Jurnal Administrasi Publik ISSN: x Public Administration Journal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Administrasi Publik ISSN: x Public Administration Journal"

Transkripsi

1 AKUNTABILITAS KINERJA APARATUR PEMERINTAH DESA DALAM PELAYANAN PUBLIK DI DESA TANDAM HULU II KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG Abdul Hakim Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Jl. Negara No. 11 Lubuk Pakam Warjio Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jl. Prof. Sofyan No. 1 Kampus-USU Medan warjio1974@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan akuntabilitas kinerja Aparat Pemerintah Desa dalam Pelayanan Publik di Desa Tandam Hulu II Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif dengan sumberdata melalui wawancara. Informan diambil menggunakan teknik snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efisiensi kinerja aparat pemerintah desa masih dinilai tidak akuntabel oleh masyarakat, ketidakefisienan pelaksanaan kinerja ini terjadi pada beberapa indikator seperti pada upaya pencapaian tujuan penarikan PBB, pelayanan pada jam dinas maupun di luar jam dinas serta pemungutan desa yang ternyata memberikan gambaran tidak imbangnya antara input dan output. Untuk tingkat efektivitas pelaksanaan kinerja aparat, juga masih dinilai oleh masyarakat tidak akuntabel dikarenakan terdapat beberapa kegiatan yang menurut penilaian masyarakat tidak mampu mencapai sasarannya seperti pada upaya penarikan PBB, pemungutan desadan pelaksanaan pelayanan pada jam kantor. Sementara pada kajian akuntabilitas daya tanggap aparat dalam memenuhi kebutuhan maupun kepentingan warga, ternyata mampu dinilai secara akuntabel oleh masyarakat. Hal ini didasarkan pada banyaknya keluhan dan masukan warga yang mampu diakomodir oleh aparat setempat. Sedangkan dilihat pada tingkat keadilan pelayanannya, walaupun terdapat beberapa ketidakadilan seperti pada pembagian kartu sehat yang melebihi jumlah orang miskin maupun pelayanan yang ada hubungan perkoncoan, namun secara umum masyarakat masih menilai adil dan akuntabel dalam pelayanan umum bagi semua kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Kata kunci: Akuntabilitas kinerja, Pelayanan Publik, Pemerintah Desa ABSTRACT The purpose of this study to determine and describe the performance accountability of government officials in the Public Service in Rural Village II District Overlay Tandam Hulu Perak District of Deli Serdang. This study uses qualitative descriptive method with datasource through interviews. Informants were taken using snowball sampling technique. The results showed that the level of performance efficiency of village officials are still judged to be accountable by society, inefficiencies in the implementation of this performance occurs on several indicators, such as in achieving the objectives of the withdrawal of the United Nations, the service on the clock duty or off duty and collection of villages that turned out to provide an overview not imbangnya between input and output. To rate the effectiveness of the implementation of the performance apparatus, also considered by the public are not accountable because there are some activities which in the judgment of the people are not able to reach their targets such as the withdrawal of UN efforts, polling desadan implementation of services during office hours. While the study of accountability apparatus responsiveness in meeting the needs and interests of citizens, was able assessed accountable by the public. It is based on the number of complaints and citizen input that is able to be accommodated by local authorities. While the views on the JAP Vol 2, No. 1, Juni

2 level of a justice ministry, although there is some kind of injustice in the distribution of health card which exceeds the number of poor people as well as services in connection cronyism, but in general people still consider fair and accountable public services for all government activities and development.. Keywords: Accountability performance, the Public Service, the Village Government PENDAHULUAN Penyelenggaraan pemerintahan yang baik merupakan landasan bagi pembuatan dan penerapan kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi. Fenomena demokrasi ditandai dengan menguatnya kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan, sementara fenomena globalisasi ditandai dengan saling ketergantungan antar bangsa. Kondisi birokrasi Indonesia selama ini nampaknya terjadi krisis kepercayaan dan legitimasi sebagai akibat dari gagalnya pemerintah menempatkan dirinya menjadi institusi yang bisa melindungi dan memperjuangkan kebutuhan publik. Praktek pemerintahan yang berorientasi pada kekuasaan membuat birokrasi tidak responsif dan tidak sensitif serta semakin jauh dari masyarakatnya. Kemampuan sistem pelayanan publik dalam merespon dinamika yang terjadi dalam masyarakatnya secara tepat dan efisien akan sangat ditentukan oleh bagaimana misi dari birokrasi dipahami dan dijadikan sebagai basis dan kriteria dalam pengambilan kebijakan oleh birokrasi itu. Birokrasi publik di Indonesia seringkali tidak memiliki misi yang jelas sehingga fungsifungsi dan aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi cenderung semakin meluas, bahkan kemudian menjadi semakin jauh dari tujuan yang dimiliki ketika membentuk birokrasi itu. Ketidakjelasan misi juga membuat orientasi birokrasi dan pejabatnya pada prosedur dan peraturan menjadi amat tinggi, apalagi dalam birokrasi publik di Indonesia yang cenderung menjadikan prosedur dan peraturan sebagai power, maka ketidakjelasan misi tersebut mendorong para pejabatnya menggunakan prosedur dan peraturan sebagai kriteria utama dalam penyelenggaraan pelayanan. Sebagai ujung tombak dari proses pelayanan publik yang diselenggarakan oleh birokrasi publik, pemerintah desa merupakan basis utama kinerja pelayanan yang harus dibenahi terlebih dahulu. Hal ini disebabkan karena pemerintah desa adalah unsur birokrasi publik terendah yang langsung berhubungan dalam melayani masyarakat. Sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pengertian Desa adalah : Suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam Sistem Pemerintahan Nasional. Guna penyelenggaraan berbagai kepentingan yang menyangkut masyarakat desa, dibentuk organisasi Pemerintah Desa yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Aparat Desa yaitu Kepala Desa yang dibantu oleh Perangkat Desanya. Organisasi pemerintah desa yang dalam posisinya merupakan sebuah organisasi publik, dikarenakan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya menangani berbagai permasalahan publik, sebagaimana dikemukakan oleh Charles O Jones (Winarno,2002:54) bahwa: Organisasi publik adalah organisasi yang menangani berbagai permasalahan publik yang dapat dikategorikan menjadi 2 tipe yaitu pertama, masalahmasalah tersebut dikarakteristikkan oleh adanya perhatian kelompok dan warga kota yang terorganisir dan bertujuan untuk melakukan tindakan (action). Kedua, masalah-masalah tersebut tidak dapat dipecahkan secara individual / pribadi (dengan demikian ia menjadi masalah publik), tetapi kurang mendapat dukungan Dengan posisinya sebagai organisasi publik, penilaian kinerja pelayanan publik oleh Aparat Desa merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan organisasi 2 JAP Vol 2, No. 1, Juni 2014

3 pemerintah desa dalam mencapai misinya. Namun dengan mengamati fenomena yang ada saat ini, nampaknya penilaian kinerja publik di pemerintahan desa masih amat jarang dilakukan. Hal ini berbeda dengan organisasi bisnis swasta yang kinerjanya dengan mudah bisa dilihat dari profitabilitas. Kondisi ini nampaknya lebih disebabkan oleh terbatasnya informasi mengenai kinerja birokrasi publik dimana peranan kinerja belum dianggap penting. Terbatasnya informasi kinerja birokrasi ini juga disebabkan oleh indikator kinerjanya yang sangat komplek. Hal ini terjadi karena birokrasi pemerintah desa memiliki stakeholders yang sangat banyak dan mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Penilaian kinerja birokrasi pemerintah desa tidak cukup hanya dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator yang melekat pada birokrasi itu seperti efisien dan efektivitas, tetapi harus dilihat pada indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa, seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas dan responsivitas. Penilaian kinerja dari sisi pengguna jasa menjadi sangat penting karena birokrasi publik seringkali memiliki kewenangan monopolistis sehingga para pengguna jasa tidak memiliki alternatif sumber pelayanan. Kenyataan yang ada di birokrasi pemerintahan desa, bahwa penggunaan pelayanan oleh publik seringkali tidak ada hubungan sama sekali dengan kepuasan terhadap pelayanan. Kesulitan lain yang muncul dalam menilai kinerja birokrasi pemerintah desa, karena tujuan dan misi organisasi yang dirumuskan bukan hanya sangat kabur tetapi bersifat multidimensional. Hal ini disebabkan oleh banyaknya stakeholders dengan tingkat kepentingan yang berbedabeda bahkan sering berbenturan antara satu dengan lainnya, membuat birokrasi ini sulit dalam merumuskan misi yang jelas. Selain daripada itu, akuntabilitas kinerja Aparat Desa dalam pelayanan publik menjadi hal yang sangat vital karena melalui akuntabilitas tersebut setiap kinerja Aparat Desa dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat. Hal sesuai dengan pendapat Lalono Krina (2003:9) bahwa Akuntabilitas publik adalah prinsip yang menjamin setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak-pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan. Akuntabilitas kinerja Aparat Desa dalam pelayanan publik merupakan bagian dari sebuah penilaian kinerja di Organisasi Pemerintahan Desa yang dimaksudkan untuk mengetahui ukuran sejauhmana keberhasilan organisasi ini dalam mencapai misinya. Peran akuntabilitas ini juga dimaksudkan untuk melihat tingkat kesesuaian pelayanan publik yang diselenggarakan sebagaimana dinyatakan oleh Dwiyanto (2002:55) : Akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau norma eksternal yang ada di masyarakat atau yang dimiliki oleh para stakeholder. Nilai dan norma pelayanan yang berkembang dalam masyarakat tersebut diantaranya meliputi transparansi pelayanan, prinsip keadilan, jaminan penegakan hukum, hak azasi manusia dan orientasi pelayanan yang dikembangkan terhadap masyarakat pengguna jasa. Selain itu akuntabilitas diartikan sebagai sebuah tanggung gugat sebagaimana dikemukakan oleh Suprijadi (2009:2) bahwa Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atas kinerja dan tindakan pimpinan suatu organisasi kepada publik yang memiliki hak meminta pertanggungjawaban. Dari pengertian ini mengisyaratkan bahwa jika dalam pelaksanaan kinerja pemerintahan salah, dapat digugat oleh rakyat penerima pelayanan masyarakat. Guna pelaksanaan kinerja pemerintahan yang baik, faktor manusia merupakan kunci utama dalam pelaksanaan manajemen, karena manusia adalah aktor yang menggerakkan, mengatur dan mengelola unsur-unsur manajemen lainnya seperti keuangan, material maupun metode kerja. Untuk itulah pengukuran kinerja pemerintahan juga tidak terlepas dari kualitas SDM Aparat itu sendiri. Dalam pelaksanaan kinerja Aparat Desa Tandam Hulu II di Kecamatan Barus JAP Vol 2, No. 1, Juni

4 Utara Utara Kabupaten Deli Serdang, berbagai dukungan unsur manajemen telah melengkapi dalam struktur organisasi Pemerintahan Desa seperti adanya Manusia Aparat Desa sebagai pelaku. Namun demikian apabila dilihat dari tingkat kualitas SDM Aparat Desa di Kabupaten Deli Serdang selama ini masih sangat kurang, karena hampir 60% memiliki pendidikan setingkat Sekolah Dasar. Selain unsur manusia, dalam pelaksanaan kinerja Aparat Desa telah didukung adanya unsur Keuangan (Money) seperti Dana Bantuan Operasional Pemerintahan Desa dan Inpres Bantuan Desa yang berubah namanya menjadi Dana Pembangunan Desa/Kelurahan (DPD/K. Besarnya penerimaan Dana Perimbangan Desa di masing-masing Desa didasarkan pada kriteria perhitungan jumlah Penduduk, Luas wilayah dan pemasukan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada tahun sebelumnya. Sedangkan dalam pelaksanaan kinerja Aparat Desa juga telah didukung dengan berbagai metode seperti adanya peraturan dan petunjuk pelaksanaan kinerja mulai dari Undang-Undang sampai kepada Keputusan Bupati, bahkan surat edaran Bupati yang menjelaskan tentang petunjuk teknis pelaksanaan kinerja Aparat Desa. Selain itu dukungan sarana dan prasarana seperti gedung perkantoran, berbagai perlengkapan sarana kerja dan lain sebagainya memiliki peran yang besar dalam pelaksanaan kinerja Aparat Pemerintah Desa. Namun demikian, jika diamati tentang kinerja Aparat Desa selama ini, dukungan unsur sarana dan prasarana nampaknya masih belum memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Dari berbagai unsur manajemen yang ada di Pemerintah Desa, nampaknya proses akuntabilitas kinerja Aparat Desa selama ini belum sesuai dengan yang diharapkan karena masih terjadi beberapa permasalahan antara lain: 1. Belum transparannya sistem pelayanan publik yang dijalankan oleh Aparat Desa terutama masalah prosedur dan biayanya. 2. Belum adanya standar penilaian kinerja Aparat Desa yang jelas terutama pada akuntabilitas kinerjanya dalam pelayanan publik. 3. Orientasi pelayanan publik belum mengarah pada kepuasan masyarakat melalui pendekatan hasil, yaitu suatu layanan yang mengutamakan hasil ketimbang prosedur. 4. Masih adanya keluhan masyarakat tentang pola pelayanan publik oleh Aparat Desa selama ini. Dari uraian di atas maka yang menjadiperumusanmasalahdalampenelitiani niadalah Bagaimana Akuntabilitas Kinerja Aparat Pemerintah Desa dalam Pelayanan Publik di Desa Tandam Hulu II Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang? TINJAUAN PUSTAKA Akuntabilitas Kinerja. Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Bagi organisasi pelayan publik, informasi mengenai kinerja tentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi itu dalam memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja maka upaya untuk memperbaiki kinerja bisa dilakukan secara lebih terarah dan sistematis. Informasi mengenai kinerja juga penting untuk menciptakan tekanan bagi para pimpinan dalam penyelenggaraan pelayaan guna melakukan perubahan-perubahan dalam organisasi. Kemampuan dalam pembuatan kebijakan, manajemen, organisasi dan melaksanakan nilai moral serta etika sangat diperlukan oleh para administrator agar mereka berhasil melaksanakan pekerjaannya yaitu menyediakan barangbarang publik atau memberikan pelayanan secara profesional. Akan tetapi semua kemampuan tersebut berguna atau tidak, hanya dapat diketahui melalui akuntabilitas kinerja yang ditunjukkan mereka. Apakah mereka benar-benar melaksanakan tugasnya secara profesional sehingga memberikan manfaat atau memenuhi kebutuhan serta aspirasi masyarakat yang dilayani Pengertian kinerja (Keban, 2009:191) selalu dikaitkan dengan akuntabilitas. Secara umum akuntabilitas berkenaan dengan sistem check and balance kelembagaan 4 JAP Vol 2, No. 1, Juni 2014

5 dalam suatu sistem administrasi. Secara eksternal akuntabilitas merupakan tanggung jawab terhadap sumber daya atau otoritas yang diberikan atau diserahkan dan secara internal akuntabilitas merupakan pedoman etika, profesional dan praktek dalam menjalankan tanggung jawab yang diserahkan yang mengatur perilaku individu administrator menurut standar dan idealnya suatu profesi. Penilaian kinerja birokrasi publik masih sangat jarang dilakukan sebagaimana diungkapkan oleh Dwiyanto,dkk (2002;46) bahwa Penilaian kinerja birokrasi publik masih sangat kurang hal ini disebabkan oleh terbatasnya informasi mengenai kinerja birokrasi publik dan belum dianggap pentingnya masalah penilaian kinerja oleh pemerintah. Kinerja pejabat birokrasi tidak pernah menjadi pertimbangan yang penting dalam promosi jabatan, akibatnya para pejabat birokrasi tidak memiliki insentif untuk menunjukkan kinerja sehingga kinerja birokrasi menjadi amat rendah. Lebih lanjut Dwiyanto,dkk (2002:47) menyatakan penyebab lain dari terbatasnya informasi mengenai kinerja birokrasi publik adalah sebab lain dari terbatasnya informasi mengenai kinerja birokrasi publik dan kompleksitas indikator kinerja yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik. Sementara itu penilaian kinerja birokrasi publik tidak cukup hanya dilakukan dengan menggunakan indikatorindikator yang melekat pada birokrasi seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi harus dilihat juga dari indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa seperti kepuasan pelanggan atau pengguna jasa, akuntabilitas, dan responsivitas. Penilaian kinerja dari sisi pengguna jasa menjadi sangat penting karena birokrasi publik seringkali memiliki alternatif sumber pelayanan. Dalam pelayanan yang diselenggarakan oleh birokrasi publik pengguna pelayanan seringkali tidak ada hubungan dengan kepuasan terhadap pelayanan. (Dwiyanto,2002:48). Pelaksanaan penilaian kinerja pegawai yang berlaku di Indonesia saat ini lebih dikaitkan pada pelaksanaan pekerjaan, bukan pada hasil pekerjaan, sebagaimana tercantum dalam surat edaran BAKN Nomor 02/SE/1980 tertanggal 11 Pebruari Dalam surat edaran tersebut ditekankan ada 8 (delapan) unsur atau aspek kinerja yang harus dinilai seperti Kesetiaan, Prestasi, Ketaatan, Tanggung jawab, Kejujuran, Kerjasama, Prakarsa dan Kepemimpinan yang dikemas dengan nama Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3). Sistem penilaian dalam DP-3 pada kenyataannya belum didasarkan pada kinerja sesungguhnya dari tiap-tiap aparat bahkan seolah-olah hanya semacam seremoneal belaka terutama digunakan ketika yang bersangkutan akan menerima kenaikan pangkat. Barangkali paradigma yang dianut disini adalah paradigma birokrasi klasik yang lebih menekankan cara, perilaku, karakteristik yang ideal dibandingkan dengan paradigma yang berorientasi pada hasil. Berbagai macam teknis maupun jenis pengukuran kinerja banyak diungkapkan oleh para ahli antara lain menurut Pollitt dan Boukaert (Keban,2009:192) yaitu: Dalam prakteknya pengukuran kinerja seringkali dikembangkan secara ekstensif, intensif dan eksternal. Pengembangan kinerja secara ekstensif mengandung maksud bahwa lebih banyak bidang kerja yang diikutsertakan dalam pengukuran kinerja, sedangkan pengembangan kinerja secara intensif dimaksudkan lebih banyak fungsi-fungsi manajemen yang diikutsertakan dalam pengukuran kinerja dan secara eksternal diartikan lebih banyak pihak luar yang diperhitungkan dalam pengukuran kinerja. Dari pendapat tersebut nampaknya penilaian kinerja lebih ditekankan pada outcome atau hasil akhir yang diperoleh setelah suatu pekerjaan atau aktivitas dijalankan dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian kinerja hanya mengacu pada serangkaian hasil yang diperoleh seorang pegawai selama periode tertentu dan tidak termasuk karakteristik pribadi pegawai yang dinilai. Indikator-indikator penilaian kinerja birokrasi publik sebagaimana dijelaskan oleh Dwiyanto (2002: 48) adalah sebagai berikut: Penilaian kinerja diukur melalui 5 (lima) indikator yaitu: a. Produktivitas. Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi tetapi juga efektivitas pelayananan. JAP Vol 2, No. 1, Juni

6 Produktivitas umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output. b. Kualitas Layanan. Banyak pandangan negatif mengenai organisasi publik karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima. Kepuasan masyarakat terhadap layanan dijadikan salah satu indikator kinerja organisasi publik karena terdapat keuntungan yaitu adanya informasi mengenai kepuasan masyarakat seringkali tersedia secara murah dan mudah yang diperoleh baik melalui media atau diskusi publik. c. Responsivitas. adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspriasi masyarakat. Secara singkat responsivitas menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Konsep ini menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. d. Responsibilitas. Konsep ini menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik dilakukan sesuai dengan prinsipprinsip organisasi yang benar sesuai dengan kebijakan organisasi. e. Akuntabilitas. Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih rakyat. Hal ini lebih ditekankan pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik konsisten pada aspirasi dan kehendak rakyat. Keban (2009:204) menyatakan penilaian kinerja dapat dijelaskan sebagai berikut untuk mengukur penilaian kinerja digunakan 2 (dua) pendekatan yaitu pendekatan perilaku dan pendekatan hasil. Pendekatan perilaku mempelajari perilaku yang relevan yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan pekerjaan seseorang. Inti pengamatanya adalah apakah perilaku atau cara tertentu mampu memberikan hasil tertentu yang kemudian dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi pengembangan metode selanjutnya. Pengertian Akuntabilitas sebagaimana dijelaskan oleh Miriam Budiarjo (1998:107) merupakan Pertanggungjawaban pihak yang diberi mandat untuk memerintah kepada mereka yang memberi mandat itu. Sedangkan oleh Guy Peters (2000:19) akuntabilitas publik didefinisikan sebagai Prinsip yang menjamin bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh pelaku atau pelaksana kepada pihak-pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan. Lebih lanjut oleh Lalono Krina (2003:9) dijelaskan bahwa secara garis besar akuntabilitas disimpulkan sesuatu hal yang berhubungan dengan kewajiban dari institusi pemerintahan maupun para aparat yang bekerja di dalamnya untuk membuat kebijakan maupun melakukan aksi yang sesuai dengan nilai yang berlaku maupun kebutuhan masyarakat. Akuntabilitas publik menuntut adanya pembatasan tugas yang jelas dan efisien dari para aparat birokrasi. Senadadenganpendapat di atas, dalambukupedomanpenguatanpengamanan Program Pembangunan Daerah BappenasdanDepdagri (2002:19) disebutkanbahwa Akuntabilitas publik adalah prinsip yang menjamin bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak-pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan. Lalono Krina (2003:10-11) menyebutkan bahwa alat ukur yang dipakai dalam akuntabilitas publik antara lain berupa: 1. Visi dan Misi Organisasi. 2. Uraian tugas atau pekerjaan. 3. Acuan pelayanan seperti pilihan metode palayanan, Informasi tentang tingkat pelayanan, mekanisme/ standar pelayanan, standar efisiensi, Kapasitas dan kualitas yang memadai. 4. Produk kebijakan. 5. Laporan pertanggugn jawaban (Annual Report). 6. Laporan Keuangan (sistem pngelolaan keuangan). 6 JAP Vol 2, No. 1, Juni 2014

7 7. Penanganan pengaduan baik dari kotak pos, berita mass media, LSM,. Hasil studi penelitian, dan monitoring independen. 8. Penetapan kriteria untuk mengukur performansi aparat. Sementara itu system pertanggungjawaban kinerja bagi Instansi Pemerintah telah dilaksanakan melalui Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah (AKIP) yang diatur dalam Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik Indonesia Nomor 239/IX/6/8/2003, disebutkan bahwa akuntabilitas merupakakan kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/ badan hukum/ pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Pranoto (1999:7) menyatakan bahwa Akuntabilitas diartikan sebagai wujud pertanggung-jawaban yang menjawab dan menerangkan tentang tingkat manfaat kinerja/ penyelenggaraan kewenangan dari seseorang atau badan hukum atau pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memberi kewenangan. Dari kedua pengertian diatas, konsep AKIP ini nampaknya hanya melihat kinerja dari sudut pandang para penyelenggara, sedangkan dari aspek pertanggungjawaban kepada masyarakat belum sepenuhnya diterapkan, karena AKIP seolah-olah hanya semacam laporan keterangan pelaksanaan kinerja Aparat Instansi Pemerintah kepada yang memberi kewenangan. Konsep AKIP ini nampaknya juga tidak dapat diterapkan secara penuh dalam penilaian kinerja Apaat Desa, karena pada sorotan kinerja Aparat Desa lebih dilihat pada aspek penilaian masyarakat secara langsung. Indikator-indikator penilaian kinerja dalam AKIP adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dikategorikan kedalam kelompok Masukan (Input), Keluaran (Output), Hasil (Outcomes), Manfaat (Benefits) dan Dampak (Impacts). Masukan diartikan sebagai segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan Output. Keluaran diartikan sebagai segala sesuatu berupa produk/jasa sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan. Hasil diartikan sebagai segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah yaitu ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Manfaat diartikan sebagai kegunaan suatu keluaran yang dirasakan langsung oleh masyarakat, sementara dampak diartikan sebagai ukuran tingkat pengaruh sosial ekonomi, lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.(lampiran Kep.Kepala LAN No.239/IX/6/8/2003) Sementara itu apabila dilihat dari jenisnya AKIP dapat diuraikan kedalam 4 (empat) kelompok sebagaimana dikemukakan oleh Pranoto (1999:13) yaitu: akuntabilitas, keuangan, akuntabilitas administrasi, akuntabilitas manfaat dan akuntabilitas prosedur. Aparat Pemerintah Desa Dalam menguraikan Aparat Pemerintah Desa di penelitian ini, masih menggunakan pedoman Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Pemerintahan Desa dan peraturan perundang-undangan yang mengatur dibawahnya,. Aparat Pemerintah Desa sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Barus Utara Kabupaten Deli Serdang Nomor: 17 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa adalah para pemangku jabatan Pemerintah Desa yang terdiri atas Kepala Desa danperangkat Desa. Perangkat Desa itu sendiri terdiri atas unsur Staf dan unsur Kewilayahan. Unsur Staf dipimpin oleh Sekretaris Desa yang membawahi lima kepala urusan yaitu Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Pembangunan, Kepala Urusan Keuangan, Kepala Urusan Umum dan Kepala Urusan Kesejahteraan Sosial. Sedangkan unsur kewilayahan dipimpin oleh seorang Kepala Dusun (baca tugas pokok dan kewajibankepala Desa sebagaimana diatur dalam Perda 17 tahun 2007). JAP Vol 2, No. 1, Juni

8 Dalam penjabaran dari tugas dan kewajiban Sekretaris Desa ini dibantu oleh 5 (lima) Kepala Urusan yang masing-masing mempunyai bidang tugas sebagai berikut: 1. Kepala Urusan Pemerintahan. 2. Kepala Urusan Pembangunan 3. Kepala Urusan Kesejahteraan Sosial 4. Kepala Urusan Keuangan 5. Kepala Urusan Umum(Perda 17 tahun 2007). Dari semua pelaksana tugas dan kewajiban unsure Aparat Pemerintah Desa tersebut dituntut adanya suatu pertanggungjawaban kepada Rakyat melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD) pada setiap akhir tahun anggaran sebagai sebuah bentuk pelaksanaan akuntabilitas kinerja Aparat kepada publik. Selainitu pelaksanaan tugas dan kewajiban juga harus dilaporkan secara tertulis kepada Bupati sebagai Kepala Daerah yang telah memberikan kewenangan kepada Kepala Desa untuk melaksanakan tugas-tugas pembantuan. Pelayanan Publik. Organisasi Pemerintah Desa merupakan salah satu organisasi publik, dikarenakan dalam pelaksanaan kegiatannya menyangkut berbagai permasalahan publik. Masalah publik diidentifikasikan sebagai masalah yang mempunyai dampak luas dan mencakup konsekuensi bagi orang-orang yang tidak secara langsung terlibat. Oleh Charles O. Jones (Budi Winarno, 2002:54) disebutkan bahwa masalah publik dirumuskan menjadi dua tipe yaitu: pertama, masalah-masalah tersebut dikarakteristikkan oleh adanya perhatian kelompok dan warga yang terorganisasi yang bertujuan untuk melakukan tindakan (action). Kedua, masalah-masalah tersebut tidak dapat dipecahkan secara individual/pribadi (dengan demikian ia menjadi masalah publik), tetapi kurang terorganisasi dan kurang mendapat dukungan. Sedangkan oleh Theodore Lowi (Budi Winarno,2002:51) disebutkan bahwa masalah-masalah publik dikategorikan kedalam beberapa kategori. Kategori pertama masalah publik dibedakan menjadi masalah prosedural dan masalah substantif. Kategori kedua adalah didasarkan atas asal-usul masalah dimana masalah publik dibedakan kedalam masalah luar negeri maupun dalam negeri.kategori ketiga adalah berdasarkan kategori jumlah orang yang dipengaruhi serta hubungannya antara satu dengan yang lain. Berkaitan dengan pelayanan, maka pelayanan publik diidentifikasikan sebagai sebuah kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara organisasi publik sebagai wujud pemenuhan kebutuhan penerima layanan serta pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kinerja pelayanan publik menjadi salah satu dimensi yang strategis dalam menilai keberhasilan pelaksanaan pemerintahan utamanya pada era otonomi daerah sekarang ini. Kelancaran pemberian pelayanan pada masyarakat sangat tergantung pada tingkat SDM Birokrasi sebagai penyelenggara pelayanan publik dan sistem pemberian pelayanan yang baik sebagaimana diungkapkan oleh Dwiyanto (2002:67) bahwa Sistem pemberian pelayanan yang baik dapat dilihat dari besarnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh aparat birokrasi secara efektif didayagunakan untuk melayani pengguna jasa. Guna penyusunan kinerja pelayanan publik diperlukan adanya indikatorindikator yang sangat bervariasi. Indikatorindikator dalam penyusunan kinerja pelayanan publik dilihat dari dua sudut pandang baik dari si pemberi pelayanan yaitu bagaimana aparat penyelenggara mampu melaksanakan pelayanan secara baik dan dari sudut masyarakat sebagai penerima pelayanan. Dalam hal ini ukuran untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan yang baik dilihat dari seberapa besar tingkat kepuasan masyarakat mampu tercukupi. Konsep ini diungkapkan oleh Dwiyanto (2002:52) yaitu: Secara garis besar berbagai parameter yang digunakan untuk melihat kinerja pelayanan publik dapat dikelompokkan menjadi dua pendekatan. Pendekatan pertama melihat kinerja pelayanan publik dari perspektif pemberi pelayanan publik dan pendekatan kedua melihat kinerja pelayanan publik dari perspektif pengguna jasa. Adapun jenis dan pengelompokan dari pelayanan publik adalah : 8 JAP Vol 2, No. 1, Juni 2014

9 - Kelompok pelayanan Administratif (Legalisasi,Surat pengantar/keterangan,akte, Perijinan, Sertifikat). - Kolompok pelayanan Barang (Jaringan telepon,penyediaan Listrik, dan Penyediaan Air bersih) - Kelompok pelayanan Jasa (Pendidikan, Pemeliharaan Kesehatan, Penyelenggaraan Transportasi, dan Jasa Pelayanan Pos). - Asas Pelayanan Publik (Transparansi, Akuntabilitas, Kondisional, Partisipatif, Kesamaan Hak, Keseimbangan Hak dan Kewajiban) - Fasilitas pelayanan ( Ruang pelayanan, Loket Pelayanan, Efektivitas dan efisiensi pelayanan dan Hasil output dari suratsurat yang dikeluarkan) - Petugas pelayanan (Tingkat SDM, Tingkat kecakapan dalam memberikan pelayanan pada masyarakat). - Prinsip pelayanan (Kesederhanaan, Kepastian waktu, Kejelasan, Akurasi, Keamanan, Tanggung jawab, Kelengkapan Sarana dan prasarana, Kemudahan akses, Kedisiplinan,kesopanan dan keramahan, serta Kenyamanan). Lebih lanjut oleh Dwiyanto (2002:81) dijelaskan bahwa Untuk menilai kinerja pelayanan publik ada beberapa indikator yang akan dipergunakan yaitu antara lain keadilan dan persamaan pelayanan, kepastian waktu, biaya, responsivitas dan rente birokrasi. Dalam melihat kinerja pelayanan publik hendaknya tidak dilihat secara diametric, melainkan tetap dipahami sebagai suatu sudut pandang yang saling berinteraksi dimana birokrasi publik dituntut memberikan pelayanan yang sebaik mungkin, baik kepada publik maupun Insvestor dari Negara lain. Dalam kerangka itu penerapan strategi yang mengintegrasikan pendekatan cultural dan structural ke dalam system pelayanan birokrasi yang disebut dengan Total Quality Management (TQM) dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan perbaikan pelayanan publik. Pengertian TQM sebagaimana dijelaskan oleh David Hunger dan Thomas L. Wheelem (2003:373) adalah Sebuah filosofi operasional yang menekankan komitmen pada kepuasan pelanggan dan peningkatan berkelanjutan. Tujuan TQM sebagaimana diungkapkan oleh Schonberger dalam bukunya David Hunger dan Thomas L. Wheelem, (2003:373) dikelompokkan menjadi empat yaitu: 1. Kualitas produk dan jasa yang lebih baik serta sedikit variabel. 2. Respon yang lebih cepat dan sedikit variabel dalam memproses kebutuhan pelanggan. 3. Fleksibilitas yang lebih besar dalam penyesuaian terhadap perubahan yang dibutuhkan pelanggan. 4. Biaya yang lebih rendah melalui peningkatan kualitas dan eliminasi pekerjaan yang tidak memiliki nilai tambah. Didalam TQM harus dilibatkan serangkaian teknik baik mulai dari dari scatter diagram, sampai benchmarking dan tim lintas fungsi. Budaya TQM nampaknya memiliki pengaruh yang sangat baik dalam perubahan suatu organisasi, karena menuntut pimpinan yang kuat dari manajemen puncak, pelatihan karyawan, pemberdayaan karyawan tingkat rendah, dan kerja tim untuk membuatnya berhasi. TQM lebih ditekankan pada upaya pencegahan, bukan perbaikan, walaupun pemeriksaan terhadap kualitas masih terus dilakukan. Tekanannya adalah pada peningkatan gugus kendali mutu (Quality Circle) atau tim peningkatan kualitas yang mengindentifikasi masalah dan menyarankan berbagai cara untuk memperbaiki proses yang menyebabkan masalah. Elemen-elemen penting dalam TQM sebagaimana dijelaskan oleh David Hunger dan Thomas L. Wheelen (2003: ) yaitu: 1. Fokus yang kuat terhadap kepuasan pelanggan: seluruh karyawan harus memahami bahwa pekerjaan mereka ada, karena adanya kebutuhan pelanggan. Oleh karenanya pendekatan yang harus diambil adalah bagaimana hasil pekerjaan itu akan mempengaruhi kepuasan pelanggan. 2. Pelanggan adalah internal dan eksternal : Karyawan bagian pengemasan adalah pelanggan internal bagi karyawan di bagian lainnya yang sedang menyelesaikan perakitan produk, dan JAP Vol 2, No. 1, Juni

10 orang yang membeli produk adalah pelanggan bagi seluruh anggota organisasi. Seorang karyawan harus memuaskan pelanggan internal dan juga pelanggan eksternal. 3. Pengukuran yang akurat terhadap seluruh variabel kritis dalam operasi perusahaan : karyawan harus dilatih dalam hal apa saja yang akan diukur, bagaimana mengukur dan bagaimana menerjemahkan data yang ada. 4. Peningkatan berkelanjutan pada produk dan jasa: setiap orang menyadari perlunya memantau operasi perusahaan secara berkesinambungan untuk menemukan berbagai cara meningkatkan produk dan layanan. 5. Hubungan kerja yang baru didasarkan pada saling percaya dan kerja tim: kuncinya adalah gagasan pemberdayaan atau memberikan keleluasaan kepada karyawan dalam cara mereka mencapai sasaran perusahaan. Aparat Pemerintah Desa Dalam menguraikan Aparat Pemerintah Desa di penelitian ini, masih menggunakan pedoman Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Pemerintahan Desa dan peraturan perundang-undangan yang mengatur dibawahnya,. Aparat Pemerintah Desa sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Barus Utara Kabupaten Deli Serdang Nomor: 17 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa adalah para pemangku jabatan Pemerintah Desa yang terdiri atas Kepala Desa danperangkat Desa. Perangkat Desa itu sendiri terdiri atas unsur Staf dan unsur Kewilayahan. Unsur Staf dipimpin oleh Sekretaris Desa yang membawahi lima kepala urusan yaitu Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Pembangunan, Kepala Urusan Keuangan, Kepala Urusan Umum dan Kepala Urusan Kesejahteraan Sosial. Sedangkan unsur kewilayahan dipimpin oleh seorang Kepala Dusun. Sebagai Kepala Desa memiliki beberapa tugas pokok dan kewajiban yang sebagaimana diatur dalam Perda 17 tahun 2007 adalah : 1. Memimpin penyelenggaraan Pemerintah Desa 2. Membina kehidupan masyarakat desa dan perekonomian desa 3. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa. 4. Mendamaikan perselisihan masyarakat desa 5. Mewakili desanya didalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukumnya. 6. Mengajukan Raperdes dan bersama BPD menetapkan Peraturan Desa. 7. Melaksanakan Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa 8. Menyusun dan menetapkan APBDes setiap tahun dalam Peraturan Desa. 9. Menetapkan Keputusan Kepala Desa sebagai peraturan pelaksanaan Peraturan Desa. 10. Menyusun program kerja tahunan dan lima tahunan 11. Menyelenggarakan tertib keuangan desa 12. Menyelenggarakan tertib pertanahan, termasuk bondo desa 13. Menyelenggarakan tertib administrasi dan pengerjaan registrasi desa. 14. Menumbuhkan dan mengembangkan semangat gotong royong masyarakat. 15. Mendorong dan mewujudkan usahausaha peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat desa. 16. Melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait tentang pemerintahan desa, pembangunan dan pembinaan sosial kemasyarakatan Sedangkan tugas dan kewajiban Sekretaris Desa adalah : 1. melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan pelaporan. 2. Melaksanakan koordinasi dan pembinaan terhadap kegiatan admnistrasi yang dilakukan oleh kepala urusan. 3. Menyusun rencana, mengumpulkan bahan, merumuskan program dan petunjuk untuk keperluan pembinaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. 4. Memberikan pelayanan administrasi kepada masyarakat. Dalam penjabaran dari tugas dan kewajiban Sekretaris Desa ini dibantu oleh 5 10 JAP Vol 2, No. 1, Juni 2014

11 (lima) Kepala Urusan yang masing-masing mempunyai bidang tugas sebagai berikut: 1. Kepala Urusan Pemerintahan. Kepala Urusan Pemerintahan berkedudukan sebagai unsur staf yang membantu Sekretaris Desa dalam urusan administrasi pemerintahan, ketentraman dan ketertiban. Adapun tugas dan kewajibannya adalah : a. Menyusun rencana dan program penyelenggaraan pemerintahan. b. Menyusun rencana dan program pelaksanaan administrasi kependudukan dan catatan sipil. c. Menyusun rencana dan program pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta Pertahanan Sipil. d. Menyusun rencana dan program pelaksanaan pengawasan terhadap penyaluran bantuan kepada masyarakat serta kegiatan pengamanan akibat bencana alam dan bencana lainnya. e. Memberikan pelayanan administrasi Sekretaris Desa. f. Memberikan pelayanan administrasi kepada masyarakat didalam urusan pemerintahan. g. Mengerjakan register desa h. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa secara periodik. i. Melaksanakan tugas dan kewajiban lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa. 2. Kepala Urusan Pembangunan berkedudukan sebagai unsur staf yang membantu Sekretaris Desa dalam urusan administrasi Pembangunan yang mempunyai fungsi sebagai penyelenggara administrasi pembangunan dan perekonomian. Tugas dan kewajiban Kepala Urusan Pembangunan adalah: a. Menyusun rencana dan program bimbingan dibidang pembangunan, perekonomian, distribusi dan produksi. b. Menyusun rencana dan program kegiatan dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat dan swadaya masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan dan peningkatan perekonomian desa. c. Menyusun rencana dan program serta membantu menyiapkan bahanbahan dalam rangka pelaksanaan musyawarah pembangunan desa. d. Memberikan pelayanan administrasi Sekretaris Desa. e. Memberikan pelayanan administrasi kepada masyarakat didalam urusan pembangunan dan perekonomian. f. Mengerjakan register desa g. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Desa melalui sekretaris Desa secara periodik. h. Melaksanakan tugas dan kewajiban lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa. 3. Kepala Urusan Kesejahteraan Sosial berkedudukan sebagai unsur staf yang membantu Sekretaris Desa dalam urusan administrasi kesejahteraan sosial. Adapun tugas dan kewajibannya adalah: a. Menyusun rencana dan program pelayanan kepada masyarakat dibidang kesejahteraan sosial. b. Menyusun rencana dan program pembinaan dalam bidang keagamaan, keluarga berencana, kesehatan, dan pendidikan masyarakat. c. Menyusun rencana dan program kegiatan pengumpulan zakat, infaq dan sodaqoh. d. Memberikan pelayanan administrasi Sekretaris Desa. e. Memberikan pelayanan administrasi kepada masyarakat didalam urusan kesejahteraan sosial. f. Mengerjakan register desa. g. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa secara periodik. h. Melaksanakan tugas dan kewajiban lain yang diberikan Sekretaris Desa. 4. Kepala Urusan Keuangan berkedudukan sebagai unsur staf yang membantu Sekretaris Desa dalam urusan administrasi keuangan dengan tugas dan kewajiban: a. Menyusun rencana dan program penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang. JAP Vol 2, No. 1, Juni

12 b. Menyusun rencana dan program pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan. c. Menyusun rencana dan program kegiatan peningkatan sumber pendapatan dan kekayaan desa. d. Menyusun rencana dan program pengurusan pembayaran penghasilan atau honorarium. e. Memberikan pelayanan administrasi Sekretaris Desa f. Memberikan pelayanan administratif kepada masyarakat didalam urusan keuangan. g. Mengerjakan register desa h. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa secara periodik. i. Melaksanakan tugas dan kewajiban lain yang diberikan Sekretaris Desa. 5. Kepala Urusan Umum berkedudukan sebagai unsur staf yang membantu Sekretaris Desa dalam urusan administrasi umum. Tugas dan kewajibannya adalah : a. Menyusun rencana dan program pelaksanaan administrasi Kepala Desa, Perangkat Desa serta aparatur desa lainnya. b. Menyusun rencana dan program penyelenggaraan dibidang perlengkapan dan inventaris desa. c. Menyusun rencana dan program pengaturan pelaksanaan rapat-rapat dinas dan upacara. d. Menyusun rencana dan program penyelenggaraan surat menyurat, kearsipan dan ekspedisi. e. Memberikan pelayanan administrasi Sekretaris Desa. f. Memberikan pelayanan administrasi kepada masyarakat didalam urusan umum. g. Mengerjakan register desa. h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa secara periodik. i. Melaksanakan tugas dan kewajiban lainnya yang diberikan Sekretaris Desa Sedangkan sebagai unsur kewilayahan dikepalai oleh seorang Kepala Dusun yang memiliki fungsi sebagai penyelenggara kegiatan dalam rangka membantu sebagian tugas dan kewajiban Kepala Desa di wilayah bagian desa atau sering disebut Dusun. Tugas dan kewajiban Kepala Dusun adalah: a. Melaksanakan Peraturan Desa b. Melaksanakan keputusan Kepala Desa c. Melaksanakan pembinaan ketentraman dan kerukunan warga dusun d. Melaksanakan pembinaan dan peningkatan swadaya, gotong royong dan partisipasi masyarakat e. Melaksanakan tugas dan kewajiban lain yang diberikan oleh kepala Desa Dari semua pelaksanan tugas dan kewajiban unsur Aparat Pemerintah Desa tersebut dituntut adanya suatu pertanggungjawaban kepada Rakyat melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD) pada setiap akhir tahun anggaran sebagai sebuah bentuk pelaksanaan akuntabilitas kinerja Aparat kepada publik. Selain itu pelaksanaan tugas dan kewajiban juga harus dilaporkan secara tertulis kepada Bupati sebagai Kepala Daerah yang telah memberikan kewenangan kepada Kepala Desa untuk melaksanakan tugas-tugas pembantuan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan bentuk desain penelitian studi kasus terpancang atau embadded case study. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah para Stakeholders baik yang berfungsi sebagai aktor-aktor yang menjalankan tugas pelayanan publik maupun yang berfungsi obyek penerima layanan. Variabeldalampenelitianinidifokuskan pada akuntabilitas kinerja Aparat Pemerintah Desa terutama dalam kegiatan pelayanan publik kepada masyarakat.dalam penganalisaan datanya, digunakan model interaktif karena dianggap paling relevan dengan metode penelitian kualitatif terpancang yang digunakan dalam penelitian ini. PEMBAHASAN Kinerja Aparat Pemerintah Desa Tandam Hulu II Tentang Efisiensi dan Efektivitas Kinerja Aparat Pemerintah Desa Untuk melihat efisiensi kinerja Aparat Pemerintah Desa, penelitian ini meninjau tidak hanya pada segi efisiensi dari sudut pandang biaya dan waktu saja tetapi juga 12 JAP Vol 2, No. 1, Juni 2014

13 pada penggunaan sarana maupun prasarana yang ada. Sementara untuk melihat tingkat efektivitasnya akan dilihat pada seberapa besar kinerja Aparat mampu mencapai hasil (output). Dalam upaya pelaksanan kinerja Aparat Pemerintah Desa Tandam Hulu II, umumnya tingkat efisiensi kurang diperhatikan oleh sebagian besar Aparat, hal ini sebagaimana digambarkan dari hasil jawaban pada 8 indikator kinerja keseluruhan Informan yang menyatakan tidak efisien sebanyak 56,7%. Cerminan dari tidak efisiennya pelaksanaan kinerja ini dilihat dari besarnya biaya yang dikeluarkan dan banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut tidak sebanding dengan nilai output yang diterima. Ketidakefisienan ini antara lain terjadi pada beberapa pelaksanan kinerja Aparat seperti saat penarikan dan intensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), pelaksanaan pelayanan pada jam dinas maupun sore hari dan pelaksanaan pemungutan pungutan desa. Sementara oleh Informan masyarakat dari sejumlah 16 orang yang menyatakan ketidakefisienan sebanyak 11 orang atau 68,8 % dengan alasan bahwa tidak semua wajib pajak tersebut memiliki tingkat disiplin maupun kesadaran yang sama, serta seringnya terdapat permasalahan data dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) yang tidak sesuai dengan situasi maupun kondisi, sehingga mempengaruhi WP enggan membayar pajak. Namun demikian sebanyak 5 orang atau 31,3 % Informan justru menyatakan penarikan PBB ini dipandang efisien dikarenakan menurut aturannya bahwa mereka yang seharusnya melakukan pembayaran di BRI Unit, akan tetapi cukup membayar lewat aparat desa setempat sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi maupun kehilangan banyak waktu. Sedangkan penarikan PBB dianggap sudah efisien sebagaimana jawaban 2 (dua) orang informan Aparat di atas, dikarenakan alasan masyarakat sebagai wajib pajak tidak perlu melakukan pembayaran ke BRI, tetapi cukup kepada perangkat desa setempat, sehingga tidak memerlukan biaya transportasi maupun kehilangan waktu dan tenaga. Selain itu pemungutan melalui Aparat ini juga dinilai menghemat waktu dan tenaga dalam rangka mengontrol siapa saja yang sudah dan belum membayar, karena data tiap-tiap wajib pajak seluruhnya telah tercatat dalam buku administrasi penarikan masing-masing Aparat. Sedangkan dilihat dari tingkat efektifnya pelaksanaan penarikan PBB ternyata dari 30 orang Informan seluruhnya menyatakan tidak efektif. Penyebab tidak efektifnya kinerja ini banyak disinyalir adanya beberapa hambatan seperti lemahnya semangat Aparat desa dalam melakukan penarikan, kurangnya kesadaran sebagian wajib pajak, bahkan adanya penyelewengan uang PBB oleh oknum Aparat untuk dipinjam terlebih dahulu. Sementara itu efisiensi dan efektivitas kinerja juga dilihat dari seberapa besar tingkat pencapaian pelaksanaan pemungutan desasebagai salah satu upaya peningkatan pendapatan asli desa (PADes) yang dalam pemungutannya diletakkan di setiap jenis pelayanan publik. Jenis-jenis pelayanan publik yang dibebani pungutan di Desa Tandam Hulu II antara lain jenis pelayanan legalisasi surat-menyurat seperti surat pengantar pembuatan KTP/KK/Akte Kelahiran, surat pengantar berkelakuan baik untuk pembuatan SKKB, surat pengantar pernikahan, surat keterangan kelahiran, surat keterangan kematian, surat keterangan domisili, maupun berbagai pengesahan (legalisasi) surat menyurat. Selain itu jenis pelayanan dalam proses jual beli tanah, hak pewarisan maupun hak kepemilikan atas jenis usaha tertentu juga dibebani adanya pungutan desa. Tingkat Keadilan Kinerja Aparat Pemerintah Desa Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemenuhan prinsip keadilan dilihat dari kemampuan Aparat Pemerintah Desa dalam memberikan perlakukan yang sama dan adil kepada warganya. Hal ini menganut pada tata pemerintahan yang baik yang mengharuskan pemerintah menjamin setiap warganya untuk memperoleh akses yang sama bukan hanya pada pelayanan publik, tetapi juga pada kualitas pelayanan yang sama pula. Dari hasil penelitian ini, disebutkan bahwa pemenuhan prinsip keadilan JAP Vol 2, No. 1, Juni

14 pelayanan oleh Aparat Pemerintah Desa Tandam Hulu II kepada masyarakat memang belum mampu seluruhnya memenuhi harapan warga masyarakat. Hal ini tercermin dari hasil jawaban Informan sebanyak 30 orang, 7 orang diantaranya atau 23,3% menilai tidak adil atau tidak sama yang mengisyaratkan bahwa praktek kinerja birokrasi pemerintah desa belum menunjukkan pada peningkatan kualitas pelayanan dengan mengedepankan masyarakat sebagai pelanggan. Beberapa contoh kasus yang terjadi seperti pada pelayanan kesehatan di desa yaitu pada saat pembagian kartu sehat oleh Aparat Desa, di mana terdapat beberapa warga yang menurut kategorinya dikatakan miskin tetapi tidak menerima kartu sehat orang miskin, justru sebaliknya ada beberapa orang yang tidak begitu miskin tetapi memiliki hubungan keluarga dengan Aparat Desa mendapat kartu sehat orang miskin. Sementara itu kondisi kurang adilnya pelayanan pada pengurusan hal-hal tertentu yang karena situasi derajat sosial masyarakat tersebut lebih tinggi dibanding masyarakat lainnya, menjadi lebih diperhatikan pelayanannya oleh Aparat Desa setempat karena pengaruh budaya nepotisme yang berkembang di tingkat desa. Hubungan perkoncoan ataupun kekeluargaan jelas tidak akan terlepas dari birokrasi di tingkat desa. Hal ini menurut salah satu tokoh agama atau ulama Desa Tandam Hulu II yang menyebutkan bahwa Biasanya orang-orang yang terpandang di desa mendapat perlakuan lebih dari Aparat Desa daripada masyarakat biasa pada umumnya. (Sumber: Tokoh Agama, Wawancara tanggal 27 Pebruari 2013). Kondisi perlakuan tidak adil ini memang tidak separah pada jenis pelayanan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah lainnya seperti pelayanan sertifikat tanah, Akte Kelahiran, SKKB, KTP maupun SIM, karena pelayanan yang dijalankan oleh Aparat Desa lebih banyak berupa fasilitator seperti surat keterangan maupun surat pengantar. Perlakuan pemberian legalisasi surat menyurat hampir bisa dikatakan memiliki tingkat keadilan sama antara satu warga dengan lainnya. Prinsip keadilan dalam hal penghargaan bagi Aparat Desa, ternyata belum juga dilakukan, seperti banyak kasus adanya pencapaian target PBB oleh Perangkat Desa, namun tidak sekalipun mereka mendapat perhatian apalagi hadiah. Sementara itu ada beberapa perangkat yang tidak lunas target PBBnya, bahkan ikut menggunakan sebagian uang PBB untuk kepentingan pribadinya, tidak mendapat hukuman apapun dari pihak yang berwenang ataupun Kepala Desa sebagai pimpinan Pemerintah Desa. Daya Tanggap Aparat Pemerintah Desa Daya tanggap Aparat Pemerintah Desa menjelaskan tentang kemampuan Aparat dalam mengenali kebutuhan dan merespon opini publik serta adanya akses publik dalam sistem pemerintahan desa. Oleh karenanya daya tanggap Aparat ini menunjuk pada keselarasan antara program pemerintah desa dan kegiatannya dengan kebutuhan masyarakat setempat. Penelitian ini melihat seberapa banyak keluhan masyarakat terhadap pelayanan dan tindakan pemerintah dalam menanggapi keluhan tersebut. Indikator kinerja yang diteliti dalam masalah responsivitas dilihat pada kinerja aparat bidang pemerintahan dan pembangunan seperti pelayanan legalisasi surat menyurat dan pelaksanaan proses pembangunan desa baik melalui dana pembangunan desa maupun Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat daya tanggap Aparat Desa dalam merespons kebutuhan masyarakat sudah cukup baik, dimana menurut hasil penelitian dari 30 jawaban Informan sebanyak 22 orang atau 73,3 % menyatakan Aparat mampu mengenali kebutuhan masyarakat. Kondisi tidak maksimalnya pelayanan pada jam kerja memang sangat dilematis, hal ini perlu dicermati bahwa keberadaan Aparat Pemerintah Desa tidak sama dengan Aparat Instansi Pemerintah pada umumnya, dengan kata lain bahwa Institusi Pemerintah Desa tidak bisa disamaratakan keberadaannya dengan Instansi Pemerintah. Selain itu tingkat SDM Aparat dan PNS di lingkungan Instansi Pemerintah juga menjadi perbedaan yang sangat mencolok, sehingga sangat sulit untuk menyamakan antara kaduanya. Rendahnya tingkat SDM Aparat ternyata juga sangat berpengaruh 14 JAP Vol 2, No. 1, Juni 2014

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan, sementara fenomena globalisasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan, sementara fenomena globalisasi ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik merupakan landasan bagi pembuatan dan penerapan kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi. Fenomena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa. Dengan melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa. Dengan melakukan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Akuntabilitas Kinerja. Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya.

Lebih terperinci

KEPALA DESA DEMPET KECAMATAN DEMPET KABUPATEN DEMAK PERATURAN DESA DEMPET NOMOR 06 TAHUN 2O16 TENTANG

KEPALA DESA DEMPET KECAMATAN DEMPET KABUPATEN DEMAK PERATURAN DESA DEMPET NOMOR 06 TAHUN 2O16 TENTANG KEPALA DESA DEMPET KECAMATAN DEMPET KABUPATEN DEMAK PERATURAN DESA DEMPET NOMOR 06 TAHUN 2O16 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DEMPET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 8 TAHUN 2O15 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 8 TAHUN 2O15 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 8 TAHUN 2O15 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Birokrasi merupakan instrumen untuk bekerjanya suatu administrasi, dimana birokrasi bekerja berdasarkan pembagian kerja, hirarki kewenangan, impersonalitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2006 SALINAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Birokrasi pemerintahan baik di pusat maupun di daerah, memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu birokrat pemerintah daerah dituntut untuk

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK, Menimbang

Lebih terperinci

KEPALA DESA KIRIG KECAMATAN MEJOBO KABUPATEN KUDUS PERATURAN DESA KIRIG NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA KIRIG

KEPALA DESA KIRIG KECAMATAN MEJOBO KABUPATEN KUDUS PERATURAN DESA KIRIG NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA KIRIG 1 KEPALA DESA KIRIG KECAMATAN MEJOBO KABUPATEN KUDUS PERATURAN DESA KIRIG NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA KIRIG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA KIRIG,

Lebih terperinci

KEPALA DESA SIWALANPANJI KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DESA SIWALANPANJI KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 29 TAHUN 2016

KEPALA DESA SIWALANPANJI KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DESA SIWALANPANJI KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 29 TAHUN 2016 KEPALA DESA SIWALANPANJI KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DESA SIWALANPANJI KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG RANCANGAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, tuntutan terhadap paradigma good governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakkan lagi. Istilah good

Lebih terperinci

LAKIP KECAMATAN MAPPEDECENG 2016

LAKIP KECAMATAN MAPPEDECENG 2016 . LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks berimplikasi kepada tuntutan masyarakat yang ingin terlayani

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PODOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma studi ilmu administrasi negara sangat cepat dan mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma studi ilmu administrasi negara sangat cepat dan mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan paradigma studi ilmu administrasi negara sangat cepat dan mengikuti perubahan lingkungan yang mempengaruhinya. Seperti studi yang sistematis yang dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta caracara

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta caracara V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Akuntabilitas Akuntabilitas juga merupakan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan publik. Dalam hubungan ini, diperlukan evaluasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006 PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP Menimbang:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja instansi pemerintah kini menjadi sorotan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Masyarakat sering

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol SINOPSIS Kinerja organisasi mengisyaratkan bahwa penilaian kinerja sesungguhnya sangat penting untuk melihat sampai sejauh mana tujuan organisasi telah tercapai. Sejalan dengan sistem pemerintahan saat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 12 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DESA TULANGAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA TULANGAN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO

PERATURAN DESA TULANGAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA TULANGAN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO SALINAN PERATURAN DESA TULANGAN NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA TULANGAN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2007 SERI D ================================================================

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2007 SERI D ================================================================ LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2007 SERI D ================================================================ PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2007 T E N T A N G PEDOMAN

Lebih terperinci

Perda No. 8 / 2003 tentang Susunan organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa di Kabupaten Magelang.

Perda No. 8 / 2003 tentang Susunan organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa di Kabupaten Magelang. Perda No. 8 / 2003 tentang Susunan organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa di Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2003 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdampak pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi, yaitu dari pemerintah pusat kepada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

KEPALA DESA JATILOR KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

KEPALA DESA JATILOR KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN GODONG DESA JATILOR Jl. Raya Purwodadi-Semarang Km. 13 Jatilor Kode Pos 58162 Website : www.desajatilor.grobogan.go.id Email : jatilor@grobogan.go.id SALINAN DESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa; LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal dari bagian organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di

BAB I PENDAHULUAN. optimal dari bagian organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kinerja secara umum dapat dipahami sebagai besarnya kontribusi yang diberikan pegawai terhadap kemajuan dan perkembangan di lembaga tempat dia bekerja. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 54 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 54 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 54 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kinerja 1. Pengertian Kinerja Menurut Soewarno Handayaningrat (2004: 19), kinerja adalah cara menjalankan tugas dan hasil yang diperoleh. Kinerja adalah cara dalam

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2000 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2000 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2000 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG Menimbang

Lebih terperinci

BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI. Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan Medan Denai terbentuk

BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI. Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan Medan Denai terbentuk BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI A. Sejarah Singkat Kantor Camat Medan Denai Berdasarkan PP. 35 tahun 1992 tanggal 13 Juli 1992 dan diresmikan Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS KECAMATAN KABUPATEN WONOSOBO

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS KECAMATAN KABUPATEN WONOSOBO SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS KECAMATAN KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BERDASARKAN PERDA KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2015 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Pemerintah Desa adalah kepala Desa yang dibantu oleh perangkat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 4 TAHUN 2007 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Dalam pasal 3 Undang - undang Nomor 28 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Dalam pasal 3 Undang - undang Nomor 28 tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Dalam pasal 3 Undang - undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN, terdapat 7 (Tujuh) azas umum penyelenggaraan negara,

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KELURAHAN KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003 PEDOMAN UMUM PENYELENGARAAN PELAYANAN PUBLIK I. Pendahuluan A. Latar Belakang Ketetapan MPR-RI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG 1 2015 No.02,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pedoman, organisasi, pemerintah, desa. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG 1 BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI PROPINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah sebagai salah satu bentuk desentralisasi pemerintahan, pada hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan,

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

LURAH DESA BANGUNJIWO

LURAH DESA BANGUNJIWO LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BANGUNJIWO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LURAH

Lebih terperinci

LURAH DESA BANGUNJIWO

LURAH DESA BANGUNJIWO LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BANGUNJIWO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LURAH

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA, LEMBAGA KEMASYARAKATAN LAINNYA DAN DUSUN

Lebih terperinci

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 18 TAHUN 2008

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 18 TAHUN 2008 Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI KUDUS, BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan,

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA KELURAHAN KABUPATEN KARANGANYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan yang dihadapi dewasa ini dan di masa mendatang mensyaratkan perubahan paradigma kepemerintahan, pembaruan sistem kelembagaan, peningkatan kompetensi

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG . BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016 BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BENTUK DAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DESA SUNTALANGU KECAMATAN SUELA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BENTUK DAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DESA SUNTALANGU KECAMATAN SUELA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA SUNTALANGU NOMOR : 04 TAHUN 2012 TENTANG BENTUK DAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DESA SUNTALANGU KECAMATAN SUELA KABUPATEN LOMBOK TIMUR dan PERATURAN DESA SUNTALANGU NOMOR : 04

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 21 TAHUN 2006 T E N T A N G PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2006 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2006 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2006 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SELAYAR, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DAN PERANGKAT DESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH +- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu Februari sampai dengan Maret Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu Februari sampai dengan Maret Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian lapangan ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu Februari sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 1 SERI D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 1 SERI D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 1 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan salah satu upaya guna menciptakan keteraturan dan kesinambungan dalam sistem tata pemerintahan.

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA KECAMATAN DI

Lebih terperinci

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, 2 Menimbang : a. bahwa salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS Sirajuddin Saleh, & Hariati Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci