BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa,dkk,2002). Untuk mengetahui status gizi perlu dilakukan pengukuran/penilaian status gizi. Ada 2 cara pengukuran/penilaian status gizi yaitu secara langsung dan tidak langsung. a. Langsung 1. Antropometri Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa,dkk,2002). Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa,dkk,2002). 2. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini bisa dilihat pada jaringan epitel (supervisical epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral

2 atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa,dkk,2002). Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit (Supariasa,dkk,2002). 3. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supariasa,dkk,2002). Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa,dkk,2002). 4. Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan (Supariasa,dkk,2002). Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa,dkk,2002). b. Tidak langsung 1. Survei Konsumsi Makanan

3 Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi (Supariasa,dkk,2002). Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa,dkk,2002). 2. Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi (Supariasa,dkk,2002). Penggunaanya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa,dkk,2002). 3. Faktor Ekologi Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti : iklim, tanah, irigasi dan lain-lain (Supariasa,dkk,2002). Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Supariasa dkk,2002). B. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Masalah Gizi Faktor yang menyebabkan masalah gizi sangat banyak dan bervariasi untuk setiap wilayah tertentu. Pada umumnya masalah gizi/status gizi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor langsung dan tak langsung : 1. Faktor langsung a. Konsumsi makanan

4 Status gizi masyarakat ditentukan oleh konsumsi zat dan kemampuan tubuh yang mengandung zat gizi untuk kesehatan. Jika konsumsi makanan kurang akan mempermudah timbulnya penyakit yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan mengakibatkan status gizi menurun (Supariasa dkk,2002). b. Infeksi Kurang gizi adalah faktor prekondisi yang memudahkan anak mendapatkan infeksi (Supariasa dkk,2002). 2. Faktor tak langsung Faktor tak langsung yang mempengaruhi masalah gizi adalah faktor sosial ekonomi yang antara lain meliputi : pendapatan, pendidikan, sanitasi lingkungan, pengetahuan gizi (Supariasa dkk,2002). a. Pendapatan Pendapatan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kedua yang berperan langsung terhadap status gizi (Supariasa dkk,2002). b. Pendidikan Tingkat pendidikan bukan satu-satunya yang menentukan kemampuan seseorang dalam menyusun dan menyiapkan hidangan yang bergizi (Supariasa dkk,2002). c. Sanitasi lingkungan (jamban, sumber-sumber air) Kebersihan lingkungan yang jelek akan memudahkan anak menderita penyakit tertentu, antara lain : infeksi saluran pernafasan, dan diare (Supariasa dkk,2002). d. Pengetahuan gizi Pengetahuan gizi ibu merupakan proses untuk merubah sikap dan perilaku masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang sehat jasmani dan rohani (Supariasa dkk,2002). Menurut Underwood dalam Atmarita (1990), faktor-faktor yang saling berhubungan dan secara bersama-sama menjadi penyebab masalah gizi, khususnya KEP adalah kemiskinan, perbedaan tingkat sosial, buta huruf, keluarga besar, pelayanan sosial

5 kurang memadai, lingkungan kurang sehat, distribusi makanan keluarga kurang merata, sanitasi perorangan kurang baik, pelayanan kesehatan kurang memadai. Daly, et al (1979) dalam Supariasa, et al (2002) membuat model faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, lapangan kerja, pendidikan, kemampuan keluarga menggunakan makanan dan tersedianya bahan makanan. C. Berat Badan Sebagai Indikator Status Gizi Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan (Supariasa,dkk,2002). Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang (Supariasa,dkk,2002). Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan, antara lain : 1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahannya dalam waktu singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan. 2. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan. 3. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan secara meluas. 4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur. 5. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya. 6. Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur. 7. Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat.

6 (Supariasa,dkk,2002) D. Pola Konsumsi Makanan 1. Pola Konsumsi Pangan dan Gizi Keadaan pangan dan gizi akan mempengaruhi kehidupan masyarakat pada umumnya. Perilaku konsumsi pangan masyarakat dilandasi oleh kebiasaan pangan yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga melalui proses sosialisasi. Hal ini berarti bahwa pola konsumsi pangan dan gizi dapat berubahubah sesuai dengan kesadaran masyarakat pada umumnya dan kaum ibu pada khususnya untuk dapat mempersiapkan menu yang seimbang bagi keluarganya. Kristal dkk, (1997) menyatakan faktor psikososial yang berkaitan dengan konsumsi makanan sehat, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan predisposisi yaitu kepercayaan, motivasi dan manfaat. Faktor eksternal merupakan faktor enabling. Yaitu hambatan, dukungan sosial dan norma-norma yang ada. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap self efficacy, intensi dan perilaku konsumsi makanan sehat. Hal ini menunjukkan konsumsi makanan seseorang selain ditentukan oleh kesadaran karena manfaat dan motivasi juga didukung oleh keluarga atau teman. Perwujudan dari dukungan keluarga adalah dengan mempersiapkan menu gizi yang baik. 2. Konsumsi Pangan Bagi Anak Balita Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi dan konsumsi makan yang kurang memenuhi syarat gizi merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan terutama anak prasekolah. Perkembangan anak balita ditentukan oleh keadaan gizi ibu baik pada waktu hamil maupun menyusui. Selain itu pemberian makanan pendamping ASI juga sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak balita, terutama untuk bahan makanan yang banyak mengandung kalori, protein dan lemak. Misalnya untuk balita 0 6 bulan hanya diberikan ASI saja atau dikenal dengan ASI eksklusif. Sedangkan untuk balita umur 6 12 bulan diberi bubur nasi dan balita umur bulan diberi makanan biasa (Dep.Kes. RI, 2004). 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan Pada Balita

7 Menurut Martorell dan Habicht (1996) dalam Jalal dan Sukirman (1990:33) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan pada balita adalah : a. Secara langsung; infeksi, masukan zat gizi b. Secara tidak langsung; keadaan tanah, tingkat pendapatan, praktek pemberian makan balita, praktek kesehatan, sanitasi, tingkat pendidikan, teknologi dan budaya. 4. Frekuensi Makanan (Food Frequency) Frekuensi makan balita sangat berpengaruh terhadap asupan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh balita. Dengan frekuensi yang cukup, maka kebutuhan zat gizi dalam tubuh selalu ada. Zat gizi tersebut digunakan untuk cadangan maupun langsung digunakan oleh tubuh. Frekuensi digunakan untuk menghitung jumlah asupan zat gizi yang masuk, sehingga bisa diketahui kebutuhan yang masuk pada hari itu. (Dep.Kes. RI, 1995). E. Masalah Gizi Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah masyarakat dan penyebabnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Masalah gizi umumnya melanda penduduk di negara kurang atau sedang berkembang adalah Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) dan Anemia gizi. Lain halnya dengan negara maju dengan tingkat kesejahteraan ekonomi tinggi, masalah gizi yang banyak diderita adalah gizi lebih seperti obesitas abdomen dan kegemukan yang sangat mendukung terjadinya penyakit degeneratif (Depkes RI, 2000). Masalah gizi utama di Indonesia yang termasuk dalam katagori negara berkembang, didominasi oleh KEP, Anemia gizi, GAKY dan KVA. Disamping itu masih ada masalah gizi yang perlu juga mendapatkan perhatian adalah KEK yang bias terjadi pada Wanita Usia Subur (WUS) dan Ibu Hamil. Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi, masalah gizi sangat dipengaruhi oleh faktor penjamu, agens dan lingkungan. Faktor penjamu meliputi zat gizi yaitu zat

8 metabolisme dan kebutuhan zat gizi. Faktor agens meliputi zat gizi yaitu zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Faktor lingkungan (makanan) meliputi bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, penghidangan dan higienis serta sanitasi makanan. Kaitan faktor penjamu, agens dan lingkungan, dalam kaitannya dengan masalah gizi. F. Suplemen Makanan Menurut Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) Drs Sampurno, sejauh ini belum ada standart Internasional mengenai definisi dan regulasi dari suplemen makanan (Sampurno, 2003). Amerika Serikat mengklasifikasikan suplemen makanan dan produk herbal sebagai dietary supplement. Sedang Australia memberi istilah complementary medicine. Indonesia merinci dalam golongan suplemen makanan dan obat tradisional (Sampurno, 2003). Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang BPOM) No. HK Tahun 1996 tentang Suplemen Makanan, mendefinisikan suplemen makanan sebagai produk yang digunakan untuk melengkapi makanan (Olivia,dkk, 2004). 1. Kandungan Suplemen Makanan Produk suplemen mengandung satu atau lebih bahan sebagai berikut : vitamin, mineral, tumbuhan atau bahan yang berasal dari tumbuhan, asam amino, bahan yang digunakan untuk meningkatkan Angka Kecukupan Gizi (AKG), konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak atau kombinasi dari beberapa bahan tersebut (Sampurno, 2003). Salah satu macam suplemen makanan yang diprogramkan untuk masyarakat adalah vitalita. Suplemen makanan/vitalita ini mengandung 14 vitamin dan mineral penting bagi balita yaitu : Vitamin A, vitamin B 1, vitamin B 2, vitamin B 6, vitamin B 12, vitamin C, vitamin D 3, vitamin E, Asam Folat, Niasin, Tembaga, Yodium, Besi, Seng (HKI, 2004).

9 Satu bungkus mencukupi satu Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk balita dalam sehari (HKI, 2004). 2. Sasaran Sasaran dari suplemen makanan / Vitalita ini adalah balita umur 6 bulan sampai 5 tahun (HKI, 2004). 3. Kelebihan Kelebihan dari suplemen makanan ini adalah dapat dicampurkan ke makanan sehari-hari balita sehingga tidak merubah kebiasaan makan, serta tidak merubah rasa, aroma dan tekstur makanan yang akan dikonsumsi oleh balita (HKI, 2004). Kelebihan yang lain yaitu cara penggunaannya yang sangat praktis karena hanya menaburkan ke makanan padat siap santap misalnya nasi, bubur, buah (HKI, 2004). Vitalita dikemas dalam satuan bungkus yang dapat dibeli setiap hari dengan harga terjangkau dan dalam satu bungkus Vitalita ini dapat memenuhi kebutuhan zat gizi balita akan 14 vitamin dan mineral penting dalam sehari (HKI, 2004). 4. Manfaat Suplemen makanan ini bermanfaat dalam membantu balita tumbuh dan berkembang secara optimal, meningkatkan daya tahan tubuh balita, meningkatkan nafsu makan anak dan juga bermanfaat untuk mencegah kurang darah (anemia) akibat kekurangan zat besi pada balita dan penyakit akibat kekurangan gizi makro lainnya (HKI, 2004). 5. Cara Pemberian/Penggunaan Cara pemberian suplemen ini dapat ditambahkan ke makanan padat siap santap seperti nasi, bubur, buah dan lain-lain. Diberikan cukup satu bungkus saja dalam sehari (HKI, 2004). Suplemen makanan ini tidak dapat dicampur ke cairan karena akan menggumpal dan tidak larut dalam air (HKI, 2004).

10 Selain itu juga tidak dianjurkan mencampur suplemen ini ke makanan yang masih panas, karena akan merubah warna makanan (HKI, 2004). G. Vitamin Dan Mineral 1. Pengertian Vitamin Vitamin adalah zat esensial yang diperlukan untuk membantu kelancaran penyerapan zat gizi dan proses metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin dapat berakibat terganggunya kesehatan, karena itu diperlukan asupan harian dalam jumlah tertentu yang idealnya bisa diperoleh dari makanan (Olivia,dkk, 2004). Vitamin terbagi dalam dua kelompok yaitu : a. Vitamin yang larut dalam air ( memerlukan air untuk penyerapan dan dibuang melalui urine ). Ada 9 jenis vitamin larut air : vitamin C, dan 8 vitamin B (tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B 6 dan B 12, asam folat, biotin dan asam pantothenik) b. Vitamin larut dalam lemak ( memerlukan lemak untuk penyerapan dan disimpan dalam lapisan lemak ). Ada 4 jenis vitamin yang larut dalam lemak : vitamin A, D, E, dan K Mineral Dalam jumlah kecil beberapa mineral dibutuhkan tubuh untuk menjaga agar organ tubuh berfungsi secara normal. Diantaranya berfungsi sebagai koenzim dan antioksidan (Olivia,dkk, 2004). Mineral dapat digolongkan sebagai makro atau mikro-mineral. Dalam golongan makro-mineral termasuk kalsium, fosfor, potassium, sodium, klorida, magnesium, dan sulfur; dan diperlukan tubuh sebanyak 100 mg/hari atau lebih. Pada golongan mikronutrien termasuk besi, yodium, seng, kromium, selenium, flourida, molybdenum, tembaga, dan mangan yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang lebih sedikit (Olivia,dkk, 2004).

11 2. Fungsi Vitamin dan Mineral Dalam Vitalita Fungsi vitamin dan mineral dalam Vitalita dapat dilihat pada tabel 1 : TABEL 1 FUNGSI VITAMIN DAN MINERAL DALAM VITALITA NO Nama Vitamin / Mineral Fungsi 1. Vitamin A kesehatan mata, membantu pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh 2. Vitamin B 1 (Tiamin) metabolisme energi untuk memecahkan karbohidrat menjadi energi juga diperlukan untuk pertumbuhan, nafsu makan normal, pencernaan dan fungsi saraf. 3. Vitamin B 2 (Riboflavin) metabolisme energi dalam tubuh untuk memecahkan lemak menjadi energi, selain itu juga diperlukan untuk pertumbuhan, penglihatan dan kesehatan kulit. 4. Vitamin B 6 (Piridoksin) metabolisme energi untuk memecahkan protein menjadi energi, dibutuhkan untuk membentuk protein tubuh, membantu pertumbuhan dan membantu pembentukan sel darah merah. 5. Vitamin B 12 (Kobalamin) membentuk sel baru termasuk sel darah merah, membantu metabolisme jaringan saraf dan membantu pertumbuhan. 6. Vitamin C (Asam Askorbat) meningkatkan absorpsi zat besi, menjaga kesehatan gusi dan gigi, serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit

12 7. Vitamin D 3 (Kolekalsiferol) membantu penyerapan kalsium dan fosfor, juga untuk pertumbuhan tulang dan gigi 8. Vitamin E mencegah oksidasi lemak dan vitamin A, dan juga sebagai antioksidan untuk melindungi vitamin dalam makanan 9. Asam Folat pembentukan sel baru termasuk sel darah merah 10. Niacin membantu memecahkan karbohidrat, lemak dan protein 11. Tembaga pembentukan darah dan tulang, serta berperan dalam pelepasan energi dari makanan 12. Yodium metabolisme energi, pengaturan suhu tubuh, pembentukan protein, pertumbuhan dan perkembangan mental 13. Besi pembentukan sel darah merah, serta membantu sirkulasi di dalam tubuh karena besi dalam sel darah merah akan membawa oksigen 14. Seng membantu tubuh menggunakan Vitamin A, memberikan persepsi rasa dan membantu pembentukan enzim dan hormon insulin Sumber : HKI Sumber Vitamin dan Mineral Dalam Vitalita Sumber vitamin dan mineral dalam Vitalita dapat dilihat pada tabel 2 : TABEL 2

13 SUMBER VITAMIN DAN MINERAL DALAM VITALITA NO Nama Vitamin / Mineral Sumber 1. Vitamin A hati, mentega, susu, kuning telur, minyak hati ikan, sayuran berwarna kuning (wortel dll), sayuran berwarna hijau tua (bayam, daun singkong dll), buah-buahan berwarna kuning kemerah-merahan (mangga, pepaya dll) 2. Vitamin B 1 (Tiamin) hati, jantung, ginjal, serealia, kacang-kacangan, buncis, kacang panjang dll. 3. Vitamin B 2 (Riboflavin) susu dan hasil olahannya seperti keju dll, juga pada hati, jantung, ginjal, serealia dan sayuran hijau. 4. Vitamin B 6 (Piridoksin) daging, ikan, unggas, susu, telur, serealia, sayuran hijau, alpukat dan pisang. 5. Vitamin B 12 (Kobalamin) daging, ikan, unggas, telur, susu dan hasil olahannya seperti keju. 6. Vitamin C (Asam Askorbat) jambu biji, jeruk, mangga, pepaya, nenas dll. 7. Vitamin D 3 (Kolekalsiferol) sinar matahari dan dalam bahan makanan berupa hati, kuning telur, minyak ikan

14 8. Vitamin Eminyak nabati, telur, daging, ikan, kecambah dan sayuran hijau 9. Asam Folatsayuran hijau, hati, daging dan ikan 10. Niacinhati, daging, ikan, unggas, kacangkacangan, kacang hijau, kacang panjang dll 11. Tembagahati, kerang, unggas dan kacang-kacangan 12. Yodium Garam beryodium dan makanan laut 13. Besihati, ikan, unggas, kuning telur, sayuran berwarna hijau dan kacangkacangan 14. Seng hati, kerang, tiram, ikan, kacang-kacangan Sumber : HKI 2004 dan susu 4. Akibat Kekurangan Vitamin dan Mineral Dalam Vitalita Akibat kekurangan vitamin dan mineral yang ada dalam Vitalita dapat dilihat pada tabel 3 : TABEL 3 AKIBAT KEKURANGAN VITAMIN DAN MINERAL DALAM VITALITA NO Nama Vitamin / Mineral Akibat Kekurangan 1. Vitamin A Buta senja, bercak bitot, xeropthalmia, kebutaan, gangguan pertumbuhan dan menurunnya daya tahan tubuh.

15 2. Vitamin B 1 (Tiamin) Beri-beri, nafsu makan menurun dan pertumbuhan menjadi terhambat. 3. Vitamin B 2 (Riboflavin) Sudut mulut merah dan pecah-pecah, kelopak mata meradang, juga tidak tahan pada cahaya. 4. Vitamin B 6 (Piridoksin) Fungsi otak tidak normal, mudah tersinggung dan anemia mikrositik. 5. Vitamin B 12 (Kobalamin) Anemia makrositik, nafsu makan menurun dan gangguan mental. 6. Vitamin C (Asam Askorbat) Sariawan, nafsu makan menurun, mudah terkena infeksi dan pertumbuhan menjadi terhambat. 7. Vitamin D 3 (Kolekalsiferol) Kaki membengkok, pertumbuhan terhambat dan gigi mudah rusak, serta ricket (kelainan tulang) pada anakanak. 8. Vitamin EKerusakan sel darah merah, anemia, gangguan penglihatan dan berbicara. 9. Asam FolatAnemia makrositik, mudah terkena infeksi, depresi, gangguan mental dan kelelahan serta pingsan.

16 10. NiacinPellagra, nafsu makan menurun dan depresi, gangguan mental. 11. TembagaMenghambat pembentukan haemoglobin dalam darah dan dapat menyebabkan anemia, serta terjadi gangguan pertumbuhan dan metabolisme. 12. YodiumGondok, kretin, pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat. 13. BesiAnemia, kelelahan, produktifitas menurun, kemampuan belajar menurun, pertumbuhan terhambat dan nafsu makan menurun. 14. Seng Pertumbuhan terhambat, Sumber : HKI Kandungan dalam Vitalita terganggunya pusat system saraf dan fungsi otak, indera pengecapan menurun, serta bisa menyebabkan perkembangan alat kelamin terhambat. Kandungan vitamin dan mineral dalam suplemen Vitalita dapat dilihat dari tabel 4 berikut ini : TABEL 4 KANDUNGAN VITAMIN DAN MINERAL DALAM SUPLEMEN VITALITA NO Nama Vitamin / Mineral Kandungan 1. Vitamin A 375 µg 2. Vitamin B 1 (Tiamin) 0,5 mg

17 3. Vitamin B 2 (Riboflavin) 0,5 mg 4. Vitamin B 6 (Piridoksin) 0,5 mg 5. Vitamin B 12 (Kobalamin) 0,9 mg 6. Vitamin C (Asam Askorbat) 35 mg 7. Vitamin D 3 (Kolekalsiferol) 5 µg 8. Vitamin E 6 mg 9. Asam Folat 150 µg 10. Niacin 6 mg 11. Tembaga 0,6 mg 12. Yodium 50 µg 13. Besi 10 mg 14. Seng 5 mg Sumber : HKI 2004

18 H. Kerangka Teori Produksi Pertanian Pendapatan, lapangan kerja, pendidikan, kemampuan sosial Kesehatan Pengolahan bahan makanan Kemampuan keluarga menggunakan makanan Pemberian suplemen makanan Konsumsi makanan Status gizi Distribusi bahan makanan dan faktor harga Tersedianya bhn mknan, dapat diperolehnya bhn mknan (Sumber : Daly, et al, 1979, dikutip dari Supariasa, et al, 2002 : 14) I. Kerangka Konsep Pemberian Suplemen Vitalita Status Gizi J. Hipotesis Ada perbedaan status gizi balita yang diberi dan tidak diberi suplemen vitalita.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Umur balita 0-2 tahun merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, terutama yang penting adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

LOGO VITAMIN DAN MINERAL

LOGO VITAMIN DAN MINERAL LOGO VITAMIN DAN MINERAL Widelia Ika Putri, S.T.P., M.Sc Vitamin - Zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil - Pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh - Zat pengatur pertumbuhan

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI. Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc

KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI. Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc Tujuan Pembelajaran Mengetahui ruang lingkup gizi Mengetahui hubungan gizi dengan kesehatan Mengetahui Pengelompokan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan masalah gizi dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang paling baik adalah pada masa menjelang dan saat prenatal, karena: (1) penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Status Gizi Status Gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Gizi pada Balita Gizi (nutrients) merupakan ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan,

Lebih terperinci

MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK. Oleh : Titian Rahmad S. H

MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK. Oleh : Titian Rahmad S. H MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK Oleh : Titian Rahmad S. H0506010 JURUSAN/PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 MINERAL Mineral merupakan

Lebih terperinci

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin Vitamin Pengertian Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh (vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

pelajaran 1 Apa itu Kelaparan dan Kekurangan Gizi dan Siapa yang Menderita Kelaparan?

pelajaran 1 Apa itu Kelaparan dan Kekurangan Gizi dan Siapa yang Menderita Kelaparan? tingkat lanjutan pelajaran 1 Apa itu Kelaparan dan Kekurangan Gizi dan Siapa yang Menderita Kelaparan? Pelajaran ini dirancang untuk jangka waktu 45-60 menit, tapi guru dapat menambah atau mengurangi bahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan yang masuk ke dalam tubuh harus melalui serangkaian proses pencernaan agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah segala

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan KESEIMBANGAN ENERGI Jumlah energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air sebesar 1 kg sebesar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin.

IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin. Jus Sehat Untuk IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin. A Publication of Nutrisi penting dalam segelas jus sehat Kesehatan janin pada masa kehamilan sangatlah penting.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 No. Responden : Kelas : Diisi oleh peneliti Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah

Lebih terperinci

IBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO

IBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO IBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO pasien masuk Skrening PENGKAJIAN GIZI Riwayat diet Antropometri Laboratorium Klinis-fisik Riwayat pasien Diagnosis medis PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

Lebih terperinci

Eko Winarti, SST.,M.Kes

Eko Winarti, SST.,M.Kes (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Nutrisi Ibu Hamil Disusun oleh : Eko Winarti, SST.,M.Kes PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI SATUAN ACARA PENYULUHAN 1 Tema : Nutrisi

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan GIZI Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan Lanjutan Gizi : Arab gizzah : zat makanan sehat Makanan : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang lebih modern. Dimana saat ini telah berkembang berbagai teknologi canggih yang dapat membantu

Lebih terperinci

PENERAPAN FINITE COVERING DALAM PEMILIHAN BAHAN MAKANAN BAGI IBU HAMIL

PENERAPAN FINITE COVERING DALAM PEMILIHAN BAHAN MAKANAN BAGI IBU HAMIL Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 6, No. 01 (2017), hal 19 28. PENERAPAN FINITE COVERING DALAM PEMILIHAN BAHAN MAKANAN BAGI IBU HAMIL Silvana Rika, Mariatul Kiftiah, Shantika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Ibu Hamil Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN POLA PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU MENUR IV KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi status kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) BAB I PENDAHALUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dibutuhkan di semua jaringan tubuh, khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat

Lebih terperinci

7 Manfaat Daun Singkong

7 Manfaat Daun Singkong 7 Manfaat Daun Singkong Manfaat Daun Singkong Penduduk asli negara Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi dengan pohon singkong. Pohon singkong merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak ditanam

Lebih terperinci

Apa dan Mengapa Tentang

Apa dan Mengapa Tentang KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Apa dan Mengapa Tentang DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA DIREKTORAT BINA GIZI 2 0 1 3 Apa dan Mengapa Tentang 1 Cetakan Pertama Tahun 2012 Cetakan Kedua Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

MODUL NUTRITION FOR SKIN

MODUL NUTRITION FOR SKIN MODUL NUTRITION FOR SKIN EDISI 1, 14 DESEMBER 2015 POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA BY YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd NUTRITIONAL SKIN CARE Kulit manusia secara kontinyu terekspos pengaruh internal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 OLEH : KELOMPOK 15 D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU Pengertian Gizi ibu hamil Zat gizi adalah : Ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1 1. Manusia membutuhkan serat, serat bukan zat gizi, tetapi penting untuk kesehatan, sebab berfungsi untuk menetralisir keasaman lambung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

Terlebih lagi jika orangtua tidak memberikan informasi mengenai makanan sehat dan bergizi b. kebiasaan jajan, dimana anak seusia ini gemar jajan.

Terlebih lagi jika orangtua tidak memberikan informasi mengenai makanan sehat dan bergizi b. kebiasaan jajan, dimana anak seusia ini gemar jajan. TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah Hurlock (1980) mengelompokkan anak usia sekolah berdasarkan perkembangan psikologis yang disebut sebagai Late Childhood. Usia sekolah dimulai pada usia 6 tahun dan berakhir

Lebih terperinci

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Bicara tentang diabetes pasti juga perlu membicarakan mengenai diet makanan bagi penderita diabetes. Diet makanan bagi penderita diabetes dapat

Lebih terperinci

DEFISIENSI ZAT GIZI SITI SULASTRI SST

DEFISIENSI ZAT GIZI SITI SULASTRI SST DEFISIENSI ZAT GIZI SITI SULASTRI SST PENGERTIAN Defisiensi : suatu keaadaan atau kondisi dimana tubuh mengalami kekurangan sesuatu dari yang seharusnya terpenuhi. Defisiensi zat gizi : suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

2011, No BAB 9 FORMAT

2011, No BAB 9 FORMAT 5 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.11.11. TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.51.0475

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsumsi Makanan Sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsumsi Makanan Sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Diet Seimbang Diet adalah pilihan makanan yang lazim kita makan. Diet seimbang adalah diet yang memberikan semua nutrien dalam jumlah yang memadai, tidak terlampau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana pertumbuhan manusia, pada masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan dan gizinya dapat mudah terpengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Berat Badan Balita Gizi Kurang 1. Pengertian Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan merupakan pengukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini menyimpulkan, sebaiknya makanan pendamping (MP) ASI diberikan paling cepat pada usia 6 bulan. Hal ini sesuai dengan anjuran WHO untuk memberikan ASI eksklusif selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Kehamilan pada ibu akan terjadi apabila terjadi pembuahan yaitu bertemunya sel telur (ovum) dan spermatozoa. Yang secara normal akan terjadi di tuba uterina. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi Selama Hamil 1. Diagnosis Kehamilan Lamanya kehamilan mulai ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

19/02/2016. Siti Sulastri, SST

19/02/2016. Siti Sulastri, SST Siti Sulastri, SST Usia 0 12 bulan Fase atau tahap awal untuk menentukan kondisi serta perkembangan bayi untuk tahun yang akan datang/ tahun perkembangan bayi berikutnya Tumbuh dengan sangat cepat Mulai

Lebih terperinci

VITAMIN DAN MINERAL: APAKAH ATLET BUTUH LEBIH?

VITAMIN DAN MINERAL: APAKAH ATLET BUTUH LEBIH? VITAMIN DAN MINERAL: APAKAH ATLET BUTUH LEBIH? Sebagai seorang atlet, Anda terbiasa mendengar tentang karbohidrat yang berguna sebagai sumber energi bagi otot Anda serta asam amino dan protein yang berguna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi Balita 2.1.1 Pengertian Status gizi adalah Status gizi status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang (Suhardjo, 1989). Menurut Roedjito

Lebih terperinci

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN MUSLIM, MPH Akademi Kebidanan Anugerah Bintan Tanjungpinang Kepulauan Riau Pemantauan Status Gizi Dalam membahas observasi/pemantauan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2003). Keadaan gizi seseorang dapat

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani siklus hidupnya membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan zat gizi bagi tubuh meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan

Lebih terperinci

makalah KEK dalam kehamilan

makalah KEK dalam kehamilan makalah KEK dalam kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Kronik (KEK), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Kontribusi Tingkat Kontribusi Tingkat Protein Konsumsi Zat Pemilihan Konsumsi Protein Besi Besar Lauk Zat Lauk Daya Protein Hewani Pengetahuan Keluarga Lauk Sayuran Besi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Mengkonsumsi Asam Folat 1. Pengertian Perilaku Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu 1. Pengertian ASI ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garamgaram organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan kualitas hidup anak merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002).

BAB II TINJAUAN TEORITIS. fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002). BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Gizi 1.1. Pengertian Gizi Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, dan pengeluaran

Lebih terperinci

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011).

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat pangan yang mudah ditemukan dalam bahan pangan dan hampir selalu terdapat pada hidangan sehari-hari masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

Adapun fungsi zat gizi bagi tubuh adalah:

Adapun fungsi zat gizi bagi tubuh adalah: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gizi Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH : 1. ISABELLA 2. NURAIDAR 3. SEPTIAN 4. WAHYU NINGSIH LASE 5. YUTIVA IRNANDA 6. ELYANI SEMBIRING. FKep USU 1

DISUSUN OLEH : 1. ISABELLA 2. NURAIDAR 3. SEPTIAN 4. WAHYU NINGSIH LASE 5. YUTIVA IRNANDA 6. ELYANI SEMBIRING. FKep USU 1 DISUSUN OLEH : 1. ISABELLA 2. NURAIDAR 3. SEPTIAN 4. WAHYU NINGSIH LASE 5. YUTIVA IRNANDA 6. ELYANI SEMBIRING FKep USU 1 PENGERTIAN NUTRISI Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting. Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi sangat berkaitan erat dengan status kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu faktor yang menenutkan kualitas sumber daya manusia, status gizi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga yang sehat merupakan kebahagian bagi kehidupan manusia. Hal ini memang menjadi tujuan pokok dalam kehidupan. Soal kesehatan ditentukan oleh makanan

Lebih terperinci

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun Keterampilan motorik kasar adalah kemampuan anak dalam menggerakkan otot besar atau sebagian tubuh atau seluruh tubuh dalam aktivitas

Lebih terperinci