Status kerentanan Aedes aegypti terhadap beberapa golongan insektisida di Provinsi Kalimantan Selatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Status kerentanan Aedes aegypti terhadap beberapa golongan insektisida di Provinsi Kalimantan Selatan"

Transkripsi

1 JHECDs, 3 (2), 2017, hal Penelitian Status kerentanan Aedes aegypti terhadap beberapa golongan insektisida di Provinsi Kalimantan Selatan Suceptibility of Aedes aegypti to several insecticides groups in South Kalimantan Province Nita Rahayu 1*, Sri Sulasmi 1, Yuniarti Suryatinah 1 Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan Jl. Loka LItbang Kaw. Perkantoran Pemda Kab. Tanah Bumbu Kalsel *Korespondensi: nita.rahayu79@yahoo.co.id DOI : Tanggal masuk 30 Mei 2017, Revisi pertama 22 Agustus 2017, Revisi terakhir 20 Desember 2017, Diterima 20 Desember 2017, Terbit daring 19 Januari 2018 Abstract. Susceptibility test of Aedes aegypti on insecticide was due to the high case of Dengue Hemorrhagic Fever in South Kalimantan Province. The general objective is to obtain data of Ae. aegypti dengue vector resistance against insecticide South Kalimantan Province. The mosquitoes used were larvae surveys from 3 districts / municipalities of the research area, then maintained in the laboratory of R & D Center P2B2 Tanah Bumbu into adult F2. Mosquito stomach condition used is full of sugar. The results show that most of the Ae. aegypti dengue hemorrhagic vectors in South Kalimantan Province have been resistant to malathion 0.8%, lambdasihalotrine 0.03%, 0.5 miermetrin 0.05%, and 0.025% deltamethrin. It is imperative to rotate the insecticides used for fogging, especially malathion 0.8% which has long been used. Keywords : Aedes aegypti, resistance, insecticides Abstrak. Penelitian resistensi Aedes aegypti terhadap insektisida yang digunakan untuk fogging dilakukan berdasarkan tingginya kasus Demam Berdarah Dengue di Provinsi Kalimantan Selatan. Tujuan umum adalah memperoleh data resistensi vektor DBD Ae. aegypti terhadap insektisida di Provinsi Kalimantan Selatan. Nyamuk yang digunakan adalah hasil survei jentik dari 3 kabupaten/kota daerah penelitian, kemudian dipelihara di laboratorium Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu menjadi dewasa F2. Kondisi perut nyamuk yang digunakan adalah kenyang gula. Hasil kajian menunjukkan bahwa sebagian besar vektor demam berdarah dengue (DBD) Ae. aegypti di Provinsi Kalimantan Selatan telah resisten terhadap malathion 0,8%, lambdasihalotrin 0,03%, sipermetrin 0,05%, dan deltametrin 0,025%. Perlu segera merotasi insektisida yang digunakan untuk fogging terutama malathion 0,8% yang telah lama digunakan. Kata kunci : Aedes aegypti, resistensi, insektisida DOI : Cara sitasi : Rahayu N, Sulasmi S, Suryatinah Y. Status kerentanan Aedes aegypti terhadap beberapa (How to cite) golongan insektisida di Provinsi Kalimantan Selatan. J.Health.Epidemiol.Commun.Dis. 2017;3(2):

2 JHECDs Vol. 3, No. 1, Desember 2017 Pendahuluan Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi fokus utama program pengendalian. Angka kesakitannya mengalami peningkatan pada lima tahun terakhir. Data rerata nasional menunjukkan bahwa pada tahun 2011 ditemukan sebesar 27,67 per penduduk. Tahun 2012 sebanyak 37,27, tahun 2014 sebanyak 45,85, dan tahun 2015 sebanyak 50,75 per penduduk. 1 Salah satu provinsi yang masih memiliki angka kesakitan DBD yang tinggi adalah Kalimantan Selatan. Pada tahun 2015, angka kesakitan akibat penyakit ini sebanyak 91,93 per penduduk. Angka kasus jauh melebihi rerata nasional maupun target Renstra Kementerian Kesehatan. Target Renstra yang ditetapkan untuk angka kesakitan DBD kurang dari 49 per penduduk. 1 Banyak program sudah dilakukan untuk mengurangi kasus, namun hasilnya angka kesakitan akibat penyakit ini masih tinggi. Salah satu program yang dilakukan dalam pengendalian vektor DBD adalah dengan space spraying (thermal fogging/pengasapan dan Ultra Low Volume (ULV). Jenis insektisida yang biasa digunakan dalam fogging adalah malathion, sipermetrin, piretroit, dan sintetik piretroit. Penggunaan jenis insektisida dalan jangka waktu panjang menimbulkan resisten. Resistensi vektor DBD terhadap insektisida yang digunakan dalam fogging akan menyebabkan tingginya populasi Ae. aegypti dan rendahnya nilai angka bebas jentik (ABJ). Kepadatan populasi nyamuk merupakan indikator penting saat kejadian luar biasa (KLB) di Kabupaten Pati. 2 Resistensi bersifat menurun dan merupakan rintangan tunggal dalam keberhasilan pengendalian vektor secara kimia. Deteksi dini resistensi vektor terhadap insektisida dapat bermanfaat sebagai informasi program untuk pemilihan insektisida yang tepat dalam pengendalian vektor secara lokal spesifik di era desentralisasi. Deteksi resistensi vektor terhadap insektisida dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu: 1. Deteksi secara konvensional dengan metode standar WHO susceptibility test menggunakan impregnated paper 2. Deteksi secara biokimia, dan 3. Deteksi secara molekuler. 3 Penelitian di Kota Banjarmasin tentang kerentanan Ae. aegypti terhadap insektisida telah dilakukan. Hasilnya menunjukkan bahwa Ae. aegypti telah resisten terhadap malathion 0,8%. 4 Uji larvasida terhadap Aedes sp. dengan temephose menunjukkan hasil telah resisten. 5 Hasil uji Aedes sp. terhadap larvasida temephose di Kota Banjarbaru dan Kabupaten Banjar menunjukkan hasil toleran. 6,7 Hal ini berarti bahwa telah ada indikasi jenis insektisida maupun larvasida program tidak cukup efektif untuk pengendalian vektor DBD. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji kerentanan Ae. aegypti terhadap beberapa jenis insektisida. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan program pengendalian vektor DBD. Metode Penelitian ini menggunakan metode analitik, dengan desain potong lintang, Penelitian ini dilaksanakan di tiga wilayah kabupaten/kota endemis DBD di Kalimantan Selatan yaitu: Kabupaten Tabalong, Hulu Sungai Selatan (HSS), dan Hulu Sungai Utara (HSU). Penelitian dilakukan pada bulan Maret Oktober tahun Sampel rumah dipilih berdasarkan endemisitas lokasi. Sampel pertama ditentukan dari rumah ketua RT/RW yang ada penderita DBD pada tahun tersebut. Sampel selanjutnya diambil pada rumah terdekat. Data yang diambil adalah jumlah larva yang ditemukan. Larva dikumpulkan dari 3 lokasi endemis setiap kabupaten. Setiap lokasi dikumpulkan minimal 800 larva dari 100 rumah terpilih yang terbagi proposional pada rumah yang positif (1 rumah maksimal 40 larva). Untuk 3 kabupaten ada sebanyak 9 lokasi dengan total larva minimal sebanyak Larva dikumpulkan dari tiga lokasi di kabupaten terpilih, sering terpapar insektisida (fogging), dan mempunyai tingkat endemisitas tinggi selama 3 tahun berturut-turut. Larva yang tertangkap dipelihara menjadi nyamuk untuk mendapatkan jumlah telur generasi fenotif ke1 (F1). Telur F1 kemudian direaring sampai menjadi generasi F3 di laboratorium. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan kecukupan sampel yang digunakan dalam pengujian susceptibilitas. Uji susceptibility/uji resistensi stándar yang direkomendasikan WHO menggunakan impregnated papers. Nyamuk dewasa yang digunakan untuk pengujian dalam keadaan kenyang larutan gula (glucozed fed) dan telah berumur ± 2-3 hari. Impregnated papers yang digunakan yaitu malathion 0,8%, lambdasihalotrin 0,03%, sipermetrin 0,05%, dan deltametrin 0,025%. Uji menggunakan 4 tabung perlakuan dan 1 tabung kontrol. Pada setiap tabung uji dimasukkan nyamuk dan dikontakkan 57

3 N Rahayu, S Sulasmi, Y Suryatinah Status kerentanan Ae. aegypti terhadap... dengan insektisida selama 1 jam, kemudian dipindahkan ke dalam tabung holding (penyimpanan). Kematian nyamuk dihitung/diamati setelah 24 jam penyimpanan. Kelembaban tabung holding harus dijaga dengan dilengkapi handuk basah 3 Kriteria kerentanan ditentukan menurut WHO, kematian sebesar % berarti suceptible (rentan), 80 97% berarti toleran (diperlukan verifikasi), < 80% berarti resisten. Apabila dalam uji ditemukan kematian kontrol antara 5 20 %, maka dapat dikoreksi menggunakan rumus abbott s: 8 % kematian uji - % kematian kontrol x 100% % kematian kontrol Etik penelitian diperoleh dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Nomor LB.02.01/5.2/KE.105/ 2015). Ijin kepada responden sebagai sampel pengambilan larva dilakukan secara lisan dan tertulis. Data hasil uji susceptibilitas dianalisis secara deskriptif berdasarkan kriteria WHO Hasil Hasil pengamatan lapangan terhadap 900 sampel rumah menunjukkan bahwa masih banyak rumah yang ditemukan jentik pada kontainer di dalam rumah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara rinci jumlah rumah positif dan jumlah larva yang diambil per tiap Kabupaten dalam Tabel I, Tabel 2 dan Tabel 3. Sampel rumah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebagian masih ditemukan jentik di dalam rumahnya. Dari 3 lokasi pengambilan sampel ditemukan rata-rata 40 rumah positif larva. Jumlah larva yang diambil sekitar ekor. Lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 1. Sampel rumah positif jentik dari 3 lokasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara sekitar 35%. Total larva yang diambil sekitar ekor. Rincian dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Jumlah rumah positif larva dan jumlah larva yang diambil di 3 lokasi endemis di Kabupaten Hulu Utara Tahun 2015 Desa Jumlah Rumah Jumlah Larva positif yang diambil A B C Sumber : Data Primer Di Kabupaten Tabalong, lebih dari 50% sampel rumah yang disurvei positif jentik. Total larva yang diambil sekitar ekor. Rincian dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Jumlah rumah positif larva dan jumlah larva yang diambil di 3 lokasi endemis di Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Desa Jumlah Rumah Jumlah Larva positif yang diambil A B C Sumber : Data Primer Hasil uji resistensi nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida dengan bahan aktif malathion 0,8%, lambdasihalotrin 0,03%, sipermetrin 0,05%, dan deltametrin 0,025%. di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara dan Tabalong menunjukkan telah resisten. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam Gambar 1. Hasil uji menunjukkan bahwa rata-rata persen kematian nyamuk tidak lebih dari 30%. Sampel dari Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) saja yang menunjukkan angka lebih dari 60% kematian. Tabel 1. Jumlah rumah positif larva dan jumlah larva yang diambil di 3 lokasi endemis di Kabupaten Hulu Selatan Tahun 2015 Desa Jumlah Rumah positif A B C Sumber : Data Primer Jumlah Larva yang diambil 58

4 Kematian Nyamuk JHECDs Vol. 3, No. 1, Desember % 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 29% 21% 23% Malathion 0,8% 62% Deltamethrin 0.025% Resisten 16% 4% 8% 7% 1% 3% 4% 8% Lamdacyhalothri n 0.03% cipermethrin 0,05% Tabalong 29% 4% 1% 4% HSU 21% 62% 7% 8% HSS 23% 8% 3% 16% Gambar 1. Grafik persentase kematian nyamuk uji terhadap berbagai insektisida di Kabupaten HSS, HSU dan Tabalong Pembahasan Artikel ini mengacu pada penelitian tentang Pemetaan kerentanan vektor DBD di Indonesia. 9 Penelitian ini telah melahirkan beberapa topik artikel yang telah dipublikasi. Salah satu topik adalah penggunaan insektisida rumah tangga. Hasilnya bahwa sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Kotawaringin Barat menggunakan insektisida dalam jangka yang sudah lama. Mereka menggunakan berbagai bahan aktif secara bersamasama, kebanyakan adalah jenis sintetik piretroid dan sipermetrin. 10 Penggunaan insektisida rumah tangga di Kota Palopo, Makassar, dan Kabupaten Bone didominasi jenis sintetik piretroid. Penggunaan sebagian besar responden berkisar antara 2-5 tahun. Kesimpulannya bahwa lama penggunaan insektisida rumah tangga berpengaruh terhadap resistensi nyamuk Aedes aegypti. 11 Sedangkan berdasarkan tingkat risiko penularan yang dinilai dengan nilai indeks jentik dan density figure serta maya index di ketiga wilayah tersebut menunjukan risiko sedang hingga tinggi dan maya index dengan risiko sedang. 12 Artikel ini membahas tentang hasil uji kerentanan Ae. aegypti terhadap beberapa jenis insektisida di laboratorium. Uji kerentanan Ae. aegypti terhadap insektisida jenis malathion 0,8%, hasilnya menunjukkan bahwa nyamuk dari 9 lokasi (Kabupaten HSU, HSS, dan Tabalong) telah resisten. Kematian nyamuk sangat kecil, hanya sekitar 20%. Hasil ini sejalan dengan penelitian Safitri pada tahun 2011 di Banjarmasin. Kematian nyamuk uji berkisar antara 46% - 57%. 4 Penelitian Ambarita dkk di Sumatera Selatan memberikan hasil bahwa dari 11 kabupaten yang diambil sampel untuk diuji, 7 diantaranya telah berstatus resisten terhadap malathion 0,8%. Kematian nyamuk uji kurang dari 80%. Kesimpulannya adalah resistensi. 13 Hasil penelitian Ikawati dkk, 2014 di Jawa Tengah (Kabupaten Purworejo, Kebumen, Pekalongan, Demak, Wonosobo, Cilacap, Kudus, Klaten, Banjarnegara) menunjukkan bahwa Ae. aegypti telah resisten terhadap malathion 0,8%. Persentase kematian nyamuk uji bervariasi, antara 13,8% hingga 61,67%. Beberapa hal yang mempengaruhi resistensi nyamuk terhadap insektisida antara lain adalah penggunaan insektisida dalam golongan dan sistem kerja yang sama selama 6 periode berturut-turut. Penggunaan yang tidak tepat dalam sasaran dan dosis. 14 Hasil penelitian Tasane di Bandar Udara Pattimura menunjukkan hasil bahwa Ae. aegypti telah resisten terhadap malathion 0,8%, kematian nyamuk berkisar antara 16 20%. Penggunaan malathion konsentrasi 95% sudah harus ditinggalkan dan digantikan dengan jenis lainnya. 15 Hendri dkk, 2016, hasil uji kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap malation 0,8 % menunjukkan bahwa vektor DBD di tiga kota endemis DBD di Provinsi Banten sudah resisten terhadap bahan malathion 0,8%. Persentase kematian nyamuk uji adalah 73,9% (Kab. Tangerang Selatan), 46,9% (Kab. Serang), dan 60,2 (Kab. Cilegon). 16 Hasil uji kerentanan Ae. aegypti di Kab. HSU, HSS, dan Tabalong menunjukkan kematian nyamuk uji relatif sedikit. Persentase kematian nyamuk uji pada Deltametrin 0,025 sebanyak 8 (HSS), 4 (Tabalong), dan cukup banyak untuk Kab. HSU (62%). Persen kematian nyamuk uji terhadap 59

5 N Rahayu, S Sulasmi, Y Suryatinah Status kerentanan Ae. aegypti terhadap... Lambdasihalotrin 0,03 sebanyak 1 (Tabalong), 7 (HSU), dan 3 (HSS). Kematian nyamuk uji terhadap sipermetrin 0,05% sebanyak 4% (Tabalong), 8% (HSU), dan 16% (HSS). Dapat disimpulkan bahwa insektisida golongan tersebut telah resisten, sehingga tidak akan memberikan hasil yang baik apabila tetap digunakan. Resistensi terhadap sipermetrin juga telah terjadi di Kota Cimahi. Hasil uji Ae. aegypti terhadap sipermetrin 0,2% menunjukkan adanya kematian nyamuk sebesar 46,7%. Uji menggunakan sipermetrin 0,4% memberikan jumlah kematian sebesar 73,3%. 17 Hasil penelitian Ikawati dkk di Jawa Tengah menunjukkan bahwa hampir semua telah resisten terhadap sipermetrin 0,05% dengan persen kematian nyamuk uji 10%-63,33%, kecuali sampel dari Kabupaten Banjarnegara masih toleran dengan kematian 84,20%. Delapan kabupaten telah resisten terhadap sipermetrin, satu kabupaten yaitu Banjarnegara masih toleran. 14 Hasil uji kerentanan di Kecamatan Kalidoro Kab. Pati menunjukkan bahwa Ae. aegypti telah resisten terhadap malathion 0,8%, alphacypermethrin, dan lambdasihalotrin 0,05%. 2 Sebagian besar wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta menunjukkan bahwa Ae. aegypti resisten terhadap insektisida malathion 0,8%, Lambdasihalothrin 0,05%, Permethrin 0,75%, dan Deltametrin 0,05%. 18 Penelitian Sunaryo dkk di tahun 2013 menyatakan bahkan status resisten juga ditemukan pada saat uji kerentanan Ae. aegypti di 4 Kabupaten/Kota (Purbalingga, Kendal, Grobogan dan Kota Semarang) yang kesemuanya menunjukkan Ae. aegypti sudah resisten terhadap insektisida malathion 0,8 % dan permethrin 0,25 %. 19 Penelitian Heni dkk tahun 2015 menunjukkan hasil bahwa telah Ae. aegypti di Jakarta Selatan, Timur, dan Barat telah resisten terhadap malathion 0,8%. Persen kematian nyamuk uji kurang dari 80, yakni Penggunaan temephose dalam jangka waktu lama menjadi faktor penting terjadinya resistensi. 20 Resistensi dapat dideteksi melalui dua cara. Pertama dengan deteksi perubahan enzim, deteksi peningkatan kadar enzim yang mendetoksifikasi insektisida. Detoksifikasi menyebabkan jumlah insektisida berkurang dan tidak mampu membunuh. Cara kedua adalah deteksi mutasi gen voltage gated sodium channel (VGSC). Deteksi ini dapat menilai langsung perubahan pada sel target tempat kerja insektisida. 21 Hasil penelitian Widiastuti dkk tahun 2014 di Kab. Klaten menunjukkan hasil bahwa 59% nyamuk mengalami mutasi heterozigot (V/G) dan 18,2% nyamuk mengalami mutasi homozigot (G/G). Hal ini menunjukkan indikasi terjadinya resistensi populasi nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida sintetik piretroid. 22 Uji mutasi genetik telah dilakukan dari sampel nyamuk Ae. aegypti dari Kota Semarang, hasilnya menunjukkan bahwa telah terjadi mutasi gen. 22 Ghifari dkk tahun 2012, hasil menunjukkan terjadi mutasi titik Val1016Ile serta tidak terjadi mutasi titik Val1016Gly gen VGSC. Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi mutasi titik Val1016Ile gen VGSC Ae. aegypti sebagai penanda resistensi yang bersifat target site atas sintetik piretroid di Palembang. 23 Penelitian Widiastuti dan Ikawati, 2014, menunjukkan bahwa angka kematian nyamuk uji akibat paparan malathion dari Kabupaten Pekalongan bervariasi dari 3,33-13,75%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ae. aegypti telah resisten terhadap malathion. Hasil uji biokimia menunjukkan peningkatan aktivitas enzim esterase pada populasi nyamuk Ae. aegypti. Aktivitas enzim esterase menunjukkan kaitan dengan mekanisme yang bertanggung jawab untuk resistensi pada tubuh nyanuk. Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang status resistensi malathion pada populasi Ae. aegypti di Pekalongan dan mekanisme biokimia yang penting untuk memantau perkembangan resistensi. 25 Berdasarkan kenyataan tersebut kemungkinan resistensi terjadi karena penggunaan insektisida dari golongan yang sama secara terus menerus terutama dari insektisida rumah tangga yang penggunaannya hampir setiap hari. Kematian nyamuk pada tiap uji dan pada tiap kabupaten berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa daya imunitas nyamuk dari setiap daerah tidak sama. Selain penggunaan insektisida baik dari program maupun rumah tangga untuk penanggulangan nyamuk dewasa, keberadaan jentik nyamuk di lingkungan masyarakat juga turut mempengaruhi peningkatan kasus DBD ataupun status resistensi di kabupaten/kota tersebut. Karena optimalisasi pengendalian vektor bukan hanya dengan metode pengendalian kimiawi tetapi juga harus ditunjang dengan metode pengendalian fisik dan mekanis melalui modifiksi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan agar jumlah penggunaan/paparan insektiida dapat ditekan. 60

6 JHECDs Vol. 3, No. 1, Desember 2017 Insektisida malathion telah lama digunakan yaitu lebih kurang 30 tahun oleh program pengendalian yaitu vektor DBD Ae. aegypti dengan aplikasi fogging terutama di daerah yang sedang terjadi KLB. Namun kadang-kadang di beberapa daerah juga dijumpai fogging yang dilaksanakan oleh pihak swasta tanpa ada koordinasi dengan dinas kesehatan setempat. Penggunaan insektisida yang mereka anggap dapat mengatasi gigitan nyamuk, tanpa memikirkan dampak yang diakibatkannya. Bahkan masyarakat pun dengan dana swadaya berusaha melakukan tindakan pengendalian sendiri. Kenyataan tersebut menggambarkan demikian banyak jenis insektisida yang mungkin digunakan untuk pengendalian Aedes aegypti, belum lagi insektisida rumah tangga yang digunakan oleh masyarakat sehari-hari. Perkembangan resistensi populasi serangga vektor terhadap insektisida menurut David & Gilles dipengaruhi multipel faktor yaitu genetik (adanya frekuensi gen spesifik), operasional (tipe dan aplikasi insektisida) dan biologis (ukuran dan karakteristik populasi vektor). Munculnya resistensi vektor tidak melalui proses percepatan menurut hukum seleksi Darwin yang terjadi di alam. Seleksi terjadi karena terdapat proporsi kecil serangga yang mengalami mutasi genetik secara individual. Mekanisme protektif ini tergantung faktor genetik baik tunggal, resesif, sebagian dominan atau dominan dalam proses keturunan. Apabila individu serangga heterozygote, maka jarang muncul pada proses resistensi awal dalam suatu populasi serangga termasuk nyamuk. Namun heterozygote yang survive pada uji kerentanan (uji susceptibility) apabila kawin dengan heterozygote yang lain akan menghasilkan proporsi homozygote dengan tingkat resistensi yang tinggi. Apabila gen resisten homozygote dominan, resistensi akan menyebar secara cepat ke seluruh populasi. Kecepatan munculnya perkembangan resistensi juga berhubungan dengan karakteristik biologi spesies vektor pada masing-masing populasi lokal, tipe serta tingkat penekanan selektif insektisida. 16 Kesimpulan dan Saran Vektor Demam Berdarah Dengue Ae. aegypti di 3 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan telah resisten terhadap: malathion 0,8%, lambdasihalotrin 0,03%, sipermetrin 0,05%, dan deltametrin 0,025%. Penyebab resistensi yang utama adalah penggunaan jenis insektisida yang sama dalam jangka waktu yang lama. Rotasi penggunaan insektisida dengan jenis bahan aktif yang berbeda dalam periode waktu tertentu dan memperhatikan ukuran dosis, sasaran, juga waktu yang tepat. Ucapan Terima Kasih Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih Kepada : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang dijadikan sampel penelitian yaitu: Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Utara serta puskesmas yang mewakili kabupaten/kota atas kerja samanya selama pelaksanaan penelitian ini berlangsung, semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar. Kontribusi Penulis Kontributor utama adalah NR. YS berperan dalam analisis data. SS melakukan penelusuran literatur dan penulisan. Daftar Pustaka 1. Kemenkes RI. profil Kesehatan Indonesia. Vol. 70, Kementerian Kesehatan hal. 2. Widiarti. Studi aspek entomologi pasca kejadian luar biasa (KLB) DBD di Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Vektora. 2013;5(2): Hemingway J. Insecticide Resistance Mechanisms (Field and laboratory manual) [Internet]. World Health Organisation Tersedia pada: WHO_CDS_CPC_MAL_ 98.6.pdf?ua=1 4. Safitri A. Mapping, Habitat Characteristics and Resistance Status of Ae. aegypti in Banjarmasin, South Kalimantan. J Vektora. 2011;III(2): Istiana, Heriyani F, Isnaini. Resistance status of Ae. aegypti larvae to temephos in West Banjarmasin. J Buski [Internet]. 2012;4(2):53 8. Tersedia pada: ki/article/view/2916/ Ridha MR, Nisa K. Larva Ae. aegypti Sudah Toleran Terhadap Temepos di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. J Vektora ;III(2): Nisa K, Hargono A, Ridha MR. Ae. aegypti in Sekumpul Village ( Martapura - District of Banjar, South Kalimantan ) is tolerant to Temephos Larva Ae. aegypti sudah toleran terhadap Temephos di Kelurahan Sekumpul - Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Buski [Internet]. 2012;4(2): Tersedia pada: file:///d:/work/literature /mendeley/ SM.pdf%5Cnfile:///D:/work/literature/mendeley/r 61

7 N Rahayu, S Sulasmi, Y Suryatinah Status kerentanan Ae. aegypti terhadap... esistensi/uji resistensi buski.pdf 8. OMS. Test procedures for insecticide resistance monitoring in malaria vectors, bio-efficacy and persistence of insecticides on treated surfaces [Internet]. Who/Cds/Cpc/Mal/ hal Tersedia pada: o_cds_cpc_mal_98_12/en/index.html 9. Rahayu N, Suriatinah Y, Sulasmi S, dkk. Laporan penelitian penelitian multicentre, Pemetaan status kerentanan Ae. aegypti terhadap insektisida di Indonesia: Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Tanah Bumbu; Meliyanie G, Wahyudi RI, Andiarsa D. Dampak penggunaan insektisida dalam rumah tangga terhadap keberadaan larva / pupa Ae. aegypti di Kabupaten Kotawaringin Timur. Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases. 2017;2(1): Andiarsa D, Sembiring WRSG. Behavior of insecticide use in household on three districts / cities of South Sulawesi. Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases. 2015;5(3): Andiarsa D, Sembiring WRSG. Tingkat Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue pada Tiga Puskesmas di Tiga Kabupaten Endemis di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. ASPIRATOR, 2017; 9(2): Ambarita LP, Taviv Y, Budiyanto A, Sitorus H, Pahlepi RI, Febriyanto. Tingkat Kerentanan Ae. aegypti (Linn.) terhadap Malation di Provinsi Sumatera Selatan. Buletin Penelitian Kesehatan. 2014;43(2): Ikawati B, Widiastuti D. Peta status kerentanan Ae. aegypti ( Linn.) terhadap insektisida cypermethrin dan malathion di Jawa Tengah. Aspirator [Internet]. 2015;7(1):23 8. Tersedia pada: article=330854&val=4901&title=peta status kerentanan Ae. aegypti (Linn.) terhadap insektisida cypermethrin dan malathion di Jawa Tengah 15. Tasane I. Uji Resistensi Insektisida Malathion 0,8% Terhadap Nyamuk Ae. aegypti di Wilayah Fogging Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon. J Kesehat Masy. 2015;3(3): Hendri J, Kusnandar AJ, Astuti EP, Identifikasi Jenis Bahan Aktif dan Penggunaan Insektisida Antinyamuk serta Kerentanan Vektor DBD terhadap Organofosfat pada Tiga Kota Endemis DBD di Provinsi Banten. Aspirator. 2016;8(2): Pradani FY, Ipa M, Marina R, Yuliasih Y, Ciamis LLPB, Km P, et al. Determination Resistance On Susceptibility Method for Ae. aegypti with Cypermethrin in Cimahi. Jurnal Vektora. Vol III No. 1: Widiarti, Heriyanto B, Boewono DT, Widyastuti U, Mujiono, Lasmiati, et al. Peta Resistensi Vektor Demam Berdarah Dengue Ae. aegypti terhadap Insektisida Kelompok Organofosfat, Karbamat dan Pyrethroid di Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Buletin Penelitian Kesehatan. 2011;39(N0.4): Sunaryo, Ikawati B, Rahmawati, Widiastuti D. Status Resistensi Vektor Demam Berdarah Dengue (Aedes aegypti) terhadap Malathion 0,8% dan Permethrin 0,25% di Provinsi Jawa Tengah. J Ekol Kesehat. 2014;12(2): Prasetyowati H, Hendri J, Wahono T. Status Resistensi Ae. aegypti ( Linn.) terhadap Organofosfat di Tiga Kotamadya DKI Jakarta. Balaba [Internet]. 2016;12(1): Tersedia pada: blb/article/viewfile/4454/ Ghiffari A, Fatimi H. Deteksi Mutasi Gen Voltage Gated Sodium Channel Ae. aegypti sebagai Penanda Resistensi Insektisida Sintetik Piretroid. 2012; Tersedia pada: 107_ 22. Widiastuti D, Sunaryo, Pramestuti N, Sari TF, Wijayanti N. Deteksi Mutasi V1016G pada Gen Voltage-Gated Sodium Channel pada Populasi Ae. aegypti ( Diptera : Culicidae ) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dengan Metode Allele-Specific PCR. J Vektora. 2015;7(2): Widiarti, Damar Tri Boewono, Triwibowo Ambar Garjito, Rima Tunjungsari, Puji BS Asih, Din Syafruddin. Identifikasi Mutasi Noktah pada Gen Voltage Gated Sodium Channel Ae. aegypti Resisten terhadap Insektisida Pirethroid di Semarang Jawa Tengah. Buletin Penelitian Kesehatan. 2012;40(1): Ghiffari A, Fatimi H, Anwar C. Deteksi Resistensi insektisida Sintetik Piretroid pada Ae. aegypti (L.) Strain Palembang Menggunakan Teknik Polymerase Chain Reaction. Aspirator. 2013;5(2): Widiastuti D, Ikawati B. Resistensi Malathion dan Aktivitas Enzim Esterase Pada Populasi Nyamuk Ae. aegypti di Kabupaten Pekalongan Malathion Resistance And Esterase Enzyme Activity Of Ae. aegypti Population In Pekalongan Regency Received date : , Revised date : 03. Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. 2016;12(2):

BAB I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah

BAB I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tular vektor di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama(1). Dua jenis penyakit alboviral yaitu seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain lain masih cukup tinggi angka kesakitan dan kematian yang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain lain masih cukup tinggi angka kesakitan dan kematian yang menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tular vektor masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Beberapa penyakit tular vektor seperti demam berdarah, malaria, filariasis, dan lain lain masih cukup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Deskripsi hasil penelitian mencakup tentang lokasi penelitian, survai larva dan rearing nyamuk Ae. aegypti, survai penggunaan insektisida,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes spp. betina yang membawa virus dengue yang termasuk dalam golongan Flavivirus.

Lebih terperinci

PERBEDAAN INTENSITAS PEMAKAIAN INSEKTISIDA RUMAH TANGGA DENGAN RESISTENSI NYAMUK Aedes aegypti TERHADAP GOLONGAN PIRETROID DI KOTA SEMARANG

PERBEDAAN INTENSITAS PEMAKAIAN INSEKTISIDA RUMAH TANGGA DENGAN RESISTENSI NYAMUK Aedes aegypti TERHADAP GOLONGAN PIRETROID DI KOTA SEMARANG PERBEDAAN INTENSITAS PEMAKAIAN INSEKTISIDA RUMAH TANGGA DENGAN RESISTENSI NYAMUK Aedes aegypti TERHADAP GOLONGAN PIRETROID DI KOTA SEMARANG Dwi Irmayani, 1 Sayono 1 Syaifuddin Ali Anwar 1 1 Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dan merupakan penyakit endemis di Indonesia. 1 Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah. kesehatan utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah. kesehatan utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas penyebaran DBD semakin bertambah sejak kejadian pertama di

Lebih terperinci

STATUS KERENTANAN NYAMUK Aedes aegypti TERHADAP INSEKTISIDA MALATION 5% DI KOTA SURABAYA. Suwito 1 ABSTRAK

STATUS KERENTANAN NYAMUK Aedes aegypti TERHADAP INSEKTISIDA MALATION 5% DI KOTA SURABAYA. Suwito 1 ABSTRAK STATUS KERENTANAN NYAMUK Aedes aegypti TERHADAP INSEKTISIDA MALATION % DI KOTA SURABAYA Suwito 1 ABSTRAK Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan utama di Kota Surabaya. Salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang ditemukan di

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang ditemukan di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis, terutama di daerah perkotaan. DBD merupakan penyakit dengan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ditularkan oleh gigitan nyamuk Ae. aegypti ini menjadi penyakit tular virus

BAB I PENDAHULUAN. dan ditularkan oleh gigitan nyamuk Ae. aegypti ini menjadi penyakit tular virus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) saat ini masih menjadi ancaman utama bagi kesehatan masyarakat global. Penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh gigitan

Lebih terperinci

TERHADAP MALATION DAN AKTIVITAS ENZIM ESTERASE NON SPESIFIK DI WILAYAH KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

TERHADAP MALATION DAN AKTIVITAS ENZIM ESTERASE NON SPESIFIK DI WILAYAH KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO STATUS KERENTANAN NYAMUK Aedes sp. (DIPTERA:CULICIDAE) TERHADAP MALATION DAN AKTIVITAS ENZIM ESTERASE NON SPESIFIK DI WILAYAH KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO Steven J.

Lebih terperinci

Peta status kerentanan Aedes aegypti (Linn.) terhadap insektisida cypermethrin dan malathion di Jawa Tengah

Peta status kerentanan Aedes aegypti (Linn.) terhadap insektisida cypermethrin dan malathion di Jawa Tengah ASPIRATOR, 7(1), 2015, pp. 23-28 Hak cipta 2015 - Loka Litbang P2B2 Ciamis Peta status kerentanan Aedes aegypti (Linn.) terhadap insektisida cypermethrin dan malathion di Jawa Tengah The resistance map

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. vektor penyakit infeksi antar manusia dan hewan (WHO, 2014). Menurut CDC

I. PENDAHULUAN. vektor penyakit infeksi antar manusia dan hewan (WHO, 2014). Menurut CDC 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insekta telah lama dikenal sebagai kelompok hewan yang memiliki diversitas paling tinggi di muka bumi. Insekta yang tercatat oleh Sabrosky (1952), pada tahun 1948 adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

GAMBARAN PEMAKAIAN INSEKTISIDA RUMAH TANGGA DI DAERAH ENDEMIS DBD KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2013

GAMBARAN PEMAKAIAN INSEKTISIDA RUMAH TANGGA DI DAERAH ENDEMIS DBD KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2013 BALABA Vol. No. 0, Juni 20: 9-4 GAMBARAN PEMAKAIAN INSEKTISIDA RUMAH TANGGA DI DAERAH ENDEMIS DBD KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 20 DESCRIPTION OF APLICATION HOUSEHOLD INSECTICIDE IN DHF ENDEMIC AREA GROBOGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel variabel melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah penting bagi kesehatan masyarakat. Penyakit ini disebarkan melalui gigitan

Lebih terperinci

Aedes aegypti in Sekumpul Village (Martapura - District of Banjar, South Kalimantan) is tolerant to Temephos

Aedes aegypti in Sekumpul Village (Martapura - District of Banjar, South Kalimantan) is tolerant to Temephos Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 2, Desember 2012 Hal : 66-72 Penulis : 1 1. Khairatun Nisa 2 2. Arif Hargono 3. M Rasyid Ridha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vector borne disease merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan pada manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda yang dapat menularkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengue (DEN) dari kelompok Arbovirus B, yaitu termasuk arthtropod-borne virus

BAB 1 PENDAHULUAN. dengue (DEN) dari kelompok Arbovirus B, yaitu termasuk arthtropod-borne virus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di tanah air. Sejak pertama kali dilaporkan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Jumlah penderita maupun luas daerah penyebarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demam Chikungunya merupakan salah satu re-emerging disease di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demam Chikungunya merupakan salah satu re-emerging disease di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam Chikungunya merupakan salah satu re-emerging disease di kawasan Asia Tenggara disamping avian influenza dan demam kuning, penyakit ini tergolong vector-borne

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Wilayah Penelitian Gambar 4.1 Peta Kecamatan Sleman Kecamatan Sleman adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

Lebih terperinci

UJI RESISTENSI NYAMUK AEDES AEGYPTY DEWASA TERHADAP CYPERMETHRIN DI DAERAH PASAR TUA BITUNG 2016

UJI RESISTENSI NYAMUK AEDES AEGYPTY DEWASA TERHADAP CYPERMETHRIN DI DAERAH PASAR TUA BITUNG 2016 UJI RESISTENSI NYAMUK AEDES AEGYPTY DEWASA TERHADAP CYPERMETHRIN DI DAERAH PASAR TUA BITUNG 2016 Indri Grysela Karauwan 1, Janno B B Bernadus 2,Greta P Wahongan 2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue, virus ini terdiri dari 4 serotip Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Penyakit viral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dan mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dari genus Flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

Resistensi Malathion 0,8% dan Temephos 1% pada Nyamuk Aedes Aegypti Dewasa dan Larva di Kecamatan Buah Batu Kota Bandung

Resistensi Malathion 0,8% dan Temephos 1% pada Nyamuk Aedes Aegypti Dewasa dan Larva di Kecamatan Buah Batu Kota Bandung Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Resistensi Malathion 0,8% dan Temephos 1% pada Nyamuk Aedes Aegypti Dewasa dan Larva di Kecamatan Buah Batu Kota Bandung 1 Merty Dwi K, 2 Tini Rusmartini, 3

Lebih terperinci

UJI RESISTENSI LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI TERHADAP ABATE (TEMEPHOS) 1% DI KELURAHAN MAYANG MANGURAI KOTA JAMBI PADA TAHUN 2016

UJI RESISTENSI LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI TERHADAP ABATE (TEMEPHOS) 1% DI KELURAHAN MAYANG MANGURAI KOTA JAMBI PADA TAHUN 2016 UJI RESISTENSI LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI TERHADAP ABATE (TEMEPHOS) % DI KELURAHAN MAYANG MANGURAI KOTA JAMBI PADA TAHUN 06 Angeline Fenisenda, Ave Olivia Rahman, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

Hasan Boesri dan Damar Tri Boewono Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga

Hasan Boesri dan Damar Tri Boewono Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus DENGAN PENYEMPROTAN SISTEM PENGASAPAN (THERMAL FOGGING) MENGGUNAKAN INSEKTISIDA LADEN 500EC Hasan Boesri dan Damar Tri Boewono Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Insidensi DBD di seluruh dunia telah meningkat tajam dalam beberapa dekade terakhir. Lebih dari 2,5 miliar orang atau 40% penduduk dunia beresiko untuk terkena

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I 0 HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

Pengaruh Pengasapan (Thermal Fogging) Insektisida Piretroid (Malation 95%) Terhadap Nyamuk Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus di Pemukiman

Pengaruh Pengasapan (Thermal Fogging) Insektisida Piretroid (Malation 95%) Terhadap Nyamuk Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus di Pemukiman Pengaruh Pengasapan (Thermal Fogging) Insektisida Piretroid (Malation 95%) Terhadap Nyamuk Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus di Pemukiman Hasan Boesri 1, Damar Tri Boewono 1 Abstracts. The evaluation

Lebih terperinci

STATUS RESISTENSI NYAMUK AedesaegyptiTERHADAP MALATHION DI WILAYAH KERJA KKP KELAS III LHOKSEUMAWE(BerdasarkanUji Impregnated Paper danbiokimia)

STATUS RESISTENSI NYAMUK AedesaegyptiTERHADAP MALATHION DI WILAYAH KERJA KKP KELAS III LHOKSEUMAWE(BerdasarkanUji Impregnated Paper danbiokimia) STATUS RESISTENSI NYAMUK AedesaegyptiTERHADAP MALATHION DI WILAYAH KERJA KKP KELAS III LHOKSEUMAWE(BerdasarkanUji Impregnated Paper danbiokimia) Syahrizal, RetnoHestiningsih, Martini Program StudiKesehatanMasyarakatPeminatanEntomologi

Lebih terperinci

STATUS RESISTENSI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (AEDES AEGYPTI) TERHADAP MALATHION 0,8% DAN PERMETHRIN 0,25% DI PROVINSI JAWA TENGAH

STATUS RESISTENSI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (AEDES AEGYPTI) TERHADAP MALATHION 0,8% DAN PERMETHRIN 0,25% DI PROVINSI JAWA TENGAH STATUS RESISTENSI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (AEDES AEGYPTI) TERHADAP MALATHION 0,8% DAN PERMETHRIN 0,25% DI PROVINSI JAWA TENGAH Resistance Status of Dengue Haemorrhagic Fever Vector (Aedes Aegypti)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan timbulnya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk dan sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue. Ada 4 serotip virus Dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4, yang ditularkan

Lebih terperinci

UJI KERENTANAN NYAMUK AEDES SP. TERHADAP FOGGING INSEKTISIDA MALATHION 5% DI WILAYAH KOTA DENPASAR SEBAGAI DAERAH ENDEMIS DBD TAHUN 2016

UJI KERENTANAN NYAMUK AEDES SP. TERHADAP FOGGING INSEKTISIDA MALATHION 5% DI WILAYAH KOTA DENPASAR SEBAGAI DAERAH ENDEMIS DBD TAHUN 2016 UNIVERSITAS UDAYANA UJI KERENTANAN NYAMUK AEDES SP. TERHADAP FOGGING INSEKTISIDA MALATHION 5% DI WILAYAH KOTA DENPASAR SEBAGAI DAERAH ENDEMIS DBD TAHUN 2016 I WAYAN DARMA KUSUMA PROGRAM STUDI KESEHATAN

Lebih terperinci

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015 KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015 Aidil Onasis (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam berdarah dengue / DBD adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian dan telah dikenal selama > 200 tahun (CDC, 2012). Diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) pada dekade terakhir menjadi masalah kesehatan global, ditandai dengan meningkatnya kasus DBD di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Status toleransi larva Aedes aegypti terhadap temefos Penentuan staus toleransi Aedes aegypti terhadap temefos di Kelurahan Duren Sawit, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur, dilakukan

Lebih terperinci

Tingkat Kerentanan Aedes aegypti (Linn.) terhadap Malation di Provinsi Sumatera Selatan

Tingkat Kerentanan Aedes aegypti (Linn.) terhadap Malation di Provinsi Sumatera Selatan Tingkat Kerentanan Aedes aegypti (Linn.) Terhadap Malation di Provinsi... (Lasbudi P. Ambarita*, Yulian Taviv, et al.) Tingkat Kerentanan Aedes aegypti (Linn.) terhadap Malation di Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beberapa negara-negara tropis, terutama Yogyakarta. Tingginya prevalensi DBD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beberapa negara-negara tropis, terutama Yogyakarta. Tingginya prevalensi DBD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang endemis di beberapa negara-negara tropis, terutama Yogyakarta. Tingginya prevalensi DBD di negara-negara Asia Pasifik

Lebih terperinci

PENENTUAN STATUS RESISTENSI Aedes aegypti DENGAN METODE SUSCEPTIBILITY DI KOTA CIMAHI TERHADAP CYPERMETHRIN. Kec. Pangandaran, Ciamis, Jawa barat

PENENTUAN STATUS RESISTENSI Aedes aegypti DENGAN METODE SUSCEPTIBILITY DI KOTA CIMAHI TERHADAP CYPERMETHRIN. Kec. Pangandaran, Ciamis, Jawa barat PENENTUAN STATUS RESISTENSI Aedes aegypti DENGAN METODE SUSCEPTIBILITY DI KOTA CIMAHI TERHADAP CYPERMETHRIN Firda Yanuar Pradani, 1 Mara Ipa, 1 Rina Marina, 1 Yuneu Yuliasih, 1 1 Loka Litbang P2B2 Ciamis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari seorang kepada orang lain melalui gigitan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN.. HALAMAN PERNYATAAN. KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN.. HALAMAN PERNYATAAN. KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN.. HALAMAN PERNYATAAN. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN INTISARI ABSTRACT. i ii iii iv

Lebih terperinci

Status Resistensi Aedes aegypti dengan Metode Susceptibility di Kota Cimahi terhadap Cypermethrin

Status Resistensi Aedes aegypti dengan Metode Susceptibility di Kota Cimahi terhadap Cypermethrin Status Resistensi Aedes aegypti dengan Metode Susceptibility di Kota Cimahi terhadap Cypermethrin Firda Yanuar Pradani, 1* Mara Ipa, 1 Rina Marina, 1 Yuneu Yuliasih, 1 Resistance Status of Aedes aegypti

Lebih terperinci

ARTIKEL. Keywords: DHF, Spatial distribution, Cases Distance Index, Samarinda City.

ARTIKEL. Keywords: DHF, Spatial distribution, Cases Distance Index, Samarinda City. ARTIKEL DISTRIBUSI SPASIAL KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD), ANALISIS INDEKS JARAK DAN ALTERNATIF PENGENDALIAN VEKTOR DI KOTA SAMARINDA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Damar Tri Boewono,* Ristiyanto,* Widiarti,*

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh vektor masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam Berdarah Dengue

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

Keywords: Resistance, Organophosphates, Esterase enzyme Literature: 60, ( ) PENDAHULUAN

Keywords: Resistance, Organophosphates, Esterase enzyme Literature: 60, ( ) PENDAHULUAN STATUS RESISTENSI NYAMUK Aedes aegypti TERHADAP MALATHION 0,8% DI AREA PERIMETER DAN BUFFER PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG (Pengujian Berdasarkan Teknik Bioassay dan Biokimia) Tyas Iswidaty* ), Martini**

Lebih terperinci

Status Resistensi Vektor Demam Berdarah Dengue Aedes aegypti

Status Resistensi Vektor Demam Berdarah Dengue Aedes aegypti Status Resistensi Vektor... (Steven Jacub Soenjono, et. al) Status Resistensi Vektor Demam Berdarah Dengue Aedes aegypti terhadap Malathion di Kota Tomohon Resistance Status of Aedes aegypti Against Malathion,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kasus DBD di Indonesia pertama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Lebih terperinci

STANDAR PENGASAPAN (THERMAL FOGGING) DAN PENGABUTAN (ULTRA LOW VOLUME) TERHADAP PERSENTASE KEMATIAN NYAMUK AEDES AEGYPTI DAN CULEX QUINQUEFASCIATUS

STANDAR PENGASAPAN (THERMAL FOGGING) DAN PENGABUTAN (ULTRA LOW VOLUME) TERHADAP PERSENTASE KEMATIAN NYAMUK AEDES AEGYPTI DAN CULEX QUINQUEFASCIATUS STANDAR PENGASAPAN (THERMAL FOGGING) DAN PENGABUTAN (ULTRA LOW VOLUME) TERHADAP PERSENTASE KEMATIAN NYAMUK AEDES AEGYPTI DAN CULEX QUINQUEFASCIATUS Hasan Boesri dan Damar Tri Boewono Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

Resistensi Malathion dan Aktivitas Enzim Esterase Pada Populasi Nyamuk Aedes aegypti di Kabupaten Pekalongan

Resistensi Malathion dan Aktivitas Enzim Esterase Pada Populasi Nyamuk Aedes aegypti di Kabupaten Pekalongan Resistensi Malathion dan Aktivitas Enzim Esterase Pada Populasi Nyamuk Aedes aegypti di Kabupaten Pekalongan Malathion Resistance And Esterase Enzyme Activity Of Aedes aegypti Population In Pekalongan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir di seluruh belahan dunia terutama negara tropik dan subtropik sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir di seluruh belahan dunia terutama negara tropik dan subtropik sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang mengalami peningkatan beberapa

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

Hasan Boesri dan Damar Tri Boewono Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Jl. Hasanudin 123 Salatiga

Hasan Boesri dan Damar Tri Boewono Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Jl. Hasanudin 123 Salatiga PENGARUH PENGGUNAAN GLIKOL PADA INSEKTISIDA AQUA-K-OTHRINE 20 EW (b.a. Deltamethrin 21.9 g/l) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus DENGAN METODA PENGASAPAN(Thermal Fogging) Hasan Boesri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Virus dengue merupakan Anthropode-Borne Virus (Arbovirus) keluarga Flaviviridae 1, virus ini dapat menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), yang dapat berakibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering

Lebih terperinci

STUDI ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) DAN INDEKS OVITRAP DI PERUM PONDOK BARU PERMAI DESA BULAKREJO KABUPATEN SUKOHARJO. Tri Puji Kurniawan

STUDI ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) DAN INDEKS OVITRAP DI PERUM PONDOK BARU PERMAI DESA BULAKREJO KABUPATEN SUKOHARJO. Tri Puji Kurniawan STUDI ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) DAN INDEKS OVITRAP DI PERUM PONDOK BARU PERMAI DESA BULAKREJO KABUPATEN SUKOHARJO Tri Puji Kurniawan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak pertama kali dilaporkan di

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak pertama kali dilaporkan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak pertama kali dilaporkan di Jakarta dan Surabaya pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (3, 4)

BAB I PENDAHULUAN (3, 4) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tular vektor masih menjadi beban masalah kesehatan masyarakat di dunia terutama di negara-negara beriklim tropis dan subtropis (1). Nyamuk Aedes aegypti merupakan

Lebih terperinci

KEPADATAN JENTIK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Aedes sp. DI DAERAH ENDEMIS, SPORADIS DAN POTENSIAL KOTA SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

KEPADATAN JENTIK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Aedes sp. DI DAERAH ENDEMIS, SPORADIS DAN POTENSIAL KOTA SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 2014: 71-76 KEPADATAN JENTIK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Aedes sp. DI DAERAH ENDEMIS, SPORADIS DAN POTENSIAL KOTA SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH LARVAE DENSITY OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Aedes melalui gigitan

Lebih terperinci

Status Kerentanan Nyamuk Anopheles sundaicus Terhadap Insektisida Cypermerthrin Di Kabupaten Garut

Status Kerentanan Nyamuk Anopheles sundaicus Terhadap Insektisida Cypermerthrin Di Kabupaten Garut Status Kerentanan Nyamuk Anopheles sundaicus Terhadap Insektisida Cypermerthrin Di Kabupaten Garut Nunung Seniawati 1, Lukman Hakim 2 Susceptibility Status of Anopheles sundaicus Mosquitoes Against Insecticides

Lebih terperinci

UJI COBA BEBERAPA INSEKTISIDA GOLONGAN PYRETHROID SINTETIK TERHADAP VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE Aedes aegypti DI WILAYAH JAKARTA UTARA

UJI COBA BEBERAPA INSEKTISIDA GOLONGAN PYRETHROID SINTETIK TERHADAP VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE Aedes aegypti DI WILAYAH JAKARTA UTARA UJI COBA BEBERAPA INSEKTISIDA GOLONGAN PYRETHROID SINTETIK TERHADAP VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE Aedes aegypti DI WILAYAH JAKARTA UTARA Trial of Synthetic Pyrethroid Insecticides Against Dengue Haemorrhagic

Lebih terperinci

Mangkurat. korespondensi: Keywords: Density level, Aedes aegypti, water reservoirs, elementary school

Mangkurat.  korespondensi: Keywords: Density level, Aedes aegypti, water reservoirs, elementary school Alim,L.dkk. Tingkat Kepadatan Jentik Nyamuk... TINGKAT KEPADATAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti PADA TEMPAT PENAMPUNGAN AIR CONTROLLABLE SITES DAN DISPOSABLE SITES DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BANJARBARU UTARA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Lokasi Pengambilan Sampel

BAHAN DAN METODE Lokasi Pengambilan Sampel BAHAN DAN METODE Lokasi Pengambilan Sampel Nyamuk untuk bahan uji dalam penelitian ini berasal dari telur Aedes aegypti yang diperoleh dari wilayah Jakarta Timur yang memiliki kasus demam berdarah tertinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue atau disingkat DBD merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus DBD di dunia pada tahun 2010

Lebih terperinci

Syahrul Basri 1, Erlina Hamzah 2

Syahrul Basri 1, Erlina Hamzah 2 Al-Sihah : Public Health Science Journal 85-93 PENGGUNAAN ABATE DAN Bacillus Thuringensis var. Israelensis DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II SAMARINDA WILAYAH KERJA SANGGATA TERHADAP KEMATIAN LARVA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakit menular yang jumlah kasusnya dilaporkan cenderung meningkat dan semakin

Lebih terperinci

EFIKASI INSEKTISIDA BERBAHAN AKTIF CYPERMETHRIN DENGAN METODE LETHAL OVITRAP TERHADAP Aedes aegypti DI LABORATORIUM ABSTRACT

EFIKASI INSEKTISIDA BERBAHAN AKTIF CYPERMETHRIN DENGAN METODE LETHAL OVITRAP TERHADAP Aedes aegypti DI LABORATORIUM ABSTRACT Hasil Penelitian EFIKASI INSEKTISIDA BERBAHAN AKTIF CYPERMETHRIN DENGAN METODE LETHAL OVITRAP TERHADAP Aedes aegypti DI LABORATORIUM Zumrotus Sholichah*, Tri Ramadhani*, Adil Ustiawan* ABSTRACT Various

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS VECTRON 20 WP TERHADAP NYAMUK ANOPHELES SUNDAICUS DI DESA PENAGA, KECAMATAN TANJUNG UBAN KABUPATEN BINTAN, KEPULAUAN RIAU

EFEKTIFITAS VECTRON 20 WP TERHADAP NYAMUK ANOPHELES SUNDAICUS DI DESA PENAGA, KECAMATAN TANJUNG UBAN KABUPATEN BINTAN, KEPULAUAN RIAU ARTIKEL EFEKTIFITAS VECTRON 20 WP TERHADAP NYAMUK ANOPHELES SUNDAICUS DI DESA PENAGA, KECAMATAN TANJUNG UBAN KABUPATEN BINTAN, KEPULAUAN RIAU Santoso,* Akhmad Saikhu,* Yulian Taviv,* Anif Budiyanto* EFFECTIVENESS

Lebih terperinci

AKTIVITAS ENZIM ESTERASE PADA POPULASI NYAMUK AEDES AEGYPTI TERHADAP MALATION DI TIGA KABUPATEN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

AKTIVITAS ENZIM ESTERASE PADA POPULASI NYAMUK AEDES AEGYPTI TERHADAP MALATION DI TIGA KABUPATEN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA AKTIVITAS ENZIM ESTERASE PADA POPULASI NYAMUK AEDES AEGYPTI TERHADAP MALATION DI TIGA KABUPATEN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Esterase Enzyme Activity and Malation Resistance Of Aedes aegypti

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG Hilda Irianty, Norsita Agustina, Adma Pratiwi Safitri Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (5). Kasus infeksi dengue di Provinsi Jawa Tengah menempati urutan kedua secara

BAB I PENDAHULUAN.  (5). Kasus infeksi dengue di Provinsi Jawa Tengah menempati urutan kedua secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tular vektor masih menjadi beban masalah kesehatan masyarakat di dunia terutama di negara-negara beriklim tropis dan subtropis (1). Nyamuk Aedes aegypti merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue. DBD merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue. DBD merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue. DBD merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

Comparison of effectivity of abate usage models in Laboratory of Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin in 2011

Comparison of effectivity of abate usage models in Laboratory of Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin in 2011 Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 3, Juni 3 Hal : 3-43 Penulis :. Tien Zubaidah. Darmiah Korespondensi : P o l i t e k n i k

Lebih terperinci

Pengaruh curah hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan

Pengaruh curah hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan JHECDs, 3 (1), 2017, hal. 22-27 Penelitian Pengaruh curah hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan The effect of rainfall, humidity, and

Lebih terperinci

Status Kerentanan Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) pada Tahun terhadap Malation di Bandung, Jakarta, Surabaya, Palembang dan Palu

Status Kerentanan Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) pada Tahun terhadap Malation di Bandung, Jakarta, Surabaya, Palembang dan Palu 85 Status Kerentanan Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) pada Tahun 2006-2007 terhadap Malation di Bandung, Jakarta, Surabaya, Palembang dan Palu Intan Ahmad, Sita Astari, Resti Rahayu, dan Nova Hariani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akibat virus yang ditularkan oleh vektor nyamuk dan menyebar dengan cepat. Data menunjukkan peningkatan 30 kali lipat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.terlebih lagi dalam kondisi

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.terlebih lagi dalam kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan dipengaruhi beberapa faktor yakni lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.terlebih lagi dalam kondisi sosial ekonomi yang memburuk,

Lebih terperinci

PENELITIAN RESEARCH. Keywords: insecticide, anti-mosquitoes, Aedes aegypti, susceptibility, organophosphate.

PENELITIAN RESEARCH. Keywords: insecticide, anti-mosquitoes, Aedes aegypti, susceptibility, organophosphate. ASPIRATOR, 8(2), 2016, pp. 77-86 Hak cipta 2016 - Loka Litbang P2B2 Ciamis PENELITIAN RESEARCH Identifikasi Jenis Bahan Aktif dan Penggunaan Insektisida Antinyamuk serta Kerentanan Vektor DBD terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau

Lebih terperinci

Status Kerentanan Aedes Aegypti Vektor Demamm Berdarah Dengue di Kota Padang

Status Kerentanan Aedes Aegypti Vektor Demamm Berdarah Dengue di Kota Padang 440 ArtikelPenelitian Status Kerentanan Aedes Aegypti Vektor Demamm Berdarah Dengue di Kota Padang Kharisma Putra D 1, Hasmiwati 2, Arni Amir 3 Abstrak Salah satu upaya untuk mengurangi kasus DBD adalah

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2003). Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue.

DAFTAR PUSTAKA. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2003). Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue. DAFTAR PUSTAKA Atmosoehardjo S (1991). Suatu Upaya Pengendalian Penggunaan Pestisida Melalui Pendekatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Surabaya : FK Unair. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2003).

Lebih terperinci

MALATHION DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN SLEMAN, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

MALATHION DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN SLEMAN, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN RESISTENSI NYAMUK Aedes aegypti TERHADAP MALATHION DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN SLEMAN, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Efektifitas Pemberdayaan Kelompok Ibu Rumah Tangga Dalam Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Praktek Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

Efektifitas Pemberdayaan Kelompok Ibu Rumah Tangga Dalam Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Praktek Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Efektifitas Pemberdayaan Kelompok Ibu Rumah Tangga Dalam Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Praktek Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Adiarsa Barat Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data) Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 4, Desember 2013 Hal : 175-180 Penulis : 1. Junus Widjaja 2. Hayani Anastasia 3. Samarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 2,5 milyar manusia yang merupakan 2/5 dari penduduk dunia mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya sekitar 50 sampai 100 juta penderita

Lebih terperinci

Aktivitas enzim monooksigenase pada populasi nyamuk Aedes aegypti di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang

Aktivitas enzim monooksigenase pada populasi nyamuk Aedes aegypti di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang ASPIRATOR, 7(1), 2015, pp. 1-6 Hak cipta 2015 - Loka Litbang P2B2 Ciamis Aktivitas enzim monooksigenase pada populasi nyamuk Aedes aegypti di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang Monooxygenase activitity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis rancangan penelitian termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross-Sectional. Studi Cross-Sectional merupakan

Lebih terperinci