pendidikan dan beiajar di Negara Kesatuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "pendidikan dan beiajar di Negara Kesatuan"

Transkripsi

1 BAB I P E N D A H U L U A N Latar Belakang Masalah dan Dasar Pemikiran Peningkatan mutu sumber daya manusia yang diiringi dengan usaha pemerataan memperoleh pendidikan dan beiajar di Negara Kesatuan pelayanan Republik Indonesia secara jelas termaktub dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 9 dan 10 undang - undang tersebut ditegaskan bahwa setiap usaha pendidikan dl Indone sia diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekoiah dan pendidikan luar sekoiah. Pendidikan sekoiah dan pendidikan luar sekoiah merupakan satu kesatuan sistem pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila, dan bertujuan untuk me ningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha 'Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 10 ayat 3 ) jalur pendidikan luar sekoiah meru- 1

2 pakan pendidikan yang diselenggarakan di luar seko iah melalui kegiatan belajar-mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekoiah ( Pasal 1 ayat 1 ) pendidikan luar sekoiah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekoiah baik dilembagakan maupun tidak. Russel Kleis ( 1974 : 6 ),dalam bukunya yang berjudul» Nonformal Education «mengemukakah bahwa pendidikan luar sekoiah adalah usaha pendidikan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis. Pendidikan ini berbeda dengan pendidikan tradisional terutama yang menyangkut waktu, materi, isi dan media. Pendi dikan luar sekoiah dilaksanakan dengan sukarela dan selektif, sesuai dengan keinginan serta kebutuhan peserta didik yang ingin belajar dengan sungguh-- sung-" guh. Pendidikan luar sekoiah sebagai sub sistem da ri sistem Pendidikan Nasional, mampu memberikan peluang lebih besar kepada anggota masyarakat untuk terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilikinya.

3 D. Sudjana ( 1992 : 1 ) memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah adalah setiap usaha pela yanan pendidikan yang dilakukan dengan -\ sengaja, teratur dan berencana di luar sistem sekoiah,berlangsung sepanjang umur yang bertujuan untuk mengaktualisasi potensi manusia sehingga terwujud ma nusia yang gemar belajar-membelajarkan, mampu me ningkatkan taraf hidup, berpartisipasi dalam ke giatan sosial dan pembangunan masyarakat.. Dari keempat definisi di atas dapat disimpulkan, yang dimaksud dengan pendididikan luar sekoiah dalam penelitian ini merupakan pendidikan di luar sistem se koiah ( di masyarakat dan lembaga ) yang tidak berjen jang dan berkesinambungan dengan tujuan untuk mengaktualisasi potensi setiap manusia agar hidup di ini lebih baik, lebih berguna dan lebih bermanfaat. dunia Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 73 tahun 1991, tujuan pendidikan luar sekoiah a- dalah (1) melayani warga belajar supaya dapat tumbuh, dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya, guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, (2) membina warga belajar agar memiliki pengetahuan,.-keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk eiengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau.^elanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,dan (3) memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekoiah.

4 Pendidikan luar sekoiah mempunyai derajat keketatan dan keseragaman yang lebih rendah dibandingkan ngan tingkat keketatan dan keseragaman pendidikan seko iah. Pendidikan luar sekoiah memiliki bentuk dan program yang bervariasi dibandingkan dengan sekoiah. Tujuan program pendidikan luar sekoiah 4 de isi pendidikan tidak seragam sedangkan tujuan program pendidikan sekoiah a- dalah seragam untuk satuan, jenis dan jenjang pendidik an.peserta didik ( warga belajar ) dalam program pendi dikan luar sekoiah tidak memiliki persyaratan ketat sebagaimana persyaratan yang berlaku bagi siswa pendidik an sekoiah ( D. Sudjana, 1991 : 13 ) Pentingnya peranan PLS dalam memajukan kehidupan masyarakat diungkapkan oleh Sutaryat Trisnamansyah(l993: 2 ) sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah nadir di tengah~rtengah,; masyarakat jauh sebelum masyarakat mengenai lem baga pendidikan sekoiah. Pendidikan luar sekoiah yang ada di masyarakat berjalan seiring dengan pembudayaan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia melalui lembaga, organisasi dan kelompok pembentuk pribadi, alam pikiran dan pandangan moral masyarakat. Di Indonesia kegiatan - kegiatan yang merupakan upaya transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, norma yang di lakukan secara sistematik,' terarah dan memiliki tujuan dalam bentuk yang» indigenous" teiah

5 berkembang sejak dulu, seperti pewarisan pengetahu.- an, keterampilan, sikap, nilai, norma, melalui pen didikan dalam keluarga, magang, organisasi, pemuda, dan yang lebih terlembagakan adalah kegiatan pendi dikan di pondok pesantren. Pendidikan luar sekoiah sebagai bagian integral da ri sistem pendidikan nasional, memiliki fungsi yang sejajar dengan pendidikan persekolahan, yaitu :mengembang-^ kan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasio - nal. Mengacu kepada Undang - Undang Republik Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan '.Indonesia Nasional, terutama yang terdapat pada (1) Pasal 9 ayat 3, satuan pendidikan luar sekoiah meliputi keluarga, kelompok be - lajar, kursus, dan satuan pendidikan sejenis, (2) Pasal 10 ayat 3, jalur pendidikan luar sekoiah merupakan pen - didikan yang diselenggarakan di luar sekoiah melalui ke giatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan bersinambungan. Ini mengandung pengertian bahwa ciri-ciri yang membedakan pendidikan luar sekoiah dengan pendi dikan sekoiah adalah keluwesan pendidikan luar sekoiah berkenaan dengan waktu dan lamanya belajar, usia peserta didik, isi pelajaran, cara penyelenggaraan pengajaran, dan cara penilaian hasil belajar.

6 Menurut D. Sudjana ( 1991 : ) pendidikan luar sekoiah,sebagai subsistem pendidikan nasional mencakup berbagai pendidikan lainnya sepanjang pendidikan tersebut diselenggarakan di luar subsistem sekoiah. Jenis-jenis pendidikan tersebut diantaranya ialah Pendidikan Massa, Pendidikan Orang Dewasa, dan Pen didikan Perluasan. Pendidikan Massa ( Mass Education ) adalah kesempatan pendidikan yang diberikan kepada masyarakat luas dengan tujuan untuk membantu masyarakat agar warganya memiliki kecakapan membaca, menulis, berhitung dan pengetahuan umum yang diperlukan dalam upa ya peningkatan taraf hidup dan kehidupannya sebagai warga masyarakat dan sebagai warga negara.dalam perkembangan lebih lanjut, pendidikan massa menjangkau pula kegiatan-kegiatan latihan bagi para pemimpin masyarakat yang secara sukarela menyelenggarakan dan mengadakan pendidikan massa, dan meliputi pula penyebaran informasi untuk menumbuhkan keyakinan syarakat terhadap usaha-usaha sosial yang perlu ma dilakukan secara dinamis. Pendidikan orang dewasa ( Adult Education)adalah jenis pendidikan,yang disajikan untuk ; memoelajarkan orang dewasa. Pendidikan orang dewasa merupa-

7 kan seluruh proses pendidikan yang terorganisasi di luar sekoiah dengan berbagai bahan belajar, tingkatan, dan metoda, baik bersifat resmi maupun tidak,meliputi upaya keianjutan atau perdaikan pendidikan yang diperoleh dari sekoiah, akademi, universitas,atau magang. Pendidikan tersebut diperuntukan bagi orang-orang dewasa dalam lingkungan masyarakatnya,agar mereka dapat mengembangkan kemampuan:, memperkaya pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknik keterampilan dan profesi yang teiah dimilikinya, memper oleh cara-cara baru, serta mengubah sikap dan perilakunya. Tujuannya adalah agar orang-orang dewasa mengembangkan pribadinya secara optimal dan berpar - tisifasi secara seimbang dalam kehidupan sosial,ekonomi dan budaya yang terus berkembang. Sesuai dengan deiinisi di atas, pendidikan orang dewasa! memiliki berbagai jenis pendidikan seperti pendidikan berkelanjutan, pendidikan perbaikan, pendidikan populer, pendidikan kader dan pendidikan kehidupan keluarga. Pendidikan perluasan (Extension Education)adalah kegiatan pendidikan yang diperluas jangkauannya, ke luar peserta didik di perguruan tinggi, yaitu ke pada masyarakat. Misalnya penyuluhan pertanian.

8 8 Berdasarkan pembahasan mengenai pendidikan luar seko iah di atas, penulis dalam penelitian ini mengungkapkan pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas pengemudi kendaraan bermotor sebagai kajian dari pendidikan lu ar sekoiah, yaitu jenis pendidikan orang dewasa. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah RI No.73 Tahun 1991 ( Bab III Pasal 3, ayat 2 dan 4 )termasuk jenis pendidikan umum dan pendidikan jabatan kerja. (2) Pendidikan umum merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan dan peningkatan keterarapilan dan sikap warga belajar dalam bidang tertentu. (4) Pendidikan jabatan kerja merupakan pendi dikan yang berusaha meningkatkan pengetahuan kemampuan dan sikap warga belajar untuk me menuhi persyaratan pekerjaan tertentu pada satuan Kerja yang bersangkutan. Pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas diterapkan pada saat warga belajar mengikuti bisa pendi dikan mengemudi ( pada kursus dan magang ) atau setelah mereka menjadi pengemudi. Pelaksanaan dalam pen didikan ini sangat penting untuk menanggulangi perma salahan lalu-llntas yang dewasa ini terjadi di kotakota besar, khususnya Kotamadya Bandung. Permasalahan lalu-lintas itu berupa pelanggaran, kemacetan dan kecelakaan lalu-lintas.

9 Menurut data POLRI, di Indonesia pada tahun 1994 ter dapat orang tewas di jalanan. Jumlah itu terus meningkat menjadi orang pada tahun 1995 ( sam pai minggu ketiga Desember ). Data itu belum termasuk korban yang luka berat sehingga cacat seumur hidup ( Tajuk Rencana : Tak Nyaman Lagi di Jalan,Harian U- mum Pikiran Rakyat, Selasa 9 April 1996 ). Dalam dasa 9 warsa terakhir ini di Indonesia diperkirakan ' lebih dari orang tewas di jalan raya dengan kerugian harta benda lebih dari 100 milyar rupiah ( Tabah, 1991 : 304 ). Menurut data dari Polisi Daerah Jawa Barat,tercatat selama tahun 1992 akibat kecelakaan lalu-lintas orang meninggal dunia dengan kerugian materi di perkirakan Rp ,- sedangkan pada tahun 1993 di Provinsi Jawa Barat akibat kecelakaan lalulintas mengalami peningkatan menjadi orang me ninggal dunia dengan kerugian materi diperkirakan Rp ,- ( Eddi Sopandi, 1994 : 4 ). Apabila diinventarisasi faktor penyeoab masalah lalu-lintas ( pelanggaran, kecelakaan dan kemacetan lalu-lintas ) ada empat, meliputi (1) Paktor manusia sebagai pemakai jalan, seperti pengemudi, pejalan ka-

10 10 ki, penumpang angkutan umum dan penumpang mobil pribadi yang tidak mematuhi peraturan lalu-lintas, (2) Paktor kendaraan, seperti kuantitas dan kualitas kendaraan, kelengkapan flsik kendaraan, serta kelengkapan surat-surat kendaraan, (3) Paktor jalan/lingkungan seperti ruas dan badan jalan, jembatan, saluran air, tempat pejalan kaki, pinggiran jalan, tepi jalan, selokan jalan, lereng jalan dan rambu-rambu jalan, dan (4) Faktor pengaturan lalu-lintas, jraitu koordinaei antara petugas yang terkait seperti Polisi, DLLAJR, POM ABRI, Departemen Pekerjaan Umum, petugas parkir, teknik lalu-lintas, pendidikan lalu-lintas serta penegakan hukum dan Undang-Undang Lalu-Lintas. Dari ke empat faktor penyebab timbulnya masalah lalu-lintas tersebut di atas, manusia merupakan pe nyebab atama (human error). Menurut PT Jasa Marga(lN- DOSIAR, 6 April 1996) penyebab terjadinya kecelakaan lalu-lintas di jalan Tol 69 % disebabkan oleh manusia dan 31 %disebabkan oleh kendaraan dan lingkungan.me nurut Polisi Daerah Jawa Barat, pelanggaran lalu-lin tas di Jawa Barat dilakukan oleh soplr kendaraan umum (54,72 %), sopir perusahaan/lembaga (19,15 %), sopir pribadi (13,67 %), pelajar/mahasiswa (4,32 %), ABRI (1,58 %) dan Iain-lain 6,56 %{ Eddi Sopandi,1994: 80)

11 Menurut Brigadir Jenderal Polisi Drs. Sumarsono,SH ( Direktur Lalu-Lintas POLRI ) pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh para sopir, disebabkan para sopir itu tidak menjiwai tugas sebagai sopir, mereka asal kerja sehingga tidak disiplin dalam berlalu-lintas(per bincangan lalu lintas di ANTEVE, 29 Januari 1996 jam ). Demikian pula halnya dengan keadaan di Kotamad ya Bandung, nampaknya permasalahan lalu lintas pada tahun-tahun terakhlr ini dapat dirasakan Iangsung oleh para pemakai Jalan dan bisa disaksikan Iangsung di lapangan. Permasalahan lalu lintas di kotamadya Bandung ini umumnya berupa pelanggaran lalu lintas yang neniabulkan terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas 11 Berdasarkan data dari Kantor Polisi Wiiayah Kota Besar Bandung, banyaknya kasus pelanggaran lalu-lintas pada tiga. tahun terakhir adalah sebagai berikut : Tahun 1993 terjadi kasus pelanggaran,tahun 1994 terjadi kasus pelanggaran, dan tahun 1995 terjadi kasus pelanggaran lalu-lintas ( POLWILTABES Bandung, 1996 : 38 ) Tingkat pendidikan pelaku pelanggaran lalu-lintas pada tahun 1995 tercatat SD ( 5,02 %), SLTP (28,21 %)

12 SLTA ( 56,53 %), dan Perguruan Tinggi ( 10,24 %).Profesi pelaku pelanggaran lalu-lintas pada tahun 1995 diketahui terdiri dari Pegawai Negeri ( 5,49 %)t pegawai swasta ( 31,73 %), mahasiswa ( 7,01 %), pelajar (12, 37 %), sopir ( 5,56 %), sopir umum ( 32,57 %), pedagang ( 3,27 %), dan Iain-lain ( 2,20 %). Selanjutnya pelaku pelanggaran lalu-lintas yang ditilang berdasar - kan golongan SIM pada tahun 1995 terdiri dari SIM A(16, 25 %), SIM A Umum ( 23,19 %), SIM B 1 ( 6,26 %), SIM B 1 Umum ( 17,79 %), SIM B 2 ( 0,99 %), SIM B 2 Umum ( 3,82 %), SIM C ( 24,15 %), dan tidak memiliki SIM sebesar 7,55 %( POLWILTABES Bandung, 1996 : ). Kecelakaan lalu-lintas yang terjadi di Kotamadya 12 Bandung selama tahun 1995 tercatat 466 kejadian dengan korban meninggal dunia 97 orang, luka berat 88 orang,lu ka ringan 121 orang dan kerugian materi ditaksir seki - tar Rp ,- ( POLWILTABES Bandung, 1996 : 32) B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah masih adanya kesenjangan antara figur pengemudi yang ada dalam kenyataan dewasa ini dengan figur pengemudi i^ deal yang diharapkan oleh masyarakat. Para pengemudi dewasa ini cenderung memiliki sikap mental tidak ta-

13 at pada peraturan lalu-lintas, tidak sopan dalam berlalu-lintas, dan rendahnya kesadaran pengemudi seoagai pelayan masyarakat. Sedangkan pengemudi ideal adalah pengemudi yang menjadi dambaan masyarakat. la memiliki dedikasi yang tinggi terhadap aktifitas mengemudi sebagai profesinya. Pengemudi ideal ini memenuhi persyaratan dari aspek-aspek kognitif,afektif dan psikomotorik. Aspek-aspek kognitif yang perlu dimiliki o- leh seorang pengemudi adalah (1) memiliki pengetahuan yang luas tentang peraturan lalu - lintas, undang-undang lalu-lintas, jenis kendaraan, ukuran kendaraan, muatan, kualitas kendaraan, kelas jalan, dan persyaratan pengemudi, (2)memiliki pengetahuan tentang letak dan lokasi jalan atau menguasai peta mental, (3) memiliki pengetahuan tata cara pergaulan dan kehidupan masyarakat. Aspek-aspek afektif yang perlu dimiliki o- leh seorang pengemudi adalah (1) selalu patuh dan taat pada peraturan lalu-lintas baik pada waktu ada petugas pengawas maupun tidak ada petugas pe- 13

14 14 ngawas lalu-lintas serta melaksanakannya dalam ke hidupan nyata, (2) memiliki sikap sopan santun da lam berlalu-lintas di jalan,tidak mementingkan di rinya sendiri dalam mengendarai kendaraan, selalu memberikan kesempatan kepada pemakai jalan lain yang memerlukan, seperti : barisan ABRI, rombongan anak sekoiah, pemadam kebakaran, ambulans, kenda - raan yang mengangkut orang sakit atau,. "kecelakaan lalu-lintas dan kendaraan jenazah, (3) selalu menjaga hak dan kewajibannya sebagai pengemudi,(4)memelihara dan menjaga kendaraannya dengan baik ser ta menyimpan kendaraannya selalu pada tempat yang aman, (5) tindakan dan perbuatannya dalam mengemu di selalu ditujukan untuk keselamatan dirinya dan orang-orang pada umumnya, (6) bagi pengemudi ang kutan umum selalu menjaga keselamatan diri, kenda raan, dan penumpang yang dibawanya baik manusia a- tau barang, (7) dalam berbicara atau bertegur sapa dengan orang lain seperti petugas, sesama pengemu di, penumpang dan sedagainya selalu -/menggunakan kata-kata yang sopan dan pantas, (8) pandai bergaul dan berkomunikasi dengan masyarakat umum, khu susnya dengan penumpang, (9) memperhatikan dan me-

15 15 matuhi waktu istirahat dan bekerja, agar terjaga keselamatan diri, kendaraan serta penumpang yang dibawanya. Bagi pengemudi angkutan umum antar kota perlu memberikan kesempatan kepada penumpang untuk ke WC, sembahyang, makan, minum dan istirahat. Aspek-aspek psikomotorik yang perlu dimiliki oleh pengemudi adalah (1) memiliki dan.. menguasai keterampilan mengemudikan kendaraan yang dibawanya baik siang hari maupun malam hari, cuaca cerah a- tau hujan (2) memiliki keterampilan untuk memberbaiki dan menanggulangi kendaraan yang apabila mogok di jalan atau mengalami dibawanya kerusakan, (3) memiliki keterampilan dalam pertolongan pertama pada kecelakaan ( PPPK ) sehingga untuk sementara waktu ia dapat memberikan pertolongan pada dirinya, pemakai jalan dan penumpang yang mengala mi kecelakaan.. Dalam tesis ini yang akan diteliti sebagai me dia pembina kedisiplinan para pengemudi adalah : a. Lembaga-lembaga kursus mengemudi kendaraan bermotor di Kotamadya Bandung. b. Pengelola angkutan umum, yaitu Bus DAMRI, Taksi, dan Angkutan Kota. c. Para pengemudi/sopir senior yang memiliki kernet ( calon pengemudi ).

16 16 2. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas,yang men jadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah : a. Apakah pengelolaan dan proses pembelajaran PLS pada kursus-kursus mengemudi kendaraan bermotor di Kotamadya Bandung sudah mengacu kepada upaya membina sikap disiplin berlalu-lintas terhadap calon pengemudi'? bi Apakah pengelola angkutan umum sudah memberikan pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas kepada para pengemudinya? c. Apakah sopir-sopir senior sudah memberikan pem binaan sikap disiplin berlalu-lintas pada calon pengemudi dan bagaimana dampak terhadap kedisi plinan para pengemudi baru? d. Paktor-faktor apa yang berpengaruh pada pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas. C. Dffifinisi Operasional Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan judul tesis ini, penulis merasa perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang dipakai dalam pene litian.

17 17 1. Pengelolaan Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu- Zain, 1994 : 650 ) pengelolaan memiliki arti pengurusan, penyelenggaraan atau manajemen. Pengertian manajemen menurut Donnely, Gibson dan Ivancevich (1987 : 5) adalah sebagai berikut : Management is the process undertaken by one or more individuals to coordinate the "aclrivities of others to achieve results nvrt''* a- chievable by one individual acting alone.and the process of management should be studied by anyone planning to become a successful ma nager. artinya, manajemen adalah proses berusaha yang di lakukan oleh seseorang atau banyak \: orang untuk mengkoordinasi berbagai kegiatan dalam mencapai ha sil, dimana kegiatan tersebut tidak dapat,(dilaku kan oleh seorang individu secara sendirian.dan pro ses manajemen akan dimulai dari seseorang mempelajari perencanaan sampai ia menjadi manajer yang berhasil. Sedangkan menurut D. Sudjana ( 1992:11) pe ngelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan ke terampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya D. Sudjana ( 1992 : 12 ) berkesimpulan ;

18 18 Manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,menggerakan, mengendalikan dan mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan or ganisasi yang teiah ditetapkan secara efisien dan efektif. Dari beberapa pengertian di atas penulis berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan dalam penelitian ini adalah proses berusaha yang dilakukan oleh sejumlah orang secara terpadu dengan mendayagu nakan sumber daya manusia dan sumber daya non manusia dalam mencapai tujuan yang teiah ditetapkan. 2. Pembelajaran Menurut D. Sudjana ( 1993 : 5 ), pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar terjadi kegiatan belajar raembelajarkan. Di dalam ke giatan pembelajaran akan terjadi interaksi aktif antara dua pihak, yaitu warga belajar dan sumber bela jar. Warga belajar melakukan kegiatan belajar dan sumber belajar berperan untuk membantu agar belajar melakukan kegiatan belajar secara aktif. warga Dalam pembelajaran ini aktifitasnya ditekankan pada warga. belajar yang melibatkan diri sepenuh ke mampuan untuk belajar dan bukan mengutamakan kegiat an mengajar yang didominasi oleh sumber belajar.

19 3. Pendidikan Luar Sekoiah ( PLS ) 19 Menurut The South East Asian Ministry of Edu cation Organization ( SEAMEO, 1971 ),pendidikan lu ar sekoiah adalah setiap upaya pendidikan dalam arti luas yang di.dalamnya terdapat komunikasi yang teratur dan terarah diselenggarakan di luar sekoiah sehingga seseorang atau kelompok memperoleh infor - masi mengenai pengetahuan, latihan dan bimbingan sesuai dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya ( D. Sudjana, 1993 : 43 ). Pengertian pendidikan luar sekoiah yang lain dikemukakan oleh Philip Coombs ( 1973 : 11 ) seba - gai berikut : Non formal education : any organized.eaucati-* onal activity outside the established formal system - whether operating separately or as an important feature of some broader :^aetivitythat is intended to serve identifiable lear ning clienteles ana learning oojectives. artinya pendidikan luar sekoiah (pendidikan non for mal) adalah setiap kegiatan yang terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan, yang aisediakan untuk melayani bentuk-bentuk belajar bagi pe serta didik tertentu untuk mencapai tujuan belajar. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpul - kan, bahwa pendidikan luar sekolah bukan hanya meru-

20 20 pakan kegiatan proses belajar mengajar, akan tetapi lebih luas daripada itu, di dalamnya terdapat komunikasi yang teratur aan terarah oaik secara individu maupun kelompok mengenai ini'ormasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan. potensi setiap orang baik anak-anak maupun orang dewasa agar mereka mampu me ningkatkan tarap kehidupannya. Disamping itu pendi dikan luar sekoiah ini aapat melayani oentuk-bentuk belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. dengan sembarang dasar pendidikan, berkenaan dengan hampir segala jenis ilmu yang hendak dituntut, dapat menganaalkan aneka ragam sponsor dan sumber dana atau dukungan, dan dapat diadakan dengan aneka corak dan bentuk, menggunakan aneka ragam tenaga pengajar dan metode pengajaran, dapat diselenggarakan pada sem barang waktu dan tempat, dengan kata lain PLS dapat diselenggarakan secara pragmatis. 4. Pembinaan Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara dan membawa sesuatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana aslinya.di dalam manajemen pendidikan-'luar sekoiah, pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program

21 yang sedang dilaksanakan tidak menyimpang dari rencana ( V. Sudjana, 1992 : 157 ). -Dalam penelitian ini, pembinaan dimaksudkan, setiap upaya yang dilakukan oleh pengelola/ sumber belajar atau permagang dalam kegiatan pembelajaran PLS kepada calon pengemudi atau warga belajar. 21 Bentuk dari pembinaan itu dapat menggunakan pendekatan Iangsung dan tidak Iangsung. Pendekatan Iangsung terjadi apabila pihak pembina ( pengelola atau sumber belajar ) bertatap muka.dengan warga belajar melalui kegiatan ceramah, penataran,rapat, diskusi, tanya jawab dan sebagainya. Sedangkan pen dekatan tidak Iangsung dapat dilakukan melalui petunjuk tertulis atau perjanjian kerja. 5. Sikap Pengertian sikap menurut Krech, Crutchfield, dan Ballachey (1962: 139) adalah sebagai berikut :...attitudes-enduring systems of positive or negative evaluations, emosional feeling and pro or contra action tendencies with respect to social objects. artinya, sikap yaitu sistem yang menetap dari penilaian-penilaian positif atau negatif,perasaan- pe-

22 rasaan emosional dan kecenderungan- kecenderungan untuk mengadakan tindakan pro atau kontra terha - dap obyek-obyek sosial. Menurut Zimbardo dan Ebbesen ( dalam Abu Ahmadi, 1990 : 163 ) : 22 Sikap adalah suatu predisposisi ( keadaan mudah terpengaruh ) terhadap seseorang,ide atau obyek yang ber isi komponen-komponen cogniti ve, affective dan behavior. sedangkan menurut Gerungan ( 1988 : 137 ) attitude merupakan sikap terhadap obyek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau perasaan,tetapi si kap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap ooyek tadi itu. Dari ketiga pengertian di atas dapat diambil kesimpulan walaupun adanya perbedaan dalam mende - finisikan sikap namun ada beberapa ciri yang sama yaitu para akhli setuju bahwa sikap merupakan pre disposisi yang dapat mempengaruhi tingkah laku,si kap ini dapat dipelajari dan dapat dihayati, hingga bisa menjadi permanen dalam hati dan pikiran seseorang. karena itu baik buruknya sikap seseorang terhadap obyek sosial tertentu tergantung pa- se

23 da dua faktor, yaitu (1) faktor intern yang terda - pat dalam pribadi manusia, mempengaruhi seseorang 23 untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh luar dirinya; (2) faktor ekstern yaitu faktor dari yang berasal dari luar pribadi manusia, dapat mempenga - ruhi seseorang melalui interaksi manusia dalam ma - syarakat. Demikian pula dengan sikap seseorang atau ba nyak orang terhadap disiplin berlalu-lintas dapat ditanamkan sedini mungkin melalui proses pembelajar an sehingga menjadi sikap permanen yang positif.karena itu bila seorang pengemudi memiliki sikap yang positif terhadap disiplin berlalu-lintas maka ia a- kan menjadi pengemudi ideal yang selalu mematuhi a- turan lalu-lintas, tetapi sebaliknya bila seorang pengemudi memiliki sikap yang negatif terhadap di siplin berlalu-lintas maka ia akan melanggar terha dap peraturan lalu lintas. 5. Disiplin Menurut W.J.S. Poerwadarminta ( 1985 :254)disiplin dapat diartikan ketaatan pada aturan dan ta ta tertib, atau latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib.

24 Dalam penelitian inipun yang dimaksud dengan disip- 'lin adalah ketaatan pada aturan dan tata tertib ya itu pada peraturan lalu lintas. 6. Lalu Lintas Menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkut an Jalan 1992 ( Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992 ) yang dimaksud dengan lalu lintas adalah gerak ken - daraan, orang dan hewan di jalan. Sedangkan menurut Djajapermana ( 1980 : 1 ) lalu lintas adalah pindah manusia baik dengan alat penggerak 24 gerak maupun tanpa alat penggerak dari satu tempat ke tempat la in. Dalam penelitian ini pengertian lalu - lintas dibatasi pada gerak kendaraan bermotor roda empat yang dikemudikan oleh sopir, baik kendaraan pribadi/ preman maupun kendaraan angkutan umum ( angkutan ma nusia dan barang ). i>ari penjelasan istilah-istilah yang dipakai dalam tesis ini akhirnya penulis menyimpulkan ruang lingkup penelitian adalah membahas dan mengkaji pe nyelenggaraan program PLS yang berupa kursus-kursus mengemudi dan kegiatan magang calon pengemudi ken - daraan bermotor di Kotamadya Bandung dalam membina sikap disiplin atau taat pada peraturan lalu lintas.

25 25 D. Tujuan Penelitian Dengan berpijak pada rumusan masalah dan per tanyaan penelitian yang teiah dikemukakan sebelumnya penulis menetapkan tujuan sebagai berikut : 1. Ingin Mengidentifikasi kondisi yang berkenaan de ngan pengelolaan dan proses pembelajaran PLS pada kursus-kursus mengemudi kendaraan bermotor di Ko tamadya Bandung. 2. Ingin mengidentifikasi kondisi pengelolaan angkut an umum dalam fmembina sikap disiplin '. berlalulintas kepada para pengemudinya. 3» Untuk memahami proses pembelajaran magang dalam kegiatan. mengemudi dan dampaknya terhadap kedisi plinan para pengemudi baru* 4. Memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berpengaruh pada pembinaan sikap disiplin berlalu lintas. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi iembaga-lembaga penyelenggara kursus menge mudi kendaraan, hasil penelitian ini sebagai.ma sukan untuk memperbaiki,restrukturisasi,dan mengevaluasi program pendidikan yang teiah dilaksana-

26 26 kan selama ini. 2. Untuk lembaga pendidikan tinggi, khususnya pro gram pendidikan luar sekoiah, penelitian ini da pat menghasilkan konsep pemberdayaan sumber daya manusia pengemudi. 3. Bagi sumber belajar, hasil penelitian ini dapat dipakai dalam melengkapi proses pembelajaran ke pada calon pengemudi (warga belajar) terutama yang berkenaan dengan pembinaan mental psikologi berlalu-lintas. 4. Untuk para pengemudi hasil penelitian ini bermanfaat dalam mengevaluasi diri dari hasil bela jar dan pengalaman sehari-hari. 5. Bagi instansi yang berwenang memberikan izin u- saha dan izin penyelenggaraan kepada - lemoagalembaga kursus mengemudi kendaraan, hasil litian ini dapat dijadikan salah satu acuan pene da lam memberikan izin tadi.

27

- 1. Pengelolaan dan proses pembelajaran PLS pada kursusrkursus. praktek untuk memperoleh keterampilan

- 1. Pengelolaan dan proses pembelajaran PLS pada kursusrkursus. praktek untuk memperoleh keterampilan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : - 1. Pengelolaan dan proses pembelajaran PLS pada kursusrkursus mengemudi kendaraan

Lebih terperinci

Pembangunan khususnya pembangunan di bidang pendidik. an di Indonesia dari waktu ke waktu terus dikembangkan se

Pembangunan khususnya pembangunan di bidang pendidik. an di Indonesia dari waktu ke waktu terus dikembangkan se BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan khususnya pembangunan di bidang pendidik an di Indonesia dari waktu ke waktu terus dikembangkan se cara terpadu dan serasi dengan pembangunan bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini maka kebutuhan sarana dan prasarana yang terkait dengan transportasi guna mendukung produktivitas di berbagai bidang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kedisiplinan berlalu lintas yang buruk merupakan fenomena yang terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepatuhan hukum masyarakat merupakan salah satu bagian dari budaya hukum, dalam budaya hukum dapat dilihat dari tradisi perilaku masyarakat kesehariannya yang sejalan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini permasalahan jumlah penduduk merupakan permasalahan yang memiliki dampak terhadap seluruh seluruh aspek kehidupan, salah satunya adalah permasalahan lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan jumlah penduduk merupakan permasalahan yang memiliki dampak terhadap seluruh aspek kehidupan, salah satunya terhadap lalu lintas. Semakin banyakn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan negara Indonesia. Kemajuan dan perkembangan lalu lintas dan angkutan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu 120 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu lintas yang dilakukan di SMA Negeri I Cipatat maka penulis dapat mengambil kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya kepadatan lalu lintas yang disebabkan mudahnya kepemilikan kendaraan bermotor serta perkembangan sarana dan prasarana lalu lintas yang lebih lambat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis.

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan bagian masyarakat yang fundamental bagi kehidupan pembentukan kepribadian anak. Hal ini diungkapkan Syarief Muhidin (1981:52) yang mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ) menerangkan bahwa lalu lintas dan angkutan jalan adalah satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS DENGAN KINERJA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS DENGAN KINERJA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS DENGAN KINERJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aas Assa adatul Muthi ah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aas Assa adatul Muthi ah, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik sehingga menciptakan negara yang

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, terutama di kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak penduduk. Selain itu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. (On-line),  (29 Oktober 2016). 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh era globalisasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara di masa kini tidak dapat terelakkan dan sudah dirasakan akibatnya, hampir di semua negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. heran karena seirama dengan kemajuan dalam berbagai kehidupan, pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. heran karena seirama dengan kemajuan dalam berbagai kehidupan, pertambahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas di Indonesia semakin hari semakin maju. Kemajuan ini tidaklah heran karena seirama dengan kemajuan dalam berbagai kehidupan, pertambahan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat untuk melayani pergerakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh : Ade Mella Ni ma F 100 030 073 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan alat komunikasi jaman moderen yang sangat praktis karena dapat dibawa kemanamana. Kecanggihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak, memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi jalan raya masih menjadi idaman dalam rangka pergerakan dan perpindahan orang maupun barang di Indonesia, khususnya untuk Pulau Jawa walaupun telah tersedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada kehidupan sehari-hari transportasi merupakan sarana utama yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk dapat mencapai tempat tujuannya. Banyak kepentingan yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN DISIPLIN BERLALU LINTAS PADA SOPIR

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN DISIPLIN BERLALU LINTAS PADA SOPIR HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN DISIPLIN BERLALU LINTAS PADA SOPIR Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Disusun Oleh : EKA MARWATI F 100 030 017 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku berlalu lintas masyarakat kita buruk. Cara menggunakan jalan dalam berlalu lintas adalah cermin dari budaya bangsa. Kesantunan dalam berlalu lintas yang dilakukan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2003 T E N T A N G PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR, KERETA TEMPELAN DAN KERETA GANDENGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Semakin berkembang suatu wilayah maka kebutuhan transportasi akan semakin meningkat dan permasalahan di dalamnya pun akan bertambah. Masyarakat dituntut untuk memiliki mobilitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komprehensif, yakni pendidikan kemampuan mental, pikir, kepribadian. manusia seutuhnya. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang

I. PENDAHULUAN. komprehensif, yakni pendidikan kemampuan mental, pikir, kepribadian. manusia seutuhnya. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah lembaga dan usaha pembangunan bangsa dan watak bangsa. Pendidikan yang demikian mencakup ruang lingkup yang sangat komprehensif, yakni pendidikan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas dan angkutan jalan memegang peranan penting dalam menunjang, memperlancar dan meningkatkan pembangunan perekonomian baik regional maupun nasional. Kendaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki populasi penduduk ke - 5 terbanyak di dunia setelah negara Brazil. Jumlah penduduk Negara Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN BERLALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DALAM WILAYAH KOTA SAMARINDA W A L I K O T A S A M A R I N D A Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk peserta didik sebagai generasi penerus bangsa yang lebih berkualitas. Hal ini bertujuan untuk membentuk kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang permasalah Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah dari tempat yang satu ketempat yang lainnya, terutama manusia, sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi rahasia umum apabila perkembangan lalu lintas pada saat ini begitu pesat hal ini beriringan pula dengan perkembangan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TAWURAN DAN PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR BAGI PESERTA DIDIK DI KABUPATEN PURWAKARTA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi darat berperan sangat penting dalam mendukung pembangunan nasional serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani mobilitas manusia maupun distribusi

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan jumlah penduduk merupakan permasalahan yang memiliki dampak terhadap seluruh aspek kehidupan, salah satunya adalah permasalahan lalu

Lebih terperinci

PENGARUH PENGAWASAN KENDARAAN BERMOTOR DI TERMINAL TERHADAP DISIPLIN AWAK DAN PENGUSAHA ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DI KABUPATEN GARUT

PENGARUH PENGAWASAN KENDARAAN BERMOTOR DI TERMINAL TERHADAP DISIPLIN AWAK DAN PENGUSAHA ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DI KABUPATEN GARUT PENGARUH PENGAWASAN KENDARAAN BERMOTOR DI TERMINAL TERHADAP DISIPLIN AWAK DAN PENGUSAHA ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DI KABUPATEN GARUT Oleh : Irwan Darmawan Abstrak : Penelitian ini membahas tentang Pengaruh

Lebih terperinci

jurusan yaitu : (IAIN "Sunan Ampel", 1984/1985,

jurusan yaitu : (IAIN Sunan Ampel, 1984/1985, BAB I A. Latar Belakang Masalah PBNDAHULUAN Fakultas Tarbiyah IAIN "Sunan Ampel"1 Malang merupakan cabang dari IAIN "Sunan Ampel" Surabaya. Fakultas Tarbiyah IAIN "Sunan Ampel" Malang ini menjadi induk

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas merupakan subsistem dari ekosistem kota, berkembang sebagai bagian kota karena naluri dan kebutuhan penduduk untuk bergerak atau menggunakan transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 4 Tahun T e n t a n g PENYANDANG CACAT

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 4 Tahun T e n t a n g PENYANDANG CACAT UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 4 Tahun 1997 T e n t a n g PENYANDANG CACAT UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1 Pernyataan tersebut secara tegas tercantum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak kecelakaan lalu lintas yang terjadi disebabkan oleh kelalaian pengemudi baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Beberapa faktor yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : A. Karakteristik kecelakaan berdasarkan beberapa klasifikasi

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa untuk tertib dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan suatu kebutuhan yang amat vital bagi masyarakat Cilacap menyadari peranan transportasi ini, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 22-2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1992 (ADMINISTRASI. PERHUBUNGAN. Kendaraan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan, paksaan, atau perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku. Dengan berjalannya kesadaran

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk yang sangat cepat berpengaruh pada perkembangan ilmu dan teknologi (IPTEK). Kemajuan zaman dalam bidang IPTEK tersebut memberikan fasilitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan dalam kehidupan masyarakat diatur oleh hukum. Hukum di Indonesia dimuat dalam bentuk konstitusi,

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan lalu lintas akhir-akhir ini sangat sering terjadi dan banyak menimbulkan kerugian. Akibat dari kecelakaan lalu lintas berupa kerusakan terhadap fasilitas-fasilitas

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi/angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Transportasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting dalam memperlancar pembangunan yang pemerintah laksanakan, karena merupakan sarana untuk masyarakat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. tidur hingga kembali tidur. Menurut Harold Lasswell, lalu lintas dimana polisi lalu lintas bertindak sebagai komunikator

1. PENDAHULUAN. tidur hingga kembali tidur. Menurut Harold Lasswell, lalu lintas dimana polisi lalu lintas bertindak sebagai komunikator 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tidak pernah lepas dihadapkan dengan proses komunikasi. Mulai dari manusia bangun tidur hingga kembali tidur. Menurut Harold Lasswell, komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas yang sangat tinggi. Sektor transportasi merupakan hal mutlak untuk mempermudah mobilisasi penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kecelakaan lalu lintas dewasa ini dilaporkan semakin meningkat padahal telah banyak sarana dan prasarana untuk mengantisipasi kecelakaan lalu lintas, contohnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, saat ini aktivitas kehidupan manusia telah mencapai taraf kemajuan semakin kompleks

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 T E N T A N G PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992

Lebih terperinci

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil. BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus pengemudi kendaraan yang mengakibatkan kematian dalam kecelakaan lalu lintas yaitu berkaitan dengan dasar hukum dan pengaturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti perbuatan untuk melakukan suatu kegiatan, sedangkan arti dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Transportasi telah menjadi kebutuhan dasar bagi manusia, karena semua aktivitas

Lebih terperinci

3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai

3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN A. Kesimpulan Dari uraian-uraian dan analisis data di atas, pe nelitian ini menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengetahuan tentang Pancasila yang diberikan mela

Lebih terperinci

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

perbaikan hidup berkeadilan sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang di kawasan Asia Tenggara, bangsa Indonesia termasuk bangsa yang dikategoikan Negara dunia ketiga. Negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di dalamnya diatur oleh hukum. Tujuan dibuatnya hukum ini adalah untuk menciptakan suatu masyarakat yang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN Instansi : Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul Form : RKT

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN Instansi : Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul Form : RKT RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2011 Instansi : Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul Form : RKT Sasaran Kegiatan Rencana Tingkat Rencana Tingkat Uraian Indikator kinerja Capaian (Target) Program Uraian Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman sekarang ini, terdapat perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman sekarang ini, terdapat perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan jaman sekarang ini, terdapat perkembangan di beberapa bidang, beberapa diantaranya yaitu bidang teknologi dan transportasi. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara tersebut. Apabila lalu lintas berjalan tertib berarti kesadaran hukum dan kedisiplinan diterapkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa ini membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA KO T A P R A D J A JO J G A K TA R A LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor: 216 Tahun 2005 Seri: D PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 186 TAHUN 2005 TENTANG PENJABARAN FUNGSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap individu mengalami perubahan melalui serangkaian tahap perkembangan. Pelajar dalam hal ini masuk dalam tahap perkembangan remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kota, terutama kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. suatu kota, terutama kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting untuk dimiliki oleh suatu kota, terutama kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak penduduk. Sistem

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG IZIN TRAYEK DAN PENGENDALIAN LALU LINTAS

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG IZIN TRAYEK DAN PENGENDALIAN LALU LINTAS PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG IZIN TRAYEK DAN PENGENDALIAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan. lintas melalui rekayasa dan upaya lain adalah keselamatan berlalu lintas. Konsep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan. lintas melalui rekayasa dan upaya lain adalah keselamatan berlalu lintas. Konsep 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Jalan Warpani (2002) mengatakan bahwa tujuan utama upaya pengendalian lalu lintas melalui rekayasa dan upaya lain adalah keselamatan berlalu lintas. Konsep sampai

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG PENUNDAAN OPERASIONAL KENDARAAN ANGKUTAN BARANG MELEWATI RUAS JALAN BY PASS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

orang lain yang berbeda dengan dirinya, mau bekerja sama

orang lain yang berbeda dengan dirinya, mau bekerja sama BAB I PERMASALAHAN A. Rumusan Masalah serta Pemikiran yang Melatarbelakanginya Manusia adalah mahluk pribadi sekaligus juga mahluk sosial. la lahir, dibesarkan dan mati di dalam ling kungan sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu yang cepat. Banyaknya kebutuhan dan aktivitas menjadi dasar perilaku berpindah tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang terjadi dalam masyarakat, hakikat keadilan dan hukum dapat dialami baik oleh ahli hukum maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan; BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci