Conservative or Operative Management on Pediatric Spondylitis Tuberculosis
|
|
- Sugiarto Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Conservative or Operative Management on Pediatric Spondylitis Tuberculosis Teuku Arief Dian Background : Pediatric spondylitis tuberculosis incidence still unknown exactly, estimated 5-10% of pediatric infected with tuberculosis and half is secondary spondylitis tuberculosis. Treatment of spyndilitis tuberculosis still controversial whether conservative or operative. Conservative treatment is unable to prevent kyphotic deformity progressivity. Surgery treatment is indicated for spine deformity, neurological defisit, tuberculosis abcess and failure of conservative treatment. Purpose : To compare conservative and operative treatment of pediatric spondylitis tuberculosis. Method : Observational analytic using pre and post test controlled group design with pediatric spondylitis tuberculosis as sample. Sample divided into 3 group. First group is treated operatively, second group is treated conservatively and third group is normal for control. After 12 months we assess for visual analogue scale (VAS), frankle, and Cobb s angle. Result : Visual analoque scale on operative group is better (decreased) compared to conservative group but not significant (p=0,377). Frankle on operative group is better significantly compared to conservative group (p=0,004). For Cobb s angle, on conservative group increased signifcantly and operative group decreased but not significantly (p=0,575) because of stability fixation factor. Summary : Operative treatment give an better result compare to conservative treatment in pain, neurologic impairment, and progressivity of Cobb s angle. Keyword : Spondylitis Tuberculosis, Cobb s angle, Visual Analogue Scale (VAS), Frankle PENDAHULUAN Tuberkulosis masih menjadi salah satu penyakit paling mematikan di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada november 2010, sepertiga penduduk dunia diperkirakan terinfeksi kuman tuberkulosa 1, 2, 3. Insiden dari kasus 1
2 baru tuberkulosa pada tahun 2009 adalah 9,4 juta terhadap 14 juta populasi yang sebahagian berasal dari negara negara berkembang dan yang terbanyak terjadi adalah di regional Asia Tenggara. Dan diperkirakan 1,7 juta orang meninggal dunia karena infeksi tuberkulosa pada tahun 2009, yang sebagian besar di benua Afrika 2, 3. Dulu manifestasi tuberkulosis biasanya terbatas pada paru, namun sekarang penyakit ini dapat mengenai organ apapun seperti tulang, traktus genitourinarius dan sistem saraf pusat yang dikenal dengan tuberkulosa ekstra pulmonal 1, 2, 3. Tuberkulosa tulang dan sendi merupakan 35% dari seluruh kasus tuberkulosa ekstrapulmonal dan paling sering melibatkan tulang belakang yaitu sekitar 50% dari seluruh kasus tuberkulosa tulang 1, 4, 5. Keterlibatan tulang belakang biasanya merupakan akibat dari penyebaran hematogen dari lesi pulmonal ataupun dari infeksi pada sistem genitourinarius 4, 5, 6, 7. Permasalahan keterlibatan ini berbeda pada anak maupun dewasa. Tulang belakang dewasa sudah bersifat statis karena bukan pada fase dalam pertumbuhan, hal ini berbeda dengan permasalahan tuberkulosa tulang belakang pada anak adalah karena anak bersifat dinamis yang artinya tulang anak bersifat cartilagous dan dalam fase pertumbuhan yang tentunya bila terkena spondilitis tuberkulosa akan memiliki dampak morbiditas sehingga bisa mempengaruhi pertumbuhan tentunya 1, 6. Dan tentunya tindakan penatalaksanaan konservatif maupun operatif memiliki penanganan tersendiri yang berbeda dan masih menjadi kontroversial antara tindakan konservatif dan operatif sampai saat ini 1, 8. Ada studi mengatakan mengatakan bahwa tidak ada perbedaaan yang signifikan terapi spondilitis tuberkulosa yang diterapi konservatif maupun operatif 9. Namun ada studi juga mengatakan bahwa tindakan operatif lebih baik dilakukan untuk dekompresi dini, meminimalkan kerusakan dari tulang belakang dan mencegah morbiditas kifosis berat yang berdampak terhadap fungsi kardio-pulmonal 10. Angka kejadian rata rata spondilitis tuberkulosa pada anak tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan 5% - 10% anak anak dibawah 5 tahun terinfeksi tuberkulosa dan setengah dari itu terjadi pada tulang belakang sebagai manifestasi sekunder dengan manifestasi primernya biasanya berasal dari paru atau saluran urogenital 1, 4, 5, 6, 7. Riwayat penyakit dan gejala klinis pasien adalah hal yang penting, namun tidak selalu dapat diandalkan untuk diagnosis dini. Nyeri adalah gejala utama yang paling sering. Gejala sistemik muncul seiring dengan 1, 6, perkembangan penyakit 8. Nyeri punggung persisten dan lokal, keterbatasan mobilitas tulang belakang, demam dan komplikasi neurologis dapat muncul saat destruksi berlanjut. Gejala lainnya menggambarkan penyakit kronis, mencakup malaise, penurunan berat badan dan fatigue. Diagnosis biasanya tidak dicurigai pada pasien tanpa bukti 1, 6, tuberkulosa ekstraspinal 8. Defisit neurologis pada spondilitis tuberkulosa terjadi akibat pembentukan abses dingin, jaringan granulasi, jaringan nekrotik dan sequestra dari tulang atau jaringan diskus intervertebralis dan kadang-kadang trombosis vaskular dari arteri spinalis. 2
3 Spondilitis tuberkulosa merupakan penyakit kronik dan lambat berkembang dengan gejala yang telah berlangsung lama 1, 4, 5, 6, 7. Penatalaksanaan spondilitis tuberkulosa masih banyak perbedaan pendapat antara konservatif dan operatif. Beberapa penulis menganjurkan pemberian obat-obatan saja, sementara yang lainnya merekomendasikan obat - obatan dengan intervensi bedah. Dekompresi agresif, pemberian obat anti tuberkulosis selama 12 bulan dan stabilisasi spinal dapat memaksimalkan terjaganya fungsi neurologis. Walaupun demikian, obat anti tuberkulosa memiliki peran utama dalam pengobatannya, namun prosedur pembedahan juga memiliki peranan tersendiri dalam pengobatan spondilitis tuberculosa. Pengobatan konservatif tidak bisa mencegah terjadinya resiko progresifitas dari deformitas khyfotic. Pembedahan diindikasikan jika ada deformitas tulang belakang, defisit neurologis, abses tuberculosa dan 1, 4, 5, 6, 7, kegagalan pengobatan konservatif 9, 10. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian observasional analitik yang dilakukan pada pasien. Rancangan penelitian yang dipakai menggunakan pre and post test controlled group design. Peneliti hanya mengevaluasi hasil terapi konservatif dan tindakan operatif dalam penatalaksanaan spondilitis tuberkulosis anak yang dilakukan di SMF Orthopedi RSU Dr. Soetomo Surabaya. N1 Kelompok 1 Operasi PENGUKURAN Klinis Populasi Sampel N2 Kelompok 2 Konservatif VAS Frankel Radiologis: N3 Kelompok 3 Normal Sudut Cobb s & Progresifitas Dilakukan pengambilan sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Selanjutnya dari sampel yang memenuhi syarat tersebut menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 merupakan kelompok yang operasi. Kelompok 2 merupakan kelompok yang konservatif dan kelompok 3 merupakan kelompok normal untuk perbandingan / kontrol. Setelah 12 bulan dilakukan pengukuran hasil dengan visual analoq scale (VAS), frankle dan sudut Cobb s. Hasil dari kedua kelompok 3
4 tersebut kemudian dibandingkan dengan kelompok 3 sebagai perbandingan / kontrol. 1. Untuk Membandingkan nilai ambang nyeri (VAS), defisit neurologis (Frankle) dan sudut Cobbs sebelum dan sesudah pada terapi konservatif dan tindakan operatif dalam penatalaksanaan spondilitis tuberkulosis anak menggunakan uji t berpasangan, 2. Untuk Membandingkan perubahan nilai ambang nyeri (VAS), defisit neurologis (Frankle) dan sudut Cobbs antara terapi konservatif dan tindakan operatif dalam penatalaksanaan spondilitis tuberkulosis anak menggunakan uji t 2 sampel bebas, 3. Tingkat kemaknaan (α) ditetapkan sebesar 0.05, dinyatakan bermakna secara statistik bila harga p < 0,05. PEMBAHASAN Penilaian perbandingan terapi konservatif dan operatif pada penelitian ini menggunakan penilaian skala nyeri dengan Visual Analoque Scale (VAS), defisit neurologis yang dinilai dengan klasifikasi Frankle dan penilaian destruksi kerusakan corpus vertebrae dengan sudut Cobb s. Nyeri Pada penelitian ini didapatkan semua subjek yang menjadi sampel pada penelitian mengalami nyeri bermakna. pada semua posisi baik saat istirahat, duduk, berdiri dan berjalan. Hampir semua subjek yang menjalani konservatif dan operatif mengalami nyeri yang bermakna. Hal ini berbeda dengan subjek yang dioperatif dimana nyeri berkurang secara signifikan pada evaluasi 1 tahun paska operasi. Nyeri yang berkurang ini pada subjek operatif dialami pada semua subjek yang menjalani operasi debridemen saja atau debridemen dengan tulang graft dari fibula maupun instrumentasi anterior ataupun posterior. Hal ini membuktikan bahwa peranan abses merupakan kontribusi utama terjadinya nyeri pada spondilitis tuberkulosa anak dan dengan dilakukan tindakan operatif debridemen untuk evakuasi dan drainase abses memberikan efek dekompresi untuk menghilangkan nyeri pada spondilitis tuberkulosa anak. Pada semua subjek ini di dapatkan perbedaan yang sangat bermakna pada kedua kelompok subjek yang dikonservatif dan operatif dimana subjek yang menjalani terapi operatif mengalami penurunan nyeri secara bermakna jika dibandingkan dengan subjek yang menjalani terapi konservatif. Pada beberapa subjek yang menjalani konservatif dimana ada ketidaknyamanan pemakaian pendukung eksternal seperti cast atau brace karena subjek mengalami nyeri yang lebih berat pada saat pemakaian pendukung eksternal ini, bahkan ada subjek yang tidak mematuhi pemakaiannya dengan mengambil inisiatif melepas pemakaian pendukung eksternal ini. Defisit Neurologis Tidak semua spondilitis tuberkulosa mengalami defisit neurologis. Pada subjek yang menjalani terapi konservatif, defisit neurologis menetap dan tidak ada perbaikan ke arah yang lebih baik pada evaluasi sampai 1 tahun paska operasi. Dan pada subjek yang konservatif ini juga tidak ditemukan adanya penurunan defisit neurologis kearah yang lebih buruk. 4
5 Pada subjek yang menjalani terapi operatif memberikan peningkatan kembali fungsi neurologis kearah normal yang cukup signikan dibandingkan dengan subjek yang menjalani terapi konservatif. Pada evaluasi 12 bulan paska operasi ditemukan hampir 90 % subjek yang dioperatif mengalami perbaikan defisit neurologis dengan naik 2 3 tingkat kearah yang lebih baik. Sedangkan sisanya hanya mengalami kenaikan 1 tingkat saja kearah yang lebih baik yaitu subjek yang tidak kembali fungsi neurologis motorik, hanya kembali fungsi sensorisnya saja. Dan pada penelitian ini secara keseluruhan dengan tindakan operatif, memberikan pemulihan untuk kembalinya fungsi neurologis baik sensoris maupun motoris. Sudut Cobb s Seperti diketahui bahwa patologi spondilitis tuberkulosa itu di anterior dari corpus vertebra yang destruksi sehingga terjadinya penyudutan tajam yang kita kenal dengan gibbus yang bisa diukur dengan sudut Cobb s, semakin besar nilai penyudutan ini semakin berat proses destruksi corpus vertebra dan semakin besar moribiditas komplikasi yang akan terjadi. Pada penelitian ini didapatkan bahwa subjek yang menjalani terapi konservatif mengalami peningkatan sudut Cobb s 7 8 % pada tahun pertama evaluasi dan progresifitas peningkatan sudut Cobb s bisa meningkat tahun demi tahun sesuai dengan penelitian Rajasekaran et all yang menyatakan penilaian sudut Cobb s ini penting karena bisa menjadi salah satu faktor prognosis pada anak karena sesuai dengan mengatakan bahwa kyfosis lebih sering terjadi pada anak anak dibandingkan pada orang dewasa karena deformitas kyfosis pada anak anak bersifat dinamis dengan progresifitas yang variasi melalui pertumbuhan, sedangkan pada dewasa deformitas kyfosis bersifat statis dan kyfosis yang terbentuk tergantung dari jumlah level vertebra yang 21, 37 destruksi. Pada subjek yang menjalani terapi operatif mendapatkan perbedaan sudut Cobb s yang berbeda beda antara satu subjek dengan subjek lainnya dimana ada 8 subjek mengalami peningkatan sudut Cobb s dengan variasi peningkatan sebesar dan 5 subjek kami dapatkan mengalami penurunan sudut Cobb s dengan variasi penurunan sebesar Namun secara statistik pada subjek yang menjalani operatif ini mengalami rata rata penurunan sudut Cobb s 5 6 % pada tahun pertama evaluasi dibandingkan dengan subjek yang menjalani terapi konservatif mengalami peningkatan sudut Cobb s 7 8 % pada tahun pertama evaluasi. Dan untuk perbandingan antara nilai sudut cobb s pada sampel yang diteliti, penulis melakukan perbandingan dengan sudut cobb s pada usia yang sama dan level yang sama dengan melakukan foto radiologis anak yang sehat sehingga ada referensi nilai normal untuk sudut cobb s itu sendiri. 5
6 Perbedaan Sudut Cobb s Konservatif & Kontrol / Normal. No Kelamin Umur (Tahun) Level Infeksi Level Vertebrae Yang Destruksi Sudut Cobbs Pre Post Normal Delta 1 L 18 L3 - L P 12 L4 - S L 7 C8 - T L 3 C6 - T L 7 T8 - T L 3 T12 - L P 5 T4 - T L 6 T11 - L P 6 L2 - L P 10 L1 - L L 14 T8 - T P 6 Th8 - T L 7 L3 - L L 17 L2 - L L 18 L Perbedaan Sudut Cobb s Operatif & Kontrol / Normal. No Kelamin Umur (Tahun) Level Infeksi Level Vertebrae Yang Destruksi Sudut Cobbs Pre Post Normal Delta 1 L 3 tahun L2 - S L 7 tahun C3 - C P 9 tahun C7 - T L 7 tahun T8 - T L 17 tahun T7 - T P 15tahun T8 - T P 4 tahun T4 - T P 7 tahun T12 - L P 7 tahun T9 - L L 4 tahun L1 - L P 12 L5 - S tahun L 10 L2 - L tahun
7 13 P 12 tahun L4 - S Secara statistik jika dibandingkan sudut Cobb s pada subjek konservatif dan operatif ditemukan ada perbedaan namun tidak begitu bermakna. Tidak ada ada korelasi ataupun relevansi antara umur, lokasi dan jumlah segmen yang mengalami infeksi ini terhadap visual analoq scale (VAS), frankle dan sudut cobb s. Jadi tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap tindakan konservatif maupun operatif. Namun korelasi dari sudut pandang cut of point terhadap tindakan konservatif dan operatif, penulis menemukan adanya cut of point yang bermakna dimana didapatkan bahwa umur 4 tahun keatas, level patologi didaerah thoracolumbal dan terkena 2 segmen yang mengalami infeksi bisa merupakan indikasi cut of point antara terapi konservatif dan operatif. Jadi ketiga faktor ini bisa merupakan pertimbangan untuk dilakukan tindakan terapi secara konservatif dan operatif. Ada perbedaan penemuan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Medical Research Council dalam jurnal Goldschmidt et all dalam tulisannya mengatakan bahwa tidak ada perbedaaan yang signifikan spondilitis tuberkulosa yang diterapi konservatif maupun operatif 6. Dan dalam penelitian ini secara keseluruhan menyatakan bahwa ada perbedaan pada subjek yang mendapatkan terapi konservatif dan operatif jika dievaluasi berdasarkan evaluasi nyeri, defisit neurologis dan sudut Cobb s. Dan hasil penelitian ini memberikan informasi akan pentingnya peranan operatif dalam penanganan spondilitis tuberkulosa. KESIMPULAN & SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini keseluruhan adalah menyatakan bahwa peranan tindakan pembedahan memiliki peranan penting dalam tatalaksana penyembuhan spondilitis tuberkulosa dan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan konservatif pada pasien pasien dengan nyeri, defisit neurologis dan progresifitas sudut Cobb s. 1. Tindakan operatif memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tindakan operatif dari penilaian terhadap visual analog scale (VAS), Frankle dan Sudut Cobbs. 2. Tidak ada korelasi / perbedaan umur, lokasi dan jumlah segmen yang mengalami infeksi pada tindakan konservatif dan operatif dari penilaian visual analoq scale (VAS), Frankle dan Sudut Cobbs. 3. Ada peningkatan progesifitas sudut Cobb s pada tindakan konservatif, sedangkan pada tindakan operatif ditemukan penurunan sudut Cobb s dengan peranan stabilisasi fiksasi internal sangat mempengaruhi penurunan sudut Cobb s paska tindakan operatif. Tindakan operatif bisa dilakukan dengan satu tahap operasi pada kifosis ringan (sudut < 30 0 ) dan sedang (sudut ), sedangkan dengan kifosis berat (sudut > 60 0 ) harus dilakukan lebih dari satu tahap operasi / rekontruksi. 7
8 4. Umur 4 tahun keatas, level pada daerah thoracolumbal dan jumlah 2 segmen keatas merupakan cut of point antara terapi konservatif maupun operatif. Saran Perlu dilakukan penelitian lagi dengan jumlah sampel yang lebih besar dan desain penelitian prospektif sehingga hasil yang didapatkan lebih valid. DAFTAR PUSTAKA 8. Gulati Y, Gupta R. Operative Treatment of Tuberculosis of Dorsal and Lumbar Spine. J Apollo Medicine, Vol 2, No 2, June Goldschmidt RB. The Challenge of Tuberculosis. Current Orthopaedics (2000) 14, Bailey HL, Gabriel SM, Hodgson AR. Tuberculosis of the Spine in Children. The Journal of Bone and Joint Surgery, Vol 54-A, No 8, Benzagmount M, Boujraf S, Chakour K. Pott s Disease in Children. J Surgical Neurology International 2011, 2 : 1 2. National Collaborating Centre for Chronic Condition. Tuberculosis : Clinical Diagnosis and Management of Tuberculosis, and Measures for Its Prevention and Control. National Institute for Health and Clinical Excellence, London, UK World Health Organization. Global TB Control Report 2010 ; Available at : 4. Solomon LP. Apley s System of Orthopaedics and Fractures, 9 th ed, Hodder-Arnold, London, UK Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System, 3 rd ed., Lippincott Williams & Wilkins, Maryland, USA Jain AK. Tuberculosis of the Spine. J Bone Joint Surg [Br] 2010 ; 92 B : Canale TS. Beaty JH. Campbell s Operative Orthopaedics, 11 th ed, Mosby-Elsevier, Philadelphia, Pennsylvania, USA
BAB I PENDAHULUAN. Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease merupakan suatu penyakit yang banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta
Lebih terperinciTuberkulosis sebagai suatu penyakit sistemik yang dapat menyerang berbagai organ termasuk tulang dan sedi.
Tuberkulosis sebagai suatu penyakit sistemik yang dapat menyerang berbagai organ termasuk tulang dan sedi. Faktor predisposisi tuberkulosis adalah : Nutrisi dan sanitasi yang jelek Ras; banyak ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Berdasarkan laporan WHO, kasus baru tuberkulosis di dunia lebih dari 8 juta pertahun. Diperkirakan 20-33% dari penduduk dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
Lebih terperinciSTRUKTUR ANATOMI TULANG BELAKANG
POTT S DISEASE POTT S DISEASE? Pott s disease atau Spondilitis tuberkulosis merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia, ditemukan pada mumi kuno di Mesir dan Peru. Percival Pott menunjukkan gambaran
Lebih terperinciREHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang
REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang SKDI 2012 : LBP Tingkat kompetensi : 3A Lulusan dokter mampu : Membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningitis merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada lapisan yang membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak
Lebih terperinciAzharuddin Abdurrahman. Kata kunci : Spondilitis tuberkulosa, pedicle screw sublaminary wiring, kifosis, defisit neurologis
EFEKTIFITAS TERAPI KOMBINASI PEDICLE SCREW SUBLAMINARY WIRING (PSSW) DAN OBAT ANTI TUBERKULOSA TERHADAP KOREKSI KIFOSIS DAN PERBAIKAN DEFISIT NEUROLOGIS PADA PASIEN SPONDILITIS TUBERKULOSA DI RSUD DR.
Lebih terperinciSPONDILITIS TUBERKULOSA SERVIKALIS
SPONDILITIS TUBERKULOSA SERVIKALIS Fasihah Irfani Fitri NIP : 198307212008012007 DEPARTEMEN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN 2010 DAFTAR ISI Daftar Isi i Daftar Singkatan iii
Lebih terperinciInstabilitas Spinal dan Spondilolisthesis
Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Akhmad Imron*) Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/RSHS Definisi Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh : ligamen, otot
Lebih terperinciTuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang manusia dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di dunia karena Mycobacterieum tuberculosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri menurut International Association For Study Of Pain / IASP yang dikutuip oleh Kuntono, 2011 adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh masyarakat dunia. Saat ini hampir sepertiga penduduk dunia terinfeksi kuman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang paling sering mengenai organ paru-paru. Tuberkulosis paru merupakan
Lebih terperinciPROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI
PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OLEH : EKA DEWI PRATITISSARI
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU
ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU dr. SLAMET GARUT PERIODE 1 JANUARI 2011 31 DESEMBER 2011 Novina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberkulosis. Tuberkulosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sebagian kecil oleh bakteri Mycobacterium africanum dan Mycobacterium
Lebih terperinciSAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis
Lebih terperinciJ. Teguh Widjaja 1, Hartini Tiono 2, Nadia Dara Ayundha 3 1 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB PARU DEWASA DI RS IMMANUEL BANDUNG DENGAN DOTS DAN RS MITRA IDAMAN BANJAR TANPA DOTS THE FACTORS RELATED TO TB ADULT PATIENT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang sampai saat ini masih memberikan masalah berupa luka yang sulit sembuh dan risiko amputasi yang tinggi.
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN SPONDILITIS TUBERKULOSA
LAPORAN PENDAHULUAN SPONDILITIS TUBERKULOSA A. Definisi Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis tulang belakang adalah peradangan granulomatosa yang bersifat kronis destruktif oleh Mycobacterium tuberculosis.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merokok dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dapat terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB) dapat berlanjut menjadi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO
KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO Dian Wahyu Laily*, Dina V. Rombot +, Benedictus S. Lampus + Abstrak Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang terjadi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang dapat berakibat fatal bagi penderitanya, yaitu bisa menyebabkan kematian. Penyakit yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung merupakan keluhan yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
1 GAMBARAN HASIL AKHIR PENGOBATAN PASIEN TB PARU BTA POSITIF YANG MENGGUNAKAN STRATEGI DOTS TIDAK MENGALAMI KONVERSI SPUTUM SETELAH 2 BULAN PENGOBATAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2004-2012 Oleh
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Diajukan pada Laporan Akhir Kasus Longitudinal MS-PPDS I IKA FK-UGM Yogyakarta 1
BAB V KESIMPULAN Osteogenesis imperfekta (OI) atau brittle bone disease adalah kelainan pembentukan jaringan ikat yang umumnya ditandai dengan fragilitas tulang, osteopenia, kelainan pada kulit, sklera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh reaksi tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit misalnya pada pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN TUBERKULOSIS EKSTRA PARU DI PUSKESMAS KOTAMADYA BANDUNG TAHUN 2013
ABSTRAK GAMBARAN TUBERKULOSIS EKSTRA PARU DI PUSKESMAS KOTAMADYA BANDUNG TAHUN 2013 Riana Setiawati H, 2015; Pembimbing I : Dr.Hana Ratnawati, dr.,m.kes., PA(K) Pembimbing II: July Ivone, dr.,m.k.k.,mpd.ked.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini termasuk salah satu prioritas nasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberculosis Paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang utama khususnya di negara-negara berkembang. 1 Karena itu TB masih merupakan masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram et al., 2012). World Health Organization (WHO) memperkirakan
Lebih terperinciAgnesia Naathiq H1A Brown Sequard Syndrome
Agnesia Naathiq H1A012004 Brown Sequard Syndrome Pendahuluan Brown Sequard Syndrome (BSS) merupakan kumpulan gejala yang muncul karena cedera medulla spinalis yang meliputi kelumpuhan atau gangguan neuron
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunya mengalami peningkatan, total jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan pusat statistik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular adalah salah satu permasalahan kesehatan yang masih sulit ditanggulangi, baik itu penyakit menular langsung maupun tidak langsung. Tuberkulosis (TB)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dunia termasuk juga di Indonesia penyakit TBC biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu penyakit yang mendapat perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO) 2013, lebih dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah banyak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua yang menginfeksi manusia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan menyebabkan angka kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diagnosis yang tepat, pemilihan obat serta pemberian obat yang benar dari tenaga kesehatan ternyata belum cukup untuk menjamin keberhasilan suatu pengobatan jika tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu Kebidanan merupakan proses persalinan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015 Annisa Nurhidayati, 2016, Pembimbing 1 Pembimbing 2 : July Ivone, dr.,mkk.,m.pd.ked. : Triswaty
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi dapat
Lebih terperinciPREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penghentian pengobatan sebelum waktunya (drop out) di Indonesia merupakan faktor terbesar dalam kegagalan pengobatan penderita tuberkulosis yang besarnya 50%. Drop out
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK... vi. ABSTRCT... vii RINGKASAN...
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vi ABSTRCT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan, fungsi otak secara
Lebih terperinciPOLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL
POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan sehingga mampu meningkatkan rata-rata usia harapan hidup.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia sudah mengalami banyak kemajuan terutama di bidang kesehatan sehingga mampu meningkatkan rata-rata usia harapan hidup. Peningkatan pelayanan kesehatan ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang biasanya progresif
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007
ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007 Yanuarita Dwi Puspasari, 2009. Pembimbing I : July Ivone, dr., MS Pembimbing II : Caroline Tan Sardjono,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering
Lebih terperinciABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB PARU DI RSI BANDUNG DENGAN DOTS DAN RS
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB PARU DI RSI BANDUNG DENGAN DOTS DAN RS.MITRA IDAMAN BANJAR TANPA DOTS Nadia Dara Ayundha 1110179, 2014 Pembimbing I : Dr.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan pada
Lebih terperinciKata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado
HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan, sehingga diperlukan suatu kajian yang lebih menyeluruh mengenai determinan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dan penyebab paling sering kecacatan pada orang dewasa (Abubakar & Isezuo, 2012). Stroke juga merupakan
Lebih terperinciAbstrak. Dicky Sanjaya, 2009.Pembimbing I: Evi Yuniawati, dr., MKM Pembimbing II: Dani, dr., MKes
Abstrak PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TB DENGAN PENGOBATAN LENGKAP DAN PUTUS BEROBAT DI PUSKESMAS LANJAK DAN BADAU PROPINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Dicky Sanjaya, 2009.Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia. Pada tahun 2012 diperkirakan 8,6 juta orang terinfeksi TB dan 1,3 juta orang meninggal karena penyakit ini (termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif memiliki komplikasi dan risiko pasca operasi yang dapat dinilai secara objektif. Nyeri post
Lebih terperinciSIKAP DUDUK ERGONOMIS MENGURANGI NYERI PUNGGUNG BAWAH NON SPESIFIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
SKRIPSI SIKAP DUDUK ERGONOMIS MENGURANGI NYERI PUNGGUNG BAWAH NON SPESIFIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA LUH GEDE AYU SRI NADI WAHYUNI KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong penyakit yang penularannya melalui
Lebih terperinciPrevalensi Spondilitis Tuberkulosis di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun Oleh : Fie Fie Novita
Prevalensi Spondilitis Tuberkulosis di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2014 Oleh : Fie Fie Novita 120100326 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 Prevalensi Spondilitis Tuberkulosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayananan bedah telah menjadi komponen pelayanan kesehatan yang essensial pada banyak negara. Dengan meningkatnya insidensi dari kanker, penyakit kardiovaskular dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
Lebih terperinciKata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PREVALENSI DAN MORTALITAS PADA ANAK-ANAK AKIBAT DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI 2006 SAMPAI DENGAN DESEMBER 2006 Dharma Indraprasta, 2007; Pembimbing: H. Tisna
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH ANEMIA TERHADAP KEWASPADAAN DAN KETELITIAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SMP X KABUPATEN JAWA BARAT 2011
ABSTRAK PENGARUH ANEMIA TERHADAP KEWASPADAAN DAN KETELITIAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SMP X KABUPATEN JAWA BARAT 2011 Christina Beatrice, 2011 Pembimbing I : dr. Adrian Suhendra, Sp.PK., M.Kes Pembimbing
Lebih terperinciMateri Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru
1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis
Lebih terperinciABSTRAK FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT DBD PADA PASIEN ANAK-ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE MARET - JUNI
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT DBD PADA PASIEN ANAK-ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE MARET - JUNI 2016 Astriani, 2016 Pembimbing I : Budi Widyarto L., dr., MH. Pembimbing II :
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis (Kumar dan Clark, 2012). Tuberkulosis (TB) merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi masalah di Dunia. Hal ini terbukti dengan masuknya perhatian terhadap penanganan TB dalam MDGs.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa
Lebih terperinciABSTRAK PATOLOGI GAGAL GINJAL KRONIK
ABSTRAK PATOLOGI GAGAL GINJAL KRONIK Chrismatovanie Gloria, 2003. Pembimbing Utama: Freddy Tumewu A., dr., MS. Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berbahaya, dimana akan terjadi kehilangan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Tuberkulosis paru adalah suatu infeksi kronik disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis paru adalah suatu infeksi kronik disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang sudah sangat lama dikenal pada manusia, misalnya dihubungkan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kerangka Teoritis II.1.1. Definisi Spondilitis tuberkulosa adalah suatu peradangan tulang vertebra yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosa. 11 II.1.2. Insidensi
Lebih terperinciPENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN
PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN 2008 2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan Nasional, karena kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri
Lebih terperinciPenyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan taraf kehidupan yang disetujui oleh para pemimpin dunia pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang TB Paru adalah salah satu masalah kesehatan yang harus dihadapi masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta kematian, dan diperkirakan saat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria masih menjadi masalah kesehatan di daerah tropis dan sub tropis terutama Asia dan Afrika dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Patel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi di segala bidang dengan adanya perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat.
Lebih terperinciEMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :
Sindrom Kanalis Cubitalis (Cubital Tunnel Syndrome) Kesemutan atau baal biasanya terjadi di jari manis. Atau terjadi di wilayah saraf ulnaris. Gejalanya seperti sindrom ulnaris. Baal biasanya terjadi tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara berkembang dan menuju industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat terutama dalam bidang penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi menular penyebab kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus (HIV). Menurut survei
Lebih terperinciMuhartono, Fitria Saftarina, Indri Windarti. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Tuberkulosis dan Tuberkulosis Ekstra Pulmoner Pada Suspect Penderitanya Di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiling Bandarlampung Muhartono, Fitria Saftarina,
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan
Lebih terperinci