BAB IV ANALISIS. inkubasi, inspirasi/iluminasi, penulisan, hingga evaluasi/revisi. Analisis ini dilakukan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS. inkubasi, inspirasi/iluminasi, penulisan, hingga evaluasi/revisi. Analisis ini dilakukan"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS A. Proses Kreatif Proses kreatif dapat dibagi menjadi lima tahapan antara lain prapenulisan, inkubasi, inspirasi/iluminasi, penulisan, hingga evaluasi/revisi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui proses kreatif Hanum Salsabiela Rais dalam penulisan novel 99 Cahaya di Langit Eropa. 1. Prapenulisan Pada tahap prapenulisan, pengarang dapat mengemukakan gagasan berdasarkan ide yang telah diolahnya. Adapun dua hal tersebut berpengaruh terhadap proses kreatif Hanum Salsabiela Rais antara lain pengaruh/saran dari orang lain dan pemunculan ide. a. Pengaruh/Saran Orang Lain Sebelum menulis novel 99 Cahaya di Langit Eropa, Hanum mendapatkan saran dari sang suami, Rangga Almahendra, agar menulis sebuah novel. Menurutnya, sang suami menyarankan dirinya untuk menulis agar dapat mengisi waktu luang. Apalagi, Hanum telah menghasilkan buku, sehingga kreativitasnya telah terbentuk dalam dunia kepenulisan. Hal ini telah dijelaskan dalam kutipan wawancara berikut. 38

2 39, sesampainya di Austria Hanum tidak banyak pekerjaan selain masak. Biasanya siang antar masakan ke kampus (Rangga). Beberapa waktu kemudian dapat hadiah ulang tahun. Maka ia tulis novel berjudul Menapak Jejak Amien Rais: Persembahan Seorang Putri untuk Ayah Tercinta sebagai rasa terima kasih. Novel ini mengisahkan tentang kedekatan Hanum dengan ayahnya. Di Indonesia sudah dijilid sebanyak kopi dan dicetak 2 kali. Kasih sayang ayah yang tampak dalam karakternya dapat membentuk karakter Hanum. Kemudian Rangga sarankan untuk menulis novel lagi. Hal ini dilakukan untuk mengisi waktu luang sekaligus berjalan-jalan. Maka ditulislah novel 99 Cahaya di Langit Eropa. (hasil wawancara Rangga pada 8 Agustus 2015). Pada awalnya Hanum tidak bisa mengikuti sang suami karena kesibukannya di TransTV. Namun karena mendapat nasihat dari sang ayah untuk memprioritaskan keluarga, Hanum memutuskan ikut sang suami. Sebagaimana disampaikan dalam hasil wawancara Rangga sebelum Hanum menulis novel 99 Cahaya di Langit Eropa berikut. Awalnya beliau (Hanum Salsabiela Rais) bekerja sebagai presenter TransTV selama dua tahun ( ). Pada saat itu ia (Rangga) mendapat beasiswa dari pemerintah Austria untuk kuliah S3 di WU Wina, Austria sedangkan Hanum menjalankan kariernya. Namun kemudian ia bingung karena harus menentukan pilihan antara ikut suami ke Austria atau tidak. Namun, ia mendapat nasihat dari ayahnya (Amien Rais) agar (1) harus mengikuti suami karena suami adalah prioritas dan (2) nasihat beliau tentang luasnya bumi Allah SWT yang harus dijelajahi (Hasil wawancara pada 8 Agustus 2015). Hanum menyatakan bahwa tujuan menulis adalah sebagai sarana berkreasi dan mengisi waktu luang. Hal ini dilakukan karena kemampuan Hanum sebagai jurnalis dan bakatnya dalam kepenulisan sehingga pengarang dapat menguasai kreativitas menulis. Hanum mampu mengolah kemampuan menulis secara ekspresif berdasarkan gejolak batin dan berseni meski dengan gaya catatan perjalanan. Kegiatan ini dilakukan agar tugasnya sebagai istri tidak hanya melayani suami dan mengurus tempat tinggal semata. Melainkan lebih fokus juga pada aktivitas untuk mengisi waktu luang agar hidupnya selama di Eropa tidak terbuang percuma.

3 40 Sebagaimana dalam hasil wawancara Hanum, ia menyatakan, Setelah hijrah ke Eropa menemani suami yang sedang menempuh S3, praktis saya tidak melakukan apa-apa selain menunggu suami pulang. Saya disarankan oleh Mas Rangga untuk menulis apa saja untuk mengisi waktu (Hasil wawancara pada 9 Juni 2015). Pekerjaan Hanum sewaktu menjadi wartawan di TransTV kembali dikembangkan dalam kepenulisan. Hal ini juga didukung oleh usul Rangga untuk menulis tentang apa saja sambil mengelilingi Eropa. Pegalaman jalan-jalan itu ditulis kembali dalam sebuah cacatan disertai eksplorasi. Eksplorasi itu diwujudkan dengan gaya kepenulisan yang menarik. Pembaca dapat menyelami kisah perjalanan yang ditulis Hanum berdasarkan kesan takjub yang dirasakannya. Ditambah dengan Rangga yang mengeksplorasi karya ini dengan tambahan berbagai fakta. Berdasarkan hasil wawancaranya, Rangga menyatakan, Maka Rangga dan Hanum membuat sebuah karya yang membuat pembaca mendapatkan hikmah dari perjalanan mereka (hasil wawancara pada 8 Agustus 2015). Kemampuan Hanum yang dapat mengeksplorasi kemampuan seni tulis, dirasa mampu memengaruhi batin pembaca. Menurutnya, bila pembaca menjadi tergugah dan terinspirasi maka lebih berharga. Hal itu melibatkan unsur pemuasan batin dalam bahasa dan gaya tulis. Hanum pernah menuturkan, ketertarikannya dengan kepenulisan memperkuat minatnya untuk memilih bidang jurnalistik. Sebelumnya, ia memilih Jurusan Dokter Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta karena pengaruh minat teman-temannya. Jurusan itu dianggap bergengsi sehingga memberikan daya tarik bagi teman-teman Hanum untuk memilih bidang itu. Sebagaimana dalam hasil wawancaranya, Hanum menyatakan, Sesungguhnya passion saya ada di dunia kepenulisan dan jurnalisme,

4 41 bukan jadi dokter gigi. Waktu itu mendaftar kuliah dokter gigi hanya ikut-ikutan teman dan untuk gengsi-gengsian (Hasil wawancara pada 9 Juni 2015). Selain ketertarikannya dengan kepenulisan, ketiadaan panutan di lingkungan keluarga sebagai dokter gigi menimbulkan daya tarik Hanum untuk memilih bidang jurnalistik. Di bidang ini, ia tunjukkan bakatnya dengan berkarir di TransTV sebelum menyusul Rangga ke Wina, Austria untuk studi S3. Selama di Eropa ia bekerja untuk proyek Video Podcast Executive Academy di WU Viena selama 2 tahun. Tahun 2010, ia memulai pengalamannya menjadi penulis buku karena telah menulis buku berjudul Menapak Jejak Amien Rais: Persembahan Seorang Putri Untuk Ayah Tercinta dan diterbitkan. Setelah itu, Hanum dan juga Rangga mulai menulis kisah perjalanan mereka ke dalam novel-novel yang berlatar Eropa seperti Berjalan di Atas Cahaya dan 99 Cahaya di Langit Eropa. Kini, Hanum Salsabiela Rais menjadi kontributor detik.com untuk wilayah Eropa dan sekitarnya Peran Rangga Almahendra sebagai pemberi ide perlu diperhitungkan. Kegiatan ini didukung pula oleh latar belakangnya sebagai dosen dan peneliti di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hal ini bertolak dari pengalamannya yang pernah menuliskan hasil penelitian sehingga ia bisa menyajikan fakta berdasarkan fenomena yang diamati. Sebagaimana ia menuturkan, Adanya passion dimana Hanum sebagai wartawan dan Rangga sebagai dosen yang dapat menjadi penulis. Keduanya mempunyai sinergi dalam membangun emosi dan pemaparan fakta (Hasil wawancara Rangga pada 8 Agustus 2015). Apa yang dikembangkan oleh Rangga dalam penulisan novel 99 Cahaya di Langit Eropa, mempunyai unsur fakta disertai referensi sejarah. Ia menyajikan fakta tentang hubungan historis antara Islam dengan

5 42 Eropa disertai pengamatannya tentang kehidupan sosial masyarakat Eropa. Hal itu membuktikan, Rangga dapat melibatkan diri dalam penulisan novel ini. Kemampuannya juga didukung oleh kreativitas Hanum yang menyukai tulis-menulis sejak kecil. b. Ide Awal penciptaan novel ini adalah saat Hanum mengikuti suaminya ke Wina untuk studi doktoral di Universitas Wina selama kurang lebih tiga tahun. Hanum mengikuti sang suami sejak tahun Hanum dalam wawancara tanggal 9 Juni 2015, mengatakan bahwa ia menulis novel ini karena adanya ketertarikan dengan kondisi keagamaan di Eropa yang berbeda dengan Indonesia. Hal itu juga didukung oleh kesadaran intelektual akan kondisi umat yang mengalami perang pemikiran. Situasi keagaman sebagian besar masyarakat Eropa cenderung sekuler sehingga Islam menjadi minoritas. Berbeda dengan situasi dan kondisi keagamaan masyarakat Indonesia yang cenderung bebas dan terbuka karena kuatnya toleransi beragama. Sebagaimana dalam hasil wawancaranya, ia menyatakan, Situasi di Eropa yang cenderung atheis justru membuat saya semakin jatuh cinta dengan Islam (hasil wawancara Hanum pada 9 Juni 2015). Apa yang diungkapkan Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa merupakan ungkapan ekspresi dari kisah perjalanan untuk mengungkap jejak-jejak Islam yang ada di Eropa. Ide dituliskan berdasarkan pengalaman pengarang dalam setiap kisah perjalanan. Selain dakwah dan menceritakan kisah perjalanan, cerita ini juga mempunyai muatan sastra dalam narasi dan gaya kepenulisan. Sebagaimana dalam pernyataan Rangga berikut.

6 43 Maka Rangga dan Hanum membuat sebuah karya yang membuat pembaca mendapatkan hikmah dari perjalanan mereka. Kalau novel mempunyai kekuatan narasi dan memiliki daya seni. Misalnya Andrea Hirata yang menulis secara puitis. Namun kalau Hanum menulis dengan gaya tulisan yang sederhana tetapi harus dapat membangun emosi. Maka novel ini juga mempunyai muatan emosi (Hasil wawancara pada 8 Agustus 2015). Seni berbahasa yang dipola secara menarik, dituliskan agar memberikan karakter atau kesan bagi pembacanya. Penulisan sederhana ini juga dimaksudkan agar pembaca dapat memahami maksud yang disampaikan Hanum dan Rangga. Dengan penulisannya yang menyentuh jiwa, maka pembaca akan mudah menyerap maksud pengarang. Sebagaimana menurut Sumardjo (2001: 58) bahwa bercerita adalah seni. Namun secara praktis, gaya bahasa ini digunakan ketika Hanum dan Rangga berinteraksi dengan orang-orang Eropa selama tiga tahun tinggal di sana. Selama menikmati perjalanan, Hanum menemukan beberapa hal menarik yang dapat memengaruhi proses penemuan ide. Menurut Rangga Almahendra dalam hasil wawancara pada 8 Agustus 2015, tujuan penulisan novel ini adalah sebagai realisasi untuk mewujudkan cita-cita menjadi agen muslim yang baik. Tambahan, dalam hasil wawancaranya, Hanum menyatakan, Bagi saya yang lebih penting adalah, bagaimana makna sebuah perjalanan harus bisa membawa pelakunya naik derajat yang lebih tinggi, baik horizon ilmu maupun perspektif kemanusiaannya, meninggikan keimanan dan ketaqwaanya pada Allah SWT. Buku ini memaparkan dan merefleksikan ini semua (Hasil wawancara Hanum di situs Berdasarkan proses penemuan ide, Hanum dan Rangga menemukan nilai-nilai kesempurnaan Islam sesuai judul bukunya. Seperti judulnya, angka 99 pada novel 99 Cahaya di Langit Eropa merupakan wujud kesempurnaan dalam Asmaul Husna. Sebagaimana yang diyakini, nilai-nilai Islam yang hakiki

7 44 adalah mengajarkan kedamaian dan kasih sayang. Menurutnya, letak kesempurnaan terletak pada ajarannya sebagai pembawa kedamaian atau rahmatan lil alamin. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat Eropa di masa lalu dapat menerima Islam karena disampaikan dengan cara damai. Bukti penerimaan Islam yang ada di Eropa tampak pada lukisan, arsitektur, produk budaya, ilmu pengetahuan, dan kehidupan sosial yang memiliki unsur Islam. Sebagaimana dalam hasil wawancara dengan Rangga, ia menyatakan, Judul ini terinspirasi dari kalimat Asma ul Husna sebagai implementasi kebebasan berpendapat tentang Islam yang sebenarnya. Apa yang disampaikan dari buku ini menjelaskan tentang kebesaran Tuhan yang ada di Eropa (Hasil wawancara pada 8 Agustus 2015). Rangga Almahendra juga menambahkan, bahwa nilai-nilai Islam mengandung ajaran kedamaian. Sebagaimana dalam hasil wawancara dengan Rangga, ia mengatakan, Islam sebenarnya mengajarkan cinta damai di mana jika dihitung secara kalkulasi adalah sebesar 99 persen. Sisanya 0,001 persen adalah kekerasan (hasil wawancara pada 8 Agustus 2015). Kenyataan ini membuktikan bahwa Islam mengajarkan kebaikan dalam setiap syiarnya agar dakwahnya bisa diterima. Namun untuk mencegah serangan musuh Islam, mereka harus bisa mempertahankan kehormatan Islam dengan semangat jihad. Tetapi, tujuan itu mulai dirusak oleh orang-orang yang jiwanya telah ternodai hawa nafsu. Menurut Hanum, pemikiran mereka telah dipengaruhi oleh pemberitaan media Barat yang mendiskreditkan Islam. Ada faktor kebencian yang sudah dipendam oleh orang-orang yang tidak menyukai eksistensi Islam di Eropa. Hal ini disampaikan dalam prolog novel 99 Cahaya di

8 45 Langit Eropa oleh Hanum dan Rangga tentang buruknya citra Islam akibat pengaruh faktor eksternal. Eropa dan Islam. Mereka pernah menjadi pasangan serasi. Kini hubungan keduanya mengalami pasang surut prasangka dengan berbagai dinamikanya. Berbagai kejadian sejak 10 tahun terakhir misalnya pengeboman Madrid dan London, menyusul serangan teroris 11 September di Amerika, kontroversi kartun Nabi Muhammad, dan film Fitna di Belanda menyebabkan hubungan dunia Islam dan Eropa mengalami ketegangan yang cukup serius (Rais dan Almahendra 2014: 4). Selain itu juga ada perasaan tidak menyenangkan akibat hasutan orang-orang atau kelompok-kelompok tertentu yang memengaruhi buruknya citra Islam. Mereka inilah yang menjadi faktor keretakan hubungan dunia Islam dengan Eropa. Hanum pernah menyatakan dalam kutipan novel ini, Saya merasakan ada manusia-manusia yang dari kedua pihak yang terus bekerja untuk memperburuk hubungan keduanya. Luka dan dendam akibat ratusan tahun Perang Salib yang rupanya masih membekas sampai hari ini (Rais dan Almahendra 2014: 4). Kondisi umat Islam yang kurang peka terhadap ilmu pengetahuan dan lemahnya kaum muslim dalam merespon isu dapat menjadi pengendapan inspirasi penulisan. Hanum ingin agar umat Islam semakin mencintai agamanya sendiri supaya syiar Islam semakin meluas dan mempunyai kekuatan. Sebagaimana dalam kutipan prolog novel 99 Cahaya di Langit Eropa berikut. Dunia Islam saat ini sudah mulai memalingkan muka dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin jauh dari akar yang membuatnya bersinar lebih dari tahun yang lalu. Kemudian ketika ada negara yang melarang pemakaian jilbab, pembangunan minaret, atau seorang yang mengolok-olok Islam dengan membuat video Fitna, kita hanya bisa berteriakteriak di depan kedutaan negara mereka sambil membakar bendera. Hanya itu. Ini yang coba saya refleksikan dalam catatan perjalanan ini.saya mencoba mengumpulkan kembali sisa kebesaran peradaban Islam yang kini terserak.

9 46 Dan saya justru menemukan jejak-jejak peninggalan tersebut selama menempuh perjalanan menjelajah Eropa (Rais dan Almahendra 2014: 6). Fenomena yang disampaikan pengarang di atas, semakin gencar disuarakan orangorang yang membenci Islam, menjadikan Islam dipandang negatif bagi siapapun. Namun, umat Islam kurang memiliki kemampuan untuk menghadapi pelaku islamfobia (pembenci dakwah Islam). Kondisi ini yang menimbulkan rasa kecewa bagi Rangga sehingga ingin membuktikan Islam yang sebenarnya dalam novel ini. Sebagaimana dalam hasil wawancara, ia menyatakan, Novel ini ditulis karena adanya fenomena islamfobia, padahal Islam itu indah (hasil wawancara Rangga pada 8 Agustus 2015). Apa yang disampaikan di atas merupakan hasil perenungan Hanum dan Rangga selama perjalanan. Bahkan apa yang terjadi terhadap umat Islam di zaman modern ini, menguji kepekaannya untuk membuktikan Islam yang sebenarnya. Hanum, dalam hasil wawancara pada 9 Juni 2015, ingin membuktikan the moderate voice of Islam (membuktikan Islam yang sebenarnya) kepada seluruh pembaca, termasuk umat Islam. Hal ini dapat dibuktikan oleh pendapat Rangga dalam hasil wawancaranya berikut. Maka ditulislah novel 99 Cahaya di Langit Eropa sebagai implementasi dakwah sekaligus menyuarakan pendapat mereka tentang Islam yang sebenarnya (the moderate voice of Islam). Seringkali media Barat mengidentikan Islam dengan kekerasan seperti contohnya adanya aksi terorisme. Bahkan masyarakat Indonesia yang muslim, diantaranya ada yang menjadi islamfobia (Hasil wawancara pada 8 Agustus 2015). Apa yang disampaikan di atas, membuktikan bahwa kisah perjalanan juga bisa dilukiskan dalam bentuk novel. Berbagai peristiwa yang terjadi, dapat memengaruhi

10 47 pemikiran pengarang. Berbagai ide, pandangan, dan perspektif dapat memengaruhi proses penciptaannya yang selanjutnya membentuk gagasan penulisan. 2. Inkubasi Proses inkubasi yaitu bagaimana pengarang menyimpan idenya agar dapat diingat kembali sebelum dituang ke dalam karya tulis. Apa yang dialami Hanum dan Rangga selama di Eropa, membuatnya perlu merefleksikan kejadian-kejadian yang pernah dialami. Mereka menemukan berbagai hal menarik yang diyakini dapat menggugah emosi dan daya intelektual. Semua itu dideskripsikan dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa. Hanum pernah bertemu dengan orang-orang yang dianggap mempunyai pengetahuan dan terkait dengan dunia Islam di Eropa, terutama dari segi sejarah seperti Fatma, Marion, Sergio, dan Luiz. Hanum juga dibantu oleh Rangga saat akan menuliskan dalam novel. Rangga lebih banyak membantu Hanum dari segi intelektual seperti sejarah maupun kehidupan sosial. Berdasarkan proses pembuatannya, Hanum memberi pernyataan dalam dialognya di KompasTV tahun Lumayan panjang dan harus cepat. Jadi waktu itu, begitu saya mau pulang, baru menulis tentang perjalanan saya ini. Jadi, perjalanan selama tiga tahun ini saya rangkum dalam waktu kurang lebih empat bulan. Saya menulis dibantu oleh suami saya. Jadi, dalam penulisan ini saya harus mengingat-ingat kembali serpihan-serpihan bagaimana saya punya fase-fase berteman, bagaimana interaksi dengan mereka. Itu yang bisa saya tebarkan atau sharing kepada pembaca, sehingga ketika mereka akan ke Eropa, sudah tahu bagaimana menghadapi hal tersebut (Hasil wawancara di KompasTV tahun 2012). Proses penulisan yang dilakukan selama empat bulan, dihabiskan Hanum dengan mengumpulkan berbagai data dan mengingat kembali pengalaman yang didapat.

11 48 Pengalaman itu sebagian besar didapat dari hasil interaksi dengan beberapa orang yang ada di Eropa. Pernyataan yang disampaikan mereka dan bagaimana perilaku sosial masyarakat Eropa dapat diceritakan kembali dalam novel saat akan pulang ke Indonesia. Hanum dan Rangga ingin merefleksikan kembali kisah perjalanan selama tiga tahun di Eropa. Ide-ide tersebut sebagian berdasarkan keterangan dan referensi yang didapat saat melakukan perjalanan di Eropa. Data-data tentang kejadian menarik yang terhimpun dalam kisah perjalanan, dikumpulkan kembali. Data-data itu berisi tentang kehidupan sosial masyarakat Eropa hingga sejarah Islam di sana. Menurut Hanum, hasil interaksi dengan orang-orang Eropa dapat dikembangkan kembali dalam karya tulisnya. Berdasarkan hal ini Hanum menuturkan, Saya menuliskannya dalam bahasa ringan dan sederhana berdasarkan interaksi saya dengan banyak orang Eropa dari berbagai lini yang pernah saya temui selama 3 tahun tinggal di Eropa (Hasil wawancara di situs Tanggapan dari beberapa warga Eropa yang ditemui, Hanum kumpulkan dalam catatan. Catatan-catatan itu berisi tanggapan dan argumen mereka, selanjutnya ia tuliskan ulang sebagai data untuk bisa mengingat kembali ide-ide yang didapat. Salah satu contoh interaksi dapat diketahui pada tokoh-tokoh yang merupakan refleksi dari teman perjalanan Hanum dan Rangga selama melakukan perjalanan. Contohnya pada tokoh Fatma dan Marion dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa. Mereka mempunyai referensi yang menarik seputar sejarah Islam di Eropa. Berdasarkan hal ini, Hanum menyatakan, Marion dan Fatma banyak mempunyai informasi tentang sejarah Islam di Eropa (Hasil wawancara pada tanggal 9 Juni

12 ). Hanum mendapatkan hasil wawancara berdasarkan interaksi dengan Marion dan Fatma. Marion yang merupakan peneliti bidang sejarah Islam Abad Pertengahan lulusan Universitas Sorbonne Paris, mempunyai pengetahuan yang luas tentang sejarah Islam di Perancis. Marion juga merupakan seorang mualaf (orang non-islam yang baru masuk ke dalam agama Islam) sehingga dapat memaparkan fakta sejarah Islam di Eropa secara mendalam. Hasil interaksi ini dijadikan data oleh Rangga disertai berbagai tambahan referensi. Maka, Marionlah yang dapat menginspirasi Hanum untuk menulis tentang sejarah Islam di Perancis. Fatma, ia merupakan seorang ibu rumah tangga asal Turki, yang berdomisili di Wina. Selain berdomisili, ia juga pencari kerja namun sulit mendapatkannya karena masalah jilbab. Akhirnya ia memilih ikut kursus bahasa Jerman sebagai alternatif untuk diterima di suatu perusahaan yang membolehkan penggunaan simbol agama namun harus menguasai bahasa Jerman. Saat kursus itulah ia mengenal Hanum. Sikap gigih Fatma yang membuat Hanum tertarik berteman dengan dirinya. Fatma yang mempunyai pengetahuan luas tentang sejarah penaklukkan Turki Utsmani di Wina, dijadikan data sebagai inspirasi untuk mengumpulkan ide.iajuga dapat menjelaskan tentang latar belakang stigma negatif masyarakat Eropa terhadap Islam. Selain mereka, juga terdapat Sergio dan Gomez. Pertemuan pertama dimulai dengan Gomez, ia merupakan warga Spanyol yang mengaku merupakan keturunan Muslim dari kakek buyutnya. Hal ini mengindikasikan bahwa Islam pernah tegak di Spanyol sejak awal penaklukkannya yaitu 750 tahun. Selain itu, Sergio, seorang pemandu wisata yang menawarkan jasa perjalanan mengelilingi area Mezquita

13 50 (masjid yang berubah menjadi gereja di Spanyol). Sergio merupakan pria tua yang sudah lama bekerja sebagai agen pejalanan wisata bagi para turis. Ia banyak menceritakan sejarah Islam di Cordoba serta pengaruhnya. Sergio juga mengungkapkan kekecewaan terhadap ekspansi pasukan Kristen dari Iberia (daratan di sekitar Spanyol) yang menguasai Spanyol dengan kekerasan. Hasil interaksi dengan mereka dituangkan sebagai ide penulisan novel 99 Cahaya di Langit Eropa. Mereka dapat menjadi inspirasi dan pengetahuan menarik tentang sejarah kekhalifahan Islam di Spanyol. Rangga juga menyatakan tentang proses penyimpanan ide. Berdasarkan hal ini ia menyatakan, Untuk mengingat kembali ide-ide mereka, biasanya dilakukan dengan banyak membaca berbagai karya seperti buku, dan lain-lain. Mereka juga mencatat hal-hal menarik (Hasil wawancara Rangga pada 8 Agustus 2015). Kisah perjalanan Hanum selama tiga tahun di Eropa disusun kembali sebagai data sebelum ditulis dalam novel. Rangga kemudian mencari referensi yang mendukung fakta berdasarkan pemaparan Hanum. Mulai dari sejarah, nilai-nilai sosial, hingga aspek kemanusiaan yang dihimpun dalam data, dihubungkan dengan berbagai referensi seperti buku dan artikel. Semuanya berkenaan dengan sejarah kemunculan dan perkembangan Islam di Eropa. Hal-hal itu mampu membantu memberi tambahan refernsi terhadap berbagai fenomena yang berkaitan dengan hubungan historis antara Islam dengan Eropa.

14 51 3. Inspirasi/Iluminasi Inspirasi/Iluminasi merupakan tahapan ketika pengarang mendapatkan gagasan yang muncul secara tiba-tiba. Agar ide-ide Hanum dan Rangga dapat ditulis kembali, mereka perlu merefleksikan kembali perjalanan di Eropa. Cara-cara itu dapat dilakukan dengan membaca, menulis, beriskusi, dan lain-lain. Setelah itu, muncul dorongan batin untuk mengeluarkan gagasan atau ide yang menurut Hanum dan Rangga ideal untuk dituliskan. Ide itu sudah bisa dirasakan dan dipahami dengan jelas. Pengarang dapat mewujudkan ide tersebut. Wujud ide itu cenderung kepada penemuan nilai-nilai Islam yang ingin pengarang ungkapkan kepada pembaca. Sebagaimana dalam pernyataan Hanum berikut. Kondisi keberagamaan di Eropa sangat berbeda dengan di indonesia yang mayoritas muslim. Namun yang membuat heran adalah ternyata Islam pernah sangat berjaya di Eropa. Dibuktikan dengan banyaknya peninggalan situssitus besar Islam di banyak negara Eropa, seperti tertulis dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa (Hasil wawancara pada 9 Juni 2015). Munculnya ide penulisan ini akan memunculkan gagasan nyata sebelum dapat dikembangkan dalam karya tulis. Sebelumnya, ide-ide tentang kisah perjalanan yang telah dihimpun menjadi data, memberikan sebuah gagasan menarik untuk dikembangkan dalam tulisan. Perjalanan yang mereka rasakan bukan sekedar jalanjalan biasa untuk mendapatkan kesenangan semata, namun untuk mendapatkan pemahaman tentang Islam. Sebagaimana dalam pernyataan Hanum dalam novelnya, Akhir dari perjalanan selama 3 tahun di Eropa justru mengantarkan saya pada pencarian makna dan tujuan hidup. Mengantarkan saya pada sumber kebenaran abadi sumber kebenaran abadi yang Mahasempurna (Rais dan Almahendra, 2014: 9). Hanum dan Rangga merasa telah menemukan nilai-nilai yang diyakini dapat

15 52 menggugah iman. Kisah perjalanan ini dijadikan Hanum dan Rangga sebagai inspirasi untuk dakwah. Sebagaimana dalam pernyataan Hanum, Saya ingin berdakwah melalui novel ini (Hasil wawancara pada 9 Juni 2015). Hal ini juga ditambah dengan kekaguman pengarang terhadap peradaban Islam yang kini sulit dilacak. Sebagaimana hal itu, Hanum mengungkapkan, Situasi di Eropa yang cenderung atheis justru membuat saya semakin jatuh cinta dengan Islam (Hasil wawancara pada 9 Juni 2015). Kondisi ini yang kemudian menjadi daya tarik bagi pengarang terhadap peradaban modern Eropa dan Islam yang pada masa lalu pernah bersatu. Hal ini menimbulkan perasaan kagum bagi pengarang terhadap hubungan kedua peradaban tersebut. Ketertarikan pengarang dengan sejarah hubungan kedua peradaban tersebut menjadi inspirasi untuk mengembangkan karya tulis. Setelah idenya didapat dan telah ditransformasi dalam pikiran, selanjutnya dikembangkan menjadi karya tulis. Ide yang didapat kemudian disimpan dan dihimpun sebagai data. Hanum dan Rangga harus menghabiskan waktu selama empat bulan untuk bisa menghimpun data dan menuliskannya kembali dalam bentuk kerangka tulisan sebelum ditulis dalam buku. Sebagaimana dinyatakan Hanum ketika ia mengingat idenya kembali, Dengan terlebih dahulu membuat kerangka berfikir, yang kemudian dikembangkan menjadi cerita (hasil wawancara pada 9 Juni 2015). Setelah dikembangkan dalam sebuah konsep, kemudian diseleksi untuk menemukan bagian yang menurut mereka sesuai dengan ide penulisan sebelum dituliskan. Mereka harus mencatat ide-ide dalam daftar atau catatan sebagai data atau

16 53 bahan tulisan untuk penyederhanaan. Pengumpulan ide-ide tersebut juga disertai dengan tambahan referensi seperti buku dan artikel untuk dapat membantu menjelaskan ilham yang telah mereka dapatkan. Selain mencatat dan membaca, Hanum juga mengumpulkan data berupa foto. Hanum mengumpulkan foto-foto itu sebagai data untuk memberikan gambaran konkret tentang tempat-tempat yang telah dikunjungi. Ide yang telah ditemukan selanjutnya ditulis dalam novel. Hanum dan Rangga telah melalui proses pengendapan ide untuk penyesuaian. Ide yang didapat direfleksikan kembali menjadi data yang didapat dari kisah perjalanannya. Berdasarkan pernyataan Hanum dalam buku 99 Cahaya di Langit Eropa, ia ingin segera mengungkapkan kisah perjalanan ini kepada pembaca sebagaimana dalam pernyataannya,,tapi kita masih bisa menyelamatkan kenangan perjalanan kita dalam sebuah buku. Kita harus menulis. Bukan hanya untuk kita, tapi juga membaginya untuk yang lain (Rais dan Almahendra 2014: 410). Kenangan yang ditulis kembali dilakukan sebagai refleksi terhadap nilai-nilai yang telah didapatkan. Hanum dan Rangga mendeskripsikan kembali isi buku ini sebagai catatan perjalanan tentang sejarah peninggalan Islam di Eropa. Menurut mereka, berkuasanya Islam di Eropa pada masa lalu telah meninggalkan sisa-sisa peradaban Islam yang pernah disampaikan dengan cara damai. Sebagaimana dalam pernyataannya sebagai berikut. Buku ini adalah catatan perjalanan atas sebuah pencarian Pencarian saya telah mengantarkan saya pada daftar-daftar tempat-tempat ziarah baru di Eropa yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Tapi dengan mengunjungi tempat-tempat tersebut, saya jadi semakin mengenal identitas

17 54 agama saya sendiri. Membuat saya makin jatuh cinta dengan Islam (Rais dan Almahendra 2014: 3-4). Misi pencarian untuk menemukan nilai-nilai Islam membuat pengarang ingin mengulang kembali kisah perjalanan. Ide-ide itu dikembangkan dan dieksplorasi secara mendalam. Berbagai hal seperti nilai-nilai keikhlasan, kasih sayang, sinergisitas antara agama dengan pengetahuan, sosial, politik, dan sejarah dapat dibuktikan dengan berbagai peninggalan yang dijelaskan dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa. Gagasan tantang permasalahan dunia Islam dan keinginan untuk menggambarkan dunia Islam yang sesungguhnya, menjadi inspirasi Hanum dan Rangga. Hanum meyakini bahwa kondisi dunia Islam yang semakin penuh dengan ujian, mendorongnya memengaruhi pembaca agar dapat mencintai Islam. Ia tidak ingin pembaca semakin menjauh dari nilai-nilai Islam. Gagasan yang telah terhimpun dari kisah perjalanan dan dikumpulkan dalam data-data, diungkapkan kembali sebagai refleksi atas pemahaman terhadap nilai Islam yang sebenarnya. Ide-ide itu telah diketahui oleh pikiran-pikiran rasional mereka. Hal itu dilakukan setelah melalui proses pengendapan ide. Gagasan ini telah menemukan bentuknya yang ideal, yaitu telah tampak bentuk ide yang sesuai untuk dikembangkan dan mudah ditulis. Gagasan ini munculnya tiba-tiba, sehingga pengarang harus secepatnya mengeluarkan agar tidak mudah tertinggal atau hilang. Pengalaman-pengalaman menarik yang didapat dari perjalanan mereka harus secepatnya dikeluarkan. Hal ini disebabkan oleh dorongan naluriah untuk secepatnya menuliskan karya. Hanum yang dianggap mempunyai

18 55 talenta atau bakat dalam menulis, dapat menyampaikan dengan mudah isi pikiran dalam olahan kreatif dan estetis. Hal ini dibarengi oleh Rangga yang merupakan seorang dosen dan bisa menyumbangkan pemikiran intelektualnya. Sebagaimana dikatakan Rangga, ia menyatakan, Rangga dan Hanum mempunyai hubungan saling melengkapi. Namun mereka berbeda gaya penulisan karena Hanum lebih kuat pada emosi dan perasaan sedangkan Rangga lebih kuat pada unsur fakta (Hasil wawancara pada 8 Agustus 2015). Kedua pengarang ini dapat membangun sinergi dan kerjasama yang baik untuk bisa menelurkan pemikiran mereka. Hanum bisa mengolah gaya bahasa semenarik mungkin sehingga daya emosi dan perasaan bisa memberikan penghayatan bagi pembaca. Pengarang bisa segera menuliskannya dalam novel. Baginya, semakin pembaca memahami ceritanya maka semakin baik. Hal ini dapat dibuktikan dari olahan bahasa sederhana namun penuh dengan daya ekspresi agar pembaca dapat menghayati dan memaknai setiap kisah perjalanan mereka. Pengarang ingin pembaca menemukan nilai-nilai Islam agar semakin mencintai agamanya. Dari situlah, pengarang dapat membangun emosi pembaca melalui deskripsi sejarah dari setiap artefak dan simbol-simbol Islam yang ditemui. 4. Penulisan Pengarang telah menemukan gagasan yang sesuai dengan tujuan penulisan novel. Gagasan itu selanjutnya ditulis dalam catatan. Hal ini dilakukan sebagai sarana penuangan gagasan berdasarkan hasil dari proses iluminasi. Pada proses itu, pengarang harus menulis kembali setelah menemukan ide yang tepat. Namun, agar

19 56 tersusun secara sistematis, diperlukan beberapa pola teknis untuk dapat menghasilkan tulisan yang menarik. Adapun struktur penulisan yang digunakan Hanum dan Rangga dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa adalah sebagai berikut. a. Pengawalan Novel Secara Menarik Pemilihan awal cerita dimulai dari judul. Judul cerita merupakan nama sebuah buku atau karangan yang dapat menyiratkan secara singkat isi atau maksud si pengarang. Judul karya ini adalah 99 Cahaya di Langit Eropa yang menyiratkan tentang beberapa nuansa Islam yang terdapat di Eropa melalui berbagai simbol, artefak, maupun nilai-nilai yang diterapkan. Angka 99 pada judul novel ini merupakan simbol penting bagi umat Islam karena melukiskan nilai-nilai kesempurnaan Islam yang terdapat dalam asmaul husna. Sebagaimana judul ini, hubungannya dengan isi novel adalah keterkaitan nilai-nilai Islam dengan eksistensinya di Eropa. Berdasarkan pengalaman sejarah, simbol-simbol Islam yang ada di Eropa tersebut merupakan simbol penerimaan masyarakat Eropa terhadap dakwah Islam. Sebagaimana tertera dalam kutipan novel ini, Hanum menyatakan, Perjalanan saya menjelajah Eropa adalah sebuah pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan Islam di benua ini. Vienna, Paris, Madrid, Cordoba, Granada, dan Istanbul masuk dalam manifest perjalanan saya selama menjelajahi Eropa (Rais dan Almahendra 2014: 8). Selanjutnya, penggambaran disampaikan dalam bagian overture atau nada awal. Penamaan ini didasarkan pada ketertarikan pengarang terhadap musik. Pengawalan cerita dimulai dari kisah penaklukkan oleh Turki yang dipimpin oleh

20 57 Mustafa Kara Pasha saat akan menaklukkan Eropa Barat. Namun, karena jumlah pasukan Austria lebih banyak, ditambah datangnya pasukan bantuan dari Jerman dan Polandia, membuat Turki akhirnya kalah. Hal itu berpengaruh terhadap renggangnya hubungan Islam dengan Eropa. Kisah ini menjadi pemilihan awal cerita perjalanan Hanum di Eropa, yaitu Austria. Penceritaan dimulai dari Bukit Kahlenberg sebagai tempat kalahnya pasukan Islam yang diwakili Turki terhadap pasukan Austria, Jerman, dan Polandia. Penceritaan itu menjadi menarik untuk menggambarkan awal ketegangan hubungan antara Islam dengan Eropa. Sebagaimana dibuktikan dalam pernyataan Fatma yang memperkuat sentimen Eropa terhadap Islam dalam novel berikut. Aku perlu memberitahumu sedikit sejarah, Hanum.Turki negaraku, pernah hampir menaklukkan Eropa Barat. Sekitar 300 tahun lalu, Pasukan Turki yang sudah mengepung kota Wina akhirnya dipukul mundur oleh gabungan Jerman dan Polandia dari atas bukit ini. Islam Ottoman Turki kemudian kalah terdesak ke arah Timur. Jadi, bisa saja turis itu benar. Roti croissant memang simbol kekalahan Turki saat itu (Rais dan Almahendra, 2014: 42). Pengawalan cerita yang dimulai dari pengaruh penaklukkan Turki terhadap Eropa dan kemudian perjalanan Hanum serta Rangga mengelilingi Eropa, dapat menjadi bahan menarik untuk ditulis di bagian awal cerita. Pada bagian novel ini, juga dijelaskan latar belakang penulisannya. Hanum memberikan pernyataannya di awal novel ini dengan menyatakan, Buku ini adalah catatan perjalann saya atas sebuah pencarian (Rais dan Almahendra, 2014: 3). Pernyataan ini membuktikan bahwa awal penulisan novel ini adalah perjalanan mereka mengelilingi Eropa untuk menyelami misteri kejayaan Islam di Eropa, yang menyebabkan bangsa itu menjadi maju seperti sekarang.

21 58 b. Pengolahan Bahasa yang dapat Memikat Pembaca Pengarang dapat mengolah gaya bahasa untuk memikat hati pembaca. Novel ini ditulis berdasarkan penggunaan bahasa yang pernah dipelajari sewaktu berada di dunia jurnalistik. Selain itu, pengarang juga mampu memanfaatkan seni bercerita dengan pembentukan narasi. Retorika ini digunakan untuk dapat menyentuh emosi pembaca. Hal ini dilakukan agar pembaca dapat menyelami makna dari sebuah perjalanan yang diyakini mereka sebagai realisasi mewujudkan rasa cinta terhadap Islam. Kemampuan bahasa ini memainkan peran penting dalam teknik kepenulisan novel 99 Cahaya di Langit Eropa. Pengarang perlu menguasai ketepatan pengungkapan, keefektifan struktur kalimat, penggunaan bahasa kiasan yang menarik, dan menguasai objek pembicaraan. Sebagaimana tertera dalam salah satu isi novel ini yang mengandung unsur diksi seperti dijelaskan, Dia begitu ringan memahami agamanya tanpa menyulitkan dirinya sendiri. Jelas, tidak semua orang muslim mempunyai pandangan sama, bahwa mereka boleh memasuki tempat ibadah umat agama lain. Tapi bagi Fatma, semua itu berpulang pada niat dalam hati. Niat saat itu tentu untuk mencari perlindungan diri dari serangan hawa dingin (Rais dan Almahendra, 2014: 36). Ungkapan pujian Hanum terhadap Fatma dalam menghadapi musim dingin, memberi titik tolak dalam membentuk gaya bahasa sebagai sanjungan terhadap sikap Fatma. Seperti kata, dia begitu ringan memahami agamanya memberikan satu makna bahwa si tokoh Fatma dianggap mengagumkan karena ia tidak ingin sebuah permasalahan dibesar-besarkan. Seperti ketika merasakan menggigilnya tubuh akibat musim dingin, mereka memilih berlindung di tempat yang

22 59 hangat bahkan di gereja sekalipun. Hal ini dikarenakan tidak ada tempat lain yang bisa menghangatkan tubuh selain gereja. Namun, Hanum memberi penegasan dalam kalimat berikutnya bahwa setiap tindakan tergantung pada niat. Jadi, dari gaya bahasa tersebut Hanum ingin menunjukkan kekaguman terhadap Fatma dalam hal kecerdasannya. c. Pemilihan Gaya Bahasa disertai Diksi yang Tepat Pengarang memilih gaya bahasa yang sesuai dengan kebutuhannya dalam menulis novel ini. Cara pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas, yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pengarang, merupakan pola yang dapat membentuk gaya bahasa. Gaya bahasa yang dipakai pengarang juga sesuai dengan daya ekspresi yang terefleksi dari realita. Gaya kepengarangan Hanum dapat dibuktikan melalui aspek pemilihan kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Pengarang menggunakan gaya bahasa sederhana disertai muatan ekspresi. Penggunaan gaya bahasa dalam novel ini hampir sebagian besar dipengaruhi oleh ekspresi pengarang. Beberapa hal yang menonjol adalah penggunaan gaya bahasa metafora sebagai pembanding terhadap dua hal yang berbeda keadaan. Terdapat beberapa contoh isi dalam novel ini yang menggunakan gaya metafora, di antaranya berikut. 1. Ungkapan Hanum terhadap sikap bijak Fatma dalam menghadapi hinaan dari para turis di Bukit Kahlenberg. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut. Cara berfikirku tak mampu menggapai cara berfikir seorang perempuan, ibu rumah tangga, yang tak mengenyam pendidikan terlalu tinggi bernama Fatma. Emosi dan perasaan tersinggung terkadang terlalu kelam dalam diri.

23 60 Menutupi cara berfikir untuk membalas dendam dengan cara luar biasa elok, elegan, dan jauh lebih berwibawa daripada sekedar membalas dengan perkataan atau sikap antipasti (Rais dan Almahendra, 2014: 46). Ungkapan ini dideskripsikan saat Hanum menemani Fatma ketika berada di sebuah kafe di Kahlenberg. Namun, hinaan turis yang merendahkan Turki membuat Fatma harus mengambil sikap bijak dengan membayar semua makanan turis itu. Kesabaran dan ketulusan Fatma membuat Hanum merasa kagum. Kekaguman ini digambarkan tokoh Hanum atassikap bijak Fatma. Sosok Fatma yang ditemui saat di Austria memberikan nilai tersendiri bagi pengarang karena sikapnya yang melampaui ibu rumah tangga pada umumnya. Kejadian ini memunculkan inspirasi bagi Hanum untuk mengekspresikan berbagai kejadian yang dialami. Hal ini juga terdapat pada bagian lain yang melukiskan suatu kejadian secara sederhana dan dapat menyentuh batin pembaca karena daya retorik dari Hanum. 2. Keikhlasan yang dibuktikan oleh sang pemilik Restoran Der Wiener Deewan. Hanum menyatakan dalam kutipan novelnya, Dia mempromosikan ajaran Islam tentang ikhlas bukan dengan ucapan yang hanya berhenti di mulut. Dia menggelarnya menjadi sebuah kedai makanan sumber kerelaan antara penjual dan pembeli (Rais dan Almahendra, 2014: 59). Bukti yang diberikan oleh pemilik restoran, Natalie Deewan, ditunjukkan dengan adanya restoran yang mengaplikasikan nilai-nilai Islam seperti keikhlasan. Hanum lantas mengekspresikan kekagumannya terhadap penerapan nilai keikhlasan yang jarang ditemui di Eropa.

24 61 3. Ungkapan Hanum saat mendeskripsikan lukisan Maria Antoinete saat berkunjung ke Istana Schoenbrunn. Dalam kutipan novel ini, Hanum menjelaskan, Si pelukis makin menambah kedigdayaan Maria dengan sengaja menyoroti wajah Maria dengan cahaya matahari yang bersinar melalui jendela, sementara wajah suaminya redup tak tersentuh sinar matahari (Rais dan Almahendra, 2014: 66). Ungkapan dengan kata kedigdayaan yang dihubungkan dengan sebab wajah Maria yang disoroti cahaya matahari, memberikan satu simpulan bagi Hanum bahwa cahaya merupakan simbol kegagahan dan keperkasaan. d. Pemilihan Imaji untuk Menghidupkan Cerita Pengarang memilih kesan-kesan yang dapat dihidupkan kembali dengan melakukan konkretisasi citraan. Hal-hal menarik dalam pengisahan itu melibatkan unsur panca indera dan perasaan. Citraan ini melibatkan imaji yang merupakan daya bayang pengarang untuk menggambarkan atau mewujudkan sesuatu dalam anganangan (pikiran) secara cermat dalam hidup (Kasnadi dan Sutedjo, 2008: 217). Imaji di sini merupakan gambaran pengalaman indera yang disampaikan dengan menggunakan bahasa. Salah satu contoh kutipan ini dapat memberikan deskripsi tentang pengamatan Hanum terhadap lukisan bunda Maria yang terdapat tulisan Arab sebagai berikut. Aku mengucek-ucek mata. Cahaya redup yang menyinari lukisan membuat bayang-bayang kepalaku menggelapkan lukisan. Kumiringkan kepalaku ke kanan dan ke kiri, mengecek penjelasan Marion tentang inkripsi Arab di tepi kerudung Maria. Kuteliti lagi setiap jengkal kerudung yang mengitari wajah Maria. Dari bawah ke tengah, ke kanan, dan ke kiri, lalu ke atas. Bayi Yesus digambar itu tampak meremas bagian bawah kerudung Maria. Coretan-coretan di kerudung itu memang tidak jelas, tapi aku yakin jika diperhatikan benar-benar, goresan itu berbentuk tulisan Arab. Aku benar-benar

25 62 menyerah. Marion tersenyum penuh misteri kepadaku (Rais dan Almahendra, 2014: 165). Pengarang memberikan deskripsi tentang sebuah lukisan berdasarkan citraan yang dapat merangsang indera pembaca. Kata-kata seperti mengucek-ucek mata, kuteliti, cahaya redup, coretan-coretan, diperhatikan, dan goresan memberikan citraan penglihatan sehingga pembaca seakan digiring untuk melihat secara langsung terhadap objek yang dilihat. Kemudian kata kumiringkan dan tersenyum memberikan imaji gerakan sehingga pembaca dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh tokoh Hanum dan Marion. e. Pemilihan Aliran dan Tema yang Mengena Pemilihan aliran sebuah cerita dipengaruhi oleh penentuan tema yang digunakan (Kasnadi dan Sutedjo, 2008: 221). Tema didasarkan pada keinginan pengarang untuk mengangkat persoalan kehidupan yang diilhami oleh pengalaman hidup. Tema yang diangkat berkaitan dengan sejarah dunia Islam di Eropa. Persoalanpersoalan itu dijelaskan kembali oleh pengarang melalui kisah perjalanan. Petualangan mereka dilakukan dengan menemukan peninggalan sejarah Islam di Eropa untuk membuktikan hubungan yang harmonis sejak dahulu di antara kedua peradaban tersebut. Hal itu dilakukan sebagai respon terhadap realita yang menyangkut kerenggangan di antara hubungan Islam dengan Eropa. Sebagaimana tertera dalam bagian awal novel ini disebutkan, Perjalanan saya menjelajah Eropa adalah pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan Islam di benua ini (Rais dan Almahendra, 2014: 8).

26 63 Setelah permasalahan tersebut ditentukan, kemudian terbentuklah aliran cerita. Kemudian cerita ini mengarah pada pelukisan kejadian yang diamati pengarang. Pengarang melukiskan manusia dan lingkungan sebagai refleksi terhadap fenomena atau realita dalam kenyataan sosial. Berdasarkan permasalahan tersebut, digunakanlah aliran realisme dalam novel ini. Menurut Hartoko dan Rahmanto (1986: 114), realisme merupakan bentuk penceritaan yang merefleksikan kenyataan dan kebenaran. Hal ini tercermin dalam kutipan sebuah novel 99 Cahaya di Langit Eropa seperti pernyataan Hanum, Di Indonesia kami tak perlu susah payah minta izin Shalat Jumat, memakai jilbab, atau cuti haji dan umrah. Tapi di Austria, segalanya berbeda. Hal-hal sepele jika tidak ditanggapi dengan bijak bisa memercikkan konflik (Rais dan Almahendra, 2014: 205). Apa yang dilihat pengarang merupakan hasil pengamatannya terhadap realitas masyarakat Eropa dan dunia Islam. Simbol dan aktivitas keagamaan yang ada di Eropa tidak mendapat akses. Realita inilah yang perlu dilukiskan pengarang untuk menggambarkan kondisi umat Islam di Eropa. Realita itu digambarkan sesuai kenyataan untuk menggambarkan situasi keagaman di Eropa. f. Pemilihan Sudut Pandang Pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama yang bersifat empatif, yaitu dapat melibatkan emosi dan peran ke dalam diri pembaca. Sudut pandang ini dapat memengaruhi daya bayang pembaca sehingga mereka dapat menghayati isinya. Pengarang dapat terlibat secara langsung dalam setiap kejadian di dalam novel ini. Penggunaan seperti kata aku dapat berpengaruh secara langsung terhadap imaji pembaca. Kekaguman tokoh Hanum terhadap pengetahuan sejarah

27 64 Marion yang mampu menjelaskan pengaruh Islam dengan Eropa melalui artefak dan simbol-simbol dalam novel ini, dijelaskan dengan pernyataan, Tiba-tiba aku merasa begitu mencintai sejarah karena ternyata dia bisa menyimpan begitu banyak tekateki (Rais dan Almahendra, 2014: 171). Kata aku di atas dapat memengaruhi daya bayang pembaca untuk mengikuti apa yang dilakukan pengarang. g. Pemilihan Seting Pemilihan tempat yang ada dalam novel ini sesuai dengan apa yang dialami. Hal ini dilakukan untuk menceritakan pengalaman yang telah dirasakan pengarang. Pemilihan setting ini adalah negeri Eropa karena sebagian besar isi cerita adalah negeri Eropa. Perjalanan dimulai dari Wina (Austria), Paris (Perancis), Cordoba dan Granada (Spanyol), dan Istanbul (Turki). Tempat-tempat di Eropa itu memenuhi sebagian besar isi novel dan inilah yang tepat untuk menggambarkan latar perjalanan yang dialami pengarang secara langsung. Sebagaimana pernyataan pengarang dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa, disebutkan, Sebagai pendatang baru, aku bertekad untuk menghabiskan waktuku dengan berjalan-jalan mengelilingi kota Wina sambil menunggu panggilan kerja di kampus Rangga (Rais dam Almahendra 2014: 20-21). Latar kota Wina, Austria menjadi latar penceritaan yang sesuai dengan pengalaman Hanum dalam menikmati perjalanan. h. Penciptaan Karakter yang Memikat Penggambaran tokoh di sini harus sesuai dengan karakterisasi tokoh dan kehidupannya. Tokoh-tokoh dalam novel ini sesuai dengan kisah nyata yang pernah ditemui pengarang. Pengarang perlu menghidupkan kembali karakter baik melalui

28 65 sifat maupun dialognya. Sebagaimana dinyatakan dalam isi novel ini disebutkan, Fatma yang tak bersekolah tinggi ini ternyata mempunyai kecermatan yang tinggi. Meski muslimah sejati, ternyata dia tahu banyak model dan tipe gereja di Eropa. Termasuk mengapa gereja dibangun dengan gaya khusus (Rais dam Almahendra 2014: 37-38). Penggambaran sifat Fatma yang mampu menjelaskan tentang jenisjenis gereja, membuktikan bahwa ia mempunyai pengetahuan yang luas. Hal ini membuktikan bahwa pemilihan tokoh Fatma tepat untuk membangun narasi dan penokohan dalam novel ini. i. Penentuan Efek Tegang dalam Sebuah Cerita Hanum dan Rangga membuat kisah perjalanan yang mempunyai ciri berbeda dari beberapa buku catatan perjalanan. Cerita ini mengandung unsur konflik yang menjadi pembangun narasi. Ketegangan ini dibuat berdasarkan guncangan batin pengarang terhadap para tokoh yang mengalami suatu kondisi tertentu. Beberapa awal permulaan konflik dalam novel ini antara lain: 1) Konflik batin Hanum berhadapan dengan para turis yang menghina bangsa Turki saat makan di kafe sekitar bukit Kahlenberg. Sikap mereka kemudian dibalas Fatma dengan membayar semua pesanan mereka (Rais dan Almahendra, 2014: 38-40), 2) Konflik batin Hanum karena Fatma pergi dari Wina tanpa kabar akibat kematian anaknya, Aise (Rais dan Almahendra, 2014: 106), 3) Kondisi batin yang dialami Rangga ketika berhadapan dengan beberapa kolega di Wina karena berbeda pandangan dalam masalah budaya. Hal itu dibuktikan oleh

29 66 pelarangan mereka kepada Rangga dan Khan untuk meletakkan bekal di mikrowave dan kulkas, meskipun milik kampus (Rais dan Almahendra, 2014: 206), dan 4) Masalah agama ketika Rangga berhadapan dengan Stefan yang ateis karena selalu mempertanyakan masalah ketuhanan (Rais dan Almahendra, 2014: ). Beberapa konflik di atas dapat memberikan unsur konflik yang dapat membangun emosi pembaca. j. Pemilihan Konflik Cerita Kejadian-kejadian menarik dalam kisah perjalanannya, dapat diolah sebagai bahan cerita dalam novel ini. Semua efek yang diakibatkan oleh tegangan sikap antar para tokoh menjadikan hal ini sebagai faktor pembangun konflik. Seperti sikap kesabaran Hanum dan Fatma dalam menghadapi situasi di Eropa yang penuh tantangan. Konflik itu kemudian diolah semenarik mungkin untuk dapat membangun kesan tegang terhadap situasi yang dialami pengarang. Contohnya terdapat pada sebuah dialog antara Fatma dengan pelayan saat akan membayar pesanan untuk para turis yang telah merendahkan bangsa Turki saat berada di Bukit Kahlenberg sebagai balasan atas perlakuan mereka. Contoh kutipan ini disebutkan, Aku yakin tagihan mereka tak lebih dari 15 Euro. Kalau sisa, itu untuk tipmu. Kalau kurang, suruh mereka bayar kekurangannya saja. Oh ya, berikan pesan ini untuk mereka kalau kami sudah pergi, ujar Fatma sambil menyerahkan kertas. Pelayan itu mendengarkan baikbaik permintaan Fatma (Rais dan Almahendra, 2014: 41). Penghinaan para turis terhadap bangsa Turki dengan menyamakannya pada roti croissant sambil memakan

30 67 dengan rakus sebagai simbol membalas serangan mereka, memunculkan respon Fatma dengan membayar pesanan para turis itu. Hal ini membuktikan bahwa sebuah keburukan bisa dibalas dengan cara bijak sebagaimana yang ingin pengarang sampaikan. k. Pengakhiran Konflik Cerita Kejutan yang dapat dibangun adalah tentang bagaimana bagian akhir dari sebuah konflik cerita. Berbagai konflik yang terjadi dalam setiap kisah perjalanan mereka menjadikan hal itu menarik dari sisi narasi. Pengarang memberikan akhiran cerita berupa ekspresi Fatma saat mendapat balasan dari para pelancong yang melecehkan Turki sewaktu berada di Kahlenberg dan ditunjukkan kepada Hanum (Rais dan Almahendra, 2014: ). Hal itu dilakukan seorang turis tersebut sebagai ungkapan maaf karena melecehkan Turki dengan memakan roti croissant sambil berkata, Kalau kalian mau mengolok-olok Muslim, begini caranya! (Rais dan Almahendra, 2014: 38-39). Hal itu dilakukan dengan memakan roti croissant secara rakus sebagai simbol pembalasan terhadap bangsa Turki. Namun di bagian akhir cerita, para pelancong itu menyatakan perasaan menyesal dan meminta maaf karena saat itu Fatma juga mengirimkan pesan yang tertulis, Hi, I am Fatma, a Muslim from Turkey (Hai, nama saya Fatma, seorang Muslim asal Turki) (Rais dan Almahendra, 2014: 46) yang menegaskan kemarahan wanita asal Turki tersebut. l. Penggunaan Alur Cerita Alur yang digunakan dalam novel ini sebagian besar bersifat maju. Hal ini ditunjukkan melalui urutan peristiwa yang dialami Hanum dan Rangga bersifat

31 68 kronologis karena selaras dari bagian per bagian. Hal ini membentuk urutan kejadian dari sejak pengarang berada di Wina, yang merupakan tempat pertama saat tinggal di Eropa, hingga menyelesaikan perjalanan mereka selama tiga tahun dan berakhir di Istanbul (Turki). Alur-alur cerita mengikuti kisah perjalanan Hanum dari Wina (Austria), Paris (Perancis), Cordoba dan Granada (Spanyol), hingga Istanbul (Turki). m. Penciptaan Suasana Cerita Suasana haru dan kagum mewarnai setiap kisah perjalanan tokoh Hanum dan Rangga selama tiga tahun di Eropa. Perjalanan yang mereka alami menjadi pengalaman menarik sebagai kekaguman terhadap aspek historis antara Islam dengan Eropa. Suasana di Eropa selama perjalanan inilah, dipolakan semenarik mungkin dengan pendeskripsian berbagai tempat dan situasi dalam penulisan novel 99 Cahaya di Langit Eropa. n. Penulisan Akhir Cerita Cerita diakhiri pengarang dengan suasana menyenangkan (happy ending). Pada bagian ini, pengarang memilih bagian yang tepat sebagai akhiran untuk novelnya. Bagian akhir dituliskan dengan Epilog sebagai akhir cerita Hanum dan Rangga mengelilingi beberapa negara di Eropa. Hanum juga menambahkan, kisah perjalanan ini membuatnya merasa kembali di titik nol yang disebut sebagai Adventurum ad Initio (sebuah pengembaraan akhir menuju awal). Bagian ini menceritakan Hanum saat beribadah haji. Awalnya aku tidak memedulikan isi surat edaran itu, namun entah kenapa malam itu aku tak bisa tidur. Tadinya surat itu tak kupedulikan atau kuremehkan begitu saja. Namun malam itu, surat itu kembali hadir seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang yang dijalani pengarang. Faktor sosio-budaya, ideologi dan pembaca

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang yang dijalani pengarang. Faktor sosio-budaya, ideologi dan pembaca BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran karya sastra di tengah masyarakat tidak lahir dari kekosongan budaya (Teeuw, 1984:11), melainkan ada unsur kesinambungan tradisi sepanjang yang dijalani pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengekspresikan pikiran, gagasan maupun perasaannya sendiri tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel ini pun tercatat sebagai novel best seller islami di Indonesia. Ikatan Penerbit

BAB I PENDAHULUAN. Novel ini pun tercatat sebagai novel best seller islami di Indonesia. Ikatan Penerbit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Novel 99 Cahaya di Langit Eropa merupakan novel fenomenal karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Sejak penerbitan perdananya pada tanggal 27 Juli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituliskan, seperti menceritakan cerita yang bersifat imajinasi, dongeng, dan cerita

BAB I PENDAHULUAN. dituliskan, seperti menceritakan cerita yang bersifat imajinasi, dongeng, dan cerita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sebuah karya sastra, pengarang memberikan berbagai tipe cerita yang dituliskan, seperti menceritakan cerita yang bersifat imajinasi, dongeng, dan cerita fakta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sastra sebagai produk sosial tertentu, kedua teori dalam kaitannya dengan. sastra sebagai hakikat imajinasi dan kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. dengan sastra sebagai produk sosial tertentu, kedua teori dalam kaitannya dengan. sastra sebagai hakikat imajinasi dan kreativitas. BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Ratna (2010:11) karya sastra merupakan bagian integral kebudayaan, penerapan teori dilakukan melalui dua tahapan, pertama teori dalam kaitannya dengan sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning.

BAB I PENDAHULUAN. Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning. Vehaar (1999: 14) mengemukakan bahwa semantik (Inggris: semantics) berarti teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesusastraan Indonesia boleh merasa lega dengan kehadiran kebijakan baru yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada awal tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini menghasilkan gambaran-gambaran konsep peninggalanpeninggalan Islam di Eropa sesuai dengan film. Film dengan tema jejak peninggalan Islam telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terjadi peningkatan pada komunikasi antarbudaya (Sihabudin, 2013 : 2-3).

BAB I PENDAHULUAN. dan terjadi peningkatan pada komunikasi antarbudaya (Sihabudin, 2013 : 2-3). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Perjalanan dari satu negara ke negara lainnya, maupun perjalanan antar benua banyak dilakukan.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan baik dalam segala hal (Maulana dkk, 2008: 363). Optimis juga berarti memiliki pengharapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2 1. Bacalah kutipan cepen berikut! Pagi hari ini adalah hari pertama di Kota Yogyakarta buat seorang Revanda. Dia dan keluarganya

Lebih terperinci

BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI PENGARANG DAN ISI NOVEL 99 CAHAYA DILANGIT EROPA

BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI PENGARANG DAN ISI NOVEL 99 CAHAYA DILANGIT EROPA BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI PENGARANG DAN ISI NOVEL 99 CAHAYA DILANGIT EROPA A. Biografi Singkat Penulis 1. Hanum Salsabiela Rais a. Keluarga Hanum Salsabiela Rais adalah putri kedua dari Prof Dr.

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 1. Bacalah dengan seksama penggalan novel berikut! SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 Ketika pulang, pikirannya melayang membayangkan kejadian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra merupakan sebuah ciptaan yang disampaikan secara komunikatif untuk tujuan estetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wanita adalah makhluk perasa, sosok yang sensitif dari segi perasaan, mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wanita adalah makhluk perasa, sosok yang sensitif dari segi perasaan, mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita adalah makhluk perasa, sosok yang sensitif dari segi perasaan, mudah tersentuh hatinya, dan mudah memikirkan hal-hal kecil. Dalam kenyataan, wanita cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

KARAKTER RELIGIUS PADA FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA

KARAKTER RELIGIUS PADA FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARAKTER RELIGIUS PADA FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA (Analisis Isi Penokohan Pemeran Utama Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan cerminan keadaan sosial masyarakat yang dialami pengarang, yang diungkapkan kembali melalui perasaannya ke dalam sebuah tulisan. Dalam tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil karya seseorang baik lisan maupun tulisan jika mengandung unsur estetik maka akan banyak disukai oleh semua kalangan. Di era globalisasi seperti saat ini, banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan

I. PENDAHULUAN. terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan pengungkapan dari pragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang) dan terjadi konflik-konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni, sebagai karya seni yang mengandung unsur estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

KARAKTER RELIGIUS PADA FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA

KARAKTER RELIGIUS PADA FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARAKTER RELIGIUS PADA FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA (Analisis Isi Penokohan Pemeran Utama Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

CHARLES KUMAR. Fakir Sang Pencari

CHARLES KUMAR. Fakir Sang Pencari CHARLES KUMAR Fakir Sang Pencari My Love my Shakti, my Manura Laxmi, this novel is for you and our children Prisha Vajra Valli And Ganadhakshya Kabir Valli 2 Aku laksana seekor anjing yang menunggu tuan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 www.juraganles.com I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang paling benar! 1. Bacalah penggalan pidato berikut! Hadirin yang

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi, tokoh Muhammadiyah,

BAB IV PENUTUP. Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi, tokoh Muhammadiyah, BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Novel biografi Menapak Jejak Amien Rais Persembahan Seorang Putri Untuk Ayah Tercinta mengisahkan perjalanan hidup seorang Amien Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai potret kehidupan masyarakat dapat dinikmati,

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai potret kehidupan masyarakat dapat dinikmati, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra sebagai potret kehidupan masyarakat dapat dinikmati, dipahami, dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebuah karya sastra tercipta karena adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis

BAB I PENDAHULUAN. Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis cerita anak-anak sekaligus penulis novel wanita terkenal dari negara Jepang yang bernama Tsuboi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan tentang teori psikologi penyakit skizofrenia yang akan saya gunakan untuk membuat analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi cipta, rasa, dan karsa manusia tentang kehidupan. Refleksi cipta artinya karya sastra merupakan hasil penciptaan yang berisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu berbahasa. Menurut Tarigan (1986:3), menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB III GAGASAN BERKARYA BAB III GAGASAN BERKARYA 3.1 Tafsiran Tema Karya untuk Tugas Akhir ini mempunyai tema besar Ibu, Kamu dan Jarak. Sebuah karya yang sangat personal dan dilatar belakangi dari pengalaman personal saya. Tema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai oleh siswa. Sekilas kompetensi menulis itu tampak mudah tapi jika diteliti lebih dalam lagi kompentensi

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN INSTAGRAM @PuisiLangit SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari, Veronica Melinda Nurhidayati Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai bentuk aspirasi, apresiasi, dan pandangannya terhadap suatu peristiwa dan perasaan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang perjuangan seorang perempuan yang ingin memperjuangkan perempuan lain, agar mendapatkan haknya. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

Analisis Cerpen Kartu Pos dari Surga

Analisis Cerpen Kartu Pos dari Surga Analisis Cerpen Kartu Pos dari Surga A. Unsur Interensik 1. Tema Tema cerpen Kartu Pos dari Surga adalah kepercayaan seseorang yang menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Ulasan Tema Tema

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi alur maju serta hubungan kausalitas yang erat. Hal ini terlihat pada peristiwaperistiwa yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi (Luxemburg, 1984: 1). Sastra, tidak seperti halnya ilmu kimia atau sejarah, tidaklah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

LEGEND OF THE BATTLING PRINCESS

LEGEND OF THE BATTLING PRINCESS AUDREY LEMAN LEGEND OF THE BATTLING PRINCESS Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com LEGEND OF THE BATTLING PRINCESS Oleh: Audrey Leman Copyright 2017 by Audrey Leman Penerbit Audrey Leman audreyleman03@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Komentar Kyai terkait munculnya komik berbahasa Indonesia yang menghina Rasulullah SAW di internet baru-baru ini?

Komentar Kyai terkait munculnya komik berbahasa Indonesia yang menghina Rasulullah SAW di internet baru-baru ini? {mosimage}kh Syukron Ma mun Ketua Umum Ittihadul Muballighin Munculnya komik berbahasa Indonesia di situs di internet baru-baru ini benar-benar telah memancing kemarahan umat Islam di Indonesia. Komik

Lebih terperinci

Moral Akhir Hidup Manusia

Moral Akhir Hidup Manusia Modul ke: 07Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik Moral Akhir Hidup Manusia Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Program Studi Psikologi Bagian Isi TINJAUAN MORAL KRISTIANI AKHIR HIDUP MANUSIA (HUKUMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berkarya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berkarya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkarya Tuhan, iman, agama, dan kepercayaan pada saat sekarang ini kembali menjadi satu hal yang penting dan menarik untuk diangkat dalam dunia seni rupa, dibandingkan

Lebih terperinci

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24 Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/2014 11:41:24 2 Buku BI 3 (12 des).indd 2 16/12/2014 11:41:25 Bintang berkunjung ke rumah Tante Menik, adik ibunya. Tante Menik seorang wartawati. Rumah Tante Menik kecil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Menurut Moeliono (2002:701) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Selanjutnya Menurut Moenir (2001:16) kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang jika

Lebih terperinci

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

SINOPSIS. Universitas Darma Persada SINOPSIS Watanabe Toru adalah seorang pria berusia 37 tahun yang sedang menaiki pesawat Boeing 737 menuju ke bandara Hamburg, Jerman. Sesampainya di bandara, dia mendengar suara lantunan instrumentalia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

Cat Steven, Masuk Islam Saat di Puncak Ketenaran

Cat Steven, Masuk Islam Saat di Puncak Ketenaran Cat Steven, Masuk Islam Saat di Puncak Ketenaran Popularitas dan kekayaan tidak menjamin seseorang hidup bahagia. Cat Steven, bintang pop era tahun 70-an, yang kemudian dikenal dengan nama Yusuf Islam,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan hingga pembahasan, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Gaya Kata (Diksi) Pada naskah film Kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah rekaan, sebagai terjemahan fiksi secara etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. Dalam novel baik pengarang

Lebih terperinci