PENGEMBANGAN ARSITEKTUR SURYA DI INDONESIA UNTUK PENGKONDISIAN UDARA SEBAGAI ARSITEKTUR HEMAT ENERGI. Djumiko

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN ARSITEKTUR SURYA DI INDONESIA UNTUK PENGKONDISIAN UDARA SEBAGAI ARSITEKTUR HEMAT ENERGI. Djumiko"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN ARSITEKTUR SURYA DI INDONESIA UNTUK PENGKONDISIAN UDARA SEBAGAI ARSITEKTUR HEMAT ENERGI Djumiko Abstrak Dalam upaya mewujudkan arsitektur surya di Indonesia yang bertujuan untuk memanfaatkan potensi alam, khususnya radiasi surya ke dalam bangunan, perlu dilakukan pengkajian, khususnya penggunaan energi surya untuk pengkondisian udara. Hal ini dimaksudkan, selain tercipta arsitektur yang dapat menyediakan energi sendiri, sekaligus mengurangi ketergantungan pemakaian energi fosil bumi, serta mengurangi biaya pada masa operasional bangunan tersebut. Bangunan yang menggunakan energi surya, diperlukan komponen-komponen seperti : kolektor, penyimpanan, distribusi, transport, energi bantuan, kontrol, mesin AC, dan sistem distribusi udara dingin. Seluruh komponen di atas agar dapat berfungsi dengan baik, maka perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengintegrasikan kedalam bangunan, sehingga seluruh komponen penggunaan energi surya dan komponen teknologi bangunan menjadi satu kesatuan dalam bangunan. Untuk mengintegrasikan komponen energi surya kedalam bangunan, perlu mempertimbangkan kriteria perancangan meliputi : orientasi kolektor, orientasi bangunan, elemen bangunan penangkap energi surya, pengetrapan komponen energi surya ke dalam bangunan, distribusi udara dingin, jarak antar bangunan, penghalang sinar surya, dan gubahan masa bangunan. Untuk mengetahui manfaat arsitektur surya untuk pengkondisian udara dibuat model, dari hasil pengkajian disimpulakn : a. Jika seluruh atap dipasang kolektor, maka dapat menghasilkan 8 lantai yang dapat didinginkan. b. Dinding barat yang dipasang kolektor, akan menghasilkan 2 lantai yang dapat didinginkan. c. Perbandingan biaya operasional antara pengkondisian udara energi surya dengan energi listrik, biaya operasional energi surya = 20 % dari biaya energi listrik untuk operasional siang hari. Bilamana operasional selama 24 jam, biaya operasional energi surya= 52,5 % dari biaya energi listrik. d. Penggunaan pengkondisian udara energi surya ekonomis, jika harga maksimum investasi awal mesin energi surya 4 x mesin energi listrik, dan masa operasionalnya lebih dari 10 tahun. Ternyata hasilnya sangat dimungkinkan dan feasible untuk dipertimbangkan. Kata kunci : arsitektur surya, pengkondisian udara, hemat energi. 1. PENDAHULUAN D e n g a n m e n i n g k a t n y a p e m b a n g u n a n g e d u n g - g e d u n g dewasa ini baik bangunan kantor, industri, komersial maupun bangunan untuk tempat tinggal, akan m e m b a w a k o n s e k u e n s i meningkatnya penggunaan energi dalam masa operasinya. Selain kebutuhan akan meningkatnya jumlah energi, di sisi lain pada saat ini harga minyak dan tarip listrik 19

2 cenderung semakin meningkat harganya. Kita menyadari bahwa sumbersumber energi seperti minyak bumi, batu bara dan gas adalah merupakan sumber energi yang sifatnya hanya satu kali pakai. Artinya sumber tersebut akan cepat habis bila tidak ada sumber penggantinya. Dengan adanya krisis minyak bumi dewasa ini, dirasakan perlu menggunakan sumber energi lain, atau setidaknya mengurangi ketergantungan dari pemakaian minyak bumi. Untuk itulah perlu dikembangkan sumber-sumber energi lain seperti : energi surya, energi angin dan energi air, yang jumlahnya sangat besar. Dalam hal ini akan dibatasi terutama akan dikaji penggunaan energi surya yang akan digunakan di dalam bangunan. Sebagai gambaran penggunaan energi di dalam bangunan, umumnya digunakan listrik, karena listrik mudah diubah menjadi bentuk energi lain yang dimanfaatkan dalam bangunan., yaitu m i s a l n y a d i g u n a k a n u n t u k : penerangan, pengkondisian udara, lift, escalator, komunikasi, air panas, dan lain-lain. Energi surya merupakan sumber energi alami yang sangat besar, jumlah energi panas matahari yang sampai di bumi setiap tahunnya dapat disamakan dengan energi m i n y a k s e b e s a r : kilo liter. Sisi lain yang juga merupakan potensi adalah letak dari negara Indonesia pada daerah khatulistiwa, beriklim tropis, menerima curah radiasi matahari hampir sepanjang tahun, sehingga pemanfaatan matahari mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Di samping hal-hal diatas, keuntungan penggunaan energi surya bilamana dibandingkan dengan energi lain seperti : listrik, gas dan minyak dari segi pembiayaan adalah lebih murah. 2. PENGGUNAAN ENERGI SURYA DENGAN SISTEM AKTIF Penggunaan energi surya dengan sitem aktif adalah untuk mengkonversi radiasi surya kedalam energi yang berguna menggunakan mekanikal/ alat bantu. Di dalam sistem ini ada 2 macam, yaitu : 1. Pengubah energi surya menjadi panas berguna dengan menggunakan alat kolektor plat datar. 2. Pengubah energi surya menjadi listrik dengan bantuan alat cell surya. Sehubungan dengan tujuan dan maksud penulisan ini adalah penggunaan energi surya untuk p e n g k o n d i s i a n u d a r a, y a n g menggunakan energi panas. Maka untuk pembahasan akan dikhususkan pada cara yang pertama, atau pengubahan energi surya menjadi panas berguna dengan alat kolektor plat datar. Dalam sistem penggunaan energi surya cara aktif, dibutuhkan komponen-komponen terdiri dari : a. Kolektor, b. Penyimpanan, c. Distribusi, d. Transport, e. Sistem back-up, f. Kontrol. Berikut ilustasi komponen yang dibutuhkan dalam penggunaan energi surya, seperti pada gambar di bawah ini. 2

3 Gambar 1. Ilustrasi komponen yang dibutuhkan dalam penggunaan energi surya Keterangan : a. Kolektor Kolektor adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengubah energi radiasi surya yang mengenainya, dalam hal ini khususnya menjadi panas berguna dengan cara penyerapan. Kolektor ini menggunakan jenis/ macam yang disebut kolektor plat datar, yaitu berbentuk kotak segiempat, salah satu permukaannya berbentuk plat datar, luas penyerapannya adalah sama untuk lubang pada waktu terjadi kena radiasi. Kolektor ini mudah dibuat dan mudah pemasangannya, serta mudah untuk disatukan dengan bangunan. Kolektor plat datar umumnya terdiri dari : Plat penyerap dari metal, yang mungkin berbentuk plat bergelombang atau beralur dicat hitam untuk menambah penyerapan dari panas surya, di isolasi pada bagian sisi belakangnya untuk mengurangi hilangnya panas dari plat, dan ditutup dengan suatu lembaran penutup transparant untuk menjebak panas dalam kolektor dan mengurangi pendinginan konveksi dari penyerap. Cara bekerjanya, panas surya ditangkap dan kemudian dipindahkan dari penyerap dengan fluida kerja (umumnya udara atau air yang dipanaskan melalui atau dekat dengan plat penyerap). Fluida kerja dipanaskan, kemudian disalurkan ketempat-tempat yang menggunakan atau disimpan dalam penyimpanan tergantung pada kebutuhan energi. Berikut contoh gambar kolektor plat datar dibawah ini. 21

4 Gambar 2. Macam-macam jenis kolektor plat datar b. Peyimpanan Komponen penyimpanan dari sistem energi surya adalah suatu reservoir yang dapat menyimpan energi panas. Hal ini dimaksudkan menyimpan energi panas dan akan digunakan bilamana dibutuhkan, misalnya pada malam hari atau hari sedang hujan. c. Distribusi Komponen distribusi menerima energi dari kolektor atau komponen penyimpanan dan menyalurkannya ke tempat-tempat atau ruang-ruang yang membutuhkan. Distribusi energi akan tergantung dari temperatur yang tersedia pada penyimpanan. Sistem distribusi umumnya terdiri dari alat panas( heat exchanger), back-up heater, pemipaan, duct-duct, dan kontrol. d. Transport Kebanyakan sistem energi surya mempunyai suatu komponen transport yang memberikan tujuan untuk memindahkan suatu cairan pembawa energi panas ke dan dari kolektor dan penyimpanan. Dalam sistem cairan atau gas komponen ini terdiri dari : pompa, katup-katup, pipa-pipa, blower, damper dan duct. e. Energi bantuan K o m p o n e n e n e r g i b a n t u a n memberikan suatu suplly energi untuk penggunaan selama periode : hari sedang hujan, pada waktu malam hari, atau temperatur yang dihasilkan dari kolektor atau penyimpanan tidak mencukupi kebutuhan. Sistem energi bantuan dapat dibangkitkan dengan : gas, minyak, listrik, dan lain-lain. f. Kontrol Komponen kontrol melakukan pengendalian, evaluasi dan fungsi respon yang diinginkan untuk pengoperasian sistem dalam mode yang diingini. Komponen kontrol umumnya terdiri dari : informasi distribusi, termasuk instruksi keamanan- kegagalan, seluruh sistem dengan signal listrik. Akan tetapi fungsi kontrol dapat dilakukan dengan kontrol pneumatic otomatis atau secara manual dalam pengoperasian sistem. Berikut beberapa contoh bangunan yang menggunkan sistem aktif dengan penggunaan kolektor plat datar. 23

5 Gambar 3. Bangunan sistem aktif dengan atap, dinding, sun shading sebagai kolektor Gambar 4. Bangunan sistem aktif dengan dinding sebagai kolektor 24

6 Gambar 5. Bangunan sistem aktif dengan atap sebagai kolektor 3. SISTEM PENDINGINAN RUANG DENGAN ABSORPSI SURYA Sistem pendinginan dengan absorpsi surya adalah pendinginan yang dibuat dengan bantuan mekanikal, dan menggunakan energi surya. Dibawah ini adalah gambar yang menunjukkan komponen-komponen yang dibutuhkan untuk sistem absorpsi surya. Gambar 6. Sistem pendinginan absorpsi surya D a r i ga mbar d i at as t e rl ihat k o m p o n e n - k o m p o n e n y a n g dibutuhkan, terdiri dari : a. Kolektor plat datar, b. Tangki penyimpan energi panas, c. Sistem distribusi, d. Transport, e. Sistem back-up, f. Kontrol, g. Mesin AC (Air Conditioning) sistem absorpsi, h. Distribusi udara dingin. Prinsip kerja dari seluruh komponen di atas adalah sebagai berikut : a. Kolektor plat datar menerima radiasi surya, energi yang dihasilkan berupa air panas 25

7 d i s u p p l y k e t a n g k i penyimpanan. b. Dari tangki penyimpanan energi panas, air panas disupply ke generator (bagian dari water fired chiller/ masin AC), dan kembali lagi ke k o l e k t o r / t a n g k i penyimpanan. c. Dalam water fired chiller, setelah generator menerima air panas, terjadi proses refregerasi dengan system absorpsi. d. Dari water fired chiller dihubungkan ke fan coil unit, atau air handling unit, yang kemudian dari unit ini udar dingin didistribusikan kedalam ruangan. e. Pada waktu air panas yang ada didalam tangki penyimpanan temperaturnya tidak mencukupi, maka perlu dibantu dengan back-up untuk menambah panas. B e r i k u t i l u s t r a s i p r i n s i p pengkondisian udara dengan sistem energi surya. Gambar 7. Prinsip pengetrapan seluruh komponen pengkondisian udara dengan sistem energi surya dalam bangunan Gambar 8. Pengetrapan komponen penggunaan energi surya untuk pengkondisian udara dalam bangunan 2

8 4. MODEL BANGUNAN Pengertian model adalah sebagai berikut : a. Suatu standard atau contoh untuk tujuan peniruan ( i m i t a t i o n ) a t a u perbandingan (comparison). b. Suatu gambaran yang pada umumnya dalam bentuk lebih kecil (miniatur) untuk menunjukkan struktur atau d ipergu n a kan s e b aga i tiruan/ copy dari sesuatu. Sehubungan dengan tujuan pembuatan model untuk pengkajian, artinya model akan digunakan untuk perhitungan yang menggambarkan hubungan antara luas elemen bangunan penangkap energi surya dengan kapasitas yang dihasilkan. Untuk itu model harus memenuhi adanya data-data seperti : luas lantai, luas elemen bangunan, orientasi bangunan. Dengan mengacu model seperti di atas, dan kebutuhan data seperti : luas lantai, luas elemen bangunan, dan orientasi bangunan. Maka model dalam penulisan disini digunakan contoh/ tiruan yang berupa gambar, yaitu gambar dari bangunan kantor dalam bentuk gambar rancangan seperti : denah, tampak, dan potongan. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam perancangan bangunan, harus mempertimbangkan atas 2 macam kriteria, yaitu : a. Kriteria umum A d al a h p r insip-prinsip perancangan kantor, meliputi : 1. Bentuk dasar denah, 2. Letak core, 3. Sirkulasi horizontal, 4. Ketebalan ruang, 5. Ketinggian ruang dan lantai, 6. Struktur, 7. Kontrol terhadap sinar matahari. b. Kriteria khusus M e r u p a k a n k r i t e r i a perancangan bangunan yang menggunakan energi surya untuk pengkondisian udara, meliputi : 1. Orientasi kolektor 2. Orientasi bangunan, 3. E l e m e n b a n g u n a n penangkap energi surya, 4. Pengetrapan seluruh komponen penggunaan energi surya kedalam bangunan (kolektor, penyimpanan, distribusi, transport, sistem back-up, kontrol, m e s i n A C ( A i r Conditioning) sistem absorpsi, distribusi udara dingin. 5. Penghalang sinar surya, 6. G u b a h a n m a s a bangunan. Dari kriteria diatas, diusulkan model sebagai berikut : 1. Denah berbentuk bujur sangkar, dengan ukuran 30 x 30 m. 2. Bangunan bertingkat. 3. Orientasi bangunan menghadap timur-barat. 4. Kolektor plat datar dipasang pada atap, dengan bentuk : atap datar, atap miring dengan sudut 30, atap pelana dengan sudut 30, atap limas dengan sudut Kolektor plat datar dipasang pada dinding barat. 26

9 Lihat gambar model di bawah ini. Gambar 9. Model bangunan arsitektur surya, atap dapat berbentuk datar, miring, pelana, dan limasan 27

10 5. PERHITUNGAN KAPASITAS PENDINGINAN Perhitungan dilakukan untuk mencari hubungan antara luas penangkap energi surya dengan kapasitas pendinginan yang dihasilkan. Langkah-langkah perhitungan dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Perhitungan besarnya radiasi yang ditangkap kolektor, yang terdiri dari : a. Radiasi langsung Dengan rumus sebagai berikut : Cos Ө = cos Z cos + sin Z sin cos ( A- Y ). Z : sudut antara sinar surya dan sumbu vertikal. A : azimuth, yaitu sudut antara proyeksi sinar surya dengan arah selatan. b. Radiasi difus Dengan rumus sebagai berikut : Gdp = Gd x 1 + cos TIL 2 Gdp : besarnya radiasi difus pada bidang yang ditanyakan. Gd : radiasi difus. TIL : sudut kemiringan yang diukur dari horizontal. Total radiasi yang ditangkap kolektor adalah dengan menjumlahkan radiasi langsung dan radiasi difus. 2. Perhitungan beban pendinginan. Untuk menghitung beban pendinginan ruang yang dibutuhkan, didasarkan menggunakan rumus sebagai berikut : Luas lantai (sq.ft) x 36 BTUH/ sq.ft BTUH =...Ton 3. Perhitungan luas kolektor yang dibutuhkan untuk pendinginan. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Acoll = Qcoll qu Acoll : luas kolektor (sq.ft) Qcoll : jumlah panas yang dibutuhkan (BTU/h) qu : jumlah panas berguna yang dikumpulkan (BTU/sq ft h) qu : 0,64 [ qa Ul ( tef ta ) ] qa : f ( I ) I : jumlah total radiasi (BTU/sq ft h) f : pecahan radiasi surya. Ul : koefisien hilangnya panas. tef : temperatur rata-rata harian dari cairan yang memasukkan panas. ta : temperatur udara luar rata-rata harian ( F ). 0,64 : nilai desain efisiensi kolektor. 30

11 Dengan melakukan perhitungan atas dasar rumus- rumus diatas dari model bangunan yang telah dibuat, hasil perhitungan hubungan antara luas kolektor dengan kapasitas pendinginan yang dihasilkan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : MACAM ELEMEN BEBAN PENDINGINAN PER LANTAI (TON) LUAS KOLEKTOR PER TON REFRIGERASI (M2) LUAS KOLEKTOR PER LANTAI UNTUK PENDINGINAN (M2) TOTAL LUAS KOLEKTOR (M2) JUMLAH LANTAI YANG DAPAT DI DINGINKAN 1. Atap datar 29,06 3, ,8 1. Atap miring a. Sudut 15 29,06 3,76 109,26 932,4 8,5 b. Sudut 30 29,06 4,14 121, ,2 8,5 3. Atap pelana a. Sudut 15 29,06 3,73 108,39 932,4 8,6 b. Sudut 30 29,06 4,13 120, ,2 8,6 4. Atap limas a. Sudut 15 29,06 3,73 108,39 932,4 8,6 b. Sudut 30 29,06 4,14 120,3 1039,2 8,6 5. Dinding barat ,62 250, ,2 Tabel 1. Hubungan luas elemen bangunan penangkap energi surya dengan kapasitas pendinginan yang dihasilkan Dari hasil perhitungan diatas, dapat dijelaskan hubungan antara luas elemen penangkap energi surya dengan kapasitas pendinginan yang dihasilkan sebagai berikut : a. Elemen atap. Dari berbagai bentuk atap : atap datar, atap miring, atap pelana, dan atap limas ( dengan sudut 15 dan 30 ), kapasitas pendinginan yang dihasilkan adalah antara : 8,5 8,8 lantai. Atap datar adalah yang paling besar menghasilkan kapasitas pendinginan, yaitu 8,8 lantai. Ini berarti, bilamana seluruh atap bangunan dipasang k o l e k t o r, m a k a a k a n menghasilkan sekitar 8 lantai yang dapat didinginkan. b. Dinding barat. Dinding barat yang dipasang kolektor dapat mendinginkan sebanyak 2,2 lantai, dari bangunan berlantai 7. Ini berati dapat mendinginkan 2 lantai atau 30 % dari jumlah lantai bangunan yang ada. 31

12 6. PERBANDINGAN BIAYA PENGKONDISIAN UDARA ENERGI SURYA DENGAN LISTRIK DAN MINYAK Untuk memberikan gambaran perbandingan biaya pengkondisian udara energi surya dengan listrik dan minyak, berikut adalah hal-hal yang ingin diketahui : a. Berapa perbandingan besarnya biaya operasional antara energi surya, listrik dan minyak? b. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan yang sama/ break event point? c. Berapa perbandingan biaya investasi awal? Dari perhitungan yang dilakukan, perbandingan biaya operasional antara pengkondisian udara energi surya, listrik dan minyak dapat dilihat pada tabel dibawah ini. WAKTU OPERASIONAL ENERGI LISTRIK ( Rp ) ENERGI MINYAK ( Rp) ENERGI SURYA ( Rp) 1 Tahun (75,2%) (19,7%) 2 Tahun (81,1%) ( 19,7%) 3 Tahun (83,4%) ( 19,7%) 4 Tahun (84,6%) ( 19,7%) 5 Tahun (85,4%) ( 19,7%) 6 Tahun (85,9%) ( 19,7%) 7 Tahun (86,2%) ( 19,7%) 8 Tahun (86,5%) ( 19,7%) 9 Tahun ( 86,7%) ( 19,7%) 10 Tahun ( 86,9%) ( 19,7%) Jumlah rata-rata 100 % 84, 19 % Dibulatkan : 85 % 19, 7 % Dibulatkan :20 % Tabel 2. Perbandingan biaya operasional pengkondisian udara dengan energi listrik, minyak dan surya, waktu operasional jam ( 10 jam ) Tabel diatas menunjukkan perbandingan biaya operasional antara pengkondisian udara energi surya dengan listrik dan minyak, dapat diberikan penjelasan sebagai berikut : a. Biaya operasional penggunaan energi minyak = 85 % dari biaya energi listrik. b. Biaya operasional penggunaan energi surya = 20 % dari biaya energi listrik. c. Bilamana mesin AC bekerja siang dan malam selama 24 jam, maka besarnya biaya operasional penggunaan energi surya = x 100 % = 52,5 % dari biaya energi listrik. 2 X 100 Mengenai perbandingan besarnya investasi awal dan waktu yang dibutuhkan untuk menyamakan (suatu kondisi dimana biaya investasi awal dan operasional dari energi surya dan listrik sama besar/ break event point ), dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

13 WAKTU OPERASIONAL (TAHUN) INVESTASI AWAL + OPERASIONAL AC ENERGI LISTRIK (RP) OPERASIONAL AC ENERGI SURYA ( RP) SELISIH HARGA MESIN AC ENERGI SURYA (RP) a b a-b (a-b) : harga AC energi listrik 1 Tahun ,37 x 2 Tahun ,67 x 3 Tahun ,97 x 4 Tahun ,28 x 5 Tahun ,58 x 6 Tahun ,88 x 7 Tahun ,18 x 8 Tahun ,48 x 9 Tahun ,79 x 10 Tahun ,0 x Tabel 3. Perbandingan besarnya investasi dan waktu yang dibutuhkan untuk menyamakan Dari tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. In v e stasi a w al untuk penggunaan mesin AC energi surya adalah lebih mahal dari mesin AC energi listrik. b. Bilaman a kelipatan investasi mesin AC energi surya sebesar 1,37 x mesin AC energi listrik, maka waktu yang dibutuhkan untuk menyamakan biaya investasi dan operasional adalah sebesar 1 tahun. Tetapi jika kelipatan investasi mesin AC energi surya mencapai 4 x mesin AC energi listrik, maka waktu yang dibutuhkan untuk menyamakan adalah selama 10 tahun. c. Jika diasumsikan jangka waktu operasional mesin AC energi surya dapat mencapai 15 tahun, dan besarnya investasi awal mesin AC energi surya 4 x mesin AC energi listrik, maka dapat diperhitungkan : - W a k t u y a n g d i b u t u h k a n u n t u k menyamakan investasi awal dan operasional adalah 10 tahun. - Sisa waktu sebesar 5 t a h u n a d a l a h merupakan keuntungan menggunakan pengkondisian udara energi surya. 7. CONTOH PENERAPAN ARSITEKTUR SURYA PADA LINGKUNGAN PERKOTAAN Untuk memberikan gambaran penerapan arsitektur surya kedalam lingkungan perkotaan, akan dilakukan pada kota Jakarta di jalan Jenderal Sudirman. Hal ini dipertimbangkan karena pada 31

14 kawasan tersebut terdapat banyak bangunan kantor berlantai banyak, sebagian diantaranya menggunakan curtain wall glass. Lihat gambar di bawah ini. Gambar 10. Lingkungan jalan Jenderal Sudirman Jakarta Gambar 11. Usulan penempatan kolektor plat datar pada bangunan di jalan Jendral Sudirman Jakarta 33

15 Gambar 12. Sketsa usulan penerapan kolektor plat datar pada bangunan di jalan Jendral Sudirman Jakarta Keterangan : a. Bangunan yang ada di jalan J e ndral Sudirman, d i dominasi bangunan yang menggunakan dinding kaca/ curtain wall glass. b. Kolektor plat datar dapat ditempatkan pada bidang a t a p, dinding ya n g menghadap arah timur atau barat. c. Lu a s kolektor ya n g dibutuhkan tergantung dari besarnya beban pendinginan d a r i m a s i n g - m a s i n g bangunan. Tinggi bangunan umumnya sekitar lantai, ini berarti luas atap yang seluruhnya dipasang kolektor akan mendinginkan s e kitar 8 l an t ai, d a n kekurangannya dipasang pada 34

16 bidang dinding yang menghadap kearah barat atau timur. 8. KESIMPULAN Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Dari berbagai bentuk atap : atap datar, miring, pelana dan limas, yang dipasang kolektor plat datar, kapasitas pendinginan yang dapat dicapai sebesar 8 lantai. b. Untuk dinding barat yang dipasang kolektor, kapasitas pendinginan yang dapat dicapai sebesar 2 lantai. c. Perbandingan biaya pengkondisian udara energi surya dengan energi listrik dan minyak untuk penggunaan siang hari (jam ): - Biaya operasional energi minyak : 85% dari biaya energi listrik. - Biaya operasional energi surya : 20% dari biaya energi listrik. - Untuk penggunaan siangmalam selama 24 jam, biaya operasional energi surya : 52,5% dari biaya energi listrik. d. Biaya investasi awal dan perhitungan ekonomisnya penggunaan energi surya untuk pengkondisian udara dapat dikatakan ekonomis, bilamana harga maksimum investasi awal mesin AC energi surya adalah 4 x mesin AC energi listrik, dan operasionalnya lebih dari 10 tahun. 9. DAFTAR PUSTAKA : Anderson,Bruce, Solar Energy : Fundamental In Building Design, Mc. Graw-Hill Company, Andrews, FT., PE, The Architect s Guide To Mechanical System, Reinhold Publishing Corporation, Broabent, Geoffrey, Design In Architecture, John Wiley & Sons Ltd, Chauliaguet, Charles, Cs, Solar Energy In Building For Engineering, Architecture And Construction, John Wiley & Sons,Ltd, Davis, & Schubert, Alternative Natural Energy Sources In Building Design, Van Nostrand Reinhold Company, Djumiko, Arsitektur Surya Untuk Pengkondisian Udara, Model Bangunan Kantor di Bandung, Tesis S2 Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung, Mc Guinness, William J, Cs, Mechanical And Electrical Equipment For Building, 6 th. Ed, John Willey and Sons, Szokolay, S.V, World Solar Archgitecture, John Wiley & Sons, Biodata Penulis : Djumiko, alumni S-1 Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang ( 1982), S-2 Teknik Arsitektur pada alur Perancangan Arsitektur Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung (1993), dan pengajar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan (FT. UTP) Surakarta ( sekarang). 35

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN AR-3121: SISTEM BANGUNAN & UTILITAS Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN 12 Oktober 2009 Dr. Sugeng Triyadi PENDAHULUAN Penghawaan pada bangunan berfungsi untuk mencapai kenyamanan thermal. Dipengaruhi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber energi pengganti yang sangat berpontensi. Kebutuhan energi di

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber energi pengganti yang sangat berpontensi. Kebutuhan energi di 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Matahari adalah sumber energi tak terbatas dan sangat diharapkan dapat menjadi sumber energi pengganti yang sangat berpontensi. Kebutuhan energi di Indonesia masih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan sumber energi tak terbaharui (bahan bakar fosil) semakin menipis

Lebih terperinci

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON Caturwati NK, Agung S, Chandra Dwi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Jend. Sudirman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis sumber daya energi dalam jumlah yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa, maka

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk dunia yang pesat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan energi seiring berjalannya waktu. Energi digunakan untuk membangkitkan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE Studi Eksperimental Pengaruh Perubahan Debit Aliran... (Kristian dkk.) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE Rio Adi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR TABEL xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pentingnya Pengadaan Kantor Sewa di Yogyakarta 1 A. Pertumbuhan Ekonomi dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA Rasyid Atmodigdo 1, Muhammad Nadjib 2, TitoHadji Agung Santoso 3 Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS THERMAL KOLEKTOR SURYA PEMANAS AIR JENIS PLAT DATAR DENGAN PIPA SEJAJAR

ANALISIS THERMAL KOLEKTOR SURYA PEMANAS AIR JENIS PLAT DATAR DENGAN PIPA SEJAJAR TUGAS AKHIR ANALISIS THERMAL KOLEKTOR SURYA PEMANAS AIR JENIS PLAT DATAR DENGAN PIPA SEJAJAR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1) Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan air panas pada saat ini sangat tinggi. Tidak hanya konsumen rumah tangga yang memerlukan air panas ini, melainkan juga rumah sakit, perhotelan, industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi panas yang kita peroleh dari matahari adalah energi panas gratis yang kita peroleh secara terus menerus dan dalam jumlah yang besar. Dengan pengolahan yang

Lebih terperinci

Preparasi pengukuran suhu kolektor surya dan fluida kerja dengan Datapaq Easytrack2 System

Preparasi pengukuran suhu kolektor surya dan fluida kerja dengan Datapaq Easytrack2 System Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. XI No.1 Mei 2011 Preparasi pengukuran suhu kolektor surya dan fluida kerja dengan Datapaq Easytrack2 System Handjoko Permana a, Hadi Nasbey a a Staf Pengajar

Lebih terperinci

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 4 No.1. April 2010 (7-15) Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap I Gst.Ketut Sukadana, Made Sucipta & I Made Dhanu

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, energi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi matahari tersedia dalam jumlah yang sangat besar, tidak bersifat polutif, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Energi matahari tersedia dalam jumlah yang sangat besar, tidak bersifat polutif, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui bahwa matahari adalah sumber penghidupan bagi makhluk hidup, yang diciptakan Tuhan sebagai suatu kelengkapan unsur jagat raya. Energi

Lebih terperinci

Djumiko. Kata kunci : ventilasi alami, ventilasi gaya thermal, ventilasi silang, kenyamanan.

Djumiko. Kata kunci : ventilasi alami, ventilasi gaya thermal, ventilasi silang, kenyamanan. KONDISI VENTILASI ALAMI BANGUNAN GEREJA BLENDUK SEMARANG Djumiko Abstrak Salah satu faktor pertimbangan perancangan bangunan dalam konteks hemat energi adalah pemanfaatan faktor faktor iklim seperti matahari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan terhadap penyediaan energi listrik terus mengalami peningkatan. Peningkatan konsumsi energi

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini terus dilakukan beberapa usaha penghematan energi fosil dengan pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan. Salah satunya yaitu dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup Edo Wirapraja, Bambang

Lebih terperinci

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar Philip Kristanto Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin - Universitas Kristen Petra Yoe Kiem San Alumnus Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemanasan global (global warming) semakin terasa di zaman sekarang ini.

I. PENDAHULUAN. Pemanasan global (global warming) semakin terasa di zaman sekarang ini. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global (global warming) semakin terasa di zaman sekarang ini. Matahari memancarkan gelombang radiasinya menembus lapisan atmosfir dan sebagiannya terperangkap

Lebih terperinci

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Lia Laila Prodi Teknologi Pengolahan Sawit, Institut Teknologi dan Sains Bandung Abstrak. Sistem pengondisian udara dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

Perbandingan Konfigurasi Pipa Paralel dan Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar

Perbandingan Konfigurasi Pipa Paralel dan Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar JURNAL TEKNIK MESIN Vol., No. 1, April : 68-7 Perbandingan Konfigurasi Pipa Paralel dan Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar Terhadap Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN

OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN Optimalisasi Penyerapan Radiasi Matahari Pada Solar Water Heater... (Sulistyo dkk.) OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN Agam Sulistyo *,

Lebih terperinci

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... CATATAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN PRAKATA. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. ABSTRAK. i ii iii iv v vii x xiii xv BAB I PENDAHULUAN..

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006). 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Surya Pengering surya memanfaatkan energi matahari sebagai energi utama dalam proses pengeringan dengan bantuan kolektor surya. Ada tiga klasifikasi utama pengering surya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR...xii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TUGAS AKHIR PENGUJIAN MODEL WATER HEATER FLOW BOILING DENGAN VARIASI GELEMBUNG UDARA Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Mesin Fakultas Teknik Univesitas

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER Oleh: Zainul Hasan 1, Erika Rani 2 ABSTRAK: Konversi energi adalah proses perubahan energi. Alat konversi energi

Lebih terperinci

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar JURNA TEKNIK MESIN Vol. 3, No. 2, Oktober 2001: 52 56 Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING Mulyanef 1, Marsal 2, Rizky Arman 3 dan K. Sopian 4 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin Universitas Bung Hatta,

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA

ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA Walfred Tambunan 1), Maksi Ginting 2, Antonius Surbakti 3 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Pekanbaru 1) e-mail:walfred_t@yahoo.com

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN Studi Eksperimental Pengaruh Sudut Kemiringan... (Nabilah dkk.) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN Inas Nabilah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air. Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air. Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Tugas Akhir Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang. Alasan pemilihan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Grafik Produksi Minyak Bumi Indonesia Tahun dan Prediksi Untuk Tahun

Gambar 1.1 Grafik Produksi Minyak Bumi Indonesia Tahun dan Prediksi Untuk Tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksploitasi energi skala besar berakibat menurunnya ketersediaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan gas alam. Bahan bakar fosil merupakan energi non-konveksional

Lebih terperinci

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 4 No.2. Oktober 2010 (88-92) Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip Made Sucipta, I Made Suardamana, Ketut Astawa Jurusan

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN : PERBEDAAN LAJU ALIRAN PANAS YANG DISERAP AIR DALAM PEMANAS AIR BERTENAGA SURYA DITINJAU DARI PERBEDAAN LAJU ALIRAN AIR DALAM PIPA KOLEKTOR PANAS Sumanto Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari, misalnya dalam bidang industri, dan rumah tangga. Saat ini di Indonesia pada umumnya masih menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh

I. PENDAHULUAN. pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menanggapi isu penggunaan clean energy yang sangat santer saat ini, pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh kebijakan dunia dan negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis Energi Unit Total Exist

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang   Jenis Energi Unit Total Exist 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari, misalnya dalam bidang industri, dan rumah tangga. Saat ini di Indonesia pada umumnya masih menggunakan

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Tema Tema Green Architecture dipilih karena mengurangi penggunaan energi dan polusi, serta menciptakan hunian dengan saluran, penyekatan, ventilasi, dan material

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB No. 31 Vol. Thn. XVI April 9 ISSN: 854-8471 PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB Endri Yani Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan Mahasiswa Program S1 Fisika Bidang Fisika Energi Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Tata Udara Hampir semua aktifitas dalam gedung seperti kantor, hotel, rumah sakit, apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu penerangan,

Lebih terperinci

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas Azridjal Aziz Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah fasa fluida dengan cara mempertukarkan kalornya dengan fluida lain. Kalor yang

BAB I PENDAHULUAN. mengubah fasa fluida dengan cara mempertukarkan kalornya dengan fluida lain. Kalor yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penukar kalor adalah alat alat yang digunakan untuk mengubah temperatur fluida atau mengubah fasa fluida dengan cara mempertukarkan kalornya dengan fluida lain. Kalor

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PHOTOVOLTAIC BERKEMAMPUAN 50 WATT DALAM BERBAGAI SUDUT PENEMPATAN

ANALISIS KINERJA PHOTOVOLTAIC BERKEMAMPUAN 50 WATT DALAM BERBAGAI SUDUT PENEMPATAN TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA PHOTOVOLTAIC BERKEMAMPUAN 50 WATT DALAM BERBAGAI SUDUT PENEMPATAN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, energi merupakan salah satu hal yang sangat penting dan selalu dibutuhkan dalam jumlah yang tidak sedikit. Jumlah populasi manusia yang semakin

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR Peningkatan Kapasitas Pemanas Air Kolektor Pemanas Air Surya PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR Suharti 1*, Andi Hasniar 1,

Lebih terperinci

Gambar Proporsi penggunaan sumber energi dunia lebih dari duapertiga kebutuhan energi dunia disuplai dari bahan bakan minyak (fosil)

Gambar Proporsi penggunaan sumber energi dunia lebih dari duapertiga kebutuhan energi dunia disuplai dari bahan bakan minyak (fosil) ARSITEKTUR DAN ENERGI Tri Harso Karyono Harian Kompas, 21 September 1995, Jakarta, Indonesia. Pengamatan para akhli memperlihatkan konsumsi energi dunia meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir ini.

Lebih terperinci

Peningkatan Efisiensi Absorbsi Radiasi Matahari pada Solar Water Heater dengan Pelapisan Warna Hitam

Peningkatan Efisiensi Absorbsi Radiasi Matahari pada Solar Water Heater dengan Pelapisan Warna Hitam Peningkatan Efisiensi Absorbsi Radiasi Matahari pada Solar Water Heater dengan Pelapisan Warna Hitam NK. Caturwati 1)*, Yuswardi Y. 2), Nino S. 3) 1, 2, 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sultan Ageng

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Sel

BAB I PENDAHULUAN. yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Sel 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi Surya adalah sumber energi yang tidak akan pernah habis ketersediaannya dan energi ini juga dapat di manfaatkan sebagai energi alternatif yang akan di ubah

Lebih terperinci

SOLAR INDUSTRIAL PROCESS HEAT. Nama: Hendra Riswan No. BP: Dosen: Iskandar R., M.T.

SOLAR INDUSTRIAL PROCESS HEAT. Nama: Hendra Riswan No. BP: Dosen: Iskandar R., M.T. SOLAR INDUSTRIAL PROCESS HEAT Nama: Hendra Riswan No. BP: 1110912021 Dosen: Iskandar R., M.T. Pendahuluan Dalam solar industrial proses heat ini akan diuraikan beberapa desain Umum dan pertimbangan ekonomi

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI ABSTRAK PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Umum Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat energi yang mengubah air menjadi uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di dapur ketel uap. Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3845 PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK Katerina 1), Hari Purnomo 2), dan Sri Nastiti N. Ekasiwi

Lebih terperinci

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater.

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater. BUKU PANDUAN SOLAR WATER HEATER Pemanas Air Dengan Tenaga Matahari S o l a r W a t e r H e a t e r Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater. Pengenalan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOLEKTOR PARABOLIK DENGAN DUA LALUAN UNTUK PEMANAS AIR DENGAN TEMPERATUR KELUARAN 80 LAPORAN TUGAS AKHIR

PEMBUATAN KOLEKTOR PARABOLIK DENGAN DUA LALUAN UNTUK PEMANAS AIR DENGAN TEMPERATUR KELUARAN 80 LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KOLEKTOR PARABOLIK DENGAN DUA LALUAN UNTUK PEMANAS AIR DENGAN TEMPERATUR KELUARAN 80 LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat Pengering Surya Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada perancangan dan pembuatan alat pengering surya (solar dryer) adalah : Desain Termal 1.

Lebih terperinci

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN WARNA PELAT KOLEKTOR SURYA BERLUBANG TERHADAP EFISIENSI DI DALAM SEBUAH WIND TUNNEL

PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN WARNA PELAT KOLEKTOR SURYA BERLUBANG TERHADAP EFISIENSI DI DALAM SEBUAH WIND TUNNEL PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN WARNA PELAT KOLEKTOR SURYA BERLUBANG TERHADAP EFISIENSI DI DALAM SEBUAH WIND TUNNEL Irwin Bizzy, Dendi Dwi Saputra, Muhammad Idris Dwi Novarianto Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

INSTALASI PLUMBING (AIR BERSIH DAN AIR KOTOR) Kuliah 7, 26 Oktober 2009

INSTALASI PLUMBING (AIR BERSIH DAN AIR KOTOR) Kuliah 7, 26 Oktober 2009 INSTALASI PLUMBING (AIR BERSIH DAN AIR KOTOR) Kuliah 7, 26 Oktober 2009 PENDAHULUAN Instalasi plumbing (pemipaan) sangat penting untuk menunjang operasional bangunan. Sebagai sarana penyaluran air, gas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa ini adalah hasil analisis pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan. Konsep ini merupakan konsep turunan dari

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH)

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH) TURBO Vol. 6 No. 1. 2017 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP

Lebih terperinci

Performansi Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa dengan Variasi Sudut Kemiringan Kolektor

Performansi Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa dengan Variasi Sudut Kemiringan Kolektor B-68 Performansi Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa dengan Variasi Sudut Kemiringan Kolektor Dendi Nugraha dan Bambang Arip Dwiyantoro Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK PLAT ARBSORBER PADA SOLAR WATER HEATER TERHADAP EFISIENSI KOLEKTOR. Galuh Renggani Wilis ST.,MT. ABSTRAK

PENGARUH BENTUK PLAT ARBSORBER PADA SOLAR WATER HEATER TERHADAP EFISIENSI KOLEKTOR. Galuh Renggani Wilis ST.,MT. ABSTRAK PENGARUH BENTUK PLAT ARBSORBER PADA SOLAR WATER HEATER TERHADAP EFISIENSI KOLEKTOR Galuh Renggani Wilis ST.,MT. ABSTRAK Energi fosil di bumi sangat terbatas jumlahnya. Sedangkan pertumbuhan penduduk dan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA Diajukan oleh: FERI SETIA PUTRA D 400 100 058 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PENGARUH BESAR LAJU ALIRAN AIR TERHADAP SUHU YANG DIHASILKAN PADA PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN PIPA TEMBAGA MELINGKAR

PENGARUH BESAR LAJU ALIRAN AIR TERHADAP SUHU YANG DIHASILKAN PADA PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN PIPA TEMBAGA MELINGKAR Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 PENGARUH BESAR LAJU ALIRAN AIR TERHADAP SUHU YANG DIHASILKAN PADA PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN PIPA TEMBAGA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL

BAB IV ANALISIS HASIL BAB IV ANALISIS HASIL 4.1 Karakteristik Umum Bangunan Hotel Pullman Gadog ini tepatnya di wilayah Ciawi Bogor. Hotel ini terdiri dari beberapa fungsi bangunan utama yaitu Main Building, Conference area,

Lebih terperinci

PENGUJIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN POSISI PLAT PHOTOVOLTAIC HORIZONTAL

PENGUJIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN POSISI PLAT PHOTOVOLTAIC HORIZONTAL TUGAS AKHIR PENGUJIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN POSISI PLAT PHOTOVOLTAIC HORIZONTAL Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Mesin Fakultas

Lebih terperinci

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 5 No.1. April 2011 (98-102) Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap Made Sucipta, Ketut

Lebih terperinci

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK GLOSSARY GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK Ash Handling Adalah penanganan bahan sisa pembakaran dan terutama abu dasar yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) B-62 Studi Eksperimental Pengaruh Laju Aliran Air terhadap Efisiensi Thermal pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa Sandy Pramirtha dan Bambang Arip Dwiyantoro

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENGERINGAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan

Lebih terperinci

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING 3.1 Perngertian dan Standar Pengkondisian Udara Bangunan Pengkondisian udara adalah suatu usaha ang dilakukan untuk mengolah udara dengan cara mendinginkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Desain Termal 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

STUDI PERFORMANSI ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR STUDY OF WATER HEATER PERFORMANCE USING FLAT PLAT SOLAR COLLECTOR

STUDI PERFORMANSI ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR STUDY OF WATER HEATER PERFORMANCE USING FLAT PLAT SOLAR COLLECTOR STUDI PERFORMANSI ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR STUDY OF WATER HEATER PERFORMANCE USING FLAT PLAT SOLAR COLLECTOR Darwin 1*), Hendri Syah 1), Sujan Yadi 1) 1) Program Studi

Lebih terperinci