BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Karate a. Sejarah Karate Karate merupakan salah satu olahraga beladiri yang berasal dari negara jepang, menurut sejarah karate berasal dari To te(berasal dari Okinawa) di demonstrasikan pertama kali di luar okinawa pada bulan mei 1922 di Eksebisi Atletik Nasional yang diselenggarakan di Tokyo, kementrian pendidikan Jepang waktu itu Master Gichin Funakoshi yang pada waktu itu menjabat presiden Okinawa Shobu Kai (masyarakat yang bergerak untuk mempromosikan atau mempopulerkan beladiri) diundang untuk mendemonstrasikan Tote yang sampai saat ini tidak pernah terlupakan. Tote (juga disebut Te, yang berarti tangan) adalah suatu seni beladiri yang lahir dan berkembang di Okinawa selama berabad-abad, terjadinya perdagangan dan hubungan yang lainnya antara Okinawa dan dinasti Ming di China sangat memungkunkan bahwa Tote juga di pengaruhi oleh teknik perkelahian China (Chuan-fa) tapi sampai saat ini tidak ada catatan tertulis yang menerangakan asal mula di kembangkannya Tote. Menurut catatan sejarah, Okinawa pada tahun 1429 dikuasai oleh Raja Shoshin dari Chu zan dan kemudian selama pemerintahannya, semua praktek ilmu beladiri dilarang demikian juga dengan penggunaan senjata dilarang. Perintah ini di umumkan oleh Satsuma, suatu kelompok (klan) dari Kagoshima, setelah klan ini menguasai Okinawa pada tahun 1609, Tote menjadi alternatif bagi masyarakat Okinawa untuk melakukan pemberontakan dan akhirnya dikembangkan (namun tetap secara rahasia) commit to user

2 5 menjadi seni beladiri yang mematikan sampai saat ini yang kemudian kita kenal dengan nama karate Pada tahun 1905 Karate mulai diperkenalkan di sekolah-sekolah umum di Shuri dan Prefectual Firs Midle School yang mengadopsi karate sebagai salah satu mata pelajaran dalam hal ini pendidikan fisik. Akan tetap bagaimanapun juga pada waktu itu hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui secara persis untuk apa sebenarnya karate ini dikembangkan. Kerahasiaan tetap masih dijaga sampai-sampai dikatakam sebagai rezimnya Tote yang berarti keajaiban beladiri dan shimpi Tote yang berarti seni beladiri yang misterius. Tote kemudian dikenal sebagai karate-jutsu dan kemudian pada tahun 1929 Master Gichin Funakhosi mengambil langkah perubahan besar dengan merubah namanya secara resmi menjadi Karate-Do, dan akhirnya karate diubah dan ditransformasikan dalam segala hal dari teknik asli Okinawa menjadi seni beladiri baru bagi orang-orang Jepang. Selama tahun 1920an sampai 1930an seni beladiri ini berkembang dengan pesat dan populer dikalangan masyarakat, para pelajar sangat antusias dengan karate-do sampai-sampai kalangan olahragawan, judoka, pengacara, artis, pengusaha kendoko, dan banyak lagi lainnya sangat antusias untuk mempelajari olahraga beladiri ini. Dojo-dojo mulai banyak berdiri di pusat pendidikan Jepang, seperti di perguruan tinggi Tokyo Imperial University, Nikon Collage of Medicine dan lain-lain. Pada tahun 1930an Mabuni dan Miyagi, guru-guru dari Okinawa juga mendirikan Dojo di Ritsumeikan dan Kausai Univercity. Popularitas karate di kalangan intelektual merupakan suatu keberuntungan bagi karate itu sendiri karena dapat membantu karate bertrasformasi dari seluruh keajaiban dan kemisteriusannya menjadi karate yang modern dan dapat diterima oleh semua kalangan di Jepang dan bahkan dianggap sebagai Scientific Martial Art. Proses perubahan nama Tote menjadi Karate-Do tidaklah mudah, minggu demi minggu, artikel-artikel commit to para user ahli beladiri Okinawa, mengkritisi

3 6 dan mempertanyakan mengapa mengubah nama seni beladiri dari Okinawa ini. Artikel-artikel ini secara terus-menerus diterbitkan oleh Okinawa Times. Dengan gaya yaang elegan Gichin Funakhosi membalas artikelartikel tersebut dan berusah amempertahankan posisinya, ini berlangsung hingga beberapa tahun. Akhirnya dengan diterbitkannya buku karate berjudul Karate-Do Kyohan oleh Master Gichin Funakhosi pada tahun 1935, karate-do secara institusi dan resmi berdiri dan diakui keberadaanya. Dengan berdirinya japan Martial Art Assosiation dan kemudian mendirikan cabang di Okinawa. Master Gichin Funakhosi tidak hanya mengubah nama dari seni beladiri asal Okinawa ini saja tetapi semua pengucpan semua tekniknya yang pada awalnya menggunakan bahasa Cina dan Okinawa diubah menjadi bahasa Jepang. Tidak hanya itu metode latihannya yang pada awalnya hanya kata diperbaharui lagi dengan menambahkan tentang teknik-teknik dasr karate dan teknik-tejnik kumite. Masa-masa emas Karate-Do pertama kali adalah pada tahun 1940 dimana semua Universitas-universitas besar dan berpengaruh di Jepang mempunyai Dojo karate sendiri-sendiri. Masa-masa setelah perang Dunia ke-ii juga telah ikut andil dalam menyebarkan karate keseluruh Dunia dan berkembang pesat sampai sekarang. Kejuaraan karate pertama kali diadakan di Jepang -First All- Japan Karate-Do Championship Tournament bulan Oktober 1957 yang diadakan oleh Japan Karate Assosiation (JKF) dan All Japan Student Karate Federation. Dari perjalanan yang begitu panjang dan berliku tersebut akhirnya benar-benar memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan karate menjadi olahraga senibeladiri yang modern dan diakui oleh dunia hingga saat ini. b. Tehnik Dasar Karate Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata(jurus) dan Kumite commit (pertarungan). to user Murid tingkat lanjut juga

4 7 diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku). 1. Kihon Kihon secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite. Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap DAN atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik. 2. Kata Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda. Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda. 3. Kumite Kumite secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai. Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding. Untuk aliran full body contact seperti commit Kyokushin, to user praktisi Karate sudah dibiasakan

5 8 untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding. Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, dimana yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, dimana semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian dan menyerang titik vital. Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang. 2. Organisasi FORKI merupakan induk organisasi prestasi olahraga karate Indonesia. Sebuah organisasi dapat dikatakan mempunyai kriteria baik tentunya memiliki berbagai persyaratan didalamnya seperti mempunyai: bentuknya jelas, asas, struktur, unsur dan manajemen. Hal ini bertujuan agar organisasi tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Adapun pengertian, bentuk, asas, struktur, unsur, dan manajemen dari organisasi akan dijelaskan di bawah ini: a. Pengertian commit to user

6 9 Perkembangan prestasi olahraga tidak dapat lepas dari organisasi yang menaunginya. Hal itu, di karenakan organisasi mempunyai peran yang sangat penting dalam mengakomodasi segala keperluan atlet-atletnya untuk itulah diperlukan sebuah organisasi yang sehat dan bersih. Sehat dalam arti bahwa organisasi yang berdiri tersebut benar benar di bentuk dengan tujuan untuk memasyarakatkan olahraga dan memperoleh prestasi yang tinggi tanpa menyalahi prosedur-prosedur yang telah dibuat sebagai keputusan bersama dan tercemin dari kultur dan produktivitasnya. Bersih di sini lebih berarti organisasi yang dibentuk tidak melakukan hal-hal yang dianggap menyalahi unsur. Banyak ahli mengemukakan berbagai pendapat mereka tentang pengertian dari organisasi itu dari Schluze dalam Sutarto,2002: 23 menyatakan bahwa organisasi adalah penggabungan dari orang-orang, benda-benda, alat-alat perlengkapan, ruang kerja dan segala sesuatu yang bertalian dengannya, yang dihimpun dalam hubungan yang teratur dan efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dale dalam Sutarto,2002: 25menyatakan bahwa organisasi adalah suatu proses perencanaan. Ini bertalian dengan hal menyusun, mengembangkan dan memelihara suatu struktur atau pola hubungan-hubungan kerja dari orang-orang dalam suatu badan usaha. Harley Trecker dalam Sutarto,2002: 24 juga menyatakan organisasi adalah perbuatan atau proses menghimpun atau mengatur kelompok-kelompok yang saling berhubungan dari instansi menjadi suatu keseluruhan yang bekerja. Dengan kalimat yang lebih sederhana Sutarto (2002:40) menyatakan, Organisasi adalah 9unsur saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Lain halnya dengan Husdarta (2009:38) yang menyatakan, Organisasi itu sendiri adalah sebuah pengertian abstrak yang mencerminkan himpunan sejumlah orang yang bersepakat untuk bekerjasama dan memiliki komitmen untuk mencapai tujuan. Menurut Winardi (2003:15) sebuah organisasi merupakan sebuah sistem commit yang terdiri to user dari aneka macam elemen atau

7 10 subsistem, di antara mana subsistem manusia mungkin merupakan subsistem terpenting, dan di mana terlihat bahwa masing-masing subsistem saling berinteraksi dalam upaya mencapai sasaran-sasaran atau tujuantujuan organisasi yang bersangkutan. Para pendapat dari para ahli diatas tidak berbeda jauh dari pendapat Jones dalam (Harsuki, 2012 : 106) bahwa organisasi adalah suatu alat yang dipergunakan oleh orang-orang untuk mengoordinasikan kegiatannya untuk mencapai sesuatu yang mereka inginkan atau nilai, yaitu mencapai tujuannya. Agus Kristiyanto (2012: 28) yang menyatakan bahwa, Organisasi olahraga adalah sekumpulan orang yang menjalin kerjasama dengan membentuk organisasi untuk penyelenggaraan olahraga sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Dari pendapat para ahli di atas tentang pengertian organisasi ada beberapa unsur yang melatarbelakangi adanya sebuah organisasi yaitu adanya sekelompok orang, adanya kerjasama dari orang-orang tersebut, dan adanya tujuan bersama. Akan tetapi untuk memajukan sebuah organisasi di bidang olahraga tidak cukup dengan unsur unsur di atas karena ada beberapa hal yang lebih dalam yang harus dipahami dari setiap individu di dalam kelompok, karena individu di dalam sebuah organisasi harus mampu melaksanakan setiap tugas yang diberikan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk melaksanakannya. Dan juga, Adanya sarana dan prasarana yang harus diperhatikan agar organisasi dapat berjalan. Dapat disimpulkan bahwa organisasi olahraga adalah sekumpulan orang orang yang melakukan kerjasama sesuai dengan bidangnya keahliannya untuk memajukan cita-cita mereka bersama dalam mengembangkan dan meningkatkan prestasi di bidang olahraga. b. Bentuk Organisasi Dalam setiap organisasi mempunyai kekhasan tersendiri dalam menyusun susunan kepengurusannya ini. Hal ini dikarenakan organisasi mempunyai kewenangan untuk commit membuat to user bentuk organisasi itu sendiri yang

8 11 disesuaikan dengan cita-cita maupun tujuan dari terbentuknya organisasi. Menurut Sutarto (2002:200), bahwa bentuk organisasi dapat dibedakan menjadi bentuk jalur,fungsional, staff dan satuan pelayanan, jalur dan staff, jalur dan staff fungsional, jalur dan staff fungsional dan panitia, staff, panitia. Untuk lebih jelasnya Sutarto menggambarkannya dalam bentuk skema di bawah ini: Bentuk-bentuk organisasi Ditinjau dari jumlah pucuk pimpinan: 1). Bentuk tunggal 2). Bentuk jamak Ditinjau dari saluran wewenang: 1). Bentuk jalur 2). Bentuk fungsional 3). Bentuk jalur dan staff 4). Bentuk fungsional dan staff 5). Bentuk fungsional dan jalur 6).Bentuk jalur, fungsional, dan staff Gambar 1.Bentuk-bentuk organisasi (Sumber: Sutarto,2002:201) Adapun pengertian ataupun penjelasan dari bentuk-bentuk organisasi diatas, Sutarto (2002:201) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: (1) Bentuk organisasi tunggal Organisasi yang pucuk pimpinannya ada di tangan seseorang. Sebutan jabatan untuk bentuk tunggal antara lain presiden, direktur, kepala, ketua; didalam struktur organisasi pemerintahan dikenal sebutan jabatan menteri, gubernur, bupati, walikota, walikotamadya, camat, lurah; dalam struktur organisasi abri dikenal sebutan jabatan panglima, komandan; dalam struktur organisasi perguruan tinggi dikenal sebagai sebutan jabatan commit rektor, to dekan. user (2) Bentuk organisasi jamak

9 12 Organisasi yang wewenang dari pucuk pimpinannya ada di tangan beberapa orang sebagai satu kesatuan. Sebutan jabatan yang sering digunakan antara lain Presidium, Direksi, Dewan, Direktorium, Majelis. (3) Bentuk organisasi jalur Organisasi yang wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi di bawahnya dalam semua bidang pekerjaan, baik pekerjaan pokok maupun pekerjaan bantuan. (4) Bentuk organisasi fungsional Organisasi yang wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi di bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu; pimpinan tiao bidang berhak memerintah kepada semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerjanya. (5) Bentuk organisasi jalur dan staff Organisasi yang wewenang dari pucuk pimpinn dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi di bawahnya dalam semua bidang pekerjaan baik pekerjaan pokok maupun pekerjaan bantuan, dan di bawah pucuk pimpinan atau pimpinan satuan organisasi yang memerlukan diangkat penjabat yang tidak memiliki wewenang komando tetapi hanya dapat memberikan nasihat tentang bidang keahlian tertentu. (6) Bentuk organisasi fungsional dan staff Organisasi yang wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satua-satuan organisasi di bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu, pimpinan tiap bidang kerja dapat memerintah semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerjanya, dan dibawah pucuk pimpnan atau pimpinan satuan diangkat pejabat yang tidak memiliki wewenang komando tetapi hanya dapat memeberikan nasihat tentang bidang keahlian tertentu. (7) Bentuk organisasi fungsional dan jalur Organisasi yang wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi di bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu, pimpinan tiap bidang kerja berhak memerintah kepada semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerjanya, dan tiap-tiap satuan pelaksana ke bawah memiliki wewenang dalam semua bidang kerja. (8) Bentuk organisasi jalur, fungsional dan staff Organisasi yang wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi di bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentupimpinan tiap bidang berhak memerintah kepada semua pelaksana yang ada sepnjang menyangkut bidang kerjanya, dan tiap-tiap satuan pelaksana ke bawah memiliki wewenang commit dalam to user semua bidang kerja, dan di bawah

10 13 pucuk pimpinan atau pimpinan bidang diangkat pejabat yang tidak memiliki wewenang komando tetapi hanya dapat meberikan nasihat tentan bidang keahlian tertentu. Antara bentuk organisasi berdasarkan jumlah pucuk pimpinan dengan bentk organisasi berdasarkan saluran wewenang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dalam pemakainannya. Artinya tiap-tiap bentuk organisasi berdasarkan saluran wewenang dapat dipimpin tunggal maupun jamak. Hubungan ini dapat digambarkan sebagai berikut : tunggal jamak Jalur fungsional jalur dan staff fungsional dan staff fungsional dan jalur jalur, fungsional, dan staff Gambar 2.Hubungan antara bentuk-bentuk organisasi (Sumber: Sutarto,2002:202) Dari pendapat ahli di atas terlihat bahwa setiap organisasi tidak hanya menggunakan satu bentuk organisasi saja, akan tetapi menggunakan kolaborasi antara bentuk organisasi yang satu dengan yang lain, hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga dapat mencapai tujuan yang dinginkan organisasi tersebut. c. Asas-Asas Organisasi Setiap organisasi yang baik pastilah mempunyai asas agar organisasinya dapat berjalan secara baik dan efisien. Perlu diketahui seorang yang berada di dalam sebuah organisasi harus mengetahui asasasas organisasi hal ini diperlukan agar tidak terjadi berbagai masalah kelak. Masalah yang sering dihadapi dalam sebuah organisasi terbilang kompleks antara lain masalah sering kali penjabat yang ada didalam organisasi tidak mengetahui tujuan dari organisasi itu, adanya commit to user pembentukan organisasi yang kurang berlandaskan pada pengembangan

11 14 volume kerja, tiap-tiap penjabat tidak mempunyai rincian tugas yang jelas sehingga mereka bingung apa yang harus dikerjakan dan lain sebagainya. Oleh karena itu diperlukan asas organisasi agar organisasi tersebut dapat terus berkembang secara sehat dan efisien. Menurut Sutarto (2002,61) mengemukakan pendapatnya tentang asas-asas organisasi yaitu asas: (1) Perumusan tujuan dengan jelas Tujuan adalah kebutuhan manusia baik jasmani maupun rohani yang diusahakan untuk dicapai dengan kerjasama sekelompok orang. Kebutuhan manusia hendak dicapai itu harus dirumuskan secara jelas. Tujuan yang telah dirumuskn secara jelas akan memudahkan untuk dijadikan pedoman dalam menetapkan haluan organisasi, pemilihan bentuk organisasi, pembentukan struktur organisasi, penentuan macam pekerjaan yang akan dilakukan, kebutuhan penjabat. Tujuan yang terumus dengan jelas haruslah diyakini oleh setiap penjabat dalamorganisasi sejak dari pucuk pimpinan sampai dengan penjabat yang berkedudukan paling rendah. Hanya penjabat yang mengetahui serta menyakini tujuan dari organisasinya akan dapat bekerja dengan sugguh-sungguh, dapat saling menyumbangkan idenya, pengalamannya, kecakapannya, daya kreasinya, demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan. (2) Departemensasi Yang dimaksud departemensasi adalah aktivitas untuk menyusun satuan-satun orgnisasi yang akan diserahi bidang kerja tertentu atau fungsi tertentu. (3) Pembagian kerja Pembagian kerja dapat dihubungkandenagn satuan organisasi dan dapat pula dihubungkan dengan pejabat. Oleh karena itu pembagian kerja dapat diartikan dua macam, yaitu: a) Pembagian kerja adalah rincian serta pengelmpokan aktivitas-aktivitas yang semacam atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh satuan organisasi tertentu. b) Pembagian kerja adalah rincian serta pengelompokan tugastugas yang semacam atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh seorang pejabat tertentu. (4) Koordinasi Inti dari sebuah koordinasi dapat diartikan sebagai keselarasan, baik kesatuan tindakan, kesatua usaha, penyesuaian antar bagian, keseimbangan antarbagian maupun sinkrinisasi semuanya bersasaran keselarasan. Ats dasar itu dapatlah kiranya asas koordinasi dapat diartikan sebagai berikut, yaitu di dalam commit to user

12 15 organisasi harus ada keselarasan aktivitas antar satuan organisasi atau keelarasan tugas antar pejabat. (5) Pelimpahan wewenang Asas organisasi yang kelima adalah pelimpahan wewenang. Yang dimaksud dengan wewenang adalah hak seorang pejabat untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas dan tanggungjawabnya dapat dilaksanakan dengan baik. Pelimpahan sam dengan penyerahan. Jadi pelimpahan wewenang berarti penyerahan sebagian hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas dan tanggungjawabnya dapat dilaksanakan dengan baik dari pejabat yang satu kepada pejabat yang lain. Jadi tegas bahwa pelimpahan wewenang itu bukan penyerahan tugas dariatasan kepada bawahan, melainkan penyerahan hak dari pejabat kepada pejabat. (6) Rentangan kontrol Yang dimaksud dengan asas rentangan kontrol adalah jumlah terbanyak bawahan langsung yang dapat dipimpin dengan baik oleh seorang atasan tertentu. (7) Jenjang organisasi Yang dimaksud dengan jenjang organisasi adalah tingka-tingkat satuan organisasi yang di dalamnya terdapat pejabat, tugasserta wewenang tertentu menurt kedudukannya dari atas ke bawahdalam fungsi tertentu. Para pejabat yang berkedudukan pada tingkat yang lebih atas mengawasi para pejabat yang berkedudukan pada tingkat di bawahnya demikian seterusnya hingga hubungan-hubungan yang dilakukan antara para pejabat sejauh mungkin melewati tingkat-tingkat yang telah ditentukan. (8) Kesatuan perintah Yang dimaksud dengan kesatuan perintah adalah tiap-tiap pejabat dalam organisasi hendaknya hanya dapt diperintah dan bertanggung jawab kepada seorang pejabat atasan tertentu. (9) Flexibilitas Struktur organisasi hendaknya mudah dirobah untuk disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa mengurangi kelancaran aktivitas yang sedang berjalan.perubahan-perubahan yang mungkin dihadapi oleh organisasi misalnya penambahan tujuan, perluasan daerah aktivitas, volume kerja, peralatan baru, tuntutan masyarakat lingkungan misalnya berupa perubahan selera terhadap produksi pabrik, perubahan mode, perubahan ekonomi, perubahan teknologi, perubahan peraturan dan lainlain. (10) Berkelangsungan Suatu organisasi harus dapat menyediakan berbagai sarana agar dapat melakukan aktivitas operasinya secara terus-menerus. Suatu organisasi yang dibentuk, oleh para pembentuknya tentu diharapkan dapat commit berjalan to user terus makin lama makin maju dan

13 16 makin berkembang.tidak ada keinginan dari para pembentuknya setelah oarganisasi didirikan lalu ingin dimatikan. Oleh karena itu harapan para pembentuk ini harus disertai sarana-sarana tertentu misalnya selalu meningkatkan mutu kecakapan mutu para pegawainya, mendatangkan peralatan baru yang lebih modern, mencari berbagi sumber baru, menyesuaikan dengan keinginan masyarakat, menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan pembangunan. (11) Keseimbangan Asas kesebelas dari organisasi adalah asas keseimbangan yaitu: satuan-satuan organisasi hendaknya ditempatkan pada truktur organisasi sesuai dengan perannya. Dari asas-asas organisasi di atas perlu dicermati dan dilaksanakan oleh setiap pejabat di dalamnya agar apa yang menjadi tujuan dari berdirinya organisasi dapat tercapai dan organisasi tersebut dapat terus berkembang, tanpa memahami asas-asas organisasi maka sulit bagi sebuah organisasi untuk terus berkembang. d. Struktur dan bagan organisasi Desain struktur organisasi yang baik sangat diperlukan dalam sebuah organisasi karena dengan desain struktur organisasi yang baik akan memberikan solusi yang paling mendukung dan mempermudah secara efektif dan efisien bagi anggotanya untuk melakukan kegiatan organisasinya dalam mencapai sasaran organisasi. Hal ini sesuai dengan pengertian struktur organisasi yang dikemukakan Rivai (2004:409) bahwa, struktur organisasi adalah pola formal mengelompokkan orang dan pekerjaan, pola formal aktivitas dan hubungan antara bebagai subunit organisasi yang sering digambarkan melaui bagan organisasi. Dalam menentukan struktur organisasi agar mudah dipahami oleh para pejabat di dalam organisasi tentunya harus memiliki dasar dalam menetapkan tugas pekerjaan yang dibagi, dikelompokan dan dikoordinasika secara formal. Menurut Rivai (2004:409) ada enam unsur yang harus diperhatikan dalam merancang struktur organisasi yaitu : (1) Spesialisasi kerja Hakikat dari spesialisasi commit to kerja user adalah bahwa daripada dilakukan oleh satu individu, lebih baik seluruh pekerjaan dipilah-pilah

14 17 menjadi sejumlah langkah, dengan tiap langkah diselesaikan oleh individu yang berlainan. (2) Departementalisasi Departementalisasi merupakan dasar yang dipakai dalam mengelompokan pekerjaan bisa berdasarkan proses pekerjaan, fungsi pekerjaan, tipe produk, dan daerah (3) Rantai komando Garis tidak putus dari wewenang yang menjulur dari puncak organisasi ke eselon terbawah dan memperjelas siapa melapor ke siapa. (4) Rentang kendali Berapa banyak bawahan secara efektif dan efisien oleh seorang manajer berkaitan dengan rentang kendali (span of control). Ini penting karena sangat menentukan banyaknya tingkat dan manajer yang harus dimiliki oleh suatu organisasi. Bila makin luas atau besar rentang itu maka semakin efisien organisasi itu. (5) Sentralisasi dan desentralisasi Dalam beberapa organisasi, manajer puncak mengambil semua keputusan. Manajer tingkat bawah semata-mata hanya melaksanakan petunjuk-petunjuk manajer puncak. Pada keadaan yang lain ada organisasi yang di mana pengamilan keputusan ditekan ke bawah ke manajer-manajer yang paling dekat dengan tindakan organisasi pertama sangat tersntralisasikan yang kedua didesentralisasikan. (6) Formalisasi Mengacu kepada sampai tingkat mana pekerjaan dlam organisasi itu dibakukan. Jika suatu pekerjaan sangat diformalkan, maka pelaksanaan pekerjaan itu akan mempunyai kuantitas keleluasaan yang minimum mengenai apa yang harus dikerjakan, kapan harus dikerjakan, dan seharusnya bagaiman ia mengerjakan. Dari struktur organisasi diatas biasanya digambarkan dalam bentuk bagan organisasi untuk mempermudah memahami wewenang dan tugas masing-masing pejabat dalam organisasi. Bagan organisasi adalah gambar struktur organisasi yang ditunjukkan dengan kotak-kotak atau garis-garis yang disusun menurut kedudukannya yang masing-masing memuat fungsi tertentu dan satu sama lain dihubungkan dengan garis-garis saluran wewenang. Bagan organisasi tentunya dibuat dengan memiliki kegunaan yang jelas seperti pendapat Sutarto (2002:217) yang menyebutkan commit to user kegunaan bagan organisasi sebagai berikut :

15 18 (1) Dapat untuk mengetahui besar kecilnya organisasi. (2) Dapat untuk mengetahui garis-garis saluran wewenang. (3) Dapat untuk mengetahui berbagi macam satuan organisasi yang ada. (4) Dapat untuk mengetahui rincian aktivitas masing-masing satuan organisasi. (5) Dapat untuk mengetahui setiap jabatan yang ada. (6) Dapat untuk mengetahui rincian tugas para pejabat. (7) Dapat untuk mengetahui nama, pangkat, golongan pangkat para pejabat. (8) Dapat untuk mengetahui jumlah pejabat. (9) Dapat untuk mengetahui photo para pejabat. (10) Dapat untuk mengetahui kedudukan setiap pejabat. (11) Dapat untuk menilai apakah sesuatu organisasi telah menerapkan asas-asas organisasi dengan baik,misalnya dapat diketahui dengan jelas ketepatan rentangan kontrolnya, jenjang organisasinya, kesinmbangan kedudukan satuan organisasinya, keseimbangan aktivitas atau tugasnya. Dengan mengetahui kegunaan dari bagan suatu organisasi, maka perlu dibuat suatu bentuk bagan oraganisasi yang disesuaikan dengan isi dari bagan organisasi tersebut untuk mempermudah dalam memahami isi dari bagan tersebut adapun bentuk bagan organisasi menurut Sutarto (2002:228) dapat digambarkan sebagai berikut: (1) Bagan piramid (2) Bagan mendatar (3) Bagan menegak (4) Bagan lingkaran (5) Bagan setengah lingkaran (6) Bagan elip (7) Bagan setengah elip (8) Bagan sinar Penggambaran bentuk bagan suatu organisasi biasanya disesuaikan dengan isi dari bagan itu sendiri isi bagan yang sering muncul dalam bagan organisasi menurut Sutarto (2002:229) dapat dirinci sebagai berikut: (1) Bagan struktur Bagan organisasi yang isinya menunjukkan susunan organisasi dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi yang terendah dengan commit menyebutkan to user sebutan satuan organisasi serta nama masing-masing satuan organisasi.

16 19 (2) Bagan aktivitas Bagan organisasi yang isinya menunjukkan rincian kegiatan dari masing-masing satuan organisasi. Bagan aktivitas biasanya dibuat untuk melengkapi bagan struktur. (3) Bagan jabatan Bagan organisasi yang isinya menunukkan sebutan jabatan dan nama satuan organisasi. (4) Bagan tugas Bagan organisasi yang isinya rincian tugas masing-masing pejabat. (5) Bagan nama Bagan organisasi yang isinya menunjukkan nama masingmasing pejabat. Bagan nama biasanya dibuat bersama dengan bagan jabatan. (6) Bagan pangkat dan golongan pangkat Bagan organisasi yang isinya menunjukkan masing-maising pangkat dan golongan pangkat para pejabat. Bagan pangkat dan golongan pangkat biasanya dibuat bersama dengan bagan pangkat. (7) Bagan photo Bagan organisasi yang isinya menunjukkan photo masingmasing pejabat. (8) Bagan berkode Bagan organisasi yang isinya menunjukkan tanda penunjuk berupa angka atau huruf tertentu pada tiap kotak sedang rincian uraian masing-masing kotak ditulis di bawah gambar bagan. Bagan berkode dibuat apabila kotak-kotaknya berukuran kecil karena struktur organisasinya besar sedang urainnya cukup panjang (9) Bagan lukisan Bagan yang isinya menunjukkan gambar terteentu yang dengan jelas dan tepat menggambarka aktivitas masing-masing satuan atau tugas tiap-tiap pejabat. (10) Bagan serbaguna Bagan organisasi yang isinya menunjukkan jabatan, nama satuan, nama pejabat, pangkat/golongan pangkat, dan rincian tugas para pejabat. Struktur, bentuk, dan isi bagan organisasi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam pembuatan bagan organisasi karena komponen ini saling melengkapi. Bagan organisasi merupakan sebuah kelengkapan dari organisasi yang menandakan bahwa organisasi tersebut telah menerapkan commit asas-asas to organisasinya user dengan baik dan benar.

17 20 e. Unsur-Unsur Dalam Organisasi Dalam sebuah organisasi tentunya memiliki unsur-unsur yang harus ada supaya organisasi tersebut dapat berjalan secara baik, unsur di sini adalah berkaitan dengan pengurus, anggota, AD/ART, rencana kerja dan anggaran belanja. Setiap komponen dalam unsur tersebut hatus saling berkaitan agar dpat mencapai tujuan yang ingin di capai, adapun penjelasan dari setiap komponan tadi dapat dijelaskan seperti dibawah ini: 1) Pengurus Pengurus dalam sebuah organisasi merupakan orang-orang yang terpilih dari anggota untuk menjalankan AD/ART organisasi agar organisasai tersebut dapat berjalan dengan baik, berkembangnya suatu organisasi tergantung dari komitmen pengurus itu sendiri dalam menjalankan mandat yang diberikan. Dalam sebuah organisasi KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) melalui Peraturan Menteri Negara Pemuda Dan Olahraga Republik Indonesia,Nomor : Per J/Menpora/Ix/2009, pasal 7 (4) menyebutkan bahwa susunan organisasi dapat dibagi menjadi berikut : 2) Anggota a) Pembina; b) Pembina Harian; c) Penasehat; d) Ketua Umum; e) Ketua Harian; f) Sekretaris Jenderal; g) Wakil Sekretaris Jenderal; h) Bendahara Umum; i) Hubungan Masyarakat; j) Bidang Pembinaan dan Pengembangan; k) Bidang Pengawasan dan Pengendalian; l) Bidang Kelembagaan dan Bisnis; m) Sub-sub Bidang. Anggota dalam sebuah organisasi sangat diperlukan karena anggota inilah yang nantinya akan menjadi kepanjangan tangan pengurus setiap melaksanakan kebijaksanaannya. Walau trkadang commit to user peran anggota ini tidak trlalu aktif dalam sebuah organisasi tetapi

18 21 sangat dibutuhkan keberadaannya. Setiap anggota harus mematuhi segala peraturan dalam sebuah organisasi. 3) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Anggaran dasar merupakan roh dari sebuah organisasi dapat dikatakan demikian karena dalam anggaran dasar berisi tentang peraturan-peraturan organisasi yang dijelaskan dalam bentuk pasal demi pasal dan pasal inilah yang menjadi pijakan dalam menjalankan organisasi. Anggaran rumah tangga merupakan petunjuk-petunjuk kegiatan yang harus dijalankan oleh pengurus dalam mengurus organisasinya. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga harus ada dalam sebuah organisasi agar batasan-batasan tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana. Penetapan AD/ART inipun biasanya ditetapkan secara musyawarah yang melibatkan seluruh elemen dalam setiap organisasi. 4) Rencana Kerja Rencana kerja merupakan sebuah kebijakan yang dibuat oleh pengurus dengan memperhatikan AD/ART sehingga tidak bertentangan. Rencana kerja ini dibuat agar tujuan yang ingin dicapai tidak melenceng sehingga memudahkan dalam pembagian tugas antar pengurus serta menciptakan tata kelola organisasi yang berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi sesuai waktu periode kepengurusan. 5) Anggaran Belanja Anggaran belanja merupakan bagian dari rencana kerja yang berisi tentang rencana pegeluaran dana untuk menjalankan kegiatan yang telah ditetapkan. Dalam penyusunan rencana belanja harus memperhatikan berbagai sifat seperti pengeluaran harus realistis, logis, luwes dan berkelanjutan. Anggaran yang dibuat harus juga memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dan dapat berubah sesuai keadaan sehingga tidak terjadi defisit. commit to user

19 22 f. Manajemen Olahraga Fungsi manajemen dalam sebuah institusi olahraga selalu berkaitan dengan kegiatan menyeleksi, menempatkan, mengorientasikan, serta tindakan mengevaluasi kinerja institusi tersebut. Di dalam sebuah instansi olahraga hal tersebut sangat diperlukan agar instansi olahraga tersebut dapat terus berjalan bahkan berkembang kearah yang lebih baik. Menurut Agus Kristiyanto (2012: 28) fungsi manajemrn dalam sebuah institusi olahraga selalu berkaitan dengan kegiatan menyeleksi, menempatkan, mengorientasikan, serta mengevaluasi kinerja institusi tersebut, sedangkan Husdarta (2009: 37) menyatakan, Manajemen itu, tidak lain adalah proses kelangsungan fungsi yang meliputi : perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan (leading), dan evaluasi. Dari keempat unsur pendapat ahli di atas yang meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan evaluasi dapat di jabarkan sebagai berikut : 1) Perencanaan Husdarta (2009: 37) menyatakan, Perencanaan adalah penentuan lebih dulu tujuan yang ingin dicapai dan alat-alat yang digunakan untuk mencapai tujuan itu. Perencanaan yang baik dan matang sangat diperlukan dan dipahami bersama agar tiap anggota dalam kelompok mempunyai satu pandangan tentang tujuan yang akan dicapai, sehingga tidak kan terjadi perbedaan pandan akan tujuan yang ingin dicapai. Dalam kegiatan olahraga khususnya perencanaan yang baik dan benar sangat diperlukan agar prestasi yang diperoleh dapat terus bertkembang bukan malah mengalami kemunduran baik prestasi yang oleh atletnya maupun prestasi yang diperoleh oleh organisasinya. 2) Pengorganisasian Husdarta (2009:37) menyatakan, Pengorganisasian adalah menciptakan hubungan antara aktivitas yang akan dikerjakan, personel yang akan melakukannya dan faktor fisik yang dibutuhkan. Dari definisi diatas dapat diperjelas commit maknanya to user dengan meletakkan seseorang

20 23 sesuai dengan bidang ataupun keahliannya. Sehingga orang yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya penuh dengan tanggung jawab dan hasilnya pun akan berbeda dengan orang yang tidak menempatkan posisinya tidak sesuai dengan bidangnya. 3) Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan cara atau sikap dari seorang pemimpin untuk mengkondisikan anak buahnya agar dapat menjalankan tugasnya secara efektif dan efisisen sesuai dengan program kerja yang telah direncanakan. Husdarta (2009: 39) menyatakan, Dalam kepemimpinan terkandung beberapa aspek penting yaitu membuat keputusan, mengarahkan, membangkitkan motivasi. Hal itu berarti bahwa sebuah organisasi tergantung bagaimana kondisi kepemimpinannya jika kepemimpinannya baik maka baik pula organisasinya begitupun sebaliknya. 4) Evaluasi. Husdarta (2009: 39) menyatakan, Proses penentuan sebab dan faktor yang menimbulkan kesenjangan antara rencana dan hasil, termasuk proses pelaksanaan, disebut evaluasi. Sebuah evalusi sangat diperlukan dalam sebuah organisasi agar tidak terjadi pelanggaran alur yang telah direncanakan sehingga dapat menghambat tujuan yang ingin dicapai. Manajemen itu sendiri berfungsi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas program kerja yang dibuat. Kedua istilah ini terkait langsung dengan sasaran dan tujuan pembinaan. Efisiensi dalam kerja sangat dibutuhkan sehingga dapat menghemat anggaran dana dan efektifitas berhubungan dengan waktu sehingga target yang di tentukan bisa dicapai secara tepat waktu. 3. Sarana dan Prasrana Olahraga Sarana dan prasarana olahraga merupakan salah satu dari bagian pokok dalam pembinaan olahraga commit prestasi, to user adapun pengertian sarana dan

21 24 prasarana olahraga para ahli menyampaikan pendapatnya antara lain definisi dari Agus Kristiyanto (2012:28) menyatakan, Sarana olahraga adalah peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga sedangkan prasarana olahraga adalah tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan untuk kegiatan olahraga dan/atau penyelenggaraan olahraga. Sarana dan prasarana olahraga merupakan penunjang dalam kegiatan olahraga tanpa adanya sarana dan prasarana olahraga kegiatan olahraga tidak akan dapat berjalan secara wajar. Kelengkapan dan kondisi sarana dan prasarana didalam olahraga prestasi merupakan hal yang penting karena hal itu dapat menentukan prestasi atlet itu sendiri. Selain itu rasio antara jumlah atlet dengan jumlah sarana dan prasarana harus seimbang agar atlet dapat berlatih secara maksimal. a. Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan karate : 1. Pakaian karate (karategi) untuk kontestan 2. Pelindung tangan 3. Pelindung tulang kering 4. Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan biru/ao 5. Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah: Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi keharusan) Pelindung tubuh untuk kontestan putri Pelindung selangkangan untuk kontestan putera 6. Peluit untuk arbitrator/alat tulis 7. Seragam wasit/juri Baju putih Celana abu-abu Dasi merah Sepatu karet hitam tanpa sol 8. Papan nilai 9. Administrasi pertandingan commit to user

22 Lampu merah, hijau, kuning sebagai tanda waktu pertandingan dengan pencatat waktu (stop watch). Tambahan: Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah pelindugn selangkangan untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung yang lain tidak diperkenankan. b. Lapangan Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi. Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya. Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karateka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif. Kebanyakan karate yang diperkenalkan pada masa kini merupakan satu olahan kepada peringkasan seni beladiri yang terdahulu seperti kempo dan sebagainya. Ramai pengamal karate tidak mengetahui bahawa di dalam karate, seni dan pergerakan yang ditawarkan adalah jauh lebih hebat dan unik daripada apa yang dipamerkan dewasa ini. Padahal karate adalah sebuah seni bela diri yang harus terus dijaga keasrianya. 4. Pembinaan Prestasi Olahraga khususnya prinsip-prinsip pendidikan, secara teratur dan terencana sehingga mempertinggi kemampuan dan kesiapan olahragawan (Ambarukmi, commit to user

23 26 et.al, 2007:1). Dari berbagai kutipan diatas Ambarukmi et.al. menyimpulkan bahwa latihan olahraga pada hakekatnya adalah: 1) Proses sistematis untuk menyempurnakan kualitas kinerja atlet berupa: kebugaran, keterampilan dan kapasitas energi. 2) Memperhatikan aspek pendidikan 3) Menggunakan pendekatan ilmiah. Sudjarwo ( 1995:12) mendefinisikan, latihan sebagai suatu proses penyempurnaan peraturan olahraga secara ilmiah, penempatan pendidikan dan prinsip-prinsip. Proses yang dimaksud adalah adanya sistematika dan perencanaan, peningkatan kesiapan untuk pembentukan, dan kemampuan atlet. Dengan demikian latihan dapat disimpulkan sebagai suatu kebutuhan atlet yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tingkat beban yang selalu meningkat sehingga diperoleh kemampuan optimal seorang atlet untuk menghadapi pertandingan agar memperoleh prestasi yang maksimal. Dengan menerapkan kaidah-kaidah keilmiahan dan prinsip-prinsip latihan sehingga kemampuan atlet dapat meningkat Pembinaan prestasi olahraga merupakan suatu program yang terencana dan terstruktur secara rapi serta berkelanjutan untuk mendapatkan atlet yang benar-benar matang sesuai usia perkembangan atlet itu sendiri. Tanpa adanya pembinaan yang terstruktur dengan baik dan dilakukan sepanjang waktu mustahil dapat diperoleh atlet yang dapat bertahan lama di puncak prestasi. Menurut Husdarta (2010:75) menyatakan bahwa atlet-atlet yang mampu menghasilkan prestasi yang intensif hanyalah atlet-atlet yang : a) Memiliki fisik prima b) Menguasai teknik yang sempurna c) Memiliki karakteristik psikologis dan moral yang diperlukan oleh cabang olahraga yang ditekuninya d) Cocok untuk cabang olahraga yang dilakukannya. e) Sudah berpengalaman berlatih dan bertanding bertahun-tahun. Untuk mendapatkan atlet yang berkualitas itulah diperlukan sebuah pembinaan. Pembinaan Olahraga commit prestasi to user biasanya dibagi melalui tahapan-

24 27 tahapan yang berjenjang untuk mendapatakan atlet yang terbaik. Menurut Ambarukmi et.al (2007:5), Pembinaan atlet menuju puncak prestasi dilakukan berdasarkan piramida prestasi olahraga terdiri atas 3 tahapan : (1) pemasalan (2) pembibitan (3) prestasi. Berdasarkan beberapa kutipan dari para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa untuk mendapatkan atlet yang baik diperlukan beberapa faktor yaitu faktor pembinaan olahraga dan faktor pelatih. Faktor pembinaan pun terbagi menjadi pemasalan, pembibitan dan pemanduan bakat. Faktor faktor tesebut mutlak harus dapat di penuhi untuk mendapatkan atlet yang terbaik dan dapat berprestasi maksimal. a) Pemasalan Olahraga. Pemasalan olahraga dapat diartikan sebagai upaya untuk memperkenalkan suatu cabang olahraga kepada khalayak umum baik anak anak maupun dewasa sehingga mendorong terciptanya suatu ajang kompetisi maupun kejuaraan di dalam masyarakat dan di situ akan terlihat para pemain yang mempunyai bakat di bidang tersebut untuk selanjutnya di bina dalam suatu klub atau organisasi untuk dapat mengembangkan kemampuannya sehingga menghasilkan atlet yang dapat berprestasi di tingkat dunia. Berikut ini pendapat para ahli antara lain, menurut Ambarukmi et.al (2007:6), Pemassalan adalah menggerakan anak usia dini untuk berolahraga secara menyeluruh agar diperoleh bibit-bibit olahragawan handal. Sedangkan, menurut Hadisasmita dan Syarifuddin (1996:36), Pemasalan olahraga adalah suatu proses dalam upaya mengikutsertakan peserta sebanyak mungkin supaya mau terlibat dalam kegiatan olahraga dalam rangka pencarian bibit-bibit atlet yang berbakat yang dilakukan dengan cara teratur dan terus-menerus. Tujuan dari pemasalan olahraga secara umum tidak hanya mencari bibit-bibit atlet yang berkualitas akan tetapi juga untuk menyehatkan masyarakat melalui aktivitas olahraga. Itu sesuai dengan pendapat dari Hadisasmita commit to dan user Syarifuddin (1996:36) yang

25 28 menegemukakan pendapatnya bahwa tujuan dari pemasalan olahraga adalah untuk: (1) Membina dan meningkatkan kesegaran jasmani (2) Meningkatkan kesegaran rohani atau untuk mendapatkan kegembiraan (3) Pembentukan watak atau kepribadian (4) Menanamkan dasar-dasar keterampilan gerak dalam usaha pencapaian prestasi yang tinggi. Dalam pemasalan olahraga diperlukan strategi pemasalan, adapun strategi pemasalan menurut Hadisasmita dan Syarifuddin (1996:39) dapat dilakukan dengan cara: (1) Menyediakan sarana dan prasarana olahraga yang memadai sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Apabila pemalasan olahraga ini akan diterapkan di sekolah-sekolah, maka di sekolah-sekolah itu perlu disediakan sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan kemampuan untuk masing-masing tingkatnya. (2) Menyiapkan pengadaan tenaga pengajar atau pelatih olahraga yang benar-benar memiliki kemampuan untuk menggerakkan olahraga pada anak-anak usia muda di sekolah-sekolah. (3) Mengadakan berbagai bentuk pertandingan cabang olahraga bagi anak-anak sekolah, baik dalam pertandingan antarklas, sekolah, maupun antar perkumpulan. (4) Mengadakan domontrasi pertandingan antar atlet-atlet yang berprestasi (5) Mengadakan kerjasama antara sekolah dengan orang tua siswa. (6) Memberikan motivasi kepada para siswa untuk mau berolahraga. (7) Merangsang minat para siswa dengan melaui media masa, vidio, televisi, radio dan lain-lain Dengan strategi pemasalan yang tepat akan dpat dilihat para calon bibit atlet yang benar-benar berkualitas untuk selanjutnya diarahkan untuk dapat berprestasi ke tingkat yang lebih tinggi. b) Pembibitan Atlet Pembibitan atlet merupakan tahap lanjutan setelah terjadi pemasalan olahraga. Dalam commit pembibitan to user atlet seorang pelatih harus dapat

26 29 dengan jeli melihat kemampuan tiap calon atlet mana yang berpotensi lebih untuk dapat dkembangkan kemampuannya sehingga menghasilkan prestasi yang tinggi nantinya. Karakteristik atlit bibit unggul menurut Hadisasmita dan Syarifuddin (1996:60) adalah : (1) Tingkat atau derajat atau mutu (kualitas) bawaan sejak lahir. (2) Bentuk tubuh (poster tubuh) yang baik, sesuai dengan cabang olahraga yang diminatinya. (3) Fisik dan mental yang sehat (4) Fungsi organ-organ tubuh yang baik seperti jantung, paru-paru, otot, syaraf, dan lain-lain. (5) Kemampuan gerak dasar yang baik seperti kekuatan, kecepatan, kelincahan, daya tahan, koordinasi, daya ledak, dan sebagainya. (6) Penyesuaian yang cepat dan tepat baik secara fisik maupun mental terhadap pengalaman-pengalaman yang baru dan dapat membuat pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipergunakan apabila dihadapkan pada fakta-fakta atau kondisi-kondisi yang baru atau dengan istilah lain intelegensi tinggi (7) Sifat-sifat kejiwaan (karakter) bawaan sejak lahir yang dapat mendukung terhadap pencapaian prestasi yang prima, antara lain watak berkompetitif tinggi, kemauan keras, tabah, ulet, tahan uji, pemberani, dan semangat juangnya tinggi. (8) Kegemaran untuk berolahraga. Untuk memperoleh atlet yang berprestasi tinggi harus dimulai pembibitan sejak usia dini dan pembibitan itu haruslah sesuai dengan karakteristik calon atlet yang dapat berprestasi. Dan selanjutnya atlet tadi diberi program latihan yang tepat sesuai tumbuh kembangnya.atau dengan pengertian lain, pembibitan atlet merupakan upaya dari seorang pelatih olahraga untuk mendapatkan atlet yang berkualitas dengan cara membina dan melatihnya sejak usia dini. c) Pemanduan Bakat Bakat pada umumnya diartikan sebagai suatu kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang perlu untuk dikembangkan lebih lanjut dan dilatih, yaitu agar bakat itu dapat terwujud Pengertian diatas menerangkan pentingnya pembinaan seorang atlet yang berbakat, seorang commit to user atlet yang berbakat dalam suatu cabang olahraga tertentu tidak dapat

27 30 berprestasi maksimal tanpa adanya pembinaan yang berkelanjutan. Bakat itu sendiri merupakan bawaan manusia sejak lahir yang merupakan turunan dari orang tuanya. Adapun tujuan dari pemanduan bakat menurut Syarifuddin1996:53): Pemanduan bakat bertujuan untuk memprediksi dengan probabilitas yang tinggi, seberapa besar peluang seseorang untuk berhasil mencapai prestasi maksimalnya, dan apakah seorang atlet muda mampu untuk secara sukses menyelesaikan atau melewati program latihan dasar untuk kemudian ditingkatkan latihannya menuju prestasi puncaknya. Semakin dini seseorang menmpakan bakatnya, semakin cepat dan besar kemungkinan baginya untuk memasuki tahap latihan puncak prestasi, sehingga puncak prestasinya bisa dicapai dalam usia yang lebih muda (Harsono, dalam Hadisasmita dan Syarifuddin) Dari pendapat ahli diatas perlunya diadakannya pemanduan bakat sejak usia dini agar melahirkan atlet-atlet yang berbakat diusia muda. Adapun langkah-langkah dalam pemanduan bakat menurut Hadisasmita dan Syarifuddin, (1996:53) adalah: (1) Adakan pengamatan terhadap sikap dari peserta didik terhadap kegiatan olahraga, baik di sekolah maupun di luar sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya. (2) Adakan pengamatan terhadap karakteristik dari peserta didiknya, baik mengenai kemampuan fisiknya, bentuk fisiknya, ukuran fisik/tubuhnya sifatnya, maupun asal usunya. (3) Adakan pengamatan terhadap perkembangan fisik dari peserta didik tersebut. (4) Setelah kita mengadakan pengamatan yang dilakukan secara cermat dan penuh ketelitian, maka untuk lankah yang berikutnya coba adakan pemilihan/penyaringan/seleksi secara umum maupun khusus dengan menggunakan alat yang dipakai untuk mengukur (instrumen) dan cabang olahraga yang bersangkutan. (5) Di dalam mengadakan seleksi tersebut, hendaknya di dasarkan pada karakteristik antropometrik, serta kemampuan dan perkembangan dan fisik peserta didik. Langkah-langkah pemanduan bakat sangat diperlukan untuk mendapatkan bibit atlet yang berkualitas pemanduan bakat ini bisa juga dilakukan di sekolah-sekolah biasa maupun luar biasa dengan melihat commit to user kemampuan siswanya saat melakukan olahraga.

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga semakin digemari semua lapisan masyarakat, bahkan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga semakin digemari semua lapisan masyarakat, bahkan olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga semakin digemari semua lapisan masyarakat, bahkan olahraga telah menjadi salah satu kebutuhan hidup bagi manusia dalam mencapai kesehatan jasmani. Setiap

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

sama maka diadakan babak tambahan untuk menentukan pemenang.

sama maka diadakan babak tambahan untuk menentukan pemenang. Pengaruh Kondisi Fisik Dan AgresivitasTerhadap Performance Olahragawan Pada Pertandingan Karate Nomor Kumite A. Latar Belakang Masalah Karate merupakan cabang olahraga beladiri yang mempertandingkan dua

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PERTANDINGAN CABANG OLAHRAGA KARATE DALAM RANGKA PEKAN OLAHRAGA PELAJAR SMA (POPSMA)

PERATURAN PERTANDINGAN CABANG OLAHRAGA KARATE DALAM RANGKA PEKAN OLAHRAGA PELAJAR SMA (POPSMA) PERATURAN PERTANDINGAN CABANG OLAHRAGA KARATE DALAM RANGKA PEKAN OLAHRAGA PELAJAR SMA (POPSMA) PENGURUS BESAR FEDERASI OLAHRAGA KARATE-DO INDONESIA PERATURAN PERTANDINGAN CABANG OLAHRAGA KARATE DALAM RANGKA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesehatan sangat diperlukan selama manusia masih menghendaki hidup

I. PENDAHULUAN. kesehatan sangat diperlukan selama manusia masih menghendaki hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat Indonesia menyadari bahwa pemeliharaan kesehatan sangat diperlukan selama manusia masih menghendaki hidup sehat jasmani dan rohani. Hal ini

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 14 TAHUN 2017 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 14 TAHUN 2017 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 14 TAHUN 2017 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN OLAHRAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dari zaman dahulu kala sudah mengenal berbagai macam seni beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah Pencak Silat.

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas berolahraga belakangan telah menjadi suatu hal yang fenomenal didunia yang menjadi bagian serta life style tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Lebih terperinci

PEDOMAN PERTANDINGAN CABANG OLAHRAGA KARATE SISWA SEKOLAH DASAR (SD) TINGKAT NASIONAL

PEDOMAN PERTANDINGAN CABANG OLAHRAGA KARATE SISWA SEKOLAH DASAR (SD) TINGKAT NASIONAL PEDOMAN PERTANDINGAN CABANG OLAHRAGA KARATE SISWA SEKOLAH DASAR (SD) TINGKAT NASIONAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga selain untuk menjadikan pelajar menjadi sehat sehingga dapat menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai dan norma yang dimilikinya kepada orang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pencapaian prestasi atlet nasional di tingkat internasional

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pencapaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan

Lebih terperinci

KARATE OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014

KARATE OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014 KARATE OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014 I. NOMOR PERTANDINGAN Putra : 1. Kata Perseorangan Putra 2. Kumite Perseorangan 60 kg Putra 3. Kumite Perseorangan + 60 kg Putra Putri : 1. Kata Perseorangan Putri 2. Kumite

Lebih terperinci

2016 PROFIL KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK, KEKUATAN MAKSIMAL, POWER,

2016 PROFIL KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK, KEKUATAN MAKSIMAL, POWER, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagian besar masyarakat Indonesia menyadari bahwa pemeliharaan kesehatan sangat diperlukan selama manusia masih menghendaki hidup sehat jasmani dan rohani.

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu cara untuk menjaga agar kesegaran jasmani tetap berada dalam kondisi yang baik. Sehingga terlihat pria dan wanita, tua atau muda

Lebih terperinci

Juklak karate LATAR BELAKANG

Juklak karate LATAR BELAKANG Juklak karate LATAR BELAKANG Kejuaraan Karate Antar Pelajar Se-Jawa Barat SMANSA CUP XII Tahun 2012 sudah menjadi bagian dari Agenda FORKI (Federasi Olahraga Karate Indonesia) Jawa Barat. Melalui kejuaraan

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 36 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 36 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 36 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan diri dari serangan luar. Oleh karena itu manusia perlu beladiri

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan diri dari serangan luar. Oleh karena itu manusia perlu beladiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai kebutuhan yang sangat kompleks dalam kehidupannya. Pada dasarnya manusia mempunyai kelebihan dari mahkluk lain meliputi cipta, rasa dan karsa

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi.

Bab 5. Ringkasan. Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi. Bab 5 Ringkasan Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju tetapi masyarakatnya tetap berpegang teguh pada tradisi budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin ketatnya tingkat kompetisi antar individu, kelompok, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara bebas memilih aktivitas cabang olahraga sesuai dengan minatnya.

BAB I PENDAHULUAN. secara bebas memilih aktivitas cabang olahraga sesuai dengan minatnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup yang sehat tidak hanya dengan makan makanan sehat, bergizi, dan penuh serat, ataupun dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Olahraga merupakan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KLUB BOLA BASKET COUGAR (COUGAR BASKETBALL CLUB)

ANGGARAN DASAR KLUB BOLA BASKET COUGAR (COUGAR BASKETBALL CLUB) ANGGARAN DASAR KLUB BOLA BASKET COUGAR (COUGAR BASKETBALL CLUB) PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, maka Bangsa Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005: 2) olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahraga prestasi yang dipertandingkan baik di tingkat nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. olahraga prestasi yang dipertandingkan baik di tingkat nasional maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karate adalah satu dari sekian banyak olahraga khususnya beladiri yang cukup lama berkembang di Indonesia. Karate juga merupakan suatu cabang olahraga prestasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka meningkatkan pembinaan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. Menurut Roberts dan Hunt (1991), suatu organisasi dimulai. dengan suatu tujuan. Sekelompok orang membentuk suatu

BAB II. Tinjauan Pustaka. Menurut Roberts dan Hunt (1991), suatu organisasi dimulai. dengan suatu tujuan. Sekelompok orang membentuk suatu BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Alasan Dibentuknya Organisasi Menurut Roberts dan Hunt (1991), suatu organisasi dimulai dengan suatu tujuan. Sekelompok orang membentuk suatu kelompok atau organisasi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era teknologi maju ini, olahraga semakin penting, supaya manusia tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat menggunakan teknologi

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA Anggaran Rumah Tangga FPTI FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA PENDAHULUAN Anggaran Rumah Tangga ini merupakan pelengkap dan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga memiliki keterkaitan dengan ilmu terapan lain. Diantaranya adalah berkaitan dengan psikologi olahraga dan juga dalam dimensi sosial. Olahraga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cabang olahraga yang didalami.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cabang olahraga yang didalami. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mendapatkan prestasi yang setinggi-tingginya diperlukan yang namanya usaha dan kerja keras yang latihannya sudah terencana dan terukur yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha memasyarakatkan olahraga sekarang ini sudah nampak hasilnya. Hal ini ditandai dengan maraknya orang melakukan olahraga untuk kesehatan dan sebagai sarana

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang

Lebih terperinci

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Repub

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Repub No.1755, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPORA. Atlet dan Pelatih Atlet Berprestasi. Pengembangan Bakat Calon Atlet Berprestasi serta Pemberian Penghasilan dan Fasilitas. PERATURAN MENTERI PEMUDA

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembinaan di usia dini baik dari kemapuan tehnik taktik dan strategi serta

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembinaan di usia dini baik dari kemapuan tehnik taktik dan strategi serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sebuah akivitas fisik yang mana bertujuan olahraga untuk mencapai prestasi setinggi tingginya dengan semaksimal mungkin baik yang individu

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR FEDERASI AERO SPORT INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR FEDERASI AERO SPORT INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR FEDERASI AERO SPORT INDONESIA MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya Olahraga itu merupakan kodrat naluriah manusia yang selalu ingin melakukan gerakan-gerakan dan kegiatan jasmani yang bermakna dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengadakan pembinaan dan pengembangan olahraga, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengadakan pembinaan dan pengembangan olahraga, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya peranan olahraga dalam kehidupan manusia, dan sebagai usaha ikut serta memajukan manusia Indonesia berkualitas, maka pemerintah Indonesia mengadakan

Lebih terperinci

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG -1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (Nakayama, 1966). Karate berasal dari dua huruf Kanji; kara berarti kosong,

BAB I PENDAHULUAN (Nakayama, 1966). Karate berasal dari dua huruf Kanji; kara berarti kosong, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karate merupakan seni beladiri yang dikembangkan di Jepang pada tahun 1922 (Nakayama, 1966). Karate berasal dari dua huruf Kanji; kara berarti kosong, sedangkan

Lebih terperinci

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan KeluaRga Anak Riau Telkom University

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan KeluaRga Anak Riau Telkom University Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan KeluaRga Anak Riau Telkom University Patah Tumbuh Hilang Berganti, Tak Kan IKRAR hilang Dihati ANGGARAN DASAR BAB I NAMA, KEDUDUKAN, IDENTITAS, DAN WAKTU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktifitas fisik atau jasmani yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kebugaran dan stamina tubuh. Salah satu cabang olahraga yang banyak digemari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan hasil kerja dengan kadar tertentu, dan untuk menampilkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan hasil kerja dengan kadar tertentu, dan untuk menampilkan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga dalam bahasa asing disebut sport merupakan aktifitas fisik berupa permainan dalam bentuk pertandingan ataupun perlombaan. Untuk kegiatan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat disetiap kegiatan-kegiatan olahraga. Persaingan olahraga saat ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat disetiap kegiatan-kegiatan olahraga. Persaingan olahraga saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Olahraga sekarang ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena melakukan olahraga yang baik dan benar serta berkesinambungan dapat meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan seseorang mempunyai maksud dan tujuan. Tujuan tersebut dapat berupa peningkatan kesehatan, kebungaran jasmani, aktivitas

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM PEMBINAAN PRESTASI ATLET YUNIOR TAHUN 2007 S/D Oleh Eka Nugraha, Cs. BIDANG PEMBINAAN PRESTASI ATLET YUNIOR PB PASI

RANCANGAN PROGRAM PEMBINAAN PRESTASI ATLET YUNIOR TAHUN 2007 S/D Oleh Eka Nugraha, Cs. BIDANG PEMBINAAN PRESTASI ATLET YUNIOR PB PASI RANCANGAN PROGRAM PEMBINAAN PRESTASI ATLET YUNIOR TAHUN 2007 S/D 2011 Oleh Eka Nugraha, Cs. BIDANG PEMBINAAN PRESTASI ATLET YUNIOR PB PASI RANCANGAN PROGRAM PEMBINAAN PRESTASI ATLET YUNIOR TAHUN 2007 S/D

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Tahun 1936 buku Karate-do Kyohan diterbitkan Funakoshi telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada Tahun 1936 buku Karate-do Kyohan diterbitkan Funakoshi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Tahun 1936 buku Karate-do Kyohan diterbitkan Funakoshi telah menggunakan istilah karate dalam huruf kanji Jepang. Dalam pertemuan bersama para master di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedalam kesadaran di seluruh dunia serta perkembangan kebudayaan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kedalam kesadaran di seluruh dunia serta perkembangan kebudayaan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang dinamis dan penyebaran yang semakin luas dan fenomena olahraga selama puluhan tahun terakhir ini telah membawa olahraga menjadi lembaga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh suatu fungsi alat-alat tubuh yang dapat bekerja dengan normal dan

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh suatu fungsi alat-alat tubuh yang dapat bekerja dengan normal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan terhadap prestasi olahraga dengan berbagai cara telah dilakukan sejak zaman olimpiade modern hingga sekarang. Pembinaan tersebut tidak hanya terpaku

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI, KELENTUKAN PINGGUL DAN KESEIMBANGAN TERHADAP DAYA LEDAK TENDANGAN JODAN MAWASHI GERI.

HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI, KELENTUKAN PINGGUL DAN KESEIMBANGAN TERHADAP DAYA LEDAK TENDANGAN JODAN MAWASHI GERI. HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI, KELENTUKAN PINGGUL DAN KESEIMBANGAN TERHADAP DAYA LEDAK TENDANGAN JODAN MAWASHI GERI Khavisa Pranata 1 Abstrak Penelitian ini tergolong dalam metode survey dengan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR FEDERASI OLAHRAGA KARATE-DO INDONESIA

ANGGARAN DASAR FEDERASI OLAHRAGA KARATE-DO INDONESIA ANGGARAN DASAR FEDERASI OLAHRAGA KARATE-DO INDONESIA M U K A D I M A H Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah merupakan rahmat Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola voli di Indonesia merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat, karena dapat dilakukan oleh anak-anak hingga orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmani setiap individu berhak secara bebas memilih aktivitas cabang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. jasmani setiap individu berhak secara bebas memilih aktivitas cabang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga semakin digemari semua lapisan masyarakat, bahkan olahraga telah menjadi salah satu kebutuhan hidup bagi manusia dalam mencapai kesehatan jasmani setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga menjadi salah satu aktivitas yang banyak dilakukan oleh manusia demi menjaga dan meningkatkan kebugaran tubuh. Olahraga sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup

Lebih terperinci

MATERI 5 MANAJEMEN DAN ORGANISASI

MATERI 5 MANAJEMEN DAN ORGANISASI MATERI 5 MANAJEMEN DAN ORGANISASI Terdapat berbagai batasan pada definisi manajemen proyek tergantung pada proyek apa yang diberi penekanan. Bila digolongkan pada pendekatan sistem akan menjadi maka manajemen

Lebih terperinci

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan olahraga yang dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dengan beberapa aturan permainan yang cukup menarik dan mudah diterima oleh kalangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi jasmani, rohani dan sosial (Toho dan Ali, 2007: 2). Dari pengertian

BAB I PENDAHULUAN. potensi jasmani, rohani dan sosial (Toho dan Ali, 2007: 2). Dari pengertian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan segala aktivitas fisik yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan potensi jasmani, rohani dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa pembangunan keolahragaan di Lampung diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga tidak hanya diperuntukkan bagi para atlet atau siswa. Olahraga merupakan sarana untuk membentuk kebugaran jasmani dan rohani bagi semua orang. Para olahragawan

Lebih terperinci

Indonesian Student s Association in Japan 在日インドネシア留学生協会 Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang

Indonesian Student s Association in Japan 在日インドネシア留学生協会 Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang KETETAPAN KONGRES XXXVI PERSATUAN PELAJAR INDONESIA DI JEPANG Nomor: 06/TAP/KONGRES/PPI-JEPANG/IX/2016 Tentang ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PPI JEPANG Dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, Kongres

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KEOLAHRAGAAN ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KEOLAHRAGAAN ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG -1- QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KEOLAHRAGAAN ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang Olahraga sepakbola merupakan salah satu cabang Olahraga yang saat ini sudah memasyarakat disemua lapisan masyarakat, baik dari usia anakanak, remaja,

Lebih terperinci

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR FEDERASI OLAHRAGA KARATE-DO INDONESIA

ANGGARAN DASAR FEDERASI OLAHRAGA KARATE-DO INDONESIA ANGGARAN DASAR FEDERASI OLAHRAGA KARATE-DO INDONESIA M U K A D I M A H Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah merupakan rahmat Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

P R O P O S A L KEJUARAAN KARATE LEMKARI ANTAR RANTING

P R O P O S A L KEJUARAAN KARATE LEMKARI ANTAR RANTING P R O P O S A L KEJUARAAN KARATE LEMKARI ANTAR RANTING TAHUN 2016 I. PENDAHULUAN Tumbuh dan berkembangnya sebuah organisasi merupakan sebuah proses berkelanjutan, seiring dengan bertambahnya usia organisasi

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1558, 2017 KEMENPORA. OPUD. Pembinaan dan Pengembangan. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. No.175, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ORGANISASI. : Siti Cholisoh NPM :

ORGANISASI. : Siti Cholisoh NPM : ORGANISASI Nama Kelas : Siti Cholisoh : 2KA39 NPM : 17112047 Sistem Informasi Universitas Gunadarma 2013 1. Pengertian Organisasi Organisasi adalah sekelompok individu yang terstruktur dan sistematis yang

Lebih terperinci

PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017

PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 SALINAN PRES I DEN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. b. c. bahwa untuk meningkatkan pencapaian

Lebih terperinci

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI PESISIR SELATAN [[ [ ] ] BUPATI PESISIR SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deni Pazriansyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deni Pazriansyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini muncul beberapa tren cabang olahraga yang mulai banyak digemari oleh khalayak ramai, bahkan telah menjadi lifestyle bagi sebagian kalangan. Salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian yaitu studi Tentang Perkembangan Kapasitas Institusi Ikatan Anggar Seluruh Indonesia Provinsi Jawa Tengah Pasca

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

ANGGARAN DASAR FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA ANGGARAN DASAR FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA PEMBUKAAN Kegiatan panjat tebing di Indonesia merupakan wujud nyata dari dinamika warga negara Indonesia yang dengan sadar menghimpun dirinya dalam berbagai

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN OLAHRAGA TERPADU MELALUI SPORT TRAINING CENTER KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Pemerintahan Daerah Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga taekwondo merupakan salah satu cabang olahraga beladiri yang berasal dari Korea Selatan, yang kini menjadi olahraga yang cukup dikenal oleh masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR TAHUN 2009

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR TAHUN 2009 PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Muhammad Nur Alif, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Muhammad Nur Alif, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan. Komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode, dan evaluasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis, angkat besi, dan panahan sampai saat ini merupakan cabangcabang yang memiliki prestasi dan bahkan selalu menyumbangkan medalinya di kejuaraan Internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN DAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Fisika Universitas Brawijaya yang disingkat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 947, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPORA. Gerakan Ayo Olahraga. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN AYO OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PENGURUS KORPS PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PENGURUS KORPS PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PENGURUS KORPS PEGAWAI NEGERI SIPIL REPUBLIK INDONESIA KOTA SAWAHLUNTO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PDAM Tirtamusi Palembang. Teknik

BAB II URAIAN TEORITIS. Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PDAM Tirtamusi Palembang. Teknik BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Savitri (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PDAM Tirtamusi Palembang. Teknik penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu bentuk aktifitas fisik yang memiliki dimensi kompleks. Dalam berolahraga individu mempunyai tujuan yang berbeda-beda, antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dunia saat ini. Tujuan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dunia saat ini. Tujuan seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga saat ini mengalami kemajuan yang begitu pesat. Saat ini hampir semua orang senang berolahraga. Olahraga telah menjadi salah satu gaya hidup yang tidak

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 110 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA KOTA PEKANBARU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern olahraga telah menjadi tuntutan dan kebutuhan hidup agar lebih sejahtera. Olahraga diperlukan oleh manusia dalam kehidupan yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profil kondisi fisik adalah keadaan atau potensi dan gambaran dalam diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profil kondisi fisik adalah keadaan atau potensi dan gambaran dalam diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profil kondisi fisik adalah keadaan atau potensi dan gambaran dalam diri seseorang. Keadaan atau gambaran seseorang dalam berfikir dengan cepat dan tepat dengan

Lebih terperinci