Mutu Benih Dalam konsepsi Steinbauer-Sadjad (Sadjad, 1993), periode dari saat antesis sampai dengan benih mati disebut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mutu Benih Dalam konsepsi Steinbauer-Sadjad (Sadjad, 1993), periode dari saat antesis sampai dengan benih mati disebut"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Mutu Benih Dalam konsepsi Steinbauer-Sadjad (Sadjad, 1993), periode dari saat antesis sampai dengan benih mati disebut periode viabilitas benih. Periode viabilitas benih ter- diri atas tiga fragmen, masing-masing disebut Periode I (periode pembangunan benih atau genesis benih), Periode I1 (periode simpan) dan Periode I11 ( periode kritikal). Mutu benih pada Periode I ditentukan oleh faktor innate atau genetik, dan faktor induce yaitu faktor lingkungan sewaktu benih masih berada di tanaman induk. Pemupukan, naungan, musim, irigasi, jarak tanam dan tingkat stress (kekeringan, serangan hama atau penyakit, saingan gulma), merupakan contoh-contoh faktor induce. Pada Periode I1 mutu benih dipengaruhi oleh faktor enforce yaitu kondisi fisik dan biosfer lingkungan simpan, serta kadar air benih. Beberapa penulis mengemukakan berbagai faktor yang menentukan mutu benih, antara lain : a. Faktor lingkungan setelah tanam sampai sebelum panen meliputi : suhu, air, oksigen, cahaya, curah hujan, tipe dan kelembaban tanah, jenis mikroorganisme, dan nutrisi mineral dalam tanah (Pollock, 1972; Austin, 1972). b. Faktor lingkungan simpan meliputi : kelembaban nisbi

2 dan suhu udara simpan, oksigen, mikroorganisme penyebab penyakit dan serangga hama (Roberts, 1972). Sadjad (1980) mengemukakan berbagai faktor yang mempengaruhi mutu benih selama proses produksinya sebagai berikut : (a) Proses perkembangan dan pemasakan benih yang meliputi: fase penyerbukan dan pembuahan, fase pertumbuhan benih, fase penghimpunan cadangan makanan dalam benih dan fase pemasakan benih; (b) Proses pemanenan dan perontokan meliputi : ketepatan waktu panen, kondisi cuaca, cara panen baik secara manual maupun dengan mesin, dan ketrampilan pelaksanaan; (c) Proses pengeringan meliputi : cara pengeringan, kadar air benih, kelembaban nisbi udara dan pengaturan suhu ; (d) Proses pembersihan dan pengolahan lainnya meliputi : cara pembersihan' baik manual maupun mekanis, seed treatment, dan seed pelletting; (e) Proses penyimpanan benih meliputi faktor-faktor : genetik, kondisi lingkungan simpan, sifat higroskopis benih dan sifat difusibilitas termal benih. Menurut Delouche (dalam Sadjad, 1972), mutu benih mencakup mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologi. Mutu genetik benih ditentukan oleh tingkat kemurnian varietas, sedangkan mutu fisik oleh tingkat kebersihan fisik.

3 Mutu fisiologi benih mencakup tingkat kemunduran benih, viabilitas benih, dan tingkat daya simpannya. Sadjad (1990) membagi viabilitas dalam tiga macam parameter : (a) ~iabilitas ~otensial adalah kemampuan viabilitas lot benih yang menunjukkan kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi normal pada kondisi lapang produksi yang optimum; (b) Vigor Kekuatan Tumbuh adalah parameter vigor lot benih yang menunjukkan kemampuan benih tumbuh normal pada kondisi lapang yang suboptimum; (c) Vigor Daya Simpan adalah parameter via- bilitas lot benih yang menunjukkan vigor benih pada kurun waktu Periode I1 atau Periode Simpan. Tiap parameter tersebut memiliki tolok ukur masing-masing, misal untuk parameter Viabilitas Potensial tolok ukurnya adalah Daya Berkecambah dan Berat Kering Kecambah Normal. Vigor Daya Simpan dengan tolok ukurnya Keserempakan Tumbuh Kecambah dan Valk. Sedang Vigor Kekuatan Tumbuh tolok ukurnya Ke- cepatan Tumbuh Kbcambah atau Kecepatan Tumbuh Bibit. Kemunduran Viabilitas Benih Menurut Sadjad (1972), kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologi benih yang dapat menimbulkan perubahan menyeluruh di dalam benih baik fisik, fisiologis maupun kimiawi yang dapat mengakibatkan menurunnya viabilitas benih. Selanjutnya Sadjad (1979) menjelaskan bahwa sebelum benih menunjukkan gejala tumbuh, viabilitas

4 benih sudah dapat diketahui mundur dengan melihat struktur anatomi selnya, baik dengan melihat inti sel maupun organel di luar inti. Abdul Baki dan Anderson(l972) berpendapat bahwa kemunduran viabilitas benih adalah menurunnya kualitas benih yang tidak dapat balik dan terjadi setelah benih mencapai viabilitas maksimum. Menurut Gove (dalam Abdul Baki dan Anderson, 1972), kemunduran viabilitas benih didefinisikan sebagai jatuhnya kualitas, karakter atau vitalitas dari tingkat yang tinggi ke tingkat yang lebih rendah, dan secara tidak langsung ha1 tersebut melemahkan vigor. Roberts (1973) menyebutkan bahwa kemunduran viabilitas benih merupakan gabungan dari ketidaknormalan fisiologi dan ultrastruktur benih yang meliputi perubahan-perubahan di dalam protoplast, inti sel, mitokondria, plastid, ribosom dan lisosom. Harrington (1973) sangat percaya bahwa penyebab utama kemunduran viabilitas benih adalah adanya denaturasi protein. Hal ini dapat disebabkan oleh ikatan silang di dalam individu molekul protein atau oleh polimerisasi protein. Denaturasi protein histon pada kromosom dapat menghambat aktivitas DNA; denaturasi protein ensim dapat menghambat seluruh proses, dan denaturasi protein membran dapat meningkatkan permeabilitas membran. Menurut Roberts (dalam Roberts, 1972) hilangnya viabilitas benih juga disebabkan adanya denaturasi protein yang meliputi denaturasi lipoprotein sel membran yang menyebabkan hilangnya

5 integritas membran sel. Teori ini berkaitan dengan membran lemak yang memiliki komponen asam lemak tidak jenuh sebagai subyek dalam proses peroksidasi pada kondisi aerob. Selain itu juga terjadi denaturasi asam nukleat yaitu meningkatnya depurinasi (lepasnya adenin dan guanin) dari DNA. Meningkatnya suhu dan kadar air menyebabkan meningkatnya depurinasi dari DNA. Depurinasi oleh panas menyebabkan mutasi spontan dan berhentinya kegiatan selsel. Abdul Baki dan Anderson (1972) melaporkan bahwa selama proses penuaan terjadi degradasi enzim-enzim alkohol dehidrogenase, amilase, katalase, selulase, sitokrom oksidase, glutamat dekarboksilase, malat dehidrogenase, peroksidase dan fenolase. Ching (1973) juga melaporkan bahwa menurunnya viabilitas berhubungan erat dengan berkurangnya aktivitas enzim fosfatase. Menurut Roberts dan Osborne (1973), hilangnya viabilitas ditandai dengan adanya depurinasi molekul DNA. Teori ini didukung oleh beberapa peneliti karena sesuai untuk menerangkan mekanisme kemunduran viabilitas benih. Menurut Delouche (dalam Heydecker, 1972), kemunduran benih dapat ditunjukkan dengan adanya indikasi-indikasi sebagai berikut : (1) degradasi pada membran seluler dan selanjutnya kehilangan fungsi kontrol permeabilitasnya;

6 (2) lemahnya energi yang dihasilkan dan konsekuensinya adalah lemahnya mekanisme biosintesis; (3) menurunnya respirasi dan biosintesis; (4) lambatnya perkecambahan dan pertumbuhan kecambah; (5) meningkatnya persentase kecambah abnormal; (6) hilangnya daya berkecambah; (7) daya simpannya menurun; (8) lambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman; (9) pertumbuhan dan perkembangan diantara tanaman dalam suatu populasi tidak seragam; (10) meningkatnya kepekaan terhadap keadaan lingkungan yang menekan (termasuk mikroorganisme); (11) menurunnya potensi produksi tanaman; Abdul Baki dan Anderson (1972) berpendapat bahwa indikasi untuk mengukur kemunduran viabilitas benih sering berubah-ubah dan jauh dari yang distandarisasikan. Kesulitan pokok adalah masih langkanya literatur yang mantap untuk tiap spesies atau varietas tanaman yang dapat memberi penilaian suatu lot benih pada saat yang diinginkan. Namun akhir-akhir ini penelitian lebih ditekankan pada perubahan-perubahan biokimiawi atau fisiologis seperti perubahan kualitatif dan kuantitatif pada enzim yang spesifik, respirasi, sintesis protein dan karbohidrat, kebocoran bahan organik dan anorganik serta degradasi pada cadangan makanan.

7 A. Perwjudan Fisiologis Kemunduran Viabilitas Benih Menurut Toole, Toole dan Gorman (dalam Abdul Baki dan Anderson, 1972), perwujudan fisiologis kemunduran viabilitas benih meliputi beberapa ha1 yaitu perubahan warna benih, tertundanya perkecambahan, menurunnya toleransi terhadap kondisi lingkungan suboptimum selama perkecambahan, rendahnya toleransi terhadap kondisi simpan yang kurang sesuai, sangat peka terhadap perlakuan radiasi, pertumbuhan kecambah menurun, daya berkecambah menurun, dan meningkatnya jumlah kecambah abnormal. Terhadap respon tersebut menurunnya daya berkecambah diterima secara luas sebagai kriteria untuk menentukan kemunduran viabilitas benih. Dari indikasi-indikasi tersebut mungkin pada suatu saat akan muncul indikasi tertentu yang dapat mencerminkan kemunduran viabilitas contoh benih pada spesies tanaman yang memiliki sifat-sifat yang khas. Untuk menilai suatu kemunduran viabilitas benih, pada umumnya penelisian selalu mengikutkan uji daya berkecambah dan vigor sebagai kriteria kemunduran viabilitas benih (Justice dan Bass, 1978). Delouche (dalam Justice dan Bass, 1978) mengatakan bahwa laju perkembangan dan pertumbuhan kecambah jagung merupakan pengukur perkembangan kemunduran yang paling konsisten dan paling peka. Menurut Delouche dan Baskin (dalam Copeland, 1976) benih yang telah mundur menunjukkan kecambah yang tidak sera- gam. Perubahan warna kulit benih menjadi coklat pada

8 kebanyakan spesies sering diikuti perubahan warna coklat pada bagian embrio, ha1 ini merupakan salah satu indikasi untuk mengetahui kemunduran benih (Harrington, 1973). Demikian pula kerusakan mekanis selama panen sampai prosesing menyebabkan banyak benih yang tumbuh abnormal. Borthwick (dalam Abdul Baki dan Anderson, 1972) mencatat beberapa abnormalitas benih sebagai akibat panen dengan menggunakan mesin, yaitu kerusakan pada kulit, patahnya hipokotil dan kotiledon. Moore (1972) mengatakan bahwa dalam pengadaan benih secara mekanis kerusakan fisik merupakan penyebab utama penurunan viabilitas benih. Kerusakan fisik terjadi antara lain oleh perusakan selama proses panen, penjatuhan dari elevator, dan sarana angkutan. Effmann (dalam Moore, 1972) mengevaluasi adanya kecambah abnormal benih lupin (Lupinus luteus) dari banyak contoh, dan tercatat bahwa contoh dengan kerusakan fisik yang makin besar akan menghasilkan kecambah abnormal makin banyak. Kerusakan fisik sangat erat hubungannya dengan kadar air dalam benih. Pada umumnya benih yang kadar airnya rendah lebih berat kerusakannya dibanding benih yang kadar airnya tinggi (Moore, 1972; Herath dan Don, 1981). Benih-benih leguminosa seperti buncis, ka- cang panjang dan kedelai diketahui mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap kerusakan fisik, terutama pada kadar air yang rendah (Green g& aj., Delouche dan Moore dalam Heradth dan Don, 1981). Hasil penelitian pada

9 benih kedelai menunjukkan bahwa ada interaksi antara benturan mekanis dengan kadar air benih. Makin besar benturan mekanis dan makin rendah kadar airnya maka makin menurun vigor dan daya simpan benih (Herlina, Pranoto, dan Suhartanto, 1990). B. Perwujudan Biokimiawi Kemunduran ~iabilitas Benih ~ejala kemunduran benih yang dicerminkan dengan adanya perubahan-perubahan fisiologis dan biokimiawi dapat dideteksi dengan teknik pengukuran yang teliti, misal dengan uji pertumbuhan dan analisa biokimia (Copeland, 1976). Pemahaman faktor-faktor mendasar pada gejala pengusangan benih adalah sangat penting dalam mempelajari kemunduran benih. Copeland (1976) mengajukan beberapa teori mengenai terjadinya kemunduran benih yang merupakan kombinasi dari beberapa penyebab yang terdiri atas: (1) habisnya cadangan makanan; (2) matinya jaringan sel; (3) terkumpulnya senyawa beracun; (4) menurunnya mekanisme yang mendor'ong perkecambahan; (5) kemampuan ribosom untuk memisah tidak ada ; (6) degradasi dan tidak aktifnya enzim; (7) otoksidasi lemak; (8) menurunnya pembentukan dan aktifitas enzim ; (9) degradasi struktur fungsional; dan (10) degradasi genetik. Abdul Baki dan Anderson (1972) mengemukakan bahwa terdapat banyak perubahan biokimiawi yang terdeteksi dalam benih yang mengalami kemunduran. Tetapi perubahan tersebut lebih bersifat akibat dan penyebabnya sendiri belum diketahui.

10 Banyak usaha telah dilakukan untuk menghubungkan pe- rubahan biokimiawi dengan indikasi langsung kemunduran benih seperti menurunnya perkecambahan, pertumbuhan ke- cambah dan hasil. Dari metabolisme respirasi dalam oksi- dasi cadangan makanan dihasilkan sejumlah besar inter- mediat-intermediat sebagai bahan baku untuk pembentukan senyawa-senyawa protoplasma ( asam nukleat, protein, le- mak ), dan energi kimia dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) yang digunakan dalam reaksi tersebut (Abdul Baki dan Anderson, 1972). Abdul Baki dan Anderson (1972) me- nunjukkan bahwa benih yang mengalami kerusakan fisik mem- punyai laju respirasi tinggi dibanding dengan benih yang tidak rusak. Dalam beberapa kasus, uji daya berkecambah dan per- tumbuhan dilakukan pada lot benih yang sama sebagai usaha menghubungkan proses respirasi dengan perubahan fisiolo- gis. Pada umumnya hubungan antara oksigen yang diambil oleh benih yang berkecambah dan pertumbuhan kecambah ada- lah positif dan nyata. Nilai Kosien Respirasi (KR) se- ring diamati dalam kemunduran viabilitas benih (Woodstock dan Grabe, 1967; Anderson, 1970). Perubahan-perubahan enzim merupakan indikasi dalam proses kemunduran benih, dan menurunnya aktivitas enzim mempunyai hubungan dengan menurunnya viabilitas benih (Abdul Baki dan Anderson, 1972). Peranan bermacam-macam enzim pada berbagai benih tanaman telah diselidiki oleh

11 banyak peneliti terdahulu. ~nzim-enzim oksidase seperti katalase, peroksidase, dan fenolase merupakan enzim-enzim pertama yang diteliti dengan tujuan untuk menentukan hubungan antara aktivitas enzim dengan viabilitas benih. Hasil penelitian Zheng Guang-Hua (1984) pada benih Populus spp menunjukkan bahwa penurunan aktivitas enzim dehidrogenase diikuti dengan menurunnya viabilitas (diukur atas dasar persentase Daya Berkecambah). Benih safflower (Carthamus tinctorius L.) yang mengalami pengusangan cepat selama 14 hari menunjukkan penurunan aktivitas enzim amilase, lipase, protease, dan dehidrogenase. Tingkat penurunan aktivitas bervariasl dan ternyata enzim amilase dan lipase lebih peka terhadap perlakuan pengusangan (Kole dan Gupta, 1982). Menurut Barton dan Harrington (dalam Abdul Baki dan Anderson, 1972) menurunnya viabilitas benih yang dikaitkan dengan habisnya cadangan makanan masih perlu dipertanyakan, sebab dalgm benih yang kehilangan kemampuannya untuk berkecambah ternyata di dalam jaringan masih terdapat cadangan makanan dalam jumlah cukup banyak. Pendapat ini sama dengan hasil penelitian Ching dan Schoolcraft (1968) dengan memperlakukan benih semanggi (Trifolium incarnatum L.) dan rumput Lolium perenne L. yang disimpan selama 10 tahun pada suhu yang berbeda-beda, yaitu bahwa hilangnya viabilitas dan vigor bukan karena kehilangan makanan, tetapi berkorelasi dengan aktivitas enzim-enzim

12 protease, fitase dan fosfatase. Dalam penelitian tersebut pati sebagai bahan utama cadangan makanan tidak mengalami penurunan pada benih yang mengalami kemunduran. Pada kasus benih yang mengandung lemak tinggi, selama berlangsungnya proses perkecambahan terjadi penurunan lemak, tetapi diikuti pula dengan munculnya karbohidrat. Hal ini terjadi pada benih jarak (Ricinus communis L.), lemak menghilang pada periode perkecambahan. Sementara terjadi akumulasi zat tepung di endosperma pada hari keempat. Sesudah itu zat tepung dalam endosperma menghilang lagi, tetapi berpindah ke - bagian lain seperti hipokotil. Hal ini menunjukkan bahwa lemak dirombak menjadi gula di dalam endosperma dan karbohidrat yang terbentuk ditransfer ke embrio (Mayer dan Poljakoff, 1989). Zeleny dan Coleman (dalam Abdul Baki dan Anderson, 1972) mengatakan bahwa salah satu perubahan yang umumnya berhubungan dengan kemunduran benih, khususnya pada benih yang berlemak adajah meningkatnya keasaman. Zeleny dan Coleman menunjukkan asam-asam tersebut terdiri atas: (a) asam lemak bebas, yang dihasilkan oleh aktivitas enzim lipase pada lemak; (b) asam fosfat, sebagai hasil dari hidrolisis fitin oleh enzim fitase; dan (c) asam-asam amino yang dihasilkan oleh hidrolisis protein oleh enzim protease. Di antara tiga kelompok tersebut yang paling banyak dan mudah bertambah adalah asam lemak bebas.

13 Stewart dan Bewley (1979) dalam pengusangan cepat benih kedelai pada suhu dan kelembaban nisbi tinggi memperoleh hasil bahwa poros embrio dari benih yang diusangkan mengandung malondialdehid (MDA) tinggi (MDA adalah produk dari proses peroksidasi pada asam lemak tidak jenuh); kadar asam linoleat dan linolenat dalam lemak polar (fosfolipida) berkurang selama pengusangan berakhir. Da- lam penelitiannya Stewart dan Bewley menggunakan poros embrio dan tidak menggunakan kotiledon atau benih utuh, karena kotiledon merupakan sumber atau lokasi penyimpanan lemak, sehingga dianggap tidak wajar bila digunakan untuk mempelajari perubahan lemak polar dan peroksidasi lemak. Penelitian Harman dan Mattick (dalam Stewart dan Bewley, 1979) menunjukkan ada perubahan asam lemak poros embrio maupun dalam benih utuh. Peroksidasi lemak atau otoksidasi adalah penyebab awal dari kemunduran benih. Beberapa asam lemak tidak jenuh terdapat &lam benih dan sangat peka terhadap de- gradasi peroksidatif. Sebagai hasilnya tidak hanya le- mak itu sendiri yang rusak tetapi juga secara kompleks pada rangkaian reaksi sehingga menimbulkan beberapa racun yang potensial (Priestley, 1986). Disebutkan pula bahwa di dalam penyimpanan, peroksidasi dapat muncul baik sebagai otoksiasi atmosferik atau secara langsung oleh enzim lipoksigenase, suatu enzim yang banyak terdapat dalam benih yang kering.

14 Enzim lipoksigenase (linoleat: Oksigen oksidoreduk- tase, EC ), pertama kali ditemukan sebagai en- zim perusak karoten yang disebut karoten oksidase pada biji kedelai. Lebih lanjut pada biji kedelai menunjukkan adanya kandungan enzim yang dikenal sebagai lipoksidase yang mengoksidasi asam lemak tidak jenuh. Karoten oksi- dase, lipoksidase dan lipoksigenase merupakan enzim yang sama (Scott, 1975). Enzim lipoksigenase berfungsi seba- gai katalisator proses pembentukan hidroperoksida dari asam lemak tidak jenuh atau esternya yang mengandung ikatan cis, cis pentadiena dengan menggunakan mo- lekul oksigen. Asam lemak tidak jenuh yang dimaksud ada- lah asam linoleat, asam linolenat, dan asam arachidonat, semuanya merupakan asam-asam lemak esensial ( Scott, 1975; Leoni g& a., 1976). Otoksidasi adalah proses peroksidasi asam lemak ti- dak jenuh dengan molekul oksigen. Mekanisme otoksidasi terdiri atas tiga tahapan reaksi yaitu inisiasi, propaga- si dan terminasi. Sasaran utama otoksidasi adalah ikatan rangkap (rantai methilen) yang sangat peka terhadap per- oksidasi. Secara skematis rangkaian reaksi otoksidasi adalah sebagai berikut (Patterson, 1989):

15 - Reaksi inisiasi RH R' + H' Reaksi propagasi R' + O2 ROO' - ROO' + RH ROOH + R' Reaksi terminasi semua radikal molekulsaling membe- molekul baskan tidak aktif Tingkatan degradasi asam lemak tidak jenuh dipengaruhi oleh derajat ketidakjenuhannya. Asam linoleat (C18. 2) akan terdegradasi kali lebih cepat dibanding asam oleat (C18. karena jumlah ikatan rangkap asam linole- at ada dua sedangkan asam oleat hanya satu. Asam linole- nat (CI8 : 3) akan terdegradasi kali lebih cepat dibanding asam oleat karena jumlah ikatan rangkap asam linolenat ada tiga (Schaich, dalam Priestley, 1986). Pada reaksi otoksidasi ini, energi yang diperlukan dapat berasal dari panas, cahaya atau pengaruh radiasi. Pada reaksi pertama (inisiasi): terjadi proses pemindahan molekul hidrogen dari lemak (RH) dengan katalisator metal akan menghasilkan radikal bebas organik yang reaktif (R') dan radikal bebas hidrogen (He). Pada tahap reaksi beri- kutnya (propagasi) : radikal bebas organik (Re) akan be- reaksi dengan oksigen (02) dari atmosfer dan menghasilkan radikal bebas peroksida lemak (ROO'). Selanjutnya ROO' bereaksi dengan molekul lemak lain (RH) dan akan mengha- silkan hidroperoksida (ROOH) yang stabil dan R' lainnya,

16 sebagai hasil akhir dari proses otoksidasi. ~eaksi berikutnya adalah R' yang kedua akan bereaksi dengan oksigen lagi dan menghasilkan peroksida lebih lanjut. ~khirnya pada reaksi yang terakhir (terminasi): reaksi akan berhenti apabila radikal bebas saling membebaskan satu sama lain dan terbentuk molekul-molekul yang tidak aktif. Menurut Priestley (1986) peningkatan suhu dan kadar air benih dalam penyimpanan menyebabkan meningkatnya kadar asam lemak, tetapi masih banyak dipersoalkan apakah hidrolisis terjadi dari aktivitas benih ataukah aktivitas enzim lipase dari jamur. Flood dan Sinclair (1981) me- nyebutkan bahwa benih yang kulitnya permeabel menunjukkan secara nyata menurunnya asam linoleat dan asam linolenat dibanding dengan benih yang kulitnya impermeabel. Hasil ini tidak menolak hipotesa bahwa kulit benih yang imper- meabel menolak masuknya oksigen dan memperbaiki viabili- tas dengan menghalangi terjadinya proses otoksidasi dari asam lemak tidak jenuh. Koostra dan Harrington; Pammen- ter; Adamson dan Berjak; Harman dan Mattick (dalam Flood dan Sinclair, 1981) menyebutkan bahwa adanya otoksidasi asam lemak tak jenuh di dalam benih dapat menyebabkan hi- langnya viabilitas secara gradual dan suatu saat akan ma- ti. ~asil penelitian Sangwan, Gupta, dan Dhindsa (1986), menyebutkan bahwa kandungan asam oleat menurun, sedangkan asam linolenat meningkat pada saat kemasakan benih kede- lai. Menurunnya asam palmitat dan stearat diimbangi -

17 dengan meningkatnya asam linoleat pada benih masak sesuai dengan hasil peneliti lainnya. Menurunnya integritas membran merupakan perwujudan langsung dari rusaknya sel-sel semi permeabel yang dimiliki. Parrish, Leopold dan Hanna (1982), mendapatkan bahwa benih kedelai yang diperlakukan dengan pengusangan pada suhu 41 C dan kelembaban nisbi jenuh, mengalami perubahan integritas membran yang jelas hanya dalam dua hari sebelum viabilitas dan vigor menurun secara nyata. Priestley (1986) berpendapat bahwa hubungan antara cairan kebocoran dengan pengusangan tidak berlaku bagi semua spesies benih atau pada semua tipe pengusangan. Dasar biokimia pelukaan membran dalam benih usang yang diteliti dengan cermat, seperti defisiensi membran tidak hanya mengancam integritas sel-sel secara langsung, tetapi juga diperhitungkan terhadap penurunan aktivitas hubungan antara membran dengan metabolik seperti halnya respirasi.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Secara struktural benih itu sama dengan biji tumbuhan yang dihasilkan dari ovula yang dibuahi. Tetapi secara fungsional benih itu tidak sama dengan biji, sebab benih digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, produksi perlu ditingkatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman 2 I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang penting karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Setiap 100 gram kacang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas Benih 2.1.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai Kedelai termasuk tanaman kacang-kacangan dengan klasifikasi lengkap tanaman kedelai adalah sebagai berikut, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih 4 TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Mutu benih merupakan sebuah konsep yang kompleks yang mencakup sejumlah faktor yang masing-masing mewakili prinsip-prinsip fisiologi, misalnya daya berkecambah, viabilitas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, buah tomat sering digunakan sebagai bahan pangan dan industri, sehingga nilai ekonomi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

(1981) adalah menurunnya potensi tumbuh rnaksimum, daya berkecambah dan vigor

(1981) adalah menurunnya potensi tumbuh rnaksimum, daya berkecambah dan vigor I. PENDAHULUAN Latar Belakang Selama periode penyimpanan benih mengalami kemunduran yang disebabkan oleh faktor-faktor alami. Proses ini disebut deteriorasi. Kemunduran benih dapat juga tejadi oleh tindakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih TINJAUAN PUSTAKA Vigor Benih Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan kinerja benih atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah (ISTA,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai II. TINJAUAN PUSTAK A 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai Ukuran benih kacang kedelai berbeda-beda antarvarietas, ada yang kecil, sedang, dan besar. Warna bijinya kebanyakan kuning kecoklatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala viabilitas 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas dan Vigor Benih Viabilitas benih mencakup vigor dan daya kecambah benih. Viabilitas adalah daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat hasil. Penggunaan benih bermutu tinggi dalam budidaya akan menghasilkan panen tanaman yang tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Mengenai Buncis Secara Umum Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Amerika. Buncis merupakan tanaman musim panas yang memiliki tipe

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk pada Kualitas Benih. Benih bermutu yang dihasilkan dari suatu produksi benih ditunjukkan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk pada Kualitas Benih. Benih bermutu yang dihasilkan dari suatu produksi benih ditunjukkan oleh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk pada Kualitas Benih Benih bermutu yang dihasilkan dari suatu produksi benih ditunjukkan oleh tingginya vigor awal yang merupakan hasil dari faktor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, genus Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum Mill. Tomat sangat bermanfaat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai. Vigor Benih, Kemunduran dan Daya Simpan Benih

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai. Vigor Benih, Kemunduran dan Daya Simpan Benih TINJAUAN PUSTAKA Kedelai Kedelai merupakan tanaman semusim dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman berkisar antara 10-200 cm dapat bercabang sedikit atau banyak tergantung kultivar dan lingkungan hidup.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang paling dikenal. Walaupun tidak menghasilkan jumlah protein dan kalori setinggi buncis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang relatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyimpanan Benih Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah mengkondisikan benih pada suhu dan kelembaban optimum untuk benih agar bisa mempertahankan mutunya.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Lot Benih Pembuatan lot benih dilakukan untuk memperoleh beragam tingkat vigor yang berbeda. Lot benih didapat dengan perlakuan penderaan terhadap benih jagung melalui Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan

BAB I PENDAHULUAN. Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Secara agronomis biji merupakan hasil budidaya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi yang dikenal sebagai sumber utama protein nabati yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan

I. PENDAHULUAN. Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan terluas diantara empat spesies phaseolus yang diusahakan dan semuanya berasal dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumputrumputan. Berasal dari genus Oryza, famili Graminae (Poaceae) dan salah satu spesiesnya adalah Oryza

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Benih Kedelai Salah satu faktor pembatas produksi kedelai di daerah tropis adalah cepatnya kemunduran benih selama penyimpanan hingga mengurangi penyediaan benih berkualitas tinggi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Karakterisitik Benih Kedelai Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji berkisar 18 g/ 100 biji. Warna kulit biji kuning muda dan

Lebih terperinci

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat rampai atau tomat ranti banyak disukai oleh konsumen karena tomat mempunyai rasa yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistematika 2.1.1. Botani Tanaman Padi Menurut Herawati (2012), tanaman padi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Ordo : Poales Family

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas. biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas. biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan pemberian serbuk rumput teki sebagai biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum (lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Metode Pengusangan Cepat Benih Kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan metode pengusangan cepat benih kedelai menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara umum dapat dikeringkan hingga kadar air 5% tanpa kerusakan. Karena sifat ini,

TINJAUAN PUSTAKA. secara umum dapat dikeringkan hingga kadar air 5% tanpa kerusakan. Karena sifat ini, TINJAUAN PUSTAKA Benih Karet Benih karet tergolong benih rekalsitran. Robert (1973 dalam Farrant et al, 1988) memperkenalkan istilah benih ortodox dan rekalsitran untuk meggambarkan kondisi benih sebelum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan konsumsi pangan juga ikut meningkat. Namun pada kenyataannya, produksi pangan yang dihasilkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Secara umum, pembiakan tanaman terbagi menjadi dua cara yaitu pembiakan generatif dan pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif merupakan perbanyakan tanaman tanpa melibatkan

Lebih terperinci

PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI

PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI TUGAS MATA KULIAH FISIOLOGI BENIH PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI Dewi Ma rufah Oleh : H0106006 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 I. PENDAHULUAN Biji merupakan alat untuk mempertahankan

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berbeda menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berbeda menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Berat Kering Biji Jagung (Zea mays L.) Berdasarkan hasil analisis varian dua jalur terhadap variabel berat kering biji jagung yang berasal dari posisi yang berbeda pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan Metode Pengusangan APC IPB 77-1 MM Alat Pengusangan Cepat (APC) IPB 77-1 MM ini dirancang untuk dapat melakukan pengusangan cepat secara fisik maupun kimia. Prosedur

Lebih terperinci

1. Kecambah Normal. adalah kecambah yang menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal jika ditanam dalam kondisi optimum.

1. Kecambah Normal. adalah kecambah yang menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal jika ditanam dalam kondisi optimum. 1. Kecambah Normal adalah kecambah yang menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal jika ditanam dalam kondisi optimum. Tiga kategori kecambah yang dapat diklasifikasikan sebagai kecambah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas terpenting di dunia. Sebagai tanaman kacang-kacangan sumber protein dan lemak nabati,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baku industri, pakan ternak, dan sebagai bahan baku obat-obatan. Di Indonesia,

I. PENDAHULUAN. baku industri, pakan ternak, dan sebagai bahan baku obat-obatan. Di Indonesia, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi, selain itu kedelai juga digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Al-Qur an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah diisyaratkan dalam Al-Qur an jauh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010)

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010) melaporkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahunnya meningkat 1,48

Lebih terperinci

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

PEMATAHAN DORMANSI BENIH PEMATAHAN DORMANSI BENIH A. Pendahuluan 1. Latar Belakang. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri.

Lebih terperinci

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sorgum Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor [L]. Moench) adalah : Kerajaan Subkerajaan Superdevisi Devisi Kelas Subkelas Ordo Famili

Lebih terperinci

merangsang skutelum menghasilkan GA. GA dikirim ke sel-sel protein untuk membentuk enzim baru sebagai pelarut cadangan makanan.

merangsang skutelum menghasilkan GA. GA dikirim ke sel-sel protein untuk membentuk enzim baru sebagai pelarut cadangan makanan. Pertemuan : Minggu ke 13 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Perkembangan buah dan biji Sub pokok bahasan : 1. Terbentuknya biji 2. Perkembangan buah 3. Perkecambahan biji 4. Penuaan dan kematian

Lebih terperinci

Seed Coating untuk Meningkatkan Daya Simpan Benih Kakao. Sulistyani Pancaningtyas 1)

Seed Coating untuk Meningkatkan Daya Simpan Benih Kakao. Sulistyani Pancaningtyas 1) Seed Coating untuk Meningkatkan Daya Simpan Benih Kakao Sulistyani Pancaningtyas 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penerapan teknologi seed coating sudah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spesies Phaseolus vulgaris L. atau common bean dikenal pula dengan sebutan French bean, kidney bean, haricot bean, salad bean, navy bean, snap bean, string bean, dry bean,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan konsumsi pangan berupa beras juga ikut meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Viabilitas Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa) Berdasarkan hasil analisis (ANAVA) pada lampiran

Lebih terperinci

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH PENGUJIAN KADAR AIR BENIH A. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Benih merupakan material yang bersifat higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi sumber makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Peningkatan petumbuhan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sehubungan dengan peranan air bagi kehidupan Allah SWT berfirman dalam

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sehubungan dengan peranan air bagi kehidupan Allah SWT berfirman dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu di antara berbagai faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup tumbuhan adalah air. Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup yang harus ada. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS IR 64 BERDASARKAN VARIASI TEMPAT DAN LAMA PENYIMPANAN

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS IR 64 BERDASARKAN VARIASI TEMPAT DAN LAMA PENYIMPANAN VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS IR 64 BERDASARKAN VARIASI TEMPAT DAN LAMA PENYIMPANAN Ika Nurani Dewi 1*, Drs. Sumarjan M.Si 2 Prodi Pendidikan Biologi IKIP Mataram 1* Dosen

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI KADAR AIR BENIH DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN SIFAT FISIK BENIH PADI SAWAH KULTIVAR CIHERANG

PENGARUH KOMBINASI KADAR AIR BENIH DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN SIFAT FISIK BENIH PADI SAWAH KULTIVAR CIHERANG Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 1 Juni 2015 53 PENGARUH KOMBINASI KADAR AIR BENIH DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN SIFAT FISIK BENIH PADI SAWAH KULTIVAR CIHERANG Tita Kartika Dewi 1 1) Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH Faktor Genetik/ Internal Faktor Lingkungan/ Eksternal FAKTOR GENETIK Genetik merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika benih. Mutu benih berbeda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil pangan utama di Asia. Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil pangan utama di Asia. Padi 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil pangan utama di Asia. Padi tergolong tanaman C3 dan toleran terhadap kondisi pengairan. Padi bisa ditanam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedikit glukosa, fruktosa, dan maltosa. Komponen terbesar pati endosperm adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedikit glukosa, fruktosa, dan maltosa. Komponen terbesar pati endosperm adalah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Biji Jagung Manis Pada tanaman jagung endosperm biji merupakan tempat menyimpan cadangan makanan berupa gula dan pati. Gula endosperm utama adalah sukrosa dengan sedikit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Posisi Biji pada Tongkol terhadap Viabilitas Biji Jagung (Zea

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Posisi Biji pada Tongkol terhadap Viabilitas Biji Jagung (Zea BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Posisi Biji pada Tongkol terhadap Viabilitas Biji Jagung (Zea mays L.) Berdasarkan hasil analisa varian (ANAVA) 5% tiga jalur menunjukkan bahwa posisi biji pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Merbau Darat 1. Deskripsi Ciri Pohon Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut (Martawijaya dkk., 2005). Regnum Subregnum Divisi Kelas Famili

Lebih terperinci

FISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1)

FISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1) FISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2017 METABOLISME Metabolisme adalah proses-proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Jengkol Klasifikasi tanaman jengkol dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut (Pitojo,1992). Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Kacang Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Varietas Kacang Tanah Faktor-faktor yang ikut berperan terhadap peningkatan produksi dan produktivitas tanaman kacang tanah, antara lain varietas unggul dan benih bermutu, perbaikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. rekalsitran yang masak, kandungan airnya sangat tinggi, dapat mencapai 30-40%

TINJAUAN PUSTAKA. rekalsitran yang masak, kandungan airnya sangat tinggi, dapat mencapai 30-40% TINJAUAN PUSTAKA Benih karet Biji tanaman karet termasuk biji rekalsitran sehingga perlu dikelola secara cepat dan tepat (Warta Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 2009). Benih rekalsitran yang masak,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) mempunyai sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang yang terbentuk dari calon akar, akar sekunder,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merr.) memiliki nilai ekonomi yang cukup

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merr.) memiliki nilai ekonomi yang cukup 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merr.) memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi sebagai sumber protein pada berbagai bahan makanan yang berbahan baku kedelai,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 49 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan I Indikasi Perubahan Fisiologi dan Biokimia Selama Pemasakan Benih dan Hubungannya Dengan Viabilitas dan Vigor Benih. Kondisi Umum Pengecambahan tanaman jarak pagar dilakukan

Lebih terperinci

STUDI ASPEK FISIOLOGIS DAN BIOKIMIA PERKECAMBAHAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) PADA UMUR PENYIMPANAN BENIH YANG BERBEDA

STUDI ASPEK FISIOLOGIS DAN BIOKIMIA PERKECAMBAHAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) PADA UMUR PENYIMPANAN BENIH YANG BERBEDA STUDI ASPEK FISIOLOGIS DAN BIOKIMIA PERKECAMBAHAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) PADA UMUR PENYIMPANAN BENIH YANG BERBEDA STUDY ON PHYSIOLOGY AND BIOCHEMISTRY ASPECTS OF CORN (Zea mays L.) SEED GERMINATION

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Buncis Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah

Lebih terperinci

Tanaman Bengkuang. Divisi : Magnoliophyta, Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae,

Tanaman Bengkuang. Divisi : Magnoliophyta, Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, VolumVolume 3, Nomor 9, September 2008e 3, Nomor 9, September TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Bengkuang Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kerajaan: Plantae, Divisi : Magnoliophyta, Kelas :

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Benih kedelai dipanen pada dua tingkat kemasakan yang berbeda yaitu tingkat kemasakan 2 dipanen berdasarkan standar masak panen pada deskripsi masing-masing varietas yang berkisar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. saat ini. Kedelai berasal dari Asia, diperkenalkan ke Amerika Utara, Eropa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. saat ini. Kedelai berasal dari Asia, diperkenalkan ke Amerika Utara, Eropa, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Umum Tentang Kedelai Kedelai adalah tanaman biji terkemuka yang diproduksi dan dikonsumsi di dunia saat ini. Kedelai berasal dari Asia, diperkenalkan ke Amerika Utara,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Srikaya (Annona squamosa L.). 2.1.1 Klasifikasi tanaman. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. Klasifikasi tanaman buah srikaya (Radi,1997):

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air Berdasarkan analisis varian satu jalur terhadap variabel kadar air biji sorgum yang berasal dari posisi yang berbeda pada malai sorgum disetiap umur panennya menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam al-qur an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam al-qur an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam al-qur an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang kekuasaan Allah, sehingga apa yang telah diciptakannya patut disyukuri dan di pelajari. Allah berfirman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kacang tanah termasuk kelompok benih ortodoks yaitu benih yang memerlukan kadar air (KA) rendah agar viabilitas benih dapat dipertahankan selama di penyimpanan. Benih kacang tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom

Lebih terperinci

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Anabolisme = (biosintesis) Proses pembentukan senyawa

Lebih terperinci

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Propagul Rhizophora mucronata dikecambahkan selama 90 hari (3 bulan) dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. SUSU BUBUK Menurut Chandan (1997), susu segar secara alamiah mengandung 87.4% air dan sisanya berupa padatan susu sebanyak (12.6%). Padatan susu terdiri dari lemak susu (3.6%)

Lebih terperinci

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi. I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit III. keras dengan fisik dan kimiawi. Tinjauan Pustaka Biji terdiri dari embrio, endosperma,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat ketiga setelah padi dan jagung. Konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Padi Syarat Tumbuh Tanaman Padi Gogo dan Padi Rawa

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Padi Syarat Tumbuh Tanaman Padi Gogo dan Padi Rawa TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim yang dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan termasuk famili Graminae. Berdasarkan klasifikasi padi berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang termasuk dalam lemak, baik yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun dari

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci