BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang mempunyai peran sangat sentral dalam membentuk pola pikir siswa,

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang mempunyai peran sangat sentral dalam membentuk pola pikir siswa, karena dalam matematika siswa dibekali dengan berbagai kemampuan diantaranya kemampuan berpikir logis, sistematis, analitis, serta kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah (Marlina, 2013). Pemecahan masalah merupakan bagian yang sangat penting dalam pelajaran matematika. Pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri, keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Trianto, 2007). Matematika merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan dengan berfikir secara nalar, untuk itu siswa perlu diberikan soal cerita yang berkaitan dengan permasalahan seharihari. Soal cerita merupakan soal yang diungkapkan dalam bentuk cerita yang diambil dari pegalaman-pengalaman siswa atau masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan konsep-konsep matematika (Marhayati, 2012). Menurut Wibowo, dkk (2012) soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal hitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Secara umum dalam soal cerita terkandung konsep matematika, seperti pengalian, penambahan, pengurangan, dan pembagian. Soal cerita merupakan soal yang memerlukan pemahaman yang lebih untuk siswa dapat menyelesaikannya dengan baik. Hal itu di dukung oleh Mubarokah (2013) yang menyatakan bahwa cara menyelesaikan soal cerita sangat diperlukan pengetahuan prasyarat termasuk menguasai langkah-langkah menyelesaikan masalah atau soal cerita tersebut. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan soal cerita, siswa harus mengonversikan kalimat ke dalam bentuk matematika. Demikian, terjadi dua proses yang dilakukan siswa, yaitu proses pemahaman rangkaian kalimat cerita dan proses pengonversian rangkaian kalimat cerita menjadi angka (Auzar, 2013). Siswa diharuskan memahami soal cerita dengan baik sehingga siswa dapat mengerti apa yang dimaksud di dalam soal cerita tersebut. Ada beberapa pendapat mengenai cara penyelesaian masalah menurut beberapa ahli. Menurut Polya ada empat langkah fase penyelesaian masalah yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan melakukan pengecekan kembalisemua langkah yang telah dikerjakan (Susanto, 2013). Adinawan dan Sugijono (2008) menyarankan langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan soal matematika 1

2 berbentuk cerita, yaitu sebagai berikut : 1) membuat diagram, khususnya soal matematika yang berhubungan dengan geometri; 2) mengubah kalimat soal menjadi kalimat matematika; 3) menyelesaikan kalimat matematika. Peneliti dalam penelitian ini menerapkan langkahlangkah pemecahan masalah menurut Wallas. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah menurut Wallas adalah : 1) persiapan; 2) inkubasi; 3) penjelasan; 4) verifikasi. Selain itu, siswa juga terdiri dari dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Perbedaan jenis kelamin dapat mengakibatkan perbedaan pemikiran siswa, siswa laki-laki lebih berfikir logis daripada siswa perempuan. Hal ini didukung oleh Sukowiyono (2013) Ada perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam memecahkan masalah, dimana siswa bergender laki-laki (siswa 1 dan siswa 2) dalam memahami masalah menggunakan proses berpikir pembentukan pengertian, sedangkan siswa bergender perempuan dalam merancang dan merencanakan solusi menggunakan proses berpikir pembentukan pendapat dan pembentukan pengertian. Laki-laki dan perempuan juga mempunyai perbedaan secara biologis, psikologis maupun sosiologis, tetapi perbedaan itu tidak terlalu berarti bahwa yang satu lebih tinggi dari yang lain (Yessica, 2004). Faktanya banyak siswa yang belum mampu sepenuhnya menjawab soal cerita secara benar dan tepat. Hasil penelitian dari Fathani (2011) Menyatakan bahwa siswa cenderung mahir dalam menyelesaikan soal-soal yang berkisar pada keterampilan menghitung saja, jarang sekali siswa mahir dalam menyelesaikan soal yang berorientasi pada pemecahan masalah dalam kehidupan nyata. Sedangkan menurut Marhayati (2012) siswa kurang dapat memahami tentang apa yang ditanyakan dalam soal cerita, sehingga ketika menyusun rencana penyelesain dan dilanjutkan dengan melakukan penyelesaian soal siswa akan melakukan kesalahan. Siswa kurang memahami bagaimana cara mengkonversikan kalimat verbal ke dalam kalimat matematika. Hasil penelitian yang dilakukan Rahardjo (2009) kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita terjadi karena siswa belum cukup memiliki gambaran yang jelas khususnya cara mengaitkan antara keadaan real/nyata yang mereka temukan sehari-hari dengan kalimat matematika yang sesuai. Menurut hasil penelitian dari Masriyah dan Wijaya (2013) Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa antara lain : 1) kesalahan dalam memahami soal; 2) kesalahan dalam membuat model matematika; 3) kesalahan menyelesaikan model maematika; 4) kesalahan dalam menyatakan hasil akhir. Penyebab-penyebab dari kesalahan siswa tersebut, antara lain: 1) selama ini dalam mengajarkan pemecahan masalah seperti soal cerita siswa tidak berlatih dan memahami bagaimana memecahkan masalah dalam soal tersebut karena biasanya guru hanya mengajarkan dengan memberi contoh soal dan 2

3 menyelesaikannya secara langsung, serta tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk mengerjakannya sendiri; 2) pola pengajaran selama ini masih dengan tahapan memberikan informasi tentang materi-materi seperti : memberikan contoh dan latihan-latihan, tetapi jarang memberikan soal cerita. Hal ini karena guru beranggapan bahwa soal cerita pasti akan sulit untuk dipahami siswa, sehingga tidak diprioritaskan untuk diajarkan/diberikan; 3) dalam merencanakan penyelesaian masalah tidak diajarkan strategi-strategi untuk mendorong ketrampilan berpikir kreatif siswa dalam menemukan jawaban masalah, hal tersebut dikemukakan oleh (Siswono, 2005). Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat melaksanakan observasi pada tanggal 23 Desember 2014di SMP PGRI Sukorejo, banyak siswa yang mengeluh pada saat pembelajaran matematika. Peneliti melihat siswa kesulitan untuk memahami soal yang diberikan oleh gurunya. Siswa lebih cenderung suka diberikan soal-soal yang mengarah langsung kepada apa yang ditanyakan. Seperti soal berapakah hasil dari 20 dikalikan dengan 15?, seperti soal tersebutlah yang disukai oleh siswa karena mereka langsung dapat mengerjakannya tanpa harus memahami soal terlebih dahulu. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru pada tanggal 23 Desember 2014 yang mengatakan bahwa siswa memang banyak mengalami kesulitan pada saat mengerjakan soal cerita. Dikarenakan siswa di SMP PGRI Sukorejo belum terbiasa menerima soal dalam bentuk cerita. Siswa terbiasa dengan soal yang langsung menuju ke permasalahan (langsung pada inti permasalahan). Sehingga siswa cukup membaca soal hanya satu kali dan siswa tidak dapat mengembangkan permasalahan tersebut sesuai dengan pemahaman siswa. Siswa hanya terpaku pada permasalahan yang seperti diberikan oleh guru, sehingga jika siswa diberikan permasalahan yang sama namun operasi atau bilangan yang dirubah siswa kesulitan dalam menyelesaikannya Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana penyelesaian soal cerita siswa laki-laki berdasarkan langkah-langkah Wallas? 2. Bagaimana penyelesaian soal cerita siswa perempuan berdasarkan langkah-langkah Wallas? 1.3. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk: 3

4 1. Menganalisis penyelesaian soal cerita siswa laki-laki berdasarkan langkah-langkah Wallas. 2. Menganalisis penyelesaian soal cerita siswa perempuan berdasarkan langkah-langkah Wallas Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap berbagai pihak: 1. Bagi Siswa Dengan menerapkan langkah-langkah pemecahan masalah menurut Wallas memberikan acuan kepada siswa untuk menyelesaikan soal cerita yang lebih baik dan mengoreksi hasil kerjanya lebih mudah sehingga kemungkinan besar hasilnya benar dan tepat. 2. Bagi Guru Memberikan acuan kepada guru dalam memeriksa hasil penyelesaian soal cerita siswa, dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah Wallas sehingga dapat mengetahui kesalahan-kesalahannya dan hasil akhirnya benar atau salah. Guru juga dapat mengetahui perbedaan kemampuan siswa berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam memecahkan suatu masalah. 3. Bagi Sekolah Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber acuan dalam membentuk siswa yang berfikir kreatif dan dapat memberikan sumbangan untuk perbaikan pembelajaran di sekolah Batasan Masalah Batasan masalah merupakan ruang lingkup peneliti dalam melakukan penelitian untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah yang digunakan. Adapun batasan masalah pada penelitian ini yaitu: 1. Penelitian ini dilakukan pada 12 siswa kelas VII SMP PGRI Sukorejo yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. 2. Penelitian ini menganalisis hasil kemampuan penyelesaian soal cerita siswa ditinjau dari langkah-langkah wallas Definisi Operasional 4

5 Beberapa istilah penting dalam penelitian ini perlu diberi penegasan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan adanya salah interpretasi. Beberapa hal yang di maksud antara lain: 1. Pembelajaran matematika merupakan proses pemberian suatu mata pelajaran yang berhubungan dengan bahasa simbolis kepada seseorang agar seseorang tersebut belajar tentang bahasa simbolis dan dapat berpikir nalar secara deduktif. 2. Soal cerita adalah soal yang diberikan dalam bentuk cerita atau bahasa yang diambil dari pengalaman-pengalaman mereka yang perlu dikonversikan ke dalam bahsa matematika terlebih dahulu. 3. Gender merupakan perbedan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan, hal itu sudah dikodratkan oleh Tuhan. 4. Langkah-langkah Wallas adalah langkah yang digunakan untuk menganalisis penyelesaian soal cerita, langkah-langkah tersebut adalah persiapan, inkubasi, penjelasan, dan verifikasi. 5