STUDI PENGENDALIAN EROSI LERENG DI WILAYAH BUKIT WONGGE KABUPATEN ENDE
|
|
- Sri Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, Oktober 2017 STUDI PENGENDALIAN EROSI LERENG DI WILAYAH BUKIT WONGGE KABUPATEN ENDE Veronika Miana Radja 1, Fransiskus Xaverius Ndale 2, dan Kristoforus Je 3 1 Porgram Studi Teknik Sipil, Universitas Flores, Jl.Sam Ratulangi Ende Flores veronika_mira@yahoo.com 2 Porgram Studi Teknik Sipil, Universitas Flores, Jl.Sam Ratulangi Ende Flores milanonet66@gmail.com 3 Porgram Studi Teknik Sipil, Universitas Flores, Jl.Sam Ratulangi Ende Flores kristoforus_je@yahoo.co.id ABSTRAK Wilayah kota Ende dengan luas sekitar 250 km 2 memiliki topografi dari permukaan laut sekitar 79 % dengan ketinggian kurang dari 500 m. Perkembangan jumlah penduduk mengakibatkan pengembangan pemukiman ke arah kawasan perbukitan dan tepi pantai. Hal tersebut menjadi fenomena dimana perluasan wilayah ke arah perbukitan yang semula merupakan ruang terbuka hijau menjadi area pemukiman penduduk. Perluasan wilayah tersebut dilakukan tanpa adanya pengawasan oleh pihak perencana tata kota, sehingga setiap terjadinya hujan dengan intensitas yang cukup tinggi akan menimbulkan alur aliran air yang deras saat hujan menuju infrastruktur dan pemukiman di bawahnya serta membawa gerusan tanah karena erosi permukaan. Penelitian ini diawali dengan melakukan pengamatan lapangan untuk memperoleh gambaran dan identifikasi lokasi pengambilan sampel tanah yang tererosi. Penelitian dilakukan dengan uji bor dan penetrasi statis untuk mendapatkan karakteristik fisik dan mekanis tanah. Dari data yang diperoleh selanjutnya dilakukan kajian untuk penanganan erosi permukaan tanah akibat limpasan air hujan. Kajian tersebut meliputi besar limpasan air permukaan saat hujan, letak kedalaman bidang longsor, dan nilai stabilitas lereng. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, diperoleh bahwa jenis tanah di wilayah bukit wongge adalah pasir berkerikil dengan sedikit bagian halus. dengan besar koefisien rembesan 1,05 x 10-1 sehingga banyaknya limpasan air saat hujan dengan intensitas tinggi adalah 125 mm/jam, kedalaman bidang longsor saat kondisi jenuh sampai pada kaki lereng dengan angka keamanan 0,556 Maka penanganan pendekatan yang diambil untuk mengatasinya antara lain penggunaan dinding penahan untuk menahan gerusan tanah bagian permukaan lereng dan longsoran permukaan serta pembuatan sumur resapan untuk mengurangi limpasan permukaan yang besar sehingga tidak terbentuk lagi alur aliran pada permukaan tanah. Kata kunci : erosi, limpasan permukaan, bidang longsor, sumur resapan, alur aliran 1. PENDAHULUAN Bukit Wongge sebelumnya merupakan area hutan yang terletak di bagian utara wilayah kota Ende. Oleh karena perkembangan penduduk dan peningkatan kebutuhan lahan, maka area lereng bukit wongge dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman. Belum adanya perencanaan yang matang dari pemerintahan untuk tata kota dan pembuatan drainase yang baik, sehingga pembangunan di area bukit wongge dilakukan sekenanya oleh para pemilik lahan dengan tidak memperhatikan pengaruh yang akan ditimbulkan. Seperti yang terlihat pada beberapa titik di sepanjang lereng, adanya alur-alur aliran air akibat adanya hujan. Adanya alur tersebut menimbulkan aliran air yang deras saat hujan menuju infrastruktur dan pemukiman di bawahnya serta membawa gerusan tanah. Sehingga pada beberapa bagian jalan dan pemukiman penduduk terjadi banjir dan adanya timbunan pasir yang mengganggu aktivitas. Untuk mencegah terjadinya alur aliran dan gerusan permukaan tanah daerah lereng saat hujan, diperlukan suatu penyelidikan agar dapat mengatasi permasalahan tersebut antara lain dengan cara mendapatkan sifat fisik dan mekanis tanah, besar limpasan air hujan, letak bidang gelincir dan kondisi stabilitas lereng di wilayah bukit Wongge. 2. RUMUSAN MASALAH Untuk mencegah terjadinya alur aliran dan gerusan permukaan tanah daerah lereng saat hujan, diperlukan suatu penyelidikan agar dapat mengatasi permasalahan tersebut. Adapun masalah yang dilihat dalam penelitian ini adalah : GEO - 115
2 - Sifat fisik dan mekanis tanah di wilayah lereng bukit Wongge - Besarnya limpasan air hujan di wilayah lereng bukit wongge - Kondisi stabilitas lereng wilayah bukit Wongge - Letak bidang gelincir pada lereng bukit Wongge - Cara untuk mengatasi aliran permukaan yang menimbulkan erosi pada permukaan tanah` 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini diawali dengan melakukan pengamatan lapangan untuk memperoleh gambaran dan identifikasi lokasi pengambilan sampel tanah yang tererosi, selanjutnya ; - Melakukan sondir sebanyak 4 titik pada lokasi yang tererosi dan boring untuk pengambilan sampel tanah yang terganggu dan tidak terganggu untuk diuji di laboratorium. - Pengujian di laboratorium untuk mendapatkan parameter fisik dan mekanis tanah antara lain berat volume tanah kondisi lapangan, berat volume tanah saat jenuh, berat jenis, konsistensi tanah, gradasi butiran, koefisien permeabilitas, angka pori, kohesi dan sudut geser dalam dari tanah. - Dari parameter geser tersebut digunakan untuk menghitung analisa stabilitas lereng, dalam hal ini menggunakan analisa Geo-Slope sekalian untuk mendapatkan kedalaman bidang gelincirnya. - Selanjutnya menghitung banyaknya limpasan air hujan yang diperoleh dari hitungan besarnya intensitas air hujan terhadap laju infiltrasi. - Memperkirakan besarnya erosi tanah permukaan. 4. PENYELIDIKAN TANAH Penyelidikan lapangan dengan cara melakukan sondir sebanyak 4 titik pada lokasi yang tererosi dan boring untuk pengambilan sampel tanah yang terganggu dan tidak terganggu untuk diuji di laboratorium. Hasil sondir mencapai tanah keras > 200 kg/cm 2, dimana pada lokasi penelitian diperoleh pada kedalaman 5 m sampai 7 m. Selanjutnya melakukan pengujian di laboratorium. Dimana hasil pengujian di laboratorium seperti terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Parameter tanah hasil pengujian di laboratorium No. Jenis Pengujian Simbol Satuan Nilai Keterangan 1 Berat volume tanah (γ t ) gr/cm 3 2,16 - initial 2 Berat volume tanah (γ d ) gr/cm 3 1,86 - kering 2 Berat spesifik (Gs) - 2,87-3 Indeks plastisitas (IP) % 5,45 Plastisitas rendah 4 USCS SW - - Pasir bergradasi baik dengan sedikit bahan halus 5 AASHTO A Pasir berlanau atau berlempung 6 Koef. permeabilitas k Cm/det 1,05x10-1 Pasir dan kerikil kelanauan 7 Derajat kejenuhan (Sr) % 53,10-8 Angka pori (e) - 0,35-9 Porositas (n) % 24,8-10 Kohesi (C) O 0,34-11 Sudut geser dalam (Ø) Kg/cm 2 35,25-5. ANALISIS STABILITAS LERENG Menurut Karnawati (2005), longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan yang umunya terjadi pada kemiringan lereng 20 o -40 o dengan massa yang bergerak berupa tanah residual, endapan koluvial dan batuan vulkanik yang lapuk. Tanah residual dan koluvial umumnya merupakan tanah yang bersifat lepas-lepas dan dapat menyimpan air. Akibatnya kekuatan gesernya relatif lemah, apalagi bila air yang dikandungnya semakin jenuh dan menekan. Peningkatan kejenuhan air dapat terjadi apabila tanah tersebut menumpang di atas lapisan tanah atau batuan yang lebih kompak dan kedap air. Sehingga air yang meresap ke dalam tanah sulit menembus lapisan tanah atau batuan di bawahnya, dan hanya terakumulasi dalam tanah yang relatif gembur. Kontak antara lapisan tanah atau batuan yang lebih kedap dengan massa tanah di atasnya sering merupakan bidang gelincir gerakan tanah. GEO - 116
3 Dalam Wesley (2010), longsoran lereng pada tanah residual terutama pada lereng yang curam, bidang gelincirnya tidak seperti tipe longsoran dalam yang berbentuk lingkaran. Pada lereng tanah residual kedalaman bidang longsornya relatif dangkal, seringkali dengan agak membentuk kurva atau hampir planar. Meskipun demikian, volume dari material yang longsor masih sangat besar. Tujuan mencari letak dan bentuk bidang gelincir adalah untuk menentukan metode penanggulangan longsoran lereng yang sesuai. Penentuan letak bidang gelincir di lapangan tidak dilakukan secara langsung, namun dikaitkan dengan menghitung analisa stabilitas lereng dengan menggunakan Geo Slope. Dalam model, sudut lereng diambil 90 o dengan ketebalan lapisan tanah adalah 7 meter. Beban yang bekerja pada lereng merupakan tanah tegalan dan bangunan rumah penduduk diperkirakan sebesar 200 kg/cm 2. Muka air tanah tidak ditemui, namun pada musim kemarau kondisi tanah setelah disingkap beberapa saat masih dalam keadaan kering udara. Sehingga dalam penelitian ini elevasi muka air tanah diasumsikan berada pada kedalaman tanah kerasnya Berdasarkan hasil analisis stabilitas lereng untuk untuk tanah kondisi jenuh diperoleh angka keamanan 0,556 dengan kedalaman bidang gelincir sampai pada kaki lereng. Kondisi lereng yang tidak aman saat jenuh air maka perlu pembuatan dinding penahan untuk menjaga stabilitas tanah saat adanya hujan. Gambar 1. Model keruntuhan lereng pada kondisi kritis 6. INFILTRASI AIR HUJAN Horton (1940) mendeskripsikan infiltrasi tanah dengan pendekatan empiris yang merupakan fungsi dari waktu. (1) (2) Dimana ; ft = laju infiltrasi pada waktu t (mm/jam) fc = laju infiltrasi konstan (cm) fo = laju infiltrasi awal (cm) e = 2,71828 K = konstanta hidrolik tanah jenuh t = lama waktu hujan (jam) sehingga nilai laju infiltrasi diperoleh sebagai berikut : Tabel 2. Hasil uji laju infiltrasi tanah No. Jenis Pengujian Simbol Satuan Nilai Keterangan 1 Laju infiltrasi awal fo Cm/jam 13,92 Cepat 2 Laju infiltrasi konstan fc Cm/jam 0,57 Sedang lambat 3 Besar infiltrasi Ft Cm/jam 5,48 lambat GEO - 117
4 Jadi nilai laju infiltrasi tanah pada wilayah bukit Wongge tersebut tergolong lambat, sehingga limpasan airnya menjadi lebih banyak. 7. ANALISA DEBIT BANJIR Aliran permukaan (run off) adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju ke lautan. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ada yang langsung masuk ke dalam tanah atau disebut air infiltrasi. Sebagian lagi tidak sempat masuk ke dalam tanah dan oleh karenanya mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah. Ada juga bagian dari air hujan yang telah masuk ke dalam tanah, terutama pada tanah yang hampir atau telah jenuh, air tersebut ke luar ke permukaan tanah lagi dan lalu mengalir ke bagian yang lebih rendah. Kecepatan infiltrasi ditentukan oleh faktor karakteristik hujan, kondisi permukaan tanah, karakteristik tanah, kadar air dalam tanah, aktifitas manusia dan kondisi iklim. Data curah hujan pada wilayah bukit Wongge bervariasi, ada yang relatif lengkap dan ada yang kurang sehingga dipakai stasiun hujan yang terdekat dan relatif lebih lengkap dengan karakteristik daerah yang sama. Analisis curah hujan maksimum menggunakan metode Gumbell : XT = x + S.K (3) XT = nilai hujan rencana (mm) x = nilai rata-rata hujan (mm) S = deviasi standar (simpangan baku) K = faktor frekuensi yang merupakan tinggi dari periode ulang dan type distribusi frekuensi n = banyaknya data (4) Untuk mendapatkan nilai faktor frekuensi (K) dengan menggunakan persamaan : YT = nilai reduksi variant dari variabel yang diharapkan terjadi pada periode ulang T tahun. (5) Sehingga diperoleh : (6) Dari perhitungan curah hujan di stasiun dan curah hujan maksimum rencana untuk periode ulang 5 tahun (Rt) diperoleh sebesar 24,75 mm. Intensitas hujan untuk waktu (Tc) dapat dihitung dengan rumus Manobe (Soemartono,1977) yaitu : (7) I = Intensitas hujan (mm/jam) Tc = Waktu konsentrasi (jam) (8) L = panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau (km) S = kemiringan rata-rata daerah lintasan air Rt = curah hujan maksimum harian rata-rata pada periode tertentu GEO - 118
5 Perhitungan debit limpasan menggunakan metode rasional dengan rumus : (9) C = koefisien run off (perkampungan 0,25-0,40) I = intensitas curah hujan (mm/jam) A = luas daerah tangkapan hujan (km 2 ) Q= debit limpasan (m 3 /det) Perhitungan tersebut membutuhkan data sebagai berikut : 1. Intensitas curah hujan (I) 2. Koefisien aliran (C) untuk perkampungan diambil 0,3 3. Luas daerah tangkapan (A) yang diperoleh dari hasil perhitungan peta topografi kawasan lereng bukit wongge sekitar 0,25 km2. 4. Panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau 100 m = 0,1 km 5. Kemiringan rata-rata daerah lintasan air = 30%. Sehingga diperoleh waktu konsentrasi Tc = 0,018 jam, sehingga intensitas curah hujannya 125,35 mm/jam. Hasil analisa debit banjir (Q) = 2,613 m3/dtk. 8. PERKIRAAN BESARNYA EROSI PERMUKAAN Dari beberapa metoda untuk memperkirakan besarnya erosi permukaan, metoda Universal Soil Loss Equation (USLE) yang dikembangkan oleh Wischmeir dan Smith (1978) adalah metode yang paling umum digunakan untuk memperkirakan besarnya erosi. USLE adalah suatu model erosi yang dirancang untuk memprediksi erosi rata-rata jangka panjang dari erosi lembar atau alur dibawah keadaan tertentu. Persamaan kehilangan tanah tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: E = R x K x L x S x C x P (10) E = Besarnya kehilangan tanah persatuan luas lahan (ton/hektar). R = Faktor erosivitas curah hujan dan air larian untuk daerah tertentu (EI). EI = (89 log I). R = Σ EI/100 X K = Faktor erodibilitas tanah untuk horizon tanah tertentu dan merupakan kehilangan tanah per satuan luas untuk indeks erosivitas tertentu. L = Faktor panjang kemiringan lereng yang tidak mempunyai satuan. S = Faktor gradien atau kemiringan lereng yang tidak mempunyai satuan. C = Faktor pengelolaan tanaman, cara bercocok tanam yang tidak mempunyai satuan. P = Faktor praktik konservasi tanah atau faktor X = Jumlah tahun atau musim hujan yang digunakan sebagai dasar perhitungan Sementara Dari tabel dapat diperoleh ; - faktor erodibilitas untuk Tanah aluvial residual K = 0,47 - kemiringan lereng >40 o, LS = 9,5 - Jenis penggunaan lahan penutupan tanah sebagian ditumbuhi alang-alang CP = 0,02. Berdasarkan hasil analisa menunjukan bahwa rata-rata erosi yang terjadi pertahunnya sebesar 0,68 ton/ha/thn, dengan klasifikasi bahaya erosi yang sangat ringan. 9. SUMUR RESAPAN Karena limpasan air permukaannya lebih besar dari laju infiltrasi maka perlu dibuat sumur resapan. Sumur resapan air hujan adalah prasarana untuk menampung dan meresapkan air hujan ke dalam tanah, dengan persyaratan umum yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut: a. Sumur resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang relatif datar; b. Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan tidak tercemar; c. Penetapan sumur resapan air hujan harus mempertimbangkan keamanan bangunan sekitarnya; GEO - 119
6 d. Harus memperhatikan peraturan daerah setempat; e. Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus disetujui Instansi yang berwenang. Persyaratan teknis yang harus dipenuhi antara lain adalah sebagai berikut: a. Ke dalam air tanah minimum 1,50 m pada musin hujan; b. Struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai permebilitas tanah 2,0 cm/jam. c. Jarak penempatan sumur resapan air hujan terhadap bangunan, Tabel 3. Jarak minimum sumur resapan terhadap bangunan No Jenis Bangunan Jarak minimum dari sumur resapan air hujan (m) 1 Sumur resapan air hujan/ sumur air bersih 3 2 Pondasi bangunan 1 3 Bidang resapan /sumur resapan tangki septik KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, diperoleh bahwa jenis tanah di wilayah bukit wongge adalah pasir berkerikil dengan sedikit bagian halus. dengan besar koefisien rembesan 1,05 x 10-1, besar infiltrasi 5,4 cm/jam (tergolong lambat), sehingga limpasan air saat hujan dengan intensitas tinggi adalah sebesar 125 mm/jam, dan kedalaman bidang longsor saat kondisi jenuh sampai pada kaki lereng dengan angka keamanan 0,556 (kondisi kritis), maka penanganan pendekatan yang diambil untuk mengatasinya antara lain penggunaan dinding penahan untuk menjaga stabilitas tanah lereng dan menahan gerusan tanah bagian permukaan lereng serta pembuatan sumur resapan untuk mengurangi limpasan permukaan yang besar sehingga tidak terbentuk lagi alur aliran pada permukaan tanah. DAFTAR PUSTAKA Anonim Tata Cara PerencanaanSumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan SNI No Jakarta: Balitbang Kimpraswil Asdak, Chay., Hidrologi dan Pengeolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2002 Bowles, J.E. (1984). Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Erlanga, Jakarta Bowles, Joseph B., Analisis Dan Desain Pondasi, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta, Das, Braja M. (1985). Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid Penerbit Erlangga : Jakarta Hardjoamidjojo, Soedodo, Sukartaamatmadja, Budi Santtoso. (1998). Mekanika Tanah Lanjutan. Gunadarma Jakarta Kelompok Kerja Erosi dan Sedimentasi., Kajian Erosi dan Sedimentasi Pada DAS Teluk Balikpapan Kalimantan Timur. Proyek Pesisir/CRMP Kironoto, Bambang Agus, dkk., Diktat Kuliah Hidraulika Transfor Sedimen. PPS-Teknik Sipil, Yogyakarta Linsley, Rey K., Franzini Joseph B.,1989. Teknik Sumber Daya Air, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta Rahim, Supli Effendi., Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Rantung, Marizca Monica, dkk., Analisa Erosi dan Sedimentasi Pada Lahan Di Sub DAS Panasen Kabupaten Minahasa, Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi. Sukandi., Teknik Pengawetan Tanah Dan Air, Graha Ilmu dan Creata-LPPM, Yogyakarta Sutapa, I Wayan., Analisis Potensi Erosi Pada DAS Di Sulawesi Tengah, Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Tadulako GEO - 120
PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA
PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA Veronika Miana Radja 1 1 Program Studi Teknik Sipil Universitas Flores
Lebih terperinciKAJIAN EROSI LAHAN PADA DAS DAWAS KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN
KAJIAN EROSI LAHAN PADA DAS DAWAS KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Msy Efrodina R Alie Jurusan Teknik Sipil Universitas Sriwijaya (Jl. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang, Sumatera Selatan)
Lebih terperinciKAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN
Spectra Nomor 11 Volume VI Januari 008: 8-1 KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Ibnu Hidayat P.J. Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI
BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI 2.1. Tinjauan Umum Untuk dapat merencanakan penanganan kelongsoran tebing pada suatu lokasi, terlebih dahulu harus diketahui kondisi existing dari lokasi tersebut. Beberapa
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah
BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum Gagasan untuk mewujudkan suatu bangunan harus didahului dengan survey dan investigasi untuk mendapatkan data yang sesuai guna mendukung terealisasinya sisi pelaksanaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengujian Sampel Tanah Berdasarkan pengujian yang dilakukan sesuai dengan standar yang tertera pada subbab 3.2, diperoleh hasil yang diuraikan pada
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Erosi adalah proses terkikis dan terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Tanah dan bagian bagian tanah yang terangkut dari suatu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan Curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu (Arsyad, 2010). Menurut Tjasyono (2004), curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan
Lebih terperinciKONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG
KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya, mengakibatkan makin berkurangnya daerah resapan air hujan, karena meningkatnya luas daerah yang ditutupi
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR
ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR M a r w a n t o Jurusan Teknik Sipil STTNAS Yogyakarta email : marwantokotagede@gmail.com Abstrak Kejadian longsoran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Embung merupakan bangunan air yang menampung, mengalirkan air menuju hilir embung. Embung menerima sedimen yang terjadi akibat erosi lahan dari wilayah tangkapan airnya
Lebih terperinciMODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)
MODEL PENANGGULANGAN BANJIR Oleh: Dede Sugandi*) ABSTRAK Banjir dan genangan merupakan masalah tahunan dan memberikan pengaruh besar terhadap kondisi masyarakat baik secara social, ekonomi maupun lingkungan.
Lebih terperinciKeaktifan lereng adalah proses perpindahan masa tanah atau batuan 1 1. PENDAHULUAN. Ha %
1. PENDAHULUAN Ende merupakan sebuah kabupaten yang berada di pulau Flores yang dibatasi oleh Kabupaten Ngada sebelah Barat, Kabupaten Sikka sebelah Timur, Laut Sawu di bagian Selatan dan Laut Flores di
Lebih terperinciTeknik Konservasi Waduk
Teknik Konservasi Waduk Pendugaan Erosi Untuk memperkirakan besarnya laju erosi dalam studi ini menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) atau PUKT (Persamaan umum Kehilangan Tanah). USLE
Lebih terperinciErosi. Rekayasa Hidrologi
Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu
Lebih terperinciUJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR
UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR Johannes Patanduk, Achmad Bakri Muhiddin, Ezra Hartarto Pongtuluran Abstrak Hampir seluruh negara di dunia mengalami
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Umum Embung merupakan bangunan air yang selama pelaksanaan perencanaan diperlukan berbagai bidang ilmu guna saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang
Lebih terperinciPENANGANAN MASALAH EROSI DAN SEDIMENTASI DI KAWASAN KELURAHAN PERKAMIL
PENANGANAN MASALAH EROSI DAN SEDIMENTASI DI KAWASAN KELURAHAN PERKAMIL Fifi Nur Fitriyah Fuad Halim, M. I. Jasin Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi email: By_rhiby@yahoo.com
Lebih terperinciSTUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN
STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN Sugeng Sutikno 1, Mutia Sophiani 2 1 Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Subang 2 Alumni
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH
PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Abdul Jalil 1), Khairul Adi 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH
PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Lis Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh Email: lisayuwidari@gmail.com Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kajian Geoteknik Analisis kemantapan lereng keseluruhan bertujuan untuk menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada sudut dan tinggi tertentu. Hasil dari analisis
Lebih terperinciSurface Runoff Flow Kuliah -3
Surface Runoff Flow Kuliah -3 Limpasan (runoff) gabungan antara aliran permukaan, aliran yang tertunda ada cekungan-cekungan dan aliran bawah permukaan (subsurface flow) Air hujan yang turun dari atmosfir
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Pengertian Sumur Resapan Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur resapan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Opak Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 menunjukan bahwa luas
Lebih terperinciEFEKTIFITAS SUMUR RESAPAN DALAM MEMPERCEPAT PROSES LAJU INFILTRASI
EFEKTIFITAS SUMUR RESAPAN DALAM MEMPERCEPAT PROSES LAJU INFILTRASI Siswanto *, Lita Darmayanti *, Polo Tarigan** Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru 28293 Abstrak Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air
BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa
Lebih terperinciANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.6 Analisa Debit Limpasan Permukaan Analisa ini bertujuan untuk mengetahui debit air pada kawasan kampus Kijang, Universitas Bina Nusantara, Kemanggisan, Jakarta Barat, pada
Lebih terperinciJl. Raya Kaligawe Km. 4, Semarang Jawa Tengah 2
H.1 PENGARUH AMBLESAN TANAH (LAND SUBSIDENCE) TERHADAP PERUBAHAN LUAS GENANGAN AIR PADA DATARAN ALLUVIAL KOTA SEMARANG BAGIAN TIMUR (STUDI KASUS : KECAMATAN GENUK DAN KECAMATAN PEDURUNGAN) Rahmad Fuji
Lebih terperinciBAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG
V-1 BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG 5.1. Analisis Sedimen dengan Metode USLE Untuk memperkirakan laju sedimentasi pada DAS S. Grubugan digunakan metode Wischmeier dan Smith
Lebih terperinciYeza Febriani ABSTRACT. Keywords : Erosion prediction, USLE method, Prone Land Movement.
PREDIKSI EROSI MENGGUNAKAN METODA USLE PADA DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH DI DAERAH JALUR LINTAS BENGKULU-KEPAHIANG Yeza Febriani Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi dan Neraca air Menurut Mori (2006) siklus air tidak merata dan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi (suhu, tekanan atmosfir, angin, dan lain-lain) dan kondisi
Lebih terperinciANALISIS EROSI DAN SEDIMENTASI LAHAN DI SUB DAS PANASEN KABUPATEN MINAHASA
ANALISIS EROSI DAN SEDIMENTASI LAHAN DI SUB DAS PANASEN KABUPATEN MINAHASA Marizca Monica Rantung A. Binilang, E. M. Wuisan, F. Halim Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi email:brikaks_1505@ymail.com
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Merden Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.3 menunjukan bahwa luas DTA
Lebih terperinci125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng
124 Bab VI Kesimpulan Lokasi penelitian, berupa lahan pertanian dengan kondisi baru diolah, tanah memiliki struktur tanah yang remah lepas dan jenis tanah lempung berlanau dengan persentase partikel tanah
Lebih terperinciBAB II KONDISI WILAYAH STUDI
II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai tempat terutama daerah tropis khususnya di daerah pegunungan yang nantinya akan sangat berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG
STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG Suroso, M. Ruslin Anwar dan Mohammad Candra Rahmanto Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Lebih terperinci2016 STUDI PARAMATERIK PENGARUH INTENSITAS CURAH HUJAN TERHADAP JARAK JANGKAUAN DAN KECEPATAN LONGSOR BERDASARKAN MODEL GESEKAN COLOUMB SEDERHANA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang rawan bencana alam. Salah satu bencana alam tersebut adalah longsor atau gerakan tanah. Iklim Indonesia yang tropis menyebabkan sebagian
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Penelitian ini meninjau kestabilan sebuah lereng yang terdapat Desa Tambakmerang, Kecamatan Girimarto, DAS Keduang, Wonogiri akibat adanya beban hujan 3 harian.
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI
BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI 2.. Tinjauan Umum Untuk dapat merencanakan penanganan kelongsoran tebing pada suatu lokasi terlebih dahulu harus diketahui kondisi sebenarnya dari lokasi tersebut. Beberapa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infiltrasi Menurut Munaljid dkk. (2015) infiltrasi adalah proses masuknya air dari atas (surface) kedalam tanah. Gerak air di dalam tanah melalui pori pori tanah dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan kemudian mengalirkan
Lebih terperinciMENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa
JIMT Vol. 0 No. Juni 203 (Hal. ) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soemarto (1999) infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA
4 BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah untuk menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai. 3.1.1 Permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi faktor pendukung dalam penyediaan kebutuhan air. Lahan-lahan yang ada pada suatu DAS merupakan suatu
Lebih terperinciPerkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran
Jurnal Vokasi 2010, Vol.6. No. 3 304-310 Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran HARI WIBOWO Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Jalan Ahmad Yani Pontianak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut (Soemarto,1999). Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasifik. Pertemuan tiga
Lebih terperinciABSTRAK
KORELASI KUAT GESER UNDRAINED TANAH KELEMPUNGAN PADA KONDISI NORMALLY CONSOLIDATED DAN OVER CONSOLIDATED Sitti Hijraini Nur 1, Asad Abdurrahman 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Makassar,
Lebih terperinciBAB III METODE ANALISIS
BAB III Bab III Metode Analisis METODE ANALISIS 3.1 Dasar-dasar Perencanaan Drainase Di dalam pemilihan teknologi drainase, sebaiknya menggunakan teknologi sederhana yang dapat di pertanggung jawabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI Rancangan Penulisan
BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi penelitian adalah semacam latar belakang argumentatif yang dijadikan alasan mengapa suatu metode penelitian dipakai dalam suatu kegiatan penelitian. Metodologi
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK i UCAPAN TERIMA KASIH ii DAFTAR ISI iii DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR TABEL viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.4 Manfaat
Lebih terperinciSoal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi
Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi 1. Fase Tanah (1) Sebuah contoh tanah memiliki berat volume 19.62 kn/m 3 dan berat volume kering 17.66 kn/m 3. Bila berat jenis dari butiran tanah tersebut
Lebih terperinciLongsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Flow Chart Rencana Kerja Tugas Akhir
BAB IV METODOLOGI 4.1 Tinjauan Umum Penulisan laporan Tugas Akhir ini memerlukan adanya suatu metode atau cara yaitu tahapan tahapan dalam memulai penulisan sampai selesai, sehingga penulisan Tugas Akhir
Lebih terperinciANALISIS POTENSI LONGSOR PADA LERENG GALIAN PENAMBANGAN TIMAH (Studi Kasus Area Penambangan Timah Di Jelitik, Kabupaten Bangka)
ANALISIS POTENSI LONGSOR PADA LERENG GALIAN PENAMBANGAN TIMAH (Studi Kasus Area Penambangan Timah Di Jelitik, Kabupaten Bangka) Riki Dwi Prastyo Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung
Lebih terperinciTEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN
TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN Oleh Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material dan
Lebih terperinciContents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...
Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2 Pokok Permasalahan... 2 1.3 Lingkup Pembahasan... 3 1.4 Maksud Dan Tujuan... 3 1.5 Lokasi... 4 1.6 Sistematika Penulisan... 4 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciIII - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI
III - 1 BAB III 3.1 Tinjauan Umum Dalam penulisan laporan Tugas Akhir memerlukan metode atau tahapan/tata cara penulisan untuk mendapatkan hasil yang baik dan optimal mengenai pengendalian banjir sungai
Lebih terperinciNo. Klasifikasi Medan Jalan Raya Utama 1 Datar (D) 0 9,9 % 2 Perbukitan (B) 10 24,9 % 3 Pegunungan (G) >24,9 %
BAB IV ANALISA DATA Dalam proses perencanaan jembatan, setelah dilakukan pengumpulan data baik dari instansional maupun pustaka, dilanjutkan dengan evaluasi data / review study, berikutnya dilakukan analisis
Lebih terperinciLimpasan (Run Off) adalah.
Limpasan (Run Off) Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri Limpasan (Run Off) adalah. Aliran air yang terjadi di permukaan tanah setelah jenuhnya tanah lapisan permukaan Faktor faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB III PENGENDALIAN LONGSOR Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan Longsor
BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Daerah rawan longsor harus dijadikan areal konservasi, sehingga bebas dari kegiatan pertanian, pembangunan perumahan dan infrastruktur. Apabila lahan digunakan untuk perumahan
Lebih terperinciBAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI
BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah 1. Kadar Air Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan sebanyak dua puluh sampel dengan jenis tanah yang sama
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA
STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA Ronaldo Toar Palar L. Kawet, E.M. Wuisan, H. Tangkudung Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciANALISIS TINGGI MUKA AIR PADA PERKUATAN TANAH DAS NIMANGA
ANALISIS TINGGI MUKA AIR PADA PERKUATAN TANAH DAS NIMANGA Ellisa Tuerah, O. B. A. Sompie, Alva N. Sarajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Pada tahun 2006 bendung
Lebih terperinciPERUBAHAN KONDISI TATAGUNA LAHAN TERHADAP VOLUME SEDIMENTASI PADA EMBUNG BIMOKU DI LASIANA KOTA KUPANG. Wilhelmus Bunganaen *)
PERUBAHAN KONDISI TATAGUNA LAHAN TERHADAP VOLUME SEDIMENTASI PADA EMBUNG BIMOKU DI LASIANA KOTA KUPANG Wilhelmus Bunganaen *) ABSTRAK Tujuan Penelitian ini untuk menganalisisi volume sedimentasi yang terjadi
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK
98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih
Lebih terperincisumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu
BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK
VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH Abdul Hakam 1, Rina Yuliet 2, Rahmat Donal 3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang
Lebih terperinciBAB V ANALISA DATA. Analisa Data
BAB V ANALISA DATA 5.1 UMUM Analisa data terhadap perencanaan jaringan drainase sub sistem terdiri dari beberapa tahapan untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Sebelum tahapan analisa dilakukan, terlebih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,
Lebih terperinciSOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN
SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN Oleh: Rachmat Mulyana P 062030031 E-mail : rachmatm2003@yahoo.com Abstrak Banjir dan menurunnya permukaan air tanah banyak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir
III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN NILAI KOEFISIEN PERMEABILITAS (HYDRAULIC CONDUCTIVITY) (k) YANG DIPEROLEH DARI PERCOBAAN LAPANGAN DAN LABORATORIUM
STUDI PERBANDINGAN NILAI KOEFISIEN PERMEABILITAS (HYDRAULIC CONDUCTIVITY) (k) YANG DIPEROLEH DARI PERCOBAAN LAPANGAN DAN LABORATORIUM Harlen Sutandra 1) Aprianto, 2) Marsudi 2) Abstrak Tanah adalah granul
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelongsoran Tanah Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Stasiun Pengamat Hujan Untuk melakukan analisa ini digunakan data curah hujan harian maksimum untuk tiap stasiun pengamat hujan yang akan digunakan dalam analisa
Lebih terperinciEstimasi Odds Ratio Model-1
Estimasi Odds Ratio Model- Parameter OR Derajat kejenuhan Tebal lapisan lanau-2 Sudut kemiringan lereng Pembasahan 25% Pembasahan 5% Pembasahan 75% 3 m 6 o 7 o 8 o 384.672 777.37 2.34 7.27 95.249 6.76
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2006 - Agustus 2006 di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Dodokan (34.814 ha) dengan plot pengambilan sampel difokuskan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH (CIV -205)
MEKANIKA TANAH (CIV -205) OUTLINE : Tipe lereng, yaitu alami, buatan Dasar teori stabilitas lereng Gaya yang bekerja pada bidang runtuh lereng Profil tanah bawah permukaan Gaya gaya yang menahan keruntuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah penyimpanan air, penangkap air hujan dan pengaliran air. Wilayahnya meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk, terutama manusia. Dua pertiga wilayah bumi terdiri dari lautan
Lebih terperinciC I N I A. Karakteristik Fisik Dan Mekanik Tanah Residual Balikpapan Utara Akibat Pengaruh Variasi Kadar Air
C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Karakteristik Fisik Dan Mekanik Tanah Residual Balikpapan Utara Akibat Pengaruh Variasi Kadar Air Mohammad Muntaha1,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Sungai Sragi terletak pada perbatasan antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Pemalang. Di bagian hulu sungai, terdapat percabangan membentuk dua alur sungai yaitu
Lebih terperinci