ANALISIS PENERAPAN GREENSHIP NEIGHBORHOOD VERSION 1.0 PADA KAWASAN PERUMAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENERAPAN GREENSHIP NEIGHBORHOOD VERSION 1.0 PADA KAWASAN PERUMAHAN"

Transkripsi

1 Konferensi Nasional Teknik Sipil Universitas Tarumanagara, 67 Oktober 07 ANALISIS PENERAPAN GREENSHIP NEIGHBORHOOD VERSION.0 PADA KAWASAN PERUMAHAN Iqbal Sadjarwo, dan Arianti Sutandi Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. S. Parman, Jakarta Barat Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. S. Parman, Jakarta Barat ABSTRAK Pada tahun 05, Green Building Council Indonesia (GBCI) mengeluarkan perangkat Greenship Neighborhood sebagai pedoman untuk membantu menciptakan pembangunan kawasan berkelanjutan di Indonesia. Pembangunan berkelanjutan adalah prinsip pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini tanpa mengurangi kemampuan ataupun mengorbankan kebutuhan generasi mendatang. Studi ini dilakukan untuk mengetahui penerapan Greenship Neighborhood pada kawasan perumahan yaitu perumahan X yang sedang dalam proses pengajuan sertifikasi green neighborhood serta perumahan Y yang memperoleh penghargaan Green Property Award dari salah satu majalah properti. Studi dilakukan dengan pengamatan di lapangan dan wawancara kepada pihakpihak terkait untuk mengetahui bagaimana penerapan Greenship Neighborhood untuk kawasan perumahan. Dari hasil perhitungan point rating Greenship, perumahan X mendapat 64 poin dengan peringkat Silver, sedangkan kawasan perumahan Y mendapat 43 poin dengan peringkat Bronze. t rating perumahan X belum sesuai target, sehingga perlu upaya peningkatan antara lain dengan penggunaan air alternatif untuk kebutuhan air bersih dalam kawasan, serta melakukan upaya penghematan energi listrik dengan menggunakan energi alternatif. Kawasan perumahan Y belum memenuhi keseluruhan kategori Greenship Neighborhood, upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan point rating antara lain; penggunaan sumber air alternatif, pengurangan pembuangan limpasan air hujan, melakukan manajemen limbah cair kawasan, penghematan penggunaan energi kawasan, serta memberdayakan tenaga ahli dari Greenship Association (GA) dan Greenship Professional (GP) dalam pengembangan dan pengelolan kawasan. Kata kunci: GBCI, Greenship Neighborhood, Pembangunan Berkelanjutan, Kawasan Perumahan.. PENDAHULUAN Kawasan perumahan (residential area) adalah suatu kawasan kelompok rumah atau bangunan lainnya yang dibangun secara bersamaan dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikelola dan dikembangkan suatu perusahaan pengembang atau kontraktor yang telah memiliki izin untuk membangun suatu kawasan perumahan. Pengertian tersebut juga tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 06 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Pemukiman. Pembangunan perumahan terus berkembang seiring dengan bertambahnya populasi penduduk Indonesia. Namun terkadang pembukaan lahan kawasan perumahan baru harus mengorbankan kawasan hijau yang sangat diperlukan bagi kehidupan manusia. Untuk membantu menciptakan pembangunan yang berkelanjutan pada suatu kawasan, baik itu kawasan perumahan, kawasan industri ataupun kawasan komersial lainnya, Green Building Council Indonesia (GBCI) sebagai lembaga sertifikasi konsep hijau di Indonesia telah mengeluarkan sebuah perangkat konsep hijau untuk kawasan yang disebut Greenship Neighborhood Version.0. KL 55

2 Greenship Neighborhood Version.0 dikeluarkan oleh GBCI pada Desember 05, dan sejauh ini belum ada kawasan komersial yang tersertifikasi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan studi mengenai penerapan Greenship Neighborhood Version.0 untuk mengetahui bagaimana penerapannya di kawasan perumahan dan upaya apa saja yang perlu dilakukan oleh pengembang untuk mendapatkan sertifikasi Green Neighborhood dari GBCI. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana penerapan Greenship Neighborhood version.0 pada kawasan perumahan X dan Y. Tujuan dari penelitian ini, yaitu:. Mengetahui kategori apa saja dalam Greenship Neighborhood Version.0 yang telah diterapkan pada kawasan perumahan X dan Y.. Mengetahui perolehan poin perumahan X dan Y menurut kriteria Greenship Neighborhood Version Mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perolehan poin pada kawasan perumahan X dan Y agar memenuhi kriteria kawasan hijau.. METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan penelitian ini perlu diketahui beberapa hal, yaitu:. Kategori Greenship Neighborhood Version.0.. Masterplan kawasan perumahan X dan Y. 3. Sistem manajemen pengelolaan kawasan perumahan X dan Y. 4. Kondisi kawasan perumahan X dan Y. Kategori Greenship Neighborhood Version.0. dan data yang diperlukan didapat dari:. Studi litelatur (buku, jurnal, website) serta wawancara dengan pihak GBCI.. Wawancara dengan pihak pengelola kawasan perumahan untuk mendapatkan masterplan dan mengetahui sistem manajemen pengelolaan kawasan. 3. Melakukan studi lapangan dan observasi di kawasan perumahan untuk mengetahui kondisi kawasan perumahan. Diagram alir proses penelitian dapat dilihat pada gambar. Gambar Diagram Alir Penelitian KL 56

3 3. GREENSHIP NEIGHBORHOOD VERSION.0 Greenship adalah perangkat sistem atau tolok ukur (rating tool) untuk bangunan hijau di Indonesia yang disusun dan dipersiapkan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI). GBCI adalah sebuah lembaga mandiri/independent (non government) yang berkomitmen penuh terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktikpraktik terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri bangunan global yang berkelanjutan di Indonesia. GBCI merupakan emerging member dari World Green Building Council (WGBC) yang berpusat di Toronto, Canada, yang memiliki lebih dari 00 lembaga council di lebih dari 80 negara. GBCI menyusun rating tools atau perangkat untuk bangunan hijau yang disebut dengan greenship serta melakukan kegiatan sertifikasi terhadap bangunan hijau di Indonesia. Greenship yang telah dikeluarkan oleh GBCI mempunyai beberapa tipe sesuai dengan obyek yang akan disertifikasi yaitu; Greenship New Building (untuk bangunan baru), Greenship Existing Building (untuk bangunan terbangun), Greenship Interior Spaces (untuk ruang interior), Greenship Neighborhood (untuk kawasan), Greenship Home (untuk bangunan rumah). Greenship Neighborhood Version.0 adalah Greenship untuk kawasan yang merupakan perangkat untuk menyebarkan dan menginspirasi dalam penerapan dan perwujudan pembangunan kawasan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini tanpa mengurangi kemampuan dan mengorbankan kebutuhan generasi mendatang (World Commission On Enviromental Development (WCED), 987). Greenship Neighborhood Version.0 memiliki 7 kategori dengan bobot yang berbeda (tabel ): Tabel. Kategori Penilaian Dalam Greenship Neighborhood versi.0 Greenship Neighborhood No. Kategori Nilai Bobot. Land Ecological Enhancement (LEE) 9 5%. Movement and Connectivity (MAC) 6 % 3. Water Management and Conservation (WMC) 8 5% 4. Solid Waste and Material (SWM) 6 3% 5. Community Wellbeing Strategy (SWM) 6 3% 6. Building and Energy (BAE) 8 5% 7. Innovation and Future Development (IFD) 9% Total nilai maksimum 4 00% Pencapaian dan persentase nilai yang didapat oleh sebuah kawasan dalam menerapkan berbagai kriteria Greenship Neighborhood akan menentukan peringkat sertifikat yang dapat diperolehnya. Tahap Greenship dibagi tahap yaitu tahap Rekognisi Desain (Desain Recognition DR) dengan maksimum nilai 77 poin dan tahap Penilaian Akhir (Final Assessment FA) dengan maksimum nilai 0 poin. Peringkat sertifikat yang dikeluarkan oleh GBCI dapat dilihat pada tabel. Tabel. Persentase dan Nilai Minimum Peringkat Peringkat Persentase Nilai Min DR Nilai Min FA Platinum 73% Gold 57% Silver 46% Bronze 35% 7 35 KL 57

4 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Persyaratan Penilaian Kawasan Perumahan Ada tiga kriteria terkait persyaratan GBCI tentang kawasan hunian yang harus terpenuhi, yaitu:. Luas lahan kawasan perumahan minimal m dan maksimal 60 Ha.. Minimum terdiri atas (dua) bangunan. 3. Satu pengelola. Penilaian pada suatu kawasan perumahan dilakukan kepada setiap klaster yang terdapat pada perumahan tersebut. Penilaian Greenship Neighborhood Versi.0 pada Kawasan Perumahan X Kawasan perumahan X terletak di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, sedang dalam proses Greenship Neighborhood. Pada penelitian ini Greenship untuk perumahan X dilakukan pada salah satu klaster di dalamnya dengan luas lahan m atau 6,6 Ha. Dari data master plan dan hasil pengamatan dan wawancara di lapangan untuk klaster di perumahan X untuk tujuh kategori dalam Greenship Neighborhood versi.0, didapat sbb: Penilaian untuk kategori Land Ecological Enhancement (LEE) terdiri dari kriteria prasyarat (LEEP) dan 5 kriteria yaitu LEE sampai LEE 5, dapat dilihat pada tabel 3. LEEP: Area Dasar Hijau LEE: Area Hijau untuk Publik LEE: Pelestarian Habitat LEE3: Revitalisasi Lahan LEE4: Iklim Mikro LEE5: Lahan Produktif Tabel 3. Penilaian kawasan X terhadap Kategori Land Ecological Enhancement (LEE) Uraian kondisi dan syarat Luas ruang terbuka hijau di klaster m, total luas klaster atau 6,3% luas klaster. Syarat ruang terbuka hijau minimum.50 m (Permen PU No.05/PRT/M/008) 6,3% x luas lahan. Syarat minimum: 5% luas lahan (Greenship) Dalam klaster terdapat tanaman buah dan semak. Syarat Greenship: menggunakan tanaman lokal Klaster dibuat diatas lahan sawah, kebun, dan rumah warga. Syarat: memanfaatkan lahan yang bernilai negatif dan tidak terpakai Menanam pohon peneduh di lahan seluas m (56,95%x luas ruang publik). Syarat Minimum > 40% total luas ruang publik Di kawasan terdapat tanaman buah dan sayur a.l. manggis, jambu, sawo, kemiri dll. Syarat: menyediakan lahan produktif Penilaian untuk kategori Movement and Connectivity (MAC) terdiri dari 3 kriteria prasyarat (MAC P) dan 6 kriteria yaitu MAC sampai MAC 6, dapat dilihat pada tabel 4. MAC P MAC P MAC P3 MAC MAC Tabel 4. Penilaian Kawasan X Terhadap Kategori Movement and Connectivity MAC P: Analisa Pergerakan Orang dan Barang. Kondisi: studi dan kajian lalu lintas dan perencanaan aksesibilitas kawasan. MAC P: Jaringan dan Fasilitas untuk Pejalan Kaki Kondisi: Tersedia fasilitas jalur pejalan kaki. MAC P: 3Kawasan perumahan terkoneksi dengan jaringan transportasi umum. Syarat: Kawasan Terhubung MAC : Strategi Desain Jalur Pejalan Kaki Kondisi:. Jalur pejalan kaki di dalam kawasan 00% tidak terputus (poin ). persimpangan jalur pejalan kaki = jalur kendaraan bermotor (rasio=) (poin=) 3. Pejalan kaki mendapat prioritas utama di setiap persimpangan jalan (poin=) 4. Terdapat pohon peneduh jalan sepanjang jalur pejalan kaki (poin=) 5. Jalur pejalan kaki adalah lingkungan atraktif karena; terdapat pohon peneduh, terdapat lampu jalan, bersih, terdapat kursi tempat istirahat di sisi jalur (poin ) MAC : Transportasi Umum Kondisi: transportasi umum sejauh 400 m dari sisi terluar kawasan 0 KL 58

5 MAC 3 MAC 4 MAC 5 MAC 6 Tabel 4. Penilaian Kawasan X Terhadap Kategori Movement and Connectivity (lanjutan) MAC 3: Utilitas dan Fasilitas Umum Kondisi: Tersedia jaringan jalan, drainase, pipa air bersih, listrik, telpon, fiber optic, pengelolaan limbah, sistem pemadam kebakaran, pembuangan sampah MAC 4: Aksesibiltas Universal Kondisi: belum ada akses untuk disabilitas MAC 5: Jaringan dan Tempat Peyimpanan Sepeda Kondisi:. Tersedia jalur sepeda dengan sistem share street dan signing yang lengkap. Terdapat parkir sepeda di gerbang masuk dan di taman. MAC 6: Parkir Bersama Kondisi: lahan parkir terdapat di tiap rumah tetapi tidak ada lahan parkir yang bersifat publik. 4 Penilaian untuk kategori Water Management and Conservation (WMC) terdiri dari kriteria prasyarat (WMC P) dan 4 kriteria yaitu WMC sampai WMC 4, dapat dilihat pada tabel 5. WMC P WMC WMC WMC 3 WMC 4 Tabel 5. Penilaian Kawasan X Terhadap Kategori Water Management and Conservation WMC P: Skematik Air di Kawasan Kondisi: terdapat perhitungan kapasitas unit pengolahan air bersih dan pengelolaan limbah cair untuk memenuhi kebutuhan air kawasan WMC : Air Alternatif Kondisi: terdapat pengolahan air rumah tangga dan air hujan secara biofilter aerob dan anaerob untuk air alternatif irigasi kawasan WMC : Manajemen Limpasan Air Hujan Kondisi: terdapat unit pengolahan limbah cair dan limpasan air hujan di kawasan WMC 3: Pelestarian Badan Air dan Lahan Basah Kondisi: terdapat danau alami di dekat lahan, dan melakukan konservasi lingkungan sekitar danau WMC 4: Manajemen Limbah Cair Kondisi: terdapat pengolahan limbah cair rumah tangga dan limpasan air hujan 7 3 Penilaian untuk kategori Solid Waste and Material (SWM) terdiri dari kriteria prasyarat (SWMP) dan 4 kriteria yaitu SWM sampai SWM 4, dapat dilihat pada tabel 6. SWM P SWM SWM SWM 3 SWM 4 Tabel 6. Penilaian Kawasan X Terhadap Kategori Solid Waste and Material SWM P: Manajemen Limbah Padat Tahap Operasional Kondisi: memiliki sistem pengolahan sampah meliputi pemisahan, pengumpulan dan pengangkutan SWM : Manajemen Limbah Padat Tingkat Lanjut Kondisi: melakukan pengolahan sampah yg mudah terurai (poin:) dan bekerja sama dengan pihak ketiga untuk sampah yang dapat didaur ulang (poin ) SWM : Manajemen Limbah Konstruksi Kondisi: belum memiliki pedoman penanganan limbah padat, limbah cair dan polusi udara serta belum melakukan penangan sampah pada masa konstruksi. SWM 3: Material Regional untuk Infrastruktur Jalan Kondisi: infrastruktur jalan menggunakan material 00% regional (poin 4) SWM 4: Material Daur Ulang dan Bekas untuk Infrastruktur Jalan Kondisi: belum menggunakan bahan daur ulang untuk infrastruktur jalan 4 4 Penilaian untuk kategori Community Wellbeing Strategy (CWS) terdiri dari 6 kriteria (tabel 7). KL 59

6 CWS CWS CWS 3 CWS 4 CWS 5 CWS 6 Tabel 7. Penilaian Kawasan X Terhadap Kategori Community Wellbeing Strategy CWS : Fasilitas Bagi Masyarakat Kondisi: fasilitas berupa taman yang luas, lapangan basket, dan tempat istirahat CWS : Manfaat Sosial dan Ekonomi Kondisi: ada majalah kawasan triwulan, warga dapat menghubungi pengelola CWS 3: Kepedulian Masyarakat Kondisi: promosi gaya hidup yang berkelanjutan melalui majalah kawasan, kegiatan berkala edukasi untuk inovasi pengelolaan limbah untuk zero waste CWS 4: Kawasan Campuran (minimal 5% luas untuk sektor komersial) Kondisi: dalam kawasan hanya ada hunian (poin 0) CWS 5: Kebudayaan Lokal Kondisi: penamaan Sunda untuk jalan, informasi budaya Sunda di tiap taman CWS 6: Lingkungan yang Aman Kondisi: penjaminan keamanan dengan dinding pembatas kawasan, pos keamanan di setiap gerbang, pompa hydrant di beberapa tempat dalam kawasan. Penilaian untuk kategori Building And Energy (BAE) terdiri dari 6 kriteria (tabel 8). BAE BAE BAE 3 BAE 4 BAE 5 BAE 6 Tabel 8. Penilaian Kawasan X Terhadap Kategori Building And Energy BAE : Bangunan Hijau Greenship Kondisi: belum ada BAE : Hunian Berimbang Kondisi: hunian berimbang dengan pola ::3 untuk rumah mewah: rumah menengah: rumah sederhana BAE 3: Efisiensi Energi dalam Kawasan Kondisi: menggunakan lampu LEED di seluruh kawasan BAE 4: Energi Alternatif Kondisi: belum menggunakan energi alternatif BAE 5: Pengurangan Polusi Cahaya Kondisi: menggunakan tudung pada lampu jalan dan lampu taman BAE 6: Pengurangan Polusi Suara Kondisi: kendaraan bermotor yang tidak berkepentingan dilarang masuk, menanam banyak pohon besar untuk meredam polusi suara Penilaian untuk kategori Innovation and Future Development (IFD) terdiri dari 3 kriteria (tabel 9). IFD IFD IFD 3 Tabel 9. Penilaian Kawasan X Terhadap Kategori Innovation and Future Development IFD : Pemberdayaan Greenship Association (GA)/ Greenship Proffesional (GP) Kondisi: ada IFD : Pengelolaan kawasan Kondisi: ada konsep berkelanjutan untuk effisiensi energi, air dan pengurangan volume sampah IFD 3: Inovasi Kondisi: belum ada inovasi pengembangan fungsi lingkungan, sosial dan ekonomi Penilaian Greenship Neighborhood Versi.0 Pada Kawasan Perumahan Y Kawasan perumahan Y merupakan salah satu kawasan perumahan yang terletak di Kota Tangerang Selatan, Banten. Dalam pada kawasan perumahan Y digunakan salah satu klaster yang ada pada kawasan tersebut. Kawasan klaster tersebut memiliki luas lahan sebesar 6.37,5 m atau 6, Ha. Kawasan ini mendapatkan penghargaan Green Property Award sebagai kawasan berkonsep hijau. Dari data master plan dan hasil pengamatan KL 60

7 dan wawancara di lapangan untuk klaster di perumahan Y untuk 7 kategori dalam Greenship Neighborhood versi.0, kategori yang mendapatkan nilai dapat dilihat pada tabel 0. Tabel 0 Kategori Penilaian dan Perolehan Poin Kawasan Y Uraian kondisi dan syarat LEEP Luas ruang terbuka hijau di klaster.307,5 m, total luas klaster 6.37,5 m atau 0,% luas klaster. Syarat ruang terbuka hijau minimum.50 m (Permen PU No.05/PRT/M/008) LEE Dalam klaster terdapat tanaman buah dan semak. Syarat Greenship: menggunakan tanaman lokal LEE4 Menanam pohon peneduh di lahan seluas.307,5 m (45,59%x luas ruang publik). Syarat Minimum > 40% total luas ruang publik MAC P Kondisi: studi dan kajian lalu lintas dan perencanaan aksesibilitas kawasan. MAC P Kondisi: Tersedia fasilitas jalur pejalan kaki. MAC P3 Kawasan perumahan terkoneksi dengan jaringan transportasi umum. Syarat: Kawasan Terhubung MAC. Jalur pejalan kaki di dalam kawasan 00% tidak terputus (poin ). persimpangan jalur pejalan kaki = jalur kendaraan bermotor (rasio=) (poin=) 3. Pejalan kaki mendapat prioritas utama di setiap persimpangan jalan (poin=) 4. Terdapat pohon peneduh jalan sepanjang jalur pejalan kaki (poin=) 5. Jalur pejalan kaki adalah lingkungan atraktif karena; terdapat pohon peneduh, terdapat lampu jalan, bersih, terdapat kursi tempat istirahat di sisi jalur (poin ) MAC MAC 3 Bus intrans melalui gerbang kawasan. Angkutan umum massal dapat dijangkau sejauh 400 m dari sisi terluar kawasan (tolok ukur B dan A) Tersedia jaringan jalan, drainase, pipa air bersih, listrik, telpon, fiber optic, pengelolaan limbah, sistem pemadam kebakaran, pembuangan sampah, jaringan pedestrian terintegrasi di luar kawasan. dalam radius 400 m dari kawasan terdapat: klinik kesehatan, mushola, pom bensin, mini market, kursus bahasa, sekolah, bengkel, pusat niaga MAC 5. Tersedia jalur sepeda dengan sistem share street dan signing yang lengkap. Terdapat parkir sepeda di gerbang masuk dan di taman. 4 MAC 6 lahan parkir terdapat di tiap rumah tetapi tidak ada lahan parkir yang bersifat publik. WMC P Menggunakan air PDAM dengan meteran air untuk mengontrol penggunaan air dalam kawasan SWM P memiliki sistem pengolahan sampah meliputi pemisahan, pengumpulan dan pengangkutan SWM melakukan pengolahan sampah yg mudah terurai (poin:) dan bekerja sama 4 dengan pihak ketiga untuk sampah yang dapat didaur ulang (poin ) SWM 3 infrastruktur jalan menggunakan material fabrikan Indonesia (poin ) CWS fasilitas berupa taman yang luas, lapangan basket, dan tempat istirahat CWS Komunikasi warga dan pengelola melalui pengurus RW CWS 3 Lomba K3 (Kebersihan, Ketertiban, Kelestarian) setiap bulan, terdapat majalah kawasan, program ecocomunity dalam acara di kawasan CWS 6 penjaminan keamanan dengan dinding pembatas kawasan, pos keamanan di setiap gerbang, pompa hydrant di beberapa tempat dalam kawasan. BAE 5 menggunakan tudung pada lampu jalan dan lampu taman BAE 6 kendaraan bermotor yang tidak berkepentingan dilarang masuk, menanam banyak pohon besar untuk meredam polusi suara 0 4 KL 6

8 Rekapitulasi hasil pengamatan dan perhitungan poin rating yang telah dilakukan pada kawasan perumahan X dan Y dapat dilihat pada tabel dan tabel 4.6 di bawah ini. Tabel Rekapitulasi Poin Rating untuk Kawasan Perumahan X dan Y Kategori Poin Perumahan X Perumahan Y Maksimal Poin Persentase Poin Persentase Land Ecological Enhancement (LEE) 9 5 6,3% 3 5,79% Movement and Connectivity (MAC) ,08% 80,77% Water Management and Conservation (WMC) 8 3 7,% 0 0% Solid Waste and Material (SWM) ,4% 6 4,86% Community Wellbeing Strategy (SWM) % 9 56,5% Building and Energy (BAE) ,89% 4,% Innovation and Future Development (IFD) 4 36,36% 0 0% TOTAL 64 5,46% 43 35,83% Dari hasil perhitungan total poin yang diperoleh kawasan perumahan X adalah 64 poin dengan persentase 5,46% dan mendapatkan peringkat Silver sedangkan total poin yang diperoleh kawasan perumahan Y sebesar 43 poin dengan persentase 35,83% peringkat Bronze. Pada kawasan perumahan X untuk 7 kategori Greenship Neighborhood versi.0, terdapat beberapa kategori yang memperoleh nilai baik dan memperoleh predikat silver, tetapi ada kategori yang masih memiliki nilai rendah atau kurang dari 35% yaitu kategori Land Ecological Enhancement. pada kawasan perumahan Y masih cukup rendah, karena terdapat beberapa kategori yang bernilai rendah dan ada kategori yang tidak dapat dipenuhi (poin= 0), kategori tersebut ialah Water Management and Conservation dan Innovation and Future Development. Pembahasan Hasil Penilaian Greenship Neighborhood Versi.0 Pada Kawasan perumahan X Kawasan perumahan X sedang dalam proses untuk mendapatkan sertifikasi Greenship Neighborhood dari GBCI dengan target peringkat Gold. Untuk meningkatkan peringkat dari Silver menjadi Gold perlu peningkatan perolehan poin sebesar 6 poin sehingga dapat mencapai peringkat Gold dengan 70 poin atau 57%. Pada kawasan perumahan X kategori dengan persentase poin terbesar adalah Movement and Connectivity dengan persentase perolehan poin sebesar 73,08%. Sedangkan untuk persentase poin kategori terkecil adalah kategori Land Ecological Enhancement dengan persentase perolehan poin sebesar 6,3% tetapi untuk kategori ini tidak banyak yang dapat dilakukan untuk meningkatkan poin. Dari hasil pengamatan di lapangan peningkatan nilai di kawasan X dapat dilakukan pada kriteria:. Air Alternatif: pada saat ini kawasan perumahan baru memanfaatkan air hujan dan air rumah tangga yang telah diolah untuk keperluan irigasi kawasan. Sistem pengolahan yang sama juga dapat dimanfaatkan untuk pengolahan air danau di dekat kawasan untuk dipakai sebagai sumber air bersih kawasan. Untuk 50% pemenuhan air bersih kawasan akan menambah 6 poin untuk kriteria air alternatif.. Energi Alternatif: manajemen kawasan dapat menggunakan sistem fotovoltaik sebagai sumber energi kawasan. Dapat dipakai pada lampu jalan maupun lampu taman, dengan perkiraan investasi sebesar Rp ,/ 0 watt. Jika hal ini diterapkan untuk memenuhi 50% kebutuhan energi kawasan, akan ada tambahan poin. Pembahasan Hasil Penilaian Greenship Neighborhood Versi.0 Pada Kawasan perumahan Y Kawasan perumahan Y telah memperoleh penghargaan Green Property Award oleh majalah Housing Estate, namun penghargaan tersebut hanya menilai konsep hijau berdasarkan satu kategori yaitu sistem transportasi yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Pada Greenship Neighborhood ada 7 kategori yang dinilai dan kawasan perumahan Y mendapat poin terbesar pada kategori Movement and Connectivity dengan persentase 80,77%. Sedangkan untuk kategori Water Management and Conservation dan kategori Innovation and Future Development kawasan perumahan Y mendapat 0%. pada kawasan Y menunjukan bahwa dan kategori pada Greenship Neighborhood jauh lebih luas cakupan nya daripada kategori lingkungan hijau yang secara umum diketahui oleh masyarakat KL 6

9 luas. Sehingga perlu ada sosialisasi tentang sistem Greeship untuk kawasan agar Green Neighborhood atau kawasan hijau dapat menjadi kawasan yang berkelanjutan. 5. KESIMPULAN Berdasarkan yang telah dilakukan pada kawasan perumahan X dan Y terhadap tujuh kategori Greenship Neighborhood versi.0, didapatkan hasil sebagai berikut:. Total perolehan poin yang didapat pada masingmasing kawasan perumahan yaitu: Kawasan perumahan X memperoleh poin sebesar 64 poin dengan persentase 5,46% dan memperoleh peringkat Silver. Kawasan perumahan Y memperoleh poin sebesar 43 poin dengan persentase 35,83% dan memperoleh peringkat Bronze.. Target perolehan poin kawasan perumahan X untuk mendapatkan peringkat Gold belum dapat terpenuhi, sehingga perlu diadakan upaya peningkatan perolehan poin dengan cara yaitu: Melakukan upaya penggunaan air alternatif. Melakukan upaya penghematan energi. 3. Kawasan perumahan Y mendapat Green Property Award tetapi mendapat nilai poin Greenship yang minim. 4. Perlu sosialisasi tentang Greenship Neighborhood agar para pelaku property mengetahui pentingnya konsep kawasan berkelanjutan dan adanya perangkat yang dapat dijadikan pedoman untuk pembangunan kawasan berkelanjutan. DAFTAR PUSTAKA Green Building Council Indonesia, [online], ( diakses Maret 07). Green Building Council Indonesia. (04). Greenship Homes Version.0.. Jakarta. Green Building Council Indonesia. (05). Greenship Neighborhood Version.0.. Jakarta. Pambudi, Gandhi Bagus. 0. Analisis Kesesuaian Desain Rumah Terhadap Konsep Greenship Home Pada Perumahan Menengah Ke Atas Di Kota Gresik. Jurnal Skripsi Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 06 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Rachman, Siti Nur Ayu Agustina. 0. Strategi Berkelanjutan Pada Bangunan. Skripsi Universitas Indonesia. Depok. Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia, [online], ( diakses Juni 07). UndangUndang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 009 tentang Perlindungan dan Pengelololaan Lingkungan Hidup. Jakarta. KL 63

10 KL 64

PENERAPAN SISTEM PERANGKAT PENILAIAN PADA KAWASAN PERUMAHAN, STUDI KASUS KAWASAN PERUMAHAN DI KOTA BOGOR, INDONESIA

PENERAPAN SISTEM PERANGKAT PENILAIAN PADA KAWASAN PERUMAHAN, STUDI KASUS KAWASAN PERUMAHAN DI KOTA BOGOR, INDONESIA PENERAPAN SISTEM PERANGKAT PENILAIAN PADA KAWASAN PERUMAHAN, STUDI KASUS KAWASAN PERUMAHAN DI KOTA BOGOR, INDONESIA Application System Assessment Tool for Residential Area, Case Study at Residential Area

Lebih terperinci

Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro. utama (Tepat Guna

Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro. utama (Tepat Guna 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dalam bidang konstruksi bangunan atau properti dari tahun ke tahun semakin berkembang baik dari segi desain maupun kualitas bangunan tersebut. Saat ini

Lebih terperinci

GREENSHIP NEIGHBORHOOD Version 1.0

GREENSHIP NEIGHBORHOOD Version 1.0 GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA GREENSHI RATING TOOLS untuk KAWASAN VERSI.0 GREENSHI NEIGHBORHOOD Version.0 DIREKTORAT ENGEMBANGAN ERANGKAT ENILAIAN GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA DESEMBER 05 GREENSHI

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X Henny Wiyanto, Arianti Sutandi, Dewi Linggasari Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara hennyw@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini isu mengenai Global Warming dan keterbatasan energi kerap menjadi perbincangan dunia. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui kelompok penelitinya yaitu

Lebih terperinci

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR Wiliem Koe 1, Regina Cynthia Rose 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK : Kegiatan konstruksi berdampak negatif terhadap lingkungan dengan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING)

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING) PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING) TA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pekerjaan Umum terus berusaha menyukseskan P2KH (Program Pengembangan Kota

Lebih terperinci

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building!

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building! Science&Learning&CenterdiUniversitasMulawarman dengankonsepgreen&building IntanTribuanaDewi 1,AgungMurtiNugroho 2,MuhammadSatyaAdhitama 2 1MahasiswaJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 menurut Bank Dunia akan mengalami perlambatan peningkatan sekitar 5,2% dari prediksi sebelumnya yang diprediksi tumbuh

Lebih terperinci

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL LAMPIRAN XII PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN TAHUN 2015 2035 KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL 1. MS Mangrove atau

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMULAN DAN SARAN VI.. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Gedung erpustakaan usat UGM Sayap Selatan (L) diperoleh kesimpulan sebagai berikut:. enelitian ini menghasilkan daftar

Lebih terperinci

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. Menurut Konsil Bangunan Hijau Indonesia, bangunan hijau adalah bangunan yang dalam tahap

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL Allan Subrata Ottong 1, Felix Yuwono 2, Ratna S. Alifen 3, Paulus Nugraha 4 ABSTRAK : Pembangunan rumah tinggal di Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

2. Bangunan Hijau dan Kepentingan Masyarakat Indonesia

2. Bangunan Hijau dan Kepentingan Masyarakat Indonesia Press Release PENANDATANGANAN KERJASAMA KEMITRAAN IKATAN ARSITEK INDONESIA KONSIL BANGUNAN HIJAU INDONESIA Jakarta, 30 September 2010 1. Bangunan Hijau. Bangunan Hijau / Green Building adalah bangunan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) adalah pemilik, pengembang dan pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

Lebih terperinci

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa ABSTRAK Dampak negatif dari global warming adalah kerusakan lingkungan dan pencemaran. Hal ini menjadi pendukung dimulainya gerakan nasional penghematan energi, baik dalam penghematan penggunaan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanasan global menjadi topik perbincangan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai peristiwa alam yang dianggap sebagai anomali melanda seluruh dunia dengan

Lebih terperinci

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP. 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP. 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium Analisis Teluk Jakarta dan Green Building Gedung Sinarmas

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Perancangan 4.1.1 Green Arsitektur Green Architecture ialah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode yang Digunakan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan studi literatur pada bab sebelumnya, ada 2 (dua) variabel penelitian yang akan menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

PENGERTIAN GREEN CITY

PENGERTIAN GREEN CITY PENGERTIAN GREEN CITY Green City (Kota hijau) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Proyek Konstruksi Dalam jurnal Manajemen Limbah dalam Proyek Konstruksi (Ervianto, 2013), disebutkan bahwa limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah

Lebih terperinci

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Sebuah Strategi Menuju Efisiensi Sumber Daya dan Keberlanjutan 2020 A Big Step towards

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raden Roby Maulidan, 2014 Kesiapan Warga Kampus UPI Menuju ECO-Campus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raden Roby Maulidan, 2014 Kesiapan Warga Kampus UPI Menuju ECO-Campus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini isu-isu tentang lingkungan menjadi salah satu suatu pusat perhatian seluruh Dunia, diantaranya isu global warming, krisis ketersedian sumber daya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Penduduk per Kabupaten di DIY Tahun Kabupaten / Kota Gunung-

BAB I PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Penduduk per Kabupaten di DIY Tahun Kabupaten / Kota Gunung- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Rumah tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer manusia untuk melangsungkan hidup. Kebutuhan akan rumah tinggal terus meningkat

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, konsumsi energi listrik pada masyarakat sangat meningkat yang diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan bertambahnya

Lebih terperinci

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya Irfan Afrandi dan Ary Dedy Putranto Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167 Malang, 65145, Jawa Timur, Indonesia

Lebih terperinci

Arsitektur dan Lingkungan. Lilis Widaningsih

Arsitektur dan Lingkungan. Lilis Widaningsih Arsitektur dan Lingkungan Lilis Widaningsih Sustainable : Brundtland Comission (World comission on Environment and Development) tahun 1987 yaitu: Sustainable Development is development that meets the needs

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup semakin besar. Salah satu yang menjadi perhatian, termasuk di Indonesia, adalah isu pemanasan global.

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA Agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan Indikator

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh: IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA Oleh: Wulfram I. Ervianto 1, Biemo W. Soemardi 2, Muhamad Abduh dan Suryamanto 4 1 Kandidat Doktor Teknik Sipil,

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011. PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011. TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

PARAMETER ISIAN GREEN SCHOOL AWARD No Komponen Pengukuran/Indikator Keterangan. 1 Jumlah murid masukkan angka. 2 Jumlah guru masukkan angka

PARAMETER ISIAN GREEN SCHOOL AWARD No Komponen Pengukuran/Indikator Keterangan. 1 Jumlah murid masukkan angka. 2 Jumlah guru masukkan angka PARAMETER ISIAN GREEN SCHOOL AWARD 201 SUMBER DAYA MANUSIA 1 Jumlah murid 2 Jumlah guru 3 Jumlah tenaga administrasi Jumlah tenaga kebersihan Pelatihan yang pernah diikuti guru / karyawan terkait pelestarian

Lebih terperinci

PERENCANAAN TAMAN KOTA SEBAGAI SALAH SATU ATRIBUT KOTA HIJAU DI KECAMATAN GEDEBAGE, BANDUNG

PERENCANAAN TAMAN KOTA SEBAGAI SALAH SATU ATRIBUT KOTA HIJAU DI KECAMATAN GEDEBAGE, BANDUNG ISSN: 2088-8201 PERENCANAAN TAMAN KOTA SEBAGAI SALAH SATU ATRIBUT KOTA HIJAU DI KECAMATAN GEDEBAGE, BANDUNG Anendawaty Roito Sagala 1, Adityas Prasetyo 2, Dwi Abdul Syakur 3, Nur Rahmah Amania 4, Daisy

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernataan Orisinalitas... ii Halaman Pengesahan... iii Halaman PersetujuanPublikasi... iv Abstrak... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... x Daftar

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Perancangan ruang publik di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan meliputi luasan sebesar 34.240,73 m 2. Koefisien dasar bangunan (KDB) yang diterapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PADA KAWASAN INDUSTRI, PERDAGANGAN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT Versi 23 Mei 2017 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Yogyakarta, 13 Agustus 2015 Oleh : Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99.

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99. BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pemanfaatan green material pada proyek konstruksi di Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemanfaatan green material berdasarkan

Lebih terperinci

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP JUNDI FAARIS ALHAZMI A (Epiphyllum anguliger) IMAM AHMAD A (Cedrus atlantica) DINA MAULIDIA (Rosemarinus officinalis) CHALVIA ZUYYINA (Cinnamonum burmanii) ANALISIS TELUK BENOA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Lingkungan hidup bukan semata-mata persoalan teknis. Demikian pula, krisis ekologi global yang kita alami dewasa ini adalah persoalan moral, krisis moral

Lebih terperinci

Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi

Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi Gibran K. Aulia 1, Agung Murti Nugroho 2, Tito Haripradianto 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan

Lebih terperinci

GREEN TRANSPORTATION

GREEN TRANSPORTATION GREEN TRANSPORTATION DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DIRJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Jakarta 2016 - 23 % emisi GRK dari fossil

Lebih terperinci

Sosialisasi Permen PUPR NO.5/PRT/M/2015 Tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan

Sosialisasi Permen PUPR NO.5/PRT/M/2015 Tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan Sosialisasi Permen PUPR NO.5/PRT/M/2015 Tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan Disampaikan oleh: Ir. Ati Nurzamiati HZ, MT. Kasubdit Konstruksi Berkelanjutan Jakarta, 4 Agustus 2016

Lebih terperinci

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR. PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh Carolina 1301028500 08 PAR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6149 KEUANGAN OJK. Efek. Utang. Berwawasan Lingkungan. Penerbitan dan Persyaratan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 281) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

ENERGY AND CLIMATE CHANGE 2016

ENERGY AND CLIMATE CHANGE 2016 ENERGY AND CLIMATE CHANGE 2016 POINT 200 Energy efficient appliances usage are replacing conventional appliances [3] 20% -40% Penggunaan lampu LED, kran otomatis dan ac hemat energi mencapai 20%-40%, karena

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY Kelompok 3 MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY Ketika Amway center dibuka di orlando pada 2011, menjadi LEED (Kepemimpinan dalam desain Energi dan Lingkungan) pertama yang meraih arena bola basket

Lebih terperinci

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K)

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K) KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K) Dewi Rintawati 1, Bambang E. Yuwono 2 dan Mohammad Iqram 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

KEBIJAKAN NASIONAL PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN KEBIJAKAN NASIONAL PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DIREKTORAT PERKOTAAN, PERUMAHAN, DAN PERMUKIMAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS JAKARTA, 9 OKTOBER 2017 DATE KEBIJAKAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN SASARAN

Lebih terperinci

GEDUNG KULIAH FAKULTAS TEKNIK KAMPUS II UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG BERKONSEP HEMAT ENERGI

GEDUNG KULIAH FAKULTAS TEKNIK KAMPUS II UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG BERKONSEP HEMAT ENERGI GEDUNG KULIAH FAKULTAS TEKNIK KAMPUS II UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG BERKONSEP HEMAT ENERGI Nurul Hidayati, Heru Sufianto, dan Ali Soekirno Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan

Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan G14 Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan Muhamad Agra Adhiprasasta dan Vincent Totok Noerwasito Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PRT/M/2016 TENTANG KRITERIA TIPOLOGI UNIT PELAKSANA TEKNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan dan pertumbuhan jumlah penduduk, industri dan perdagangan merupakan unsur utama dalam perkembangan kota Pematangsiantar. Keadaan ini juga

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Kembali Terminal Bus. Tamanan Kota Kediri mencangkup tiga aspek yaitu:

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Kembali Terminal Bus. Tamanan Kota Kediri mencangkup tiga aspek yaitu: BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Kembali Terminal Bus Tamanan Kota Kediri mencangkup tiga aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang terbuka merupakan ruang publik yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi, berolahraga, dan sebagai sarana rekreatif. Keberadaan ruang terbuka juga bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya tarik kota yang sangat besar bagi penduduk desa mendorong laju urbanisasi semakin cepat. Pertumbuhan penduduk di perkotaan semakin pesat seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GREENSHIP

SERTIFIKASI GREENSHIP SERTIFIKASI GREENSHIP ALUR PENDAFTARAN SERTIFIKASI GREENSHIP NEW BUILDING VERSI 1.0 Keterangan : Proses Perijinan (Pihak Pemerintah) FS/TOR Project Plan Target Setting Proses Perencanaan (Pihak Pemilik

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, permasalahan yang sering sekali menjadi pusat perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. Di Indonesia, hal

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan 5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan TUJUAN SASARAN STRATEGIS TARGET KET URAIAN INDIKATOR TUJUAN TARGET TUJUAN URAIAN INDIKATOR KINERJA 2014 2015 2016 2017 2018 1 2 3 4 6 7 8 9 10 13 Mendukung Ketahanan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut : 19 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil penelitian melalui penyebaran kuesioner kepada responden kontraktor dan manajemen konstruksi Hotel Tentrem, Hotel Citra, Hotel Fave, Hotel Swiss Bel

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis manajemen energi adalah keadaan dimana sumber energi yang ada tidak mampu dikelola untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayah tertentu. Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan. Konsep ini sudah tidak asing

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

ATURAN BERSAMA DESA BAKIPANDEYAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

ATURAN BERSAMA DESA BAKIPANDEYAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO ATURAN BERSAMA DESA BAKIPANDEYAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM - MANDIRI PERKOTAAN PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) TAHUN 2014

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Lokasi pabrik sangat mempengaruhi kemajuan dan kelangsungan dari suatu industri. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan hidup pabrik

Lebih terperinci

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan 18 Desember 2013 STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan Deputi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup 18 Desember 2013 Peran Jakarta

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) 101 KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI RISIKO DALAM ASPEK PRASARANA LINGKUNGAN PERUMAHAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA BIAYA DEVELOPER

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci