KONTRIBUSI AKAR BAMBU KEPADA PARAMETER KEKUATAN GESER TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG
|
|
- Hendri Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, Oktober 2017 KONTRIBUSI AKAR BAMBU KEPADA PARAMETER KEKUATAN GESER TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG Mukhsin 1, Maimun Rizalihadi 2, Banta Chairullah 3, dan Haris Novian Saputra 4 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Banda Aceh mukhsin.abubakar@unsyiah.ac.id 2 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Banda Aceh dilamaila@hotmail.com 3 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Banda Aceh bantachairullah@yahoo.com 4 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Banda Aceh mharismunandaranas@gmail.com ABSTRAK Ketidakstabilan lereng dapat dikaitkan dengan beberapa faktor seperti keadaan cuaca, jenis tanah, sudut lereng, topografi, dan pohon atau gabungannya. Hujan lebat yang berkelanjutan pada lereng dapat memicu terjadinya longsor. Dampak dari longsor tersebut menyebabkan ikut terbawanya pohon yang berada disekitarnya. Lama-kelamaan tanah hasil longsoran bercampur dengan pohon dan air hujan mengalir ke bawah lereng secara bersamaan. Terutama, di lokasi tebing dekat daerah aliran sungai (DAS) kecil yang respon curah hujan dengan limpasan (runoff) pendek dan mengakibatkan banjir bandang. Permasalahan adalah kontribusi akar bambu pada bawah lereng, apakah dapat meningkatkan parameter kekuatan geser tanah terhadap stabilitas lereng tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kontribusi akar kepada kekuatan geser tanah. Metode penelitian dengan pengambilan sampel akar-tanah di lapangan berjarak, yaitu: 0,25 m, 0,50 m, 0,75 m, dan 1,00 m dari pohon bambu dengan kedalaman 0,50 m dan 1,00 m yang dilakukan dengan alat Root Auger. Kemudian, dilakukan pengujian Direct Shear di laboratorium. Di lain pihak, dilakukan juga pengujian sifat fisis dan mekanis yang di ambil sampel tanah tanpa akar berjarak lebih dari 1,00 m serta permeabilitas. Hasil menunjukkan bahwa kontribusi akar di kedalaman 0.50 m berjarak dekat pohon bambu dengan signifikan meningkatkan nilai kohesi. Sementara, kedalaman 1.00 m tidak signifikan peningkatannya. Sebaliknya, untuk parameter sudut geser terjadi penurunan nilainya. Jadi, kontribusi akar yang diduduki lebih banyak dan berdekatan pohon bambu meningkatkan parameter kohesi. Hal ini, parameter kekuatan geser yang berperan terhadap stabilitas lereng adalah kohesi tambahan (Δs) akibat interaksi antara akar dan tanah. Kata kunci : akar, bambu, Δs, stabilitas lereng 1. PENDAHULUAN Curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan terjadinya longsor pada lereng berisiko. Dampak dari longsor tersebut menyebabkan ikut terbawanya/tercabutnya pohon yang berada disekitarnya. Lama-kelamaan tanah hasil longsoran bercampur dengan pohon dan air hujan mengalir ke bawah lereng secara bersamaan. Pada saat curah hujan menjadi maksimal yang menyebabkan longsoran yang terjadi sangat besar dan menghancurkan segala sesuatu yang dilaluinya dengan kecenderungan arah arus relatif lurus yang selanjutnya dapat menyababkan terjadinya banjir bandang. Peristiwa tesebut banyak terjadi di Indonesia, terutama daerah provinsi Aceh, seperti di Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie pada tanggal 10 maret 2011, Kecamatan Leuser Aceh Tengara pada tanggal 17 agustus 2012, dan Kecamatan Seulimeum Kabupaten Aceh Besar pada tanggal 2 januari Banjir bandang sering terjadi di sekitar pegunungan dengan lereng yang curam dan memiliki daerah aliran sungai (DAS) kecil yang menyebabkan respon curah hujan dengan limpasan (runoff) yang pendek. Ketidakstabilan lereng dapat dikaitkan dengan beberapa faktor seperti keadaan cuaca, jenis tanah, sudut lereng, topografi, dan pohon atau gabungan. Perkuatan lereng pada saat ini sering dilakukan dengan penggunaan penguatan akar atau bio-engineering. Teknik ini lebih relatif murah jika dibandingkan dengan teknik perkuatan lereng yang lain nya seperti dinding perkuatan beton bertulang, atau geosintetik. Selain itu, teknik perkuatan lereng dengan bioengineering dapat sebagai penghijauan yang mendukungnya kembali kepada alam. Pohon pada lereng dapat mengurangi infiltrasi pada permukaan tanah dan juga erosi. Air yang telah terinfiltrasi ke dalam tanah diserap oleh GEO - 29
2 akar, akibatnya tekanan air pori pada lereng berkurang, hal ini meningkatkan stabilitas lereng. Di sisi lain, akar juga meningkatkan permeabilitas tanah sehingga air dapat masuk dengan jumlah yang lebih banyak. Chirico dkk. (2013) menjelaskan bahwa dua pengaruh positif pohon terhadap stabilitas lereng adalah (i) pengaruh geo-mekanika (geomechanical), yaitu perkuatan dengan akar pohon, dan (ii) pengaruh hidrologi-tanah (soil-hydrological), yaitu kemampuan akar dalam menyerap air dalam tanah. Pengaruh geo-mekanis memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap parameter kekuatan geser tanah. Penelitian yang akan dilakukan pada akar bambu yang terdapat di sekitar lereng sungai Seulimeum, apakah pohon bambu dapat mempertahankan tanah longsor. Permasalahan adalah kontribusi akar bambu di bawah lereng, apakah dapat meningkatkan parameter kekuatan geser tanah. Oleh karena itu, kajian-kajian mengenai kekuatan geser antara akar-tanah untuk menganalisis stabilitas lereng. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi kontibusi akar bambu terhadap parameter kekuatan geser akibat interaksi akar-tanah di bawah lereng. Hasil menunjukkan bahwa kontribusi akar di kedalaman 0.50 m berjarak dekat pohon bambu dengan persentase signifikan meningkat nilai kohesi. Sementara, kedalaman 1.00 m tidak signifikan peningkatannya. Sebaliknya, untuk parameter sudut geser terjadi penurunan nilainya. Jadi, kontribusi akar yang diduduki lebih banyak berdekatan pohon bambu meningkatkan parameter kohesi. Hal ini, parameter kekuatan geser yang berperan terhadap stabilitas lereng adalah kohesi tambahan (Δs) akibat interaksi antara akar dan tanah. 2. KAJIAN PUSTAKA Kekuatan geser tanah adalah kemampuan tanah melawan tegangan geser yang terjadi pada saat terbebani. Bila tanah mengalami pembebanan maka beban akan ditahan karena pengaruh adanya kekuatan geser tanah yaitu, oleh adanya gesekan dalam (Ø) antara butir-butir tanah berbanding lurus dengan tegangan vertikal (tegangan efektif) yang bekerja pada bidang geser dan kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tetapi tidak tergantung dari tegangan vertikal yang bekerja pada bidang gesernya. Akar pohon merupakan bagian terpenting dalam mencegah terjadi tanah longsor melalui dua mekanisme yaitu mencengkeram tanah dan menopang tegaknya batang sebagai jangkar. Menurut Abe dan Ziemer (1991) akar pohon dapat membantu menjaga stabilitas lereng melalui peningkatan kekuatan geser tanah (soil shear strength). Pengaruh kontribusi akar kepada parameter kekuatan geser tanah Pohon di lereng mempunyai pengaruh penting kepada hidrologi sehingga mempengaruhi aktivitas erosi dan tanah longsor. Pohon sendiri juga menciptakan lingkungan di mana air terperangkap atau tersimpan di dalam tanah, terutama pada musim kering (Rietkerk dkk., 2004). Penangkapan hujan merupakan proses hidrologi yang mengubah kuantitas, waktu, dan luas distribusi input dan output air. Oleh itu, infiltrasi air hujan masuk ke dalam tanah diserap oleh sebagian akar dan memainkan peranan penting terhadap pengeringan lereng. Pohon juga dapat berkontribusi kepada sabilitas lereng dan meningkatkan kekuatan geser melalui penguatan akar (Gray dan Sotir, 1996). Tanah longsor pada kedalaman dangkal dapat terjadi di lereng yang disebabkan oleh infiltrasi air hujan pada sudut lebih besar dari sudut geser tanah efektif (Chirico dkk., 2013). Peranan aspek mekanika merupakan pencengkeraman tanah yang memberikan kontribusi kepada parameter kekuatan geser tanah, tetapi sangat bergantung pada faktor seperti sistem morfologi, penguatan, distribusi akar, dan interaksi antara akar-tanah (Reubens dkk., 2007). Keberadaan akar pohon di tanah bertindak sebagai penguatan melalui efek kohesi dan meningkatkan stabilitas lereng (Van Beek dkk., 2005). Pengaruh kontribusi akar dapat dinyatakan dalam suatu nilai kohesi melalui kriteria kegagalan Morh-Coulomb dimana gabungan akar-tanah dapat menghitung kekuatan geser (τ) seperti berikut: τ = c + σ tan Ø + Δs (1) di mana Δs adalah kohesi tambahan dari penguatan akar, c adalah nilai kohesi tanah, dan σ adalah tegangan normal. Gaya geser ketika bergerak tanah dapat diterjemahkan ke dalam kekuatan tarik akar. Mobilisasi kekuatan tarik akar dapat dipecah menjadi komponen tangensial dan normal. Asumsi akar yang elastis dan awalnya berorientasi tegak lurus terhadap bidang gelincir, sepenuhnya dimobilisasi dalam tegangan oleh penguatan akar (Wu, 2013). Nilai Δs seperti persamaan (2) sebagai berikut ini Δs = t r (sin θ + cos θ tan Ø) (2) GEO - 30
3 di mana t r adalah rata-rata mobilisasi kekuatan tarik akar per unit luasan tanah dan θ = (tan -1 x/z) adalah sudut akar pembelokan setelah gelincir, x adalah perpindahan gelincir, dan z adalah ketebalan zona geser. Di sisi lain, akar miring seperti persamaan (3) dengan pertambahan nilai kohesi tambahan (Δs) oleh penguatan akar dapat diasumsikan menjadi persamaan berikut (Wu, 2013): Δs = t r [sin(90 - ψ) + cos(90 - ψ) tan Ø] (3) di mana: ψ = tan -1 [1/m + (tan i) -1 = sudut akar pembelokan sesudah gelincir; i = sudut lereng awal terhadap permukaan geser; dan m = rasio distorsi geser (m = x/z). Penelitian sebelumnya (Mukhsin dkk., 2016), kekuatan geser tanah bertambah seiring kekuatan tarik akar bambu. Stabilitas tanah di bawah lereng meningkat dengan pertambahan nilai kohesi dari akar bambu kepada kekuatan geser tanah. Sementara di penelitian lain Mukhsin, 2016), kekuatan tarik setiap luasan tanah (t r) cenderung menurun karena diduduki oleh pertambahan jumlah akar. Nilai kohesi tambahan akibat akar Pohon agave seperti yang ditemukan dengan persamaan Δs = 1,012 t r sebagai kontribusi kepada peningkatan kekuatan geser tanah dan memainkan peran penting terhadap analisis stabilitas lereng. Di lain pihak, penguatan akar di tanah lereng dapat memperkecil pergerakan tanah yang diakibatkan oleh infiltrasi air hujan. Penguatan akar pohon yang terletak pada tanah lereng dapat meminilimasir pergerakan tanah (Mukhsin, 2017). 3. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini berada di Desa Keunaloi, Kecamatan Seulimeum Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Sampel akar-tanah tak terganggu dilakukan di sekitar pohon bambu dengan jarak 0,25 m, 0,50 m, 0,75 cm, 1,00 m pada kedalaman 50 cm dan 100 cm. Pengambilan sampel tersebut mengunakan alat Root Auger dengan total benda uji untuk pegujian Direct Shear adalah 72 buah. Pengambilan sampel tanah tanpa akar tidak terganggu dilakukan pada tiga titik di setiap lokasi dengan jarak lebih dari 1,00 meter di sekitar pohon bambu. Pengambilan tanah dilakukan dengan menggunakan tabung yaitu tabung khusus dari besi seperti diperlihatkan pada Gambat 1. Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan secara sistematis dengan kerangka acuan yang jelas dalam menyelesaikan permasalahan seperti diperlihat pada Gambar 2. Gambar 1: Sketsa Pengambilan Sampel Tanah GEO - 31
4 Gambar 2: Bagan Alir Penelitian 4. HASIL PEMBAHASAN Pengaruh curah hujan terhadap kekuatan geser tanah lereng Curah hujan menjadi salah satu pemicu terjadinya tanah longsor dengan kondisi lereng tertentu. Curah hujan tinggi yang berkelanjutan berpotensi terjadinya tanah longsor karena pada kondisi tersebut terjadi penjenuhan tanah oleh air kepada massa tanah. Pohon di atas dan tengah lereng yang akarnya tidak menembus bidang longsor (slip surface) mempengaruhi stabilitas lereng. Hujan lebat yang berkelajutan menyebabkan terjadinya tanah langsor pada 2 Januari 2013 dengan curah hujan jumlah bulanan maksimum sebesar 400 mm yang mengakibatkan banjir bandang. Curah hujan bulanan tertinggi pada tahun berikutnya yaitu Oktober 2014 sebesar 404 mm, di lokasi tersebut tidak menyebabkan kelongsoran lagi karena sudah terjadi setahun yang lalu. Hasil pengujian permeabilitas pada lokasi termasuk ke dalam kelas sedang. Berdasarkan hidrologi menunjukan bahwa kemampuan tanah dalam menyerap dan meloloskan air hujan ke dalam pori-pori tanah tidak besar (sedang). Pada lokasi memiliki jenis tanah lanau dengan kemampuan tanah untuk meloloskan air ke dalam pori-pori tanah tersebut. Tetapi, penyebaran dan kekuatan geser akar bambu-tanah di bawah lereng dapat mengstabilkan kemampuan tanah dalam menyerap air hujan. Karakteristik tanah di lereng Pada lokasi jenis tanah berdasarkan klasifikasi sistem AASHTO dan USCS adalah jenis tanah lanau, dan memiliki kadar air yang rendah. Pada lokasi memiliki berat volume tanah yang tinggi, maka tanah sangat keras sehingga sulit untuk berinfiltrasi air ke dalam tanah. Lokasi penelitian memiliki jenis tanah lempung berlanau dengan karakteristik tanah dapat diperlihatkan seperti pada Tabel 1 di bawah ini. GEO - 32
5 Tabel 1. Karakteristik tanah pada lokasi Specific gravity (SG) 2,69 Berat volume tanah (γ, gram/cm³) 1,763 Indeks plastisitas (IP, %) 3,11 Kelolosan butiran < 0,063 mm (%) 56,04 Kohesi tanah (c, kg/cm 2 ) 0,63 Sudut geser tanah (ϕ, o ) 13 Koefisien permeabilitas (k, cm/jam) 7,21 Kontribusi akar bambu kepada kekuatan geser tanah terhadap stabilitas lereng Hasil kontribusi akar bambu kepada kekuatan geser tanah menunjukkan bahwa semakin dekat jarak dengan pohon maka bertambahnya nilai kohesi seperti yang diperlihatakan pada Gambar 3. Berdasarkan gambar tersebut di kedalaman 0,50 m terjadi peningkatan kohesi secara signifikan dibandingkan kedalaman 1,00 m dan parameter nlai kohesi akibat kontribusi akar dapat ditentukan dengan persamaan (4) dan (5). Hasil analisis nilai sudut geser dalam menunjukan bahwa semakin dekat jarak dengan pohon bambu maka semakin kecil seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4. Berdasarkan gambar tersebut di kedalaman 0.50 m dan 1.00 m terjadi penurunannya secara signifikan. Hal ini, parameter nilai sudut geser yang terjadi sebaliknya dengan kohesi. Nilai sudut geser akibat adanya akar dapat ditentukan dengan persamaan (6) dan (7). c 0.50 = -0,064 x + 1,140 R² = 0,998 (4) c 1.00 = -0,025 x + 0,8294 R² = 0,829 (5) Ø 0.50 = x R² = (6) Ø 1.00 = x R² = (7) Gambar 3: Hubungan nilai kohesi (c) dengan jarak (m) GEO - 33
6 Gambar 4: Hubungan nilai sudut geser dalam (Ø) dengan Jarak (m) Berdasarkan hasil uji Anova didapatkan nilai F hitung. Sementara, F tabel diperoleh dengan menggunakan tabel F dengan derajat bebas, df residual (sisa) yaitu sebagai df penyebut dan df regression (perlakuan) yaitu sebagai df pembilang. Pada kedalaman 0.50 m memiliki nilai F hitung lebih besar dari F tabel, maka mempengaruhi parameter kekuatan geser terutama untuk nilai kohesi. Pada kedalaman 1.00 m tidak mempengaruhi banyak terhadap parameter kekuatan geser seperti yang dierlihatkan dalam Tabel 2. Tabel 2: Hasil uji Anova parameter kekuatan geser akar-tanah terhadap tanah tanpa akar Parameter Kedalaman 0.50 m Kedalaman 1.00 m F hitung F tabel F hitung F tabel Kohesi (c) 468,92 18,51 11,567 18,51 Sudut Geser (Ø) 77,07 18,51 75,96 18,51 Persentase kontribusi akar bambu terhadap parameter kekuatan geser Kontribusi akar bambu terhadap parameter kekuatan geser dapat meningkat karena akar berkemampuan mengikat tanah dan berguna untuk sistem konstruksi penahan lereng. Di samping itu, akar bambu dapat menyerap air dari dalam tanah dan menurunkan tekanan air pori. Hasil persentase yang di dapat dari parameter-parameter kekuatan geser akar bambu tanah seperti diperlihatkan pada Tabel 3 untuk nilai kohesi (c) dan Tabel 4 untuk nilai sudut geser dalam (Ø). Tabel 3: Persentase peningkatan nilai kohesi (c) akar bambu-tanah Jarak (m) Tanpa Akar Kohesi (c) (kg/cm 2 ) >1,00 0,630 Akar Bambu-Tanah Kedalaman Kedalaman Jarak Persentase Persentase 0,50 m 1,00 m (m) (%) (%) c (kg/cm 2 ) c (kg/cm 2 ) 0,25 1,07 69,84 0,82 30,69 0,50 0,96 52,38 0,69 10,05 0,75 0,82 29,63 0,66 5,29 1,00 0,69 9,52 0,64 2,12 GEO - 34
7 Tabel 4 : Persentase peurunan sudut geser dalam (Ø) akar bambu-tanah Jarak (m) Tanpa Akar Sudut Geser (Ø) ( o ) >1,00 13 Akar Bambu-Tanah Kedalaman Kedalaman Jarak Persentase Persentase 0,50 m 1,00 m (m) (%) (%) Ø ( o ) Ø ( o ) 0,25 6,07 53,33 7,67 41,03 0,50 8,17 37,18 9,33 28,21 0,75 9,83 24,36 10,67 17,95 1,00 10,43 19,74 12,67 2,54 Pada kedalaman 0.50 m dan 1,00 m nilai kohesi (c) dengan jarak 0.25 m, 0.50 m, 0.75 m dan 1.00 m dari pohon bambu persentasenya meningkat terhadap nilai kohesi tanah tanpa akar seperti diperlihatkan dalam Tabel 3. Sementara, nilai sudut geser dalam (Ø) persentasenya terjadi menurun terhadap nilai sudut geser tanah tanpa akar seperti diperlihatkan dalam Tabel 4. Oleh karena itu, kontribusi akar yang diduduki lebih banyak berdekatan pohon bambu meningkatkan parameter kohesi. Dalam hal ini, kontribusi akar di lokasi tersebut lebih berpengaruh kepada kohesi terhadap parameter kekuatan geser tanah. Parameter kekuatan geser yang berperan terhadap stabilitas lereng adalah kohesi tambahan (Δs) akibat interaksi antara akar bambu dan tanah. Penguatan akar semakin besar perannya untuk peningkatan kekuatan geser terhadap kedalaman kurang dari 1,00 m. Jadi, pohon bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan struktur yang rapat dan menyebar ke segala arah yang secara horizontal dan secara vertikal. Sistem perakaran serabut yang berkontribusi seperti akar bambu tersebut dapat mempengaruhi stabilitas lereng. Dalam hal ini, pencegahan longsor tebing di daerah aliran sungai yang menyebabkan respon curah hujan terhindari oleh ada pohon bambu dengan kontribusi akar tersebut. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian kontribusi akar bambu bagian bawah lereng terhadap parameter kekuatan geser tanah, Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh dapat diambil kesimpulan antara lain: 1. Curah hujan jumlah bulanan yang terjadi sebesar 400 mm pada 2 Januari 2013 terjadi longsor dengan permeabilitas tanah termaksud kelas sedang. 2. Kontribusi akar di kedalaman 0.50 m berjarak dekat pohon bambu dengan signifikan meningkat nilai kohesi. Sementara, kedalaman 1.00 m tidak signifikan peningkatannya. Sebaliknya, untuk parameter nilai sudut geser terjadi penurunan. 3. Kontribusi akar bambu dengan jarak 0.25 m, 0.50 m, 0.75 m, dan 1.00 m terhadap tanah tanpa akar dengan nilai kohesi di kedalaman 0.50 m dan pesentase peningkatan adalah 69,84%, 52,38%, 29,6%, dan 9,52%. Sementara, nilai sudut geser dalam dengan persentase penurunan adalah 53,33%, 37,18%, 24,36%, dan 19,74%. 4. Kontribusi akar bambu dengan jarak sama terhadap tanah tanpa akar di kedalaman 1.00 m dengan nilai kohesi pesentase peningkatan adalah 30,69%, 10,05%, 5,29%, dan 2,12%. Sementara, nilai sudut geser dalam dengan persentase penurunan adalah 41,03%, 28,21%, 17,95%, dan 2,54%. 5. Kontribusi akar yang diduduki lebih banyak dan berdekatan pohon bambu meningkatkan parameter kohesi. Hal ini, parameter kekuatan geser yang berperan terhadap stabilitas lereng adalah kohesi tambahan (Δs) akibat interaksi antara akar dan tanah. DAFTAR PUSTAKA Abe, K. and Ziemer, RR. (1991). Effect of tree roots on a shear zone: modelling reinforced shear strength. Can J Forest, Vol. 21, Chirico, GB. Borga, M., Tarolli, P. Rigon, R. and Preti, F. (2013). Role of vegetation on slope stability under transient unsaturated conditions. Procedia Environmental Sciences. Vol. 19, Gray, DH.and Sotir, RB. (1996). Biotechnical and soil bioengineering slope stabilisation. A Practical Guide for Erosion Control. Wiley, NewYork. Mukhsin, Rizalihadi, M. dan Ramadhan, R. (2016). Studi kekuatan tarik akar bambu terhadap stabilitas tanah di bawah lereng. Prosiding 3 rd Andalas Civil Engineering National Conference, Padang, Oktober 2016, Mukhsin, (2016). Kekuatan tarik akar Pohon agave terhadap stabilitas lereng. Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil, Bandung, 8 November 2016, V1-V9. Mukhsin, (2017). Pergerakan tanah pada lereng dengan penguatan akar pohon terhadap stabilitas lereng. Proceedings The 6 th Aceh Development Conference 2017, Kuala Lumpur, March 2017, GEO - 35
8 Reubens, B. Poesen, J. and Danjon, F. (2007). The role of fine and coarse roots in shallow slope stability and soil erosion control with a focus on root system architecture, a review, Vol. 21, Rietkerk, M. Dekker, SC. De Ruiter, PC. and Van de Koppel, J. (2004). Self-organized patchiness and catastrophic shifts in ecosystems. Science, Vol. 305, Van Beek, LP. Wint, H. Cammeraat, LH. and Edwards, JP. (2005). Observarsion and simulation of root reinforcement on abandoned Mediterranean slopes. Plant soil, Vol. 278, Wu, TH. (2013). Root reinforcement of soil: Review of analytical models, test results and applications to design, Canadian Geotechnical Journal, Vol. 3, GEO - 36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan tanaman (rerumputan, perdu, pepohonan) pada kurun waktu ini sangat gencar dilakukan dalam bidang konstruksi untuk perkuatan lereng. Teknik ini relatif lebih
Lebih terperinciPengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2018 Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen
Lebih terperinciC I N I A. Karakteristik Fisik Dan Mekanik Tanah Residual Balikpapan Utara Akibat Pengaruh Variasi Kadar Air
C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Karakteristik Fisik Dan Mekanik Tanah Residual Balikpapan Utara Akibat Pengaruh Variasi Kadar Air Mohammad Muntaha1,
Lebih terperinciKeaktifan lereng adalah proses perpindahan masa tanah atau batuan 1 1. PENDAHULUAN. Ha %
1. PENDAHULUAN Ende merupakan sebuah kabupaten yang berada di pulau Flores yang dibatasi oleh Kabupaten Ngada sebelah Barat, Kabupaten Sikka sebelah Timur, Laut Sawu di bagian Selatan dan Laut Flores di
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengujian Sampel Tanah Berdasarkan pengujian yang dilakukan sesuai dengan standar yang tertera pada subbab 3.2, diperoleh hasil yang diuraikan pada
Lebih terperinciPENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG
Jurnal TEKNIK SIPIL - UCY ISSN: 1907 2368 Vol. 1 No. 2, Agustus 2006 PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG Agus Setyo Muntohar * Abstrak: Pengaruh aliran air atau rembesan
Lebih terperinciSOIL BIOENGINEERING SEBAGAI ALTERNATIF METODA STABILISASI LONGSORAN
SOIL BIOENGINEERING SEBAGAI ALTERNATIF METODA STABILISASI ABSTRAK LONGSORAN Dian Hastari Agustina (Pengajar pada Program Studi Teknik Sipil Universitas Riau Kepulauan) Longsoran merupakan salah satu bencana
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH
PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Lis Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh Email: lisayuwidari@gmail.com Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada
Lebih terperinciKUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2
KUAT GESER Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST. MT. 5/6/05 NORMA PUSPITA, ST. MT. KUAT GESER =.??? Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butiran tanah terhadap desakan atau tarikan.
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI
BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI 2.1. Tinjauan Umum Untuk dapat merencanakan penanganan kelongsoran tebing pada suatu lokasi, terlebih dahulu harus diketahui kondisi existing dari lokasi tersebut. Beberapa
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL
ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL Niken Silmi Surjandari 1), Bambang Setiawan 2), Ernha Nindyantika 3) 1,2 Staf Pengajar dan Anggota Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR
ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR M a r w a n t o Jurusan Teknik Sipil STTNAS Yogyakarta email : marwantokotagede@gmail.com Abstrak Kejadian longsoran
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah 1. Kadar Air Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan sebanyak dua puluh sampel dengan jenis tanah yang sama
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH (CIV -205)
MEKANIKA TANAH (CIV -205) OUTLINE : Tipe lereng, yaitu alami, buatan Dasar teori stabilitas lereng Gaya yang bekerja pada bidang runtuh lereng Profil tanah bawah permukaan Gaya gaya yang menahan keruntuhan
Lebih terperinciTOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21
TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 KEKUATAN GESER TANAH PENGERTIAN Kekuatan tanah untuk memikul beban-beban atau gaya yang dapat menyebabkan kelongsoran, keruntuhan, gelincir dan pergeseran
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224
MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Setiap kasus tanah yang tidak rata, terdapat dua permukaan
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH
PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Abdul Jalil 1), Khairul Adi 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK
VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH Abdul Hakam 1, Rina Yuliet 2, Rahmat Donal 3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari studi yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Setelah melakukan pengujian dilaboratorium, pengaruh proses pengeringan
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE FELLENIUS (Studi Kasus: Kawasan Citraland)
ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE FELLENIUS (Studi Kasus: Kawasan Citraland) Violetta Gabriella Margaretha Pangemanan A.E Turangan, O.B.A Sompie Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciMahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2
Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Juli 2015 Pengaruh Hujan Terhadap Perkuatan Lereng dengan Kondisi Partially Saturated Soil Menggunakan Metode Elemen
Lebih terperinciMEKANISME KERUNTUHAN LERENG TEGAK DAN TEKNIK PERKUATANNYA DENGAN GEOTEKSTIL
MEKANISME KERUNTUHAN LERENG TEGAK DAN TEKNIK PERKUATANNYA DENGAN GEOTEKSTIL Agus Setyo Muntohar ABSTRAK Peningkatan tegangan pada lereng termasuk tekanan air pori akan menurunkan stabilitas lereng yang
Lebih terperinciDosen pembimbing : Disusun Oleh : Dr. Ir. Ria Asih Aryani Soemitro,M.Eng. Aburizal Fathoni Trihanyndio Rendy Satrya, ST.
STUDI PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIK, MEKANIK, DAN DINAMIK TANAH TERHADAP SIKLUS PEMBASAHAN PADA TANAH LERENG DENGAN KEDALAMAN 5-20M DI NGANTANG- MALANG Disusun Oleh : Aburizal Fathoni 3110.1060.14 Abraham
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Penelitian ini meninjau kestabilan sebuah lereng yang terdapat Desa Tambakmerang, Kecamatan Girimarto, DAS Keduang, Wonogiri akibat adanya beban hujan 3 harian.
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari studi yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Setelah melakukan pengujian dilaboratorium, pengaruh proses pengeringan
Lebih terperinciTINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)
TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN) Qunik Wiqoyah 1, Anto Budi L, Lintang Bayu P 3 1,,3 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciSTUDI PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIK, MEKANIK DAN DINAMIK TERHADAP SIKLUS PEMBASAHAN PADA TANAH LERENG DENGAN KEDALAMAN 5-20M DI NGANTANG MALANG
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 STUDI PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIK, MEKANIK DAN DINAMIK TERHADAP SIKLUS PEMBASAHAN PADA TANAH LERENG DENGAN KEDALAMAN 5-20M DI NGANTANG MALANG Aburizal
Lebih terperinciANALISA KESTABILAN LERENG METODE LOWE-KARAFIATH (STUDI KASUS : GLORY HILL CITRALAND)
ANALISA KESTABILAN LERENG METODE LOWE-KARAFIATH (STUDI KASUS : GLORY HILL CITRALAND) Giverson Javin Rolos, Turangan A. E., O. B. A. Sompie Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciIII. KUAT GESER TANAH
III. KUAT GESER TANAH 1. FILOSOFI KUAT GESER Kuat geser adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Kegunaan kuat geser Stabilitas lereng σ γ γ γ Daya dukung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,
Lebih terperinciPENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA
PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA Veronika Miana Radja 1 1 Program Studi Teknik Sipil Universitas Flores
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan pertumbuhan penduduk di kota Semarang, maka diperlukan sarana jalan raya yang aman dan nyaman. Dengan semakin bertambahnya volume lalu lintas,
Lebih terperinciPENGARUH PEMBASAHAN BERULANG TERHADAP PARAMETER KUAT GESER TANAH LONGSORAN RUAS JALAN TAWAELI TOBOLI
PENGARUH PEMBASAHAN BERULANG TERHADAP PARAMETER KUAT GESER TANAH LONGSORAN RUAS JALAN TAWAELI TOBOLI Hendra Setiawan * * Abstract Tawaeli-Toboli road is an arterial road together with the trans sulawesi
Lebih terperinciBAB IV KRITERIA DESAIN
BAB IV KRITERIA DESAIN 4.1 PARAMETER DESAIN Merupakan langkah yang harus dikerjakan setelah penentuan type penanggulangan adalah pembuatan desain. Desain penanggulangan mencangkup perencanaan, analisa
Lebih terperinciPENGARUH JENIS TANAH TERHADAP KESTABILAN DINDING MSE DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL DI DAERAH REKLAMASI MALALAYANG
PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP KESTABILAN DINDING MSE DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL DI DAERAH REKLAMASI MALALAYANG Roski R.I. Legrans Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK
Lebih terperinciKARAKTERISITIK KUAT GESER TANAH MERAH
KARAKTERISITIK KUAT GESER TANAH MERAH Reffanda Kurniawan Rustam 1 dan Amiwarti 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas PGRI Palembang E-mail: reffandakurniawan@yahoo.com Abstrak. Tanah lunak
Lebih terperinciABSTRAK
KORELASI KUAT GESER UNDRAINED TANAH KELEMPUNGAN PADA KONDISI NORMALLY CONSOLIDATED DAN OVER CONSOLIDATED Sitti Hijraini Nur 1, Asad Abdurrahman 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Makassar,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Sampel tanah yang disiapkan adalah tanah
Lebih terperinciPERILAKU INTERAKSI AKAR-TANAH PADA SISTEM PERKUATAN TANAH DENGAN TANAMAN RUMPUT AKAR WANGI (VETIVERIA ZIZANIOIDES)
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 PERILAKU INTERAKSI AKAR-TANAH PADA SISTEM PERKUATAN TANAH DENGAN TANAMAN RUMPUT AKAR WANGI (VETIVERIA ZIZANIOIDES) Hanggoro Tri
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI
BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI 2.. Tinjauan Umum Untuk dapat merencanakan penanganan kelongsoran tebing pada suatu lokasi terlebih dahulu harus diketahui kondisi sebenarnya dari lokasi tersebut. Beberapa
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari studi yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Setelah melakukan pengujian dilaboratorium, pengaruh proses pengeringan
Lebih terperinciANALISA STABILITAS LERENG PADA CAMPURAN PASIR DAN TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN PERMODELAN DI LABORATORIUM ABSTRAK
VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 ANALISA STABILITAS LERENG PADA CAMPURAN PASIR DAN TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN PERMODELAN DI LABORATORIUM Anissa Maria Hidayati 1 ABSTRAK Tanah longsor merupakan potensi
Lebih terperinciBAYU TEGUH ARIANTO NIM : D NIRM :
ANALISIS PARAMETER KUAT GESER TANAH DENGAN GEOTEXTILE Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : BAYU TEGUH ARIANTO NIM : D 100 030 074 NIRM
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, tanah berfungsi sebagai penahan beban akibat
Lebih terperinci4 BAB VIII STABILITAS LERENG
4 BAB VIII STABILITAS LERENG 8.1 Tinjauan Umum Pada perhitungan stabilitas lereng disini lebih ditekankan apakah terjadi longsoran baik di lereng bawah maupun di tanggulnya itu sendiri. Pengecekannya disini
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI JUMLAH LAPIS DAN JARAK ANTARLAPIS VERTIKAL GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN LERENG PASIR KEPADATAN 74%
PENGARUH VARIASI JUMLAH LAPIS DAN JARAK ANTARLAPIS VERTIKAL GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN LERENG PASIR KEPADATAN 74% Wida Rizky Hutama, As ad Munawir, Harimurti Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Gunungpati merupakan daerah berbukit di sisi utara Gunung Ungaran dengan kemiringan dan panjang yang bervariasi. Sungai utama yang melintas dan mengalir melalui
Lebih terperinciSTUDI PENGENDALIAN EROSI LERENG DI WILAYAH BUKIT WONGGE KABUPATEN ENDE
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 STUDI PENGENDALIAN EROSI LERENG DI WILAYAH BUKIT WONGGE KABUPATEN ENDE Veronika Miana Radja 1, Fransiskus Xaverius Ndale
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menyebabkan pembangunan berkembang secara cepat. Pembangunan khususnya pada daerah-daerah yang curam
Lebih terperinciSTUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G.
STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT G. Perangin-angin 1 Abstrak Tanah merupakan salah satu material penting sebagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Daerah penelitian merupakan daerah yang memiliki karakteristik tanah yang mudah meloloskan air. Berdasarkan hasil borring dari Balai Wilayah
Lebih terperinciINVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )
INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen ) Qunik Wiqoyah 1, Anto Budi 2 Beny Ariyanto 3 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik
Lebih terperinciPERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova
Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012 57 PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Soenarmo, dkk. (2008) melakukan penelitian pengaruh intensitas curah hujan terhadap pendugaan potensi tanah longsor. Pada penelitian tersebut
Lebih terperinciKARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF (Studi Kasus di Desa Tanah Awu, Lombok Tengah)
KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF (Studi Kasus di Desa Tanah Awu, Lombok Tengah) I GUSTI AGUNG AYU ISTRI LESTARI Fakultas Teknik Universitas Islam Al-Azhar Mataram ABSTRAK Tanah merupakan material
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Banten. Sumber-sumber gempa di Banten terdapat pada zona subduksi pada pertemuan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tanggal 17 Juni 2006 gempa sebesar 6,8 skala Richter mengguncang Banten. Sumber-sumber gempa di Banten terdapat pada zona subduksi pada pertemuan lempeng Ausralia
Lebih terperinciSTUDI STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH KANTILEVER PADA RUAS JALAN SILAING PADANG - BUKITTINGGI KM ABSTRAK
VOLUME 7 NO. 1, FEBRUARI 2011 STUDI STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH KANTILEVER PADA RUAS JALAN SILAING PADANG - BUKITTINGGI KM 64+500 Abdul Hakam 1, Rizki Pranata Mulya 2 ABSTRAK Hujan deras yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk, terutama manusia. Dua pertiga wilayah bumi terdiri dari lautan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu terhadap suatu bidang horisontal dan
Lebih terperinciek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO
ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP PARAMETER KUAT GESER TANAH BERPASIR Sriyati Ramadhani * Abstract The aim of this research is to know the shear strength
Lebih terperinciKAJIAN EFEKTIFITAS SEMEN DAN FLY ASH DALAM STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN UJI TRIAXIAL CU DAN APLIKASI PADA STABILISASI LERENG ABSTRAK
KAJIAN EFEKTIFITAS SEMEN DAN FLY ASH DALAM STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN UJI TRIAXIAL CU DAN APLIKASI PADA STABILISASI LERENG Frengky Alexander Silaban 1, Roesyanto 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS BENDUNGAN SELOREJO AKIBAT RAPID DRAWDOWN BERDASARKAN HASIL SURVEY ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY (ERT)
ANALISIS STABILITAS BENDUNGAN SELOREJO AKIBAT RAPID DRAWDOWN BERDASARKAN HASIL SURVEY ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY (ERT) Auliya Nusyura Al Islami 1, Eko Andi Suryo 2, Arief Rachmansyah 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciAnalisis Stabilitas Lereng Menggunakan Perkuatan Tanaman Switchgrass
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2016 Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Perkuatan Tanaman Switchgrass NUGRAHA, FIKRI YUDHISTIRA
Lebih terperinciPENGARUH BEBAN DINAMIS DAN KADAR AIR TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TANAH LEMPUNG BERPASIR
PENGARUH BEBAN DINAMIS DAN KADAR AIR TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TANAH LEMPUNG BERPASIR Yulvi Zaika, Syafi ah Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jl. MT. Haryono
Lebih terperinciGRAFIK HUBUNGAN ( angka pori dengan kadar air) Pada proses pengeringan
( angka pori dengan kadar air) Pada proses pengeringan 1,550 Grafik e VS Wc 1,500 1,450 1,400 1,350 e 1,300 1,250 1,200 1,150 1,100 0 10 20 30 40 50 60 Wc (%) Siklus 1 Siklus 2 Siklus 4 Siklus 6 ( kohesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. batuan, bahan rombakan, tanah, atau campuran material tersebut yang bergerak ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau campuran material tersebut yang bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)
PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Lebih terperinciPENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10)
PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10) Ilham Idrus Staf Pengajar Dosen pada Fakultas Teknik Universitas Islam Makassar ABSTRAK
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI
Contents BAB III... 48 METODOLOGI... 48 3.1 Lingkup Perencanaan... 48 3.2 Metode Pengumpulan Data... 49 3.3 Uraian Kegiatan... 50 3.4 Metode Perencanaan... 51 BAB III METODOLOGI 3.1 Lingkup Perencanaan
Lebih terperinciBAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN
BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN Bangunan pelengkap jalan raya bukan hanya sekedar pelengkap akan tetapi merupakan bagian penting yang harus diadakan untuk pengaman konstruksi jalan itu sendiri dan petunjuk
Lebih terperinciBAB II TI JAUA PUSTAKA
BAB II TI JAUA PUSTAKA 2.1 Sifat Alamiah Tanah Tanah adalah akumulasi partikel mineral yang mempunyai ikatan antar partikel yang lemah atau sama sekali tidak mempunyai ikatan antar partikel tanahnya, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia konstruksi, tanah menduduki peran yang sangat vital dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia konstruksi, tanah menduduki peran yang sangat vital dalam sebuah kontruksi bangunan. Tanah berguna sebagai bahan bangunan dalam berbagai macam pekerjaan
Lebih terperinciEstimasi Odds Ratio Model-1
Estimasi Odds Ratio Model- Parameter OR Derajat kejenuhan Tebal lapisan lanau-2 Sudut kemiringan lereng Pembasahan 25% Pembasahan 5% Pembasahan 75% 3 m 6 o 7 o 8 o 384.672 777.37 2.34 7.27 95.249 6.76
Lebih terperinciPENINGKATAN KEKUATAN GESER TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CERUCUK ABSTRAK
VOLUME 5 NO. 2, OKTOBER 2009 PENINGKATAN KEKUATAN GESER TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CERUCUK Hendri Gusti Putra 1, Abdul Hakam 2, Nova Yusri ABSTRAK Tanah lempung merupakan jenis tanah yang memiliki kuat geser
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KEPADATAN PADA PERMODELAN FISIK MENGGUNAKAN TANAH PASIR BERLEMPUNG TERHADAP STABILITAS LERENG
PENGARUH VARIASI KEPADATAN PADA PERMODELAN FISIK MENGGUNAKAN TANAH PASIR BERLEMPUNG TERHADAP STABILITAS LERENG Herlien Indrawahyuni, As ad Munawir, Ifone Damayanti Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah pengujian selesai dilakukan dan hasil yang diperoleh telah dianalisis, maka dapat disimpulkan beberapa hal antara lain : 1. Dari hasil pengujian sifak
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1. Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1 93 LAMPIRAN 2 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK EC7 DA1 C1 (UNDRAINED) 94 LAMPIRAN 3 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK
Lebih terperinciLABORATORIUM UJI BAHA JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
REFERENSI Modul Praktikum Lab Uji Bahan Politeknik Negeri I. TUJUAN 1. Mengetahui kekuatan tanah terhadap gaya horizontal, dengan cara menetukan harga kohesi (c) dari sudut geser dalam ( ϕ ) dari suatu
Lebih terperinciPENGGUNAAN BETON MATRAS SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF UNTUK PENANGGULANGAN BOCORAN PADA TANGGUL SALURAN IRIGASI
50 PENGGUNAAN BETON MATRAS SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF UNTUK PENANGGULANGAN BOCORAN PADA TANGGUL SALURAN IRIGASI Tugiran 1) Subari 2) Isman Suhadi 3) 1) Alumni Program Studi Teknik Sipil Universitas Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini teknologi terus berkembang seiring kemajuan jaman. Teknologi di bidang konstruksi bangunan juga mengalami perkembangan pesat, termasuk teknologi dalam bidang
Lebih terperinciNo. Job : 07 Tgl :12/04/2005 I. TUJUAN
I. TUJUAN II. LABORATORIUM UJI TANAH POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext.266 Bandung Subjek : Pengujian Tanah di Laboratorium Judul
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Umum Embung merupakan bangunan air yang selama pelaksanaan perencanaan diperlukan berbagai bidang ilmu guna saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang
Lebih terperinciPENGARUH AKAR TUMBUHAN (VETIVERIA ZIZANIOIDES) TERHADAP PARAMETER GESER TANAH DAN STABILITAS LERENG
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 PENGARUH AKAR TUMBUHAN (VETIVERIA ZIZANIOIDES) TERHADAP PARAMETER GESER TANAH DAN STABILITAS LERENG Merry Natalia dan Harianto Hardjasaputra
Lebih terperinciBAB 2 FENOMENA LONGSOR DAN METODE PENENTUAN WILAYAH RAWAN LONGSOR
BAB 2 FENOMENA LONGSOR DAN METODE PENENTUAN WILAYAH RAWAN LONGSOR 2.1 Fenomena Longsor Longsor atau gerakan tanah merupakan salah satu bencana geologis yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat pesat dan pembangunan juga terjadi di segala lahan untuk mencapai efektifitas pemanfaatan
Lebih terperinciPENGARUH JARAK DAN PANJANG KOLOM DENGAN DIAMETER 5CM PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG EKSPANSIF MENGGUNAKAN METODE DSM BERPOLA TRIANGULAR
PENGARUH JARAK DAN PANJANG KOLOM DENGAN DIAMETER CM PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG EKSPANSIF MENGGUNAKAN METODE DSM BERPOLA TRIANGULAR TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH Muhammad Ainun Ma azza 1, Yulvi Zaika 2,
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224
MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 154 KRITERIA KERUNTUHAN MOHR COULOMB Keruntuhan geser (shear
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah
BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum Gagasan untuk mewujudkan suatu bangunan harus didahului dengan survey dan investigasi untuk mendapatkan data yang sesuai guna mendukung terealisasinya sisi pelaksanaan
Lebih terperinciKORELASI PARAMETER KEKUATAN GESER TANAH DENGAN MENGGUNAKAN UJI TRIAKSIAL DAN UJI GESER LANGSUNG PADA TANAH LEMPUNG SUBSTITUSI PASIR
JRSDD, Edisi Maret 2015, Vol. 3, No. 1, Hal:13-26 (ISSN:2303-0011) KORELASI PARAMETER KEKUATAN GESER TANAH DENGAN MENGGUNAKAN UJI TRIAKSIAL DAN UJI GESER LANGSUNG PADA TANAH LEMPUNG SUBSTITUSI PASIR Syahreza
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR TANGGUL KOLAM RETENSI KACANG PEDANG PANGKAL PINANG DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE OASYS GEO 18.1 DAN 18.2
PERENCANAAN STRUKTUR TANGGUL KOLAM RETENSI KACANG PEDANG PANGKAL PINANG DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE OASYS GEO 18.1 DAN 18.2 Nama : Jacson Sumando NRP : 9821055 Pembimbing : Ibrahim Surya, Ir., M.Eng FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Pengujian sifat fisik tanah ini dilakukan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil).
III. METODE PENELITIAN A. Pekerjaan Lapangan Pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah pengambilan sampel tanah. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil). Sampel tanah diambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi sekarang ini telah merambah di segala bidang, demikian pula dengan ilmu teknik sipil. Sebagai contohnya dalam bidang teknik konstruksi,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi Tanah Pada sistem klasifikasi Unified, tanah diklasifikasikan kedalam tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika kurang dari 50 % lolos saringan nomor 200, dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi
III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi dengan material pasir. Sampel tanah yang akan digunakan adalah dari daerah Belimbing Sari,
Lebih terperincilanau (ML) yang tebabiya 6 meter, atau tanah longsor yang terjadi di Sidangbarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahaya kelongsoran di Indonesia memiliki frekuensi yang cukup tinggi ini terlihat dari data Pekerjaan Umum (http//www.pu.go.id) tentang penanggulangan bencana alam
Lebih terperinciPENGARUH PROSES PEMBASAHAN TERHADAP PARAMETER KUAT GESER c, ϕ DAN ϕ b TANAH LANAU BERPASIR TAK JENUH ABSTRAK
PENGARUH PROSES PEMBASAHAN TERHADAP PARAMETER KUAT GESER c, ϕ DAN ϕ b TANAH LANAU BERPASIR TAK JENUH Mentari Surya Pratiwi NRP : 0921017 Pembimbing : Ir. Asriwiyanti Desiani, M.T. ABSTRAK Pada dasarnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahap yang yang paling awal dalam pengerjaan sebuah konstruksi adalah perencanaan pondasi. Karena pondasi adalah bagian terendah dari suatu bangunan konstruksi yang
Lebih terperinci