SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT"

Transkripsi

1 SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah Oleh : ENI NURAENI MARYAM NIM : KONSENTRASI ILMU FALAK JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO S E M A R A N G 2010 i

2 Semarang, 15 Desember 2010 Kepada Yth. Dekan Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang Di Semarang PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp. : 4 (empat) eks. Hal : Naskah Skripsi An. Sdr. Eni Nuraeni Maryam Assalamu alaikum Wr. Wb. Setelah saya mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara : Nama : Eni Nuraeni Maryam N I M : Judul : Sistem Hisab Awal Bulan Kamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadi maklum. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Pembimbing I Pembimbing II Drs. H. Musahadi, M.Ag H. Ahmad Izzuddin, M.Ag NIP : NIP : ii

3 PENGESAHAN Nama : Eni Nuraeni Maryam N I M : Fakultas / Jurusan : Syari ah / Ahwal Al-Syakhsiyah / Konsentrasi Ilmu Falak Judul : SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal : 30 Desember 2010 dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan studi Program Sarjana Strata 1 (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Syari ah. Semarang, 30 Desember 2010 Dewan Penguji, Ketua Sidang, Sekretaris Sidang, Drs. H. Nur Khoirin, M. Ag NIP Penguji I, H. Ahmad Izzuddin, M. Ag NIP Penguji II, Achmad Arif Budiman, M. Ag NIP Pembimbing I, Ahmad Syifaul Anam, SHI, MH NIP Pembimbing II, Drs. H. Musahadi, M. Ag NIP H. Ahmad Izzuddin, M. Ag NIP iii

4 M O T T O 5b$t7ó çt 2 ã yjs)ø9$#ur ß ôj ±9$# Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. (QS. Ar-Rahman:5) 1 (#qßjn= ètfï9 taî $oytb ¼çnu s%ur #Y qçr t yjs)ø9$#ur [ä!$u ÅÊ š[ôj ±9$# Ÿ@yèy_ Ï%!$# uqèd z>$ Åsø9$#ur tûüïzåb 9$# yšy tã Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). (QS. Yunus:5) 2 1 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2005, hlm Ibid, hlm iv

5 PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk: Apa dan Mamah tercinta (Dadang Nurul Huda dan Atisah) yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih sayang. Terima kasih atas pengorbanan, nasehat dan doa yang tiada hentinya kalian berikan kepadaku selama ini. Adik-adikku tersayang (Sadut, Petet, Itot) dan seluruh keluarga besarku tercinta, dukungan serta doa kalian, semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. v

6 DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiranpikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Semarang, 15 Desember 2010 Deklarator Eni Nuraeni Maryam vi

7 ABSTRAK Di antara program-program komputer berbasis astronomi modern yang mendukung penentuan awal bulan Qamariah adalah Jean Meeus, New Comb, Almanac Nautica, Ephemeris, Mawaaqit, Starrynight dan software falak lainnya. Di antara kesekian pemrograman tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji Program Mawaaqit hasil karya Dr. Ing. Khafid (ahli geodesi). Menurut ilmu astronomi bentuk bumi itu bulat sehingga rumus yang digunakan dalam perhitungan awal bulan Qamariahnya adalah segitiga bola (spherical trigonometri), sedangkan menurut ilmu geodesi bentuk bumi itu bukan bulat tetapi ellipsoid (geodetic). Dengan background keilmuan Dr. Ing. Khafid sebagai ahli geodesi, penulis ingin menelusuri sistem hisab awal bulan Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam program Mawaaqit. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif evaluatif dimana data primernya berupa hasil wawancara dengan Dr. Ing. Khafid selaku pemilik Program Mawaaqit, sedangkan data sekundernya adalah seluruh dokumentasi berupa buku-buku yang membahas tentang hisab rukyat, sumber dari arsip, kamus, ensiklopedi dan buku yang berkaitan dengan penelitian. Data-data tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif analitis dan komparatif. Hasil penelitian ini adalah metode yang digunakan dalam penentuan awal bulan Qamariah program Mawaaqit adalah metode hisab hakiki kontemporer. Dimana sistem hisab ini menggunakan hasil penelitian terakhir dan menggunakan matematika yang telah dikembangkan. Kriteria penentuan awal bulan Qamariah yang dipakai oleh Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit adalah kriteria MABIMS yakni ketinggian hilal minimum dua derajat dan umur bulan saat matahari terbenam minimum delapan jam. Tingkat akurasi Program Mawaaqit dalam penentuan awal bulan Qamariah dapat dikatakan cukup akurat. Karena teori dan algoritma yang digunakan Mawaaqit adalah VSOP87 yang tingkat akurasinya lebih baik dari Di samping itu bukti keakurasiannya dapat dilihat dari hasil hisab Program Mawaaqit ketika dibandingkan dengan hasil hisab Ephemeris yang termasuk ke dalam High Accuracy Algorithm yang selama ini sering dijadikan pedoman pelaksanaan rukyat dalam penentuan awal bulan Qamariah yang hanya berbeda pada hitungan detik. Kata kunci: Astronomi, Awal Bulan Qamariah, Mawaaqit vii

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Sistem Hisab Awal Bulan Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit. Shalawat serta salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatsahabatnya dan para pengikutnya yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih payah penulis secara pribadi. Tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari usaha dan bantuan, pertolongan serta do a dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi tersebut. Oleh karena itu, penulis sampaikan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang dan Pembantupembantu Dekan, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menulis skripsi tersebut dan memberikan fasilitas belajar hingga kini. 2. Kementerian Agama RI PD. Pontren, atas beasiswanya selama penulis menempuh pendidikan S1 di IAIN Walisongo Semarang. 3. Drs. H. Musahadi, M. Ag selaku pembimbing I, atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas. 4. H. Ahmad Izzuddin, M. Ag selaku pembimbing II sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Daarun Najaah di mana penulis tinggal selama kuliah di IAIN Walisongo Semarang, atas bimbingan, motivasi serta nasehat yang tiada hentinya diberikan kepada penulis. 5. Eman Sulaeman, M.H., selaku Kaprodi Konsentrasi Ilmu Falak, beserta segenap pengelola Prodi Konsentrasi Ilmu Falak, dosen-dosen dan karyawan Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang, atas segala didikan, bantuan dan kerjasamanya. viii

9 6. Dr. Ing. Khafid (Pemilik Program Mawaaqit) atas wawancaranya baik secara langsung, via maupun via sms dan semua data serta informasinya yang diberikan kepada penulis. 7. Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala do a, perhatian, pengorbanan, nasehat dan curahan kasih sayangnya yang tidak dapat penulis ungkapkan dalam untaian kata-kata. 8. Kyai Siradj Khudlari selaku Pengasuh Pondok Pesantren Daarun Najaah, atas do a, nasehat dan bimbingan yang diberikan kepada penulis. 9. KH. Ahmad Ghozali, Mu tie, S. Ag., KH. Asep Sholahuddin Mu tie, B.A., KH. Cecep Ishaq Asy ari Mu tie, Usth. Lilis Jamilah dan segenap guruguru penulis di Pondok Pesantren Darussalam Sindangsari Kersamanah Garut, atas do a kalian. 10. Ahmad Syifaul Anam, S.H.I., M.H, Gus Sayful Mujab, S.H.I, M.S.I., Tedi Kholiludin, S.H.I., M.S.I., atas segala bantuan dan pengarahannya. 11. Teman-teman CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang khususnya temanteman angkatan 2007, Genk Star tercinta (Yoyo, Usro, Anop, Jadul, Ibor, Mahyo, Niez, Cepot, Katrok, Mbah Uti, Saroful, Bekong, Ada Ben, Nyonyon, Ipeh, Opil, Aro, Ifa, Mbah Anshor, Gus Kriwil, Iyan, Oji, Jay ndut, Gus Faqih, Ncep, Yosi, Sule, Hasan, Remon). 12. Segenap santriah Pondok Pesantren Putri Daarun Najaah khususnya Kamar al-qamariah (Jadul, Mahyo, Nafiez, Oink, Lilik, Diana). 13. Dulur-dulur HMJB (Himpunan Mahasiswa Jawa Barat) di IAIN Walisongo Semarang. Atas semua kebaikannya, penulis hanya mampu berdo a semoga Allah membalas semua kebaikan kalian dengan balasan yang lebih baik. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semua itu karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. ix

10 Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Amin. Semarang, 15 Desember 2010 Penulis, Eni Nuraeni Maryam NIM x

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL SKRIPSI... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN DEKLARASI... HALAMAN ABSTRAK... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN KATA PENGANTAR... HALAMAN DAFTAR ISI... i ii iii iv v vi vii viii x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Telaah Pustaka... 5 E. Metode Penelitian... 8 F. Sistematika Penulisan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HISAB RUKYAT A. Pengertian Umum Hisab Rukyat B. Dasar Hukum Hisab Rukyat C. Sejarah dan Perkembangan Hisab Rukyat D. Metode Hisab Rukyat BAB III SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Biografi Intelektual Dr. Ing. Khafid B. Karya-karya Dr. Ing Khafid xi

12 C. Pemikiran Dr. Ing. Khafid tentang Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Program Mawaaqit D. Sistem Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Program Mawaaqit BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Program Mawaaqit B. Analisis terhadap Kriteria Penentuan Awal Bulan Kamariah dalam Program Mawaaqit C. Analisis terhadap Tingkat Akurasi Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Program Mawaaqit BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-Saran C. Penutup DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS xii

13 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penentuan awal bulan Qamariah sangat penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan bulan Qamariah. Di antara ibadah-ibadah itu adalah shalat Idul Adha dan Idul Fitri, shalat gerhana bulan dan matahari, puasa Ramadhan dengan zakat fitrahnya, haji dan sebagainya. Demikian pula hari-hari besar dalam Islam, semuanya diperhitungkan menurut perhitungan bulan Qamariah. 3 Sebenarnya, secara teknis ilmiah, posisi dan gerakan benda-benda langit sudah dapat dihitung, yaitu dengan ilmu astronomi modern dan bantuan komputer yang sangat teliti. Jangankan penampakan hilal yang sangat biasa dan selalu terjadi setiap bulan, perhitungan gerhana bulan maupun matahari yang relatif jarang pun bisa diperkirakan melalui perhitungan yang sangat teliti. Bahkan, soal yang jauh lebih rumit, seperti peristiwa langka berupa penampakan komet 4 yang terjadi setiap puluhan tahun bahkan ratusan tahun sekali, bisa diperhitungkan dengan baik. 5 3 Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm Komet adalah anggota tata surya yang berwujud gas dan menarik pandangan jika kebetulan ada di dekat matahari. Linatasan komet mengelilingi matahari berbentuk lonjong. Makin dekat dengan matahari makin menonjol ekornya, yang tak lain adalah gas mengembang. Lihat Iratius Radiman, dkk, Ensiklopedi singkat astronomi dan ilmu yang bertautan, Bandung: Penerbit ITB, 1980, hlm Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Syariah, Sains dan Teknologi, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, hlm. 33.

14 Dewasa ini, metode hisab telah menggunakan komputer dengan tingkat presisi 6 yang jauh lebih tinggi dan akurat. Berbagai perangkat lunak (software) yang praktis juga telah ada. 7 Bahkan dengan banyaknya program komputer, siapa pun yang bisa mengoperasikannya dengan mudah dapat menghitung posisi bulan dan matahari. Masalahnya, tidak semua orang mengerti arti angka dalam penentuan awal bulan Qamariah, khususnya dalam penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Kini, dengan metode astronomi yang sama, bahkan dengan program komputer, hasil hitungan pasti akan sama. Tidak peduli siapa yang menghitung, apakah Muhammadiyah, NU, Persis, atau orang awam. Terlalu naif, ada yang merasa hasil hisab-nya lebih unggul dan seolah metodenya beda dengan metode ormas lain yang menggunakan rukyat. Padahal tidak ada bedanya, semua ormas bisa menghitung dengan hasil yang sama. Dengan kemajuan teknologi yang didukung perangkat komputer modern, hasil hisab/rukyat yang dilakukan umat Islam di belahan bumi lain dapat diketahui dengan cepat atau bahkan dalam hitungan milidetik oleh umat Islam di belahan bumi yang lainnya. Di antara program-program komputer berbasis astronomi modern yang mendukung penentuan awal bulan Qamariah adalah Jean Meeus, New Comb, EW Brown, Almanac Nautica, Astronomical Almanac, 6 Presisi adalah ketelitian. Lihat Pius A Partanto dan M Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994, hlm Encup Supriatna, Hisab Rukyah dan Aplikasinya (Buku Satu), Bandung: Refika Aditama, Cet I, 2007, hlm. 1. 2

15 Mawaaqit, Ascript, Astro Info, Starrynight dan banyak software-software falak yang lain. Sistem hisab dalam program-program tersebut memiliki tingkat ketelitian yang tinggi sehingga dikelompokkan dalam High Accuracy Algorithm. Hal tersebut dapat terlihat dari data perhitungan ijtima' dan tinggi hilal awal Ramadhan 2010 M/1431 H menurut berbagai macam sistem 8 : No Kitab/Program Ijtima Hari/tanggal Jam Tinggi hilal 1 Sullam an Nayirain 09:45:19,90 04º 07' 20,05" 2 Fathurrouf al Mannan 09:53:35,98 04º 03' 12,01" 3 Syamsul Hilal 10:13:30,00 03º 53' 16,80 4 Ittifaq Dzatil Bain 10:03:57,00 04º 34' 27,05" 5 Khulashotil Wafiyyah 09:59:55,37 03º 53' 30,00" Selasa, 6 Badiatul Mitsal 08:48:32,04 04º 57' 12,15" 3 Almanak Nautika 10:08:00,00 02º 24' 18,93" 4 Ephemeris Hisab Rukyat 10:09:44,51 02º 28' 32,61" 5 Program Ahillah 10:08:34,93 02º 32' 12,45" 6 Mawaaqit 10:09:00,00 02º 12' 08,40" 9 Starry Night Pro 5 10:13:42,00 01º 58' 24,00 10 Agustus 2010 Di antara kesekian pemrograman komputer berbasis astronomi modern yang mendukung penentuan awal bulan Qamariah tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji Program Mawaaqit yang merupakan implementasi dari hasil pemikiran Dr. Ing. Khafid. 8 Muthoha Arkanuddin, Mengenal Peralatan Hisab Rukyat, Disampaikan pada Acara Pelatihan Hisab Rukyat Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 29 Juli 2007, di Hotel Plaza Arjuna Yogyakarta. 3

16 Dr. Ing. Khafid adalah seorang ahli geodesi 9 yang kini bekerja di Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Cibinong Bogor. Para ahli astronomi menyatakan bahwa bentuk bumi adalah bulat. Hal tersebut terlihat dari rumus segitiga bola yang digunakan dalam penentuan awal bulan Qamariah. Sedangkan menurut ilmu geodesi, bentuk bumi tidaklah bulat pepat akan tetapi ellips (geoid). Dengan background keilmuan Dr. Ing. Khafid yang bukan astronomi maupun ilmu falak melainkan geodesi, penulis ingin menelusuri salah satu software aplikasi falak yang terdapat dalam program tersebut yaitu mengenai sistem hisab awal bulan Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam program Mawaaqit. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dan untuk membatasi skripsi agar lebih spesifik dan tidak terlalu melebar, maka dapat dikemukakan pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana metode hisab awal bulan Qamariah dalam program Mawaaqit? 2. Apa kriteria penentuan awal bulan Qamariah yang digunakan Dr. Ing. Khafid dalam program Mawaaqit? 9 Geodesi merupakan ilmu mengenai ukuran dan bentuk bumi serta metode untuk mengetahui ukurannya. Lihat Iratius Radiman, dkk, op.cit. hlm

17 3. Bagaimana tingkat akurasi hisab awal bulan Qamariah program Mawaaqit? C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penulis adalah berikut: 1. Untuk mengetahui metode hisab awal bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit. 2. Untuk mengetahui kriteria penentuan awal bulan Qamariah yang digunakan Dr. Ing. Khafid dalam program Mawaaqit. 3. Untuk mengetahui tingkat akurasi hisab awal bulan Qamariah program Mawaaqit. D. TELAAH PUSTAKA Sejauh penelusuran penulis, belum ditemukan tulisan yang secara khusus dan mendetail membahas tentang Sistem Hisab Awal Bulan Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit, namun demikian terdapat beberapa tulisan yang berhubungan dengan yang tersebut di atas. Penelitian Ahmad Izzuddin dengan judul Zubaer Umar al-jaelani Dalam Sejarah Pemikiran Hisab Rukyat di Indonesia 10. Hasil penelitian tersebut memaparkan pemikiran hisab Zubaer Umar al-jaelany yang dibukukan dalam Khulasoh al-wafiyah yaitu menggunakan anggaran baru 10 Ahmad Izzuddin, Zubaer Umar al-jaelani (Dalam Sejarah Pemikiran Hisab Rukyat di Indonesia), Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang, 2002, tp. 5

18 prinsip heliosentris 11 yang sampai sekarang masih diakui kebenaran ilmiahnya. Pada prinsipnya pemikiran hisab Zubaer Umar al-jaelany menggunakan prinsip matematika modern (astronomi modern), hanya saja masih menggunakan bahasa Arab. Oleh karena itu pemikiran hisab Zubaer Umar al-jaelany tidak jauh berbeda bahkan sama keakurasiannya dengan hisab kontemporer. 12 Skripsi A. Syifaul Anam Studi Tentang Hisab Awal Bulan Qamariah dalam Kitab Khulashoh al Wafiyyah dengan Metode Haqiqi bi at-tahqiq 13 yang menerangkan bagaimana hisab awal bulan Qamariah dengan metode kitab Khulasoh al Wafiyyah serta menjelaskan kelebihan dan kekurangan metode yang terdapat dalam kitab tersebut. Adapun metode hisab awal bulan Qamariah dalam kitab ini tidak jauh berbeda dengan beberapa konsep yang dikembangkan hisab haqiqi kontemporer. Skripsi M. Taufiq Analisis Terhadap Penentuan Awal Bulan Qamariah menurut Muhammadiyah dalam Perspektif Hisab Rukyat di Indonesia 14 yang menerangkan metode yang dipakai oleh Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan Qamariah. Metode hisab awal bulan 11 Heliosentris adalah pandangan yang dimunculkan oleh Copernicus yang menyatakan bahwa matahari sebagai pusat peredaran benda-benda langit dalam tatasurya. Bumi, bulan, dan planetplanet sebagai anggota tatasurya. Muhyiddin Khazin, Jogjakarta: Buana Pustaka, Cetakan pertama, 2005, hlm Sistem hisab ini menggunakan hasil penelitian terakhir dan menggunakan matematika yang telah dikembangkan dengan sistem koreksi yang lebih teliti dan kompleks, sesuai dengan kemajuan sains dan teknologi. Susiknan Azhar, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Lazuardi, 2001, hlm A. Syifaul Anam, Studi Tentang Hisab Awal Bulan Kamariah Dalam Kitab Khulashoh al Wafiyyah dengan Metode Haqiqi bit Tahqiq, Skripsi Sarjana Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang, 2001, t.d. 14 M. Taufiq, Analisis Terhadap Penentuan Awal Bulan Kamariah Menurut Muhammadiyah Dalam Perspektif Hisab Rukyat Di Indonesia, Skripsi Sarjana Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang, 2006, t.d. 6

19 Qamariah yang digunakan oleh Muhammadiyah yaitu hisab wujud alhilal, 15 prinsipnya jika menurut perhitungan (hisab) hilal sudah dinyatakan di atas ufuk 16, maka hari esoknya sudah dapat ditetapkan sebagai tanggal satu tanpa harus menunggu hasil rukyat. Skripsi Sudarmono Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan Qamariah Menurut Persatuan Islam 17 yang menerangkan metode serta kriteria hisab yang dipakai oleh Persatuan Islam (Persis) dalam menentukan awal bulan Qamariah serta dasar hukumnya. Adapun kriteria yang dipakai oleh Persis untuk saat ini adalah Imkan al-rukyat (kemungkinan hilal dapat dilihat) yang artinya pergantian bulan itu ditentukan dengan hasil hisab dan posisi hilal atau ketinggian hilal sekian derajat dari ufuk. Sama seperti yang dipakai oleh Pemerintah yang dalam hal ini adalah Departemen Agama. Walaupun sebenarnya sebelumnya Persis menggunakan kriteria-kriteria yang lain. Dalam melakukan perhitungannya Persis mengalami perubahan atau selalu berkembang, yang semula hanya menggunakan sistem Hisab Hakiki Taqribi dengan kriteria Ijtima Qobla al-ghurub 18 dengan kitab Sullam Nayirain, Wujud 15 Menurut aliran hisab wujudul hilal, prinsipnya jika menurut perhitungan (hisab) hilal sudah dinyatakan di atas ufuk, maka hari esoknya sudah dapat ditetapkan sebagai tanggal satu tanpa harus menunggu hasil rukyat. Aliran ini yang dipakai oleh Muhammadiyah. Lihat Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab Rukyat Praktis dan Solusi Permasalahannya), Semarang: Komala Grafika, hlm Ufuk atau horizon atau cakrawala biasa diterjemahkan dengan kakilangit. Muhyiddin Khazin, op.cit. hlm Sudarmono, Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan Kamariah Menurut Persatuan Islam, Skripsi Sarjana Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang, 2008, t.d. 18 Pada madzhab ijtima qabla al-ghurub, kondisi rukyatul hilal (apakah hilal tampak secara visual atau tidak) dianggap tidak terlalu penting sepanjang faktor-faktor kelahiran hilal secara astronomis telah ada (wujud). Yang menjadi persyaratan utama madzhab ini hanyalah peristiwa konjungsi (ijtima un nayirain) yang terjadi sebelum matahari tenggelam. Lihat Tono Saksono, 7

20 al-hilal di sebagian wilayah Indonesia, Wujud al-hilal di seluruh Indonesia dan kini sesuai dengan perkembangannya Persis menggunakan sistem hisab Ephemeris dengan kriteria Imkan al-rukyat. Skripsi Anisah Budiwati Sistem Hisab Arah Kiblat Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit yang menerangkan sistem hisab arah kiblat Dr. Ing. Khafid. Adapun hasil penelitiannya bahwa Program Mawaaqit masih memiliki penyimpangan sudut kiblat sebesar 12 km dari ka bah akan tetapi masih masuk wilayah Mekkah. Dalam kajian pustaka tersebut terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang hisab awal bulan Qamariah dengan berbagai metode dan kriteria, demikian pula penelitian terhadap pemikiran Dr. Ing. Khafid tentang sistem hisab arah kiblat Program Mawaaqit, tapi menurut penulis belum ada tulisan yang membahas secara spesifik tentang Sistem Hisab Awal Bulan Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit. E. METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif evaluatif. Dengan metode deskriptif evaluatif, penulis berupaya mengungkap dan memahami sistem hisab awal bulan Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit dan mengevaluasinya dengan membandingkannya dengan sistem lain. Mengkompromikan Hisab dan Rukyat, Jakarta: Amythas Publicita ( farmacia.com) Center for Islamic Studies ( 2007, hlm

21 Penelitian ini juga tergolong penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan menelaah bahanbahan pustaka, baik berupa buku, ensiklopedi, jurnal, majalah dan sumber lainnya yang relevan dengan topik yang dikaji Sumber Data Menurut sumbernya, data penelitian digolongkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian, baik itu berupa dokumentasi 20 maupun wawancara 21 yang penulis dapatkan langsung dari Dr. Ing. Khafid sebagai pemilik Program Mawaaqit. Sedangkan data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder ini akan penulis dapatkan melalui wawancara terhadap pihak lain yang berkompeten dalam bidang astronomi maupun ilmu falak dan dokumentasi 22 yaitu berupa buku-buku yang membahas tentang hisab rukyat, majalah ilmiah, sumber dari arsip, kamus, ensiklopedi dan 19 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajawali, 1986, hlm Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Lihat dalam Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2002, hal Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Lihat Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, Cet IV, hlm Saifuddin Azwar, Metode Penelitian,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet IV, 2004, hlm

22 buku yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai tambahan atau pelengkap. 3. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam skripsi ini, dalam hal mendapatkan data primer penulis menggunakan metode wawancara, yaitu penulis melakukan wawancara dengan Dr. Ing. Khafid selaku pemilik Program Mawaaqit. Penulis juga menggunakan metode dokumentasi yaitu penulis mengumpulkan buku-buku atau data-data penunjang yang berkaitan dengan sistem hisab awal bulan Qamariah program Mawaaqit. Di samping itu penulis juga mengumpulkan buku-buku atau tulisan yang membicarakan tentang hisab rukyat, khususnya masalah penentuan awal bulan Qamariah baik yang penulis dapatkan langsung dari sumber primer maupun sekunder. 4. Metode Analisis Data Data mentah yang penulis kumpulkan akan dianalisis dengan metode deskriptif analitis 23 dan metode komparatif yang mana penulis akan memberikan deskripsi mengenai hasil analisis yang penulis lakukan dan membandingkannya dengan salah satu sistem hisab lain. 23 Analisis deskriptif merupakan prosedur statistik untuk menguji generalisasi hasil penelitian yang didasarkan atas satu variabel. Lihat dalam Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aproplikasinya, Bogor: Ghalia Indonesia, 2002, hlm

23 Proses analisis data dimulai dengan pengumpulan buku-buku atau data-data yang berkaitan dengan sistem hisab awal bulan Qamariah Program Mawaaqit untuk kemudan diolah sehingga menghasilkan data baru. Yang pertama kali penulis lakukan adalah mencari tahu metode yang digunakan dalam hisab awal bulan Qamariah Program Mawaaqit. Selanjutnya penulis menganalisis kriteria penentuan awal bulan Qamariah yang digunakan Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit. Tahap terakhir penulis melakukan evaluasi terhadap sistem dan hasil hisab awal bulan Qamariah program Mawaaqit dengan sistem lain untuk mengetahui sejauh mana keakuratan hisab Program Mawaaqit. F. SISTEMATIKA PENULISAN Secara garis besar penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab. Dimana dalam setiap bab terdapat sub-sub pembahasan, yaitu: BAB I : Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Umum tentang Hisab Rukyat Bab ini membahas masalah pengertian umum hisab rukyat, dasar hukum hisab rukyat, sejarah dan perkembangan hisab rukyat, metode hisab rukyat. 11

24 BAB III : Sistem Hisab Awal Bulan Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit Bab ini meliputi Biografi intelektual Dr. Ing. Khafid, Karya-karya Dr. Ing Khafid, Pemikiran Dr. Ing. Khafid tentang hisab awal bulan Qamariah Program Mawaaqit, Sistem hisab awal bulan Qamariah dalam program Mawaaqit. BAB IV : Analisis Sistem Hisab Awal Bulan Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit Bab ini membahas Analisis terhadap metode hisab awal bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit, Analisis terhadap kriteria penentuan awal bulan Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit, Analisis terhadap tingkat akurasi hisab awal bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit. BAB V : Penutup Bab ini merupakan bab penutup skripsi yang meliputi: kesimpulan, saran-saran, dan penutup. 12

25 4 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HISAB RUKYAT A. Pengertian Umum Hisab Rukyat 1. Pengertian Hisab Secara etimologis kata hisab berasal dari bahasa Arab yang berarti perhitungan atau Arithmatic. 24 Di dunia Islam istilah hisab 25 sering digunakan dalam ilmu falak (astronomi) untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi. 26 Dalam Al-Qur an Surat Yunus ayat 5 disebutkan: (#qßjn= ètfï9 taî $oytb ¼çnu s%ur #Y qçr t yjs)ø9$#ur [ä!$u ÅÊ š[ôj ±9$# Ÿ@yèy_ Ï%!$# uqèd z>$ Åsø9$#ur tûüïzåb 9$# yšy tã Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). (QS. Yunus:5) 27 Juga dalam Surat Ar-Rahman ayat 5: 5b$t7ó çt 2 ã yjs)ø9$#ur ß ôj ±9$# 24 Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Jogjakarta: Buana Pustaka, Cetakan pertama, 2005, hlm Ilmu hisab yang dimaksudkan di sini adalah ilmu hisab sebagai ilmu falak yang biasa digunakan umat Islam dalam proses penentuan berbagai hal dalam praktik ibadah. Lihat Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya Buku Satu, Bandung: Refika Aditama, Cetakan Pertama, 2007, hlm Ibid, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2005, hlm

26 Artinya : Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. (QS. Ar- Rahman:5) 28 Secara etimologis kata falak 29 berasal dari bahasa Arab yang mempunyai persamaan arti dengan kata madar 30 atau kata orbit 31 dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai lingkaran langit atau cakrawala 32, sehingga ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit (khususnya bumi, bulan, dan matahari) pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk mengetahui posisi benda-benda langit antara satu dengan lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi. 33 Ilmu ini disebut dengan ilmu falak, karena ilmu ini mempelajari lintasan benda-benda langit. Ilmu ini disebut pula dengan ilmu hisab, karena ilmu ini menggunakan perhitungan. Ilmu ini disebut pula ilmu rashd, karena ilmu ini memerlukan pengamatan. Ilmu ini sering disebut pula ilmu miqat, karena ilmu ini mempelajari tentang batas-batas waktu Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2005, hlm Falak adalah jalan benda-benda langit; atau garis lengkung yang dilalui oleh suatu benda langit dalam lingkaran hariannya. Falak disebut dengan orbit yang diterjemahkan dengan lintasan. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, op.cit, hlm Madar adalah lingkaran yang sejajar equator. Madar ini merupakan tempat suatu benda langit beredar, sehingga ia disebut pula dengan lingkaran harian suatu benda langit. Lihat Muhyiddin Khazin, ibid, hlm Orbit = Falak. Ibid, hlm Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia, Edisi ke empat, 2008, hlm Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, Cetakan Pertama, 2004, hlm Ibid. 14

27 Dari keempat istilah di atas, yang populer di masyarakat adalah ilmu falak dan ilmu hisab. 35 Ilmu hisab itu pada garis besarnya ada dua macam yaitu 'ilmiy dan 'amaliy. Ilmu hisab 'ilmiy adalah ilmu hisab yang membahas teori dan konsep benda-benda langit, misalnya dari segi asal mula kejadiannya (cosmogoni), bentuk dan tata himpunannya (cosmologi), jumlah anggotanya (cosmografi), ukuran dan jaraknya (astrometik), gerak dan daya tariknya (astromekanik), dan kandungan unsur-unsurnya (astrofisika). 36 Sedangkan ilmu hisab 'amaliy adalah ilmu hisab yang melakukan perhitungan untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda-benda langit antara satu dengan yang lainnya. Ilmu hisab 'amaliy inilah yang oleh masyarakat umum dikenal dengan ilmu hisab. 37 Pokok bahasan dalam ilmu hisab adalah penentuan waktu dan posisi benda-benda langit (matahari dan bulan) yang diasumsikan memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan ibadah (hablun min Allah). Sehingga pada dasarnya pokok bahasan ilmu falak adalah berkisar pada: Penentuan arah kiblat dan bayangan arah kiblat 2. Penentuan waktu shalat 3. Penentuan awal bulan (khususnya bulan Qamariah) 4. Penentuan gerhana baik gerhana matahari maupun gerhana bulan. 35 Zubair Umar al-jailany, Khulashah al-wafiyah, hlm Ibid, hlm Ibid, hlm Ahmad Izzudin, Ilmu Falak Praktis (Metode HIsab Rukyat Praktis dan Solusi Permasalahannya), Semarang: Komala Grafika, 2006, hlm

28 Adapun pembahasan awal bulan dalam ilmu hisab adalah menghitung waktu terjadinya konjungsi (ijtima ) 39, yakni posisi matahari dan bulan memiliki nilai bujur astronomi yang sama, serta menghitung posisi (tinggi dan azimuth 40 ) bulan (hilal) dilihat dari suatu tempat ketika matahari terbenam pada hari terjadinya konjungsi itu Pengertian Rukyat yara ( antara lain: 42 Kata rukyat merupakan kata isim bentuk masdar dari fi il ra a ). Kata dan tashrifnya mempunyai banyak arti, a. Ra a ( ) bermakna, artinya melihat dengan mata kepala. Bentuk masdarnya. Diartikan demikian jika maf ul bih (obyek)nya menunjukkan sesuatu yang tampak/terlihat. Contoh: apabila kamu melihat hilal (HR. Muslim)... b. Ra a ( ) bermakna /, artinya mengerti, memahami, mengetahui, memperhatikan, berpendapat dan ada yang mengatakan 39 Ijtima artinya kumpul atau bersama, yaitu posisi matahari dan bulan berada pada satu bujur astronomi. Dalam astronomi dikenal dengan istilah conjunction (konjungsi). Para ahli astronomi murni menggunakan ijtima ini sebagai kriteria penggantian bulan Kamariah, sehingga ia disebut pula dengan New Moon. Lihat Muhyiddin Khazin, 99 Tanya Jawab Masalah Hisab dan Rukyat, Yogyakarta: Ramadhan Press, 2009, hlm Azimuth atau jihah berarti arah, yaitu harga suatu sudut untuk tempat atau benda langit yang dihitung sepanjang horizon dari titik utara ke timur searah jarum jam sampai titik perpotongan antara lingkaran vertikal yang melewati tempat atau benda langit itu dengan lingkaran horizon. Lihat Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, hlm Ibid, hlm A. Ghozali Masroeri, Rukyatul Hilal, Pengertian dan Aplikasinya, Disampaikan dalam Musyawarah Kerja dan Evaluasi Hisab Rukyat Tahun 2008 yang diselenggarakan oleh Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI di Ciawi Bogor tanggal Februari 2008, hlm

29 melihat dengan akal pikiran. Bentuk masdarnya. Diartikan demikian jika maf ul bih (obyek)nya berbentuk abstrak atau tidak mempunyai maf ul bih (obyek). Contoh: ÉúïÏe$!$Î/ Ü>Éj s3ムÏ%!$# M ƒuäu r& Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (QS. Al- Maun:1) c. Ra a ( ) bermakna /, artinya mengira, menduga, yakin, dan ada yang mengatakan melihat dengan hati. Bentuk masdarnya. Dalam kaedah bahasa Arab diartikan demikian jika mempunyai dua maf ul bih (obyek). Contoh: #Y Ïèt/ ¼çmtR rt tƒ önåkẍî) Artinya: Sesungguhnya mereka menduga siksaan itu jauh (mustahil) (QS. Al-Ma arij: 6) Secara harfiah, rukyat berarti melihat. Arti yang paling umum adalah melihat dengan mata kepala. 43 Namun demikian kata rukyat yang berasal dari kata ra a ini dapat pula diartikan dengan melihat bukan dengan cara visual, misalnya melihat dengan pikiran atau ilmu (pengetahuan). Ragam arti dari kata tersebut tergantung pula pada obyek yang menjadi sasarannya Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Syariah, Sains dan Teknologi, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, hlm A. Ghozali Masroeri, loc.cit, hlm

30 3 3 ( 4 ồ Ketika kata rukyat dihubungkan dengan kata hilal, maka ia akan berarti sesuai dengan definisi hilal yang digunakan. Rukyat dalam pengertian melihat secara visual (melihat dengan mata kepala) atau rukyatbashariyah atau disebut juga rukyat bi al-fi li, hanya cocok untuk hilal dalam pengertian hilal aktual. 45 Rukyat al-hilal yang terdapat dalam sejumlah hadits Nabi saw tentang rukyat hilal Ramadan dan Syawal adalah rukyat al-hilal dalam pengertian hilal aktual. Jadi, secara umum, rukyat dapat dikatakan sebagai pengamatan terhadap hilal. 46 Menurut hadis Shahih Bukhari Muslim, disunahkan melakukan rukyat baik jika langit cerah atau mendung. Namun jika tidak memungkinkan, maka lakukanlah pengkadaran atau dalam bahasa aslinya faqduru lahu. 47 B. Dasar Hukum Hisab Rukyat 3. Dasar hukum dari Al-Qur an a. Surat al-baqarah ayat 189 ŽÉ9ø9$# } øšs9ur Ædkysø9$#ur Ä $Ÿ=Ï9 àm Ï%ºuqtB } Ïd ö@è% Ï' #ÏdF{$# Ç`tã š trqè=t«ó o (#qè?ù&ur 4 s+?$# Ç`tB ŽÉ9ø9$# `Å3»s9ur $ydí qßgàß `ÏB švqãšç6ø9$# (#qè?ù's? br'î/ šcqßsî=øÿè? önà6 =yès9!$# (#qà)?$#ur $ygî/ºuqö/r& ÏB švqã ç7ø9$# 45 Ibid. 46 Farid Ruskanda, op.cit, hlm Ibid, hlm

31 3 4 ( Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumahrumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumahrumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (QS. Al-Baqarah:189) 48 b. Surat al-anbiya ayat 33 tbqßst7ó o ;7n=sù t yjs)ø9$#ur } ôj ±9$#ur u $pk ]9$#ur Ÿ@ø 9$# t,n=y{ Ï%!$# uqèdur Artinya: Dan dialah yang Telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. (QS. Al-Anbiya:33) 49 c. Surat al-an am ayat 96 y7ï9ºsœ $ZR$t7ó ãm t yjs)ø9$#ur } ôj ±9$#ur $YZs3y Ÿ@øŠ 9$# Ÿ@yèy_ur Çy$t6ô¹M}$# ß,Ï9$sù ÉOŠÎ=yèø9$# Í ƒí yèø9$# ã ƒï ø)s? Artinya: Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-An am:96) 50 d. Surat al-an am ayat 97 ô s% Ì óst7ø9$#ur ÎhŽy9ø9$# ÏM»yJè=àß Îû $pkí5 (#rß tgöktjï9 tpqàf Z9$# ãnä3s9 Ÿ@yèy_ Ï%!$# uqèdur šcqßjn=ôètƒ 5Qöqs)Ï9 ÏM»tƒFy$# $uzù= Ásù Artinya: Dan dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan 48 Departemen Agama RI, op.cit, hlm Ibid, hlm Ibid, hlm

32 4 e. Surat Yasin ayat 39 di laut. Sesungguhnya kami Telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (kami) kepada orang-orang yang Mengetahui. (QS. Al-An am:97) 51 ÉOƒÏ s)ø9$# Èbqã_ó ãèø9$%x. yš$tã 4Ó Lym taî $oytb çm»trö s% t yjs)ø9$#ur Artinya: Dan Telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (Setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. (QS. Yasin:39) 52 f. Surat Yasin ayat 40 Í $pk ]9$# ß,Î/$y ã@ø 9$# Ÿwur t yjs)ø9$# x8í ô è? br&!$olm; ÓÈöt7.^tƒ ß ôj ±9$# Ÿw šcqßst7ó o ;7n=sù Artinya: Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS. Yasin:40) 53 Dari beberapa ayat Al-Qur an di atas, tidak ada ayat yang secara tegas menunjukkan bahwa penetapan awal bulan Qamariah adalah dengan metode hisab atau rukyat. Ayat-ayat tersebut hanya memberikan isyarat bahwa bulan dan matahari bisa dijadikan pedoman dalam menetapkan waktu-waktu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan ibadah. Apa yang ditunjukkan dalam al-qur an tersebut masih global. yang kemudian di spesifikan lagi oleh hadis-hadis Nabi. 51 Ibid, hlm Ibid, hlm Ibid, hlm

33 4. Dasar Hukum dari Hadis a. Hadis Riwayat Muslim dari Abu Hurairah ( ) Artinya : Berpuasalah kamu semua karena terlihat hilal (Ramadan) dan berbukalah kamu semua karena terlihat hilal (Syawal). Bila hilal tertutup atasmu maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya ban tigapuluh. (HR. Muslim) Inti hadis ini, bahwa penentuan puasa Ramadan harus di dasarkan sistem rukyat pada tanggal 29 Sya ban malam 30. Jika hilal terlihat, maka keesokan harinya berpuasa; dan jika hilal tidak terlihat, maka umur bulan Sya ban harus digenapkan 30 hari baru kemudian esoknya berpuasa atas dasar istikmal. 55 b. Hadits Riwayat Muslim dari Ibn Umar 56 ( ) Artinya : Dari Ibnu Umar ra. Berkata Rasulullah saw bersabda satu bulan hanya 29 hari, maka jangan kamu berpuasa sebelum melihat bulan, dan jangan berbuka sebelum melihatnya dan jika tertutup awal maka perkirakanlah. (HR. Muslim). 54 Ibid, hlm A. Ghozali Masruri, op.cit, hlm Abu Husain Muslim bin Al Hajjaj, Shahih Muslim, Juz III, Beirut: Dar al Fikr, tt, hlm

34 c. Hadis Riwayat Bukhari : 57 ( ) Artinya : Dari Nafi dari Abdillah bin Umar bahwasannya Rosulallah saw menjelaskan bulan ramadhan kemudian belia bersabda: janganlah kamu berpuasa sampai kamu melihat hilal dan (kelak) janganlah kamu berbuka hingga kamu melihatnya, jika tertutup awan maka perkirakanlah. (HR. Bukhori). Kata faqduru dalam kedua hadis tersebut masih harus diperjelas lagi maksudnya. Kata faqduru adalah bentuk amr dari fi il madly qadara dan memiliki banyak arti; sanggupilah, kuasailah, ukurlah, bandingkanlah, pikirkanlah, pertimbangkanlah, sediakanlah, persiapkanlah, muliakanlah, bagilah, tentukanlah, takdirkanlah, persempitlah, tekanlah, dan masih banyak arti lain. 58 Menurut para ahli ushul kata faqduru disebut kata mujmal (banyak artinya). Untuk memahaminya harus dijelaskan dengan mencarikan kata mufassar (pasti artinya) dalam hadis lain, seperti kata fakmilu (sempurnakanlah) sebagaimana terdapat pada hadis Muslim (maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya ban menjadi tiga puluh) Ibid, hlm A. Ghozali Masruri, op.cit, hlm Ibid. 22

35 Dengan demikian jelaslah, bahwa yang dimaksud dengan faqduru lahu dalam kedua hadis tersebut harus dipahami dengan makna sempurnakanlah bilangan bulan Sya ban menjadi tiga puluh. 60 d. Hadis Riwayat Bukhari ( ) Artinya : Dari Sa id bin Amr bahwasanya dia mendengar Ibnu Umar ra dari Nabi saw beliau bersabda : sungguh bahwa kami adalah umat yang ummi tidak mampu menulis dan menghitung umur bulan adalah sekian dan sekian yaitu kadang 29 hari dan kadang 30 hari. (HR. Bukhori) Hadis tersebut menjelaskan bahwa usia bulan Qamariah kadang 29 hari dan kadang 30 hari, berbeda dengan umur bulan Syamsiyah. Hadis-hadis tersebut di atas memiliki redaksi yang berbedabeda tetapi memiliki maksud dan tujuan yang sama. Hadis-hadis tersebut memperjelas makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al- Qur an yang masih global. Hadis-hadis tersebut menunjukkan bahwa yang dimaksudkan menentukan waktu-waktu ibadah dalam Al-Qur an adalah dengan cara melihat dan mengamati hilal secara langsung pada hari ke 29 (malam 60 Ibid. 61 Muhammad ibn Isma il al Bukhari, Shahih Bukhari, Juz II, Beirut: Dar al Fikr, tt, hlm

36 ke-30) dari bulan yang sedang berjalan. Apabila ketika itu hilal dapat terlihat, maka pada malam itu dimulai tanggal 1 bagi bulan baru atas dasar rukyat al hilal, tetapi apabila tidak berhasil melihat hilal, maka malam itu tanggal 30 dari bulan yang sedang berjalan dan kemudian malam berikutnya dimulai tanggal 1 dari bulan baru atas dasar istikmal (menggenapkan 30 hari bagi bulan sebelumnya). 62 C. Sejarah dan Perkembangan Hisab Rukyat Merujuk pada penemu pertama ilmu falak atau astronomi yakni Nabi Idris sebagaimana disebutkan dalam setiap mukadimah kitab-kitab falak, nampak bahwa wacana ilmu falak sudah ada sejak waktu itu, atau bahkan lebih awal daripada itu. 63 Menurut Ahmad Izzuddin, baru sekitar abad ke-28 sebelum Masehi embrio ilmu falak mulai nampak. Ia digunakan untuk menentukan waktu bagi saat-saat penyembahan berhala. Keadaan seperti ini sudah nampak di beberapa negara seperti di Mesir untuk menyembah Dewa Orisis, Isis, dan Amon, di Babilonia dan Mesopotamia untuk menyembah dewa Astoroth dan Baal. 64 Pada abad XX sebelum Masehi, di negeri Tiong Hoa telah ditemukan alat untuk mengetahui gerak matahari dan benda-benda langit lainnya dan mereka pula yang mula-mula dapat menentukan terjadinya gerhana matahari A. Ghozali Masroeri, op.cit, hlm Ahmad Izzuddin, op.cit, hlm Ibid. 65 Ibid. 24

37 Kemudian berlanjut pada asumsi Phytagoras ( SM) bahwa bumi berbentuk bulat bola, yang dilanjutkan Heraklitus dari Pontus ( SM) yang mengemukakan bahwa bumi berputar pada sumbunya, Merkurius dan Venus mengelilingi matahari dan matahari mengelilingi bumi. 66 Pendapat tersebut diperkuat oleh Aristoteles ( SM) yang mengemukakan bahwa pusat jagad raya adalah bumi. Pandangan manusia terhadap jagad raya mulai saat itu umumnya mengikuti pandangan Aristoteles, yaitu Geosentris yakni bumi sebagai pusat peredaran benda-benda langit. 67 Kemudian penelitian tersebut dipertajam dengan penelitian Aristarchus dari Samos ( ) tentang hasil pengukuran jarak antara bumi dan matahari, dan pernyataannya bumi beredar mengelilingi matahari. Lalu Eratosthenes dari Mesir ( SM) juga sudah dapat menghitung keliling bumi. 68 Kemudian pada masa sesudah masehi ditandai dengan temuan Cladius Ptolomeus (140 M) berupa catatan-catatan tentang bintang-bintang yang diberi nama Tabril Magesty. 69 Pendapat yang dikemukakan oleh Ptolomeus sesuai dengan pandangan Aristoteles tentang kosmos, yaitu pandangan Geosentris, bumi dikitari oleh bulan, Merkurius, Venus, Matahari, Mars, Jupiter, Saturnus. Benda-benda langit tersebut jaraknya dari bumi berturut-turut semakin jauh. Langit merupakan tempat bintang-bintang sejati, sehingga mereka berada pada 66 Ibid. 67 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op.cit, hlm Ahmad Izzuddin, op.cit, hlm Ibid. 25

38 dinding bola langit. Pandangan Ptolomeus yang Geosentris ini berlaku sampai abad ke 6 Masehi tanpa ada perubahan. 70 Selanjutnya di masa Islam (masa Rasulullah) kemunculan ilmu falak memang belum masyhur di kalangan umat Islam, sebagaimana hadis Nabi: inna ummatun umiyyatun la naktubu wala nahsibu. Walaupun sebenarnya ada juga di antara mereka yang mahir dalam perhitungan. Sehingga realitas persoalan ilmu falak pada masa itu tentunya sudah ada walaupun dari sisi hisabnya tidak begitu masyhur. Sebenarnya perhitungan tahun hijriyah pernah digunakan sendiri oleh Nabi Muhammad ketika beliau menulis surat kepada kaum Nasrani Bani Najran, tertulis ke V Hijriyah, namun di dunia Arab lebih mengenal peristiwa-peristiwa yang terjadi sehingga ada istilah tahun gajah, tahun izin, tahun amar, dan tahun zilzal. 71 Namun secara formal, wacana ilmu falak di masa ini baru nampak dari adanya penetapan hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah sebagai pondasi dasar kalender Hijriyah yang dilakukan oleh sahabat Umar bin Khattab, tepatnya pada tahun ke tujuh belas Hijriyah. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya bulan Muharram ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah. 72 Selama hampir delapan abad ilmu pengetahuan pada umumnya dan astronomi pada khususnya tidak nampak adanya masa keemasan. Ilmu astronomi baru mendapat perhatian khusus pada masa Khalifah Abu Ja far al- 70 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, loc.cit, hlm Ahmad Izzuddin, op.cit, hlm Ibid, hlm

39 Manshur ( M), hal ini terlihat dari upaya penerjemahan kitab Sindihind dari India. 73 Khalifah Abu Ja far al-manshur memerintahkan Muhammad ibn Ibrahim al-fazari (796 M) untuk menerjemahkan kitab Sindihind ke dalam bahasa Arab. Atas usahanya inilah al-fazari dikenal sebagai ahli ilmu falak yang pertama di dunia Islam. 74 Setelah al-fazari, pada abad 8 muncul Abu Ja far Muhammad bin Musa al-khawarizmi ( M), sebagai ketua observatorium al-makmun. Dengan mempelajari karya al-fazari (terjemahan Sindhind), al-khawarizmi berhasil sebagai orang pertama yang mengolah sistem penomoran India menjadi dasar operasional ilmu hitung. Dialah penyusun pertama tabel trigonometri Daftar Logaritma yang ada sekarang ini. Di samping itu, al- Khawarizmi menemukan bahwa zodiak atau ekliptika itu miring sebesar 23,5 derajat terhadap equator, serta memperbaiki data astronomis yang ada pada buku terjemahan Sindhind. 75 Kemudian di masa Khalifah al-makmun, naskah Tabril Magesthy diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Hunain bin Ishak. Dari sinilah lahir istilah ilmu falak sebagai salah satu dari cabang ilmu keislaman dan tumbuhnya ilmu hisab tentang penentuan awal waktu shalat, penentuan gerhana, penentuan awal bulan Qamariah, dan penentuan arah kiblat Ibid. 74 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op.cit, hlm Ibid. 76 Ahmad Izzuddin, op.cit, hlm

40 Tokoh yang hidup di masa ini adalah Sultan Ulugh Beik, Abu Rayhan, Ibnu Syatir dan Abu Manshur al-balkhiy. Observatorium didirikan al- Makmun di Sinyar dan Junde Shahfur Bagdad, dengan meninggalkan teori Yunani kuno dan membuat teori sendiri dalam menghitung kulminasi matahari. Juga menghasilkan data-data yang berpedoman pada buku Sindihind yang disebut Tables of Makmun dan oleh orang Eropa dikenal dengan Astronomos atau Astronomy. 77 Masa kejayaan itu juga ditandai dengan adanya al-farghani seorang ahli falak yang oleh orang Barat dipanggil dengan Farganus, buku-bukunya dipakai pegangan dalam mempelajari ilmu perbintangan oleh astronomastronom Barat seperti Regiomontanus. Di samping itu juga ada pakar falak kenamaan lainnya seperti Mirza Ulugh bin Timurlank yang terkenal dengan Ephemerisnya, Ibnu Yunus ( M), Nasiruddin ( M) dan Ulugh Beik ( M) yang terkenal dengan landasan ijtima dalam penentuan awal bulan Qamariah. 78 Di Bashrah, Abu Ali al-hasan bin al-haytam ( M) seorang pakar falak yang terkenal dengan bukunya Kitabul Manadhir dan tahun 1572 diterjemahkan dengan nama Optics yang merupakan temuan baru tentang refraksi (sinar bias). Tokoh-tokoh tersebut sangat mempengaruhi dan memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan ilmu falak di dunia Islam pada masanya masing-masing, meskipun masih bernuansa Ptolomeus Ibid, hlm Ibid. 79 Ibid. 28

41 Dalam lintasan sejarah, selama pertengahan abad ke-20, peringkat kajian Islam yang paling tinggi hanya dapat dicapai di Mekah, yang kemudian beralih ke Kairo. Sehingga kajian Islam termasuk kajian hisab rukyat tidak dapat lepas dari adanya jaringan ulama (meminjam istilah Azyumardi Azra). Ini membuktikan adanya jaringan ulama yang dilakukan oleh ulama-ulama hisab rukyat Indonesia. Seperti Muhammad Mas Mansur al-batawi, 80 ternyata dari lacakan sejarah, diketahui bahwa kitab monumentalnya, Sullam al- Nayyirain, adalah hasil dari rihlah ilmiyyah yang beliau lakukan selama di Jazirah Arab. Sehingga diakui atau tidak, pemikiran hisab rukyat di Jazirah Arab, seperti di Mesir sangat berpengaruh dalam pemikiran hisab rukyat di Indonesia. 81 Sejak adanya peninggalan Hindu dan penanggalan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa serta adanya perpaduan kedua penanggalan tersebut menjadi penanggalan Jawa Islam oleh Sultan Agung, sebenarnya bangsa Indonesia sudah mengenal ilmu falak. Kemudian seiring dengan kembalinya para ulama muda ke Indonesia dari bermukim di Mekah pada awal abad 20 M, ilmu falak mulai tumbuh dan berkembang di tanah air ini. Mereka tidak hanya membawa catatan-catatan 80 Muhammad Mansur bin Abdul Hamid Dumairi al-batawi adalah ahli falak dengan karyanya yang berjudul Sullamun Nayyirain fi Ma rifati Ijtima wal Kusufain. Buku Sullam Nayyirain ini oleh penyusunnya dibagi menjadi tiga risalah, pertama berjudul Risalatul Ula fi Ma rifatil Ijtima in Nayyirain yakni memuat perhitungan ijtima, irtifa hilal, posisi hilal, dan umur hilal. Kedua berjudul Risalatus Saniyah fi Ma rifatil Khusufil Qamar yakni memuat perhitungan gerhana bulan dan yang ketiga berjudul Risalatus Salisah fi Ma rifati Kusufis Syams yakni memuat perhitungan gerhana matahari. Buku Sullamun Nayyirain ini dipakai sebagai salah satu pertimbangan penetapan awal bulan dalam Muker Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama RI. Lihat Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, op,cit, hlm Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyat, Menyatukan NU dan Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha, Jakarta: Erlangga, 2007, hlm

42 ilmu tentang tafsir, hadis, fiqh, tauhid dan tasawuf, melainkan juga membawa catatan-catatan ilmu falak yang mereka dapatkan dari Mekah sewaktu mereka belajar di sana yang kemudian mereka ajarkan kepada para santrinya di Indonesia. 82 Pemetaan sejarah Islam di Indonesia yang mendapat perhatian khusus terpilah menjadi dua periode, yakni periode masuknya Islam di Indonesia dan periode zaman reformisme abad ke dua puluhan. 83 Sejarah mencatat bahwa sebelum kedatangan agama Islam di Indonesia pernah berlaku sistem penanggalan Hindu yang dikenal dengan penanggalan Soko. 84 Permulaan tahun Soko ini ialah hari Sabtu, 14 Maret 78 M yakni satu tahun setelah penobatan Prabu Syaliwohono (Aji Soko) sebagai raja di India. Oleh sebab itulah penanggalan ini dikenal dengan penanggalan Soko. Di samping penanggalan Soko, di tanah air ini berlaku pula sistem penanggalan Islam atau Hijriyah yang perhitungannya berdasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi. 85 Namun sejak tahun 1043 H/1633 M yang bertepatan dengan 1555 tahun Soko, tahun Soko diasimilasikan dengan Hijriyah, kalau pada mulanya tahun Soko berdasarkan peredaran matahari, oleh Sultan Agung diubah menjadi tahun Hijriyah yakni berdasarkan peredaran bulan, sedangkan tahunnya tetap meneruskan tahun Soko tersebut. Sehingga jelas bahwa sejak 82 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op.cit, hlm Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis Metode Hisab Rukyah Praktis dan Solusi Permasalahannya, Semarang: Komala Grafika, 2006, hlm Penanggalan Soko yakni sistem penanggalan yang didasarkan pada peredaran matahari mengelilingi bumi. Lihat Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op.cit, hlm Ibid. 30

43 zaman berkuasanya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, umat Islam sudah terlibat dalam pemikiran ilmu falak, hal ini ditandai dengan adanya penggunaan Kalender Hijriyah sebagai kalender resmi. Dan patut dicatat dalam sejarah, bahwa prosesi tersebut berarti merupakan prosesi penciptaan suatu masyarakat lama menjadi baru, yakni masyarakat kehinduan dalam masyarakat keislaman. Setelah adanya penjajahan Belanda di Indonesia terjadi pergeseran penggunaan kalender resmi pemerintahan, semula kalender Hijriyah diubah menjadi kalender Masehi (Miladiyah). Meskipun demikian, umat Islam tetap menggunakan kalender Hijriyah, terutama daerah kerajaan-kerajaan Islam. Tindakan ini tidak dilarang oleh pemerintah kolonial bahkan penetapannya diserahkan kepada penguasa kerajaan-kerajaan Islam yang masih ada, terutama penetapan terhadap hari-hari yang berkaitan dengan persoalan ibadah, seperti 1 Ramadan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah. 86 Prosesi perkembangan ilmu falak terlihat cukup pesat, sejak abad pertengahan yang didasarkan pada sistem serta tabel matahari dan bulan yang disusun oleh astronom Sultan Ulugh Beik Asmarakandi. 87 Ilmu falak ini berkembang dan tumbuh subur terutama di pondok-pondok pesantren di Jawa dan Sumatera. Kitab-kitab ilmu hisab yang dikembangkan para ahli hisab di 86 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis Metode Hisab Rukyah Praktis dan Solusi Permasalahannya, op.cit, hlm Ulugh Beik adalah ahli astronomi yang lahir di Salatin (1393 M) dan meninggal di Iskandaria (1449 M) dengan observatoriumnya ia berhasil menyusun tabel data astronomi yang banyak digunakan pada perkembangan ilmu falak masa-masa selanjutnya. Lihat Muhyiddin Khazin, op.cit, hlm

44 Indonesia biasanya mabda (epoch) 88 dan markaznya disesuaikan dengan tempat tinggal pengarangnya. Seperti KH. Noor Ahmad Jepara dengan karyanya Nurul Anwar dengan markaz Jepara 89, KH. Muhammad Ma soem Jombang dengan kitabnya Badi atul Misal 90, dan Khulasoh al-wafiyyah karangan KH. Umar al-jailani Salatiga. 91 Walaupun ada juga yang tetap berpegang pada kitab asal (kitab induk) seperti al-mathla al Sa id fi Hisab al Kawakib ala Rasyd al-jadid karya Syekh Husain Zaid al-misra dengan Markaz Mesir. 92 Dan sampai sekarang, hasanah (kitab-kitab) ilmu falak di Indonesia dapat dikatakan relatif banyak, apalagi banyak pakar falak sekarang yang menyusun kitab falak dengan cara mencangkok kitab-kitab yang sudah lama ada di masyarakat di samping adanya kecanggihan teknologi yang dikembangkan oleh para pakar astronomi dalam mengolah data-data kontemporer yang berkaitan dengan hisab rukyat. 88 Mabda adalah waktu yang digunakan sebagai patokan awal dalam perhitungan. Dalam astronomi dikenal dengan nama epoch. Ibid, hlm Kitab Nurul Anwar adalah kitab falak yang disusun oleh KH. Noor Ahmad SS Jepara pada tahun 1986 M. Kitab ini terinspirasi dari pemikiran kitab Mathla us Sa id karya Syekh Husain Zaid Mesir, Badi atul Mitsal karya KH. Muhammad Ma shum Jombang, Khulashotul Wafiyah karya KH. Zubair Umar Al-Jailani Salatiga, dan pemikiran dari Sa duddin Djambek. Lihat Noor Ahmad SS, Hisab Awal Bulan Hijriyah, disampaikan pada Seminar sehari, yang diselenggarakan oleh Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang, hari Sabtu, 7 Nopember 2009 di Kampus IAIN Walisongo Semarang. 90 Kitab Badi atul Mitsal merupakan kitab karya Muhammad Ma shum yang disusun pada tahun 1930-an. Angka yang digunakan dalam kitab ini masih menggunakan angka abjadiyah dan masih menggunakan buruj. Adapun proses perhitungan dalam kitab ini menggunakan Rubu dalam mengerjakannya. Ibid. 91 Kitab Khulashotul Wafiyah merupakan kitab falak karya KH. Zubair Umar Al-Jailani Salatiga yang dicetak oleh percetakan melati pada tahun Angka yang digunakan dalam kitab ini sudah tidak menggunakan angka abjadiyah namun menggunakan angka seperti sekarang ini dan masih menggunakan buruj. Adapun proses dalam mengerjakan kitab ini menggunakan logaritma. Ibid. 92 Kitab Mathla us Sa id karya Syekh Husain Zaid Mesir merupakan kitab falak yang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan hisab Qoth i yang terjadi di Indonesia. Dari kitab inilah kemudian menjadi inspirasi terciptanya karya-karya kitab falak ulama di Indonesia. Ibid. 32

45 Dengan melihat fenomena tersebut, Departemen agama telah mengadakan pemilahan kitab dan buku astronomi atas dasar keakuratannya yakni hisab haqiqi taqribi, hisab haqiqi tahqiqi dan hisab haqiqi kontemporer. Namun tampaknya pemilahan tersebut tidak (belum) diterima oleh semua kalangan, karena masih ada sebagian kalangan yang menyatakan bahwa karyanya sudah akurat. 93 Pada masa penjajahan, persoalan penentuan awal bulan berkaitan dengan ibadah diserahkan pada kerajaan-kerajaan Islam yang masih ada. Kemudian setelah Indonesia merdeka, secara berangsur-angsur mulai terjadi perubahan. Dan setelah terbentuk Departemen Agama pada tanggal 3 Januari 1946, persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hari libur (termasuk penutupan 1 Ramadan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah) diserahkan kepada Departemen Agama berdasarkan PP. Tahun 1967, No. 148 tahun 1968 dan No. 10 tahun Walaupun penetapan hari libur telah diserahkan pada Departemen Agama, namun dalam wilayah etis praktis saat ini masih (terkadang) belum seragam. Hal ini merupakan dampak dari adanya perbedaan antara beberapa pemahaman yang ada dalam wacana hisab rukyat. 94 Pada dasarnya, kehadiran Badan Hisab Rukyat adalah untuk menjaga persatuan dan ukhuwah Islamiyah, khususnya dalam beribadah. Hanya saja dalam dataran realistis praktis dan etis hal ini masih belum terwujud, di mana masih sering terjadi perbedaan penentuan awal Ramadan maupun Idul Fitri. 93 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyat, Menyatukan NU dan Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha, op.cit, hlm Ibid, hlm

46 Melihat fenomena tersebut, Ahmad Izzuddin melihat bahwa perhatian pemerintah dalam persoalan hisab rukyat ini masih terkesan formalis, belum dapat membumi dan belum menyentuh akar penyatuan yang baik. Sehingga wajar kiranya di masa pemerintahan Gus Dur, sebagaimana disampaikan Wahyu Widiana, Badan Hisab Rukyat Departemen Agama akan dibubarkan dan persoalan hisab rukyat ini akan dikembalikan pada masyarakat (umat Islam Indonesia). Namun demikian tampak bahwa eksistensi Badan Hisab Rukyat di Indonesia ini memberikan warna tersendiri dalam dinamika penetapan awal bulan Qamariah di Indonesia. 95 Kemudian eksistensi kitab-kitab hisab rukyat di Indonesia sampai saat ini tampak masih mewarnai diskursus hisab rukyat di Indonesia. Hanya sayang, dalam daratan belantara Islamic Studies, fiqh hisab rukyat nyaris terabaikan sebagai sebuah disiplin. Bahkan fiqh hisab rukyat hanya merupakan disiplin minor. Sementara itu perkembangan astronomi di Indonesia sangat pesat dan menggembirakan. Ini tampak dari munculnya banyak pakar astronomi yang memberikan perhatian cukup besar terhadap fiqh hisab rukyat, seperti Prof. Dr. Bambang Hidayat, Prof Ahmad Baiquni, M. Sc., Ph. D., Dr. Djoni N. Dawanas, Dr. Moedji Raharto, dan Dr. Thomas Djamaluddin. 96 Perbedaan hari raya di Indonesia membawa hikmah bagi perkembangan ilmu falak. Di samping karena adanya perbedaan sikap terhadap laporan hasil rukyat pada saat itu, disebabkan pula oleh adanya 95 Ibid, hlm Ibid, hlm

47 perbedaan hasil hisab yang berkembang di Indonesia. Oleh sebab itulah orangorang yang berkecimpung dalam dunia astronomi mulai menaruh perhatiannya terhadap perhitungan-perhitungan ilmu falak, khususnya perhitungan awal bulan. Dalam kesempatan itu muncul program-program software yang menyiapkan data sekaligus melakukan perhitungan, sehingga program ini dirasa lebih praktis dan lebih mudah bagi pemakainya. Program-program itu di antaranya Falakiyah Najmi oleh Nuril Fuad pada tahun 1995, program Badi atul Misal tahun 2000 dan Program Ahillah tahun 2004 oleh Muhyiddin Khazin, program Mawaaqit versi 2001 oleh Khafid pada tahun Minimnya jumlah ahli falak di Indonesia melahirkan ide dibukanya Program Studi Ilmu Falak di IAIN Walisongo Semarang. Melalui IAIN Walisongo Semarang, Depag RI memberikan beasiswa kepada seluruh mahasiswa program studi ilmu falak mulai jenjang S-1 hingga S-3. Program Studi Strata 1 (S-1) ilmu falak IAIN Walisongo Semarang dibuka pada tahun 2007, namun hingga saat ini pihak IAIN telah membuka jenjang S-2 (2009) dan S-3 (2008) agar pengembangan ilmu falak lebih maksimal. 98 Untuk program S-1, beasiswa diberikan kepada para santri berprestasi yang berasal dari seluruh Indonesia melalui proses seleksi yang cukup ketat. Sedangkan untuk program S-2 dan S-3 diberikan kepada para dosen melalui proses seleksi pula tentunya. 97 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op.cit, hlm Diakses pada 14 Oktober

48 Menurut Dirjen Bimas Islam Depag Prof. Nazaruddin Umar, Kota Semarang ditunjuk karena banyak pondok pesantren maupun ahli-ahli yang menguasai ilmu falak di kota tersebut. Kota Semarang juga akan dijadikan sebagai pusat pendidikan ilmu falak di Indonesia. Bahkan di Asia Tenggara, Program Studi Ilmu falak ini mungkin satu-satunya hanya ada di IAIN Walisongo Semarang. 99 Sampai saat ini, mahasiswa S-1 Program Studi Ilmu Falak IAIN Walisongo Semarang berjumlah 160 orang. Adapun untuk program S-2 dan S- 3 kuota beasiswa sampai saat ini baru untuk 20 dan 8 orang. Program beasiswa S-2 dan S-3 sengaja diperuntukkan bagi para dosen yang ingin memperdalam ilmu falak. 100 Dengan adanya program studi ilmu falak di IAIN Walisongo Semarang muncullah komunitas-komunitas pecinta ilmu falak di Indonesia, di antaranya ADFI (Asosiasi Dosen Falak Indonesia) dan KFPI (Komunitas Falak Perempuan Indonesia). Kedua komunitas falak tersebut berdiri dalam waktu bersamaan. Pada 2 Desember 2009, Ahmad Izzuddin dikukuhkan sebagai Ketua Umum ADFI. Dia pun memprakarsai berdirinya KPFI dan terpilih menjadi penasehat. ADFI merupakan kumpulan dosen-dosen falak seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Sekitar 50 dosen yang tergabung dalam ADFI mengupayakan agar Ilmu Falak dikenalkan sejak dini di Madrasah Aliyah atau 99 Ibid Diakses pada 12 Oktober

49 pondok pesantren dan mengupayakan agar ilmu falak menjadi rumpun ilmu tersendiri sehingga terpisah dari fiqh atau pranata sosial. 101 Sementara Komunitas Falak Perempuan Indonesia (KFPI) adalah komunitas yang khusus didirikan untuk perempuan Indonesia pecinta ilmu falak. Melalui program studi ilmu falak di IAIN Walisongo, muncullah satu ide besar yang diharapkan benar-benar bisa mengangkat kembali ilmu falak ke permukaan lewat perempuan-perempuan Indonesia yang selama ini tidak pernah dan tercatat sejarahnya dalam perkembangan ilmu falak. KFPI didirikan oleh 17 mahasiswi Konsentrasi Ilmu Falak IAIN Walisongo angkatan 2007 dan dideklarasikan pada hari Jum'at, 18 Desember 2009 M yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1431 H. 102 D. Metode Hisab Rukyat Secara makro, metode yang dipakai dalam penentuan persoalan hisab rukyat ada dua: sebagian umat Islam menggunakan metode hisab, sedangkan sebagian yang lain menggunakan metode rukyat. 103 Begitu pula dalam penentuan awal bulan Qamariah. 5. Metode Rukyat Rukyat adalah metode penentuan awal bulan Qamariah dengan cara melihat dan mengamati hilal (bulan sabit) secara langsung di lapangan pada hari ke 29 (malam ke-30) dari bulan yang sedang berjalan, apabila Diakses pada 12 Oktober Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah, Menyatukan NU dan Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha, Jakarta: Erlangga, 2007, hlm

50 ketika itu hilal dapat terlihat, maka pada malam itu dimulai tanggal 1 bagi bulan baru atas dasar rukyat al-hilal, tetapi apabila tidak berhasil melihat hilal, maka malam itu tanggal 30 dari bulan yang sedang berjalan dan kemudian malam berikutnya dimulai tanggal 1 bagi bulan baru atas dasar istikmal (menggenapkan 30 hari bagi bulan sebelumnya). 104 Menurut sistem ini, maka umur bulan Qamariah ialah 29 hari atau 30 hari. Rasulullah saw bersabda: ) :.( Artinya: Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi, tidak dapat menulis dan tidak dapat menghitung (hisab) umur bulan. Umur bulan itu sekian-sekian, (HR. Bukhari Muslim). Menurut al- Bukhari sekian-sekian ialah kadang 29 hari dan kadang 30 hari. Secara tradisional, rukyat dilakukan dengan bantuan peralatan yang sangat sederhana. Jika menurut perkiraan hisab, pada suatu petang, hilal akan terlihat, maka para perukyah pergi ke tempat yang tinggi dengan pandangan lepas ke arah terbenamnya matahari. Pada arah pandangan itu ufuk harus terlihat. 106 Seiring dengan kemajuan teknologi pelaksanaan rukyat pun mengalami perkembangan. Kini, pelaksanaan rukyat telah didukung oleh alat-alat yang lebih modern. Di antaranya dengan menggunakan teropong 104 A. Ghozali Masroeri, loc.cit, hlm Muhammad ibn Isma il al Bukhari, Shahih Bukhari, Juz II, Beirut: Dar al Fikr, tt, hlm Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Syari ah, Sains dan Teknologi, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, hlm

51 atau teleskop. Dengan bantuan teropong maupun teleskop benda yang jauh akan tampak lebih dekat serta benda yang kurang jelas akan lebih jelas, sehingga akan membantu proses rukyat menjadi lebih mudah. Dengan demikian, teropong maupun teleskop sangat berguna dalam rukyat al hilal untuk lebih memberikan keyakinan bahwa yang terlihat itu benar-benar hilal. 107 Untuk menentukan arah akan terlihatnya hilal, harus ditentukan arah acuan yaitu dengan menggunakan ilmu hisab, sehingga dapat diketahui di mana posisi hilal kemungkinan akan terlihat. Di sini terlihat bahwa hisab dan rukyat ibarat satu keping uang dengan dua sisi, yaitu satu sisi berlogo rukyat dan sisi lainnya berlogo hisab. Rukyat adalah petunjuk Allah lewat Rasulullah SAW, sedangkan hisab adalah petunjuk Allah lewat ilmu pengetahuan. 108 Menurut Ahmad Izzuddin, ditinjau dari kerja ilmiah nya, ilmu falak pada dasarnya menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan hisab (perhitungan) dan pendekatan rukyat (observasi) benda-benda langit, maka idealnya penamaan ilmu falak, disebut ilmu hisab rukyat. 109 Pelaksanaan rukyat al hilal di Indonesia dilaksanakan secara terorganisasi, yaitu Departemen Agama memberikan instruksi kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama seluruh Indonesia untuk diteruskan kepada jajaran di bawahnya agar melakukan rukyat di daerah 107 Ibid, hlm Muhyiddin Khazin, 99 Tanya Jawab Masalah Hisab dan Rukyat, hlm Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis Metode Hisab Rukyah Praktis dan Solusi Permasalahannya, op.cit, hlm

52 masing-masing bersama-sama dengan Pengadilan Agama, Ormas Islam, Pesantren, Lembaga terkait dan masyarakat luas dengan koordinator ada pada Departmen Agama ybs. Bagi kelompok-kelompok masyarakat yang tidak bisa melakukan rukyat bersama-sama dengan Departemen Agama, hendaknya memberitahukan kepada Departemen Agama agar pelaksanaan rukyatnya terpantau oleh Departemen Agama. 110 Apabila ada yang berhasil melihat, maka sebelum dilaporkan ke Departemen Agama pusat hendaklah perukyat ybs diambil sumpah terlebih dahulu oleh hakim agama yang sudah dipersiapkan untuk itu. Kemudian barulah hasil rukyat itu dilaporkan oleh Koordinator rukyat kepada Departemen Agama Pusat, bisa melalui telepon maupun fax yang sudah disiapkan untuk keperluan itu. 111 Sekalipun pelaksanaan rukyat tidak berhasil melihat hilal, laporan tetap diharapkan, karena laporan rukyat akan dipakai sebagai salah satu bahan sidang itsbat penetapan awal bulan. Dalam kubu rukyat sendiri masih terdapat beberapa pertentangan, di antaranya masalah pemberlakuan rukyat lokal dan rukyat global. Karena umat Islam sekarang ini terkotak-kotak dalam negara yang berbeda-beda sehingga tidak ada satu keputusan yang mengikat untuk seluruh umat (mathla ) Muhyiddin Khazin, hlm Ibid. 112 Secara definitif kontekstual mathla berarti batas geografis keberlakuan rukyat. Lihat Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Dirjen Pendidikan Islam Departmen Agama RI, Kumpulan Materi Pelatihan Keterampilan Khusus Bidang Hisab Rukyat, Lestarikan Tradisi Ulama Salaf Kembangkan Keterampilan Hisab Rukyat, Mesjid Agung Jawa Tengah,

53 Menurut Imam Hanafi dan Maliki penanggalan Qamariah harus sama di dalam satu wilayah hukum suatu negara. Menurut Imam Hambali, kesamaan tanggal Qamariah ini harus berlaku di seluruh dunia di bagian malam dan siang yang sama. Sedangkan menurut Imam Syafi i, penanggalan Qamariah ini hanya berlaku di tempat-tempat yang berdekatan sejauh jarak yang dikatakan satu mathla. 113 Dalam prakteknya batas mathla ini tidak jelas, sehingga muncul wilayat al hukmi. 114 Indonesia menganut prinsip wilayat al hukmi yakni bahwa bila hilal terlihat di manapun dalam wilayah wawasan nusantara, maka dianggap berlaku di seluruh wilayah Indonesia. 115 Meskipun wilayah Indonesia dilewati oleh garis penanggalan Islam Internasional yang secara teknis berarti bahwa wilayah Indonesia terbagi atas dua bagian yang mempunyai tanggal hijriah yang berbeda, maka seluruh umat Islam di Indonesia melaksanakan ibadah puasa dan berhari raya secara serentak. Selain dua masalah di atas, yang termasuk problem teknis adalah masalah yang ditimbulkan oleh perbedaan garis tanggal 116. Akibatnya suatu berita rukyat akan diterima serentak di segala penjuru dunia pada 24 zona waktu yang berbeda. Sehingga bisa saja terjadi, suatu berita diterima di saat yang sama pada tempat lain yang masih atau sudah pagi/siang. Jika Diakses pada 9 Desember Diakses pada 9 Desember Farid Ruskanda, op.cit, hlm Garis batas tanggal adalah garis hayal yang berposisi pada meridian 180 dari Greenwich, yaitu yang melintasi Samudera Pasifik disebut juga International Date Line. Dengan perjanjian Internasional bahwa semua orang yang melewati garis batas tanggal ini perlu mengubah tanggal (walau waktu lokal tetap sama). Sebelah barat garis batas, satu hari lebih maju daripada tempat yang berada di timurnya. Lihat Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm

54 hal ini tidak diperhatikan, maka bisa terjadi, suatu daerah hanya berpuasa 28 hari, sebab harus serentak mengikuti rukyat daerah lain Metode Hisab Metode hisab awal bulan Qamariah terdiri dari dua macam, yaitu Hisab Aritmatik (hisab urfi) dan Hisab Astronomi (hisab haqiqi). Hisab Aritmatik adalah sistem perhitungan kalender yang didasarkan pada peredaran rata-rata bulan mengelilingi bumi dan ditetapkan secara konvensional. Sistem hisab ini dimulai sejak ditetapkan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra (17 H) sebagai acuan untuk menyusun kalender Islam abadi. Pendapat lain menyebutkan bahwa sistem kalender ini dimulai pada tahun 16 H atau 18 H, namun yang lebih populer adalah tahun 17 H. 118 Kaum Islam mendasarkan perhitungan kalender berdasarkan peredaran sinodis bulan. 119 Satu tahun dibagi atas 12 bulan, dan bulan yang satu dengan bulan berikutnya masing-masing berjumlah 30 dan 29 hari berselang-seling. Dimulai dengan bulan Muharram (30 hari) dan seterusnya. Jumlah yang berselang-seling 30 dan 29 hari tiap bulan ini dimaksudkan untuk menyesuaikan pola peredaran sinodis bulan yang kirakira 29,5 hari itu. Sehingga satu tahun dihitung = (6 x 30) + (6 x 29) atau 12 x 29,5 = 354 hari Diakses pada 9 Desember Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, Cetakan pertama, hlm Bulan sinodis atau dalam astronomi disebut Sinodic Month dan dalam bahasa arab disebut Syahr Qamari adalah waktu yang diperlukan oleh bulan selama dua kali ijtima berturut-turut, yaitu selama 29 hari 12 jam 44 menit 02,8 detik. Lihat Muhyiddin Khazin, op.cit, hlm P. Simamora, Ilmu Falak (Kosmografi), Jakarta: Pedjuang Bangsa, 1985, hlm

55 Setiap satu daur (30 tahun) terdapat 11 tahun kabisat (panjang = 355 hari) dan 19 tahun basitah (pendek = 354 hari). Tahun-tahun kabisat jatuh pada urutan tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, dan 29. Selain urutan itu merupakan tahun basitah. 121 Hasil hisab aritmatik itu kadang sesuai dengan posisi bulan yang sebenarnya, tetapi sering pula berbeda jauh. Lagi pula hisab aritmatik itu tidak memperhitungkan posisi bulan dan matahari terhadap bumi. Menurut sistem hisab aritmatik ini, bulan Ramadan pasti berumur 30 hari karena bulan Ramadan jatuh pada urutan bulan ganjil, yakni bulan yang ke sembilan. Sehingga jika berpuasa menggunakan hisab aritmatik maka orang akan selalu berpuasa 30 hari. Padahal tidaklah demikian, jika pada hari ke 29 bulan Ramadan hilal sudah tampak, maka malam itu keesokan harinya merupakan tanggal 1 Syawal, sehingga puasanya cukup hanya 29 hari saja. Oleh karena itu, hisab aritmatik tidak bisa dijadikan landasan untuk pelaksanaan ibadah. 122 Sementara itu, Hisab Astronomi adalah hisab awal bulan yang perhitungannya berdasarkan gerak bulan dan matahari yang sebenarnya, sehingga hasilnya cukup akurat. Ketika melakukan perhitungan ketinggian hilal menggunakan data deklinasi 123 dan sudut waktu 124 bulan serta harga 121 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op.cit, hlm Ibid, hlm Deklinasi atau adalah jarak sepanjang lingkaran deklinasi dihitung dari equator sampai benda langit yang bersangkutan. Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Mail yang lambangnya (delta). Mail bagi benda langit yang berada di sebelah utara equator maka tandanya positif (+) dan mail bagi benda langit yang berada di sebelah selatan equator maka tandanya negatif ( ). Lihat Muhyiddin Khazin, op.cit, hlm Sudut waktu atau fadllud dair adalah busur sepanjang lingkaran harian suatu benda langit dihitung dari titik kulminasi atas sampai benda langit yang bersangkutan. Sudut waktu ini disebut 43

56 lintang tempat observer yang diselesaikan dengan rumus ilmu ukur segitiga bola 125 atau Spherical Trigonometri. 126 Menurut sistem ini, umur bulan tidaklah konstan dan juga tidak beraturan, melainkan tergantung posisi hilal setiap awal bulan. Artinya boleh jadi dua bulan berturut-turut umurnya 29 hari atau 30 hari. Bahkan boleh jadi bergantian seperti menurut hisab aritmatik. 127 Dalam khazanah ilmu hisab dikenal beberapa metode untuk menentukan ijtima (konjungsi) dan posisi hilal pada awal dan akhir Ramadan. Metode-metode tersebut yakni sebagai berikut: 1. Metode Hisab Haqiqi Taqribi. Kelompok ini mempergunakan data bulan dan matahari berdasarkan data dan tabel Ulugh Bek dengan proses perhitungan yang sederhana. Hisab ini hanya dilakukan dengan cara penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian tanpa mempergunakan ilmu ukur segitiga bola (spherical trigonometry). 128 Termasuk dalam kelompok ini seperti kitab Sullam an Nayyirain karya Muhammad Mansur bin Abdul Hamid bin Muhammad Damiri pula dengan Zawiyah Suwa iyyah. Dalam astronomi dikenal dengan istilah Hour Angle dan biasanya digunakan lambang huruf t. Ibid, hlm Konsep dasar ilmu ukur segitiga bola adalah: Jika tiga buah lingkaran besar pada permukaan sebuah bola saling berpotongan, terjadilah sebuah segitiga bola. Ketiga titik potong yang berbentuk, merupakan titik sudut A, B, dan C. Sisi-sisinya dinamakan berturut-turut a, b, dan c yaitu yang berhadapan dengan sudut A, B, dan C. Lihat Ahmad Izzuddin, Menentukan Arah Kiblat Praktis, Yogyakarta: Logung Pustaka, Cetakan pertama, 2010, hlm Muhyiddin Khazin, op.cit, hlm Ibid, hlm Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah, Menyatukan NU dan Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha, hlm

57 el-betawi dan Kitab Fathu ar-raufil Mannan karya Abu Hamdan Abdul Jalil Metode Hisab Haqiqi Tahqiqi. Metode ini dicangkok dari kitab al- Mathla al-said Rushd al-jadid yang berasal dari sistem astronomi serta matematika modern yang asal muasalnya dari sistem hisab astronom-astronom Muslim tempo dulu dan telah dikembangkan oleh astronom-astronom modern (Barat) berdasarkan penelitian baru. Inti dari sistem ini adalah menghitung atau menentukan posisi matahari, bulan, dan titik simpul orbit bulan dengan orbit matahari dalam sistem koordinat ekliptika. Artinya, sistem ini mempergunakan tabel-tabel yang sudah dikoreksi dan perhitungan yang relatif lebih rumit daripada kelompok hisab haqiqi taqribi serta memakai ilmu ukur segitiga bola. 130 Termasuk dalam kelompok ini, seperti kitab Khulashoh al-wafiyah karya K.H. Zubair Umar al-jailani Salatiga, kitab Badi atul Mitsal oleh K.H. Ma shum Jombang, dan kitab Hisab Haqiqi karya KRT. Wardan Diponingrat Metode Hisab Haqiqi Kontemporer. Metode ini menggunakan hasil penelitian terakhir dan menggunakan matematika yang telah dikembangkan. Metodenya sama dengan metode hisab haqiqi tahqiqi hanya saja sistem koreksinya lebih teliti dan kompleks sesuai dengan kemajuan sains dan teknologi. Rumus-rumusnya lebih disederhanakan 129 Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan, op.cit, hlm Ahmad Izzuddin, loc.cit. 131 Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan, loc.cit. 45

58 sehingga untuk menghitungnya dapat digunakan kalkulator atau personal komputer. 132 Termasuk dalam kelompok ketiga ini, seperti The New Comb, Astronomical Almanac, Islamic Calendar karya Mohammad Ilyas, dan Mawaaqit karya Khafid dan kawan-kawan. 133 Di samping perbedaan metode hisab itu, masih banyak lagi perbedaan intern dalam madzhab hisab. Di antaranya adalah perbedaan kriteria penetapan awal bulan Qamariah. Kriteria yang banyak dipedomani oleh ahli hisab di Indonesia adalah: (a) Kriteria ijtima qabla al-ghurub dan (b) Kriteria ijtima dan posisi hilal di atas ufuk. Oleh karena itu, komponen besar yang perlu dihitung dalam penentuan awal bulan Qamariah adalah: (1) saat terjadinya ijtima, (2) saat matahari terbenam (sunset) dan (3) ketinggian hilal pada saat matahari terbenam. Yang terakhir ini digunakan apabila kriteria yang dipedomani adalah ijtima dan posisi hilal di atas ufuk, sedangkan jika kriteria yang dipedomani adalah ijtima qabla al-ghurub, maka cukup menghitung saat terjadinya ijtima dan saat matahari terbenam Ijtima qabla al-ghurub Aliran ini mengaitkan saat ijtima dengan saat matahari terbenam. Mereka membuat kriteria jika ijtima terjadi sebelum terbenan matahari, maka malam hari itu sudah dianggap bulan baru (new moon); sedangkan jika ijtima terjadi setelah terbenam matahari, 132 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah, Menyatukan NU dan Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha, op.cit, hlm Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan,,op.cit, hlm Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktik, hlm

59 maka malam itu dan keesokan harinya ditetapkan sebagai hari terakhir dari bulan yang sedang berlangsung. 135 Aliran ini sama sekali tidak mempersoalkan rukyat juga tidak memperhitungkan posisi hilal dari ufuk. Asal sebelum matahari terbenam sudah terjadi ijtima meskipun hilal masih di bawah ufuk, maka malam hari itu sudah memasuki bulan baru. 136 Dengan demikian, menurut aliran ini ijtima adalah pemisah di antara dua bulan Qamariah. Namun, oleh karena menurut Islam hari dimulai sejak terbenam matahari, maka malam itu sudah dianggap masuk bulan baru dan jika ijtima terjadi setelah matahari terbenam, maka malam itu masih merupakan bagian akhir dari bulan yang sedang berlangsung Ijtima dan posisi hilal di atas ufuk Adapun penganut aliran ijtima dan posisi hilal di atas ufuk mengatakan bahwa awal bulan Qamariah dimulai sejak terbenam matahari setelah terjadi ijtima dan hilal pada saat itu sudah berada di atas ufuk. Dengan demikian, secara umum kriteria yang dijadikan dasar untuk menetapkan awal bulan Qamariah oleh para penganut aliran ini adalah: (1) awal bulan Qamariah dimulai sejak saat terbenam matahari setelah terjadi ijtima dan (2) hilal sudah berada di atas ufuk pada saat matahari terbenam Ibid, hlm Ibid. 137 Ibid. 138 Ibid, hlm

60 Aliran ini kemudian terbagi lagi menjadi tiga cabang. Masingmasing memberikan interpretasi yang berbeda terhadap kriteria posisi hilal di atas ufuk. Perbedaan interpretasi ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, ufuk (horizon) yang dijadikan batas untuk mengukur apakah hilal sudah berada di atas atau masih di bawahnya pada saat matahari terbenam. Kedua, berkaitan dengan visibilitas hial. Berangkat dari dua pokok persoalan tersebut, maka lahirlah tiga cabang aliran ini. 139 a. Ijtima dan Ufuk Haqiqi Awal bulan Qamariah menurut aliran ini dimulai saat terbenam matahari setelah terjadi ijtima dan pada saat itu hilal sudah berada di atas ufuk haqiqi (true horizon). Adapun pengertian dari ufuk haqiqi adalah lingkaran bola langit yang bidangnya melalui titik pusat bumi dan tegak lurus pada garis vertikal dari si peninjau. Sedangkan posisi atau kedudukan hilal pada ufuk adalah posisi atau kedudukan titik pusat bulan pada ufuk haqiqi. Jelasnya, menurut aliran ini awal bulan Qamariah dimulai pada saat terbenam matahari setelah terjadi ijtima dan pada saat itu titik pusat bulan sudah berada di atas ufuk haqiqi. 140 b. Ijtima dan Ufuk Hissi Awal bulan Qamariah menurut aliran ini akan dimulai pada saat terbenam matahari setelah terjadi ijtima dan pada saat itu tinggi hilal sudah berada di ufuk hissi (astronomical horizon). 139 Ibid, hlm Ibid, hlm

61 Adapun pengertian dari ufuk hissi adalah lingkaran pada bola yang bidangnya melalui permukaan bumi tempat si pengamat dan tegak lurus pada garis vertikal dari si pengamat tersebut. Ufuk hissi ini juga dikenal dengan istilah Horizon Semu atau Astronomical Horizon. Bidang ufuk hissi ini sejajar dengan bidang ufuk haqiqi, perbedaannya dengan ufuk haqiqi terletak pada beda lihat (parallax). Posisi atau kedudukan hilal pada ufuk menurut aliran ini adalah posisi atau kedudukan titik pusat bulan pada ufuk hissi. Jelasnya menurut aliran ini, awal bulan Qamariah dimulai pada saat terbenam matahari setelah terjadi ijtima dan pada saat itu titik pusat bulan sudah berada di atas ufuk hissi. Dalam melakukan perhitungan posisi bulan terhadap ufuk, aliran ini memberikan koreksi parallaks terhadap hasil perhitugan menurut aliran ijtima dan ufuk hissi. Koreksi parallaks ini dikurangkan terhadap hasil perhitungan. 141 c. Ijtima dan Imkan al Rukyat Awal bulan Qamariah menurut aliran ini dimulai pada saat terbenam matahari setelah terjadi ijtima dan pada saat itu hilal sudah diperhitungkan untuk dapat dirukyat, sehingga diharapkan awal bulan Qamariah yang dihitung sesuai dengan penampakan 141 Ibid. 49

62 hilal sebenarnya (actual sighting). Jadi, yang menjadi acuan adalah penentuan kriteria visibilitas hilal untuk dapat dirukyat. 142 Para ahli hisab yang mendukung aliran ini masih berbeda pendapat dalam menetapkan kriteria visibilitas hilal untuk dapat dirukyat. Di kalangan mereka ada yang hanya menetapkan ketinggian hilal saja dan ada pula yang menambah kriteria lain, yakni angular distance (sudut pandang/jarak busur) antara bulan dan matahari. Kedua kriteria tersebut digunakan secara kumulatif. Konferensi Internasional tentang penentuan awal bulan Qamariah yang diselenggarakan di Turki pada tahun 1978 menetapkan bahwa untuk dapat terlihatnya hilal (cresent visibility) ada dua syarat yang perlu dipenuhi, yaitu ketinggian hilal di atas ufuk tidak kurang dari 05º dan angular distance antara hilal dan matahari 07º Sebetulnya, metode ini relatif lebih mudah untuk dijadikan pedoman penyusunan Kalender Islam. Dalam wilayah empiris tampaknya metode ini lebih banyak digunakan kalangan astronom dibandingkan ahli hisab. Persoalannya terletak pada kriteria visibilitas hilal. Bagi ahli hisab yang penting secara hukmi hilal sudah berada di atas ufuk. Sedangkan bagi astronom yang dipentingkan adalah penampakan riil berdasarkan pengalaman pengamatan di lapangan Ibid. 143 Ibid. 144 Ibid, hlm

63 Mengenai imkan al Rukyat, pada bulan Maret 1998 para ulama ahli hisab dan rukyat dan para perwakilan organisasi masyarakat Islam mengadakan musyawarah kriteria imkan al rukyat untuk Indonesia. Di mana keputusan musyawarahnya baru dihasilkan pada tanggal 28 September Keputusannya adalah: 1. Penentuan awal bulan Qamariah didasarkan pada sistem hisab haqiqi tahqiqi dan atau rukyat. 2. Penentuan awal bulan Qamariah yang terkait dengan pelaksanaan ibadah mahdhah yaitu awal Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah di tetapkan dengan mempertimbangkan hisab haqiqi tahqiqi dan rukyat. 3. Kesaksian rukyat dapat diterima apabila ketinggian hilal 2 derajat dan jarak ijtima ke ghurub matahari minimal 8 jam. 4. Kesaksian rukyat hilal dapat diterima apabila ketinggian hilal kurang dari 2 derajat, maka awal bulan ditetapkan berdasarkan istikmal. 5. Apabila ketinggian hilal 2 derajat atau lebih, awal bulan dapat ditetapkan. 6. Kriteria Imkan al rukyat tersebut diatas akan dilakukan penelitian lebih lanjut. 7. Menghimbau kepada seluruh pimpinan organisasi kemasyarakatan Islam untuk menyosialisasikan keputusan ini. 51

64 8. Dalam melaksanakan itsbat, pemerintah mendengarkan pendapat-pendapat dari organisasi kemasyarakatan Islam dan para ahli. 145 Walau sudah disepakati adanya batasan minimal imkan al rukyat, namun ternyata belum disepakati tentang boleh dan tidaknya penetapan awal bulan dengan berpedoman pada imkan al rukyat. Nahdlatul ulama tidak membolehkannya, sementara Muhammadiyah juga masih berpegang pada hisab wujud al hilal. Walaupun dalam muker 1999/2000, baik Nahdlatul ulama maupun Muhammadiyah menyatakan akan membahas masalah kriteria imkan al rukyat tersebut pada muktamarnya masing-masing, namun sampai sekarang mereka masih juga berpegang pada prinsip masing-masing. Sehingga saat ini sistem imkan al rukyat terkesan sebagai madzhab pemerintah. 146 Lepas dari itu, Ahmad Izzuddin menduga bahwa lahirnya sistem imkan al rukyat di Indonesia terilhami oleh adanya batas imkan al-rukyat 2 derajat yang lebih awal diputuskan oleh Komite Penyelarasan Rukyat dan Taqwim Islam MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura). 147 Salah satu hasil keputusannya menyatakan: Had/batas minimal ketinggian yang dijadikan pedoman imkan al-rukyat dan diterima oleh ahli hisab falaki syar i di 145 Ahmad Izzuddin, op.cit, hlm Ibid, hlm Ibid. 52

65 Indonesia serta negara-negara MABIMS adalah dua derajat dari umur bulan dan minimal delapan jam dari saat ijtima, perlu dikembangkan dengan penelitian-penelitian yang sistematis dan ilmiah. MABIMS telah menentukan kriteria bersama dalam penentuan hilal yang bisa menjadi solusi bersama umat Islam. MABIMS menentukan berdasarkan imkan al rukyat dengan analisis sederhana dan diterima oleh negara-negara Asia Tenggara. Kriteria MABIMS adalah ketinggian hilal minimum dua derajat dan umur bulan saat matahari terbenam minimum delapan jam. 148 Kriteria visibilitas hilal merupakan kajian astronomi yang terus berkembang, bukan sekadar untuk keperluan penentuan awal bulan Qamariah bagi umat Islam, tetapi juga merupakan tantangan saintifik para pengamat hilal. Dua aspek penting yang berpengaruh: kondisi fisik hilal akibat iluminasi (pencahayaan) pada bulan dan kondisi cahaya latar depan akibat hamburan cahaya matahari oleh atmosfer di ufuk (horizon). 149 Kondisi iluminasi bulan sebagai prasyarat terlihatnya hilal pertama kali diperoleh Danjon yang berdasarkan ekstrapolasi data pengamatan menyatakan bahwa pada jarak bulan-matahari < 7 o hilal tak mungkin terlihat. Batas 7 o tersebut dikenal sebagai limit Danjon. Beberapa peneliti membuat kriteria berdasarkan beda 148 Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan, hlm Diakses pada 9 Desember

66 tinggi bulan-matahari dan beda azimutnya. Ilyas memberikan kriteria jarak busur minimal 10,5 o dan tinggi hilal 5 o. 150 Berdasarkan data kompilasi Kementerian Agama RI yang menjadi dasar penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, Thomas Djamaluddin mengusulkan kriteria visibilitas hilal di Indonesia yang dikenal sebagai Kriteria LAPAN, yaitu: 1. Umur hilal harus > 8 jam. 2. Jarak sudut bulan-matahari harus > 5,6 o. 3. Beda tinggi > 3 o (tinggi hilal > 2 o ) untuk beda azimut ~ 6 o, tetapi bila beda azimutnya < 6 o perlu beda tinggi yang lebih besar lagi. Untuk beda azimut 0 o, beda tingginya harus > 9 o. Kriteria tersebut memperbarui kriteria MABIMS yang selama ini dipakai dengan ketinggian minimal 2 o, tanpa memperhitungkan beda azimuth. Dengan menganalisis berbagai kriteria visibilitas hilal internasional dan mengkaji ulang kriteria LAPAN yang didasarkan pada data rukyat di Indonesia yang dikompilasi oleh Kementerian Agama RI dan data baru rukyat di wilayah sekitar Indonesia yang dihimpun Rukyatul Hilal Indonesia (RHI), Thomas Djamaluddin mengusulkan kriteria baru Kriteria Hisab-Rukyat Indonesia sebagai kriteria tunggal hisab-rukyat di Indonesia. Kriteria Hisab- Rukyat Indonesia adalah sebagai berikut: 150 Ibid. 54

67 1. Jarak sudut bulan-matahari > 6,4 o. 2. Beda tinggi bulan-matahari > 4 o. Menurut Thomas Djamaluddin kriteria baru tersebut hanya merupakan penyempurnaan kriteria yang selama ini digunakan oleh BHR dan ormas-ormas Islam untuk mendekatkan semua kriteria itu dengan fisis hisab dan rukyat hilal menurut kajian astronomi. Dengan demikian aspek rukyat maupun hisab mempunyai pijakan yang kuat, bukan sekadar rujukan dalil syar i tetapi juga interpretasi operasionalnya berdasarkan sains-astronomi yang bisa diterima bersama. Jangan sampai kriteria yang menjadi pedoman sekadar berdasarkan interpretasi dalil syar i tanpa landasan ilmiah astronomi atau berdasarkan laporan rukyat lama yang kontroversial secara astronomi Ibid. 55

68 BAB III SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Biografi Intelektual Dr. Ing. Khafid Khafid, lahir di Demak, 4 Maret Sebagian besar masa kecilnya dihabiskan di Demak. Sekolah di SD Negeri Kadilangu I Demak, SMP Negeri II Demak, dan SMA Negeri I Demak. Baru meninggalkan Demak pada tahun 1987 setelah menerima beasiswa OFP (Offersis Felope Program) yang disponsori oleh Bapak BJ. Habibi. Khafid merupakan satu dari 250 penerima beasiswa tersebut yang dikirim ke berbagai negara seperti Prancis, Jerman, Belanda, Amerika, Jepang, Austria, dan negara lainnya yang kemudian akan ditempatkan di beberapa lembaga, diantaranya LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional), BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), LAPAN (Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional), dan lembaga lainnya. 152 Sesuai dengan minatnya kepada teknik informatik, Khafid memilih jurusan Teknik Informatika ke Jepang, akan tetapi nasib berkata lain, Khafid mendapatkan jatah beasiswa ke Belanda dengan jurusan Teknik Geodesi sesuai dengan penempatannya nanti di Bakosurtanal. Karena pada 152 Wawancara dengan Dr. Ing. Khafid (pembuat program Mawaaqit) di Hotel Nalendra Cihampelas Bandung pada tanggal 28 Juli

69 awalnya Khafid memang berkeinginan untuk mempelajari teknik informatika, meskipun sekolah jurusan teknik geodesi tetapi dia senang mengotak-atik komputer yang akhirnya menghasilkan macam-macam software, salah satu diantaranya Mawaaqit. 153 Lulus SMA (1987) dia kemudian melanjutkan program S1 di Teknik Geodesi Universitas Delft Belanda. Karena program S1 dan S2 nya merupakan satu paket, program S2 nya pun diselesaikan di Universitas yang sama. Program sarjana dan magisternya diselesaikan dalam kurun waktu 6,5 tahun. Kemudian Khafid melanjutkan program Doktornya di Universitas Teknik Munchen Jerman. 154 Bersamaan dengan masuknya Khafid menjadi anggota Badan Hisab Rukyat Pusat pada tahun 2001, disanalah program Mawaaqit mulai dikenal. Tahun 2006 Khafid dimintai kesediannya oleh Rois PBNU, KH. Ghozali Masruri, untuk menjadi anggota Litbang LF-PBNU. 155 Saat ini Khafid bekerja di BAKOSURTANAL. Selain menjadi anggota Badan Hisab Rukyat nasional mewakili BAKOSURTANAL, dia juga menjadi salah satu tim penyusun Sub Misi Landas Kontinental Indonesia yang dikirim ke PBB. Hal ini terkait dengan batas wilayah Indonesia yang dimungkinkan untuk diperluas, dimana dia harus membuktikan data-datanya dengan menyusun data taktis untuk dikirim ke PBB Ibid 154 Ibid 155 Khafid, Wawancara via pada 12 Oktober Ibid 57

70 B. Karya-karya Dr. Ing. Khafid Mawaaqit merupakan salah satu software karya Khafid yang berasal dari kegemarannya terhadap teknik informatika dan keinginan untuk menyatukan perbedaan penentuan awal bulan Qamariah yang terjadi di sekelilingnya, khususnya diantara teman-temannya yang berasal dari berbagai negara, seperti Maroko, Mesir, Suriname, Turki, dan negara lain. Berdasarkan perbedaan tersebut Khafid merasa tertarik untuk mempelajari ilmu falak. 157 Dengan keahliannya di bidang teknik informatika, Khafid dkk berhasil menciptakan software penentuan awal bulan Qamariah yang diberi nama Mawaaqit 1.0. Ketika duduk di bangku kuliah, dia lebih banyak mempelajari Teknik Satelit Altimetri (mengukur permukaan air laut dari satelit) untuk memprediksi gunung bawah laut, kedalaman laut, naik turunnya air laut, dan sebagainya. Sesuai dengan jurusannya tersebut, dia menghasilkan software pemrosesan data altimetri, software untuk menghitung geoid, dan software-software lainnya. Mawaaqit adalah satu-satunya software hisab rukyat karyanya. Di antara semua software buatannya, software yang cukup besar adalah Mawaaqit dan software Pemrosesan Data Altimetri. 158 Karya lain yang berbentuk buku adalah buku formal (tidak diperjual belikan di pasaran melainkan untuk dikirim ke PBB), di antaranya adalah buku laporan survey. Adapun buku hisab rukyat karya Khafid hanya Buku Garis Tanggal Kalender Islam yang berisi tentang 157 Wawancara dengan Dr. Ing. Khafid (Pembuat Program Mawaaqit) di Kantor Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang pada tanggal 8 Mei Wawancara dengan Dr. Ing. Khafid, op.cit. 58

71 kalender Qamariah, garis tanggal Internasional, problematika penentuan awal bulan kalender Islam, penentuan awal bulan di Saudi Arabia, peran ilmu Astro-Geodesi dalam penanggalan Qamariah dan penelitian perhitungan penentuan awal bulan Qamariah. C. Pemikiran Dr. Ing. Khafid tentang Hisab Awal Bulan Qamariah Program Mawaaqit Geodesi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari ilmu ukur tanah (bumi). Sebagai seorang ahli geodesi, Khafid tidak mempelajari ilmu astronomi secara mendalam ketika di bangku kuliah. Hal ini dikarenakan di fakultas geodesi tidak ada mata kuliah yang mempelajari astronomi secara khusus, yang ada mata kuliah Geodetik Astronomi yang hanya mempelajari masalah positioning (tempat). Meskipun demikian Khafid telah berhasil menciptakan sebuah program (software) yang merupakan aplikasi dari ilmu falak, yaitu Mawaaqit. Perbedaan penentuan awal bulan Qamariah yang terjadi di antara Khafid dkk menjadi motivasi penyatuan penentuan awal bulan Qamariah di Belanda. Pada tahun 1992/1993 ICMI orsat Belanda mensponsori penelitian perhitungan awal bulan Qamariah dengan metode astronomi modern. Pelaksanaan kegiatan penelitian itu dilakukan oleh beberapa siswa yang sedang tugas belajar di Delft Belanda. Adapun peneliti-peneliti tersebut adalah Khafid, Wakhid Sudiantoro Putro, Dadan Ramdani, Ade 59

72 Komara Mulyana, Adi Junjunan Mustafa (dari Bakosurtanal) dan Kiki Yaranusa (dari IPTN). 159 Kegiatan penelitian ini menghasilkan software Mawaaqit 1.0 yang ditulis dalam bahasa program PASCAL dalam DOS. Tanggapan positif dari kalangan masyarakat muslim Indonesia baik yang berada di mancanegara maupun yang ada di dalam negeri, bahkan banyaknya tanggapan dari masyarakat muslim dari negara lain memberikan bukti bahwasanya penelitian lebih lanjut sangat diperlukan. Pada periode tahun 1994 sampai 1996, Khafid dan Fahmi Amhar dari Bakosurtanal melakukan perbaikan-perbaikan program Mawaaqit sampai pada versi 1.3. Bersamaan dengan perkembangan teknologi komputer, terutama didorong dengan munculnya sistem operasi baru Windows 95 dan Windows NT dan juga teknologi internet, penelitian lebih lanjut tentang perhitungan kalender Qamariah dilakukan oleh Khafid. Sebagai hasilnya dipublikasikan serangkaian versi software Mawaaqit dan Mawaaqit 32++ yang ditulis dengan bahasa program C/C++ berjalan dalam sistem operasi Windows 95/Windows NT, Mawaaqit versi Internet ditulis dengan Java. Selanjutnya muncul Mawaaqit 2000 yang sudah dilengkapi dengan modul-modul analisis yang diperlukan. Saat ini, Mawaaqit yang teraktual adalah versi Khafid merancang Mawaaqit 2001 untuk pemakai di seluruh dunia. Untuk memenuhi tujuan ini maka disediakan opsi menu dalam empat 159 Khafid, Petunjuk Pemakaian Program Mawaaqit Versi 2001 Disampaikan pada Kuliah Umum dan Penutupan Kursus Hisab Rukyat Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Tanggal 4-5 September 2005 dengan topik: Komputerisasi Program Hisab Rukyat. 60

73 bahasa, yakni: Inggris, Jerman, Belanda dan Indonesia. Program ini terdiri dari program al-qur an, al-hadis, waktu shalat dan arah kiblat, dan kalender. 160 Khafid menggunakan metode astro-geodesi dalam penentuan awal bulan Qamariah Program Mawaaqit. Kaitannya dalam penentuan awal bulan Qamariah, metode astro-geodesi digunakan untuk memprediksi kenampakan bulan. Dengan kata lain, kapan hilal nampak dan dimana dapat diperhitungkan. 161 Tugas ilmu geodesi salah satunya adalah penentuan posisi, baik dipermukaan bumi maupun di luar angkasa, sehingga sangat akrab dengan ilmu astronomi. Hal ini dapat dilihat pada awal-awal perkembangan ilmu geodesi, sewaktu manusia mencoba menentukan bentuk dan ukuran bumi secara pasti dengan bantuan astronomi, yakni dengan merumuskan hubungan matematis antara jarak Alexandria ke Shiena di muka bumi terhadap posisi matahari untuk menghitung jari-jari bumi. Demikian halnya dahulu orang menentukan posisinya kapalnya di laut dengan bantuan astronomi untuk keperluan navigasi. Perpaduan ilmu geodesi dengan ilmu astronomi tersebut, baik dalam teori maupun dalam praktek kemudian melahirkan cabang ilmu astro-geodesi ataupun teknik-teknik geodesi antariksa (Space Geodetic Technique) Ibid 161 Khafid, Garis Tanggal Kalender Islam 1427H, Bogor: Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 2006, hlm Ibid. hlm

74 Dalam program penentuan awal bulannya, Khafid menggunakan teori dan algoritma dengan ketelitian yang sangat tinggi yaitu VSOP87. Variations Seculaires des Orbites Planetaires Theory (VSOP) ini disusun oleh Bretagnon pada tahun 1982 dan disempurnakan oleh Bretagnon dan Francou pada tahun 1987 sehingga sering disebut VSOP Jean Meeus menyatakan bahwa dengan teori dan algoritma VSOP87 akurasi yang didapatkan adalah lebih baik dari Pada Mawaaqit versi 1.0 yang ditulis dalam bahasa program PASCAL dalam DOS hingga Mawaaqit versi 2000 Khafid menggunakan algoritma Meeus dengan kisaran ketelitian sekitar 1, akan tetapi pada Mawaaqit versi 2001 Khafid mengkombinasikan algoritma Meeus dengan VSOP87 yang ketelitiannya mencapai Khafid menggunakan teori dan algoritma VSOP87 untuk menentukan koordinat matahari yang meliputi lintang matahari 165, bujur matahari 166, jarak matahari dari bumi, deklinasi matahari 167, ascension rekta 168, tinggi matahari dari horizon 169, dan azimuth matahari Dhani Herdiwijaya, Makalah disampaikan pada acara Diklat Nasional Pelaksana Rukyat Nahdatul Ulama, oleh Lajnah falakiyah NU di Masjid Agung Jawa Tengah, 19 Desember diakses pada 9 Desember Lintang ekliptika dikenal dalam bahasa Indonesia dengan lintang astronomi yang dikenal pula dengan ardlusy syams. Data ini adalah jarak titik pusat matahari dari lingkaran ekliptika. Lihat Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam, Ephemeris Hisab Rukyat, Departemen Agama RI, hlm Bujur ekliptika dikenal dalam bahasa Indonesia dengan bujur astronomi yang dikenal pula dengan istilah Taqwim atau Thul yakni jarak matahari dari titik Aries (Vernal Equinox) diukur sepanjang lingkaran ekliptika. Ibid. 167 Apparent declination dikenal dalam bahasa Indonesia dengan deklinasi matahari yang terlihat (bukan matahari hakiki) atau yang dikenal dengan mail syams adalah jarak matahari dari equator. Ibid. 168 Apparent right ascension dikenal dalam bahasa Indonesia dengan Asensio Rekta. Data ini adalah jarak matahari dari titik aries diukur sepanjang lingkaran equator. Ibid. 62

75 Sedangkan untuk menentukan posisi bulan, Khafid menggunakan algoritma Jean Meeus yang meliputi lintang bulan, bujur bulan, jarak bulan dari bumi, deklinasi bulan, ascension rekta, tinggi bulan dari horizon, dan azimuth bulan, umur bulan, fase illuminasi 171, elongasi 172. Algoritma Meeus sendiri sebenarnya merupakan reduksi dari algoritma VSOP87 yang lengkap. Dari ribuan suku koreksi dalam algoritma VSOP87, maka yang diperhitungkan adalah sekitar ratusan suku-suku yang besar dan penting dalam algoritma Meeus ini. 173 D. Sistem Hisab Awal Bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit Di antara data-data yang diperlukan dalam penentuan awal bulan Qamariah adalah waktu ijtima dan tinggi hilal. Berikut langkah-langkah dalam penentuan awal bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit: Contoh perhitungan awal Ramadan 1431 H dengan Sistem MAWAAQIT : Lintang Semarang ( x ) Bujur Semarang ( x ) : 6 58 LS : BT 169 Ketinggian yang dalam astronomi dikenal dengan istilah altitude, yaitu ketinggian benda langit dihitung sepanjang lingkaran vertical dari ufuk sampai benda langit yang dimaksud. Ketinggian benda langit bertanda positif (+) apabila benda langit ybs berada di atas ufuk. demikian pula bertanda negatif (-) apabila ia berada di bawah ufuk. Dalam astronomi biasanya diberi notasi h (hight). Lihat Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, op.cit, hlm Azimuth matahari adalah busur matahari pada lingkaran horizon diukur mulai dari titik utara ke arah timur atau kadang-kadang diukur dari titik selatan ke arah barat. Dalam bahasa arab disebut as-simt. Lihat Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, Bandung: Refika Aditama, Cetakan Pertama, 2007, hlm. xi. 171 Illuminasi adalah luas bagian bulan yang memancarkan sinar. dalam praktek perhitungan, harga maksimal iluminasi bulan adalah 1 (satu) yakni ketika terjadi bulan purnama. Muhyiddin Khazin, op.cit, hlm Elongasi adalah sudut pada bumi yang dibentuk oleh garis hubung antara suatu planet dengan bumi. Elongasi 0 ketika terjadi konjungsi; 90 ketika pada kwartir pertama; 180 ketika oposisi, dan 270 ketika pada kwartir kedua. Lihat Muhyiddin Khazin, op.cit, hlm Dhani Herdiwijaya, op.cit. 63

76 Ketinggian tempat (h) : 0 m 1. Menghitung perkiraan Akhir Sya ban 1431 H 29 Sya ban 1431 H secara astronomis berarti 1430 th + 7 bl + 29 hari 1430/30 = 47 Daur + 20 Thn + 7 bl + 29 hari 47 daur x = hari 20 th = (20 x 354) + 7 = 7087 hari 7 bl = (30x4) + (29x3) = 207 hari 29 h = 29 hari = hari Tafawut (Angg M H) = hari Anggaran baru Gregorius (10 +3)= 13 hari = hari /1461 = hari 502 Siklus = 502 x 4 = hari = 1 th hari Sehingga menjadi 222 hari + 1th tahun (yang sudah dilewati) Maka menjadi 10 Agustus 2010 hari Selasa Kliwon. 2. Mencari saat Ijtima Akhir Sya ban 1431 H K = (thn + bulan/12 + tgl/ ) x K = ( / / ) x = 132 K = k 1 = 1 T = k / 1236,85 = E = x T x T 2 =

77 M = x K x T 2 ) / 360) x 360 = M1 = x K x T x T x T 4 = F = x K x T x T x T 4 = = x K x T x T 3 = A1 = ( x k x T 2 ) x PI = A2 = ( x k) x Phi = A3 = ( x k) x Phi = A4 = ( x k) x Phi = A5 = ( x k) x Phi = A6 = (141, x k) x Phi = A7 = ( x k) x Phi = A8 = ( x k) x Phi = A9 = ( x k) x Phi = A10 = ( x k) x Phi = A11 = ( x k) x Phi = A12 = ( x k) x Phi = A13 = ( x k) x Phi = A14 = ( x k) x Phi =

78 JDE = x k x T x T x T 4 = Corr planet = ((325 x sin A 1 ) + (165 x sin A 2 ) + (164 x sin A 3 ) + (126 x sin A 4 ) + (110 x sin A 5 ) + (62 x sin A 6 ) + (60 x sin A 7 ) + (56 x sin A 8 ) + (47 x sin A 9 ) + (42 x sin A 10 ) + (40 x sin A 11 ) + (37 x sin A 12 ) + (35 x sin A 13 ) + (23 x sin A 14 )) / = Corr fase = ( x Sin M x e x Sin M x sin (2 x M 1 ) x sin (2 x F) x e x sin (M 1 M) 514 x e x sin (M 1 + M) x e 2 x sin (2 x M) 111 x sin (M 1-2 x F) -57 x sin (M 1 +2 x F) + 56 x e x sin (2 x M 1 + M) 42 x sin (3 x M 1 ) + 42 x e x sin (M+2 x F) + 38 x e x sin (M -2 x F) 24x e x sin (2 x M 1 - M) 17 x sin ( ) 7 x sin (M 1 +2 x M) + 4 x sin (2 x(m - M 1 )) + 4 x sin (3 x M) + 3 x sin (M 1 + M-2 x F) +3 x sin (2 x(m 1 + F)) 3 x sin (M 1 + M +2 x F) + 3 x sin (M 1 M +2 x F) 2 x sin (M 1 M 2 x F) 2 x sin (3 x M 1 + M) + 2 x sin (4 x M 1 ))/ = JDE corrected = JDE + corr planet + corr fase = T = / = JD (LT) = JDE corrected - T = JD (LT) = Z = int (JD ijtima ) =

79 F = JD ijtima z = = int ((z )/ = 16 A = z int ( / 4) = B = A = C = int ((B 122.1) / ) = 6726 D = int ( x C) = E = int ((B D) / = 9 Tahun = C 4716 = 2010 Bulan = E 1 = 8 Tanggal = int (hari) = 10 Hari = B D int ( x E) + F = Jam = (hari tanggal) = 10:08:01 Jadi, ijtima akhir Sya ban 1431 H terjadi pada tanggal 10 Agustus 2010 M Pk WIB 3. Menentukan terbenam Matahari di Semarang pada tanggal 29 Sya ban 1431 H/10 Agustus 2010 M. a. Hitung tinggi Matahari saat terbenam ( h 0 ) dengan rumus: h 0 = - ( ku + ref + sd ) ku = h = m = h 0 = - ( ku + ref + sd ) = - ( ) =

80 b. Tentukan deklinasi matahari ( δ 0 ) al-mail Syam dan equation of time ( e ) Ta dilal Waqt/Ta dil asy Syam atau Perata Waktu pada tanggal 29 Sya ban 1431 H/10 Agustus 2010 M saat ghurub di Semarang dengan prakiraan ( taqriby ) maghrib kurang lebih pk. 18 WIB, diperoleh: δ 0 = ,2 dan e = -0 j 05 m 22,95 d c. Tentukan sudut waktu matahari ( t 0 ) saat terbenam dengan rumus: Cos t 0 = sin h 0 cos φx cos δ 0 - tan φx tan δ 0. = sin cos 6 58 cos ,2 Tan 6 58 x tan ,2 t 0 = = +5 j 55 m d d. Terbenam matahari = pk (+5 j 55 m d ) = pk ,47 WH e + ( BT d BT x ) = pk ,47 (-0 j 05 m 22,95 d ) + ( ) = pk WIB. = pk WIB ( dibulatkan ) e. Menghitung Azimuth Matahari ( Az 0 ) saat ghurub pk WIB dengan rumus: Sin A = sin h cos cos a 68

81 sin A = sin x cos ,49 : cos A = ,72 ( UB ) Azimuth Matahari ( Az 0 ) = ,72 = f. Menentukan Right Ascension Matahari ( ARA 0 ) al-mathalai al- Baladiyah pk WIB dengan rumus interpolasi (Ta dil) sebagai berikut: ARA 0 = ARA k ( ARA 2 0 ARA 1 0 ) ARA 1 0 ( pk. 17 WIB/10 GMT ) = ,7 ARA 2 0 ( pk. 18 WIB/11 GMT ) = ,9 k ( selisih waktu ) = 00 j 39 m 09 d ARA 0 = , j 39 m 09 d x ( , ,7 ) = g. Menentukan Right Acsension Bulan ( ARA ( ) al-mathalai al- Baladiyah pk WIB dengan rumus interpolasi (Ta dil) sebagai berikut: ARA ( = ARA 1 ( + k ( ARA 2 ( ARA 1 ( ) ARA 1 ( ( pk. 17 WIB/10 GMT ) = ,6 ARA 2 ( ( pk. 18 WIB/11 GMT ) = ,2 k ( selisih waktu ) = 00 j 39 m 09 d ARA ( = j 39 m 09 d x ( ) = ,6 69

82 h. Menentukan Sudut Waktu Bulan ( t ( ) pk WIB dengan rumus sebagai berikut: t ( = ARA 0 + t 0 - ARA ( = ,6 = i. Menentukan Deklinasi Bulan ( δ ( ) Mail Qamar pk WIB dengan menggunakan rumus interpolasi (Ta dil) sebagai berikut: δ ( = δ 1 ( + k (δ 2 ( -δ 1 ( ) δ 1 ( ( pk. 17 WIB/10 GMT ) = ,9 δ 2 ( ( pk. 18 WIB/11 GMT ) = ,2 k ( selisih waktu ) = 00 j 39 m 09 d δ ( = j 39 m 09 d x ( ( )) = j. Menentukan Tinggi Bulan Haqiqi ( h ( ) dengan menggunakan rumus: Sin h ( = cos t ( cos δ ( cos φ x + sin δ ( sin φ x. Sin h ( = cos x cos x cos sin x sin h ( = ,73 ( tinggi hilal haqiqi ) k. Koreksi-koreksi yang diperlukan untuk memperoleh Tinggi Hilal Mar i ( h ( ): 70

83 1. Parallaks, digunakan untuk mengurangi tinggi hilal haqiqi. Untuk mendapatkan Parallaks harus melalui tahapan sebagai berikut: a. Menentukan Horizontal Parallaks (HP) Ikhtilaful Mandhar saat ghurub, dengan rumus interpolasi (Ta dil) sebagai berikut : HP = HP 1 + k ( HP 2 HP 1 ) HP 1 ( ( pk. 17 WIB/10 GMT ) = ,4 HP 2 ( ( pk. 18 WIB/11 GMT ) = ,6 k( selisih waktu ) = 00 j 39 m 09 d HP = j 39 m 09 d x ( ) = b. Parallaks ( Par ) = HP cos h ( = x cos ,73 = Refraksi ( Ref ), digunakan untuk menambah tinggi hilal haqiqi, dan untuk mendapatkan refraksi dapat digunakan rumus: R = tan h o ho R = = tan 02 53' 36,73" ' 36,73"

84 l. Menentukan tinggi hilal mar i ( h( ), dengan rumus: h ( = h ( - Par + Ref = , = m. Azimuth hilal ( Az( ) dapat diperoleh dengan rumus: Sin A = sin h cos cos a sin A = sin x cos : cos ,73 A = ,38 ( UB ) Azimuth Bulan (Az ( ) = ,38 = n. Posisi hilal ( P ) dapat diperoleh dengan rumus: P ( = Az ( Az 0 = = ( miring ke utara ) Dari hasil hisab tersebut dapat disimpulkan: 1. Ijtima akhir Sya ban 1431 H terjadi hari tanggal 10 Agustus 2010 M Pk WIB 2. Matahari terbenam (ghurub) pada pukul WIB 3. Tinggi hilal haqiqi ,73 4. Tinggi hilal mar i Azimuth Bulan

85 6. Azimuth Matahari Posisi hilal di Selatan Matahari terbenam (miring ke Selatan). Untuk memprediksi visibilitas hilal, hal pokok yang harus diketahui adalah posisi bulan dan matahari terhadap bumi. Untuk itu setidaknya harus dipertimbangkan faktor-faktor astro-geodesi sebagai berikut: Konjungsi Sebagai syarat mutlak nampaknya hilal adalah terjadinya ijtima. Ijtima artinya berkumpul atau bersama, yaitu posisi Matahari dan Bulan berada pada satu bujur astronomi. Dalam astronomi dikenal dengan istilah Conjunction (konjungsi). Para ahli astronomi murni menggunakan ijtima ini sebagai kriteria pergantian bulan Qamariah, sehingga ia disebut pula dengan New Moon (bulan baru). 175 Bulan baru dalam astronomi tidaklah sama dengan definisi bulan baru dalam kalender Qamariah. Bulan baru dalam astronomi adalah konjungsi yang terjadi serentak untuk seluruh dunia, akan tetapi belum tentu pada saat tersebut bulan dapat terlihat dengan mata. Sedangkan bulan baru dalam kalender Islam disebut dengan awal bulan Qamariah, tergantung pada kenyataan kenampakan bulan (hilal) pertama kali dari pengamat yang berada di bumi setelah terjadinya konjungsi. Kenampakan bulan sudah barang tentu tergantung juga 174 Khafid, op.cit. 175 Muhyiddin Khazin, 99 Tanya Jawab Masalah Hisab dan Rukyat, Yogyakarta: Ramadhan Press, 2009, hlm

86 pada lokasi atau posisi dimana pengamat berada di muka bumi. Hal inilah diantaranya yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan prediksi teramatinya hilal. Perbedaan atau selisih waktu tersebut dapat menyebabkan beda penanggalan satu hari. Secara perhitungan astro-geodesi modern kapan terjadinya konjungsi dapat diperkirakan dengan ketelitian sampai beberapa detik. Contoh yang jelas adalah prakiraan terjadinya gerhana bulan atau gerhana matahari yang dapat dilakukan dengan ketelitian sampai bilangan beberapa detik Peta Ketinggian Bulan Pada dasarnya dengan ilmu astro-geodesi, ketinggian bulan atau hilal dapat diperkirakan untuk berbagai tempat di seluruh belahan bumi. Adanya perhitungan yang akurat dan penyajian yang gamblang dalam bentuk peta akan sangat membantu analisis untuk keperluan prediksi kenampakan bulan. Peta semacam ini perlu dibuat dihari saatsaat yang diduga hilal akan nampak. Di dalam peta, bisa kita lihat adakalanya satu wilayah mempunyai ketinggian bulan positif dan ada kalanya negatif. Wilayah-wilayah yang mempunyai ketinggian bulan negatif sudah barang tentu dapat disimpulkan di wilayah tersebut tidaklah mungkin bulan akan nampak. Sedangkan untuk daerah-daerah 176 Khafid, op.cit, hlm

87 yang mempunyai ketinggian positif masih perlu di analisis lebih lanjut dengan gabungan data-data lainnya. 177 Peta ketinggian bulan dari ufuk dalam derajat pada 8 September 2010 di saat matahari terbenam di masing-masing tempat Gambar tersebut menunjukkan ketinggian bulan di saat matahari terbenam di masing-masing tempat pada tanggal 8 September Semakin tinggi keberadaan bulan di atas ufuk semakin besar kemungkinan terlihatnya hilal. Garis tebal menunjukkan garis penanggalan awal Syawal 1431 H apabila kita mendefinisikannya semata-mata dari ketinggian bulan 2 derajat pada saat matahari terbenam Peta Ketinggian Matahari Kenampakan bulan dari pengamat yang berada di bumi sangat dipengaruhi oleh sinar matahari. Disamping itu di saat-saat terjadinya 177 Khafid, op.cit, hlm Program Mawaaqit Versi 2001, peta ketinggian bulan dari ufuk pada 10 Agustus

88 hilal dimana intensitas pencahayaan bulan masih sangat rendah, cahaya matahari sangat berpengaruh dalam hasil pengamatan kenampakan bulan. Itulah sebabnya pengamatan kenampakan hilal harus dilakukan setelah matahari terbenam. Peta ketinggian matahari akan sangat membantu perhitungan kenampakan bulan dengan teliti. 179 Peta ketinggian matahari dari ufuk dalam derajat pada 8 September 2010 jam 18:00 WIB 4. Peta Umur Bulan Saat Matahari Terbenam Terjadinya konjungsi saja tidak memberikan jaminan bahwa hilal pasti nampak. Syarat-syarat berikutnya yang harus dipenuhi adalah umur bulan 180 saat matahari terbenam. Informasi tentang umur bulan pada saat matahari terbenam inipun dapat disajikan dalam bentuk peta sebagai bahan analisis kenampakan hilal Khafifd, op.cit, hlm Umur bulan didefinisikan sebagai hitungan waktu dengan epoch saat terjadinya konjungsi. Sebagai contoh: apabila hari ini terjadi konjungsi pada jam WIB, dan matahari terbenam jam Maka umur bulan saat matahari terbenam adalah 3 jam. 181 Khafifd, op.cit, hlm

89 Peta umur bulan dari saat terjadinya konjungsi dalam jam pada 8 September 2010 di saat matahari terbenam di masing-masing tempat Garis tebal pada gambar tersebut dapat disebut sebagai garis penanggalan awal bulan Syawal 1431 H apabila kita mendefinisikan kenampakan bulan semata-mata berdasarkan umur bulan sudah mencapai 8 jam pada saat matahari terbenam di masing-masing tempat Peta Fase Pencahayaan Bulan Syarat yang harus dipertimbangkan untuk memperkirakan kenampakan hilal adalah fase pencahayaan bulan. Bisa jadi karena bulan sudah cukup fase pencahayaannya di saat syarat-syarat lain masih belum memenuhi kriteria yang ditentukan, namun dalam kenyataannya hilal sudah nampak atau terjadi sebaliknya. Informasi tentang fase pencahayaan bulan yang tergantung tempat dan waktu ini 182 Program Mawaaqit Versi 2001, peta kenampakan bulan berdasarkan umur bulan. 77

90 bisa dipetakan juga untuk membantu analisis prakiraan kenampakan hilal. Peta prosentase fase pencahayaan bulan dalam % pada 8 September 2010 di saat matahari terbenam di masing-masing Garis tebal pada gambar tersebut dapat disebut sebagai garis penanggalan awal bulan Syawal 1431 H apabila kita mendefinisikan kenampakan bulan semata-mata berdasarkan fase pencahayaan sudah mencapai 0.5% di saat matahari terbenam di masing-masing tempat Peta Jarak Waktu Terbenam Antara Matahari dan Bulan Rukyat harus dilakukan sesaat setelah matahari terbenam sampai bulan terbenam. Jadi tidak mungkin mengamati hilal apabila pada hari melakukan rukyat ternyata bulan terbenam mendahului matahari atau dalam artian bulan masih di bawah ufuk. Jarak waktu matahari dan bulan terbenam yang terlalu pendek pun mempunyai 183 Program Mawaaqit Versi 2001, peta kenampakan bulan berdasarkan prosentase fase pencahayaan bulan. 78

91 tingkat kemungkinan kenampakan hilal yang sangat kecil. Kenampakan hilal dapat dikaitkan dengan jarak waktu terbenam antara matahari dan bulan terbenam, semakin lama jangka waktunya semakin besar kemungkinan hilal dapat diamati. Komponen inipun informasinya dapat dituangkan dalam bentuk peta, karena dari kenyataan bahwa jarak waktu terbenam antara matahari dan bulan juga tergantung letak geografis suatu tempat. 184 Peta selisih waktu terbenamnya matahari dan bulan dalam menit pada 8 September 2010 Garis tebal pada gambar di atas dapat disebut sebagai garis penanggalan awal bulan Syawal 1431 H apabila kita mendefinisikan kenampakan bulan semata-mata berdasarkan terbenamnya bulan 15 menit setelah terbenamnya matahari Khafid, op.cit, hlm Program Mawaaqit Versi 2001, peta kenampakan bulan berdasarkan selisih waktu terbenamnya matahari dan bulan 79

92 7. Overlay Antara Berbagai Topik Peta Dari berbagai faktor-faktor yang disebutkan diatas dapat dilakukan overlay 186 peta sesuai dengan definisi kenampakan bulan menurut kriteria astro-geodesi. Peta kenampakan bulan pada 8 September 2010 jam 18:00 WIB Peta kenampakan bulan pada 9 September 2010 jam 18:00 WIB 186 Overlay adalah lembaran penutup; lapisan atas; hamparan. Lihat John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, cetakan ke XXIV, 2000, hlm

93 Peta kenampakan bulan pada 10 September 2010 jam 18:00 WIB Gambar tersebut menunjukkan hasil overlay peta ketinggian bulan dan ketinggian matahari pada tanggal 8, 9 dan 10 September Dalam gambar-gambar tersebut terlihat bahwa semakin besar umur bulan semakin besar pula cakupan wilayah yang memungkinkan untuk mengamati kenampakan bulan. 187 Di sekitar hari terjadinya konjungsi dapat dilakukan analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan bulan. Dari analisa itu akan menghasilkan prakiraan tempat-tempat dimana hilal akan nampak dan tempat-tempat yang tidak memungkinkan dapat melihat hilal. Batas dari kedua tempat-tempat tersebut secara geografis dapat dituangkan dalam bentuk peta garis penanggalan Kalender Qamariah. Karena posisi bulan dan matahari berubah-rubah, maka peta semacam ini haruslah dibuat setiap pergantian bulan Qamariah Program Mawaaqit, Peta Kenampakan bulan. 188 Khafid, op.cit, hlm

BAB I PENDAHULUAN. segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang. sebagainya. Demikian pula hari-hari besar dalam Islam, semuanya

BAB I PENDAHULUAN. segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang. sebagainya. Demikian pula hari-hari besar dalam Islam, semuanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penentuan awal bulan Qamariah sangat penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan

Lebih terperinci

ANALISIS KONSEP MAT}LA DALAM KITAB BUGHYAH AL-MUSTARSYIDIN SKRIPSI

ANALISIS KONSEP MAT}LA DALAM KITAB BUGHYAH AL-MUSTARSYIDIN SKRIPSI ANALISIS KONSEP MAT}LA DALAM KITAB BUGHYAH AL-MUSTARSYIDIN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Syari ah Jurusan Ilmu Falak Oleh: M. MUFARRIJIL

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam 82 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit Mawaaqit merupakan salah satu contoh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah PENGARUH ATMOSFER TERHADAP VISIBILITAS HILAL (Analisis Klimatologi Observatorium Bosscha dan CASA As- Salam dalam Pengaruhnya Terhadap Visibilitas Hilal) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON

STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah

Lebih terperinci

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari ah (S. Sy)

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIQH DENGAN PENGAMALAN IBADAH PUASA RAMADHAN SISWA KELAS 3 MI NURUL HIKMAH KALIBUNTU LOSARI BREBES

HUBUNGAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIQH DENGAN PENGAMALAN IBADAH PUASA RAMADHAN SISWA KELAS 3 MI NURUL HIKMAH KALIBUNTU LOSARI BREBES HUBUNGAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIQH DENGAN PENGAMALAN IBADAH PUASA RAMADHAN SISWA KELAS 3 MI NURUL HIKMAH KALIBUNTU LOSARI BREBES SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010 ANALISIS TENTANG TIDAK ADANYA PELAPORAN PENGELOLAAN WAKAF OLEH NADZIR KEPADA KANTOR URUSAN AGAMA RELEVANSINYA DENGAN KOMPILASI HUKUM ISLAM PASAL 220 AYAT 2 ( Studi Kasus di Kantor Urusan Agama Kecamatan

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID BAITUSSALAM DUKUH GIRIKUSUMA DESA BANYUMENENG KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK. Skripsi

STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID BAITUSSALAM DUKUH GIRIKUSUMA DESA BANYUMENENG KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK. Skripsi STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID BAITUSSALAM DUKUH GIRIKUSUMA DESA BANYUMENENG KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS PEMIKIRAN AL-RAMLI TENTANG KETETAPAN SYAHADAH DALAM RUKYATUL HILAL DALAM KITAB NIHAYAH AL-MUHTAJ ILA SYARAH AL-MINHAJ SKRIPSI

STUDI ANALISIS PEMIKIRAN AL-RAMLI TENTANG KETETAPAN SYAHADAH DALAM RUKYATUL HILAL DALAM KITAB NIHAYAH AL-MUHTAJ ILA SYARAH AL-MINHAJ SKRIPSI STUDI ANALISIS PEMIKIRAN AL-RAMLI TENTANG KETETAPAN SYAHADAH DALAM RUKYATUL HILAL DALAM KITAB NIHAYAH AL-MUHTAJ ILA SYARAH AL-MINHAJ SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS PENDAPAT MADZHAB SYIAH IMAMIYYAH TENTANG DUA ORANG SAKSI SEBAGAI SYARAT SAH JATUHNYA TALAK SKRIPSI

STUDI ANALISIS PENDAPAT MADZHAB SYIAH IMAMIYYAH TENTANG DUA ORANG SAKSI SEBAGAI SYARAT SAH JATUHNYA TALAK SKRIPSI STUDI ANALISIS PENDAPAT MADZHAB SYIAH IMAMIYYAH TENTANG DUA ORANG SAKSI SEBAGAI SYARAT SAH JATUHNYA TALAK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012 STUDI ANALISIS AKAD PEMBIAYAAN MUḌĀRABAH DI BMT ARTHA MANDIRI REMBANG SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata S.1 Dalam Ilmu Mu amalah Siti Rokhaniah

Lebih terperinci

SOLUSI PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BAITUT TAMWIL TAMZIS WONOSOBO

SOLUSI PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BAITUT TAMWIL TAMZIS WONOSOBO SOLUSI PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BAITUT TAMWIL TAMZIS WONOSOBO TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya dalam Ilmu Perbankan Syariah Oleh: Uli Nisa Muhibah NIM : 102503093

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS PENDAPAT MUHAIMIN IQBAL TENTANG DINAR DAN DIRHAM SEBAGAI MATA UANG. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

STUDI ANALISIS PENDAPAT MUHAIMIN IQBAL TENTANG DINAR DAN DIRHAM SEBAGAI MATA UANG. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat STUDI ANALISIS PENDAPAT MUHAIMIN IQBAL TENTANG DINAR DAN DIRHAM SEBAGAI MATA UANG Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Mmperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Syari ah Oleh : MOCH

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MUSLIM DALAM HAL TREND JILBAB PERSPEKTIF TEORI KONSUMSI ISLAM

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MUSLIM DALAM HAL TREND JILBAB PERSPEKTIF TEORI KONSUMSI ISLAM ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MUSLIM DALAM HAL TREND JILBAB PERSPEKTIF TEORI KONSUMSI ISLAM (studi kasus pada mahasiswi Fakultas Syari ah Jurusan Ekonomi Islam angkatan 2009 IAIN Walisongo Semarang) SKRIPSI

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS FATWA MUI TENTANG DIHARAMKANNYA DOA BERSAMA MUSLIM DAN NON MUSLIM

STUDI ANALISIS FATWA MUI TENTANG DIHARAMKANNYA DOA BERSAMA MUSLIM DAN NON MUSLIM STUDI ANALISIS FATWA MUI TENTANG DIHARAMKANNYA DOA BERSAMA MUSLIM DAN NON MUSLIM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari ah Oleh:

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS METODE PENENTUAN WAKTU SALAT DALAM KITAB AD-DURUS AL-FALAKIYYAH KARYA MA SUM BIN ALI

STUDI ANALISIS METODE PENENTUAN WAKTU SALAT DALAM KITAB AD-DURUS AL-FALAKIYYAH KARYA MA SUM BIN ALI STUDI ANALISIS METODE PENENTUAN WAKTU SALAT DALAM KITAB AD-DURUS AL-FALAKIYYAH KARYA MA SUM BIN ALI S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO DAN RETURN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX DAN LQ 45 PERIODE JANUARI FEBRUARI 2013 SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO DAN RETURN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX DAN LQ 45 PERIODE JANUARI FEBRUARI 2013 SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO DAN RETURN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX DAN LQ 45 PERIODE JANUARI 2012 - FEBRUARI 2013 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Polemik yang terjadi di Indonesia seputar masalah penetuan awal puasa dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

HISAB ARAH KIBLAT MENGGUNAKAN RUBU MUJAYYAB (Studi Pemikiran Muh. Ma sum Bin Ali Dalam Kitab Ad-Durus Al-Falakiyyah) SKRIPSI

HISAB ARAH KIBLAT MENGGUNAKAN RUBU MUJAYYAB (Studi Pemikiran Muh. Ma sum Bin Ali Dalam Kitab Ad-Durus Al-Falakiyyah) SKRIPSI HISAB ARAH KIBLAT MENGGUNAKAN RUBU MUJAYYAB (Studi Pemikiran Muh. Ma sum Bin Ali Dalam Kitab Ad-Durus Al-Falakiyyah) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN SKRIPSI

HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN SKRIPSI HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari

Lebih terperinci

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah Puasa merupakan rukun islam yang ke-tiga, di dalam islam puasa berarti menahan diri dari

Lebih terperinci

PENERAPAN SHALAT DHUHUR BERJAMAAH DI SD KI AGENG GIRING SINGKIL PALIYAN SKRIPSI

PENERAPAN SHALAT DHUHUR BERJAMAAH DI SD KI AGENG GIRING SINGKIL PALIYAN SKRIPSI PENERAPAN SHALAT DHUHUR BERJAMAAH DI SD KI AGENG GIRING SINGKIL PALIYAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.) Strata Satu Pada Fakultas

Lebih terperinci

M. YAKUB MUBAROK NIM :

M. YAKUB MUBAROK NIM : PEMROGRAMAN DATA EPHEMERIS MATAHARI DAN BULAN BERDASARKAN PERHITUNGAN JEAN MEEUS MENGGUNAKAN BAHASA PROGRAM PHP (PERSONAL HOMEPAGE HYPERTEXT PREPROCESSOR) DAN MySQL (MY STRUCTURE QUERY LANGUAGE) SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Ekonomi Islam

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Ekonomi Islam ANALISIS PERUBAHAN HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN YANG LISTING DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (Periode Tahun 2000-2012) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

STUDI MANAJEMEN MUTU PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ROUDLOTUL ATHFAL/MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN BATANG

STUDI MANAJEMEN MUTU PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ROUDLOTUL ATHFAL/MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN BATANG STUDI MANAJEMEN MUTU PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ROUDLOTUL ATHFAL/MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN BATANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Program Strata

Lebih terperinci

SISTEM PERMODALAN BANK SYARIAH DI PT. BPRS BEN SALAMAH ABADI PURWODADI

SISTEM PERMODALAN BANK SYARIAH DI PT. BPRS BEN SALAMAH ABADI PURWODADI SISTEM PERMODALAN BANK SYARIAH DI PT. BPRS BEN SALAMAH ABADI PURWODADI TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya dalam Ilmu Perbankan Syariah Oleh

Lebih terperinci

ANALISIS TINGGINYABIAYA PELAKSANAAN PERNIKAHAN DI LUAR KUA PASCA BERLAKUNYA PP NO. 48 TAHUN 2014

ANALISIS TINGGINYABIAYA PELAKSANAAN PERNIKAHAN DI LUAR KUA PASCA BERLAKUNYA PP NO. 48 TAHUN 2014 ANALISIS TINGGINYABIAYA PELAKSANAAN PERNIKAHAN DI LUAR KUA PASCA BERLAKUNYA PP NO. 48 TAHUN 2014 (Studi Kasus di Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

SOLUSI AL-QUR AN TERHADAP PENYAKIT DIABETES

SOLUSI AL-QUR AN TERHADAP PENYAKIT DIABETES SOLUSI AL-QUR AN TERHADAP PENYAKIT DIABETES Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits SKRIPSI Oleh: DIAN KRISMAWATI AROFAH NIM:

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I TENTANG HIBAH DAPAT DIPERHITUNGKAN SEBAGAI WARISAN

ANALISIS PENDAPAT MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I TENTANG HIBAH DAPAT DIPERHITUNGKAN SEBAGAI WARISAN ANALISIS PENDAPAT MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I TENTANG HIBAH DAPAT DIPERHITUNGKAN SEBAGAI WARISAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata1

Lebih terperinci

APLIKASI DATA EPHEMERIS MATAHARI DAN BULAN BERDASARKAN PERHITUNGAN JEAN MEEUS PADA SMARTPHONE ANDROID S K R I P S I

APLIKASI DATA EPHEMERIS MATAHARI DAN BULAN BERDASARKAN PERHITUNGAN JEAN MEEUS PADA SMARTPHONE ANDROID S K R I P S I APLIKASI DATA EPHEMERIS MATAHARI DAN BULAN BERDASARKAN PERHITUNGAN JEAN MEEUS PADA SMARTPHONE ANDROID S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Syarat. Guna Memperoleh Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Ekonomi Islam.

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Syarat. Guna Memperoleh Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Ekonomi Islam. ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH DI PT WAHANA OTTOMITRA MULTIARTHA (WOM) FINANCE SYARIAH WELERI PASCA SURAT EDARAN BI NO.14/10/DPNP DAN PMK NO.43/PMK.010/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN USHULIYAH TERHADAP STATUS ANAK LUAR KAWIN. (Studi Putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010)

TINJAUAN USHULIYAH TERHADAP STATUS ANAK LUAR KAWIN. (Studi Putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010) TINJAUAN USHULIYAH TERHADAP STATUS ANAK LUAR KAWIN (Studi Putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S.1) dalam

Lebih terperinci

STUDI TENTANG MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PERANANNYA DALAM MENINGKATAN MUTU GURU DI MTS NEGERI JEKETRO KABUPATEN GROBOGAN

STUDI TENTANG MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PERANANNYA DALAM MENINGKATAN MUTU GURU DI MTS NEGERI JEKETRO KABUPATEN GROBOGAN STUDI TENTANG MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PERANANNYA DALAM MENINGKATAN MUTU GURU DI MTS NEGERI JEKETRO KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERMA NO.1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DALAM PERKARA PERCERAIAN. (STUDI DI PENGADILAN AGAMA KOTA SEMARANG)

IMPLEMENTASI PERMA NO.1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DALAM PERKARA PERCERAIAN. (STUDI DI PENGADILAN AGAMA KOTA SEMARANG) IMPLEMENTASI PERMA NO.1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DALAM PERKARA PERCERAIAN. (STUDI DI PENGADILAN AGAMA KOTA SEMARANG) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah mengalami perkembangan yang pesat dari waktu ke waktu. Dapat dilihat dari alat-alat, metode dan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGURANGAN TAKARAN DALAM JUAL BELI BENSIN ECERAN DI JALAN MEDOHO RAYA KELURAHAN SAMBIREJO SEMARANG

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGURANGAN TAKARAN DALAM JUAL BELI BENSIN ECERAN DI JALAN MEDOHO RAYA KELURAHAN SAMBIREJO SEMARANG TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGURANGAN TAKARAN DALAM JUAL BELI BENSIN ECERAN DI JALAN MEDOHO RAYA KELURAHAN SAMBIREJO SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PERALIHAN WALI NASAB KE WALI HAKIM

ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PERALIHAN WALI NASAB KE WALI HAKIM ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PERALIHAN WALI NASAB KE WALI HAKIM (Studi Kasus di KUA Kec. Parakan Kab. Temanggung) Skripsi Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

PENYATUAN ZAKAT DAN PAJAK UNTUK KEADILAN SOSIAL

PENYATUAN ZAKAT DAN PAJAK UNTUK KEADILAN SOSIAL PENYATUAN ZAKAT DAN PAJAK UNTUK KEADILAN SOSIAL (Studi Pemikiran Masdar Farid Mas udi) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1. Oleh : Dewi Purwati

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1. Oleh : Dewi Purwati STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KADER DENGAN MAHASISWA NON KADER PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO ANGKATAN 2009 2010. SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

MAHRUS NIM

MAHRUS NIM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KITAB KUNING MELALUI METODE SOROGAN DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA SIMBANGKULON BUARAN PEKALONGAN SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI PENGANGKUTAN LAUT (Studi Lapangan pada PT. Asuransi Purna Artanugraha Semarang) SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI PENGANGKUTAN LAUT (Studi Lapangan pada PT. Asuransi Purna Artanugraha Semarang) SKRIPSI TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI PENGANGKUTAN LAUT (Studi Lapangan pada PT. Asuransi Purna Artanugraha Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam KORELASI ANTARA KEDISIPLINAN SHALAT BERJAMAAH DENGAN PERILAKU SOSIAL SANTRI PONDOK PESANTREN DAARUN NAJAAH JERAKAH TUGU SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam Ilmu Tarbiyah.

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam Ilmu Tarbiyah. PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQH KOMPETENSI DASAR MEMPRAKTIKKAN SHALAT TARAWIH DAN WITIR SISWA KELAS III SEMESTER II DI MI NU 01 ROWOBRANTEN KECAMATAN RINGINARUM

Lebih terperinci

MANAJEMEN BADAN PENGELOLA WAKAF MASJID AGUNG KAUMAN SEMARANG DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI HARTA WAKAF

MANAJEMEN BADAN PENGELOLA WAKAF MASJID AGUNG KAUMAN SEMARANG DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI HARTA WAKAF MANAJEMEN BADAN PENGELOLA WAKAF MASJID AGUNG KAUMAN SEMARANG DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI HARTA WAKAF SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1)

Lebih terperinci

Oleh: AJI ABDUL MAJID NIM:

Oleh: AJI ABDUL MAJID NIM: PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaannya dengan penentuan awal bulan kamariah 1. Bahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaannya dengan penentuan awal bulan kamariah 1. Bahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penentuann awal bulan kamariah merupakan hal yang sangat penting bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dengan penentuan awal

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Ilmu Pendidikan Agama Islam

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Ilmu Pendidikan Agama Islam UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ANAK PADA PELAJARAN FIQIH MATERI SHOLAT FARDHU MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL SISWA KELAS II MI. SRUWEN 04 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010/

Lebih terperinci

Skripsi. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Syari ah. Oleh :

Skripsi. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Syari ah. Oleh : STUDI ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SEMARANG NO.103/Pdt.G/2012/PTA.Smg TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KLATEN NO. 1130/Pdt.G/2011/PA.Klt KARENA GUGATAN KABUR (OBSCUUR LIBEL) Skripsi

Lebih terperinci

PENERAPAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG SKRIPSI

PENERAPAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG SKRIPSI PENERAPAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna memeperoleh Gelar Sarjana Strata 1 ( S.1 ) Dalam Ilmu Syari

Lebih terperinci

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KHIYAR DAN GARANSI PADA PRODUK ELEKTRONIK (STUDI KASUS DI SERVICE CENTER LENOVO, SEMARANG )

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KHIYAR DAN GARANSI PADA PRODUK ELEKTRONIK (STUDI KASUS DI SERVICE CENTER LENOVO, SEMARANG ) PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KHIYAR DAN GARANSI PADA PRODUK ELEKTRONIK (STUDI KASUS DI SERVICE CENTER LENOVO, SEMARANG ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI ES BALOK UNTUK KONSUMSI (Studi Kasus di Kota Semarang) SKRIPSI

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI ES BALOK UNTUK KONSUMSI (Studi Kasus di Kota Semarang) SKRIPSI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI ES BALOK UNTUK KONSUMSI (Studi Kasus di Kota Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTS MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN

PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTS MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTS MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi

Lebih terperinci

ZAKIYAH SALSABILA

ZAKIYAH SALSABILA TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ANAK BEDA AGAMA YANG MENDAPATKAN HARTA PENINGGALAN BERDASARKAN WASIAT WAJIBAH ( Analisis Penetapan Pengadilan Agama Cikarang Nomor 89/Pdt.P/2015/PA.Ckr ) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda-benda langit saat ini sudah mengacu pada gerak nyata. Menentukan awal waktu salat dengan bantuan bayang-bayang

BAB I PENDAHULUAN. benda-benda langit saat ini sudah mengacu pada gerak nyata. Menentukan awal waktu salat dengan bantuan bayang-bayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu falak khususnya di Indonesia sudah berkembang pesat terbukti dengan adanya para pakar baru yang bermunculan dalam bidang ilmu falak ini, perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penentuan awal bulan kamariah 1 merupakan persoalan yang lebih. digunakan atau metode perhitungan yang dipakai.

BAB I PENDAHULUAN. penentuan awal bulan kamariah 1 merupakan persoalan yang lebih. digunakan atau metode perhitungan yang dipakai. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah realitas yang tak bisa dipungkiri bahwa secara tehnis penentuan awal bulan kamariah 1 merupakan persoalan yang lebih berpotensi terjadi perbedaan (Ikhtilaf

Lebih terperinci

SKRIPSI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

SKRIPSI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG PENERAPAN METODE INQUIRY DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ALQURAN HADIS\\\\\\\\ PADA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYYAH NEGERI SUMURREJO TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

TAKHRIJ HADITS NOMOR 2018 TENTANG TALAK DALAM KITAB SUNAN IBNU MAJAH

TAKHRIJ HADITS NOMOR 2018 TENTANG TALAK DALAM KITAB SUNAN IBNU MAJAH TAKHRIJ HADITS NOMOR 2018 TENTANG TALAK DALAM KITAB SUNAN IBNU MAJAH SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sasrjana Program Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Syariah Disusun Oleh :

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PENDEKATAN LABA RUGI DAN NILAI TAMBAH PADA BNI SYARIAH SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PENDEKATAN LABA RUGI DAN NILAI TAMBAH PADA BNI SYARIAH SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PENDEKATAN LABA RUGI DAN NILAI TAMBAH PADA BNI SYARIAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu

Lebih terperinci

Sistem Hisab Awal Bulan Kamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaiqt

Sistem Hisab Awal Bulan Kamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaiqt Sistem Hisab Awal Bulan Kamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaiqt Eni Nuraeni Maryam eninuraenimaryam@gmail.com Abstrak Perbedaan hari raya yang kerap terjadi di Indonesia membawa hikmah tersendiri

Lebih terperinci

PENDAPAT ULAMA DI DESA BOJA TERHADAP PENGUCAPAN TALAK DI LUAR PENGADILAN

PENDAPAT ULAMA DI DESA BOJA TERHADAP PENGUCAPAN TALAK DI LUAR PENGADILAN PENDAPAT ULAMA DI DESA BOJA TERHADAP PENGUCAPAN TALAK DI LUAR PENGADILAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Syari

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan Nilai-Nilai dan Metode)

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan Nilai-Nilai dan Metode) PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan Nilai-Nilai dan Metode) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana (S1)

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK MATERI IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW (Studi Tindakan Kelas di MTs

Lebih terperinci

PRAKTEK HUTANG PIUTANG PUPUK DI LINGKUNGAN PETANI TEBU DESA BOTO KECAMATAN JAKEN KABUPATEN PATI SKRIPSI

PRAKTEK HUTANG PIUTANG PUPUK DI LINGKUNGAN PETANI TEBU DESA BOTO KECAMATAN JAKEN KABUPATEN PATI SKRIPSI PRAKTEK HUTANG PIUTANG PUPUK DI LINGKUNGAN PETANI TEBU DESA BOTO KECAMATAN JAKEN KABUPATEN PATI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010) TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo.

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo. POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo. Pasal 58 KHI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

Aida Hanifaturrosida NIM :

Aida Hanifaturrosida NIM : MEKANISME PENGELOLAAN DANA TABUNGAN MUDHARABAH SIRELA DI KJKS BINAMA SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Dalam Ilmu Perbankan Syari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI 2001 A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001 Sistem hisab waktu salat di Indonesia sangat beragam dan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam KORELASI ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA AL- QUR AN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS HURUF AL-QUR AN SANTRI TPQ DARUSSALAM KELURAHAN KEMBANG ARUM KECAMATAN SEMARANG BARAT TAHUN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SMP N 23 SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

MANAJEMEN DANA ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KABUPATEN KENDAL

MANAJEMEN DANA ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KABUPATEN KENDAL MANAJEMEN DANA ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KABUPATEN KENDAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Dalam Ilmu Ekonomi Islam Disusun

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK ASURANSI PENDIDIKAN DI AJB BUMIPUTERA SAYARI AH CABANG PEKALONGAN TUGAS AKHIR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK ASURANSI PENDIDIKAN DI AJB BUMIPUTERA SAYARI AH CABANG PEKALONGAN TUGAS AKHIR STRATEGI PEMASARAN PRODUK ASURANSI PENDIDIKAN DI AJB BUMIPUTERA SAYARI AH CABANG PEKALONGAN TUGAS AKHIR Diajukan Kepada STAIN Pekalongan Dalam Rangka Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARIAH ISTITUT AGAMA ASLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARIAH ISTITUT AGAMA ASLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN TINGKAT LIKUIDITAS TERHADAP RISIKO INVESTASI SAHAM YANG TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE 2008-2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN DENGAN AKAD QARDHUL HASAN DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG NGADIREJO TEMANGGUNG

ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN DENGAN AKAD QARDHUL HASAN DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG NGADIREJO TEMANGGUNG ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN DENGAN AKAD QARDHUL HASAN DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG NGADIREJO TEMANGGUNG Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Dalam Ilmu

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun untuk Melengkapi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Tarbiyah.

SKRIPSI Disusun untuk Melengkapi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Tarbiyah. KORELASI ANTARA PEMAHAMAN SHOLAT DENGAN KESESUAIAN GERAKAN DAN BACAAN SHOLAT MAKTUBAH (STUDI PADA SISWA KELAS VII MTs NURUL MUSLIM MINDAHAN BATEALIT JEPARA TAHUN AJARAN 2010 2011) SKRIPSI Disusun untuk

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI TUGAS TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR AKIDAH AKHLAQ SISWA KELAS V MI TERPADU NURUL ISLAM SEMARANG TAHUN AJARAN SKRIPSI

PENGARUH NILAI TUGAS TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR AKIDAH AKHLAQ SISWA KELAS V MI TERPADU NURUL ISLAM SEMARANG TAHUN AJARAN SKRIPSI PENGARUH NILAI TUGAS TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR AKIDAH AKHLAQ SISWA KELAS V MI TERPADU NURUL ISLAM SEMARANG TAHUN AJARAN 2013-2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MELALUI ILMU BELADIRI PENCAK SILAT

PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MELALUI ILMU BELADIRI PENCAK SILAT PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MELALUI ILMU BELADIRI PENCAK SILAT (Studi Pada Lembaga Beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Semarang) SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS PENDAPAT AHMAD HASSAN TENTANG KEBOLEHAN MENIKAH TANPA WALI DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMIKIRAN MADZHAB HANAFI

STUDI ANALISIS PENDAPAT AHMAD HASSAN TENTANG KEBOLEHAN MENIKAH TANPA WALI DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMIKIRAN MADZHAB HANAFI STUDI ANALISIS PENDAPAT AHMAD HASSAN TENTANG KEBOLEHAN MENIKAH TANPA WALI DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMIKIRAN MADZHAB HANAFI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Oleh : Ima Khozanah NIM

Oleh : Ima Khozanah NIM BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA OLEH POSBAKUM DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG (UU No. 50 Tahun 2009 Pasal 60 C Tentang Perubahan Kedua Atas UU No.7 Tahun 1989 Tentang Pengadilan Agama) SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

ANALISIS ETOS KERJA PEDAGANG MUSLIM DI SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

ANALISIS ETOS KERJA PEDAGANG MUSLIM DI SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN ANALISIS ETOS KERJA PEDAGANG MUSLIM DI SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

LILIK NUR EFENDI NIM

LILIK NUR EFENDI NIM STUDI ANALISIS TENTANG PROSES PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL TAKHASUS HADITS ARBAIN AL NAWAWI DENGAN METODE BANDONGAN DAN SOROGAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI PESERTA DIDIK DI SMP ISLAM AR-RA IS

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBUKAAN SAMPAI DENGAN PENUTUPAN DAN PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA TABUNGAN HARIAN MUDHARABAH DI BPRS PNM BINAMA SEMARANG

PROSEDUR PEMBUKAAN SAMPAI DENGAN PENUTUPAN DAN PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA TABUNGAN HARIAN MUDHARABAH DI BPRS PNM BINAMA SEMARANG PROSEDUR PEMBUKAAN SAMPAI DENGAN PENUTUPAN DAN PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA TABUNGAN HARIAN MUDHARABAH DI BPRS PNM BINAMA SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA

STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS METODE PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH SYEKH MUHAMMAD SALMAN JALIL ARSYADI AL-BANJARI DALAM KITAB MUKHTA R AL-AWQ T F ILMI AL-M T SKRIPSI

STUDI ANALISIS METODE PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH SYEKH MUHAMMAD SALMAN JALIL ARSYADI AL-BANJARI DALAM KITAB MUKHTA R AL-AWQ T F ILMI AL-M T SKRIPSI STUDI ANALISIS METODE PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH SYEKH MUHAMMAD SALMAN JALIL ARSYADI AL-BANJARI DALAM KITAB MUKHTA R AL-AWQ T F ILMI AL-M T SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya hilal. Pemahaman tersebut melahirkan aliran rukyah dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya hilal. Pemahaman tersebut melahirkan aliran rukyah dalam penentuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imam al-sindi memberikan catatan bahwa dengan hadis yang menerangkan haramnya puasa sebelum melihat hilal dan tidak ada kewajiban puasa sebelum hadirnya hilal.

Lebih terperinci

Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI)

Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI) Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI) NAMA : AYUB SIREGAR INSTANSI : DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PANGKAT/GOL : PENATA MUDA TK.I / III.B Contoh Artikel/Makalah

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP PERNIKAHAN DENGAN MEMALSUKAN IDENTITAS WALI NIKAH. (Studi Kasus di KUA Kec. Tayu Kab. Pati)

ANALISIS TERHADAP PERNIKAHAN DENGAN MEMALSUKAN IDENTITAS WALI NIKAH. (Studi Kasus di KUA Kec. Tayu Kab. Pati) ANALISIS TERHADAP PERNIKAHAN DENGAN MEMALSUKAN IDENTITAS WALI NIKAH (Studi Kasus di KUA Kec. Tayu Kab. Pati) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Dalam Ilmu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Pendidikan Matematika. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Pendidikan Matematika. Oleh : ANALISIS MATERI AJAR MATEMATIKA DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH BATANG KELAS VIII SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 DITINJAU DARI STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI Oleh: AHMAD BASORI I 000 090 004 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 2 PENGESAHAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN LABORATORIUM PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SMK ULIL ALBAB DEPOK CIREBON

MANAJEMEN LABORATORIUM PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SMK ULIL ALBAB DEPOK CIREBON MANAJEMEN LABORATORIUM PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SMK ULIL ALBAB DEPOK CIREBON SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu

Lebih terperinci

PENGARUH RELIGIOSITAS DAN PENDAPATAN TERHADAP MINAT BAYAR ZAKAT MELALUI BAPELURZAM (Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah) PCM WELERI KENDAL

PENGARUH RELIGIOSITAS DAN PENDAPATAN TERHADAP MINAT BAYAR ZAKAT MELALUI BAPELURZAM (Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah) PCM WELERI KENDAL PENGARUH RELIGIOSITAS DAN PENDAPATAN TERHADAP MINAT BAYAR ZAKAT MELALUI BAPELURZAM (Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah) PCM WELERI KENDAL SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KUMULASI GUGAT CERAI DENGAN HARTA BERSAMA (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Purwodadi No. 2281/Pdt.G/2008/PA Pwd.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KUMULASI GUGAT CERAI DENGAN HARTA BERSAMA (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Purwodadi No. 2281/Pdt.G/2008/PA Pwd. TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KUMULASI GUGAT CERAI DENGAN HARTA BERSAMA (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Purwodadi No. 2281/Pdt.G/2008/PA Pwd.) S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN BERBASIS AKHLAK PLUS WIRAUSAHA DI PESANTREN DAARUT TAUHIID BANDUNG

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN BERBASIS AKHLAK PLUS WIRAUSAHA DI PESANTREN DAARUT TAUHIID BANDUNG IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN BERBASIS AKHLAK PLUS WIRAUSAHA DI PESANTREN DAARUT TAUHIID BANDUNG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM HADIS RIWAYAT ABDULLAH IBNU MAS UD TENTANG PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS VISUAL (GAMBAR)

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM HADIS RIWAYAT ABDULLAH IBNU MAS UD TENTANG PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS VISUAL (GAMBAR) ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM HADIS RIWAYAT ABDULLAH IBNU MAS UD TENTANG PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS VISUAL (GAMBAR) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI MTS NU NURUL HUDA MANGKANG SEMARANG SKRIPSI

MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI MTS NU NURUL HUDA MANGKANG SEMARANG SKRIPSI MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI MTS NU NURUL HUDA MANGKANG SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS UANG MUKA DALAM PERJANJIAN PESANAN CATERING YANG DIBATALKAN (Studi Kasus di Saras Catering Semarang) SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS UANG MUKA DALAM PERJANJIAN PESANAN CATERING YANG DIBATALKAN (Studi Kasus di Saras Catering Semarang) SKRIPSI TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS UANG MUKA DALAM PERJANJIAN PESANAN CATERING YANG DIBATALKAN (Studi Kasus di Saras Catering Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

Oleh: NUR AZIZ NIM :

Oleh: NUR AZIZ NIM : PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN MAPEL AQIDAH AKHLAK ( STUDI PADA KELAS VII SEMESTER II SMP NUDIA SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011)

Lebih terperinci

MANAJEMEN KINERJA DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU DI MA NAHDLATUL MUSLIMIN UNDAAN KUDUS. Skripsi

MANAJEMEN KINERJA DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU DI MA NAHDLATUL MUSLIMIN UNDAAN KUDUS. Skripsi MANAJEMEN KINERJA DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU DI MA NAHDLATUL MUSLIMIN UNDAAN KUDUS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Kependidikan

Lebih terperinci