PERBANDINGAN PEMBERIAN TERAPI PENURUNAN BERAT BADAN ANTARA OBESITAS DAN OVER WEIGHT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN PEMBERIAN TERAPI PENURUNAN BERAT BADAN ANTARA OBESITAS DAN OVER WEIGHT"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN PEMBERIAN TERAPI PENURUNAN BERAT BADAN ANTARA OBESITAS DAN OVER WEIGHT Agus Riyanto, Mona Megasari ABSTRAK Prevalensi obesitas telah meningkat secara substansial dalam tiga dekade terakhir. Peningkatan prevalensi obesitas, terutama obesitas sentral berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti sindrom metabolik, aterosklerosis, penyakit kardiovaskuler, diabetes tipe 2, batu empedu, gangguan fungsi pulmonal, hipertensi dan dyslipidemia. Pencegahan dan pengobatan obesitas dapat dicegah melalui perubahan gaya hidup, terutama pembatasan asupan energi (diit rendah energi) dan peningkatan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik (Astrup, 2005; Wadden et all, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan terapi penurunan berat badan antara obesitas dan over weight. Jenis penelitian ini eksperimen menggunakan desain Pretestposttest with Control Group. dimana menggunakan pre test dan post test antara obesitas dan over weight dengan pemberian terapi penurunan berat badan (olah raga, diit rendah energi, dan olah raga beserta diit rendah energi), pada mahasiswa Stikes A.Yani Cimahi. Analisis data dilakukan dengan univariat dan análisis bivariat untuk mengetahui perbedaan menggunakan uji t dependen dan uji t independen. Hasil penelitian didapatkan ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas, over weight sebelum dan setelah terapi olah raga (p=0,025,p=0,033). Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit (p=0,015). Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit dan olah raga (p=0,001). Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi olah raga, setelah terapi diit, dan setelah terapi diit dan olah raga (p=0,102, p=0,822, p=0,427). Disarankan bagi penderita over weight terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan berat badan dapat memilih olah raga atau diit, tapi kalau ingin cepat berhasil kombinasi keduanya. Bagi penderita obesitas terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan berat badan dapat memilih olah raga atau diit, tapi kalau ingin cepat berhasil kombinasi keduanya, tetapi diit harus dilakukan selama lebih dari satu bulan. Kata kunci: Obesitas, over weight, dan terapi penurunan berat badan.. 23

2 A. PENDAHULUAN Kegemukan atau obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak dalam jaringan adiposa. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), kegemukan dibagi menjadi dua kategori, yakni: kegemukan tingkat ringan (overweight) dan kegemukan tingkat berat (obesitas) (Depkes RI, 2003). Berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibagi menjadi dua kategori, yaitu: obesitas sentral dan obesitas umum. Untuk penduduk barat, seseorang dikatakan obesitas apabila IMT 30 kg/m2 atau lingkar perut 102 cm pada pria dan 88 cm pada wanita, sedangkan untuk penduduk Asia, IMT> 25 kg/m2 atau lingkar perut 90 cm pada pria dan 80 cm pada wanita (WHO 2000). Penentuan diagnosa obesitas dapat pula dilakukan dengan pengukuran lemak subkutan.hasil pengukuran lemak subkutan dapat dijadikan indikator obesitas.lipat kulit triseps 18.6 mm untuk laki-laki atau 25.1 mm untuk wanita telah digunakan sebagai indikator obesitas (Moore, 1997). Menurut WHO (2000), obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut atau lemak pusat. Obesitas sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan dibandingkan dengan obesitas umum. Prevalensi obesitas telah meningkat secara substansial dalam tiga dekade terakhir, diperkirakan akan lebih meningkat di tahun-tahun mendatang. Peningkatan prevalensi obesitas, terutama obesitas sentral berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti sindrom metabolik, aterosklerosis, penyakit kardiovaskuler, diabetes tipe 2, batu empedu, gangguan fungsi pulmonal, hipertensi dan dyslipidemia. Kondisi tersebut menyebabkan obesitas telah menjadi masalah kesehatan dan gizi masyarakat dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang.kegemukan banyak ditemukan baik di negara maju maupun di Negara berkembang, dan menyerang baik anak-anak maupun orang dewasa. Adanya peningkatan jumlah penduduk yang menderita kegemukan di hampir seluruh negara di dunia maka masalah kegemukan kini merupakan masalah global, WHO 1998 menyebutnya sebagai wabah global (the global epidemic) (Mark, 2013). World Health Organization (WHO) memperkirakan, di dunia ada sekitar 1.6 milyar orang dewasa berumur 15 tahun kelebihan berat dan setidak-tidaknya sebanyak 400 juta orang dewasa obesitas pada tahun 2005, dan diperkirakan lebih dari 700 juta orang dewasa akan obesitas pada tahun 2015 (WHO 2000). Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa 8.8% orang dewasa berumur 15 tahun overweight dan 10.3% obesitas dan prevalensi obesitas sentral sebesar 18.8% 24

3 (Balitbangkes Depkes2008). Berdasarkan Riskesdas 2010 persentase berat badan lebih menurut IMT di Jawa Barat pada laki-laki sebesar 8,1% dan perempuan sebesar 11,8%. Melihat risiko dari obesitas, maka upaya pencegahan dan pengobatan obesitas menjadi tantangan yang dihadapi kesehatan masyarakat. Pencegahan dan pengobatan obesitas sebagian besar dapat dicegahmelalui perubahan gaya hidup, terutama pola makan dan pola aktivitas. Upaya pencegahan dan pengobatan ini dapat dilakukan dengan pembatasan asupan energi (diit rendah energi) dan peningkatan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik (Astrup, 2005; Wadden et all, 2006). Hasil studi terdahulu menunjukkan bahwa untuk mencapai penurunan berat badan diperlukan pengurangan asupan energi dan perubahan komposisi diit, serta diperlukan peningkatan aktivitas fisik sehari-hari menit untuk pemeliharaan berat badan selanjutnya (Astrup, 2005). Untuk menurunkan berat badan sebanyak 0.5 sampai dengan 1 kg per minggu diperlukan asupan energi dikurangi sebanyak kkal/ hari dari kebutuhan normal(instalasi Gizi Perjan RSCM dan ASDI, 2005). Diit ini disebut diit seimbang rendah energi dengan komposisi zat gizi diharapkan tetap seimbang mengikuti anjuran dalam piramida makanan. Studi menunjukkan diit ini efektif menurunkan berat badan pada wanita dan pria obesitas sebesar kg minggu. Studi lain menunjukkan bahwa terapi aktivitas fisik tanpa disertai diit seimbang rendah energi memberikan hasil penurunan berat badan minimal. Penelitian Wing (1999) menunjukkan bahwa berjalan kaki empat kali seminggu dengan durasi menit memberikan hasil penurunan berat badan 2 3 kg selama minggu (Wadden, 2006). Penelitian ini bermaksud menganalisis perbandingan terapi penurunan berat badan antara obesitas dan over weight. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat eksperimental, berupa pemberian terapi penurunan berat badan (olah raga, diit rendah energi, dan olah raga beserta diit rendah energi) terhadap penderita obesitas dan over weight. Desain penelitian ini menggunakan Pretest-posttest with Control Group, dimana menggunakan pre test dan post test antara obesitas dan over weight dengan pemberian terapi penurunan berat badan (olah raga, diit rendah energi, dan olah raga beserta diit rendah energi), pada mahasiswa Stikes A.Yani Cimahi. Sampel penelitian diambil dari mahasiswi Stikes A.Yani Cimahi, yang berjumlah 16 orang, kriteria inklusi: mahasiswa yang mengalami obesitas dan over weight di Stikes A.Yani Cimahi, kriteria eksklusi: aktivitas subjek penelitian yang tidak bisa diganggu pada saat penelitian. 25

4 Prosedur penelitian sebelum diberikan terapi penurunan berat badan dan diit rendah energi, sujek penelitian dilakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar perut, kadar lemak tubuh. Subjek penelitian A (penderita obesitas) dalam dua minggu ada yang melakukan olah raga, diit rendah energi, dan olah raga beserta diit rendah energi. Subjek penelitian B (penderita over weight) dalam dua minggu ada yang melakukan olah raga, diit rendah energi, dan olah raga beserta diit rendah energi. Data yang terkumpul akan dianalisis secara statistik, setelah itu dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui distribusi datanya normal atau tidak. Jika data distribusi normal dilanjutkan dengan uji T berpasangan (dependen t test). Untuk mengetahui perbedaan berat badan sebelum dan sesudah pemberian terapi penurunan berat badan pada penderita obesitas dan over weight. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan penurunan berat dan antara penderita obesitas dan over weight, menggunakan uji t independen (independen t test) C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Perbedaan Berat Badan Penderita Obesitas Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Olah Raga Berat badan mahasiswa obesitas Mean SD SE p value N Sebelum terapi olah raga 75,7 12,4 7,2 0,025 3 Setelah terapi olah raga 74,4 12,4 7,2 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum terapi olah raga adalah 75,7 Kg, sedangkan rata-rata berat badan mahasiswa obesitas setelah terapi olah raga adalah 74,4 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value= 0,025 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi olah raga. Tabel 2 Perbedaan Berat Badan Penderita Obesitas Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Diit Berat badan mahasiswa obesitas Mean SD SE p value N Sebelum terapi diit 69,5 4,9 3,5 0,084 2 Setelah terapi diit 68 5,2 3,7 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum terapi diit adalah 69,5 Kg, sedangkan rata-rata berat badan mahasiswa obesitas setelah terapi diit adalah 68 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value= 0,084 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi diit. 26

5 Tabel 3 Perbedaan Berat Badan Penderita Obesitas Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Diit dan Olah Raga Berat badan mahasiswa obesitas Mean SD SE p value N Sebelum terapi diit dan olah raga 75,3 19,9 11,1 0,054 3 Setelah terapi diit dan olah raga 73,8 20,5 11,8 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum terapi diit dan olah raga adalah 75,3 Kg, sedangkan rata-rata berat badan mahasiswa obesitas setelah terapi diit dan olah raga adalah 73,8 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=0,054 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi diit dan olah raga. Tabel 4 Perbedaan Berat Badan Penderita Over Weight Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Olah Raga Berat badan mahasiswa over weight Sebelum terapi olah raga Setelah terapi olah raga Mean SD SE p value N 62 60,1 5,7 5,8 4 4,1 0,033 2 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum terapi olah raga adalah 62 Kg, sedangkan rata-rata berat badan mahasiswa over weight setelah terapi olah raga adalah 60,1 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=0,033 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi olah raga. Tabel 5 Perbedaan Berat Badan Penderita Over Weight Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Diit Berat badan mahasiswa over weight Sebelum terapi diit Setelah terapi diit Mean SD SE p value N 61,7 60,2 3,8 3,5 2,2 2 0,015 3 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum terapi diit adalah 61,7 Kg, sedangkan rata-rata berat badan mahasiswa over weight setelah terapi diit adalah 60,2 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=0,015 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit. 27

6 Tabel 6 Perbedaan Berat Badan Penderita Over Weight Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Diit dan Olah Raga Berat badan mahasiswa over weight Sebelum terapi diit dan olah raga Setelah terapi diit dan olah raga Mean SD SE p value N 67 65,1 2 2,1 1,2 1,2 0,001 3 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum terapi diit dan olah raga adalah 67 Kg, sedangkan rata-rata berat badan mahasiswa over weight setelah terapi diit dan olah raga adalah 65,1 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=0,001 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit beserta olah raga. Tabel 7 Perbedaan Penurunan Berat Badan Antara Penderita Obesitas dan Over Weight Sesudah Diberikan Terapi Olah Raga Kondisi badan mahasiswa Mean SD SE p value N Obesitas 1,3 0,4 0,2 3 0,102 Over weight 1,9 0,1 0,1 2 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata penurunan badan mahasiswa obesitas setelah terapi olah raga adalah 1,3 Kg, sedangkan rata-rata penurunan badan mahasiswa over weight setelah terapi olah raga adalah 1,9 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=0,102 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi olah raga. Tabel 8 Perbedaan Penurunan Berat Badan Antara Penderita Obesitas dan Over Weight Sesudah Diberikan Terapi Diit Kondisi badan mahasiswa Mean SD SE p value N Obesitas 1,5 0,3 0,2 2 0,822 Over weight 1,4 0,3 0,2 3 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata penurunan badan mahasiswa obesitas setelah terapi diit adalah 1,5 Kg, sedangkan rata-rata penurunan badan mahasiswa over weight setelah terapi diit adalah 1,4 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=0,822 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi diit. 28

7 Tabel 9 Perbedaan Penurunan Berat Badan Antara Penderita Obesitas dan Over Weight Sesudah Diberikan Terapi Diit dan Olah Raga Kondisi badan mahasiswa Mean SD SE p value N Obesitas 1,5 0,6 0,4 3 0,427 Over weight 1,9 0,1 0,06 3 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata penurunan badan mahasiswa obesitas setelah terapi diit adalah 1,5 Kg, sedangkan rata-rata penurunan badan mahasiswa over weight setelah terapi diit adalah 1,9 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=0,427 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi diit dan olah raga. Obesitas berhubungan dengan kelebihan lemak tubuh, obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120% berat badan ideal (Moore, 1997). Kesulitan dalam memperoleh pengukuran lemak tubuh yang akurat dalam populasi menyebabkan ukuran tinggi dan berat badan telah banyak digunakan untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas. Obesitas saat ini didefinisikan dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) (Hill, 2006). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas, pada masa anakanak dari orang tua obesitas cenderung berisiko 3-8 kali menjadi obesitas dibandingkan dari orang tua dengan berat badan normal, walaupun mereka tidak dibesarkan oleh orang tua kandungnya. Pengaruh keluarga (misal penggunaan makanan sebagai hadiah, tidak boleh makan makanan pencuci mulut sebelum semua makanan di piring habis) membantu pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan obesitas. Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian, berduka, atau depresi; dapat merupakan respon terhadap rangsangan dari luar seperti iklan makanan atau kenyataan bahwa ini adalah waktu makan. Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya umur, dan ini sering menyebabkan peningkatan berat badan pada usia pertengahan; pada beberapa contoh, kelainan endokrin seperti hipotiroidi bertanggung jawab untuk obesitas. Apapun penyebab dasarnya, 29

8 faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi kalori yang berlebihan dari energi yang dibutuhkan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengobati kejadian obesitas salah satunya dengan cara olah raga atau aktifitas fisik. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi olah raga (p value= 0,025). Kemudian ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi olah raga (p value=0,033). Olah raga atau aktivitas fisik yang dimaksud adalah aktivitas yang melibatkan gerakan yang banyak dari otot-otot besar yaitu dengan melakukan olahraga, dengan demikian akan mampu mempromosikan kehilangan lemak sambil mempertahankan massa otot. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, peserta diit harus melakukan olahraga sedikitnya 3 kali dalam seminggu, menggunakan sedikitnya 300 kkal setiap kali berolahraga, atau 4 hari per minggu yang membakar 200 kkal (Moore, 1997). Selain dengan olahraga, seseorang dapat meningkatkan energi yang dikeluarkan selama aktivitas sehari-hari. Sebagai contoh seseorang dapat memarkir kendaraan lebih jauh dari tempat berbelanja, berjalan kaki daripada berkendaraan bila memungkinkan, menggunakan segala sesuatu secara manual daripada menggunakan alat dengan tenaga listrik, dan menggunakan tangga daripada eskalator atau elevator (Moore, 1997). Cara kedua yang dapat dilakukan untuk menurunkan berat badan adalah diit rendah energy. Diit ini berdasarkan pada makanan yang biasa dipilih dari semua kelompok makanan, meskipun kalori rendah, tetapi cukup semua zat gizi.diit ini adalah pilihan terbaik pada individu dengan berat badan kurang dari 30% dari kelebihan berat dan diijinkan kehilangan sekitar kg per minggu. Satu kilogram lemak tubuh sama dengan sekitar 7000 kkal. Obesitas yang berat tidak hanya mengandung lemak lebih banyak tetapi juga massa otot yang lebih besar dibandingkan individu yang kurang gemuk. Akibatnya obesitas ringan akan kehilangan lebih banyak massa otot selama pembatasan kalori dibandingkan orang dengan obesitas berat (Moore, 1997). 30

9 Diet seimbang energi rendah diberikan kepada pasien dengan IMT > 25 kg/m 2.Diberikan setelah dilakukan konsultasi perorangan.diit dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien.diet diberikan sampai tercapai berat badan normal. Diit ini mengandung energi di bawah kebutuhan normal, cukup vitamin dan mineral, tinggi serat yg penting dalam proses penurunan berat badan. Diet ini membatasi makanan padat energi (seperti: kue-kue yang tinggi gula dan lemak, goring-gorengan). Tujuan diit ini adalah (1) mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai umur, gender dan kebutuhan fisik, (2) Mencapai IMT normal, yaitu kg/ m 2, (3) Mengurangi asupan energi untuk mencapai penurunan BB ½ sd 1 kg / minggu. Evaluasi diit ini dapat dilakukan dengan mengecek penurunan kadar lemak subkutan dan lingkar pinggang. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit (p value=0,015). Kemudian hasil penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit beserta olah raga (p value=0,001). Hal ini membuktikan bahwa proses diit dapat manurunkan berat badan pada mahasiswa over weight, hal ini terjadi karena pada orang yang mengalami over weight struktur lemak dalam tubuhnya belum mengalami perlengketan yang kuat, sehingga lemak dalam tubuhnya masih relatif mudah untuk dilakukan proses pemecahan dengan terapi diit. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi diit (p value= 0,084). Kemudian tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi diit dan olah raga (p value=0,054). Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa terapi diit tidak memberikan dampak yang berarti dalam menurunkan berat badan, hal ini terjadi karena pada orang yang mengalami obesitas struktur lemak dalam tubuhnya sudah mengalami perlengketan yang kuat, sehingga lemak dalam tubuhnya relatif tidak mudah untuk dilakukan proses pemecahan dengan terapi diit. Kemudian hal ini terjadi karena proses diit baru dilakukan selama dua minggu, untuk melihat dampak terapi diit pada orang obesitas yang maksimal membutuhkan waktu yang lama, minimal satu bulan. 31

10 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi olah raga, diit, olah raga dan diit. Upaya pengobatan obesitas perlu dilakukan dalam rangka menurunkan risiko penyakit akibat obesitas.pengobatan obesitas dilakukan setelah melalui tahapan penilaian fisik (physical assessment), evaluasi psikososial (phsycosocial evaluation), penilaian kebiasaan makan dan aktivitas (assessment of eating and activity habits), kesiapan penurunan berat badan (weight loss readiness) dan pemilihan pengobatan (selecting treatment). Pengobatan obesitas dilakukan melalui intervensi diit rendah energi (low energy diet), aktivitas fisik (physical activity) untuk mengontrol berat badan, terapi perilaku (behavior activity), pengobatan secara farmakologi (pharmacologic treatment), dan pengobatan bedah (surgical treatment). Indikator keberhasilan pengobatan obesitas dapat dikaji melalui pengukuran indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, lemak subkutan. D. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dengan menggunakan percobaan dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi olah raga. 2. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi diit. 3. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi diit dan olah raga. 4. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi olah raga. 5. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit. 6. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit beserta olah raga. 7. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi olah raga. 8. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi diit. 32

11 9. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi diit dan olah raga. Saran 1. Bagi masyarakat dapat melakukan pencegahan dan pengobatan terjadinya obesitas dan over weight dengan cara perubahan gaya hidup, terutama pola makan dan pola aktivitas. Upaya pencegahan dan pengobatan ini dapat dilakukan dengan pembatasan asupan energi (diit rendah energi) dan peningkatan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik atau olah raga. 2. Implementasi pengobatan penderita obesitas adalah menurunkan lemak tubuh untuk mencapai berat badan antara 20% berat badan ideal, mengembangkan kebiasaan makan yang lebih sehat, mencegah kehilangan massa otot selama penurunan berat badan, mempertahankan penurunan berat badan 3. Upaya pengobatan obesitas perlu dilakukan dalam rangka menurunkan risiko penyakit akibat obesitas. 4. Bagi penderita over weight terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan berat badan dapat memilih olah raga atau diit, tapi kalau ingin cepat berhasil kombinasi keduanya. 5. Bagi penderita obesitas terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan berat badan dapat memilih olah raga atau diit, tapi kalau ingin cepat berhasil kombinasi keduanya, tetapi diit harus dilakukan selama lebih dari satu bulan. 33

12 DAFTAR PUSTAKA Adriani, Merryana dan Bambang Wirjatmadi Pengantar Gizi Masyarakat. Edisi I. Penerbit Kencana Prenada Media Grup. Jakarta Astrup, Arne: Obesity in Geissler, Catherine and Hilary Powers Human Nutrition. Eleventh Edition. Elsevier Churchill Livingstone. Philadelphia. USA Brown, Judith E. et all Nutrition Through The Life Cycle. Second Edition. Thomson Wadsworth. Belmont USA Gibson, Rosalind S Principles of Nutritional Assessment: Body Mass Index in Adults. Second Edition.Oxford University Press. New York Hill, James O et all. : Etiology Obesity in Shils, Maurice et all Modern Nutrition in Health and Disease 2. Tenth Edition. Lippincott Williams and Wilkins. Philadephia USA Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia Editor Sunita Almatsier. Penuntun Diet edisibaru. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Khomsan, Ali Pangandan Gizi untuk Kesehatan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Mark, Allyn L. Dietary Therapy for Obesity: An Emperor With No Clothes. Hypertension. 2008;51: ; originally published online May 12, 2008; Downloaded from by guest on October 23, 2013 Moore, Mary Courtney Terapi Diet dan Nutrisi.Edisi II. Penerbit Hipokrates. Jakarta Seidell, Jacob C and Tommy LS Visscher: Public Health Aspect of Over nutrition in Gibney Michael et all Public Health Nutrition. Blackwell Publishing. Oxford UK Sjostrom, Michael et all: Assessment of Physical Activity in Gibney Michael et all Public Health Nutrition. Blackwell Publishing. Oxford UK Wadden, Thomas A, et all : Obesity Management in Hill, James O et all. : Etiology Obesity in Shils, Maurice et all Modern Nutrition in Health and Disease 2. Tenth Edition. Lippincott Williams and Wilkins. Philadephia USA Wardlaw, Gordon M and Jeffrey S. Hampl Perspectives in Nutrition: Energy Balance and Weight Control. Seventh Edition Hill. New York Perspectives in Nutrition: Nutrition, Fitness and Sports. Seventh Edition Hill. New York 34

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden of malnutrition) yaitu kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gemuk merupakan suatu kebanggaan dan merupakan kriteria untuk mengukur kesuburan dan kemakmuran suatu kehidupan, sehingga pada saat itu banyak orang berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kegemukan bukanlah hal baru dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan kebanggaan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas atau kegemukan adalah keadaan yang terjadi apabila kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelebihan berat badan saat ini merupakan masalah yang banyak terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur lebih dari 30 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja tentunya ingin menampilkan tampilan fisik yang menarik. Banyak remaja putra berkeinginan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegemukan sudah lama menjadi masalah. Bangsa Cina kuno dan bangsa Mesir kuno telah mengemukakan bahwa kegemukan sangat mengganggu kesehatan. Bahkan, bangsa Mesir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, pada saat ini menghadapi masalah yang berhubungan dengan pangan, gizi dan kesehatan. Dalam bidang gizi, Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia telah meningkat hampir dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2008.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung menunjukkan masalah gizi ganda, disamping masih menghadapi masalah gizi kurang, disisi lain pada golongan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian kesehatan umum pada populasi dunia, jauh dari target yang diharapkan di tahun 2020 (Balaban, 2011). Sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan dan obesitas menjadi masalah kesehatan yang serius di berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia menghadapi masalah gizi ganda diantaranya prevalensi gizi kurang dan meningkatnya prevalensi obesitas. Obesitas tidak lagi di anggap sebagai masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transformasi luar biasa dibidang ekonomi dan urbanisasi telah mengubah struktur demografi sosial di Indonesia sehingga menyebabkan pergeseran besar dalam pola makan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi kurang yang ada di Indonesia masih belum teratasi dengan baik. Saat ini Indonesia telah dihadapkan dengan masalah gizi baru yaitu masalah gizi lebih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan yang berlangsung cepat dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial atau tingkah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang digunakan untuk menilai status gizi seorang individu. IMT merupakan metode yang murah dan mudah dalam mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Dengan hormat, Nama Saya Huriah Menggala Putra, sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah mengubah pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat. Mereka lebih memilih makanan yang mengandung lemak dan kalori tinggi dengan serat rendah (Nugrahaeni,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Besarnya masalah overweight dan obesitas telah diakui sebagai masalah kesehatan global oleh Badan Kesehatan Dunia yaitu World Health Organization (WHO). Dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek yang muncul sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular serta diabetes mellitus tipe 2. Komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight merupakan masalah kesehatan dunia dengan jumlah prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas fisik merupakan suatu pergerakan tubuh, dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi (WHO, 2011). Aktifitas fisik menurut Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus (DM). Permasalahan obesitas sekarang ini semakin banyak begitu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah akumulasi lemak secara berlebihan atau abnormal dalam tubuh yang dapat mengganggu kesehatan. Distribusi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian a. Pre Test Data yang terkumpul merupakan datalingkar Lengan Atas, Lingkar Panggul dan Lingkar Pinggul yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara 1 BAB I PENDAHULUAN a) Latar Belakang Peningkatan kemakmuran seseorang ternyata diikuti dengan perubahan gaya hidup. Pola makan mulai bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak

Lebih terperinci

Masalah Kelebihan Berat Badan pada Orang Dewasa di Indonesia. Sihadi. Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI

Masalah Kelebihan Berat Badan pada Orang Dewasa di Indonesia. Sihadi. Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI Majalah Kedokteran FK UKI 2010 Vol XXVII No.3 Juli -September Tinjauan Pustaka Masalah Kelebihan Berat Badan pada Orang Dewasa di Indonesia Sihadi Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI Abstrak Berat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda, dimana masalah penyakit menular dan gizi kurang yang belum teratasi, kini bertambah dengan adanya peningkatan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak tubuh yang berlebihan atau abnormal sehingga menimbulkan risiko bagi kesehatan, antara lain adalah penyakit kardiovaskular,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak di dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Overweight Overweight (kelebihan berat badan atau kegemukan) didefinisikan sebagai berat badan di atas standar. Pengertian lainnya overweight adalah kelebihan berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor penyebab terjadinya beberapa penyakit kronis sehingga mengakibatkan umur harapan hidup (UHH) seseorang menurun adalah obesitas. World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah di dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan sejak tahun 2008 sebanyak 2,8 juta penduduk meninggal setiap tahun terkait overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan di bidang sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup khususnya di daerah perkotaan di Indonesia, jumlah penyakit degeneratif khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan (obesitas) merupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, definisi sehat adalah keadaan sejahtera, sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada saat ini telah menjadi masalah kesehatan dan berhubungan dengan terjadinya peningkatan penyakit tidak menular (Bener, 2006). Prevalensi obesitas meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi lebih dan masalah gizi kurang merupakan masalah yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Obesitas merupakan sinyal pertama dari munculnya kelompok penyakit-penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dahulu badan gemuk dianggap sebagai simbol kemakmuran karena umumnya masalah kegemukan banyak dijumpai di negara kaya seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak didalam tubuh yang lebih dari normal sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit yang dapat mengurangi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol serum (hiperkolesterolemia) merupakan salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi utama hiperkolesterolemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat terjadi seiring dengan meningkatnya arus globalisasi, perkembangan teknologi dan industri. Hal ini juga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi kurang dan gizi lebih. Tahun 2013, masalah gizi ganda Indonesia pada dewasa diatas 18 tahun 13,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman, 2000). Di bidang gizi telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu tantangan yang paling serius. Masalahnya adalah global dan terus mempengaruhi negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, khususnya

Lebih terperinci

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight? Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan World Health Organization (WHO) tahun 1995 menyatakan bahwa batasan Berat Badan (BB) normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu kelompok penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.A.Latar Belakang. Obesitas merupakan kondisi akumulasi berlebih lemak. dalam tubuh maupun jaringan adiposa (Prentice & Jebb,

BAB I PENDAHULUAN. I.A.Latar Belakang. Obesitas merupakan kondisi akumulasi berlebih lemak. dalam tubuh maupun jaringan adiposa (Prentice & Jebb, BAB I PENDAHULUAN I.A.Latar Belakang Obesitas merupakan kondisi akumulasi berlebih lemak dalam tubuh maupun jaringan adiposa (Prentice & Jebb, 2001). Kondisi ini sering dikaitkan sebagai faktor risiko

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya masalah kesehatan dipengaruhi oleh pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n =

METODE PENELITIAN. n = 24 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengumpulan variabel independen dan dependen dilakukan pada satu waktu yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, salah satunya kehidupan sosial ekonomi dunia. Sejak pertengahan 2007,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, salah satunya kehidupan sosial ekonomi dunia. Sejak pertengahan 2007, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya era globalisasi memberikan pengaruh besar pada segala aspek kehidupan, salah satunya kehidupan sosial ekonomi dunia. Sejak pertengahan 2007, kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin

Lebih terperinci