BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Corporate Governance atau tata kelola perusahaan adalah sistem yang
|
|
- Yanti Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Corporate Governance Corporate Governance atau tata kelola perusahaan adalah sistem yang digunakan dalam mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Corporate governance ini juga mengandung pengertian mengenai pengaturan atas pembagian tugas dan tanggung jawab diantara para pihak yang berpartisipasi dan memiliki kepentingan yang berbeda-beda dalam perusahaan. Para pihak yang berkepentingan atas pengarahan dan pegendalian perusahaan itu meliputi: dewan direksi, para manajer, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya (Ali, 2009). Untuk lebih memahami, berikut beberapa kutipan mengenai pengertian corporate governance : Forum for Corporate Governance in Indonesia / FCGI (2001), corporate governance be defined as a set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the government, employees, and other internal and external stakeholders in respect to their rights and responsibilities, or the system by which companies are directed and controlled. The objective of corporate governance is to create added value to the stakeholders. Organisation for Economic Co-operation and Development / OECD (dalam Steger dan Wolfgang, 2008 : 4), corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of rights and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, managers, shareholders, and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance. 9
2 Gusti (2011) menyatakan bahwa corporate governance adalah suatu struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku. Dari beberapa kutipan pengertian corporate governance tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa corporate governance merupakan struktur dan mekanisme yang dirancang untuk dapat memberikan arahan dan kendali yang cukup dalam mengelola perusahaan. Di Asia, termasuk Indonesia, corporate governance mulai banyak diperbincangkan pada pertengahan tahun 1997, yaitu saat krisis ekonomi melanda negara-negara tersebut (Susanty, 2009). Bermula dari usulan penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di Bursa Efek Jakarta yang mewajibkan untuk mengangkat komisaris independen dan membentuk komite audit pada tahun 1998, corporate governance mulai dikenalkan pada seluruh perusahaan publik di Indonesia. Pemerintah Indonesia mendirikan satu lembaga khusus yang bernama Komite Nasional mengenai Kebijakan Governance (KNKG) melalui Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri Nomor: KEP-31/M.EKUIN/06/2000. Tugas pokok KNKG adalah merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional mengenai GCG, serta memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang corporate governance di Indonesia (Gusti, 2011). Selain itu, Bapepam juga berusaha mendorong peningkatan corporate governance di Indonesia dengan menerbitkan peraturan dan kebijakan terkait dengan penerapan prinsip-prinsip good corporate governance. 10
3 Praktik corporate governance dapat berjalan dengan baik apabila menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Komite Nasional Kebijakan Governance / KNKG (2006) mengemukakan prinsipprinsip dasar good corporate governance sebagai berikut: 1. Keterbukaan informasi (Transparency), yaitu mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan, serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya. 2. Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 3. Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. 4. Kemandirian (Independency), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5. Kesetaraan dan kewajaran (Fairness), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Menurut Daniri (2006), implementasi corporate governance bertujuan untuk meningkatkan perlindungan kepentingan investor serta mendorong tumbuhnya mekanisme check and balance di lingkungan manajemen khususnya dalam memberi perhatian kepada kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan demikian, hal ini sekaligus mampu meningkatkan nilai perusahaan dan mengembangkan perusahaan secara berkelanjutan Proporsi Dewan Komisaris Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan prinsip-prinsip good corporate governance. Dalam rangka 11
4 memberdayakan fungsi pengawasan dewan komisaris, keberadaan komisaris independen sangat dibutuhkan, karena di dalam praktik sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas) serta stakeholders lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat di dalam pembiayaan usahanya (Gusti, 2011). Dalam peraturan Bapepam-LK, emiten atau perusahaan publik wajib memiliki sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen, sedangkan Bursa Efek Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya 30 persen dari dewan komisaris adalah komisaris independen. Kriteria komisaris independen secara rinci diatur dalam peraturan Bapepam-LK, yaitu: 1) berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik; 2) tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau Perusahaan Publik; 3) tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan komisaris, direksi, dan Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik; 4) tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik. Misi Komisaris Independen adalah mendorong terciptanya iklim yang lebih objektif dan menempatkan kesetaraan (fairness) diantara berbagai kepentingan termasuk kepentingan perusahaan dan kepentingan stakeholders sebagai prinsip utama dalam pengambilan keputusan oleh dewan komisaris (Gusti, 2011). Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan 12
5 dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan Proporsi Komite Audit Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Pengaturan mengenai jumlah komite audit bagi emiten dan perusahaan publik diatur dalam peraturan Bapepam-LK No.IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Dalam peraturan tersebut, emiten diwajibkan membentuk komite audit yang berjumlah sekurang-kurangnya tiga orang dimana salah satunya merupakan komisaris independen perusahaan dan bertindak sebagai ketua komite audit, sedangkan anggota lainnya berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik. Adapun persyaratan keanggotaan komite audit yang diatur oleh Bapepam-LK sebagai berikut: 1) memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang memadai sesuai latar belakang pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik; 2) salah seorang anggota Komite Audit memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan; 3) memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan; 4) memiliki pengetahuan yang memadai mengenai peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal; 5) bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan Hukum, maupun pihak lain yang memberikan jasa audit, jasa non audit, dan atau jasa konsultasi lain kepada Emiten dalam waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat oleh Komisaris; 6) bukan merupakan orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, atau mengendalikan kegiatan Emiten dalam waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat oleh Komisaris, kecuali Komisaris Independen; 13
6 7) tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau Perusahaan Publik; 8) tidak mempunyai hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua dengan Komisaris, Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten; 9) tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten. Komite Nasional Kebijakan Governance / KNKG (2009) menyatakan bahwa komite audit bertugas membantu dewan komisaris dalam hal : a. Memastikan bahwa pengendalian internal dilaksanakan dengan baik. b. Memastikan bahwa pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang berlaku. c. Memastikan bahwa tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. d. Memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. e. Membantu dewan komisaris dalam memproses calon auditor eksternal, termasuk imbalan jasanya. Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris dan diharapkan bertindak mandiri baik dalam pelaksanaan tugas maupun dalam pelaporan. Oleh karena itu, dewan komisaris independen yang menjalankan fungsinya secara efektif dan dibantu oleh komite audit adalah yang paling baik dalam memastikan implementasi good corporate governance berjalan dengan baik sehingga kecurangan dalam bisnis dapat dihindari Reputasi Auditor Auditor eksternal merupakan mekanisme penting untuk membantu terjaminnya kualitas dan keandalan laporan keuangan. Semua laporan keuangan perusahaan publik harus diaudit oleh seorang akuntan publik yang independen (Wild, 2010). Komite Nasional Kebijakan Governance (2009) juga mengemukakan bahwa auditor eksternal (Kantor Akuntan Publik) diperlukan 14
7 untuk melakukan pemeriksaan secara independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh direksi. Perusahaan yang menggunakan jasa audit KAP (Kantor Akuntan Publik) besar akan lebih berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangannya. Hal ini karena auditor yang berasal dari kantor akuntan besar dianggap lebih patuh terhadap prinsip dasar etika profesi dibanding kantor akuntan kecil. Prinsip dasar etika profesi tersebut meliputi: prinsip integritas, objektivitas, kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional, dan perilaku profesional (IAPI, 2008). KAP besar dinilai bereputasi baik dan akan berusaha untuk mempertahankan kredibilitasnya sehingga lebih berhati-hati dalam melakukan proses audit untuk mendeteksi kemungkinan salah saji atau kecurangan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa reputasi auditor merupakan salah satu indikator corporate governance yang berperan dalam mewujudkan pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance. Dalam penelitian ini, reputasi auditor dibedakan menjadi dua, yaitu auditor (KAP) big-4 dan auditor (KAP) non big-4. Adapun yang termasuk dalam KAP big-4 di Indonesia, yaitu: 1. KAP Tanudiredja, Wibisana dan Rekan yang berafiliasi dengan KAP PwC (Pricewaterhouse Coopers). 2. KAP Osman Bing Satrio yang berafiliasi dengan KAP Deloitte Touche Tohmatsu. 3. KAP Purwantoro, Suherman dan Surdja yang berafiliasi dengan KAP Ernst and Young. 15
8 4. KAP Sidharta dan Widjaja yang berafiliasi dengan KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler) Remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi Remunerasi dewan komisaris dan direksi merupakan indikator corporate governance yang pengungkapannya bagi emiten atau perusahaan publik diwajibkan oleh Bapepam-LK. Bapepam-LK mewajibkan pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan publik mengenai proesedur penetapan dan besarnya remunerasi anggota dewan komisaris dan direksi. Kewajiban ini diatur dalam peraturan Bapepam-LK No.X.K.6 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik. Dewan komisaris dan direksi merupakan manajemen kunci perusahaan yang memiliki pengaruh penting terhadap pengelolaan perusahaan. Direksi bertugas untuk mengurus dan mengelola perusahaan, dan dewan komisaris bertugas mengawasinya. Untuk itu, dibutuhkan remunerasi yang sesuai dan memadai bagi dewan komisaris dan direksi agar fungsi masing-masing dapat berjalan secara efektif. Adithipyangkul et al. (2009) menyatakan bahwa remunerasi yang diberikan kepada dewan komisaris dan direksi berpengaruh terhadap kinerja masing-masing, dan akhirnya berpengaruh terhadap kinerja perusahaan Manajemen Laba Hasil survei di Indonesia, U.S., U.K., dan N.Z. mengungkapkan bahwa laporan keuangan yang paling diminati oleh investor dan analis adalah laba perusahaan. 16
9 Informasi laba adalah informasi yang sangat penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasinya. Kondisi ini seringkali memotivasi manajer untuk berperilaku kreatif dengan berusaha menampilkan kinerja keuangan yang lebih baik dari biasanya. Hal inilah yang kemudian disebut dengan manajemen laba. Selain itu, motivasi bonus dan motivasi utang juga dapat mendorong manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba. Motivasi bonus timbul karena kecenderungan manajer untuk memenuhi keinginannya, sedangkan motivasi utang timbul karena manajer harus menunjukkan kinerja perusahaan yang baik agar kreditor mau menginvestasikan dananya dalam jumlah besar di perusahaan (Sulistiawan dkk., 2011). Manajemen laba menurut Schipper (1989) dalam Rahmawati dkk. (2006) ialah suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat. Healy dan Wallen (1999) menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi. Manajemen laba menurut Assih dan Gudono (2000) ialah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Adopted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan. Nilai laba dalam laporan keuangan adalah sebuah fakta, tetapi bukan fakta yang 100 persen objektif. Nilai laba dapat ditentukan oleh subjektivitas penyusunnya (Sulistiawan dkk., 2011). Menurut Davin (2005) dalam Sulistyanto (2008), ada beberapa cara yang dipakai perusahaan untuk mempermainkan besar kecilnya laba, 17
10 yaitu mencatat pendapatan terlalu cepat, mencatat pendapatan palsu, mengakui biaya periode berjalan menjadi biaya periode sebelum atau sesudahnya, tidak mengungkapkan semua kewajiban, mengakui pendapatan periode berjalan menjadi pendapatan periode sebelumnya, serta mengakui pendapatan masa depan menjadi pendapatan periode berjalan. Scott (1997) dalam Sulistiawan dkk. (2011 : 40) merangkum pola umum yang banyak dilakukan dalam praktik manajemen laba, antara lain: 1. Pola taking a bath, pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan menjadi sangat tinggi atau rendah dibandingkan laba periode tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Pola ini biasa dipakai pada perusahaan yang sedang mengalami masalah organisasi (organizational stress) atau sedang dalam proses pergantian pimpinan manajemen perusahaan. 2. Pola income minimization, pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan lebih rendah dari laba sebenarnya. Pola ini relatif sering dilakukan dengan motivasi perpajakan dan politis. 3. Pola income maximization, pola ini merupakan kebalikan dari pola income minimization. Menurut pola ini, manajemen laba dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba sebenarnya. Teknik yang dilakukan pun beragam. Mulai dari menunda pelaporan biaya-biaya periode tahun berjalan ke periode mendatang, pemilihan metode akuntansi yang dapat memaksimalkan laba, sampai dengan meningkatkan jumlah penjualan dan produksi. Pola ini biasanya banyak digunakan oleh perusahaan go public dengan tujuan menjaga kinerja saham mereka. 4. Pola income smoothing, pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditor yang memiliki sifat risk adverse, kestabilan laba merupakan hal penting dalam mengambil keputusan. Stabilitas laba ini dapat diperoleh dengan mengombinasikan dua pola tersebut, yaitu meminimalkan laba atau memaksimalkan laba Hubungan Corporate Governance dan Manajemen Laba Direksi merupakan salah satu manajemen kunci perusahaan yang bertugas mengurus dan mengelola perusahaan, serta bertanggung jawab atas penyajian laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam meningkatkan kualitas 18
11 laporan keuangan yang disajikan oleh direksi, diperlukan adanya pengawasan untuk menghindari tindakan kesalahan maupun kecurangan. Pihak yang bertugas dalam mengawasi pengelolaan perusahaan adalah dewan komisaris. Dalam meningkatkan fungsi pengawasan dewan komisaris diperlukan adanya komisaris independen yang dinilai relatif lebih independen dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, komite audit juga diperlukan untuk membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasannya. Untuk meningkatkan efektivitas kinerja komite audit, diperlukan adanya anggota komite audit independen yang memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan sehingga memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan. Dengan demikian, kualitas laporan keuangan dapat meningkat melalui pengawasan yang efektif. Indikator lain untuk dapat menghindari tindakan kesalahan maupun kecurangan dalam perusahaan adalah jasa auditor (KAP) yang digunakan dan remunerasi dewan komisaris dan direksi yang diberikan. Dengan memakai jasa kantor akuntan besar dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan, akan lebih memicu direksi untuk lebih berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangan tersebut. Hal ini karena auditor yang berasal dari kantor akuntan besar dianggap mampu untuk mendeteksi salah saji maupun kecurangan dalam laporan keuangan. Remunerasi dewan komisaris dan direksi juga dianggap mampu mengefektifkan kinerja dewan komisaris dan direksi, serta meminimalisir bahkan menghilangkan praktik manajemen laba. Remunerasi yang diberikan diharapkan dapat memuaskan manajemen kunci perusahaan 19
12 tersebut sehingga dorongan untuk melakukan tindakan curang atau manajemen laba tidak timbul. Pada bulan Juli tahun 2002, pemerintah Amerika mengeluarkan regulasi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan setelah terjadinya skandal akuntansi Enron, yaitu SOX (Sarbanes Oxley Act). SOX dipublikasikan dengan tujuan untuk memperbaiki tata kelola perusahaan (corporate governance), mengembalikan kepercayaan para investor terhadap pasar modal, dan meningkatkan pengawasan terhadap kantor akuntan publik (KAP). Harapannya, tata kelola perusahaan yang baik dapat dicapai, dan juga untuk meningkatkan kualitas audit sehingga manajemen laba dapat dikurangi (Sulistiawan dkk., 2011). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komisaris independen, anggota komite audit independen, reputasi auditor, serta remunerasi dewan komisaris dan direksi merupakan indikator corporate governance yang diharapkan dapat berperan dalam meminimalisir tindakan manajemen laba, bahkan bukan tidak mungkin menghilangkan praktik manajemen laba tersebut apabila prinsip-prinsip GCG sungguh-sungguh dilaksanakan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian 1. Xie et al. (2001) Earnings Management and Corporate Governance: The Role of the Board and the Audit Committee Variabel Independen: Proporsi Dewan Komisaris, Dualisme peran CEO, Frekuensi Rapat Dewan, Proporsi Komite Audit Variabel Dependen: Proporsi dewan komisaris dan frekuensi rapat dewan berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan dualisme peran CEO dan 20
13 Manajemen Laba proporsi komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. 2. Abbas et al. (2009) Corporate Governance and Earnings Management : An Empirical Study of the Saudi Market Variabel Independen: Ukuran Dewan Direksi, Propoprsi Dewan Komisaris, Dualisme Peran CEO, Proporsi Komite Audit, Reputasi Auditor Variabel Dependen: Manajemen Laba Ukuran dewan direksi, proporsi dewan komisaris, dualisme peran CEO, dan proporsi komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hanya reputasi auditor yang berpengaruh terhadap manajemen laba. 3. Fakhfakh (2010) Impact of CEO Compensation on Earnings Management Variabel Independen: Kompensasi CEO Variabel Dependen: Manajemen Laba Kompensasi CEO berpengaruh terhadap manajemen laba. 4. Iqbal dan Norman (2010) The Effect of Corporate Governance on Earnings Management around UK Rights Issues Variabel Independen: Ukuran Dewan Direksi, Proporsi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan Direksi, Dualisme peran CEO, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Reputasi Auditor Variabel Dependen: Manajemen Laba Ukuran dewan direksi, proporsi dewan komisaris, proporsi dewan direksi, dualisme peran CEO, dan reputasi auditor berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. 5. Ahmed dan Shehu (2012) Corporate Governance, Earnings Management, and Financial Performance: A Case of Nigerian Manufacturing Variabel Independen: Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Institusional, Ukuran Komite Audit, Kompensasi Eksekutif Variabel Dependen: Manajemen Laba, Semua indikator corporate governace yang digunakan, yaitu ukuran dewan direksi, kepemilikan institusional, ukuran komite audit, dan kompensasi eksekutif 21
14 Firms Kinerja Keuangan berpengaruh terhadap manajemen laba dan kinerja keuangan. 6. Rezaei dan Maryam (2012) Efficient or Opportunistic Earning Management with Regards to the Role of Firm Size and Corporate Governance Practices Variabel Independen: Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Reputasi Auditor, dan Proporsi Dewan Komisaris Variabel Dependen: Manajemen Laba Ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, reputasi auditor, dan proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba. Indikator corporate governance yang akan digunakan adalah proporsi dewan komisaris, proporsi komite audit, reputasi auditor, serta remunerasi dewan komisaris dan direksi. Peneliti memilih indikator-indikator tersebut karena dinilai paling berpotensi dalam mempengaruhi manajemen laba. Seperti hasil penelitian yang diungkapkan oleh Xie et al. (2001), Iqbal dan Norman (2010), Rezaei dan Maryam (2012) bahwa proporsi dewan komisaris berpengaruh dalam mengurangi tindakan manajemen laba. Iqbal dan Norman (2010) menjelaskan bahwa komisaris independen berperan penting dalam mengendalikan perusahaan dari tindakan manajemen laba. Rezaei dan Maryam (2012) juga menjelaskan bahwa keberadaan komisaris independen yang lebih banyak dapat mengurangi tindakan manajemen laba. Hasil penelitian Xie et al. (2001), Abbas et al. (2009) mengungkapkan bahwa proporsi komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Akan tetapi, pada awalnya kedua peneliti tersebut memiliki anggapan kuat bahwa proporsi komite audit memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Oleh karena itu, peneliti memutuskan 22
15 untuk memilih variabel tersebut karena ingin melihat bagaimana pengaruhnya pada perusahaan di Indonesia. Hasil penelitian Abbas et al. (2009), Iqbal dan Norman (2010), Rezaei dan Maryam (2012) mengungkapkan bahwa reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Iqbal dan Norman (2010) tidak menemukan bukti adanya pengaruh ukuran dewan direksi, proporsi dewan komisaris, dualisme peran CEO, dan proporsi komite audit terhadap manajemen laba. Seluruh indikator corporate governance tersebut tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, kecuali reputasi auditor. Peneliti menyatakan bahwa komite audit seharusnya lebih penuh pertimbangan dalam memilih auditor yang akan digunakan dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan. Rezaei dan Maryam (2012) juga menjelaskan bahwa perusahaan yang menggunakan jasa audit kantor akuntan publik bereputasi baik, tidak melakukan efficient earning management. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk menggunakan reputasi auditor sebagai salah indikator dari corporate governance. Remunerasi dewan komisaris dan direksi juga dianggap berpotensi dalam mempengaruhi tindakan manajemen laba. Sebagai pertimbangan, hasil penelitian yang diungkapkan oleh Fakhfakh (2010) bahwa kompensasi CEO berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Tindakan manajemen laba terbukti menurun dengan pemberian kompensasi yang sesuai kepada manajemen perusahaan tersebut. Begitupula dengan hasil penelitian yang diungkapkan oleh Ahmed dan Shehu (2012) bahwa kompensasi eksekutif berpengaruh dalam mengurangi tindakan manajemen laba. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk menggunakan remunerasi dewan komisaris dan direksi sebagai salah satu indikator corporate governance. Dewan 23
16 komisaris dan direksi merupakan manajemen kunci perusahaan yang memiliki pengaruh penting dalam pengelolaan perusahaan, maka pemberian kompensasi terhadap keduanya harus dipertimbangkan sedemikian rupa. 2.2 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian yang menjelaskan tentang variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel secara teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris (Iskandar, 2008). Untuk memperoleh jawaban-jawaban ilmiah mengenai pengaruh implementasi corporate governance terhadap manajemen laba, peneliti menyusun kerangka konseptual penelitian ini sebagai berikut: Corporate Governance (X) Proporsi Dewan Komisaris (X1) H1 Proporsi Komite Audit (X2) Reputasi Auditor (X3) H2 H3 H5 Manajemen Laba (Y) Remunerasi Dewan Komisaris H4 dan Direksi (X4) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Manajemen Laba 24
17 Kerangka konseptual penelitian (theoretical framework) menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana keterkaitan teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat (Sapto Haryoko, dalam Iskandar, 2008). Dalam penelitian ini, variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable) yang ingin diteliti adalah corporate governance dan manajemen laba. Indikator corporate governance yang digunakan adalah proporsi dewan komisaris, proporsi komite audit, reputasi auditor, serta remunerasi dewan komisaris dan direksi. Untuk melihat hubungan antara variabel-variabel tersebut, penelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun Jensen dan Meckling menyatakan bahwa setiap individu memiliki kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya secara maksimal. Secara konsep, teori ini menjelaskan hubungan atau kontrak antara pemegang saham (principal) dan manajer atau pengelola perusahaan (agent). Saat terjadi pemisahan antara pengelola perusahaan (manajer/direksi) dan pemegang saham, pengelola perusahaan memiliki informasi yang lebih dibandingkan pemegang saham. Akibatnya, karena pengelola perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak, lebih lengkap, dan lebih akurat, akan terjadi kecenderungan mereka memanfaatkan informasi ini untuk kepentingan mereka sendiri. Hal inilah yang kemudian memunculkan tindakan manajemen laba dengan berbagai motivasi yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagai solusi, corporate governance muncul dan dinilai mampu mengatasi tindakan manajemen laba (Sulistiawan, 2011). 25
18 Proporsi dewan komisaris, proporsi komite audit, reputasi auditor, serta remunerasi dewan komisaris dan direksi merupakan indikator corporate governance yang dinilai berpengaruh terhadap manajemen laba. Komisaris independen memiliki peranan penting dalam mengawasi pengelolaan perusahaan. Komisaris independen dinilai lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba. Komite audit diperlukan untuk membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasannya. Untuk meningkatkan efektivitas kinerja komite audit, diperlukan adanya anggota komite audit independen yang memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan sehingga memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan. Dengan demikian, kualitas laporan keuangan dapat meningkat melalui pengawasan yang efektif, dan tindakan manajemen laba dapat diminimalisir. Selain itu, reputasi auditor juga berpengaruh terhadap manajemen laba. Auditor yang berasal dari kantor akuntan besar dianggap lebih patuh terhadap prinsip dasar etika profesi dalam pelaksanaan auditnya. Auditor kantor akuntan besar akan berusaha mempertahankan kredibilitasnya sehingga lebih berhati-hati dalam melaksanakan proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan. Hal ini sekaligus memicu pengelola perusahaan untuk lebih berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangan, dan berfikir ulang untuk melakukan tindakan manajemen laba. 26
19 Remunerasi dewan komisaris dan direksi dianggap sebagai mekanisme internal untuk mengurangi masalah keagenan. Remunerasi yang diberikan diharapkan dapat memuaskan sehingga dorongan untuk melakukan manajemen laba tidak timbul. 2.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang diturunkan melalui teori, serta suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris (Iskandar, 2008). 1. Proporsi dewan komisaris terhadap manajemen laba Menurut agency theory, pemisahan antara pengelola perusahaan dan pemegang saham dapat menimbulkan masalah keagenan. Untuk itu, dewan komisaris diperlukan untuk mengawasi pengelola perusahaan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Komisaris independen dianggap lebih mampu melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif. Hasil penelitian Xie et al. (2001), Iqbal dan Norman (2010), serta Rezaei dan Maryam (2012) mengungkapkan bahwa proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba. Iqbal dan Norman (2010) menjelaskan bahwa dewan komisaris independen memiliki peran dalam mengendalikan perusahaan dari tindakan manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis penelitian ini adalah H1: Proporsi Dewan Komisaris Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba 2. Proporsi komite audit terhadap manajemen laba Komite audit bertugas membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Komite audit mengawasi mekanisme peningkatan kualitas informasi diantara pemegang saham dan pengelola perusahaan, yang membantu meminimalkan 27
20 masalah keagenan. Untuk itu, anggota komite audit independen dianggap lebih efektif dalam melaksanakan tugas tersebut. Hasil peneliltian Xie et al. (2001), serta Abbas et al. (2009) mengungkapkan bahwa proporsi komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Abbas et al. (2009) tidak menemukan adanya pengaruh proporsi komite audit terhadap manajemen laba pada perusahaan publik yang ada di Saudi. Akan tetapi, pada awalnya kedua peneliti tersebut memiliki anggapan kuat bahwa proporsi komite audit memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini adalah H2: Proporsi Komite Audit Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba 3. Reputasi auditor terhadap manajemen laba Auditor yang berasal dari kantor akuntan besar seperti KAP big-4 dianggap lebih patuh terhadap prinsip dasar etika profesi dalam pelaksanaan auditnya. Auditor KAP big-4 akan berusaha mempertahankan kredibilitasnya sehingga lebih berhati-hati dalam melaksanakan proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan. Pengelola perusahaan juga akan lebih berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian, masalah keagenan dapat diatasi dengan meningkatnya kualitas laporan keuangan. Hasil penelitian Abbas et al. (2009), Iqbal dan Norman (2010), Rezaei dan Maryam (2012) mengungkapkan bahwa reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis penelitian ini adalah H3: Reputasi Auditor Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba 4. Remunerasi dewan komisaris dan direksi terhadap manajemen laba Dewan komisaris dan direksi merupakan manajemen kunci perusahaan yang memiliki pengaruh penting terhadap pengelolaan perusahaan. Oleh karena itu, remunerasi 28
21 yang diberikan diharapkan mampu memuaskan manajemen kunci perusahaan tersebut sehingga dorongan untuk melakukan manajemen laba tidak timbul. Remunerasi dewan komisaris dan direksi dianggap sebagai mekanisme internal untuk mengurangi masalah keagenan. Hasil penelitian Fakhfakh (2010) mengungkapkan bahwa kompensasi CEO berpengaruh terhadap manajemen laba. Tindakan manajemen laba terbukti menurun dengan pemberian remunerasi yang sesuai. Hasil penelitian Ahmed dan Shehu (2012) juga mengungkapkan bahwa kompensasi eksekutif berpengaruh dalam mengurangi tindakan manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis penelitian ini adalah H4: Remunerasi Dewan Komisaris Dan Direksi Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba 5. Corporate governance terhadap manajemen laba Agency theory menyatakan bahwa terdapat asimetri informasi antara pemegang saham dan pengelola perusahaan yang mengakibatkan pengelola perusahaan cenderung memanfaatkan hal ini untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingannya. Hal inilah yang kemudian memotivasi manajer untuk melakukan manajemen laba. Sebagai solusi, corporate governance muncul dan dianggap berpengaruh terhadap manajemen laba. Corporate governance merupakan sistem yang digunakan dalam mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan, serta dinilai mampu mengatasi masalah keagenan. Dengan demikian, hipotesis penelitian ini adalah H5: Corporate Governance Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba 29
BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Sebuah perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.5 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Penelitian Tata kelola perusahaan yang baik adalah prinsip yang memandu dan mengendalikan perusahaan untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan perusahaan dan otoritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. audit laporan keuangan. Hal ini karena setiap perusahaan yang telah go public
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak pada permintaan atas audit laporan keuangan. Hal ini karena setiap perusahaan yang telah go public wajib menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Agency Theory Teori Agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pemilik modal (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan wewenang pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Corporate governance merupakan salah satu topik pembahasan sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud) maupun keterpurukan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Keagenan Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: a. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. b.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari isi laporan keuangan perusahaan. Laba merupakan salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori agensi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Terjadinya manajemen laba merupakan salah satu masalah keagenan yang terjadi karena adanya pemisahan antara pemegang saham
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh kualitas audit dan corporate governance terhadap integritas laporan keuangan membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 1. Teori
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Agency Theory Agency theory menjelaskan permasalahan yang mungkin timbul ketika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan kondisi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan bertujuan menyediakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. besarnya, meningkatkan nilai perusahaan, serta memakmurkan pemilik perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah organisasi atau lembaga ekonomi yang didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu mendapatkan keuntungan atau laba sebesar besarnya, meningkatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi berasumsi bahwa semua individu akan bertindak untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Agen diasumsikan akan menerima
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Adanya praktik manajemen laba dapat dikaitkan dengan teori keagenan.
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan Adanya praktik manajemen laba dapat dikaitkan dengan teori keagenan. Sekarang ini banyak perusahaan yang membuat adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya pelaporan keuangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan memiliki tujuan yaitu untuk mengkomunikasikan informasi akuntansi dalam membantu pengguna untuk
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan adalah merupakan pokok atau hasil akhir dari suatu proses
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi dan pengikhtisaran dan pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakai. Informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan sangatlah penting bagi perusahaan publik. Hal ini dilakukan sebagai wujud transparasi dan akuntabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, tuntutan terhadap paradigma good governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakkan lagi. Istilah good governance sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena telah menggunakan sumberdaya pemilik untuk menjalankan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen mempunyai kewajiban untuk membuat laporan keuangan karena telah menggunakan sumberdaya pemilik untuk menjalankan kegiatan perusahaan. Laporan keuangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Keagenan (Agency Theory) Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Jansen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bersaing guna mempertahankan efisiensi dan kelangsungan usahanya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia usaha telah merambah ke berbagai negara termasuk Indonesia. Dampak dari persaingan tersebut memberikan konsekuensi yang positif maupun negatif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Secara logika, perusahaan yang baik harus mempunyai sistem pengendalian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan yaitu untuk memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan komite audit menjadi perhatian penting dalam menciptakan tata kelola perusahaan yang baik. Komite audit dapat bertindak sebagai penghubung antara manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Proses penjualan saham ke masyarakat dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah memperlihatkan pertumbuhan yang cukup tinggi yang ditandai dengan masuknya dana-dana asing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan industri yang lain seperti manufaktur, perdagangan, dan sebagainya. Industri perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai
1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Untuk mengetahui
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada Era Globalisasi saat ini, negara-negara berkembang dituntut untuk menerapkan sistem yang baru dan lebih baik dalam pengelolaan bisnis yang berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengawas Pasar Modal) IX.1.5,Kep 29 /PM/2004 tanggal 22 desember 2003, UKDW
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Peraturan pemerintah Indonesia berupa surat edaran BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) IX.1.5,Kep 29 /PM/2004 tanggal 22 desember 2003, dan BUMN (Badan Usaha Milik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen perusahaan menggambarkan informasi mengenai kinerja dan posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan juga berguna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan adalah kebutuhan yang sangat diperlukan oleh investor di pasar modal untuk pengambilan keputusan apakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Pernyataan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan kontrak di antara faktor-faktor produksi dan hubungan di antara prinsipal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Keagenan (Agency Theory) Konsep Teori Keagenan (agency theory) menurut Anthony dan Govindarajan (2005) yaitu hubungan antara principal dan agen. Principal mempekerjakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan corporate governance didasarkan pada teori agensi. Teori agensi dapat dijelaskan dengan hubungan antara manajemen dengan pemilik. Manajemen sebagai
Lebih terperinciPeran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan
Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi keuangan yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja suatu perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pelaku usaha atas usaha yang dijalankannya atau perusahaan yang telah didirikannya pasti memiliki harapan agar perusahaan tersebut dapat mempertahankan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajer (agent) dengan pemilik perusahaan (principal) ( Jensen dan Meckling,
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan(Agency Theory) Hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak yang terjadi antara manajer (agent) dengan pemilik perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi bagi pihak eksternal yang dapat membantu dalam menaksir kemampuan perusahaan memperoleh laba adalah laporan keuangan. Laporan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. laporan laba rugi, menurut Financial Accounting Standard Board atau FASB
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi akuntansi merupakan sarana dimana perusahaan mengkomunikasikan posisi keuangan mereka kepada pengguna informasi akuntansi, baik pengguna internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai media komunikasi, laporan keuangan harus dapat mempertemukan dua kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa hubungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Agensi Teori agensi merupakan teori yang mendasari hubungan keagenan antara Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah perusahaan. Jensen dan Meckling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian yang semakin berkembang dewasa ini seiring dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan bentuk yang berbeda. Hal ini tentunya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Satuan Pengawasan Intern Satuan pengawasan intern pada hakekatnya sebagai perpanjangan rentang kendali dari tugas manajemen
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN LITERATUR
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Pengertian Good Corporate Governance Perkembangan konsep corporate governance sesungguhnya telah dimulai jauh sebelum isu corporate governance menjadi kosakata paling hangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan, kondisi ini disebut Good
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya era demokrasi dan birokrasi pada saat ini maka semakin banyak tuntutan publik agar tercipta adanya transparansi dan akuntabilitas, agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Corporate Govenance muncul sebagai reaksi terhadap berbagai kegagalan korporasi akibat dari buruknya tata kelola perusahaan. Krisis ekonomi di kawasan Asia dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Teori keagenan menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan dibuatnya laporan keuangan oleh perusahaan adalah untuk memberikan informasi secara lengkap mengenai aktifitas ekonomi suatu perusahaan. Bagi perusahaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Setiap tahun perusahaan menerbitkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pihakpihak eksternal seperti : investor,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terduhulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia merupakan salah satu wadah berinvestasi yang baru
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal Indonesia merupakan salah satu wadah berinvestasi yang baru berkembang di Indonesia. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para penjual dan pembeli dapat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent,
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (dalam Masri dan Martani, 2012)mendeskripsikan agency theory (teori keagenan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur terdiri dari tiga sektor yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang dan konsumsi. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai meningkat tajam sejak negara-negara Asia dilanda krisis ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang baik akan menjadi informasi dalam pengambilan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi seluruh perusahaan baik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maupun tidak. Perusahaan membutuhkan auditor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep pendirian korporasi modern sebagai suatu entitas legal dapat dilihat dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan. Menurut Lukviarman (2016, p.23)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara manajemen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan informasi
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Signaling Theory (Teori Sinyal) Signaling theory (teori sinyal) menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Jensen and Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen and Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai hubungan antara agen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan disusun berdasarkan sumber-sumber informasi dalam perusahaan, salah satu informasi tersebut digunakan sebagai acuan mengenai laba perusahaan. Sedangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan mempunyai peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, tuntutan terhadap paradigma Good Governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakan lagi. Istilah Good Governance sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pengkomunikasian informasi ekonomi yang bisa dipakai untuk penilaian (judgement) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dapat digunakan oleh pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan merupakan versi game theory yang memodelkan proses kontrak antara
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan Teori keagenan merupakan versi game theory yang memodelkan proses kontrak antara dua orang atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan pengendalian internal di suatu perusahaan dapat dilakukan secara langsung oleh anggota perusahaan dan dapat pula dilakukan oleh suatu departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai pihak dalam perusahaan yang menentukan antara arah dan kinerja perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Manajemen Laba 2.1.1.1. Defenisi Manajemen Laba Manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan mereka sendiri. Teori agensi awalnya di diperkenalkan oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Agensi Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Teori agensi awalnya di diperkenalkan oleh Jensen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama setahun buku bersangkutan. Seluruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate governance menjadi isu yang sangat menarik dari waktu ke waktu, khususnya mulai mengemuka pada tahun 1998 ketika Indonesia mengalami krisis yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Integritas Laporan Keuangan Membutuhkan Kajian Teori Sebagai Berikut: 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Agency Theory
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memahami isu corporate governanace dan earnings management. Adanya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami isu corporate governanace dan earnings management.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Keagenan (Agency Theory) bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Good Corporate Governance Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntanbilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan disiapkan untuk memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan seperti pemegang saham (investor), kreditor dan pemerintah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan seperti manajemen, investor, kreditor, pemerintah, dan lain-lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan mempunyai peran penting dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan serta bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Banyak pihak-pihak yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih
Lebih terperinci