BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Dalam menjalani kehidupan, manusia pun dimotivasi oleh kebutuhankebutuhan

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. Sebagai makhluk hidup manusia memiliki banyak kebutuhan, dimulai sejak lahir hingga meninggal dunia. Dalam menjalani kehidupan, manusia pun dimotivasi oleh kebutuhankebutuhan yang ada pada dirinya sendiri. Sejalan dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia pun semakin bervariasi. Barang-barang yang semula bukanlah menjadi kebutuhan yang utama kadangkala menjadi kebutuhan yang sangat penting. Menurut Abraham Maslow kebutuhan manusia itu berjenjang atau membentuk suatu hierarki dan terdiri atas lima kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis (psysiological needs), kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan akan harga diri (eksteem needs), kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization). 1 Adapun inti dari teori Maslow tersebut adalah bahwa manusia dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi/dicapai dan kebutuhan mendasar harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya dipenuhi. Dari beberapa macam penggolongan jenis kebutuhan menurut Maslow tersebut, ada satu kebutuhan yang menjadi faktor memotivasi diri yaitu kebutuhan akan wisata. Dilihat dari sifatnya, kebutuhan wisata dapat dikategorikan dalam kebutuhan manusia yang bersifat rohani. Kebutuhan rohani adalah kebutuhan 1 Teori hierarki kebutuhan Maslow/Abraham Maslow-ilmu ekonomi, Diunduh 20 oktober

2 yang dibutuhkan seseorang untuk mendapatkan sesuatu bagi jiwanya secara kejiwaan. 2 Dahulu kebutuhan akan wisata masih merupakan kebutuhan yang bersifat mewah sehingga hanya dapat dinikmati oleh beberapa kalangan saja. Namun saat ini semua lapisan masyarakat, baik lapisan atas, lapisan menengah, bahkan lapisan bawah sekalipun membutuhkan wisata. Tentu saja kebutuhan wisata yang dilakukan masyarakat tersebut disesuaikan oleh kemampuan masingmasing. Oleh karena itu dikatakan bahwa saat ini wisata merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Kebutuhan akan wisata muncul sehubungan dengan kehidupan sehari-hari setiap manusia dan tidak terlepas dari kegiatan rutin yang dijalaninya baik di rumah maupun di tempat lain. Kegiatan pada satu titik tertentu di waktu tertentu akan menimbulkan kejenuhan sehingga manusia akan berusaha untuk berhenti dari kegiatan-kegiatan rutinya itu untuk mencari selingan untuk menghibur diri, memperoleh kesenangan, dan kembali menyegarkan diri. Untuk meringankan beban pikiran dan menumbuhkan semangat dalam menghadapi kegiatan berikutnya maka wisata merupakan obat yang sangat ampuh. Dari pernyataan di atas, maka terdapat definisi dari pariwisata itu sendiri. Pariwisata ialah kegiatan yang menyediakan jasa akomodasi, tranprortasi, makanan, rekreasi, serta jasa-jasa lainya. Perdagangan jasa pariwisata melibatkan beberapa aspek, misalnya aspek ekonomi, budaya, sosial, agama, lingkungan, keamanan, dan aspek lainya. Dari beberapa aspek tersebut, aspek ekonomilah yang dapat perhatian paling besar 2 Kebutuhan hidup/ekonomi manusia-kebutuhan primer, sekunder, tersier, jasmani, rohani,sekarang, masa depan, pribadi dan sosial. kebutuhan primer_ sekunder,_tersier_ jasmani_ rohani sekarang_masa depan_ pribadi _dan_ sosial, Diunduh 20 oktober

3 dalam pembangunan pariwisata sehingga pariwisata dikatakan sebagai suatu industri. 3 Indonesia adalah negara yang berpotensi menjadi tujuan pariwisata di dunia. Keanekaragaman flora dan fauna yang tersebar dari sabang sampai merauke, keanekaragaman budaya dan seni, peninggalan purbakala, keindahan alam, pantai dan lautnyalah yang menjadi ciri khas pariwisata Indonesia dan menjadi daya tarik bagi para wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Selain itu pariwisata Indonesia juga semakin lengkap dengan tersedianya sejumlah tempat wisata, baik diluar lingkungan maupun di dalam ruangan. Setiap manusia adalah konsumen sehingga munculah apa yang disebut dengan kepentingan konsumen. Sebagai konsumen jasa wisata, manusia yang merupakan anggota masyarakat memiliki sejumlah hak yang selama ini tidak disadari. Dari hal tersebut masih ada beberapa kedudukan-kedudukan yang tidak seimbang antara konsumen dengan pelaku usaha (dalam hal ini adalah pengelola) sehingga kondisi konsumen di Indonesia secara umum masih rentan terhadap pelanggaran hak dan selalu berada diposisi yang dirugikan. Menurut I Putu Gelgel dalam bukunya di dalam dunia pariwisata sendiri, perlindungan terhadap wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun domestik, masih sangat rendah dan terkadang hukum yang berlaku masih malu-malu dan tidak memiliki kekuatan untuk melindungi wisatawan. Sampai saat ini masih ada pula beberapa wisatawan yang datang hanya menjadi obyek oleh para pelaku bisnis pariwisata yang tidak bertanggung jawab. 4 Padahal kepastian hukum dalam rangka menjamin adanya perlindungan bagi wisatawan sangatlah penting. 3 I Putu Gelgel, Industri Pariwisata Indonesia dalam Globalisasi Perdagangan Jasa (GATS- WTO)-Implisasi Hukum dan Antisipasinya, (Bandung: PT Refika Aditama,2009), halaman I Putu Armaya, Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa Pariwisata. ( diakses 20 oktober 2016). 3

4 Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa hal penting yang menjadi pegangan bagi konsumen penikmat barang dan/atau jasa yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara RI Tahun 1999 No. 42 dan Tambahan Lembaran Negara RI No. 3821). 5 Dengan demikian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disingkat UUPK) dirumuskan mengacu pada filosofi pembangunan nasional Pancasila dan dasar negara, Undang-Undang Dasar 1945, dimana pembangunan nasional termasuk pembangunan hukum, melekat upaya yang bertujuan memberikan perlindungan bagi rakyat Indonesia. 6 Adapun tujuan dan alasan logis dibentuknya Undang-Undang Perlindungan Konsumen yaitu untuk menyeimbangkan daya tawar konsumen terhadap produsen karena masih ada kelemahan kedudukan konsumen dibandingkan dengan produsen maka di dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen sendiri diatur sejumlah hak yang dimiliki oleh konsumen dan tanggung jawab pelaku usaha (dalam hal ini disebut pengelola) sebagai bentuk perlindungan terhadap kosumen bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di tempat wisata maupun keadaan lainya yang menyangkut tentang hak konsumen. Pengertian konsumen saat ini tidak lagi identik dengan pengertian masyarakat yang menggunakan produksi dari hasil industri dan perdagangan saja, tetapi juga masyarakat pemanfaat jasa. Hal itu juga dipertegas dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan 5 Sudaryatmo, Hukum Perlindungan Konsumen dan Implementasinya di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Tahun 2011, halaman Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Perlindungan Konsumen Indonesia, cet 2, (Jakarta: Badan Perlindungan Konsumen Nasional, 2006), halaman 3. 4

5 Konsumen, dimana konsumen diartikan sebagai setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan. 7 Oleh karena itu, jelas bahwa setiap orang yang memanfaatkan jasa wisata, maka wisatawan dapat disebut sebagai konsumen yang perlu dilindungi hak-haknya, terutama dari tindakan pelaku usaha (dalam hal ini adalah pengelola wisata) yang merugikan kepentingan konsumen atau menganggap konsumen hanya sebagai obyek bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesarbesarnya. Seperti halnya kecelakaan dalam tempat wisata di luar ruangan seperti climbing maupun mendaki gunung yang peneliti contohkan di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), apakah ada bentuk perlindungan hukum yang diberikan Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) selaku pihak pengelola terhadap konsumen (pendaki gunung) yang mengalami kecelakaan di lokasi tersebut. Dalam kegiatan pendakian gunung di lokasi Taman Nasional Gunung Merapi pun diberlakukan pembayaran sejumlah uang yang meliputi tiket/karcis masuk, asuransi keselamatan dan lain-lain. Oleh karena itu peneliti ingin menjelaskan lebih dalam tentang perlindungan hukum bagi pengunjung/wisatawan bila mengalami kecelakaan di TNGM. Karena sejatinya pengunjung yang datang ke kawasan wisata ini untuk menikmati keseluruhan lokasi wisata tersebut, karena di dalam Pasal 4 butir a Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah diatur sejumlah hak konsumen, dimana konsumen berhak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 1 ayat (2). 5

6 barang dan/atau jasa. 8 Khususnya jasa wisata alam yang beresiko tinggi seperti di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang tidak lain telah bekerja sama dengan pihak ketiga untuk menjamin peristiwa yang tidak diinginkan melalui asuransi. Dalam hal ini tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. Maka dari itu sudah merupakan kewajiban pengelola jasa tempat wisata untuk memberikan rasa aman, nyaman, dan selamat bagi konsumenya supaya terhindar dari hal yang tidak diinginkan. Relevan dengan itu, hak-hak konsumen jasa wisata juga diakomodasi oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Di dalam Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa wisatawan memiliki hak yang sangat amat mendasar, yaitu hak untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata, pelayanan kepariwisataan yang sesuai standart, perlindungan hukum dan keamanan, pelayanan kesehatan, perlindungan hak pribadi, dan perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang beresiko tinggi. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Perlindungan Hukum Bagi Wisatawan Yang Mengalami Kecelakaan di Taman Nasional Gunung Merapi. 8 Ibid., Pasal 4 butir a 6

7 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sebagaimana telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yang dihadapi peneliti dalam penelitian ini, yaitu : a. Bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi wisatawan yang mengalami kecelakaan di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM)? b. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) selaku pengelola dan bagaimana solusi yang dilakukan dalam memberikan keamanan bagi wisatawan yang berkunjung? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Berdasarkan permasalahan yang sebagaimana telah diuraikan oleh peneliti, maka peneliti mengambil tujuan yang akan dicapai melalui penyusunan proposal penelitian ini adalah untuk : a. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum bagi wisatawan yang mengalami kecelakaan di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). b. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) selaku pengelola dan untuk mengetahui solusi yang dilakukan dalam memberikan keamanan wisatawan yang berkunjung. b. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dalam sistem Hukum Perdata baik manfaat dalam teoritis maupun manfaat praktis, yaitu : 7

8 a. Secara teoritis hasil penelitian ini, diharapkan dapat dipergunakan yang sebagaimana sebagai pengguna jasa wisata, saat terjadi kecelakaan di suatu tempat wisata yang dituju dan menjadi bahan rujukan, evaluasi, serta memberikan kontribusi pemikiran bagi peneliti maupun orang lain. b. Secara praktis hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan bagi semua pihak penyelenggara tempat wisata, untuk selalu memperhatikan keselamatan dan keamanan konsumen sebagai pemakai jasa wisata. D. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terdiri atas tiga bab yang juga terdiri dari sub-sub bab. Penulis menyusun skripsi ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini berisi tentang teori Hukum Perlindungan Konsumen dan Kepariwisataan, yang meliputi pengertian perlindungan konsumen, asas-asas dan tujuan perlindungan konsumen, pihakpihak terkait, hak dan tanggung jawab pelaku usaha, ganti rugi dan penyelesaian sengketa. Konsep umum kepariwisataan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang meliputi pengertian, asas-asas, fungsi dan tujuan 8

9 kepariwisataan, prinsip penyelenggaraan dan pembangunan kepariwisataan, Usaha Pariwisata dan Penyelenggaraan Kepariwisataan, Hak dan Kewajiban, dan Peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menjelaskan tentang Metode Pendekatan, Spesifikasi penelitian, Metode Penentuan Sampel, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis Data, dan Jadwal Kegiatan Penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini merupakan uraian penelitian mengenai Perlindungan Hukum Bagi Wisatawan Yang Mengalami Kecelakaan di Taman Nasional Gunung Merapi. BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi kesimpulan dan saran. 9