HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DAN KECENDERUNGAN MELINDUNGI HARGA DIRI PADA SISWA DI SMA NEGERI 1 PIYUNGAN SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DAN KECENDERUNGAN MELINDUNGI HARGA DIRI PADA SISWA DI SMA NEGERI 1 PIYUNGAN SKRIPSI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DAN KECENDERUNGAN MELINDUNGI HARGA DIRI PADA SISWA DI SMA NEGERI 1 PIYUNGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Gisela Winda Permatasari NIM PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2014 i

2

3

4

5 MOTTO If you judge people, you have no time to love them (Mother Teresa) See with the other eyes, hear with the other ears, feel with the other heart (Alfred Adler) At the end of life we will not be judge by how many diplomas we have received, how much much money we have made, how many great things we have done. We will be judged by I was hungry, and you gave me something to eat, I was naked and you clothed me. I was homeless, and you took me in (Mother Teresa) Human bigest enemy is their own brain (Writer) v

6 PERSEMBAHAN Karya kecil ini penulis persembahkan untuk: Tuhan Yang Maha Esa yang telah membimbing, memberkati, dan menyertai kehidupan penulis selama ini Papa, Mama, dan Adik yang selalu memberikan semangat, dukungan, doa, cinta dan kasih sayang vi

7 HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DAN KECENDERUNGAN MELINDUNGI HARGA DIRI PADA SISWA DI SMA NEGERI 1 PIYUNGAN Oleh Gisela Winda Permatasari NIM ABSTRAK Penelitian ini berdasarkan pada banyaknya perilaku agresi yang dilakukan oleh remaja. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji hubungan antara berbagai gaya hidup terhadap kecenderungan melindungi harga diri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Subjek pada penelitian ini yaitu populasi siswa kelas X dengan jumlah siswa sebanyak 128 orang. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama digunakan untuk mengungkap kecenderungan melindungi harga diri dan bagian kedua digunakan untuk mengungkap tipe gaya hidup siswa. Uji validitas untuk kedua alat ukur menggunakan expert judgment dan uji reliabilitas dengan menggunakan koefisien alpha cronbach dan diperoleh nilai untuk kuesioner gaya hidup sebesar 0,827, dengan demikian alat ukur ini dikatakan baik. Untuk kuesioner kecenderungan melindungi harga diri diperoleh nilai alpha cronbach sebesar 0,832 dan alat ukur ini dikatakan baik. Analisis data untuk penelitian ini menggunakan analisis crosstab. Hasil dari penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya hidup tipe dominan-berkuasa terhadap kecenderungan melindungi harga diri ( = 34,876, p=0,000); Terdapat hubungan yang signifikan antara gaya hidup tipe bersandar dengan kecenderungan melindungi harga diri ( =35,958, p=0,000); Terdapat hubungan yang signifikan antara gaya hidup tipe menjauh terhadap kecenderungan melindungi harga diri ( =55,013, p=0,000); dan terdapat hubungan yang signifikan antara gaya hidup tipe bermanfaat terhadap kecenderungan melindungi harga diri ( =14,480, p=0,006). Implikasi dari penelitian ini adalah guru BK mampu memberikan layanan bimbingan klasikal ataupun konseling kelompok kepada siswa. Layanan yang diberikan oleh guru BK disarankan memperhatikan berbagai indikator perilaku pada berbagai tipe gaya hidup dan berbagai indikator perilaku pada kecenderungan melindungi harga diri untuk mencegah perilaku-perilaku kecenderungan melindungi harga diri yang negatif. Kata kunci: gaya hidup, kecenderungan melindungi harga diri, remaja vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia yang diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DAN KECENDERUNGAN MELINDUNGI HARGA DIRI PADA SISWA DI SMA NEGERI 1 PIYUNGAN dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi. 3. Dr. Rita Eka Izzaty, M. Si. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan memberi semangat kepada penulis selama proses penyusunan skripsi. 4. Ibu Fatimah dan Ibu Romy yang telah membantu dan membimbing penulis selama penelitian di lapangan. 5. Papa, mama, dan adikku yang memberikan dorongan semangat dan doa yang tak pernah putus. 6. Riza Hardiani dan Bunga Mahayu Sukma, teman seperjuangan, teman bertukar pikiran, dan saling memberikan semangat satu sama lain dalam pengerjaan skripsi. 7. Chandra Dewa Nata, atas semangat, pengertian, doa, dan dukungannya selama proses penyusunan skripsi. 8. Sahabatku Aya, Iris, Ata, Sely, Citra, Mitta, dan anak-anak kost Mrican 10 atas dukungan, semangat, canda dan tawa selama ini. viii

9

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO. HALAMAN PERSEMBAHAN. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN... hal i ii iii iv v vi vii viii x xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah. 5 C. Pembatasan Masalah. 6 D. Rumusan Masalah. 6 E. Tujuan Penelitian.. 6 F. Manfaat Penelitian... 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Psikologi Individual Alfred Adler Gaya Hidup (Style of Life) Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri B. Hubungan antara Gaya Hidup dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri dalam Layanan Bimbingan dan Konseling C. Kerangka Berpikir 28 D. Hipotesis.. 31 x

11 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian 32 C. Subjek Penelitian.. 32 D. Variabel Penelitian Variabel Tergantung Variabel Bebas 33 E. Definisi Operasional Kecenderungan Melindungi Harga Diri Gaya Hidup. 34 F. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data Kecenderungan Melindungi Harga Diri Gaya Hidup. 35 G. Uji Coba Instrumen Uji Validitas Instrumen Uji Reliabilitas 36 H. Hasil Uji Coba Alat Ukur. 37 I. Teknik Analisis Data 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Deskripsi Data Hasil Penelitian B. Pembahasan Hubungan antara Gaya Hidup Tipe Dominan-Berkuasa terhadap Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri Hubungan antara Gaya Hidup Tipe Bersandar terhadap Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri Hubungan antara Gaya Hidup Tipe Menjauh terhadap Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri Hubungan antara Gaya Hidup Tipe Bermanfaat terhadap Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri xi

12 5. Implikasi Keterkaitan antara Berbagai Tipe Gaya Hidup dan Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri pada Layanan Bimbingan dan Konseling C. Keterbatasan Penelitian 66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.. 68 B. Saran 69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kisi-kisi Kecenderungan Melindungi Harga Diri Tabel 2. Kisi-kisi Gaya Hidup.. 35 Tabel 3. Distribusi Variabel Gaya Hidup Dominan-Berkuasa. 39 Tabel 4. Distribusi Variabel Gaya Hidup Tipe Bersandar Tabel 5. Distribusi Variabel Gaya Hidup Tipe Menjauh Tabel 6. Distribusi Variabel Gaya Hidup Tipe Bermanfaat Tabel 7. Distribusi Variabel Kecenderungan Melindungi Harga Diri. 45 Tabel 8. Nilai Chi-square antara Gaya Hidup Tipe Dominan- Berkuasa dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri.. 47 Tabel 9. Tabel 10. Jumlah Subjek pada Gaya Hidup Tipe Dominan-Berkuasa dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri Nilai Chi-square antara Gaya Hidup Tipe Bersandar dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri Tabel 11. Jumlah Subjek pada Gaya Hidup Tipe Bersandar dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri Tabel 12. Nilai Chi-square antara Gaya Hidup Tipe Menjauh dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri Tabel 13. Jumlah Subjek pada Gaya Hidup Tipe Menjauh dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri hal Tabel 14. Tabel 15. Nilai Chi-square antara Gaya Hidup Tipe Bermanfaat dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri Jumlah Subjek pada Gaya Hidup Tipe Bermanfaat dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Gambar 2. Grafik Kategorisasi Variabel Gaya Hidup Tipe Dominan- Berkusa... Gambar 3. Grafik Kategorisasi Variabel Gaya Hidup Tipe Bersandar Gambar 4. Grafik Kategorisasi Variabel Gaya Hidup Tipe Menjauh Gambar 5. Grafik Kategorisasi Variabel Gaya Hidup Tipe Bermanfaat Gambar 6. Grafik kategorisasi variabel kecenderungan melindungi harga diri Gambar 7. Frekuensi pemilihan berbagai macam kecenderungan melindungi harga diri hal 40 xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Alat Ukur Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas Lampiran 3. Skor Kasar Variabel Penelitian Lampiran 4. Data Hasil Penelitian Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara teoretik, setiap individu dalam perkembangan hidupnya menjalani berbagai macam masa yaitu dari masa bayi hingga masa usia lanjut yang tiap masanya memiliki berbagai macam ciri dan karakteristik yang berbeda satu sama lain serta memiliki tugas-tugas perkembangan yang berbeda pula. Keberhasilan ataupun kegagalan dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan tersebut akan menentukan pula keberhasilan dan kegagalan dari tugas perkembangan di masa selanjutnya. Periode atau masa peralihan antara masa anak-anak menuju ke masa dewasa yaitu masa remaja yang berada dalam rentang usia tahun (Rita Eka Izzaty, Siti Partini Suardiman, Yulia Ayriza, Purwandari, Haryanto, Rosita Endang Kusmaryani, 2008:124). Pada masa remaja banyak perubahan yang terjadi pada diri individu baik dalam segi fisik maupun dalam segi psikologis. Perubahan-perubahan tersebut terkadang membawa permasalahan bagi mereka. Misalnya perubahan tubuh mereka yang membuat mereka menjadi tidak nyaman dan tingkat emosi mereka yang terkadang naik turun. Oleh karena itu, individu pada masa remaja sering mendapatkan labelling negatif dari orang-orang dewasa. Menurut Santrock (2012:403) hal itu dikarenakan banyak orang dewasa menakar persepsinya terhadap remaja berdasarkan ingatan mereka sendiri ketika mereka remaja. Menurut orang dewasa, remaja saat ini lebih bermasalah, kurang rasa hormat, lebih memikirkan diri sendiri, lebih asertif, dan lebih berjiwa petualang 1

17 dibandingkan dengan generasi mereka. Disisi lain, masa remaja merupakan masa penting yang diharapkan individu mampu mengelola diri mereka supaya mereka siap untuk memasuki masa dewasa (Santrock, 2012). Kesiapan mereka itu ditunjukkan dengan cara mereka bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Pada masa ini individu diharapkan mulai meninggalkan sikap serta kehidupan pada masa kanak-kanaknya dan mulai belajar untuk berperilaku layaknya orang dewasa. Mereka diharapkan mulai mampu mengemban tugas-tugas yang dilakukan oleh orang-orang dewasa. Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa remaja perlu membangun penghargaan diri yang baik terhadap dirinya. Penghargaan diri ini penting karena ketika mereka mampu menerima diri mereka sendiri, maka mereka juga akan mampu menerima tugas-tugas orang dewasa yang harus mereka laksanakan. Pembentukan harga diri yang positif ini tentu saja tidak terlepas dari pentingnya peranan dari lingkungan remaja tersebut. Peran sosial sangatlah penting dalam membantu remaja menciptakan harga diri yang positif. Harga diri yang positif ini juga sangat menentukan bagaimana gaya hidup yang akan dibangun oleh remaja. Menurut Alfred Adler (Feist & Feist, 2009:78) gaya hidup mencakup tujuan seseorang, konsep diri, perasaan terhadap orang lain, dan sikap terhadap dunia. Prediksinya, ketika mereka membangun gaya hidup yang baik, maka mereka akan membangun pandangan yang positif pula terhadap masyarakat. Adanya pandangan yang positif terhadap masyarakat ini menunjukkan bahwa mereka akan ikut berjuang bersama dengan masyarakat sehingga perasaan- 2

18 perasaan akan ketidakberdayaan, ketidakmampuan, dan perasaan inferioritas yang berlebihan akan dapat ditekan. Lebih lanjut Adler mengatakan bahwa ketika individu merasa tidak berdaya atau inferior maka individu tersebut akan melakukan kompensasi terhadap perasaan ketidakberdayaannya dan berjuang untuk meraih superioritas pribadi atau keberhasilan untuk mengembangkan harga diri yang positif (Feist & Feist, 2009:70). Individu yang tidak mampu mengembangkan harga diri yang positif, maka individu tersebut akan melakukan kecenderungan untuk melindungi diri. Kecenderungan untuk melindungi ini dilakukan oleh individu untuk melindungi harga diri mereka dari rasa malu di muka umum (Feist & Feist, 2009:81). Lebih lanjut lagi Adler mengatakan bahwa sebenarnya kecenderungan untuk melindungi dimiliki oleh semua orang, tetapi hal itu akan menjadi hal yang negatif apabila dilakukan secara terus menerus dan secara negatif. Adler (dalam Feist & Feist, 2009:81) mengklasifikasikan kecenderungan untuk melindungi dalam 3 kelompok besar yaitu (1) membuat alasan, (2) agresi, dan (3) menarik diri. Hal-hal tersebut dijumpai pada remaja saat ini seperti tawuran antar pelajar, tindakan pengrusakan, bullying, pengancaman, bahkan ada pula yang melakukan tindak pembunuhan. Di Indonesia pada tahun 2012 menurut data akhir Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menunjukkan angka yang memprihatinkan. Sebanyak 82 pelajar tewas pada tahun 2012 karena tawuran antar pelajar. Di Yogyakarta, Polres Sleman menangkap 12 pelajar setingkat SMP dan SMA karena mereka terlibat aksi tawuran (Ami, 2014:3). Polisi juga mengamankan barang bukti berupa sebilah pedang, celurit, double stick, gear, dan sejumlah batu. 3

19 Tawuran tersebut terjadi karena masing-masing pelajar ingin mempertahankan sekolahnya dari serangan sekolah lain. Sejalan dengan data hasil wawancara yang dilakukan kepada guru Bimbingan dan Konseling di SMA 1 Piyungan dalam rangka observasi kegiatan KKN-PPL 2013 dan berdasar pada data assessmen kebutuhan yang pernah dilakukan, diketahui bahwa permasalahan mengenai emosi kemarahan remaja juga dialami oleh siswa-siswa di SMA Negeri 1 Piyungan. Mereka memiliki konflik baik dengan teman sebaya mereka atau pun dengan orang tua mereka sendiri. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kepada siswa pada saat pelaksanaan KKN-PPL di sekolah tersebut, ditemukan bahwa siswa di SMA tersebut. Ketika mereka memiliki masalah dengan teman sebaya, mereka akan menyebarkan fitnah dan gosip tentang individu tersebut. Mereka juga secara terang-terangan mengintimidasi individu tersebut melalui kata-kata baik ketika di dalam kelas ataupun di luar kelas. Mereka juga sering melakukan pengancaman terhadap sesama teman dan juga ada di antara mereka yang merencanakan melakukan tindak kejahatan kepada guru atau staff sekolah karena mereka merasa sakit hati akibat merasa dilecehkan. Akibat dari perilaku yang dilakukan oleh siswa tersebut, mereka melakukan perkelahian antar pelajar baik dengan pelajar dari sekolah lain ataupun dengan siswa dari sekolah yang sama. Selain itu juga banyak dari mereka tidak memiliki hubungan sosial yang baik dengan guru mereka dan teman sebaya mereka. Mereka akan berkumpul dalam gank mereka dan menyindir gank lain yang tidak mereka sukai sehingga membuat anak yang disindir tidak betah belajar di kelas 4

20 atau di sekolah. Ada juga beberapa siswa yang seirng membolos sekolah tanpa ada alasan yang jelas. Permasalahan-permasalahan mengenai kecenderungan melindungi diri yang salah itu sebagian kecil telah teridentifikasi oleh pihak sekolah, tetapi tidak ada tanggapan serius dari pihak sekolah. Siswa juga mengalami permasalahan interpersonal, baik antar siswa di sekolah tersebut maupun dengan siswa di sekolah lain. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengungkap kecenderungan melindungi harga diri seperti apa yang sering dilakukan oleh siswa di SMA Negeri 1 Piyungan. Penelitian ini juga memberikan kontribusi dalam layanan bimbingan dan konseling terutama dalam layanan sosial. Manfaat penelitian ini bagi diri siswa sendiri, yaitu mampu membantu siswa untuk membentuk gaya hidup yang baik dan didasari oleh harga diri dan minat sosial yang positif pula. Ketika siswa sudah mampu mengembangkan hal tersebut, maka dampaknya terhadap lingkungan sosial yaitu mereka mampu lebih menerima keberadaan masyarakat dengan baik dan tidak menganggap individu lain sebagai musuh mereka yang harus mereka kalahkan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah dilakukan, maka peneliti mengidentifikasikan permasalahan yang ada sebagai berikut: 1. Adanya cara melindungi harga diri yang negatif pada siswa seperti perilaku agresi. 5

21 2. Adanya permasalahan interpersonal yang dialami oleh siswa seperti masalah yang dialami dengan teman sebaya maupun dengan perangkat sekolah yang lain. 3. Belum terlihatnya intervensi khusus dalam area Bimbingan dan Konseling untuk menangani permasalahan interpersonal pada siswa. 4. Belum adanya penelitian mengenai kecenderungan untuk melindungi harga diri di sekolah tersebut. C. Pembatasan Masalah Mengetahui keterkaitan antara berbagai tipe gaya hidup dengan kecenderungan melindungi harga diri pada siswa SMA. D. Rumusan Masalah Apakah berbagai tipe gaya hidup akan berhubungan dengan adanya kecenderungan melindungi harga diri siswa? E. Tujuan Penelitian Untuk mengkaji hubungan antara berbagai tipe gaya hidup dengan kecenderungan melindungi harga diri pada siswa SMA. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a) Dapat menambah khasanah kajian ilmu psikodinamika khususnya keterkaitan antara gaya hidup dan kecenderungan melindungi harga diri. 6

22 b) Menambah wawasan pemahaman tentang berbagai macam gaya hidup dan kecenderungan melindungi harga diri yang dilakukan oleh remaja. 2. Manfaat Praktis a) Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling, penelitian ini mampu memberikan kontribusi ilmiah bagi pengembangan orientasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi, Teori dan Teknik Konseling, serta Perkembangan Peserta Didik. b) Bagi Guru BK, dengan adanya penelitian ini pihak sekolah mampu memberikan penanganan khusus pada siswa yang mempunyai masalah dengan kecenderungan untuk melindungi harga diri. c) Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut. 7

23 BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Psikologi Individual Alfred Adler 1. Gaya Hidup (Style of Life) Alfred Adler merupakan seorang ahli psikodinamika yang menyumbangkan teori dalam perkembangan Psikologi yang diberi nama Teori Psikologi Individual. Dalam teorinya, Adler berbicara bahwa pada dasarnya manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferior yaitu suatu kondisi yang mengakibatkan kita untuk menjadi tergantung pada orang lain (Feist & Feist, 2009:69). Setiap orang memulai hidupnya dari tubuh yang lemah dan tidak berdaya, maka semua manusia memiliki keinginan untuk melawan perasaan inferioritas dengan menguasai kehidupan kita yang sulit ini (Ewen, 2003:93). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Adler mengatakan bahwa tidak ada satupun orang yang mampu bertahan dengan perasaan inferior yang lama. Oleh karena itu, individu akan mencari cara untuk menghilangkan perasaan inferiornya dan menjadi superior atas kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Perjuangan untuk memperoleh superioritas individu tidaklah selalu dalam cara yang negatif. Perjuangan untuk mencapai superioritas mampu diungkapkan baik dalam hal yang positif maupun negatif. Seperti yang diungkapkan oleh Adler (dalam Ewen, 2003:93) bahwa perjungan untuk memperoleh superioritas yang sehat adalah perjuangan yang didasari pada minat sosial, dan memberikan perhatian pada kesejahteraan banyak orang. 8

24 Sebaliknya, keinginan untuk mendominasi yang egois dan kepuasan pribadi merupakan hal yang menyimpang dan merupakan suatu hal yang tidak sehat. Ketergantungan kita pada orang lain akhirnya akan membuat kita menumbuhkan minat sosial kita pada masyarakat. Manusia merupakan makhuk sosial, maka minat sosial juga akan menentukan kesehatan psikologis dari tiap individu. Minat sosial berkembang dalam tiga tahap: bakat, kemampuan, dan karakter dinamis sekunder (Sharf, 2012:128). Hal itu berarti, seorang individu memiliki kemampuan atau bakat untuk bekerjasama dan hidup secara sosial. Setelah bakat tersebut berkembang, maka individu mampu mengembangkan kemampuannya dalam bekerjasama pada aktivitas sosial. Seiring dengan kemampuan yang berkembang, karakter dinamis sekunder memberikan makna bagi diri mereka sendiri sebagai sikap dan minat di berbagai kegiatan yang pada akhirnya diartikan sebagai minat sosial. Minat sosial yang dibangun oleh individu tidak semata-mata muncul begitu saja dari dalam diri individu itu sendiri melainkan juga adanya pengaruh dari lingkungan yang juga ikut membentuk minat sosial dari seseorang. Hubungan yang dimiliki oleh seorang anak dengan ayah ibunya sangat penting sehingga bisa mengalahkan cacat fisik yang dibawa sejak lahir (Feist & Feist, 2009:77). Dalam arti lain, pengaruh pola asuh orang tua sangat menentukan minat sosial dari individu ketika beranjak dewasa. Tiap anak dilahirkan dengan potensi untuk mengembangkan minat sosial itu dan dengan pengasuhan yang tepat, maka potensi itu akan berkembang 9

25 (Palmer, 2011:37). Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pola-pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua kepada anak akan sangat mempengaruhi tinggi rendahnya minat sosial yang akan dimiliki oleh anaknya kelak. Idealnya, potensi anak dalam mencapai minat sosial diperoleh dari sosok ibu. Ibu mengelola pengajaran pertamanya dalam hal bekerjasama melalui menyusui, hal itu merupakan jembatan bagi si anak untuk menumbuhkan minat sosialnya (Ewen, 2003:95). Apabila ibu mampu mengajarkan cara bekerja sama yang baik kepada anak mereka, maka anak juga akan mampu bekerjasama dengan baik di lingkunganya. Minat sosial yang positif sangat diperlukan oleh setiap orang. Bagi Adler, minat sosial adalah satu-satunya standar untuk menilai seberapa berharganya seseorang (Feist & Feist, 2009:77). Ketika seorang individu dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahannya dalam masyarakat, maka individu tersebut akan merasa bahwa keberadaannya diterima ditengah-tengah masyarakat. Setelah manusia menetapkan minat sosial apa yang akan mereka bangun, maka perilaku yang dimiliki individu akan menjadi gaya hidup yang akan dijalani. Adler menyebut konsistensi minat sosial ini sebagai bentuk kehidupan, pola kehidupan atau gaya hidup; manusia membentuk pandangan tentang diri mereka sendiri dan dunia dan orang-orang di dalamnya, serta bagaimana mereka berperilaku di dunia itu (Palmer, 2011:33). Gaya hidup sangat bergantung pada minat sosial dari individu tersebut. Ketika individu tersebut menaruh minat sosial yang tinggi pada 10

26 masyarakat, maka mereka juga akan mempunyai gaya hidup yang sehat. Sebaliknya, ketika individu tidak menaruh minat yang baik pada masyarakat, maka mereka akan membentuk minat sosial yang tidak sehat. Seperti yang dijelaskan oleh Feist dan Feist (2009:78) bahwa individu yang tidak sehat secara psikologis sering menjalani hidup yang tidak fleksibel yang ditandai dengan ketidakmampuan memilih cara baru dalam bereaksi dengan lingkungannya. Sebaliknya, orang yang sehat secara psikologis akan berperilaku dengan cara yang berbeda dan fleksibel dalam gaya hidup yang kompleks, selalu berkembang, dan berubah. Hal tersebut berarti bahwa individu dengan gaya hidup yang sehat, maka individu tersebut akan mampu berperilaku dan bertindak sesuai dengan keadaan yang ada dengan karakter orang yang ada pada lingkungan tersebut. Orang yang tidak sehat secara psikologis akan cenderung kaku dalam bertindak dan menyesuaikan diri dalam lingkungan-lingkungan baru. Munculnya gaya hidup seseorang berdasarkan pada kompensasi yang dilakukan oleh seseorang terhadap perasaan inferior yang dimiliki. Berdasarkan teori Adler, setiap individu pasti memiliki perasaan inferior, baik itu nyata ataupun hanya imajinasi dan hal tersebut akan memotivasi kita untuk melakukan kompensasi (Hjelle & Ziegler, 1981:78). Gaya hidup bersifat fleksibel, maka setiap orang bisa memiliki dua atau lebih gaya hidup yang mereka jalani. Gaya hidup yang kita jalani haruslah fleksibel dengan artian gaya hidup yang kita lakukan mengikuti lingkungan ketika kita berada di suatu tempat. Kemampuan seseorang untuk menyesuaikan 11

27 diri dengan lingkungannya bergantung pada seberapa banyak gaya hidup yang dijalani dalam kehidupannya. Gaya hidup merupakan faktor internal seseorang untuk dapat menyesuaikan diri. Individu tidak mampu menyesuiakan diri dengan lingkungannya disebabkan karena adanya faktor-faktor eksternal pula. Adler (Feist & Feist, 2009:80) menyebutkan adanya tiga faktor penyebab dan satu diantaranya cukup untuk menyebabkan munculnya ketidaknormalan dalam menyesuaikan diri. 1. Kelemahan fisik yang berlebihan Kelemahan fisik yang dialami oleh individu, baik itu kelemahan fisik yang dialami ketika lahir, kecelakaan, ataupun karena sakit akan mendorong individu tersebut untuk memiliki perasaan-perasaan inferior yang berlebihan. Individu dengan kelemahan fisik yang berlebihan terkadang membentuk perasaan inferior yang berlebihan karena mereka berusahan keras untuk melakukan kompensasi terhadap kelemahan mereka. Mereka akan cenderung memiliki egosentris yang tinggi dan kurang mempertimbangkan keadaan orang lain. Mereka merasa seakanakan hidup di tengah musuh. Rasa takut telah mengalahkan hasrat mereka untuk mencapai keberhasilan. Mereka yakin bahwa masalah utama dalam hidup dapat diselesaikan hanya dengan sikap mementingkan diri sendiri. Sejalan dengan penjelasan tersebut, Schultz dan Schultz (2005:129) juga menambahkan bahwa usaha untuk melewati kelemahan fisik yang berlebihan dapat dilihat pada seni artistik yang mencolok, keolahragaan, dan pencapaian sosial. Namun 12

28 apabila usaha tersebut gagal, maka individu tersebut akan memiliki perasaan inferior yang berlebihan. 2. Gaya hidup manja Orang-orang yang manja memiliki minat sosial yang lemah, namun punya hasrat yang kuat untuk terus mempertahankan hubungan yang sifatnya parasit. Hubungan yang bersifat parasit disini artinya individu tersebut cenderung bergantung pada orang lain dan menginginkan orang tersebut memenuhi apapun yang diinginkan. Mereka mengharapkan orang lain untuk merawat, melindungi, dan memuaskan kebutuhan mereka. Karakteristik yang menonjol dari mereka adalah putus asa yang berlebihan, kebimbangan, over sensitif, tidak sabar, dan emosi yang berlebihan, terutama kecemasan. Individu dengan gaya hidup manja akan cenderung mempertahankan gaya hidup manja tersbut supaya mereka merasa nyaman dengan perhatianperhatian yang diberikan oleh orang lain kepada mereka karena mereka memiliki kecemasan yang berlebihan. Schultz dan Schultz (2005:129) mengatakan bahwa anak yang dimanja memiliki perasaan sosial yang sedikit dan tidak sabar terhadap orang lain. Mereka tidak pernah belajar untuk menunggu hal yang mereka inginkan, ataupun belajar untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau menyesuaikan diri dengan keinginan orang lain. Ketika mereka dihadapkan oleh rintangan untuk memperoleh kebahagiaan, anak yang dimanja akan percaya bahwa 13

29 mereka memiliki kekurangan yang menghalangi mereka; oleh karena itu, berkembanglah perasaan inferior yang berlebihan. 3. Gaya hidup terabaikan Individu yang merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan akan membentuk gaya hidup yang terabaikan. Anak-anak yang disiksa dan diperlakukan tidak baik akan mempunyai minat sosial yang rendah dan cenderung menciptakan gaya hidup terabaikan. Mereka cenderung memiliki percaya diri yang kurang dan membuat perkiraan-perkiraan yang terlalu jauh mengenai masalah yang mereka hadapi. Mereka mengganggap masyarakat sebagai musuh mereka, maka dari itu individu yang memiliki gaya hidup yang terabaikan tidak dapat bekerjasama dengan orang lain dan memiliki rasa iri yang sangat kuat terhadap keberhasilan orang lain. Karakter masa kecil mereka terbentuk karena kurangnya rasa cinta dan rasa aman karena orang tua mereka acuh tak acuh dan bermusuhan. Hasilnya, anak-anak ini akan mengembangkan perasaan tidak berharga, atau bahkan amarah, dan tidak mempercayai orang lain. Gaya hidup dalam arti lain merupakan sebuah alat yang mengatur cara kita bertindak dan berperilaku pada lingkungan. Para pengikut Adler akhirnya mencatat bahwa gaya hidup dapat dimengerti dengan mengamati bagaimana individu mencapai lima hubungan utama yang berhubungan dengan pengembangan diri, pengembangan spiritual, pekerjaan, masyarakat, dan cinta (Mosac & Maniacci; Seweeney dalam Sharf, 14

30 2012:127). Adler secara terus menerus mengatakan bahwa bentuk sesungguhnya dari gaya hidup hanya dapat dibedakan dari cara kita bersikap untuk memperoleh dan memecahkan beberapa masalah kehidupan (Hjelle & Ziegler, 1981:82). Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa Adler menekankan bahwa tidak ada satupun dari tugas kehidupan yang berdiri sendiri, mereka selalu berhubungan dan bahwa jalan keluarnya tergantung pada gaya hidup kita. Dreikus menyebutkan bahwa Adler (dalam Hjlee & Ziegler, 1981:82) menawarkan suatu tipologi dari perilaku gaya hidup yang mengklasifikasikan individu berdasarkan pada perilaku dan kebiasaan mereka terhadap tugas utama kehidupan. Klasifikasi tersebut digenerelisasikan ke dalam dua dimensi yaitu minat sosial dan tingkat aktivitas. Minat sosial mewakili perasaan empati pada tiap ras manusia dan ditujukan untuk bekerjasama dengan orang lain untuk kemajuan sosial daripada keuntungan pribadi. Tingkat aktivitas merujuk pada pergerakan individu untuk mencari solusi atas masalah kehidupan yang mereka alami. Berdasar atas hal-hal tersebut, maka Adler mengklasifikasikan empat perilaku gaya hidup yang muncul pada individu (Hjlee & Ziegler, 1981:83), yaitu: 1. Tipe Dominan-Berkuasa (The Ruling Type) Individu yang mudah mengungkapkan segala hal yang dipikirkan, agresif, dan aktif di lingkungan sosial akan cenderung memiliki gaya hidup yang bertipe dominan-berkuasa. Individu seperti ini aktif tetapi 15

31 dalam cara anti-sosial dan juga berperilaku tanpa mempedulikan orang lain. Mereka berperilaku dengan mendominasi lingkungan mereka dan menjalani kehidupan mereka dengan cara agresif dan anti-sosial. 2. Tipe Bersandar (The Getting Type) Individu dengan perilaku gaya hidup seperti ini akan hidup di lingkungannya dengan cara yang parasit atau menyandar pada orang lain untuk memuaskan keinginan mereka. Tujuan utama dari hidup mereka yaitu memperoleh hal sebanyak mungkin dari orang lain. Karena mereka tidak terlalu aktif, maka mereka cenderung tidak terlalu berbahaya bagi orang lain. 3. Tipe Menjauh (The Avoiding Type) Individu dengan tipe seperti ini tidak memiliki cukup minat sosial ataupun aktivitas dalam kehidupan mereka. Ketakutan akan kegagalan yang mereka miliki lebih besar dari pada keinginan mereka untuk berhasil. Mereka lebih sering melakukan hal-hal yang tidak berguna untuk lari dari tugas-tugas dalam kehidupan mereka. Dalam arti lain, tujuan mereka yaitu menjauhi segala macam masalah yang ada dalam hidup mereka, sehingga mereka menghindari berbagai kemungkinan dari kegagalan. 4. Tipe Bermanfaat (The Socially useful type) Individu seperti ini menurut Adler merupakan individu yang sehat. Mereka memiliki minat sosial yang tinggi dan sangat aktif di lingkungan mereka. Individu dengan gaya hidup tipe ini memiliki 16

32 orientasi sosial. Mereka mau bekerjasama dengan orang lain untuk menguasai tugas-tugas mereka dengan tidak memikirkan keuntungan pribadi. Dari pemaparan teori yang telah dijelaskan, maka peneliti menyimpulkan bahwa gaya hidup merupakan sebuah alat yang dimiliki oleh individu untuk menentukan bagaimana individu tersebut bersikap terhadap lingkungannya. Gaya hidup ini bersifat fleksibel dan tidak kaku. Hal itu berarti individu mampu menjalankan gaya hidup yang berbedabeda tergantung pada lingkungan pada saat individu tersebut berada. Individu yang sehat secara psikologis akan memiliki lebih dari satu macam gaya hidup. Dengan demikian dimanapun individu tersebut berada, maka individu tersebut mampu menyesuaikan dirinya dengan berbagai macam gaya hidup yang dimiliki. Sebaliknya, individu yang tidak sehat secara psikologis akan memiliki gaya hidup yang kaku yang ditunjukan dengan memakai gaya hidup yang sama diberbagai situasi. 2. Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri Adler percaya bahwa manusia menciptakan pola perilaku untuk melindungi perasaan yang berlebihan akan harga diri mereka dari rasa malu dimuka umum (Feist & Feist, 2009:81). Adler menyebutkan alat perlindungan ini disebut dengan kecenderungan untuk melindungi (safeguarding tendencies) membuat manusia mampu menyembunyikan citra diri mereka yang tinggi dan mempertahankan gaya hidup yang mereka jalani saat ini. Ada perbedaan antara mekanisme pertahanan yang 17

33 diungkapkan oleh Adler dan Freud. Seperti yang dijelaskan dalam Feist dan Feist (2009:81), mekanisme pertahanan diri Freudian dilakukan secara tidak sadar untuk melindungi ego dari kecemasan, sedangkan kecenderungan untuk melindungi yang diungkapkan oleh Adler sebagaian besar dilakukan secara sadar untuk melindungi harga diri seseorang yang rapuh dari rasa malu di muka umum. Adapun kecenderungan melindungi menurut Adler (dalam Feist & Feist, 2009:82) adalah sebagai berikut: 1. Membuat alasan Kecenderungan untuk melindungi yang paling umum adalah membuat alasan (excuse), yang sering diekspresikan dalam bentuk Ya, tetapi (Yes, but) atau Jika saja (If only). Alasan-alasan ini melindungi harga diri mereka yang lemah namun dibesar-besarkan secara tidak alami dan mengecoh orang untuk percaya bahwa mereka lebih superior daripada yang sesungguhnya. 2. Agresi Orang menggunakan agresi (agression) untuk melindungi superiroritas mereka yang berlebihan, yaitu untuk melindungi harga diri mereka yang rapuh. Perlindungan melalui agresi dapat berbentuk depresiasi, dakwaan, atau mendakwa diri sendiri. a) Depresiasi (depreciation) adalah kecenderungan untuk menilai rendah pencapaian orang lain dan meninggikan penilaian terhadap diri sendiri. Kecenderungan untuk melindungi semacam ini jelas terlihat dalam perilaku agresi, seperti kecaman dan gosip. 18

34 b) Dakwaan (accusatuion) adalah kecenderungan menyalahkan orang lain untuk kegagalan seseorang dan untuk membalas dendam demi melindungi harga dirinya yang lemah. Adler percaya bahwa ada elemen dakwaan agresif dalam semua gaya hidup yang tidak sehat. Orang yang tidak sehat, tanpa kecuali, bertindak untuk membuat orang lain disekitarnya lebih menderita daripada dirinya. c) Mendakwa diri sendiri (self-accusation) ditandai dengan menyiksa diri sendiri dan memenuhi diri sendiri dengan perasaan bersalah. Beberapa orang menyiksa dirinya sendiri, termasuk di dalamnya masokisme, depresi, dan bunuh diri, sebagai cara untuk melukai orang yang dekat dengan mereka. Mendakwa diri sendiri merupakan kebalikan dari depresiasi, walaupun keduanya ditujukan untuk memperoleh superioritas pribadi. Dalam depresiasi, orang yang merasa inferior merendahkan orang lain untuk membuat dirinya terlihat baik dan mendakwa diri sendiri merupakan kecenderungan orang merendahkan dirinya untuk menimbulkan penderitaan pada orang lain sambil melindungi harga dirinya yang dibesar-besarkan. 3. Menarik diri Perkembangan kepribadian dapat terhenti ketika manusia lari dari kesulitan. Adler menyebutkan kecenderungan ini sebagai menarik diri atau perlindungan dengan membuat jarak. Beberapa orang secara tidak sadar melarikan diri dari masalah hidup dengan membuat jarak antara diri mereka dengan masalah-masalah yang ada. Adler menyebutkan 19

35 empat cara perlindungan dalam menarik diri: (a) bergerak mundur, (b) berdiam diri, (c) keragu-raguan, dan (d) membangun penghalang. a) Bergerak mundur (moving backward) adalah kecenderungan untuk melindungi tujuan superioritas fiktif seseorang yang secara psikologis kembali pada periode kehidupan yang lebih aman. Bergerak mundur mirip dengan regresi dari Freud yang keduanya melingkupi usaha untuk kembali pada fase kehidupan awal yang lebih nyaman. b) Berdiam diri (standing still) merupakan kecenderungan menarik diri yang mirip dengan bergerak mundur, tetapi secara umum tidak terlalu parah. Orang-orang yang berdiam diri tidak bergerak ke arah manapun. Orang-orang tersebut menghindari semua tanggung jawab dengan melindungi diri mereka sendiri dari ancaman kegagalan. Mereka melindungi harapan fiksional mereka karena mereka tidak pernah melakukan sesuatu untuk membuktikan bahwa mereka tidak mampu menyelesaikan tujuan-tujuan mereka. c) Keragu-raguan (hesitating). Ada orang yang ragu-ragu atau bimbang ketika dihadapkan dengan masalah yang sulit. Penundaan yang mereka lakukan pada akhirnya memberikan mereka alasan untuk berkata sekarang sudah terlambat. Adler percaya bahwa kebanyakan perilaku tidak logis yang dilakukan secara sadar ditujukan oleh individu untuk membuang-buang waktu. Walaupun keragu-raguan tampak di mata orang lain sebagai tindakan yang 20

36 merugikan diri sendiri, namun keadaaan ini membantu individu neurotik untuk mempertahankan rasa harga diri mereka yang tinggi. d) Bentuk penarikan diri yang paling parah adalah membangun penghalang (constructing obstacle). Beberapa orang membangun rumah dari jerami untuk menunjukan kalau mereka bisa merobohkannya. Dengan mampu mengatasi masalah, mereka melindungi harga diri dan wibawa mereka. Jika mereka gagal mengatasinya, maka mereka selalu dapat mencari alasan. Feist dan Feist (2009:83) juga menjelaskan bahwa secara ringkas, kecenderungan untuk melindungi ditemukan hampir di setiap orang, tetapi ketika kecenderungan itu berubah menjadi terlalu kaku, maka perlindungan ini menjadi perilaku yang merusak diri. Lebih lanjut lagi, orang yang terlalu sensitif menciptakan kecenderungan untuk melindungi diri mereka sendiri dari ketakutan akan rasa malu, untuk menghilangkan perasaan inferior yang berlebihan, dan untuk memperoleh harga diri. Akan tetapi, kecenderungan untuk melindungi adalah hal yang merusak diri karena bentuk tujuan mereka akan kepentingan diri sendiri dan superioritas pribadi sebenarnya menghalangi mereka untuk memperoleh harga diri yang sebenarnya. Dari pemaparan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa kecenderungan untuk melindungi menurut Adler merupakan bentuk perilaku yang dilakukan secara sadar oleh individu untuk melindungi harga diri (self esteem) mereka dari rasa malu. Harga 21

37 diri diartikan sebagai suatu dimensi evaluatif global mengenai diri atau yang biasa disebut juga sebagai martabat diri (self-worth) atau gambaran diri (Santrock, 2007:183). Tentu saja setiap individu tidak selalu mempunyai harga diri yang positif. Masa remaja merupakan masa individu mulai menemukan jati diri mereka. Masa ini juga merupakan masa dimana suatu penghargaan diri mulai terbentuk. Menurut Baumeister dkk., harga diri mencerminkan persepsi yang tidak selalu sesuai dengan realitas (Santrock, 2007:185). Santrock (2007:185) menjelaskan bahwa harga diri yang tinggi dapat merujuk pada persepsi yang tepat dan benar mengenai martabatnya sebagai seorang pribadi, termasuk keberhasilan dan pencapaiannya namun harga diri yang tinggi juga dapat mengindikasikan penghayatan mengenai superioritasnya terhadap orang lain, yang sombong, berlebihan, dan tidak beralasan. Dengan cara yang sama, harga diri yang rendah dapat mengindikasikan persepsi yang tepat mengenai keterbatasan atau penyimpangan, atau bahkan kondisi tidak aman dan inferior yang berlebihan. Dusek dan McIntyre; Harte; dan Turnage menjelaskan bahwa lingkungan sosial merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan remaja. Konteks sosial seperti keluarga, kawan-kawan, dan sekolah memiliki pengaruh terhadap perkembangan harga diri remaja (Santrock 2007:187). Coopersmith mengatakan dalam suatu penyelidikan lain yang mempelajari mengenai harga diri dan relasi orang tua-anak, remaja laki-laki diminta untuk mengisi kuesioner; diwawancarai mengenai 22

38 relasi keluarga beserta ibunya (Santrock, 2007:187). Berdasarkan pengukuran tersebut, ditemukan bahwa remaja laki-laki yang memiliki harga diri tinggi cenderung berkaitan dengan sifat-sifat pengasuhan yang mengekspresikan afeksi, peduli terhadap masalah-masalah yang dialami remaja laki-laki, harmoni di dalam rumah, partisipasi dalam aktivitas keluarga, mampu memberikan bantuan yang memadai dan tersusun sesuai yang dibutuhkan remaja laki-laki, terdapat aturan-aturan yang jelas dan adil, berpedoman pada aturan-aturan, dan memberikan kebebasan kepada remaja laki-laki dalam batasan-batasan yang jelas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, harga diri yang rendah akan menyebabkan permasalahan-permaslahan tertentu pada remaja. Fenzel menjelaskan bahwa harga diri rendah dapat mengakibatkan depresi, bunuh diri, gangguan makan karena kecemasan, kenakalan remaja, dan masalah-masalah penyesuaian diri lainnya (Santrock 2007:188). McCarley dan Harter menjelaskan dalam studi lainnya, remaja yang memiliki pikiran-pikiran yang bengis memperlihatkan harga diri yang tidak tetap, cenderung lebih memiliki masalah perilaku, dan memiliki sejarah pengalaman memalukan yang mengancam ego mereka (Santrock, 2007:188). Berkaitan dengan gangguan makan, sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa kecenderungan untuk membenarkan nilai-nilai budaya tertentu, seperti berpikir bahwa menjadi seorang yang menarik akan meningkatkan harga diri dan membuat diri lebih populer, berkaitan dengan persepsi yang lebih negatif mengenai penampilannya, rendahnya harga 23

39 diri, dan meningkatkan perilaku gangguan makan (Kiang & Harter dalam Santrock, 2007:188). Kemudian Santrock (2007:189) menyebutkan empat cara yang dapat dilakukan oleh orang dewasa untuk membantu meningkatkan harga diri remaja. 1. Mengidentifikasikan penyebab rendahnya harga diri dan bidang-bidang kompetensi yang penting bagi diri. Mengidentifikasikan sumber-sumber harga diri remaja yakni, bidang-bidang yang penting bagi remaja, merupakan hal yang penting untuk meningkatkan harga diri remaja. Harter berpendapat bahwa agar harga diri remaja dapat meningkat, intervensi yang harus dilakukan harus mencapai tingkat penyebab dari harga diri. Remaja memiliki harga diri tertinggi apabila mereka dapat tampil secara kompeten dalam bidang yang penting bagi dirinya. Oleh karena itu, remaja sebaiknya didorong untuk mengidentifikasikan dan menghargai bidang-bidang kompetensinya. 2. Menyediakan dukungan emosional dan persetujuan sosial. Harter mengatakan bahwa dukungan emosional dan persetujuan sosial dalam bentuk konfirmitas dari orang lain juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap harga diri remaja. Beberapa anak muda yang memiliki harga diri rendah berasal dari keluarga atau kondisi yang banyak diwarnai konflik dimana mereka sendiri mengalai kekerasan atau penolakan, situasi dimana mereka tidak memperoleh dukungan. Robinson berpendapat berdasarkan pada sebuah studi yang dilakukan baru-baru 24

40 ini, dukungan orang tua dan kawan-kawan berkaitan dengan martabat diri remaja secara keseluruhan. 3. Meningkatkan prestasi. Bednar, Wells dan Peterson berpendapat bahwa prestasi dapat meningkatkan harga diri remaja. Remaja mengembangkan harga diri yang lebih tinggi karena mereka mengetahui tugas-tugas yang penting untuk meraih tujuan. Penekanan pada pentingnya prestasi dalam meningkatkan harga diri telah banyak dibahas dalam konsep sosial kognitif dari Bandura mengenai selfefficacy, yakni keyakinan individu bahwa dirinya dapat menguasai suatu situasi dan memberikan hasil yang positif. 4. Meningkatkan coping strategy remaja. Lazarus mengatakan harga diri sering kali akan meningkat apabila remaja mencoba mengatasi suatu masalah yang dihadapi dan bukan menghindarinya. Menghadapi masalah secara realistis, jujur, dan tidak difensif, dapat menghasilkan evaluasi diri yang positif, yang akan menggiring persetujuan diri dan meningkatkan harga diri. Sebaliknya, pengingkaran, menipu diri, dan menghindar merupakan pemicu bagi munculnya evaluasi diri yang negatif. Dari penjelasan yang telah disampaikan oleh para ahli sebelumnya maka peneliti mengartikan bahwa kecenderungan untuk melindungi harga diri berdasarkan pada Teori Psikologi Individual Alfred Adler adalah kecenderungan suatu perlakuan difensif yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk melindungi harga dirinya dari rasa malu. 25

41 Harga diri sendiri merupakan suatu gambaran yang diberikan oleh individu terhadap dirinya sendiri. Harga diri yang negatif akan cenderung menimbulkan sifat-sifat atau perilaku yang negatif pula. Pada remaja, efek negatif dari harga diri yang rendah yaitu adanya masalah-masalah penyesuaian atau dapat memicu timbulnya kenakalan remaja. Faktor yang sangat berpengaruh bagi pembentukan harga diri remaja secara keseluruhan yaitu lingkungan sosial mereka baik itu keluarga, teman sebaya, ataupun lingkungan sekolah mereka. Perilaku negatif yang ditimbulkan dari adanya harga diri yang rendah dapat diubah dengan melakukan cara-cara berikut, tentunya dengan bantuan dari orang dewasa di sekitar remaja. Cara-cara tersebut yaitu (1) mengidentifikasikan penyebab rendahnya harga diri dan bidang-bidang kompetensi yang penting bagi diri; (2) menyediakan dukungan emosional dan persetujuan sosial; (3) meningkatkan prestasi; dan (4) meningkatkan coping strategy remaja. B. Hubungan antara Gaya Hidup dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Secara umum makna bimbingan merupakan bantuan yang diberikan untuk semua individu agar mereka mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi. Seperti yang dikatakan oleh Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2011:13) bahwa agar dapat tercapainya tujuan tersebut, maka setiap individu yang mendapatkan layanan bimbingan hendaknya memperoleh kesempatan untuk: 26

42 1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya. 2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya. 3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut. 4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri. 5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat. 6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari linfkungan. 7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal. Penelitian ini secara khusus akan memberikan kontribusi dalam pengembangan layanan bimbingan sosial. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimana individu-individu melakukan kecenderungan untuk melindungi diri yang berkaitan dengan masalah-masalah interpersonal. Tidak hanya itu, dalam penelitian ini juga mencari tahu gaya hidup yang mereka bangun berdasarkan dari hubungan mereka di lingkungan masyarakat. Dengan dilakukannya penelitian ini, maka kita akan dapat melihat bagaimana remaja saat ini bereaksi terhadap lingkungannya dengan melihat gaya hidup yang mereka miliki dan kecenderungan melindungi harga diri yang mereka lakukan. Selain itu kita juga dapat lebih memahami dan mengerti faktor-faktor apa saja yang menyebabkan individu memunculkan perilaku negatif yang mereka lakukan. Setelah kita mengetahui hal tersebut, kita mampu mengembangkan program- 27

43 program layanan bimbingan dan konseling yang cocok yang bisa diterapkan kepada individu yang memiliki permasalahan dalam coping, gaya hidup yang negatif, dan juga harga diri yang rendah. C. Kerangka Berpikir Dalam kehidupan ini ada individu memiliki perasaan inferior atau perasaan yang merasa lemah dan tidak berdaya. Perasaan inferior ini mendorong individu tersebut untuk melakukan kompensasi-kompensasi untuk mengatasi perasaan tersebut. Kompensasi yang dilakukan oleh individu memiliki dua macam yaitu perjuangan ke arah superioritas dan perjuangan ke arah keberhasilan. Kedua hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana individu berada. Minat sosial yang dikembangkan pada masa anak-anak sangat berpengaruh pada gaya hidup yang akan dimiliki oleh individu kelak. Gaya hidup dimiliki oleh individu sebagai alat untuk meraih tujuan hidup mereka. Tujuan yang dimaksudkan dalam konteks penelitian ini ada dua macam, yaitu tujuan yang dimaksudkan untuk keuntungan diri sendiri atau keuntungan yang diarahkan untuk keberhasilan bersama dengan masyarakat. Masa remaja disiapkan secara matang untuk menghadapi dunia di masa dewasa. Salah satu hal penting yang harus dipersiapkan yaitu menumbuhkan penghargaan diri yang positif pada individu. Penghargaan diri yang positif ini juga akan membantu remaja untuk membangun gaya hidup yang sehat. Pembentukan gaya hidup seseorang berdasarkan pada pengalaman-pengalamannya di lingkungan. Lingkungan akan membantu individu membentuk gaya hidupnya sendiri. 28

44 Setiap individu bebas menentukan dan membangun sendiri gaya hidupnya. Selain ditentukan oleh lingkungannya gaya hidup juga ditentukan oleh minat sosial yang dibangun. Apabila individu memiliki minat sosial yang rendah, maka individu tersebut akan membangun gaya hidup yang negatif. Individu-individu seperti ini cenderung melihat masyarakat luas sebagai musuh mereka dan mereka akan meraih superioritas mereka hanya untuk kepentingan pribadi, sedangkan individu yang mempunyai minat sosial yang tinggi akan melihat masyarakat sebagai pelengkap dari dirinya dan akan bekerja sama dengan baik di dalam masyarakat. Gaya hidup yang negatif akan membuat individu mencari alat pertahanan diri untuk melindungi harga dirinya yang mereka rasa terancam. Salah satu dalam Psikologi Alfred Adler menyebutkan bahwa individu-individu tersebut akan melakukan apa yang disebut sebagai kecenderungan untuk melindungi. Kecenderungan untuk melindungi ini dimiliki oleh semua orang karena pada dasarnya semua orang terlahir dari keterbatasan fisik yang membentuk perasaanperasaan inferior. Selain keterbatasan fisik yang dimiliki oleh individu sejak lahir, pengaruh-pengaruh pola pengasuhan juga menentukan seberapa besar perasaan inferior dan superior seseorang. Perasaan inferior yang berlebihan yang dimiliki oleh individu akan membuat individu melakukan kecenderungan melindungi harga diri. Kecenderungan untuk melindungi ini akan menjadi hal yang negatif apabila dilakukan dalam cara yang negatif yang biasanya akan dilakukan oleh individu-individu neurotik sebagai kompensasi dari perasaan inferiornya yang berlebihan. Negatif disini diartikan apabila individu sering melakukan 29

45 kecenderungan melindugi harga dir untuk menutupi kesalahan yang mereka lakukan atau menghindar dari permasalahan yang mereka hadapi. Adanya penghargaan diri yang negatif juga akan berpengaruh pada relasinya dengan orang lain. Individu yang memiliki harga diri yang negatif akan cenderung menutupi kesalahan yang dilakukan dengan melakukan berbagai macam cara. Adler mengatakan bahwa individu yang merasa harga dirinya terancam dipermalukan di muka umum, akan melakukan apa itu yang disebut dengan kecenderungan untuk melindungi. Kecenderungan untuk melindungi ini membuat individu mampu untuk melindungi citra diri mereka yang tinggi dan melindungi gaya hidup yang mereka jalani saat inisecara ringkas kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1. Gaya Hidup Kecenderungan Melindungi Harga Diri Perasaan Inferior Tujuan Hidup Minat Kemasyarakatan Superioritas Pribadi Keberhasilan Tinggi Rendah Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir 30

46 D. Hipotesis 1. Ada hubungan antara gaya hidup tipe dominan-berkuasa terhadap kecenderungan melindungi harga diri. 2. Ada hubungan antara gaya hidup tipe bersandar terhadap kecenderungan melindungi harga diri. 3. Ada hubungan antara gaya hidup tipe menjauh terhadap kecenderungan melindungi harga diri. 4. Ada hubungan antara gaya hidup tipe bermanfaat terhadap kecenderungan melindungi harga diri. 31

47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif korelasional atau uji hubungan. Penelitian korelasi merupakan salah satu teknik statistik inferensial yang dipergunakan secara luas di lapangan yang dimaksudkan untuk menguji adanya hubungan antar sejumlah gejala (Burhan Nurgiyantoro, 2009:129). Berdasarkan pada penjelasan tersebut, gejala-gejala yang diukur bersifat kuantitatif atau diukur dengan menggunakan angka-angka. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Piyungan yang terletak di Dusun Karanggayam, Desa Sitimulyo, Kabupaten Bantul. Peneliti melaksanakan pengambilan data di lapangan pada tanggal 6-8 Februari Adapun penelitian secara keseluruhan dilakukan selama 6 bulan yaitu sejak bulan November April C. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu populasi siswa kelas X di SMA N 1 Piyungan. Kelas X di SMA tersebut terdapat lima kelas paralel dengan jumlah subjek sebanyak 128 siswa yang seharusnya berjumlah 136 siswa. Peneliti hanya memperoleh 128 siswa dikarenakan ada 8 siswa yang tidak masuk sekolah pada saat peneliti melakukan penelitian di lapangan. Peneliti memilih subjek siswa kelas X karena berdasarkan hasil dari data media lacak masalah, observasi, dan 32

48 wawancara diketahui bahwa siswa pada kelas X memiliki kecenderungan untuk melindungi harga diri yang bersifat negatif. D. Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung Variabel tergantung pada penelitian ini yaitu kecenderungan untuk melindungi harga diri. 2. Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian ini yaitu gaya hidup. Kecenderungan gaya hidup yang akan diungkap pada penelitian ini ada 4 macam tipe yaitu tipe dominan-berkuasa, tipe bersandar, tipe menjauh, dan tipe bermanfaat. E. Definisi Operasional Secara teoretik, definisi mengacu pada Teori Psikologi Individual dari Alfred adler. Berdasarkan teori tersebut, dirumuskan definisi operasional yang berguna untuk panduan operasional dan alat ukur. 1. Kecenderungan Melindungi Harga Diri Kecenderungan untuk melindungi harga diri diukur dengan mengkaji kebiasaan membuat alasan, perilaku agresi, dan perilaku menarik diri yang dilakukan oleh subjek. Semakin tinggi skor yang dihasilkan pada alat ukur menunjukkan bahwa kecenderungan untuk melindungi harga diri individu tersebut negatif. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh dari alat ukur maka akan menunjukkan 33

49 bahwa individu tersebut memiliki kecenderungan untuk melindungi diri yang positif. 2. Gaya Hidup Kecenderungan gaya hidup yang dimiliki oleh subjek akan dikaji berdasarkan macam-macam tipe gaya hidup yaitu tipe dominan-berkuasa, tipe bersandar, tipe menjauh, dan tipe bermanfaat. Skor tertinggi yang ditunjukkan pada alat ukur untuk mengungkap tipe gaya hidup, akan menunjukkan kecenderungan gaya hidup yang dimiliki oleh individu tersebut. Namun hal tersebut bukan berarti gaya hidup yang lain tidak dimiliki oleh subjek. F. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data Alat pengumpul data berupa kuesioner dengan teknik daftar cek. Kuesioner yang digunakan akan dibagi menjadi 2 yaitu kuesioner yang digunakan untuk mengungkap kecenderungan untuk melindungi harga diri dan kuesioner untuk mengungkap gaya hidup. 1. Kecenderungan Melindungi Harga Diri Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kuesioner dengan metode daftar cek. Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan ditampilkan pada tabel 1. Tabel 1. Kisi-kisi Kecenderungan Melindungi Harga Diri No Aspek Indikator Nomor 1. Membuat Alasan 2. Agresi Jumlah Butir Membuat alasan dalam berbagai situasi. 1, 5, 9 3 Menilai rendah orang lain dengan membanggakan diri sendiri. 2, 6, 10,

50 3. Menarik Diri Membuat gosip dan memberikan kritik kepada orang lain. Menyalahkan orang lain atas kesalahannya pada individu lain untuk balas dendam. Menginginkan orang lain lebih sengsara dari pada dirinya. Memenuhi diri sendiri dengan perasaan bersalah supaya orang lain merasa bersalah akan penderitaan yang dialaminya. Cenderung mencari situasi nyaman. 15, 18, 21, 24, , 30, 32, 34, 36, , 8, 13, , 19, , 7, 11, 14, 17, 20, 23, 25, 27, 29, 31 Dengan sengaja melakukan penundaan ketika menghadapi suatu permasalahan. 33, 35, 37 3 Membuat masalah sendiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri supaya terlihat hebat Jumlah Gaya Hidup Variabel ini akan diukur menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kuesioner dengan metode daftar cek. Variabel ini akan dibagi kedalam empat kelompok yang akan dikelompokkan berdasarkan gaya hidup untuk mempermudah mengelompokkan individu kedalam tipe-tipe gaya hidup. Adapun kisi-kisi instrumen gaya hidup ditampilkan pada tabel 2. Tabel 2. Kisi-kisi Gaya Hidup NO Aspek Indikator Nomor Jumlah Butir Menceritakan segala hal kepada orang lain tanpa ada halangan. 1, 2, 6, 10, Tipe Dominan- Berkuasa Memaksakan kehendak tanpa memperdulikan orang lain. 18, 22, 26, 30, 34, 37, 40 7 Agresif 42, 44, 46, 48, 50, Tipe Bersandar Menginginkan orang lain memuaskan keinginan mereka. Mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dari orang lain. 3, 7, 11, 15, , 27, Tipe Tidak suka bergabung dalam kegiatan sosial. 4, 8, 12,

51 Menjauh Memiliki ketakutan akan kegagalan yang besar dari pada keinginan untuk sukses. 20, 24, 28, 32, 35 5 Menghindari segala macam permasalahan. 38, 41, 43 3 Melakukan hal-hal yang tidak berguna untuk melarikan diri dari masalah. 45, 47, 49 3 Aktif dalam lingkungan sosial. 5, 9, Tipe Bermanfaat Mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. 17, 21, 25 3 Dapat bekerja sama dengan baik. 29, 33, 36, 39 4 Jumlah 51 G. Uji Coba Instrumen Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen untuk mengetahui baku atau tidaknya instrumen yang akan digunakan. Untuk menguji baku atau tidaknya instrumen, maka perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap instrumen. Subjek uji coba instrumen yaitu siswa di SMA Negeri 1 Piyungan kelas XI dan XII. 1. Uji Validitas Instrumen Haynes, Richard, dan Kubany mengatakan bahwa uji validitas yang digunakan untuk menguji validitas instrumen adalah validitas isi. Validitas isi memiliki makna sejauh mana elemen-elemen dalam suatu instrumen ukur benarbenar relevan dan merupakan representasi dari konstrak yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Saifuddin Azwar, 2012:111). Dalam validitas isi terdapat validitas tampang dan validitas logis. Validitas tampang akan dilakukan dengan 36

52 penilaian ahli berdasarkan pada indikator instrumen yang telah dibuat sebelumnya. 2. Uji Reliabilitas Instrumen Dalam penelitian ini untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan formula Alpha Cronbach dari program IBM SPSS 22. Formula Alpha Cronbach dapat digunakan untuk menguji data penelitian dengan skor dikotomi (skor 0 atau 1). Menurut Sekaran (1992) reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. H. Hasil Uji Coba Alat Ukur Kuesioner untuk mengukur gaya hidup dan kecenderungan melindungi harga diri diujikan terhadap 122 siswa pada kelas XI dan kelas XII. Berdasarkan hasil uji reliabilitas terhadap kuesioner gaya hidup dengan menggunakan Alpha Cronbach, diperoleh nilai sebesar 0,827. Hal itu berarti alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel gaya hidup adalah baik. Hasil uji reliabilitas terhadap kuesioner kecenderungan melindungi harga diri dengan menggunakan Alpha Cronbach, diperoleh nilai sebesar 0,832. Hal itu berarti alat ukur yang digunakan untuk mengukur kecenderungan melindungi harga diri adalah baik. I. Teknik Analisis Data Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data dengan analisis crosstab. Alasan peneliti menggunakan formula ini karena data yang dihasilkan dari alat pengumpul data berupa data nominal dengan melihat frekuensi dari pilihan subjek terhadap variabel penelitian. Hal tersebut dikuatkan oleh Imam 37

53 Ghozali (2011:22) bahwa analisis crosstab pada prinsipnya menyajikan data dalam bentuk tabulasi yang meliputi baris dan kolom dan data untuk penyajian crosstab adalah data berskala nominal atau kategori. 38

54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Data dari penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner pengembangan diri remaja. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berfungsi untuk mengungkap bagaimana kecenderungan untuk melindungi harga diri siswa dan bagian kedua berfungsi untuk mengetahui tipe gaya hidup yang dimiliki oleh siswa. Data dari kedua bagian tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui besarnya frekuensi dari tiap-tiap variabel. a. Gaya Hidup Tipe Dominan-Berkuasa Gaya hidup ini diungkap menggunakan 18 butir pernyataan. Jumlah butir pernyataan pada kuesioner yang digunakan untuk mengungkap masing-masing indikator gaya hidup ini tidak seimbang. Maka dilakukan penyetaraan skor dengan menggunakan z-score (nilai z). Distribusi kategori variabel dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Variabel Gaya Hidup Dominan-Berkuasa No Norma Frekuensi Persentase Kategori 1. z < ,8% Rendah < z < ,8% Sedang 3. z > ,4% Tinggi Jumlah % Kategori-kategori pada distribusi variabel dapat diartikan sebagai berikut: (1) Rendah, berarti siswa hampir tidak pernah melakukan gaya 39

55 hidup tipe dominan-berkuasa; (2) Sedang, berarti siswa jarang melakukan gaya hidup tipe dominan-berkuasa; dan (3) Tinggi, berarti siswa sering melakukan gaya hidup tipe dominan-berkuasa. Dengan demikian maka dari tabel 3. dapat dilihat bahwa terdapat 24 siswa (18,8%) yang termasuk dalam kategori rendah, 83 siswa (64,8%) yang termasuk dalam kategori sedang dan 21 siswa (15,4%) yang termasuk dalam kategori tinggi. Dengan melihat data dari tabel 3. maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa memiliki gaya hidup tipe dominan-berkuasa dalam kategori sedang. Tidak dapat dihindari bahwa sebagian besar siswa memiliki gaya hidup tipe dominan-berkuasa yang sedang karena data dari gaya hidup tipe ini berdistribusi normal sehingga kurva yang dihasilkan pun berupa kurva normal. Sebaran data dari masing-masing kategori pada gaya hidup tipe dominan-berkuasa dapat dilihat pada gambar berikut: 80,0% 60,0% 40,0% 20,0% 0,0% 18,8% Rendah 64,8% Sedang 16,4% Tinggi Gambar 2. Grafik Kategorisasi Berkuasa Variabel Gaya Hidup Tipe Dominan- b. Gaya Hidup Tipe Bersandar Gaya hidup tipe bersandar diungkap dengan menggunakan 8 butir 40

56 pernyataan. Jumlah butir pernyataan untuk mengungkap tipe ini tidak setara untuk tiap indikatornya maka peneliti melakukan penyetaraan dengan menggunakan nilai z. Distribusi kategori variabel dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Distribusi Variabel Gaya Hidup Tipe Bersandar No Norma Frekuensi Persentase Kategori 1. z < ,4% Rendah < z < ,8% Sedang 3. z > ,8% Tinggi Jumlah % Kategori-kategori pada distribusi variabel dapat diartikan sebagai berikut: (1) Rendah, berarti siswa hampir tidak pernah melakukan gaya hidup tipe bersandar; (2) Sedang, berarti siswa jarang melakukan gaya hidup tipe bersandar; dan (3) Tinggi, berarti siswa sering melakukan gaya hidup tipe bersandar. Dari tabel 4. dapat terlihat bahwa terdapat 30 siswa (23,4%) yang tegolong dalam kategori rendah, 74 siswa (57,8%) tergolong dalam kategori sedang dan 24 siswa (18,8%) tergolong dalam kategori tinggi. Dengan demikian dapat terlihat bahwa banyak siswa yang memiliki gaya hidup tipe bersandar yang sedang. Sebaran data dari masing-masing kategori dapat terlihat pada gambar berikut: 60,0% 40,0% 20,0% 0,0% 23,4% Rendah 57,8% Sedang 18,8% Tinggi Gambar 3. Grafik Kategorisasi Variabel Gaya Hidup Tipe Bersandar 41

57 c. Gaya Hidup Tipe Menjauh Gaya hidup tipe menjauh diungkap dengan menggunakan 15 butir pernyataan. Butir pernyataan untuk mengungkap gaya hidup ini tidak sama untuk tiap indikatornya, maka peneliti melakukan penyetaraan dengan menggunakan nilai z sehingga data yang dihasilkan menjadi berdistribusi normal. Distribusi kategori variabel dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi Variabel Gaya Hidup Tipe Menjauh No Norma Frekuensi Persentase Kategori 1. z < ,5% Rendah < z < ,9% Sedang 3. z > ,5% Tinggi Jumlah % Kategori-kategori pada distribusi variabel dapat diartikan sebagai berikut: (1) Rendah, berarti siswa hampir tidak pernah melakukan gaya hidup tipe menjuh; (2) Sedang, berarti siswa jarang melakukan gaya hidup tipe menjauh; dan (3) Tinggi, berarti siswa sering melakukan gaya hidup tipe menjauh. Berdasarkan pada tabel 5. dapat terlihat bahwa terdapat 25 siswa (19,5%) memiliki kategori rendah, 78 siswa (60,9%) berada pada kategori sedang dan 25 siswa (19,5%) berada pada kategori tinggi. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa mayoritas siswa memiliki gaya hidup tipe menjauh yang sedang. Sebaran data dari masing-masing kategori dapat dilihat pada gambar berikut: 42

58 80,0% 60,0% 40,0% 20,0% 0,0% 19,5% Rendah 60,9% Sedang 19,5% Tinggi Gambar 4. Grafik Kategorisasi Variabel Gaya Hidup Tipe Menjauh d. Gaya Hidup Tipe Bermanfaat Gaya hidup tipe bermanfaat diungkap menggunakan 10 butir pernyataan. Butir pernyataan untuk mengungkap gaya hidup tipe ini tidak sama untuk tiap indikatornya, maka peneliti melakukan penyetaraan skor dengan menggunakan nilai z. Distribusi kategori variabel dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Distribusi Variabel Gaya Hidup Tipe Bermanfaat No Norma Frekuensi Persentase Kategori 1. z < % Rendah < z < ,4 % Sedang 3. z > ,7 % Tinggi Jumlah % Kategori-kategori pada distribusi variabel dapat diartikan sebagai berikut: (1) Rendah, berarti siswa hampir tidak pernah melakukan gaya hidup tipe bermanfaat; (2) Sedang, berarti siswa jarang melakukan gaya hidup tipe bermanfaat; dan (3) Tinggi, berarti siswa sering melakukan gaya hidup tipe bermanfaat. Maka dengan demikian berdasarkan pada 43

59 tabel 6. dapat terlihat bahwa terdapat 23 siswa (18%) memiliki kategorisasi yang rendah untuk gaya hidup tipe bermanfaat, 76 siswa (59,4%) memiliki kategori sedang dan 29 siswa (22,7%) memiliki kategori tinggi. Dari data pada tabel 6 dapat terlihat bahwa mayoritas siswa memiliki gaya hidup tipe bermanfaat pada kategori sedang. Tidak dapat dihindari bahwa mayoritas siswa memiliki kategori sedang untuk gaya hidup ini. Hal itu disebabkan karena data dari gaya hidup tipe ini merupakan gaya hidup yang berdistribusi normal sehingga kurva yang dihasilkan juga merupakan kurva normal. Sebaran data dari masingmasing kategori dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 5. Grafik Kategorisasi Variabel Gaya Hidup Tipe Bermanfaat e. Kecenderungan Melindungi Harga Diri Variabel kecenderungan melindungi harga diri diungkap menggunakan 40 butir pernyataan. Butir pernyataan yang digunakan untuk mengungkap variabel ini tidak sama untuk tiap indikatornya. Maka dari itu dilakukan penyetaraan skor dengan menggunakan nilai z. Distribusi kategori variabel dapat dilihat pada tabel 7. 44

60 Tabel 7. Distribusi Variabel Kecenderungan Melindungi Harga Diri No Norma Frekuensi Persentase Kategori 1. z < ,2 % Rendah < z < ,4 % Sedang 3. z > ,4 % Tinggi Jumlah % Kategori-kategori pada distribusi variabel dapat diartikan sebagai berikut: (1) Rendah, berarti siswa hampir tidak pernah melakukan perlindungan atas harga diri mereka; (2) Sedang, berarti siswa jarang melakukan perlindungan atas harga diri mereka; dan (3) Tinggi, berarti siswa sering melakukan perlindungan atas harga diri mereka. Berdasarkan tabel 7. dapat terlihat bahwa terdapat 22 siswa (17,2%) memiliki kecenderungan melindungi harga diri kategori rendah, 85 siswa (66,45%) berada pada kategori sedang, dan 21 siswa (16,4%) berada pada kategori tinggi. Dari tabel 7 maka dapat terlihat bahwa mayoritas siswa memiliki kecenderungan melindungi harga diri yang sedang. Sebaran data dari masing-masing kategori pada variabel kecenderungan melindungi harga diri dapat terlihat pada gambar 6. Gambar 6. Grafik Kategorisasi Variabel Kecenderungan Melindungi Harga Diri 45

61 Kecenderungan melindungi harga diri memiliki 3 macam perilaku dan tiap macamnya memiliki frekuensi pemilihan yang berbeda-beda. Untuk kecenderungan membuat alasan memiliki frekuensi pemilihan sebanyak 124 (9,2%). Kecenderungan agresi memiliki frekuensi pemilihan sebanyak 431 (31,9%) dan kecendrungan menarik diri memiliki frekuensi pemilihan sebanyak 794 (58,9%). Frekuensi pemilihan untuk macammacam kecenderungan melindungi harga diri dapat dilihat pada gambar 7. Grafik 7. Frekuensi Pemilihan Berbagai Macam Kecenderungan Melindungi Harga Diri. 2. Hasil Analisis Data Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik dengan teknik crosstab yang di dalamnya berisi analisis chi-square. Analisis chi-square digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel dengan melihat besarnya nilai signifikansi yang dihasilkan. Dari hasil analisis crosstab juga dihasilkan data berupa jumlah subjek yang berada pada tiap kategorisasi dalam variabel-variabel penelitian. Kategorisasi pada 46

62 penelitian ini terbagi menjadi tiga, yaitu: Kategori 1 (rendah); Kategori 2 (sedang); dan Kategori 3 (tinggi). a. Gaya Hidup Tipe Dominan-Berkuasa dan Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara gaya hidup tipe dominan-berkuasa dan kecenderungan melindungi diri dengan nilai chi-square sebesar 34,876 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Nilai Chi-square antara Gaya Hidup Tipe Dominan-Berkuasa dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 34,876 a 4,000 Likelihood Ratio 34,729 4,000 Linear-by-Linear Association 28,930 1,000 N of Valid Cases 128 a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,45. Dengan demikian maka hipotesis yang berbunyi Ada hubungan antara gaya hidup tipe dominan-berkuasa dan kecenderungan untuk melindungi harga diri diterima. Untuk melihat jumlah siswa yang terdapat pada gaya hidup tipe dominan-berkuasa dan kecenderungan melindungi harga diri dapat dilihat pada tabel 9. 47

63 Tabel 9. Jumlah Subjek pada Gaya Hidup Tipe Dominan-Berkuasa dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri Crosstab K_Melindungi 1,00 2,00 3,00 Total K_Dom 1,00 Count Expected Count 4,1 15,9 3,9 24,0 % within K_Dom 50,0% 50,0% 0,0% 100,0% % within K_Melindungi 54,5% 14,1% 0,0% 18,8% % of Total 9,4% 9,4% 0,0% 18,8% 2,00 Count Expected Count 14,3 55,1 13,6 83,0 % within K_Dom 12,0% 73,5% 14,5% 100,0% % within K_Melindungi 45,5% 71,8% 57,1% 64,8% % of Total 7,8% 47,7% 9,4% 64,8% 3,00 Count Expected Count 3,6 13,9 3,4 21,0 % within K_Dom 0,0% 57,1% 42,9% 100,0% % within K_Melindungi 0,0% 14,1% 42,9% 16,4% % of Total 0,0% 9,4% 7,0% 16,4% Total Count Expected Count 22,0 85,0 21,0 128,0 % within K_Dom 17,2% 66,4% 16,4% 100,0% % within K_Melindungi 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% % of Total 17,2% 66,4% 16,4% 100,0% Dari tabel 9. dapat terlihat bahwa sebanyak 12 siswa memiliki gaya hidup tipe dominan-berkuasa yang rendah dan kecenderungan melindungi harga diri yang rendah pula, dan juga terdapat 12 siswa dengan gaya hidup tipe dominan-berkuasa yang rendah dan memiliki 48

64 kecenderungan melindungi harga diri yang sedang. Dari tabel 9. juga terlihat bahwa siswa dengan gaya hidup tipe dominan-berkuasa yang sedang terdapat 10 siswa dengan kecenderungan melindungi harga diri yang rendah, 61 siswa dengan kecenderungan melindungi harga diri yang sedang, serta 12 siswa dengan kecenderungan melindungi harga diri yang tinggi. Untuk siswa dengan gaya hidup tipe dominan-berkuasa yang tinggi diketahui bahwa terdapat 12 siswa dengan kecenderungan melindungi harga diri yang sedang dan 9 siswa dengan kecenderungan melindungi harga diri yang tinggi. b. Gaya Hidup Tipe Bersandar dan Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara gaya hidup tipe bersandar dan kecenderungan untuk melindungi harga diri dengan nilai chi-square sebesar 35,958 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Nilai Chi-square antara Gaya Hidup Tipe Bersandar dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri Chi-Square Tests Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 35,958 a 4,000 Likelihood Ratio 31,451 4,000 Linear-by-Linear Association 26,502 1,000 N of Valid Cases 128 a. 3 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,94. 49

65 Dengan demikian maka hipotesis yang berbunyi Ada hubungan antara gaya hidup tipe bersandar dan kecenderungan melindungi harga diri diterima. Jumlah siswa yang terdapat pada gaya hidup tipe bersandar dan kecenderungan melindungi harga diri dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Jumlah Subjek pada Gaya Hidup Tipe Bersandar dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri Crosstab K_Melindungi 1,00 2,00 3,00 Total K_bersandar 1,00 Count Expected Count 5,2 19,9 4,9 30,0 % within K_bersandar % within K_Melindungi 46,7% 50,0% 3,3% 100,0% 63,6% 17,6% 4,8% 23,4% % of Total 10,9% 11,7% 0,8% 23,4% 2,00 Count Expected Count 12,7 49,1 12,1 74,0 % within K_bersandar % within K_Melindungi 9,5% 77,0% 13,5% 100,0% 31,8% 67,1% 47,6% 57,8% % of Total 5,5% 44,5% 7,8% 57,8% 3,00 Count Expected Count 4,1 15,9 3,9 24,0 % within K_bersandar % within K_Melindungi 4,2% 54,2% 41,7% 100,0% 4,5% 15,3% 47,6% 18,8% % of Total 0,8% 10,2% 7,8% 18,8% Total Count Expected Count 22,0 85,0 21,0 128,0 % within K_bersandar 17,2% 66,4% 16,4% 100,0% 50

66 % within K_Melindungi 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% % of Total 17,2% 66,4% 16,4% 100,0% Dengan melihat tabel 11. dapat diketahui bahwa siswa dengan gaya hidup tipe bersandar yang rendah terdapat 14 siswa memiliki kecenderungan melindungi harga diri yang rendah, 15 siswa memiliki kecenderungan melindungi harga diri yang sedang, dan 1 siswa memiliki kecenderungan melindungi harga diri yang tinggi. Untuk siswa dengan gaya hidup tipe bersandar yang sedang terdapat 7 siswa dengan kecenderungan melindungi harga diri yang rendah, 57 siswa memiliki kecenderungan melindungi harga diri yang sedang, dan 10 siswa memiliki kecenderungan melindungi harga diri yang tinggi. Siswa dengan gaya hidup tipe bersandar yang tinggi terdapat 1 siswa dengan kecenderungan melindungi harga diri yang rendah, 13 siswa memiliki kecenderungan melindungi harga diri yang sedang, dan 10 siswa memiliki kecenderungan melindungi harga diri yang tinggi. c. Gaya Hidup Tipe Menjauh dan Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara gaya hidup tipe menjauh dan kecenderungan untuk melindungi harga diri dengan nilai chi-squre sebesar 55,013 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel

67 Tabel 12. Nilai Chi-square antara Gaya Hidup Tipe Menjauh dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 55,013 a 4,000 Likelihood Ratio 47,512 4,000 Linear-by-Linear Association 36,925 1,000 N of Valid Cases 128 a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,10. Dengan demikian maka hipotesis yang berbunyi Ada hubungan antara gaya hidup tipe menjauh dan kecenderungan untuk melindungi harga diri diterima. Untuk melihat jumlah siswa yang terdapat pada gaya hidup tipe menjauh dan kecenderungan melindungi harga diri dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Jumlah Subjek pada Gaya Hidup Tipe Menjauh dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri K_ Menjauh Crosstab K_Melindungi 1,00 2,00 3,00 Total 1,00 Count Expected Count 4,3 16,6 4,1 25,0 % within K_Menjauh 60,0% 40,0% 0,0% 100,0% % within K_ Melindungi 68,2% 11,8% 0,0% 19,5% % of Total 11,7% 7,8% 0,0% 19,5% 2,00 Count Expected Count 13,4 51,8 12,8 78,0 % within K_Menjauh 7,7% 79,5% 12,8% 100,0% % within K_ Melindungi 27,3% 72,9% 47,6% 60,9% % of Total 4,7% 48,4% 7,8% 60,9% 52

68 3,00 Count Expected Count 4,3 16,6 4,1 25,0 % within K_Menjauh 4,0% 52,0% 44,0% 100,0% % within K_ Melindungi 4,5% 15,3% 52,4% 19,5% % of Total 0,8% 10,2% 8,6% 19,5% Total Count Expected Count 22,0 85,0 21,0 128,0 % within K_Menjauh 17,2% 66,4% 16,4% 100,0% % within K_ 100,0 100,0 100,0 Melindungi % % % 100,0% % of Total 17,2% 66,4% 16,4% 100,0% Berdasarkan pada tabel 13. dapat diketahui bahwa siswa dengan gaya hidup tipe menjauh yang rendah terdapat 15 siswa memiliki kecenderungan melindungi diri yang rendah pula dan 10 siswa memiliki kecenderungan melindungi harga diri dengan tingkatan yang sedang. Dari tabel 13. juga dapat dilihat bahwa siswa dengan gaya hidup tipe menjauh yang sedang terdapat 6 siswa dengan kecenderungan melindungi harga diri yang rendah, 62 siswa memiliki kecenderungan melindungi harga diri yang sedang, dan 10 siswa memiliki kecenderungan melindungi harga diri yang tinggi. Untuk siswa dengan gaya hidup tipe menjauh yang tinggi terdapat 1 siswa dengan kecenderungan melindungi harga diri yang rendah, 13 siswa memiliki kecenderungan melindungi harga diri yang sedang, dan 11 siswa memiliki kecenderungan melindungi harga diri yang tinggi. 53

69 d. Gaya Hidup Tipe Bermanfaat dan Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa terdapat hubungan antara gaya hidup tipe bermanfaat dan kecenderungan untuk melindungi harga diri dengan nilai chi-square sebesar 14,480 dan tingkat signifikansi sebesar 0,006 (p<0,05). Hasil analisis data dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14. Nilai Chi-square antara Gaya Hidup Tipe Bermanfaat dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 14,480 a 4,006 Likelihood Ratio 12,524 4,014 Linear-by-Linear Association 6,970 1,008 N of Valid Cases 128 a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,77. Dengan demikian maka hipotesis yang berbunyi Ada hubungan antara gaya hidup tipe bermanfaat dan kecenderungan untuk melindungi harga diri diterima. Untuk melihat jumlah siswa yang terdapat pada gaya hidup tipe bermanfaat dan kecenderungan melindungi harga diri dapat dilihat pada tabel 15. Tabel 15. Jumlah Subjek pada Gaya Hidup Tipe Bermanfaat dan Kecenderungan Melindungi Harga Diri K_ Bermanfaat Crosstab K_Melindungi 1,00 2,00 3,00 Total 1,00 Count Expected Count 4,0 15,3 3,8 23,0 % within K_Bermanfaat 43,5% 43,5% 13,0% 100,0% % within K_Melindungi 45,5% 11,8% 14,3% 18,0% % of Total 7,8% 7,8% 2,3% 18,0% 54

70 2,00 Count Expected Count 13,1 50,5 12,5 76,0 % within K_Bermanfaat 13,2% 71,1% 15,8% 100,0% % within K_Melindungi 45,5% 63,5% 57,1% 59,4% % of Total 7,8% 42,2% 9,4% 59,4% 3,00 Count Expected Count 5,0 19,3 4,8 29,0 % within K_Bermanfaat 6,9% 72,4% 20,7% 100,0% % within K_Melindungi 9,1% 24,7% 28,6% 22,7% % of Total 1,6% 16,4% 4,7% 22,7% Total Count Expected Count 22,0 85,0 21,0 128,0 % within K_Bermanfaat 17,2% 66,4% 16,4% 100,0% % within K_Melindungi 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% % of Total 17,2% 66,4% 16,4% 100,0% Berdasarkan tabel 15. diketahui bahwa siswa dengan gaya hidup bermanfaat yang rendah terdapat 10 siswa dengan kecenderungan melindungi harga diri yang rendah pula, 10 siswa dengan kecenderungan melindungi harga diri yang sedang, dan 3 siswa dengan kecenderungan melindungi harga diri yang tinggi. Dari tabel 15. juga diketahui bahwa siswa dengan gaya hidup tipe bermanfaat yang rendah terdapat 10 siswa dengan kecenderungan melindungi harga diri rendah, 54 siswa dengan kecenderungan melindungi harga diri yang sedang, dan 12 siswa memiliki kecenderungan melindungi harga diri yang tinggi. Untuk siswa dengan gaya hidup tipe bermanfaat yang tinggi terdapat 2 siswa dengan kecenderungan melindungi harga diri yang rendah, 21 siswa memiliki 55

71 kecenderungan melindungi harga diri yang sedang, dan 6 siswa dengan kecenderungan melindungi harga diri yang tinggi. B. Pembahasan 1. Hubungan antara Gaya Hidup Tipe Dominan-Berkuasa terhadap Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara gaya hidup tipe dominan-berkuasa terhadap kecenderungan untuk melindungi harga diri. Siswa dengan kecenderungan melakukan gaya hidup tipe dominan-berkuasa tinggi, mereka akan dengan mudah mengemukakan segala sesuatu yang mereka pikirkan dan yang mereka rasakan tanpa adanya halangan serta berperilaku agresif. Gaya hidup ini merupakan gaya hidup yang dimiliki oleh individu dengan tingkat minat sosial yang rendah namun memiliki tingkat aktivitas yang tinggi, maka siswa akan cenderung melakukan kecenderungan untuk melindungi diri yang bersifat agresi. Hal ini ditunjukan dengan banyaknya siswa yang cenderung memiliki gaya hidup dominan-berkuasa yang tinggi menyetujui pernyataan saya akan memberikan kritikan kepada orang yang tidak saya sukai. Memberikan kritikan merupakan salah satu butir pernyataan dari indikator agresi. Individu dengan kecenderungan gaya hidup ini memiliki keinginan untuk memanipulasi dan menguasai situasi hidup dan orangorangnya (Yustinus Semiun, 2013:255). Oleh sebab itu, mereka selalu berusaha mendominasi lingkungan dimana mereka berada dan ketakutan mereka adalah apabila ada orang lain yang berusaha ingin mengambil 56

72 eksistensi mereka di lingkungan. Ketakutan-ketakutan itu yang pada akhirnya membuat mereka melakukan apa yang disebut oleh Adler kecenderungan untuk melindungi harga diri. Untuk melihat keterkaitan dinamika psikologis individu yang memiliki gaya hidup dominan-berkuasa terhadap kecenderungan untuk melindungi harga diri akan digambarkan sebagai berikut. Siswa dengan gaya hidup dominan-berkuasa memang sangat besar kemungkinannya untuk melakukan kecenderungan melindungi harga diri yang bersifat agresi. Contohnya pada kecendrungan melindungi harga diri yang agresi, siswa yang sering memaksakan kehendaknya akan sering melakukan tindakan agresi supaya siswa bisa mengatur orang-orang yang ada di lingkungannya. Terbukti dengan pernyataan yang berbunyi saya harus mendapatkan apa yang saya inginkan dengan berbagai cara banyak dipilih oleh siswa. Berbagai cara yang dimaksudkan berarti siswa menguasai orang-orang di sekitarnya sehingga siswa mampu memperoleh apa yang diinginkan dengan menghalalkan segala cara. Tindakan agresi yang sering dilakukan oleh siswa terlihat pula pada pernyataan yang berbunyi saya menyalahkan diri sendiri supaya orang lain merasa bersalah atas kejahatan yang pernah mereka lakukan terhadap saya. Tindakan agresi yang dilakukan oleh siswa tersebut bertujuan untuk menyalahkan orang lain dengan menunjukan ketidakberdayaan dirinya sehingga dengan demikian, siswa memperoleh superioritasnya yaitu memaksakan kehendaknya dengan cara membuat perasaan bersalah sehingga 57

73 orang lain melakukan seperti apa yang diinginkan olehnya. Mereka menguasai perasaan orang yang telah berbuat jahat kepadanya dengan cara menyalahkan dirinya sendiri. Dalam konteks ini apa yang menjadi keinginannya yaitu supaya orang lain merasa bersalah atas kejahatan yang pernah dilakukan terhadap dirinya. Salah satu tujuan dari kecenderungan melindungi harga diri yang bersifat agresi yaitu untuk membalaskan dendam dan berusaha untuk membuat orang lain lebih menderita dibanding dirinya. Dalam teorinya, Adler mengatakan bahwa individu akan melakukan kompensasi-kompensasi untuk melawan perasaan inferiornya. Dengan membalaskan dendamnya, seorang individu akan merasa bahwa dirinya mampu mengatasi perasaanperasaan inferiornya. Ketika individu tersebut berhasil membalaskan dendamnya, maka individu tersebut merasa bahwa harga dirinya tidak lagi terinjak-injak oleh orang yang telah berbuat jahat kepada dirinya. Gaya hidup merupakan alat bagi individu untuk memperoleh apa yang diinginkannya Apabila individu tersebut gagal mendapatkan apa yang diinginkan, maka mereka akan melakukan kecenderungan melindungi harga diri untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan untuk mempertahankan gaya hidupnya saat ini. Individu yang memiliki gaya hidup tipe domain-berkuasa memiliki kecenderungan untuk berperilaku tanpa memperdulikan orang lain (Hjelle & Ziegler, 1981:83). Mereka memanipulasi dan menguasai situasi hidup dan orang-orangnya (Yustinus Semiun, 2013:255). Begitulah cara yang dilakukan 58

74 oleh orang-orang dominan untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Apabila dengan berperilaku berkuasa masih belum mampu membuat mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, maka mereka akan melakukan kecenderungan melindungi harga diri yang bersifat agresi dengan bertindak sesuka hati tanpa memperdulikan perasaan orang lain. Gaya hidup tipe dominan-berkuasa memiliki tingkat sosial yang rendah dan tingkat akitvitas yang tinggi, maka sangat memungkinkan bagi individu dengan gaya hidup ini memiliki perilaku anti-sosial dan melakukan tindakan agresi. 2. Hubungan antara Gaya Hidup Tipe Bersandar terhadap Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara gaya hidup tipe bersandar terhadap kecenderungan melindungi harga diri. Gaya hidup tipe bersandar merupakan gaya hidup dimana individu dengan tipe ini mengharapkan orang lain memuaskan kebutuhan-kebutuhannya, mengurus atau memperhatikan minat-minatnya (Yustinus Semiun, 2013:255). Hal itu berarti semakin sering siswa mengharapkan orang lain memuaskan kebutuhan mereka dan memanjakan mereka, maka semakin sering juga individu tersebut melakukan kecenderungan melindungi harga diri. Bagi mereka sangatlah penting memiliki orang yang bisa menuruti segala hal yang mereka inginkan. Dengan demikian, individu dengan gaya hidup tipe bersandar ini tidak perlu berusaha keras untuk memperoleh apa yang diinginkannya. Apabila keinginan mereka tidak terpenuhi, maka mereka akan cenderung menyalahkan individu yang mereka jadikan sebagai objek tempel dengan berbagai macam alasan. 59

75 Gaya hidup ini cenderung memiliki tingkat aktivitas dan tingkat minat sosial yang rendah, mereka tidak terlalu suka bersosialisasi dengan masyarakat sehingga mereka hanya menempel pada individu-individu yang menurut mereka mampu memuaskan keinginan mereka. Hal itu juga didukung dengan pernyataan yang berbunyi saya puas bila orang lain melakukan apa yang saya mau banyak dipilih oleh siswa. Gaya hidup ini juga dimungkinkan memiliki kecenderungan untuk melindungi harga diri yang bersifat agresi. Hal itu diperkuat dengan pernyataan yang berbunyi orang lain harus menuruti apa yang saya perintahkan banyak dipilih oleh siswa. Apabila apa yang siswa inginkan tidak dituruti, maka siswa akan melakukan kecenderungan melindungi harga diri yang bersifat agresi seperti pernyataan saya ingin orang lain lebih sengsara dari pada diri saya terutama orang yang telah berbuat jahat terhadap saya yang banyak dipilih oleh siswa. Orang yang berbuat jahat disini bisa diartikan bahwa individu yang dimaksudkan tidak bisa menuruti apa yang siswa inginkan dan apa yang diharapkannya, oleh karena itu mereka ingin orang tersebut lebih menderita daripada dirinya. Individu dengan gaya hidup bersandar berharap menerima kepuasan dari orang lain dan mereka menjadi bergantung pada orang tersebut (Schultz & Shultz, 2005:132). Oleh karena itu, apabila individu dengan gaya hidup ini tidak merasa puas dengan orang yang dijadikan sandaran, maka individu tersebut akan merasa puas bila orang yang tidak bisa menuruti apa yang diinginkannya menjadi sengsara dan lebih menderita daripada dirinya. 60

76 Dengan demikian, maka individu merasa menjadi superior atas orang yang dianggap berbuat jahat terhadapnya dan mereka akan merasa bahwa harga dirinya tidak lagi jatuh karena orang tersebut. Perasaan tidak berdaya yang berlebihan membuat individu dengan gaya hidup ini akan sangat menggantungkan hidupnya pada orang lain. Mereka takut merasakan kegagalan. Apabila orang lain tidak mampu melakukan apa yang diinginkannya, maka akan sangat mungkin bagi individu dengan gaya hidup tipe bersandar melakukan kecenderungan melindungi harga diri yang bersifat agresi. 3. Hubungan antara Gaya Hidup Tipe Menjauh terhadap Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa terdapat hubungan antara gaya hidup tipe menjauh terhadap kecenderungan melindungi harga diri. Gaya hidup tipe menjauh merupakan gaya hidup yang dilakukan oleh individu dimana individu tersebut cenderung berusaha mencapai keberhasilan dengan cara menghindari atau menarik diri dari masalah (Yustinus Semiun, 2013:255). Artinya bahwa keinginan mereka untuk memperoleh keberhasilan terkalahkan oleh rasa takut akan kegagalan dan rintangan-rintangan yang mungkin dihadapi untuk memperoleh keberhasilan itu. Hal itu terbukti dengan pernyataan pada kuesioner yang berbunyi saya sangat takut apabila saya mengalami suatu kegagalan yang banyak dipilih oleh siswa. Dengan demikian maka kecenderungan untuk melindungi harga diri yang mungkin akan sering dilakukan oleh siswa dengan gaya hidup ini yaitu perilaku menarik diri. 61

77 Adanya kecenderungan untuk melindungi diri yang bersifat menarik diri pada gaya hidup tipe menjauh ini dikuatkan dengan pernyataan yang digunakan untuk mengungkap gaya hidup ini yang berbunyi saya orang yang tidak suka mengambil resiko yang banyak dipilih oleh siswa. Mereka tidak berani mengambil resiko dalam kehidupannya, maka dari itu mereka melakukan kecenderungan menarik diri. Kecenderungan menarik diri ini dikuatkan pula dengan pernyataan untuk mengungkap kecenderungan menarik diri yang berbunyi saya yakin biarlah waktu yang menyelesaikan segala permasalahan yang saya miliki banyak dipilih oleh siswa. Individu dengan gaya hidup ini memiliki minat yang rendah dan aktivitas yang rendah pula. Oleh karena itu mereka cenderung menghindari diri dari permasalahan-permasalahan dan bukan menyelesaikanya. Apabila mereka ditimpa suatu masalah, maka mereka tidak berusaha menyelesaikannya. Individu dengan gaya hidup ini memiliki kebiasaankebiasaan yang tidak berguna yang mereka gunakan untuk melarikan diri dari masalah (Hjelle & Ziegler, 1981:83). Schultz & Schultz (2005:132) juga mengatakan bahwa individu dengan gaya hidup ini gemar menghidari diri mereka dari masalah karena takut mengalami kegagalan. Individu dengan gaya hidup ini bersifat pasif secara sosial, maka mereka akan membiarkan masalah mereka berlalu dengan sendirinya tanpa perlu mereka ikut campur di dalamnya. 4. Hubungan antara Gaya Hidup Tipe Bermanfaat terhadap Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri 62

78 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara gaya hidup tipe bermanfaat terhadap kecenderungan untuk melindungi harga diri. Individu dengan gaya hidup ini adalah individu yang bermanfaat bagi masyarakat dan siap untuk bekerjasama dengan orang-orang lain untuk mengatasi tugas-tugas kehidupan (Yustinus Semiun, 2013:256). Mereka tidak menganggap masyarakat sebagai musuh mereka, maka mereka akan jarang melakukan perlindungan terhadap harga diri mereka. Gaya hidup ini memiliki minat sosial dan aktivitas yang tinggi, oleh karena itu mereka akan menaruh perhatian yang tinggi pada masyarakat di sekitarnya dan akan mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya. Perasaan superior yang dimiliki oleh individu adalah perasaan untuk berguna bagi masyarakat. Oleh karena itu, individu dengan gaya hidup bermanfaat jarang melakukan perlindungan terhadap harga dirinya karena keberadaannya di masyarakat diterima dengan baik. Individu dengan gaya hidup ini ingin bekerjasama dalam masyarakat untuk menguasai tugas-tugas kehidupan (Hjelle & Ziegler, 1981:83). Mereka memiliki pertahanan yang baik terhadap permasalahan yang mereka miliki dengan membangun kerangka kerja yang baik di dalam minat sosial (Shcultz & Schultz, 2005:132). Individu dengan gaya hidup tipe bermanfaat akan membangun kerangka kerja yang baik di dalam masyarakat sehingga mereka tidak lagi mencari keuntungan pribadi. Bagi mereka keberhasilan bersama merupakan hal yang paling utama. Mereka menganggap masyarakat merupakan bagian dari dirinya dan mereka jarang melakukan pertahanan 63

79 untuk melindungi harga dirinya. Mereka alan bekerjasama didalam masyarakat untuk memecahkan permasalahan-permasalahan kehidupan mereka dalam dunia sosial. 5. Implikasi Keterkaitan antara Berbagai Tipe Gaya Hidup dan Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri pada Layanan Bimbingan dan Konseling Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya bahwa terdapat hubungan antara gaya hidup dan kecenderungan melindungi harga diri. Selain itu, masing-masing indikator pada tiap tipe gaya hidup juga berkorelasi terhadap berbagai macam kecenderungan melindungi harga diri. Dengan demikian, maka hal tersebut mampu memberikan sumbangan terhadap layanan bimbingan dan konseling. Guru BK mampu memberikan layanan bimbingan klasikal untuk melakukan pencegahan supaya siswa tidak melakukan perlindungan terhadap harga diri mereka secara negatif. Guru BK juga mampu memberikan layanan untuk membantu siswa membentuk gaya hidup yang baik dengan mengarahkan minat kemasyarakatan mereka ke arah yang positif. Layanan konseling untuk siswa yang terindikasi melakukan perlindungan terhadap harga diri juga perlu dilihat dari bagaimana gaya hidup siswa tersebut. Apabila siswa tersebut memiliki gaya hidup yang negatif, maka gaya hidup itu yang harus diubah terlebih dahulu dengan meningkatkan minat kemasyarakatan siswa karena perlindungan terhadap harga diri merupakan alat yang digunakan oleh individu untuk melindungi harga diri mereka yang terancam di dalam masyarakat. 64

80 Ketika guru BK memberikan layanan klasikal mengenai gaya hidup tipe dominan-berkuasa, maka penekanan materi yang diberikan untuk siswa yaitu cara merubah perilaku siswa yang terbiasa memaksakan kehendak mereka kepada orang lain. Hal tersebut juga sejalan dengan gaya hidup tipe dominanberkuasa yang cenderung memiliki perlindungan terhadap harga diri yang bersifat agresi. Apabila siswa diberikan layanan bimbingan klasikal dengan materi mengurangi kebiasaan mereka untuk memaksakan kehendak kepada orang lain, maka dapat diprediksikan hal tersebut mampu mengurangi perilaku agresi yang mereka lakukan. Selain memberikan layanan mengenai gaya hidup tipe dominanberkuasa, guru BK juga perlu memberikan layanan bimbingan klasikal mengenai gaya hidup tipe bersandar. Ketika guru BK memberikan layanan mengenai gaya hidup ini, maka penekanan materi yang perlu diberikan oleh siswa yaitu mengurangi keinginan mereka yang cenderung ingin orang lain memuaskan keinginan mereka. Hal itu sejalan dengan gaya hidup tipe bersandar yang cenderung memiliki perlindungan terhadap harga diri yang bersifat agresi. Hasil dari pemberian layanan klasikal dengan materi ini diprediksikan mampu menurunkan kecenderungan perilaku agresi yang sering dilakukan oleh siswa. Layanan bimbingan klasikal untuk gaya hidup tipe menjauh juga perlu diberikan kepada siswa. Penekanan yang diberikan untuk materi gaya hidup ini yaitu mengubah perilaku siswa yang cenderung memiliki ketakutan akan kegagalan yang lebih besar daripada keinginan untuk sukses. Hal tersebut 65

81 sejalan dengan gaya hidup tipe menjauh cenderung memiliki perlindungan terhadap harga diri yang bersifat menarik diri. Dengan usaha untuk menurunkan kecenderungan siswa memiliki ketakutan yang lebih besar daripada keinginan untuk sukses, maka dapat diprediksikan siswa mampu mengurangi kecenderungan untuk menarik diri mereka. Bimbingan mengenai gaya hidup tipe bermanfaat juga sangat penting diberikan kepada siswa. Penekanan materi yang diberikan untuk gaya hidup ini yaitu meningkatkan kemapuan siswa untuk dapat bekerjasama dengan baik di masyarakat. Dengan meningkatkan kemampuan ini, diprediksikan siswa mampu mempertahankan gaya hidup yang bermanfaat ini. Secara umum gaya hidup sangatlah dipengaruhi oleh minat kemasyarakatan. Dengan minat kemasyarakatan yang baik, mereka akan mampu terhindar dari kecenderungan untk melindungi harga diri yang bersifat negatif. Oleh karena itu, ketika guru BK memberikan materi layanan bimbingan klasikal untuk berbagai macam tipe gaya hidup, diharapkan guru BK juga memberikan cara-cara bagi siswa untuk meningkatkan minat kemasyarakatan mereka. C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu pada subjek yang diteliti hanya siswa kelas X pada SMA Negeri 1 Piyungan. Selain itu pada alat ukur, siswa banyak memilih butir pernyataan yang bersifat positif karena adanya keinginan untuk terlihat baik. Menurut peneliti perlu diadakan penelitian lebih lanjut 66

82 mengenai gaya hidup karena masih banyak faktor pada gaya hidup menurut Adler yang masih belum terungkap pada penelitian ini. 67

83 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Ada hubungan antara gaya hidup terhadap kecenderungan melindungi harga diri. Menurut Teori, terdapat empat macam gaya hidup dan masing-masing gaya hidup memiliki hubungan terhadap kecenderungan untuk melindungi harga diri. Berdasarkan penjelasan dari berbagai literatur diketahui bahwa gaya hidup yang dimiliki oleh individu bersifat fleksibel dan setiap individu memiliki lebih dari satu macam gaya hidup. Dari teori juga dijelaskan bahwa kecenderungan melindungi harga diri pasti akan dilakukan oleh tiap individu. Hanya saja apabila kecenderungan melindungi harga diri itu sering dilakukan, maka hal itu akan menjadi perilaku yang tidak sehat. Berdasarkan data penelitian maka dapat disimpulkan bahwa siswa dengan gaya hidup tipe dominan-berkuasa dan siswa dengan gaya hidup tipe bersandar diasumsikan memiliki kecenderungan untuk melindungi harga diri yang bersifat agresi. Siswa dengan gaya hidup tipe menjauh akan dimungkinkan memiliki kecenderungan melindungi harga diri yang bersifat menarik diri. Untuk siswa dengan gaya hidup tipe bermanfaat, mereka akan jarang melakukan kecenderungan melindungi harga diri karena mereka merasa bahwa masyarakat bukanlah musuh mereka, sehingga mereka tidak perlu melakukan perlindungan terhadap harga diri mereka. 68

84 B. Saran Berdasarkan penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka peneliti memberikan beberapa saran antara lain: 1. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling Memberikan informasi mengenai gaya hidup yang banyak dimiliki oleh siswa di sekolah menengah serta memberikan gambaran mengenai kecenderungan melindungi diri yang dilakukan siswa dan juga latar belakang mereka melakukan kecenderungan melindungi harga diri tersebut. 2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Memberikan informasi mengenai latar belakang siswa melakukan perilaku-perilaku kecenderungan untuk melindungi harga diri siswa sehingga pihak sekolah mampu memberikan penanganan khusus sesuai dengan latar belakang mengapa siswa melakukan hal tersebut. Bagi siswa yang sering melakukan tindakan agresi, guru Bimbingan dan Konseling bisa memberikan layanan baik bimbingan kelompok ataupun bimbingan individual. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Dapat digunakan sebagai wacana untuk dilakukan penelitian selanjutnya. Dapat disarankan untuk peneliti selanjutnya lebih menggali alasan-alasan siswa melakukan kecenderungan melindungi diri selain latar belakang gaya hidup yang dimiliki oleh siswa. Dalam teori Psikologi Individual masih banyak aspek-aspek yang bisa digunakan untuk 69

85 mengungkap kecenderungan untuk melindungi harga diri. Serta diharapkan untuk peneliti selanjutnya mampu memperluas subjek penelitian. 70

86 DAFTAR PUSTAKA Ami. (2014). Pelajar Tawuran Bawa Pedang. Tribun jogja (9 Maret 2014). Hal. 3 Burhan Nurgiyantoro, Gunawan, & Marzuki. (2009). Statistika Terapan (Untuk Penelitian Ilmu Pendidikan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Duwiconsultant. (2011). Uji Reliabilitas Kuesioner. Diakses dari duwiconsultant. blogspot. com / 2011 / 11 / uji- reliabilitas- kuisioner.html pada tanggal 17 Maret 2014 pukul Ewen, R. B. (2003). An Introduction to Theories of Personality. 6 th. Ed. London: Lawrence Erlbaum Associates Feist, J & Feist, G. J. (2009). Theories Of Personality. 7 th. Ed. New York: McGraw-Hill Companies HJelle, L. A & Ziegler, D.J. (1981). Personality Theories (Basic Assumptions, Research, And Applications). Singapore: McGraw International Book Imam Ghozali. (2011). Aplikasi AnalisisMultivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Kompas. (2012). Pelajar Tewas Siasia Karena Tawuran. Diakses dari Pelajar. Tewas. Siasia.karena. Tawuran pada `26 Agustus 2013 pukul Palmer, S. (2011). Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: PustakaPelajar Rita Eka Izzaty, Siti Partini Suardiman, Yulia Ayriza, Purwandari, Hiryanto, & Rosita Endang Kusmaryani. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press Saifuddin Azwar. (2012). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Santrock, J. W. (2007). Remaja. Jilid 1. Alih Bahasa: Benedictine Widyasinta. Erlangga Santrock, J. W. (2012). Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup, Jilid 1). Alih Bahasa: Benedictine Widyasinta. Erlangga Schultz, D. P & Schultz, S. E. (2005). Theories of Personality. 8 th. Ed. United States of America: Wadsworth, Thomson Learning, Inc Shrarf, R. S. (2012). Theories of Psychotheraphy and Counseling: Concepts and Cases. 5 th. Ed. United States of America: Brooks/Cole, Cengage Learning Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan. (2010). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Yustinus Semiun. (2013). Teori-Teori Kepribadian (Psikoanalitik Kontemporer-1). Yogyakarta: Kanisius 71

87 LAMPIRAN 1: ALAT UKUR 72

88 KUESIONER PERKEMBANGAN DIRI REMAJA Disusun Oleh: Gisela Winda Permatasari PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

89 Adik-adik sekalian, Kuisioner ini terdiri dari dua bagian yang masing-masing bagiannya berfungsi untuk mengukur perkembangan diri remaja. Kedua bagian tersebut WAJIB kalian berikan respon. Di dalam angket ini berisi sederetan pernyataan dan adikadik diharapkan memberikan respon sejujur-jujurnya terhadap pernyaataanpernyataan yang tersedia. Pilihlah pernyataan yang sesuai dengan kondisi adikadik saat ini. Respon yang diberikan adik-adik akan sangat berguna bagi perkembangan ilmu psikologi dan perkembangan remaja. Data dari kuisioner ini bersifat rahasia. Terimakasih atas kerjasama adik-adik sekalian. Tetaplah belajar dengan giat dan gapai mimpi kalian. Semoga kalian sukses dimasa depan dan bias menggapai apa yang kalian cita-citakan. Amin. Salam, Gisela Winda Permatasari 74

90 Pernyataan Persetujuan Dengan ini saya, Nama :...(boleh inisial) Kelas :... Sekolah :... Jenis Kelamin :... Bersedia menjadi responden atas penelitian yang dilakukan oleh Gisela Winda Permatasari dengan nomor induk mahasiswa BK FIP UNY. Yogyakarta, (...) 75

91 BAGIAN I 76

92 Petunjuk Pengisian Bagian ini terdiri dari beberapa pernyataan yang berfungsi untuk mengukur perkembangan diri remaja. Kalian WAJIB memberikan repon pada bagian ini. Bacalah tiap pernyataan dengan seksama. Berilah tanda cek ( ) dalam KOTAK yang tersedia pada pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi kalian saat ini. Contoh: Si A memilih pernyataan nomor 1 dan 2 karena pernyataan tersebut sesuai dengan dirinya saat ini, maka ia memberikan tandak cek ( ) pada pernyataan nomor 1 dan 2 seperti di bawah ini. 1. Saya tidak suka menjadi pusat perhatian. 2. Saya tidak suka memaksakan kehendak pada orang lain. 3. Saya tidak suka bekerjasama dengan orang lain. 77

93 1. Saya akan membuat alasan supaya orang lain tidak mengetahui kesalahan yang saya lakukan. 2. Orang lain tidak lebih baik dari diri saya. 3. Saya akan mencari situasi yang nyaman untuk diri saya. 4. Saya ingin orang lain lebih sengsara dari pada diri saya terutama orang yang telah berbuat jahat terhadap saya. 5. Saya selalu berusaha membuat alasan untuk setiap apa yang saya lakukan. 6. Pekerjaan yang saya lakukan jauh lebih baik dari pada yang orang lain lakukan. 7. Saya tidak senang bila berada di situasi yang membuat diri saya bingung/tidak nyaman. 8. Saya tidak senang bila orang lain bahagia sementara saya sedih. 9. Alasan merupakan hal yang harus ada pada diri saya. 10. Hasil pekerjaan orang lain tidak lebih baik dari saya. 11. Ketika saya berada di situasi yang tidak nyaman, saya akan mencari simpati orang supaya mereka membuat saya nyaman. 12. Saya memiliki hasil pekerjaan yang jauh lebih baik dari pada temanteman seusia saya. 78

94 13. Saya akan melakukan segala cara untuk membuat orang-orang disekitar saya lebih menderita dari pada saya. 14. Saya cenderung orang yang tidak suka diberi tanggungjawab yang besar. 15. Saya akan memberikan peringatan keras melalui ucapan kepada orang yang tidak saya suka. 16. Saya dengan sengaja menunjukkan ekspresi bersalah saya agar orang lain merasa bersalah atas apa yang menimpa diri saya. 17. Bila ada pekerjaan yang sulit, saya lebih cenderung untuk menyerahkan kepada orang lain. 18. Saya senang menceritakan keburukan orang yang tidak saya sukai pada teman-teman saya. 19. Saya menyalahkan diri sendiri supaya orang lain merasa bersalah atas kejahatan yang pernah mereka lakukan terhadap saya. 20. Saya tidak mau melakukan sesuatu karena saya beralasan tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut. 21. Saya akan memberikan kritikan kepada orang yang tidak saya sukai. 22. Menangis di depan umum merupakan hal yang biasa saya lakukan. 23. Saya tidak suka diberi pekerjaan yang membutuhkan tanggungjawab yang besar karena saya akan gagal melakukannya. 24. Memberikan kritikan untuk orang lain merupakan hal yang biasa saya lakukan. 25. Saya tidak pernah yakin dengan keputusan yang saya buat. 79

95 26. Menceritakan keburukan orang yang tidak saya sukai di muka umum merupakan hal yang sudah biasa saya lakukan. 27. Saya akan merasa ragu-ragu untuk memutuskan sesuatu. 28. Kesalahan yang saya lakukan disebabkan karena orang lain. 29. Saya tidak memiliki kepercayaan diri atas keputusan yang saya ambil. 30. Masalah pada diri saya disebabkan oleh orang lain. 31. Saya ragu mengambil sebuah keputusan. 32. Saya akan membalaskan dendam saya terhadap orang yang telah berbuat jahat kepada saya. 33. Saya yakin biarlah waktu yang akan menyelesaikan segala permasalahan yang saya miliki. 34. Saya harus membalas setiap perbuatan orang lain yang jahat kepada saya. 35. Saya tidak menyelesaikan masalah yang saya miliki, biarlah masalah tersebut selesai dengan sendirinya. 36. Saya akan memanfaatkan orang lain untuk membalaskan dendam saya. 37. Saya menyelesaikan masalah bila sudah mendekati deadline. 38. Apabila saya tidak menyukai seseorang, saya akan menyalahkannya untuk membalas dendam. 39. Saya membuat dan menyelesaikan masalah saya sendiri supaya terlihat hebat oleh orang lain. 40. Saya tidak suka melihat orang lain lebih bahagia dari pada saya. 80

96 81

97 BAGIAN II 82

98 Petunjuk Pengisian Bagian ini terdiri dari beberapa pernyataan yang berfungsi untuk mengukur perkembangan diri remaja. Kalian WAJIB memberikan repon pada bagian ini. Bacalah tiap pernyataan dengan seksama. Berilah tanda cek ( ) dalam KOTAK yang tersedia pada pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi kalian saat ini. Contoh: Si A memilih pernyataan nomor 1 dan 2 karena pernyataan tersebut sesuiai dengan dirinya saat ini, maka ia memberikan tandak cek ( ) pada pernyataan nomor 1 dan 2 seperti di bawah ini. 1. Saya tidak suka menjadi pusat perhatian. 2. Saya tidak suka memaksakan kehendak pada orang lain. 3. Saya tidak suka bekerjasama dengan orang lain. 83

99 1. Saya dapat meminta orang lain untuk melakukan sesuatu yang saya fikirkan. 2. Saya dapat menceritakan segala hal kepada orang lain. 3. Saya ingin orang lain menjalankan apa yang saya inginkan. 4. Saya tidak memiliki ketertarikan untuk bergabung dalam organisasi. 5. Saya senang bergabung dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di sekolah dan di lingkungan rumah. 6. Saya mengungkapkan apapun yang saya fikir dan rasakan. 7. Saya puas bila orang lain melakukan apa yang saya mau. 8. Menurut saya mengikuti kegiatan sosial merupakan hal yang sia-sia. 9. Saya senang bergabung dalam suatu perkumpulan atau organisasi. 10. Bila saya tidak setuju, maka saya mengungkapkannya. 11. Orang lain harus menuruti apa yang saya perintahkan. 12. Saya tidak mempunyai waktu untuk mengikuti kegiatan sosial. 13. Melakukan kegiatan bersama teman adalah hal yang lebih menyenangkan dibandingkan bekerja sendiri. 14. Bila saya senang terhadap sesuatu, saya mengekspresikan dengan terbuka. 15. Saya harus memperoleh apa yang saya inginkan. 16. Saya tidak suka berinteraksi dengan orang banyak. 84

100 17. Bermusyawarah merupakan jalan yang baik untuk menyelesaikan suatu masalah. 18. Orang lain harus menuruti apapun yang saya inginkan. 19. Memaksa orang lain merupakan hal yang wajar saja dilakukan. 20. Saya sangat takut apabila saya mengalami suatu kegagalan. 21. Saya mudah menerima masukan dari orang lain. 22. Saya harus mendapatkan apa yang saya inginkan dengan berbagai cara. 23. Menurut saya, kita harus memanfaatkan kebaikan orang lain dengan maksimal. 24. Saya orang yang tidak suka mengambil resiko. 25. Kepentingan bersama lebih penting daripada kepentingan pribadi. 26. Keputusan saya adalah keputusan yang paling benar. 27. Keuntungan merupakan hal yang harus diperhitungkan dalam pergaulan. 28. Saya cemas bila terfikir akan gagal mencapai sesuatu. 29. Saya senang bekerjasama dengan orang lain. 30. Saya tidak mau mendengarkan pendapat orang lain karena pendapat saya yang paling benar. 31. Saya hanya berteman dengan orang yang membawa keuntungan bagi diri saya. 32. Menurut saya keberhasilan seseorang merupakan suatu keberuntungan. 85

101 33. Segala sesuatu yang dikerjakan secara bersama-sama akan dapat terselesaikan dengan baik. 34. Saya orang yang cenderung tidak memperdulikan orang-orang di sekitar saya. 35. Keberhasilan akan datang dengan sendirinya. 36. Saya mudah bekerjasama dengan orang lain 37. Saya orang yang cuek. 38. Saya cenderung mengindari permasalahan daripada menyelesaikannya. 39. Saya dapat menyesuaikan diri dengan berbagai kelompok. 40. Terlalu repot bagi saya bila saya memberikan perhatian pada orang lain. 41. Saya akan melakukan apapun agar terhindar dari masalah. 42. Mengumpat merupakan hal yang biasa saya lakukan sehari-hari. 43. Saya memilih untuk diam daripada terkena masalah. 44. Ketika saya berada pada situasi yang tidak nyaman, saya akan mengekspresikan diri saya dengan cara mengumpat. 45. Saya lebih baik mengerjakan sesuatu yang membuat diri saya senang daripada mengerjakan tugas. 46. Saya mengumpat dengan siapa saja tanpa memperdulikan apapun. 47. Saya akan menyibukkan diri ketika orang lain sedang membahas permasalahan yang berkaitan dengan saya. 48. Saya mengingin semua orang mendengarkan saya. 86

102 49. Ketika saya terlibat dalam suatu permasalahan, saya melarikan diri dari masalah tersebut. 50. Saya suka menjadi pusat perhatian. 51. Sikap dominan adalah sikap yang baik. 87

103 SELESAI 88

104 LAMPIRAN 2: VALIDITAS & RELIABILITAS 89

105 ASPEK NO BUTIR LAPORAN PENILAIAN AHLI INDIKATOR SEBELUM PERBAIKAN MENAMBAH AHLI - Asertif Mengemukakan segala sesuatu yang difikirkan dan dirasakan tanpa ada halangan - Gaya Hidup Tipe Dominan- Berkuasa 1 Mengemukakan segala sesuatu yang difikirkan dan dirasakan tanpa ada halangan Saya dengan mudah bercerita kepada orang lain tanpa ada halangan Saya dapat meminta orang lain untuk melakukan sesuatu yang saya fikirkan Memaksakan kehendak tanpa - - memperdulikan orang lain Saya mengungkapkan apapun yang saya fikir dan rasakan Bila saya tidak setuju, maka saya mengungkapkan nya Bila saya senang terhadap sesuatu, saya mengekspresika n dengan terbuka Keputusan saya adalah keputusan yang paling benar. Saya orang yang cuek. Terlalu repot bagi saya bila saya memberikan perhatian pada orang lain Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si - Mengumpat dalam percakapan sehari-hari Agresif Mengumpat dalam percakapan sehari-hari - 90

106 Gaya Hidup Tipe Dominan- Berkuasa Mendominasi lingkungan. Mengumpat dalam percakapan sehari-hari Mendominasi lingkungan. - - Saya mengumpat kepada siapapun tanpa memandang usia orang tersebut Saya mengumpat dengan siapa saja tanpa memperdulikan apapun. - Ketika saya berada pada situasi yang tidak nyaman, saya akan mengekspresika n diri saya dengan cara mengumpat Mendominasi lingkungan. - - Sikap dominan adalah sikap yang baik Gaya Hidup Tipe Bersandar- Memperoleh Menginginkan orang lain memuaskan keinginan mereka Saya harus memperoleh apa yang saya inginkan. Memaksa orang lain merupakan hal yang wajar saja dilakukan 12 Tidak suka bergabung dalam kegiatan sosial Saya tidak mempunyai waktu untuk mengikuti kegiatan sosial Saya tidak suka berinteraksi dengan orang banyak. Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Gaya Hidup Tipe Menjauh 28 Memiliki ketakutan akan kegagalan yang besar dari pada keinginan untuk sukses - - Saya cemas bila terfikir gagal mencapai sesuatu 43 Menghindari segala macam permasalahan - - Saya memilih untuk diam daripada terkena masalah. 91

107 47 Melakukan halhal yang tidak berguna untuk melarikan diri dari masalah Saya akan melakukan hal-hal yang saya senangi untuk melarikan diri dari masalah Saya akan menyibukkan diri ketika orang lain sedang membahas permasalahan yang berkaitan dengan saya Ketika saya terlibat dalam suatu permasalahan, saya melarikan dari masalah tersebut. - Gaya Hidup Tipe Bermanfaat Membuat alasan Agresi Aktif dalam lingkungan sosial. Dapat bekerjasama dengan baik. Membuat alasan dalam berbagai situasi Menilai rendah orang lain dengan membanggakan diri sendiri - - Melakukan kegiatan bersama teman adalah hal yang lebih menyenangkan dibandingkan bekerja sendiri. Saya dapat menyesuaikan diri dengan berbagai kelompok. Saya selalu berusaha membuat alasan untuk setiap apa yang saya lakukan Alasan merupakan hal yang harus ada pada diri saya Hasil pekerjaan orang lain tidak lebih baik dari saya. Saya memiliki hasil pekerjaan yang jauh lebih baik dari pada teman-teman seusia saya. Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si 92

108 - Mengancam orang lain atau membuat gosip tentang orang lain Memberikan kritik dan membuat gosip Memberikan kritik dan membuat gosip Memberikan kritikan untuk orang lain merupakan hal yang biasa saya lakukan. Menceritakan keburukan orang yang tidak saya sukai di muka umum merupakan hal yang sudah biasa saya lakukan. - - Menyalahakan orang lain atas kesalahannya pada individu lain. Membalas dendam umtuk melimdungi harga dirinya. Menyalahkan orang lain atas kesalahannya pada individu lain untuk balas dendam. - - Agresi 30 Menyalahkan orang lain atas kesalahannya pada individu lain untuk balas dendam. - Orang yang telah berbuat jahat kepada - Saya harus saya harus membalas setiap 34 merasakan perbuatan orang kesedihan lain yang jahat seperti apa kepada saya. yang saya rasakan Masalah pada diri saya disebabkan oleh orang lain - Saya akan memanfaatkan orang lain untuk membalaskan dendam saya. Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si 93

109 Menginginkan orang lain lebih sengsara dari pada dirinya Apabila saya tidak menyukai seseorang, saya akan menyalahkanny a untuk membalas dendam. Saya tidak senang bila orang lain bahagia sementara saya sedih. Saya akan melakukan segala cara untuk membuat orang-orang disekitar saya lebih menderita dari pada saya. Menarik Diri 16 Memenuhi diri sendiri dengan perasaan bersalah supaya orang lain merasa bersalah akan penderitaan yang dialaminya. Saya merupakan orang yang cenderung mudah menyalahkan diri saya sendiri. Saya dengan sengaja menunjukkan ekspresi bersalah saya agar orang lain merasa bersalah atas apa yang menimpa diri saya Cenderung mencari situasi nyaman Cenderung mencari situasi nyaman Menangis di depan umum merupakan hal yang biasa saya lakukan. Saya tidak senang bila berada di situasi yang membuat diri saya bingung/tidak nyaman Ketika saya berada di situasi yang tidak nyaman, saya akan mencari simpati orang supaya mereka membuat saya nyaman. Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si 94

110 - - Menghindari semua tanggung jawab Ragu-ragu dalam mengambil keputusan Dengan sengaja melakukan penundaan ketika menghadapi suatu permasalahan Dengan sengaja melakukan penundaan ketika menghadapi suatu permasalahan Saya cendrung orang yang tidak suka diberi tanggung jawab supaya tidak disalahkan. Saya cenderung orang yang tidak suka diberi tanggungjawab yang besar Bila ada pekerjaan yang sulit, saya lebih cenderung untuk menyerahkan kepada orang lain Saya tidak memiliki kepercayaan diri atas keputusan yang saya ambil. Saya ragu mengambil sebuah keputusan - Dengan sengaja melakukan penundaan ketika menghadapi suatu permasalahan Melakukan penundaan dalam menyelesaikan permasalahan Dengan sengaja melakukan penundaan ketika menghadapi suatu permasalahan Waktu akan menyelesaikan segala permasalahan yang saya miliki. Saya yakin biarlah waktu yang akan menyelesaikan segala permasalahan yang saya miliki. - 95

111 Saya menyelesaikan masalah bila sudah mendekati deadline Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Menarik Diri - Membuat masalah sendiri dan menyelesaikan masalah sendiri supaya terlihat hebat Menyelesaika n sendiri masalah yang ditimbulkan oleh individu tersebut, Membuat masalah sendiri dan menyelesaikan masalah sendiri supaya terlihat hebat Analisis Data Chi-Square Crosstab Reliabilitas KR-20 Alpha Cronbach - Agus Setia wati, M.Si 96

112 RELIABILITAS KUISIONER A. Kuisioner Gaya Hidup Case Processing Summary N % Cases Valid ,0 Excluded a 0,0 Total ,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items, B. Kuisioner Kecenderungan Melindungi Harga Diri Case Processing Summary N % Cases Valid ,0 Excluded a 0,0 Total ,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items,

113 LAMPIRAN 3: SKOR KASAR VARIABEL PENELITIAN 98

114 TABULASI INSTRUMEN GAYA HIDUP TIPE DOMINAN-BERKUASA NOMOR ITEM INDIKATOR NO NAMA JUMLAH Mengemukakan segala hal tanpa berfikir panjang Memaksakan kehendak tanpa memperdulikan orang lain Agresif 1 Tatar I Agil Diki R Arnanda Kolep Edi Bigar Si Dul Ahmad Trio Devi YR AC NK DMR Never Boy Secret P NAT ALF PKE EPW

115 22 DWS Kat Zunita DNFL Ozi Wimar Ayu Yunita Dani CMZ ZHI Prastika Adhitya Tremtrem ASL TAM ESK Iswanti Nadia Rani Gembul Oks LA Badrun RDS Wiewie Ningrum

116 49 Tari Kuntul Dwiratmarahajeng T HN Ismiatul GN DXZ KRN NC Samaran Y Metha Yetti Chandra Mahfud Yusyus A Rendet Anjas Asmara S Pandu Bagas Putra AL M EWN A. Viollina

117 76 PB KS A Wahyu SO Tyo Dwi SR Dalijo Jimmy OPNR Ocak DRA FL TC FNH Desi Ersa Annisa Puji Raden DO BH Annisa Dewi Elfy ADS

118 103 Boang Eko Fahru Dion Farid Raymond E Mawar N AD YB AFA Olivia Britta Tri Christine SW Liliana Dirja Hanif Diska G Soni Erick ^_^ Nisa Total Item Memilih JUMLAH

119 NO NAMA TABULASI INSTRUMEN GAYA HIDUP TIPE BERSANDAR NOMER ITEM JUMLAH Menginginkan orang lain memuaskan keinginan mereka INDIKATOR Mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dari orang lain 1 Tatar I Agil Diki R Arnanda Kolep Edi Bigar Si Dul Ahmad Trio Devi YR AC NK DMR Never Boy Secret P NAT ALF PKE EPW

120 22 DWS Kat Zunita DNFL Ozi Wimar Ayu Yunita Dani CMZ ZHI Prastika Adhitya Tremtrem ASL TAM ESK Iswanti Nadia Rani Gembul Oks LA Badrun RDS Wiewie Ningrum

121 49 Tari Kuntul Dwiratmarahajeng T HN Ismiatul GN DXZ KRN NC Samaran Y Metha Yetti Chandra Mahfud Yusyus A Rendet Anjas Asmara S Pandu Bagas Putra AL M EWN A. Viollina

122 76 PB KS A Wahyu SO Tyo Dwi SR Dalijo Jimmy OPNR Ocak DRA FL TC FNH Desi Ersa Annisa Puji Raden DO BH Annisa Dewi Elfy ADS

123 103 Boang Eko Fahru Dion Farid Raymond E Mawar N AD YB AFA Olivia Britta Tri Christine SW Liliana Dirja Hanif Diska G Soni Erick ^_^ Nisa Total Item Memilih JUMLAH

124 TABULASI INSTRUMEN GAYA HIDUP TIPE MENJAUH NO NAMA NOMOR ITEM JUMLAH Tidak suka bergabung dalam kegiatan sosial Memiliki ketakutan akan kegagalan yang besar daripada keinginan untuk sukses INDIKATOR Menghindari segala macam permasalahan 1 Tatar I Agil Diki R Arnanda Kolep Edi Bigar Si Dul Ahmad Trio Devi YR AC NK DMR Never Boy Secret P NAT Melakukan hal-hal yang tidak berguna untuk melarikan diri dari masalah

125 19 ALF PKE EPW DWS Kat Zunita DNFL Ozi Wimar Ayu Yunita Dani CMZ ZHI Prastika Adhitya Tremtrem ASL TAM ESK Iswanti Nadia Rani Gembul Oks LA Badrun

126 46 RDS Wiewie Ningrum Tari Kuntul Dwiratmarahajeng T HN Ismiatul GN DXZ KRN NC Samaran Y Metha Yetti Chandra Mahfud Yusyus A Rendet Anjas Asmara S Pandu Bagas Putra AL

127 73 M EWN A. Viollina PB KS A Wahyu SO Tyo Dwi SR Dalijo Jimmy OPNR Ocak DRA FL TC FNH Desi Ersa Annisa Puji Raden DO BH Annisa

128 100 Dewi Elfy ADS Boang Eko Fahru Dion Farid Raymond E Mawar N AD YB AFA Olivia Britta Tri Christine SW Liliana Dirja Hanif Diska G Soni Erick

129 127 ^_^ Nisa Total Item Memilih JUMLAH

130 TABULASI INSTRUMEN GAYA HIDUP TIPE BERMANFAAT NO NAMA NOMOR ITEM JUMLAH Aktif dalam lingkungan sosial Mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi INDIKATOR Dapat bekerjasama dengan baik 1 Tatar I Agil Diki R Arnanda Kolep Edi Bigar Si Dul Ahmad Trio Devi YR AC NK DMR Never Boy Secret P NAT ALF PKE

131 21 EPW DWS Kat Zunita DNFL Ozi Wimar Ayu Yunita Dani CMZ ZHI Prastika Adhitya Tremtrem ASL TAM ESK Iswanti Nadia Rani Gembul Oks LA Badrun RDS Wiewie

132 48 Ningrum Tari Kuntul Dwiratmarahajen g T HN Ismiatul GN DXZ KRN NC Samaran Y Metha Yetti Chandra Mahfud Yusyus A Rendet Anjas Asmara S Pandu Bagas Putra AL M EWN

133 75 A. Viollina PB KS A Wahyu SO Tyo Dwi SR Dalijo Jimmy OPNR Ocak DRA FL TC FNH Desi Ersa Annisa Puji Raden DO BH Annisa Dewi Elfy

134 102 ADS Boang Eko Fahru Dion Farid Raymond E Mawar N AD YB AFA Olivia Britta Tri Christine SW Liliana Dirja Hanif Diska G Soni Erick ^_^ Nisa

135 Total Item Memilih JUMLAH

136 KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESI No Nama Nomor Item Jumlah 1 Tatar I Agil Diki R Arnanda Kolep Edi Bigar Si Dul Ahmad Trio Devi YR AC NK DMR Never Boy Secret P NAT ALF PKE EPW

137 22 DWS Kat Zunita DNFL Ozi Wimar Ayu Yunita Dani CMZ ZHI Prastika Adhitya Tremtrem ASL TAM ESK Iswanti Nadia Rani Gembul Oks LA Badrun RDS Wiewie Ningrum

138 49 Tari Kuntul Dwiratmarahajeng T HN Ismiatul GN DXZ KRN NC Samaran Y Metha Yetti Chandra Mahfud Yusyus A Rendet Anjas Asmara S Pandu Bagas Putra AL M EWN A. Viollina

139 76 PB KS A Wahyu SO Tyo Dwi SR Dalijo Jimmy OPNR Ocak DRA FL TC FNH Desi Ersa Annisa Puji Raden DO BH Annisa Dewi Elfy ADS

140 103 Boang Eko Fahru Dion Farid Raymond E Mawar N AD YB AFA Olivia Britta Tri Christine SW Liliana Dirja Hanif Diska G Soni Erick ^_^ Nisa Total Item Dipilih

141 Prosentase 14,1 15,6 14,8 18,8 10,2 20,3 3,91 41,4 15,6 12,5 22,7 42,2 3,13 34,4 3,91 12,5 10,9 15,6 9,38 5,47 2,34 7,03 31,9 126

142 KECENDERUNGAN MEMBUAT ALASAN NO nama Nomor Item Jumlah 1 Tatar I Agil Diki R Arnanda Kolep Edi Bigar Si Dul Ahmad Trio Devi YR AC NK DMR Never Boy Secret P NAT ALF PKE EPW DWS Kat Zunita DNFL Ozi Wimar Ayu Yunita Dani CMZ ZHI Prastika Adhitya Tremtrem ASL TAM ESK

143 39 Iswanti Nadia Rani Gembul Oks LA Badrun RDS Wiewie Ningrum Tari Kuntul Dwiratmarahajeng T HN Ismiatul GN DXZ KRN NC Samaran Y Metha Yetti Chandra Mahfud Yusyus A Rendet Anjas Asmara S Pandu Bagas Putra AL M EWN A. Viollina PB KS A Wahyu SO

144 81 Tyo Dwi SR Dalijo Jimmy OPNR Ocak DRA FL TC FNH Desi Ersa Annisa Puji Raden DO BH Annisa Dewi Elfy ADS Boang Eko Fahru Dion Farid Raymond E Mawar N AD YB AFA Olivia Britta Tri Christine SW Liliana Dirja Hanif

145 123 Diska G Soni Erick ^_^ Nisa Total Item Dipilih Prosentase 25 35,2 36,7 9,2 130

146 KECENDERUNGAN MENARIK DIRI No Nama Nomor Item Tatar I Agil Diki R Arnanda Kolep Edi Bigar Si Dul Ahmad Trio Devi YR AC NK DMR Never Boy Secret P NAT ALF PKE EPW DWS Kat Zunita DNFL Ozi Wimar Ayu Yunita Dani CMZ ZHI Prastika Adhitya Tremtrem ASL Menari k Diri 131

147 37 TAM ESK Iswanti Nadia Rani Gembul Oks LA Badrun RDS Wiewie Ningrum Tari Kuntul Dwiratmarahaje ng T HN Ismiatul GN DXZ KRN NC Samaran Y Metha Yetti Chandra Mahfud Yusyus A Rendet Anjas Asmara S Pandu Bagas Putra AL M EWN A. Viollina PB KS A

148 79 Wahyu SO Tyo Dwi SR Dalijo Jimmy OPNR Ocak DRA FL TC FNH Desi Ersa Annisa Puji Raden DO BH Annisa Dewi Elfy ADS Boang Eko Fahru Dion Farid Raymond E Mawar N AD YB AFA Olivia Britta Tri Christine

149 SW Liliana Dirja Hanif Diska G Soni Erick ^_^ Nisa Total Item Dipilih Prosentase 90, 6 89, 1 56, 3 33, 6 27, 3 21, 9 16, , 7 28, 1 49, 2 57, 8 18, 8 32, 8 11, 7 58,9 134

150 LAMPIRAN 4: DATA HASIL PENELITIAN 135

151 DATA DESKRIPTIF A. Gaya Hidup Tipe Dominan-Berkuasa Tipe_Dominan_Berkuasa Statistics N Valid 128 Missing 0 Mean 4,9766 Median 5,0000 Mode 6,00 Std. Deviation 2,75070 Variance 7,566 Minimum,00 Maximum 14,00 Sum 637,00 Percentiles 25 3, , ,0000 Tipe_Dominan_Berkuasa Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid,00 5 3,9 3,9 3,9 1,00 6 4,7 4,7 8,6 2, ,2 10,2 18,8 3, ,8 14,8 33,6 4, ,5 12,5 46,1 5, ,2 10,2 56,3 6, ,4 16,4 72,7 7, ,9 10,9 83,6 8, ,4 9,4 93,0 9,00 2 1,6 1,6 94,5 10,00 1,8,8 95,3 11,00 4 3,1 3,1 98,4 13,00 1,8,8 99,2 14,00 1,8,8 100,0 Total ,0 100,0 136

152 137

153 B. Gaya Hidup Tipe Bersandar-Memperoleh Tipe_Bersandar_Memperoleh Statistics N Valid 128 Missing 0 Mean 1,9531 Median 2,0000 Mode 1,00 Std. Deviation 1,72000 Variance 2,958 Minimum,00 Maximum 7,00 Sum 250,00 Percentiles 25 1, , ,0000 Tipe_Bersandar_Memperoleh Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid, ,4 23,4 23,4 1, ,2 24,2 47,7 2, ,8 18,8 66,4 3, ,8 14,8 81,3 4, ,9 10,9 92,2 5,00 4 3,1 3,1 95,3 6,00 4 3,1 3,1 98,4 7,00 2 1,6 1,6 100,0 Total ,0 100,0 138

154 139

155 C. Gaya Hidup Tipe Menjauh Tipe_Menjauh Statistics N Valid 128 Missing 0 Mean 4,1250 Median 4,0000 Mode 1,00 a Std. Deviation 2,62334 Variance 6,882 Minimum,00 Maximum 11,00 Sum 528,00 Percentiles 25 2, , ,0000 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Tipe_Menjauh Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid,00 7 5,5 5,5 5,5 1, ,1 14,1 19,5 2, ,7 11,7 31,3 3, ,3 13,3 44,5 4, ,1 14,1 58,6 5, ,2 10,2 68,8 6, ,7 11,7 80,5 7, ,8 7,8 88,3 8,00 8 6,3 6,3 94,5 9,00 4 3,1 3,1 97,7 10,00 1,8,8 98,4 11,00 2 1,6 1,6 100,0 Total ,0 100,0 140

156 141

157 D. Gaya Hidup Tipe Bermanfaat Tipe_Bermanfaat Statistics N Valid 128 Missing 0 Mean 7,5078 Median 8,0000 Mode 10,00 Std. Deviation 2,13334 Variance 4,551 Minimum 1,00 Maximum 10,00 Sum 961,00 Percentiles 25 6, , ,0000 Tipe_Bermanfaat Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 1,00 1,8,8,8 2,00 1,8,8 1,6 3,00 5 3,9 3,9 5,5 4,00 6 4,7 4,7 10,2 5, ,8 7,8 18,0 6, ,7 11,7 29,7 7, ,1 14,1 43,8 8, ,8 18,8 62,5 9, ,8 14,8 77,3 10, ,7 22,7 100,0 Total ,0 100,0 142

158 143

159 E. Kecenderungan Melindungi Harga Diri Safeguarding_Tendencies Statistics N Valid 128 Missing 0 Mean 10,5391 Median 10,0000 Mode 10,00 Std. Deviation 5,64557 Variance 31,872 Skewness,465 Std. Error of Skewness,214 Kurtosis,012 Std. Error of Kurtosis,425 Range 28,00 Minimum,00 Maximum 28,00 Sum 1349,00 Percentiles 25 6, , ,0000 Safeguarding_Tendencies Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid,00 1,8,8,8 1,00 1,8,8 1,6 2,00 6 4,7 4,7 6,3 3,00 6 4,7 4,7 10,9 4,00 8 6,3 6,3 17,2 5,00 5 3,9 3,9 21,1 6,00 7 5,5 5,5 26,6 7,00 8 6,3 6,3 32,8 8,00 6 4,7 4,7 37,5 9,00 9 7,0 7,0 44,5 10, ,6 8,6 53,1 11,00 9 7,0 7,0 60,2 12,00 6 4,7 4,7 64,8 13,00 7 5,5 5,5 70,3 14,00 7 5,5 5,5 75,8 15,00 4 3,1 3,1 78,9 144

160 16,00 6 4,7 4,7 83,6 17,00 6 4,7 4,7 88,3 18,00 6 4,7 4,7 93,0 19,00 3 2,3 2,3 95,3 20,00 1,8,8 96,1 21,00 2 1,6 1,6 97,7 24,00 1,8,8 98,4 27,00 1,8,8 99,2 28,00 1,8,8 100,0 Total ,0 100,0 145

Alfred Adler. Individual Psychology

Alfred Adler. Individual Psychology Alfred Adler Individual Psychology Manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferior, suatu kondisi yang mengarah pada perasaan inferior sehingga mengakibatkan ketergantungan kepada orang lain. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang ditandai dengan perubahan-perubahan didalam diri individu baik perubahan secara fisik, kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat di suatu negara. Novel berperan sebagai aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat di suatu negara. Novel berperan sebagai aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan karya fiksi yang diceritakan secara panjang lebar oleh pengarang dengan menyuguhkan tokoh atau karakter, serangkaian peristiwa, serta latar yang biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PEMILIHAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PEMILIHAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PEMILIHAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alfred Adler dilahirkan di Wina pada tanggal 7 Februari 1870 sebagai anak ketiga. Ayahnya adalah seorang pengusaha. Sewaktu kecil Adler merupakan anak yang sakit-sakitan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Panti sosial asuhan anak menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2004:4) adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Self Esteem Korban Bullying 115 SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Stefi Gresia 1 Dr. Gantina Komalasari, M. Psi 2 Karsih, M. Pd 3 Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 TEMPEL SKRIPSI

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 TEMPEL SKRIPSI HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 TEMPEL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena di masyarakat khususnya bagi warga yang tinggal di perkotaan, aksiaksi kekerasan baik individual maupun massal mungkin sudah merupakan berita harian.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik. Pada masa ini remaja tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikis, perubahan terhadap pola perilaku dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sepanjang rentang kehidupan individu, banyak hal yang dipelajari dan mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman bersama keluarga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan ataupun kasus tawuran dan keributan antara pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) yang pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari keseluruhan laporan penelitian yang menguraikan pokok bahasan tentang latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian, pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stres merupakan fenomena umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa tuntutan dan tekanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja yang merupakan masa-masa dimana banyak terjadi perubahan dalam kehidupan seseorang. Berdasarkan fenomena yang diberitakan melalui berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini, remaja menaruh minat dan perhatian yang cukup besar terhadap relasi dengan teman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock, 2012). Remaja merupakan usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,

Lebih terperinci

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek? Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita serta mencapai peran sosial

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK FIELD TRIP BERBASIS LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS XI SMA AL-MUAYYAD SURAKARTA

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK FIELD TRIP BERBASIS LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS XI SMA AL-MUAYYAD SURAKARTA UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK FIELD TRIP BERBASIS LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS XI SMA AL-MUAYYAD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Normative Social Influence 2.1.1 Definisi Normative Social Influence Pada awalnya, Solomon Asch (1952, dalam Hogg & Vaughan, 2005) meyakini bahwa konformitas merefleksikan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam mempelajari berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar inilah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini menguraikan inti dari penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing dalam dirinya, baik untuk menghadapi masalah dalam dirinya sendiri atau dalam bersosialisasi dengan teman-teman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah proses panjang yang dialami seorang individu dalam kehidupannya. Proses peralihan dari masa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri. dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri. dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak belajar tentang banyak hal, sejak lahir ke dunia ini. Anak belajar untuk mendapatkan perhatian, memuaskan keinginannya, maupun mendapatkan respon yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti

Lebih terperinci

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY 1. Definisi Permasalahan Perkembangan Perilaku Permasalahan perilaku anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perjalanan hidup manusia pasti akan mengalami suatu masa yang disebut dengan masa remaja. Masa remaja merupakan suatu masa dimana individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu masa dalam tahap perkembangan manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja menurut Hurlock (1973)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologis. Manusia mengalami perkembangan sejak bayi, masa kanak- kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang, dengan mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk hidup. Kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Hampir setiap hari banyak ditemukan pemberitaan-pemberitaan mengenai perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agresivitas bukan merupakan hal yang sulit ditemukan di dalam kehidupan masyarakat. Setiap hari masyarakat disuguhkan tontonan kekerasan, baik secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek bullying sudah merambah ke dalam dunia pendidikan, hal ini sangat memprihatinkan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat. Komnas Perlindungan Anak (PA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki tujuan sama dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk membantu individu dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran diri (body image) dan dukungan sosial pada tiga orang wanita yang mengalami penyakit kanker payudara yang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. Untuk berhubungan dengan orang lain dibutuhkan komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dilindungi dan diperhatikan sebaik mungkin oleh seluruh lapisan masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan dengan orang lain tentunya sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang melibatkan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dalam masyarakat industri modern adalah peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja berlangsung dari usia 10 atau 11 tahun sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Banyak ahli mengakui bahwa kepercayaan diri merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Masalah 1. Latar Belakang Pada hakekatnya manusia merupakan mahkluk sosial, sehingga tidak mungkin manusia mampu menjalani kehidupan sendiri tanpa melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks dimana individu baik laki-laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah seperti perubahan fisik, perubahan emosi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Sebagai seorang manusia, kita memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain di sekitar kita. Interaksi kita dengan orang lain akan memiliki dampak

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Merekalah yang akan menerima kepemimpinan dikemudian hari serta menjadi penerus perjuangan bangsa. Dalam

Lebih terperinci