BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertian Kualitas Kata kualitas sering kita dengar sebagai pernyataan seberapa baik suatu produk atau suatu pelayanan. Pada beberapa perusahaan manufaktur seperti PT. PUTRABANGUN RUBBERINDO, kualitas dapat diindikasikan sebagai suatu produk yang memenuhi beberapa karakteristik fisik yang telah ditentukan. Menurut kamus webster, kualitas dikatakan sebagai sesuatu hal yang membuat sesuatu hal sebagai hal tersebut; elemen karakteristik; suatu dasar; derajat keunggulan sesuatu hal; atau keunggulan. ANSI/ASQ (American Society of Quality) mencatat definisi kualitas sebagai suatu totalitas dari fitur dan karakteristik dari suatu produk atau servis yang bergantung pada kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang ada. David Garvin, seorang ahli di bidang kualitas membedakan kualitas menjadi lima definisi sebagai berikut: a. Definisi transcendent (kualitas relatif) Kualitas adalah sesuatu yang secara umum telah diakui. Berhubungan dengan perbandingan fitur dan karakteristik produk. b. Definisi berbasiskan produk Kualitas adalah ketepatan dan keterukuran variabel. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan kuantitas beberapa atribut produk. c. Definisi berbasiskan pengguna 9

2 10 Kesesuaian terhadap kegunaan yang diinginkan oleh pengguna. d. Definisi berbasiskan produsen Kesesuaian terhadap spesifikasi yang diinginkan oleh produsen. Misalnya kandungan bahan baku yang digunakan, lama penggunaan mesin, dan lain-lain. e. Definisi berbasiskan nilai Definisi kualitas dikaitkan dengan biaya dan harga. Suatu produk dikatakan berkualitas jika produk tersebut menyediakan kinerja tertentu pada tingkat harga yang dapat diterima atau sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Menurut Vincent Gaspersz (1997,p1-), definisi kualitas dalam konteks pembahasan tentang statistik pengendali proses dikatakan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu produk yang dihasilkan, agar memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal. Dengan demikian kualitas dalam konteks statistik pengendali proses adalah bagaimana baiknya suatu output (barang atau jasa) itu memenuhi spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain dari suatu perusahaan. Spesifikasi dan toleransi yang diterapkan oleh bagian desain produk yang disebut sebagai kualitas desain (quality of design) harus berorientasi kepada kebutuhan atau keinginan konsumen atau orientasi pasar. Hal ini dimaksudkan agar sesuai dengan konsep proses industri modern yang diciptakan oleh Dr. William Edwards Deming, seorang guru manajemen kualitas dari Amerika Serikat, yaitu Roda Deming (Deming s Wheel). Konsep Roda Deming (Deming s Wheel) terdiri dari empat

3 11 komponen yang terus berputar, yaitu: 1) Riset pasar; ) Desain produk; 3) Proses produksi; 4) Proses pemasaran. 1 Riset pasar untuk mengetahui keinginan pasar (konsumen) 4 Pemasaran produk dengan pelayanan purna jual yang baik Desain produk sesuai keinginan pasar (konsumen) 3 Proses produksi secara efektif dan efisien sesuai desain produk Gambar.1 Deming s Wheel Namun dari berbagai definisi di atas, menyatakan secara sederhana bahwa kualitas adalah memenuhi kebutuhan dan standar dari pelanggan. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan standar pelanggan amat vital, kemampuan suatu perusahaan untuk kompetitif dalam kualitas tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan profit dari perusahaan, tetapi juga krusial untuk kelanjutan masa depan dari perusahaan tersebut pada bisnis yang ditekuni.

4 1. Pengertian Proses Proses adalah suatu transformasi dari sekumpulan input yang dapat berupa material, aksi, metoda ataupun operasi-operasi untuk menghasilkan output yang diinginkan. Setiap proses akan dianalisa dengan memeriksa input dan output suatu proses, hal ini akan membantu dalam meningkatkan kualitas. Output dari suatu proses akan dikirim pada pelanggan, dalam hal ini sangat jelas bahwa untuk bisa mengirimkan suatu produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan amat diperlukan untuk bisa mendefinisikan, memonitor dan mengontrol suatu proses input dengan baik. Sebuah proses dalam kaitannya dengan kualitas adalah suatu upaya perbaikan terus-menerus (continuous improvement) dan tiada habisnya. Proses produksi berada pada tahap ketiga pada Roda Deming, yang berarti suatu proses produksi akan terus dievaluasi dan dikembangan bersamaan dengan sederetan tahapan Roda Deming lainnya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas suatu produk..3 Pengertian Pengendalian Pengendalian (control) adalah memonitor semua proses produksi dan mengusahakan agar output dari suatu proses berada di dalam kontrol atau berada pada kondisi tertentu dalam kaitannya sebagai produk yang berkualitas. Hal ini mengacu pada performa dari suatu proses dan timbal balik yang dibutuhkan untuk melakukan aksi koreksi jika ada output dari proses yang tidak biasanya atau di luar kontrol. Di dalam kontrol atau proses berjalan secara normal (tidak ada keragaman secara signifikan) berarti output dari proses dapat diprediksikan, hal ini berarti kualitas dari output suatu proses dapat diprediksikan. Sebaliknya, apabila output berada di luar kontrol, maka dapat dikatakan output dari suatu proses tidak dapat diterka. Oleh sebab itu, ada kontrol

5 13 ini harus menyakinkan bahwa proses memperoleh input yang benar dan sesuai, jika tidak maka perlu diambil suatu tindakan penyesuaian..4 Statistik Pengendalian Proses (SPP) Statistik Pengendalian Proses (SPP) atau Statistic process control (SPC) adalah suatu terminologi yang mulai digunakan sejak tahun 1970-an untuk menjabarkan penggunaan teknik-teknik statistika (statistical techniques) dalam memantau dan meningkatkan performansi proses menghasilkan produk berkualitas. Pada tahun 1950-an hingga tahun 1960-an digunakan terminologi statistic quality control (SQC) yang memiliki pengertian yang sama dengan SPP. Konsep dasar dari statistik pengendalian proses adalah untuk memperbandingkan apa yang dimaksud dengan proses normal yang berdasarkan pada kumpulan data dari periode operasi normal, dengan apa yang terjadi sekarang ini yang berdasarkan pada sampel data dari operasi yang sedang berlangsung. Data yang dikumpulkan dari operasi pada kondisi normal digunakan untuk menyusun peta kontrol (control chart) dan batasan kontrol (control limit). Control chart dan control limit itu sendiri disusun berdasarkan teori statistik yang relevan atau berkaitan dengan data yang dimasukkan. Control limit dirancang sedemikian sehingga jika operasi yang sedang berlangsung tidak terlalu berbeda dengan operasi normal, maka statistik yang dihitung dari data yang sedang berlangsung berada didalam control limit. Sebaliknya, jika operasi yang sedang berlangsung menunjukkan perbedaan yang mencolok dengan operasi normal, maka statistik yang dihitung dari data yang sedang

6 14 berlangsung akan berada diluar control limit. Kondisi seperti ini dikatakan sebagai kondisi diluar kontrol (out of control condition). Dalam teori statistic process control, kondisi diluar kontrol biasanya disebabkan oleh sebab-sebab yang telah diketahui dengan tidak diketahui pasti (random cause) seperti emosi pekerja pabrik, atau bisa juga dikarenakan oleh sebab khusus (special cause) seperti misalnya perubahan bahan baku yang dilakukan secara mendadak, degradasi atau penyalahgunaan mesin, penggantian operator mesin, perubahan musim dan lain-lain. Jika kondisi diluar kendali ini terjadi, maka biasanya proses produksi akan dihentikan untuk mencegah adanya produk yang tidak sesuai dengan kualitas yang seharusnya, lalu pihak terkait akan melakukan penyelidikan untuk mencari tahu apa penyebab kondisi ini bisa terjadi lalu dan menghilangkan penyebab itu. Sehingga dengan demikian maka kualitas produk yang dihasilkan akan terjaga..4.1 Statistik Pengendalian Proses Multivariat Statistik Pengendalian Proses (SPP) berdasarkan jumlah variabelnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu univariate statistical process control (statistik pengendali proses univariat), dimana hanya ada satu variabel yang berpengaruh terhadap proses; dan multivariate statistical process control (statistik pengendali proses multivariat) yang melibatkan lebih dari satu variabel yang memiliki pengaruh terhadap proses. Perbedaan jumlah variabel tentu memiliki pengaruh terhadap perhitungan statistik yang harus dijalankan, dimana SPP univariat lebih mudah dilakukan karena hanya melibatkan satu variabel, tetapi pada kenyataannya, pada dunia industri jumlah variabel yang berpengaruh terhadap suatu proses produksi terdapat lebih dari satu variabel. Karena itulah, SPP multivariat lebih banyak digunakan.

7 15.4. Statistik Pengendalian Proses (SPP) sebagai Model Pencegahan Salah satu masalah utama pada perusahaan manufaktur sekarang ini adalah masih ada perusahaan manufaktur menggunakan model quality control yang masih sederhana dengan menemukan produk yang cacat setelah semua proses produksi selesai. Hal ini disebut juga sebagai detection model atau model deteksi. Sayangnya, walau sistem ini tetap dapat memonitor kualitas produk dengan baik, namun sistem ini tidak efisien dan memiliki biaya operasional yang cukup tinggi. Model deteksi bergantung pada sekumpulan pemeriksa yang menguji produk pada hasil akhir dari keseluruhan proses produksi untuk menangkap apakah ada produk yang cacat (defect) atau tidak. Metode pengendali kualitas seperti ini tidak efisien, tidak ekonomis dan tidak dapat diandalkan. Hal ini tidak dapat disangkal, mengingat banyaknya jumlah uang, waktu, dan material produksi yang dapat dihabiskan untuk memonitor dan mengevaluasi suatu produk yang cacat atau yang tidak memenuhi standar kualitas. Model deteksi dikatakan tidak ekonomis dan tidak efisien karena untuk mengetahui apakah suatu produk dapat dikategorikan cacat atau tidak penguji perlu menunggu semua proses produksi selesai dan menghasilkan suatu produk. Hal ini akan menyebabkan peningkatan biaya operasional dan waktu yang terbuang sia-sia apabila ada produk yang cacat, karena produk tersebut mungkin saja sudah cacat pada proses awal, sehingga pada proses kedua hingga proses akhir dapat dikatakan suatu proses yang sia-sia dan menghambur-hamburkan waktu serta material produksi. Proses yang sia-sia ini akan menambah biaya operasional yang tidak perlu dan dapat membuat waktu pengiriman (delivery) menjadi terlambat. Oleh karena itu, model deteksi ini tidak dapat diandalkan.

8 16 Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perusahaan manufaktur dapat menggunakan Statistik Pengendalian Proses (SPP) karena SPP lebih mengarah ke prevention model atau model pencegahan, yang dapat menggantikan model deteksi. Statistik digunakan untuk memonitor, mengevaluasi dan meningkatkan tiap-tiap proses produksi secara sistematis, sehingga produksi dari material yang dibawah standar kualitas akan dicegah sedini mungkin. Pada dasarnya, model pencegahan dengan SPP akan mengurangi atau bahkan meniadakan pemborosan yang harus disebabkan oleh model deteksi. Jika cacat pada produk sudah ditemukan pada awal proses produksi, maka tindakan dapat segera diambil untuk memperbaiki proses sehingga cacat produk dapat diperbaiki pada proses berikutnya. Model ini memantau proses sehingga penyesuaian yang dibutuhkan dapat segera dilakukan sebelum produk tersebut menjadi produk yang cacat atau sebelum kualitas produk tersebut menurun lebih jauh lagi. Statistik pengendali proses (SPP) telah menjadi inti dari peningkatan kualitas dan juga pemeliharaan kualitas. Proses analisis mengarah kepada tindakan yang sesuai untuk meraih dan memelihara suatu kondisi kontrol statistik dan untuk mengurangi keragaman pada proses. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa tantangan terbesar dalam meraih kualitas yang baik adalah bagaimana menekan tingkat keragaman pada titik yang serendah mungkin. Konsep utama SPP adalah mencegah dengan cara mendeteksi adanya masalah sejak awal. Untuk setiap aplikasi statistik, seperti peta kontrol (control chart) atau histogram, ada suatu bentuk atau pola yang diharapkan, dan saat bentuk atau pola sebenarnya ternyata berbeda dengan yang diharapkan, maka dapat disimpulkan bahwa ada suatu masalah dalam proses tersebut. Masalah yang paling potensial harus diselidiki dan diselesaikan. Jadi, SPP itu sendiri tidak akan meningkatkan kualitas, hanya tindakan

9 17 yang paling tepat yang dapat menanggapi hasil analisis statistik SPP yang dapat meningkatkan dan/atau memelihara kualitas..4.3 Manfaat dari Statistik Pengendalian Proses (SPP) Dalam implementasinya pada proses produksi, Statistik Pengendalian Proses (SPP) memiliki beberapa manfaat utama, yaitu: Mempertahankan konsistensi suatu produk dan layanan yang akan memenuhi spesifikasi produksi, standar dan kebutuhan pembeli. Mengurangi keragaman output produksi dan membawa output produksi ke suatu tingkatan yang sesuai dengan spesifikasi sehingga output proses akan memenuhi desain kualitas yang diharapkan. Konsistensi mengarah kepada proses yang dapat diprediksi, yang dapat menguntungkan perusahaan dengan membantu manajemen untuk memenuhi target kualitas dan kuantitas. Meminimalisasi biaya produksi. Hal ini bisa terwujud karena Statistik Pengendalian Proses (SPP) pada implementasinya memonitor kualitas produk dari semua proses, dari proses awal hingga akhir, bukan hanya dari hasil akhir dari produksi, sehingga biaya-biaya produksi yang disebabkan karena produk yang cacat karena proses yang tidak termonitor dapat ditekan serendah mungkin dan menghasilkan suatu produk yang sudah terjamin kualitasnya dari satu proses ke proses lainnya. Memudahkan pihak manajemen dan operator Quality Control (QC) untuk mengambil keputusan dalam kaitannya dengan menjaga dan peningkatan

10 18 kualitas suatu produk karena proses produksi yang termonitor dengan baik oleh SPP. Implementasi SPP ini dapat lebih baik lagi apabila pihak manajemen dan operator Quality Control (QC) memiliki alat bantu (tools) yang baik seperti SPP yang sudah terkomputerisasi. Dengan alat bantu ini akan semakin mempermudah, mempercepat dan mengefisienkan pekerjaan pihak manajemen dan operator Quality Control (QC) karena dengan alat bantu ini semua perhitungan sudah terkomputerisasi dan dapat memberikan informasi yang mudah dicerna dalam bentuk grafik, sehingga dapat memberikan waktu lebih pada pihak manajemen dan operator Quality Control (QC) untuk memikirkan strategi-strategi atau keputusan-keputusan terutama dalam hal evaluasi dan peningkatan proses produksi..4.4 Control Charts sebagai bagian dari Statistik Pengendalian Proses (SPP) Pada prakteknya SPP bisa dilakukan dengan 7 metode, yaitu dengan menggunakan histogram, cause and effects diagram, check sheets, pareto diagram, defect concentration diagrams, scatter diagram, dan control charts. Pada kali ini yang akan kita bahas adalah control charts. Control chart adalah suatu grafik yang digunakan untuk mengamati kualitas secara rutin. Berdasarkan jumlah variabel yang diteliti dan dikontrol, control chart terbagi menjadi dua macam, yaitu univariate control chart dimana variabel yang diteliti dan dikontrol hanya satu saja; dan multivariate control chart untuk variabel yang diteliti lebih dari satu. Tetapi karena pada prakteknya ada banyak variabel yang mempengaruhi kualitas proses maka multivariate control chart lebih banyak digunakan. Pada awalnya

11 19 multivariate control chart sulit diaplikasikan karena melibatkan perhitunganperhitungan yang rumit dan juga menggunakan matriks yang biasanya sulit dimengerti. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi komputasi, maka multivariate control chart dapat dilakukan dengan mudah dan dapat membantu pihak perusahaan untuk mengendalikan proses untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas yang terjaga. Salah satu bentuk dari multivariate control chart dan yang penulis pakai dalam penulisan skripsi ini adalah T Shewhart Chart Penggunaan Control Chart Pada dasarnya semua setiap proses produksi pasti memiliki keragaman, namun pihak manajemen maupun operator Quality Control (QC) harus mampu memonitor dan mengendalikan proses dengan cara meminimalkan keragaman yang terjadi pada tiap-tiap proses produksi. Control Chart (peta kontrol) dapat merupakan alat bantu yang ampuh dalam memonitor dan mengendalikan proses, apabila penggunaannya dipahami secara benar. Pada dasarnya peta kontrol digunakan untuk: a. Menentukan apakah suatu proses berada dalam kendali (control) secara statistika. Dengan demikian peta-peta kontrol digunakan mengetahui apakah suatu keadaan terkendali secara statistika atau tidak, dimana apabila semua nilai rata-rata dan range atau kisaran dari sub-sub kelompok (subgroup) contoh (sample) berada dalam limit-limit kendali (control limit) maka kondisi ini dapat dikatakan tidak ada keragaman secara signifikan. b. Memantau proses terus menerus sepanjang waktu agar proses produksi tetap stabil secara statistika dan hanya mengandung keragaman yang terjadi karena random cause.

12 0 c. Menentukan kemampuan proses (process capability). Setelah proses berada dalam kendali statistika, batas-batas dari keragaman proses dapat ditentukan T Shewhart Chart Pada tahun 194, Walter. A. Shewhart di Bell Telephone Laboratories menciptakan suatu grafik kontrol statistika. Untuk mengontrol variabel-variabel penting pada proses produksi. Grafik ini diperkirakan cikal bakal dari permulaan statistik proses kontrol. Ini adalah salah satu metode pertama quality assurance yang diperkenalkan pada industri modern yang ada saat ini. Grafik kontrol ini dirancang berdasarkan teori statistik yang relevan. Grafik kontrol ini dirancang agar output dari proses operasional saat ini tidak banyak berbeda dengan output dari proses operasional normal. Statistik ini menghitung apakah output dari proses operasional saat ini berada didalam limit kontrol atau tidak. Apabila output dari operasional saat ini berbeda jauh dengan pada saat operasional normal, maka hasil tersebut dikatakan out-of-control atau keluar dari limit kontrol. Pada teori statistik proses kontrol, hal ini dapat disebabkan oleh sebab khusus (special causes) maupun tidak khusus (random causes). Sebab-sebab khusus dapat berupa pergantian musim yang menyebabkan perlunya penyesuaian mesin karena pengaruh suhu. Apabila terjadi sebab khusus biasanya proses produksi dihentikan dan melakukan suatu investegasi untuk menyelidiki apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi dan melakukan penyesuaian proses. Sedangkan sebab tak khusus, hal ini bisa berupa operator yang kelelahan, atau hal hal yang bisa dikatakan tidak sengaja dan tidak perlu penyesuaian proses. Apabila hal ini terjadi maka cukup mencari penyebab dan menekankan agar proses produksi berjalan dengan teliti.

13 1 Gambar.4.4. T Shewhart Chart.5 T Hotelling Kita tidak bisa memungkiri bahwa kebanyakan data yang kita temui biasanya merupakan data multivariat. Hotelling pada tahun 1947 memperkenalkan suatu statistik yang secara unik menggambarkan observasi multivariat. Statistik ini kemudian dinamakan sebagai T Hotelling. T Hotelling merupakan suatu skalar yang mengkombinasikan informasi dari dispersi dan mean dari beberapa variabel, dapat pula dikatakan sebagai counterpart dari statistik t-student. Karena komputasi T Hotelling cukup sulit dan memerlukan pengetahuan di bidang aljabar matriks, maka penerimaan peta kontrol multivariat oleh dunia industri pada waktu itu masih lambat. Tetapi dimasa sekarang ini, dengan adanya komputer modern, maka perhitungan yang sulit dapat dipermudah dan peta kontrol multivariat sudah mulai diperhatikan oleh dunia industri.

14 Secara umum, untuk menghitung nilai T, kita menggunakan rumus sebagai berikut: Dimana: T k = ) ) 1 [ x μ] S [ x μ] k k x k = Nilai observasi μˆ = Estimasi nilai mean atau rata-rata dari observasi 1 S = Nilai invers dari matriks varians-kovarians Dengan mengasumsikan normalitas multivariat, maka kita bisa mendapatkan sebaran probabilitas dari T Hotelling sebagai berikut: T 1 ( x k ˆ μ ) S ( x k ˆ μ) ~ { p( n + 1)( n 1) / n( n p) } F ( p n p) =, F ( p n p), mewakili distribusi F dengan derajat kebebasan p untuk numerator yang didapat dari jumlah perlakuan dan n-p untuk denominator, dimana n adalah banyak sampel yang digunakan..5.1 T Hotelling Untuk Pengamatan Subgrup (Subgroup Averages) Pada aplikasi nyata dari T Hotelling pada multivariate process control, adalah jika data multivariate diambil dalam bentuk subgrup dan menggunakan dua fase perhitungan. Pada fase 1, kita mengumpulkan informasi dari sejumlah subgrup yang didapat dari hasil produksi yang berjalan pada saat operasional normal dan menghitung limit kontrol berdasarkan data yang telah kita ambil. Pada fase 1 ini, kita memeriksa data dari setiap subgrup. Apabila subgrup tersebut keluar dari kontrol limit, kita harus menghapus data subgrup tersebut dan menghitung ulang kembali. Pada akhirnya kita

15 3 dapat menghimpun sekumpulan data subgrup yang berada di dalam kontrol limit dan dapat digunakan sebagai data acuan. Pada fase, kita menggunakan hasil perhitungan fase 1 yang sudah berada dalam kontrol limit sebagai perbandingan dengan data dari produksi saat ini, kita akan mengamati dari subgrup ke subgrup dari data produksi saat ini, apakah data tersebut ada yang yang berada di luar kontrol limit atau tidak berdasarkan hasil perhitungan fase 1. Di luar kontrol limit berarti ada keragaman yang signifikan antara data produksi normal dengan data produksi saat ini, hal ini berarti ada kemungkinan penurunan kualitas dan harus dilakukan pengecekan pada setiap proses produksi. Berikut ini adalah detil proses pembuatan peta kontrol dengan menggunakan dua fase untuk data multivariat subgrup Fase I: Persiapan referensi sampel Pada fase I, diasumsikan bahwa terdapat k pengamatan multivariate. Setiap subgrup memiliki n data. Semua data ini dikumpulkan pada operasi produksi normal. Kita gunakan data ini untuk menyiapkan referensi sampel. Fase 1 mengandung beberapa langkah berikut (Montgomery, 1991, p56): Langkah 1. Untuk setiap subgrup i = 1,..., k, hitung Rata-rata subgrup (i) Y untuk i = 1,..., k 1 k Rata-rata dari rata-rata subgrup Y = i = Y 1 k ( i) Matriks kovarian 1 k ( i) SY = S i = 1 k Langkah. Untuk setiap subgrup i = 1,..., k, hitung

16 4 T ( i) ( i) T 1 ( ) = n( Y Y ) S ( Y Y ) M i Y T ( ) D i = n j= 1 ( Y ( i) j Y ( i) T ) S 1 Y ( Y ( i) j Y ( i) ) Dimana i = 1,..., k. (i) Y j adalah data multivariat ke-j pada subgrup ke-i, j = 1,..., n; Langkah 3. Untuk setiap subgrup i = 1,..., k, bandingkan knp kp np + p T (i ) dengan UCL = F M α, p, kn k p+ 1 kn k p + 1 T dengan UCL (i ) D = χ α,( n 1) p Jika ternyata T > UCL dan/atau (i ) T (i > UCL, maka subgrup ke-i ) M keluar kontrol limit dan tidak boleh dipakai sebagai bagian dari referensi sampel. Langkah 4. Hapus data yang keluar kontrol limit tersebut dan hitung ulang Y dan S Y dengan menggunakan data subgrup yang berada di dalam kontrol. D.5.1. Fase II: Proses kontrol untuk data pengamatan baru Pada fase 1, kita mulai dengan k subgrup, dan besar sampel dari setiap subgrup adalah n. Hal ini juga sama pada fase, namun kontrol limit fase berbeda dengan fase 1, hal ini karena data fase kembali dihitung dengan independen dan tidak berkaitan dengan data fase 1. Pada fase, kita menghitung setiap subgrup baru dengan rumus sebagai berikut (Montgomery, 1991, p57): T ( new) T 1 ( new) ( ) = n( X Y ) SY ( X Y M new )

17 5 Dimana (new) X adalah vektor rata-rata dari pengamatan pada subgrup baru. Kontrol limit untuk T ( new) adalah M p( k 1)( n 1) UCL Fα kn k p + 1 =, p, kn k p+ 1 Jika p( k 1)( n 1) T ( new) > F M α, p, kn k p+ 1 kn k p + 1 Maka subgrup baru ini di luar kontrol limit. Ini berarti rata-rata data subgrup baru memiliki perbedaan yang signifikan dari rata-rata referensi sampel atau dapat dikatakan juga bahwa data subgrup baru ini menunjukan bahwa adanya keragaman yang berarti pada data produksi operasional saat ini, hal ini mungkin akan mengakibatkan penurunan kualitas atau produk yang cacat. Namun perhitungan pada fase tidak hanya seperti itu, kita juga menghitung T ( ) D new = n j= 1 ( X ( new) j X ( new) T ) S 1 Y ( X ( new) j X ( new) ) Dimana. (new) X j adalah data multivariat ke-j pada subgrup baru, j = 1,..., n. Kontrol limit untuk T adalah ( new) D UCL = χ α,( n 1) p Jika T > ( new) D χ α,( n 1) p Maka subgrup baru ini keluar kontrol limit yang berarti variasi di dalam subgrup itu sendiri terlalu signifikan. Hal ini juga menunjukan bahwa adanya keragaman yang

18 6 berarti pada data produksi operasional saat ini, hal ini mungkin akan mengakibatkan penurunan kualitas atau produk yang cacat..6 Rekayasa Piranti Lunak Menurut Pressman(p19, 1997), piranti lunak telah menjadi elemen kunci dari evolusi computer-based-system dan computer product. Selama lebih dari empat dekade terakhir, piranti lunak telah berkembang dari sebuah pemecahan berorientasi permasalahan dan alat analisis informasi menjadi sebuah industri sendiri. Namun kebiasaan pemrogram awal dan sejarah telah dengan sendirinya menciptakan sekumpulan masalah yang hingga kini masih ada. Piranti lunak telah menjadi faktor pembatas dalam evolusi computer-based system. Berangkat dari itulah dikembangkan sebuah metode yang menyediakan framework untuk membangun piranti lunak dengan kualitas yang lebih tinggi. Rekayasa piranti lunak (Software Engineering) berdasarkan Pressman (1997, p3) adalah studi pendekatan untuk pengaplikasian secara sistematis, pendekatan terstrukur untuk pengembangan, operasi, dan pemeliharaan dari sebuah piranti lunak. Menurut Fritz Bauer (Pressman, 001, p19), rekayasa piranti lunak adalah penetapan dan pemakaian prinsip-prinsip rekayasa dengan tujuan mendapatkan piranti lunak yang ekonomis, terpercaya, dan bekerja efisien pada mesin yang sebenarnya (komputer). Model yang digunakan oleh penulis dalam rekayasa piranti lunak adalah Model Sekuensial Linier yang sering juga disebut sebagai siklus kehidupan klasik, model air terjun atau waterfall model.

19 7 Sekuensial linier mengusulkan sebuah pendekatan kepada perkembangan piranti lunak yang sistematik dan sekuensial yang mulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian, dan pemeliharaan. Menurut Pressman (001, p8), siklus model sekuensial linier melingkupi aktivitas-aktivitas sebagai berikut: a. Rekayasa dan permodelan sistem informasi (System Engineering) Karena piranti lunak selalu merupakan bagian dari sebuah sistem yang lebih besar, kerja dimulai dengan membangun sebuah syaraf dari semua elemen sistem dan mengalokasikan beberapa subset dari kebutuhan ke piranti lunak tersebut. Pandangan sistem ini penting ketika piranti lunak harus berhubungan dengan elemen-elemen yang lain seperti piranti lunak lain, manusia, dan database. b. Analisis kebutuhan piranti lunak (Analysis) Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan dan difokuskan, khususnya pada piranti lunak. Untuk memahami sifat program yang dibangun, perekayasa piranti lunak harus memahami domain informasi, tingkah laku, unjuk kerja dan antarmuka yang diperlukan. Kebutuhan baik untuk sistem maupun piranti lunak didokumentasikan dan dilihat lagi dengan pelanggan atau orang yang membutuhkan sistem. c. Desain (Design) Desain piranti lunak sebenarnya adalah proses multi langkah yang berfokus pada empat atribut sebuah program yang berbeda; struktur data, arsitektur piranti lunak, representasi tampilan, dan detail prosedur. Proses desain menerjemahkan syarat atau kebutuhan ke dalam sebuah representasi piranti lunak yang dapat diperkirakan untuk kualitas sebelum pengkodean atau proses coding dimulai.

20 8 Sebagaimana persyaratan, desain didokumentasikan dan menjadi bagian dari konfigurasi piranti lunak. d. Pengkodean (Coding) Desain harus diterjemahkan ke dalam bentuk bahasa yang bisa dibaca oleh mesin. Langkah pembuatan kode melakukan langkah ini. Jika desain dilakukan secara lengkap, pembuatan kode dapat diselesaikan secara mekanis. e. Pengujian (Testing) Setelah kode dibuat, pengujian program dimulai. Proses pengujian berfokus pada logika internal piranti lunak, memastikan bahwa semua pernyataan sudah diuji, dan pada eksternal fungsional yaitu mengarahkan pengujian untuk menemukan kesalahan-kesalahan dan memastikan bahwa input yang dibatasi akan memberikan hasil aktual yang sesuai dengan hasil yang dibutuhkan. f. Pemeliharaan (Maintenance) Piranti lunak akan mengalami perubahan setelah diberikan kepada pelanggan. Perubahan akan terjadi karena kesalahan-kesalahan tertentu, karena piranti lunak harus disesuaikan untuk mengakomodasikan perubahan-perubahan di dalam lingkungan eksternalnya. Pemeliharaan piranti lunak mengaplikasikan setiap fase program sebelumnya dan tidak membuat yang baru lagi.

21 9 Gambar.6 Waterfall Model.7 Unified Modelling Language (UML) Unified Modelling Language (UML) adalah notasi yang lengkap untuk membuat visualisasi model suatu sistem. Sistem berisi informasi dan fungsi tetapi secara normal digunakan untuk memodelkan sistem komputer. Sebagaimana halnya bahasa permodelan, UML mengijinkan deskripsi dari sistem dibuat dengan mendetail pada setiap level abstraksi. Notasi tersebut akan mendefinisikan sistem dengan arsitektur berorientasi objek. UML adalah sintaks umum untuk membuat model logika dari suatu sistem, dan digunakan untuk menggambarkan sistem agar dapat dipahami selama fase analisis dan desain. Sintaks yang didesain bersifat independen dari bahasa target, proses piranti lunak atau tools, tapi cukup umum dan fleksibel karena dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, dengan menggunakan definisi perluasan, mengakomodasi hampir semua bahasa. Sintaks yang didefinisikan mudah dipahami, dan diaplikasikan ke dalam proyek, dan mudah

22 30 didefinisikan. Ini memerlukan definisi himpunan sistematik yang sesuai untuk proses arsitektur atau piranti lunak..7.1 Keuntungan UML Beberapa keuntungan dalam menggunakan UML antara lain: 1. Sebagai bahasa permodelan yang general-purpose, difokuskan pada pokok himpunan konsep yang dapat dipakai bersama, dan menggunakan pengetahuan bersama dengan mekanisme perluasan.. Sebagai bahasa permodelan yang mudah diaplikasikan, dapat diaplikasikan untuk berbagai tipe sistem (software dan non-software), domain (bisnis melawan software), dan metode atau proses. 3. Sebagai bahasa permodelan standar industri, bukan merupakan bahasa yang tertutup atau satu-satunya, tapi bersifat terbuka dan sepenuhnya dapat diperluas..7. Komponen UML UML memiliki dua tipe diagram, yaitu struktural dan behavioural. Diagram struktural menggambarkan bagian statik dari sistem, sementara diagram behavioural menggambarkan bagian dinamik dari sistem. Diagram behavioural diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam diagram interaksi dan state diagram. Diagram struktural dibedakan menjadi beberapa diagram seperti yang disebutkan dibawah ini, yaitu: 1. Class Diagram, menggambarkan hubungan antar objek.

23 31. Object Diagram, adalah objek dan hubungan sebagai pencerminan dari prototype. 3. Component Diagram, adalah komponen dan hubungan yang mengilustrasikan implementasi sistem. 4. Deployment Diagram, konfigurasi waktu kerja dari node dan objek yang memiliki node. Diagram behavioural terdiri dari beberapa diagram seperti yang disebutkan dibawah ini, yaitu: 1. Use case Diagram. Diagram ini digunakan untuk mengorganisasikan use case dan behaviour (sifat).. Sequence Diagram. Diagram ini menggambarkan waktu urutan message dan object lifeline. 3. Collaboration Diagram, menggambarkan waktu urutan message dan organisasi objek dalam interaksi. 4. Activity Diagram, menggambarkan arus kerja dari aktivitas, difokuskan pada operasi yang dilewatkan antar objek. 5. Statechart Diagram. Merupakan diagram yang menggambarkan life cycle dari objek sebagai perubahan dari satu state ke state lain, dibangkitkan oleh message.

24 3 Untuk perancangan ini, tipe UML yang penulis gunakan antara lain: a. Use case Model Model use case merupakan dialog antara actor dan sistem. Use case merepresentasikan fungsionalitas yang disediakan oleh sistem, berupa kemampuan apa yang akan disediakan oleh sistem untuk actor. b. Sequence Diagram Sequence diagram menunjukkan interaksi objek yang diatur dalam satuan waktu. Sequence diagram menangkap objek dan class yang terlibat dalam skenario dan urut-urutan pesan yang ditukar diantara objek yang diperlukan untuk melakukan fungsionalitas skenario. Sequence diagram berasosiasi dengan use case selama proses pengembangan. Dalam UML, objek dalam sequence diagram digambar dengan segi empat yang berisi nama objek yang diberi garis bawah. Objek dapat diberi nama dengan tiga cara: nama objek, nama objek dan class, atau hanya nama class (anonymous object). c. Activity Diagram Activity diagram menggambarkan urutan aliran aktivitas suatu proses bisnis atau komputasi. Diagram ini juga dapat digunakan untuk menggambarkan tindakan-tindakan yang akan dikerjakan ketika suatu operasi dijalankan dan hasil dari suatu tindakan. Notasi atau simbol yang digunakan dalam activity diagram antara lain: Titik hitam yang merupakan awal proses Segi empat bersudut tumpul yang menggambarkan tugas yang harus dilakukan

25 33 Panah merupakan trigger atau pemicu aktivitas Garis datar berwarna hitam yang disebut sebagai sychronization bar, melukiskan aktivitas-aktivitas yang dapat berjalan paralel Wajik atau diamond yang merupakan aktivitas pengambilan keputusan Bola hitam dalam lingkaran putih melambangkan akhir proses..8 Database Menurut Connolly (00), database merupakan sekumpulan data yang berhubungan secara logical dan deskripsi dari data ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi. Metode yang digunakan untuk mengakses database dalam aplikasi ini adalah DBMS (Database Management System) dengan model RDBMS (Relational Database Management System). Menurut Connoly (00), DBMS adalah sistem piranti lunak yang memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengontrol akses ke dalam suatu database, dimana dengan kata lain, seluruh akses ke database harus melalui DBMS. Sementara RDBMS merupakan pengembangan dari DBMS yang menitik-beratkan kepada hubungan atau relasi di dalam database. DBMS memiliki fitur Data Definition Language (DDL) dan Data Manipulation Language (DML). DDL memberikan kemungkinan bagi pengguna untuk mendefiniskan database, sementara DML memberikan kemungkinan bagi pengguna untuk melakukan operasi insert, update, delete, dan retrieve data dari database.

26 34 DBMS menyediakan akses terkontrol kepada database, dengan keamanan, integritas, concurrency dan recovery control. DBMS juga menyediakan suatu mekanisme tampilan untuk memudahkan data yang akan digunakan oleh pengguna. Beberapa keuntungan dalam menggunakan pendekatan database dengan DBMS atau RDBMS antara lain adalah pengendalian terhadap redundansi data (duplikasi data), konsistensi data, pembagian data, dan keamanan dan integritas yang lebih baik. Tetapi beberapa kerugian dari pendekatan ini antara lain adanya kompleksitas, biaya yang mahal, dan performansi yang berkurang.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas 2.1.1 Pengertian Kualitas Secara Umum Selama ini kita sering mendengar kata kualitas. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan kualitas? Menurut www.askoxford.com, kualitas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA v UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Informatika - Statistika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 PERANCANGAN PROGRAM PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI DENGAN T 2 HOTELLING

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Sistem dapat beroperasi dalam suatu lingkungan, jika terdapat unsur unsur yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan dalam proses penelitian penerapan algoritma K-Means pada clustering berita berbahasa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persediaan Barang merupakan komponen utama yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan tahapan atau gambaran yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Penulis mengadakan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Artificial Intelligence (AI) agen adalah fitur standar game komputer modern, baik sebagai lawan, teman atau tutor dari pemain. Agar tampil otentik, agen tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Bidang keuangan merupakan bidang yang berperan penting di dalam suatu perusahaan. Perusahaan dapat bertahan atau dapat tumbuh berkembang apabila perusahaan dapat

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

BAB III PENGENDALIAN KUALITAS MULTIVARIAT. menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, haruslah dilakukan pengendalian

BAB III PENGENDALIAN KUALITAS MULTIVARIAT. menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, haruslah dilakukan pengendalian BAB III PENGENDALIAN KUALITAS MULTIVARIAT Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, haruslah dilakukan pengendalian pada proses produksinya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembelian dilakukan dengan mengubah bentuk barang. 2003). Menurut Soemarso S.R (1994) kegiatan pembelian dalam perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. pembelian dilakukan dengan mengubah bentuk barang. 2003). Menurut Soemarso S.R (1994) kegiatan pembelian dalam perusahaan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembelian Pembelian adalah usaha pengadaan barang-barang untuk perusahaan. Dalam perusahaan dagang pembelian dilakukan dengan dijual kembali tanpa mengadakan perubahan bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Tanjungpinang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Tanjungpinang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Tanjungpinang merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di Pemerintah Kota Tanjungpinang, dimana

Lebih terperinci

CS4 Professional serta, didapatkan tampilan yang menarik dan dapat memberikan. Melihat peluang yang ada maka Proposal Skripsi ini di beri judul

CS4 Professional serta, didapatkan tampilan yang menarik dan dapat memberikan. Melihat peluang yang ada maka Proposal Skripsi ini di beri judul 2 CS4 Professional serta, didapatkan tampilan yang menarik dan dapat memberikan minat untuk dimainkan. Melihat peluang yang ada maka Proposal Skripsi ini di beri judul RANCANG BANGUN APLIKASI GAME PUZZLE

Lebih terperinci

PENGANTAR RUP & UML. Pertemuan 2

PENGANTAR RUP & UML. Pertemuan 2 PENGANTAR RUP & UML Pertemuan 2 PENGANTAR RUP Rational Unified Process (RUP) atau dikenal juga dengan proses iteratif dan incremental merupakan sebuah pengembangan perangkat lunak yang dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon Terbaik dalam pelayanan servis di bengkel.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon Terbaik dalam pelayanan servis di bengkel. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian di Bengkel Trijaya Motor Bandung yang berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon 022-70221812 3.1.1. Sejarah

Lebih terperinci

Perancangan Program Penjaga Kualitas Produk Dengan Menggunakan T 2 Hotelling Dalam Multivariate Control Chart

Perancangan Program Penjaga Kualitas Produk Dengan Menggunakan T 2 Hotelling Dalam Multivariate Control Chart v Universitas Bina Nusantara Program Studi Ganda Teknik Informatika - Statistika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2006/2007 Perancangan Program Penjaga Kualitas Produk Dengan Menggunakan T

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUJIAN PERANGKAT LUNAK (Software Testing Techniques)

TEKNIK PENGUJIAN PERANGKAT LUNAK (Software Testing Techniques) TEKNIK PENGUJIAN PERANGKAT LUNAK (Software Testing Techniques) Ujicoba software merupakan elemen yang kritis dari SQA dan merepresentasikan tinjauan ulang yang menyeluruh terhadap spesifikasi,desain dan

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Natasya Christy Mukuan 1701344251 LD21 Statistical Process Control Sejarah Statistical Process Control (SPC) Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistical Process Control (SPC) Statistical Process Control (SPC) merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan sebagai pemonitor, pengendali, penganalisis, pengelola,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat memiliki sejumlah tugas, diantaranya melakukan pengelolaan aset atau barang milik daerah meliputi 6 ketegori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Dalam membangun sebuah system informasi diperlukan suatu pemahaman mengenai system itu sendiri sehingga tujuan dari pembangunan system informasi dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Sejarah singkat mengenai berdirinya CV. Jadikom ini diawali oleh ide dari 3

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Sejarah singkat mengenai berdirinya CV. Jadikom ini diawali oleh ide dari 3 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di CV. Jadikom. Penelitian difokuskan pada absensi karyawan. 3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Sejarah singkat mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal proses pengolahan data, baik itu data siswa, guru, administrasi sekolah maupun data

BAB I PENDAHULUAN. hal proses pengolahan data, baik itu data siswa, guru, administrasi sekolah maupun data BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, teknologi informasi sangat banyak membantu seperti dalam hal proses pengolahan data, baik itu data siswa, guru, administrasi sekolah maupun

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com REKAYASA PERANGKAT LUNAK 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com Referensi Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi, Roger S. Pressman, Ph.D, Andi Jogyakarta, 2012 Buku 1 Rekayasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan APLIKASI RETAIL MINIMARKET MENGGUNAKAN METODE ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ini adalah : 2.1.1 Enterprise

Lebih terperinci

II.3.5 Statechart Diagram... II-14 II.3.6 Activity Diagram... II-15 II.3.7 Component Diagram... II-16 II.3.8 Deployment Diagram... II-16 II.3.

II.3.5 Statechart Diagram... II-14 II.3.6 Activity Diagram... II-15 II.3.7 Component Diagram... II-16 II.3.8 Deployment Diagram... II-16 II.3. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi 1 Sistem Informasi adalah kombinasi dari teknologi dan aktivitas orang yang menggunakan teknologi itu untuk mendukung operasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak

Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak by webmaster - Tuesday, January 05, 2016 http://anisam.student.akademitelkom.ac.id/?p=123 Menurut IEEE, Pengembangan software (software engineering ) adalah :

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. sesuai dengan pendapat Sugiyono (2003:58) mendefinisikan bahwa:

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. sesuai dengan pendapat Sugiyono (2003:58) mendefinisikan bahwa: BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data, sesuai dengan pendapat Sugiyono (2003:58) mendefinisikan bahwa: Objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam perusahaan atau instansi tentu nya memiliki data yang cukup besar, salah satunya adalah inventory. Suatu kegiatan dalam proses pengolahan data pada suatu gudang

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dan tindakan(actionresearch). Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto (2005:234) : Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Multimedia 2.1.1 Pengertian Multimedia Menurut Vaughan(2011,p1), Multimedia adalah kombinasi teks, gambar, suara, animasi dan video yang disampaikan kepada user melalui komputer.

Lebih terperinci

Kegunaan tahap ini adalah untuk memobilisasi dan mengorganisir g SDM yang akan melakukan Reengineering

Kegunaan tahap ini adalah untuk memobilisasi dan mengorganisir g SDM yang akan melakukan Reengineering BPR Tahap 1 (Persiapan) Telaahan Business Process Reengineering (BPR) Tahap 1 - Persiapan Kegunaan tahap ini adalah untuk memobilisasi dan mengorganisir g SDM yang akan melakukan Reengineering Apa yang

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek peneletian dimana penulis melakukan penelitian yaitu di PT.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek peneletian dimana penulis melakukan penelitian yaitu di PT. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek peneletian dimana penulis melakukan penelitian yaitu di PT. Indonesia Mastite Gasket (PT. IMG) yang berada di Jl. Soekarno-Hatta 159 Bandung-Indonesia.

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Informasi Penjualan dan Inventori pada PT. Oriental Chitra International

Perancangan Sistem Informasi Penjualan dan Inventori pada PT. Oriental Chitra International Perancangan Sistem Informasi Penjualan dan Inventori pada PT. Oriental Chitra International Sitti Nurbaya Ambo, S.Kom Universitas Gunadarma e-mail : baya_ambo@yahoo.com ABSTRAK Perusahaan membutuhkan adanya

Lebih terperinci

2. BAB II LANDASAN TEORI. lanjut sehingga terbentuk suatu aplikasi yang sesuai dengan tujuan awal.

2. BAB II LANDASAN TEORI. lanjut sehingga terbentuk suatu aplikasi yang sesuai dengan tujuan awal. 2. BAB II LANDASAN TEORI Dalam merancang dan membangun aplikasi, sangatlah penting untuk mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar teori yang digunakan. Dasar-dasar teori tersebut digunakan sebagai landasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Product Development Product Development adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari menangkap keinginan dari pasar dan diakhiri dengan memproduksi, dan menjual produk. Tahapan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Mobil Permata Trans yang beralamatkan di Jalan Raflesia J-4, Komplek Mitra

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Mobil Permata Trans yang beralamatkan di Jalan Raflesia J-4, Komplek Mitra BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dalam menentukan objek penelitian, penulis melakukannya pada Rental Mobil Permata Trans yang beralamatkan di Jalan Raflesia J-4, Komplek Mitra

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. organisasi yang pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil

BAB III LANDASAN TEORI. organisasi yang pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Informasi Menurut (Ladjamudin, 2005), Sistem informasi adalah sekumpulan prosedur organisasi yang pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil keputusan

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK

REKAYASA PERANGKAT LUNAK REKAYASA PERANGKAT LUNAK A. Pengertian Rekayasa Perangkat Lunak Rekayasa perangkat lunak (RPL, atau dalam bahasa Inggris: Software Engineering atau SE) adalah satu bidang profesi yang mendalami cara-cara

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.2 Sistem Suku Bunga Secara umum terdapat dua metode dalam perhitungan bunga, yaitu metode Flat dan Efektif.

BAB II DASAR TEORI. 2.2 Sistem Suku Bunga Secara umum terdapat dua metode dalam perhitungan bunga, yaitu metode Flat dan Efektif. BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan. Maksudnya pemberi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu bentuk kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu bentuk kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) atau yang biasa dikenal masyarakat dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Analisis dan Perancangan Analisis atau yang lebih dikenal dengan analisis sistem adalah pembelajaran sebuah sistem dan komponen-komponennya sebagai prasyarat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. aktifitas-aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek.

BAB III LANDASAN TEORI. aktifitas-aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek. 13 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen Proyek Menurut PMBOK (Project Management Body of Knowledge) dalam buku Budi Santoso (2009:3) manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges), keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan ada pula

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam pembuatan tugas akhir Sistem Informasi Administrasi Salon SN berbasis desktop ini dilakukan beberapa tinjauan sumber pustaka, dan berikut

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com REKAYASA PERANGKAT LUNAK 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com Referensi Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi, Roger S. Pressman, Ph.D, Andi Jogyakarta, 2012 Buku 1 Rekayasa

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

Unified Modelling Language UML

Unified Modelling Language UML Unified Modelling Language UML Unified Modelling Language (UML) adalah sebuah "bahasa" yang telah menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak.

Lebih terperinci

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses BAB III METODE CONTROL CHART 3.1 Control Chart Peta kendali atau Control Chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil dari suatu proses produksi yang diterima oleh konsumen diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil dari suatu proses produksi yang diterima oleh konsumen diharapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Hasil dari suatu proses produksi yang diterima oleh konsumen diharapkan memenuhi spesifikasi produsen. Karena produk yang mahal, tidak efisien, dan tidak sesuai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini menjelaskan mengenai dasar-dasar teori yang digunakan untuk menunjang pembuatan tugas akhir membangun sistem pengolahan data absensi karyawan pada PT.Solusi Coporindo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Era perkembangan teknologi yang semakin pesat dewasa ini membuat. dan penjualan produk lewat media elektronik seperti internet.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Era perkembangan teknologi yang semakin pesat dewasa ini membuat. dan penjualan produk lewat media elektronik seperti internet. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjualan Online Era perkembangan teknologi yang semakin pesat dewasa ini membuat persaingan bisnis dalam bidang apapun menjadi lebih variatif. Banyak metode bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan Mengumpulkan data yang dibutuhkan Mempersiapakan alat dan bahan penelitian Observasi Wawancara Data Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketatnya persaingan antara perusahaan industri satu dengan yang lainnya menyebabkan semakin banyak dan beragam industri saat ini yang berusaha untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

Ratna Wardani. Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University

Ratna Wardani. Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University Ratna Wardani Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University S/W Process Model Tahapan S/W Process Model Proses S/W Materi Model Waterfall Model Prototype Model Rapid Application Development

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menentukan Kebutuhan Data Yang Digunakan Mengumpulkan Data Yang Akan Digunakan Mempersiapkan Alat Dan Bahan Wawancara Studi Literatur Desain Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satu hal yang sangat dominan dan terjadi dengan sangat pesat. Informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. satu hal yang sangat dominan dan terjadi dengan sangat pesat. Informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi informasi sudah merupakan satu hal yang sangat dominan dan terjadi dengan sangat pesat. Informasi merupakan suatu kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu digunakan untuk memberi suatu perbandingan referensi proyek yang telah dikerjakan, terdapat 4 contoh referensi dari penelitian terdahulu,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Menurut Azhar Susanto dalam bukunya Sistem Informasi Management ( hal.18 bag.1 konsep dasar SIM ). Bahwa sistem adalah kumpulan dari subsistem/ komponen/ bagian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Tahap yang perlu dilakukan sebelum mengembangkan suatu sistem ialah menganalisis sistem yang sedang berjalan kemudian mencari

Lebih terperinci

Unified Modelling Language (UML)

Unified Modelling Language (UML) Unified Modelling Language (UML) Tatik yuniati Abstrak Unified Modelling Language (UML) adalah sebuah bahasa yg telah menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. karyawan, jumlah jam kerja dalam seminggu, nomor bagian persediaan, atau

BAB II LANDASAN TEORI. karyawan, jumlah jam kerja dalam seminggu, nomor bagian persediaan, atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data, Informasi, dan Pengetahuan Menurut Stair (2010:5), data adalah fakta atau kenyataan, contoh: nomor karyawan, jumlah jam kerja dalam seminggu, nomor bagian persediaan, atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Sistem Sistem merupakan salah satu yang terpenting dalam sebuah perusahaan yang dapat membentuk kegiatan usaha untuk mencapai kemajuan dan target yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Selama ini masih banyak sekolah yang belum secara maksimal memanfaatkan teknologi informasi. Sistem penyimpanan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Rancang Bangun 3.1.1 Pengertian Rancang Rancang merupakan serangkaian prosedur untuk menerjemahkan hasil analisa dari sebuah sistem ke dalam bahasa pemrograman untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. data diolah lebih berdaya guna secara optimal.

BAB II LANDASAN TEORI. data diolah lebih berdaya guna secara optimal. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Aplikasi Menurut (Jogiyanto, 2006) aplikasi merupakan program yang berisikan perintah-perintah untuk melakukan pengolahan data. Jogiyanto juga menjelaskan bahwa pengertian aplikasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Landasan teori ini merupakan dasar tentang teori-teori dalam melakukan

BAB III LANDASAN TEORI. Landasan teori ini merupakan dasar tentang teori-teori dalam melakukan BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori ini merupakan dasar tentang teori-teori dalam melakukan penelitihan atau penemuan yang didukung oleh data dan sumber informasi. Fungsinya yaitu untuk menjelaslan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan mengenai dasar awal pada pembuatan laporan tugas akhir. Dasar awal tersebut terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 82 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Model dalam perumusan masalah dan pengambilan keputusan yang digunakan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan panduan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Pada bab ini akan dikemukakan landasan teori yang terkait dengan permasalahan untuk

Lebih terperinci

MATERI PEMODELAN PERANGKAT LUNAK KELAS XI RPL

MATERI PEMODELAN PERANGKAT LUNAK KELAS XI RPL MATERI PEMODELAN PERANGKAT LUNAK KELAS XI RPL Oleh : Samsul Arifin, S.Kom Email : samsul.skom@gmail.com Konsep Pemodelan Perangkat Lunak (PL) Konsep rekayasa PL. Suatu disiplin ilmu yang membahas semua

Lebih terperinci

Analisa Desain Berorientasi Objek. Model dan Pemodelan. Oleh : Rahmady Liyantanto. Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo 2011

Analisa Desain Berorientasi Objek. Model dan Pemodelan. Oleh : Rahmady Liyantanto. Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo 2011 Analisa Desain Berorientasi Objek Model dan Pemodelan Oleh : Rahmady Liyantanto Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo 2011 Topik Bahasan 1. Definisi Model dan Pemodelan 2. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang akan dilakukan penulis dalam proses penelitian skripsi yang berjudul Rancang Bangun Digital Satuan Kegiatan Harian Guru dalam

Lebih terperinci

Rancangan Aplikasi Persediaan Barang Pada TB. Putra Mas Pangkalpinang Melati Suci 1), Sujono 2)

Rancangan Aplikasi Persediaan Barang Pada TB. Putra Mas Pangkalpinang Melati Suci 1), Sujono 2) Jurnal Teknologi Informatika dan Komputer Atma Luhur Vol 2. Maret 2015 ISSN: 2406-7962 Rancangan Aplikasi Persediaan Barang Pada TB. Putra Mas Pangkalpinang Melati Suci 1), Sujono 2) 1) Dosen Manajemen

Lebih terperinci

Analisis dan Perancangan Sistem II T02 Use Case

Analisis dan Perancangan Sistem II T02 Use Case Analisis dan Perancangan Sistem II T02 Use Case Disusun O L E H Elsita S.N 04.05.2569 Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta 2006/2007 Bagian-bagian utama dari UML adalah view, diagram, model element,

Lebih terperinci

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh Review Rekayasa Perangkat Lunak Nisa ul Hafidhoh nisa@dsn.dinus.ac.id Software Process Sekumpulan aktivitas, aksi dan tugas yang dilakukan untuk mengembangkan PL Aktivitas untuk mencapai tujuan umum (komunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi (2008:202), penjualan merupakan aktivitas yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi (2008:202), penjualan merupakan aktivitas yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjualan Menurut Mulyadi (2008:202), penjualan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa untuk mengharapkan memperoleh laba dari dari transaksi-transaksi

Lebih terperinci

DASAR REKAYASA PERANGKAT LUNAK

DASAR REKAYASA PERANGKAT LUNAK DASAR REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN ANALISIS KEBUTUHAN Institut Teknologi Sumatera DEFINISI MODEL ANALISIS Menurut Ian Sommerville(2011) Model Analisis adalah suatu teknik untuk merepresentasikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui bentuk hubungan digunakan analisis regresi. Untuk keeratan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui bentuk hubungan digunakan analisis regresi. Untuk keeratan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Persamaan matematik yang memungkinkan untuk melakukan peramalan nilai-nilai suatu variabel tak bebas dari nilai satu atau lebih variabel bebas disebut persamaan regresi

Lebih terperinci

1 BAB III METODE PENELITIAN

1 BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan tahapan atau gambaran yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Perpustakaan Berikut ini merupakan pengertian perpustakaan menurut ahli perpustakaan dan sumber lain, diantaranya : (BSNI, 2009) Perpustakaan merupakan kumpulan bahan tercetak

Lebih terperinci

Unified Modeling Language

Unified Modeling Language 2011 Unified Modeling Language Metode Perancangan Program Kelompok 10: Andika Nugraha (1401094756) Alfred Mansel (1401095506) Daniel Sidarta (1401096433) Marcell Bonfilio (1401094850) Bina Nusantara University

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat bersaing dan meningkatkan keunggulan kompetitif dengan perusahaan lain yang sejenis,

Lebih terperinci

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum. Koperasi Citra Telekomunikasi Institut Teknologi (IT) Telkom Bandung merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB III 3 LANDASAN TEORI

BAB III 3 LANDASAN TEORI BAB III 3 LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Informasi Menurut Jogiyanto HM (2003), sistem Informasi merupakan suatu sistem yang tujuannya menghasilkan informasi sebagai suatu sistem, untuk dapat memahami sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PT Bank Mandiri Cabang Jakarta Mal Puri Indah, merupakan Perusahaan Perseroan (Persero) yang bergerak di bidang jasa perbankan dengan misi umum untuk memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Aplikasi Aplikasi adalah suatu subkelas perangkat lunak komputer yang memanfaatkan kemampuan komputer langsung untuk melakukan suatu tugas yang diinginkan pengguna.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. ada berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar aplikasi ini

BAB III LANDASAN TEORI. ada berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar aplikasi ini BAB III LANDASAN TEORI Dalam membangun aplikasi ini, terdapat teori-teori ilmu terkait yang digunakan untuk membantu penelitian serta menyelesaikan permasalahan yang ada berkaitan dengan sistem yang akan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan,

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan, BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan objek penelitian pada Qwords.com perusahaan penyedia jasa layanan Web Hosting (Web Hosting Provider) yang melayani registrasi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam analisis sistem ini akan diuraikan sejarah singkat dari Apotek 55 yang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam analisis sistem ini akan diuraikan sejarah singkat dari Apotek 55 yang BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dalam analisis sistem ini akan diuraikan sejarah singkat dari Apotek 55 yang berlokasi di jalan Moh.Toha No.127 Bandung, Visi dan Misi dari apotek,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu

Lebih terperinci