BAB I PENDAHULUAN. tinggi sangat diperlukan dalam pembentukan perilaku terpuji siswa. Dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. tinggi sangat diperlukan dalam pembentukan perilaku terpuji siswa. Dalam"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dunia pendidikan dihebohkan dengan munculnya berbagai berita yang memprihatinkan yang terjadi dilingkungan pendidikan. Kondisi moral generasi muda yang rusak atau hancur. Hal ini ditandai dengan maraknya seks bebas di kalangan remaja, peredaran narkoba, tawuran pelajar, peredaran foto dan video porno pada kalangan pelajar, dan sebagainya. 1 Figur guru dengan standar kompetensi dan tanggung jawab yang tinggi sangat diperlukan dalam pembentukan perilaku terpuji siswa. Dalam hal ini, guru PAI memegang peranan yang cukup penting dalam mengarahkan, membimbing dan membantu peserta didik mengembangkan standar perilakunya. Oleh karena itu guru PAI harus mampu menjadi pembimbing, teladan, pengawas dan pengendali perilaku peserta didik. Guru sebagai komponen penting dalam pendidikan memiliki pengaruh yang dapat dirasakan secara lansung dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok, dan kehidupan setiap individu. Jika bidang-bidang lain menciptakan sarana dan prasaraa bagi 1 Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori Dan Praktek Di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.2 1

2 2 kepentingan manusia, maka pendidikan berurusan langsung dengan pembentukan manusianya. 2 Anak dalam proses pendidikan, tidak serta merta belajar dengan sendirinya melainkan perlu diberikan dukungan-dukungan baik dari lembaga pendidikan secara formal maupun melalui jalur pendidikan non formal. Didalam proses pendidikan itulah, pembinaan ahlak dan karakter siswa berlangsung dengan bimbingan-bimbingan dan pengarahan dari para pendidik dan guru sehingga proses pendidikan yang terjadi tidak menyimpang dari garis yang telah diharapkan. Termasuk didalamnya, pendidikan juga berfungsi membentuk mental/karakter sehingga diperlukan kepedulian dan tanggung jawab dari seorang guru. Guru dituntut untuk lebih profesional dalam menjalankan pembelajaran. Tidak hanya itu, guru bahkan dituntut peran dan tanggungg jawabnya sebagai pendidik sehingga mampu memberikan output lulusan yang benar-benar memiliki bekal keilmuan dan dilandasi dengan kepribadian berkarakter. Siswa sebagai generasi muda calon penerus bangsa akhirnya mampu menerapkan keilmuan dan bekal kepribadiannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di masa yang akan datang. Untuk itulah, diperlukan strategi dan metode pembelajaran yang tepat sasaran. Pada era globalisasi sekarang ini, berbagai media masa, baik media cetak, maupun elektronik menginformasikan kasus-kasus tindakan 2 E. Mulyasa, Menjadi guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.4

3 3 kriminal yang dilakukan oleh anak-anak seperti: Narkoba, penyimpangan seksual, bahkan pembunuhan. Sehingga diperlukan pendidikan karakter pada siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam pembentukan karakter sangat penting bagi guru, harapannya agar anak-anak memiliki karakter yang baik. Hal ini dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Pergaulan bebas dan perilaku menyimpang saat ini seolah telah menemukan batas kewajarannya. Pergaulan bebas di kalangan remaja dan pelajar yang marak akhir-akhir ini merupakan berita yang memilukan bagi semua pihak, baik orang tua, guru mapun masyarakat. Akibat perkembangan zaman, mobilitas sosial dan pengaruh media elektronik, pola komunikasi antaranggota masyarakat mengalami pergeseran. 3 Pergaulan bebas, minum-minuman keras, bahkan penggunaan obat-obatan terlarang seperti: Narkoba, sabu-sabu, dextro, ganja, kini sudah tidak lagi terbatas pada masyarakat umum namun juga kalangan pelajar. Hal ini disebabkan karena lemahnya pengawasan orang tua, guru, masyarakat, tokoh agama, serta gaya hidup bebas layaknya perkotaan, ditambah lagi karena kurangnya kepekaan mereka terhadap lingkungan dan pengaruh pergaulan. Dengan adanya permasalahan tersebut perlu adanya pengawasan dan pendidikan karakter pada diri siswa sehingga siswa tidak terpengaruh oleh perubahan-perubahan zaman sekarang ini. 3 Abd. Rahman Assegaf, pendidikan Tanpa Kekerasan, Tipologi Kondisi, Kasus dan Konsep, (Yogyakarta: Tiara, 2004), Cet. Pertama, hlm.22-28

4 4 Guru tidak bisa hanya memberikan pengajaran dengan pendekatan kognitif yang cenderung menghantarkan siswa pandai meghafal materi namun minim esensi yang disampaikan. Akan tetapi, seorang guru juga harus mampu menempatkan pendekatan afektif dan psikomotorik sehingga mampu menciptakan generasi unggul, cerdas sekaligus ditopang dengan kepribadian luhur dan berkarakter. Sayangnya, tidak semua guru, termasuk guru pendidikan agama Islam mampu mempraktikkan gagasan tersebut dalam dimensi pendidikan, sehingga output yang dihasilkan pada setiap sekolah pun akan berbeda. Sekolah Menengah Pertama Wahid Hasyim notabene menjadi lembaga pendidikan yang memberikan porsi pendidikan agama lebih banyak dari pada tingkatan Sekolah Menengah Pertama pada umumnya karena SMP Wahid Hasyim Marupakan sekolah swasta yang mata pembelajarannya sama seperti Madrasah Tsanawiyah, tentu harapan orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMP Wahid Hasyim agar anak mereka mendapatkan pengetahuan keagamaan yang lebih dan berakhlakul karimah. Dengan mendapatkan pengetahuan keagamaan yang baik tentu berbanding lurus dengan nilai karakter yang akan didapatkan si anak. Begitupun harapan orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMP Wahid Hasyim supaya karakter anak mereka baik dan berakhlak mulia. Harapan dan keinginan para orang tua seperti disebutkan di atas menurut analisa penulis, hal tersebut sebagaian besar muncul karena adanya kekhawatiran yang timbul pada masa sekarang ini, bagaimana

5 5 tidak, kenakalan siswa di antaranya, bolos sekolah, tawuran, minuman keras, narkoba, tindakan asusila, menjadi potret hitam di dunia pendidikan. Anak-anak yang sekolah di SMP Wahid Hasyim itu kebanyakan anak-anak pesisir yang kita tahu bahwa anak pesisir cenderung frontal dan berakhlak kurang baik, berangkat dari kondisi seperti itu wajar bila SMP Wahid Hasyim diharapkan menjadi lembaga pandidikan yang dapat menempa para peserta didik di Pekalongan Utara pada khususnya agar menjadi manusia yang religius, jujur, disiplin dan bertanggung jawab, sesuai dengan cerminan nilai-nilai karakter. Dari sini diperlukan strategi khusus dari guru PAI dalam membentuk karakter siswa SMP Wahid Hasyim sangat penting untuk menghadapi tantangan Zaman pada Era globalisasi saat ini. SMP Wahid Hasyim merupakan salah satu sekolah yang didirikan oleh yayasan Ma arif NU yang ada di kota Pekalongan, di sekolah ini banyak kegiatan baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam kegiatan penunjang diluar pembelajaran yang bernuansa islami. Peserta didik di SMP Wahid Hasyim ini setiap pagi dianjurkan untuk membaca Doa ketika mau memulai pelajaran dan hafalan juz amma, para siswa masuk jam 7 tepat dan untuk guru di SMP Wahid Hasyim masuk jam.06.45, melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di mushola sekolah secara bergantian antara kelas 1, 2 dan 3, dengan waktu yang sudah di tentukan dari sekolah. Diharapkan dengan ditanamkannya karakter-karakter religius tersebut dapat membentengi siswa dalam berperilaku dalam kesehariannya. Berdasarkan

6 6 Pemaparan diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai: STRATEGI GURU PAI DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SMP WAHID HASYIM PEKALONGAN. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang diteliti dapat diidentifikasikasikan sebagai berikut. 1. Bagaimana strategi guru pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan? Untuk lebih memudahkan dalam memahami judul penelitian agar pemahaman tidak melebar, maka perlu adanya penegasan istilah. Istilah yang perlu ditegaskan pada judul penelitian diatas adalah sebagai berikut: 1. Strategi Strategi adalah rencana yang cemat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus Guru PAI Guru PAI merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran pendidikan agama islam. Guru PAI adalah sosok pembentuk jiwa dan pembangun kepribadian anak didik yang diharapkan dapat mengaplikasikan perannya dalam menghadapi perilaku-perilaku menyimpang yang kian marak dikalangan pelajar 4 Debdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm.228

7 7 saat ini. Jadi yang dimaksud peran guru PAI dalam penelitian ini adalah keikutsertaan guru PAI dalam proses pembelajaran yang diharapkan dapat mengaplikasikan perannya dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. 3. Membentuk karakter Maksud dari karakter yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah membentuk pribadi yang religius, jujur, disiplin dan bertanggung jawab. Dengan kegiatan-kegiatan yang ada di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. 4. Siswa Siswa adalah Orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. 5 Dan yang dimaksut siswa dalam penelitian ini adalah semua siswa yang ada di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. Berdasarkan uraian diatas, maka yang peneliti maksudkan dari judul ini adalah suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana peran Guru PAI dalam membentuk karakter peserta didik di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. C. Tujuan penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu: 5 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Anak didik dalam interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm.51

8 8 1. Untuk mengetahui peran guru PAI dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan? 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan? D. Kegunaan penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Secara Teoretis Secara Teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan mengenai pembentukan karakter siswa. 2. Secara Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi sekolah dan guru dalam membentuk karakter siswa dan dapat dijadikan dasar untuk membuat kebijakan bagi sekolah dan guru dalam membentuk karakter. E. Tinjauan pustaka 1. Analisis Teori Secara umum, strategi dapat diartika sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seesorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Dalam kamus besar bahasa indonesia, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (yang diinginkan). Dalam buku Strategi belajar mengajar Hamdani juga berpendapat bahwa strategi adalah suatu prosedur yang digunakan

9 9 untuk memberikan suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. 6 Kata pendidik (guru) dalam islam identik dengan kata murabbiy yaitu, seseorang yang memiliki tugas mendidik dalam arti pencipta, pemelihara, pengatur, pengurus, dan memperbaharui (memperbaiki) kondisi peserta didik agar berkembang potensinya. 7 Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. 8 Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis, Praktis karya H. Samsul Nizar dijelaskan bahwa pendidikan islam merupakan proses membimbing dan membina fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik sebagai muslim paripurna (insan kamil). Melalui sosok pribadi demikian, peserta diharapkan mampu memadukan fungsi iman. Ilmu dan amal secara integral bagi terbinanya kehidupan harmonis baik dunia maupun akhirat. 9 Rama Yulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menyatakan bahwa kehadiran guru dalam proses belajar mengajar merupakan hlm.85 hlm Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hlm.18 7 A.Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), 8 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), 9 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm.38

10 10 peranan yang penting, peranan guru itu belum dapat digantikan oleh teknologi seperti radio, televisi, tape rcorder, internet, komputer maupuan teknologi yang paling modern sekalipun. Banyak unsurunsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, dan keteladanan, yang diharapkan dari hasil proses pembelajaran, yang tidak dapat dicapai kecuali melalui pendidik. Konsep operasional pendidikan islam adalah proses transformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai islam dalam rangka mengembangkan fitrah dan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik guna mencapai keseimbangan dan kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan, maka pendidik mempunyai peran yang sangat penting dalam pendidikan islam. 10 Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Guru Anak Didik dalam Interaksi Edukatif menjelaskan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, disekolah maupun luar sekolah. 11 Hamzah B. Uno dalam bukunya Profesi Kependidikan mengemukakan bahwa guru harus dapat menjadi contoh (suri teladan) bagi peserta didik, karena pada dasrnay guru adalah representasi dari 10 Ramayulis, Ilmu Pendidikan islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), Cet.7, hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru Anak didik dalam interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm.32

11 11 sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru. 12 GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama islam adalah, usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 13 Karakter yang baik adalah kebaikan. Kebaikan seperti kejujuran, keberanian, keadilan, dan kasih sayang adalah disposisi untuk berperilaku secara bermoral. Karakter adalah objektifitas yang baik atas kualitas manusia, baik bagi manusia diketahui atau tidak. 14 Karakter secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviours), motifasi (motivations), dan ketrampilan (skills). Karakter rmeliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai 12 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Akasara, 2007), hlm Muhaimin. et. al., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm Thomas Lickona, Character Matters, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hlm

12 12 keaadaan dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya. 15 Zaem El Mubarok dalam bukunya Membumikan Pendidikan Nilai menyebutkan membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain Penelitian yang Relevan Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, terlebih dahulu telah dilakukan penelaahan terhadap judul-judul skripsi yang ada relevansinya dengan judul penelitian ini. Skripsi dari Royanah seorang mahasiswi STAIN Pekalongan yang berjudul Peran Guru PAI dalam membentuk perilaku terpuji siswa MA Nurul Hidayah Mjalangu Kecamatan Watukumpul kabupaten Pemalang. Dalam peneitian ini menunjukkan hasil bahwa Guru PAI berperan dalam pembentukan perilaku terpuji siswa di MA Nurul Hidayah Majalangu Kec. Watukumpul Kab. Pemalang. Dalam pembentukan perilaku terpuji siswa guru PAI menggunakan pendidikan keteladanan dan pembiasaan dilakukan dalam berbagai aspek di antaranya kedisiplinan, sopan santun, serta dalam peningkatan keimanan dan ketakwaan melalui ibadah Ngainun Naim, Character Building,(Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012), hlm Zaim El Mubarok, Membumikan Pendidkan nilai, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm Royanah, Peran Guru PAI dalam membentuk perilaku terpuji siswa MA Nurul Hidayah Mjalangu Kecamatan Wtukumpul kabupaten Pemalang, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm.vii

13 13 Selanjutnya skripsi yang di tulis oleh Dairoh, Peran Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Membentuk Karakter Anak Di Kelompok Bermain Masitoh Silirejo, Dalam penelitian menunjukkan hasil bahwa Peran pendidikan anak usia dini dalam membentuk karakter anak di KB Masitoh Silirejo sebagai peran pembentukan karakter anak yang sesuai dengan indikator pencapaian kemampuan anak dalam menu pembelajaran generik, seperti anak mengucapkan salam, tidak menangis jika berpisah dengan orang tua, membereskan mainan setelah selesai main, menunggu giliran, dll. Dalam kegiatan pembelajaran pembentukan karakter anak menggunakan metode permainan dan pembiasaan. Pada kurikkulum pendidikan anak usia dini KB Msithoh Silirejo memiliki nilai-nilai karaakter sebagai berikut: Religius, Kreatif, disiplin, gemar membaca, tanggung jawab, mandiri dan komunikatif. 18 Penelitian penulis hampir sama dengan penelitian di atas yang sama-sama menggunakan tehnik deskriptif dalam analisisnya dan sama-sama meniliti tentang karakter. Penelitian yang pertama membahas tentang Pera guru PAI dalam membentuk perilaku terpuji dan penelitian yang kedua mengenai Peran Pendidikan Anak Usia Dini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya terletak pada pemfokusan masalah dan tempat penelitiannya, pada penelitian 18 Dairoh, Peran Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Membentuk Karakter Anak Di Kelompok Bermain Masitoh Silirejo, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm.vii

14 14 yang pertama terfokus pada perilaku terpuji, peneliti pertama memfokuskan pada peran Guru pendidikan Agama Islam dalam perilaku terpujinya, dan penelitian yang kedua mengenai peran pendidikan pada anak usia dini. Akan tetapi pada penelitian yang penulis teliti mengenai strategi guru PAI dalam membentuk karakter siswa dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan juga dengan kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah SMP Wahid Hasyim Pekalongan yang di harapkan dapat membentuk karakter peserta didik dengan adanya strategi tersebut. 3. Kerangka Berpikir Strategi guru PAI dirasakan sangatlah besar pengaruhnya dalam membentuk karakter peserta didik. Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar dengan menyampaikan materi ajar agar anak didik menguasai materi tersebut sehingga memperoleh nilai akademis yang baik. Namun, guru juga merupakan orang tua kedua bagi peserta didik di sekolah sehingga ia bertanggung jawa untuk mendewasakan peserta didik dan membina akhlaknya. Guru merupakan model dan teladan bagi anak didiknya, setiap tingkah laku guru akan diamati dan diikuti oleh peserta didik. Keteladanan guru sangat penting untuk membentuk karakter anak. Anak akan memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru serta anak juga melihat kepribadian guru, lalu meneladaninya dan timbul untuk melakukan karakter yang baik tersebut. Dalam proses pembelajaran

15 15 keberadaan guru merupakan figur yang sangat sentral. Ia memiliki kewenangan menyusun rencana mengajar, mengatur proses pembelajaran dan evaluasi. Melalui kewenangan inilah, guru dapat memasukkan aspek pembentukan karakter. F. Metode penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk melaporkan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 19 Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik untuk mencapai pada tujuan penelitian. Teknik tersebut meliputi: 1. Desain Penelitian a. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang ditunjukkan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau persepektif partisipan, partisipan adalah orang yang diajak wawancara, observasi, dan diminta memberikan data, pendapat dan pemikirannya yang menggunakan strategi penelitian yang bersifat fleksibel, menggunakan aneka kombinasi dan teknik-teknik untuk mendapatkan data falid Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung : Cv Alfabeta, 2008), Cet.5, hlm Nana Syaodih Sukamdinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), h.94-95

16 16 Pendekatan tersebut digunakan dalam penelitian ini guna memahami makna dibalik data yang tampak, memastikan kebenaran dari data yang tampak. Gejala sosial sering tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan seseorang begitu juga dengan data sosial, sering sulit dipastikan kebenarannya. Dalam penelitian ini, yang dilakukan adalah mencari kebenaran dari strategi guru PAI dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. b. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dikancah atau tempat terjadinya gejala-gejala yang diselidiki. 21 Dalam penelitian ini dilakukan pada siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. 2. Sumber Data Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Sumber Data Primer Data primer adalah sumber data yang diperoleh dari sumber utama. 22 Yang menjadi sumber primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, peserta didik di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. b. Sumber Data Sekunder 21 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006) hlm Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm.91

17 17 Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas untuk memperjelas sumber data primer berupa data kepustakaan yang berkorelasi dengan pembahasan objek. 23 Adapun yang menjadi sumber data tersebut yaitu berupa referensi-referensi yang memuat berbagai informasi tentang strategi guru Pendidikan Agama Islam, seperti buku-buku dan sumber lain yang relevan dengan penelitian ini. 3. Teknik Pengumpulan Data Peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu: a. Metode Observasi Metode observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan objek, baik secara langsung maupun tidak langsung. Metode ini di gunakan untuk mengumpulkan data penelitian baik dengan cara mengamati maupun mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan peran guru PAI dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. b. Metode Wawancara 23 Saefudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 92.

18 18 Metode interview adalah sebuah wawancara yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari terwawancara. 24 Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data, terutama untuk mengetahui peran guru PAI dalam membentuk karakter serta faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. Adapun yang di wawancarai dalam penelitian ini yaitu guru, siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. 25 Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang bersifat dokumenter yaitu data-data tentang jumlah peserta didik, jumlah guru, struktur organisasi dan sebagainya, sebagai data pendukung yang dibutuhkan di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. 4. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara menorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat Suharsimi Arikunto, Ibid, hlm Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 128-

19 19 kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. 26 Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yaitu berangkat dari kasus-kasus bersifat khusus berdasarkan pengalaman nyata kemudian dirumuskan menjadi definisi bersifat umum. 27 Adapun tahap-tahap analisis data menurut model Miles dan Huberman (model interaktif) antara lain: a. Pengumpulan Data Pengumpulan data yaitu proses pencarian data yang dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. b. Reduksi Data Reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang diperoleh dilapangan kemudian memasukan informasi kedalam daftar yang berbeda. Setelah hasil catatan lapangan, wawancara, rekamandan data lain yang tersedia, tahap seleksi berikutnya adalah perangkuman data, merumuskandata, mengelompokan dan menyajikan data secara tertulis. c. Penyajian Data 2003), hlm Sugiyono, MetodePenelitianPendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

20 20 Penyajian data adalah deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan interprestasi data, penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data dalam penelitian ini akan di sajikan dalam bentuk teksnaratif. d. Penarikan Kesimpulan Sejak permulaan pengumpulan data, peneliti akan mencari makna dari setiap gejala yang diperoleh di lapangan, pencatatan keteraturan, pola, tema, konfigurasi, alur kausalitas dan proposisi. Selama penelitian masih berlangsung, setiap kesimpulan yang ditetapkan akan terus-menerus diverifika sehingga dapat diperoleh konklusi yang validitasnya dapat dipertanggung jawabkan. 28 Maka dalam penelitian ini data yang diperoleh dan dikumpulkan baik melalui observasi, wawancara, maupun dokumentasi berkaitan dengan strategi guru PAI dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan dilakukan penyusunan selanjutnya interpretasi dan penafsiran data dilakukan dengan mengacu kepada rujukan teoritis yang berhubungan dan sesuai dengan konteks penelitian. G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut: Bab I Pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan garis besar (pokok penulisan penelitian) yang berisi latar belakang masalah, rumusan Sugiyono, Metode Peneltian Kuantitatif Kualiatif (Bandung :Alfabeta, 2008), hal. 252-

21 21 masalah, tujuan penelitian, kegunaan peneltian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan tentang guru pendidikan agama islam dan karakter siswa. Pertama tentang Guru Pendidikan agama islam meliputi pengertian guru PAI, tugas guru PAI, syarat guru PAI, sifat guru PAI. Kedua tentang karakter siswa meliputi pengertian karakter siswa, nilai-nilai karakter siswa, faktor-faktor yang mempengaruhi karakter. Bab III Gambaran umum sekolah SMP Wahid Hasyim Pekalongan. Meliputi profil di SMP Wahid Hasyim. Dalam bab ini berisi tentang kondisi lapangan tempat penelitian. Pertama, profil sekolah SMP Wahid Hasyim Pekalongan, visi dan misi, struktur organisasi sekolah, dan profil guru PAI di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. Kedua, berisi tentang bagaimana strategi Guru PAI dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. Ketiga, faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. Bab IV Analisis strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter siswa di di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. Dalam bab ini berisi tentang, pertama: Analisis strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan, dan kedua, analisis faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. BAB V Penutup, bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran.

22 22

BAB I PENDAHULUAN. membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter berarti

BAB I PENDAHULUAN. membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter berarti memiliki karakter,

Lebih terperinci

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan agama seharusnya memang sejak dini sudah mulai diberikan kepada anak karena perkembangan jiwa anak telah mulai tumbuh sejak kecil, sesuai dengan fitrahnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia seutuhnya yang bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat dan bagi negaranya. Hal ini selaras dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid. Baik secara individual maupun klasikal, baik disekolah maupun diluar sekolah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian generasi muda. Gejala kemerosotan moral antara lain diindikasikan dengan merebaknya kasus penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan masalah yang kompleks karena setiap individu yang belajar melibatkan aspek kepribadiannya, baik fisik maupun mental sehingga akan terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator salah satunya, lulusan dari sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penulisan Dalam kehidupan yang modern seperti sekarang ini tanggung jawab semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 36. Edukatif, hlm.37

BAB I PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 36. Edukatif, hlm.37 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitan Pendidikan merupakan bahasan penting dalam setiap insan. Keberadaannya dianggap suatu hal yang mendasar dan pokok dalam setiap kehidupan manusia. Kerap kali pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Usaha tersebut bisa optimal jika sekolah sebagai pusat belajar

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Usaha tersebut bisa optimal jika sekolah sebagai pusat belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai institusi pendidikan pada dasarnya untuk mempersiapkan anak didik menghadapi kehidupan masa depan dengan cara mengembangkan prestasi yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masyarakat terus berkembang dan berubah menyesuaikan dengan kondisi jaman dan peradaban. Manusia sebagai bagian dari perkembangan jaman adalah faktor penentu keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan figure seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi ini ikut menuntut kemajuan dalam segala sektor. Hal ini terlihat dengan adanya persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka akan memberikan output

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dosen merupakan faktor yang sangat dominan dan penting dalam pendidikan formal karena bagi mahasiswa dosen sering kali dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang tidak menggunakan perhitungan, akan tetapi dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan tertentu. 1 Tingkah laku seseorang yang menggambarkan baik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dalam menghadapi perkembangan zaman dengan berbagai perubahan dan persaingan mutu, maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam menghadapi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal dan berlaku untuk semua umat manusia dan semua zaman. Nilai-nilai dan aturan yang terkandung dalam ajaran Islam dijadikan pedoman

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi

Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi 1 Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dewasa ini merupakan kebutuhan pokok bagi semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi seseorang. Dalam era globalisasi ini, ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi para penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum berarti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupannya pada taraf hidup yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman pemerintahan Ir. Soekarno, ada tiga hal penting yang menjadi tantangan. Pertama adalah mendirikan negara yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses atau upaya dalam menjadikan manusia yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu negara bisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Setiap penelitian, membutuhkan metode yang merupakan unsur penting dalam proses penelitian, karena metode dapat memberikan arah tentang cara pelaksanaan penelitian, sehingga dapat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap

Lebih terperinci

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI PROGRAM PAGI SEKOLAH

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI PROGRAM PAGI SEKOLAH 1 PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI PROGRAM PAGI SEKOLAH (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta 1) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F. Penegasan Istilah A. Latar Belakang Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pengertian yang lebih luas dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan mendewasakan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, banyak peristiwa-peristiwa menyimpang yang terjadi di kalangan pelajar, mulai dari tawuran, seks bebas, pembunuhan, sekelompok pemuda-pemuda yang berbuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sukardi, metode penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan metodologi misalnya observasi secara sistematis, terkontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki beberapa makna teoritis dan makna praktis, yaitu Pendidikan berarti mengajarkan segala hal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG Pendidikan adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia, sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi sebuah pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan dan watak anak bangsa yang bermartabat sesuai dengan ajaran agama, sebagaimana yang tertuang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah BAB I PENDAHULUAN Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah yang meliputi: 1) Bagaimana efektivitas kebijakan pendidikan Budi Pekerti pada komunitas Homeschooling sekolah Dolan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama pendidikan masih ada, maka selama itu pula masalah-masalah tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk membicarakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua manusia. Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks nasional, kebijakan perubahan kurikulum merupakan politik pendidikan yang berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak, bahkan dalam pelaksanaannya seringkali

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Konsep Pendidikan Moral Siswa di MTs Hasbullah Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin banyaknya tindak kriminal dan kejahatan yang dilakukan oleh anak usia sekolah, seperti bullying dikarenakan semakin kaburnya norma moral sehingga diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian membutuhkan data yang obyektif, pembahasan penelitian dibahas secara teoritis dan empiris. Pembahasan teoritis bersumber pada kepustakaan yang merupakan karangan ahli

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.word-to-pdf-converter.netbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran pada jalur pendidikan sekolah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak ketika dilahirkan di dunia dalam keadaan lemah tanpa pertolongan orang lain, terutama orang tuanya mereka tidak bisa berbuat banyak. Di balik keadaan yang lemah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama dan Budaya, Bandung: Pustaka Setia, hal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Agama dan Budaya, Bandung: Pustaka Setia, hal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang tergolong dalam jenis penelitian lapangan (Field Research) yaitu riset yang dilakukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memupuk nilai-nilai kebaikan dalam diri siswa nilai-nilai itu, seperti:

BAB I PENDAHULUAN. memupuk nilai-nilai kebaikan dalam diri siswa nilai-nilai itu, seperti: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi lingkungan sosial yang penuh kontradiksi, membuat guru (dan tentu saja pendidik yang lain) akan mengalami kesulitan dalam memupuk nilai-nilai kebaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitaif, yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan metode penelitian ialah Strategi umum yang dianut dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dengan metode penelitian ialah Strategi umum yang dianut dalam BAB III METODE PENELITIAN Dalam suatu penelitian ilmiah, metode sangat penting dalam tercapainya suatu tujuan penelitian. Oleh karena itu, perlu diberikan definisi tentang metode penelitian. Arief Furchan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam situasi yang bertujuan memperdayakan diri. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam situasi yang bertujuan memperdayakan diri. 1 Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini Pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan memperdayakan diri. 1 Pendidikan identik dengan output SDM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama yang berpengaruh penting untuk perkembangan generasi muda sebagai penerus bangsa, serta pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu dan teknologi terus berkembang sejalan dengan kehidupan manusia. Pola kehidupan pun semakin universal. Suatu permasalahan yang sering muncul di masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah

Lebih terperinci

MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP SALMAN AL-FARISI BANDUNG

MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP SALMAN AL-FARISI BANDUNG MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP SALMAN AL-FARISI BANDUNG Sandra Mila Erlanda,* Syahidin, Edi Suresman Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini berbentuk penelitian kualitatif, yakni penelitian yang menggunakan kata-kata dalam menjelaskan temuan penelitian dan menganalisisnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan yang sering terjadi di kalangan remaja dewasa ini adalah permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri, menghargai orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam kesuksesan kegiatan pembelajaran. Guru adalah pendidik

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam kesuksesan kegiatan pembelajaran. Guru adalah pendidik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kegiatan belajar mengajar guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam kesuksesan kegiatan pembelajaran. Guru adalah pendidik profesional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan teoritis dan empiris dalam penelitian sangat diperlukan. Dalam melakukan penelitian ini, digunakan pendekatan penelitian deskriptif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini dinilai sarat dengan muatanmuatan pengetahuan dan tuntutan arus global yang mana mengesampingkan nilai-nilai moral budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi telah membuka wawasan dan kesadaran masyarakat yang diikuti dengan munculnya sejumlah harapan dan kecemasan. Harapan dan kecemasan tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 78 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah. BAB I PENDAHULUAN Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern, kehadiran bimbingan konseling Islami telah menjadi wawasan baru dalam perkembangan keilmuan bimbingan dan konseling di sekolah ataupun di madrasah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 64 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan sistematis dan teliti dengan tujuan untuk mendapatkan pengetahuan baru atau medapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan di Indonesia bukan hanya sebagai wahana untuk mendidik anak didik menjadi cerdas semata, melainkan juga berkarakter baik sangat dibutuhkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, pencerahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan mendorong peserta didik untuk memiliki kekuatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan esensial dalam kehidupan manusia, karena pendidikan, manusia dapat di bedakan dengan makhluk lain yang menempati alam ini. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas SDM sangat penting, karena kemakmuran

Lebih terperinci

Siti Aini Latifah A Proses Pembelajaran PAI beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

Siti Aini Latifah A Proses Pembelajaran PAI beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP PLUS ASSALAAM BANDUNG Oleh: Siti Aini Latifah A. Abstrak SMP Plus Assalaam Bandung merupakan salah satu SMP Plus dalam bidang keagamaan yang memiliki porsi

Lebih terperinci

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R & D, (Bandung:

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R & D, (Bandung: BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang mengarah pada proses evaluative terhadap obyek penelitian. Sugiono mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Ada banyak sekali mata pelajaran yang diajarkan disekolah, salah satu yang sangat penting untuk diajarkan adalah materi Pendidikan Agama Islam. Pendidikan agama

Lebih terperinci

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar a. Pengertian prestasi belajar Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif,

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam proses perkembangan peserta didik. Pendidikan juga sebagai sebuah upaya untuk mempersiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia Indonesia seutuhnya yang di idealisasikan menjadi titik puncak pencapaian tujuan pendidikan nasional sebagai proses kemanusiaan dan pemanusiaan sejati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitian merupakan cara yang digunakan untuk melaksanakan penelitian atau research. Sedangkan menurut Margono penelitian atau researchadalah semua kegiatan pencarian,

Lebih terperinci

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI Mohamad Dedi 1 ; Estu Handayani 2 Email:dedismantab_stikom@yahoo.co.id; ehchie797@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam diikuti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. subyek penelitian mislanya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. 1

BAB III METODE PENELITIAN. subyek penelitian mislanya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan salah satu komponen penting dalam suatu penelitian. Dengan menggunakan metode yang tepat maka penelitian bisa dilakukan dengan mudah dan lebih terarah sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah banyak pernyataan yang dikemukakan bahwa Indonesia sekarang krisis keteladanan. Krisis keteladanan maksudnya tidak ada lagi tokoh yang pantas menjadi idola,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana upaya kepala madrasah dalam meningkatkan keprofesionalitas guru, melalui manajemen kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci