Aprillia Dwi Astuti. Prodi Pendidikan Seni Rupa JPBS FKIP Universitas Sebelas Maret

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS MEMBUAT KARYA ILUSTRASI PADA SISWA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 19 DEPOK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015/2016 Aprillia Dwi Astuti Prodi Pendidikan Seni Rupa JPBS FKIP Universitas Sebelas Maret Abstract: The aim of this research is to increase the creativity of illustration artwork by implementing Contextual Teaching and Learning (CTL) in SMP Negeri 19 Depok Class VIII-2. Method used in this research is Classroom Action Research (CAR). This research used two research-cycles, every research cycles consist of planning, action, observation, and reflection. Subject of this research are 40 students in SMP Negeri 19 Depok Class VIII-2. The source of research data came from the teacher and students. This research used observation, interviewing, specific instrument test, and document as data collecting technique. Data crosschecked is used as data validation technique. Analytic Description is used as analyzing technique. Result describe the implementation of every Contextual Teaching and Learning (CTL) aspect (constructivism, Inquiry, Questioning, Learning Community, Modeling, Reflection, and Authentic assessment) are able to increase the creativity of illustration artwork and student achievement from pre-cycles to cycles II. Student learning achievement is measured by affective aspect, cognitive aspect, and psychomotor aspect. In precycles, 5% students pass the cognitive passing grade, 5% students pass the affective passing grade, and no students pass the psychomotor passing grade. In cycles I, 40% students pass the cognitive passing grade, 47,5% students pass the affective passing grade, 10% students pass the psychomotor passing grade. In cycles II, 100% students pass the cognitive passing grade, 92,5% students pass the affective passing grade, 85% students pass the psychomotor passing grade. Based on the result of this research, it can be concluded that the implementation of Contextual Teaching and Learning (CTL) in SMP Negeri 19 Depok Class VIII- 2 successfully increase the creativity of illustration artwork and increase student learning achievement in affective aspect, cognitive aspect, and psychomotor aspect. Keywords : Contextual Teaching and Learning (CTL), creativity, illustration artwork.

2 digilib.uns.ac.id 2 PENDAHULUAN pada pembentukan sikap sehingga Muatan seni budaya terjadi keseimbangan intelektual, sebagaimana yang diamanatkan akal pikiran dan kepekaan emosi. dalam Peraturan Pemerintah Keseimbangan intelektual, akal Replubik Indonesia Nomor 19 tahun pikiran dan kepekaan emosi dapat 2005 tentang Standart Nasional dibentuk melalui pengalaman estetik Pendidikan tidak hanya terdapat yang dialami oleh siswa SMP dalam satu mata pelajaran karena tersebut. Namun, pengalaman estetik budaya itu sendiri meliputi segala tersebut tidak dapat dirasakan karena aspek kehidupan. Dalam mata siswa sulit untuk mengekspresikan pelajaran seni budaya, aspek budaya Ide dan sulit untuk menghasilkan ide tidak dibahas secara tersendiri secara yang orisinil. Seharusnya siswa yang terintergrasi dengan seni. Karena itu kreatif adalah siswa yang mampu mata pelajaran Seni Budaya pada secara mandiri menghasilkan karya dasarnya merupakan pendidikan seni seni dengan idenya sendiri. yang berbasis budaya. Namun fakta yang terjadi, Depdiknas (2006 : 3) berdasarkan observasi yang menjelaskan bahwa mata pelajaran dilakukan di SMP Negeri 19 Depok Seni Budaya dan Keterampilan pada belum menggunakan strategi suatu pendidikan tingkat SMP pembelajaran yang tepat pada mata memiliki keunikan, kebermaknaan pembelajaran Seni Budaya dan dan kebermanfaatan terhadap Keterampilan di materi menggambar kebutuhan perkembangan peserta ilustrasi. Hal ini terjadi karena didik, yang terletak pada pemberian metode yang digunakan adalah pengalaman estetik dalam bentuk metode konvensional dimana kegiatan berekspresi berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni dan belajar tentang seni. Dalam Pendidikan seni di SMP, pendidikan seni diarahkan

3 digilib.uns.ac.id 3 yang berperan aktif adalah guru, Ririn (2014:1) Menurut penelitian sedangkan siswa lebih banyak pasif. Jellen dan Urban anak-anak di Dalam penggunaan metode Indonesia menempati peringkat konvensional, siswa lebih condong terakhir dari 9 Negara objek untuktidak variatif sehingga siswa penelitian. Indonesia berada dibawah kesulitan menuangkan ide atau Filiphina, Amerika Serikat, Inggris, gagasan. Lebih jauh lagi, Jerman dan bahkan dibawah Negara berdasarkan hasil karya siswa India, Kamerun dan Zulu. Penelitian terdahulu di kelas VIII-2 SMP ini mengungkapkan faktor penyebab Negeri 19 Depok menunjukkan rendahnya kreativitas di Indonesia bahwa kreativitas siswa masih cukup salah satunya adalah sistem rendah. Dari hasil karya siswa pendidikan yang kurang mendukung. sebelumnya menunjukkan hanya Berangkat dari hal tersebut 2,5% dari 40 siswa atau satu orang peneliti berusaha mencari penerapan siswa yang memiliki nilai kreativitas metode pembelajaran yang dapat yang memenuhi indikator kelulusan mengatasi masalah tersebut sehingga yaitu 75. Dari obeservasi juga siswa dapat berfikir kreatif dan didapatkan informasi bahwa siswa mampu mengekspresikan ide melalui cenderung menghasilkan gambar media yang sederhana yang dapat yang monoton terlihat dari merangsang imajinasi dan membantu penggunaan objek yang cenderung anak dalam mengembangkan sama antara satu dan lainnya. Hal kreativitas. Salah satu solusi yang tersebut terjadi dikarenakan mungkin dapat mengatasi masalah kurangnya kemampuan siswa untuk tersebut adalah dengan menerapkan menghadirkan ide kreatif dan sistem Model Pembelajaran Contextual pembelajaran yang masih Teaching and Learning (CTL). konvensional. Dalam pembelajaran CTL ini siswa Hasil observasi awal tersebut diajak untuk mengalami sendiri sejalan dengan hasil penelitian Jellen lewat panca indranya sehingga siswa dan Urban tentang fenomena mampu merasakan pengalam estetika kreativitas pada tahun 1987 dalam dan pada akhirnya dapat terciptanya

4 digilib.uns.ac.id 4 keseimbangan intelektual, akar di sekolah dengan kehidupan nyata. pikiran dan kepekaan emosi. Kedua pembelajaran lebih produktif Pada Model Pembelajaran dan mampu menumbuhkan CTL merupakan satu konsepsi penguatan konsep kepada siswa pengajaran dan pembelajarn guru karena metode pembelajaran CTL mengaitkan bahan subjek yang menganut aliran konstruktivisme, dipelajari dengan situasi dunia yang menggangap siswa dapat sebenarnya dan memotivasikan menemukan dan membangun pembelajaran untuk membuat kaitan pengetahuannya sendiri. Melalui antara pengetahuan dan aplikasinya landasan filosofis konstruktivisme, dalam kehidupan harian mereka. siswa diharapkan mengalami Dengan mengaitkan bahan subjek bukan menghafal. dengan situasi dunia, siswa Berdasarkan latar belakang diharapan lebih mudah masalah tersebut dapat dirumuskan mengekspresikan ide karena ide masalah sebagai penelitian sebagai yang tercipta berasal dari bendabenda berikut: Apakah Penggunaan Model yang ada disekitar mereka Pembelajaran Contextual Teaching yang mudah untuk diekspresikan. and Learning (CTL) dalam Mata Dengan metode pembelajaran ini Pelajaran Seni Budaya dan siswa Kelas VIII-2 SMP Negeri 19 Keterampilan dapat Meningkatkan Depok diharapkan mampu berfikir Kreativitas Siswa dalam Pembuatan lebih kreatif karena sumber ide Karya Ilustrasi di Kelas VIII-2 SMP merupakan benda-benda yang tidak Negeri 19 Depok Semester Genap asing yang mudah disintesis menjadi Tahun Ajaran 2015/2016? ide baru. Penelitian ini bertujuan: Model pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Kreativitas memiliki kelebihan diantaranya, Siswa dalam Pembuatan Karya pertama pembelajaran menjadi lebih Ilustrasi di Kelas VIII-2 SMP Negeri bermakna dan riil, artinya siswa 19 Depok Semester Genap Tahun dituntut untuk dapat menangkap Ajaran 2015/2016 Melalui hubungan antara pengalaman belajar Penggunaan Model Pembelajaran

5 digilib.uns.ac.id 5 Contextual Teaching and Learning Pengertian Kreativitas (CTL) dalam Pembelajaran Seni Menurut Supriadi dalam Yeni Budaya dan Keterampilan. Rachmawati (2005:15) menyatakan Kajian Teori bahwa kreativitas adalah kemampuan Pembelajaran Contextual Teaching seseorang untuk melahirkan sesuatu and Learning (CTL) yang baru, baik berupa gagasan Pembelajaran Contextual maupun karya nyata yang relatif Teaching and Learning (CTL) beda dengan apa yang telah ada. adalah pembelajaran dimana guru Kreativitas merupakan kemampuan mengaitkan antara materi yang berpikir tingkat tinggi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa mengimplikasikan terjadinya dan mendorong siswa membuat eskalasi dalam kemampuan berpikir, hubungan antara pengetahuan yang ditandai oleh suksesi, diskontuinitas, dimilikinya dengan penerapannya diferensasi, dan intergrasi antara dalam kehidupan mereka sebagai terhadap perkembangan. anggota keluarga dan masyarakat Tes Berfikir Kreatif Produksi (Depdiknas, 2003:1). Menggambar Komponen Pembelajaran Tes kreatifitas yang termasuk Kontekstual baru ialah yang dikonstruksi oleh Pembelajaran Kontekstual Jellen dan Urban (1985) dalam menurut Nanang Hanifah, M. M.Pd Utami Munandar (2004:66) yang (2010 : 73) melibatkan tujuh disebut dengan Test for Creative komponen utama yang harus Thinking Drawing Production dilakukan secara sungguh-sungguh, (TCT-DP) Responden diminta untuk yaitu : Kontruktivisme, Menemukan menyelesaikan gambar yang tidak (Inquiry), Bertanya (Questioning), lengkap (rangsangan-rangsangan Masyarakat Belajar (Learning figural) dan penilaiannya Community), Pemodelan mencangkup sembilan dimensi, (Modelling), Refleksi (Reflection), yaitu, melengkapi, melanjutkan, Penilaian nyata (Authentic unsur baru, hubungan yang dibuat Assesment). dengan garis, hubungan yang

6 digilib.uns.ac.id 6 berkaitan dengan tema, melintasi autentik merupakan kegiatan menilai batas (dua kriteria), perspektif dan siswa yang menekankan pada apa humor. yang seharusnya dinilai secara nyata, Pengertian Ilustrasi baik proses maupun hasil dengan Pengertian dari gambar berbagai instrumen penilaian yang ilustrasi sendiri adalah gambar yang disesuikan dengan tuntutan menceritakan suatu adegan atau kompetensi yang ada. pristiwa (Ari Subekti : 2010). Metodologi Penelitian Pendapat lain mengatakan, Penelitian ini merupakan menggambar ilustrasi adalah penelitian tindakan kelas atau PTK. membuat gambar yang digunakan PTK itu sendiri merupakan untuk membantu memberi penjelasn merupakan penelitian yang suatu bacaan, berita, cerita, dan menerapkan berbagai fakta yang sebagainnya (Kamaril, dkk : 4.39). ditemukan untuk memecahkan suatu Gambar ilustrasi dalam masalah dalam suatu situasi sosial pembelajaran seni rupa di SMP untuk meningkatkan kualitas Keberhasilan pelaksanaan tindakan yang dilakukan dengan pembelajaran menggambar ilustrsi melibatkan kolaborasi dan kerja ditunjang dengan adanya media, sama para peneliti dan pratiksi bahan (termasuk alat dan teknik) menuurut Burns Tujuan PTK yang dipakai dalam karya seni adalah memperbaiki kualitas proses (Susanto, 2002 : 72). Menggambar pembelajaran dengan tujuan ilustrasi bertujuan agar siswa dapat memperbaiki hasil akhir belajar membuat gambar ilustrasi siswa, sehingga PTK mempunyai berdasarkan ingatan dan khayalan manfaat yang besar dalam atau pengalaman langsung. meningkatkan kualitas pembelajaran Penilaian Autentik dalam dikelas. Model penelitian yang Pembelajaran Seni Budaya digunakan adalah model yang Kurikulum 2013 dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Kunandar (2014 : 35) Taggart (1988) dalam Arikunto, dkk mengungkapkan bahwa penilaian (2006 : 16) yaitu model spiral.

7 digilib.uns.ac.id 7 Perencanaan Kemmis dan Taggart kreativitas TCT-DP (b) Guru melalui dimulai dengan rencana tindakan wawancara, analisis RPP, dan (planning), tindakan (acting), instrumen mengajar (c) Proses pengamatan (observing) dan refleksi belajar mengajar seni budaya di kelas (reflcting). VIII-2 SMP Negeri 19 Depok Subjek Penelitian melalui observasi aktivitas mengajar Subjek penelitian ini adalah (guru) dan aktivitas belajar (siswa). siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 19 Teknik Pengumpulan Data Depok, dengan kelas yang berjumlah Data yang ingin diperoleh 40 siswa dengan 26 siswa laki-laki dari penelitian ini adalah dan 14 siswa perempuan. Pemilihan peningkatan kerativitas siswa kelas kelas berdasarkan pertimbangan dan VIII-2 SMP Negeri 19 Depok dalam konsultasi dengan guru Seni Budaya, mata pelajaran SBK setelah Ibu Eka Muliayanti S. Pd M. M. diimplementasikannya model Data dan Sumber Data pembelajaraan CTL. Adapun teknik Ada dua sumber yang yang digunakan untuk memperoleh digunakan dalam penelitian ini, yaitu data sebagai berikut: (1) Wawancara meliputi : Data primer merupakan (2) Observasi (3) Tes (4) data yang dihasilkan secara langsung Dokumentasi. dari lapangan, dimana data tersebut Teknik Uji Validitas Data dihasilkan dari proses wawancara, Sugiyono (2007 : 125) hasil karya siswa setelah penelitian. berpendapat bahwa triangulasi Data sekunder merupakan data yang diartikan sebagai pengecekan data dihasilkan dari sumber yang masih dari berbagai sumber dengan berkaitan dengan penelitian ini dan berbagai cara dan berbagai waktu. diperoleh secara tidak langsung. Data Sugiyono membaginya menjadi tiga, sekunder meliputi : Buku-buku, yaitu teknik triangulasi sumber data, Majalah, Jurnal, Arsip, Dokumen triangulasi teknik pengumpulan data dan sumber lainnya. Adapun data dan triangulasi waktu pengumpulan yang dikumpulkan dalam penelitian data. meliputi: (a) Siswa melalui commit tes to user

8 digilib.uns.ac.id 8 Teknik Analisis Data memiliki tingkat kompetensi di atas Teknik analisis data yang minimal. digunakan dalam penelitian ini Prosedur Penelitian adalah teknik analisis yang Prosedur penelitian adalah menggunakan flow model analysis. langkah-langkah oprasional baik Flow motion analysis mempunyai yang terkait dengan perencanaan, tiga komponen yaitu: (1) pelaksanaan, observasi/evaluasi, pengumpulan data (data collection) maupun refleksi. Langkah-langkah reduksi data (2) (data reductin), (3) oprasional tersebut bersumber dari penyajian data (data display), (4) krangka konseptual yang diuraikan penarikan kesimpulan (verfication). pada bagian sebelumnya. (Burhan Miles dan Huberman (2009 : 19) Elfanany, 2013:81) Penelitian ini mengemukakan bahwa empat menggunakan data pengamatan komponen tersebut sebagai suatu secara langsung terhadap tindakan jalin menjalin pada saat sebelum, yang diberikan pada kegiatan selama dan sesudah pengumpulan pembelajaran menggambar ilustrasi. data dalam bentuk yang sejajar, Data tersebut dianalisis melalui untuk membangun wawasan umum prosedur dan beberapa tahapan yang disebut analisis. dalam siklus-siklus tindakan, yang Indikator Kinerja diantaranya tiap siklus dimulai Indikator kinerja merupakan dengan : Perencanaan (Planning), rumusan kinerja yang dijadikan Pelkasanaan/Pemberian Tindakan acuan tolak ukur dalam menentukan (Action), Pengamatan (Observation) keberhasilan atau keefektifan dan Refleksi (Reflection). penelitian (Sarwiji Suwandi, 2009 : Laporan Hasil Penelitian 70). Indikator kinerja dari kegiatan Berdasarkan hasil observasi penelitian yang dilakukan adalah: peningkatan kretivitas siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran membuat karya ilustrasi dengan CTL dapat meningkatkan kreativitas model pembelajaran CTL dapat siswa di kelas VIII-2 SMP Negeri 19 dilihat sebagai berikut: Depok ditandai dengan 75%

9 digilib.uns.ac.id 9 Tabel 1 Perbandingan hasil belajar siklus I dan siklus II pada ranah kognitif. Hasil Belajar Siklus II Tindakan Siklus I Siklus II Ranah Kognitif siswa) (19 siswa) siswa) 92,5% (37 7,5% (3 siswa) Tidak Lulus Lulus Hasil observasi penerapan 40% (16 60% (24 model pembelajaran CTL untuk siswa) siswa) meningkatkan kreativitas siswa 100% (40 dalam membuat karya ilustrasi pada 0% siswa) ranah afektif pada siklus I hanya sebesar 47,5% siswa yang lulus Hasil observasi penerapan kemudian meningkat pada siklus II model pembelajaran CTL untuk menjadi 92,5% siswa yang lulus meningkatkan kreativitas siswa dalam ranah afektif dalam membuat karya ilustrasi pada ranah kognitif pada siklus I hanya Tabel 3 Perbandingan hasil belajar sebesar 40% siswa yang lulus siklus I dan siklus II pada ranah kemudian meningkat pada siklus II Psikomotorik. menjadi 100% siswa yang lulus dalam ranah kognitif Hasil Belajar Tabel 2 Perbandingan hasil belajar Ranah siklus I dan siklus II pada ranah Tindakan Psikomotorik Afektif. Tidak Lulus Lulus Tindakan Hasil Belajar Ranah 10% (4 90% (36 Siklus I Afektif siswa) siswa) Kurang 85% (34 15% (6 Baik Siklus II Baik siswa) siswa) Siklus I 47,5% 52,5% (21

10 digilib.uns.ac.id 10 Hasil observasi penerapan 19 Depok tahun ajaran 2015/2016. model pembelajaran CTL untuk Meningkatnya kreativitas siswa meningkatkan kreativitas siswa dalam menggambar ilustrasi ini dalam membuat karya ilustrasi pada didukung oleh komponen ranah psikomotorik pada siklus I pembelajaran CTL yaitu: (1) hanya sebesar 10% siswa yang lulus kontruktivisme berupa pemberian kemudian meningkat pada siklus II materi secara mendalam untuk menjadi 85% siswa yang lulus dalam membentuk pengetahuan dasar siswa ranah psikomotorik. (2) Inquiry, pemberian contoh kasus Berdasarkan data di atas dikehidupan nyata untuk membentuk dapat disimpulkan bahwa penerapan rumusan masalah (3) Questioning, model CTL pada mata pelajaran guru memancing rasa ingin tahu SBK dapat meningkatkan kreativitas siswa untuk membentuk pemikiran dalam mebuat karya ilustrasi siswa yang kritis (4) Learning Comunity kelas VIII-2 SMP Negeri 19 Depok. siswa diajak untuk mencari sumbersumber Pelaksanaan penelitian ini informasi lain untuk juga terdapat kendala yang muncul memperkaya pengetahuan dan baik dari guru maupun siswa. memecahkan masalah (5) Modelling, Namun, kendala yang muncul dapat pemberian contoh-contoh diatasi. penyelasaian masalah yang secara SIMPULAN DAN SARAN fleksibel yang dapat dikembangkan Berdasarkan analisis data oleh siswa untuk memecahkan dan pembahasan yang telah masalah siswa tersebut (6) dilakukan pada bab sebelumnya, Reflection, siswa diajak untuk maka dapat disimpulkan bahwa melakukan kegiatan evaluatif untuk melalui Penelitian Tindakan Kelas mendapatkan pemahaman yang baik dengan model pembelajaran (7) Authentic Assesment dilakukan Contextual Teaching and Learning untuk menilai proses dan hasil (CTL) dapat meningkatkan belajar secara keseluruhan. Tujuh kreativitas menggambar ilustrasi komponen tersebut telah diterapkan pada siswa kelas VIII-2 SMP Negeri pada pembelajaran CTL secara

11 digilib.uns.ac.id 11 komperhensif di kelas VIII-2 (CTL) untuk meningkatkan sehingga hasil belajar meningkat. kreativitas siswa yang dapat Hal ini terbukti pada penilaian dilakukan dengan cara sebagai klasikal dalam kondisi awal sebelum berikut : a) Kontuktivisme, guru adanya tindakan penilaian hasil dapat menyisipkan komponen belajar siswa dalam ranah kognitif kontuktivisme dengan melakukan yang tuntas sebesar 5%, pada siklus I tindakan dengan menghadirkan meningkat menjadi 40% dan pada sumber materi pembelajaran yang siklus II sebesar 100%. Kemudian berada dekat dan di sekitar siswa b) Hasil belajar siswa ranah afektif Menemukan (Inquiry), guru dapat yang tuntas atau baik pada menerapkan komponen inquiry pratindakan sebesar 2%, pada siklus dengan cara guru menggiring siswa I sebesar 47,5% dan pada siklus II untuk menggunakan intenet atau sebesar 92,5%. Hasil belajar siswa buku-buku tekait dengan materi dalam ranah psikomotorik pada saat pembelajaan c) Menanya pratindakan sebesar 0%, siklus I (Questioning), guru dapat meningkat menjadi 10% dan siklus II menerapkan komponen questioning meningkat menjadi 85%. Dapat dengan cara memancing siswa agar dilihat bahwa dengan menerapkan siswa bertanya dengan menggunakan model pembelajaran Contextual gambar atau pertanyaan yang Teaching and Learning (CTL) pada diberikan dengan tujuan agar dapat pembelajaran Seni Budaya dan merangsang siswa berfikir kreatif d) Keterampilan (SBK) materi Kelompok Belajar (Learning menggambar ilustrasi terjadi Comunity), guru dapat menyisipkan peningkatan penilaian klasikal baik komponen learning comunity dengan dalam ranah afektif, kognitif dan melakukan tindakan dengan cara psikomotorik pada setiap siklusnya. membentuk siswa secara Adapun saran bagi guru dalam bekelompok kemudian guru penyampaian materi hendaknya guru membimbing siswa untuk saling menggunakan model pembelajaran bediskusi dan berinteraksi baik Contextual Teaching and Learning dalam materi dan teknik

12 digilib.uns.ac.id 12 pembuatannya e) Pemodelan (Modeling), guru dapat menerapkan komponen modeling dengan cara memberikan contoh karya seni atau benda-benda yang ada di sekitar siswa f) Refleksi, guru dapat menyisipkan komponen refleksi dengan cara memberikan ulasan materi untuk merangkum kegiatan pembelajaran yang dilakukan sebelumnya g) Penilaian Nyata (Authentic Assesment), guru dapat menyisipkan komponen authentic assesment dengan melakukan penilaian atas aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk menilai capaian hasil belajar siswa.

13 digilib.uns.ac.id 13 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Kurniawan, Deni Pembelajaran Tematik, Terpadu, Terintregasi (Kurikulum 2013). Yogyakrta: Gava Media Kamaril, cut Pendidikan Seni Rupa/Kerajinan Tangan. Jakarta:Universitas Terbuka. Kunandar Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) : Suatu Pendekatan Praktis disertai dengan Contoh. Ed. Rev. Jakarta: Rajawali Pres Munandar,S.C Kreativitas dan Keberbakatan: strategi mewujudkan potensi kreatif dan bakat. Jakrta: Gramedia. Sarwiji, Suwandi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: FKIP UNS. Subekti ari, dkk Seni Budaya dan Keterampilan. Jakarta:PT Intan Pariwara Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta