Kajian Dampak Pencemaran Terhadap Kualitas Lingkungan Perairan dan Struktur Komunitas Organisme Makrozoobenthos Di Muara Sungai Babon, Semarang

Transkripsi

1 Buletin Oseanografi Marina Oktober 211.vol Kajian Dampak Pencemaran Terhadap Kualitas Lingkungan Perairan dan truktur Komunitas Organisme Makrozoobenthos Di Muara ungai Babon, emarang Muh. Yusuf Jurusan Ilmu KelautanFPIK UNDIP, Kampus Tembalang emarang 52 Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan mengkaji: (1) kondisi kualitas lingkungan perairan, (2) struktur komunitas organisme makrozoobenthos di muara sungai Babon, emarang. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali ulangan, dengan interval 1415 hari. Penelitian dilaksanakan pada bulan April November 25, di muara sungai Babon, kecamatan Genuk, Kota emarang. Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisikakimia air menunjukkan bahwa beberapa parameter seperti padatan tersuspensi, oksigen terlarut, BOD5, COD, amonia, deterjen dan logam berat Cr + dan Cd telah melampaui Baku Mutu Air Laut. Nilai Indeks keanekaragaman jenis () berkisar dari rendah sampai sedang, yaitu antara, 2,27. edangkan Nilai indeks keseragaman jenis () berkisar dari rendah sampai tinggi, yaitu,,. Kata Kunci : kualitas perairan, struktur komunitas, makrozoobenthos Abstract The research was done to know: (1) the condition of waters quality, (2) community structure of macrozoobenthos of estuarine of Babon river of emarang. The research method is case study. ampling was done three times, with the time interval between days. The re research was done from April until November, 25 at estuarine of babon river, Genuk District, emarang City. Based on the result of measurement of physicalchemical paremeters showed that several parameter include : total suspended solid, oxygen, BOD5, COD, ammonia, deterjen, and heavy metal Cr + and Cd have passed over sea water quality standard. The diversity index () range from low to middle that is between, 2,27. Whereas the equatability indeks () range from low to high that is between,,. Key words : waters quality, community structure, macrozoobenthos Pendahuluan Perairan muara sungai Babon terletak di wilayah Kelurahan Trimulyo, Kecamatan Genuk, emarang. Perairan ini secara nyata telah menerima limbah yang berasal dari kegiatan industri yang berada di sekitar muara sungai Babon, dan limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga (domestik). Limbah yang berasal dari kegiatan industri secara fisik selain mengeluarkan bau yang tidak sedap juga menyebabkan air sungai menjadi berubah warna kemerahan atau kehitamhitaman, dan mengandung bahan beracun seperti deterjen, amonia dan logam berat. *)corresponding author Diterima/Received: Laboska_undip@yahoo.com Disetujui/Accepted:1211

2 Buletin Oseanografi Marina Oktober 211.vol Limbah kegiatan domestik dapat meningkatkan kandungan bahan organik, lemakminyak di dalam perairan serta bahan non organik yang sulit terdegradasi seperti sampah plastik. Menurunnya kualitas air dan berubahnya sifatsifat fisikakimia akibat pencemaran yang terjadi akan membahayakan bagi kehidupan organisme perairan terutama makrozoobenthos, karena sifat hidupnya yang relatif menetap di dasar perairan (Yusuf, 14). Perubahan terhadap struktur komunitas organisme perairan akibat pencemaran berdampak pula terhadap stabilitas ekosistem dimana organisme perairan itu tinggal. Menurut Hawkes (178), komunitas benthos dipengaruhi oleh 14 faktor fisikakimia perairan, 8 diantaranya termasuk penentu kriteria kualitas perairan yaitu kesadahan, ph, bahan beracun, oksigen terlarut, suhu, kekeruhan, nutrien dan padatan tersuspensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak pencemaran perairan terhadap: (1) kualitas perairan; (2) struktur komunitas organisme makrobenthos (kelimpahan individu, indeks keanekaragaman jenis (), keseragaman jenis (). Materi dan Metode Peneilitian Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di muara sungai Babon, dan secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Trimulyo, Kecamatan Genuk, Pemerintah Kota emarang, Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini telah dilaksanakan selama lebih kurang 8 (delapan) bulan, dengan lama waktu sampling di lapangan 1 bulan, terhitung mulai bulan April Nopember 25. Adapun jumlah stasiun penelitian sebanyak buah. ampling dilakukan sebanyak kali, interval antar sampling 1415 hari. Lokasi stasiun penelitian disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Lokasi tasiun Penelitian di Muara ungai Babon, Kel. Trimulyo, Kecamatan Genuk, Kota emarang, Propinsi Jawa Tengah. 28 Kajian Dampak Pencemaran Terhadap Kualitas Lingkungan Perairan dan truktur Komunitas

3 Buletin Oseanografi Marina Oktober 211.vol Materi dan Metode Materi atau bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa: sampel air, sampel makrozoobenthos, dan substrat (sedimen) dasar perairan yang diambil dari sejumlah stasiun penelitian. ampel air diambil secara langsung pada lapisan permukaan (kedalaman air < 1 m) dengan menggunakan botolbotol sampel. Organisme benthos dan sedimen diambil dengan alat Van Veen Grab ukuran 15 x 15 cm. ampel organisme makrobenthos yang terambil, dipisahkan dari lumpur (sedimen) dengan menggunakan saringan berdiameter 1, mm. ampel benthos selanjutnya diawetkan dengan larutan formalin 4 %, dan diberi pewarna rosebengale. elanjutnya dilakukan identifikasi di bawah mikroskop binokuler dengan menggunakan beberapa buku petunjuk identifikasi dari Dharma (1), Gosner (171), (Hutchings (184), Roberts et.al. (182), Oemarjati dan Wardhana (1). Analisis Data Hasil pengukuran ratarata untuk parameter fisikakimia perairan dibandingkan dengan Baku Mutu Air Laut untuk kepentingan kehidupan biota laut sesuai dengan urat Kep.Men. KLH, Nomor 2/MN.KLH/I/1. ampling organisme makrobenthos yang telah terambil, selanjutnya dilakukan perhitungan nilai indeks keanekaragaman jenis () dan keseragaman jenis () dengan mengguna perhitungan nilai indeks keanekaragaman jenis () dan keseragaman jenis () makrozoobenthos menggunakan acuan dari Odum (171), serta penilaian kriteria kualitas air berdasarkan nilai mengacu pada Wilhm (175), (Tabel 1). Tabel 1. Kriteria Kualitas Air Berdasarkan Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis ( ) hannon Wiener, dari Kelompok Organisme Makrobenthos. Indeks Keanekaragaman Jenis (), 4,5 2, <, 1, < 2, < 1, Kriteria (Kategori) Kualitas Air Pencemaran angat Ringan Pencemaran Ringan etengah Tercemar Tercemar Berat Hasil dan Pembahasan Penilaian Kualitas Perairan Berdasarkan Baku Mutu Air Laut. Nilai ratarata pengukuran kualitas perairan (fisika dan kimia) disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan 2 Kajian Dampak Pencemaran Terhadap Kualitas Lingkungan Perairan dan truktur Komunitas

4 Buletin Oseanografi Marina Oktober 211.vol Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa beberapa parameter ternyata telah melebihi baku mutu air laut yang ditetapkan oleh Pemerintah, yaitu: total padatan tersuspensi (T), oksigen terlarut, BOD 5, COD, amonia, deterjen, dan logam berat Cr + dan Cd. Tabel 2. Nilai Ratarata Kualitas Air yang Terukur Di Daerah Penelitian, Muara ungai Babon emarang. Parameter atuan tasiun Penelitian Baku Mutu Fisika : Temperatur Kedalaman Kecerahan Kekeruhan Kec. Arus T o C m m NTU m/d I II III IV V VI Air Laut yg diinginkan *) 2,8 1,22,4 1,14,7 2,5,,5 1,7,11 2, 2,8,47,1 1,41,12 14, 28,5,,25 1,4, ,5,,24 1,2, ,5,,7 1,,8 1, alami > 5 < 5 < 25 Kimia : alinitas ph DO BOD 5 COD NON NHN PO4P O4 Deterjen o / oo 18,7 8,4 2,4 4,4 1,7,22,4 2,1,1,21 24, 8,7 2,1,2 12,81,2,27 2,78,1,14,8 8,7 2, 5,18 27,2,5,1,5,,24 2, 7,7,,78 147,4,2,1 1,,7,25 2,8 8,7 2,8 4,4 15,72,51,2 1,81,7,2 2,8 8,17,2 5,4 181,,27,24 1,48,5,2 alami,5 8,5 > < 25 < 4 <, nihil Logam Cr + Cd,1,,,2,4,7,2,5,1 5,,2,1,4,2 Keterangan: *) Berdasarkan Baku Mutu Air Laut untuk Kehidupan Biota Laut (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 2/MN.KLH/I/1). Tingginya nilai T di stasiun I dan II yang telah melampaui baku mutu diduga karena di stasiun tersebut letaknya sangat dekat dengan sumber Kajian Dampak Pencemaran Terhadap Kualitas Lingkungan Perairan dan truktur Komunitas

5 Buletin Oseanografi Marina Oktober 211.vol pencemar yang membuang limbah ke sungai Babon, diantaranya pabrik bumbu masak, cold storage, penyamakan kulit, dan garment. Rendahnya kandungan oksigen terlarut di daerah penelitian terutama di stasiun I dan II, tingginya nilai BOD 5, COD, amonia, deterjen dan logam berat Cr +, Cd di hampir semua stasiun penelitian yang telah melebihi baku mutu air laut (Tabel 2) menunjukkan bahwa pencemaran yang terjadi di daerah penelitian sudah cukup berat/parah. Diduga pencemaran yang terjadi ini lebih disebabkan oleh keberadaan industri yang berada di sekitar muara Babon yang masih membuang limbah dari kegiatan operasinya ke sungai tersebut. Warna air yang kemerahan, kehitamhitaman dan bau air yang cukup menyengat dan menusuk hidung yang dijumpai pada saat sampling ke lapang serta didukung oleh penjelasan atau informasi yang diperoleh dari beberapa orang pembudidaya ikan (tambak) telah memperkuat dugaan hal tersebut. truktur Komunitas Makrozoobenthos a. Keanekaragaman dan Keseragaman Jenis Indeks keanekaragaman jenis () ratarata di setiap stasiun penelitian berkisar antara, 2,27 (Tabel ). Kisaran nilai indeks di daerah penelitian ini tergolong sangat rendah sampai dengan sedang (di bawah 1, dan diantara 2, 2,5). tasiun penelitian yang memiliki indeks di atas 2, hanya diketemukan di stasiun VI, sedangkan di stasiun yang lainnya di bawah 2,; dan bahkan di stasiun II indeks sangat rendah yaitu sebesar, dan di stasiun I adalah (tidak bisa dihitung). Rendahnya nilai indeks keanekaragaman jenis () di stasiun II dan tidak terukurnya indeks di stasiun I disebabkan oleh karena selama tiga kali periode sampling hanya diketemukan satu sampai tiga jenis organisme benthos, dan itu ada yang hanya diketemukan pada salah satu periode sampling selama penelitian berlangsung, dengan kelimpahan individu yang relatif rendah yaitu sebanyak /m 2 (Lampiran 1). Rendahnya nilai indeks tersebut (Tabel ), menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di daerah penelitian dianggap kurang atau tidak mampu mendukung bagi berlangsungnya kehidupan organisme perairan secara baik. Di stasiun I dan II nilai indeks jauh berada di bawah 2,, dan hal ini didukung oleh kondisi kualitas air di ke dua stasiun tersebut tergolong sangat buruk. Jika dikaitkan dengan parameter kualitas air yang secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan organisme makrobenthos seperti total padatan tersuspensi (T) dan kandungan amonia (NNH ), maka di ke dua stasiun tersebut ternyata nilai yang terukur lebih tinggi dibandingkan dengan stasiunstasiun yang lain (Tabel 2). 1 Kajian Dampak Pencemaran Terhadap Kualitas Lingkungan Perairan dan truktur Komunitas

6 Buletin Oseanografi Marina Oktober 211.vol Tabel. Jumlah Jenis (), Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis (), dan Nilai Keseragaman Jenis () Makrozoobentos di Daerah Penelitian, Muara ungai Babon emarang. tasiun Penelitian I Parameter Waktu Pengamatan (ampling) I II III Ratarata 1,, II 1,, 1,,, III 2,,1 1,7,8 1,7,,7 1,14,5 IV 5 1,55, 1,,4 2,,5,7 1,78,5 V 8 1,8,5 1,71,5 2,1,7 7,7 1,4, VI 2,1, ,8, 11 2,,1 1,7 2,27,1 Berdasarkan kriteria yang mengacu pendapat Wilhm (175) dan Yusuf (14), maka nilai indeks keanekaragaman jenis yang didapatkan di daerah penelitian yakni antara, 2,27 menunjukkan bahwa kualitas air di daerah penelitian termasuk kategori tercemar ringan hingga tercemar sangat berat. Kondisi kualitas lingkungan perairan yang termasuk kategori tercemar sangat berat adalah stasiun I dan II; tercemar sedang adalah di stasiun III, IV dan V; dan tercemar ringan adalah di stasiun VI. Faktorfaktor yang diduga ikut mempengaruhi kondisi kualitas air yang jelek adalah kecerahan air, total padatan tersuspensi (T), DO, BOD 5, 2 Kajian Dampak Pencemaran Terhadap Kualitas Lingkungan Perairan dan truktur Komunitas

7 Buletin Oseanografi Marina Oktober 211.vol COD, Amonia (NNH ), deterjen, dan unsur logam berat Cr + dan Cd. Nilai indeks keseragaman () ratarata di setiap stasiun penelitian berkisar antara,,. Nilai indeks pada masingmasing stasiun penelitian umumnya relatif masih tinggi yaitu mendekati 1, dan tidak fluktuatif yaitu berkisar antara,5,; kecuali di stasiun I dan II nilainya ekstrim rendah. Hal ini menunjukkan bahwa nilai keseragaman jenis () mendekati 1, (stasiun III, IV, V dan VI) berarti kelimpahan individu antar spesies pada masingmasing stasiun penelitian cenderung merata, dan kompetisi antar Kesimpulan: 1. Kondisi kualitas perairan di Muara ungai Babon ternyata telah tercemar karena nilai sejumlah parameter telah melampaui Baku Mutu. Parameter yang menyebabkan terjadinya pencemaran adalah: total padatan tersuspensi (T), oksigen terlarut, BOD 5, COD, amonia, deterjen, dan logam berat Cr + dan Cd. 2. Indeks keanekaragaman jenis () di daerah penelitian berkisar dari sangat rendah sampai dengan sedang. Nilai indeks kategori sedang hanya terdapat di stasiun VI, sedangkan yang rendah terdapat di stasiun III, IV, V, dan tergolong sangat rendah terdapat di stasiun I, dan II.. Jika dikaitkan dengan nilai indeks keanekaragaman jenis () yang didapat, maka kualitas air di daerah penelitian termasuk kategori tercemar ringan hingga tercemar sangat berat. Kategori tercemar sangat berat adalah stasiun I dan II; tercemar sedang adalah di stasiun III, IV dan V, dan tercemar ringan adalah di stasiun VI. jenis relatif kecil, dan produktivitas biologis relatif tinggi. Jika dilihat secara lebih cermat hasil perhitungan indeks sebagaimana terlihat pada Tabel 2, dapat dijelaskan bahwa pada umumnya terjadi kenaikan indeks keanekaragaman jenis () dari waktu ke waktu, dan kenaikan ini ternyata juga diikuti oleh kenaikan indeks keseragaman jenis (). Hal ini menunjukkan bahwa walau kondisi lingkungan perairan di daerah penelitian telah tercemar namun dari waktu ke waktu mengalami sedikit perbaikan, tekanan ekologis mulai berkurang, dan kompetisi antar jenis mulai menurun. Daftar Pustaka Dharma, B. 1. iput dan Kerang Indonesia (Indonesian hells). PT. arana Graha Jakarta. Gosner, K.L Guide to Identification of Marine stuarine Invertebrate. John Wiley and ons, Inc. Toronto. Hawkes, H.A Invertebrates as Indicator of River Water Quality. John Willey and ond, Toronto. Hutching, P An Illustrated Guide to The stuarine Polychaeta Worms of New outh Wales. The Australian Museum 8 College treet, ydney NW 2. Odum, H.T Fundamentals of cology. rd dition. Toppan Co. Ltd., Tokyo. Oemarjati, B. dan Wardhana (1). Taksonomi Avertebrata Kajian Dampak Pencemaran Terhadap Kualitas Lingkungan Perairan dan truktur Komunitas

8 Buletin Oseanografi Marina Oktober 211.vol (Pengantar Praktikum Laboratorium). UI Press Jakarta. Roberts, D.. oemodihardjo dan Wardhana Kastoro (182) hallow Water Marine Molluscs of NorthWest Java. LONLIPI Jakarta. Wilhm, J.L Biological Indicators of Pollution. in B.A. Whitton, ed. River cology, Blackwell cientific Publication, Oxford. Yusuf, Muh. 14. Dampak Pencemaran Terhadap Kualitas Lingkungan Perairan dan truktur Komunitas Hewan Makrobenthos di Pulau Tirangcawang emarang. Tesis 2, Program Pascasarjana IPB Bogor. 4 Kajian Dampak Pencemaran Terhadap Kualitas Lingkungan Perairan dan truktur Komunitas

9 Buletin Oseanografi Marina Oktober 211.vol Lampiran 1. Kelimpahan Individu Jenis Makrobenthos (ind/m 2 ) Di Daerah Penelitian Muara ungai Babon emarang No Genus tasiun I tasiun II tasiun III tasiun IV tasiun V tasiun VI Gastropoda Architeconica sp Bulla sp Cerithium Littorina sp Planaxis sp Pyramidella sp Pyrene sp Rhinoclavis sp Telescopium sp Bivalvia Anadara sp Asaphis sp Atrina sp Crassostrea sp Gafrarium sp Lithophaga sp Lutraria sp Mactra sp eptifer sp caphopoda Dentalium sp Polychaeta Arenicolida sp Capitella sp Lumbrinerreida sp Nerreis sp erpulida sp Crustacea cylla sp Jumlah Keterangan: 1, 2, = waktu pengambilan sampel 5 Kajian Dampak Pencemaran Terhadap Kualitas Lingkungan Perairan dan truktur Komunitas Organisme Makrozoobenthos Di Muara ungai Babon, emarang (Muh Yusuf)