BAB I PENDAHULUAN. setiap warga masyarakat guna mendapatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan dengan tujuan mengusahakan kesehatan yang paripurna bagi setiap warga masyarakat guna mendapatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya (UU Kesehatan RI No 36, 2009). Fungsi utama rumah sakit adalah melakukan upaya kesehatan dasar, upaya kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Ada 5 revenue center dalam rumah sakit yaitu instalasi rawat jalan, instalasi rawat darurat, instalasi laboratorium patologi klinik dan patologi anatomi, instalasi radiologi, dan instalasi farmasi. Instalasi farmasi merupakan salah satu revenue center utama mengingat lebih dari 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi yang meliputi obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan dan alat kesehatan habis pakai, alat kedokteran, dan gas medik. Luasnya peran Instalasi Farmasi dalam menunjang kelancaran pelayanan kesehatan membuat hampir 50% dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi (Yusmainata, 2005). RSUD Klungkung adalah rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Klungkung dengan tipe kelas C yang didalamnya terdapat Instalasi Farmasi. Berdasarkan pengamatan serta mendengar keluhan beberapa pegawai di instalasi farmasi, sebetulnya ada beberapa masalah di lingkungan kerja Instalasi Farmasi RSUD Klungkung. Keluhan itu meliputi struktur organisasi yang belum ada, 1

2 2 minimnya komunikasi antar pegawai, kurangnya saranan dan prasarana serta masih rendahnya jasa pelayanan yang diterima. Lingkungan kerja merupakan suatu lingkungan dimana para pegawai bekerja dan dapat mempengaruhi mereka dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Pada sebuah organisasi, sudah selayaknya mempunyai struktur organisasi Struktur organisasi berfungsi dimana untuk memberi gambaran tentang garis perintah kerja, tanggung jawab masing-masing pegawai terhadap pekerjaannya serta kepada siapa akan mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya. Sampai dengan Nopember 2011, Instalasi Farmasi belum mempunyai struktur organisasi. Pegawai Instalasi Farmasi berjumlah 24 orang, yang terdiri dari 5 orang apoteker, 11 orang asisten apoteker serta 8 orang tenaga administrasi. Instalasi farmasi melayani seluruh kebutuhan perbekalan farmasi beserta administrasinya yang meliputi obat dan alat kesehatan, baik untuk pasien umum, pasien JKBM, Jamsostek, Askes serta pasien Jamkesmas. Dengan pegawai sebanyak 24 orang, Instalasi Farmasi masih kekurangan tenaga untuk melayani seluruh pasien sebab kunjungan pasien terutama pasien JKBM dan Jamkesmas setiap bulan semakin meningkat. Kekurangan tenaga ini berpengaruh terhadap kualitas pelayanan serta ketertiban administrasi dalam pengelolaan obat di Instalasi Farmasi. Secara umum, seseorang yang terlibat dalam suatu pekerjaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi karakteristik personal, situasional dan hasil kerja. Yang termasuk di dalam karakteristik personal adalah umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin serta lama kerja (Hartatik, 1991).

3 3 Masalah lainnya adalah kurang terjalinnya komunikasi antara sesama pegawai Instalasi Farmasi. Di antara rekan kerja, yang terjadi selama ini hanya komunikasi secara lisan saat pergantian shift jaga tanpa disertai komunikasi tertulis. Komunikasi yang hanya dilakukan secara lisan sangat rentan dilupakan oleh penerima pesan karena pekerjaan sudah banyak menunggu dan harus melakukan pelayanan. Kurangnya komunikasi ini dapat menimbulkan miss communication. Selain komunikasi, minimnya sarana dan prasarana pendukung pelayanan dan pengelolaan obat ikut menjadi masalah tersendiri di Instalasi farmasi. Kurangnya alat blender obat serta pengepresan puyer menjadi salah satu penyebab terhambatnya pelayanan kepada pasien. Selain itu, kurangnya sarana pendingin ruangan ikut berpengaruh terhadap sediaan fisik obat-obatan. Permasalahan terakhir yang paling sering dikeluhkan adalah rendahnya jasa pelayanan yang diterima oleh pegawai Instalasi Farmasi. Dengan semakin bertambahnya jumlah pasien yang dilayani, baik pasien umum, JKBM, Jamsostek, Askes maupun Jamkesmas tidak membuat perolehan jasa pelayanan meningkat. Padahal, jasa pelayanan merupakan salah satu bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja. Permasalahan yang terjadi di dalam Instalasi Farmasi RSUD Klungkung ternyata menjadi temuan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Propinsi Bali saat melakukan audit di RSUD Klungkung. Sebagai rumah sakit milik pemerintah, BPK mempunyai wewenang memeriksa kondisi keuangan, administrasi serta kinerja rumah sakit. Salah satu unit yang ikut diperiksa oleh BPK adalah Instalasi Farmasi. Pada bulan April 2011 sampai dengan Mei 2011, BPK melakukan audit dan pemeriksaan di Instalasi Farmasi RSUD Klungkung.

4 4 Pada saat pemeriksaan, BPK menemukan beberapa kesalahan di antaranya belum adanya struktur organisasi dan standar kerja operasional serta kesalahan dalam administrasi pengelolaan obat di Instalasi Farmasi. Kesalahan administrasi pengelolaan obat terlihat dari sistem pencatatan obat masuk dan keluar, baik dari gudang ke apotik maupun saat gudang menerima obat masuk. Saat terjadi pengeluaran obat, tidak ditemukan otoritas serta legalitas, baik pengamprah obat maupun pemberi obat sehingga banyak obat-obat yang tidak tercatat di kartu stok. Banyaknya permasalahan di dalam Instalasi Farmasi RSUD Klungkung tentunya akan berdampak terhadap motivasi masing-masing pegawai dalam melakukan pekerjaan serta pelayanan, sebab salah satu pendorong motivasi adalah lingkungan kerja yang menyenangkan. Menurut Mangkunegara (2006), faktor lingkungan kerja sangat menunjang individu untuk mencapai prestasi kerja. Lingkungan Kerja adalah kondisi-kondisi material dan psikologis yang ada dalam organisasi. Maka dari itu organisasi harus menyediakan lingkungan kerja yang memadai seperti lingkungan fisik yang meliputi tata ruang kantor yang nyaman, lingkungan yang bersih, pertukaran udara yang baik, warna, penerangan yang cukup, serta lingkungan non fisik. Yang termasuk dalam ruang lingkup lingkungan non fisik adalah suasana kerja karyawan, kesejahteraan karyawan, hubungan antar sesama karyawan, dan hubungan antar karyawan dengan pimpinan. Lingkungan kerja yang baik dapat mendukung pelaksanaan kerja sehingga karyawan memiliki semangat bekerja dan meningkatkan kinerja karyawan. Lingkungan kerja perlu mendapat perhatian agar motivasi kerja pegawai menjadi tinggi sehingga tercapai prestasi kerja yang optimal. Peningkatan motivasi akan

5 5 berpengaruh terhadap rasa tanggungjawab pegawai untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Menurut (Al-Anzi,2009), (Soelehan,2009), (Rahayu,2007), lingkungan kerja mempunyai peranan penting untuk memotivasi kerja pegawai agar pegawai menikmati pekerjaan yang mereka lakukan dan memiliki kebanggaan terhadap pekerjaannya sehingga akan meningkatkan kinerja agar tercapai tujuan yang diinginkan. Lingkungan kerja tidak hanya terkait dengan kondisi fisik tetapi juga meliputi komunikasi antar pegawai, hubungan dengan manajemen dan rekan kerja serta tanggung jawab terhadap pekerjaan. Motivasi merupakan serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu (Rivai, 2005). Motivasi individu untuk bekerja merupakan hal penting yang ikut berperan dalam keberhasilan suatu organisasi. Apabila seorang individu memiliki motivasi tinggi untuk melakukan sesuatu, tindakannya akan berbuah keberhasilan dan mencapai kinerja seperti yang diharapkan. Adanya motivasi dari pegawai akan berpengaruh terhadap kinerja pegawai tersebut sebab motivasi merupakan faktor penentu kinerja. Motivasi merupakan proses merangsang orang untuk bertindak dan melakukan tugas yang sudah diberikan. Bila orang sudah memiliki motivasi dalam melakukan tugasnya maka secara otomatis akan ada peningkatan kinerja (Oluseyi, Hammed, 2009) Kinerja (perfomance appraisal) adalah proses dimana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Hasil dari penilaian kinerja akan digunakan sebagai dasar untuk mengambil serta memperbaiki keputusankeputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang

6 6 pelaksanaan kerja mereka (Handoko, 2001). Dampak dari penilaian kinerja pegawai ada dua meliputi dampak positif yaitu mengarah kepada kemajuan organisasi dan peningkatan produktivitas dan dampak negatif yang mengarah pada menurunnya produktivitas pegawai (Hartatik, 1991). Dengan adanya beberapa permasalahan di dalam Instalasi Farmasi RSUD Klungkung, membuat Instalasi Farmasi harus mulai membenahi diri untuk mencari solusi yang baik untuk meningkatkan kinerja pegawainya. Salah satunya dengan cara melakukan penilaian kinerja, sebab penilaian kerja yang dilakukan seobyektif mungkin akan memotivasi pegawai dalam melakukan pekerjaannya. Selain itu, penilaian kinerja akan dapat memberi informasi kepada organisasi terkait dengan prestasi kerja, promosi jabatan serta perilaku pegawai. Bila permasalahan di dalam Instalasi Farmasi RSUD Klungkung dapat ditemukan solusinya, maka diharapkan pegawai instalasi farmasi akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya atau sebaliknya. Sehingga dengan adanya dorongan motivasi dan peningkatan kinerja diharapkan akan mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya penyediaan perbekalan farmasi. Selain memiliki misi sosial, rumah sakit juga sebagai unit bisnis. Sehingga dalam lingkungan bisnis yang kompetitif saat ini, rumah sakit sebagai suatu organisasi harus dapat memanfaatkan potensi tenaga kerja yang dimiliki. Agar dapat mencapai produktivitas tinggi, diperlukan lingkungan kerja yang baik dan mendukung pekerjaan sehingga akan berdampak pada motivasi kerja dan kinerja (Chandrasekar, 2011).

7 7 Berdasarkan pengamatan tentang permasalahan yang ada di Instalasi Farmasi RSUD Klungkung, membuat penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja di Instalasi Farmasi RSUD Klungkung terhadap motivasi kerja serta kinerja pegawai Instalasi Farmasi RSUD Klungkung tahun Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah lingkungan kerja berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai Instalasi Farmasi RSUD Klungkung? 2. Apakah lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai Instalasi Farmasi RSUD Klungkung? 3. Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai Instalasi Farmasi RSUD Klungkung? 4. Apakah lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja melalui motivasi kerja? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap motivasi kerja pegawai Instalasi Farmasi RSUD Klungkung. 2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai Instalasi Farmasi RSUD Klungkung. 3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai Instalasi Farmasi RSUD Klungkung.

8 8 4. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja melalui motivasi kerja. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara praktis maupun teoritis Manfaat praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada management RSUD Klungkung khususnya pegawai Instalasi Farmasi RSUD Klungkung sebagai langkah perbaikan dalam hal kinerja sehingga tidak mengulangi kesalahan dalam pengelolaan perbekalan farmasi. 2. Penelitian ini diharapkan menjadi kajian untuk meningkatkan sumber daya manusia di RSUD Klungkung khususnya di Instalasi Farmasi Manfaat teoritis 1. Sebagai bahan kajian untuk penelitian yang lebih baik di masa mendatang. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan dalam memperkuat hasil-hasil studi yang berhubungan dengan pengaruh lingkungan kerja terhadap motivasi dan kinerja pegawai.