BAB V PENUTUP. 1. Bentuk-bentuk wanprestasi dalam perjanjian costume maker dan cosplayer

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Bentuk-bentuk wanprestasi dalam perjanjian costume maker dan cosplayer Berdasarkan penelitian lapangan dan pustaka yang dilakukan oleh peneliti, wanprestasi dalam perjanjian ini dapat dilakukan oleh siapa saja, apakah cosplayer ataupun costume maker. Wanprestasi-wanprestasi itu diantaranya : a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya, salah satu contoh pada kasus cosplayer berdasar kesepakatan sudah melunasi sebuah kostum, namun costume maker tidak segera memberikan kostum, kemudian costume maker menghilang tanpa memberikan kostum yang diperjanjikan tersebut. b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan, salah satu contoh pada kasus Cosplayer A yang telah menyepakati suatu harga kepada costume maker yaitu Rp ,00 namun ketika kostum tersebut sudah selesai, costume maker memberi tambahan harga kostum Rp dengan alasan kostum tersebut rumit pembuatannya. c. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat, salah satu contoh pada kasus cosplayer yang memesan kostum kepada costume maker, sudah ada kesepakatan, pelunasan dan pengiriman barang oleh costume maker melalui pihak

2 ketiga yaitu jasa pengiriman, namun barang terlambat datang akibat kelalaian pihak ketiga Didalam perjanjian antara costume maker dan cosplayer tersebut, wanprestasi yang banyak dilakukan adalah tidak melakukan prestasi sama sekali. Pada pihak cosplayer bentuk wanprestasinya yaitu tidak melakukan kewajibannya sebagai pembeli yaitu menyerahkan uang atas objek perjanjian, dengan berbagai alasan diantaranya seperti barang jelek atau tidak memiliki uang. Jika di pihak costume maker, wanprestasi yang banyak terjadi adalah dalam hal melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana dijanjikan, tidak melakukan prestasi sama sekali, barang yang menjadi objek perjanjian mengandung cacat tersembunyi, barang yang diperjanjikan tidak sesuai dengan kesepakatan. Pihak ketiga yaitu jasa pengiriman ikut berperan dalam perjanjian yang menggunakan via online yang terjadi tanpa tatap muka langsung. Barang yang dikirim oleh jasa pengiriman seringkali hilang atau musnah diperjalanan sehingga dapat dijadikan alasan oleh cosplayer untuk tidak membayar barang tersebut. 2. Upaya penyelesaian hukum bagi kasus wanprestasi yang dilakukan oleh costume maker terhadap cosplayer yang baik sudah dewasa maupun belum dewasa

3 Perjanjian yang dilakukan cosplayer dan costume maker tersebut lebih banyak berdasarkan hubungan pertemanan dan kepercayaan yang berlebih. Hal ini dikarenakan costume maker biasanya juga merupakan seorang cosplayer sehingga pelanggan rata-rata adalah teman sesama cosplayer. Perjanjian seperti ini menjadi kurang berkekuatan hukum karena mereka tidak membuat bukti tertulis, sehingga apabila terjadi wanprestasi menjadi sulit mencari jalan keluarnya. Jadi penyelesaian masalah yang dapat dilakukan pertama adalah melalui jalan negoisasi membuat kesepakatan yang menguntungkan para pihak. Jalan musyawarah mufakat merupakan langkah yang baik dilakukan sebelum melangkah ke ranah pengadilan. Wanprestasi yang dilakukan oleh anak dibawah umur yang menjadi pihak dalam perjanjian dapat dimintakan pertanggungjawaban dari orang tuanya karena merupakan anak yang masih dibawah perwalian orang tuanya menurut Pasal 330 KUHPerdata. Selain itu, dapat dimintakan pembatalan perjanjian dari salah satu pihak. Apabila menangani masalah wanprestasi oleh orang yang sudah dewasa dapat menggunakan cara-cara yang diatur dalam KUHPerdata seperti pembatalan perjanjian, pemenuhan prestasi, meminta ganti rugi, mengajukan tuntutan action redhibitoria yaitu pengembalian barang dan harga, dan action quanti minoris yaitu pengurangan harga pembelian.

4 B. Saran Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti kepada para pihak terkait permasalahan ini yaitu : 1. Perjanjian hendaknya harus memenuhi syarat sah perjanjian seperti kesepakatan para pihak, kecakapan pihak yang melakukan perjanjian, suatu hal tertentu, dan sebab yang halal, supaya dapat mengurangi wanprestasi yang mungkin dapat terjadi, karena memang tidak terelakkan bahwa wanprestasi tersebut dapat terjadi kapanpun dan dapat dilakukan oleh siapapun. Adanya bukti tertulis dan data diri pribadi para pihak yang jelas sangat diperlukan sebagai antisipasi perbuatan wanprestasi. 2. Selain memenuhi syarat perjanjian, para pihak juga harus memperhatikan asasasas yang ada seperti itikad baik, konsensualisme, kepastian hukum agar perjanjian dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan dan menguntungkan para pihakpihaknya. Selain itu perlu tindakan kehati-hatian sebelum melakukan perjanjian apalagi yang berhubungan dengan perjanjian yang menggunakan media online. Kehati-hatian diwujudkan, bagi cosplayer, dengan pintar memilih mana costume maker yang dapat dipercaya dengan melihat review di internet dan berdasar rekomendasi dari teman-teman. Bagi costume maker dengan memperbaiki kualitas barang serta membungkusnya dengan aman apabila menggunakan jasa pengiriman serta memiliki data-data yang jelas mengenai pelanggan

5