Desain Casing Sumur Panas Bumi Berdasarkan Integrasi Data Beban- Panas-Laju Korosi Dan Feed Zone Dengan Pendekatan Umur Minimum Casing

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Desain Casing Sumur Panas Bumi Berdasarkan Integrasi Data Beban- Panas-Laju Korosi Dan Feed Zone Dengan Pendekatan Umur Minimum Casing"

Transkripsi

1 Desain Casing Sumur Panas Bumi Berdasarkan Integrasi Data Beban- Panas-Laju Korosi Dan Feed Zone Dengan Pendekatan Umur Minimum Casing Sudarmoyo, IB Jagranatha, Herianto, Catur Cahyo Nugroho Teknik Perminyakan UPN Veteran Yogyakarta Abstrak Desain casing adalah satu tahapan penting dari suatu pemboran dalam kaitannya untuk meminimalkan problem pemboran dan produksi dari aspek formasi, Desain casing pada sumur migas umumnya hanya mempertimbangkan faktor beban tekanan. Pada desain casing sumur panas bumi, selain faktor beban tekanan, faktor temperatur yang tinggi dan faktor korosi harus diberikan perhatian khusus. Untuk itu maka proses integrasi data beban tekanan, panas (temperatur), laju korosi dan feed zone pada casing dan liner harus dilakukan secara rinci. Temperatur semakin tinggi akan mempercepat laju korosi yang terjadi pada casing produksi dan liner karena mengalami kontak langsung dengan fluida produksi sehingga mempengaruhi umur casing. Prediksi laju korosi pada casing dan liner sumur panas bumi harus dilakukan secara rinci, sehingga umur casing dan liner dapat diperkirakan berdasarkan kekuatan material casing dan liner terhadap karakteristik korosive dari fluida produksi. Desain casing optimum pada penelitian ini dirancang dengan pendekatan umur minimum casing yang mampu bertahan minimal 30 th umur produksi. Tujuan penelitian ini adalah merencanakan pemasangan casing (casing design) yang optimum pada sumur kajian CCN#4 lapangan panas bumi Indonesia berdasarkan integrasi data beban tekanan, panas, laju korosi dan feed zone. Desain casing yang optimum sumur kajian CCN#4 yaitu: stove pipe casing (0-30 mmd) grade X ppf, surface casing (0-340 mmd) grade K ppf STC, production casing ( mmd) grade P ppf STC, dan perforated liner 10 ¾ kedalaman ( mmd) grade N80 40,5 ppf STC. Kata Kunci : korelasi zone loss, laju korosi, setting depth, temperatur, umur minimum casing. 1. Pendahuluan Temperatur yang tinggi pada sumur panas bumi akan mempercepat laju korosi casing, kondisi seperti ini secara langsung akan mempengaruhi umur casing selama produksi. Semakin tinggi temperatur semakin cepat laju korosi dan semakin pendek umur casing. Desain casing harus memenuhi kriteria umur minimum casing yang didasarkan antara lain pada lamanya kontrak lapangan panas bumi di Indonesia yaitu 30 tahun. Pemboran sumur panasbumi CCN#4 akan dilakukan dengan tujuan sebagai sumur make-up lapangan panas bumi dengan tipe sumur big hole. Pada sumur-sumur referensi ( D#3 dan G#4) grade casing yang sudah dipasang adalah grade X ppf untuk stove pipe casing, grade K ppf BTC untuk surface casing, grade L80 68 ppf BTC untuk production casing, grade K55 40,5 ppf BTC untuk liner 10 3/4, grade K55 24 ppf BTC untuk liner 8 5/8. Sejauh ini desain casing pada lapangan panas bumi dilakukan dengan memperhitungkan faktor pembebanan secara kuantitatif dan faktor korosi hanya secara kualitatif yang didasarkan pada grade casing. Desain casing berdasarkan faktor pembebanan, kemapuan casing harus memenuhi syarat safety factor minimum. S.Rahman (1995) dalam bukunya menerangkan bahwa kemampuan casing akan berubah terhadap perubahan temperatur sehingga koreksi perlu dilakukan dalam desain casing berdasarkan faktor pembebanan tersebut. Sedangkan dari faktor korosi, casing standar API telah digolongkan berdasarkan aplikasinya seperti: grade H-40, J-55, dan K-55 untuk penerapan umum, L-80, C-90, dan T-95 untuk lingkungan asam, N-80, P-110, dan Q- 125 untuk desain dengan kebutuhan casing strength yang tinggi. Yoshiaki Kureta dkk (1995) dalam papernya telah mempublikasikan persamaan untuk memprediksi corrosion resistance material casing berdasarkan komponen kimia penyusunnya dengan mengkonversi menjadi chrome equivalent (Cr.eq). Ekasari, Novianti dan Marbun (2015) dalam papernya telah mempublikasikan pengembangan persamaan Corrosion Rate Kureta dkk dengan membuat berbagai koreksi dengan tujuan agar 333

2 dapat diaplikasikan di lapangan panas bumi di Indonesia. Maksud dari penulisan makalah ini adalah merencanakan pemasangan casing (casing design) yang optimum sumur kajian CCN#4 pada lapangan panas bumi Indonesia berdasarkan integrasi data beban tekanan, panas, laju korosi dan feed zone. Untuk memperoleh desain casing sumur CCN#4 yang optimum, maka faktor pembebanan dan faktor korosi diperhitungkan secara kuantitatif sehingga umur casing dapat diprediksi dengan menghitung kemampuan casing dalam menahan beban yang diterima setelah mengalami korosi pada kondisi temperatur fluida produksi. Kemampuan casing dalam menahan beban berdasarkan standar API antara lain pipe body yield strength (Py), joint strength (Jy), Burts Rating (Pbr), Collapse Rating (Pcr). Pipe body yield strength Pipe body yield strength (P y ) adalah gaya minimal yang dibutuhkan untuk menyebabkan plastik deformasi ( deformasi permanen) casing, yang merupakan fungsi dari luas penampang dan minimum yield strength (Yp). Besarnya dapat dihitung dengan persamaan (1):... (1) Joint Strength Joint strength merupakan gaya regang minimal (tensile force) yang dibutuhkan untuk menyebabkan kerusakan pada joint casing. a. Round thread Besarnya joint strength untuk round thread dapat dihitung dengan persamaan (2) dan (3):... (2)... (3) b. Buttress thread coupling Persamaan (4) dan (5) adalah persamaan untuk menghitung joint strength untuk buttress thread coupling (BTC) :... (4)... (5) c. Extreme line thread coupling Untuk extreme line thread coupling (ETC), joint strength mengambarkan gaya terkecil yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan pada casing, box atau pin. Nilai terkecil ditentukan oleh luas penampang terkecil dari casing, pin, atau box. Persamaan (6) untuk menghitung joint strength untuk ETC pada casing,:... (6) Persamaan (7) untuk menghitung joint strength untuk ETC pada box,:... (7) Persamaan (8) untuk menghitung joint strength untuk ETC pada pin,:... (8) Burst Rating Burst rating (internal yield pressure) untuk casing dihitung dengan persamaan (9) dengan 12,5% toleransi pabrikan yang diizinkan oleh setandar API pada nominal ketebalan dinding casing.... (9) CollapseRating Collapse rating berdasarkan standar API dihitung pada kondisi transisi dengan persamaan,...(10)...(11)...(12)...(13)...(14) 2. Metode Penelitian 2.1. Pengumpulan Data Langkah awal dalam penelitian ini adalah pengumpulan data dari sumur-sumur acuan ( wells reference),antara lain seperti data lithologi, tekanan dan temperatur heating up test, drilling parameter, zona loss, feed zone, profil sumur dan data casing, dan temperatur lumpur keluar. Data dari sumur kajian (CCN#4) antara lain data prognosis pemboran seperti total depth, profil sumur, data trajectory, program lumpur dan semen. 2.2 Analisis Data Analisa data dilakukan dengan terlebih dahulu membuat korelasi sumur kajian (CCN#4) dengan sumur sumur reference, menentukan setting depth casing per trayek, pemilihan ukuran bit dan casing per trayek, membuat desain casing sumur kajian ( CCN#4), validasi desain casing sumur kajian dengan desain casing sumur reference, melakukan analisa korosi untuk mengetahui prediksi umur casing. Iterasi desain casing dilakukan jika diperoleh umur casing < 30 tahun dan diperoleh desain casing sumur CCN#4 optimum jika umur casing 30 tahun. Setting Depth Casing Setting depth casing bertujuan menentukan kedalaman yang optimum untuk mendudukan 334

3 casing shoe pada batuan formasi tertentu. Didalam perencanaan setting depth casing, yang terpenting adalah menentukan setting depth casing produksi. Penempatan setting depth casing produksi yang salah dapat menyebabkan dampak negatif. Apabila setting depth melewati zona produktif, penyemenan casing produksi tidak akan sempurna karena cenderung terjadinya chanelling dan apabila terlalu jauh diatas dari zona produktif akan menyebabkan laju alir masa yang diharapkan tidak tercapai, karena diperlukan liner yang panjang dengan kapasitas yang lebih kecil dari casing produksi. Penentuan setting depth casing pada sumur panasbumi dibagi menjadi 2 tahap, yaitu penentuan setting depth casing produksi dan penentuan setting depth casing yang lain ( stove pipe dan surface casing). a. Setting Depth Casing Produksi Pendekatan untuk pemasangan casing produksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Analisa kenaikan temperatur dari lumpur yang keluar untuk memperkirakan temperatur pada dasar sumur. Umumnya temperatur lumpur yang keluar lebih besar dari 150 o F(65,6 o C) sudah memberikan temperatur formasi sebesar tiga kali temperatur lumpur tersebut. 2. Analisa Cutting digunakan untuk mendapatkan data intensitas alterasi (ubahan hidrothermal) dan jenis batuan serta ada tidaknya mineral indikator. Alterasi hidrothermal terjadi karena adanya zona permeable dan fluida panas. Intensitas alterasi yang tinggi mengindikasikan semakin dekatnya dengan zona permeable. Intensitas alterasi ini ditentukan berdasarkan persentase mineral sekunder dalam massa batuan. Intensitas alterasi terbagi menjadi 4, yaitu lemah (0-10%), sedang (11-25%), kuat (26-50%), dan sangat kuat (>50%). Mineral sekunder yang digunakan sebagai indikator adalah mineral epidot yang digolongkan kedalam jenis alterasi propilit. Zona alterasi propilit merupakan zona reservoir pada lapangan panasbumi. b. Setting Depth Casing yang lain Penentuan setting depth casing yang lain ini menggunakan pendekatan korelasi antara kondisi lithologi dan stratigrafi lapangan, beban tekanan terbesar pada casing. Pengelompokan lithologi didasarkan pada hambatan-hambatan operasi pemboran akibat kondisi lithologi dan struktur geologi lapangan. Sedangkan setting depth casing berdasarkan beban tekanan terbesar pada casing dengan batas tekanan overburden dan tekanan fluida produksi. Contoh penentuan setting depth casing yang lain ditampilkan pada Gambar 1. Pemilihan Diameter Bit dan Casing Pemilihan diameter bit dan casing pada lapangan panas bumi umumnya dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: ukuran production liner, jumlah casing yang dibutuhkan untuk mencapai kedalaman akhir, dan kondisi pemboran. Jumlah casing yang dibutuhkan untuk mencapai formasi produktif dipengaruhi oleh setting depth dan kondisi geologi. Pada sumur panas bumi, casing yang dibutuhkan minimum ada 4 jenis yaitu: conductor casing, surface casing, production casing, dan perforated liner. Gambar 1. Grafik Setting Depth Casing yang lain Kondisi pemboran mempengaruhi pemilihan ukuran casing karena ukuran bit yang digunakan untuk pemboran trayek berikutnya, hidraulik lubang bor, dan kebutuhan untuk cementing casing. Diameter dalam casing digunakan untuk memilih ukuran diameter bit yang digunakan untuk pemboran trayek berikutnya. Diameter bit digunakan untuk menentukan diameter luar maksimal dari casing. Pemilihan Berat Nominal, Grade dan Sambungan Casing Setelah jumlah casing, setting depth, dan diameter luar casing ditentukan, selanjutnya adalah pemilihan berat nominal, grade, dan sambungan casing. Pada prakteknya, masing-masing casing didesain untuk menahan beban maksimal yang diantisipasi selama running casing, pemboran, dan produksi. Konsep pembebanan yang dialami oleh casing adalah: beban burst, beban collapse, beban aksial ( tension), beban biaksial, beban triaksial, dan pengaruh temperatur. a. Beban Burst Beban burst akan maksimum jika tekanan internal maksimum dan tekanan eksternal minimum. Tekanan internal maksimum saat steam dengan gradien tekanan (G s ) keluar dari dasar lubang pada kedalaman (NHTD) dengan tekanan saturasi (P Tekanan eksternal minimum saat besarnya sama dengan nol, sehingga beban burst dapat dihitung dengan persamaan:...(15)...(16)...(17) Safety faktor () minimum desain beban burst sebesar 1.1. Safety faktor beban burst dapat dihitung dengan persamaan (18): 335

4 ... (18) b. Beban Collapse Beban collapse akan maksimum jika tekanan eksternal maksimum dan tekanan internal minimum. Tekanan eksternal maksimum terjadi saat eksternal casing terisi oleh lumpur sehingga tekannan eksternal sama dengan besarnya tekannan hidrostatik lumpur dan tekanan internal sama dengan nol. Beban collapse dapat dihitung dengan persamaan:... (19)... (20)... (21) Bilangan safety faktor () maksimum untuk beban collapse adalah 1.1. Safety faktor beban burst dapat dihitung dengan persamaan:... (22) c. Beban Aksial (Tension) Beban tension adalah beban aksial (Fa) yang dialami oleh casing karena adanya tarikan. Pada saat casing di running kedalam lubang, beban tension adalah jumlah dari beban casing di dalam lumpur beban bending (Fb), dan shockload (Fs) yang dapat dihitung dengan rumus:... (21)... (22)... (23)... (24)... (25) d. Efek Biaksial Beban aksial tension akan menyebabkan kenaikan burst rating dan penurunan collapse rating, sedangkan compression akan menyebabkan penurunan burst rating dan kenaikan collapse rating. Burst dan collapse rating akibat efek biaksial dapat dihitung dengan terlebih dahulu menetukan besarnya efektif yield strength (Y pa ) dengan persamaan:... (26)... (27)... (29) Efektif yield strength (Y pa ) digunakan untuk menghitung besarnya burst rating menggunakan persamaan (9), menghitung faktor collapse rating menggunakan persamaan (11), (12), (13), (14), dan menghitung collapse rating menggunakan persamaan ( 10). Penurunan burst dan collapse rating (P B corr dan P C corr ) akibat efek biaksial ini dikontrol menggunakan bilangan safety faktor () yang besarnya sama seperti beban collapse dan beban burst. Safety faktor beban burst dan collapse akibat efek biaksial dapat dihitung dengan persamaan:...(30)...(31) e. Beban Triaksial Beban triaksial terjadi karena radial stress (σ r), tangential stress (σ t ), dan stress aksial (σ a ). Besarnya beban triaksial dapat dihitung dengan persamaan Von Mises Equivalent Stress (σ VME ),...(32)...(33)...(34) Beban triaksial maksimum terjadi pada sisi terluar casing ( r o ). Safety faktor minimum untuk beban triaksial adalah 1.1 dengan membandingkan terhadap yield strength (Yp) seperti persamaan,...(35) f. Pengaruh Thermal Faktor penting dalam desain casing sumur panas bumi adalah pengaruh temperatur tinggi dan fluida produksi yang korosif. Dengan temperatur yang semakin tinggi, maka casing akan mengalami perubahan Panjang dan Yield Strength. Perubahan yield strength pada variasi temperatur disebut hot yield strength (Ypt), seperti pada Tabel.1. Tabel 1.Yield Strength pada Beberapa Variasi Temperature (Rahman dan Chilingarian, 1995: 234) Besarnya perubahan panjang dipengaruhi oleh koefisien ekspansi thermal (β) dari casing dan perbedaan temperatur (ΔT) yang dapat dihitung,...(36) Besarnya ΔT ( o F) adalah selisih antara temperatur permukaan dengan temperatur fluida produksi. Untuk production casing, karena casing dalam keadaan tersemen sehingga ikatan semen dengan casing akan menahan casing untuk berekspansi, akibatnya kecenderungan ekspansi casing berubah menjadi compression stress yang disebut sebagai thermal stress (σ thermal ). Besarnya thermal stress dipengaruhi oleh modulus elastisitas casing (E), koefisien ekspansi thermal (β), dan perubahan suhu (ΔT) yang dapat dihitung dengan persamaan: 336

5 ... (37) Besarnya ΔT ( o F) pada thermal stress adalah selisih antara temperatur statik dasar sumur dengan temperatur fluida produksi. Safety faktor minimum untuk thermal stress adalah 1,...(38) Thermal stress akan menyebabkan penurunan burst rating dan kenaikan collapse rating sehingga perlu dilakukan koreksi burst dan collapse rating menggunakan cara seperti pada perhitungan efek biaksial, aksial stress digantikan dengan thermal stress. g. Pengaruh Fluida Korosif Besarnya corrosive resistance dipengaruhi oleh material penyusun casing. Pemilihan grade casing dalam ketahanannya terhadap korosi dapat mencegah terjadinya kegagalan casing sehingga umur casing bisa lebih lama. Yoshiaki Kureta dkk (1995) dalam papernya telah mempublikasikan persamaan untuk memprediksi corrosion resistance material casing berdasarkan komponen kimia penyusunnya dengan mengkonversi menjadi chrome equivalent (Cr.eq) material casing. Chrome adalah komposisi dasar dari material tahan terhadap korosi. Besarnya chrome equivalent dapat dihitung dengan persamaan (39). Nilai Chrome equivalent API casing disajikan pada Tabel (39) Tabel 2. Chrom Equivalent API Casing Grade casing Cr equivalent (API 5CT) Min. Maks. H40-8,5-7,5 J ,4 K N ,5 N80Q -2-1,5 M65-5,5-4,3 P110-2,4 2 L ,4-1,8 L80-9Cr 10 11,5 L80-13Cr Sumber: Ekasari dan Bonar, 2015 Yoshiaki Kureta dkk (1995) dalam papernya mempublikasikan juga persamaan untuk memprediksi nilai Corrosion Rate (CR) pada material casing yang besarnya dipengaruhi oleh temperatur, tingkat keasaman (ph), dan chrome equivalent. Persamaan CR ini merupakan hasil penelitiannya pada beberapa lapangan panas bumi di Jepang. Ekasari, Novianti dan Marbun (2015) pada Proceedings World Geothermal Congress telah mempublikasikan pengembangan persamaan CR Kureta dkk, dengan membuat berbagai koreksi dengan tujuan agar dapat diaplikasikan di lapangan panas bumi di Indonesia. Persamaan CR (40):... (40) Casing memerlukan ketebalan tertentu untuk tetap dapat menahan beban, ketebalan ini disebut ketebalan minimum (t min ). Apabila suatu casing memiliki ketebalan (t), maka ketebalan yang diizinkan terkorosi (t corrosion ) dapat dihitung dengan persamaan (41), dan umur (LT) casing dapat ditentukan dengan persamaan (42)...(41)...(42) Ketebalan casing yang dibutuhkan berbeda-beda untuk menahan suatu beban dengan beban lainnya. Untuk menahan beban burst (P B ) dan beban collapse (P C ) dengan safety faktor (), casing memerlukan burst rating (P Br ) dan collapse rating (P Br ) yang besarnya dapat dihitung dengan persamaan (43) dan (44),...(43)...(44) Ketebalan untuk menahan beban burts dapat dihitung dengan mengubah persamaan (9) menjadi,...(46) Ketebalan untuk menahan beban collapse dapat dihitung dengan mengubah persamaan 10 menjadi,...(47) t min beban burst dihitung dengan mensubtitusikan persamaan ( 43) ke persamaan ( 46) dan t min beban colapse dihitung dengan mensubtitusikan persamaan (44) ke persamaan (47),...(48)...(49) Pada keadaan casing menerima efek biaksial, t min akan bernilai lebih besar. Untuk menghitung burst dan collapse rating pada keadaan efek biaksial digunakan parameter efektif yield strength (Y pa ) sehingga persamaan (48) dan (49) menjadi:...(50)...(51) Jika hot yield strengh (Ypt) adalah minimum yield strength (Yp) pada tempetarut (T) tertentu, maka pada kondisi efek biaksial dan efek thermal persamaan (26) menjadi:...(52) Besarnya t min dihitung dengan mensubtitusikan persamaan 52 ke persamaan (50) dan (51), menjadi...(53)...(54) Untuk menahan beban aksial tension (F a ) dan beban aksial compression (-F a ) dengan safety faktor (), casing memerlukan body yield strength (P y ) yang besarnya dapat dihitung sbb: 337

6 ... (55)... (56) Subtitusikan persamaan 55 dan 56 ke persamaan (1), menjadi,... (57)... (58) Jika diameter luar (d o ) terbatas, maka diameter dalam maksimum (d i max ) untuk dapat menahan beban aksial dapat dihitung dengan mengubah persamaan (57) dan (58) menjadi:... (59)... (60) Jika, ketebalan dirumuskan sebagai berikut:... (61) maka ketebalan minimum (t min ) untuk menahan beban aksial dapat dihitung dengan mengubah persamaan 59 dan 60 menjadi persamaan 62 dan 63,... (62)... (63) 3. Hasil dan Pembahasan Pendekatan korelasi data dari sumur-sumur reference dilakukan untuk memperkirakan kondisi geologi Sumur CCN#4 terutama zona produktif. Sumur D#3 dan G#4 merupakan sumur yang digunakan sebagai sumur reference karena melalui patahan yang sama dengan target pemboran Sumur CCN#4, seperti dapat dilihat pada Gambar 2. interval -850 sampai mdpl, zona alterasi propilit pada elevasi -175 mdpl sampai total depth. Zona total loss sumur G#4 pada elevasi mdpl dengan feed zone pada interval -900 sampai mdpl, zona alterasi propilit pada elevasi -625 mdpl sampai total depth. Densitas lumpur dan semen yang akan digunakan pada pemboran sumur CCN#4 ditampilkan pada Tabel 3. Hasil korelasi lithologi, zona hilang lumpur (loss), feed zone, dan temperatur lumpur keluar ditampilkan pada Gambar 3 dan hasil korelasi temperatur dan tekanan saturasi sumur CCN#4 disajikan Gambar 4. Berdasarkan hasil korelasi tersebut diperkirakan feed zone sumur CCN#4 berada mulai kedalaman mmd/ 1771,5-2086,5 mtvd/(-862,5)- (-1177,5) mdpl dan dengan mempertimbangkan feed zone terdalam pada sumur reference G#4 dengan elevasi mdpl dan landaian temperatur kecil pada kedalaman 1800 mtvd, maka pemboran sumur CCN#4 disarankan sampai kedalaman 2355 mmd / 2209,25 mtvd/ mdpl. Tabel 3. Program Lumpur dan Semen Sumur CCN#4 Trayek Densitas Densitas Semen Lumpur (ppg) (ppg) Tail Lead 36 8,5 15,8-26 8,5-8,7 15, /2 (1) 14-8,5-8,7 17 1/2 (2) 16,2-12 1/4 8,33-8, /8 8,33 7 7/8 8,33 Sumber: PT. Pertamina Geothermal Energy (2016) Gambar 2. Peta Lokasi dan Arah Sumur CCN#4 (PT. Pertamina Geothermal Energy) Lithologi batuan pada sumur sumur reference umumnya disusun oleh batuan breksi andesit terubah, breksi tufa terubah, andesit basaltis terubah, dan meta sedimen. Zona total loss sumur D#3 pada elevasi -905 mdpl dengan feed zone pada Gambar 3. Korelasi Lithologi, Zona Loss, Feed Zone, Zona Alterasi dan Intensitas Alterasi Sumur CCN#4 terhadap Reference Wells G#4 dan D#3 Tahapan selanjutnya adalah menentukan setting depth casing. Berdasarkan korelasi zona loss dan 338

7 feed zone, zona alterasi dan intensitas alterasi serta temperatur lumpur keluar, maka setting depth casing produksi pada kedalaman 1817 mmd/ 1721,66 mtvd/ -812,37 mdpl dengan safety range 50 m dari feed zona dan setting depth surface casing 340 mtvd, seperti ditampilkan pada Gambar 5. Stove pipe casing dipasang pada kedalaman 30 mtvd didasarkan pada sumur reference untuk mencegah guguran. Hasil setting depth casing ditampilkan pada Tabel 4. Pemilihan diameter bit dan casing sumur CCN#4 didasarkan pada tipe sumur big hole dengan diameter casing production 13-3/8 inch, menggunakan acuan pemilihan diameter bit dan casing Gambar 6. Hasil pemilihan diameter bit dan casing Sumur CCN#4 disajikan pada Tabel 4. Desain casing hanya dilakukan pada surface casing, production casing dan perforated liner. Perhitungan desain casing pada stove pipe tidak dilakukan karena setting depth casingnya dangkal sehingga casing tersebut tidak menerima beban yang besar. Gambar 4. Korelasi Tekanan dan Temperatur Sumur CCN#4 Tabel 4. Setting Depth Casing, Ukuran Bit dan Casing Sumur Panas bumi CCN#4 Bit Interval Jenis do Ls Size Kedalaman Casing inch inch mtvd mmd m Stove Pipe Surface Casing Production Casing 1/2 3/ Perforated Liner 1/4 ¾ Hasil desain surface casing diperoleh grade K ppf joint STC, pada kondisi temperatur 269,43 o C, safety factor terkecil beban burst 2,78, beban collapse 3,01, beban aksial casing 8,06, beban aksial joint STC 4,55, beban burst saat efek biaksial 2,82, beban collapse saat efek biaksial 3,1, beban triaksial saat beban burst maksimum 3,18, dan beban triaksial saat collapse maksimum 7,86. Hasil perhitungan desain surface casing ditampilkan pada Tabel 5. Hasil desain production casing diperoleh grade P ppf joint STC, pada kondisi temperatur 274,69 o C, safety factor terkecil beban burst 3,02, beban collapse 1,1, beban aksial casing 3,06, beban aksial joint STC 1,88, beban burst saat efek biaksial 3,2, beban collapse saat efek biaksial 1,1, beban triaksial saat beban burst maksimum 3,22, beban triaksial saat collapse maksimum 3,06, dan thermal stress 1,16. Berdasarkan perhitungan efek thermal, production casing akan mengalami penambahan panjang akibat pemuaian sebesar 6 meter. Hasil perhitungan desain production casing ditampilkan pada Tabel 6. Hasil desain perforated liner diperoleh grade J55 40,5 ppf joint STC, pada kondisi temperatur 279,96 o C, safety factor terkecil beban aksial casing 5,91, dan beban aksial joint STC 3,38. Berdasarkan perhitungan efek thermal, perforated liner akan mengalami penambahan panjang akibat pemuaian sebesar 1,7 meter. Hasil perhitungan desain perforated liner ditampilkan pada Tabel 7. Untuk mengkaji apakah desain casing reference wells bisa di aplikasikan pada Sumur kajian CCN#4, maka dilakukan studi perbandingan antara hasil desain casing sumur kajian dengan desain casing reference wells. Hasil yang diperoleh ternyata desain casing reference wells lebih kuat dari pada hasil desain casing sumur CCN#4 kecuali pada production casing. Setelah desain casing diperoleh, kemudian dilakukan analisa korosi untuk menentukan umur production casing dan perforated liner yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 8. Analisa korosi dilakukan dengan asumsi fluida produksinya mempunyai ph antara 4 sampai 5. Hal ini didasarkan pada kehadiran H2CO3 sebagai hasil reaksi antara CO2 dan H20 serta H2S yang bersifat basa lemah (ph 4-6). Perkiraan umur production casing P ppf STC diketahui mampu bertahan selama produksi 30 tahun sedangkan perforated liner kurang dari 30 tahun. Dikarenakan umur perforated liner kurang dari umur minimum (30 tahun) pada ph 4 maka dilakukan iterasi desain casing. Tahapan ini dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung chrom equivalent minimum yang harus dimiliki oleh casing yang besarnya adalah -5. Berdasarkan hasil perhitungan Cr equivalent minimum dan dengan menggunakan Tabel 2, grade casing yang dapat digunakan agar casing dapat bertahan selama produksi 30 tahun adalah grade L-80 dan N80. Berdasarkan Standar API untuk casing 10 ¾ inch dengan berat nominal 40,5 ppf grade yang tersedia hanya N80. Selanjutnya dilakukan perhitungan desain casing dan analisa korosi terhadap beban pada perforated liner N80 40,5 ppf untuk 339

8 membuktikan kekuatan dan umur casing. Hasil desain perforate liner (Tabel 9) diperoleh grade N80 40,5 ppf joint STC, pada kondisi temperatur 279,96 o C, safety factor terkecil beban aksial casing 6,63, dan beban aksial joint STC 4,89. Penambahan panjang akibat pemuaian sebesar 1,7 meter. Penyelesaian perforated liner dengan mengantung liner pada liner hanger pada production casing. Karena bentuk perforated liner yang berlubanglubang akan menurunkan kekuatan liner, sehingga pemasangannya menggunakan kombinasi antar blind liner pada bagian atas dengan panjang ± 50 meter dan perforated liner bagian bawah. Ditinjau dari besarnya penambahan panjang akibat efek thermal, maka untuk mencegah terjadinya buckling, liner harus digantung ± 2 meter dari dasar sumur. 4. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil korelasi data reference wells diperkirakan feed zone sumur CCN#4 berada mulai kedalaman mmd dan dengan mempertimbangkan feed zone terdalam pada reference wells G#4 serta landaian temperatur, maka pemboran sumur CCN#4 ditargetkan sampai kedalaman total 2355 mmd. 2. Dengan mempertimbangkan faktor diameter sumur big hole, beban casing, dan persediaan casing, maka desain casing reference wells dapat diaplikasikan pada sumur CCN#4 kecuali production casing, karena desain casingnya belum optimum karena tidak mempertimbangkan umur casing. 3. Berdasarkan hasil simulasi korosi pada asumsi fluida produksi yang mempunyai kisaran ph antara 4 sampai 6 diprediksi umur production casing mampu bertahan selama produksi 30 tahun dan perforated liner tidak mencapai 30 tahun. 4. Desain casing yang optimum untuk Sumur CCN#4 yaitu: stove pipe casing (0-30 mmd) grade X ppf, surface casing (0-340 mmd) grade K ppf STC, production casing ( mmd) grade P ppf STC, dan perforated liner 10 ¾ kedalaman ( mmd) grade N80 40,5 ppf STC. 5. Penyelesaian liner dengan menggunakan kombinasi antara blind liner pada bagian atas dengan panjang ± 50 meter dan perforated liner pada bagian bawah serta untuk mencegah terjadinya buckling casing digantung setinggi ± 2 meter dari dasar sumur. Daftar Pustaka Ekasari, Novianti dan Marbun BTH (2015), Integrated Analysis of Optimizing Casing Materials Selection of Geothermal Well by Using a Model for Calculating Corrosion Rates, Proceedings World Geothermal Congress, Melbourne-Australia. Group, BG. ( 2001). Well Engineering and Production Operation Management System Casing Design Manual Chapter 4.BG Grup. Kureta, Yosiaki., et al.,(1995), Casing Pipe Materials For Deep Geothermal Wells, Tohoku National Industrial Research Institute, AIST, MITI Sendai, Japan. NZS, (1991), Code of practice for deep geothermal wells. Standards New Zealand, NZS 2403:1991,96pp Pipe & Supplay (2017), Trapon, Casing Table API. Trapon. S. Rahman and G.V. Chilingarian (1995), Casing Design Theory and Practice, Elsevier, Amsterdam - Lausanne - New York Oxford Shannon Tokyo....(2016). Well File Sumur D-3, G-4 Lapangan Y. PT. Pertamina Geothermal Energy. J. Adam, Neal, Drilling Engineering A Complete Well Planning Approach Chapter 5-11, Pen Well Publishing Company, Tulsa, Oklahoma, Ucapan Terima Kasih Terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penulisan makalah ini sehingga dapat selesai dengan baik dan tepat waktu. 340

9 Daftar Simbol A jp : luas penanpang pada ulir terakhir, inch 2 As : luas area casing, ft 2 A sp : luas penampang casing, inch 2 BF : Bouyancy faktor (fraksi) C : persentase massa karbon, % Cr : persentase massa chrome, % Cr eq : Chrome equivalent, %massa Cu : persentase massa tembaga, % d box : diameter dalam box pada ulir terakhir, inch d i : diameter dalam casing, inch d ji : diameter internal joint, inch d jo : diameter luar joint, inch d o : diameter luar casing, inch d pin : diameter luar pin pada ulir terakhir, inch D TVD : kedalaman vertikal, ft E : modulus elastisitas (30x10 6 ), psi Fa : beban aksial tension, lbf -Fa : beban aksial compression, lbf Fb : beban bending, lbf Fs : shock load, lbf g : kecepatan gravitasi, (32,174 ft/s 2 ) G f : gradien tekanan pori formasi, psi/ft G s : gradient tekanan steam pada P dan T, psi/ft J y : joint strength, lbf L.T : usia casing, tahun L et : panjang ulir yang saling mengikat, inch Ls : panjang rangkaian casing, ft Mn : persentase massa mangan, % Mo : persentase massa molib denum, % Mr : berat molekul uap, kg/kmol NHTD : kedalaman trayek berikutnya, ft Ni : persentase massa nikel, % P : persentase massa fosfor, % P B : beban burst, psi P Br : Burst rating, psi P Br corr : burst rating akibat efek biaksial, psi Pc : beban collapse, psi Pcr : collapse rating, psi P Cr corr : collapse rating akibat efek biaksial, psi Pe : tekanan eksternal, psi Pf : tekanan saturasi fluida, psi Ph : tekanan hidrostatik, psi Pi : tekanan internal, psi Py : pipe body yield strength, lbf r : jari-jari radius yang diamati, inch (ri atau ro) re : jari-jari pengurasan, m ri : jari-jari internal casing, inch ro : jari-jari luar casing, inch rw : jari-jari sumur, m S : persentase massa Sulfur, % : safety faktor Si : persentase massa silikon, % t : ketebalan dinding casing, inch tb min : tebal minimum menahan beban burst, inch tc min : tebal minimum menahan beban collapse,inch tcorrosion : ketebalan yang diizinkan terkorosi, inch tmin, inch : ketebalan minimum casing menahan beban, tmin compress : ketebalan minimum menahan compression, inch tmin tension : ketebalan minimum menahan tension, inch Vp : kecepatan casing, ft/s Vs : kecepatan stress, ft/s W@mud : berat casing di dalam lumpur, lbf Wn : berat nominal casing, ppf X : faktor akibat tekanan internal dan beban aksial {tension(+) / collapse(-)} Y : faktor penurunan atau kenaikan burst (+) dan collapse (-) rating Yp : minimum yield strength casing, psi Yup : minimum ultimate yield strength casing, psi : kekasaran permukaan dinding sumur, fraksi β : koefisien ekspansi thermal (6,9x10-6), /of ΔT : perbedaan Temperatur, o F θ : build up rate, o/100 ft ρ : densitas lumpur atau semen, ppg ρ besi : densitas besi, 65,44 ppg ρm : densitas lumpur (ppg) σaksial : aksial stress, psi σr : radial stress, psi σt : tangential stress, psi σthermal : thermal stress, psi σvme : Von Mises Equivalent stress, psi Gambar 5. Production Casing Setting Depth Berdasarkan Beban Tekanan pada Casing dan Feed Zone 341

10 Tabel 5. Hasil Perhitungan Desain Surface Casing Sumur CCN#4 Grade T Wn Pcr Pbr Jy STC LTC BTC Py t di of lbs/ft psi psi Klbs Klbs Klbs Klbs inch inch K K Beban Burst dan Collapse Depth Burst Collapse Pi Pe PB Pi Pe PC PB PC mmd lbf psi psi Psi ~ Beban Aksial Depth W@mu Fa Fb Fs d (RIH) casing joint mmd lbf lbf lbf lbf BTC STC LTC ~ ~ ~ Efek Biaksial Y Ypa Pbr Faktor collapse rating Depth Fa σ aksial PCr PBr PCr PBr PCr A B F G PB Pc mmd lbf psi psi psi psi psi ~ Beban Triaksial Depth σ aksial PB max PC max σ r σ t σ VME σ r σ t σ VME PB PC mmd psi psi psi psi psi psi psi max max Tabel 6. Hasil Perhitungan Desain Production Casing Sumur CCN#4 Grade T Wn Pcr Pbr Jy STC LTC BTC Py t di of lbs/ft psi psi Klbs Klbs Klbs Klbs inch inch P P Beban Burst dan Collapse Depth Burst Collapse Pi Pe PB Pi Pe PC PB PC mmd Lbf psi psi psi psi psi ~ Beban Aksial Depth W@mud Fb Fs Fa (RIH) casing joint mmd Lbf lbf lbf lbf BTC STC LTC ~ ~ ~ Efek Biaksial Depth Fa σ aksial Y Ypa Pbr A B F G PCr PBr PCr PBr PCr PB Pc mmd Lbf psi psi psi psi psi ~ Beban Triaksial PB max PC max Depth σ aksial σ PB σ r σ t σ r σ t σ VME VME max PC max mmd psi psi psi psi psi psi psi Efek Thermal Y Ypa Depth T σ thermal Ypt PBr PC r PBr PCr Pbr A B F G PCr mmd (of) lbf psi psi psi psi psi σ therm al PB 342

11 Tabel 7. Hasil Perhitungan Desain Liner Sumur CCN#4 Grade T Wn Pcr Pbr Jy STC LTC BTC Py t di of lbs/ft psi Psi Klbs Klbs Klbs Klbs onch inch J J Beban Aksial Depth W@mud Fb Fs Fa (RIH) casing joint mmd lbf lbf lbf Lbf BTC STC LTC Efek Thermal ~ ~ ~ Depth T Fa Ypt Py mmd of lbf psi psi ~ Production Casing ( Cr eq min P110 = -2.4) Tabel 8. Hasil Analisa Korosi Sumur CCN#4 Depth tmin tcorrosion Laju Korosi (mmpy) Usia Casing (tahun) (mmd) (inch) (inch) ph = 4 ph = 5 ph = 6 ph = 4 ph = 5 ph = E E E E E E Liner (Cr eq min J55 = -6) Depth Fa Ypt T t min t corrosion Laju Korosi (mmpy) Umur Casing (tahun) (mmd) lbf psi lbf inch inch ph 4 ph 5 ph 6 ph 4 ph 5 ph E ~ E Tabel 9. Hasil Analisa Korosi Sumur CCN#4 Jy Grade T Wn Pcr Pbr Py t di STC LTC BTC of lbs/ft psi psi Klbs Klbs Klbs Klbs onch inch N N Beban Aksial D W@mud Fb Fs Fa (RIH) casing joint mmd lbf lbf lbf lbf BTC STC LTC ~ ~ ~ Efek Thermal Depth T Fa Ypt Py mmd of lbf psi psi ~ Pertambahan Panjang Liner T top T bot (oc) T rata" (oc) T rata" (of) T s (of) ΔL (m) (oc) Analisa Korosi Cr eq min -2 t min t corrosion Laju Korosi (mmpy) Usia Casing (tahun) inch inch ph 4 ph 5 ph 6 ph 4 ph 5 ph E E E E E E

12 Gambar 6. Acuan Pemilihan Ukuran Diameter Bit dan Casing (J Adam 1985) 344

13

14

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Evaluasi Perencanaan Desain Casing Pada Sumur SELONG-1 Di Lapangan Selong

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Evaluasi Perencanaan Desain Casing Pada Sumur SELONG-1 Di Lapangan Selong Evaluasi Perencanaan Desain Casing Pada Sumur SELONG-1 Di Lapangan Selong Hendri Kurniantoro, Mu min Prijono Tamsil Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Perencanaan casing merupakan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PERENCANAAN CASING PEMBORAN SECARA TEKNIS DAN EKONOMIS PADA SUMUR NP 03-X DI LAPANGAN NP PERTAMINA UTC Abstrak Novi Pahlamalidie Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Email: novipahlamalidie@yahoo.com

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI DAN OPTIMASI PERENCANAAN CASING PADA OPERASI PEMBORAN SUMUR X-9, PRABUMULIH PT. PERTAMINA EP Feldy Noviandy Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN KAJIAN CASING SURFACE 13-3/8 DAN CASING INTERMEDIATE 9-5/8 PADA SUMUR X-2 LAPANGAN Z KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI Oleh : AJI MARTADINATA 113060037/ TM PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS PENGARUH THERMAL TERHADAP CASING SUMUR RF LAPANGAN GEOTHERMAL SF-93

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS PENGARUH THERMAL TERHADAP CASING SUMUR RF LAPANGAN GEOTHERMAL SF-93 ANALISIS PENGARUH THERMAL TERHADAP CASING SUMUR RF LAPANGAN GEOTHERMAL SF-93 Rafiah Farisa, Widrajat Aboekasan, Listiana Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak Salah satu aspek penting

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PELAKSANAAN Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 01 Februari 28 februari 2017 pada unit boiler PPSDM MIGAS Cepu Kabupaten Blora, Jawa tengah. 4.1.1 Tahapan kegiatan

Lebih terperinci

Universitas Indonesia Optimasi desain casing..., Muhammad Anugrah, FT UI, 2008

Universitas Indonesia Optimasi desain casing..., Muhammad Anugrah, FT UI, 2008 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ConocoPhillips Indonesia Inc. Ltd (COPI), selalu menggunakan casing dari grade yang tinggi untuk sumur-sumur yang dibor. Terdapat setidaknya tiga alasan utama

Lebih terperinci

DESAIN CASING PADA SUMUR BERARAH DENGAN MEMPERHITUNGKAN FRIKSI. Oleh Marcel* Prof. Dr.-Ing. Ir.Rudi Rubiandini R. S.**

DESAIN CASING PADA SUMUR BERARAH DENGAN MEMPERHITUNGKAN FRIKSI. Oleh Marcel* Prof. Dr.-Ing. Ir.Rudi Rubiandini R. S.** DESAIN CASING PADA SUMUR BERARAH DENGAN MEMPERHITUNGKAN FRIKSI Oleh Marcel* Prof. Dr.-Ing. Ir.Rudi Rubiandini R. S.** Sari Desain casing pada pemboran berarah berbeda dari pemboran sumur vertikal, meskipun

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN

BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xii

Lebih terperinci

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline Sidang Tugas Akhir Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline HARIONO NRP. 4309 100 103 Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir. Handayanu, M.Sc 2. Yoyok Setyo H.,ST.MT.PhD

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI METODE CASING DRILLING PADA TRAYEK CASING 13-3/8 DI SUMUR SP-23

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI METODE CASING DRILLING PADA TRAYEK CASING 13-3/8 DI SUMUR SP-23 EVALUASI METODE CASING DRILLING PADA TRAYEK CASING 13-3/8 DI SUMUR SP-23 Syandi Putra, Widradjat Aboekasan Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Dalam upaya meningkatkan perolehan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Perhitungan Ketebalan Pipa (Thickness) Penentuan ketebalan pipa (thickness) adalah suatu proses dimana akan ditentukan schedule pipa yang akan digunakan. Diameter pipa

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH SUMUR F PADA LAPANGAN PANAS BUMI DARAJAT

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH SUMUR F PADA LAPANGAN PANAS BUMI DARAJAT PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH SUMUR F PADA LAPANGAN PANAS BUMI DARAJAT Ferianto Frans Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi Universitas Trisakti E-mail :feri.ffw@gmail.com

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan 1. Disain casing konservatif dari sumur X COPI adalah sebagai berikut: a. 20 inch Conductor; b. 13-3/8 inch Surface Section; c. 9-5/8 inch Production Section;

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM PENYEMENAN (CEMENTING SYSTEM)

BAB VII SISTEM PENYEMENAN (CEMENTING SYSTEM) BAB VII SISTEM PENYEMENAN (CEMENTING SYSTEM) 7.1. DASAR TEORI Penyemenan suatu sumur merupakan salah satu factor yang tidak kalah pentingnya dalam suatu operasi pemboran. Berhasil atau tidaknya suatu pemboran,

Lebih terperinci

SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010

SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010 SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010 Analisa Resiko pada Reducer Pipeline Akibat Internal Corrosion dengan Metode RBI (Risk Based Inspection) Oleh: Zulfikar A. H. Lubis 4305 100

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN 3.1. Gaya-gaya Pada Kawat Baja Karbon 0,125 inch Pada dasarnya gaya-gaya yang mempengaruhi umur pemakaian dari kawat baja karbon 0,125 inch dikategorikan menjadi dua jenis,

Lebih terperinci

SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : REKAYASA TANAH & BATUAN 1 SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Sifat fisik batuan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir

Lebih terperinci

Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y

Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y Ryan Raharja, Faisal E.Yazid, Abdul Hamid Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Pada operasi pemboran

Lebih terperinci

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi 1 Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Muhammad S. Sholikhin, Imam Rochani, dan Yoyok S. Hadiwidodo Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan,

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR

PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER

Lebih terperinci

NAJA HIMAWAN

NAJA HIMAWAN NAJA HIMAWAN 4306 100 093 Ir. Imam Rochani, M.Sc. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc. ANALISIS PERBANDINGAN PERANCANGAN PADA ONSHORE PIPELINE MENGGUNAKAN MATERIAL GLASS-REINFORCED POLYMER (GRP) DAN CARBON STEEL BERBASIS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv. KATA PENGANTAR...v. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv. KATA PENGANTAR...v. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv KATA PENGANTAR...v HALAMAN PERSEMBAHAN...vii RINGKASAN...viii DAFTAR ISI...ix DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR TABEL...xv

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1. Evaluasi Perhitungan Secara Manual 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : - Diameter luar pipa (Do)

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN AERATED DRILLING PANASBUMI PADA SUMUR BETA 2 STAR ENERGY GEOTHERMAL WAYANG WINDU SKRIPSI

EVALUASI PENERAPAN AERATED DRILLING PANASBUMI PADA SUMUR BETA 2 STAR ENERGY GEOTHERMAL WAYANG WINDU SKRIPSI EVALUASI PENERAPAN AERATED DRILLING PANASBUMI PADA SUMUR BETA 2 STAR ENERGY GEOTHERMAL WAYANG WINDU SKRIPSI Oleh : ERAWAN MELISANO 113040140/TM PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

Lebih terperinci

EVALUASI SQUEEZE CEMENTING UNTUK MEMPERBAIKI BONDING SEMEN PADA SUMUR KMC-08 LAPANGAN KALIMATI PERTAMINA EP

EVALUASI SQUEEZE CEMENTING UNTUK MEMPERBAIKI BONDING SEMEN PADA SUMUR KMC-08 LAPANGAN KALIMATI PERTAMINA EP EVALUASI SQUEEZE CEMENTING UNTUK MEMPERBAIKI BONDING SEMEN PADA SUMUR KMC-08 LAPANGAN KALIMATI PERTAMINA EP SKRIPSI Oleh : 113.050.011 PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. memperbesar jari-jari pengurasan sumur sehingga seakan-akan lubang

BAB VI KESIMPULAN. memperbesar jari-jari pengurasan sumur sehingga seakan-akan lubang BAB VI KESIMPULAN 1. Operasi Radial Jet Drilling merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan rate produksi suatu sumur yang mempunyai prinsip membuat lubang yang berfungsi untuk mengurangi

Lebih terperinci

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR P3 PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR II P3 PIPELINE STRESS ANALYSIS ON THE ONSHORE DESIGN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI (Lanjutan)

DAFTAR ISI (Lanjutan) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PENGESAHAN... IV HALAMAN PERSEMBAHAN.... V KATA PENGANTAR... VI RINGKASAN...VIII DAFTAR ISI... IX DAFTAR GAMBAR...XIII DAFTAR TABEL... XV DAFTAR LAMPIRAN... XVI BAB

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN AERATED DRILLINGPADASUMURDINDRA LAPANGANPANAS BUMI BPA-08PT.PERTAMINA UPSTREAM TECHNOLOGYCENTER

EVALUASI PENGGUNAAN AERATED DRILLINGPADASUMURDINDRA LAPANGANPANAS BUMI BPA-08PT.PERTAMINA UPSTREAM TECHNOLOGYCENTER EVALUASI PENGGUNAAN AERATED DRILLINGPADASUMURDINDRA LAPANGANPANAS BUMI BPA-08PT.PERTAMINA UPSTREAM TECHNOLOGYCENTER Mohamad Egy Hilmy, Abdul Hamid Abstrak Pada pemboran sumur panas bumi,tujuan utama yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM SUMUR

BAB II TINJAUAN UMUM SUMUR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv KATA PENGANTAR...v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR

Lebih terperinci

Bab III Data Perancangan GRP Pipeline

Bab III Data Perancangan GRP Pipeline Bab III Data Perancangan GRP Pipeline 3.2 Sistem Perpipaan Sistem perpipaan yang dirancang sebagai studi kasus pada tugas akhir ini adalah sistem perpipaan penyalur fluida cair yaitu crude dan well fluid

Lebih terperinci

EVALUASI PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION PADA SUMUR M-1 DAN M-2 LAPANGAN X PHE WMO

EVALUASI PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION PADA SUMUR M-1 DAN M-2 LAPANGAN X PHE WMO EVALUASI PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION PADA SUMUR M-1 DAN M-2 LAPANGAN X PHE WMO Marinna Ayudinni Nakasa Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi E-mail: marinnaayud@gmail.com

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas

Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas JURNAL TEKNIK POMITS Vol. Vol., No. 1, (01) ISSN: 7-59 (01-971 Print) G-67 Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas Aulia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 28 BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Kondisi Operasi Kondisi operasi dan informasi teknis dari sampel sesuai dengan data lapangan dapat dilihat pada Tabel 3.1, sedangkan posisi sample dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Ketebalan Minimum ( Minimum Wall Thickess) Dari persamaan 2.13 perhitungan ketebalan minimum dapat dihitung dan persamaan 2.15 dan 2.16 untuk pipa bending

Lebih terperinci

BAB IV TEKANAN FORMASI

BAB IV TEKANAN FORMASI Petroskill BAB IV TEKANAN FORMASI Pori-pori formasi yang di bor memiliki tekanan yang disebut dengan tekanan formasi (Formation Pressure). Pada perencanaan dan pelaksanaan operasi pemboran, tekanan formasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF)

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF) 35 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Data Perancangan Jenis bejana tekan Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To Panjang silinder Diameter dalam silinder / Di Panjang bejana tekan (head to head) / z Joint efisiensi

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS PERHITUNGAN PENGANGKATAN CUTTING PADA SUMUR K LAPANGAN N PT.

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS PERHITUNGAN PENGANGKATAN CUTTING PADA SUMUR K LAPANGAN N PT. ANALISIS PERHITUNGAN PENGANGKATAN CUTTING PADA SUMUR K LAPANGAN N PT. PERTAMINA UTC Kevin Editha Jodi, Mulia Ginting, Widya Petroleum Dept. Trisakti University Abstrak Pada operasi pemboran sumur K lapangan

Lebih terperinci

Cahaya Rosyidan*, Irfan Marshell,Abdul Hamid

Cahaya Rosyidan*, Irfan Marshell,Abdul Hamid EVALUASI HILANG SIRKULASI PADA SUMUR M LAPANGAN B AKIBAT BEDA BESAR TEKANAN HIDROSTATIS LUMPUR DENGAN TEKANAN DASAR LUBANG SUMUR Cahaya Rosyidan*, Irfan Marshell,Abdul Hamid Teknik Perminyakan-FTKE, Universitas

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA DATA LOG UNTUK MENENTUKAN ZONA PRODUKTIF DAN MEMPERKIRAKAN CADANGAN AWAL PADA SUMUR R LAPANGAN Y Riza Antares, Asri Nugrahanti, Suryo Prakoso Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah pemboran (drilling hazards) seperti lost circulation

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah pemboran (drilling hazards) seperti lost circulation BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah-masalah pemboran (drilling hazards) seperti lost circulation dan kick sering terjadi saat pemboran dilakukan oleh PT. Pertamina EP Asset 3 di Lapangan MRFP

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: 1. Hasil analisa decline curve dari semua

Lebih terperinci

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV 3.1 Metodologi Optimasi Desain Tabung COPV Pada tahap proses mengoptimasi desain tabung COPV kita perlu mengidentifikasi masalah terlebih dahulu, setelah itu melakukan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN AERATED DRILLING PADA TRAYEK LUBANG BOR 9-7/8 DAN TRAYEK LUBANG BOR 7-7/8 SUMUR X-3 PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY ULUBELU SKRIPSI

KAJIAN PENGGUNAAN AERATED DRILLING PADA TRAYEK LUBANG BOR 9-7/8 DAN TRAYEK LUBANG BOR 7-7/8 SUMUR X-3 PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY ULUBELU SKRIPSI KAJIAN PENGGUNAAN AERATED DRILLING PADA TRAYEK PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY ULUBELU SKRIPSI Oleh : SIMON EDUARD ADERIO SIREGAR 113.120.067/ TM JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENENTUAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM BERDASARKAN ANALISA DATA UJI PRODUKSI PADA SUMUR PRODUKSI ULUBELU-11 PT.PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY SKRIPSI

PENENTUAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM BERDASARKAN ANALISA DATA UJI PRODUKSI PADA SUMUR PRODUKSI ULUBELU-11 PT.PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY SKRIPSI PENENTUAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM BERDASARKAN ANALISA DATA UJI PRODUKSI PADA SUMUR PRODUKSI ULUBELU-11 PT.PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY SKRIPSI Disusun Oleh : GINANJAR EKA SAPUTRA 113.070.095/TM PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iv. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iv. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...v RINGKASAN...vi DAFTAR ISI...vii DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xiii

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II

TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eksplorasi hidrokarbon memerlukan analisis geomekanika untuk. menghindari berbagai masalah yang dapat mempengaruhi kestabilan sumur

BAB I PENDAHULUAN. Eksplorasi hidrokarbon memerlukan analisis geomekanika untuk. menghindari berbagai masalah yang dapat mempengaruhi kestabilan sumur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Eksplorasi hidrokarbon memerlukan analisis geomekanika untuk menghindari berbagai masalah yang dapat mempengaruhi kestabilan sumur pemboran. Analisis geomekanika

Lebih terperinci

Kinerja Operasi Aerated Drilling Pada Sumur N di Lapangan Panas Bumi K

Kinerja Operasi Aerated Drilling Pada Sumur N di Lapangan Panas Bumi K Kinerja Operasi Aerated Drilling Pada Sumur N di Lapangan Panas Bumi K Riviani Kusumawardani, Bambang Kustono, Kris Pudyastuti Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstract Well N is

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN 1 BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN

I.PENDAHULUAN 1 BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN HALAMAN JUDUL ------------------------------------------------------------------- i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ------------------------- ii HALAMAN PENGESAHAN -------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan analisis studi kasus pada pipa penyalur yang dipendam di bawah tanah (onshore pipeline) yang telah mengalami upheaval buckling. Dari analisis ini nantinya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENGERTIAN BOILER Boiler atau ketel uap adalah bejana tertutup pada ujung pangkalnya digunakan untuk memproduksi uap. Dalam perkembangan ketel uap dilengkapi dengan pipa

Lebih terperinci

1 BAB IV DATA PENELITIAN

1 BAB IV DATA PENELITIAN 47 1 BAB IV DATA PENELITIAN 4.1 Pengumpulan Data Dan Informasi Awal 4.1.1 Data Operasional Berkaitan dengan data awal dan informasi mengenai pipa ini, maka didapat beberapa data teknis mengenai line pipe

Lebih terperinci

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI III. 1 DATA DESAIN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah merupakan data dari sebuah offshore platform yang terletak pada perairan Laut Jawa, di utara Propinsi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk BAB II DASAR TEORI.1 Konsep Dasar Rotating Disk Rotating disk adalah istilah lain dari piringan bertingkat yang mempunyai kemampuan untuk berputar. Namun dalam aplikasinya, penggunaan elemen ini dapat

Lebih terperinci

BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN

BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN Untuk memperoleh keyakinan terhadap model yang akan digunakan dalam simulasi untuk menggunakan metode metode analisa uji sumur injeksi seperti

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA GAS DARI VESSEL SUCTION SCRUBBER KE BOOSTER COMPRESSOR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA GAS DARI VESSEL SUCTION SCRUBBER KE BOOSTER COMPRESSOR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA GAS DARI VESSEL SUCTION SCRUBBER KE BOOSTER COMPRESSOR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1. Evaluasi Perhitungan Secara Manual 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : - Diameter luar pipa (Do)

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL

BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL Simulasi reservoir pada reservoir rekah alam dilakukan pada studi ini untuk mengetahui performance dari reservoir dan memprediksi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN...1 BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN...9

BAB I. PENDAHULUAN...1 BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN...9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR...v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Bab IV Pemodelan dan Pembahasan

Bab IV Pemodelan dan Pembahasan Bab IV Pemodelan dan Pembahasan 4.1. Pemodelan Self-potential Aliran fluida tunak, panas, listrik, dan kimia disimbolkan oleh J dapat dideskripsikan sebagai potensial gradient sebagai berikut : (3) Di

Lebih terperinci

LAMPIRAN A TABEL. 1. Tabel Dimensi Class 300 Flanges Drilling

LAMPIRAN A TABEL. 1. Tabel Dimensi Class 300 Flanges Drilling DAFTAR PUSTAKA [1]. Bednar,H. Henry. P.E. 1986. Pressure Vessel Design Handbook. Krieger Publishing Company. Florida [2]. Budynas, Richard. G. dan J. Keith Nisbeth. 2011. Shigley s Mechanical Engineering

Lebih terperinci

ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC

ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC *Eflita Yohana,

Lebih terperinci

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI PENGARUH BEBAN DAN TEKANAN UDARA PADA DISTRIBUSI TEGANGAN VELG JENIS LENSO AGUS EFENDI Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI Velg merupakan komponen utama dalam sebuah kendaraan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Tujuan dari optimasi ESP dengan cara mengubah Pump Size adalah untuk mengoptimalkan laju alir produksi sesuai dengan kemampuan sumur. Penentuan laju

Lebih terperinci

MODIFIKASI PENGESETAN LINER DAN PEMBERSIHAN LATERAL SECTION DALAM PENYELESAIAN SUMUR HORIZONTAL PRP-CC5

MODIFIKASI PENGESETAN LINER DAN PEMBERSIHAN LATERAL SECTION DALAM PENYELESAIAN SUMUR HORIZONTAL PRP-CC5 PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 2001 Yogyakarta, 3-5 Oktober 2001 MODIFIKASI PENGESETAN DAN PEMBERSIHAN LATERAL SECTION DALAM PENYELESAIAN SUMUR HORIZONTAL PRP-CC5 PERTAMINA DOH Rantau Kata Kunci :

Lebih terperinci

Prasetyo Muhardadi

Prasetyo Muhardadi ANALISA KEKUATAN SISA PIPELINE AKIBAT CORROSION BERBASIS KEANDALANDI PETROCHINA-PERTAMINA TUBAN Oleh: Prasetyo Muhardadi 4305 100 039 Dosen Pembimbing: 1.Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, PhD 2. Prof. Ir. Soegiono

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN MASALAH UNDERGROUND BLOWOUT PADA LAPANGAN-X DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIEF WELL TUGAS AKHIR. Oleh : DIAN SYAM NURLIA NIM

PENANGGULANGAN MASALAH UNDERGROUND BLOWOUT PADA LAPANGAN-X DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIEF WELL TUGAS AKHIR. Oleh : DIAN SYAM NURLIA NIM PENANGGULANGAN MASALAH UNDERGROUND BLOWOUT PADA LAPANGAN-X DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIEF WELL TUGAS AKHIR Oleh : DIAN SYAM NURLIA NIM 12205051 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang Material Material yang digunakan pada penelitian ini merupakan material yang berasal dari pipa elbow pada pipa jalur buangan dari pompa-pompa pendingin

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13

Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13 BAB II DASAR TEORI 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa 4th failure February 13 1st failure March 07 5th failure July 13 2nd failure Oct 09 3rd failure Jan 11 Gambar 2.1 Riwayat

Lebih terperinci

PANDUAN PERHITUNGAN TEBAL PIPA

PANDUAN PERHITUNGAN TEBAL PIPA PANDUAN PERHITUNGAN TEBAL PIPA 1.1 Alur Analisa Untuk mendesain sebuah pipa yang akan digunakan untuk moda distribusi, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menghitung tebal pipa minimum yang paling

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR II.1. Model Reservoir Rekah Alam

BAB II TEORI DASAR II.1. Model Reservoir Rekah Alam BAB II TEORI DASAR Pada saat ini jenis reservoir rekah alam mulai sering ditemukan, hal ini dikarenakan semakin menipisnya reservoir batu klastik yang mengandung hidrokarbon. Fakta menunjukkan bahwa sekitar

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Bejana Tekan Seperti yang diuraikan pada BAB II, bahwa bejana tekan yang dimaksud dalam penyusunan tugas akhir ini adalah suatu tabung tertutup

Lebih terperinci

Perkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X)

Perkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X) Jurnal of Eart, Energy, Engineering ISSN: 2301 8097 Jurusan Teknik perminyakan - UIR Perkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X) Estimation Geothermal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : 2008430039 Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta 2011 PENGOSONGAN

Lebih terperinci

Evaluasi Konektivitas Sumur Reinjeksi Terhadap Sumur Produksi Dan Pengaruhnya Berdasarkan Analisa Tritium Pada Lapangan Panasbumi X

Evaluasi Konektivitas Sumur Reinjeksi Terhadap Sumur Produksi Dan Pengaruhnya Berdasarkan Analisa Tritium Pada Lapangan Panasbumi X Evaluasi Konektivitas Sumur Reinjeksi Terhadap Sumur Produksi Dan Pengaruhnya Berdasarkan Analisa Tritium Pada Lapangan Panasbumi X Abstrak Lapangan Panasbumi X merupakan lapangan panasbumi tertua di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV. 1 PERHITUNGAN CORROSION RATE PIPA Berdasarkan Corrosion Rate Qualitative Criteria (NACE RP0775-99), terdapat empat (4) tingkat laju korosi (hilangnya ketebalan per mm/

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data-data Awal ( input ) untuk Caesar II Adapun parameter-parameter yang menjadi data masukan (di input) ke dalam program Caesar II sebagai data yang akan diproses

Lebih terperinci

ISBN

ISBN ISBN 978-979-98831-1-7 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25-28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta STUDI KEMUNGKINAN PENGGUNAAN FIBER SEBAGAI SARINGAN PASIR DI INDUSTRI MIGAS Oleh : Suwardi UPN VETERAN

Lebih terperinci

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS Jurnal Mechanical, Volume 5, Nomor 2, September 214 Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A111 Menggunakan Mata Bor HSS Arinal Hamni, Anjar Tri Gunadi, Gusri Akhyar Ibrahim Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Perancangan Struktur GRP Pipeline Berdasarkan ISO 14692

Bab IV Analisis Perancangan Struktur GRP Pipeline Berdasarkan ISO 14692 Bab IV Analisis Perancangan Struktur GRP Pipeline Berdasarkan ISO 14692 4.1 Flowchart Perancangan GRP Pipeline Menurut ISO 14692-3 bagian 7.10 perancangan sistem perpipaan dengan menggunakan material komposit

Lebih terperinci

Bab 3 Data Operasi Sistem Perpipaan pada Topside Platform

Bab 3 Data Operasi Sistem Perpipaan pada Topside Platform Bab 3 Data Operasi Sistem Perpipaan pada Topside Platform Pada area pengeboran minyak dan gas bumi Lima, Laut Jawa milik British Petrolium, diketahui telah mengalami fenomena subsidence pada kedalaman

Lebih terperinci

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM BAB IV ANALISIS 4.1 INDENTIFIKASI SISTEM. 4.1.1 Identifikasi Pipa Pipa gas merupakan pipa baja API 5L Grade B Schedule 40. Pipa jenis ini merupakan pipa baja dengan kadar karbon maksimal 0,28 % [15]. Pipa

Lebih terperinci

ANALISA BOND INDEX DALAM PENILAIAN HASIL PENYEMENAN (CEMENTING) PRODUCTION ZONE PADA SUMUR RNT-X LAPANGAN RANTAU PT PERTAMINA EP FIELD RANTAU, ACEH

ANALISA BOND INDEX DALAM PENILAIAN HASIL PENYEMENAN (CEMENTING) PRODUCTION ZONE PADA SUMUR RNT-X LAPANGAN RANTAU PT PERTAMINA EP FIELD RANTAU, ACEH ANALISA BOND INDEX DALAM PENILAIAN HASIL PENYEMENAN (CEMENTING) PRODUCTION ZONE PADA SUMUR RNT-X LAPANGAN RANTAU PT PERTAMINA EP FIELD RANTAU, ACEH BOND INDEX ANALYSIS IN CEMENTING S ASSESSMENT RESULTS

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK SALMON PASKALIS SIHOMBING NRP 2709100068 Dosen Pembimbing: Dr. Hosta Ardhyananta S.T., M.Sc. NIP. 198012072005011004

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PENGARUH KICK OFF POINT TERHADAP PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH PADA SUMUR W, X, Y, Z

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PENGARUH KICK OFF POINT TERHADAP PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH PADA SUMUR W, X, Y, Z PENGARUH KICK OFF POINT TERHADAP PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH PADA SUMUR W, X, Y, Z Fernandi Kesuma Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada industri minyak dan gas di sektor hulu terdapat beberapa tahap yang dilakukan dalam proses eksplorasi hingga produksi sumber minyak dan gas. Berawal dari pencarian

Lebih terperinci

STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G

STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G Bagus Ichwan Martha, Lilik Zabidi, Listiana Satiawati Abstrak Semen pemboran

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN RESERVOIR

BAB III PEMODELAN RESERVOIR BAB III PEMODELAN RESERVOIR Penelitian yang dilakukan pada Lapangan Rindang dilakukan dalam rangka mendefinisikan reservoir Batupasir A baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Beberapa hal yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN

BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN Dalam pemodelan sistem perpipaan diperlukan data-data pendukung sebagai input perangkat lunak dalam analisis. Data yang diperlukan untuk pemodelan suatu sistem perpipaan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR 4.1 Sistem Panas Bumi Secara Umum Menurut Hochstein dan Browne (2000), sistem panas bumi adalah istilah umum yang menggambarkan transfer panas alami pada volume

Lebih terperinci

Penentuan Tekanan Formasi dan Gradien Rekah

Penentuan Tekanan Formasi dan Gradien Rekah Penentuan Tekanan Formasi dan Gradien Rekah TUJUAN Memahami cara Penentuan Tekanan Formasi dan Gradien Rekah dengan Metode D eksponen 1 1. Pendahuluan 1.1. Deteksi Tekanan Pori Formasi Berbagai metoda

Lebih terperinci

ANALISA PENENTUAN OPEN END PADA PELAKSANAAN SQUEEZE CEMENTING DI ZONA POROUS SUMUR A LAPANGAN B

ANALISA PENENTUAN OPEN END PADA PELAKSANAAN SQUEEZE CEMENTING DI ZONA POROUS SUMUR A LAPANGAN B ANALISA PENENTUAN OPEN END PADA PELAKSANAAN SQUEEZE CEMENTING DI ZONA POROUS SUMUR A LAPANGAN B Rexnord Samuel Simanungkalit Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Universitas Trisakti

Lebih terperinci

PUMP SETTING DEPTH (PSD)

PUMP SETTING DEPTH (PSD) PUMP SETTING DEPTH (PSD) Dari kondisi sumur diatas, maka Pump Setting Depth (PSD) adalah 3800 ft TVD dari permukaan atau 950 ft dari perforasi Dari data Trajectory Wellbore (Deviasi Sumur): PSD TVD = 3800

Lebih terperinci

KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL

KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN - 2012 Is This Stress? 1 Bukan, Ini adalah stress Beberapa hal yang menyebabkan stress Gaya luar Gravitasi Gaya sentrifugal Pemanasan

Lebih terperinci