal % < x 5% Belum ada upaya Peningkatan kapasitas SDM proses produksi memenuhi persyaratan eksternal dan internal Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 7

153 No. 88 /BPPI/PER//8 Jenis persyaratan eksternal yang harus diikuti, mengacu pada peraturan pemerintah, yaitu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K), bejana tekan untuk pekerja boiler, Surat Izin Operator (SIO) untuk pengemudi forklift, sertifikat untuk operator cooling tower, penilaian berdasarkan ketersediaan proses/peralatan yang ada. Jenis persyaratan internal yang harus diikuti mengacu pada kebijakan perusahaan (contoh: pelatihan higienis untuk industri makanan dan minuman, dan lain-lain), penilaian berdasarkan ketersediaan proses/peralatan yang ada. Selain harus memenuhi training kompetensi sesuai Kemenaker, industri juga harus mempunyai Matrix Human Development, berupa training plan untuk setiap karyawan, khususnya terkait proses produksi, QA & QC, receiving/shipping dilengkapi dengan laporan pelaksanaannya. Khusus industri skala kecil, program pelatihan dasar meliputi Keselamatan kerja, seperti: penggunaan alat pemadam kebakaran, jalur evakuasi, dan lain-lain; Kesehatan kerja, seperti: penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), seperti masker, sepatu boot, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan industri; Keterampilan terkait industrinya. 8 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

154 No. 88 /BPPI/PER//8. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Dokumen laporan pelaksanaan program peningkatan kapasitas SDM baik eksternal maupun internal dalam (satu) tahun terakhir. Data Primer: Wawancara terkait dengan program peningkatan kapasitas SDM.. Cara/Justifikasi Penilaian: Jenis persyaratan eksternal dan internal peningkatan kapasitas SDM yang harus diikuti. Hitung peningkatan kapasitas SDM dengan rumus: jumlah SDM yang memenuhi persyaratan internal dan ekstrernal dibagi dengan jumlah SDM di proses produksi. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 9

155 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Sumber Daya Manusia Penjelasan: b. Jumlah SDM yang sudah memperoleh pelatihan kompetensi. Kompetensi kerja adalah spesifikasi pengetahuan dan keterampilan dalam pekerjaan sesuai dengan standard kerja yang dipersyaratkan. Salah satu bentuk pelatihan yang relevan contohnya Teknik Produksi Bersih, Manajemen Lingkungan Berorientasi Keuntungan (MeLok), minimisasi limbah (waste minization), dan lain-lain.. Sumber Data/Informasi: Jumlah SDM yang sudah memperoleh pelatihan kompetensi > 5% Jumlah SDM yang sudah memperoleh pelatihan kompetensi % < x 5,% Jumlah SDM yang sudah memperoleh pelatihan kompetensi 5,% < x,% Jumlah SDM yang sudah memperoleh pelatihan kompetensi % < x 5,% Belum ada SDM yang memperoleh pelatihan kompetensi Bukti keikutsertaan dalam pelatihan kompetensi yang relevan dalam (satu) tahun terakhir, seperti teknik Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

156 No. 88 /BPPI/PER//8 implementasi produksi bersih, ISO, Melok, konservasi energi, R, Total Quality Management, Six Sigma, Good House Keeping dan lain-lain. Wawancara, perhitungan jumlah SDM yang mengikuti pelatihan kompetensi dalam (satu) tahun terakhir.. Cara/Justifikasi Penilaian: Hitung peningkatan kompetensi SDM dengan rumus: jumlah SDM yang sudah mengikuti pelatihan kompetensi dibagi dengan jumlah SDM yang bekerja di proses produksi. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

157 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Lingkungan Kerja di Ruang Proses Produksi Ada program, dijalankan secara berkala setiap 6 bulan sekali Ada program, dijalankan secara berkala setiap Penjelasan:. Pemantauan dan penilaian Keamanan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (KL) sesuai dengan Permenaker No. Tahun tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja adalah upaya pengembangan dan peningkatan implementasi KL pada industri. Hasil pemantauan dan penilaian merupakan dasar untuk menyusun rencana pengembangan atau pembinaan secara berkelanjutan dalam upaya pemenuhan parameter terkait KL. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Tahun, parameter yang diukur antara lain meliputi : a. Faktor fisika yang terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu dan medan magnet. Melakukan pemantauan dan penilaian kinerja KL sesuai Permenaker No. Tahun tahun sekali Ada program, dijalankan secara berkala setiap tahun sekali Ada program, dijalankan secara berkala lebih dari tahun sekali Belum ada program pemantauan dan penilaian kinerja KL Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

158 No. 88 /BPPI/PER//8 b. Faktor kimia yang terdiri dari debu, awan, kabut, uap logam, asap serta gas dan uap.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Laporan pelaksanaan KL di perusahaan; Laporan monitoring dan penilaian kinerja KL; Bukti pendukung lainnya terkait dengan monitoring terhadap pemenuhan kinerja KL. Data Primer: Wawancara terkait dengan monitoring dan penilaian kinerja KL. Cara/Justifikasi Penilaian: Identifikasi dan evaluasi pelaksanaan monitoring dan penilaian kinerja KL pada industri Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

159 No. 88 /BPPI/PER//8. KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH / EMISI Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Program Penurunan Memenuhi target Penurunan emisi GRK pemenuhan emisi GRK Emisi GRK > 99 % Memenuhi target pemenuhan emisi GRK 66% < x 99% Memenuhi target pemenuhan emisi GRK % < x 66% Memenuhi target pemenuhan emisi GRK % < x % Belum memenuhi target Belum memenuhi target pemenuhan emisi GRK Penjelasan:. Kegiatan industri merupakan salah satu penyumbang emisi Gas Rumah Kaca (GRK), yang menjadi penyebab terjadinya pemanasan global. Oleh sebab itu, perlu komitmen dan kebijakan dari pihak perusahaan untuk ikut berpartisipasi dalam upaya penurunan emisi GRK. Komitmen dan kebijakan wajib tertuang dalam target/kpi perusahaan. Emisi GRK dihitung berdasarkan penggunaan energi dengan mengacu kepada IPCC 6 TIER.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

160 No. 88 /BPPI/PER//8 Kebijakan dan program penurunan emisi GRK selama (satu) tahun terakhir. KPI/target penurunan emisi GRK selama (satu) tahun terakhir. Realisasi KPI/target penurunan emisi GRK selama (satu) tahun terakhir. Data Primer: Wawancara terkait kebijakan, program dan implementasi program penurunan emisi GRK.. Cara/Justifikasi Penilaian: Identifikasi kebijakan dan program penurunan emisi GRK perusahaan; Evaluasi realisasi penurunan emisi GRK. Hitung pemenuhan penurunan emisi GRK dengan rumus: nilai target penurunan emisi GRK dibagi dengan nilai realisasi penurunan emisi GRK. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 5

161 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Pemenuhan b. Emisi Gas dan Debu % memenuhi baku mutu 98% < x % lingkungan memenuhi 95% < x 98% memenuhi 9% < x 95% memenuhi 9% memenuhi Penjelasan:. Pemenuhan baku mutu lingkungan adalah sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan. Kewajiban industri untuk melakukan pengelolaan limbah (cair, padat, gas/debu) merupakan upaya pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan dan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan secara berkesinambungan. Untuk meminimasi dampak limbah terhadap lingkungan dapat mengacu pada baku mutu yang telah ditetapkan. Ukuran kinerja perusahaan akan terlihat bagaimana upaya dan target pemenuhan terhadap baku mutu lingkungan ini dapat dicapai atau adanya perbaikan (peningkatan) pemenuhan baku mutu yang telah ditetapkan. 6 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

162 No. 88 /BPPI/PER//8. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Bukti pemenuhan baku mutu untuk limbah cair (dokumen hasil pengujian yang merujuk pada parameter baku mutu limbah cair yang berlaku) pada periode (satu) tahun terakhir. Data Primer: Wawancara terkait dengan upaya pemenuhan baku mutu limbah cair.. Cara/Justifikasi Penilaian: Evaluasi laporan baku mutu limbah cair dengan detail seluruh parameter sesuai yang disyaratkan dari peraturan yang berlaku. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 7

163 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Pemenuhan b. Emisi Gas dan Debu % memenuhi baku mutu 98% < x % lingkungan memenuhi 95% < x 98% memenuhi 9% < x 95% memenuhi 9% memenuhi Penjelasan:. Pemenuhan baku mutu lingkungan adalah sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan. Kewajiban industri untuk melakukan pengelolaan limbah (cair, padat, gas/debu) merupakan upaya pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan dan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan secara berkesinambungan. Untuk meminimasi dampak limbah terhadap lingkungan dapat mengacu pada baku mutu yang telah ditetapkan. Ukuran kinerja perusahaan akan terlihat bagaimana upaya dan target pemenuhan terhadap baku mutu lingkungan ini dapat dicapai atau adanya perbaikan (peningkatan) pemenuhan baku mutu yang telah ditetapkan. 8 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

164 No. 88 /BPPI/PER//8. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Bukti pemenuhan baku mutu untuk emisi gas dan debu (dokumen hasil pengujian yang merujuk pada parameter baku mutu emisi gas dan debu yang berlaku). Data Primer: Wawancara terkait dengan upaya pemenuhan baku mutu emisi gas dan debu.. Cara/Justifikasi Penilaian: Evaluasi laporan baku mutu emisi gas dan debu dengan detail seluruh parameter sesuai yang disyaratkan dari peraturan yang berlaku. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 9

165 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR. Sarana Pengelolaan Limbah / Emisi Sarana lengkap dan seluruhnya beroperasi dengan baik Penjelasan: a. Operasional sarana pengelolaan limbah dan emisi (sesuai persyaratan yang berlaku) Sarana lengkap, tapi hanya beroperasi sebagian Sarana tidak lengkap dan semua sarana beroperasi dengan baik Sarana tidak lengkap dan tidak dioperasikan Belum ada sarana pengelolaan limbah / emisi. Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan pengurangan (minimization), segregasi (segregation), penanganan (handling), pemanfaatan dan pengolahan limbah. Pengolahan limbah adalah upaya terakhir dalam sistem pengelolaan limbah setelah sebelumnya dilakukan optimasi proses produksi dan pengurangan serta pemanfaatan limbah. Pengolahan limbah dimaksudkan untuk menurunkan tingkat cemaran yang terdapat dalam limbah sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan. Oleh sebab itu, industri perlu memiliki sarana pengolahan limbah yang sesuai dengan jenis limbah dan emisi yang dihasilkannya. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

166 No. 88 /BPPI/PER//8. Sumber Data/Informasi : Data sekunder: Laporan operasional sarana pengelolaan limbah dan emisi dalam (satu) tahun terakhir. Data Primer : Hasil pengujian kualitas limbah dan emisi. Pemantauan kondisi operasional sarana pengelolaan limbah dan emisi. Wawancara terkait dengan sarana pengelolaan limbah dan emisi.. Cara/Justifikasi Penilaian: Evaluasi laporan operasional sarana pengelolaan limbah dan emisi. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

167 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Sarana Pengelolaan Limbah/Emisi Terdapat sarana, beroperasi serta memiliki izin Penjelasan:. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B) adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. b. Pengelolaan Limbah B (perizinan dan prasarana sesuai persyaratan yang berlaku) Terdapat sarana, beroperasi tapi tidak memiliki izin Terdapat sarana, memiliki izin tapi tidak beroperasi Terdapat sarana, tapi tidak memiliki serta izin dan tidak beroperasi Belum ada sarana pengolahan Oleh karena itu, setiap kegiatan yang menghasilkan limbah B wajib melakukan pengelolaan terhadap limbah yang dihasilkan. Pengelolaan Limbah B secara spesifik telah diatur dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor tahun yang menjelaskan bahwa pengelolaan limbah B merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

168 No. 88 /BPPI/PER//8 pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan limbah B. Semua kegiatan pengelolaan tersebut harus memiliki perizinan sebagaimana ketentuan yang berlaku.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Jenis limbah B yang dihasilkan. Perizinan pengelolaan limbah, manifest pengiriman limbah B, dan keterangan pendukung lain yang dimiliki. Laporan operasional sarana pengelolaan limbah B dalam (satu) tahun terakhir. Data Primer: Hasil pengujian kualitas limbah B. Pemantauan kondisi operasional sarana pengelolaan limbah B. Wawancara terkait dengan perizinan dan sarana pengelolaan limbah B.. Cara/Justifikasi Penilaian: Evaluasi jenis limbah B yang dihasilkan, dokumen perizinan, manifest pengiriman limbah B, keterangan pendukung lain dan kondisi operasional sarana pengelolaan limbah B. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

169 . MANAJEMEN PERUSAHAAN No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Standar a. Produk 75% < x % produk Operasional memiliki sertifikat 5% < x 75% produk memiliki sertifikat 5% < x 5% produk memiliki sertifikat % < x 5% produk memiliki sertifikat Belum ada sertifikat Penjelasan:. Standar operasional bertujuan untuk memberikan jaminan kepastian mutu produk kepada konsumen sesuai persyaratan dan spesifikasi teknik yang berlaku. Sertifikasi produk dapat mengacu kepada Standar Nasional maupun Internasional yang berlaku diantaranya: SNI, GMP, ASME Code, ANSI, API, JIS, British Standar, dan standar lain yang berlaku. Bagi perusahaan industri yang tidak memiliki sertifikat produk karena produk yang dihasilkan merupakan pesanan langsung dari buyer, maka dinilai not applicable (skor ).. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Bukti dokumen sertifikat produk yang dimiliki. Data Primer: Wawancara terkait dengan sertifikasi produk perusahaan. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

170 No. 88 /BPPI/PER//8. Cara/Justifikasi Penilaian: Identifikasi sertifikat produk yang dimiliki. Hitung rasio produk bersertifikat dengan rumus: jumlah produk yang bersertifikat dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 5

171 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Standar Operasional b. Sistem manajemen yang dibuktikan dengan dokumen Memiliki perencanaan, mengimplementasika, melakukan monev dan melakukan rencana aksi sistem manajemen Memiliki perencanaan, mengimplementasikan dan melakukan monev Memiliki perencanaan dan sudah mengimplementasikan Memiliki perencanaan sistem manajemen Belum ada sertifikat Penjelasan:. Beberapa Sertifikasi Sistem Manajemen: EMS (Environment Management System) adalah sistem manajemen lingkungan (SML) yang dilakukan perusahaan meliputi pengelolaan seluruh aspek kegiatan perusahaan (mulai dari masuknya bahan baku, proses sampai dengan penangangan limbah). Penerapan sistem ini mengacu pada standarisasi ISO. QMS (Quality Management System) adalah sistem manajemen mutu (SMM) yang dilakukan untuk membantu memenuhi kualitas sesuai peraturan dan persyaratan yang relevan, juga untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Penerapan sistem ini mengacu pada standarisasi ISO 9. 6 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

172 No. 88 /BPPI/PER//8 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK) merupakan salah satu bagian dari sistem manajemen yang bertujuan untuk menciptakan kesehatan dan keselamatan di tempat kerja sehingga timbulnya kecelakaan dan penyakit dapat dikurangi yang pada akhirnya berdampak pada terciptanya lingkungan kerja yang aman, nyaman, efektif, dan produktif dalam bekerja. Penerapan sistem ini mengacu pada standarisasi SMK oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau standar ISO 8 (OHSAS). Untuk industri makanan dan minuman, penilaian sertifikasi lebih ditekankan pada SMKP (Sistem Manajemen Keamanan Pangan), yaitu sistem manajemen yang diterapkan dalam rangka menjamin mutu dan keamanan dari produk pangan dan minuman yang dihasilkan. Beberapa standar yang digunakan meliputi HACCP dan ISO serta sertifikasi lain yang relevan dalam mendukung keamanan mutu pangan. Akan tetapi, karena penerapan sertifikasi sistem manajemen di atas ada yang belum diwajibkan di Indonesia, maka sistem manajemen cukup dibuktikan dengan adanya dokumen yang berisi perencanaan, penerapan, monitoring dan evaluasi serta rencana aksi sistem manajemen yang cara pelaporannya dapat mengacu/mengadopsi sistem manajemen seperti di atas. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 7

173 . Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Dokumen sistem manajemen. No. 88 /BPPI/PER//8 Bukti dokumen sertifikat ISO, ISO 9, SMK/OHSAS, HACCP/ISO, atau dokumen (laporan) lain yang relevan dengan standar sistem manajemen tersebut diatas. Data Primer: Wawancara terkait dengan sertifikasi tersebut diatas.. Cara/Justifikasi Penilaian: Identifikasi jenis sertifikat relevan dengan sistem manajemen (lingkungan, mutu, K dan keamanan pangan) Identifikasi dokumen yang berisi perencanaan, pengimplementasian, monitoring dan evaluasi serta rencana aksi sistem manajemen 8 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

174 No. 88 /BPPI/PER//8 SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR CSR a. Penerapan CSR Ada kebijakan CSR yang berkelanjutan, dilaksanakan, dilakukan pemantauan dan evaluasi serta ada pelaporan Ada kebijakan CSR yang berkelanjutan, sudah dilaksanakan, dilakukan pemantauan dan evaluasi, tapi tidak ada pelaporan Ada kebijakan CSR yang berkelanjutan, sudah dilaksanakan, namun belum dilakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan Ada kebijakan CSR yang berkelanjutan namun belum dilaksanakan Belum ada kebijakan CSR yang berkelanjutan Penjelasan:. Program Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan perusahaan sebagai perwujudan kepedulian terhadap lingkungan sosial disekitarnya. Perusahaan tidak hanya memacu pencapaian ekonomi atau bisnis semata, tetapi juga memberikan perhatian terhadap pengembangan sosial, ekonomi masyarakat sekitar dan pengelolaan lingkungan. Kebijakan CSR Perusahaan akan dituangkan dalam berbagai bentuk kegiatan bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 9

175 No. 88 /BPPI/PER//8 Agar masyarakat bisa merasakan hasil yang maksimal dari kegiatan CSR, maka pelaksanaannya harus berkelanjutan (suistanable). CSR yang berkelanjutan akan bisa membentuk atau menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih mandiri dan sejahtera. Perusahaan yang semula memposisikan diri sebagai pemberi donasi melalui kegiatan charity dan phylanthrophy, kini memposisikan komunitas sebagai mitra yang turut andil dalam kelangsungan eksistensi perusahaan.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Program pengembangan CSR perusahaan. Laporan pelaksanaan program yang pernah dilakukan dalam (satu) tahun terakhir. Data pendukung lainnya. Data Primer: Wawancara terkait dengan program CSR dan hasil penerapan yang telah dilakukan.. Cara/Justifikasi Penilaian: Identifikasi jenis kegiatan CSR Evaluasi hasil pelaksanaan program CSR 5 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

176 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR CSR b. Program CSR Memiliki > Program CSR yang berkelanjutan Memiliki Program CSR yang berkelanjutan Memiliki Program CSR yang berkelanjutan Memiliki Program CSR yang berkelanjutan Tidak menerapkan CSR Penjelasan:. Program CSR berkelanjutan yang dimaksud adalah program CSR yang mempunyai dampak besar terhadap sosial, ekonomi dan lingkungan, seperti: a. Penciptaan/pengembangan desa mandiri energi. b. Upaya pelestarian lingkungan (misalnya penanaman bibit untuk hutan bakau). c. Pemanfaatan lahan kritis dengan penanaman tanaman jatropa. d. Pembangunan sarana pendidikan yang berkembang.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Program CSR yang telah dilakukan dalam (satu) tahun terakhir. Laporan pelaksanaan CSR dalam (satu) tahun terakhir. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 5

177 Data Primer: Wawancara terkait dengan program CSR. No. 88 /BPPI/PER//8. Cara/Justifikasi Penilaian: Identifikasi program yang terkait dengan CSR. Evaluasi program CSR. 5 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

178 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Penghargaan Penghargaan > penghargaan terkait bidang produksi dan penghargaan pengelolaan lingkungan penghargaan industri yang pernah diterima penghargaan selama tahun terakhir Belum ada penghargaan Penjelasan:. Penghargaan terkait produksi dan pengelolaan lingkungan industri adalah salah satu bukti upaya perusahaan dalam menerapkan konsep industri hijau dalam kegiatan industrinya. Beberapa bentuk kegiatan pemberian penghargaan terkait dengan pengembangan industri yang ramah lingkungan mulai dan terus berkembang saat ini, seperti: Penghargaan Industri Hijau oleh Kementerian Perindustrian RI. Penghargaan Perusahaan Hijau (Green Business)/SRI-Kehati. Penghargaan Energi Bersih oleh Kementerian ESDM RI. Penghargaan Pengelolaan Minyak Sawit Berkesinambungan - Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Penghargaan yang relevan dari institusi internasional terkait dengan peran industri dalam implementasi kegiatan ramah lingkungan atau berkelanjutan. Dan lain-lain. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 5

179 No. 88 /BPPI/PER//8 Khusus industri skala kecil, penghargaan yang dimaksud tidak terbatas pada penghargaan di bidang proses produksi dan lingkungan saja.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Bukti penghargaan terkait dengan pengembangan dan implementasi industri hijau. Data Primer: Wawancara terkait dengan penghargaan yang pernah diterima.. Cara/Justifikasi Penilaian: Identifikasi jenis penghargaan yang pernah diterima. Hitung jumlah penghargaan terkait dengan pengembangan industri hijau dalam skala nasional dan internasional yang pernah diterima dalam (satu) tahun terakhir. 5 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

180 No. 88 /BPPI/PER//8 Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR Kesehatan karyawan Pemeriksaan kesehatan karyawan Dilakukan medical check up secara periodik setiap tahun sekali Dilakukan medical check up secara periodik setiap tahun sekali Dilakukan medical check up secara periodik setiap tahun sekali Dilakukan medical check up secara periodik > tahun Belum pernah dilakukan medical check up Penjelasan:. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sangat penting untuk meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas kerja. Kapasitas dan produktivitas pegawai sangat ditentukan oleh keadaan kesehatannya. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk kebiasaan hidup sehari-hari dan kondisi lingkungan pekerjaan, yang pada akhirnya akan ikut menentukan kinerja masing-masing pegawai. Tujuan dari pemeriksaan kesehatan kepada pegawai adalah untuk memberi jaminan pegawai tersebut cocok untuk dipekerjakan dan tetap dalam keadaan bugar sepanjang masa kerja. Selain itu, sebagai deteksi dini Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 55

181 No. 88 /BPPI/PER//8 (screening) dan penanganan penyakit akibat kerja/penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Pelaksanaan dari pemeriksaan kesehatan pegawai juga memiliki landasan hukum yang mengatur, yaitu sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 9 tentang Kesehatan.. Sumber Data/Informasi: Data sekunder: Laporan hasil laporan medical check up dalam (satu) tahun terakhir. Data Primer: Wawancara terkait dengan kegiatan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.. Cara/Justifikasi Penilaian: Evaluasi terhadap laporan hasil pemeriksaan kesehatan tenaga kerja. 56 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

182 BAB VI TAHAPAN KEGIATAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU. Sosialisasi Sosialisasi Penghargaan Industri Hijau (PIH) dilakukan mulai bulan Februari tahun berjalan melalui seminar, media massa, poster, leaflet, website Kementerian Perindustrian, dan lainlain.. Waktu dan Tempat Pendaftaran ) Waktu Pendaftaran : Mulai minggu terakhir Februari hingga minggu pertama bulan Maret tahun berjalan. ) Tempat pendaftaran: Sekretariat Penghargaan Industri Hijau d/a : Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian Gedung Kementerian Perindustrian Lantai Jalan Gatot Subroto Kav.5-5 Jakarta Selatan Telp/Fax : industrihijaukemenperin@gmail.com Website: Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 57

183 No. 88 /BPPI/PER//8. Seleksi Kelengkapan Administrasi Seleksi dilakukan berdasarkan kelengkapan administrasi dan validitas dokumen pendaftaran yang telah disampaikan. Dokumen yang telah benar dan lengkap disampaikan kepada Tim Teknis paling lambat dalam waktu 5 (lima) hari kerja.. Verifikasi Dokumen Verifikasi dokumen dilakukan pada saat pendaftaran dimulai (minggu terakhir bulan Februari) hingga minggu pertama bulan Maret tahun berjalan, dengan melakukan evaluasi terhadap dokumen pendaftaran dan formulir pendaftaran, dan dikembalikan ke Sekretariat paling lambat dalam 5 (lima) hari kerja. 5. Verifikasi Lapangan Verifikasi lapangan dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian dokumen dengan kondisi di lapangan, mulai minggu ketiga bulan Maret hingga minggu terakhir bulan Agustus tahun berjalan. Hasil penilaian paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dilakukan verifikasi lapangan diserahkan kepada sekretariat. 58 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

184 No. 88 /BPPI/PER//8 6. Evaluasi Hasil Penilaian Hasil penilaian terhadap seluruh peserta penghargaan industri hijau dibahas/dievaluasi oleh seluruh anggota Tim Teknis dalam rapat pleno. 7. Penyampaian Hasil Penilaian Hasil penilaian disampaikan oleh Sekretariat kepada seluruh industri peserta Program Penghargaan Industri Hijau selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah rapat pleno Tim Teknis. 8. Sanggahan Perusahaan dan Verifikasi Ulang Penyampaian hasil penilaian kepada perusahaan industri, penerimaan sanggahan dari perusahaan industri serta pelaksanaan verifikasi ulang akan dilaksanakan pada minggu keempat September hingga minggu pertama bulan Oktober tahun berjalan, dengan tahapan sebagai berikut: a. Pihak industri diberi kesempatan untuk memberi sanggahan/klarifikasi terhadap hasil penilaian selama 5 (lima) hari kerja sejak penyampaian hasil penilaian. b. Sanggahan disampaikan kepada Sekretariat untuk dievaluasi oleh Tim Teknis. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 59

185 No. 88 /BPPI/PER//8 c. Bila sanggahan yang disampaikan pihak industri dinyatakan layak, dapat dilakukan verifikasi ulang oleh Tim Teknis dalam waktu 5 (lima) hari setelah dokumen sanggahan dinyatakan layak. d. Hasil verifikasi ulang disampaikan kepada Sekretariat paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah verifikasi ulang. 9. Penyampaian Hasil Penilaian Kepada Dewan Pertimbangan Hasil verifikasi, penilaian dan rekomendasi disampaikan oleh Sekretariat kepada Dewan Pertimbangan 5 (lima) hari setelah diterima dari Tim Teknis.. Review Hasil Penilaian a. Review hasil penilaian Tim Teknis dilakukan oleh Dewan Pertimbangan selambat-lambatnya selama 5 (lima) hari kerja. b. Dewan Pertimbangan menyampaikan hasil review yang merupakan hasil penilaian akhir kepada Menteri Perindustrian selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja.. Penetapan Penerima Penghargaan Industri Hijau Perusahaan industri penerima Penghargaan Industri Hijau ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian. 6 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

186 No. 88 /BPPI/PER//8. Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau kepada perusahaan industri akan dipublikasikan secara terbuka kepada publik dan stakeholder terkait.. Evaluasi Agar program Penghargaan Industri Hijau dapat menjadi lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan maka akan dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi, khususnya mengenai industri yang mendapatkan peringkat terendah dan belum lolos seleksi awal akan disampaikan kepada direktorat terkait di lingkungan Kementerian sebagai bahan masukan dalam rangka pembinaan. Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau 6

187 Gambar. Tahapan Kegiatan Penghargaan Industri Hijau 6 Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau

cost sekalipun dapat memberikan dampak besar bagi perusahaan KATA PENGANTAR

cost sekalipun dapat memberikan dampak besar bagi perusahaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) resmi diberlakukan sejak akhir Desember 05 yang lalu di tengah situasi ekonomi nasional yang dirundung mendung sebagai akibat dari situasi perekonomian global

Lebih terperinci

Jl. Jend. Gatot Subroto Kav Jakarta Telp./Fax. (021) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Jend. Gatot Subroto Kav Jakarta Telp./Fax. (021) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 5-5 Jakarta 950. Telp./Fax. (0) 5576 www.kemenperin.go.id Cover Pedoman PIH 0 Final.indd KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 0 //0 :6: PM KATA PENGANTAR Penghargaan

Lebih terperinci

LEMBAR PERTAMA UNTUK PERUSAHAAN

LEMBAR PERTAMA UNTUK PERUSAHAAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PERTAMA UNTUK PERUSAHAAN KEPADA: SEKRETARIAT PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU d/a : PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP Gedung Kementerian Perindustrian Lantai 20 Jl. Jenderal

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/ PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian (Berita N

2016, No Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/ PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian (Berita N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1089, 2016 KEMENPERIN. Tenaga Kerja. Nilai Investasi. Besaran Jumlah. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64/M-IND/PER/7/2016 TENTANG BESARAN JUMLAH

Lebih terperinci

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Slide 1 Pada pertemuan G-20 di Pittsburg tahun 2009, Pemerintah

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha No.1046, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Jenis-Jenis Industri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/M-IND/PER/7/2017 TENTANG JENIS-JENIS INDUSTRI DALAM

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA Disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Dalam acara Rapat Kerja Kementerian Perindustrian tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 37/M-IND/PER/6/2006 TENTANG PENGEMBANGAN JASA KONSULTANSI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM)

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 37/M-IND/PER/6/2006 TENTANG PENGEMBANGAN JASA KONSULTANSI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 37/M-IND/PER/6/2006 TENTANG PENGEMBANGAN JASA KONSULTANSI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 1. Kondisi Industri I. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor industri di Indonesia yang telah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93/M-IND/PER/11/2011 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN FASILITAS PEMBEBASAN ATAU PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DI SEKTOR

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGHARGAAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGHARGAAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGHARGAAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun (Lembaran Negara Repub

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun (Lembaran Negara Repub BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.460, 2017 KEMENPERIN. Pembangunan Industri Gula. Fasilitas Memperoleh Bahan Baku PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/M-IND/PER/3/2017 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2016, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.439, 2016 KEMENPERIN. Barang Komplenter. Impor. Rekomendasi. Pemberian. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/M-IND/PER/3/2016 TENTANG KETENTUAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Menimbang Mengingat SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG KRITERIA DAN/ATAU PERSYARATAN DALAM IMPLEMENTASI PEMANFAATAN FASILITAS

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG KRITERIA DAN/ATAU PERSYARATAN DALAM IMPLEMENTASI PEMANFAATAN FASILITAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG KRITERIA DAN/ATAU PERSYARATAN DALAM IMPLEMENTASI PEMANFAATAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA

Lebih terperinci

DAERAH KOTA PAREPARE SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) Fax.

DAERAH KOTA PAREPARE SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) Fax. daerah-kabupaten-barrutahun-2008 PEMERINTAH DAERAH KOTA PAREPARE SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) 21157 21003 21125 21090 21001 21000 Fax. (0421) 24330 Kode Pos 91122 PERATURAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 13 TAHUN 2009

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 13 TAHUN 2009 KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN

Lebih terperinci

2018, No rangka penurunan emisi dan peningkatan ketahanan nasional terhadap dampak perubahan iklim; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima

2018, No rangka penurunan emisi dan peningkatan ketahanan nasional terhadap dampak perubahan iklim; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.162, 2018 KEMEN-LHK. Pengendalian Perubahan Iklim. Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi Aksi dan Sumberdaya. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/ PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian (Berita N

2017, No Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/ PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian (Berita N No.1882, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Pulp dan/atau Kertas Berbahan Baku Kertas Bekas dan/atau Bukan Kayu. Ekspor. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

1 P a g e. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK

1 P a g e. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK 1 P a g e Tax Holiday; Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan bagi Perusahaan Industri Pionir yang Melakukan Penanaman Modal Baru di Indonesia Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 442/KMK.011/2011 TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE VERIFIKASI PEMBERIAN PEMBEBASAN ATAU

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 442/KMK.011/2011 TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE VERIFIKASI PEMBERIAN PEMBEBASAN ATAU KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 442/KMK.011/2011 TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE VERIFIKASI PEMBERIAN PEMBEBASAN ATAU PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU NASIONAL

PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU NASIONAL PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU NASIONAL OLEH LINTONG SOPANDI HUTAHAEAN KEPALA PUSLITBANG INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP Jakarta, 5 April 2017 INDUSTRI HIJAU INDUSTRI HIJAU DEFINISI DASAR HUKUM UU No.

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri INDUSTRI SEMEN PORTLAND Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TIM KOORDINASI PERUNDINGAN PERDAGANGAN KARBON ANTAR NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621, 2017 KEMEN-LHK. Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran. Perusakan Lingkungan Hidup dan/atau Perusakan Hutan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PROGRAM PERCEPATAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI MELALUI DANA KEMITRAAN PENINGKATAN TEKNOLOGI INDUSTRI (DAPATI) TAHUN 2016

PEDOMAN PROGRAM PERCEPATAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI MELALUI DANA KEMITRAAN PENINGKATAN TEKNOLOGI INDUSTRI (DAPATI) TAHUN 2016 PEDOMAN PROGRAM PERCEPATAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI MELALUI DANA KEMITRAAN PENINGKATAN TEKNOLOGI INDUSTRI (DAPATI) TAHUN 2016 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI 1 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015 Posisi Geografis Indonesia sangat rentan terhadap dampak dan perubahan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN JEPARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a bahwa dalam rangka mengoptimalkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMEBERIAN INSENTIF DAN PEMEBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KONAWE SELATAN i! DITERBITKAN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa penanaman modal merupakan salah

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri Hijau INDUSTRI UBIN KERAMIK Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.244,2012 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Lembaga Penilaian Kesesuaian. SNI. Baja. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-IND/PER/2/2012 TENTANG PENUNJUKAN

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 14 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga

telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga KEYNOTESPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIC INDONESIA PADA PENGANUGERAHAN PAMERAN FOTO INDUSTRI HIJAU Plaza Industri Kementerian Perindustrian, Jakarta 7 Mei 2013 Yang saya hormatl, para hadirin sekalian

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri Hijau INDUSTRI PENGASAPAN KARET (RIBBED SMOKED SHEET RUBBER) Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah...

Lebih terperinci

2011, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999); 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 te

2011, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999); 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 te No.503, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pajak Penghasilan Badan. Pembebasan. Pengurangan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.011/2011 TENTANG PEMBERIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.224, 2014 KEMENPERIN. Izin Usaha. Izin Perluasan. Kawasan Industri. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/M-IND/PER/2/2014 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia No.1212, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Sistem Elektronik. Pertimbangan Teknis. Rekomendasi. Surat Keterangan. Tanda Pendaftaran. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, 1 Menimbang : PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, a. bahwa dalam rangka memacu pertumbuhan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 29/M-IND/PER/6/2013 TENTANG

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 29/M-IND/PER/6/2013 TENTANG PA Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/M-IND/PER/6/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 372/MPP/Kep/12/2001 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 372/MPP/Kep/12/2001 TENTANG Lampiran KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 372/MPP/Kep/12/2001 TENTANG KETENTUAN PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI PABRIKASI PELUMAS DAN PENGOLAHAN PELUMAS BEKAS MENTERI

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, -1- PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016... TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.607, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Selang Kompor. SNI. Wajib. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Penunjukan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/M-IND/PER/4/2015

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2014 Jakarta, 5-7 Februari 2014 Rapat Kerja dengan tema Undang-Undang Perindustrian Sebagai Landasan Pembangunan Industri Untuk Menjadi Negara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1917, 2015 KEMENPERIN. Rencana Industri. Provinsi. Kabupaten/Kota. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110/M-IND/PER/12/2015

Lebih terperinci

penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan sehingga terwujud pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme;

penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan sehingga terwujud pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme; - v a Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/M-IND/PER/6/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.854, 2015 KEMENPERIN. Standar Industri Hijau. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/M-IND/PER/6/2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 15/PRT/M/2015 TANGGAL 21 APRIL 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN GROBOGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN GROBOGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN GROBOGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Re

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Re BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKAA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi

2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.769, 2011 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Pembebasan. Pengurangan. Pajak Penghasilan Badan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 36/Permentan/OT.140/7/2009 TENTANG PERSYARATAN PENILAI USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 36/Permentan/OT.140/7/2009 TENTANG PERSYARATAN PENILAI USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 36/Permentan/OT.140/7/2009 TENTANG PERSYARATAN PENILAI USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

TATA CARA PENILAIAN KETAATAN DAN PENILAIAN KINERJA LEBIH DARI KETAATAN

TATA CARA PENILAIAN KETAATAN DAN PENILAIAN KINERJA LEBIH DARI KETAATAN LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP TATA CARA PENILAIAN KETAATAN

Lebih terperinci

Account Representative

Account Representative Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative FASILITAS PEMBEBASAN ATAU PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA PEKALONGAN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA PEKALONGAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penilai. Usaha Perkebunan. Persyaratan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penilai. Usaha Perkebunan. Persyaratan. No.251, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penilai. Usaha Perkebunan. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 36/Permentan/OT.140/7/2009 TENTANG PERSYARATAN PENILAI USAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG M MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR IZIN USAHA JASA PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2 Perubahan Atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 77/M-IND/PER/7/2012 tentang Penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian Dalam Rangka Pemberlakuan d

2 Perubahan Atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 77/M-IND/PER/7/2012 tentang Penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian Dalam Rangka Pemberlakuan d BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.608, 2015 KEMENPERIN. Lembaga Penilaian Kesesuaian. SNI. Baja Tulangan Beton. Wajib. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/M-IND/PER/4/2015

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/M-IND/PER/11/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.692, 2015 KEMENPERIN. Fasilitas Pajak Penghasilan. Penanaman Modal. Usaha Tertentu. Daerah Tertentu. Industri. Kriteria. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERSIHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN

Lebih terperinci