DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR SARJANA... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENETAPAN... KATA PENGANTAR...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR SARJANA... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENETAPAN... KATA PENGANTAR..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR SARJANA... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENETAPAN... i ii iii iv v KATA PENGANTAR... vi SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... x x xiv xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Ruang Lingkup Masalah Orisinalitas Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis... 9

2 1.7 Landasan Teoritis Konsep Negara Hukum Konsep Wewenang Konsep Perizinan Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis Pendekatan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengelolaan dan Analisis Data BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH, PENEGAKAN HUKUM, DAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) 2.1 Pengertian Pemerintahan Daerah Pengertian Penegakan Hukum Pengertian Perizinan dan Izin Mendirikan Bangunan Pengeryian Izin Mendirikan Bangunan BAB III PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKSANAKAN OLEH PEMERINTAH KOTA DENPASAR TERHADAP PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IJIN BANGUN- BANGUNAN 3.1 Peraturan Yang Mengatur Mengenai Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Lembaga Yang Berwenang Untuk Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Ijin Mendirikan Bnagunan (IMB) Di Kota Denpasar.. 46

3 3.3 Pelanggaran Yang Terjadi Mengenai Ijin Mendirikan Bangunan Di Kota Denpasar.. 49 BAB IV FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IJIN BANGUN-BANGUNAN 4.1 Faktor Penghambat Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Izin Mendirikan Bangunan Di Kota Denpasar Upaya Pemerintah Kota Denpasar Dalam Mengatasi Bangunan Yang Tidak Memiliki Izin Mendirikan Bangunan 64 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran.. 68 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMASI LAMPIRAN RINGKASAN SKRIPSI

4 ABSTRAK Berdasarkan penelitian awal yang telah dilakukan, walaupun peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Ijin Mendirikan Bangun-Bangunan telah ada dan disahkan, tetapi dalam kenyataannya masih terdapat pelanggaran yang terjadi. Bentuk-bentuk pelanggaran tersebut salah satunya seperti: bangunan yang tidak memiliki ijin mendirikan bangunan, terdapat berbagai permasalahan yang timbul dari bangunan di Kota Denpasar yang tidak memikili ijin, sehingga dipertanyakan bagaimana penegakan hukum yang telah dilakukan pemerintah Kota Denpasar terhadap pelanggaran Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Ijin Bangun-Bangunan dan hambatan-hambatan apa yang terjadi dalam melaksanakan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 tentang Ijin Bangun- Bangunan. Sehingga terkesan kurang efektif, pada tahun 2014 sampai 2016 saja, ada 1482 (seribu empat ratus delapan puluh dua) pelanggaran dibidang ijin mendirikan bangunan dan rencana tata ruang wilayah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang bertitik tolak dari data primer. Data primer adalah data yang di peroleh dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian dilapangan. Akibat hukum yang diterima bagi bangunan yang melanggar akan diberikan pembinaan berupa surat teguran sebanyak tiga kali, jika pemilik bangunan tidak menaati akan diberikan sanksi bisa berupa penyegelan, pembongkaran, bahkan ancaman pidana, sanksi yang diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilanggar. Kendala pemerintah Kota Denpasar dalam penegakan hukum Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang ijin Bangun-Bangunan adalah kendala internal dan eksternal. Kendala internal diantaranya kurangnya personil penegakan hukum, anggaran biaya, dan sarana prasarana. Upaya dari kendala internal adalah penambahan personil, anggaran biaya, dan sarana prasarana. Sedangkan kendala eksternal adalah kesadaran masyarakat yang kurang mau menaati peraturan yang berlaku, upaya yang dilakukan pemerintah yaitu memberikan pengarahan kemasyarakat Kota Denpasar, tentang pentingnya menaati peraturan khususnya Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Ijin Bangun- Bangunan. Kata Kunci : Penegakan Hukum, Pelanggaran, Ijin Mendirikan Bangunan

5 ABSTRACT Based on preliminary research that has been done, although the rules of City of Denpasar Number 6 of 2001 on Build-Building Permit has been there and passed, but in reality there are violations. The forms of violation of one of them as: a building that does not have a building permit there are various problems arising out of the building in Denpasar without permits, so that in the question of how the rule of law that has been done by the government of Denpasar to violations Regional Regulation Denpasar Number 6 of 2001 on Build-Building Permit and any obstacles that occur in implementing Denpasar Regional Regulation Number 6 of 2001 on Build-Building Permit. So it seems less effective in 2014 until 2016 alone, there were 1482 (one thousand four hundred and eighty two) violations in the field of building permits and spatial plans. This type of research used in this research is the kind of empirical legal research is research that starts from the primary data. Primary data is data obtained from the public as the first source through research in the field. Received legal consequences for violating the building will be given guidance in the form of a letter of reprimand three times, if the owner of the building does not comply will be given sanctions can include sealing, demolition, even the threat of criminal sanctions can include sealing, demolition, even the threat of criminal sanctions provided in accordance with the violations that have been violated. Constraints government of Denpasar in law enforcement Denpasar Regional Regulation Number 6 of 2001 on Build-Building Permit is internal and external constraints. Internal constraints include a lack of law enforcement personnel, budget, facilities and infrastructure. Efforts of internal constraint is the addition of personnel, budget and infrastructure. While the external constraint is the awareness that less willing to obey the rules that have been enacted, the government s efforts is to give guidance to the whole communities of Denpasar, about the importance of obeying rules, especially Denpasar Regional Regulation Number 6 of 2001 on Build-Building Permit. Keywords : Law Enforcement, Abuse, Building Permit

6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, mempergunakan sarana hukum publik diantaranya berupa Hukum Administrasi Negara. Hukum administrasi negara memuat peraturan hukum yang mengatur hubungan antara warga negara dan pemerintah yang menjadi sebab sampai negara itu berfungsi. 1 Jika dilihat dari pembidangan hukum, hukum administrasi negara merupakan bagian dari hukum publik, hukum publik merupakan hukum yang berkaitan dengan fungsi negara. 2 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menentukan bahwa Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum. Menurut Prof. Dr. R. Supomo, dalam bukunya Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia, mengartikan negara hukum adalah negara akan tunduk pada hukum, peraturan-peraturan hukum berlaku pula bagi segala badan dan alat-alat perlengkapan negara. Negara hukum menjamin adanya tertib hukum dalam masyarakat yang artinya memberi perlindungan hukum pada masyarakat: antara hukum dan kekuasaan ada hubungan timbal balik R. Abdoel Djamali, 2010, Pengantar Hukum Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, h Peter Mahmud Marzuki, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Media Grup, Jakarta, h. 3. Soepomo, UUD RI, Noordhoff, Jakarta, h. 21.

7 Pasal 17 ayat (1) Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Daerah. Kota Denpasar merupakan ibu kota Provinsi Bali, dengan pertumbuhan penduduk yang semakin tahun semakin meningkat di Provinsi Bali, khususnya di Kota Denpasar. Dengan banyaknya masyarakat yang tinggal di Denpasar, paling tidak memerlukan sarana prasarana berupa tempat tinggal. Aktivitas pembangunan seperti pembangunan rumah tinggal, perkantoran, hotel, maupun fasilitas lain yang menunjang kehidupan masyarakat di Kota Denpasar berkembang semakin hari semakin pesat. Menurut J.B.J.M. ten Berge, fungsi dari perizinan adalah sebagai ujung tombak instrument yuridis sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang masyarakat adil dan makmur. Hal ini berarti, lewat perizinan dapat diketahui bagaimana gambaran masyarakat adil dan makmur itu terwujud. Ini berarti, persyaratan-persyaratan yang terkandung dalam izin merupakan pengendali dalam memfungsikan izin itu sendiri. 4 Untuk menata kegiatan pembangunan tersebut Pemerintah Kota Denpasar mewajibkan setiap pembangunan, wajib memiliki izin berupa izin mendirikan bangunan (IMB). h N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, 1993, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Surabaya,

8 Penerbitan perijinan, untuk mendirikan bangunan diperlukan guna mengatur pola pembangunan, menjaga dan meminimalkan kemungkinan terjadinya pelanggaran terhadap Izin Mendirikan Bangunan yang dilakukan baik oleh orang perorangan atau badan hukum. Beberapa pelanggaran terhadap kegiatan pembangunan di Kota Denpasar berupa pelanggaran dari segi tata ruang, pelanggaran fungsi bangunan, pelanggaran pada sepadan jalan atau tidak sesuai dengan gambar serta peruntukan, bahkan bangunan yang didirikan tanpa mengantongi Izin Mendirikan Bangunan terlebih dahulu dan pelanggaran peraturan-peraturan lainnya. 5 Pada dasarnya penerbitan Izin Mendirikan Bangunan tentu telah melalui beberapa proses sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak sekali terjadi pelanggaran-pelanggaran akibat minimnya kesadaran dari berbagai pihak, khususnya pemohon izin. Sehingga banyak bentuk pelanggaran bangunan yang terjadi di Kota Denpasar. Berdasarkan hasil penelusuran ditemukan beberapa contoh nyata yang ada dilapangan yaitu, adanya pembangunan rumah (kost) di jalan Pulau Galang Gang Tiying Gading Pemogan Denpasar Selatan, belum mengantongi izin mendirikan bangunan tetapi tetap melanjutkan pembangunan sehingga memiliki kamar mencapai 31 kamar, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Izin Bangun-Bangunan, pembangunan ini bukan kos-kosan melainkan 5. Anonim, Marak, Pelanggaran di Denpasar, BaliPost, 7 September 2013, h. 1.

9 termasuk ke dalam kategori hotel melati. 6 Selain itu contoh kedua adalah penggusuran 15 bangunan rumah kumuh di kawasan Jalan Merdeka X, Desa Sumerta Kelod, Denpasar Timur, selain membangun tanpa izin, bangunan rumah kumuh yang berada di atas tanah seluas 50 are ini juga kerap mencemari sungai, dan mengganggu kenyamanan warga. 7 Dari dua contoh ini perkembangan pelanggaran izin mendirikan bangunan tidak ada perubahan setiap tahun ada saja pelanggaran yang terjadi. Berdasarkan fakta tersebut diatas, tulisan ini akan mengkaji lebih dalam mengenai penegakan hukum berkaitan dengan izin mendirikan bangunan di kota Denpasar dengan judul kajianpenegakan HUKUM TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IZIN BANGUN-BANGUNAN DI KOTA DENPASAR. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: 6. Anonim, Tim Yustisi Segel Kos-kosan, Kompas, 21 November 2015, h Gede Nadi Jaya, 2016, 15 Rumah Kumuh Di Bantaran Sungai Di Denpasar Digusur, URL:

10 1. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap pelanggaran Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Izin Bangun Bangunan? 2. Apakah yang menjadi hambatan dalam penegakan hukum terhadap pelanggaran Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Izin Bangun Bangunan? 1.3 Ruang Lingkup Masalah Di dalam suatu karya ilmiah sangat mungkin terjadinya perluasan materi yang di bahas. Karena itu, perlu di tentukan pembatasan materi yang diuraikan dalam tulisan ini. Hal ini perlu di lakukan untuk mencegah agar materi atau isi uraian ini tidak menyimpang dari pokok pembahasan yang ini di bahas, sehingga masalahnya dapat diuraikan secara sistematis. Pembatasan ruang lingkup masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Terhadap rumusan masalah pertama yang membahas mengenai bagaimana penegakan hukum terhadap pelanggaran Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Izin Bangun Bangunan. Ruang lingkup masalah yang dikaji dalam permasalahan ini meliputi: faktor-faktor yang menjadi penyebab adanya pelanggaran pada Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Izin Bangun Bangunan dan tindakan yang dilakukan Pemerintah terhadap pelanggaran Peraturan

11 Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Izin Bangun Bangunan. 2. Permasalahan kedua membahas mengenai apa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Izin Bangun Bangunan. Ruang lingkup masalah yang dikaji dalam permasalahan ini meliputi: faktor penghambat pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Izin Bangun Bangunan dan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan penegakan hukum terhadap Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Izin Bangun Bangunan. 1.4 Orisinalitas Penelitian Penulis telah membandingkan penelitian-penelitian sebelumnya yang juga membahas tentang perizinan.banyak penulis tertarik mengambil tema Hukum Perizinan dalam penelitian dan karya ilmiah. Adapun penelitian yang mirip dengan penelitian ini adalah Nomor Penelitian Judul Rumusan Masalah 1. I Made Ela Suprisma Cahaya NIM Pelaksanaan Peraturan Walikota Denpasar Nomor 2 Tahun Bagaimakah pelaksanaan Peraturan Walikota Denpasar Nomor2 Tahun 2013

12 2. Ida Kristiasari tentang Penyelenggaraan Waralaba Di Kota Denpasar Peran Satuan tentang Penyelenggaraan Waralaba? 2. Apakah yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan Peraturan Walikota Denpasar Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Waralaba? 1. Bagaimanakah NIM. Polisi Pamong pelaksanaan Praja Dalam Satuan Polosi Penegakan Pamong Praja Peraturan Daerah Bidang Perizinan (Satpol dalam PP) Bagungan (Study penegakan Izin Di Denpasar) Kota Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Denpasar? 2. Apakah faktor

13 yang mempengaruhi penegakan Izin Mendirikan /bangunan (IMB) di Kota Denpasar? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kajian ini adalah untuk meneliti dan menganalisis tentang penegakan hukum terhadap Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Izin Bangun Bangunan di Kota Denpasar Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam kajian ini, yaitu: 1. Untuk meneliti dan menganalisis tentang penegakan hukum terhadap Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Izin Bangun Bangunan di Kota Denpasar.

14 2. Untuk meneliti dan menganalisis yang menjadi hambatan dalam penegakan hukum terhadap Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Izin Bangun Bangunan di Kota Denpasar. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Adapun manfaat teoritis yang diharapkan dari kajian ini yakni: 1. Kajian ini diharapkan dapat membantu memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu hukum berkaitan dengan hukum administrasi Negara dibidang izin bangunan. 2. Kajian ini diharapkan dapat di pergunakan sebagai salah satu bahan atau sumber informasi bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian secara lebih lanjut tentang penegakan hukum terhadap izin bangunan Manfaat Praktis Manfaat praktis dari kajian ini, diklasifikan sebagai berikut : a. Bagi mahasiswa, manfaat praktis yang di peroleh adalah mahasiswa menjadi tahu bagaimana penegakan hukum yang dilakukan pemerintah terhadap pelanggaran Peraturan Daerah Kota Denpasar

15 Nomor 6 Tahun 2001 tentang Izin Bangun Bangunan di Kota Denpasar b. Bagi Fakultas, manfaat praktis yang di peroleh dari kajian ini adalah fakultas memiliki banyak bahan bacaan bagi mahasiswa yang ingin mengangkat masalah ini lebih lanjut. c. Bagi Pemerintah daerah, manfaat dari kajian ini adalah pemerintah bisa menindak lanjuti dan mengetahui pelanggaran apa saja terbanyak di bidang izin bangun - banguanan. 1.7 Landasan Teoritis Konsep Negara Hukum Definisi negara menurut Aristoteles dalam bukunya Politica Aristoteles yaitu negara adalah persekutuan dari pada keluarga dan desa guna memperoleh hidup yang sebaik-baiknya. Negara yang di maksud adalah negara hukum rechstaat yang di dalamnya terdapat sejumlah warga negara yang ikut serta dalam permusyawaratan negara (ecclesia). Yang dimaksud negara hukum adalah negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin

16 keadilan kepada warga negaranya. 8 Syarat-syarat Negara hukum menurut Burkens adalah: 9 1. Asas Legalitas, Pemerintah harus didasarkan atas peraturan Perundang-undangan dalam arti formil dan Undang-Undang sendiri merupakan tumpuan dasar hubungan antara penguasa dan rakyat. 2. Pembagian Kekuasaan Syarat ini mengandung makna bahwa kekuasaan Negara tidak boleh hanya bertumpu pada satu tangan, 3. Hak-hak dasar (grondrechten) Merupakan sasaran perlindungan diri pemerintah terhadap rakyat dan sekaligus membatasi kekuasaan pembentuk Undang-Undang 4. Pengawasan pengadilan bagi rakyat tersedia. Ada beberapa unsur-unsur yang menggambarkan negara hukum, unsur negara hukum menurut pendapat Sri Soemantri yang dikutip oleh Ridwan HR., yaitu: Sistem pemerintah Negara yang berdasarkan kedaulatan rakyat. 2. Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasarkan atas hukum atau Perundang-undangan. 3. Adanya jaminan terhadap hak asasi manusia (warga negara) 4. Adanya pembagian kekuasaan dalam negara. 5. Adanya pengawasan dari bahan-bahan peradilan (rechtterlijke controle) yang bebas dan mandiri, dalam arti lembaga peradilan tersebut benarbenar tidak memihak dan tidak berada di bawah pengaruh eksekutif. 6. Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau warga negara untuk turut serta mengawasi perbuatan dan pelaksaan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. 8 Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih,1995, Ilmu Negara, Edisi Revisi, Gaya Media Pratama, Jakarta, hal Burkens, M.C., st.al 1990, Beginsevel van de Democraiche Rechstaat, Dalam Yohanes Unsfunan, 1998, Kebebasan Indonesia, Disertai dalam meraih Doktor pada Program Pasca Sarjana UNAIR Surabaya, hal Ridwan HR., 2006, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.5

17 7. Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang merata sumber daya yang di peroleh bagi kemakmuran dan kesejateraan warga negara. Dengan penjelasan diatas, semua tindakan yang dilakukan oleh pemerintah harus sesuai dengan hukum yang berlaku. Dalam hal ini, pemerintah Kota Denpasar harus menegakkan hukum bila ada bangunan yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Izin Bangun Bangunan Konsep Kewenangan Pilar dari negara hukum salah satunya adalah asas legalitas, berdasarkan prinsip tersebut mengatakan bahwa wewenang pemerintah berasal dari Perundang-undangan. 11 Kewenangan yang bersumber dari peraturan Perundang-undangan dapat diperoleh dari beberapa cara yaitu: atribusi, delegasi, dan mandaat. H.D. Van Wijk/Willem Konijnenbelt mendefinisikan mengenai bagaimana cara memperoleh wewenang adalah sebagai berikut: 12 a. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintah. b. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah kepada organ pemerintah dari satu organ pemerintah kepada organ pemerintah lainnya. c. Mandat dapat terjadi jika pemerintah mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya. 11. Ibid. h Ibid. h. 104.

18 Wewenang pemerintah ruang lingkupnya tidak hanya meliputi wewenang untuk membuat keputusan pemerintah (besluit) tetapi juga semua wewenang dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai pembentukan wewenang. Dalam melaksanakan otonomi daerah Kabupaten/Kota, pemerintah daerah harus melihat kondisi daerahnya dalam kontek ini pemerintah harus melihat lingkungan masyarakat bangunan - bangunan mana saja yang tidak sesuai dengan peraturan dan tidak memiliki izin Konsep Perizinan Menurut N.M Spelt dan J.B.J.M ten Berge izin merupakan suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundanga. 13 Berdasarkan pemaparan para ahli diatas disebutkan bahwa izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan tertentu. Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam perizinan yaitu: 1. Instrument yuridis. 2. Peraturan perundang-undangan. 3. Organ pemerintah. 4. Peristiwa konkret. 13. Adrian Sutedi, 2010, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, cet I, Sinar Grafika, Jakarta, h. 170.

19 5. Prosedur dan persyaratan Izin berfungsi sebagai ujung tombak instrument hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang masyarakat adil dan makmur itu dijelmakan. Hal ini berarti, lewat izin dapat diketahui bagaimana gambaran masyarakat adil dan makmur itu terwujud. Ini berarti, persyaratan-persyaratan yang terkandung dalam izin merupakan pengendali dalam memfungsikan izin itu sendiri. Adapun mengenai tujuan perizinan, hal ini tergantung pada kenyataan kongkret yang dihadapi. Keragaman peristiwa konkret menyebabkan keragaman pula dari tujuan izin ini, yang secara umum dapat disebutkan sebagai berikut: 14 a. Keinginan mengarahkan (mengendalikan sturen ) aktivitas-aktivitas tertentu (misalnya izin bangunan). b. Mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan) c. Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izin terbang, izin membongkar pada monument-monument) d. Hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghuni di daerah padat penduduk). e. Pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas (izin berdasarkan drank en horecawet dimana pengurus harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Sesuai dengan sifatnya, yang merupakan bagian dari keputusan, izin selalu dibuat dalam bentuk tertulis. Sebagaimana keputusan tertulis, secara umum izin memuat hal-hal sebagai berikut: a. Organ yang berwenang 14. N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, op.cit, h. 4-5.

20 b. Yang dialamatkan c. Dictum d. Ketentua-ketentuan, pembatas-pembatas, dan syarat-syarat e. Pemberian alasan f. Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan 1.8 Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan kebenaran materiil terhadap penelitian itu yaitu dengan cara mengadakan penelitian dan pengumpulan data untuk menyusun suatu karangan ilmiah atau skripsi sehingga betul-betul akan terarah pada tujuannya dengan melalui cara tertentu dan teratur. 15 Untuk membahas masalah dalam penulisan skripsi ini, dan untuk memperoleh data-data, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut: Jenis Penelitian Penelitian dalam penulisan skripsi ini bersifat penelitian hukum empiris, dimana menurut Soerjono Soekanto penelitian hukum sosiologis/ empiris adalah penelitian yang bertitik tolak dari data primer/dasar, yakni data yang diperoleh dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan (observasi), 15. Soetrisno Hadi, 1987,Metodelogi research, Yayasan Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, h. 49.

21 wawancara ataupun penyebaran kuesioner. 16 Hilman Hadikusuma juga menjelaskan bahwa mengkaji permasalahan tidak hanya sebatas mempelajari pasal-pasal perundang-undangan dan pendapat para ahli untuk kemudian diuraikan, tetapi harus juga menggunakan bahan yang bersifat normatif dalam rangka mengelola data-data yang ada di lapangan yang digunakan sebagai pembahasan Jenis Pendekatan Dalam penelitian ada beberapa jenis pendekatan, pendekatanyang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah: 1. Pendekatan Perundang-undangan (the statute approach), digunakan karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral dalam penelitian ini Pendekatan Fakta (the fact approach), dilakukan dengan cara mengkaji implementasi dari peraturan perundang-undangan terhadap fakta yang terjadi dilapangan Soerjono Soekanto,1982, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I), h Hilman Hadikusuma, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, CV Mandar Maju, Bandung, h Ibrahim Johnny, 2006, Teori Metodologi dan PenelitianHukum, Kencana Primada Media, Jakarta, h Ibid.

22 3. Pendekatan Analisis konsep hukum (analytical & conceptual approach), menganalis peraturan hukum sesuai perundang-undangan, dan fakta yang terjadi dilapangan Sumber Data Data merupakan bahan atau materi yang akan dikaji dan diteliti dalam penulisan ini, sehingga dapat menghasilkan informasi atau keterangan yang menunjukkan fakta. Dalam penulisan skripsi ini sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder,yang diperoleh berdasarkan: 1. Data primer merupakan data asli yang di peroleh peneliti dari tangan pertama, dari sumber asalnya yang pertama yang belum diolah dan diuraikan oleh orang lain. 20 Jadi dalam penulisan skripsi ini data primer diperoleh dari penelitian secara langsung melalui wawancara dengan informasi yang berasal dari pihak Dinas Perizinan Kota Denpasar dan kantor Sat Pol PP Kota Denpasar dengan maksud memperoleh data berkaitan dengan Penegakan Hukum Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 tahun 2001 tentang Izin Bangun-Bangunan. 2. Data sekunder yaitu, data yang diperoleh penulis dari penelitian keperpustakaan dan dokumentasi, yang merupakan hasil dari penelitian 20. Hilman Hadikusuma, Op.cit, h. 65

23 dan pengolahan orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku dan dokumentasi. 21 Data sekunder dari penelitian ini yaitu : a. Bahan Hukum Primer, yaitu data yang bersumber dari Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang bersifat mengikat 22, antara lain: 1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kota Denpasar; 3. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 4. Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 5. Peraturan DaerahKota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001 tentang Izin Bangun - bangunan b. Bahan Hukum Sekunder bersumber dari bahan hukum yang bersumber dari berbagai literatur, artikel, pendapat para sarjana, dan para ahli hukum, pakar hukum, hasil-hasil penelitian, 21. Ibid. 22.Suprato, 1991, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, h. 1.

24 Rancangan Undang-undang (RUU) dan bahan-bahan pendukung lainnya. 23 c. Bahan Hukum Tersier yaitu bersumber dari kamus, ensiklopedia, dan artikel-artikel yang terdapat di internet yang memuat hal-hal yang berhubungan dengan hukum dan perizinan Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini, adalah sebagai berikut: a. Data primer Data primer dilakukan dengan proses pelitian dilapangan, yaitu pengumpulan data lapangan guna memperoleh data-data yang diperlukan. Penelitian ini didukung dengan cara wawancara, wawancara adalah suatu pembicaraan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dengan mengajukan daftar pertanyaan yang diajukan secara sistematis. Dalam hal ini, penulis mempersiapkan beberapa pertanyaan untuk berwawancara kepada responden ataupun informan. b. Data sekunder Data sekunder dikumpulkan dengan mempergunakan sistem kartu Setiap kutipan yang diperoleh dari data sekunder dicatat pada setiap kartu yang telah disiapkan, sehingga apabila diperlukan dalam pembahasan lebih 23. Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Primada Media, Jakarta, h.155.

25 cepat dan mudah memperolehnya. Metode pengumpulan data dengan membaca buku-buku literatur dan mengutip teori-teori dalam beberapa buku yang berhubungan dengan rumusan masalah yang ada Teknik pengolahan dan analisis data Setelah data dikumpulkan, kemudian data ini dianalisis dengan menggunankan teknik kualitatif. Menurut Zainuddin Ali penelitian yang bersifat kualitatif, adalah penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang undangan dan putusan pengadilan serta norma norma yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat Zainuddin Ali H., 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 105.

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IZIN BANGUN-BANGUNAN

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IZIN BANGUN-BANGUNAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IZIN BANGUN-BANGUNAN Oleh Ida Ayu Putu Chandra Puspita Dewi Pembimbing: I Ketut Sudiarta Cokorde Dalem Dahana Bagian Hukum

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERATURAN WALI KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA

PELAKSANAAN PERATURAN WALI KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA PELAKSANAAN PERATURAN WALI KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA Oleh I Made Ela Suprisma Cahaya Pembimbing : I Gusti Ngurah Wairocana Kadek Sarna Hukum Pemerintahan Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berita AIPI (1997) mengatakan bahwa pelaksanaan berasal dari kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berita AIPI (1997) mengatakan bahwa pelaksanaan berasal dari kata 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelaksanaan Pengertian pelaksanaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perihal pembuatan atau usaha dan sebagainya (Poerwodarminto, 1986). Soemardjan dalam

Lebih terperinci

KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR DALAM PEMBERIAN IZIN USAHA LAUNDRY

KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR DALAM PEMBERIAN IZIN USAHA LAUNDRY KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR DALAM PEMBERIAN IZIN USAHA LAUNDRY Oleh : I Komang Agus Sastra Mahayana I Gusti Ngurah Wairocana I Ketut Sudiarta Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA SINGARAJA

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA SINGARAJA EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA SINGARAJA I Wayan Arsana Rama Putra Pembimbing : I Gusti Ngurah Wairocana I Gusti Ayu Putri

Lebih terperinci

PENGAWASAN TERHADAP PERIZINAN INDUSTRI DI KABUPATEN BADUNG

PENGAWASAN TERHADAP PERIZINAN INDUSTRI DI KABUPATEN BADUNG PENGAWASAN TERHADAP PERIZINAN INDUSTRI DI KABUPATEN BADUNG OLEH: I NENGAH SUHARTA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang John Locke menganggap bahwa negara merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk melaksanakan suatu usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah di amandemen menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Prof.

Lebih terperinci

PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN

PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 1 PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2000 Oleh Desak Nyoman Oxsi Selina Ibrahim R I Ketut Suardita Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif. Penelitian hukum normatif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA DENPASAR

PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA DENPASAR PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA DENPASAR Ni Putu Sri Rahayu Mulya Ningsih I Ketut Sudiarta Kadek Sarna Hukum Pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pemerintah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pemerintah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern sekarang ini, banyak sekali dilakukan pembangunan dalam berbagai sektor kehidupan. Pembangunan terjadi secara menyeluruh diberbagai tempat hingga

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEMBANGUNAN HOTEL PADA KAWASAN SEMPADAN JURANG DI KABUPATEN BADUNG

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEMBANGUNAN HOTEL PADA KAWASAN SEMPADAN JURANG DI KABUPATEN BADUNG PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEMBANGUNAN HOTEL PADA KAWASAN SEMPADAN JURANG DI KABUPATEN BADUNG Oleh: I Putu Antoni Giri I Ketut Sudiarta Cokorde Dalem Dahana Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Studi Terhadap Anggota Polri Polres Pekalongan Kota) D a r o d i Magister Hukum Universitas

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DALAM RANGKA PERLINDUNGAN TERHADAP PEROKOK PASIF

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DALAM RANGKA PERLINDUNGAN TERHADAP PEROKOK PASIF PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DALAM RANGKA PERLINDUNGAN TERHADAP PEROKOK PASIF Oleh I Komang Wijana I Nyoman Mudana Bagian Hukum Pemerintahan

Lebih terperinci

UPAYA PENERTIBAN PENYELENGGARAAN REKLAME DI KOTA DENPASAR

UPAYA PENERTIBAN PENYELENGGARAAN REKLAME DI KOTA DENPASAR UPAYA PENERTIBAN PENYELENGGARAAN REKLAME DI KOTA DENPASAR Oleh : I Gusti Ayu Agung Jennie Asmika I Nyoman Suyatna I Ketut Suardita Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, dengan jalan menganalisanya. Selain itu juga, diadakan pemeriksaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Kemajuan perindustrian tidak lepas dari peran pemerintah. memberi kemudahan di sektor perizinan industri.

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Kemajuan perindustrian tidak lepas dari peran pemerintah. memberi kemudahan di sektor perizinan industri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan suatu Negara dapat dikatakan maju apabila didukung oleh majunya perindustrian yang dimiliki. Perindustrian yang semakin bertumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TERKAIT BANGUNAN DI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DENPASAR

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TERKAIT BANGUNAN DI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DENPASAR PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TERKAIT BANGUNAN DI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DENPASAR Oleh : Ni Putu Putrika Widhi Susmitha I Ketut Sudiarta Kadek Sarna Program Kekhususan

Lebih terperinci

UPAYA HUKUM PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG DALAM MEMPERTAHANKAN TANAH PERTANIAN DI DAERAH BADUNG

UPAYA HUKUM PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG DALAM MEMPERTAHANKAN TANAH PERTANIAN DI DAERAH BADUNG UPAYA HUKUM PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG DALAM MEMPERTAHANKAN TANAH PERTANIAN DI DAERAH BADUNG Oleh I Putu Arik Sanjaya Made Arya Utama Cokorda Dalem Dahana Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : I GUSTI NGURAH AGUNG DARMASUARA NIM

SKRIPSI OLEH : I GUSTI NGURAH AGUNG DARMASUARA NIM SKRIPSI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA DENPASAR DALAM PENETAPAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA DENPASAR OLEH : I GUSTI NGURAH AGUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk

BAB I PENDAHULUAN. administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Izin adalah suatu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesejahteraan sebagaimana yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV yang mana tujuan Negara Indonesia yaitu melindungi

Lebih terperinci

PENGATURAN TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI UNTUK MENCEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA DENPASAR

PENGATURAN TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI UNTUK MENCEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA DENPASAR PENGATURAN TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI UNTUK MENCEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA DENPASAR oleh Ketut Yunda Anastesia I Made Arya Utama I Ketut Suardita Bagian

Lebih terperinci

Oleh: Regil Julian Pandie I Ketut Sudiartha Kadek Sarna Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh: Regil Julian Pandie I Ketut Sudiartha Kadek Sarna Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN KHUSUSNYA TERHADAP SARANA BANGUNAN PARIWISATA ( STUDI PADA BADAN PELAYANAN DAN PERIZINAN TERPADU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan bukan Negara Serikat maupun Negara Federal. Suatu bentuk Negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal

Lebih terperinci

Oleh Ida Bagus Indra Dwi Putra Nengah Suharta Cokorde Dalem Dahana Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh Ida Bagus Indra Dwi Putra Nengah Suharta Cokorde Dalem Dahana Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana PERANAN PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DALAM MENANGGULANGI PENGEMIS BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KETERTIBAN UMUM Oleh Ida Bagus Indra Dwi Putra Nengah Suharta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara hukum (rechtsstaat)

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara hukum (rechtsstaat) BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah Negara Hukum sebagaimana tertuang di dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara hukum (rechtsstaat)

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN BADUNG

EFEKTIVITAS PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN BADUNG EFEKTIVITAS PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN BADUNG Oleh : Kadek Devi Ayu Anggari Pembimbing : I Wayan Parsa Nengah Suharta Program Kekhususan Hukum Pemerintahan, Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah dilaksanakan sebanyak empat tahapan dalam kurun waktu empat tahun (1999, 2000, 2001, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari suatu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu segala tindakan dan kewenangan pemerintah harus berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. karena itu segala tindakan dan kewenangan pemerintah harus berdasarkan atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 ayat ( 3 ) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu segala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperoleh gambaran yang lengkap terhadap masalah yang diteliti, digunakan metode-metode tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Metode penelitian tersebut dipergunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR

PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR Oleh: Dewi Irmayanti Zanivah I Gusti Ngurah Wairocana I Ketut Sudiarta Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN PERDA TATA RUANG KABUPATEN BANGLI TERKAIT KETENTUAN SEMPADAN JURANG DI SEPANJANG JALAN RAYA PENELOKAN KINTAMANI

PENERAPAN PERDA TATA RUANG KABUPATEN BANGLI TERKAIT KETENTUAN SEMPADAN JURANG DI SEPANJANG JALAN RAYA PENELOKAN KINTAMANI PENERAPAN PERDA TATA RUANG KABUPATEN BANGLI TERKAIT KETENTUAN SEMPADAN JURANG DI SEPANJANG JALAN RAYA PENELOKAN KINTAMANI Oleh : Ni Putu Trisniari Muliarsi I Made Arya Utama I Nengah Suharta Bagian Hukum

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK PERUMAHAN DI KOTA DENPASAR

PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK PERUMAHAN DI KOTA DENPASAR PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK PERUMAHAN DI KOTA DENPASAR Oleh I Gede Bagus Jaya Winangun I Gusti Ngurah Wairocana I Ketut Sudiarta Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2005 BERKAITAN DENGAN PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2005 BERKAITAN DENGAN PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2005 BERKAITAN DENGAN PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR Oleh : Ida Bagus Putra Pratama Ibrahim R I Ketut Sudiarta Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH SEBAGAI BENTUK TRANSPARANSI PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH SEBAGAI BENTUK TRANSPARANSI PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH SEBAGAI BENTUK TRANSPARANSI PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ema Wulandari I Gede Artha Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengidentifikasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara adalah suatu organisasi yang memilki tujuan. Pada konteks Negara Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang- Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wajib tunduk pada aturan-aturan hukum yang menjamin dan melindungi hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. wajib tunduk pada aturan-aturan hukum yang menjamin dan melindungi hak-hak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu negara hukum setiap kegiatan kenegaraan atau pemerintahan wajib tunduk pada aturan-aturan hukum yang menjamin dan melindungi hak-hak warganya, baik di bidang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TATA RUANG DALAM PEMBANGUNAN DAN PERENCANAAN TATA KOTA Oleh :

PENGENDALIAN TATA RUANG DALAM PEMBANGUNAN DAN PERENCANAAN TATA KOTA Oleh : PENGENDALIAN TATA RUANG DALAM PEMBANGUNAN DAN PERENCANAAN TATA KOTA Oleh : Ida Bagus Prastika Pembimbing Akademik : I Nyoman Wita Program Kekhususan Hukum Pemerintahan/Bagian Hukum Administrasi Negara

Lebih terperinci

h. 17. h.1. 4 Ibid, h C.S.T Kansil dan Christine S.T., 2008, Hukum Tata Negara Republik Indonesia (Pengertian

h. 17. h.1. 4 Ibid, h C.S.T Kansil dan Christine S.T., 2008, Hukum Tata Negara Republik Indonesia (Pengertian IMPLIKASI YURIDIS DENGAN DIUNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP KEWENANGAN PENGELOLAAN LAUT, PESISIR, DAN PULAU-PULAU KECIL Oleh: Anak Agung Gede Manik Surya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu hukum yang berusaha mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif (normative legal

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif (normative legal BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif (normative legal research), dan pendekatan yuridis empiris (empirical legal research). Disebut demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam konsep kesejahteraan (welfare) dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dalam konsep kesejahteraan (welfare) dalam Pembukaan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum sebagai kaedah merupakan himpunan petunjuk hidup berupa perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam masyarakat yang seharusnya ditaati, dan pelanggaran

Lebih terperinci

KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945

KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945 KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945 Oleh : Indah Permatasari 1 ABSTRACT The local government is given authority by the constitution to establish local regulations.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum normatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara berdasarkan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara berdasarkan undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara berdasarkan undangundang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara adalah suatu organisasi yang memilki tujuan. Pada konteks Negara Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang- Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan usaha di sektor jasa keuangan pada saat sekarang ini sedang mengalami perkembangan dan kemajuan, hal itu dapat terlihat dari besarnya antusias masyarakat

Lebih terperinci

PENGATURAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG

PENGATURAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG PENGATURAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG Oleh : Made Yuni Lestari I Nyoman Suyatna Kadek Sarna Bagian Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan tradisional, karena indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku yang memiliki

Lebih terperinci

PENGENDALIAN USAHA MINI MARKET OLEH PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG MELALUI INSTRUMEN PERIJINAN

PENGENDALIAN USAHA MINI MARKET OLEH PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG MELALUI INSTRUMEN PERIJINAN PENGENDALIAN USAHA MINI MARKET OLEH PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG MELALUI INSTRUMEN PERIJINAN OLEH I GEDE ARYA TUBWANA I MADE ARYA UTAMA COKORDE DALEM DAHANA BAGIAN HUKUM PEMERINTAHAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia seperti yang terdapat pada pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada alinea ke-4 yaitu Memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut asas Desentralisasi. Desentralisasi

Lebih terperinci

PENERTIBAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS GUNA MENINGKATKAN PARIWISATA DI KOTA DENPASAR

PENERTIBAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS GUNA MENINGKATKAN PARIWISATA DI KOTA DENPASAR PENERTIBAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS GUNA MENINGKATKAN PARIWISATA DI KOTA DENPASAR Oleh: Kadek Rahmitha Parta Dewi A.A Ngurah Gede Driksen Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) pada hakikatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada nilai saham yang hendak diperjualbelikan di pasar modal. Undang-

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada nilai saham yang hendak diperjualbelikan di pasar modal. Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana investasi atau sarana pembiayaan bagi perusahaanperusahaan yang akan menjual sahamnya kepada masyarakat melalui proses penawaran umum (go

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: ( 1 ) Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sleman dalam menangani

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: ( 1 ) Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sleman dalam menangani 53 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: ( 1 ) Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sleman dalam menangani permohonan dan penerbitan ijin mendirikan bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Negara ini lahir dari perjuangan bangsa Indonesia yang bertekad mendirikan Negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum, sejalan dengan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum, sejalan dengan ketentuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengadilan merupakan tempat bagi seseorang atau badan hukum untuk mencari keadilan dan menyelesaikan persoalan hukum yang muncul selain alternatif penyelesaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Cabang USU. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2015 sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Cabang USU. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2015 sampai 65 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian tesis ini dilakukan di Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang USU. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2015 sampai

Lebih terperinci

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN Oleh Maya Diah Safitri Ida Bagus Putu Sutama Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The right to obtain legal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tersebut, aktivitas atau perbuatan itu dibedakan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tersebut, aktivitas atau perbuatan itu dibedakan menjadi dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbuatan Pemerintah menurut Van Poelje merupakan tindakan hukum publik yang tindakan-tindakan hukum tersebut dilakukan oleh penguasan dalam menjalankan fungsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat 26 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Metode merupakan suatu bentuk cara yang digunakan dalam pelaksanaan suatu penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat memecahkan

Lebih terperinci

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013) TINDAKAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL YANG MENERBITKAN SERTIPIKAT HAK GUNA BANGUNAN YANG DIJADIKAN HUTAN KOTA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 ANDI KURNIAWAN SUSANTO NRP: 2090148 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat menuntut para pelaku ekonomi untuk mempertahankan usahanya. Pelaku usaha yang mengikuti trend

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris normatif yaitu jenis penelitian yang merupakan gabungan dari jenis penelitian hukum empiris dan normatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka, dapat dinamakan penelitian hukum normatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan memiliki fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function).

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan memiliki fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pemerintahan memiliki fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function). Fungsi dari perlindungan kepada masyarakat yaitu upaya pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN. Hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN. Hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat, BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN A. Pengertian Tempat Hiburan Hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku yang dapat menjadi

Lebih terperinci

PENGAWASAN PELANGGARAN BANGUNAN-BANGUNAN DI KOTA DENPASAR

PENGAWASAN PELANGGARAN BANGUNAN-BANGUNAN DI KOTA DENPASAR PENGAWASAN PELANGGARAN BANGUNAN-BANGUNAN DI KOTA DENPASAR Indah Permatasari Ida Ayu Sukihana Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK garan penataan ruang khususnya pelanggaran

Lebih terperinci

PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH PEMERINTAH DAERAH (SUATU STUDI DI PROVINSI BALI)

PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH PEMERINTAH DAERAH (SUATU STUDI DI PROVINSI BALI) 1 PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH PEMERINTAH DAERAH (SUATU STUDI DI PROVINSI BALI) Oleh Ida Bagus Nyoman Sanjayadiputra I Ketut Tjukup Program Kekhususan : Hukum Pemerintahan, Fakultas Hukum, Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI PELAKSANAAN PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA DI KOTA DENPASAR

SKRIPSI PELAKSANAAN PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA DI KOTA DENPASAR SKRIPSI PELAKSANAAN PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA DI KOTA DENPASAR I MADE ELA SUPRISMA CAHAYA NIM. 1103005163 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kekuatan yang besar sebagai modal dasar pembangunan. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. atau kekuatan yang besar sebagai modal dasar pembangunan. Hal ini tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa : tiap-tipa warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pencapaian

Lebih terperinci

PENERAPAN PASAL 3 AYAT (4) PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2014 DALAM PENERBITAN IZIN USAHA MIKRO DAN KECIL DI KOTA DENPASAR

PENERAPAN PASAL 3 AYAT (4) PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2014 DALAM PENERBITAN IZIN USAHA MIKRO DAN KECIL DI KOTA DENPASAR PENERAPAN PASAL 3 AYAT (4) PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2014 DALAM PENERBITAN IZIN USAHA MIKRO DAN KECIL DI KOTA DENPASAR Oleh: I Gusti Ngurah Made Ari Martana I Made Arya Utama

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH I Made Sugiarta Nugraha I Wayan Parsa I Ketut Suardita Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA Oleh : Pande I Putu Cahya Widyantara A. A. Sri Indrawati Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Assessing criminal law,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum juga terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD Pasal 18 ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum juga terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD Pasal 18 ayat (1) 10 BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Tujuan Negara Indonesia sebagaimana dituangkan dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan suatu daerah otonomi setingkat provinsi yang berada di Indonesia. Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah

Lebih terperinci

WEWENANG KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI POLDA BALI

WEWENANG KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI POLDA BALI WEWENANG KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI POLDA BALI IMade Widiasa Pembimbing : I ketut Rai Setiabudhi A.A Ngurah Wirasila Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya di bidang perindustrian, khususnya dalam perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi produk barang dan/atau

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN TERKAIT PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BANGUNAN APARTEMEN MENARA SOEKARNO HATTA KOTA MALANG

PEDOMAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN TERKAIT PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BANGUNAN APARTEMEN MENARA SOEKARNO HATTA KOTA MALANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN TERKAIT PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BANGUNAN APARTEMEN MENARA SOEKARNO HATTA KOTA MALANG (Studi Implementasi Pasal 25 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam proses pengumpulan dan penyajian

METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam proses pengumpulan dan penyajian III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan dalam proses pengumpulan dan penyajian sehubungan dengan penelitian ini adalah pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis

Lebih terperinci

PENGEMBALIAN BERKAS PERKARA OLEH PENUNTUT UMUM DALAM PRAPENUNTUTAN

PENGEMBALIAN BERKAS PERKARA OLEH PENUNTUT UMUM DALAM PRAPENUNTUTAN PENGEMBALIAN BERKAS PERKARA OLEH PENUNTUT UMUM DALAM PRAPENUNTUTAN Oleh Anak Agung Gede Agung Dwi Saputra I Wayan Tangun Susila I Dewa Made Suartha Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI Oleh: A.A. Sg Istri Karina Prabasari I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The title of this article is

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014)  Copyright 2014 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 9 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SAMARINDA TERHADAP USAHA

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK DI KABUPATEN BADUNG

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK DI KABUPATEN BADUNG PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK DI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ngurah Surya Adhi Kencana Putra I Ketut Sudiarta Kadek Sarna Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Kalimat ini tercantum dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia, dan alinea ke-4 (empat)

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERJADINYA PENCEMARAN AIR SUNGAI DI KOTA DENPASAR AKIBAT PEMBUANGAN LIMBAH SABLON

PENEGAKAN HUKUM DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERJADINYA PENCEMARAN AIR SUNGAI DI KOTA DENPASAR AKIBAT PEMBUANGAN LIMBAH SABLON PENEGAKAN HUKUM DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERJADINYA PENCEMARAN AIR SUNGAI DI KOTA DENPASAR AKIBAT PEMBUANGAN LIMBAH SABLON Studi Di BLH Kota Denpasar Oleh Fitri Indrawati Prof. DR. I Gusti Ngurah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PRAMUWISATA YANG BERTUJUAN UNTUK MENGURANGI ANGKA PRAMUWISATA ILEGAL Oleh : Isma Novita Yani I Gusti Ayu Agung Ariani Program

Lebih terperinci

Peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang. Ati Yuniati. Abstrak

Peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang. Ati Yuniati. Abstrak Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186 Peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang Ati Yuniati Bagian Hukum Administrasi Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak, memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia merupakan

Lebih terperinci

TINDAKAN HUKUM PEMERINTAH KOTA DENPASAR DALAM MELINDUNGI KEBERADAAN AIR TANAH DI KOTA DENPASAR

TINDAKAN HUKUM PEMERINTAH KOTA DENPASAR DALAM MELINDUNGI KEBERADAAN AIR TANAH DI KOTA DENPASAR TINDAKAN HUKUM PEMERINTAH KOTA DENPASAR DALAM MELINDUNGI KEBERADAAN AIR TANAH DI KOTA DENPASAR Oleh : Ketut Eddy Budiadnyana Giri I Made Arya Utama Cokorda Dalem Dahana Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR UNTUK MENGHINDARI KERUGIAN AKIBAT PRAKTEK MANIPULASI PASAR DALAM PASAR MODAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR UNTUK MENGHINDARI KERUGIAN AKIBAT PRAKTEK MANIPULASI PASAR DALAM PASAR MODAL PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR UNTUK MENGHINDARI KERUGIAN AKIBAT PRAKTEK MANIPULASI PASAR DALAM PASAR MODAL Oleh Kadek Endra Bayu Sudiartha Made Subawa Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. Metode

METODE PENELITIAN. sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. Metode 32 III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan hal yang ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. Metode penelitian hukum merupakan suatu

Lebih terperinci

MEKANISME PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PUSAT DAN KEUANGAN DAERAH YANG DILAKUKAN OLEH BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) ABSTRACT

MEKANISME PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PUSAT DAN KEUANGAN DAERAH YANG DILAKUKAN OLEH BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) ABSTRACT 1 MEKANISME PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PUSAT DAN KEUANGAN DAERAH YANG DILAKUKAN OLEH BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) Oleh : Ni Made Yuliandari I Gusti Nyoman Agung Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci