BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella yang"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Seluk Beluk Novel Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella yang dalam bahasa Jerman disebut novelle. Secara harfiah, novella berarti sebuah barang baru yang kecil. Kemudian dalam perkembangannya, istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah novelet di Indonesia (Inggris novelette) yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2013:11-12). Novel berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi, misalnya surat,biografi, kronik, atau sejarah. Jadi novel berkembang dari dokumendokumen, dan secara stilistika menekankan pentingnya detail dan bersifat mimesis. Novel lebih mengacu pada realitas yang lebih tinggi dan psikologi yang lebih mendalam (Nurgiyantoro, 2013:18). Menurut Clara Reeve (Wellek dan Warren, 2014:260), novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel itu ditulis. Sedangkan menurut Kosasih (2012:60), novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Dari beberapa pengertian yang diungkapkan oleh beberapa pakar tersebut, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa novel adalah sebuah karya sastra yang bersifat fiksi dalam bentuk tulisan/kata-kata dan berkisah tentang kehidupan 8

2 9 tokoh dengan segala unsur instrinsik dan ekstrinsiknya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan novel Hujan Bulan Juni. Sebuah novel karya Sapardi Djoko Damono yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada Juni Novel setebal 135 halaman ini menceritakan tentang kehidupan antara dua sejoli (Sarwono dan Pingkan) yang penuh liku. Di dalam tulisannya Sapardi Djoko Damono tetaplah memunculkan ciri khasnya yang lihai dalam membuat kalimat. Banyak kalimat yang terbaca seperti sebuah syair dalam setiap percakapan. Muncul juga beberapa kalimat percakapan yang menggunakan bahasa Jawa di dalam novel ini. Disispkan juga beberapa bait puisi yang menambah bumbu romantika dalam sebuah kehidupan dan hubungan. 2.2 Unsur Intrinsik Novel Secara garis besar, novel terdiri atas bagian perkenalan, konflik, dan penutup. Struktur tersebut berhubungan erat dengan unsur-unsur intrinsik. Nurgiyantoro (2013:30) menjelaskan bahwa, unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Stanton (Nurgiyantoro, 2013:31) membedakan unsur pembangun sebuah novel ke dalam tiga bagian: fakta, tema, dan sarana pengucapan (sastra). Fakta (facts) dalam sebuah cerita meliputi karakter (tokoh cerita), plot, latar. Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Sedangkan sarana pengucapan sastra adalah teknik yang digunakan untuk memillih dan menyusun detail-detail cerita menjadi suatu pola yang bermakna. Secara umum, unsur intrinsik terdiri dari: tema, amanat, tokoh dan penokohan, plot, latar, gaya bahasa, dan sudut pandang. Akantetapi dalam

3 10 penelitian ini hanya akan difokuskan pada enam unsur yang mewakili keseluruhan sebuah novel, yakni: tema, amanat, alur, latar, tokoh dan penokohan serta sudut pandang Tema Stanton dan Kenny (Nurgiyantoro, 2013:114) mengemukakan bahwa tema (theme) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Menurut Sudjiman (Rokhmansyah, 2014:33), tema adalah gagasan, ide atau pilihan utama yang mendasari suatu karya sastra itu. Sedangkan Sumardjo (Rokhmansyah, 2014:33), mendefinisikan tema sebagai ide sebuah cerita, pengarang dalam tulisannya tidak hanya bercerita melainkan mengatakan sesuatu kepada pembaca. Jadi, dapat dikatakan bahwa tema merupakan ide pokok sebuah cerita. Kosasih (2012:60) berpendapat bahwa tema sebagai gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut segala persoalan, baik masalah kemanusiaan, kasih sayang, politik, dan sebagainya. Kemudian Hartoko dan Rahmanto (Nurgiyantoro, 2013:115) menjelaskan tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan. Di lain pihak Baldic (Nurgiyantoro, 2014:115) mengemukakan bahwa tema adalah gagasan abstrak utama yang terdapat dalam sebuah karya sastra atau yang secara berulang-ulang dimunculkan, baik secara eksplisit maupun implisit lewat pengulangan motif. Kosasih (2012:62-63) mengemukakan tiga aspek yang dapat dilihat untuk menemukan tema yakni: (1) Melalui alur cerita, biasanya, pengarang menggunakan alur cerita untuk membimbing pembaca menuju tema pada sebuah cerita tersebut. Alur merupakan

4 11 rangkaian peristiwa dalam cerita yang diurutkan berdasarkan peristiwa sebab akibat, yakni peristiwa A mengakibatkan peristiwa B, dan peristiwa B merupakan akibat dari peristiwa A. Dari rangkaian peristiwa-peristiwa, maka akan kita temukan sebuah tema dari karya sastra tersebut. (2) Melalui tokoh cerita, selain alur, penokohan juga biasa digunakan pengarang untuk menyalurkan tema. Sifat-sifat yang ada pada tokoh cerita dapat digunakan pengarang untuk menggambarkan tema cerita. Tokoh antagonis biasanya dipertentangkan dengan tokoh protagonis. Jika pengarang ingin menunjukkan tema bahwa kebaikan pasti akan menang, maka pengarang dapat melumpuhkan tokoh antagonis. Atau sebaliknya, kebaikan tidak selamanya benar, maka pengarang dapat melumpuhkan tokoh protagonis. (3) Melalui bahasa yang digunakan pengarang, bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam ceritanya juga dapat dipakai untuk menemukan tema. Melalui kalimat atau dialog tokoh-tokoh dalam cerita dan komentar pengarang terhadap peristiwa-peristiwa dapat dirumuskan sebagai tema sebuah karya sastra Amanat Amanat merupakan pesan yang terdapat dalam sebuah cerita dan ingin disampaikan kepada para pembaca. Kosasih (2012:71) menyatakan Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Zulfahnur (1997:26) menyatakan amanat dapat diartikan berupa ide, gagasan, ajaran moral, dan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan atau dikemukakan pengarang lewat cerita. Amanat sangat erat hubungannya dengan tema. Dari beberapa penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa pengertian amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui hasil karyanya kepada pembaca yang bertujuan untuk memberikan pengaruh dan perubahan kepada pembaca sesuai dengan apa yang menjadi tujuan pengarang Alur Stanton (Nurgiyantoro, 2013:167) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lainnya. Kemudian Kenny (Nurgiyantoro, 2013:167)

5 12 mengemukakan plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang bersifat sederhana karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Jadi, alur dalam suatu rangkaian cerita disusun berdasarkan urutan sebab-akibat. Hal ini diperjelas dalam pendapat Kosasih (2012:63) bahwa alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Menurut Sumardjo (Rokhmansyah, 2014:37) menjelaskan bahwa inti dari alur ialah konflik yang dibagi ke dalam elemen-elemen berikut: pengenalan, timbulnya konflik, konflik, konflik memuncak, klimaks, dan pemecahan soal. Secara umum alur dapat dibagi ke dalam lima bagian, yaitu: (1) Pengenalan situasi cerita (exposition), dalam bagian ini pengarang memperkenalkan tokoh-tokoh, menata adegan, dan hubungan antartokoh, (2) Pengungkapan peristiwa (complication), dalam bagian ini ditunjukkan bagianbagian yang menjadi awal munculnya suatu permasalahan, (3) Menuju pada adanya konflik (rising action), yakni peningkatan situasi yang menyebabkan suatu konflik, (4) Puncak konflik (turning point), yakni bagian yang menentukan nasib beberapa tokoh. Bagian ini dikenal juga dengan istilah klimaks, (5) Penyelesaian (ending), merupakan bagian akhir dari suatu cerita. Pengarang biasanya menjelaskan bagaimana nasib para tokoh setelah terjadinya klimaks atau pengarang bisa juga menyerahkan akhir cerita kepada pembaca dengan tidak ada penyelesaian. Menurut Hayati (1990:10-11) alur dapat dibagi berdasarkan kategori kausal dan kondisinya. Berdasarkan kausalnya alur dapat dibedakan atas (1) alur urutan (episodik), (2) alur mundur (flashback), dan (3) alur campuran (elektrik). Berdasarkan kondisinya, alur dapat dibedakan atas (1) alur buka, (2) alur tengah, (3) alur puncak, dan (4) alur tutup. 1. Alur cerita dikatakan alur urutan (episodik) apabila peristiwa-peristiwa yang ada disusun berdasarkan urutan sebab akibat, kronologis (sesuai dengan urutan waktu), tempat atau hierarkis.

6 13 2. Alur cerita dikatakan alur mundur (flashback)apabila peristiwa-peristiwa yang ada disusun berdasarkan akibat sebab, waktu kini ke masa lampau. 3. Alur cerita dikatakan alur campuran (elektik) apabila peristiwa-peristiwa yang ada disusun secara campuran antara sebab akibat, waktu kini ke waktu lampau dan waktu lampau ke waktu kini. 4. Alur buka yaitu rangkaian peristiwa yang dianggap sebagai kondisi mula yang akan dilanjutkan dengan kondisi berikutnya. 5. Alur tengah yaitu rangkaian peristiwa yang dianggap sebagai kondisi yang mulai bergerak ke arah kondisi puncak. 6. Alu puncak yaitu rangkai peristiwa yang dianggap sebagai kondisi klimaks dari sekian banyak rangkaian peristiwa yang ada pada cerita itu. 7. Alur tutup yaitu rangkai peristiwa yang dianggap sebagai kondisi yang mulai bergerak ke arah penyelesaian atau pemecahan dari kondisi klimaks Latar atau Setting Menurut Semi (Rokhmansyah, 2014:38), setting adalah lingkungan tempat terjadinya peristiwa. Abrams (Nurgiyantoro, 2013:302) menjelaskan bahwa latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Sedangkan Kosasih (2012:67) menyebutkan bahwa latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam suatu cerita. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau bisa pula bersifat imajiner. Menurut Nurgiyantoro (2013: ), unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial-budaya. Walau masing-

7 14 masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, ketiga unsur itu pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Jadi, pembicaraan secara terpisah hanya bersifat teknis dan untuk memudahkan saja. 1) Latar Tempat Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat yang dijumpai dalam dunia nyata. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau paling tidak, tidak bertentangan dengan sifat dari keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Latar tempat dalam sebuah novel biasanya meliputi berbagai lokasi. Ia akan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain sejalan dengan perkembangan plot. Namun, banyak atau sedikitnya latar tempat tidak berhubungan dengan kadar kelitereran karya yang bersangkutan. Keberhasilan latar tempat lebih ditentukan oleh ketepatan deskripsi, fungsi, dan keterpaduannya dengan unsur latar yang lain sehingga semuanya bersifat saling mengisi. Keberhasilan penampilan unsur latar itu sendiri antara lain dilihat dari segi koherensinya dengan unsur fiksi lain dan dengan tuntutan cerita secara keseluruhan.

8 15 2) Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam suasana cerita. Pembaca berusaha memahami dan menikmati cerita berdasarkan acuan waktu yang diketahuinya yang berasal dari luar cerita berdasarkan acuan waktu yang diketahuinya yang berasal dari luar cerita yang bersangkutan. Adanya persamaan perkembangan dan atau kesejalanan waktu tersebut juga dimanfaatkan untuk mengesani pembaca seolah-olah cerita itu sebagai sungguh-sungguh ada dan terjadi. 3) Latar Sosial-budaya Latar sosial-budaya merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain. Di samping itu, latar sosialbudaya juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

9 Tokoh dan Penokohan Menurut Aminuddin (Rokhmansyah, 2014:34), tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Nurgiyantoro (2013:247) menambahkan bahwa istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Selanjutnya Sudjiman (Rokhmansyah, 2014:34) berpendapat bahwa Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlaku andil dalam berbagai peristiwa cerita. Sejalan dengan itu, Abrams (Rokhmansyah, 2014:34) menjelaskan Tokoh cerita merupakan orangorang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca kualitas moral dan kecenderungan-kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan merupakan cara pengarang mengembangkan karakter pada tokoh cerita. Menurut Rokhmansyah (2014:34), Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. Sudjiman (Rokhmansyah, 2014:34) menyamakan istilah penokohan dengan watak atau perwatakan, yakni kualitas nalar dan jiwa tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain. Berdasarkan perbedaan dan tinjauan tertentu, Nurgiyantoro (2013: ) membagi tokoh ke dalam beberapa kategori, yaitu sebagai berikut Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan Berdasarkan peran dan pentingnya seorang tokoh dalam cerita fiksi secara keseluruhan dibedakan atas: tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama (central character) adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam

10 17 novel yang bersangkutan. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang mendukung adanya tokoh utama, biasanya pemunculannya diabaikan dan kurang mendapat perhatian. Pembedaan tokoh dalam cerita tidak dapat dilakukan secara eksak, melainkan pembedaan itu bersifat gradasi karena kadar keutamaan tokoh-tokoh itu bertingkat: tokoh utama (yang) utama, tokoh utama tambahan, tokoh tambahan (periferal) utama, dan tokoh tambahan (yang memang) tambahan Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis Tokoh protagonis adalah tokoh yang oleh pembaca dianggap sebagai tokoh baik atau tokoh yang dikagumi. Sedangkan tokoh antagonis adalah kebalikan dari tokoh protagonis, yaitu tokoh jahat yang menjadi musuh dari tokoh baik. Keberhasilan tokoh protagonis tergantung pada kehebatan tokoh antagonis dalam membangun konflik-konflik dalam sebuah cerita. Hal ini dilihat dari pembedaan tokoh berdasarkan fungsi penampilan tokoh Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat Pembedaan tokoh berdasarkan perwatakannya dibagi menjadi dua, yaitu tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi. Sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Tokoh bulat disebut juga dengan tokoh kompleks Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokohtokoh dalam cerita dibagi menjadi dua, yaitu tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh cerita yang tidak mengalami perubahan atau

11 18 perkembangan watak sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam cerita. Sedangkan tokoh berkembang merupakan kebalikan dari tokoh statis. Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan watak sejalan dengan perkembangan peristiwa di dalam cerita Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit menampilkan keadaan individualitas dan lebih menonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaan untuk mewakili sifat tokoh tersebut. Sedangkan tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Pembedaan tokoh ini didasarkan pada kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap sekelompok manusia dari dunia nyata. Penokohan dapat diwujudkan secara langsung dan tidak langsung. Kosasih (2012:68) mengemukakan ada dua teknik yang dapat digunakan untuk menggambarkan karakter seorang tokoh yaitu : (1) Teknik analitik, karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang.(2) Teknik dramatik, karakter tokoh dikemukakan melalui: penggambaran fisik dan perilaku tokoh, penggambaran lingkungan kehidupan tokoh, penggambaran tata kebahasaan tokoh, pengungkapan jalan pikiran tokoh, dan penggambaran oleh tokoh lain. Menurut Ahadiat (2007:36) penokohan ialah bagaimana cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah prosa. Ada beberapa cara dalam menggambarkan tokoh-tokoh, yaitu: (a) Secara analitik, maksudnya adalah pengarang langsung menceritakan bagaimana watak tokoh-tokohnya; (b) secara dramatik, maksudnya adalah pengarang tidak langsung menceritakan bagaimana watak tokoh-tokoh dalam cerita, misalnya melalui penggambaran tempat dan lingkungan tokoh, bentuk-bentuk lahir (potongan tubuh dan sebagainya) melalui percakapan (dialog) melalui perbuatan sang tokoh. Jadi, dalam penelitian ini peneliti hanya memfokuskan kajian tokoh dan penokohan pada tokoh utama dan tokoh tambahan dengan menggunakan teknik

12 19 analitik dan teknik dramatik. Alasan peneliti memfokuskan hanya mengkaji satu dari tokoh dan penokohan tersebut, karena di dalam novel Hujan Bulan Juni tokoh yang diceritakan adalah tokoh utama dan tokoh tambahan Sudut Pandang Sudut pandang merujuk pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams,1999:231). Dengan demikian, sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan cerita (Nurgiyantoro, 2013:38) Macam-Macam Sudut Pandang Pembedaan sudut pandang juga dilihat dari bagaimana kehadiran cerita itu kepada pembaca : lebih bersifat penceritaan, telling atau penunjukan, showing, naratif atau dramatik. Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukaakn berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang, yaitu bentuk persona tokoh cerita: persona ketiga dan persona pertama, dan ditambah persona kedua. (Nurgiyantoro, 2013: ) Sudut Pandang Persona Ketiga: Dia Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona ketiga, gaya dia, narator adalah seorang yang berada diluar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya; ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus-menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.

13 20 a. Dia Mahatahu Sudut pandang pesona ketiga mahatahu dalam literatur bahasa Inggris dikenal dengan istilah-istilah the omniscient point of view, Third-person Omniscient narrator, atau author omniscient. Dalam sudut pandang in, cerita dikisahkan dari sudut dia, namun pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh dia tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan indakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh dia yang satu ke dia yang lain, menceritakan atau sebaliknya menyembunyikan ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang haya berupa pikiran,perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas seperti halnya tindakan nyata. Abrams (Nurgiyantoro,2013:348) b. Dia terbatas, Dia sebagai pengamat Dalam sudut pandang dia terbatas, seperti halnya dalam dia mahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat,didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas dalam jumlah seorang tokoh saja (Stanton, 1965:26), atau terbatas dalam jumlah yang angat terbatas (Abrams, 1999:233). Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang berupa tokoh dia, namun mereka tidak diberi kesempatan (baca: tidak dilukiskan) untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama. Oleh karena dalam teknik ini hanya adas seorang tokoh yang terseleksi untuk diungkap, tokoh tersebut merupakan

14 21 fokus, cermin atau pusat kesadaran, center of consciousness. Berbagai peristiwa dan tindakan yang dicertiakan disajikan lewat pandangan dan atau kesadaran seorang tokoh, dan hal itu sekaligus berungsi sebagai filter bagi pembaca. Dalam sudut pandang dia sebagai pengamat yang benar-benar objektif, narator bahkan hanya dapat melaporkan (baca: menceritakan) segala sesuatu yang dapat dilihat dan didengar, atau yang dapat dijangkau oleh indera. Namun, walau ia hanya melaporkan secara apa adanya, kadar ketelitiannya harusah diperhitungkan, khususnya ketelitian dalam mencatat dan mendeskripsikan berbagai peristiwa, tindakan, latar, sampai kedetail-detail terkecil yang khas. Dalam hal ini narator seolah-olah berlaku sebagai kamera yang berfungsi untuk merekam dan mengabadikan suatu objek Sudut Pandang Persona Pertama : Aku Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama, First-person point of view, aku, jadi: gaya aku, narator adalah seseorang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si aku consciousness, mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh ) lain kepada pembaca. Kita, pembaca menerima apa yang diceritakan oleh si aku, maka kita hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si aku tersebut. Berdasarkan peran dan kedudukan si aku dalam cerita, sudut pandang persona pertama dapat dibedakan ke dalam dua golongan. Si aku mungkin menduduki peran utama, jadi tokoh utama protagonis, mungkin hanya menduduki peran tambahan, jadi tokoh tambahan protagonis, atau berlaku sebagai saksi.

15 22 a. Aku Tokoh Utama Dalam sudut pandang teknik ini, si aku mengisahkan berbagai peristiwa dab tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si aku menjadi fokus, pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si aku, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya berhubungan dengan dirinya atau dipandang penting. Jika tidak, hal itu tidak disinggung sebab si aku mempunyai keterbatasan terhadap segala hal yang di luar dirinya. Namun sebaliknya, tokoh aku memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si aku menjadi tokoh utama First-person central. b. Aku Tokoh Tambahan Dalam sudut pandang ini tokoh aku muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan, First-person peripheral. Tokoh aku hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedang tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian dibiarkan untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama karena dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama selesai berbicara atau tampil., si aku tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian, si aku hanya tampil sebagai saksi, witness, saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si aku

16 23 pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita. Dalam hubungannya dengan keseluruhannya novel, tokoh aku tersebut muncul dan berfungsi sebagai bingkai cerita Sudut Pandang Persona Kedua : Kau Secara faktual, sudut pandang persona kedua tidak jarang ditemukan dalam berbagai cerita fiksi walau hanya sekedar sebagai selingan dari gaya dia atau aku. Artinya, dalam sebuah cerita fiksi tidak atau belum pernah ditemukan yang dari awal hingga akhir cerita yang seluruhnya menggunakan sudut pandang kau. Sudut pandang gaya kau merupakan cara pengisahan yang mempergunakan kau yang biasanya sebagaivariasi cara memandang oleh aku dan dia. Penggunaan teknik kau biasanya dipakai mengoranglainkan diri sendiri, melihat diri sendiri sebagai orang lain. Keadaan ini dapat ditemukan pada cerita fiksi yang disudutpandangi aku maupun dia sebagai variasi penuturan atau penyebutan. Hal itu dipilih tentu juga tidak lepas dari tujuan menuturkan sesuatu dengan yang berbeda, yang asli, yang lain dari pada yang lain sehingga terjadi kebaruan cerapan indera atau penerimaan pembaca. Intinya, untuk lebih menyegerakan cerita Sudut Pandang Campuran Penggunaan sudut pandang dalam sebuah novel mungkin saja lebih satu teknik. Pengarang dapat berganti-ganti dari teknik yang satu ke teknik yang lain untuk sebuah cerita yang dituliskannya. Kesemuanya itu tergantung dari kemauan dan kreativitas pengarang, bagaimana mereka memanfaatkan berbagai teknik yang ada demi tercapainya efektivitas penceritaan agar memberikan kesan lain.

17 24 Pemanfaatan teknik-teknik tersebut dalam sebuah novel misalnya, dilakukan dengan mempertimbangkan kelebihan dan keterbatasan masing-masing teknik. Penggunaan sudut pandang campuran itu di dalam sebuah novel, mungkin berupa penggunaan sudut pandang persona ketiga dengan teknik dia mahatahu dan dia sebagai pengamat, persona pertama dengan teknik aku sebagai tokoh utama dan aku tambahan atau sebagai saksi. Selin itu, ia dapat pula berupa campuran antara persona pertama dan ketiga, antara aku, dia, bahkan kadangkadang juga diselingi persona kedua kau sekaligus. 2.3 Hubungan Antarunsur Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Hill (Pradopo, 2005:108). Dalam analisis itu karya sastra diuraikan unsur-unsur pembentuknya. Dengan demikian, maka keseluruhan karya sastra akan dapat dipahami. Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu adalah sebuah karya sastra yang utuh (Hawkes, dalam Pradopo,2005:108). Di samping itu, sebuah struktur sebagai kesatuan yang utuh dapat dipahami makna keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur pembentuknya dan saling berhubungan diantaranya dengan keseluruhannya. Unsur-unsur atau bagianbagian lainnya dengan keseluruhannya (Hawkers, dalam Pradopo, 2005:108). Sesuai dengan pendapat tersebut, Endaswara (2003:49) menyatakan karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur yang saling terkait satu sama lain. Kodrat struktur itu akan bermakna apabila dihubungkan dengan struktur lain. Struktur tersebut memiliki bagian yang kompleks, sehingga pemaknaan harus diarahkan ke dalam hubungan antarunsur secara keseluruhan.

18 25 Unsur-unsur yang membentuk karya sastra yaitu: Tema, alur, amanat, latar, sudut pandang, tokoh dan penokohan dan sebagainya. Struktur novel yang hadir di hadapan pembaca merupakan sebuah totalitas. Novel yang dibangun dari sejumlah unsur akan saling berhubungan secara saling menentukan sehingga menyebabkan novel tersebut menjadi sebuah karya yang bermakna hidup. Adapun struktur pembangun karya sastra yang dimaksud dan akan diteliti meliputi: tema, amanat, alur, latar, sudut pandang, tokoh dan penokohan. Ada beberapa pengertian yang harus dijelaskan terlebih dahulu sebelum penelitian ini dilakukan. Pertama menyangkut pengertian tema, apa yang dimaksud dengan tema dan bagaimana menentukannya di dalam novel. Kedua, tentang pengertian amanat, apa yang dimaksud amanat dan bagaimana pula menentukannya. Ketiga, tentang alur, apa yang dimaksud dengan alur dan bagaimana menentukannya. Keempat, tentang latar, apa yang dimaksud dengan latar, latar yang bagaimana saja yang dimaksud dalam penelitian ini. Kelima tentang sudut pandang yang yang dipakai pengarang dalam novel. Keenam tentang tokoh dan penokohan, bagaimana menentukan tokoh utama dan tokoh tambahan. Lalu keenam, hubungan antara tema dengan amanat, tema dengan alur, tema dengan latar, tema dengan tokoh dan sudut pandang. Menurut Esten ( 1984:87) tema adalah apa yang menjadi persoalan di dalam sebuah karya sastra. Apa yang menjadi persoalan utama di dalam sebuah karya sastra. Lalu untuk menentukan persoalan mana yang merupakan tema, pertama tentulah dilihat persoalan mana yang paling menonjol. Kedua secara kuantitatif, persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik, konflik-konflik yang melahirkan peristiwa-peristiwa. Cara yang ketiga ialah menentukan (menghitung)

19 26 waktu penceritaan, yaitu waktu yang diperlukan untuk menceritakan peristiwaperistiwa ataupun tokoh-tokoh di dalam sebuah sastra. Bilamana tema telah diidentifikasikan, maka untuk menentukan amanat sudah mudah dilakukan. Karena amanat merupakan pemecahan persoalan yang terkandung di dalam tema. kemungkinan yang menyukarkan ialah bahwa adakalanya amanat terungkap secara implisit, secara tersirat. Kemudian menurut Esten (1984:39) alur dimaksudkan: bagaimana pengarang menyusun peristiwaperistiwa di dalam sebuah karya sastra. Kehadiran atau penyusunan peristiwaperistiwa tersebut di dalam karya sastra didasarkan kepada hubungan kausalitas. Menurut Wellek (Esten 1984:88) latar dapat menjadi (merupakan) pernyataan dari sebuah keinginan manusia. Ia dapat, bilamana ia merupakan latar alam, sebagai proyeksi dari keinginan. Latar dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu, berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosialbudaya, menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Sudut pandang menunjuk pada cara pengarang mengisahkan suatu cerita dalam karya fiksi. Lalu, di dalam penelitian ini akan dibicarakan tokoh dan penokohan. Dalam menentukan yang mana yang merupakan tokoh utama dalam novel ini, langkah yang kita ambil juga sama dengan menentukan tema. pertama dilihat masalahnya (tema), lalu dilihat tokoh mana yang paling banyak berhubungan dengan masalah tersebut. Kedua, tokoh mana yang paling banyak

20 27 berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya. Ketiga, tokoh mana yang paling banyak memenuhi persyaratan waktu penceritaan. Sebagai suatu unsur struktur dari sebuah karya sastra, maka tema sangat erat hubungannya dengan alur, amanat, tokoh, latar, dan sudut pandang. Hal tersebut yang membuat unsur di dalam sebuah karya sastra menjadi utuh dan saling berkaitan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hubungan antarunsur merupakan inti dari analisis struktural. ( analisis struktural id) 2.4 Pendekatan Struktural Teori struktural sangat penting digunakan karena karya sastra merupakan sebuah struktur yang unsur-unsur pembentuknya saling erat kaitannya satu dengan yang lain. Jadi, unsur-unsur pembentuk karya sastra tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling terkait karena merupakan suatu sistem. Analisis struktural merupakan sarana untuk menganalisis unsur-unsur karya sastra. Menurut Teeuw (Wiyatmi, 2005:89), Sesuai dengan namanya pendekatan struktural memandang dan memahami karya sastra dari segi struktur karya sastra itu sendiri. Karya sastra dipandang sebagai sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca. Dalam penerapannya pendekatan struktural memahami karya sastra secara Close reading (membaca karya secara tertutup tanpa melihat pengarangnya, hubungannya dengan realitas, maupun pembaca). Analisis difokuskan pada unsur-unsur intrinsik karya sastra. Dalam hal ini setiap unsur dianalisis dalam hubungannya dengan unsur-unsur lainnya. (Wiyatmi,2015:89) Menurut (Teeuw, 2003:112) analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam

21 28 mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastera yang bersama-sama menghasikan makna menyeluruh. Dengan demikian, pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antarunsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan (Nurgiyantoro, 2013: 60). Analisis tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar, atau yang lain. Namun, yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur itu dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai. Menurut Semi (1990:67-68) pendekatan struktural mempunyai konsepsi dan kriteria sebagai berikut. 1) Karya sastra dipandang dan diperlakukan sebagai sebuah sosok yang berdiri sendiri, yang mempunyai dunianya sendiri, mempunyai rangka dan bentuknya sendiri. 2) Memberi penilaian terhadap keserasian atau keharmonisan semua komponen membentuk keseluruhan struktur. Mutu karya sastra ditentukan oleh kemampuan penulis menjalin hubungan antarkomponen tersebut sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna dan bernilai estetik. 3) Memberikan penilaian terhadap keberhasilan penulis menjalin hubungan harmonis antara isi dan bentuk, karena jalinan isi dan bentuk merupakan hal yang amat penting dalam menentukan mutu sebuah karya sastra. 4) Walaupun memberikan perhatian istimewa terhadap jalinan hubungan antara isi dan bentuk, namun pendekatan ini menghendaki adanya analisis

22 29 yang objektif sehingga perlu dikaji atau diteliti setiap unsur yang terdapat dalam karya sastra tersebut. 5) Pendekatan struktural berusaha berlaku adil terhadap karya sastra dengan jalan hanya menganalisis karya sastra tanpa megikutsertakan hal-hal yang berada di luarnya. 6) Yang dimaksudkan dengan isi dalam kajian struktural adalah persoalan, pemikiran, falsafah, cerita, pusat pengisahan, tema, sedangkan yang dimaksudkan dengan bentuk adalah alur (plot), bahasa, sistem penulisan, dan perangkatan perwajahan sebagai karya tulis. 7) Penulis boleh melakukan analisis komponen yang diingininya. Berdasarkan penjelasan di atas, metode atau langkah kerja yang harus dilalui peneliti bila bersandar pada pendekatan struktural adalah: (1) peneliti menguasai pengertian-pengertian dasar unsur intrinsik dalam karya sastra, karena unsur tersebut menjadi titik fokus analisis; (2) unsur intrinsik yang pertama dibahas adalah tema, baru kemudian dilanjutkan dengan komponen-komponen lain. Langkah ini ditetapkan disebabkan tema merupakan komponen yang berada di tengah-tengah komponen yang lain, dalam arti semua bahasan tentang komponen yang lain selalu terkait ke tema; (3) setelah analisis tema dilanjutkan dengan analisis alur (plot), (4) kemudian perwatakan atau penokohan merupakan bahasan yang sangat penting, karena merupakan alat penggerak tema dan pembentuk alur; (5) selanjutnya analisis amanat, kemudian analisis sudut pandang harus dilihat pula kejelasannya dengan tema, alur, dan perwatakan; (6) komponen latar (setting) juga mendapat sorotan, baik yang menyangkut latar tempat, latar waktu, maupun latar sosial budaya; (7) kemudian langkah yang terakhir dilakukan

23 30 oleh peneliti yaitu menghubungkan komponen unsur intrinsik sehingga memiliki kesatuan,keseluruhan, dan kebulatan makna, serta adanya koherensi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang peneliti penelitian sebelumnya, konsep dan landasan teori. Peneliti penelitian sebelumnya berisi tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata BAB II LANDASAN TEORI Seperti yang telah disebutkan dalam bab pendahuluan bahwa sastra adalah suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata lain, kegiatan sastra itu merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy sesuai dengan tinjauan terhadap penelitian sebelumnya yaitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang II. LANDASAN TEORI 2.1.Kemampuan Mengapresiasi Cerpen 2.1.1 Pengertian Apresiasi Secara leksikal, appreciation apresiasi mengacu pada pengertian pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian

Lebih terperinci

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang populer di antara bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain sebagainya. Sebutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi dua subbab, sub bab pertama berisi tentang tinjauan pustaka berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi dua subbab, sub bab pertama berisi tentang tinjauan pustaka berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi dua subbab, sub bab pertama berisi tentang tinjauan pustaka berupa penelitian-penelitian sebelumnya. Sub bab ke dua berisi tentang teori struktural meliputi unsur-unsur

Lebih terperinci

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI Ma mur Saadie SASTRA GENRE SASTRA nonimajinatif - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan harian Puisi imajinatif Prosa Fiksi Drama GENRE SASTRA

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki Bab I Pendahuluan 1.Latar Belakang Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki pemikiran bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sepanjang pengamatan peneliti, tidak ditemukan penelitian yang membahas nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia di dunia ini tidak bisa lepas dari problematika kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia di dunia ini tidak bisa lepas dari problematika kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia di dunia ini tidak bisa lepas dari problematika kehidupan. Bisa dikatakan manusia hidup berdampingan dengan problematika tersebut. Demikian juga dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. skripsi dan tesis ini dapat diketahui dari pemaparan skripsi dan tesis. Kajian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. skripsi dan tesis ini dapat diketahui dari pemaparan skripsi dan tesis. Kajian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan sebuah karya ilmiah diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka bertujuan untuk mengetahui keautentikan sebuah karya ilmiah. Keaslian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil cipta, kreasi, imajinasi manusia yang berbentuk tulisan, yang dibangun berdasarkan unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik. Menurut Semi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penokohan, plot/alur, latar/setting, sudut pandang dan tema. Semua unsur tersebut

BAB I PENDAHULUAN. penokohan, plot/alur, latar/setting, sudut pandang dan tema. Semua unsur tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang keduanya saling berhubungan karena berpengaruh

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

Unsur-unsur dalam Karya Sastra. Kholid A.Harras

Unsur-unsur dalam Karya Sastra. Kholid A.Harras Unsur-unsur dalam Karya Sastra Kholid A.Harras Terbagi 2: Unsur Ekstrinsik Unsur Intrinsik Unsur Ekstrinsik Segala sesuatu yang menginspirasi penulisan karya sastra dan mempengaruhi karya sastra secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drama adalah salah satu genre karya sastra yang terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi sastra dan pementasan, Sastra berupa teks naskah sedangkan pementasan berhubungan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik

BAB II KAJIAN TEORI. cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik BAB II KAJIAN TEORI A. Struktur Novel Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan struktural (objektif). Metode dan pendekatan ini dianggap

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan struktural (objektif). Metode dan pendekatan ini dianggap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan struktural (objektif). Metode dan pendekatan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan dalam adat Minangkabau merupakan salah satu hal yang penting karena berhubungan erat dengan sistem kekerabatan matrilineal dan garis keturunan. Menurut alam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Novel Cinta Brontosaurus karya Raditya Dika belum pernah dijadikan objek penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penulis memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kajian terhadap penelitian yang ada sebelumnya dan ada kaitannya dengan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menurut Wellek dan Warren (1993:14) bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sastra merupakan suatu karya fiksi yang memiliki pemahaman mendalam,

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sastra merupakan suatu karya fiksi yang memiliki pemahaman mendalam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra merupakan suatu karya fiksi yang memiliki pemahaman mendalam, bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan pedoman terhadap suatu penelitian sekaligus

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tetapi penelitian yang di fokuskan pada plot masih jarang dilakukan. Adapun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tetapi penelitian yang di fokuskan pada plot masih jarang dilakukan. Adapun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Yang Relevan Penulusuran pustaka yang telah dilakukan, diketahui bahwa penelitian tentang perbandingan dalam novel sudah ada, antara lain tokoh, latar dalam novel. Tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika keindahan, dalam karya sastra itu sendiri banyak mengankat atau menceritakan suatu realitas yang terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan ` I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia melalui kesadaran yang tinggi serta dialog antara diri pengarang dengan lingkungannya. Sebuah karya sastra di dalamnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL DAN SOSIOLOGI SASTRA. Novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novella yang secara harfiah berarti

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL DAN SOSIOLOGI SASTRA. Novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novella yang secara harfiah berarti BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL DAN SOSIOLOGI SASTRA 2.1 Definisi Novel Novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novella yang secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus Universitas Negeri Gorontalo, khususnya pada Jurusan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yaitu tentang peneliti penelitian sebelumnya, konsep dan landasan teori. Pertama-tama penulis memaparkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB II INTERTEKSTUAL DAN MUATAN KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK SERTA NOVEL RINAI KABUT SINGGALANG

BAB II INTERTEKSTUAL DAN MUATAN KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK SERTA NOVEL RINAI KABUT SINGGALANG BAB II INTERTEKSTUAL DAN MUATAN KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK SERTA NOVEL RINAI KABUT SINGGALANG A. Hakikat Novel 1. Pengertian novel Novel merupakan jenis sastra yang tergolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya Pada penelitian sebelumnya sudah ada penelitian mengenai teori motivasi tindakan Abraham Maslow, yaitu penelitian yang ditulis oleh Setyawan Budi Jatmiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah suatu hal yang yang tidak bisa lepas dari diri seorang manusia, dalam pribadi setiap manusia pasti memiliki rasa cinta atau rasa ingin tahu terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak makna dan banyak aspek didalamnya yang dapat kita gali. Karya sastra lahir karena ada daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dilihat sebagai dokumen sosial budaya. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Untuk menemukan struktur dan aspek sosiologi sastra novel Galaksi Kinanthi karya Tasaro GK, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR Pada bab II ini penulis membahas mengenai studi terdahulu tentang novel Ziarah Yang Terpanjang karya K.Usman yang digunakan penulis sebagai acuan dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Membicarakan sosiologi dan sastra adalah membicarakan sampai di mana hubungan antara sosiologi dan sastra. Secara institusional objek sosiologi dan sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan umat manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan nonmaterial. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. Sedangkan dalam

Lebih terperinci

Pembelajaran Apresiasi cerpen oleh Halimah FPBS Universitas Pendidikan Indonesia

Pembelajaran Apresiasi cerpen oleh Halimah FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Pembelajaran Apresiasi cerpen oleh Halimah FPBS Universitas Pendidikan Indonesia A. Pembelajaran Apresiasi Cerpen Dalam dunia pendidikan dikenal istilah pengajaran dan pembelajaran. Kedua istilah tersebut

Lebih terperinci