BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian (disingkat Balitbangtan) terletak di Jl. Ragunan 29 Pasar Minggu, Jakarta. Badan litbang pertanian didirikan pada tahun 1974, Badan Litbang Pertanian telah mengalami banyak perubahan, baik dari sisi organisasi maupun kepemimpinan. Penambahan maupun pengurangan Unit Kerja (UK) maupun Unit Pelaksana Teknis (UPT) beberapa kali dilakukan. Badan litbang pertanian merupakan suatu Eselon I di Kementerian Pertanian yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian, pengembangan dan inovasi di bidang pertanian. Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Litbang menyelenggarakan fungsi: penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian, pengembangan dan inovasi di bidang pertanian; 2. pelaksanaan penelitian, pengembangan dan in ovasi di bidang pertanian; 3. penyebarluasan hasil penelitian, pengembangan dan inovasi di bidang pertanian; 4. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian, pengembangan dan inovasi di bidang pertanian; 5. pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian; serta pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. 39 Badan Litbang Pertanian, Unit Kerja, Diakses Tanggal 6 Januari 2017 Pukul 22:44. 55

2 Gambaran Umum Badan Litbang Pertanian diatas dilanjutkan dengan struktur organisasi dari Badan Litbang Pertanian, Yaitu: Bagan. 1 Struktur Organisasi Badan Litbang Pertanian Sumber Bagan: Keterangan: :Garis Komando atau Perintah yang menunjukkan alur komando/perintah yang mengalir dari pimpinan organisasi kepada unit dibawahnya sampai ke unit terendah dalam organisasi :Garis Koordinasi yang menunjukkan hubungan kerja atau koordinasi antara unit atau sub unit organisasi yang ada. : Eselon I (Eselon= Tingkatan Pangkat/ Jabatan untuk PNS) : Eselon II : Eselon III 56

3 PUSLITBANGTAN : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan PUSLITBANGHORTI: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura PUSLITBANGBUN PUSLITBANGNAK BBP Mektan BB SDLP : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian BB PENGKAJIAN : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian BB PADI PSEKP BB LITVET PUSTAKA BALITKABI BB PASCAPANEN : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian : Balai Besar Penelitian Veteriner : Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian BALITSEREAL BB BIOGEN : Balai Penelitian Tanaman Serealia : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian BALITSA : Balai Penelitian Tanaman Sayuran BALITBU TROPIKA: Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika BALITHI BALITJESTRO BALITTRO BALITTAS : Balai Penelitian Tanaman Hias : Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika : Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat 57

4 BALIT Palma BALITTRI BALITNAK BALITTRA BALITTANAH BALITKLIMAT BALINGTAN BALAI PATP BPTP LOLITTUNGRO LOLITSAPI LOLITKAMBING : Balai Penelitian Tanaman Palma : Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar : Balai Penelitian Ternak : Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa : Balai Penelitian Tanah : Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi : Balai Penelitian Lingkungan Pertanian : Balai Pengkajian Alih Teknologi Pertanian : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian : Loka Penelitian Penyakit Tungro : Loka Penelitian Sapi Potong : Loka Penelitian Kambing Potong Berdasarkan keterangan bagan struktur organisasi Badan Litbang Pertanian diatas, dapat diketahui banyaknya lembaga yang berada dibawah naungan Badan Litbang Pertanian, dari sekian banyak lembaga diatas peneliti hanya mengambil 3 (tiga) sampel lembaga untuk dilakukan penelitian, peneliti mengambil Sampel Dengan Maksud (purposive sampling) yaitu Teknik pengambilan data sampel yang didasarkan oleh pertimbangan tertentu. 40 Pertimbangan tertentu misalnya keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Alasan lain peneliti mengambil sampel yaitu adanya akses dari salah satu responden yang bernama Dr. Sudarmadi Purnomo dari BPTP Jawa Timur yang dapat mengakses data dari ketiga lembaga tersebut. Sehingga diharapkan apabila lokasi dekat serta 40 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :Alfabeta. Hal

5 responden yang dapat mengakses data akan mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini. Ketiga sampel lembaga penelitian, yaitu: Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas), Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP Jatim). Berdasarkan penjelasan diatas adapun gambaran umum lokasi penelitian di Masing-masing Lembaga Penelitian, yaitu: 1. Gambaran Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat a. Gambaran Umum Balittas Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (disingkat Balittas) terletak di Jalan Raya Karangploso km 4, Malang, Jawa Timur. Balittas adalah balai yang didirikan untuk mengembangkan hasil pertanian dan perkebunan di Indonesia di bawah koordinasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 41 Balai yang merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, yang bertanggung jawab langsung kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan di Bogor. Balittas bertempat di Jalan Raya Karangploso, Malang, Jawa Timur. Balai ini memiliki mandat untuk meneliti tanaman tembakau, serat buah, serat batang dan daun, serta tanaman minyak industri. Balittas dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang merupakan fungsi unit kerja Eselon III yang secara struktural adalah salah satu unit kerja di 41 Wikipedia, Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Diakses Tanggal 24 November 2016 pukul

6 Puslitbang Perkebunan. Dalam pelaksanaan kegiatan, secara struktural Kepala Balai dibantu oleh Pejabat Eselon IV. Balittas memiliki beberapa Kebun Percobaan (KP) yang berada di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. 42 b. Struktur Organisasi Organisasi dan tata kerja Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 63/Permentan/OT.140/10/2011. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) adalah unit pelaksana teknis dibidang penelitian dan pengembangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan yang dipimpin oleh seorang Kepala. Balittas mempunyai tugas melaksanakan penelitian tanaman pemanis, serta, tembakau dan minyak industri. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Balittas menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 43 1) Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman pemanis, serat, tembakau dan minyak industri. 2) Pelaksanaan penelitian morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi dan fitopatologi tanaman pemanis, serat, tembakau dan minyak industri. 3) Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman pemanis, serat, tembakau dan minyak industri. 42 Ibid. 43 Balittas, Visi dan Misi, Diakses Tanggal 20 Desember 2016 Pukul 18:31. 60

7 4) Pelaksanaan penelitian penanganan hasil tanaman pemanis, serat, tembakau dan minyak industri. 5) Pemberian pelayanan teknik penelitian tanaman pemanis, serat, tembakau dan minyak industri. 6) Penyiapan kerja sama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman pemanis, serat tembakau dan minyak industri. Berdasarkan penjelasan struktur organisasi diatas adapun bagan struktur organisasi dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas), Yaitu: Bagan. 2 Struktur Organisasi Balittas Sumber Bagan: balittas.litbang.pertanian.go.id/index.php/tentangkami/komoditas/52-profil/periode/ Keterangan: :Garis Komando atau Perintah yang menunjukkan alur komando/perintah yang mengalir dari pimpinan organisasi kepada unit dibawahnya sampai ke unit terendah dalam organisasi :Garis Koordinasi yang menunjukkan hubungan kerja atau koordinasi antara unit atau sub unit organisasi yang ada. 61

8 2. Gambaran Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika a. Gambaran Umum Balitjestro Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) terletak di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Batu, Jawa Timur. Posisi Balitjestro berada pada 4 km dari Kota Batu dan pada ketinggian tempat ± 950 m di atas permukaan laut. Berdasarkan Surat Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 13/Permentan/OT.140/3/2006 Loka Penelitian Jeruk dan Hortikultura Subtropik yang mengalami peningkatan eselonisasi dari Eselon IV ke Eselon III dengan nama Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro). Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 30/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013 sebagai penyempurna Permentan No. 13/Permentan/OT.140/3/2006. Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis, dalam rangka optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. Sejak diterbitkannya Peraturan Menteri Pertananian Nomor:30/permentan/OT.140/3/2013 maka Peraturan Menteri Pertananian Nomor:13/Permentan/OT.140/3/2006 dinyatakan tidak berlaku demi hukum. Balitjestro adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) penelitian dan pengembangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Balitjestro, Profil Pendahuluan, Diakses Tanggal 30 November 2016 Pukul 17:05. 62

9 b. Struktur Organisasi Organisasi Balitjestro terdiri dari Kepala Balitjestro, Koordinator Program, Kepala TU, Kepala Yantek dan Jasa Penelitian dan Kelompok Peneliti Fungsional. Adapun Fungsi Lembaga ini, Yaitu: Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi dan laporan penelitian tanaman jeruk dan buah subtropika; 2. Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan tanaman jeruk dan buah subtropika; 3. Pelaksanaan penelitian eksplorasi, konservasi, karakterisasi dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman jeruk dan buah subtropika; 4. Pelaksanaan penelitian agronomi, morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi dan fitopatologi tanaman jeruk dan buah subtropika; 5. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman jeruk dan buah subtropika; 6. Pelaksanaan penelitian penanganan hasil tanaman jeruk dan buah subtropika; 7. Pemberian pelayanan teknis penelitian tanaman jeruk dan buah subtropika; 8. Penyiapan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman jeruk dan buah subtropika; 45 Ibid. 63

10 9. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan Balitjestro. Berdasarkan penjelasan struktur organisasi diatas adapun bagan struktur organisasi dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), Yaitu: Bagan. 3 Sumber Bagan: Keterangan: :Garis Komando atau Perintah yang menunjukkan alur komando/perintah yang mengalir dari pimpinan organisasi kepada unit dibawahnya sampai ke unit terendah dalam organisasi. 64

11 3. Gambaran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian a. Gambaran Umum Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP Jatim) berlokasi di Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang, Kepuharjo, Karangploso, Kepuharjo, Karangploso, Malang, Jawa Timur. BPTP Jawa Timur merupakan gabungan (merger) dari berbagai unit kerja di jajaran Badan Litbang Pertanian yang ada di Jawa Timur (16 unit kerja), yaitu eks Sub Balithorti Malang, Sub Balithorti Tlekung, Sub Balittan Mojosari, Sub Balitnak Grati, beserta kebun percobaan yang berada dibawahnya, dan Balai Informasi Pertanian Wonocolo, Surabaya, yang dibentuk berdasarkan SK Mentan No. 798/Kpts/OT.210/ 12/1994, tanggal Desember 1994, dan mulai efektif pada tanggal 1 April 1995 dengan nama BPTP Karangploso. Dalam perjalanannya, BPTP Karangploso mengalami reorganisasi lagi dengan keluarnya SK Mentan terbaru No. 350/Kpts/OT.210/6/2001, tanggal 14 Juni 2001, menjadi BPTP Jawa Timur dengan hanya dua unit kerja yang tergabung di dalamnya, yaitu Laboratorium Diseminasi Wonocolo dan Kebun Percobaan Mojosari. Perubahan ini membawa konsekuensi terhadap penyempurnaan tugas dan fungsi Balai secara keseluruhan. Tugas pokok BPTP Jawa Timur adalah melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi bagi semua komoditas pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan dengan teknologi yang bersifat terapan (siap 65

12 pakai) dengan mempertimbangkan optimasi produksi serta pendapatan petani. b. Struktur Organisasi Organisasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP Jatim) terdiri dari Kepala Balai, Kepala Tata Usaha (KTU), KSPP, dan Peneliti atau Penyuluhan Administrasi. Adapun Fungsi dari Lembaga ini, Yaitu: Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; 2. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; 3. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan; 4. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; 5. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; 6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai. 46 Badan Litbang Pertanian, Unit Kerja- BPTP Jatim, Diakses Tanggal 5 Desember 2016 Pukul 21:25. 66

13 Berdasarkan penjelasan struktur organisasi diatas adapun bagan struktur organisasi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP Jatim), Yaitu: Bagan. 4 Struktur Organisasi BPTP Jawa Timur Sumber Bagan: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Keterangan: :Garis Komando atau Perintah yang menunjukkan alur komando/perintah yang mengalir dari pimpinan organisasi kepada unit dibawahnya sampai ke unit terendah dalam organisasi. 67

14 B. Implementasi Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak PVT diwilayah Hukum Lembaga Litbang Kementerian Pertanian di Jawa Timur 1. Prosedur Pendaftaran Hak PVT (Perlindungan Varietas Tanaman) di Balittas, BPTP Jawa Timur, dan Balitjestro Dalam hal Pendaftaran Hak PVT (Perlindungan Varietas Tanaman) terdapat persamaan untuk prosedur pendaftaran di ketiga lembaga yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peniliti kepada responden yaitu Ir. Emy Budiyanti dari Balitjestro, Drs. Marjani dari Balittas, dan Dr. Sudarmadi Purnomo, M.P dari BPTP Jawa Timur, Ketiga lembaga tersebut menyatakan bahwasanya untuk prosedur Pendaftaran Hak PVT (Perlindungan Varietas Tanaman) sesuai dengan Undang-Undang No 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman. 47 Prosedur Pendaftaran serta tata cara pengajuan permohonan Hak PVT (Perlindungan Varietas Tanaman) terdapat pada Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang PVT. Adapun Bagan dari Prosedur Pendaftaran Hak PVT (Perlindungan Varietas Tanaman) yang Secara sederhana dan yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang PVT (Perlindungan Varietas Tanaman) yang akan dilanjutkan dengan penjelasan dari bagan prosedur pendaftaran Hak PVT (Perlindnugan Varietas Tanaman) yang dapat digambarkan dan dijabarkan oleh penulis sebagai berikut: Hasil wawancara dengan Bu Emy Budiyanti dari Balitjestro, Pak Marjani dari Balittas, dan Pak Sudarmadi Purnomo dari BPTP Jawa Timur pada tanggal antara 24 November 30 November Ibid. 68

15 Bagan. 5 Prosedur Pendaftaran Hak PVT Pemohon Persyaratan - Biasa (psl 11 & 12) - Hak prioritas (psl 14) DIPENUHI TIDAK YA Dilengkapi (psl 16) TIDAK Dianggap ditarik kembali (psl 18) Tanggal Penerimaan (psl 15) Pemeriksaan Persyaratan (psl 24) 6 Bulan (Biasa) 12 Bulan (Hak Prioritas) Permohonan dapat ditarik kembali 1 9 B u l a n 1 3 B u l a n Memenuhi ketentuan psl 11 atau psl 14 Pengumuman 6 bulan (psl 25) 1 Bulan Tidak Permohonan Pemeriksaan Substantif (psl 29) Pemeriksaan substansi 24 bln (psl 30) TIDAK TIDAK Jelas/ lengkap (psl 32) Penolakan TIDAK Memenuhi syarat 3 Bln YA YA Permohonan Banding (psl 36) Pemberian Sertifikat PVT (psl 34) Sumber: 69

16 Berdasarkan bagan diatas ketentuan untuk mengajukan permohonan Hak PVT adalah sebagai berikut: 49 a. Pemohon wajib menyampaikan surat permohonan dengan membayar biaya yang telah ditetapkan; b. Surat permohonan hak PVT memuat: 1) tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan 2) nama dan alamat lengkap pemohon 3) nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemulia serta nama ahli waris yang ditunjuk 4) nama varietas 5) deskripsi varietas yang mencakup asal usul atau silsilah, ciri-ciri morfologi, dan sifat-sifat penting lainnya 6) gambar dan/ atau foto yang disebut dalam deskripsi, yang diperlukan untuk memperjelas deskripsinya. Baik untuk pemohon yang biasa sesuai dengan pasal 11 UU No 29 Tahun 2000 dan untuk pemohon dengan Hak prioritas disesuaikan dengan pasal 14 UU NO 29 Tahun Selain permohonan biasa, dapat juga dilakukan permohonan hak PVT dengan menggunakan hak prioritas dimana harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 50 a. diajukan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal penerimaan pengajuan permohonan hak PVT yang pertama kali di luar Indonesia; 49 Ibid, Hal Ibid, Hal

17 b. dilengkapi salinan surat permohonan hak PVT yang pertama kali dan disahkan oleh pihak yang berwenang di negara yang dimaksud dalam butir a paling lambat 3 (tiga) bulan; c. dilengkapi salinan sah dokumen permohonan hak PVT yang pertama di luar negeri d. dilengkapi salinan sah penolakan hak PVT, apabila hak PVT tersebut pernah ditolak. Jika para pemohon hak PVT telah memenuhi persyaratan tersebut, maka berkas permohonan pendaftaran hak perlindungan varietas tanaman dianggap diajukan pada tanggal penerimaan berkas permohonan hak PVT oleh kantor perlindungan hak varietas tanaman dimana segala pembayaran untuk biaya-biaya yang diperlukan telah selesai dilakukan. Untuk tanggal penerimaan surat permohonan hak perlindungan varietas tanaman adalah tanggal pada saat kantor perlindungan varietas tanaman menerima surat permohonan hak PVT yang telah memenuhi syarat-syarat secara lengkap dan tanggal penerimaan surat permohonan hak perlindungan varietas tanaman akan dicatat dalam daftar umum PVT oleh kantor perlindungan varietas tanaman. Pada saat penerimaan permohonan hak PVT terdapat kekurangan terhadap syarat-syarat pendaftaran, maka kantor PVT akan meminta agar pihak yang mengajukan permohonan pendaftaran hak PVT untuk melengkapi kekurangan tersebut sesuai dengan Pasal 16 UU No 29 Tahun 2000, dimana jangka waktu yang diberikan adalah 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat permohonan pemenuhan 71

18 kekurangan tersebut yang dikirimkan oleh kantor PVT. Bila dalam jangka waktu yang diberikan, pihak pemohon belum selesai melengkapinya maka berdasarkan pertimbangan alasan yang diajukan pihak pemohon dan disetujui oleh kantor PVT, jangka waktu tersebut dapat diperpanjang kembali paling lama 3 (tiga) bulan berdasarkan permintaan pihak pemohon hak PVT. 51 Berkas permohonan hak PVT yang tidak juga dilengkapi meskipun telah mendapat perpanjangan waktu tidak akan diterima. Sesuai Pasal 18 UU No 29 Tahun 2000, Kantor PVT akan memberitahukan secara tertulis kepada pihak pemohon hak PVT bahwa permohonan hak perlindungan varietas tanaman (hak PVT) yang mereka ajukan dianggap ditarik kembali. Pada saat pengajuan kembali berkas permohonan hak PVT yang kurang lengkap tersebut, maka tanggal penerimaannya mengalami perubahan dimana tanggal penerimaannya bukan lagi tanggal penerimaan berkas permohonan hak PVT untuk pertama kali, akan tetapi telah mengalami perubahan menjadi tanggal diterimanya pemenuhan kelengkapan terakhir dari kekurangan pada berkas permohonan hak PVT tersebut oleh kantor PVT. 52 Berdasarkan Pasal 24 ayat 2 UU No. 29 Tahun 2000 Setelah mendapatkan tanggal penerimaan, kantor PVT akan melakukan pemeriksaan terhadap varietas tanaman yang akan dimohonkan hak PVT. Kantor PVT akan membuat pengumuman mengenai adanya suatu permohonan untuk mendapatkan hak PVT terhadap suatu jenis varietas tanaman. Adanya 51 Novia Ujiyanti Silitong. Op.Cit. Hal Ibid. 72

19 pengumuman ini dinilai sangat penting bila ditinjau dari sisi yuridisnya, karena pengumuman tersebut merupakan syarat bagi lahirnya hak kebendaan sebagai penerapan asas publisitas. Dalam hal ini, kantor PVT akan mengumumkan permohonan hak PVT yang sudah memenuhi persyaratan kelengkapan dan permohonan hak PVT tersebut tidak ditarik kembali oleh pihak pemohon hak PVT. Berdasarkan Pasal 25 UU No 29 Tahun 2000, Pengumuman tersebut akan dilakukan selambat-lambatnya: a. 6 (enam) bulan setelah tanggal penerimaan permohonan hak PVT b. 12 (dua belas) bulan setelah tanggal penerimaan permohonan hak PVT dengan hak prioritas. Berdasarkan Pasal 26 UU No. 29 Tahun 2000 Pengumuman permohonan hak PVT tersebut akan berlangsung selama 6 (enam) bulan dan dilakukan dengan cara: a. menggunakan atau memanfaatkan fasilitas untuk pengumuman yang mudah dan jelas sehingga dapat diketahui dan dimengerti oleh masyarakat. b. membuat pengumuman tersebut dalam berita resmi PVT. Pengumuman mengenai permohonan hak PVT tersebut akan dicatat oleh pegawai kantor PVT dalam daftar umum PVT. Pengumuman permohonan hak PVT tersebut harus memuat hal-hal sebagai berikut: 53 a. nama dan alamat lengkap pemohon hak PVT atau pemegang kuasa 53 Novia Ujiyanti Silitong. Op.Cit. Hal

20 b. nama dan alamat lengkap pemulia c. tanggal pengajuan permohonan hak PVT atau tanggal, nomor dan negara tempat permohonan hak PVT yang pertama kali diajukan dalam hal permohonan hak PVT dengan hak prioritas d. nama varietas e. deskripsi varietas f. deskripsi yang memuat informasi untuk varietas transgenik. Berdasarkan Pasal 28 UU No 29 Tahun 2000, Selama jangka waktu dilakukannya pengumuman permohonan hak PVT, setiap orang atau badan hukum dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang diperlukan mengenai varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT tersebut. Setelah melihat dan memperhatikan pengumuman permohonan PVT tersebut, maka setiap orang ataupun badan hukum yang merasa berkepentingan, secara tertulis dapat mengajukan pandangan maupun keberatannya disertai alasan yang jelas mengenai permohonan atas hak PVT tersebut. Kantor PVT akan mengirimkan salinan surat yang berisi pandangan maupun keberatan yang diajukan kepada pihak yang mengajukan permohonan hak PVT. Untuk menanggapinya, pemohon hak PVT berhak mengajukan secara tertulis sanggahan dan penjelasan terhadap pandangan maupun keberatan yang diajukan dan mengirimkannya kembali ke kantor PVT. Pandangan, keberatan, sanggahan, maupun penjelasan yang dikemukakan dalam masa pengumuman tersebut akan digunakan sebagai tambahan untuk bahan pertimbangan dalam memutuskan permohonan hak PVT. 74

21 Berdasarkan Pasal 29 UU NO 29 Tahun 2000 Pemohon hak PVT harus mengajukan pemeriksaan substantif atas permohonan hak PVT, dimana permohonan substantif diajukan secara tertulis kepada kantor PVT selambat-lambatnya satu bulan setelah masa pengumuman permohonan hak PVT berakhir. Hak perlindungan atas varietas tanaman merupakan hak yang diberikan negara berdasarkan adanya permohonan dari pihak yang memerlukan hak PVT sehingga pihak pemohon harus bersikap aktif termasuk dalam mengajukan permohonan pemeriksaan substantif. Hal ini mengakibatkan apabila dalam jangka waktu satu bulan setelah berakhirnya pengumuman, kantor PVT belum menerima permohonan pemeriksaan substantif dari pihak yang mengajukan hak PVT maka permohonan terhadap hak PVT dianggap ditarik kembali. Berdasarkan Pasal 30 UU No 29 Tahun 2000, Pemeriksaan substantif yang dilakukan oleh Pemeriksa PVT merupakan pemeriksaan yang meliputi sifat kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan dari varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT. Dalam melakukan pemeriksaan, kantor PVT dapat meminta bantuan tenaga ahli maupun fasilitas yang diperlukan termasuk memperoleh informasi dari institusi lain baik dari dalam maupun dari luar negeri. Ketika kantor PVT menggunakan bantuan tenaga ahli maupun fasilitas dari institusi lainnya, semua para pihak yang terlibat secara keseluruhan akan terikat dengan kewajiban untuk menjaga kerahasiaan varietas tanaman dan semua dokumen permohonan hak PVT termasuk juga merahasiakan penjelasan atau informasi yang diberikan untuk 75

22 melengkapinya. Pemeriksaan substantif hanya dapat dilakukan oleh Pemeriksa PVT, yang merupakan pegawai kantor PVT atau dapat pula berasal dari instansi pemerintah lainnya yang secara khusus dididik menjadi tenaga ahli yang memiliki kualifikasi Pemeriksa PVT dan diangkat untuk tugas tersebut. Oleh karena sifat keahlian dan ruang lingkup pekerjaannya yang bersifat khusus maka jabatan Pemeriksa PVT merupakan jabatan fungsional. Berdasarkan Pasal 32 UU No 29 Tahun 2000, Pemeriksa PVT melaporkan mengenai ketidakjelasan atau kekurangan kelengkapan persyaratan yang dianggap penting dari varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT, laporan tersebut akan diberitahukan secara tertulis oleh kantor PVT kepada pihak yang memohon hak PVT. Pemberitahuan tersebut harus jelas dan terperinci mencantumkan hal-hal yang dinilai tidak jelas atau kekurangan kelengkapan yang dinilai penting termasuk juga mengenai jangka waktu yang diberikan untuk melakukan perbaikan ataupun perubahan. Ketidakjelasan atau kekurangan kelengkapan yang dinilai penting yang dimaksud dapat berupa asal usul atau silsilah varietas tanaman yang tidak jelas, deskripsi yang kurang sesuai atau kurang jelas, maupun mengenai gambar yang kurang mendukung. Pihak pemohon hak PVT harus segera memberi tanggapan atas pemberitahuan tersebut, apabila pemohon hak PVT tidak memberikan penjelasan atau tidak memenuhi kekurangan kelengkapan termasuk melakukan perbaikan atau perubahan yang diminta maka kantor PVT berhak menolak permohonan hak PVT tersebut. 76

23 Keputusan pemberian atau penolakan terhadap permohonan hak PVT akan dikeluarkan kantor PVT selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak tanggal permohonan pemeriksaan substantif. Akan tetapi bila waktu pemeriksaan belum selesai dan memerlukan perpanjangan waktu, maka kantor PVT harus memberitahukan kepada pihak pemohon hak PVT disertai alasan dan penjelasan mengenai perpanjangan waktu pemeriksaan tersebut. Berdasarkan Pasal 34 UU No 29 Tahun 2000, Laporan Pemeriksa PVT yang menyimpulkan bahwa varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT sesuai dengan ketentuan undang-undang akan diberitahukan secara resmi oleh kantor PVT kepada pihak pemohon hak PVT. Pemberitahuan tersebut berisikan persetujuan pemberian sertifikat hak PVT untuk varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT, dimana hak PVT yang diberikan berbentuk sertifikat hak PVT. Hak PVT yang telah diberikan akan dicatat dalam daftar umum PVT dan diumumkan dalam berita resmi PVT. Salinan dokumen PVT tersebut dapat diberikan oleh kantor PVT kepada para pihak yang memerlukan dengan membayar biaya yang telah ditentukan. Kantor PVT dapat menolak permohonan hak PVT, penolakan dilakukan setelah mengadakan pemeriksaan oleh Pemeriksa PVT. Laporan Pemeriksa PVT yang menyimpulkan permohonan hak PVT tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan dan tidak adanya tanggapan dari pihak pemohon hak PVT mengenai laporan Pemeriksa PVT tersebut dapat dijadikan dasar penolakan hak PVT. Kantor PVT memberitahukan secara tertulis penolakan tersebut 77

24 kepada pihak pemohon hak PVT dan dengan jelas mencantumkan alasan dan pertimbangan yang mendasari penolakan tersebut. Penolakan pemberian hak PVT tersebut akan dicatat dalam daftar umum PVT. Berdasarkan Pasal 36 UU No 29 Tahun 2000, Pihak pemohon hak PVT yang mendapat penolakan dapat mengajukan permohonan banding kepada Komisi Banding PVT. Komisi Banding PVT merupakan suatu badan yang secara khusus dibentuk untuk memeriksa permohonan banding atas penolakan permohonan hak PVT dan memberikan hasilnya kepada kantor PVT. Dalam melaksanakan tugasnya Komisi Banding PVT bekerja secara independen, yang beranggotakan beberapa ahli di bidang yang diperlukan dan Pemeriksa PVT senior yang tidak melakukan pemeriksaan substantif terhadap varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT tersebut. Dalam Komisi Banding PVT kecuali untuk ketua yang merangkap anggota, para anggota komisi ini diangkat apabila terdapat permohonan banding dan mereka bertugas hanya untuk memeriksa permohonan banding yang bersangkutan. Berdasarkan Pasal 36 UU No 29 Tahun 2000, Permohonan banding diajukan terhadap penolakan permohonan hak PVT yang berkaitan dengan alasan dan dasar pertimbangan mengenai hal-hal yang bersifat substantif. Permohonan banding tersebut diajukan secara tertulis oleh pemohon hak PVT atau kuasa hukumnya disertai uraian secara jelas mengenai keberatan terhadap penolakan permohonan hak PVT beserta alasan keberatan tersebut. Permohonan banding diajukan selambat-lambatnya 3 bulan sejak tanggal 78

25 pengiriman surat penolakan permohonan hak PVT dengan melampirkan tembusan kepada kantor PVT. Permohonan banding diajukan tidak untuk memberikan penjelasan maupun untuk melengkapi permohonan hak PVT yang telah ditolak. Upaya hukum ini juga tidak dapat dimohonkan untuk penolakan yang disebabkan karena pihak pemohon hak PVT tidak melakukan perbaikan atau penyempurnaan yang disarankan kantor PVT selama masa pemeriksaan substantif. Permohonan banding ini juga tidak dapat dilakukan terhadap permohonan hak PVT yang telah ditarik kembali oleh pihak pemohon saat pengumuman hasil pemeriksaan awal sebelum permohonan hak PVT diumumkan. Sedangkan para pihak pemohon hak PVT yang tidak mengajukan banding terhadap putusan kantor PVT yang menolak pemberian hak PVT dalam jangka waktu yang telah ditentukan, akan dinggap menerima penolakan permohonan hak PVT tersebut sehingga keputusan penolakan akan dicatat dalam daftar umum PVT. Pemeriksaan yang dilakukan Komisi Banding PVT dilakukan selambatlambatnya 3 bulan sejak tanggal penerimaan permohonan banding PVT. Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan Komisi Banding PVT ini bersifat final dimana pihak pemohon hak PVT tidak dapat meminta peninjauan lebih lanjut kepada lembaga atau pejabat lainnya, hal ini disebabkan karena penilaian atas varietas tanaman menyangkut pertimbangan yang bersifat teknis. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, Komisi Banding PVT dapat mengabulkan permohonan banding yang diajukan dan mencabut putusan penolakan pemberian hak PVT yang telah dikeluarkan. Putusan pengabulan 79

26 permohonan banding tersebut mewajibkan kantor PVT memberikan sertifikat hak PVT yang dimohonkan. Apabila setelah melakukan pemeriksaan, Komisi Banding PVT tetap menolak permohonan banding tersebut maka kantor PVT akan memberitahukan penolakan tersebut kepada para pihak yang mengajukan banding. 54 Dari penjelasan diatas adapun data pemohon pengajuan Hak PVT (Perlindungan Varietas Tanaman) dari Tahun 2007 sampai dengan 2016, Yaitu: Tabel. 2 Data Pemohon Pengajuan Hak PVT Balittas Tahun No Nama Pemohon komoditas Nama varietas Tahun Keteterangan 1 Drs. Marjani, MP Kenaf (KR 15) Hibiscus 2007 Diterima Cannabinus L 2 Hadi Sudarmo, S.si Wijen (Winas 1) Sesamum 2016 Diterima Indicum L 3 Ir. Emy Sulistyowati, Wijen (Winas 2) Sesamum 2016 Diterima M.Ag, Ph.D Indicum L 4 Ir. Siwi Sumartini Kapas (Kanesia 10) Gossypium Hirsutum L 2011 Diterima 5 Ir. Emy Sulistyowati, Kapas Gossypium 2011 Diterima M.Ag, Ph.D (Kanesia 13) Hirsutum L Sumber Tabel: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat 54 Ibid, Hal

27 Tabel. 3 Data Pemohon Pengajuan Hak PVT Balitjestro Tahun No Nama Pemohon komoditas Nama varietas Tahun Keteterangan 1 Ir. Emy Budiyanti Jeruk JRM Diterima (Keprok Hibrida) 2 Ir. Emy Budiyanti Anggur Jestro Ag Diterima 3 Anis Andriani, SP Anggur Jestro Ag Diterima Sumber Tabel: Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Tabel. 4 Data Pemohon Pengajuan Hak PVT BPTP Jawa Timur Tahun No Nama Pemohon komoditas Nama varietas Tahun Keteterangan 1 Dr.Sudarmadi Mangga Marifta Diterima Purnomo 2 Dr.Sudarmadi Pepaya Hibrida 2008 Diterima Purnomo Carindo 3 Saiful Hosni Melon Hibrida Kanaya 2008 Diterima 4 Dr.Sudarmadi Mangga Keraton Diterima Purnomo 5 Rebin Mangga Garifta Merah 2010 Diterima Sumber Tabel: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur 81

28 Dari Tabel diatas dapat diketahui Data Pemohon Pengajuan Permohonan Hak PVT dari tahun di masing-masing balai yang rata-rata sudah diterima oleh kantor PPVT dan mendapatkan sertifikat Hak PVT atau perlindungan terhadap obyek varietas yang di PVT-kan. 2. Obyek Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) a. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Untuk obyek yang dilindungi oleh lembaga ini dan yang telah mempunyai Hak Perlindungan Varietas Tanaman), yaitu: 1) Varietas Kenaf (nama varietas KR 15) dengan Nomor Sertifikat PVT:0007/PPVT/S/2007, dengan keterangan gambar varietas sebagai berikut: Gambar.1 Varietas Kenaf (KR-15) Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat 82

29 2) Kapas (nama varietas Kanesia 10 dan Kanesia 13) dengan Nomor Sertifikat PVT:00128/PPVT/S/2011 untuk Kanesia 10 dan Nomor Sertifikat PVT:0129/PPVT/S/2011 untuk Kanesia 13, dengan keterangan gambar varietas sebagai berikut: Gambar. 2 Varietas Kanesia 10 Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat 83

30 Gambar. 3 Varietas Kanesia 13 Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat 3) Wijen (nama Varietas Winas 1 dan Winas 2) dengan Nomor Sertifikat PVT:00371/PPVT/S/2016 untuk Winas 1 dan Nomor Sertifikat PVT:00372/PPVT/S/2016 untuk Winas 2, dengan keterangan gambar varietas sebagai berikut: 84

31 Gambar. 4 Varietas Winas 1 Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat 85

32 Gambar. 5 Varietas Winas 2 Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Varietas-varietas diatas termasuk varietas tanaman perkebunan sesuai dengan kewenangan lembaga ini yang bekerja meneliti tanaman perkebunan. Tanaman Perkebunan adalah tanaman semusim dan/atau tahunan yang karena jenis dan tujuan pengelolaannya ditetapkan sebagai tanaman perkebunan. Pada umumnya tanaman perkebunan baik yang termasuk tanaman tahunan maupun musiman, merupakan tanaman yang menguntungkan selama diusahakan dengan baik dan benar, namun demikian untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi diperlukan 86

33 pengelolaan yang baik dan efisien melalui penerapan teknologi yang tepat dan sesuai dengan kekhususan lokasi. Secara umum tanaman perkebunan dibagi menjadi 2 macam, yaitu: 55 Tabel. 5 Varietas Tanaman Perkebunan Nomor Tanaman Tahunan Tanaman Semusim 1 Karet Kapas 2 Kelapa sawit Tebu 3 Kopi Tembakau 4 Kelapa Jahe 5 Jambu mete Kenaf 6 The Wijen 7 Kakao Sereh wangi 8 Jarak Kapas 9 Lada Tebu Sumber Tabel : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat b. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Untuk obyek varietas yang didaftarkan hak perlindungan varietas tanamannya adalah buah jeruk yang dalam pernyataannya adapun penjelasan dari Ir. Emi Budiyanti yaitu Lembaga ini berwenang dalam hal pendaftaran Hak PVT dimana lembaga ini adalah Balai komoditas tanaman jeruk dan buah subtropika yang output kinerja balai adalah varietas unggul baru, selain itu untuk varietas apel, anggur, klengkeng dan stroberi juga harus mempunyai hak perlindungan varietas tanaman yang dimaksudkan untuk legal distribusi dengan tujuan untuk adanya 55 Ibid, Hal

34 perlindungan terhadap masing-masing varietas yang sudah dimohonkan hak PVT. 56 Berikut salah satu contoh gambar dari obyek varietas, Yaitu: 1) Anggur Varietas (Jestro Ag60) dengan Nomor Sertifikat Pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan: 211/PVHP/2009 Gambar. 6 Anggur Varietas Jestro A960 Sumber Gambar: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika 2) Anggur Varietas (Jestro Ag86) dengan Nomor Sertifikat Pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan: 212/PVHP/ Hasil wawancara dengan Bu Emi Budiyati di ruangan Kelti Fisiologi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Pada tanggal 29 November

35 Gambar. 7 Anggur Varietas Jestro Ag86 Sumber Gambar: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika c. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yaitu DR. Sudarmadi Purnama, MP. Bahwa obyek varietas yang memiliki hak Perlindungan varietas tanaman yaitu Mangga, Durian, Jeruk, Markisa, Melinjo, Pisang, Salak, Kelengkeng yang sudah dilepas kemasyarakat 89

36 luas untuk dibudidayakan, karena tugas dari balai ini sebagai balai pengkajian yang dapat diberikan mandat apapun oleh Kementerian Pertanian untuk mengkaji berbagai macam-macam varietas yang harus dikaji baik dengan cara diteliti atau kegiatan pemuliaan. 57 Berikut beberapa contoh gambar dari obyek varietas, Yaitu: 1) Mangga Varietas Marifta-01 dengan Nomor Sertifikat Pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan: 31/PPVHP/2008 Gambar. 8 Mangga Varietas Marifta-01 Sumber Gambar: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur 57 Hasil wawancara pada tanggal 30 November 2016 dengan responden Pak Sudarmadi Purnomo yang bertempatan di ruang Laboratorium Pemulian dan Genetika Tanaman di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ( BPTP Jatim). 90

37 2) Pepaya Varietas Hibrida Carindo dengan Nomor sertifikat Pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan: 33/PPVHP/2008 Gambar. 9 Pepaya Varietas Hibrida Carindo Sumber Gambar: Balai Pengakjian Teknologi Pertanian Jawa Timur 3) Melon Hibrida Varietas Kanaya dengan Nomor Sertifikat Pendaftaran Hasil Pemuliaan: 34/PPVHP/

38 Gambar. 10 Melon Hibrida Varietas Kanaya Sumber Gambar: Balai Pengakjian Teknologi Pertanian Jawa Timur 3. Implementasi Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak PVT a. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yaitu Drs. Marjani, MP., menyatakan dan menjelaskan bahwa Balittas berwenang dalam hal pendaftaran Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) tetapi secara teknisnya melalui kantor yang namannya BPATP. Penerapan perlindungan hukum terhadap pemegang hak PVT itu sendiri dimulai pada tahun 2007 bahwasannya di lembaga Balittas pertama kali mengajukan perlindungan hukum terhadap hak PVT pada tanaman Kenaf yang memiliki nama Varietas Karangploso 15 (KR 15). 58 Pada tahun-tahun berikutnya diikuti dengan pendaftaran varietas kapas, wijen, Tembakau (yang sedang dalam proses), dan Jatropa 58 Hasil wawancara pada tanggal 22 November 2016 dengan responden pak Marjani yang bertempat di kantor Pemulia Tanaman Balai penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas). 92

39 (dalam Pengajuan Pendaftaran). Sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 29 tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman Pemulia Tanaman dapat mengajukan Pendaftaran PVT dengan dirinya sendiri yang diajukan secara langsung kepada kantor PPVT. Untuk pendaftaran hak PVT yang melalui suatu lembaga dari hasil pemuliaan tanaman oleh pemulia tanaman hanya membuat Draft yang diajukan kepada Balai Besar Pengkajian Teknologi Pertanian (BBPTP) yang akan diselesaikan secara teknisnya dan akan diserahkan kepada Kantor Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Pengizinan Pertanian (PPVTPP) untuk mengeluarkan Hak PVT-nya. 59 Menurut penjelasan Drs. Marjani. MP juga mengatakan bahwasannya lembaga ini mengimplementasikan perlindungan hukum terhadap pemegang hak PVT nya sesuai dengan pasal 1 poin 1 UU No 29 Tahun 2000 Tentang Pelindungan Varietas Tanaman. Bahwa, Perlindungan khusus yang diberikan negara yang dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman dan Peraturan lainnya yang mengatur tentang Perlindungan Varietas Tanaman. Disini Pemegang hak itu sendiri atau pemilik dari Varietas Tanaman tersebut adalah Badan Litbang Pertanian. Melalui Balittas, Drs. Marjani, MP., diberi kuasa oleh Badan Litbang Pertanian untuk 59 Ibid. 93

40 melakukan dan melaksanakan pemegang hak PVT tersebut sekaligus sebagai Pemulia Tanaman dari Pihak Balittas. 60 Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yaitu Drs. Marjani, MP. sebagai Kuasa yang diberi oleh Badan Litbang Pertanian melalui Balittas melakukan perjanjian lisensi dengan PT. Global Agrotek Nusantara dalam hal pengalihan hak PVT untuk memproduksi, memperbanyak dan mengelola varietas. Menurut Drs. Marjani, MP lembaga Balittas tidak mempunyai mandat untuk melakukan komersialisasi, sehingga hasil teknologi yang dihasilkan dari lembaga ini akan dialihkan kepada perusahaan yang mempunyai kemampuan untuk mengkomersialisasi hasil teknologi yang dihasilkan oleh lembaga tersebut. Adapun bentuk perjanjian lisensi tersebut dalam perjanjian baku dimana terdapat hak dan kewajiban yang mengatur masing-masing pihak serta tercantumnya batas waktu kontrak atau perjanjian lisensi tersebut. Dan terdapat juga perincian royalti untuk setiap varietas serta bagian dalam prosentase untuk pemulia tanaman dan untuk instansi terdapat prosentase tersendiri yang tidak untuk dipublikasikan. 61 Berikut gambar perjanjian lisensi, Pasal yang memuat hak dan kewajiban dari perjanjian lisensi antara Balittas dengan Pt. Global Agrotek Nusantara, dan Batas Waktu Peerjanjian dari Lisensi tersebut, Yaitu: 60 Ibid. 61 Ibid. 94

41 Gambar. 11 Perjanjian Lisensi Balittas dengan PT. Global Agrotek Nusantara Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat 95

42 Gambar. 12 Foto Pasal 5 Hak dan Kewajiban Para Pihak Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat 96

43 Gambar. 13 Foto Pasal 6 Jangka Waktu Perjanjian Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat 97

44 Dari fakta diatas dapat diketahui bahwasnnya penerapan pasal 6 dan pasal 42 Undang-undang No 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman Tentang Hak dan Kewajiban dari pemegang Hak PVT dan Lisensi diterapkan dan dimplementasikan oleh lembaga ini sebagai pemegang Hak PVT dang memberikan Kuasa kepada salah satu pemulia tanaman di lembaga tersebut yaitu Drs. Mardjani, MP untuk melakukan hubungan kerjasama untuk memberi hak kepada pihak tersebut dalam hal melakukan perbuatan hukum terhadap varietas tersebut seperti menjual, memperbanyak, memproduksi, mengambil turunan essensialnya,dll. Sama dengan pernyataan dari hasil wawancara dengan respoden yaitu Drs. Marjani, MP., mengenai adanya pemisahan antara pemilik Varietas dengan Pemulia Tanaman, siapapun yang menjadi pemilik varietas tanaman tersebut akan tetap ada nama pemulia tanaman tersebut dalam Sertifikat Hak PVT dari suatu varietas tanaman tertentu. Berdasarkan Pasal 9 Ayat 1 Undang-Undang No 29 Tahun 2000, Ketentuan pemberian imbalan sama sekali tidak akan menghapus hak pemulia, agar namanya tetap dicantumkan dalam sertifikat pemberian hak PVT. Seorang pemulia yang ingin melakukan pendaftaran hak PVT berkewajiban untuk: a. melaksanakan hak PVT di Indonesia b. membayar biaya tahunan PVT 98

45 c. menyediakan dan menunjukkan contoh benih varietas yang telah mendapatkan hak PVT di Indonesia. Akan tetapi, ketentuan dapat dikecualikan apabila dalam melaksanakan hak PVT-nya, seorang pemulia mendapatkan kendala baik secara teknis maupun ekonomis dalam mengembangkan varietas tanaman di Indonesia. Pengecualian hanya dapat disetujui kantor PVT apabila pihak pemulia sebagai pemegang hak PVT mengajukan permohonan tertulis yang disertai alasan-alasan dan bukti yang diberikan oleh instansi yang berwenang. Perlindungan hukum menurut para ahli seperti Menurut Harjono, 62 para pengkaji hukum belum secara komprehensif mengembangkan konsep perlindungan hukum dari perspektif keilmuan hukum Banyak tulisan-tulisan yang dimaksudkan sebagai karya ilmiah ilmu hukum baik dalam tingkatan skripsi, tesis, maupun disertasi yang mempunyai tema pokok bahasan tentang perlindungan hukum. Namun tidak secara spesifik mendasarkan pada konsep-konsep dasar keilmuan hukum secara cukup dalam mengembangkan konsep perlindungan hukum. Bahkan dalam banyak bahan pustaka, makna dan batasan-batasan mengenai perlindungan hukum sulit ditemukan, hal ini mungkin didasari pemikiran bahwa orang telah dianggap tahu secara umum apa yang dimaksud dengan perlindungan hukum sehingga tidak diperlukan lagi sebuah konsep tentang apa yang dimaksud perlindungan hukum. 62 Harjono. Op.Cit. Hal

46 Konsekwensi dari tidak adanya konsep tersebut akhirnya menimbulkan keragaman dalam pemberian maknanya, padahal perlindungan hukum selalu menjadi tema pokok dalam setiap kajian hukum. 63 Menurut Setiono, sebagaimana dikutip oleh M. Andi Firdaus defenisi perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia. 64 Berdasarkan Hasil wawancara dengan responden yaitu Drs. Marjani, MP., Pemerintah telah memberikan alat yaitu berupa Undang- Undang dan peraturan lanjutan atau lainnya yang berkenaan dengan perlindungan varietas ini. Agar meminimalisir terjadinya perbuatan sewenang-wenang untuk para pemegang hak PVT baik itu seorang petani, pengusaha ataupun pemulia tanaman yang dibawah suatu instansi atau lembaga pemerintahan. 65 Dalam hal ini Drs. Marjani, MP sebagai kuasa pemegang hak PVT sekaligus pemulia tanaman melalui Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan serat (Nama dulu) sekarang menjadi Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat melakukan perjanjian lisensi dengan PT. Global Agrotek Nusantara dengan objek perjanjian lisensi yaitu 63 Ibid. 64 Setiono. Op.Cit. Hal Hasil wawancara pada tanggal 15 Desember 2016 dengan responden pak Marjani yang bertempat di kantor Pemulia Tanaman Balai penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas). 100

47 tanaman kenaf (KR 15) yang pembuatannya ditujukan untuk mencegah terjadinya sengketa diantara para pihak. Perjanjian lisensi antara pemulia tanaman yaitu Drs. Marjani, MP dengan PT. Global Agrotek Nusantara dimana adanya ketentuan sanksi apabila terjadi persengketaan diantara kedua belah pihak dimana terdapat pasal mengenai ketentuan adminitrasi dan ketentuan pidana. Kegiatan yang telah dilakukan oleh pihak pemulia tanaman yaitu mengawasi, mendata, dan memantau perkembangan dari varietas yang dibudidayakan oleh perusahaan tersebut. Serta pernah terjadi peneguran terhadap perusahaan tersebut karena kurang adil (Fair) dalam mempromosikan dua varietas yaitu KR 11 dan KR Dari penjelasan Dr. Marjani, MP sebagai responden dalam penelitian di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) diatas ditambah dengan penguatan pendapat yang dinyatakan oleh Drs. Marjani, MP dalam hal perlindungan hukum terhadap varietas tanaman sangatlah didukung dan diterapkan oleh Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas). 67 b. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Dalam pernyataannya dari hasil wawancara adapun penjelasan dari responden yaitu Ir. Emy Budiyanti, Lembaga ini berwenang dalam hal pendaftaran Hak PVT dimana lembaga ini adalah Balai komoditas tanaman jeruk dan buah subtropika yang output kinerja balai adalah 66 Ibid. 67 Hasil wawancara pada tanggal 22 November 2016 dengan responden pak Marjani yang bertempat di kantor Pemulia Tanaman Balai penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas). 101

48 varietas unggul baru, selain itu untuk varietas apel, anggur, klengkeng dan stroberi juga harus mempunyai hak perlindungan varietas tanaman yang dimaksudkan untuk legal distribusi dengan tujuan untuk adanya perlindungan terhadap masing-masing varietas yang sudah dimohonkan hak PVT. Menurut responden yaitu Ir. Emy Budiyanti, Balitjestro tidak memiliki dan mempunyai kewenangan dalam hal Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Hak PVT, mereka hanya memiliki dan mempunyai kewenangan sebatas membantu para petani yang komoditasnya sesuai dengan Balitjestro untuk mendaftarkan Hak PVT akan dibantu dalam pembuatan draft dan penjelasan mengenai tata cara dan prosedur mengenai Pendaftaran Hak PVT. 68 c. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Mengenai implementasi perlindungan hukum terhadap pemegang hak PVT di Badan Litbang Pertanian telah diterapkan sesuai dengan substansi yang disediakan oleh pemerintah. Dari Undang-Undang No 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman yang telah disiapkan secara matang dan terperinci dalam pengaturan setiap unsur yang terkandung dalam Perlindungan hukum terhadap Pemegang Hak PVT. Adapun peraturan-peraturan lain yang mengatur perlindungan terhadap varietas tanaman yaitu, dengan diterbitkannya UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Kemudian pada tahun 1992, diterbitkan UU No. 12 tahun 1992 tentang 68 Hasil wawancara dengan Bu Emi Budiyati di ruangan Kelti Fisiologi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Pada tanggal 8 Desember

49 Sistem Budidaya Tanaman yang mendorong kegiatan pemuliaan tanaman, dimana dalam pasal 55 UU No. 12 tahun 1992 dinyatakan bahwa: 1. kepada penemu teknologi tepat serta penemu teori dan metode ilmiah baru di bidang budidaya tanaman dapat diberikan penghargaan oleh pemerintah; 2. kepada penemu jenis baru dan/atau varietas unggul, dapat diberikan penghargaan oleh pemerintah serta mempunyai hak memberi nama pada temuannya 3. setiap orang atau badan hukum yang tanamannya memiliki keunggulan tertentu dapat diberikan penghargaan oleh pemerintah 4. ketentuan mengenai pemberian penghargaan sebagai dimaksud dalam ayat 1, ayat 2, dan ayat 3, diatur lebih lanjut oleh pemerintah. Ketentuan dalam UU No. 12 tahun 1992 tidak mengatur adanya perlindungan terhadap hak-hak yang dimiliki pihak pemulia tanaman, sehingga para pemulia tanaman tidak mengetahui keuntungan/manfaat yang diperoleh apabila varietas temuannya diperbanyak atau dijual, dan apa sanksi bagi pihak yang menjual atau menggunakan varietas temuannya tanpa persetujuan dari pihak pemulia untuk tujuan komersil. Berdasarkan ketentuan dalam UU No. 12 tahun 1992, pihak pemulia 103

Organisasi. Sejarah. Pra Pembentukan Badan Litbang Pertanian ORGANISASI

Organisasi. Sejarah. Pra Pembentukan Badan Litbang Pertanian ORGANISASI Organisasi Berdasarkan Peraturan Presi den RI No. 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, Badan Litbang Pertanian mempu nyai tugas melaksanakan peneli

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan pelayanan publik utamanya melalui pelayanan masyarakat dibidang penelitian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian secara rutin melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan pelayanan publik utamanya melalui pelayanan masyarakat dibidang penelitian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian secara rutin melakukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/Permentan/OT.140/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/Permentan/OT.140/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/Permentan/OT.140/11/2013 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Organisasi. Sejarah. Pra Pembentukan Badan Litbang Pertanian ORGANISASI

Organisasi. Sejarah. Pra Pembentukan Badan Litbang Pertanian ORGANISASI Organisasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.299/ Kpts/OT.140/7/2005, tugas Badan Litbang Pertanian adalah melaksana kan penelitian dan pengembangan pertanian. Untuk melaksanakan tugas

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2013

STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2013 Lampiran 1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2013 BALITBANGTAN SETBALIT BANGTAN PUSLITBANG TAN PUSLITBANG

Lebih terperinci

NAMA DAN SINGKATAN UNIT KERJA DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS LINGKUP BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

NAMA DAN SINGKATAN UNIT KERJA DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS LINGKUP BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN NAMA DAN SINGKATAN UNIT KERJA DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS LINGKUP BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 1 Badan Penelitian dan Agency for Research Badan Litbang IAARD 2 Sekretariat Badan Penelitian

Lebih terperinci

TENTANG SYARAT DAN TATACARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN MENTERI PERTANIAN,

TENTANG SYARAT DAN TATACARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 442/Kpts/HK.310/7/2004 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa sebagai penghargaan

Lebih terperinci

SUPLEMEN PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. Tentang: Tentang Syarat Dan Tata Cara Permohonan

SUPLEMEN PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. Tentang: Tentang Syarat Dan Tata Cara Permohonan SUPLEMEN PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL Tentang: Tentang Syarat Dan Tata Cara Permohonan dan Pemberian Hak Perlindungan Varietas Tanaman, Formulir Permohonan Hak Perlindungan

Lebih terperinci

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 24 Tahun 2010

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 24 Tahun 2010 Organisasi Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 241, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4043) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN ANEKA TANAMAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 12/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 12/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 12/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Organisasi. Sejarah. Pra Pembentukan Badan Litbang Pertanian ORGANISASI

Organisasi. Sejarah. Pra Pembentukan Badan Litbang Pertanian ORGANISASI Organisasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.299/ Kpts/OT.140/7/2005, tugas Badan Litbang Pertanian adalah melaksana kan penelitian dan pengembangan pertanian. Untuk melaksanakan tugas

Lebih terperinci

LAMPIRAN 19. ANGGARAN BADAN LITBANG PERTANIAN MENURUT UNIT KERJA, TAHUN Lan (Rp. JENIS PENGELUARAN Belanja Pegawai Belanja Barang Modal

LAMPIRAN 19. ANGGARAN BADAN LITBANG PERTANIAN MENURUT UNIT KERJA, TAHUN Lan (Rp. JENIS PENGELUARAN Belanja Pegawai Belanja Barang Modal LAMPIRAN 19. ANGGARAN BADAN LITBANG PERTANIAN MENURUT, TAHUN 2010 Lan (Rp. I Sekretariat Badan Litbang 9,326,653 76,024,972 16,263,255 101,614,880 II Puslitbang Tanaman Pangan 28,749,973 23,081,033 23,828,928

Lebih terperinci

Mengikat Mengikat Tak Mengikat Mengikat Tak Mengikat

Mengikat Mengikat Tak Mengikat Mengikat Tak Mengikat I Sekretariat Badan Litbang Pertanian 9,326,653 10,850,949 65,174,023 16,263,255 101,614,880 II Puslitbang Tanaman Pangan 28,749,973 3,760,375 19,320,658 23,828,928 75,659,934 1 Puslitbang 5,659,782 962,600

Lebih terperinci

Organisasi. Sejarah. Pra Pembentukan Badan Litbang Pertanian ORGANISASI

Organisasi. Sejarah. Pra Pembentukan Badan Litbang Pertanian ORGANISASI Organisasi Berdasarkan Peraturan Presiden RI No. 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, Badan Litbang Pertanian mempunyai tugas melaksanakan penelitian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PETUNJUK TEKNIS TATACARA PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH/BIBIT/ MIKROBIA DARI DAN KE LUAR NEGERI UNTUK PENELITIAN

KATA PENGANTAR PETUNJUK TEKNIS TATACARA PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH/BIBIT/ MIKROBIA DARI DAN KE LUAR NEGERI UNTUK PENELITIAN PDN No 3 PETUNJUK TEKNIS TATACARA PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH/BIBIT/ MIKROBIA DARI DAN KE LUAR NEGERI UNTUK PENELITIAN KATA PENGANTAR Dalam rangka peningkatan hasil pertanian yang memiliki

Lebih terperinci

Berdasarkan visi dan misi pembangunan pertanian, tujuan

Berdasarkan visi dan misi pembangunan pertanian, tujuan Berdasarkan visi dan misi pembangunan pertanian, tujuan pembangunan IPTEK dan dinamika lingkungan strategis domestik dan global, serta kebutuhan masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Lebih terperinci

Visi dan Misi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2015-

Visi dan Misi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2015- 1. Organisasi Organisasi Visi dan Misi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2015-2019 mengacu pada Visi dan Misi Kementerian Pertanian, dengan memperhatikan dinamika lingkungan strategis, perkembangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 442/Kpts/HK.310/7/2004 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 442/Kpts/HK.310/7/2004 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 442/Kpts/HK.310/7/2004 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa sebagai penghargaan

Lebih terperinci

Undang-Undang No. 29 Tahun Tentang : Perlindungan Varietas Tanaman

Undang-Undang No. 29 Tahun Tentang : Perlindungan Varietas Tanaman Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 Tentang : Perlindungan Varietas Tanaman DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara agraris,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN I. UMUM Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki sumberdaya hayati yang sangat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 15/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 15/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 15/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 75/Kpts/OT.210/1/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN TANAMAN KACANG-KACANGAN DAN UMBI-UMBIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 75/Kpts/OT.210/1/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN TANAMAN KACANG-KACANGAN DAN UMBI-UMBIAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 75/Kpts/OT.210/1/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN TANAMAN KACANG-KACANGAN DAN UMBI-UMBIAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat Memperhatikan :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekayaan budaya dan etnis bangsa

Lebih terperinci

PANDUAN PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PENELITIAN

PANDUAN PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PENELITIAN PANDUAN PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PENELITIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN JL. RAGUNAN 29, PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN 2011 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1721, 2017 KEMENTAN. Pelepasan Varietas Tanaman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMENTAN/TP.010/11/2017 TENTANG PELEPASAN VARIETAS

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 39, 1989 (PERDATA, PERINDUSTRIAN, PIDANA, KEHAKIMAN, HAK MILIK, PATEN, TEKNOLOGI. Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

2018, No Peraturan Menteri Pertanian Nomor 06/PERMENTAN/ OT.140/2/2012 tentang Pedoman Kerja Sama Penelitian dan Pengembangan Pertanian, perlu

2018, No Peraturan Menteri Pertanian Nomor 06/PERMENTAN/ OT.140/2/2012 tentang Pedoman Kerja Sama Penelitian dan Pengembangan Pertanian, perlu No.236, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Alih Teknologi Pertanian. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/LB.200/2018 TENTANG PEDOMAN ALIH TEKNOLOGI PERTANIAN DENGAN

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN

PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN Kepala Pusat PVTPP Disampaikan pada Koordinasi Teknis Pusat PVTPP Kementerian Pertanian Surabaya, 28 April 2017 STRUKTUR ORGANISASI PPVTPP Komisi PVT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian internasional, perkembangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa paten merupakan kekayaan intelektual yang diberikan

Lebih terperinci

NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN

NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa paten merupakan kekayaan intelektual yang diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN TANAH PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

L E M B A R A N - N E G A R A R E P U B L I K I N D O N E S I A

L E M B A R A N - N E G A R A R E P U B L I K I N D O N E S I A L E M B A R A N - N E G A R A R E P U B L I K I N D O N E S I A No. 39, 1989 PERDATA, PERINDUSTRIAN, PIDANA, KEHAKIMAN, HAK MILIK, PATEN, TEKNOLOGI. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN I. UMUM Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki sumberdaya hayati yang sangat

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaya

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaya BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1125, 2014 PPATK. Informasi Publik. Layanan. Standar. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-07/1.03/PPATK/07/14 TENTANG STANDAR

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATAKERJA BALAI BENIH PADI DAN PALAWIJA PADA DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1991 TENTANG TATA CARA PERMINTAAN PATEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1991 TENTANG TATA CARA PERMINTAAN PATEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1991 TENTANG TATA CARA PERMINTAAN PATEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan sistem paten sebagaimana diatur

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 1017/Kpts/TP.120/12/98 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 1017/Kpts/TP.120/12/98 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 1017/Kpts/TP.120/12/98 TENTANG IZIN PRODUKSI BENIH BINA, IZIN PEMASUKAN BENIH DAN PENGELUARAN BENIH BINA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 300/Kpts/OT.140/7/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 300/Kpts/OT.140/7/2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 300/Kpts/OT.140/7/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Sejalan dengan perkembangan lembaga penelitian, status keberadaan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Sejalan dengan perkembangan lembaga penelitian, status keberadaan 1 9 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Sejalan dengan perkembangan lembaga penelitian, status keberadaan lembaga penelitian tanaman sayuran mengalami

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

MANUAL PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA

MANUAL PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA MANUAL PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2015-2019 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 1 2 KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1255, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI INFORMASI PUBLIK. Pengelolaan. Pelayanan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN JANUARI 2014

LAPORAN BULANAN JANUARI 2014 LAPORAN BULANAN JANUARI 2014 PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Dalam laporan ini, disampaikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 445/Kpts/OT.140/7/2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI BANDING PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 445/Kpts/OT.140/7/2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI BANDING PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 445/Kpts/OT.140/7/2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI BANDING PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN

LAPORAN BULANAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN LAPORAN BULANAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN NOVEMBER 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN DESEMBER 2015 KATA PENGANTAR Laporan

Lebih terperinci

SEPTEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

SEPTEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 SEPTEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Laporan Bulanan kinerja perlindungan varietas tanaman dan perizinan pertanian bulan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENGALIHAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PENGGUNAAN VARIETAS YANG DILINDUNGI OLEH PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

NOVEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

NOVEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 NOVEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Laporan Bulanan Kinerja Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian bulan ini

Lebih terperinci

OKTOBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

OKTOBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 OKTOBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Laporan Bulanan Kinerja Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian bulan ini

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 01/Pert/SR.120/2/2006 TENTANG SYARAT PENAMAAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 01/Pert/SR.120/2/2006 TENTANG SYARAT PENAMAAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 01/Pert/SR.120/2/2006 TENTANG SYARAT PENAMAAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 631/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 631/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG 285 SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 631/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIOTEKNOLOGI DAN SUMBERDAYA GENETIK MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 207 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dedi Sugandi

Lebih terperinci

Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENGALIHAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PENGGUNAAN VARIETAS YANG DILINDUNGI OLEH PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 71/Kpts/OT.210/1/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN TERNAK MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 71/Kpts/OT.210/1/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN TERNAK MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 71/Kpts/OT.210/1/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN TERNAK MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat Memperhatikan : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam perkembangan

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN

LAPORAN BULANAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN LAPORAN BULANAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN AGUSTUS 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN SEPTEMBER 2016 KATA PENGANTAR Laporan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENGALIHAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PENGGUNAAN VARIETAS YANG DILINDUNGI OLEH PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sejalan dengan retifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1991 TENTANG TATA CARA PERMINTAAN PATEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1991 TENTANG TATA CARA PERMINTAAN PATEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1991 TENTANG TATA CARA PERMINTAAN PATEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan sistem paten sebagaimana diatur

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENGALIHAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PENGGUNAAN VARIETAS YANG DILINDUNGI OLEH PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 12/Permentan/OT.010/4/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensikonvensi

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.300, 2011 KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI. Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR 02 /M/PER/V/2011

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA BALAI BENIH HORTIKULTURA DAN ANEKA TANAMAN PADA DINAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2015 KEMENTAN. Benih Bina. Produksi. Sertifikasi. Peredaran. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani 144 Pengembangan Organisasi Balitbangtan terus mengembangkan kelembagaan dan organisasi guna lebih memantapkan kinerja dalam mendukung pembangunan pertanian 2015 2019. Menuju era baru pembangunan pertanian,

Lebih terperinci

Petunjuk Umum Pelaksanaan Kerjasama Dalam Negeri

Petunjuk Umum Pelaksanaan Kerjasama Dalam Negeri Petunjuk Umum Pelaksanaan Kerjasama Dalam Negeri Pendahuluan Hak dan Kewajiban Syarat dan Tatacara Pelaksanaan Kerjasama Hasil Kerjasama Pembinaan dan Pengendalian Penutup BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 Sarana dan Kegiatan Prasarana Penelitian KKegiatan Badan Litbang Pertanian saat ini didukung oleh sumber daya manusia dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 jumlah relatif

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PENAMAAN, PENDAFTARAN DAN PENGGUNAAN VARIETAS ASAL UNTUK PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN JUNI 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN JULI 2016

LAPORAN BULANAN JUNI 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN JULI 2016 LAPORAN BULANAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN JUNI 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN JULI 2016 KATA PENGANTAR Laporan Bulanan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 49/Permentan/OT.140/6/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLA ALIH TEKNOLOGI PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 49/Permentan/OT.140/6/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLA ALIH TEKNOLOGI PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 49/Permentan/OT.140/6/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLA ALIH TEKNOLOGI PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian

Lebih terperinci

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84, Tambahan Lembara Negara Republik

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84, Tambahan Lembara Negara Republik 7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84, Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 4411); 8. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2006

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-018.09-0/2013 DS 1617-0070-0530-2353 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEP. BANGKA BELITUNG BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BANGKA BELITUNG BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

DESEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN JANUARI, 2015

DESEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN JANUARI, 2015 DESEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN JANUARI, 2015 KATA PENGANTAR Laporan Bulanan Kinerja Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 73/Kpts/OT.210/1/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 73/Kpts/OT.210/1/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 73/Kpts/OT.210/1/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat Memperhatikan : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Oleh Rosia Luckyani Sidauruk Ngakan Ketut Dunia Dewa Gde Rudy Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh Rosia Luckyani Sidauruk Ngakan Ketut Dunia Dewa Gde Rudy Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN YANG DIHASILKAN OLEH PEMULIA TANAMAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN (PVT) Oleh Rosia Luckyani Sidauruk Ngakan Ketut Dunia

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 632/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 632/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG 285 SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 632/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci