MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK GUNUNG PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK MINGGIRAN YOGYAKARTA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK GUNUNG PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK MINGGIRAN YOGYAKARTA SKRIPSI"

Transkripsi

1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK GUNUNG PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK MINGGIRAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Rita Nurhayati NIM PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MEI 2017 i

2 ii

3 iii

4 MOTTO Bermain permainan Engklek Gunung adalah gambaran semangat hidup seseorang. Dimana kita akan mencoba melangkah lalu terjatuh kemudian bangkit lagi dan mencoba melangkah kembali untuk mencapai finish. itulah sebuah proses (penulis) iv

5 PERSEMBAHAN Segala puji bagi Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Kedua orang tua, Bapak Casman dan Ibu Aswati yang selalu mendoakan dan memberikan semangat serta dukungan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, Bangsa, serta Agama. v

6 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR NELALUI PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK GUNUNG PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK MINGGIRAN YOGYAKARTA Oleh Rita Nurhayati NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui permainan tradisional engklek gunung pada anak kelompok B TK PKK Minggiran Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian ini adalah anak kelompok B TK PKK Minggiran Yogyakarta dengan jumlah 18 anak yaitu 9 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti dan guru kelas. Data dikumpulkan melalui observasi dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dalam dua 2 siklusdengan setiap siklusnya terdapat 3 pertemuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar anak meningkat melalui permainan tradisional engklek gunung. Yakni kemampuan motorik kasar anak sebelum diadakan tindakan dengan kriteria baik terdapat 7 anak (38,9%). Pada siklus I peneliti memperkenalkan permainan tradisional engklek gunung terlebih dahulu kepada anak, kemudian memberikan contoh cara bermain engklek gunung dengan benar kepada anak, sehingga anak dapat memahami kegiatan pembelajaran meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui permainan tradisiona engklek gunung tersebut. Pada siklus II pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan pada pemecahan permasalahan-permasalahan yang muncul pada siklus I yaitu peneliti memberi pengawasan khusus pada anak, peneliti sering memberikan reward pada anak agar anak termotivasi dan semangat. Pada siklus II permainan engklek gunung dibuat semacam unjuk kebolehan agar anak lebih tertantang dan semangat dalam bermain. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan yang terlihat pada siklus I kemampuan motorik kasar anak yang mendapat kriteria baik terdapat 11 anak (61,1%), dan pada siklus II kemampuan motorik kasar anak meningkat sangat baik yaitu 89% atau sebanyak 16 anak yang mendapat kriteria baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah permainan tradisional engklek gunung dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B TK PKK Minggiran Yogyakarta. Kata Kunci: motorik kasar, permainan tradisional engklek gunung vi

7 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb Puji syukur kehdirat Allah SWT atas karunia yang telah di limpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak UsiaDini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Keberhasilan penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu disampaikan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kuliah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini yang telah berkenan memberikan izin penelitian. 4. Bapak Drs. Sudarmanto, M. Kes, dan Bapak Joko Pamungkas, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan ilmu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Kepala Sekolah TK PKK Minggiran Yogyakarta yang telah memberikan izin dan kemudahan selama proses penelitian berlangsung. vii

8 viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMANPERNYATAAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... hal i ii iii iv v vi vii viii x xv xiii xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 6 C. Batasan Masalah... 7 D. Rumusan Masalah... 7 E. Tujuan Penelitian... 7 F. Manfaat Penelitian... 7 G. Definisi Operasional... 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Kemampuan Motorik Pengertian Perkembangan Motorik Prinsip Perkembangan Motorik Tujuan dan Fungsi Pengembangan Motorik Pengertian Kemampuan Perkembangan Motorik Kasar ix

10 6. Unsur-unsur Motorik Kasar B. Tinjauan Tentang Bermain Pengertian Bermain Macam Permainan Permainan Tradisional Engklek Gunung Cara Bermain Engklek Gunung Alasan Menggunakan Permainan Tradisional Engklek Gunung Keunggulan Permainan Tradisional Engklek Gunung Karakteristik Anak Usia Dini C. Kerangka Berpikir D. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Subjek Penelitian D. Desain Penelitian E. Rancangan Tindakan F. Teknik Pengumpulan Data G. Instrumen Penelitian H. Teknik Analisis Data... I. Indikator Keberhasilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Deskripsi Lokasi Penelitian Deskripsi Awal Sebelum Tindakan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II B. Pembahasan... C. Keterbstasan Penelitian x

11 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... B. Saran DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Penilaian Permainan Tradisional Engkle Tabel 2. Rubrik Penilaian Mengenai Keseimbangan Tabel 3. Rubrik Penilaian Tentang Kekuatan Tabel 4. Rubrik Penilaian Mengenai Kelincahan Tabel 5. Hasil Observasi Kondisi Awal Keseimbangan Anak Tabel 6. Hasil Observasi Kondisi Awal Kekuatan Anak Tabel 7. Hasil Observasi Kondisi Awal Kelincahan Anak Tabel 8. Hasil Observasi Kondisi Awal Motorik Kasar Anak Tabel 9. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus I Pertemuan Tabel 10. Hasil Observasi Kekuatan Anak Siklus I Pertemuan I Tabel 11. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus I Pertemuan I Tabel 12. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak pada Siklus I Pertemuan I Tabel 13. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus I Pertemuan II Tabel 14. Hasil Observasi Kekuatann Anak Siklus I Pertemuan II Tabel 15. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus I Pertemuan II Tabel 16. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak Siklus I Pertemuan II Tabel 17. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus I Pertemuan III.. 59 Tabel 18. Hasil Observasi Kekuatann Anak Siklus I Pertemuan II Tabel 19. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus I Pertemuan III Tabel 20. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak Siklus I Pertemuan III Tabel 21. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Motorik Kasar Anak Siklus I. 61 Tabel 22. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus II Pertemuan I Tabel 23. Hasil Observasi Kekuatan Anak Siklus II Pertemuan I Tabel 24. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus II Pertemuan I Tabel 25. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak Siklus II Pertemuan Tabel 26. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus II Pertemuan II.. 69 Tabel 27. Hasil Observasi Kekuatan Anak Siklus II Pertemuan II Tabel 28. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus II Pertemuan II xii

13 Tabel 29. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak Siklus II Pertemuan II... Tabel 30. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus II Pertemuan III. Tabel 31. Hasil Observasi Kekuatan Anak Siklus II Pertemuan III... Tabel 32. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus II Pertemuan III... Tabel 33. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak Siklus II Pertemuan III. Tabel 34. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Motorik Kasar Anak Siklus II xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Contoh permainan Engklek Gunung... Gambar 2. Contoh permainan Engklek Gunung... Gambar 3. Rancangan Penelitian Perencanaan Kemmis dan Mc Taggart. Gambar 4. Grafik Peningkatan Motorik Kasar Anak Pra Tindakan... Gambar 5. Grafik Peningkatan Motorik Kasar Siklus I... Gambar 6. Grafik Peningkatan Motorik Kasar Siklus II... hal xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Lampiran 2. RKH (Rencana Kegiatan Harian) Lampiran 3. Hasil Penelitian Lampiran 4. Dokumentasi Hasil Penelitian xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14). Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia enam tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Anak Usia Dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (http: www. Naeyc.org). pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk, 1992: 18) dalam Yuliani Nurani Sujiono (2012: 6). Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang diberikan kepada anak usia sekitar 0-8 tahun. Pendidikan anak usia dini telah dipandang sebagai sesuatu yang sangat strategis dalam rangka menyiapkan generasi mendatang yang unggul dan tangguh. Usia dini ini merupakan usia emas (golden age) dimana anak tersebut akan mudah menerima, mengikuti, melihat dan mendengar segala sesuatu yang dicontohkan, diperdengarkan serta diperlihatkan. Pendidikan anak usia dini 1

17 harus memperhatikan seluruh potensi yanag dimiliki setiap anak untuk dikembangkan secara optimal melalui cara yang menyenangkan, bergembira, penuh perhatian dan kasih sayang, sabar dan ikhlas (Harun, 2009: 48). Corbin (1990) mengemukakan bahwa perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak aspek perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi (dalam Sumantri, 2005: 48). Perkembangan fisik adalah situasi dimana kemampuan tubuh seseorang mengalami peningkatan dan performanya menjadi lebih kompleks. Ada dua bidang utama yaitu Fine Motor Skills (keterampilan motorik halus) dan Gross Motor Skills (keterampilan motorik kasar). Perkembangan fisik/motorik akan mempengaruhi kehidupan anak baik secara langsung ataupun tidak langsung (Hurlock, 1978: 114). Hurlock menambahkan bahwa secara langsung, perkembangan fisik akan menentukan kemampuan dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya sendiri dan orang lain. Perkembangan fisik meliputi perkembangan badan, otot kasar dan otot halus, yang selanjutnya lebih disebut dengan motorik kasar dan motorik halus (Slamet Suyanto, 2005: 49). Perkembangan motorik kasar berhubungan dengan gerakan dasar yang terkoordinasi dengan otak seperti berlari, berjalan, melompat, memukul, dan menarik. Sedangkan motorik halus berfungsi untuk melakukan 2

18 gerakan yang lebih spesifik seperti menulis, melipat, menggunting, mengancingkan baju dan mengikat tali sepatu. Perkembangan motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot besar. Guru maupun pendidik dapat mengoptimalkan kemampuan motorik kasar untuk anak usia dini melalui berbagai aktivitas yang menarik dan menyenangkan. Salah satu aktivitas yang dapat diberikan untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar pada anak yaitu melalui aktivitas yang melibatkan kaki, tangan, dan keseluruhan anggota badan (Hurlock, 1978: 151). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot untuk melakukan suatu aktivitas tubuh. Aktivitas motorik kasar misalnya: berlari, melompat, mendorong, melempar, menangkap, menendang, dan lain sebagainya, kegiatan ini memerlukan dan menggunakan otot-otot besar pada tubuh seseorang. Observasi dilakukan pada tanggal 29 Agustus 2016 TK PKK Minggiran terdiri dari dua kelas, yaitu kelompok A satu kelas dan kelompok B satu kelas yang dibagi menjadi dua kelompok. Sarana dan prasarana yang ada di TK PKK Minggiran yaitu terdapat ruang kepala sekolah, ruang kelas A dan kelas B, perpustakaan, toilet dan juga tempat bermain anak yang berada di luar ruangan. Dikarenakan kurangnya kelas atau ruangan untuk kelompok A, sehingga kelompok A di tempatkan di gedung serba guna milik warga sekitar TK PKK 3

19 Minggiran. Ada pula sarana seperti tipe, televisi, kipas, serta permainan out door seperti perosotan, ayunan, jungkat-jungkit, bola dunia dan papan titian. Berdasarkan wawancara peneliti di TK PKK Minggiran ini terdapat dua guru, yaitu guru kelompok A dan guru kelompok B. Sedangkan guru kelompok B merangkap sebagai kepala sekolah dan juga guru di kelompok B, jumlah murid pada kelompok B di TK PKK Minggiran sebanyak 18 anak yaitu perempuan 9 anak dan laki-laki 9 anak. Disini ada beberapa anak yang motorik kasarnya berkembang dengan baik, dan ada juga yang belum berkembang dengan baik. Yang sudah berkembang dengan baik yaitu ada 7 anak sekitar 38,9% dan yang belum berkembang dengan baik ada 11 anak yaitu sekitar 61,1%. Metode pembelajaran yang digunakan di TK PKK Minggiran adalah pembelajaran kooperatif atau cooperative learning yaitu melibatkan murid dalam kelompok kecil, sedangkan pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Setelah peneliti mengobservasi di kelas B yaitu pada tanggal 29 Agustus 2016 ternyata mengalami kendala pada pengembangan motorik kasar anak, disini terlihat dari guru yang kurang memanfaatkan media yang ada di sekolah, guru hanya menyediakan beberapa media yang dapat mengembangkan motorik kasar anak seperti hulahup, bakiak, skiping, bowling, bola dan juga keranjang. Tetapi alat permainan tersebut tidak pernah digunakan oleh guru untuk media pembelajaran dalam mengembangkan motorik kasar anak. Jadi disini guru hanya menyediakan alat permainan yang bebas digunakan oleh anak ketika istirahat, dan 4

20 guru tidak mengawasi ataupun memperhatikan anak-anak yang sedang bermain menggunakan alat permainan tersebut. Sehingga di TK PKK Minggiran ini guru kurang mengetahui seberapa jauh peningkatan motorik kasar yang dimiliki oleh anak tersebut. Dan guru di TK PKK Minggiran juga belum pernah menerapkan permainan tradisional sebagai media meningkatan motorik kasar pada anak kelompok B. Oleh karena itu peneliti ingin meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui Permainan Tradisional Engklek Gunung pada anak kelompok B. Harapan peneliti yaitu dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok B melalui Permainan Tradisional Engklek Gunung, agar dapat menarik perhatian anak pada kelompok B dan juga Guru di TK PKK minggiran. Peneliti mengamati kurangnya kesadaran akan pentingnya peningkatan kemampuan motorik kasar, sehingga anak kurang mendapatkan perkembangan motorik kasar secara maksimal, ini terlihat dari cara guru yang belum mampu menerapkan beberapa macam permainan tradisional sebagai media dalam meningkatkan motorik kasar anak sehingga guru kurang dapat menarik perhatian anak dan terkesan membosankan (monoton). Terlihat dari kegiatan harian yang dilakukan setiap pembelajaran berlangsung yaitu hanya dilaksanakan didalam kelas, seperti mengisi Lembar Kerja Anak (LKA), mewarnai atau melukis, bermain Alat Permainan Edukatif (APE) yang ada di dalam kelas, adapun kegiatan yang berada diluar kelas yaitu jalan-jalan di sekitar sekolah itupun hanya dilakukan seminggu sekali. 5

21 Salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan motorik kasar anak yaitu dengan Permainan Tradisional Engklek Gunung, menurut Rahmawati (2009: 10) Engklek atau sondah adalah permainan meloncati garis dengan satu kaki, permainan ini di daerah Jawa Barat dan luar Jawa. Sedangkan menurut Sukirman Dharmamulya (2008: 145) permainan ini dinamakan juga Engklek Gunung atau ingkling. Dinamakan demikian karena dilakukan dengan melakukan Engklek, yaitu berjalan melompat dengan satu kaki. Oleh sebab itu, Permainan Tradisional Engklek ini akan diterapkan di TK PK K Mingiran. Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK GUNUNG PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK MINGGIRAN YOGYAKARTA. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Kurangnya pemanfaatan media yang sudah ada di dekolah. Misalnya seperti bola, bowling, keranjang, bakiak dan hulahup. 2. Kurangnya pemahaman pentingnya peningkatan kemampuan motorik kasar, sehingga anak kurang mendapatkan perkembangan motorik kasar secara maksimal. 3. Guru belum mampu menerapkan beberapa macam permainan tradisionl sebagai media dalam meningkatkan motorik kasar anak. 6

22 4. Guru kurang dapat menarik perhatian anak dan terkesan membosankan (monoton). C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti ini membatasi masalah agar mendapat fokus penelitian. Pembatasan penelitian tersebut adalah Meningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Tradisional Engklek Gunung pada Anak Kelompok B TK PKK Minggiran Yogyakarta. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah serta batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Meningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Tradisional Engklek Gunung pada Anak Kelompok B TK PKK Minggiran Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Tradisional Engklek Gunung pada Anak Kelompok B TK PKK Minggiran Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pendidik dan penulis: a. Bagi Guru Sebagai sarana untuk mengevaluasi keberhasilan dalam tugasnya sehingga guru akan selalu memperhatikan motorik kasar anak. 7

23 b. Bagi Anak Memberikan pengalaman, pengetahuan baru pada anak dalam meningkatkan keterampilan mengasah motorik kasar melalui permainan tradisional Engklek Gunung. c. Bagi Sekolah Sebagai bahan masukan dalam pertimbangan serta masukan untuk menentukan kebijakan dan program dalam meningkatkan kualitas perkembangan fisik pada anak kelompok B. G. Definisi Operasional Definisi operasional pada peneliti ini bertujuan untuk membatasi dari kemungkinan meluasnya pengertian dan pemahaman terhadap permasalahan yang akan diselesaikan dari teori yang akan dikaji, yaitu: 1. Kemampuan Mororik Kasar Kemampuan motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otototot besar atau sebagian besar otot untuk melakukan suatu aktivitas tubuh. Aktivitas motorik kasar melibatkan: Keseimbangan, kekuatan dan kelincahan. Kegiatan itu memerlukan dan menggunakan otot-otot besar pada tubuh seseorang. 2. Permainan Tradisional Engklek Gunung Permainan Tradisional merupakan permainan yang telah dimainkan oleh anak-anak pada suatu daerah secara tradisi. Yang dimaksud secara tradisi ialah permainan itu telah diwarisi dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Salah satu permainan yang terkenal di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Engklek. Permainan Engklek Gunung adalah permainan yang menggunakan media gambar 8

24 persegi empat dan setengan lingkaran yang digambar di lantai ataupun ditanah yang cara memainkannya dengan cara melompati garis dengan satu kaki. Lapangan atau arena Engklek biasanya berupa kotak-kotak atau persegi panjang dengan ukuran sekitar cm2 yaitu untuk ukuran Engklek yang di mainkan oleh Anak Usia Dini. Permainan ini dilaksanakan menurut keinginan para pemainnya. Engklek dapat dimainkan pada pagi, siang, maupun sore hari. Selain itu permainan ini dapat dilakukan dimana saja, dihalaman rumah, teras rumah, lapangan, halaman sekolah, baik pelataran tanah, semen atau aspal, dan lain sebagainya. 9

25 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Kemampuan Motorik 1. Pengertian Perkembangan Motorik Yudha M dan Rudyanto (2005: 114) Perkembangan motorik adalah suatu perubahan dalam perilaku motorik yang memperlihatkan interaksi dari kematangan mahluk dan lingkungannya. Pada manusia perkembangan motorik merupakan perubahan kemampuan motorik dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan motorik. Aspek perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi satu sama lainnya. Corbin (Sumantri, 2005: 48) perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak. Aspek perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi. Bambang Sujiono (2005: 1.10) mengemukakan lebih rinci mengenai perkembangan motorik, perkembangan motorik adalah proses seseorang anak belajar untuk terampil menggerakkan anggota tubuhnya, untuk itu anak belajar dari guru mengenai pola gerakan yang dapat mereka lakukan yang dapat melatih ketangkasan, kecepatan, kekuatan, kelenturan, serta ketepatan koordinasi mata dan tangan. Dapat disimpulkan dari beberapa tokoh diatas bahwa perkembangan motorik adalah suatu perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dengan dewasa dan perkembangannya saling mempengaruhi satu sama lain dan dibutuhkan stimulasi dari luar untuk perkembangan yang maksimal. 10

26 2. Prinsip Perkembangan Motorik Yudha M dan Rudyanto (2005: 114) prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya. Perkembangan motorik sangan dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan motorik yang sesuai dengan masa perkembangannya. Sumantri (2005: 48-49) Prinsip perkembangan motorik adalah terjadinya suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan stimulasi aktivitas gerak yang sesuai dengan masa perkembangannya. 3. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Motorik Sumantri (2005: 49) Tujuan dan fungsi pengembangan motorik adalah upaya dalam meningkatkan penguasaan keterampilan yang tergambar dalam kemampuan menyelesaikan tugas motorik tertentu. Kualitas motorik terlihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu. Jika tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas motorik tinggi, berarti motorik yang dilakukan efektif dan efisien. Yudha M dan Rudyanto (2005: 115) pada dasarnya tujuan dari pengembangan motorik pada anak, yaitu pengembangan pada motorik kasar dan halus. a. Tujuan Pengembangan Motorik Kasar 1) Mampu meningkatkan keterampilan gerak. 2) Mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani. 3) Mampu menanamkan sikap percaya diri. 4) Mampu bekerjasama. 5) Mampu berperilaku disiplin, jujur, dan sportif. 11

27 b. Tujuan Pengembangan Motorik Halus 1) Mampu memfungsikan otot-otot kecilseperti gerakan jari tangan. 2) Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata. 3) Mampu mengendalikan emosi. Yudha M dan Rudyanto (2005: ) Setelah anda mengetahui tujuan dari pengembangan motorik, maka anda harus mengetahui fungsi dari pengembangannya. a. Fungsi Pengembangan Motorik Kasar 1) Sebagai alat pemacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani, dan kesehatan untuk anak. 2) Sebagai alat untuk membentuk, membangun serta memperkuat tubuh anak. 3) Untuk melatih keterampilan dan ketangkasan gerak juga daya pikir anak. 4) Sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan emosional. 5) Sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan sosil. 6) Sebagai alat untuk menumbuhkan perasaan senang dan memahami manfaat kesehatan pribadi. b. Fungsi Pengembangan Motorik Halus 1) Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan. 2) Sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata. 3) Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi. 4. Pengertian Kemampuan Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesi, 1989: ). Kemampuan (ability) berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan (Stephen P. Robbins & Timonthy A Judge, 2009: 57). Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. 12

28 5. Perkembangan Motorik Kasar Hurlock (1978: 150) Perkembangan motorik berarti pengembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. Yudha M dan Rudyanto (2005: 117) Motorik kasar adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot besarnya. Kemampuan menggunakan otot-otot besar ini bagi anak tergolong pada kemampuan gerak dasar. Kemampuan ini bisa anak lakukan guna meningkatkan kualitas hidup. Secara garis besar, pembelajaran motorik di sekolah meliputi pembelajaran motorik kasar dan halus. Decaprio (2013: 18) motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot yang ada dalam tubuh maupun seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan diri. Sedangkan pembelajaran motorik kasar yang diadakan di sekolah merupakan pembelajaran gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi anggota tubuh, sebagian, atau seluruh nggota tubuh. Contohnya berlari, berjalan, melompat, menendang dan lain-lain. Sedangkan Rahyubi (2012: 222) menyatakan bahwa aktivitas motorik kasar adalah keterampilan gerak atau gerakan tubuh yang memakai otot-otot besar sebagai dasar utama geraknya. Keterampilan motorik kasar meliputi pola lokomotor (gerakan yang menyebabkan perpindahan tempat) seperti berjalan, berlari, menendang, naik turun tangga, melompat, meloncat, dan sebagainya. Juga 13

29 keterampilan menguasai bola seperti melempar, menendang, dan memantulkan bola. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot untuk melakukan suatu aktivitas tubuh. Aktivitas motorik kasar melibatkan: Keseimbangan, Kekuatan dan Kelincahan. Kegiatan itu memerlukan dan menggunakan otot-otot besar pada tubuh seseorang. 6. Unsur-unsur Motorik Kasar Toho Cholik Mutohir dan Gusril (2004: 50-51) mengatakan bahwa unsurunsur keterampilan motorik di antaranya: a. Kekuatan adalah keterampilan sekelompok otot untuk menimbulkan tenaga sewaktu kontraksi. Kekuatan otot harus dimiliki anak sejak dini. Apabila anak tidak memiliki kekuatan otot tentu anak tidak dapat melakukan aktivitas bermain yang menggunakan fisik seperti: berlari, melompat, melempar, memanjat, bergantung, dan mendorong. b. Koordinasi adalah keterampilan untuk mempersatukan atau memisahkan dalam satu tugas yang kompleks. Dengan ketentuan bahwa gerakan koordinasi meliputi kesempurnaan waktu antara otot dengan sistem syaraf. Sebagai contoh: anak dalam melakukan lemparan harus ada koordinasi seluruh anggota tubuh yang terlibat. Anak dikatakan baik koordinasi gerakannya apabila anak mampu bergerak dengan mudah, lancar dalam rangkaian dan irama gerakannya terkontrol dengan baik. c. Kecepatan adalah sebagai keterampilan yang berdasarkan kelenturan dalam satuan waktu tertentu. Misal: berapa jarak yang ditempuh anak dalam melakukan lari empat detik, semakin jauh jarak yang ditempuh anak, maka semakin tinggi kecepatannya. d. Keseimbangan adalah keterampilan seseorang untuk mempertahannkan tubuh dalam berbagai posisi. Keseimbangan dibagi menjadi dua bentuk yaitu: keseimbangan statis dan dinamis. Keseimbangan statis merujuk kepada menjaga keseimbangan tubuh ketika berdiri pada suatu tempat. Keseimbangan dinamis adalah keterampilan untuk menjaga keseimbangan tubuh ketika berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Ditambahkannya bahwa keseimbangan statis dan dinamis adalah penyederhanaan yang berlebihan. Ditambahkan kedua elemen keseimabangan kompleks dan sangat spesifik dalam tugas dan gerak individu. e. Kelincahan adalah keterampilan seseorang mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak dari titik ke titik lain. Misalnya: 14

30 bermain menjala ikan, bermain kucing dan tikus, bermain hijau hitam semakin cepat waktu yang ditempuh untuk menyentuh maupun kecepatan untuk menghindar, maka semakin tinggi kelincahannya. Dengan demikian unsurunsur yang diterampkan dalam kegiatan bermain engklek gunung meliputi: keseimbangan, kekuatan dan kelincahan. Unsur-unsur tersebut dibutuhkan anak pada saat melakukan aktivitas engklek gunung dari petak satu ke petak selanjutnya. B. Tinjauan Tentang Bermain a. Pengertian Bermain Sofia Hartati (2005: 85) Bermain adalah sebuah sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal. Sebab bermain berfungsi sebagai kekuatan, pengaruh terhadap perkembangan, dan lewat bermain pula didapat pengalaman yang penting dalam dunia anak. Hal inilah yang menjadi dasar dari inti pembelajaran pada anak usia dini. Permainan secara langsung mempengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya. Permainan memberikan anak-anak kebebasan untuk imajinasi, menggali potensi diri/bakat dan untuk mengembangkn kreativitas. Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam diri mereka sendiri; mereka bermain untuk menikmati aktivitas mereka,untuk merasakan bahwa mereka mampu, dan untuk menyempurnakan apa saja yang telah ia dapat. Baik yang telah mereka ketahui sebelumnya maupun halhal yang baru (Rogers C.S dan Sawyers, 1988). Soegeng Santoso ( Kamtini & Husni Wardi Tanjung, 2005: 47) bermain adalah suatu kegiatan tingkah laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu. 15

31 Jadi, bermain ada yang dapat dilakukan secara sendiri dan ada pula yang dapat dilakukan secara berkelompok. Hurlock mengartikan bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kajian. Bargen dalam Soemiarti (2000) bermain terdiri dari beberapa jenis, yaitu bermain bebas, bermain dengan bimbingan, dan bermain dengan arahan. Ada juga pembagian bermain ditinjau dari jumlah anak yang terlibat. Ada jenis yang bermain sendiri, berdua atau beramai-ramai. Bentuk-bentuk bermain tersebut dapat diterapkan dalam pendidikan anak termasuk kegiatan pendidikan di TK sebagai kegiatan belajar. Jhonson et Al (1999) mengemukakan bahwa ada 116 definisi tentang bermain. Salah satu diantaranya mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan. Jadi apapun kegiatannya, apabila dilakukan dengan senang bisa dikatakan bermain. Dalam hal ini bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan anak, sendirian atau berkelompok, menggunakan alat atau tidak, dengan rasa gembira. b. Macam Permainan Slamet Suyanto (2005) bentuk permainan anak sangat bervariasi, baik antar daerah, antar etnis, dan antar bangsa. Ki Hadjar Dewantara (1948) menulis bahwa H. Overbeck telah menghimpun ragam permainan dan nyanyian anak-anak yang ada di Indonesia yang jumlahnya lebih menjadi jenis permainan senantiasa 16

32 bertambah banyak. Dari berbagai macam jenis permainan itu pada dasarnya dapat dipisahkan menjadi beberapa jenis yaitu: 1) Permainan fisik Permainan seperti kejar-kejaran, Go bag so dor (Go back trough door), Ci, dan Sunda Mandah (Sondah, Sonlah). Misalnya, menggunakan banyak kegiatan fisik. Anak usia 5-7 tahun sering bermain kejar-kejaran, menangkap temannya, dan jatuh bergulingan (Rough and tumble play). Permainan seperti itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga diseluruh dunia. Jadi dengan bermain, maka fisik anak akan tumbuh menjadi sehat dan kuat untuk melakukan gerakan dasar. 2) Lagu anak-anak Lagu anak-anak biasanya dinyanyikan sambil bergerak, menari, atau berpura-pura menjadi sesuatu atau seseorang. Dari sifatnya ada lagu yang humoris, ada yang mengandung teka-teki, dan adapula yang mengandung nilainilai ajaran yang luhur. Unsur lagu yang menarik adalah adanya rhyme atau bunyi akhir yang sama. 3) Teka-teki, berpikir logis, dan berpikir matematis Berbagai permainan mengembangakan kemampuan berpikir logis dan matematis. Lowok, suatu permainan dengan karet gelang anak-anak belajar tentang ganjil dan genap, lebih banyak dan lebih sedikit. Begitu pula permainan benthik dan dakon. 4) Bermain dengan benda-benda Permainan dengan objek air, pasir, balok dapat membantu anak untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan. Anak-anak dapat belajar ciri-ciri 17

33 benda-benda tersebut. Misalnya saat bermain air anak dapat mengenal sifat-sifat air, air juga dapat digunakan untuk belajar konservasi volume zat cair, dan belajar matematika. Balok dapat digunakan untuk membentuk berbagai macam bentuk bangunan, untuk belajar klasifikasi, dan mengembangkan imajinasi. 5) Bermain peran (pretend play) Jenis permainan ini antara lain meliputi sandiwara, drama, atau bermain peran, dan jenis permainan lain dimana anak memainkan peran sebagai orang lain. Permainan ini sangat baik untuk mengembangkan kemampuan bahasa, komunikasi, dan memahami peran-peran dalam masyarakat. Biasanya di TK ada pojok keluarga atau pojok bermain peran (socio-dramatic play center). Misalnya anak bermain peran menjadi penjual dan pembeli. Anak-anak diberi model uang, lalu ada anak yang berperan menjadi penjual dan pembeli. Anak-anak belajar bahasa, yaitu komunikasi antara penjual dan pembeli, seperti menjajakan dagangan, menanyakan harga, dan menawar. Mereka juga belajar matematika melalui menimbang, mengukur, dan mnghitung uang. c. Permainan Tradisional Engklek Gunung Sukirman Dharmamulya (2008: 35) berpendapat bahwa Permainan Tradisional merupakan permainan yang telah dimainkan oleh anak-anak pada suatu daerah secara tradisi. Yang dimaksud secara tradisi ialah permainan itu telah diwarisi dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Permainan tradisional merupakan jenis permainan yang mengandung nilai-nilai budaya pada hakikatnya merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan keberadaannya (Andang Ismail, 2006: 105). 18

34 Sri Mulyani (2013: 46) Engklek pada tahun 1970an juga menjadi permainan favorit di kalangan anak-ank dan remaja. Dinamakan Engklek karena cara bermainnya menggunakan satu kaki yang dalam bahasa Jawa artinya engklek. Anak yang menyukai permainan sederhana ini biasanya perempuan. Tetapi anak laki-laki pun begitu melihat bisa ikut bergabung bermain. Jumlah pemain Engklek bebas, biasanya 2 sampai 5 anak. Tempat bermain tidak memerlukan pekarangan luas tetapi datar sehingga bisa dilakukan di halaman rumah. Sebelum bermain terlebih dahulu dibuat gambar di tanah dengan cara membuat garis dengan pecahan genting atau batu. Jika dilantai bisa menggunakan kapur. Sukirman Dharmamulya (2008) mengungkapkan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam permainan tradisional yaitu: (a) melatih sikap mandiri; (b) berani mengambil keputusan; (c) penuh tanggung jawab; (d) jujur; (e) sikap dikontrol oleh lawan; (f) kerja sama; (g) saling membantu dan menjaga; (h) membela kepentingan kelompok; (i) berjiwa demokratis; (j) patuh terhadap peraturan; (k) penuh perhitungan; (l) ketepatan berfikir dan bertindak; (m) tidak cengeng; (n) berani; (o) bertindak sopan; (p) bertindak luwes. Pada permainan tradisional terdapat bentuk permainan yang sifatnya bertanding (games) dan ada pula yang bersifat untuk mengisi waktu luang sebagai bentuk rekreasi. Permainan-permainan itu ada yang berlaku kusus untuk anak laki-laki, ada yang berlaku kusus untuk anak perempuan. Kemudian ada pula permainan yang berlaku untuk keduanya, sesuai dengan corak dari permainan itu sendiri. Pengelompokan jenis permainan yang bersifat games ada yang single, 19

35 satu lawan satu, ada satu lawan kelompok, ada yang keompok lawan kelompok, ada yang perorangan dalam satu kelompok ada pula yang dilakukan bersama dalam satu kelompok. Sukirman Dharmamulya (2008: 27) Permainan tradisional termasuk kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya. Di Indonesia banyak sekali jenis permainan tradisional, yang tersebar diseluruh penjuru Indonesia ini. Dari yang dimainkan sendiri sampai yang dimainkan bersamaan atau kelompok, dari permainan yang menggunakan alat sampai tidak menggunakan alat permainan. Selain sebagai hiburan atau wadah untuk bersenang-senang, permainan tradisional dapat juga digunakan sebagai media pengemangan berbagai aspek perkembangan. Permainan tradisional anak-anak banyak mengandung nilai-nilai budaya tertentu serta mempunyai fungsi melatih pemainnya melakukan hal-hal yang akan penting nantinya bagi kehidupan mereka ditangan masyarakat. Menguatnya arus globalisasi di Indonesia yang membawa pola kehidupan dan hiburan baru yang memberi dampak tertentu terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia, termasuk didalamnya kelestarian berbagai ragam permainan tradisional anak-anak. Permainan tradisional tidak dapat dianggap remeh, karena permainan tradisional memberi pengaruh yang tidak kecil terhadap perkemangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak-anak dikemudian hari. Sementara kenyataan dilapangan dewasa ini memperlihatkan tanda-tanda yang kurang baik. Semakin jarang permainan tradisional anak-anak ditampilkan dan jarang dimainkan serta tidak lagi dikenal. 20

36 Salah satu permainan yang terkenal di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu engklek. Permainan ini dinamakan engklek atau ingkling karena dilakukan dengan melakukan engklek, yaitu berjalan melompat dengan satu kaki. Permainan ini dilaksanakan menurut keinginan para pemainnya. Engklek Gunung dapat dimainkan pada pagi, siang, maupun sore hari. Selain itu permainan ini dapat dilakukan dimana saja, dihalaman rumah, teras rumah, lapangan, halaman sekolah, baik pelataran tanah, semen atau aspal, dan lain sebagainya. Lama permainan tidak mengikuti sesuai dengan kesepakatan bersama sebelum permainan dilakukan. Bentuk bidang permainan engklek memiliki bentuk yang bermacam-macam, namun pada dasarnya cara bermain sama. Permainan engklek gunung ini termasuk dalam permainan fisik karena banyak melibatkan banyak kegiatan fisik. Jika diamati dari kegiatan yang dilakukan anak permainan tradisional mengandung keterampilan dan kecekatan kaki dan tangan, menggunakan kekuatan tubuh, menirukan alam lingkungan, memadukan gerak irama, lagu dan kata-kata yang sesuai dengan arti dan geraknya. d. Cara Bermain Engklek Gunung Aisyah Fad (2014: 70) pemain melemparkan pecahan genting ke dalam busur nomor 9 (lihat gambar). Selanjutnya melompat dengan satu kaki (engkleng) pada kotak 1, 2, 3dan brok bersamaan pada kotak 4 dan 5 (kaki kiri 4 dan kaki kanan 5), engkleng di kotak 6, dan brok bersama lagi pada kotak 7, 8. Setelah itu, berbalik sambil brok pada kotak 8, 7. Dilanjut jongkok mengambil pecahan genting sambil tetap menghadap ke belakang. Setelah dapat kembali engkleng di 21

37 kotak 6 dan brok di kotak 5 dan 4. Lalu, kembali ke start dan engkleng lagi di kotak 3, 2, 1. Engklek Gunung mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Oleh karena itu, bagi pemain yang berhasil menyelesaikan seluruh tahapan, sebaiknya mendapatkan reward dari lawan maninnya. Misalnya, pemain menjadi ratu 1 menit dan boleh meminta satu permintaan kepada pemain lawan. Misalnya minta gendong atau yang lainnya Gambar 1. Contoh permainan Engklek Gunung (Aisyah Fad, 2014: 70) Sukirman Dharmamulya (2008: 146) setelah beberapa anak (misalnya tiga orang anak: A, B dn C) bersepakat akan bermain Engklek Gunung, maka ketiga anak tersebut kemudian membuat petak arena permainan dan mencari gacuk. 22

38 Mereka kemudian menentukan urutan bermain dengan melakukan undian. Undian dilaksanakan dengan cara Hompimpah atau Sut. Pemenang undian main diurutan pertama, sedangkan yang kalah jatuh pada urutan terbelakang. Misalkan menurut hasil undian urutannya adalah A, B kemudian C. Setiap pemmain harus memiliki Gacuk. Secara fisik Gacuk tersebut harus berbeda satu dengan yang lainnya. Gunanya untuk menghindari kekeliruan kepemiikan Gacuk. Pemain A mulai bermain dengan cara melempar Gacuk ke petak satu (lihat gambar 1). Kemudian A Engklek (melompat dengan satu kaki digantung) dari pentasan langsung menginjak petak-petak 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Khusus pada petak 5, 6, 8 dan 9 harus melakukan Obrog (kedua kaki menginjak tanah). Kemudian kembali lagi kepementasan dengan jalan menginjak petak 8, 7, 6, 5, 4, 3 dan 2. Ketika sampa di petak 2, A harus jongkok dan mengambil Gacuk yang ada di petak 1. Terus kembali ke pementasan, demikian seterusnya. Apabila saat bermain Gacuk keluar dari petak, mengenai garis, ataupun waktu mengambil gacuk salah satu tangannya digunakan sebagai penahan, maka matilah permainan tersebut. Bila seorang pemain mati maka diganti oleh pemain urutan berikutnya. Bila gacuk telah berhasil sampai ke petak 10, maka sipemain melakukan Engklek melalui petak 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 lalu keluar mengambil gacuk dari sebelah atas. Setelah itu kembalinya ketempat semula juga melalui petak-petak yang dilalui tadi. 23

39 Gambar 2. Contoh permainan Engklek Gunung (Sukirman Dharmamulya, 2008: 147) e. Alasan Menggunakan Permainan Tradisional Engklek Gunung Sukirman Dharmamulya (2008: 145) Karena permainan ini dilaksanakan menurut keinginan para pemainnya. Engklek Gunung dapat dimainkan pada pagi, siang, maupun sore hari. Selain itu permainan ini dapat dilakukan dimana saja, di halaman rumah, emperan rumah, lapangan, halaman sekolah dan lain sebagainya. Permainan Engklek Gunung ini bersifat kompetitif, tetapi tidak ada hukuman bagi yang kalah. Atas dasar itu maka pemain-pemainnya pun tidak memiliki rasa takut bila kalah, paling-paling malu. Engklek Gunung mengandung unsur-unsur melatih keterampilan dan ketangkasan seperti olahraga pada umumnya. Disamping itu permainan Engklek 24

40 Gunung berguna untuk memupuk persahabatan antar sesama anak-anak. Dalam permainan ini dikenal istilah permainan bawang kothong, yaitu pemain yang tidak mempunyai hak dan kewajiban, tetapi diizinkan mengikuti permainan. f. Keunggulan Permainan Tradisional Engklek Gunung Marnes Kliker (2015) Bermain Engklek Gunung dapat membantu mengembangkan kecerdasan majemuk anak apabila dikaitkan dengan Multiple Intelegensis (kecerdasan majemuk), permainan engklek gunung dapat mengembangkan beberapa kecerdasan majemuk, antara lain: 1. Kecerdasan Bodily (kinestetik jasmani) Pada permainan engklek gunung banyak terdapat gerakan-gerakan, dengan kata lain dengan melakukan permainan engklek gunung, anak-anak telah melakukan olahraga, meningkatkan koordinasi dan keseimbangan tubuh, serta mengembangkan keterampilan dalam pertumbuhan anak. Hal ini dapat membantu untuk perkembangan kecerdasan kinestetik anak. 2. Kecerdasan Interpersonal Ada beberapa keterampilan sosial yang dapat dipelajari anak ketika anak bermain engklek gunung, yaitu kompetisi, negosiasi, komunikasi dan empati. Hal ini dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak untuk bersosialisasi dengan orang-orang disekitar. 3. Kecerdasan Intrapersonal Pada permainan engklek gunung, anak-anak dituntut untuk melatih kesabaran, pengendalian diri, mengurangi rasa cemas, dan melatih konsentrasi. Dengan begitu anak dapat mengukur sejauh mana kemampuan dirinya dalam 25

41 menghadapi masalah. Hal ini bisa meningkatkan kecerdasan intrapersonal pada anak. 4. Kecerdasan Naturalis Engklek adalah permainan yang biasanya dimainkan di alam terbuka. Hal ini dapat meningkatkan kecerdasan naturalis anak-anak karena dapat mengenal bentuk-bentuk alam sekitarnya, merasakan keadaan alam dan meyakini bahwa adanya pencipta alam yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Itulah beberapa manfaat atau keunggulan dari permainan engklek gunung untuk kecerdasan majemuk anak, sehingga orang tua dapat mendukung anak untuk melakukan permainan tradisional tersebut. g. Karakteristik Anak Usia Dini Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Ia memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Ia sangat aktif, dinamis, antusias, dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, serta seolah-olah tak pernah berhentibelajar. Menurut pandangan psikologis anak usia dini memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak diatas usia 8 tahun. Karakteristik anak usia dini yang khas tersebut seperti yang dikemukakan oleh Richard D. Kellough (Sofia Hartati: 2005) adalah sebagai berikut: 26

42 a. Anak bersifat Egoisentris Pada umumnya anak masih bersifat egoisentris. Ia cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari perilakunya seperti masih berebut alat-alat mainan, menangis bila menghendaki sesuatu yang tidak dipenuhi oleh orang tuanya, atau memaksakan sesuatu terhadap orang lain. Karakteristik seperti ini terkait dengan perkembangan kognitif yang menurut Piaget disebutkan bahwa anak usia dini sedang berada pada fase transisi dari fase praoperasional (2-7 tahun) ke fase operasional konkret (7-11 tahun). Pada fase praoperasional pola berpikir anak bersifat egosentrik dan simbolik, sementara pada fase operasional konkret anak sudah mulai menerapkan logika untuk memahami presepsi-presepsi. Menurut Berk (1988) anak yang berada pada masa transisi ini masih berpikir menurut kedua pola tersebut diatas secara bergantian atau kadang-kadang secara simultan. Misalnya ia mengetahui jawaban yang benar untuk sesuatu, tetapi tidak memahami makna logika dibalik jawaban itu. Dalam memahami sebuah fenomena, anak sering memahami sesuatu dari sudut pandangnya sendiri sehingga seringkali ia merasa asing dalam lingkungannya. Oleh karena tugas guru adalah membantu anak dalam mengurangi egosentris di antaranya adalah dengan mengajarkan anak untuk mendengarkan orang lain, serta dengan cara memahami dan berempati pada anak. b. Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Besar Menurut presepsi anak, dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang menarik dan yang menakjubkan. Hal ini menimbulkan rasa keingintahuan anak yang tinggi. Rasa keingin tahuan sangatlah berfariasi, tergantung dengan apa yang 27

43 menarik perhatiannya. Sebagai contoh, anak lebih tertarik dengan benda yang menimbulkan akibat dari pada benda yang terjadi dengan sendirinya. Dalam Brooks and Brooks (1993: 29) dikemukakan, bahwa keuntungan yang dapat diambil dari rasa keingintahuannya adalah dengan menggunakan fenomena atau kejadian yang tidak biasa. Kejadian yang tidak biasa tersebut dapat menimbulkan ketidakcocokan kognitif, sehingga dapat memancing keinginan anak untuk tekun untuk memecahkan permasalahan atau ketidakcocokan tersebut. Meskipun terkadang sulit dikenali hubungan diantara ketidaksesuaian tersebut, namun hal ini dapat membantu mengembangkan motivasi anak untuk belajar sains. Untuk membantu mengembangkan kemampuan anak dalam mengelompokkan dan memahami dunianya sendiri, guru perlu untuk membantu untuk menemukan masalahnya. c. Anak adalah Mahluk Sosial Anak senang diterima dan berada dengan teman sebayanya. Mereka senang bekerja sama dalam membuat rencanadan menyelesaikan pekerjaannya. Mereka secara bersama saling memberikan semangat dengan sesama temannya. Anak membangun konsep diri melalui interaksi sosial disekolah. Ia akan membangun kepuasan melalui penghargaan diri ketika diberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan temannya. Untuk itu pembelajaran dilakukan untuk membantu anak dalam perkembangan penghargaan diri. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara menyatukan strategi pembelajaran sosial seperti bekerja sama, simulasi guru dari teman sebaya, dan pembelajaran silang usia. 28

44 d. Anak Bersifat Unik Anak merupakan individu yang unik dimana masing-masing memiliki baawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama lain. Disamping memiliki kesamaan, Bredekamp (1987), anak juga memiliki keunikan tersendiri seperti dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, namun pola perkembangannya dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain. e. Anak Umumnya Kaya Dengan Fantasi Anak senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada umumnya ia kaya dengan fantasi. Anak dapat bercerita melebihi pengalamanpengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal gaib sekalipun. Hal ini disebabkan imajinasi anak berkembang melebihi apa yang dilihatnya. Sebagai contoh, ketika anak melihat gambar sebuah robot, maka imajinasinya berkembang bagaimana robot itu berjalan dan bertempur dan seterusnya. Jika dibimbing dengan beberapa pertanyaan, maka ia dapat menceritakan melebihi apa yang mereka dengar dan lihat sesuai dengan imajinasi yang sedang berkembang pada pikirannya. Cerita atau dongeng merupakan kegiatan yang banyak digemari oleh anak sekaligus dapat melihat mengembangkan imajinasi dan kemampuan bahasa anak. f. Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek Pada umumnya anak sulit untuk berkonsentrasi pada suatu kegiatan dalam jangka waktu yang lama. Ia selalu cepat menghasilkan perhatian pada kegiatan 29

45 lain, kecuali memang kegiatan tersebut selain menyenangkan juga bervarisai dan tidak membosankan. Berg (1988) disebutkan bahwa sepuluh menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Daya perhatian yang pendek membuat ia masih sangat sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama, kecuali terhadap hal-hal yang menyenangkan. Pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bervariasai dan menyenangkan, sehingga tidak membuat anak terpaku di tempat dan menyimak dalam jangka waktu lama. g. Anak merupakan masa belajar yang paling potensial Masa anak usia dini disebut sebagai masa Golden age atau magic years. NAEYC (1992) mengemukakan bahwa masa-masa awal kehidupan tersebut sebagai masa-masanya belajar dengan slogannya sebagai berikut: Early Years are Learning Years.Hal ini disebabkan bahwa selama rentang waktu usia dini, anak mengalami berbagai pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat dan pesat pada berbagai aspek. Pada periode ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Oleh karena itu, pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya. Pembelajaran pada periode ini merupakan wahana yang memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak guna mencapai harapan sesuai dengan tugas perkembangannya. C. Kerangka Berpikir Perkembangan motorik adalah suatu perubahan dalam perilaku motorik yang melibatkan interaksi dari kematangan makhluk dan lingkungannya. Pada 30

46 manusia perkembangan motorik merupakan perubahan perkembangan motorik dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan motorik. Aspek perilaku dan perkembangan motorik tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya. Dalam perkembangan motorik terdapat dua macam motorik yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah keterambilan yang melibatkan koordinasi otot-otot besar seperti melompat, berlari, berjalan dan lain sebagainya. Motorik halus adalah keterampilan yang melibatkan koordinasi otot-otot kecil seperti meronce, menggunting, menempel dan lain sebagainya. Dalam perkembangan motorik kasar anak terdapat unsur-unsur motorik kasar yang perlu diperhatikan. Unsur-unsur motorik kasar adalah seperti kekuatan, koordinasi, kecepatan, keseimbangan dan kelincahan. Perkembangan motorik kasar anak dapat dikembangkan dengan menggunakan metode yang bermacam-macam salah satunya dengan menggunakan permainan tradisional. Permainan tradisional termasuk kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya dan banyak mengandung nilai-nilai budaya tertentu serta mempunyai fungsi melatih pemainnya melakukan hal-hal yang akan penting nantinya bagi kehidupan mereka di tengan masyarakat (Sukirman, 2008: 27). Permainan tradisional yang memiliki banyak manfaat salah satunya yaitu permainan tradisional Engklek Gunung. 31

47 Dalam penelitian ini peneliti fokus pada kemampuan motorik kasar anak. Kemampuan motorik kasar tersebut yaitu mengenai keseimbangan, kekuatan dan kelincahan anak dalam gerak dasar melompat melalui permainan tradisional Engkelk Gunung. Harapan peneliti yaitu dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok B melalui Permainan Tradisional Engklek Gunung, agar dapat menarik perhatian anak pada kelompok B dan juga Guru di TK PKK minggiran. Dengan demikian, diharapkan dengan adanya permainan tradisional Engklek Gunung sebagai media dapat meningkatan motorik kasar pada anak kelompok B dan juga dapat memotivasi guru di TK PKK Minggiran. D. Hipotesis Berdasarkan pada kerangka berpikir di atas dapat diambil sebuah hipotesis yaitu permainan tradisional Engklek Gunung dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok B di TK PKK Minggiran Yogyakarta. 32

48 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu bentuk penelitian yang dilakukan di kelas. Penelitian tindakan kelas umumnya dilakukan oleh guru bekerjasama dengan peneliti atau ia sendiri sebagai guru berperan ganda melakukan penelitian individu di kelas, di sekolah dan atau di tempat ia mengajar untuk tujuan penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran (Jasa Ungguh Muliawan, 2010: 1). Dalam Suharsimi, dkk (2006: 2-3) dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan. 1). Penelitian: menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 2). Tindakan: menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. 3). Kelas: dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. 33

49 Penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat saling mendukung satu sama lain, dilengkapi dengan fakta-fakta dan mengembangkan kemampuan analisis (Hermawati, dkk 2011: 1). B. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelompok B di TK PKK Minggiran yang beralamat di Jl. Minggiran No. 23, Jogokaryan, Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan September dan November C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelompok B TK PKK Minggiran yang berjumlah 18 anak, laki-laki 9 anak dan perempuan 9 anak. D. Desain Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan dalam bentuk siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Banyaknya siklus yang diambil tergantung dari tercapaianya indikator keberhasilan yang sudah ditentukan. 34

50 Gambar 3. Rancangan Penelitian Perencanaan Kemmis dan Mc Taggart ( Suharsimi Arikunto, 2006: 93) Keterangan Gambar : a. Perencanaan (Plan) b. Tindakan dan Observasi (Act & Observe) c. Refleksi (Reflect) E. Rancangan Tindakan Berikut dijelaskan prosedur penelitian yang dilakukan: 1. Pra Tindakan Sebelum melakukan rencana tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan beberapa langkah pra tindakan agar dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan adapun langkah-langkah tersebut: a) Peneliti berdiskusi dengan guru kelas di TK PKK Minggiran mengidentifikasi masalah motorik kasar anak kemudian membuat kesepakatan untuk melakukan tindakan. b) Berdiskusi dengan guru kelas mengenai cara melakukan tindakan. 35

51 2. Siklus a. Perencanaan 1) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) tentang materi yang akan diajarkan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. RKH disusun oleh guru kelas B dan peneliti. RKH ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. 2) Peneliti mempersiapkan tempat yang akan digunakan sebagai tempat pelaksanaan penelitian. 3) Peneliti menyiapkan pedoman observasi untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. 4) Peneliti berkoordinasi dengan guru kelas tentang penyampaian materi. 5) Peneliti mempersiapkan materi atau media pembelajaran yang akan digunakan dalam tindakan pembelajaran. b. Tindakan dan observasi 1) Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti membangun komunikasi awal dengan siswa agar tidak tegang dalam mengikuti pembelajaran yang baru. 2) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran atau rancangan harian yang akan dilakukan pada saat itu, yang salah satunya menggunakan media pembelajaran permainan engklek gunung. 3) Peneliti memberikan motivasi dan pujian kepada siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan semangat siswa. 36

52 c. Pengamatan Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan catatan mengenai perkembangan siswa, yaitu mengenai motorik kasar anak. Peneliti mencatat dengan cermat apa yang terjadi selama proses pembelajaran agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. d. Refleksi Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Peneliti melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran sehingga bisa diketahui keberhasilan dan kekurangan dalam pelaksanaan tindakan. Dilakukan dengan menganalisis hasil observasi serta berdiskusi dengan guru kelas yang bersangkutan. Jika dalam siklus ini peneliti sudah yakin dengan tindakan yang diberikan dan sudah mengalami peningkatan mengenai kemampuan motorik kasar anak berdasarkan kriteria dalam perencanaan maka peneliti selesai, namun jika belum akan diadakan siklus 2. F. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. 1. Observasi Menurut Suharsimi Arikunto (2010: ), observasi atau sering disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh indera. Dalam penelitian ini alat observasi yang digunakan adalah lembar observasi dapat dilakukan dengan cara: 37

53 a) Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan. b) Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan adalah observasi sistematis, yang dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Observasi dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Observasi dilakukan pada subjek yang dikenai tindakan. 2. Dokumentasi Dokumentasi digunakan sebagai awal dalam penelitian ini. Dokumentasi tersebut berupa data siswa yang mendukung penelitian. Dokumentasi dapat digunakan pula pada saat tindakan dilaksanakan untuk memperkuat hasil. Dokumentasi dapat berupa video dan dapat berupa foto-foto kegiatan. Dr. Lexy J. Moleong (1988: 217), dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data yang digunakan untuk meguji, menafsirkan, dan untuk meramalkan. 38

54 G. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar observasi serta dokumentasi sebagai instrumen pendukung. 1. Lembar observasi Lembar observasi adalah catatan dengan sistematis atas fenomenafenomena yang akan diteliti dalam proses pembelajaran. Dalam observasi harus memiliki kisi-kisi terlebih dahulu yaitu aspek apa saja yang akan diamati. 39

55 Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Penilaian Permainan Tradisional Engklek No. Variabel TPP Aspek Yang Deskripsi Diamati 1. Kemampuan Menirukan Keseimbangan Keseimbangan adalah Motorik gerakan tubuh kemampuan untuk Kasar secara mempertahankan 2. Permainan terkoordinasi keseimbangan tubuh Tradisional untuk melatih ketika di tempatkan di Engklek Gunung kelenturan, keseimbangan dan keincahan. berbagai posisi. Kekuatan Kekuatan adalah komponen kondisi fisik (Permendiknas 58 tahun 2009) seseorang kemampuannya mempergunakan tentang dalam otot dalam menjalankan aktivitas. Kelincahan Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu. 40

56 Tabel 2. Rubrik Penilaian Mengenai Keseimbangan NO. KRITERIA SKOR DESKRIPSI 1. Seimbang 3 Anak berdiri dengan mempertahankan posisi kaki serta badannya agar tidak keluar dan tidak terjatuh didalam petak dengan cara engklek untuk bisa sampai pada petak ke tujuh hingga ke sembilan. 2. Kurang Seimbang 2 Anak berdiri dengan mempertahankan posisi kaki serta badannya agar tidak terjatuh dengan cara engklek untuk bisa sampai pada petak empat hingga ke enam tetapi kelur dari petak. 3. Belum Seimbang 1 Anak berdiri dengan mempertahankan posisi kaki serta badannya agar tidak terjatuh dengan cara engklek hanya dari petak satu hingga petak ke tiga. 41

57 Tabel 3. Rubrik Penilaian Tentang Kekuatan NO. KRITERIA SKOR DESKRIPSI 1. Kuat 3 Anak mampu melakukan engklek dengan tidak terjatuh dan tidak keluar garis petak saat melompat, untuk bisa mencapai petak ke tujuh hingga petak ke sembilan. 2. Kurang Kuat 2 Anak mampu melakukan engklek dengan tidak terjatuh tetapi keluar garis petak saat melompat, dari petak ke empat hingga petak ke enam. 3. Belum Kuat 1 Anak mampu melakukan engklek tetapi masih keluar garis petak dan terjatuh pada saat melompat, dari petak satu sampai petak ke tiga. 42

58 Tabel 4. Rubrik Penilaian Mengenai Kelincahan NO. KRITERIA SKOR DESKRIPSI 1. Lincah 3 Anak dapat berbalik arah dengan cepat dan tepat pada saat samapi di petak ke delapan hingga petak ke sepuluh, kemudian melakukan engklek kembali dengan tidak terjatuh dan tidak keluar dari petak. 2. Kurang Lincah 2 Anak dapat berbalik arah dengan cepat pada saat sampai petak ke enam hingga petak ketujuh, kemudian melakukan engklek kembali dengan tidak terjatuh tetapi keluar dari petak. 3. Belum Lincah 1 Anak dapat berbalik arah dari petak satu sapai petak ke empat tetapi belum cepat dan tepat. 2. Dokumentasi Dokumentasi merupakan instrumen yang memperkuat dalam penelitian. Dalam penelitian ini berupa data anak dan foto anak saat penelitian berlangsung. H. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian tindakan ini adalah memperoleh bukti kepastian apakah terjadi perbaikan, perubahan atau peningkatan seperti yang diharapkan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Adapun data kualitatif dalam penelitian ini adalah data hasil observasi selama proses belajar mengajar dengan menggunakan 43

59 media pembelajaran permainan engklek gunung. Sedangkan deskriptif kuantitatif untuk mengetahui presentase kemampuan motorik kasar anak dengan media permainan engklek gunung menggunakan statistik. Kemampuan motorik kasar anak ditingkatkan melalui permainan engklek gunung dengan membandingkan hasil observasi sebelum tindakan dan sesudah tindakan, dengan demikian akan diketahui hasilnya. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik kasar anak digunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh Purwanto (2011: 116), sebagai berikut: Persentase (%)= N x 100% n Keterangan: N= jumlah siswa yang memiliki kemampuan motorik kasar baik n= jumlah siswa keseluruhan Apabila kriteria mengenai kemampuan motorik kasar anak, yaitu anak dapat dikatakan memiliki kemampuan motorik kasar: Baik: Apabila anak mendapatkan skor 3 pada aspek kekuatan, keseimbangan, dan kelincahan; Kurang Baik: Apabila anak mendapatkan skor 2 pada aspek kekuatan, keseimbangan, dan kelincahan; Kurang Sekali: Apabila anak mendapatkan skor 1 pada aspek kekuatan, keseimbangan, dan kelincahan. I. Indikator Keberhasilan Penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan yaitu, berupa peningkatan pada kemampuan motorik kasar yang terjadi pada anak. Indikator keberhasilan pada penelitian ini berupa perubahan pada kemampuan motorik kasar anak khususnya pada Keseimbangan, Kekuatan dan Kelincahan 44

60 anak, sehingga meningkatkan kemampuan motorik kasar anak dengan menggunakan media pembelajaran permainan engklek gunung dapat tercapai. Kriteria keberhasilan penelitian ini apabila sekurang-kurangnya 81% dari jumlah semua anak yaitu 18 anak dengan kategori baik. Kriteria tesebut sama dengan yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2005: 44), yang memiliki persentase sebagai berikut: Jika memiliki kesesuaian % : sangat baik Jika memiliki kesesuaian % : baik Jika memiliki kesesuaian % : cukup Jika memiliki kesesuaian % : kurang Jika memiliki kesesuaian 0-20 % : kurang sekali 45

61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di TK PKK Minggiran, yang terletak di Kelurahan Suryodiningratan, Kecamatan Mantrijeron, Jalan Minggiran No 23 Yogyakarta. TK PKK Minggiran didirikan pada tahun 1957 oleh yayasan kampung Minggiran, tetapi pada saat ini TK PKK Minggiran berada di naungan PKK Kota Yogyakarta. TK PKK Minggiran ini terletak di komplek perumahan Minggiran. TK PKK Minggiran ini mempunyai dua ruang kelas, yaitu ruang pertama untuk kelompok A dan ruang kedua untuk kelompok B. Adapun penelitian ini berada di kelompok B, yang berjumlah 18 anak yaitu Perempuan 9 anak dan Laki-laki 9 anak. Letak TK PKK Minggiran ini sangat strategis karena berada di depan jalan komplek Minggiran. Sedangkan sarana dan prasarana yang dimiliki TK PKK Minggiran ini masih belum memadai. 1) Ruangan TK PKK Minggiran terdiri dari dua ruang kelas, hanya saja ruang kelas A dan ruang kelas B ruangannya terpisah. Untuk ruangan kelompok A berada di balai milik warga kampung Minggiran yang letaknya tidak jauh dari TK yaitu sekitar 5 meter dari TK. Sedangkan ruangan kelas B berada di TK PKK Minggiran, hanya saja ruangan kelas B tidak seluruh ruangan digunakan untuk kelas B. Ruangan tersebut disekat-sekat untuk ruang belajar kelas B, Perpustakaan serta Ruang Guru. 46

62 Untuk desain ruang kelas juga belum menarik, ini terlihat dari kurangnya cat yang berwarna-warni diruangan kelas, tidak ada tempelan hasil karya anak, kurangnya manik-manik yang digantung di ruang kelas serta gambar-gambar yang unik pada dinding kelas. Hal ini bertujuan agar anak tidak bosan ketika berada di dalam kelas dan menambah anak semangat dalam belajar. Masing-masing kelas sudah dilengkapi meja, kursi, papan tulis serta alat permainan edukatif. Untuk Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru, serta Ruang Tamu jadi satu dalam satu ruangan yaitu di ruangan kelas B. Karena ruangan tersebut menggunakan sekatan, sehingga ruangan-ruangan tersebut berukuran kecil. 2) Sarana Pendukung (a) Toilet hanya ada satu, tetapi dengan kondisi baik. (b) Tempat cuci tangan hanya ada satu, masih bisa digunakan dengan baik. (c) Halaman untuk bermain anak kurang luas, karena di TK PKK Minggiran ini sudah mempunyai permainan yang cukup banyak. Yaitu ada jungkat-jungkit, bola dunia, papan titian, ayunan, perosotan dan masih ada beberapa permainan yang ukurannya kecil yang ada di halaman depan sekolah seperti kuda-kudaan dan mibil-mobilan. 3) Sumber Daya Manusia Di TK PKK Minggiran ini terdapat dua orang guru, yaitu ada kepala sekolah dan wali kelas kelompok A. TK PKK Minggiran ini dipimpin oleh Ibu A Y, S.pd yang merangkap menjadi guru di kelompok B, serta Ibu Dra. Y K yaitu wali kelas kelompok A. 47

63 2. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum Tindakan Kondisi awal anak sebelum dilakukan tindakan penelitian menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar anak terbilang rendah seperti pada aspek keseimbangan, kekuatan, dan kelincahan. Ini terlihat dari kurangnya antusias anak dalam pembelajaran khususnya pada motorik kasar. Ini dikarenakan guru yang kurang memperhatikan pembelajaran mengenai perkembangan motorik kasar anak, ini juga dapat dilihat dari kurangnya pemanfaatan alat permainan edukatif yang ada di TK yang dapat meningkatkan kemampuan keterampilan motorik kasar anak. Untuk mengetahui peningkatan motorik kasar pada anak dalam aspek keseimbangan, kekuatan dan kelincahan, kegiatan awal yang dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian yaitu melakukan observasi terhadap anak pada proses pembelajaran mengenai keseimbangan, kekuatan dan kelincahan. Tindakan awal ini sangat penting untuk meningkatkan hasil yang baik. Berdasarkan observasi awal pada tanggal 29 Agustus 2016 yang diperoleh dari pengamatan pelaksanaan proses Engjlek Gunung pada kelompok B diperoleh data sebagai berikut: Tabel 5. Hasil Observasi Kondisi Awal Keseimbangan Anak No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Seimbang 4 22,2% 2. Kurang Seimbang 7 38,9% 3. Belum Seimbang 7 38,9% Jumlah % 48

64 Tabel 6. Hasil Observasi Kondisi Awal Kekuatan Anak No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Kuat 4 22,2% 2. Kurang Kuat 7 38,9% 3. Belum Kuat 7 38,9% Jumlah % Pada kondisi awal keseimbangan dan kekuatan anak sebagian besar anak pada kriteria kurang seimbang dan belum seimbang dengan jumlah 7 anak atau 38,9% dari jumlah siswa keseluruhan. Anak yang memiliki keseimbangan dan kekuatan yang baik hanya terdapat 4 anak atau 22,2% dari jumlah keseluruhan anak. Tabel 7. Hasil Observasi Kondisi Awal Kelincahan Anak No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Lincah 3 16,7% 2. Kurang Lincah 6 33,3% 3. Belum Lincah 9 50% Jumlah % Sedangkan kondisi awal pada kelincahan anak sebagian besar anak memiliki kriteria belum lincah dengan jumlah anak 9 anak atau 50% dari jumlah anak keseluruhan. 49

65 Tabel 8. Hasil Observasi Kondisi Awal Motorik Kasar Anak No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Sangat Baik Baik 7 38,9% 3. Cukup 7 38,9% 4. Kurang Kurang Sekali 4 22,2% Jumlah % Seimbang Kuat Lincah B A I K C U K U P K U R A N G S E K A L I Gambar 4. Grafik Peningkatan Motorik Kasar Anak Pra Tindakan Dari hasil keseimbangan, kekuatan dan kelincahan anak, dapat dirata-rata kemampuan motorik kasar anak pada kondisi awal ini yang memiliki kriteria baik hanya 7 anak saja dengan presentase 38,9% dari jumlah keseluruhan anak. Berdasarkan data sebelum tindakan tersebut dapat dilihat kurang optimalnya kemampuan motorik kasar anak dalam aspek keseimbangan, kekuatan dan kelincahan. Terbukti dengan presentase siswa yang masih rendah dalam memperoleh kriteria baik. Hal tersebut kurangnya program yang dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. 50

66 3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan tindakan siklus I, peneliti dan kolaborator (guru) melakukan kegiatan antara lain: a) Menyusun Rencana Kegiatan Harian Rencana Kegiatan Harian disusun oleh peneliti bekerjasama dengan guru kelas B. RKH disusun dengan indikator yang sesuai berdasarkan dengan tema yaitu Lingkunganku. Setelah dikonsultasikan kepada guru kelas B, dapat kesepakatan bahwa materi yang diajarkan pada siklus I pertemuan I adalah belajar seperti biasa hanya saja kegiatan awal pembelajaran diawali dengan kegiatan keluar kelas yaitu permainan Engklek Gunung. b) Menyiapkan bahan-bahan mengajar dan kapur putih atau berwarna untuk membuat garis Engklek Gunung. c) Menyiapkan lembar observasi d) Pendokumentasian proses belajar anak, pelaksanaan pendokumentasian dilakukan ketika pembelajaran berlangsung. 2. Pelaksanaan Tindakan a) Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Pertemuan I Pertemuan I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 17 September 2016 dengan tema lingknganku. Berikut ini deskripsi langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kegiatan pembelajaran fisik motorik kasar melalui permainan Engklek Gunung. 51

67 (1) Kegiatan Awal Pada kegiatan awal ini pertama berdoa sebelum belajar, setelah itu anak diperkenalkan hari, tanggal, bulan dan tahun dengan cara guru menulis dipojok kiri atas papan tulis dan setelah itu anak disuru membacanya bersama-sama. Selanjutnya membicarakan tema hari itu juga dan mengulas tema sebelumnya atau pembelajaran hari sebelumnya. Pada penelitian ini aspek yang akan dikembangkan adalah motorik kasar sehingga kegiatan dilaksanakan pada awal kegiatan. Setelah bercakap-cakap tentang tema, guru dan anak melakukan tanya jawab mengenai nama benda di sekitar (sapu, sulak, tong sampah, dll), dan setelah kegiatan tanya jawab selesai guru mengajak anak keluar kelas dan menuju halaman depan sekolah untuk bermain Engklek Gunung. Sampai di halaman, anak-anak membuat lingkaran sambil bernyanyi Lingkaran besar lingkaran kecil. Setelah anak sudah membentuk lingkaran guru memberikan pemanasan terlebih dahulu kepada anak yaitu dengan bernyanyi menggunakan gaya. Kemudian setelah pemanasan, guru mulai membuat petak Engklek Gunung menggunakan kapur. Anak satu persatu maju bermain Engklek sesuai absen. (2) Kegiatan Inti Setelah dari halaman depan sekolah, guru mempersilahkan anak-anak untuk istirahat terlebih dahulu atau diperbolehkan minum. Setelah kondisi anak sudah stabil, guru menerangkan kegiatan yang akan dilakukan oleh anak pada hari itu. Anak-anak aktif mendengarkan penjelasan dari guru, pada hari itu ada 3 kegiatan yang harus dilakukan oleh anak yaitu pertama membuat rumah dari lego 52

68 secara berkelompok, yang kedua mengenal kata rumah dengan menulis kata RUMAH, dan yang ketiga mengenal alat pertukangan dengan memainkan alat pertukangan. (3) Kegiatan Penutup Kegiatan penutup dilaksanakan dengan kegiatan Menyanyi Rumah Kami Kecil, Menceritakan dan menunjukkan hasil karya, dan dilanjutkan penguatan pengetahuan yang di dapat anak atau tanya jawab tentang kegiatan dalam satu hari. Anak-anak sangat senang dengan kegiatan pada hari itu, terlihat dari semangat anak dari awal sampai akhir pembelajaran. Kemudian berdoa bersama, pesan-pesan yang diberikan guru untuk anak, kemudian berdoa mau pulang. Tabel 9. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus I Pertemuan I No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Seimbang 5 27,8% 2. Kurang Seimbang 8 44,4% 3. Belum Seimbang 5 27,8% Jumlah % Pada siklus I pertemuan I belum terjadi banyak perubahan pada keseimbangan anak, tetapi pada kriteria Kurang Seimbang menurun menjadi 8 anak atau 44,4% dari jumlah anak keseluruhan. Tabel 10. Hasil Observasi Kekuatan Anak Siklus I Pertemuan I No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Kuat 4 22,2% 2. Kurang Kuat 8 44,5% 3. Belum Kuat 6 33,3% Jumlah % 53

69 Kekuatan pada anak siklus I pertemuan I masih belum terjadi banyak perubahan, karena di kriteria Kurang Kuat menurun menjadi 8 anak atau 44,4% dari jumlah anak keseluruhan. Tabel 11. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus I Pertemuan I No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Lincah 5 27,8% 2. Kurang Lincah 7 38,9% 3. Belum Lincah 6 33,3% Jumlah % Kelincahan anak pada siklus I pertemuan I anak sudah mulai meningkat, pada kriteria Lincah dari yang sebelumnya hanya ada 3 anak dari jumlah keseluruhan 18 anak atau 16,7%. Menjadi 5 anak atau 27,8% dari jumlah keseluruhan. Tabel 12. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak pada Siklus I Pertemuan I No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Sangat Baik 0 0% 2. Baik 8 44,4% 3. Cukup 6 33,3% 4. Kurang 0 0% 3. Kurang Sekali 4 22,2% Jumlah % Dari hasil Keseimbangan, Kekuatan dan Kelincahan, dapat dirata-rata kemampuan motorik kasar anak pada siklus I pertemuan I yang memiliki kriteria baik hanya ada 8 anak atau 44,4%. 54

70 b) Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Pertemuan II Siklus I pertemuan II dilaksanakan pada hari Jumat 23 September 2016 dengan tema lingkungan. Berikut ini deskripsi langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kegiatan pembelajaran fisik motorik kasar melalui permainan Engklek Gunung. (1) Kegiatan Awal Pada hari jumat seluruh anak kelas B berkumpul diaula kelas A, karena kelas B akan melakukan senam. Anak-anak dikondisikan terlebih dahulu membentuk lingkaran dengan bernyanyi menyanyikan lagu Naik-naik ke puncak gunung sambil menggunakan gerakan. Setelah anak sudah dikondisikan dan membentuk lingkaran besar, anak-anak kelas B mulai melakukan kegiatan senam yang dipandu oleh guru. Setelah kegiatan senam selesai anak-anak kembali ke kelas B. (2) Kegiatan Inti Guru menerangkan kegiatan pada hari itu. Guru menjelaskan pada anak jika hari itu ada 3 kegiatan. Kegiatan pertama yaitu bermain Engklek Gunung, anak-anak kelas B semuanya dikondisikan untuk menuju halaman depan sekolah. Setelah selesai bermain Engklek Gunung, anak kembali ke kelas dan beristirahat sejenak untuk minum. Lanjut kegiatan yang kedua yaitu membuat peralatan masak dari plastisin, anak-anak dibebaskan membuat macam-macam peralatan masak dari plastisin. Kegiatan ketiga yaitu Mengenal huruf awal MASAK, anak diminta untuk menulis huruf M. 55

71 (3) Kegiatan Akhir Setelah istirahat, kegiatan akhir pada hari itu adalah bercakap-cakap mengenai kegiatan yang dilakukan pada hari itu. Seperti tanya jawab macammacam peralatan masak ada apa saja, fungsi peralatan masak dan pengalaman anak-anak apakah anak-anak pernah belajar masak atau tidak. Setelah itu guru mengevaluasi kegiatan pada hari itu, lalu bernyanyi Gelang si patu gelang, berdoa, guru memberikan pesan-pesan pada anak lalu pulang. Tabel 13. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus I Pertemuan II No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Seimbang 6 33,3% 2. Kurang Seimbang 7 38,9% 3. Belum Seimbang 5 27,8% Jumlah % Pada siklus I pertemuan II mulai ada sedikit peningkatan pada keseimbangan anak yaitu pada kriteria Seimbang saat pertemuan pertama 5 anak menjadi 6 anak atau 33,3% dan pada kriteria Kurang Seimbang pada pertemuan pertama 8 anak menjadi 7 anak atau 38,9% dari jumlah anak keseluruhan. Tabel 14. Hasil Observasi Kekuatann Anak Siklus I Pertemuan II No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Kuat 5 27,80% 2. Kurang Kuat 6 33,30% 3. Belum Kuat 7 38,90% Jumlah % 56

72 Pada siklus I pertemuan II Kekuatan anak mengalami penurunan, tepatnya pada kriteria Belum Kuat pada pertemuan I ada 6 anak dan pada pertemuan ke II menjadi 7 anak atau 38,9% dari jumlah anak keseluruhan. Tabel 15. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus I Pertemuan II No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Lincah 8 44,40% 2. Kurang Lincah 5 27,80% 3. Belum Lincah 5 27,80% Jumlah % Pada siklus I pertemuan II terjadi peningkatan pada Kelincahan anak, pada kriteria Lincah dari yang sebelumnya ada 5 anak dari jumlah keseluruhan 18 anak menjadi 8 anak atau 44,4% dari jumlah anak keseluruhan. Tabel 16. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak Siklus I Pertemuan II No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Sangat Baik 0 0% 2. Baik 9 50% 3. Cukup 5 27,7% 4. Kurang 0 0% 5. Kurang Sekali 4 22,2% Jumlah % Dari hasil Keseimbangan, Kekuatan dan Kelincahan, dapat dirata-rata kemampuan motorik kasar anak pada siklus I pertemuan II yang memiliki kriteria Baik dari yang sebelumnya hanya ada 8 anak atau 44,4% menjadi 9 anak atau 50% dari jumlah anak keseluruhan. 57

73 c) Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Pertemuan III Siklus I pertemuan III ini dilakukan pada hari Sabtu tanggal 24 September 2016 dengan tema lingkungan. Berikut ini deskripsi langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kegiatan pembelajaran fisik motorik kasar dengan menggunakan permainan Engklek Gunung. (1) Kegiatan Awal Kegiatan awal pada hari ini pertama dimulai dengan membaca doa bersama-sama, setelah itu bernyanyi, dan dilanjutkan dengan kegiatan pembukaan yaitu mengucap syair POLISI. Setelah kegiatan mengucap syair POLISI selesai, anak-anak dikondisikan untuk keluar kelas menuju halaman depan sekolah untuk bermain Engklek Gunung. Setelah anak-anak berkumpul di halaman sekolah, peneliti dan guru mengajak anak-anak untuk bernyanyi bersama terlebih dahulu agar anak-anak tambah semangat dalam bermain Engklek Gunung. Setelah anak selesai bernyanyi dan sudah dikondisikan anak mulai berbaris menjadi dua baris yaitu satu baris laki-laki dan satu baris perempuan. Setelah peneliti menjelaskan kembali cara bermain permainan Engklek Gunung tersebut, anak diperbolehkan mencoba bermain satu persatu. (2) Kegiatan Inti Setelah kegiatan permainan Engklek Gunung selesai, anak-anak kembali ke dalam kelas dan istirahat sejenak untuk minum. Kemudian guru menjelaskan kepada anak bahwa hari itu ada tiga kegiatan yang akan dilakukan anak. Kegiatan pertama yaitu Mengenal polisi, guru bercerita tentang polisi dan melakukan tanya jawab dengan anak mengenai polisi. Kegiatan kedua yaitu anak diminta maju satu 58

74 persatu untuk menyanyikan lagu perjuangan. Dan kegiatan yang ketiga anak-anak bermain maket polisi, Angkatan Udara, pesawat, dll. (3) Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir di isi dengan makan sehat, disini anak-anak membawa makanan sendiri-sendiri dari rumah dan dimakan bersama-sama di sekolah setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Setelah makan sehat selesai, guru meminta anak untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang tercecer di meja atau lantai. Setelah itu anak cuci tangan dan kembali duduk untuk membaca doa sesudah makan. Dan sebelum pulang sguru mengulas kembali kegiatan apa saja yang telah dilakukan anak pada hari itu, kemudian bernyanyi sayonara, berdoa dan memberikan pesan pada anak lalu pulang. Dibawah ini adalah tabel hasil observasi mengenai pengembangan kemampuan motorik kasar anak dalam kegiatan Engklek Gunung yang dilakukan awal kegiatan. Tabel 17. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus I Pertemuan III No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Seimbang 9 50% 2. Kurang Seimbang 5 27,8% 3. Belum Seimbang 4 22,2% Jumlah % Pada siklus I pertemuan III mulai meningkat pada Keseimbangan anak yaitu pada kriteria Seimbang saat pertemuan pertama 6 anak atau 33,3% menjadi 9 anak atau 50% dari jumlah anak keseluruhan. 59

75 Tabel 18. Hasil Observasi Kekuatann Anak Siklus I Pertemuan III No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Kuat 8 44,4% 2. Kurang Kuat 5 27,8% 3. Belum Kuat 5 27,8% Jumlah % Pada siklus I pertemuan III Kekuatan anak mengalami kenaikan, tepatnya pada kriteria Kuat pada pertemuan II ada 5 anak dan pada pertemuan ke III menjadi 8 anak atau 44,4% dari jumlah anak keseluruhan. Tabel 19. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus I Pertemuan III No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Lincah 10 55,5% 2. Kurang Lincah 5 27,8% 3. Belum Lincah 3 16,7% Jumlah % Pada siklus I pertemuan III terjadi peningkatan pada Kelincahan anak, yaitu pada kriteria Lincah dari yang sebelumnya ada 8 anak menjadi 10 anak atau 55,5%. Dan pada kriteria Belum Lincah juga mengalami peningkatan dari yang sebelumnya ada 5 anak menjadi 3 anak atau 16,7% dari jumlah anak keseluruhan. Tabel 20. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak Siklus I Pertemuan III No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Sangat Baik 0 0% 2. Baik 11 61,1% 3. Cukup 5 27,8% 4. Kurang 0 0% 5. Kurang Sekali 2 11,1% Jumlah % Dari hasil Keseimbangan, Kekuatan dan Kelincahan, dapat dirata-rata kemampuan motorik kasar anak pada siklus I pertemuan III yang memiliki kriteria 60

76 Baik dari yang sebelumnya hanya ada 9 anak atau 50% menjadi 11 anak atau 61,1% dari jumlah anak keseluruhan. 3. Observasi Kegiatan observasi yang diamati adalah kegiatan anak ketika kegiatan awal berlangsung. Adapun yang diamati adalah kemampuan motorik kasar anak yang meliputi aspek keseimbangan, kekuatan dan kelincahan yang ada dalam permainan Engklek Gunung. Tabel 21. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Motorik Kasar Anak Siklus I Siklus 1 No. Kriteria Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Jumlah anak % Jumlah anak % Jumlah anak % 1. Sangat Baik Baik 8 44, ,1 3. Cukup 6 33,3 5 27,8 5 27,8 4. Kurang Kurang Sekali 4 22,2 4 22,2 2 11,1 Jumlah

77 Baik Cukup Kurang Sekali P E R T E M U A N I P E R T E M U A N I I P E R T E M U A N I I I Gambar 5. Grafik Peningkatan Motorik Kasar Siklus I Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat peningkatan kemampuan motorik kasar anak khususnya dalam aspek keseimbangan, kekuatan dan kelincahan. Pada pertemuan I yang mendapat kriteria Baik ada 8 anak atau 44,,4%, sedangkan pertemuan II masih dalam kriteria Baik sedikit meningkat menjadi 9 anak atau 50% dan pada pertemuan III kriteria Baik meningkat menjadi 11 anak atau 61,1%. Sedangkan pada kriteria Cukup pertemuan I ada 6 anak atau 33,3% sedangkan pertemuan II dan III ada 5 anak atau 27,8. Dan pada kriteria Kurang Sekali pada pertemuan I dan II ada 4 anak atau 22,2% dan pertemuan III menjadi 2 anak atau 11,1%. 4. Refleksi Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, peneliti dan guru kelompok B melakukan evaluasi tentang hambatan dalam pelaksanaan penelitian pada siklus I, adapun hasil dari observasi siklus I tersebut mengenai hambatan yang ada di 62

78 kelompok B yaitu dapat kita lihat dalam pembahasan dibawah ini yaitu sebagai berikut: 1. Sebagian anak masih belum mau mencoba bermain permainan Engklek Gunung dominan anak perempuan. 2. Ada anak yang mau mencoba bermain tetapi harus didampingi atau dipegang tangannya. 3. Peningkatan kemampuan motorik kasar anak meningkat namun belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti. 4. Ada anak yang tidak bisa sama sekali melakukan Engklek. 5. Beberapa anak suka berebut ingin lebih dahulu untuk bermain Engklek Gunung. Pelaksanaan tindakan pada siklus I yaitu dengan kegiatan bermain Engklek Gunung sudah mengalami peningkatan yang cukup baik yaitu ada 11 anak yang mendapat kriteria baik atau sekitar 61%. Sehingga diharapkan dengan melakukan kegiatan ulang di siklus II dan dilakukan perbaikan proses tindakan kelas siklus II akan dapat lebih berhasil dan meningkat sesuai dengan harapan. Adapun beberapa hal yang akan dilaksanakan dalam siklus II sebagai perbaikan adalah sebagai berikut: 1. Bermain Engklek secara berurutan sesuai dengan absen, agar lebih terkondisikan dan semua anak dapat mencoba bermain permainan Engklek Gunung. 2. Memberikan motivasi kepada anak yang mau mencoba tetapi kurang percaya diri, agar anak dapat melakukan Engklek sendiri. 63

79 3. anak yang menang atau dapat Engklek sampai finish akan diberikan Reward berupa permainan kecil Becak-becakan yaitu yang menang akan naik becak atau digendong oleh anak yang kalah, dan yang kalah akan menjadi becaknya atau yang menggendong anak yang menang. 4. Lebih mengutamakan anak yang belum bisa engklek sama sekali, yaitu dengan memberikan semangat dan pujian pada anak. 5. Anak-anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan agar anak laki-lak dan perempuan tidak saling berebut untuk bermain Engklek diurutan pertama. 4. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II 1. Perencanaan Adapun perencanaan tindakan siklus II, peneliti melakukan kegiatan antara lain yaitu: a) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) Rencana Kegiatan Harian disusun oleh guru kelas B dan peneliti. RKH disusun dengan indikator yang sesuai dengan tema, tema yang diambil yaitu Binatang. b) Menyiapkan bahan-bahan mengajar dan kapur putih atau berwarna untuk membuat garis Engklek Gunung. c) Menyiapkan lembar observasi d) Pendokumentasian proses belajar anak, pelaksanaan pendokumentasian dilakukan ketika pembelajaran berlangsung. 2. Pelaksanaan Tindakan a) Pelaksanaan Penelitian Tindakan Siklus II Pertemuan I 64

80 Pertemuan I siklus II dilakukan pada hari Jumat tanggal 4 November 2016 dengan tema Binatang. Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kegiatan pembelajaran fisik motorik kasar melalui permainan Engklek Gunung. (1) Kegiatan Awal Pada kegiatan awal ini pertama berdoa sebelum belajar, setelah itu anak diperkenalkan hari, tanggal, bulan dan tahun dengan cara guru menulis dipojok kiri atas papan tulis dan setelah itu anak membacanya bersama-sama. Selanjutnya membicarakan tema hari itu juga dan mengulas tema sebelumnya atau pembelajaran hari sebelumnya. Pada penelitian ini aspek yang akan dikembangkan adalah motorik kasar. Sebelum kegiatan bermain Engklek Gunung, guru bercakap-cakap mengenai binatang lalat. Yaitu tanya jawab bagaimana cara menjaga makanan agar tidak dihinggapi lalat, apakah makanan yang sudah dihinggapi lalat itu masih baik dimakan atau tidak dan masih banyak percakapan lainnya. (2) Kegiatan Inti Guru menerangkan kegiatan pada hari itu. Guru menjelaskan pada anak jika hari itu ada 3 kegiatan. Kegiatan pertama yaitu bermain Engklek Gunung, pada siklus II pertemuan I ini peneliti akan mengubah cara bermain Engklek yaitu dengan cara anak bermain Engklek secara berurutan sesuai dengan absen, agar lebih terkondisikan. Anak-anak kelas B semuanya dikondisikan untuk menuju halaman depan sekolah. Setelah selesai bermain Engklek Gunung anak kembali ke kelas dan beristirahat sejenak untuk minum. Lanjut kegiatan yang kedua yaitu 65

81 menggambar lalat dan kegiatan ketiga yaitu membuat puzzle dari kertas karton bekas. (3) Kegiatan Akhir Setelah istirahat, kegiatan akhir pada hari itu adalah bercakap-cakap mengenai kegiatan yang dilakukan pada hari itu. Seperti tanya jawab mengenai permainan Engklek Gunung dan tanya jawab mengenai binatang lalat. Setelah itu guru mengevaluasi kegiatan pada hari itu, berdoa, guru memberikan pesan-pesan pada anak lalu pulang. Tabel 22. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus II Pertemuan I No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Seimbang 13 72,2% 2. Kurang Seimbang 2 11,1% 3. Belum Seimbang 3 16,7% Jumlah % Pada siklus II pertemuan I Keseimbangan anak meningkat dengan baik. Pada siklus I pertemuan III kriteria seimbang terdapat 9 anak atau 50%, pada siklus II pertemuan I meningkat menjadi 13 anak atau 72,2% dari jumlah keseluruhan yakni 18 anak. Tabel 23. Hasil Observasi Kekuatan Anak Siklus II Pertemuan I No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Kuat 13 72,2% 2. Kurang Kuat 2 11,1% 3. Belum Kuat 3 16,7% Jumlah % 66

82 Pada siklus II pertemuan I Kekuatan meningkat cukup baik. Pada siklus I pertemuan III kriteria Kuat terdapat 8 anak atau 44,4%, pada siklus II pertemuan I meningkat menjadi 13 anak atau 72,2% dari jumlah keseluruhan yakni 18 anak. Tabel 24. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus II Pertemuan I No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Lincah 12 66,7% 2. Kurang Lincah 4 22,2% 3. Belum Lincah 2 11,1% Jumlah % Pada siklus II pertemuan I terjadi peningkatan pada Kelincahan anak, yaitu pada kriteria Lincah dari yang sebelumnya ada 10 anak menjadi 12 anak atau 66,7%. Dan pada kriteria Belum Lincah juga mengalami peningkatan dari yang sebelumnya ada 3 anak menjadi 2 anak atau 11,1% dari jumlah anak keseluruhan. Tabel 25. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak Siklus II Pertemuan I No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Sangat Baik 0 0% 2. Baik 14 77,8% 3. Cukup 2 11,1% 4. Kurang 0 0% 5. Kurang Sekali 2 11,1% Jumlah % Dari hasil Keseimbangan, Kekuatan dan Kelincahan, dapat dirata-rata kemampuan motorik kasar anak pada siklus II pertemuan I yang memiliki kriteria Baik dari yang sebelumnya hanya ada 11 anak atau 61,1% menjadi 14 anak atau 77,8% dari jumlah anak keseluruhan yaitu 18 anak. 67

83 b) Pelaksanaan Penelitian Tindakan Siklus II Pertemuan II Pertemuan II siklus II dilakukan pada hari Selasa tanggal 8 November 2016 dengan tema Binatang. Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kegiatan pembelajaran fisik motorik kasar melalui permainan Engklek Gunung. (1) Kegiatan Awal Pada kegiatan awal ini pertama berdoa sebelum belajar, setelah itu seperti biasanya anak diperkenalkan hari, tanggal, bulan dan tahun dengan cara guru menulis dipojok kiri atas papan tulis dan setelah itu anak membacanya bersamasama. Selanjutnya membicarakan tema hari itu juga dan mengulas tema sebelumnya atau pembelajaran hari sebelumnya. Pada penelitian ini aspek yang akan dikembangkan adalah motorik kasar. Sebelum kegiatan bermain Engklek Gunung, guru bercakap-cakap mengenai binatang Singa. Yaitu bercakap-cakap siapa yang sudah pernah melihat singa secara langsung, siapa saja yang sudah pernah berkunjung ke kebun binatang lalu anak satu persatu maju untuk bercerita tentang singa. (2) Kegiatan Inti Guru menerangkan kegiatan pada hari itu. Guru menjelaskan pada anak jika hari itu ada 3 kegiatan. Kegiatan pertama yaitu bermain Engklek Gunung, anak-anak kelas B semuanya dikondisikan untuk bermain Engklek Gunung. Tetapi berhubung halaman depan sekolah becek, akhirnya kegiatan bermain Engklek Gunung dilakukan di dalam kelas. Setelah selesai bermain Engklek Gunung anak beristirahat sejenak untuk minum. Lanjut kegiatan yang kedua yaitu 68

84 mengelompokkan dan menempel gambar buaya sesuai ukurannya, dan kegiatan yang ketiga yaitu menulis kata SINGA. (3) Kegiatan Akhir Setelah istirahat, kegiatan akhir pada hari itu adalah bercakap-cakap mengenai kegiatan yang dilakukan pada hari itu. Seperti tanya jawab mengenai permainan Engklek Gunung dan tanya jawab mengenai binatang Singa. Setelah itu guru mengevaluasi kegiatan pada hari itu, berdoa, guru memberikan pesanpesan pada anak lalu pulang. Tabel 26. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus II Pertemuan II No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Seimbang 15 83,4% 2. Kurang Seimbang 1 5,5% 3. Belum Seimbang 2 11,1% Jumlah % Pada siklus II pertemuan II Keseimbangan anak meningkat. Pada siklus II pertemuan I kriteria seimbang terdapat 13 anak atau 72,2%, pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 15 anak atau 83,4% dari jumlah keseluruhan yakni 18 anak. Tabel 27. Hasil Observasi Kekuatan Anak Siklus II Pertemuan II No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Kuat 14 77,8% 2. Kurang Kuat 2 11,1% 3. Belum Kuat 2 11,1% Jumlah % 69

85 Pada siklus II pertemuan II Kekuatan meningkat cukup baik. Pada siklus II pertemuan I kriteria Kuat terdapat 13 anak atau 72,2%, pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 14 anak atau 77,8% dari jumlah keseluruhan. Tabel 28. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus II Pertemuan II No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Lincah 14 77,8% 2. Kurang Lincah 2 11,1% 3. Belum Lincah 2 11,1% Jumlah % Pada siklus II pertemuan II terjadi peningkatan pada Kelincahan anak, yaitu pada kriteria Lincah dari yang sebelumnya ada 12 anak menjadi 14 anak atau 77,8% dari jumlah anak keseluruhan. Tabel 29. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak Siklus II Pertemuan II No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Sangat Baik 0 0% 2. Baik 15 83,4% 3. Cukup 1 5,5% 4. Kurang 0 0% 5. Kurang Sekali 2 11,1% Jumlah % Dari hasil Keseimbangan, Kekuatan dan Kelincahan, dapat dirata-rata kemampuan motorik kasar anak pada siklus II pertemuan II yang memiliki kriteria Baik dari yang sebelumnya hanya ada 14 anak atau 77,8% menjadi 15 anak atau 83,4% dari jumlah anak keseluruhan yaitu 18 anak. 70

86 c) Pelaksanaan Penelitian Tindakan Siklus II Pertemuan III Pertemuan III siklus II dilaksanakan pada hari Jumat 11 November 2016 dengan tema Binatang. Berikut ini deskripsi langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kegiatan pembelajaran fisik motorik kasar melalui permainan Engklek Gunung. (1) Kegiatan Awal Pada kegiatan awal ini pertama berdoa sebelum belajar, setelah itu anak diperkenalkan hari, tanggal, bulan dan tahun dengan cara guru menulis dipojok kiri atas papan tulis dan setelah itu anak membacanya bersama-sama. Selanjutnya membicarakan tema hari itu juga dan mengulas tema sebelumnya atau pembelajaran hari sebelumnya. Pada penelitian ini aspek yang akan dikembangkan adalah motorik kasar sehingga kegiatan dilaksanakan pada awal kegiatan. Setelah bercakap-cakap tentang tema, guru dan anak melakukan tanya jawab mengenai binatang Jerapah, dan setelah kegiatan tanya jawab selesai guru mengajak anak keluar kelas dan menuju halaman depan sekolah untuk bermain Engklek Gunung. Pada siklus II pertemuan III ini peneliti akan memberikan Reward pada anak yang menang atau dapat Engklek sampai finish yaitu Reward yang akan diberikan berupa permainan kecil Becak-becakan yaitu yang menang akan naik becak atau digendong oleh anak yang kalah, dan yang kalah akan menjadi becaknya atau yang menggendong anak yang menang.sampai di halaman, anak-anak membuat lingkaran sambil bernyanyi Lingkaran besar lingkaran kecil. Setelah anak sudah membentuk lingkaran guru memberikan 71

87 pemanasan terlebih dahulu kepada anak yaitu dengan bernyanyi menggunakan gaya. Kemudian setelah pemanasan, guru mulai membuat petak Engklek Gunung. Dalam siklus II pertemuan II ini peneliti mencoba membagi dua kelompok, yaitu laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan agar anak laki-lak dan perempuan tidak saling berebut untuk bermain Engklek diurutan pertama. Setelah itu anak satu persatu maju bermain Engklek Gunung. (2) Kegiatan Inti Setelah dari halaman depan sekolah, guru mempersilahkan anak-anak untuk istirahat terlebih dahulu atau diperbolehkan minum. Setelah kondisi anak sudah stabil, guru menerangkan kegiatan yang akan dilakukan oleh anak pada hari itu. Anak-anak aktif mendengarkan penjelasan dari guru, pada hari itu ada 3 kegiatan yang harus dilakukan oleh anak yaitu pertama mewarnai gambar jerapah, kegiatan kedua mengisi pola gambar jerapah dan kegiatan ketiga menulis kata JERAPAH. (3) Kegiatan Akhir Kegiatan penutup dilaksanakan dengan kegiatan Menceritakan dan menunjukkan hasil karya, dan dilanjutkan penguatan pengetahuan yang di dapat anak atau tanya jawab tentang kegiatan dalam satu hari. Anak-anak sangat senang dengan kegiatan pada hari itu, terlihat dari semangat anak dari awal sampai akhir pembelajaran. Kemudian berdoa bersama, pesan-pesan yang diberikan guru untuk anak, lalu pulang. 72

88 Tabel 30. Hasil Observasi Keseimbangan Anak Siklus II Pertemuan III No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Seimbang 16 89% 2. Kurang Seimbang 1 5,5% 3. Belum Seimbang 1 5,5% Jumlah % Pada siklus II pertemuan III Keseimbangan anak terus meningkat. Pada siklus II pertemuan II kriteria seimbang terdapat 15 anak atau 83,4%, pada siklus II pertemuan III meningkat menjadi 16 anak atau 89% dari jumlah keseluruhan yakni 18 anak. Tabel 31. Hasil Observasi Kekuatan Anak Siklus II Pertemuan III No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Kuat 15 83,4% 2. Kurang Kuat 1 5,5% 3. Belum Kuat 2 11,1% Jumlah % Pada siklus II pertemuan III Kekuatan meningkat. Pada siklus II pertemuan II kriteria Kuat terdapat 14 anak atau 77,8%, pada siklus II pertemuan III meningkat menjadi 15 anak atau 83,4% dari jumlah keseluruhan. Tabel 32. Hasil Observasi Kelincahan Anak Siklus II Pertemuan III No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Lincah 16 89% 2. Kurang Lincah 1 5,5% 3. Belum Lincah 1 5,5% Jumlah % 73

89 Pada siklus II pertemuan III terjadi peningkatan cukup baik pada Kelincahan anak, yaitu pada kriteria Lincah dari yang sebelumnya ada 14 anak menjadi 16 anak atau 89% dari jumlah anak keseluruhan. Tabel 33. Hasil Observasi Motorik Kasar Anak Siklus II Pertemuan III No. Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Sangat Baik 0 0% 2. Baik 16 89% 3. Cukup 1 5,5% 4. Kurang 0 0% 5. Kurang Sekali 1 5,5% Jumlah % Dari hasil Keseimbangan, Kekuatan dan Kelincahan, dapat dirata-rata kemampuan motorik kasar anak pada siklus II pertemuan III yang memiliki kriteria Baik dari yang sebelumnya ada 15 anak atau 83,4% meningkat menjadi 16 anak atau 89% dari jumlah anak keseluruhan yaitu 18 anak. 74

90 Observasi Tabel 34. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Motorik Kasar Anak Siklus II No. Kriteria Siklus I Jumlah anak Siklus II % Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Jumlah anak % Jumlah anak % Jumlah Anak % 1. Sangat Baik Baik 11 61, , , Cukup 5 27,8 2 11,1 1 5,5 1 5,5 4. Kurng Kurang Sekali 2 11,1 2 11,1 2 11,1 1 5,5 Jumlah Baik Cukup Kurang Sekali P E R T E M U A N I P E R T E M U A N I I P E R T E M U A N I I I Gambar 6. Grafik Peningkatan Motorik Kasar Siklus II Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dilihat peningkatan kemampuan motorik kasar anak. Pada siklus I pertemuan III anak yang memiliki kriteria baik berjumlah 11 anak atau 61,1%, kemudian meningkat pada siklus II pertemuan I 75

91 menjadi 14 anak atau 77,8%. Untuk Kriteria Cukup pada siklus I pertemuan III berjumlah 5 anak atau 27,8% menurun menjadi 2 anak atau 11,1% pada siklus II pertemuan I. Dan untuk kriterua Kurang Sekali pada siklus I pertemuan III dan siklus II pertemuan I dan pertemuan II tetap ada 2 anak atau 11,1% menurun. Untuk kriteria Baik dari pertemuan I sampai sampai III selalu meningkat dengan baik, baik di siklus I maupun di siklus II. Begitupun dengan kriteria Cukup dan Belum Baik, dari pertemuan I sampai III selalu mengalami penurunan baik di siklus I maupun siklus II. 4. Refleksi Proses pelaksanaan tindakan pada siklus II berjalan dengan lancar dan baik, namun ada sedikit kendala pada pertemuan II yaitu dikarenakan halaman sekolah becek sehingga peneliti melakukan permainan Engklek Gunung di dalam ruang kelas B. Tetapi masalah yang muncul teratasi dengan baik dan masih bisa melaksanakan penelitian dengan lancar. Kemampuan motorik kasar anak sudah mulai meningkat, ini terlihat dari peningkatan kemampuan pada tabel serta tercapainya indikator yang ditetapkan. Peneliti dengan dibantu oleh guru kelas B selaku kolaborator telah berhasil meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelas B. Ada beberapa anak yaitu satu sampai tiga anak yang masih kurang dalam kemampuan motorik kasar dalam kegiatan ini, namun bagi peneliti ini tidak masalah karena ada 16 anak atau 89% sudah mendapat kriteria baik dari jumlah keseluruhan yaitu 18 anak. Karena pada siklus II ini peneliti memberikan Reward pada anak yaitu berupa permainan Becak-becakan jadi permainan kecil ini 76

92 diselipkan untuk menyemangati anak agar anak bersemangat dalam melakukan Engklek. Siapa yang menang atau dapat melakukan Engklek sampai finish anak dinyatakan menang dan dapat menaiki becak tersebut. Dan yang menjadi becakbecakan adalah anak yang kalah atau anak yang tidak dapat melakukan Engklek sampai finish. Oleh sebab itu pada siklus II kemampuan motorik kasar anak dapat meningkat sesuai indikator keberhasilan. B. Pembahasan Dalam penelitian ini permainan Engklek Gunung dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar karena permainan ini anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot besarnya, hal tersebut sejalan dengan pendapat Decaprio (2013: 18) bahwa motorik kasar adalah gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot yang ada dalam tubuh maupun seluruh anggota tubuh. Bermain Engklek Gunung sendiri dapat meningkatkan beberapa aspek yaitu salah satunya adalah keseimbangan, kekuatan dan kelincahan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Toho Cholik Mutohir dan Gusril (2004: 50-51) bahwa Keseimbangan adalah keterampilan seseorang untuk mempertahankan tubuh dalam berbagai posisi. Kekuatan adalah keterampilan sekelompok otot untuk menimbulkan tenaga sewaktu kontraksi, dan kelincahan adalah keterampilan seseorang mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak dari titik ke titik lain. Permainan Engklek Gunung dalam penelitian ini mempunyai fungsi dan tujuan. Fungsi dan tujuannya yaitu untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B TK PKK Minggiran Yogyakrta khususnya pada 77

93 aspek keseimbangan, kekuatan dan kelincahan. Hal tersebut sesuia dengan pendapat Sumantri (2005: 49) tujuan dan fungsi pengembangan motorik adalah upaya dalam meningkatkan penguasaan dalam keterampilan yang tergambar dalam kemampuan menyelesaikan tugas motorik tertentu. Untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak dapat menggunakan permainan-permainan yang bervariasi, tetapi dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan permainan tradisional Engklek Gunung untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B TK PKK Minggiran Yogyakarta karena permainan ini sangat menarik dan diminati anak-anak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Slamet Suyanto (2005) yaitu bentuk permainan anak sangat bervariasi, baik antar daerah, antar etnis, dan antar bangsa. Permainan Engklek Gunung bermanfaat baik bagi anak salah satunya yaitu dari permainan Engklek Gunung sama saja anak telah melakukan olahraga, meningkatkan keseimbangan, kekuatan dan kelincahan tubuh, serta dapat mengembangkan keterampilan dalam pertumbuhan anak. dari permainan Engklek Gunung anak dapat meningkatkan keterampilan sosialnya, yaitu terlihat ketika anak berkompetisi dengan temannya, komunikasi dan empati sesama teman. Selain itu juga dapat melatih kesabaran yaitu ketika anak bergantian bermain Engklek Gunung, dan permainan Engklek Gunung dapat dilakukan dimana saja tetapi lebih seru dan asyik jika di tempat terbuka. Hal trsebut sesuai dengan pendapat Marnes Kliker (2015) bermain Engklek Gunung dapat membantu mengembangkan kecerdasan majemuk yaitu kecerdasan bodily (kinestetik 78

94 jasmani), kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan naturalis. Tujuan dari penelitian ini yaitu ingin meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B TK PKK Minggiran Yogyakarta. Media yang digunakan adalah permainan tradisional Engklek Gunung. Dalam penelitian ini ingin meningkatkan motorik kasar anak dengan menggunakan permainan tradisional Engklek Gunung agar dapat menarik perhatian anak dan ingin mengenalkan permainan tradisional untuk anak agar anak dapat megenal permainan tradisional sejak dini, dan kemampuan motorik kasar anak dapat meningkat dengan baik. Kemampuan motorik kasar anak terbukti meningkat terlihat dari ketika kegiatan berlangsung anak sangat antusias untuk segera bermain permainan Engklek Gunung dan ketika satu-persatu anak diminta untuk maju bermain Engklek, anak sangat bersemangat dan anak-anak saling berebut untuk mencoba bermain Engklek. Oleh karena itu peneliti menggunakan media permainan tradisional Engklek Gunung karena anak-anak sangat suka dan bersemangat melakukan kegiatan tersebut. Dengan diadakannya kegiatan bermain Engklek Gunung sebagai media untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar, anak kelompok B di TK PKK Minggiran kemampuan motorik kasar anak dapat meningkat sesuai harapan. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, berikut akan diuraikan peningkatan kemampuan motorik kasar anak dari pra tindakan, siklus I sampai dengan siklus II. 79

95 Untuk mengetahui kemampuan awal anak kelas B, peneliti harus melakukan pra tindakan atau kegiatan sebelum tindakan. Dalam pra tindakan peneliti dan guru melakukan kegiatan bermain Engklek Gunung. Kegiatan bermain Engklek Gunung ini sebelumnya belum pernah dilakukan oleh guru sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Sehingga ketika peneliti sedang mempersiapkan membikin petak Engklek Gunung anak-anak sangat antusias melihat peneliti yang sedang membikin petak Engklek. Anak-anak ingin tahu cara bermain dan segera mencoba bermain Engklek Gunung tersebut. Namun tidak sesuai apa yang saya bayangkan, ketika kegiatan sudah berlangsung ternyata keseimbangan anak pada kelompok B masih dibilang rendah. Untuk aspek keseimbangan anak yang memiliki kriteria Seimbang ada 4 anak, Kurang Seimbang 7 anak dan Belum Seimbang 7 anak. Untuk aspek kekuatan anak yang memiliki kriteria Kuat ada 4 anak, Kurang Kuat ada 7 anak, dan Belum Kuat ada 7 anak. Untuk aspek kelincahan anak yang memiliki kriteria Lincah masih dibilang rendah yaitu ada 3 anak, Kurang Lincah ada 6 anak dan Belum Lincah ada 9 anak. Dapat dikatakan yang memiliki kemampuan motorik kasar kriteria Baik terdapat 4 anak atau 22,2%, kriteria Cukup ada 7 anak atau 38,9% dan yang memiliki kriteria Belum Baik terdapat 7 anak atau 38,9%. Setelah diadakannya pra tindakan, peneliti melakukan tindakan penelitian siklus I dan siklus II. Pada siklus I pertemuan I aspek keseimbangan anak yang memiliki kriteria Seimbang ada 5 anak, Kurang Seimbang ada 8 anak dan Belum Seimbang ada 5 anak. Untuk aspek kekuatan anak yang memiliki kriteria Kuat 80

96 ada 4 anak, Kurang Kuat ada 8 anak dan Belum Kuat ada 6 anak. Sedangkan pada aspek kelincahan, anak yang mempunyai kriteria Lincah ada 5 anak, Kurang Lincah ada 8 anak dan Belum Lincah ada 6 anak. Dapat dikatakan pada siklus I pertemuan I anak yang memiliki kriteria Baik ada 8 anak atau 44,4%, kriteria Cukup ada 6 anak atau 33,3% dan kriteria Kurang Sekali ada 4 anak atau 22,2%. Setelah peneliti melakukan tindakan penelitian pada siklus I pertemuan I dengan lancar, peneliti melakukan tindakan penelitian pada siklus I pertemuan II dengan hasil anak yang memiliki kriteria Seimbang ada 6 anak, Kurang Seimbang ada 7 anak dan Belum seimbang 5 anak. Untuk aspek kekuatan, anak yang memiliki kriteria Kuat ada 5 anak, Kurang Kuat 6 anak dan Belum Kuat ada 7 anak. Sedangkan pada aspek kelincahan, anak yang mempunyai kriteria Lincah ada 8 anak, Kurang Lincah ada 5 anak dan Belum Lincah ada 5 anak. Dapat dikatakan pada siklus I pertemuan II anak yang memiliki kriteria Baik ada 6 anak atau 33,3%, kriteria Cukup ada 7 anak atau 38,9% dan kriteria Belum Baik ada 5 anak atau 27,8% masih sama dengan siklus I pertemuan I. Setelah siklus I pertemuan II berjalan dengan lancar dan sudah mengalami peningkatan walaupun belum mencapai indikator keberhasilan, maka peneliti melakukan tindakan penelitian siklus I pertemuan III dengan hasil anak yang memiliki kriteria Seimbang meningkat cukup baik yaitu ada 9 anak, Kurang Seimbang ada 5 anak dan Belum Seimbang ada 4 anak. Untuk aspek kekuatan, anak yang memiliki kriteria Kuat meningkat dengan baik yaitu 8 anak, Kurang Kuat ada 5 anak dan Belum Kuat ada 5 anak. Sedangkan pada aspek kelincahan, anak yang mempunyai kriteria Lincah ada 10 anak, Kurang Lincah ada 5 anak dan 81

97 belum Lincah ada 3 anak. Dapat dikatakan pada siklus I pertemuan III anak yang memiliki kriteria Baik meningkat yaitu ada 11 anak atau 61,1%, kriteria Cukup ada 5 anak atau 27,8% dan kriteria Belum Baik ada 2 anak atau 11,1%. Siklus I pertemuan III berjalan dengan lancar dan mengalami peningkatan. Namun, pada siklus I peneliti merasa belum cukup dan belum mencapai indikator keberhasilan. Oleh karena itu, peneliti dan guru mengadakan siklus II. Peneliti melakukan tindakan penelitian siklus II pertemuan I dengan hasil anak yang memiliki kriteria Seimbang mengalami peningkatan yang cukup baik yaitu pada siklus I pertemuan III ada 9 anak dan pada siklus II pertemuan I menjadi 13 anak, Kurang Seimbang ada 2 anak dan Belum Seimbang ada 3 anak. Untuk aspek kekuatan, anak yang memiliki kriteria Kuat meningkat dengan baik yaitu 13 anak, Kurang Kuat ada 2 anak dan Belum Kuat ada 3 anak. Sedangkan pada aspek kelincahan, anak yang mempunyai kriteria Lincah ada 12 anak, Kurang Lincah ada 4 anak dan belum Lincah ada 2 anak. Dapat dikatakan pada siklus II pertemuan I anak yang memiliki kriteria Baik meningkat dengan baik yaitu ada 14 anak atau 77,8%, kriteria Cukup ada 2 anak atau 11,1% dan kriteria Kurang Sekali ada 2 anak atau 11,1%. Pada siklus II pertemuan II dengan hasil anak yang memiliki kriteria Seimbang meningkat cukup baik yaitu ada 15 anak, Kurang Seimbang menurun menjadi 1 anak dan Belum Seimbang ada 2 anak. Untuk aspek kekuatan, anak yang memiliki kriteria Kuat ada 14 anak, Kurang Kuat tetap masih 2 anak dan Belum Kuat ada 2 anak. Sedangkan pada aspek kelincahan, anak yang mempunyai kriteria Lincah ada 14 anak, Kurang Lincah menurun menjadi 2 anak 82

98 dan belum Lincah masih tetap ada 2 anak. Dapat dikatakan pada siklus II pertemuan II anak yang memiliki kriteria Baik meningkat yaitu ada 15 anak atau 83,4%, kriteria Cukup ada 1 anak atau 5,5% dan kriteria Belum Baik ada 2 anak atau 11,1%. Pertemuan selanjutnya yaitu siklus II pertemuan III dengan hasil anak yang memiliki kriteria Seimbang tambah meningkat yaitu 16 anak, Kurang Seimbang masih tetap ada 1 anak dan Belum Seimbang ada penurunan menjadi 1 anak. Untuk aspek kekuatan, anak yang memiliki kriteria Kuat ada 15 anak, Kurang Kuat menurun menjadi 1 anak dan Belum Kuat masih tetap ada 2 anak. Sedangkan pada aspek kelincahan, anak yang mempunyai kriteria Lincah meningkat dengan baik yaitu ada 16 anak, Kurang Lincah menurun menjadi 1 anak dan belum Lincah juga menurun menjadi 1 anak. Dapat dikatakan pada siklus II pertemuan III anak yang memiliki kriteria Baik meningkat yaitu ada 16 anak atau 89%, kriteria Cukup ada 1 anak atau 5,5% dan kriteria Belum Baik ada 1 anak atau 5,5%. Pada pertemuan ini sudah mencapai indikator keberhasilan sehingga tindakan dihentikan di siklus II pertemuan III. Pada penelitian ini peneliti dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak khususnya pada aspek Keseimbangan, Kekuatan dan Kelincahan dengan menggunakan permainan Engklek Gunung. Walaupun masih ada beberapa anak yang belum maksimal pada kemampuan motorik kasar dalam permainan Engklek Gunung ini, bagi peneliti tidak menjadi masalah. Karena anak memiliki kemmpuan dan karakteristik yang berbeda-beda. 83

99 C. Keterbatasan Penelitian Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan oleh peneliti dan guru kelas dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui permainan tradisional engklek gunung pada anak kelompok B dapat meningkat dengan baik. Namun, dalam pelaksanaan penelitian masih terdapat beberapa keterbatasan, yaitu: 1. Ketika penelitian berlangsung ada salah satu anak yang tidak mau bermain Engklek Gunung sama sekali dan itu tidak hanya satu kali pertemuan tetapi di beberapa pertemuan berikutnya pun sama, sehingga peneliti sedikit sulit untuk memberikan penlaian terhadap anak tersebut. 2. Penelitian sebagian dilaksanakan pada saat kegiatan inti, sehingga mengganti satu kegiatan di RKH TK PKK Minggiran untuk menyisipkan kegiatan penelitian. 84

100 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional Engklek Gunung dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak terutama pada aspek keseimbangan, kekuatan dan kelincahan pada anak kelompok B TK PKK Minggiran Yogyakarta. Dengan dilakukannya tindakan siklus I dan siklus II kemampun motorik kasar anak mengalami peningkatan yang signifikan. Meningkatkan kemampuan motorik kasar anak di TK PKK Minggiran terbukti meningkat setelah dilakukan tindakan dengan melaksanakan pembelajaran melalui media permainan tradisional Engklek Gunung. Pembelajaran dengan menggunakan media permainan tradisional Engklek Gunung mampu menarik perhatian anak sehingga anak menjadi lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran meningkatkan kemampuan motorik kasar anak Dapat kita lihat dalam hasil penelitian yaitu pada siklus I diperoleh peningkatan kemampuan motorik kasar anak kriteria Baik adalah terdapat 11 anak (61,1%) dimana dari total keseluruhan ada 18 anak. Sedangkan anak yang mendapatkan kriteria Cukup ada 5 anak (27,8%) dan anak yang mendapatkan kriteria Kurang Sekali ada 2 anak (11,1%). Sedangkan pada siklus II diperoleh peningkatan kemampuan motorik kasar anak yang mendapatkan kriteria Baik terdapat 16 anak (89%) dari total keseluruhan ada 18 anak. Sedangkan anak yang mendapatkan kriteria Cukup ada 1 anak (5,5%) dan anak yang mendapatkan kriteria Kurang Sekali ada 1 anak (5,5%). Demikian peningkatan kemampuan 85

101 motorik kasar anak dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan yang sangat baik dan telah mencapai indikator keberhasilan. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang peneliti laksanakan dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah Memanfaatkan alat permainan tradisional yang ada di sekolah0 untuk digunakan sebagai media pembelajaran melalui permainan tradisional khususnya untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak di TK PKK Minggiran Yogyakarta. 2. Bagi Guru Ketika penelitian selesai, guru harus tetap dapat menerapkan permaianpermainan tradisional untuk anak sebagai media pembelajaran khususnya meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. 3. Bagi Peneliti Harus menggunakan lebih banyak variasi permainan Engklek pada anak, agar anak tidak bosan dalam bermain. Dan lebih banyak lagi memperkenalkan permainan-permainan tradisional kepada anak, tidak hanya permainan Engklek Gunung saja. 86

102 DAFTAR PUSTAKA Aisyah Fad. (2014). Kumpulan Permainan Anak Tradisional Indonesia. Jakarta: Cerdas Interaktif Penebar Swadaya Grup. Andang Ismail. (2006). Education games Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Educatif. Yogyakarta: Pilar Media. Bambang Sujiono. (2005). Pengembangan Metode Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka. Decaprio, Richard. (2013). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah. Yogyakarta: Divapress. Elizabeth B. Hurlock. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Harun, dkk. (2009). Assesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Multi Pressindo. Jasa Ungguh M. (2010). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Yogyakarta: Gava Media. Kamtini & Husni Wardi Tanjung. (2005). Bermain Melalui Gerak dan Lagu di Taman Kanak-kanak. Jakarta: (Dit. PPTK & KPT). Lexy J. Moleong. (1988). MetodePenelitianKualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Marnes Kliker. (2015). Manfaat Permainan Engklek (Jangka) untuk Kecerdasan Anak. Diakses dari Pada tanggal 18 Juli 2016, Pukul WIB. Purwanto. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rahmawati, Ami. (2009). Permainan Tradisional Untuk Anak Usia Dini 3-4 Tahun. Bandung: Sandiarta Sukses. Rahyubi, Heri. (2012). Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Majalengka: Referens. Robbins, Stephen P. & Timothy A. (2009). Organizational Behavior. USA: Pearson International Edition. Slamet Suyanto. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia dini. Jakarta: (Dit. PPTK & KPT). Sofia Hartati. (2005). Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini. Jakarta: Dit. PPTK & KPT. 87

103 Sri Mulyani. (2013). 45 Permainan Tradisional Anak Indonesia. Yogyakarta: Langensari Publishing. Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: RinekaCipta.. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktiik. Jakarta: Rineka cipta., dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto. (2010). Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Aditya Media. Sukirman Dharmamulya, dkk. (2008). Permainan Tradisional Jawa. Yogyakarta: Kepel Press. Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Dit. PPTK & KPT. Susilo, Hermawati, dkk. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Bayu Media. Toho Cholik Mutohir dan Gusril. (2004). Perkembangan Motorik pada Masa Anak-anak. Jakarta: Depdiknas Yudha M. Saputra & Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Dit. PPTK & KPT. Yuliani Nurani Sujiono. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.. (2012). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. 88

104 LAMPIRAN 1 Surat ijin penelitian 89

105 90

106 91

107 92

108 LAMPIRAN 2 rkh 93

109 TAMAN KANAK-KANAK PKK MINGGIRAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN KELOMPOK BERDASARKAN KEGIATAN PENGAMAN Semester / Bulan / Minggu : I / September / IX / 1 Hari / Tanggal : Sabtu, 17 September 2016 Kelompok / Jumlah Anak Tema /Sub Tema / Sub-Sub : B / 18 Anak : Lingkungan / Jenis Rumah / Joglo Tujuan : 1. Anak dapat mengenal rumah 2. Anak dapat menyebutkan nama alat pertukangan 3. Anak dapat menggunakan alat pertukangan 4. Anak dapat membuat adegan rumah 5. Anak dapat mengenal kata rumah 6. Anak dapat mengetahui guna TB / BB MATERI PEMBELAJARAN Mengenal rumahku PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Penyambutan (SOP) Gambar BAHAN DAN ALAT Obervasi PENILAIAN Menyebutkan dan guna alat (+15menit) Bata Percakapan 94

110 pertukangan PEMBUKAAN (+ 30 menit) Semen Penugasan Membuat adegan rumah - SOP Pembukaan (meeting Pasir Hasil karya Mengenal kata Pemeriksaan kesehatan pagi, kegiatan keagamaan) - Tebak nama benda (sapu, sulak) - Bercakap-cakap rumah (Nam 1.1) - Bermain Engklek Gunung INTI (+ 60 Menit) Kerja kelompok membuat adegang rumah (Sosem Paku Kayu Kartu kata Kertas Gunting Lem Timbangan badan Ukur tinggi badan Unjuk kerja 2.11) Pengenalan kata rumah Mempraktekkan menggunakan alat pertukangan (Kognitif ) Pemeriksaan kesehatan 95

111 (Fismot 2.1) Kegiatan pengaman a) Bermain puzzle b) Majalah c) Kartu huruf Recalling - Merapikan mainan - Diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain ISTIRAHAT (SOP) (+ 30 menit) - Cuci tangan - Makan dan minum PENUTUP (+ 30 menit) - Menyanyi Rumah Kami Kecil (Seni 2.4) - Menceritakan dan 96

112 menunjukkan hasil karya - Penguatan pengetahuan yang di dapat anak. - Persiapan pulang - Doa dan salam Mengetahui, Yogyakarta, 17 September 2016 Kepala Sekolah Guru Kelas B Peneliti Ani Yuliarti, S. Pd Ani Yuliarti, S. Pd Rita Nurhayati NIP NIP

113 TAMAN KANAK-KANAK PKK MINGGIRAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN KELOMPOK BERDASARKAN KEGIATAN PENGAMAN Semester / Bulan / Minggu : I / September / IX / 6 Hari / Tanggal : Jumat, 23 September 2016 Kelompok / Jumlah Anak Tema /Sub Tema / Sub-Sub : B / 18 Anak : Lingkungan /Jenis Rumah / Rumah Tujuan : 1. Anak dapat mengenal rumah 2. Anak dapat menyebutkan nama alat pertukangan 3. Anak dapat menggunakan alat pertukangan 4. Anak dapat membuat adegan rumah 5. Anak dapat mengenal kata rumah 6. Anak dapat mengetahui guna TB / BB MATERI PEMBELAJARAN Senam dengan alat PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Penyambutan (SOP) Sendok BAHAN DAN ALAT Observasi PENILAIAN Praktek goreng tempe (+15menit) Sotel Unjuk kerja 98

114 Membentuk dari plastisin PEMBUKAAN (+ 30 menit) Wajan Hasil karya Mengenal huruf awal - SOP Pembukaan (meeting Sabun Penugasan Praktek merawat peralatan masak pagi, kegiatan keagamaan) - Senam dengan alat Sendok - Praktek menggoreng tempe (Sosem 2.5) Panci Wajan Kompor Plastisin INTI (+ 60 Menit) 1. Bermain Engklek Gunung 2. Membuat peralatan masak (Kognitif ) 3. Mengenal huruf awal Masak makanan (Bahasa ) 4. Praktik merawat peralatan masak (Nam 1.2) 5. Main musik dengan peralatan dapur 6. Kegiatan pengaman 99

115 a. Mainan puzzel b. Majalah c. Logo Recalling - Merapikan mainan - Diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain ISTIRAHAT (SOP) (+ 30 menit) - Cuci tangan - Makan dan minum PENUTUP (+ 30 menit) - Menceritakan dan menunjukkan hasil karya - Menyanyi - Penguatan pengetahuan yang di dapat anak. 100

116 - Persiapan pulang - Doa dan salam Mengetahui, Yogyakarta, 23 September 2016 Kepala Sekolah Guru Kelas B Peneliti Ani Yuliarti, S. Pd Ani Yuliarti, S. Pd Rita Nurhayati NIP NIP

117 TAMAN KANAK-KANAK PKK MINGGIRAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN KELOMPOK BERDASARKAN KEGIATAN PENGAMAN Semester / Bulan / Minggu : I / September / X / 1 Hari / Tanggal : Sabtu, 24 September 2016 Kelompok / Jumlah Anak Tema /Sub Tema / Sub-Sub : B / 18 Anak : Lingkungan/ Peralatan Elektronik / TV, HP, Radio, AC Tujuan : 1. Anak dapat mengenal rumah 2. Anak dapat menyebutkan nama alat pertukangan 3. Anak dapat menggunakan alat pertukangan 4. Anak dapat membuat adegan rumah 5. Anak dapat mengenal kata rumah 6. Anak dapat mengetahui guna TB / BB MATERI PEMBELAJARAN Mengucap syair Polisi PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Kegiatan Penyambutan (SOP) Kertas BAHAN DAN ALAT Observasi PENILAIAN Gosok Gigi (+15menit) Lem Pemberian tugas 102

118 Membuat topi B. PEMBUKAAN (+ 30 menit) LKA Hasil karya Bercakap-cakap mengenalkan - SOP Pembukaan (meeting Kaset / CD Percakapan Polisi/ TNI Mendengarkan lagu-lagu perjuangan pagi, kegiatan keagamaan) - Mengucap syair Polisi (Bahasa ) - PMT AS Hidup sehat Sikat gigi Pasta gigi (Fismot 2.1) - Bermain Engklek Gunung C. INTI (+ 60 Menit) 1. Membuat topi polisi / TNI (Sosem 2.1) 2. Mengenalkan Polisi / TNI (Kognitif 2.2) 3. Mendengarkan lagu-lagu perjuangan (Seni 2.4) 4. Kegiatan pengaman a. Bermain puzle b. Balok-balokan c. Maket berbagai 103

119 angkatan AU, AL, AD, Polisi Recalling - Merapikan mainan - Diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain D. ISTIRAHAT (SOP) (+ 30 menit) - Cuci tangan - Minum, makan, bekal E. PENUTUP (+ 30 menit) - Pembiasaan mengenalkan ciptaan Tuhan, TNI, Polisi semua ciptaan Tuhan (Nam 1.1) - Menyanyi - Penguatan pengetahuan 104

120 yang di dapat anak. - Persiapan pulang - Doa dan salam Mengetahui, Yogyakarta, 24 September 2016 Kepala Sekolah Guru Kelas B Peneliti Ani Yuliarti, S. Pd Ani Yuliarti, S. Pd Rita Nurhayati NIP NIP

121 TAMAN KANAK-KANAK PKK MINGGIRAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN KELOMPOK BERDASARKAN KEGIATAN PENGAMAN Semester / Bulan / Minggu : I / November/ XV / 6 Hari / Tanggal : Jumat/ 4 November 2016 Kelompok / Jumlah Anak Tema /Sub Tema / Sub-Sub : B / 18 Anak : Binatang / Binatang Bisa Terbang / Lalat Tujuan : 1. Anak dapat mengenal rumah 2. Anak dapat menyebutkan nama alat pertukangan 3. Anak dapat menggunakan alat pertukangan 4. Anak dapat membuat adegan rumah 5. Anak dapat mengenal kata rumah 6. Anak dapat mengetahui guna TB / BB MATERI PEMBELAJARAN Bercakap-cakap menutup PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Kegiatan Penyambutan (SOP) BAHAN DAN ALAT Buku gambar Percakapan PENILAIAN makanan agar tidak (+ 15 menit) Krayon Hasil karya 106

122 dihinggapi lalat B. PEMBUKAAN (+ 30 menit) Karton Penugasan PMT AS - SOP Pembukaan Lem Hidup sehat, bersih bebas dari - Bercakap-cakap menutup nyamuk makanan agar tidak Menggambar lalat dihinggapi lalat Mengekspresi hasil C. INTI (+ 60 Menit) menggambar lalat 1. Bermain Engklek Gunung Menyusun konsonan dari kata Lalat Membuat passel dari karton bekas 2. Menggambar lalat (Sosem 2.10) 3. Menyusun konsonan dari kata Lalat (Bahasa ) 4. Membuat puzzle dari karton bekas (Seni ) 5. Kegiatan pengaman a. Bermain lego b. Balok-balok c. Menara pelangi 107

123 Recalling - Merapikan mainan - Diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain D. ISTIRAHAT (SOP) (+ 30 menit) Cuci tangan Minum, makan snack (Fismot ) E. PENUTUP (+ 30 menit) - Mengekspresi dari hasil menggambar lalat - Menyanyi - Penguatan pengetahuan yang di dapat anak - Persiapan pulang 108

124 - Doa dan salam Mengetahui, Yogyakarta, 4 November 2016 Kepala Sekolah Guru Kelas B Peneliti Ani Yuliarti, S. Pd Ani Yuliarti, S. Pd Rita Nurhayati NIP NIP

125 TAMAN KANAK-KANAK PKK MINGGIRAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN KELOMPOK BERDASARKAN KEGIATAN PENGAMAN Semester / Bulan / Minggu : I / November/ XVI / 3 Hari / Tanggal : Selasa/ 8 November 2016 Kelompok / Jumlah Anak Tema /Sub Tema / Sub-Sub : B / 18 Anak : Binatang / Binatang hutan/singa Tujuan : 1. Anak dapat mengenal rumah 2. Anak dapat menyebutkan nama alat pertukangan 3. Anak dapat menggunakan alat pertukangan 4. Anak dapat membuat adegan rumah 5. Anak dapat mengenal kata rumah 6. Anak dapat mengetahui guna TB / BB MATERI PEMBELAJARAN Berbaris sesuai aturan PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Kegiatan Penyambutan (SOP) BAHAN DAN ALAT Buku cerita Observasi PENILAIAN Bercerita tentang binatang (+15menit) Gambar singa Percakapan 110

126 Membuat topeng dari singa B. PEMBUKAAN (+ 30 menit) Pensil Penugasan Mengenalkan dan - SOP Pembukaan (meeting Kertas Hasil karya membiasakan berkata sopan Menyusun huruf Menyanyi Ke kebun binatang pagi, kegiatan keagamaan) - Berbari sesuai aturan - Bercerita tentang singa (Nam 2.13) Spidol Buku C. INTI (+ 60 Menit) 1. Bermain Engklek Gunung 2. Mengelompokkan, menempel gambar buaya sesuai ukurannya (Kognitif ) 3. Latihan membaca, menulis singa (Bahasa ) 4. Membentuk singa (kog 2.3) 5. Kegiatan Pengaman a. Kartu huruf b. Puzzle c. LKA 111

127 Recalling - Merapikan mainan - Diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain D. ISTIRAHAT (SOP) (+ 30 menit) - Cuci tangan - Berdoa - Makan minum bekal E. PENUTUP (+ 30 menit) - Menyanyi ke kebun binatang (seni 2.4) - Penguatan pengetahuan yang di dapat anak - Persiapan pulang - Doa dan salam 112

128 Mengetahui, Yogyakarta, 8 NOvember 2016 Kepala Sekolah Guru Kelas B Peneliti Ani Yuliarti, S. Pd Ani Yuliarti, S. Pd Rita Nurhayati NIP NIP

129 TAMAN KANAK-KANAK PKK MINGGIRAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN KELOMPOK BERDASARKAN KEGIATAN PENGAMAN Semester / Bulan / Minggu : I / November/ XVI/ 6 Hari / Tanggal : Jumat/ 11 November 2016 Kelompok / Jumlah Anak Tema /Sub Tema / Sub-Sub : B / 18 Anak : Binatang / Binatang hutan/ jerapah Tujuan : 1. Anak dapat mengenal rumah 2. Anak dapat menyebutkan nama alat pertukangan 3. Anak dapat menggunakan alat pertukangan 4. Anak dapat membuat adegan rumah 5. Anak dapat mengenal kata rumah 6. Anak dapat mengetahui guna TB / BB MATERI PEMBELAJARAN Mewarnai gambar gajah PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Kegiatan Penyambutan (SOP) BAHAN DAN ALAT Buku kumpulan lagu PENILAIAN Buku kumpulan lagu Menggosok gigi (+15menit) Gambar jerapah Gambar jerapah 114

130 Membuat gambar sambil B. PEMBUKAAN (+ 30 menit) Gunting Gunting bercerita - SOP Pembukaan (meeting LKA LKA Diskusi Latihan menulis Mengisi pola gambar jerapah pagi, kegiatan keagamaan) - Bercakap-cakap dengan tema jerapah - Pemeriksaan tinggi badan Pensil Kertas Pola bentuk geometri Pensil Kertas Pola bentuk geometri dan menimbang badan (fismot ) - Bermain Engklek Gunung C. INTI (+ 60 Menit) 1. Bercakap-cakap dan mewarnai gambar jerapah (Nam 1.2) 2. Latihan menulis dan membaca jerapah (bahasa ) 3. Mengisi pola gambar jerapah ( seni ) 4. Memberi bentuk geometri 115

131 pada gambar badan jerapah (kog ) 5. Kegiatan Pengaman a. Lego b. LKA c. Puzzel Recalling - Merapikan mainan - Diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain D. ISTIRAHAT (SOP) (+ 30 menit) - Cuci tangan - Berdoa - Makan minum bekal E. PENUTUP (+ 30 menit) - Berakap-cakap pergi ke 116

132 kebun binatang (sesoem 2.5) - Penguatan pengetahuan yang di dapat anak - PERSIAPAN PULANG - DOA DAN SALAM Mengetahui, Yogyakarta, 11 November 2016 Kepala Sekolah Guru Kelas B Peneliti Ani Yuliarti, S. Pd Ani Yuliarti, S. Pd Rita Nurhayati NIP NIP

133 LAMPIRAN 3 Hasil penelitian 118

134 LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN TINDAKAN KELAS PRA SIKLUS SEIMBANG KUAT LINCAH Jumlah NO NAMA BS (1) KS (2) S (3) BK (1) KK (2) K (3) BL (1) KL (2) L (3) 1. Ad 8 2. Ai 7 3. Ak 3 4. An 5 5 Az 7 6. Ci 4 7. Gi 4 8. Ic 6 9. Jo Ke Ma No Fe Ve Na Ra Sa Li 3 Total Skor: B (S, K, L) : 7 Anak (38,9%) C (S, K, L) : 7 Anak (38,9%) KS (S, K, L) : 4 Anak (22,2%) 119

135 Ket: Baik=7-9, Cukup=4-6, Kurang Sekali=0-3 Ket: BS= belum seimbang, KS= kurang seimbang, S = seimbang. BK= belum kuat, KK= kurang kuat, K = kuat. BL= belum linca, KL= kurang lincah, L = lincah. 120

136 LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN TINDAKAN KELAS SIKLUS I PERTEMUAN I SEIMBANG KUAT LINCAH Jumlah NO NAMA BS (1) KS (2) S (3) BK (1) KK (2) K (3) BL (1) KL (2) L (3) 1. Ad 8 2. Ai 7 3. Ak 3 4. An 5 5 Az 9 6. Ci 3 7. Gi 5 8. Ic 6 9. Jo Ke Ma No Fe Ve Na Ra Sa Li 3 Total Skor: B (S, K, L) : 8 Anak (44,4%) C (S, K, L) : 6 Anak (33,3%) KS (S, K, L) : 4 Anak (22,2%) 121

137 Ket: Baik=7-9, Cukup=4-6, Kurang Sekali=0-3 Ket: BS= belum seimbang, KS= kurang seimbang, S = seimbang. BK= belum kuat, KK= kurang kuat, K = kuat. BL= belum linca, KL= kurang lincah, L = lincah. 122

138 LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN TINDAKAN KELAS SIKLUS I PERTEMUAN II SEIMBANG KUAT LINCAH Jumlah NO NAMA BS (1) KS (2) S (3) BK (1) KK (2) K (3) BL (1) KL (2) L (3) 1. Ad 9 2. Ai 7 3. Ak 3 4. An 5 5 Az 9 6. Ci 3 7. Gi 5 8. Ic 7 9. Jo Ke Ma No Fe Ve Na Ra Sa Li 3 Total Skor: B (S, K, L) : 9 Anak (50%) C (S, K, L) : 5 Anak (27,7%) KS (S, K, L) : 4 Anak (22,2%) 123

139 Ket: Baik=7-9, Cukup=4-6, Kurang Sekali=0-3 Ket: BS= belum seimbang, KS= kurang seimbang, S = seimbang. BK= belum kuat, KK= kurang kuat, K = kuat. BL= belum linca, KL= kurang lincah, L = lincah. 124

140 LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN TINDAKAN KELAS SIKLUS I PERTEMUAN III SEIMBANG KUAT LINCAH Jumlah NO NAMA BS (1) KS (2) S (3) BK (1) KK (2) K (3) BL (1) KL (2) L (3) 1. Ad 9 2. Ai 9 3. Ak 4 4. An 8 5 Az 8 6. Ci 3 7. Gi 6 8. Ic 6 9. Jo Ke Ma No Fe Ve Na Ra Sa Li 5 Total Skor: B (S, K, L) : 11 Anak (61,1%) C (S, K, L) : 5 Anak (27,8%) KS (S, K, L) : 2 Anak (11,1%) 125

141 Ket: Baik=7-9, Cukup=4-6, Kurang Sekali=0-3 Ket: BS= belum seimbang, KS= kurang seimbang, S = seimbang. BK= belum kuat, KK= kurang kuat, K = kuat. BL= belum linca, KL= kurang lincah, L = lincah. 126

142 LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN TINDAKAN KELAS SIKLUS II PERTEMUAN 1 SEIMBANG KUAT LINCAH Jumlah NO NAMA BS (1) KS (2) S (3) BK (1) KK (2) K (3) BL (1) KL (2) L (3) 1. Ad 9 2. Ai 9 3. Ak 7 4. An 9 5 Az 9 6. Ci 3 7. Gi 6 8. Ic 9 9. Jo Ke Ma No Fe Ve Na Ra Sa Li 4 Total Skor: B (S, K, L) : 14 Anak (77,8%) C (S, K, L) : 2 Anak (11,1%) 127

143 KS (S, K, L) : 2 Anak (11,1%) Ket: Baik=7-9, Cukup=4-6, Kurang Sekali=0-3 Ket: BS= belum seimbang, KS= kurang seimbang, S = seimbang. BK= belum kuat, KK= kurang kuat, K = kuat. BL= belum linca, KL= kurang lincah, L = lincah. 128

144 LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN TINDAKAN KELAS SIKLUS II PERTEMUAN II SEIMBANG KUAT LINCAH Jumlah NO NAMA BS (1) KS (2) S (3) BK (1) KK (2) K (3) BL (1) KL (2) L (3) 1. Ad 9 2. Ai 9 3. Ak 7 4. An 9 5 Az 9 6. Ci 3 7. Gi 9 8. Ic 9 9. Jo Ke Ma No Fe Ve Na Ra Sa Li 6 Total Skor: (S, K, L) : 15 Anak (83,4%) C (S, K, L) : 1 Anak (5,5%) KS (S, K, L) : 2 Anak (11,1%) 129

145 Ket: Baik=7-9, Cukup=4-6, Kurang Sekali=0-3 Ket: BS= belum seimbang, KS= kurang seimbang, S = seimbang. BK= belum kuat, KK= kurang kuat, K = kuat. BL= belum linca, KL= kurang lincah, L = lincah. 130

146 LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN TINDAKAN KELAS SIKLUS II PERTEMUAN III SEIMBANG KUAT LINCAH Jumlah NO NAMA BS (1) KS (2) S (3) BK (1) KK (2) K (3) BL (1) KL (2) L (3) 1. Ad 9 2. Ai 9 3. Ak 8 4. An 9 5 Az 9 6. Ci 5 7. Gi 9 8. Ic 9 9. Jo Ke Ma No Fe Ve Na Ra Sa Li 9 Total Skor: B (S, K, L) : 16 Anak (89%) C (S, K, L) : 1 Anak (5,5%) 131

147 KS (S, K, L) : 1 Anak (5,5%) Ket: Baik=7-9, Cukup=4-6, Kurang Sekali=0-3 Ket: BS= belum seimbang, KS= kurang seimbang, S = seimbang. BK= belum kuat, KK= kurang kuat, K = kuat. BL= belum linca, KL= kurang lincah, L = lincah. 132

148 No Aspek yang diamati KEMAMPUAN MOTORIK KASAR SIKLUS I PERTEMUAN I Pertemuan I Anak dengan kriteria Baik Persentase Anak dengan kriteria Cukup Presentasi Anak dengan kriteria Belum Baik Presentasi 1. Keseimbang 5 27,8% 8 44,4% 5 27,8% 2. Kekuatan 4 22,2% 8 44,4% 6 33,3% 3. Kelincahan 5 27,8% 7 38,9% 6 33,3% No Aspek yang diamati KEMAMPUAN MOTORIK KASAR SIKLUS I PERTEMUAN II Pertemuan II Anak dengan kriteria Baik Presentasi Anak dengan kriteria Cukup Presentasi Anak dengan kriteria Belum Baik Presentasi 1. Kseimbang 6 33,3% 7 38,9% 5 27,8% 2. Kekuatan 5 27,8% 6 33,3% 7 38,9% 3. Kelincahan 8 44,4% 5 27,8% 5 27,8% 133

149 No Aspek yang diamati KEMAMPUAN MOTORIK KASAR SIKLUS I PERTEMUAN III Pertemuan III Anak dengan kriteria Baik Presentasi Anak dengan kriteria Cukup Presentasi Anak dengan kriteria Belum Baik Presentasi 1. Kseimbang 9 50% 5 27,8% 4 22,2% 2. Kekuatan 8 44,4% 5 27,8% 5 27,8% 3. Kelincahan 10 55,5% 5 27,8% 3 16,7% No DATA PERBANDINGAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR SIKLUS I PERTEMUAN I, PERTEMUAN II, DAN PERTEMUAN III Aspek Pertemuan I B % C % 1. Keseimbangan 5 27,8% 8 44,4% 5 27,8% 6 2. Kekuatan 4 22,2% 8 44,4% 6 33,3% 5 3. Kelincahan 5 27,8% 7 38,9% 6 33,3% 8 B B Pertemuan II % B % C % 33,3 % 27,8 % 44,4 % B B Pertemuan III % B % C % 7 38,9% 5 27,8% 9 50% 5 27,8% 4 22,2% 6 33,3% 7 38,9% 8 44,4% 5 27,8% 5 27,8% 5 27,8% 5 27,8% 10 5,5% 5 27,8% 3 16,7% B B % 134

150 Keterangan: B = jumlah anak dengan nilai Baik C = jumlah anak dengan nilai Cukup BB = jumlah anak dengan nilai Belum Baik % = persentase 135

151 No Aspek yang diamati KEMAMPUAN MOTORIK KASAR SIKLUS II PERTEMUAN I Pertemuan I Anak dengan kriteria Baik Presentasi Anak dengan kriteria Cukup Presentasi Anak dengan kriteria Belum Baik Presentasi 1. Kseimbang 13 72,2% 2 11,1% 3 16,7% 2. Kekuatan 13 72,2% 2 11,1% 3 16,7% 3. Kelincahan 12 66,7% 4 22,2% 2 11,1% No Aspek yang diamati KEMAMPUAN MOTORIK KASAR SIKLUS II PERTEMUAN II Pertemuan II Anak dengan kriteria Baik Presentasi Anak dengan kriteria Cukup Presentasi Anak dengan kriteria Belum Baik Presentasi 1. Kseimbang 15 83,4% 1 5,5% 2 11,1% 2. Kekuatan 14 77,8% 2 11,1% 2 11,1% 3. Kelincahan 14 77,8% 2 11,1% 2 11,1% 136

152 No Aspek yang diamati KEMAMPUAN MOTORIK KASAR SIKLUS II PERTEMUAN III Pertemuan III Anak dengan kriteria Baik Presentasi Anak dengan kriteria Cukup Presentasi Anak dengan kriteria Belum Baik Presentasi 1. Kseimbang 16 89% 1 5,5% 1 5,5% 2. Kekuatan 15 83,4% 1 5,5% 2 11,1% 3. Kelincahan 16 89% 1 5,5% 1 5,5% No 1. DATA PERBANDINGAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR SIKLUS II PERTEMUAN I, PERTEMUAN II, DAN PERTEMUAN III Aspek Keseimbang an Pertemuan I B % C % B B 13 72,2% 2 11,1% 3 16,7% 2. Kekuatan 13 72,2% 2 11,1% 3 16,7% 3. Kelincahan 12 66,7% 4 22,2% 2 11,1% Keterangan: B = jumlah anak dengan nilai Baik C = jumlah anak dengan nilai Cukup Pertemuan II % B % C % ,4 % 77,8 % 77,8 % B B Pertemuan III % B % C % 1 5,5% 2 11,1% 16 89% 1 5,5% 1 5,5% 2 11,1% 2 11,1% 15 83,3% 1 5,5% 2 11,1% 2 11,1% 2 11,1% 16 89% 1 5,5% 1 5,5% B B % 137

153 BB = jumlah anak dengan nilai Belum Baik % = persentase DATA PERBANDINGAN KEMAMPUAN MOTPRIK KASAR SETIAP ASPEK PADA PRA TINDAKAN DAN SIKLUS II No Aspek Pra Siklus Siklus I Siklus II Jumlah Anak % Jumlah Anak % Jumlah Anak % 1. Baik 7 38,9% 11 61,1% 16 89% 2. Cukup 7 38,9% 5 27,8% 1 5,5% 3. Kurang Sekali 4 22,2% 2 11,1% 1 5,5% 138

154 LAMPIRAN 4 Dokumentasi hasil penelitian 139

155 Lampiran. Dokumentasi Proses Pembelajaran Gambar 1. Berbaris sebelum masuk kelas Gambar 2. Anak mulai mencoba bermain Engklek Gunung 140

156 Gambar 3. Makan sehat setelah bermain Engklek Gunung Gambar 4. Berbaris dan berdoa sebelum melakukan kegiatan pembelajaran melalui permainan tradisional Engklek Gunung. 141

157 Gambar 5. Salah satu anak yang belum lancar bermain Engklek Gunung Gambar 6. Anak yang sudah mulai lancar bermain Engklek Gunung 142

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MOTORIK KASAR 2.1.1 Motorik Kasar Untuk merangsang motorik kasar anak menurut Sujiono, dkk, (2008) dapat di lakukan seperti melatih anak untuk meloncat, memanjat,berlari, berjinjit,

Lebih terperinci

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI LOMPAT KANGURU PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Oleh : Rosa Imani Khan, Ninik Yuliani Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Nusantara

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN LOMPAT TALI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B RA AL-MUHAJIRIN PALU ABSTRAK

PENGARUH PERMAINAN LOMPAT TALI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B RA AL-MUHAJIRIN PALU ABSTRAK PENGARUH PERMAINAN LOMPAT TALI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B RA AL-MUHAJIRIN PALU Nur Samsiar 1 ABSTRAK Perkembangan fisik motorik adalah proses kemampuan gerak seorang anak yang

Lebih terperinci

2014 USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERJALAN DI ATAS PAPAN TITIAN

2014 USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERJALAN DI ATAS PAPAN TITIAN 1 BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia 4-5 tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini mempunyai kemampuan dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Pada usia ini anak mengalami perkembangan yang pesat dari semua aspek, baik kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan prasekolah pada dasarnya diselenggarakan dengan tujuan memberikan fasilitas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa dan dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapat pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada masa usia dini merupakan pendidikan yang sangat penting untuk anak dalam menerima pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan bagi anak bukan hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Pendidikan adalah suatu usaha

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan untuk menggunakan otototot besar pada tubuh, sementara kemampuan motorik halus mencakup kemampuan manipulasi kasar (gross

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat penting bagi keluarga untuk menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia dini merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam hal mendewasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai perkembangan karena usia yang tepat

Lebih terperinci

PERMAINAN TRADISIOANAL. A. Sasaran Belajar 1. Sebagai wahana pendidikan 2. Per. tradisional sebagai bahan ajar Penjas

PERMAINAN TRADISIOANAL. A. Sasaran Belajar 1. Sebagai wahana pendidikan 2. Per. tradisional sebagai bahan ajar Penjas PERMAINAN TRADISIOANAL A. Sasaran Belajar 1. Sebagai wahana pendidikan 2. Per. tradisional sebagai bahan ajar Penjas 3. Mengubah permainan tradisional suatu daerah shg mudah dilakukan dan disenangi oleh

Lebih terperinci

Melatih Motorik Anak dengan beragam Permainan Tradisional

Melatih Motorik Anak dengan beragam Permainan Tradisional Melatih Motorik Anak dengan beragam Permainan Tradisional Saat ini jarang terlihat permainan tradisional dimainkan oleh anak-anak terutama di kota besar. Memang banyak kendala yang dihadapi untuk permainan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH : MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENYUSUN BEKAS OROTAN PENSIL MENJADI BENTUK BUNGA PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK PULEREJO I KECAMATAN BAKUNG KABUPATEN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat bagi perkembangan buah hatinya. Dengan demikian anak akan

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat bagi perkembangan buah hatinya. Dengan demikian anak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanpa seorang anak sebuah keluarga terasa masih belum lengkap. Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dirawat dengan baik, juga harus selalu kita

Lebih terperinci

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN MEDIA KERTAS PADA ANAK KELOMPOK A TK PERWANIDA I MRICAN KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI DiajukanUntukMemenuhi

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga Metode Pengembangan Fisik Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. FIK-UNY Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan budaya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (paud) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan kita mentrasfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam. proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam. proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa usia taman kanak-kanak adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan cepat, hal ini terlihat dari sifat anak yang terlihat jarang sekali

Lebih terperinci

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN PENGARUH PERMAINAN RABA RASA (TACTILE PLAY) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (Penelitian Pre Eksperimen di TK PGRI Parungponteng Kecamatan Parungponteng Kabupaten

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia https://tinycards.duolingo.com/decks/31kdb6vw/stage-of-human-growth-anddevelopment

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia https://tinycards.duolingo.com/decks/31kdb6vw/stage-of-human-growth-anddevelopment A. Hakikat Perkembangan Fisik dan Motorik Perkembangan fisik berkaitan dengan adanya pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang. Perkembangan fisik mudah teramati dengan ditandai adanya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG Febriani Effendi* Abstrak; Penelitian ini di latarbelakangi oleh rendahnya kemampuan motorik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan harta yang tak ternilai harganya. Pada usia dini di mana anak berada

I. PENDAHULUAN. merupakan harta yang tak ternilai harganya. Pada usia dini di mana anak berada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa kepada orang tua dan merupakan harta yang tak ternilai harganya. Pada usia dini di mana anak berada tahap pra sekolah atau

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN Muhima Talfiana Ningrum 1 ABSTRAK Masalah dalam tulisan ini adalah sebagian anak kurang mampu atau

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Kependidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) OLEH

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Kependidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) OLEH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PENERAPAN PERMAINAN SUNDA MANDA PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI MLESE II GANTIWARNO KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yaitu suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diberikan kepada anak dan ditujukan untuk merangsang setiap perkembangan dan pertumbuhan anak dalam memasuki

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI TEKNIK LOKOMOTOR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI TEKNIK LOKOMOTOR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI TEKNIK LOKOMOTOR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO Juriyati Ahmad Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan kurikulum dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah masih sangat kurang optimal baik dalam pelaksanaannya maupun dari hasil pembelajarannya, hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN ENGKLEK PADA ANAK KELOMPOK A TK PERMATA BANGSA TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014 / 2015

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN ENGKLEK PADA ANAK KELOMPOK A TK PERMATA BANGSA TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014 / 2015 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN ENGKLEK PADA ANAK KELOMPOK A TK PERMATA BANGSA TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014 / 2015 JURNAL PENELITIAN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa fundamental anak ditentukan dari 0-6 tahun (masa anak usia dini). Menurut Sujiono (2009, hlm. 6) anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang lebih tinggi dari kedudukan harta dan benda, bahkan jauh lebih berharga di atas segala sesuatu yang di miliki. Di

Lebih terperinci

UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI

UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bukanlah suatu konsep atau praktik yang sederhana, melainkan bersifat kompleks dan menjadi tugas, serta tangggung jawab guru dalam membelajarkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN BAKIAK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN BAKIAK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN BAKIAK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN Diah yuliaarni, M. Thamrin, Dian Miranda Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Usia Dini FKIP UNTAN Email : yuliarnidiah@yahoo.co.id

Lebih terperinci

TUGAS TUTORIAL III MATA KULIAH METODE PENGEMANGAN FISIK TUTOR ; DIAN BUDIANA, M.PD.

TUGAS TUTORIAL III MATA KULIAH METODE PENGEMANGAN FISIK TUTOR ; DIAN BUDIANA, M.PD. TUGAS TUTORIAL III MATA KULIAH METODE PENGEMANGAN FISIK TUTOR ; DIAN BUDIANA, M.PD. 1. Dasar dari keterampilan motorik anak adalah A. Bahasa B. Bernyanyi C. Menari D. Gerak 2. Salah satu cara untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 14 merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN SONDA GANDA MODIFIKASI PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN AL-HASANAH

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN SONDA GANDA MODIFIKASI PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN AL-HASANAH MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN SONDA GANDA MODIFIKASI PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN AL-HASANAH Khusna Mardhiyah Mas udah Prodi PG-PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan individu yang unik dan memiliki karakteristik tersendiri yang sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini merupakan masa keemasan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN GERAK LOKOMOTOR ANAK MELALUI PERMAINAN ENGKLEK UNTUK KELOMPOK A TK KUNCUP SARI SEMARANG TAHUN AJARAN 2015/2016

UPAYA MENINGKATKAN GERAK LOKOMOTOR ANAK MELALUI PERMAINAN ENGKLEK UNTUK KELOMPOK A TK KUNCUP SARI SEMARANG TAHUN AJARAN 2015/2016 UPAYA MENINGKATKAN GERAK LOKOMOTOR ANAK MELALUI PERMAINAN ENGKLEK UNTUK KELOMPOK A TK KUNCUP SARI SEMARANG TAHUN AJARAN 2015/2016 Rizky Amalina Dwi Prasetiyawati D.H Abstrak Peningkatan gerak lokomotor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PAUD sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan anak usia dini yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain sambil belajar dan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Pendidikan sebagai tempat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, menurut Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, menurut Undang-Undang Nomor 20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI I. Pengertian Dan Karakteristik Anak Usia Dini Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa prasekolah adalah waktu untuk mempelajari apa yang dapat mereka lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan berperan penting

Lebih terperinci

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF 30/06/2009 Disimpan dalam Uncategorized Tagged Alat Permainan edukatif, barang bekas, kreatif, Mainan, mainan anak Sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Prinsip Lambang Bilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Prinsip Lambang Bilangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengenal Lambang Bilangan 2.1.1 Pengertian dan Prinsip Lambang Bilangan Lambang bilangan adalah pengetahuan tentang bilangan dan merupakan bagian dari matematika, dengan mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh dan kembang pada anak usia dini. Perkembangan

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN 2011-2012 DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK Kemampuan motorik (motor ability) memegang peranan penting

Lebih terperinci

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Agar dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh perubahan cepat dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial dan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI Ulfa 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa usia Taman kanak-kanak adalah masa di mana perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung dengan sangat cepat. Salah satu perkembangan yang sedang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada rentang usia dari 0 sampai dengan usia 8 tahun (Solehudin, 1997 : 23). Dan usia ini juga disebut dengan golden

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian Anak Usia Dini 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut teori psychological needs Murray 1994 (Yulianti, 2009: 8) perilaku psikologis manusia digerakkan oleh sejumlah

Lebih terperinci

DESKRIPSI KECERDASAN KINESTETIK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO

DESKRIPSI KECERDASAN KINESTETIK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO DESKRIPSI KECERDASAN KINESTETIK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO PARASTITI PAPUTUNGAN Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa : 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan potensipotensi dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menempatkannya sebagai pasal tersendiri dalam UU Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. telah menempatkannya sebagai pasal tersendiri dalam UU Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak di kemudian hari.mengingat pentingnya peranan

Lebih terperinci

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI Oleh: Ni Kadek Nelly Paspiani, S.Pd TK Negeri Pembina Kotabaru, nelly_paspiani@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Khanti Sebagai Kekuatan Mendidik Bagi Guru TK. Wiska Wijaya NIM Masa usia dini anak merupakan masa keemasan (golden ages), usia 0-8

Khanti Sebagai Kekuatan Mendidik Bagi Guru TK. Wiska Wijaya NIM Masa usia dini anak merupakan masa keemasan (golden ages), usia 0-8 Khanti Sebagai Kekuatan Mendidik Bagi Guru TK Wiska Wijaya NIM 0250111010489 Masa usia dini anak merupakan masa keemasan (golden ages), usia 0-8 tahun merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN LEMPAR TANGKAP BOLA PADA KELOMPOK A1 DI TK ITQ AL IKHLAS TLATAR SAWANGAN MAGELANG

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN LEMPAR TANGKAP BOLA PADA KELOMPOK A1 DI TK ITQ AL IKHLAS TLATAR SAWANGAN MAGELANG UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN LEMPAR TANGKAP BOLA PADA KELOMPOK A1 DI TK ITQ AL IKHLAS TLATAR SAWANGAN MAGELANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia dini, karena berada pada fase golden age atau masa keemasan, dengan alasan

BAB I PENDAHULUAN. usia dini, karena berada pada fase golden age atau masa keemasan, dengan alasan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan motorik kasar sangat penting dilakukan untuk membantu menunjang pertumbuhan dan perkembangan secara optimal khususnya bagi anak usia dini, karena

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah anak usia nol sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN KREATIF ANAK USIA 3-4 TAHUN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN KREATIF ANAK USIA 3-4 TAHUN PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN KREATIF ANAK USIA 3-4 TAHUN Nur Rahmah, M. Syukri, Busri Endang Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP UNTAN Email : nurrachmah.nazmi@gmail.com

Lebih terperinci

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada usia tersebut berbagai aspek perkembangan anak mengalami

Lebih terperinci

AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS

AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS (Disampaikan Pada Pelatihan Kader PAUD Se-Kelurahan Sidoagung Godean Sleman) Oleh: Lismadiana lismadiana@uny.ac.id FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk stimulasi potensi-potensi anak, sehingga secara nature dan nurture anak

BAB I PENDAHULUAN. untuk stimulasi potensi-potensi anak, sehingga secara nature dan nurture anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak - anak adalah aset bangsa. Pada fase pertumbuhan dan perkembangannya anak memerlukan dukungan yang bersifat jasmani dan rohani untuk stimulasi potensi-potensi

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN Perkembangan Motororik Halus Anak CATATAN: PENDAHULUAN Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seseorang anak disebut

Lebih terperinci

Workshop Peningkatan Kualitas Tenaga Kependidikan bagi Guru RA. Hotel Bifa Yogyakarta 15 Maret 2011

Workshop Peningkatan Kualitas Tenaga Kependidikan bagi Guru RA. Hotel Bifa Yogyakarta 15 Maret 2011 Workshop Peningkatan Kualitas Tenaga Kependidikan bagi Guru RA Hotel Bifa Yogyakarta 15 Maret 2011 1 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN Oleh: Arumi Savitri Fatimaningrum 2 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PENDAHULUAN 3 Definisi

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK MASA KANAK-KANAK AWAL Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a)belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin. b)kontak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam kandungan maupun sejak dilahirkan ke bumi. Kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam kandungan maupun sejak dilahirkan ke bumi. Kemampuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak memiliki potensi kemampuan serta kecerdasan yang luar biasa, baik dari dalam kandungan maupun sejak dilahirkan ke bumi. Kemampuan yang dimiliki tidak bisa

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di TK Aisyiyah I Pandean, Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Skripsi Untuk Memenuhi

Lebih terperinci