BAB II KONSEP DASAR. kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri. mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KONSEP DASAR. kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri. mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998)."

Transkripsi

1 BAB II KONSEP DASAR I. Konsep Keluarga A. Definisi Keluarga Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatanikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998). B. Tipe Keluarga 1. Tipe keluarga Tradisional a. Keluarga Inti (Nuclear Family), terdiri atas ayah, ibu, dan anak (kandung atau angkat) yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah. b. Keluarga Besar (Extended Family), terdiri atas keluarga inti ditambah dengan keluarga yang mempunyai hubungan darah, misalnya: kakek, nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya. c. Reconstituted Nuclear, adalah pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah. 8

2 d. Keluarga Dyad (Dyadic Nuclear), terdiri atas suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya atau salah satunya bekerja di luar rumah. e. Keluarga duda atau janda (Single Family), terdiri atas satu orang tua (ayah atau ibu) akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anakanaknya dapat tinggal di dalam atau di luar rumah. f. Single Adult, yaitu wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah. 2. Tipe Keluarga Non-Tradisional a. Unmarried Parent and child, yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua (biasanya ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah atau perkawinan yang tidak dikehendaki b. Commune Family, yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama: sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama c. The non-marital heterosexual cohibitang family, yaitu keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan. d. Gay and Lesbian Family, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami-istri (marital partness). e. Cohibing Couple, dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan 9

3 C. Tugas keluarga (Effendy, 1998) a. Menurut Friedman (1981), ada lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan, yaitu sebagai berikut: a) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. c) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang tertalu muda. d) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan perkembangan kepribadian anggota keluarga. e) Mempertahankan hubungan timbai balik antara keluarga dan lembaga kesehatan. yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan yang ada. b. Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan, tugas pokok tersebut adalah, sebagai berikut: a) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya. b) Pemeliharaan sumber - sumber daya yang ada dalam keluarga. c) Pembagian tugas masing masing anggotanya sesuai kedudukan masing-masing. d) Sosialisasi antar anggota keluarga. e) Pengaturan jumlah anggota keluarga. f) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga. g) Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas. 10

4 h) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga. D. Peran keluarga (Friedman, 1998) 1. Peran formal a) Peran parental dan perkawinan Delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami - ayah dan istri - Ibu: 1) Peran sebagai provider (penyedia). 2) Peran sebagai pengatur rumah tangga. 3) Peran perawatan anak 4) Peran sosialisasi anak. 5) Peran rekreasi. 6) Perart persaudaraan (kinship) (memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal). 7) Peran terapeutik ( memenuhi kebutuhan afektif pasangan) 8) Peran seksual b) Peran perkawinan Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan yang kokoh itu sangat penting. Anak-anak terutama dapat mempengaruhi hubungan perkawinan, menciptakan situasi dimana suami dan istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan yang memuaskan rnerupakan salah satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga. 11

5 c) Peran informal 1) Pengharmonis : menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan pendapat. 2) Inisiator kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok. 3) Pendamai (compromiser) : merupakan salah satu bagian dari konflik dan ketidaksepakatan, pendamai inenyatakan kesalahan posisi dan mengakui kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian "setengah jalan". 4) Perawat keluarga : orang yang terpanggil untuk merawatm dan mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya. 5) Koordinator keluarga : mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi: mengangkat keterikatan atau keakraban E. Struktur Keluarga Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas: a. Pola dan proses komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan fungsional apabila dilakukan secara terbuka, jujur, melibatkan emosi, menyelesaikan konflik keluarga, berpikiran positif, dan tidak mengulang isu/pendapat sendiri. b. Struktur peran Serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi social yang 12

6 diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal/informal. c. Struktur kekuatan Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi atau merubah prilaku orang lainke arah positif. d. Struktur nilai dan norma Nilai adalah sistem ide-ide, sikap atau keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola prilaku yang baik atau diterima pada lingkungan social atau masyarakat. F. Fungsi Keluarga a. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga. b. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga, memberikan perhatian di antara keluarga, memebrikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga. c. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk norma norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masingmasing, dan meneruskan nilai-nilai budaya. d. Fungsi pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya. 13

7 Friedman (1988) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut: a. Fungsi afektif Fungsi afektif berkaitan erat dengan funsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga mengembangkan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga. Adanya perceraian, kenakalan anak, atau masalah lain yang sering timbul dalam keluarga dikarenakan fungsi afektif yang tidak terpenuhi. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk melaksanakan fungsi afektif: 1) Memelihara saling asuh (mutual nurturance) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, dan saling mendukung antar anggota. Setiap anggota yang mendapat kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain, maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim dalam keluarga merupakan modal dasar dalam membina hubungan dengan orang lain di luar keluarga atau masyarakat. Prasyarat untuk mencapai saling asuh adalah komitmen dasar dari masing-masing pasangan dan hubungan perkawinan yang secara emosional memuaskan dan terpelihara. 14

8 2) Keseimbangan saling menghargai Adanya sikap saling menghargai dengan mempertahankan iklim yang positif dimana tiap anggota diakui serta dihargai keberadaan dan haknya sebagai orang tua maupun sebagai anak, sehingga fungsi afektif akan tercapai. Keseimbangan saling menghormati dapat dicapai apabila setiap anggota keluarga menghormati hak, kebutuhan, dan tanggung jawab angggota keluarga yang lain. Orang tua perlu menyediakan struktur yang memadai dan panduan yang konsisten sehingga batas-batas bisa dibuat dan dipahami. Namun perlu dibentuk fleksibilitas dalam sistem keluarga agar memberikan ruang gerak bagi kebebasan untuk berkembang menjadi individu. 3) Pertalian atau ikatan dan identifikasi Kekuatan yang besar dibalik persepsi dan kepuasan dari kebutuhankebutuhan individu dalam keluarga adalah pertalian(bonding) atau kasih sayang (attachment). Ikatan dimulai sejak pasangan sepakat untuk memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya. 4) Keterpisahan dan Kepaduan Untuk merasakan dan memenuhi kebutuhan psikologis, anggota keluarga harus mencapai pola keterpisahan (separatness) dan 15

9 keterpaduan (connectedness) yang memuaskan. Anggota keluarga berpadu dan berpisah satu sama lain. Setiap keluarga menghadapi isuisu keterpisahan dan kepaduan dengan cara yang unik. b. Fungsi Sosialisasi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial (Friedman, 1986). Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar didiplin, belajar norma-norma, budaya, dan prilaku melalui hubungan dan interaksi di dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan di masyarakat. c. Fungsi Reproduksi Dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan, sehingga menambah sumber daya manusia. d. Fungsi Ekonomi Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan, pakaian, dan 16

10 tempat tinggal maka keluarga memerlukan sumber keuangan. e. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup atau mampu menyelesaikan masalah kesehatan. Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut: 1) Mengenal masalah kesehatan keluarga Keluarga atau orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga, secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya. 2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan untuk 17

11 memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehatan yang dilakukan diharapkan tepat agar masalah kesehatan yang tejadi dapat dikurangi atau teratasi. 3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang mengalami gangguan kesahatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. 4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan, keindahan, ketentraman, dan dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga. 5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat Apabila mengalami gangguan kesehatan, keluarga harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya, sebagai contoh: keluarga dapat berkonsultasi kepada tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah yang dialami anggota keluarganya, sehingga 18

12 keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit. G. Tahap Perkembangan Keluarga Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu, meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga. menurut Duvall dan Miller dalam Friedman (1998) membagi 8 tahap perkembangan keluarga dengan anak tertua sebagai tonggak untuk interval siklus kehidupan. Siklus perkembangan keluarga merupakan komponen kunci dalam setiap kerangka kerja dan setiap tahapnya keluaraga memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses. Berikut tahap-tahap perkembangan keluarga: a. Tahap I : keluarga pemula Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. c. Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah Dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia lima tahun. d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah Dimulai ketika anak pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja 19

13 Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama enam hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda Ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak -anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri. g. Tahap VII : orangtua usia pertengahan Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal. H. Keperawatan kesehatan keluarga 1. Definisi Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipnsatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan mclalui perawatan 20

14 sebagai saran atau penyalur (Murwani, 2007). 2. Alasan Keluarga sebagai unit pelayanan. a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masvarakat. b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya. c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya. d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (Pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk bcrbagai upaya kesehatan masyarakat. II. Konsep Tumbuh Kembang Anak A. pengertian Pertum buhan adalah proses yang berhub ungan dengan bertamb ah besarn ya ukuran fisik karena terjadi pembela han dan bertamb ah banyakn ya sel, diserta i bertamh ahnya substan intersi il pada jaringa n tubuh. Perkemb angan adalah proses yang herhuh ungan dengan fungsi organ atau alat tubuh karena terjadi nya pemata ngan. Pada pematan gan ini terjadi 21

15 diferen siasi sel dan maturas i alat atau organ sesuai denagn fungsin ya. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi bersama - sama secara utuh, karena seorang anak tidak mungkin tumbuh kembang sempurn a bila hanya bertam bah besarnya saja tanpa diserta i bertamb ahnya kepand aian dan ketramp ilan, dan sebalik nya kepand aian dan ketramp ilan seorang anak tidak mungkin tercapa i tanpa disert ai oleh bertamb ah besarn ya organ atau alat sampai optima l (Narend ra, 2002). Erikson melihat anak sebagai makhluk psikoso sial yang penuh dengan energi. Erikson melihat adanya suatu keterat uran yang sama antara perkembang an psikolo gis dari pertumb uhan fisis dan ia mengemu kakan bahwa keduan ya berusa ha untuk mengada kan keseimb angan. Erikson melihat bahwa anak adalah suatu gabunga n dari organis me, ego, dan makhluk sosial pada setiap saat. Ericson membagi perkembangan manusia dari awal hingga akhir hayatnya menjad i 8 fase dengan berbgai tugas yang harus diseles aikan pada setiap fase. dari 8 fase penulis mengambil satu fase yaitu fase masa balita (1-3 tahun) pada fase masa balita ini anak sedang belajar untuk menegakkan kemandiriannya namun ia belum dapat berfikir secara diskriminatif, oleh karena itu masih perlu mendapat bimbingan yang tegas. Meskipun lingkungan mengharapkan anak untuk dapat mandiri, anakpun masih perlu dilindungi terhadap pengalaman yang dapat menimbulkan ragu dan malu. Bila anak berhasil mengendalikan diri tanpa harus kehilangan harga diri, maka akan timbul rasa kebanggaan dan percaya diri padanya. 22

16 Sebaliknya bila ia tidak diberi kesempatan untuk bisa mengendalikan diri secara mandiri melainkan terlalu banyak dikendalikan dari luar, maka akan timbul bibit keraguan dan rasa malu yang berlebihan. Psikopatologi yang banyak ditemukan sebagai akibat kekurangan dalam fase ini adalah sifat-sifat obsesif-kompulsif dan yang lebih berat lagi adalah sifat atau keadaan paranoid. B. Pertumbuhan Fisik Anak menurut Soetjiningsih (1995) 1. Berat Badan Pada masa pra sekolah kenaikan berat badan rata - rata 2 kg per tahun. Kemudia n pertumb uhan konstan mulai berakhir. 2. Tinggi Badan Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm. Rata-rata kenaikan tinggi badan pada anak pra sekolah adalah 6-8 cm per tahun. 3. Kepala Lingkar kepala pada umur dua tahun rata-rata 47 cm. 4. Gigi pada umur 1 tahun sebagian besar anak mempunyai 6-8 gigi susu. Selama tahun kedua gigi tumbuh lagi 8 buah, sehingga jumlah seluruh nya sekitar gigi, dan pada umur 2½ tahun sudah terdapat 20 gigi susu. 5. Jaringan Lemak Selain otot-otot, jaringan lemak juga menentu kan ukuran dan bentuk tubuh seseor ang. Pertamb ahan jumlah sel lemak meningk at pada trimete r kehamil an sampai pertenga han masa bayi. Banyak dan besarn ya sel 23

17 lemak menentu kan gemuk atau kurusnya seseor ang, pertumb uhan jaringa n lemak melamba t sampai anak berumur 6 tahun, anak terlih at kurus atau langsin g. 6. Organ-organ Tubuh Pertumbuhan organ-organ tubuh meliputi polanya sendiri-sendiri. Secara umum terdapat 4 pola pertumbuhan organ yaitu : Pola umum (General pattern), Pola neural ( Brain and head pattern ), Pola limfoid (Lymphoid pattern), Pola genital ( Reproductive pattern). Yang mengik uti pertumb uhan pola umum adalah tulang panjang, otot skelet (pada neonatu s 20-25% berat badan, setelah dewasa 40% berat badan), sistem pencern aan, pernafa san, peredar an darah dan volume darah. Perkemb angan otak bersama -sama tulang tengkor ak yang melind unginya, mata dan telinga berlangs ung lebih dini. Berat otak waktu lahir 25% berat otak dewasa, pada umur 2 tahun 75% dan pada umur 10 tahun sudah 95% berat otak dewasa. III. Konsep penyakit diare A. Pengertian a) Diara adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormallebih dari 3 kali sehari. Serta perubahan dalam isi lebih dari 1 g sehari dan konsistensi feses cair (Brunner & Suddath, 2001). b) Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran pencernaan, dipengaruh oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasikan dari 24

18 perubahan jumlah, konsistensi, frekwensi, dan warna dari tinja (whaley dan Wong, 1997). c) diare adalah pola buang air besar yang tidak normal dengan bentuk tinja encer dan peningkatan frekwensi yang lebih dari biasanya (FKUI, 1991 ). Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus. Dehidrasi 1) Definisi Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh isotik yang disertai kehilangan antrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. (Sylvia A. Price, 1994) 2) Derajat Dehidrasi (Lab IKA FKUI, 1988) 1. Kehilangan berat badan a. 2,5 % tidak ada dehidrasi b. 2,5-5% Dehidrasi ringan c % dehidrasi sedang d. > 10% dehidrasi berat 25

19 2. Skor Maurice King TABEL 2.1 Skor Maurice King Bagian Tubuh N I L A I Yang Diperiksa Keadaan Umum Turgor Mata UUB Mulut Denyut Nadi Sehat Normal Nomral Normal Normal Kuat < 120 Gelisah cengeng, apatis, ngantuk Sedikit, kurang Sedikit cekung Sedikit cekung Kering Sedang ( ) Mengigau, koma/syok Sangat kurang Sangat cekung Sangat cekung Kering, sianosis Lemah > 140 KETERANGAN : a. Skor : a) 0-2 dehidrasi ringan b) 3-6 dehidrasi sedang c) 7-12 Dehidrasi berat b. Pada anak-anak Ubun Ubun Besar sudah menutup c. Untuk kekenyalan kulit : a) 1 detik : dehidrasi ringan b) 1-2 detik : dehidrasi sedang c) > 2 detik : dehidrasi berat 3) Beberap a derajat dehidra si sesuai dengan usi a menurut Ngastiya h (1997). a. Derajat dehidra si pada usia dibawah 2 tahun Derajat ringan apabila previus water losses (cairan yang hilang karena muntah) sebanyak 50 ml per kg BB, Normal water losses (karena 26

20 urine, penguapan kulit pernafasan) sebanyak 100 ml per kg BB, dan concomitant water losses (karena diare dan muntah-muntah terus) sebanyak 25 m1 per kg BB sehingga jika dijumlahkan tubuh kehilangan cairan sebanyak 175 ml/kg. Derajat sedang apabila previus water losses sebanyak 75 ml per kg BB, normal water losses sebanyak 100 ml per kg BB dan concomitant water losses sebanyak 25 ml per kg BB sehingga jika dijumlahkan tubuh kehilangan cairan sebanyak 200 ml per kg BB. Derajat berat apabila previus water losses sebanyak 125 ml per kg BB, normal water losses sebanyak 200 ml per kg BB dan concomitant water losses sebanyak 25 ml per kg BB sehingga jika dijumlahkan tubuh kehilangan cairan sebanyak 350 ml per kg BB. b. Derajat dehidrasi pada anak usia 2-5 tahun Derajat ringan apabila previus water losses sebanyak 30 ml per kg BB normal water losses sebanyak 80 ml per kg BB dan concomitant water losses sebanyak 25 ml per kg BB sehingga jika dijumlahkan tubuh kehilangan cairan sebanyak 135 ml per kg BB. Derajat sedang apabila previus water losses sebanyak 50 ml per kg BB, normal water losses sebanyak 80 ml per kg BB dan concomitant water losses sebanyak 25 ml per kg BB sehingga jika dijumlahkan tubuh kelebihan cairan sebanyak 155 ml per kg BB. Derajat berat apabila previus water losses sebanyak 80 ml per kg BB, 27

21 normal water losses sebanyak 80 ml per kg BB dari concomitant water losses sebanyak 25 m1 per kg BB sehingga jika dijumlahkan tubuk kehilangan cairan sebanyak 105 ml per kg BB. 4) Kebutuhan Cairan Anak Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60% air dan 40% zat padat seperti protein dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila terganggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat digambarkan sebagai berikut: TABEL 2.2 Kebutuhan Cairan Anak (Waley and Wong, 1997) Umur Berat Badan Total per 24 jam 3 hari hari bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun Kebutuhan cairan per Kg BB per 24 jam 28

22 B. Anatomi fisiologi 1. Lambung Gambar2.1.Sistem Pencernaan Tubuh Manusia (Sumber: 29

23 a) Anatomi Lambung (gaster) Lambung terletak oblig dari kiri ke kanan yang menyilang di abdomen atas tepat di bawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung seperti huruf J dan bila penuh berbentuk seperti alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung satu sampai dua liter. Secara anatomis lambung terbai atas fundus, corpus dan antrum pylorus. Pada sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura mayor. Sfingter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kedua (Sfingter esophagus bawah) mengalirkan makanan masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esophagus kembali. Di saat sfingter pylorus relaksasi, makanan masuk ke dalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini mencegah terjadinya aliran balik isi usus halus ke dalam lambung. Sfingter pylorus memiliki arti klinis yang penting karena dapat mengalami stenosis sesbagai komplikasi dari penyakit tukak lambung. Lambung sendiri terdiri atas 4 lapisan. Tunika Serosa merupakan bagian peritoneum viseralis yang menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum, dan terus memanjang ke arah hati membentuk omentum minus. Bagian muskularis tersusun menjadi tiga lapis yaitu lapisan longitudinal, sirkular dan lapisan oblig bagian dalam. Susunan serat otot ini diperlukan untuk memecah makanan menjadi partikel- 30

24 partikel yang kecil, mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan cairan lambung dan mendorongnya ke arah duodenum. Submukosa memungkinkan mukosa bergerak bersama gerakan peristaltic. Lapisan ini mengandung lapisan fleksus saraf, pembuluh darah dan saluran limfe. Mukosa lapisan dalam lambung yang tersusun dari rugae, dengan adanya rugae ini dapat berdistensi sewaktu diisi makanan (Price, Sylvia, A, et al, 1995 ). Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini menurut price, Sylvia, A, et al, 1995 yaitu : a. Kelenjar kardia kelenjar jantung ditemukan di regia mulut jantung. Ini hanya mensekresi mukus b. Kelenjar fundus/gastric terletak hampir di seluruh corpus, yamg mana kelenjar ini memiliki tiga tipe utama sel, yaitu : a) Sel zigmogenik atau chief cell, mesekresi pepsinogen. Pepsinogen ini diubah menjadiu pepsin dalam suasana asam. Kelenjar ini mensekresi lipase dan renin lambung yang kurang penting. b) Sel parietal, mensekresi asam hidroklorida dan factor intrinsic. Faktor intrinsic diperlukan untuk absorbsi vitamin B 12 dalam usus halus. c) Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung. Sel ini mensekresi barier mukus setebal 1 31

25 mm dan melindungi lapisan lambung terhdap kerusakan oleh HCL atau autodigesti. c. Kelenjar pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenajr ini mensekresi gastrin dan mukus, suatu hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses sekresi lambung. Pleksus saraf Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum diantarkan dari abdomen melalui saraf vagus. Serabut-serabut aferan menghantarkan impuls nyeri yang dirangsang oleh peregangan, kontraksi otot dan peradangan, yang dirasakan didaerah epigastrium. Serabut-serabut eferen simpatis mesentrikus dan submukosa membentuk persarafan intrinsic dinding lambung dan mengkoordinasikan aktifitas motorik dan sekresi mukosa lambung. Suplai darah dilambung dan pancreas berasal dari arteri seliaka. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteri duodenalis dan pankreati duodenalis yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding posterior duodenum dapat mengerosi arteri itu menyebabkan perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum serta berasal dari pankreas, limpa dan bagian lain saluran cerna berjalan ke hati melalui vena porta. 32

26 Gambar2.2. Lambung (Sumber: b) Fisiologi lambung Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi beberapa fase menurut Price, Syvia, A, et al, 1995, yaitu : a. Fase sefalik, yang dimulai bahkan sebelum makanan masuk kelambung, yaitu sebagai akibat melihat, mencium memikirkan atau mengecap makanan. Sinyal neurogenik yang menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri. b. Fase gastric, dimulai saat makanan mencapai antrum pylorus. Distensi pada antrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor pada dinding lambung. Impuls-impuls ini merangsang pelepasan hormone gastrin dan secara lanmgsung juga merangsang kelenjar-kelenjar lambung. Pelepasan gastrin juga dirangsang oleh Ph alkali, garam empedu di antrum dan terrutama oleh protein makanan dan alcohol. Gastrin adalah 33

27 stimulasi utama sekresi asam hidroklorida. c. Fase intestinal, dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Adanya protein yang telah dicerna sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang gastrin usus, suatu hormone yang menyebabkan lambung terus menerus mensekresikan cairan langsung. Adapun fungsi lambung menurut Price, Sylvia, A, et al, 1995, yaitu: a) Fungsi motorik yang terdiri dari : 1) Fungsi reservoir, menyimpan makanan sampai sedikit demi sedikit bergerak pada saluran cerna, menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi. 2) Fungsi mencampur, memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung. 3) Fungsi pengongsongan lambung; diatur oleh factor syaraf dan hormonal. b) Fungsi pencernaan dan sekresi 1) Pencernaan protein oleh pepsin dan Hcl. 2) Sintesis dan pelepasan gastrin 3) Sekresi factor intrinsic. 4) Sekresi mucus. 34

28 2. Usus-halus a) Anatomi usus halus Chyme memasuki duodenum (bagian awal usus halus) dan diurai lebih lanjut oleh cairan pencernaan dari hati dan pankreas. Tahap akhir pencernaan berlanjut di bagian usus halus berikutnya. Di sini, cairan pencernaan yang dikeluarkan dari dinding usus halus memecah zat makanan menjadi unit-unit kimia yang cukup kecil sehingga bisa menerobos dinding usus halus dan memasuki jaringan pembuluh darah di sekitarnya. Usus halus merupakan suatu tabung yang kompleks, berlipatlipat, dan membentang dan pilorus hingga katup ileosekal. Panjang usus halus pada orang hidup sekitar 12 kaki (3,6 m) dan hampir 22 kaki (6,6 m) pada kadaver (akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Ujung proksimalnya berdiameter sekitar 3,8 cm, tetapi makin ke bawah garis tengahnya semakin berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm (Price & Wilson, 2006). Usus halus terdiri dari : a) Duodenum Adalah bagian terpendek (25 sampai 30 cm). Duktus empedu dan duktus pankreas, keduanya membuka ke dinding posterior duodenum beberpa sentimeter di bawah mulut pilorus. b) Yeyunum Adalah bagian yang selanjutnya. Panjangnya kurang lebih 1 m sampai 1,5 m. 35

29 c) Ileum panjangnya sampai 2,5 meter merentang sampai menyatu dengan usus besar. Apendiks vermiforinis berbentuk tabung buntu berukuran sebesar jari kelingking yang terletak pada daerah ileosekal, yaitu pada apeks sekum. Peradangan atau ruptura struktur ini merupakan penyebab penting kematian pada orang muda, walaupun frekuensinya kini lebih jarang menyebabkan kematian dibandingkan dengan masa sebelum ditemukannya antibiotik. Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar. Yang paling luar (lapisan serosa) dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai lapisan viseral dan parietal, dan ruang yang terletak di antara lapisan-lapisan ini disebut sebagai rongga peritoneum. Peritoneum melipat dan meliputi hampir seluruh visera abdomen. Nama-nama khusus telah diberikan pada lipatan-lipatan peritoneum. Mesenterium merupakan lipatan peritoneum lebar menyerupai kipas yang menggantung jejunum dan ileum dari dinding posterior abdomen, dan memungkinkan usus bergerak dengan leluasa. Mesenterium menyokong pembuluh darah dan limfe yang menyuplai ke usus. Omentum majus merupakan lapisan ganda peritoneum yang menggantung dan kurvatura major lambung dan berjalan turun di depan visera abdomen menyerupai celemek. Omentum biasanya mengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang membantu melindungi rongga peritoneum terhadap infeksi. 36

30 Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang dan kurvatura minor larnbung dan bagian atas duodenum, menuju ke hati, membentuk ligamentum suspensorium hepatogastrika dan ligamentum hepatoduodenale. Salah satu fungsi penting peritoneum adalah mencegah gesekan antara organ-organ yang berdekatan dengan cara menyekresi cairan serosa yang berperan sebagai pelumas. Peradangan peritoneum disebut peritonitis dan dapat merupakan sekuele berat akibat peradangan atau perforasi usus. Setelah peritonitis atau pembedahan abdomen, dapat terjadi perlekatan (pita-pita fibrosa) dan kadang-kadang menyebabkan obstruksi usus (Price & Wilson, 2006). Otot yang melapisi usus halus mempunyai dua lapisan: lapisan luar terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis, dan lapisan dalam terdiri atas serabut-serabut sirkular. Penataan yang demikian membantu gerakan peristaltik usus halus. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat, sedangkan lapisan mukosa bagian dalam tebal serta banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar. Usus halus dicirikan dengan adanya tiga struktur yang sangat menambah luas permukaan dan membantu fungsi utamanya yaitu absorpsi. Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lipatan-lipatan sirkular yang disebut sebagai valvula koniventes (lipatan Kerckring) yang menonjol ke dalam lumen sekitar 3 sampai 10 mm. Adanya 37

31 lipatan-lipatan ini menyebabkan gambaran usus halus menyerupai bulu pada pemeriksaan radiografi. Vili merupakan tonjolan-tonjolan mukosa seperti jari-jari yang jumlahnya sekitar empat atau lima juta dan terdapat di sepanjang usus halus. Vili panjangnya 0,5 sampai 1,5 mm (dapat terlihat secara makroskopis) dan menyebabkan gambaran mukosa menjadi menyerupai beludru. Mikrovili merupakan tonjolan menyerupai jari-jari yang panjangnya sekitar 1 m pada permukaan luar setiap vilus. Mikrovili terlihat dengan pemeriksaan mikroskop elektron dan tampak sebagai brush border pada pemeriksaan mikroskop cahaya. Bila lapisan permukaan usus halus ini rata, maka luas permukaannya hanya sekitar cm 2. Valvula koniventes, vili, dan mikrovili sama-sama menambah luas permukaan absorpsi hingga 1,6 juta cm 2, yaitu meningkat sekitar seribu kali lipat. Penyakit-penyakit usus halus (mis., sprue) yang menyebabkan terjadinya atrofi dan pendataran vili, sangat mengurangi luas permukaan absorpsi dan mengakibatkan terjadinya malabsorpsi (Price & Wilson, 2006). a. Struktur Vilus Tiap-tiap vilus tendiri atas saluran limfe sentral yang disebut sebagai lakteal yang dikelilingi oleh jalinan kapiler darah dalam jaringan ikat. Jaringan ikat sendiri dikelilingi oleh sel-sel epitel toraks. Makanan yang telah dicerna akan masuk ke dalam lakteal dan kapiler vilus. Epitel vilus terdiri atas dua jenis sel: sel 38

32 goblet penghasil mukus, dan sel absorptif (dengan mikrovili yang menonjol dan permukaannya), yang bertanggungjawab atas absorpsi bahan makanan yang telah tercerna. Enzim-enzim terletak pada brush border dan menyelesaikan proses pencernaan saat berlangsungnya absorpsi (Price & Wilson, 2006). Di sekeliling vilus terdapat beberapa sumur kecil yang disebut kripte Lieberkuhn. Kripta ini merupakan kelenjarkelenjar usus yang menghasilkan sekret yang mengandung enzim-enzim pencernaan. Sel-sel yang tidak berdiferensiasi di dalam kripta Lieberkuhn, berproliferasi cepat dan bermigrasi ke ujung vilus, tempat menjadi sel-sel absorptif. Pada ujung vilus, sel-sel ini akan lepas ke dalam usus. Pematangan dan migrasi sel dan kripta ke ujung vilus hanya membutuhkan waktu selama sampai 7 hari. Diperkirakan sekitar 20 sampai 50 Juta sel epitel dilepaskan ke dalam lumen usus setiap menit. Laju pergantian sel tinggi (tercepat dalam tubuh), sehingga epitel usus sangat rentan terhadap perubahan proliferasi sel. Obat-obat sitotoksik yang diberikan untuk kanker atau leukemia menghambat pembelahan sel, mengakibatkan atrofi mukosa dan pemendekan kripta maupun vili. Penderita yang mendapat obat-obat ini sering mengalami ulserasi pada saluran gastrointestinal. Pada sprue, vili dapat memendek atau hilang (Price & Wilson, 2006). 39

33 b. Pendarahan dan Persarafan Arteria mesenterika superior dicabangkan dan aorta tepat di bawah arteri seliaka. Arteria ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh artenia gastroduodenalis dan cabangnya, arteria pankreatiko duodenalis superior. Darah dikembalikan lewat vena mesenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta. Usus halus dipersarafi oleh cabang-cabang sistem saraf otonom. Rangsangan parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan motilitas, dan rangsangan simpatis menghantarkan nyeni, sedangkan serabut-serabut parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang menimbulkan fungsi motorik, becrjalan melalui pleksus Auerbach yang terletak dalam lapisan muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan submukosa (Price & Wilson, 2006). Gambar 2.3: Usus Halus ( store.com) 40

34 b) Fisiologi usus halus Usus halus mempunyai dua fungsi utama: a. Pencernaan, yaitu proses pemecahan makanan menjadi bentuk yang dapat tercerna melalui kerja berbagai enzim dalam saluran gastrointestinal. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, HCI, pepsin, mukus, renin, dan lipase lambung terhadap makanan yang masuk. Proses ini berlanjut dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Mukus juga memberikan perlindungan terhadap asam. Sekresi empedu dan hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas. Kerja empedu terjadi akibat sifat deterjen asam-asam empedu yang dapat melarutkan zat-zat lemak dengan membentuk misel. Misel merupakan agregat asam empedu dan molekulmoliekul lemak. Lemak membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam empedu karena merupakan molekul polar, membentuk permukaan misel dengan ujung hidrofobik mengarah ke dalam dan ujung hidrofilik menghadap ke luar menuju medium cair. Bagian sentral misel juga melarutkan vitamin-vitamin larut lemak dan kolesterol. Jadi, asam-asam lemak bebas, gliserida dan 41

35 vitamin larut-lemak dipertahankan dalam larutan sampai dapat diabsorpsi oleh permukaan sel epitel (Price & Wilson, 2006). Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim yang terdapat dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak enzimenzim ini terdapat pada brush border villi dan mencerna zat-zat makanan sambil diabsorpsi (Price & Wilson, 2006). Dua hormon berperan penting dalam pengaturan pencernaan usus. Lemak yang bersentuhan dengan mukosa duodenum menyebabkan kontraksi kandung empedu yang diperantarai oleh kerja kolesistokinin. Hasil-hasil pencernaan protein tak lengkap yang bersentuhan dengan mukosa duodenum merangsang sekresi getah pankreas yang kaya enzim: hal ini diperantarai oleh kerja pankrezimin. Pankreaozimin dan kolesistokinin sekarang diduga merupakan satu hormon yang sama dengan efek berbeda; hormon ini disebut scbagai CCK (beberapa buku teks menyebut hormon ini CCK-PZ). Hormon ini dihasilkan oleh mukosa duodenum (Price & Wilson, 2006). Asam lambung yang bersentuhan dengan mukosa usus menyebabkan dikeluarkannya horrnon lain, yaitu sekretin, dan jumlah yang dikeluarkan sebanding dengan jumlah asam yang mengalir melalui duodenum. Sekretin merangsang sekresi getah yang mengandung bikarbonat dan pankreas, merangsang sekresi empedu dari hati, dan memperbesar kerja CCK. 42

36 Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dan salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan asupan kontinu isi lambung (Price & Wilson, 2006). b. Absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air. Semua aktivitas lainnya mengatur atau mempermudah berlangsungnya proses ini. Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein (gula sederhana, asam lemak, dan asam amino) melalui dinding usus ke dalam sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu juga diabsorpsi air, elektrolit, dan vitamin. Absorpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif yang sebagian besar belum begitu dipahami. Walaupun banyak zat yang diabsorpsi di sepanjang usus halus, namun terdapat tempat-tempat absorpsi khusus bagi zat-zat gizi tertentu. Tempat-tempat absoprsi ini penting diketahui agar dapat memahani proses terjadinya defisiensi nutrisi tertentu akibat penyakit pada usus halus. Absorpsi gula, asam amino, dan Jemak hampir selesai pada saat kimus mencapai pertengahan jejunum. Besi dan kalsium sebagian besar diabsorpsi dalam duodenum dan jejunum, dan absorpsi kalsium memerlukan vitamin D. Vitamin larut- 43

37 lemak (A, D, F, dan K) diabsorpsi dalam duodenum dan untuk absorpsi dibutuhkan garam-garam empedu. Sebagian besar vitamin yang larut-air diabsorpsi dalam usus halus bagian atas. Absorpsi vitamin B12 berlangsung dalam ileum terminalis melalui mekanisme transpor khusus yang membutuhkan faktor intrinsik lambung. Sebagian besar asam empedu yang dikeluarkan oleh kandung empedu ke dalam duodenum untuk membantu pencernaan lemak, akan direabsorpsi dalam ileum terminalis dan masuk kembali ke hati. Siklus ini disebut sebagai sirkulasi enterohepatik garam empedu dan sangat penting untuk mempertahankan cadangan empedu. Dengan demikian asam atau garam empedu manipu bekerja untuk mencema lemak berkalika1i sebelum dikeluarkan dalam feses. Penyakit atau reseksi pada ileum terminalis dapat menyebabkan terjadinya defisiensi garamgaram empedu dan mengganggu pencernaan lemak. Masuknya garam empedu dalam jumlah besar ke dalam kolon menyebabkan terjadinya iritasi kolon dan diare (Price & Wilson, 2006). 3. Usus besar a) anatomi usus besar Setelah zat makanan terserap di usus halus, zat sisa disalurkan ke usus besar. Kebanyakan kandungan airnya diserap kembali ke dalam tubuh, dan zat buang semi-padat sisanya (tinja) 44

38 bergerak ke rectum, untuk disimpan sampai dikeluarkan melalui anus. Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 m (5 kaki) yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil, yaitu sekitar 6,5cm (2,5 inci), tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus dan ileum ke dalam sekum dan mcncegah terjadinya aliran balik bahan fekal dan usus besar ke dalam usus halus. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asenden, transversum, desenden, dan sigmoid. Tempat kolon membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut disebut sebagai fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan membentuk lekukan berbentuk-s. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum, dan hal ini merupakan alasan anatomis, mengapa memposisikan penderita kesisi kiri saat pemberian enema. Pada posisi ini, gaya gravitasi membantu mengalirkan air dan rektum ke fleksura sigmoid. Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rektum dan membentang dan 45

39 kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). Satu inci terakhir dan rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15 cm (5,9 inci). Hampir seluruh usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti yang ditemukan pada bagian usus lain. Namun demikian, ada beberapa gambaran yang khas terdapat pada usus besar saja. Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita yang disebut sebagai taenia koli. Taenia bersatu pada sigmoid distal, sehingga rektum mempunyai satu lapisan otot longitudinal yang lengkap. Panjang taenia lebih pendek daripada usus, sehingga usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut sebagai haustra. Apendises epiploika adalah kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak dan melekat di sepanjang taenia. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih tebal daripada lapisan mukosa usus halus dan tidak mengandung vili atau rugae. Kripte Lieberkhhn (kelenjar intestinal) terletak lebih dalam dan mempunyai lebih banyak sel goblet dibandingkan dengan usus halus. Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan pada suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asendens, dan dua pertiga proksimal koion transvensum), dan arteria 46

40 mesenterika inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, dan bagian proksimal rektum). Suplai darah tambahan ke rektum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dan arteria iliaka interna dan aorta abdominalis. Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena mesenterika superior, vena mesenterika inferior, dan vena hemoroidalis superior (bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke hati). Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media, dan inferior, sehingga tekanan portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan hemoroid. Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan perkecualian sfingter ekstema yang berada dalam pengendalian voluntar. Serabut parasimpatis berjalan melalui saraf vagus ke bagian tengah kolon transversum, dan saraf pelvikus yang berasal dari daerah sakral menyuplai bagian distal. Serabut simpatis meninggalkan medula spinalis melalui saraf splangnikus. Serabut saraf ini bersinaps dalam ganglia seliaka dan aortikorenalis, kemudian serabut pasca ganglionik menuju kolon. Rangsangan simpatis menghambat sekresi dan kontraksi, serta merangsang 47

41 sfingter rektum. Rangsangan parasimpatis mempunyai efek yang berlawanan (Price & Wilson, 2006). Gambar 2.4: Usus Besar (Sumber: b) fisiologi usus basar Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus.fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir selesai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi. Kolon mengabsorpsi sekitar 600 ml air per hari, bandingkan dengan usus halus yang mengabsorpsi sekitar ml. Namun 48

42 demikian, kapasitas absorpsi usus besar adalah sekitar 1500 hingga 2000 ml/hari. Bila jumlah ini dilampaui (misalnya akibat hantaran cairan berlebihan dari ileum) akan mengakibatkan diare. Berat akhir feses yang dikeluarkan perhari sekitar 200 g, dan 80 hingga 90% diantaranya adalah air. Sisanya terdiri dari residu makanan yang tidak terabsorpsi, bakteri, sel epitel yang terlepas, dan mineral yang tidak terabsorpsi. Sejumlah kecil pencernaan dalam usus besar terutama disebabkan oleh bakteri dan bukan oleh kerja enzim. Usus besar menyekresi mukus alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus ini bekerja untuk melumas dan melindungi mukosa. Bakteri usus besar menyintesis vitamin K dan beberapa vitamin B. Pembusukan oleh bakteri dari sisa protein menjadi asam amino dan zat yang lebih sederhana seperti peptida, indol, skatol, fenol, dan asam lemak. Bila asam lemak dan HCI dinetralisasi oleh bikarbonat, akan dihasilkan karbondioksida (C02). Pembentukan berbagai gas seperti NH3, CO2. l-l, H2S dan CH4 membantu pembentukan gas (flatus) dalam kolon. Beberapa subtansi ini dikeluarkan dalam feses, sedangkan zat lain diabsorpsi dan diangkut ke hati untuk diubah menjadi senyawa yang kurang toksik dan diekskresikan melalui urine. Fermentasi bakteri pada sisa karbohidrat juga melepaskanco2, H2 dan CH4 yang juga berperan dalam 49

43 pembentukan flatus dalam kolon. Dalam sehari secara normal dihasilkan sekitar ml flatus. Kelebihan gas dapat terjadi pada aerofagia (menelan udara secara berlebihan), dan pada peningkatan gas dalam lumen usus (biasanya berkaitan dengan jenis makanan yang dimakan). Makanan yang mudah membentuk gas seperti kacang-kacangan mengandung banyak karbohidrat yang tidak dapat dicerna. Pada umumnya usus besar bergerak secara lambat. Gerakan usus besar yang khas adalah gerakan pengadukan haustral. Kantong atau haustra meregang dan dan waktu ke waktu otot sirkular akan berkontrasi untuk mengosongkannya. Gerakan ini tidak progresif, tetapi menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik dan meremasnemas sehingga memberi cukup waktu untuk terjadinya absorpsi. Terdapat dua jenis peristaltik propulsif (1) kontraksi lambat dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustral dan (2) peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik setelah makan, terutama setelah makanan yang pertama kali dimakan pada hari itu. Propulsi feses ke dalam rektum menyebabkan terjadinya distensi dinding rektum dan merangsang refleks defekasi. Defekasi 50

PERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN

PERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN PERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN FUNGSI PRIMER SALURAN PENCERNAAN Menyediakan suplay terus menerus pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi, tetapi sebelum zat-zat ini diperoleh, makanan

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN. SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN. SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus SISTEM PENCERNAAN MAKANAN SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus 5. Intestinum minor : Duodenum Jejenum Iliem 6. Intestinum mayor : Seikum Kolon

Lebih terperinci

Usus Halus dan Struktur yang Berkaitan

Usus Halus dan Struktur yang Berkaitan Usus Halus dan Struktur yang Berkaitan Terbentang dari sfinkter pilorus sampai katup ileosekal. Ada tiga bagian: duodenum, jejunum dan ileum. Saluran empedu umum bersatu dengan saluran pankreas membentuk

Lebih terperinci

Rongga Mulut. rongga-mulut

Rongga Mulut. rongga-mulut Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, berturut-turut dimulai dari 1. Rongga Mulut, 2. Esofagus 3. Lambung 4. Usus Halus 5. Usus Besar 6. Rektum 7. Anus. Rongga Mulut rongga-mulut

Lebih terperinci

Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Lambung. Anak Agung K Tri K

Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Lambung. Anak Agung K Tri K Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Lambung Anak Agung K Tri K 111 0211 075 ANATOMI LAMBUNG (GASTER) Bentuk : seperti huruf J Letak : terletak miring dari regio hipochondrium kiri cavum abdominis mengarah

Lebih terperinci

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Sistem pencernaan pada manusia terdiri atas beberapa organ yang berawal dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Pada sistem pencernaan manusia terdiri

Lebih terperinci

Bab. Peta Konsep. Gambar 3.1 Orang sedang makan. Mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. terdiri dari. Saluran Pencernaan

Bab. Peta Konsep. Gambar 3.1 Orang sedang makan. Mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. terdiri dari. Saluran Pencernaan Bab 3 Sistem Pencernaan Sumber: Dok. Penerbit Gambar 3.1 Orang sedang makan Peta Konsep Pernahkah kamu berpikir dari manakah energi yang kamu peroleh untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti berolahraga

Lebih terperinci

PROSES PENCERNAAN SECARA MEKANIK DAN KIMIAWI

PROSES PENCERNAAN SECARA MEKANIK DAN KIMIAWI 1. Pengertian Sistem Pencernaan Manusia PROSES PENCERNAAN SECARA MEKANIK DAN KIMIAWI Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi, penyebab, mekanisme dan patofisiologi dari inkontinensia feses pada kehamilan. INKONTINENSIA

Lebih terperinci

Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan.

Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok SISTEM PENCERNAAN Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok PENDAHULUAN Sistem pencernaan bertanggung jawab untuk menghancurkan dan menyerap makanan dan minuman Melibatkan banyak organ secara mekanik hingga kimia

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL

KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL DISUSUN OLEH : 1. SEPTIAN M S 2. WAHYU NINGSIH LASE 3. YUTIVA IRNANDA 4. ELYANI SEMBIRING ELIMINASI Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin

Lebih terperinci

Gambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan

Gambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan EMBRIOLOGI ESOFAGUS Rongga mulut, faring, dan esophagus berasal dari foregut embrionik. Ketika mudigah berusia kurang lebih 4 minggu, sebuah divertikulum respiratorium (tunas paru) Nampak di dinding ventral

Lebih terperinci

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia SISTEM PENCERNAAN Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan yang masuk ke dalam tubuh harus melalui serangkaian proses pencernaan agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Proses

Lebih terperinci

SET 13 TUBUH MANUSIA 2 (SISTEM PENCERNAAN) Karbohidrat - Beras - Gandum - Jagung - Sagu. Lemak - Keju - Mentega - Minyak Kelapa

SET 13 TUBUH MANUSIA 2 (SISTEM PENCERNAAN) Karbohidrat - Beras - Gandum - Jagung - Sagu. Lemak - Keju - Mentega - Minyak Kelapa 13 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 13 TUBUH MANUSIA 2 (SISTEM PENCERNAAN) A. ZAT MAKANAN Karbohidrat - Beras - Gandum - Jagung - Sagu Bergerak / Zat Tenaga Lemak - Keju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah pencernaan merupakan salah satu masalah yang paling sering dihadapi oleh orang tua pada anaknya yang masih kecil. Biasanya masalah-masalah tersebut timbul

Lebih terperinci

Proses pencernaan di dalam Rongga mulut Saliva gl.salivarius Proses mengunyah memecah makanan dengan menaikkan kelarutannya, memperluas daerah permuka

Proses pencernaan di dalam Rongga mulut Saliva gl.salivarius Proses mengunyah memecah makanan dengan menaikkan kelarutannya, memperluas daerah permuka PENCERNAAN DAN ABSORBSI PENCERNAAN Perubahan kimiawi bahan makanan lebih sederhana Karbohidrat Monosakarida Protein Asam amino Lemak Asam lemak, monoasilgliserol, gliserol Enzim hidrolase pencernaan, proses

Lebih terperinci

by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis

by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis SISTEM PENCERNAAN MANUSIA 2 : ORGAN PENCERNAAN by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Page 1 Istilah Pencernaan Ingesti : pergerakan makanan Digesti Absorpsi : penyederhanaan bentuk makanan : penyerapan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1 1. Bila mengunyah nasi tawar lama lama akan terasa manis sebab dalam air liur terdapat enzim Renin Ptialin Pepsin Tripsin Kunci

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Animasi II.1.1. Sejarah Animasi Sejak jaman purbakala manusia sudah memiliki bakat dalam membuat sebuah gambar, ini dibuktikan berdasarkan banyaknya ditemukan gambar-gambar

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Sistem Pencernaan untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN KOTA

Lebih terperinci

Pembahasan Video :http:// :1935/testvod/_definst_/mp4:(21). 8 SMP BIOLOGI/4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA/BIO mp4/manifest.

Pembahasan Video :http:// :1935/testvod/_definst_/mp4:(21). 8 SMP BIOLOGI/4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA/BIO mp4/manifest. 1. Perhatikan gambar sistem pencernaan berikut! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL Enzim pepsin dihasilkan oleh bagian yang benromor... 1 2 3 4 Kunci Jawaban : B Enzim

Lebih terperinci

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN 3. PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa pakan merupakan sumber energi dan materi bagi ikan. Di dalam proses pemanfaatannya, pakan akan mengalami beberapa

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 51 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang yang dilaksanakan pada 4 April-31

Lebih terperinci

PENGATURAN FUNGSI TRAKTUS GASTROINTESTINAL

PENGATURAN FUNGSI TRAKTUS GASTROINTESTINAL PENGATURAN FUNGSI TRAKTUS GASTROINTESTINAL MAKALAH Disusun oleh : R. RIZKY SUGANDA P. D100.531 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2011 DAFTAR ISI Daftar Isi i Daftar Gambar Ii BAB I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti,

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti, LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti, 0906511076 A. Pengertian tindakan Penyakit tertentu menyebabkan kondisi-kondisi yang mencegah pengeluaran feses secara normal dari rektum. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

PENCERNAAN MAKANAN. Sistem Pencernaan Mamalia :

PENCERNAAN MAKANAN. Sistem Pencernaan Mamalia : Sistem Pencernaan Mamalia : PENCERNAAN MAKANAN * Terdiri atas saluran pencernaan dan berbagai kelenjar aksesoris yang mengekskresikan getah pencernaan ke dalam saluran melalui duktus (saluran) Peristalsis,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Anjing Lokal Hewan yang digunakan adalah anjing lokal berjumlah 2 ekor berjenis kelamin betina dengan umur 6 bulan. Pemilihan anjing betina bukan suatu perlakuan

Lebih terperinci

PENGERTIAN ILMU GIZI

PENGERTIAN ILMU GIZI ILMU GIZI PENGERTIAN ILMU GIZI suatu cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktorfaktor yang mempengaruhinya mempelajari proses

Lebih terperinci

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah. Kata pengantar Saat akan makan, pertama-tama yang kamu lakukan melihat makananmu. Setelah itu, kamu akan mencium aromanya kemudian mencicipinya. Setelah makanan berada di mulut, kamu akan mengunyah makanan

Lebih terperinci

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN Secara sederhana, sistem pencernaan adalah portal untuk Secara sederhana, sistem pencernaan adalah portal untuk nutrisi untuk mendapatkan akses ke sistem

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SISTEM PENCERNAAN MANUSIA SISTEM PENCERNAAN MANUSIA A. MAKANAN DAN FUNGSINYA BAGI MANUSIA Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia, diantaranya adalah makanan. Makanan mempunyai peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Organ-organ sistem pencernaan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Organ-organ sistem pencernaan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok Alokasi Waktu SMA 1 Kuningan IPA-Biologi XI / dua Organ-organ sistem pencernaan 4 X 45 menit (2

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA Drs. Refli., MSc ?? ENERGI PENDAHULUAN MAKANAN Protein Lemak Polisakarida Vitamin Mineral Asam-asam amino Asam lemak + gliserol Monosakarida (gula) Vitamin Mineral AKTIVITAS

Lebih terperinci

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD Disusun oleh : Cristin Dita Irawati/ 111134027/ PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Standar Kompetensi Makhluk Hidup dan Proses kehidupan 1. Mengidentifikasi fungsi

Lebih terperinci

TUGAS 3 SISTEM PORTAL

TUGAS 3 SISTEM PORTAL TUGAS 3 SISTEM PORTAL Fasilitator : Drg. Agnes Frethernety, M.Biomed Nama : Ni Made Yogaswari NIM : FAA 113 032 Kelompok : III Modul Ginjal dan Cairan Tubuh Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci

SISTEM PENGELUARAN (EKSKRESI ) Rahmad Gurusinga

SISTEM PENGELUARAN (EKSKRESI ) Rahmad Gurusinga SISTEM PENGELUARAN (EKSKRESI ) Rahmad Gurusinga Ekskresi merupakan proses pengelaaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O, zat warna empedu dan asam urat. Beberapa istilah yang erat kaitannya

Lebih terperinci

SISTEM PENGELUARN (EKSKRESI )

SISTEM PENGELUARN (EKSKRESI ) SISTEM PENGELUARN (EKSKRESI ) Ekskresi merupakan proses pengelaaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O, zat warna empedu dan asam urat. Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan ekskresi :

Lebih terperinci

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING Ginjal dilihat dari depan BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,

Lebih terperinci

Portal Hypertension. Penyebab

Portal Hypertension. Penyebab Portal Hypertension Portal hypertension adalah peningkatan tekanan darah pada sistem pembuluh darah yang disebut sistem vena porta. Vena yang berasal dari lambung, usus, limpa, dan pankreas bergabung menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia, sebagai sumber energi vital manusia agar dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan baik. Kandungan dalam makanan yang

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

Karakteristik Organisme Hidup. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Tema-tema dalam Mempelajari Kehidupan. Organisasi Biologi

Karakteristik Organisme Hidup. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Tema-tema dalam Mempelajari Kehidupan. Organisasi Biologi UNSYIAH Universitas Syiah Kuala Pengantar Biologi MPA-107, 3 (2-1) Kuliah 10 STRUKTUR & PERKEMBANGAN: HEWAN Tim Pengantar Biologi Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah Keanekaragaman hewan dengan berbagai modifikasi

Lebih terperinci

3. Perhatikan gambar di bawah ini!

3. Perhatikan gambar di bawah ini! Nilai Paraf Mata Pelajaran : IPA Nama : Kelas : VI (Enam) A, B, C Indikator KD 9.1: Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu

Lebih terperinci

Nutrition in Elderly

Nutrition in Elderly Nutrition in Elderly Hub gizi dg usia lanjut Berperan besar dalam longevity dan proses penuaan Percobaan pada tikus: restriksi diet memperpanjang usia hidup Menurunkan peny kronis Peningkatan konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Konstipasi Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18 Konstipasi secara umum didefinisikan sebagai gangguan defekasi yang ditandai

Lebih terperinci

B. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

B. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga B. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu : 1. Tahap I : Keluarga Pemula Keluarga

Lebih terperinci

Sekresi Getah Pencerna. Kurnia Eka Wijayanti

Sekresi Getah Pencerna. Kurnia Eka Wijayanti Sekresi Getah Pencerna Kurnia Eka Wijayanti Sekresi cairan intestinum sehari-hari VOL SEKRESI (ml) Ph SALIVA 1000-1500 6.0-7.0 GASTRIC SECR. 1500 1.0-3,5 PANCREATIC SECR. 1000 8-8.3 EMPEDU 1000 7,8 SMALL

Lebih terperinci

Pengaturan sistem pencernaan oleh saraf dan hormon Sistem yang fungsinya itu dapat mengatur dan mengendalikan kerja alat tubuh agar tubuh dapat

Pengaturan sistem pencernaan oleh saraf dan hormon Sistem yang fungsinya itu dapat mengatur dan mengendalikan kerja alat tubuh agar tubuh dapat Pengaturan sistem pencernaan oleh saraf dan hormon Sistem yang fungsinya itu dapat mengatur dan mengendalikan kerja alat tubuh agar tubuh dapat bekerja dengan serasi dan sesuai dengan fungsinya dan itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lambung merupakan perluasan organ berongga besar berbentuk kantung dalam rongga peritoneum yang terletak di antara esofagus dan usus halus. Saat keadaan kosong, bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua

Lebih terperinci

BAB II. Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah. Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan tidak adanya

BAB II. Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah. Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan tidak adanya BAB II A. Pengertian Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah massa fekal yang menyumbat pasase isi kolon. (Brunner & Suddarth, 2001) Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Keluarga 1. Pengertian keluarga Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena ada hubungan darah,perkawinan atau adopsi.mereka saling

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada

Lebih terperinci

Pencernaan dan Penyerapan Makanan

Pencernaan dan Penyerapan Makanan Pencernaan dan Penyerapan Makanan Makanan (KH, Lipid, Protein, Mineral, Vitamin dan Air) energi Makanan diubah molekul2 kecil masuk ke dalam sel Rx kimia energi Proses penguraian bahan makanan menjadi

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra CREATIVE THINKING MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra HIDUNG Hidung merupakan panca indera manusia yang sangat penting untuk mengenali bau dan juga untuk bernafas. Bagian-Bagian Hidung Dan Fungsinya

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Landak Jawa (H. javanica) yang dipelihara dalam kandang individual dan diberi pakan beberapa jenis sayuran dan buah.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Landak Jawa (H. javanica) yang dipelihara dalam kandang individual dan diberi pakan beberapa jenis sayuran dan buah. 3 TINJAUAN PUSTAKA Landak Jawa (Hystrix javanica) Landak termasuk ke dalam ordo Rodensia, famili Hystricidae, genus Hystrix. Genus ini memiliki tiga spesies yang tersebar di Indonesia yaitu, H. javanica,

Lebih terperinci

Food & Digestive System

Food & Digestive System Food & Digestive System By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FTP - UB 2013 Food Food is any substance

Lebih terperinci

Pencernaan Mekanik dan Pencernaan Kimiawi

Pencernaan Mekanik dan Pencernaan Kimiawi Pencernaan Mekanik dan Pencernaan Kimiawi Proses pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang kompleks menjadi

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN. R Bayu Kusumah N

FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN. R Bayu Kusumah N FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN R Bayu Kusumah N Fungsi Saluran Cerna Secara umum berfungsi : Jalan makanan Timbun makanan Cerna makanan Absorbsi zat makanan Ekskresi sisa makan Pergerakan saluran cerna Histologi

Lebih terperinci

ENZIM PADA METABOLISME LEMAK DI SISTEM PENCERNAAN DAN MEKANISME KERJANYA

ENZIM PADA METABOLISME LEMAK DI SISTEM PENCERNAAN DAN MEKANISME KERJANYA ENZIM PADA METABOLISME LEMAK DI SISTEM PENCERNAAN DAN MEKANISME KERJANYA Pada umumnya lipid merupakan konduktor panas yang jelek, sehingga lipid dalam tubuh mempunyai fungsi untuk mencegah terjadinya kehilangan

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium dan tipe berat yang didasarkan pada bobot maksimum yang dapat dicapai (Wahju,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN MAKANAN OLEH TUBUH. Dyah Umiyarni Purnamasari,SKM,MSi Jurusan KESMAS FKIK Unsoed

PENGOLAHAN MAKANAN OLEH TUBUH. Dyah Umiyarni Purnamasari,SKM,MSi Jurusan KESMAS FKIK Unsoed PENGOLAHAN MAKANAN OLEH TUBUH Dyah Umiyarni Purnamasari,SKM,MSi Jurusan KESMAS FKIK Unsoed URUTAN PROSES YANG DIALAMI OLEH MAKANAN Bahan makanan Pencernaan Penyerapan Metabolisme PENGGUNAAN (UTILISASI)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler merupakan galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dan pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi ransum rendah,

Lebih terperinci

FISIOLOGI PENCERNAAN. Dr. Katrin Roosita, MSi.

FISIOLOGI PENCERNAAN. Dr. Katrin Roosita, MSi. FISIOLOGI PENCERNAAN Dr. Katrin Roosita, MSi. ORGAN-ORGAN SISTEM PENCERNAAN Organ sistem pencernaan: 1. Traktus gastro intestinal, berupa pipa, memanjang dari mulut sampai anus pencernaan.exe 2. Organ

Lebih terperinci

Struktur bagian dalam ginjal

Struktur bagian dalam ginjal Sitem perkemihan Sistem perkemihan Terdiri atas: dua ginjal, dua ureter, vesika urinaria dan uretra Fungsi ginjal pembentukan urine Yang lain berfungsi sebagai pembuangan urine Fungsi lain ginjal: Pengaturan

Lebih terperinci

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN BAHAN MAKANAN (MOLEKUL ORGANIK) Lingkungan eksternal Hewan KONSUMSI MAKANAN PROSES PENCERNAAN PROSES PENYERAPAN PANAS energi yg hilang dalam feses MOLEKUL NUTRIEN (dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vegetarian telah menjadi salah satu pilihan gaya hidup masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pada saat berdiri tahun 1998, jumlah vegetarian yang terdaftar

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

b. Badan pankreas Merupakan bagian utama dan letaknya di belakang lambung dan vertebra lumbalis pertama. c. Ekor pankreas Merupakan bagian yang

b. Badan pankreas Merupakan bagian utama dan letaknya di belakang lambung dan vertebra lumbalis pertama. c. Ekor pankreas Merupakan bagian yang PANKREAS Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang 12,5 cm dan tebal + 2,5 cm Pankreas terdiri dari: a. Kepala pankreas Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah kanan

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN MANUSIA. Oleh. Sabila Nur Amalina. Abstrak

SISTEM PENCERNAAN MANUSIA. Oleh. Sabila Nur Amalina. Abstrak Jurnal volume 1, mei 2013 SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Oleh Sabila Nur Amalina Abstrak Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan makanan. Alat-alat pencernaan makanan pada manusia

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si darma_erick77@yahoo.com LOGO Proses Pengeluaran Berdasarkan zat yang dibuang, proses pengeluaran pada manusia dibedakan menjadi: Defekasi: pengeluaran zat sisa hasil ( feses

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA SISTEM PENCERNAAN MAKANAN Pencernaan makanan PADA MANUSIA proses penghancuran/pengubahan bahan makanan menjadi berukuran lebih kecil Organ-organ yang menyusun sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan korban tersering dari kecelakan lalu lintas. 1. Prevalensi cedera secara nasional menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan korban tersering dari kecelakan lalu lintas. 1. Prevalensi cedera secara nasional menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, lebih dari 3.400 manusia di dunia meninggal di jalan setiap hari dan lebih dari 10 juta manusia mengalami cedera dan disabilitas tiap tahunnya. Anak anak,

Lebih terperinci

Modul Cerna Penuntun praktikum - Histologi sistem pencernaan. Praktikum 1: esofagus lambung usus kecil. Jeanne Adiwinata Pawitan

Modul Cerna Penuntun praktikum - Histologi sistem pencernaan. Praktikum 1: esofagus lambung usus kecil. Jeanne Adiwinata Pawitan Modul Cerna Penuntun praktikum - Histologi sistem pencernaan Jeanne Adiwinata Pawitan Syarat: pengenalan Histologi 4 jaringan dasar Pada praktikum Modul Cerna kita akan mempelajari gambaran histologi sistem

Lebih terperinci

2. Sumsum Ginjal (Medula)

2. Sumsum Ginjal (Medula) 1. GINJAL Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Penyakit keturunan di mana penderitanya mengalami gangguan dalam pembekuan darah disebut... Leukopeni Leukositosis Anemia Hemofilia

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN BIO 2 A. PENDAHULUAN B. RONGGA MULUT. Struktur gigi:

SISTEM PENCERNAAN BIO 2 A. PENDAHULUAN B. RONGGA MULUT. Struktur gigi: A. PENDAHULUAN Sistem pencernaan manusia terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Proses pencernaan terjadi dalam dua cara: 1) Pencernaan fisik/mekanik/ingesti, yaitu pencernaan makanan

Lebih terperinci

BAB XII. Kelenjar Pankreas

BAB XII. Kelenjar Pankreas BAB XII Kelenjar Pankreas A. Struktur Kelenjar Pankreas Kelenjar pankreas adalah kelenjar lonjong berwarna keputihan terletak dalam simpul yang terbentuk dari duodenom dan permukaan bawah lambung. Panjangnya

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN. Perlu dipelajari. Harus tahu nasib BM dalam perjalanannya di setiap organ pencernaan: dicerna. diserap. Hidup pokok.

SISTEM PENCERNAAN. Perlu dipelajari. Harus tahu nasib BM dalam perjalanannya di setiap organ pencernaan: dicerna. diserap. Hidup pokok. SISTEM PENCERNAAN Harus tahu nasib BM dalam perjalanannya di setiap organ pencernaan: dicerna Perlu dipelajari diserap dimanfaatkan Hidup pokok produksi Diketahui makanan yang cocok Efisiensi efektifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus. Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna makanan, serta

Lebih terperinci

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014 SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014 PENGERTIAN SISTEM SARAF Merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh Merupan

Lebih terperinci

SISTEM CARDIOVASCULAR

SISTEM CARDIOVASCULAR SISTEM CARDIOVASCULAR Forewords Jantung (bahasa Latin, cor) adalah sebuah rongga, rongga, organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN IPA. Dr. RAMLAWATI, M.Si. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd.

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN IPA. Dr. RAMLAWATI, M.Si. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN IPA BAB VIII SISTEM ORGAN DAN SISTEM EKSKRESI Dr. RAMLAWATI, M.Si. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

FISIOLOGI PEMBULUH DARAH. Kuntarti, SKp

FISIOLOGI PEMBULUH DARAH. Kuntarti, SKp FISIOLOGI PEMBULUH DARAH Kuntarti, SKp Overview Struktur & Fungsi Pembuluh Darah Menjamin keadekuatan suplay materi yg dibutuhkan jaringan tubuh, mendistribusikannya, & membuang zat sisa metabolisme Sebagai

Lebih terperinci