BAB I PENDAHULUAN. Makmur yang jaraknya memakan waktu selama menit dari Desa Pampang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Makmur yang jaraknya memakan waktu selama menit dari Desa Pampang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menjelang sore hari pukul WIB, jalanan tanah merah cukup basah, becek dan sulit dilalui dengan mengendarai sepeda motor. Membonceng sepeda motor yang dikendarai oleh Pak Pia, kami memacu kendaraan menuju Melawi Makmur yang jaraknya memakan waktu selama menit dari Desa Pampang Dua. Kunjungan kali ini menjadi kunjungan ketiga saya setelah pada tahun 2012, dan berikutnya pada tahun Dalam jangka waktu dua tahun terakhir tidak banyak berubah, terutama pada aspek infrastruktur seperti jalan, maupun kondisi pemukimannya. Namun ada salah satu aspek infrastruktur yang berubah yaitu infrastruktur listrik. Melawi Makmur salah satu desa di Kecamatan Meliau, Kalimantan Barat, terdiri dari tiga dusun, pertama Dusun Nek Sawak, kedua Dusun Landau, ketiga Dusun Suak Mansi. Sementara penelitian kali ini akan difokuskan pada dua dusun, yaitu Nek Sawak, dan Landau. Satu malam tinggal di Dusun Landau, saya mendapati sesuatu yang berbeda, di antaranya suara musik yang keras, dan lampu-lampu yang terang nampak dari kejauhan. Ternyata apa yang saya dengar dan yang saya lihat 1

2 berasal dari Dusun Nek Sawak yang baru-baru ini sudah menikmati jaringan listrik yang bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Sejak dimekarkan dari Desa Pampang Dua, PLTMH di Nek Sawak ini adalah PLTMH pertama yang dimiliki Desa Melawi Makmur. Secara infrastruktur Desa Melawi Makmur mengalami kemajuan. Berbeda dari dua tahun sebelumnya, sekarang kabel-kabel listrik tidak jauh berbeda seperti di perkotaan. Jaringan kabel listrik yang menjuntai terhubung antara satu tiang dengan lainnya menghubungkan listrik ke rumah warga di Nek Sawak yang berjumlah 200 KK. Rangkaian jaringan listrik yang masih terlihat baru ini bersumber dari stasiun listrik PLTMH yang terletak di hulu Sungai Melawi. Namun, sumber listrik dari Melawi ini tidak mencapai ke permukiman di Dusun Landau. Listrik dari PLTMH hanya eksklusif digunakan di permukiman Dusun Nek Sawak. Ketika di Nek Sawak sudah mempunyai listrik PLTMH, masyarakat di Landau saat itu hanya puas menyalakan penerangan dari api 1 pelita, atau api dari brondol 2 sawit yang dapat dibakar dan digunakan sebagai sumber penerangan ketika hari gelap. Kondisi ini juga 1 Api merupakan istilah yang digunakan orang Desa untuk menyebutkan listrik, atau penerangan dari bola lampu yang digunakan di rumahnya. 2 Brondol adalah bagian dari tandan buah kelapa sawit yang ketika dipanen terlalu matang akan tersebar di lokasi panen. Tren menyalakan api dari brondol sawit ini saya temui ketika bermalam di salah satu rumah di Dusun Landau. anggota keluarga yang tinggal di rumah ini terpaksa harus menggunakan brondol sawit, karena kehabisan minyak atau bensin untuk menyalakan api pelita. Ketimbang harus membeli bensin untuk api pelita, lebih baik mencari sisa brondol yang masih dapat dimanfaatkan untuk dibakar dan jadi penerangan di rumah. 2

3 disebabkan listrik dari generator kampung yang sejak 2013 silam tidak beroperasi dikarenakan PLTMH mulai dibangun di Nek Sawak. Ketika di Dusun Nek Sawak sudah memanfaatkan PLTMH untuk menyalakan api, Dusun Landau akhirnya mulai mengikuti jejak masyarakat di Nek Sawak. PLTMH yang diidamkan hanya tinggal menunggu waktu, dan diharapkan akan selesai dibangun pada Hari Raya Natal di penghujung tahun Pengembangan PLTMH di kedua kampung tersebut, secara kapasitas jauh lebih baik dibandingkan listrik generator kampung. Oleh karena itu, masyarakat secara sukarela mau untuk berinvestasi demi terwujudnya listrik PLTMH. Harapannya listrik PLTMH ini mampu mengatasi jumlah permintaan listrik yang tinggi di kedua kampung ini. Sementara itu, PLTMH ini dapat digunakan secara kolektif oleh masyarakat. Keberhasilan PLTMH yang mampu digunakan secara kolektif ini dikarenakan mampu mengembangkan potensi sumber daya air yang selama ini mungkin tidak terpikirkan oleh masyarakat lokal. Wilayah permukiman mereka yang terletak di hulu Sungai Buayan memang memiliki potensi yang kaya untuk dimanfaatkan menjadi sumber daya listrik PLTMH. Aliran sungai yang deras, debit air sungai yang terjaga, banyaknya siling 3 menjadikan wilayah ini potensial untuk dikembangkan sumber energi terbarukan khususnya listrik PLTMH. Namun, terlepas dari sumber daya air sungai yang potensial untuk dikembangkan menjadi sumber energi. Saya melihat ada 3 Siling dalam istilah lokal orang desa digunakan untuk menyebut air terjun. Sling mulai ramai dieksplorasi di beberapa desa karena potensinya yang besar untuk memproduksi listrik yang dapat digunakan secara kolektif oleh masyarakat. 3

4 urgensi yang perlu untuk dibahas salah satunya aspek-aspek politik kultural masyarakat yang mendefinisikan sumber daya sebagai common property masyarakat. Mosse (2008) menyebutkan sumber daya air menjadi faktor produksi yang penting dalam kehidupan manusia. Sebagai faktor produksi sumber daya air sebagai common property masyarakat mulai bergeser pemanfaatannya. Sungai dan air di dalamnya yang dikonversi menjadi sumber energi/ listrik berpotensi dalam memuluskan proses privatisasi sumber daya tersebut. Sungai yang berpotensi digunakan menjadi sumber listrik tidak lagi digunakan secara komunal untuk semua masyarakat. Kepemilikan sumber energi ini didominasi kelompok masyarakat, dan mengeksklusi kelompok masyarakat yang berada di luar wilayahnya yang juga menginginkan manfaat yang sama. Pengelolaan sumber daya tersebut diprivatisasi, dimana secara investasi, koordinasi, dan regulasi membatasi sumber daya tersebut digunakan secara terbuka oleh masyarakat disekitarnya (2008: 942). Tentu saja dalam pengadaan sumber tenaga listrik PLTMH tidak muncul begitu saja muncul dan dibangun oleh masyarakat di pedesaan. Kebijakan energi dan ketenagalistrikan mulai intensif ketika program-program elektrifikasi pedesaan mencuat kembali dalam agenda pengembangan sektor energi nasional, salah satunya pengadaan jaringan listrik di wilayah terpencil dengan mengembangkan potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Masyarakat merasakan manfaat positif dari pengembangan sektor energi di permukimannya. Skema elektrifikasi nasional mendorong potensi dikembangkannya 4

5 sektor energi di wilayah terpencil. Permukiman di Nek Sawak, dan Landau merasakan dampak langsung dari kebijakan ini. Hanya saja ketika elektrifikasi tersebut berhasil dilaksanakan di kedua dusun ini, masih ada dusun lain yang belum memperoleh fasilitas yang sama. Oleh karena itu di dalam tesis ini berupaya untuk menguraikan bagaimana proses pengembangan energi dan kelistrikan di wilayah Melawi Makmur. Skema elektrifikasi di samping memberikan dampak langsung yang positif bagi masyarakat, akan tetapi ada proses peminggiran dan privatisasi yang akan membatasi kelompok masyarakat lain, yang juga menghendaki fasilitas publik yang sama. B. TINJAUAN PUSTAKA Winther (2008) melakukan studi mengenai elektrifikasi pedesaan di tengah intervensi industrialisasi, dan ekonomi global. Lebih jauh upaya elektrifikasi pedesaan, ternyata tidak sekedar berdampak pada sebuah persoalan mengenai teknologi seperti apa yang akan digunakan disebuah masyarakat. Akan tetapi menjelaskan relasi mutual, antara teknologi dengan masyarakat di suatu tempat. Relasi ini dapat berupa respons, terutama terhadap perubahan lingkungan, ekonomi, sosial yang terkait dengan konteks sustainibility energy. Fitur perubahan yang dimiliki oleh elektrifikasi pedesaan selanjutnya dijelaskan akan memberikan pengaruh yang signifikan pada mayoritas masyakat pedesaan yang sebagian besar 5

6 mata pencahariannya di sektor agrikultural. Elektrifikasi mempu mendukung perkembangan, maupun pembangunan pertanian, di mana kemudian peran signifikan ini selanjutnya akan menyediakan fasilitas-fasilitas lain, seperti penyediaan pasar, modal, dan aspek yang lain yang mendukung aktivitas pertanian masyarakatkat (Barnes & Binswanger, 1986) Pernyataan tersebut kemudian akan berkaitan pengembangan infrastruktur di pedesaan. Selain elektrifikasi menyumbangkan perubahan pada sektor infrastruktur. Pada studi lain, menurut Valunjkar elektrifikasi menjadi media yang yang paling efektif untuk mengakselerasi penyebaran bentuk-bentuk edukasi di wilayah pedesaan, di mana ala menjadi fasilitas dalam menghadapi proses modernisasi (Valunjkarpada sektor infrastrukpengembangan fasilitas pendidikan, yang kemudian erat kaitannya dengan elektrifikasi yang mempercepat (1968: 434). Dalam proses modernisasi seperti yang dinyatakan oleh Valunjkar, pada akhirnya aktivitas masyarakat akan memasuki tahap baru yaitu eleftrifikasi di pedesaan menciptakan peluang-peluang kerja yang baru dari proses modernisasi tersebut. Lebih lanjut, studi lain Jhirad (1987) melihat skema pembangunan elektrifikasi pedesaan, semacam listrik mikrohidro adalah langkah yang paling tepat untuk memenuhi target pemerataan listrik di pedesaan. Listrik mikrohidro pula menjadi bagian dari jaringan pembangkit listrik nasional yang lebih besar. Namun pada perkembangannnya, pembangunan listrik mikrohidro merupakan skema yang besar dari bentuk-bentuk desentralisasi pembangunan nasional. Tujuannya di 6

7 antaranya adalah untuk penghematan program elektrifikasi nasional, serta standarisasi proyek-proyek konstruksi dalam pembangunan infrastruktur pembangkit listrik skala kecil, seperti listrik mikrohidro. Penjelasan ini mirip dengan apa yang diteliti oleh Wood (2016), pengembangan dan pembangunan seperti pembangkit listrik tenaga air (mini/mikro), bahkan diklaim menjadi salah satu pembangunan yang terdesentralisasi pada negara-negara berkembang, yang kemudian dari jaringan listrik mini/mikro hidro ini tergabung dengan sistem jaringan listrik terpusat (central grid). Namun, desentralisasi memberikan kemudahan pada sektor rumah tangga ketika mengakses kebutuhan listrik, dikarenakan pembangunan listrik ini menjadi pembangunan semi padat-modal, yang cocok untuk diimplementasikan di negara-negara berkembang. Tulisan lain dari Akhil Gupta (2015) menjelaskan, electricity has no existance in nature. Melalui pernyataannya, listrik dalam pengetahuan masyarakat adalah bentuk simbol-simbol yang bagi mereka sebenarnya termanifestasi dalam bentuk lain yakni energi artifisial yang diproduksi dari sumber yang beragam, seperti tenaga air, tenaga nuklir, dan tenaga surya. Tidak mengabaikan studi mengenai proyek pengembangan listrik di Indonesia. Laksono, dkk. (1995) melalui tulisannya menguraikan perencanaan pembangunan PLTN di Indonesia terdapat permasalahan yang kompleks, yakni dengan kebijakan energi yang bersifat top-down ini dihadapi cukup problematis oleh masyarakat karena menyangkut kepentingan kolektif yang tumpang tindih antara stake holder dengan masyarakat. Salah satu kritik dalam bukunya ini menggaris 7

8 bawahi bagaimana konteks pembangunan dalam setiap idenya mengandung pemahaman-pemahaman yang umum dan taken for granted, bagaimana kebutuhan energi atau listrik pada satu wilayah ini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat (Laksono dkk, 1995). Merespon dari tulisan tersebut Wicaksono (2013) melihat listrik di pedesaan implementasinya ternyata mendorong adanya perubahanperubahan struktur politik-ekonomi masyarakat di pedesaan. Listrik menjadi sangat politis pada kenyataannya, dalam tulisannya memperlihatkan bagaimana setiap golongan masyarakat di wilayah Simego, Pekalongan, Jawa Tengah memiliki akses yang berbeda terhadap listrik, dan cenderung dikarenakan sumber daya kelistrikan di pedesaan tercipta bentuk stratifikasi sosial masyarakat yang didasarkan pada akses sumber dayanya. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan elektrifikasi pedesaan memberikan perubahan yang signifikan pada masyarakat, khususnya di pedesaan. aspek perubahannya pun dapat dikatakan seimbang, dimana manfaat positif dari elektrifikasi pada masyarakat pun cukup signifikan. Sementara dampak negatif dari perubahan masyarakat ini menjadi referensi yang penting untuk melihat perkembangan elektrifikasi pedesaan yang sekarang, potensi perubahaannya tidak hanya dalam pembentukan stratifikasi sosial yang baru. 8

9 C. RUMUSAN MASALAH Tesis ini akan mengangkat judul Pelita Padam, Air Menjadi Api: Studi Elektrifikasi Pedesaan di Desa Melawi Makmur, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Penelitian ini akan menjelaskan bagaimana respons terhadap perubahan yang dihadirkan oleh listrik PLTMH. Melalui respon tersebut selanjutnya sedapat mungkin akan menguraikan dan menganalisis bagaimana interaksi sosial-ekonomi masyarakat, dan perubahan yang terkait dengan gaya hidup, serta berubahnya relasi antara masyarakat, atau antara wilayah dusun. Sehingga penelitian ini akan menjawab pertanyaan, di antaranya, 1) Bagaimana cara masyarakat dalam merespon elektrifikasi pedesaan dan pembangunan PLTMH yang hadir di dalam urusan kehidupan mereka? 2) Dampak seperti apa saja yang kemudian muncul ketika listrik PLTMH di gunakan? 3) Mengapa PLTMH kemudian menjadi resource yang penting bagi masyarakat? D. KERANGKA PEMIKIRAN Tesis ini akan fokus pada sebuah pembahasan yang dekat dengan konsepkonsep energi, kelistrikan, yang terkait dengan konteks elektrifikasi pada perubahan sosial-ekonomi, dan kebudayaan masyarakat di Desa Melawi Makmur. Akan tetapi sebelum pembahasan yang lebih lanjut, saya akan menguraikan terlebih dahulu konsep-konsep yang akan saya gunakan. 9

10 White menjelaskan, Everything in the universe be described in term of energy. Galaxies, stars, molecules, and atom, may be regarded as organization of energy. Menurut White lebih spesifik lagi energi adalah bentuk satu kesatuan yang memiliki kapasitas untuk melakukan pekerjaan 4. Istilah energi ini kemudian memiliki definisi yang lebih luas sejak industrialisasi, yang dikaitkan dengan penemuan bahan bakar, dan mesin (Boyer, 2014: 311). Setelah itu energi memiliki definisi yang semakin luas, yang konsepnya digunakan pada beberapa konsep lain, seperti energi terbarukan (renewable energy), energi hijau (green energy), dan konsep lainnya yang berkaitan. Menjejaki dari penjelasan di atas konsep energi dalam tulisan ini difokuskan pada bentuk energi terbarukan sebagai salah satu bentuk baru energi (new form of energy) yang akan memproduksi listrik bersih (clean electricity) yang menggantikan bahan bakar fosil melalui elektrifikasi (Winther 2008: 2). Selanjutnya pernyataan ini akan mendukung untuk menjelaskan praktik atau program elektrifikasi yang diterapkan di wilayah ini. Elektrifikasi tidak sekedar akan mengaitkan pada deskripsi yang menjelaskan proses pemasangan tenaga listrik ke wilayah yang belum tersambung listrik, atau penggantian sumber kelistrikan. Elektrifikasi juga tidak hanya terbatas pada asumsi yang menyebutkan elektrifikasi sebagai upaya untuk meningkatkan kemakmuran (pengentasan kemiskinan dan kualitas hidup) di wilayah pedesaan (Campbell et al, 2016). Elektrifikasi sebagai proses akan menafsirkan 4 Energy and The Evolution of Culture, Lelie A. White (1943). 10

11 perubahan sosial, budaya, dan pergeseran politik yang terjadi di wilayah ini, dan usaha pembangunan ketenagalistrikan memicu perubahan, dan mengkonstruksi persepsi baru masyarakat tentang keberadaan listrik khususnya di wilayah pedesaan. Menurut Winther & Wilhite, elektrifikasi dapat dilihat sebagai proses konstruksi sosial yang didasarkan pada pola-pola mediasi hubungan sosial antara komunitas masyarakat. Bentuk-bentuk pembangunan PLTMH memberikan persepsi baru bahwa, the striking visibility of electric light helps electricity to effectively mark differences between places and groups. (2015: 574). Elektrifikasi menjadi bagian yang terintegrasi dalam program pembangunan, dan kebijakan energi di suatu Negara. Menurut Rawstron (1951) dan Spooner (1999), elektrifikasi terkait dengan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability development) yang tidak lepas dari isu politik ekonomi. Rawstron melihat listrik yang disediakan oleh Negara akan terpusat di wilayah-wilayah dengan aktivitas ekonomi, dan industri yang intensif (1951: 258). Sementara itu menurut Spooner, pembangunan sektor energi akan selalu diikuti aktivitas ekonomi industri yang produksi listriknya menjadi salah satu komoditas yang menguntungkan dan penting di pasar, sehingga listrik menjadi salah satu komoditas yang kemudian diprivatisasi oleh perusahaan milik Negara (1999: 69). Berlandaskan pemikiran tersebut kecenderungannya elektrifikasi di suatu negara akan dikendalikan oleh Negara, sehingga arah distribusi listrik implikasinya menyebabkan distribusi kelistrikan tidak merata, dan listrik sebagai salah satu representasi negara terlambat hadir di Desa Melawi Makmur. 11

12 Elektrifikasi pedesaan mengacu pada McAwley (1971), Munashinghe (1988), Outhred & Renastri (2015), dan Sambodo (2015) selalu menjadi agenda pembangunan nasional, dan menjadi tantangan tersendiri pada setiap rezim pemerintahan di Indonesia. McCawley (1971) menyebutkan perkembangan listrik di Indonesia mulai menggeliat pada masa kolonial. Tercatat pada tahun 1897 penjualan listrik pertama kali ke publik ada di wilayah Batavia, dan pada tahun 1900 sampai 1925 perusahaan listrik berdiri dan sektor negara mulai mengambil alih. Berikutnya, pada tahun 1961 biro pelayanan listrik dan gas dinasionalisasi, dengan dibentuknya BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara). Periode-periode berikutnya BPU-PLN pernah dihentikan dan kemudian ditata ulang (McCawley, 1971:81-115). Masih berkaitan dengan program elektrifikasi, menurut Sambodo (2015) tercatat sejak pada pemerintahan presiden Soeharto di era 70an dijalankan program Listrik Masuk Desa (LMD), program ini berjalan sampai pada tahun Dari itu Munasinghe (1988) menggarisbawahi program LMD ini hanya meningkatkan sebanyak 15 persen jumlah rumah tangga di Indonesia yang dapat mengakses listrik. Outhred dan Retnanestri mencatat krisis finansial Asia berdampak drastis pada proyek SHS (Solar Home System) Bank Dunia, yang juga dimulai pada 1997 (2015: 127). Pengembangan listrik di wilayah-wilayah pedesaan sejak saat itu menjadi agenda politik, meskipun berlandaskan pada ekonomi pembangunan. Pergeseran 12

13 struktur politik dan kelembagaan pada masa itu menghasilkan situasi dan tantangan tertentu pada proses elektrifikasi. Negara melalui PLN belum mengatasi persoalan kelistrikan di wilayah pedesaan. Absennya PLN di Desa Melawi Makmur kemudian mendorong masyarakat untuk mencari alternatif lain untuk memperoleh akses listrik. Melalui program PNPM, Pemerintah Kabupaten, dan menggandeng Swasta sebagai mitra akhirnya merealisasikan elektrifikasi di desa mereka, namun sayangnya elektrifikasi ini tetap belum menyediakan akses kelistrikan yang merata. PLTMH yang dibangun hanya menerangi rumah di Dusun Nek Sawak, dan Landau kemudian. Potensi kelistrikan yang dimiliki kedua dusun tersebut tidak dikembangkan sampai ke Dusun Suak Mansi. Kecenderungannya elektrifikasi di pedesaan meskipun sudah hadir di di tengah-tengah mereka, ternyata tidak menghilangkan potensi lain seperti privatisasi listrik di wilayah ini, salah satunya usaha kelistrikan ini menjadi sebuah media transformasi sosial-ekonomi yang melihat a process of remaking nature-social relation (Mansfield, 2008: 2). Merunut proses tersebut sumber daya yang telah dikomodifikasi dengan tujuannya untuk kepentingan bersama sebagai (common goods) ditekan oleh upaya privatisasi dan enclosure (pemagaran) terhadap sumber daya yang tersebut (De Angelis, 2004: 77-78). Kedua proses tersebut kemudian mempengaruhi struktur dan tatanan sosial masyarakat di desa, yang cenderung membentuk suatu ketimpangan di pedesaan yang ditentukan dari aksesnya terhadap listrik. 13

14 Sebagai bentuk penguasaan sumber daya, alih-alih untuk kepentingan bersama ternyata potensi ketimpangan tetap terjadi. Bergesernya tatanan dan struktur sosial juga disebabkan adanya dorongan pasar yang berpotensi memperbesar peluang ketimpangan (Wood, 2008). Pasar bukan sekedar pilihan atau peluang (opportunity), tetapi timbulnya kekuatan kapitalis melalui pasar yang bersifat memaksa (market imperative) (Wood, 1995). Menindaklanjuti dari penjelasan tersebut elektrifikasi pedesaan, tidak hanya mendorong terjadinya perubahan landcscape (geografis), gaya hidup (ekonomi), akan tetapi juga mempengaruhi ketidaksetaraan masyarakat yang hidup di wilayah pedesaan. Potensi inequality ini tidak hanya menyebabkan ketimpangan akses sumber daya. Listrik perkembangannya meskipun kecil berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Lambatnya pertumbuhan ekonomi disebabkan adanya ketidakseimbangan yang dibentuk dari cara ekonomi, sosial, dan aktor yang menghasilkan pilihan kolektif (Piketty, 2014). Hasilnya kemudian pemanfaatan energi dalam hal ini memunculkan kelompok yang dominan dalam pengelolaan dan penguasaan sumber daya. Sebagai tambahan usaha kelistrikan di pedesaan, memunculkan dua bentuk resiprositas, yakni resiprositas positif yang manfaatnya digunakan untuk memperluas akses kelistrikan masyarakat. dan kemudian resiprositas negatif di mana adanya potensi ketimpangan ketika kelistrikan memunculkan dominasi yang dilakukan oleh kelompok masyarakat, khususnya di Desa Melawi Makmur, sehingga penulisan tesis 14

15 ini diharapkan dapat menggambarkan bagaimana diskursus mengenai pembangunan PLTMH yang saya lihat menjadi problematis di wilayah pedesaan. E. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di desa Melawi Makmur, Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Saya melakukan kerja lapangan dari tanggal 1 Mei 2015 sampai dengan 31 Juli Pemilihan desa penelitian, lebih dipertimbangkan karena beberapa hal: 1) elektrifikasi baru dilaksanakan di desa Melawi Makmur, tepatnya di Dusun Nek Sawak dan Dusun Landau yang letaknya berseberangan, 2) lokasi Dusun Landau pada saat itu masih dalam proses pembangunan PLTMH, 3) target elektrifikasi melalui PLTMH cenderung pada lokasi yang berada di pedalaman seperti yang dilaksanakan di Desa Melawi Makmur. Gambar 1. Lokasi Desa Melawi Makmur 15

16 Gambar 2. Lokasi Dusun Nek Sawak dan Dusun Landau Dalam penelitian ini saya melakukan pengumpulan data secara primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan mencari data di lapangan secara langsung melalui observasi partisipasi, dengan wawancara mendalam (indepth interview), survei rumah tangga sederhana, dan penggunaan GPS untuk mendapatkan data geografis yang akan digunakan sebagai informasi geografis lokasi PLTMH, dan permukiman yang mendapatkan listrik dari PLTMH. Sementara data sekunder saya dapatkan dengan melihat data kependudukan desa, data dari pengurus PLTMH, dan data dari buku-buku catatan pemilik generator listrik. Pemilihan informan dalam penelitian ini berawal dari observasi lapangan. Selama kurun waktu tiga bulan, saya membaginya ke dalam beberapa target. Tahap awal yakni melakukan observasi, dari observasi tersebut ditemukan masalah dan aktor-aktor yang berpotensi untuk memberikan informasi secara 16

17 mendalam. Dalam menemukan informan dari satu ke informan lain ini saya menggunakan metode snowball sampling, di mana dalam menemukan informan mengalir dari informan satu ke informan yang lain yang berkaitan dengan data yang dikumpulkan akan semakin lengkap. Informan yang saya temui di antaranya: 1) masyarakat di Dusun Nek Sawak dan Landau selaku pengguna, dan pelanggan listrik PLTMH, 2) pengurus PLTMH selaku pengelola listrik PLTMH yang bersinggungan langsung, 3) pemilik generator listrik kampung, selaku penyedia listrik kolektif pertama di kampung, 4) tokoh desa, dimulai dari Kepala Dusun, Ketua BPD, dan Kepala Desa. 17

BAB V KESIMPULAN. industrialisasi menjadi salah satu fenomena urban yang didasarkan pada produksi

BAB V KESIMPULAN. industrialisasi menjadi salah satu fenomena urban yang didasarkan pada produksi BAB V KESIMPULAN Proses transformasi sosial ekonomi masyarakat terkait dengan proses industrialisasi menjadi salah satu fenomena urban yang didasarkan pada produksi energi fosil. Proses ini tidak terpisah

Lebih terperinci

MENUJU RASIO ELEKTRIFIKASI 99 PERSEN PADA 2019

MENUJU RASIO ELEKTRIFIKASI 99 PERSEN PADA 2019 15-05-2018 1/9 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Artikel ini diambil dari : www.depkes.go.id MENUJU RASIO ELEKTRIFIKASI 99 PERSEN PADA 2019 DIPUBLIKASIKAN PADA : JUMAT, 27 APRIL 2018 00:00:00, DIBACA

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan air, maka bumi menjadi planet

BAB I. PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan air, maka bumi menjadi planet BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam esensial, yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan air, maka bumi menjadi planet dalam tata surya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan peradaban manusia, tidak hanya berkaitan dengan masalahmasalah sosial ekonomi, politik, regulasi dan lingkungan, namun juga terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014 Rancang Bangun Simulator Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014 Rancang Bangun Simulator Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi di era modern ini terus berkembang dengan pesat. Teknologi telah menjadi bagian dari hidup manusia sejak dulu, hal ini telah

Lebih terperinci

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat 37 Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat M. Iqbal Arsyad Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura iqbalarsyad@yahoo.co.id Abstract Electrical sector plays important

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK MASYARAKA ARAKAT MISKIN Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang

BAB I PENDAHULUAN. (hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan potensi sumber energi yang besar, karena pada air tersimpan energi potensial (pada air jatuh) dan energi kinetik (pada air mengalir). Tenaga air (hydropower)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat sekarang. Baik di sektor rumah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat sekarang. Baik di sektor rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik menjadi kebutuhan primer dan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sekarang. Baik di sektor rumah tangga maupun sektor industri yang mengandalkan

Lebih terperinci

PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR

PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh : M. Taufik Adraen Sekretariat : Jl. Arif Rahman Hakim No. 101 Kupang Telp/fax. (0380)

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK Ir. Linggi Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011 - Perorangan S A R I Linggi adalah salah seorang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dalam tesis ini menguraikan latar belakang dilakukannya penelitian dimana akan dibahas mengenai potensi sumber daya panas bumi di Indonesia, kegiatan pengembangan panas

Lebih terperinci

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH Abstrak Dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, PLN telah melakukan banyak upaya untuk mencapai target yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pedesaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memfokuskan diri pada masalah kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau yang mencapai ribuan. Dari sekian banyak pulau tersebut belum semua pulau yang dihuni manusia dapat menikmati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan energi listrik semakin hari semakin meningkat, baik untuk konsumsi beban skala kecil seperti rumah tangga maupun untuk skala besar seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah pemadaman listrik secara bergilir yang masih saja kita rasakan di

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah pemadaman listrik secara bergilir yang masih saja kita rasakan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan energi listrik di Indonesia masih belum mencukupi. Sebagai contoh adalah pemadaman listrik secara bergilir yang masih saja kita rasakan di berbagai wilayah

Lebih terperinci

renewable energy and technology solutions

renewable energy and technology solutions renewable energy and technology solutions PT. REKAYASA ENERGI TERBARUKAN Pendahuluan Menjadi perusahaan energi terbarukan terbaik di Indonesia dan dapat memasuki pasar global serta berperan serta membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era saat ini energi baru dan terbarukan mulai mendapat perhatian sejak terjadinya krisis energi dunia yaitu pada tahun 70-an dan salah satu energi itu adalah energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencukupi. Sebagai contoh adalah sering nya terjadi pemadaman pada listrik secara

BAB I PENDAHULUAN. mencukupi. Sebagai contoh adalah sering nya terjadi pemadaman pada listrik secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui suatu kebutuhan energy listrik di Indonesia masih belum mencukupi. Sebagai contoh adalah sering nya terjadi pemadaman pada listrik secara bergilir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Saat ini, listrik merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Listrik dibutuhkan tidak hanya untuk penerangan, melainkan juga untuk melakukan aktivitas

Lebih terperinci

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA 9 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin berkembang menjadi kebutuhan yang tak terpisahkan dari kebutuhan masyarakat sehari-hari seiring

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Natalitas (kelahiran) yang terjadi setiap hari tentu menambah jumlah populasi manusia di muka bumi ini. Tahun 2008 ini populasi penduduk Indonesia menduduki peringkat 4 setelah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Analisis Ekonomi dan Kebijakan Bisnis Pemanfaatan Gas Bumi di Indonesia dilatarbelakangi oleh rencana Pemerintah merealokasi pemanfaatan produksi gas bumi yang lebih

Lebih terperinci

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System P R O P O S A L CV. SURYA SUMUNAR adalah perusahaan swasta yang bergerak dibidang pengadaan dan penjualan energi listrik dengan menggunakan tenaga surya (matahari) sebagai sumber energi utamanya. Kami

Lebih terperinci

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

Indonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik

Indonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik PDS terjemahan ini didasarkan pada versi Inggrisnya yang bertanggal 28 Oktober 2016. Indonesia: Akses Energi erkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik Nama Akses Energi erkelanjutan

Lebih terperinci

ENERGI DAN KESEJAHTERAAN

ENERGI DAN KESEJAHTERAAN ENERGI DAN KESEJAHTERAAN Saat ini tidak ada negara yang berhasil secara substansial mengurangi kemiskinan tanpa meningkatkan effesiensi penggunaan energi. Energi modern berpengaruh besar dalam pengentasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan kebutuhan penting bagi manusia, khususnya energi listrik, energi listrik terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan akan energi hampir semua negara meningkat secara sinigfikan. Tetapi jika dilihat dari energi yang dapat dihasilkan sangat terbatas dan juga masih sangat mahal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2006 lalu, Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 5 mengenai Kebijakan Energi Nasional yang bertujuan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam

Lebih terperinci

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR Heru Husaini Mahasiswa Program Doktor Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) Abstrak Setelah enam puluh dua tahun Indonesia merdeka, masih terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per tahun. Hal ini untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang ratarata 6% per tahun. Setiap tahun

Lebih terperinci

Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat dalam Berbagai Thema Proyek Kemakmuran Hijau Jendela-2

Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat dalam Berbagai Thema Proyek Kemakmuran Hijau Jendela-2 Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat dalam Berbagai Thema Proyek Kemakmuran Hijau Jendela-2 Ada Banyak Pengertian Sumber Daya Alam Sumber Daya Alam adalah potensi alam yg dapat dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan rejim ekonomi politik di Indonesia yang terjadi satu dasawarsa terakhir dalam beberapa hal masih menyisakan beberapa permasalahan mendasar di negeri ini.

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

secara prinsip penggunaan energi di lingkungan hunian penduduk akan meningkat seiring dengan kepadatan rumah.

secara prinsip penggunaan energi di lingkungan hunian penduduk akan meningkat seiring dengan kepadatan rumah. Sumber penerangan utama yang digunakan oleh rumah tangga menjadi salah satu indikator kemiskinan yang digunakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik). Rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu memecahkan masalah-masalah sosial ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan menyatakan pada pasal 4 ayat 2 bahwa badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat dapat berpatisipasi dalam

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA

IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA Aan Zainal M 1), Udisubakti Ciptomulyono 2) dan I K Gunarta 3) 1) Program Studi Magister Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi kelistrikan nasional berdasarkan catatan yang ada di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral hingga akhir 2014 menunjukkan total kapasitas terpasang pembangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat air bagi kehidupan kita antara

Lebih terperinci

Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik. Toha Ardi Nugraha

Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik. Toha Ardi Nugraha Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik Toha Ardi Nugraha Program/Tahapan Manajemen Energi (Craig B. Smith,1981) Tahap inisiasi : Komitmen manajemen; Koordinator manajemen energi; Komite manajemen

Lebih terperinci

Setelah sesi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dengan baik tentang kegiatan, pendekatan, dan persyaratan yang ada pada Jendela-2: Pengelolaan

Setelah sesi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dengan baik tentang kegiatan, pendekatan, dan persyaratan yang ada pada Jendela-2: Pengelolaan Setelah sesi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dengan baik tentang kegiatan, pendekatan, dan persyaratan yang ada pada Jendela-2: Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM) dari Proyek

Lebih terperinci

Bab PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Bab PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Letak geografis Negara Indonesia berada pada daerah tropis yang terdiri dari kepulauan yang tersebar dan memiliki sumber daya alam yang sangat menguntungkan, antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar fosil sebagai bahan bakar pembangkitannya. meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus-menerus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar fosil sebagai bahan bakar pembangkitannya. meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus-menerus meningkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan energi yang tersimpan dalam arus listrik, dimana energi listrik ini sangat dibutuhkan untuk menghidupkan peralatan elektronik yang menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas akan semakin meningkat. Pada beberapa dasawarsa mendatang, kita harus mengurangi ketergantungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah merupakan suatu manifestasi yang diraih oleh masyarakat tersebut yang diperoleh dari berbagai upaya, termasuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA MELAWI MAKMUR KECAMATAN MELIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA MELAWI MAKMUR KECAMATAN MELIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA MELAWI MAKMUR KECAMATAN MELIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SANGGAU, Menimbang : a. bahwa dalam upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik serta pola pikir masyarakat yang lebih mengutamakan budaya turun

BAB I PENDAHULUAN. yang baik serta pola pikir masyarakat yang lebih mengutamakan budaya turun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Curug Sigay adalah sebuah air terjun setinggi 10 meter yang terletak di kelurahan Isola, kecamatan Sukasari kota Bandung, Jawa Barat. Terletak diantara pemukiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan dirinya dari ketergantungan terhadap energi. Gerak pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan dirinya dari ketergantungan terhadap energi. Gerak pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia di muka bumi, sejak dari awal mulanya tidak dapat melepaskan dirinya dari ketergantungan terhadap energi. Gerak pembangunan yang sedang dilaksanakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

PROYEK KEMAKMURAN HIJAU

PROYEK KEMAKMURAN HIJAU PROYEK KEMAKMURAN HIJAU Pendahuluan Aktivitas 1 PLUP Aktivitas 2 TAPP Aktivitas 3 Fasilitas Kemakmuran Hijau Jendela 1 Jendela 2 Jendela 3 Aktivitas 4 Pengetahuan Hijau Periode penting KH mendukung program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan energi listrik di dalam kehidupan manusia saat ini sangat penting. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik setiap tahunnya. Namun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu paradigma pembangunan perdesaan yang bersifat bottom-up

I. PENDAHULUAN. Salah satu paradigma pembangunan perdesaan yang bersifat bottom-up I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu paradigma pembangunan perdesaan yang bersifat bottom-up dikenal dengan istilah pendekatan pembangunan endogen untuk pedesaan (endegoneous rural development

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN BIDANG PENINGKATAN DI DAERAH TERTINGGAL

ARAH KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN BIDANG PENINGKATAN DI DAERAH TERTINGGAL Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal ARAH KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN BIDANG PENINGKATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DAERAH TERTINGGAL WORKSHOP PERAN PV DALAM PENYEDIAAN ENERGI LISTRIK

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Energi ramah lingkungan atau energi hijau (Inggris: green energy) adalah suatu istilah yang menjelaskan apa yang dianggap sebagai sumber energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Krisis energi telah terjadi pada zaman ini hal ini terjadi di negara maju maupun berkembang, beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya krisis energi diantaranya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum

Lebih terperinci

ton gas karbondioksida per tahun karena pembangkit tidak menggunakan bahan bakar fosil (EPA, dalam makalah kolokium 2011).

ton gas karbondioksida per tahun karena pembangkit tidak menggunakan bahan bakar fosil (EPA, dalam makalah kolokium 2011). SUMBER DAYA AIR Latar Belakang P emanfaatan aliran air sungai sebagai sumber energi di pedesaan telah menjadi alternatif ditengah keterbatasan kemampuan PLN. Diperkirakan hingga 10 tahun ke depan penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia adalah masalah energi. Saat ini Indonesia telah mengalami krisis energi

Lebih terperinci

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan dengan mengacu pada hipotesa yang peneliti tentukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut: pertama, Kausalitas

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

Tulisan ini adalah catatan yang dapat dibagikan dari hasil pertemuan tersebut.

Tulisan ini adalah catatan yang dapat dibagikan dari hasil pertemuan tersebut. Transisi energi Indonesia untuk pencapaian target energi baru dan terbarukan dalam bauran energi primer tahun 2025: belajar dari program Energiewende di Jerman Oleh: Erina Mursanti. Ditulis September 2015.

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DI INDONESIA: KEBIJAKAN, RENCANA DAN PENDANAAN Jakarta, 20 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KONDISI SAAT INI Kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sulit untuk diselesaikan PT.PLN (Persero). Masalah tidak hanya berasal dari tidak

I. PENDAHULUAN. sulit untuk diselesaikan PT.PLN (Persero). Masalah tidak hanya berasal dari tidak I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pengadaan listrik di daerah terpencil dan kepulauan tergolong sulit untuk diselesaikan PT.PLN (Persero). Masalah tidak hanya berasal dari tidak sanggupnya pembangkit

Lebih terperinci

Sepeda Motor Listrik Tenaga Matahari dengan Metode Wireless Energy Transfer

Sepeda Motor Listrik Tenaga Matahari dengan Metode Wireless Energy Transfer Sepeda Listrik Tenaga Matahari dengan Metode Wireless Energy Transfer Wijaya Widjanarka Natasaputra 1*,Sukris Sutiyatno 2 1,2 Teknik Informatika, STMIK Bina Patria Magelang Email: wijaya_widjanarka@yahoo.co.id

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan mempunyai potensi energi air yang besar. Penggunaan PLTMh sebagai energi alternatif yang cost friendly,

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan mempunyai potensi energi air yang besar. Penggunaan PLTMh sebagai energi alternatif yang cost friendly, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Energi listrik memiliki peranan yang sangat penting dalam usaha meningkatkan mutu kehidupan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Keterbatasan penyediaan energi listrik

Lebih terperinci

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact Oleh : Arief Setyadi Persyaratan Gender dalam Program Compact Perempuan Bekerja Menyiangi Sawah (Foto: Aji) Program Compact memiliki 5 persyaratan pokok, yakni: 1. Analisis ERR di atas 10%, 2. Analisis

Lebih terperinci

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) Oleh Ir. EDDY SAPUTRA SALIM, M.Si Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara PADA ACARA SOSIALISASI RENCANA UMUM

Lebih terperinci

TABEL 4.1 KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

TABEL 4.1 KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TABEL 4. KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Visi Pengelolaan energi dan mineral yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber energi masa depan kita sulit diprediksi termasuk kebutuhan akan sumber energi listrik. Energi listrik tidak dapat diciptakan begitu saja, diperlukan

Lebih terperinci

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL KANTOR WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL Dr. Bambang Widianto Deputi Bidang

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kebutuhan tenaga listrik dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa energi listrik memiliki peran yang strategis dalam mendukung kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan daerah pemekaran yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Penajam Paser Utara

Lebih terperinci

LUMBUNG ENERGI DAN LISTRIK. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011 S A R I

LUMBUNG ENERGI DAN LISTRIK. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011 S A R I LUMBUNG ENERGI DAN LISTRIK Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011 S A R I Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan adalah salah satu Penerima Penghargaan

Lebih terperinci

SUSTAINABLE DEVELOPMENT THROUGH GREEN ECONOMY AND GREEN JOBS

SUSTAINABLE DEVELOPMENT THROUGH GREEN ECONOMY AND GREEN JOBS SUSTAINABLE DEVELOPMENT THROUGH GREEN ECONOMY AND GREEN JOBS BY : SHINTA WIDJAJA KAMDANI JAKARTA, FEBRUARY 24 TH 2015 APAKAH ITU EKONOMI HIJAU? Ekonomi Hijau : - Peningkatan kualitas hidup & kesetaraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi masyarakat. Salah satu manfaatnya adalah untuk. penerangan. Keadaan kelistrikan di Indonesia sekarang ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi masyarakat. Salah satu manfaatnya adalah untuk. penerangan. Keadaan kelistrikan di Indonesia sekarang ini sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan energi yang mempunyai peranan penting bagi masyarakat. Salah satu manfaatnya adalah untuk penerangan. Keadaan kelistrikan di Indonesia sekarang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu tumbuh terciptanya sarana dan prasarana insfrastuktur yang harus memadai untuk kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Mereka menggantungkan hidupnya dari hasil bercocok tanam atau

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang mengunakan energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources)

Lebih terperinci