BAB IV HASIL PENELITIAN. seseorang melakukan penyimpangan diluar dari kebiasaan, adat-sitiadat, nilai-nilai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN. seseorang melakukan penyimpangan diluar dari kebiasaan, adat-sitiadat, nilai-nilai"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN Perilaku menyimpang adalah perilaku dari warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku atau denagan kata lain perilaku menyimpang itu dianggap sebagai bahwa seseorang melakukan penyimpangan diluar dari kebiasaan, adat-sitiadat, nilai-nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat (Narwoko dan Suyanto, 2006: 21). Perilaku menyimpang sering disebut penyimpangan sosial, penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian dari makhluk sosial. Narwoko dan Suyanto (2004 : ) mendefinisikan secara berbeda berdasarkan empat sudut pandang, yaitu secara statistikal, absolut atau mutlak, secara reaktif dan normatif. Juvenil delinquency ialah perilaku jahat (dursila) atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebababkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan tingkah laku yang menyimpang (Kartono, 20114: 6). Temuan ini menguatkan teori Juvenil delinquency yang wujud perilaku kejahatan tersebut seperti kriminalitas anak, remaja dan adolesens antara lain brupa perbuatan mengancam, intimidasi, memeras, maling, mencuri mencopet, merampas, menjambret, menyerang, merampok, menggarong; melakukan pembunuhan dengan cara menyembelih korbannya; mencekik, meracun, tindak 48

2 49 kekerasan dan kecanduan atau ketagihan bahan narkotika (obat bius; drugs) yang erat bergandengan erat dengan tindak kejahatan (Kartono, 2014: 22). Penulis menemukan beberapa dampak psikologis yang ditimbulkan oleh perilaku ngelem remaja anatara lain ialah: A. Dampak Psikologis Terhadap Kehidupan Sosial a) Dikucilkan Oleh Masyarakat Auguste Comte (dalam AbdulSyani, 2012: 31) mengatakan bahwa masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hokumhukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri. Masyarakat dapat membentuk kepribadian yang khas bagi manusia, sehingga tanpa adanya kelompok manusia tidak akan mampu untuk dapat berbuat banyak dalam kehidupannya. Kehidupan sosial remaja ngelem tidak begitu baik, ini dikarenakan pandangan buruk masyarakat yang membuat mereka dikucilkan oleh masyarakat sekitar. Remaja ngelem seringkali mendapat ejekan dari masyarakat. Berdasarkan observasi penulis dari bulan januari 2017 penulis mengamati bahwa hubungan remaja ngelem dengan masyarakat atau lingkungan sekitar tidak begitu baik, seperti tidak pernah bertegur sapa dengan masyarakat sekitar, tidak ikut serta dalam setiap acara yang diadakan warga dan sering sekali betengkar dengan masyarakat sekitar.

3 50 Remaja ngelem ini sering mendapat tuduhan maling baik itu uang, rokok hingga hasil ladang masyarakat sekitar. Selama waktu penelitian yang penulis lakukan, penulis sudah 4 kali menyaksikan Informan dalam penelitian ini dituduh mencuri hasil ladang warga dan 1 kali dituduh mencuri sandal di rumah warga. Hal ini sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan dengan Yuliar salah seorang warga Kampung Koto Jua mengatakan bahwa: Tu anak-anak bala amah, ndak tahu malu, ndak bisa dikecekan elok-elok lai doh. Maliang a karajonyo, mulai dari lapau urang, hasil ladang urang sampai tarompa anak amaknyo maliang juo tu mah. Lah duo kali nyo maliang, kok dikecekan ka inyo ndak ka mangaku e doh, dikecekan ka amak e nyo bela juo anak e nan kurang aja tu. (itu anak-anak bandel, tidak tahu malu, tidak bisa tegur dengan baik-baik. Kerjanya maling, mulai dari warung, hasil panen hingga sandal juga di maling. Sudah dua kali dia maling, kalau dibilang sama dia, dia tidak akan mengakui, kalau dibilang sama orangtuanya pasti dia membela anaknya yang bandel iu). Hal senada disampaikan oleh Darniwati warga Kampung Koto Jua mengatakan bahwa: Kok limau di ladang den abih nyo ambiak e nah, kecek e amak e nan mananam kolah. Yakin den urang tu nan ma ambiak, sia juo nan co urang kelaparan lai, tangah malam nyo bajalan ka ladang urang mah. Siang-siang batamu di laki den nyo mausai di ladang tu, kok dikecekan nyo malawan lo ka awak, ndak ado utak e anak-anak kok lah rusak ko doh. Malam lem tiok malam, di tampa tambah galak e, lamak bana lem tu dek e mungkin mah. (jeruk di ladang saya habis diambilnya, dia kira ibunya yang nanam mungkin. Saya yakin mereka yang mengambil, tidak orang lain selain mereka yang kelaparan, tengah malam dia berjalan ke ladang orang. Siang-siang bertemu dengan suami saya di ladang, kalau dibilangin mereka melawan, tidak ada otaknya. Tiap malam ngelem, ditampar malah ketawa, mungkin enak kali lem itu bagi mereka).

4 51 Seperti yang penulis temukan pada observasi yang penulis lakukan 20 Januari 2017 di Masjid Kampung Koto Jua, penulis melihat bahwa masyarakat tidak menginginkan Informan ikut dan bergabung dalam persiapan acara yang akan diadakan oleh remaja Masjid pada minggu depan. Masyarakat berkata bahwa mereka hanya akan merusak acara dan tidak ada untungnya mereka diikut sertakan. Informan akan membuat kekacauan dan merusak acara dengan berkelahi dengan para tamu yang datang dari luar Kampung mereka. Untuk memperkuat hasil observasi yang penulis lakukan penulis langsung menemui Sedi mantan kepala Kampung Koto Jua di rumahnya yang tidak beberapa meter dari Masjid. Seperti yang sudah-sudah, kita hampir setiap tahunnya bahkan bisa beberapa kali dalam setahun mengadakan acara yang seperti ini, mengundang tamu dari luar. Tapi sepanjang acara kita selalu saja ada halangan dan tragedy lempar batu antara remaja kita dengan remaja tamu yang datang. Ini tidak lain adalah kelakuan dari anak-anak yang nakal dan tidak tahu sopan santun itu. Mereka membawa masalah pribadi mereka kedalam acara yang kita adakan, jadi tahun ini bapak harap mereka tidak diikut sertakan dan tidak membiarkan mereka mendekat ketempat acara, karena jika mereka mendekat maka gaduh akan muncul lagi nantinya. Selanjutnya penulis melakukan wawancara dengan Anton yang sekarang adalah Ketua Pemuda Kampung Koto Jua mengatakan bahwa: Sudah beberapa kali acara selalu berujung ricuh, penyebabnya adalah orang yang sama. Kalau dibiarkan saja mereka akan seperti it uterus, jadi sebaiknya untuk tahun ini mereka tidak usah diikut sertakan. Kalau mereka tidak mau berubah maka masyarakat tidak akan mau mereka menjadi bagian dari masyarakat kampong sini. Harus ada yang memperingati mereka nampaknya, besok kita ada rencana dengan wali nagari membahas bagaimana perlakuan kita terhadap perilaku ngelem

5 52 mereka yang mereka kerjakan hamper setiap malam itu. Tidak hanya itu tingkah laku maling mereka juga harus kita usut lagi dan diberi ganjaran untuk setiap kesalahn yang mereka lakukan. Dalam wawancara tersebut penulis menanyakan bagaimana tanggapan orangtuanya terhadap perilaku remaja yang sudah tidak rahasia lagi. Orangtua mereka ada yang sudah menyerahkan semuanya pada Kepala Kampung dan ada juga yang masih tidak percaya dan membela anaknya yang jelas-jelas sudah salah. Mereka masih beranggapan bahwa anaknya adalah anak yang baik dan tidak mungkin terlibat dengan kelakuan nakal yang seperti itu. Manusia sebagai makhluk sosial tidak hanya sekedar dituntut untuk mampu bergaul dengan orang lain, tetapi juga dituntut untuk memiliki kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi terhadap orang lain dalam lingkungan. Kepekaan dan kepeduliaan ini diwujudkan dengan tindakan. Jelaslah bahwa perilaku sosial perilaku menolong yang ditunjukkan pada orang lain dengan didasari oleh rasa ikhlas dan ketulusan dari hati seseorang atau individu yang memberikan pertolongan. Orang yang mempunyai perilaku sosial berarti dia tidak hanya mementingkan dirinya sendiri. Berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lakukan, penulis mengambil kesimpulan bahwa perilaku remaja ngelem ini sudah sangat memprihatinkan dan merugikan berbagai pihak. Selain merugikan pihak lain mereka juga merugikan diri mereka sendiri, karena dengan perilaku menyimpang ini Informan tidak lagi mendapat

6 53 kepercayaan dimata masyarakat juga tidak diterima oleh masyarakat setempat. Selain itu masyarakat juga tidak mengijinkan anaknya untuk berteman dengan Informan karena tidak ingin anaknya terjerumus kedalam hal yang tidak baik yang dilakukan oleh Iforman. Hal ini dikuatkan oleh wawancara yang penulis lakukan dengan Desi mengatakan bahwa: Anak den yo den larang bakawan jo paja mada tu, ndak ado untuang e bakawan jo inyo doh, mambaok buruak dampak buruak se. anak den ka jadi urang bisuak, kok bakawan jo urang tu antah jadi a anak den bisuak tu, jadi indaknyo. Bialah anak den nyo kecekan e bencong ndak marokok, dikapik amak a taruih. Bialah asa bisuakko anak den jaleh masa depannyo. (saya melarang anak saya berteman dengan dia, tidak ada untungnya berteman dengan mereka, membawa dampak buruk, kalau berteman dengan mereka entah mau jadi apa dia nanti, biar aja anak saya dibilang bencong karena tidak merokok, di ketiak ibunya terus. Asalkan besok dia jelas masa depannya). Jadi, dari wawancara dan observasi tersebut penulis menyimpulkan bahwa perilaku ngelem yang dilakukan oleh remaja sangat meresahkan masyarakat dan menimbulkan stigma negative dikalangan masyarakat Kampung Koto Jua. Remaja sering di pandang buruk, dilarang berteman dengan anak-anaknya hingga dituduh mencuri. Pandangan buruk masyarakat inilah yang kadang juga menjadi alas an mengapa remaja melakukan kenakalan, remaja berpikir bahwa mereka terlanjur mendapat pandangan buruk dari masyarakat maka mereka melanjutkannya.

7 54 Selain itu Informan tidak mendapat temapat yang baik ditengah masyarakat, jika ada acara mereka tidak diikut sertakan karena dianggap hanya akan membuat rusuh. Hal ini juga yang menjadi alasan Informan tidak berhubungan baik dengan masyarakat lainnya. b) Diasingkan Oleh Teman Sebaya Salah satu tugas-tugas perkembangan remaja menurut Mubin dan Ani (2006: 45) adalah menjalin hubungan-hunbungan baru dengan teman-teman sebayanya, baik sesama jenis maupun lain jenis kelamin. Dalam kelompok sejenis, remaja belajar untuk berrtingah laku sebagaimana orang dewasa adapun dalam kelompok lawan jenis, remaja belajar menguasai keterampilan sosial. Teman sebaya atau peers adalah anak-anak dengan tingkat kemtangan atau usia yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi danj komparasi tentang dunia di luar keluarga. Melalui kelompok teman sebaya remaja menerima umpan balik dari teman-teman mereka tentang kemampuan mereka. Remaja menilai apaapa yang merek lakukan, apakah dia lebih baik daripada temantemannya, sama atakah lebih buruk dari apa yang remaja-remaja lain kerjakan. Hal demikian akan sulit dilakukan dalam saudara-saudara kandung biasanya lebih tua atau lebih muda (Santrock, 2004: 287). Hubungan yang baik diantara teman sebaya akan sangat membantu perkembangan aspek sosial anak secara normal. Anak

8 55 pendiam yang ditolak oleh teman sebayanya dan merasa kesepian beresiko menderita depresi. Sedangkan anak yang agresif terhadap teman sebayanya beresiko pada berkembangnya sejumlah masalah seperti kenakalan dan drop out dari sekolah. Tidak hanya itu saja pergaulan yang tidak baik juga mengakibatkan terjerumus kedalam halhal yang tidak baik seperti penyalahgunaan obat-terlarang dan sejenisnya. Dalam segi sosialisasi remaja yang telah terlanjur mengenal Obat-obatan terlarang cenderung akan diasingkan oleh teman sebaya yang lain untuk menghindari keterlibatan atau terbawa oleh kasus jika tertangkap oleh pihak berwenang. Dalam konteks psikologi remaja ngelem dikatakan tidak memenuhi tugas dan tanggung jawab perkembangan dalam masa remajanya, ini dikarenakan remaja ngelem tidak berteman dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan teman sebaya juga lingkungan masyarakat sekitar. Tugas perkembangan yang tidak terpenuhi adalah mampu menerima keadaan fisik, mampu berteman dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis, berhubungan baik dengan lingkungan dan masyarakat. Dalam penelitian yang penulis lakukan penulis menemukan bahwa selama beberapa tahun belakangan para Informan tidak lagi bergaul dan berteman dengan remaja sekitar Kampung Koto Jua yang tidak ikut melakukan aksi ngelem dengan mereka setiap malamnya. Para informan cenderung menertawakan remaja lainnya karena para

9 56 Informan menganggap mereka tidak gaul hingga menganggap bahwa mereka adalah bencong. Dalam penelitian ini penulis juga menemukan bahwa remaja Kampung Koto Jua juga tidak mau berteman dengan para Informan dikarenakan tidak mau terjerumus dan berurusan dengan mereka pengguna lem. Hal ini sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan dengan Suci mengatakan bahwa: Manga bakawan jo anak urang tu, mambaok efek buruak se mah. Caliak se lah karajonyo apo satiok malam, ndak bana nyo doh. (buat apa berteman dengan orang itu, membawa efek buruk aja. Lihat aja kerjaan mereka tiap malam, mereka tidak baik). Wawancara selanjutnya penulis lakukan dengan Pito mengatakan bahwa: Ndak bulaih bakawan jo abang tu dek ama do kak, urang tu ma isok lem nyo bisuak tabaok-baok. Awak bakawan jo kawan samo sakolah se nyo, kalau di rumah awak bakawan jo Si Em se nyo kak. (tidak boleh sama mama berteman dengan dia kak, orang itu ngelem nanti terbawa-bawa. Saya berteman dengan teman sama sekolah saja kak, kalau di rumah berteman sam si Em aja). Senada dengan itu penuis melakukan wawancara dengan Rokel mengatakan bahwa: Maleh den bakawan jo anak-anak tu kak, tabaok-baok lo awak ka nan buruak beko, jaleh den ka masuak polisi beko kok bakawan jo anak-anak tu tabaok marokok lo, tiok malam malem lo beko. Tu ndak jadi sampai cita-cita den do kak. (malas berteman sama anak-anak itu kak, terbawa nanti ke yang buruk, saya mau masuk angkatan Polisi nanti kalau berteman dengan mereka nanti saya ikut merokok, ngelem tiap malam. Nanti citacita saya tidak kesampaian kak). Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada tanggal 29 Januari 2017 dilapangan voli Kampung Koto Jua. Penulis melihat

10 57 bahwa pemuda yang akan bermain takraw disana tidak mau dipasangkan apalagi menjadi lawan bermain dengan Informan. Mereka semua menghindar dan memilih duduk menunggu giliran hingga permain Informan selesai. Selain itu ketika mereka duduk Informan hanya duduk dengan teman sekelompoknya saja tanpa ada pemuda lain yang mau bergabung kecuali pemuda yang sudah jauh lebih besar dari mereka dan tujuannya duduk dengan mereka hanya untuk mengolok-olk hingga member nasehat kepada mereka. Hal ini dikuatkan oleh wawancara yang penulis lakukan dengan Buyung mengatakan bahwa: Ndak ado gunonyo duduk-duduk jo urang tu doh kak, ancak bagabuang jo Remaja Masjid lai, labiah bermanfaat, dapek ilmu tu tahinda lo dari pabuekan buruak bantuak urang tu lai. (Tidak ada gunanya duduk-duduk dengan mereka kak, lebih baik bergabung dengan Remaja Masjid, lebih bermanfaat, dapat ilmu dan terhindar dari perilaku yang buruk seperti mereka). Wawancara selanjutnya penulis lakukan dengan Ujang mengatakan bahwa: Baa lo ka bakawan jo anak urang tu, ndak suai jo urang tu do kak, nyo babeda jo awak. (bagaimana mau berteman dengan orang-orang itu kak, tidak cocok berteman dengan orang itu, dia berbeda dengan saya kak). Berndt dalam Santrock (2004: 352) mengakui bahwa tidak semua teman dapat memberikan keuntungan bagi perkembangan. Perkembangan individu akan terbantu apabila anak memiliki teman yang secara sosial terampil dan bersifat supportif. Sedangkan temanteman yang suka memaksakan kehendak dan banyak menimbulkan

11 58 konflik akan menghambat perkembangan. Seperti yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa para Informan dianggap tidak membawa dampak positif sehingga mereka diasingkan oleh remaja lainnya. Temuan ini bertentangan dengan teori Havighrust dalam Hurlock (1996) mengatakan kehidupan remaja merupakan masa transisi antara kehidupan anak-anak menuju ke kehidupan dewasa. Salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja adalah bergaul dengan kelompok pria dan wanita yang sebaya. Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Tugas-tugas perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosio-psikologis manusia pada posisi yang harmonis didalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks. Proses tersebut merupakan tugas-tugas perkembangan fisik dan psikis yang harus dipelajari, dijalani dan sikuasai oleh setiap individu (Elizabeth B Hurlock, 1996: 209). Dari wawancara dan observasi tersebut penulis menyimpulkan bahwa Informan tidak terlalu menghiraukan hubungannya dengan teman sebayanya. Informan hanya memikirkana dirinya sendiri dan tidak peduli dengan orang lain, hal ini menyebabkan remaja tidak mempunyai hubungan yang baik dengan remaja lainnya baik sejenis maupun lawan jenis.

12 59 Hal lain juga penulis temukan dilapangan bahwa remaja lainnya tidak ingin berteman dengan Informan karena takut akan membawa dampak buruk kepada mereka dan takut akan terbawa arus kea rah yang buruk. Remaja berpikiran bahwa jika berteman dengan mereka maka tidak ada temapat di tengah masyarakat dan masa depan mereka tidak jelas. B. Dampak Psikologis Terhadap Emosi Remaja Remaja memiliki karakteristik pemunculan emosi yang berbeda bila dibandingkan dengan masa kanak-kanak maupun dengan orang dewasa. Emosi remaja seringkali meluap-luap (tinggi) dan emosi negative mereka lebih mudah muncul. Keadaan ini lebih banyak disebabkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka dan lingkungan menghalangi terpuaskan kebutuhan tersebut. Keadaan emosi remaja yang masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormone. Suatu saat ia bisa sedih sekali, dilain waktu ia bisa marah sekali. Hal ini disebabkan oleh pemenuhan kebutuhan dan lingkungan yang menghalangi kebutuhannya. Artinya, ketika remaja melakukan perilaku ngelem ia merasa bahwa kebutuhannya tidak dipenuhi secara keseluruhan atau adanya perasaan kecewa dalam diri mereka hingga perasaan terhalanginya kebebasan yang mereka dapatkan. Salah satu fungsi emosi yang dikemukakan oleh Coleman dan Hammen dalam (Sobur, 2003: 40) mengatakan bahwa emosi adalah salah satu perantara pembawa pesan. Berbagai penelitian membuktikan bahwa

13 60 pembicaraan yang menyertakan seluruh emosi dalam pidato dipandang lebih hidup, lebih dinamis dan lebih meyakinkan. Salah satu dampak psikis terhadap emosi perilaku ngelem adalah emosinya yang mudah sekali terpancing. Emosi yang penulis maksud adalah emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan, seperti : perasaan intelektual, yang berhubungan dengan ruang lingkup kebenaran perasaan sosial, yaitu perasaan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang bersifat perorangan maupun kelompok. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Siti Sundari (2005: 35) bahwa marah adalah sebuah perilaku agresif dan ditunjukkan pada suatu benda atau seseorang yang dapat membangkitkan suasana emosional yang biasanya terjadi jika keinginan atau perbuatannya dihalang-halangi yang dapat menimbulkan perbuatan dalam bentuk kata-kata melanggar kesopanan, mencela, berlaku tak pantas, atau menyerang. Sesuai dengan fakta yang penulis temukan dilapangan memang benar bahwasanya marah merupakan perilaku yang agresif yang ditunjukan pada seseorang yang dapat membangkitkan suasana emosional. Seperti yang penulis lihat pada tanggal 4 Januari 2017 pukul WIB di pos pemuda, penulis melihat bahwa Informan dua memarahi temannya karena tidak mau memmenuhi kehendaknya. Informan kerap kali berkata kasar hingga memukul kepala temannya hingga temannya pun tidak tahan dan membalas perbuatan Informan 2 tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Bima. Bima mengatakan bahwa Informan 2 memintanya

14 61 untuk membelikan lem tetapi Bima tidak punya uang, Informan 2 menyuruh Bima mengambil uang di warung ibunya dan membelikannya lem Aica Aibon, lantaran Bima tidak mau maka Informan 2 marah dan memukul kepala Bima dengan tangannya. Bima melawan Informan 2 karena tidak tahan lagi dengan gaya sok berkuasanya(wawancara, 4 Januari 2017). Jadi dari wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa Informan 2 marah karena merasa kebutuhannya tidak dipenuhi, Informan 2 kerap berlaku kasar apabila ada yang menentang keinginannya. Seseorang bereaksi menjadi marah tentunya ada factor yang mempengaruhi yaitu dorongan emergency, yaitu reaksi yang diberikan dalam situasi darurat. Hal ini sama dengan yang ditunjukkan oleh Informan 2, dia marah karena permintaannya tidak dipenuhi oleh teman sebayanya, padahal ia sangat ingin dan sudah merasa ngelem adalah sebuah kebutuhan. Secara general factor kemunculan amarah bisa diklasifikasikan kedalam dua factor eksternal dan internal. Factor eksternal adalah stimulasi yang datang dari luar baik lingkungan maupun alam sekitar, sedangkan internal adalah apa yang datang dari dalam diri manusia. Dari beberapa uraian diatas dijelaskan bahwa adanya perubahan kehidupan mental emosional berupa gangguan perilaku yang membuat remaja pembangkang dan melawan setiap kali mereka ditegur. emosi yang berbentuk amarah seringkali membuat remaja sering mengamuk, benci,

15 62 marah besar, jengkel, kesal hati, mudah tersinggung, bermusuhan dan lain sebagainya. Berdasarkan penelitian yang telah lalu (Adam, )mengatakan bahwa dampak psikososial penyalahgunaan Narkotika akan mengubah seseorang menjadi pemurung, pemarah, pencemas, depresi, paranoid, dan mengalami gangguan jiwa, menimbulkan sikap masa bodoh, bosoh, tidak peduli dengan norma, masyarakat, hokum dan agama, serta dapat mendorong melakukan tindak criminal seperti mencuri, berkelahi dan lain-lain. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Muryanta menemukan bahwa dampak psikologis terhadap emosi remaja ngelem adalah perubahan pada kehidupan mental dan emosi hingga mengakibatkan perilaku yang tidak wajar, seperti pemarah, berkata kasar hingga berlaku kasar. Hal ini sama dengan penelitian yang penullis lakukan bahwa sikap pemarah dan berlaku kasar kerap kali diperlihatkan oleh Informan, hal ini dikarenakan oleh Informan merasa kebutuhannya tidak terpenuhi dan diberi saran-saran yang baik oleh orang lain. Perilaku kasar seperti memukul orang lain terjadi apabila Informan merasa dia tidak dihargai dan tidak diakui sebagai pemimpin dalam kelompok teman sebayanya. Hal ini sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan dengan Informan 1 mengatakan bahwa: Den ketua nyo mah kak, ndak ado yang barani malawan den doh. Kok adoh den hantam jo kaki. Kok bos ko tu manunggu se nyo kak. (saya adalah ketuanya kak, kalau ada yang melawan akan saya hantam dengan kaki. Kalau ketua sifatnya hanya menunggu saja).

16 63 Wawancara tersebut didukung oleh wawancara selanjutnya yang penulis lakukan dengan Abel mengatakan bahwa: Nyo lah maraso bos se kak, nyo bagak. Kok malawan se saketek nyo tapuak. Awak ndak barani do, badannyo gadang ndak lawan awak tu do kak. (dia merasa bahwa dia adalah bos, kalau melawan ditampar. Saya tidak berani, badannya besar dia bukan tandingan saya). Rasa marah merupakan salah satu emosi alamiah yang muncul ketika salah satu motivasi yang mendasar tidak terpenuhi karena ada hambatan tertentu. Jika hambatan tersebut menghalangi manusia mencapai tujuannya untuk memenuhi salah satu motivasi mendasarnya, maka individu akan marah, memberontak, melawan, dan berjuang mengalahkan atau menghilangkan hambatan tersebut hingga dapat mencapai tujuan dalam memenuhi motivasinya itu (Najati, 2004: 100). Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa Informan merasa bahwa dia adalah ketua dalam kelompok teman sebayanya, Informan menuntut agar teman sebayanya memberikan pengakuan bahwa dia adalah yang ditakuti dan disegani. Untuk mendapatkan hal ini Informan memilih jalan kekerasan agar tidak ada yang bisa melawannya dan akhirnya dia ditakuti dikalangannya. Hal ini didukung oleh wawancara yang penulis lakukan dengan Andra mengatakan bahwa: Maraso bos se paja tu mah kak, kok ado yang malawannyo langsuang ditumbuak. Sok bakuaso yang gagah inyo, yang santiang inyo yang bagak inyo mah kak. (dia merasa bos, kalau ada yang melawan langsung dihajar. Sok berkuasa, sok ganteng, sok hebat dan sok berani).

17 64 Wawancara selanjutnya penulis lakukan dengan Bima mengatakan bahwa: Awak lo yang ka dilawan-lawan e, tu ndak maukua baying-bayang nyo tu doh. (saya yang mau dia lawan, tidak mengukur bayingbayang dia). Dari wawancara tersebut penulis meyimpulkan bahwa Informan tidak ingin ada yang melawan kepadanya. Informan menuntut pengakuan bahwa dia adalah ketua kelompokknya. Informan selalu main kekerasan agar dia bisa dihargai oleh kelompok teman sebayanya. Rasa marah merupakan salah satu emosi alamiah yang muncul ketika salah satu motivasi yang mendasar tidak terpenuhi karena ada hambatan tertentu. Jika hambatan tersebut menghalangi manusia mencapai tujuannya untuk memenuhi salah satu motivasi mendasarnya, maka individu akan marah, memberontak, melawan, dan berjuang mengalahkan atau menghilangkan hambatan tersebut hingga dapat mencapai tujuan dalam memenuhi motivasinya itu (Najati, 2004: 100). Berdasarkan observasi pada hari berikutnya yang penulis lakukan pada tanggal 15 Januari di pos pemuda, penulis melihat bahwa Informan 1 sangat mudah terpancing emosi ketika salah seorang temannya menghasutnya dengan ejekan yang ditambah-tambah oleh temannya. Informan 1 langsung melontarkan kata-kata kasr dan mengajak temannya tersebut menemui orang yang dikatakan temannya sudah menghina dirinya dan mau memukul kepalanya hingga mati. Informan mengatakan hal

18 65 seperti itu tanpa ada rasa takut dan penyesalan dalam dirinya, padahal ejekan temannya tidak seberapa. Hal ini sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan dengan Bima mengatakan bahwa: Kok dikompor-komporan takah tadi tu kak nyo langsuang paneh mah. Acok kami pagarahan takah tu mah kak, beko sore nyo cari urang tu mah, nyo tenju langsuang ndak batanyo dulu doh. Dulu ado urang yang mangecekan inyo kok ndak dek kayo ndak nio cewek e tu doh, kami sampaian ka inyo bisuak e langsuang parang kak, nyo tenju paja tu disakolah e, sampai badarah-darah kak. Bisuak e nyo baok lo kawan untuak mancari paja tu baliak. Tapi ndak basobok doh. (kalau dipana-panasin seperti yang tadi itu kak dia langsung panas. Sering kami becandain seperti itu, nanti sore langsung dicari, ditonjok langsung tanpa bertanya. Dulu pernah ada orang yang bilang kalau dia tidak kaya pacarnya tidak akan mau dengannya. Besok disekolah langsung dipukul orang itu sampai berdarah-darah. Besoknya lagi dia bawa teman-temannya untuk mencari orang tersebut, tapi tidak ketemu). Jadi penulis menyimpulkan bahwa emosi Informan tidak dapat dikontrol, emosi marah yang kerap kali ia munculkan selalu menjadi alasan untuk memukul orang lain tanpa rasa takut dan perasaan bersalah. Pendapat Alex Sobur mengatakan bahwa emosi marah itu adalah hal yang wajar dimiliki oleh setiap manusia tetapi pada temuan ini penulis menemukan bahwa emosi marah pada Informan sangat menonjol dan sangat tidak bisa dikendalikan. Hal ini terlihat jelas pada informan seperti sifat pemarah yang berlebihan, suka memaksakan kehendak dan menuntut pengakuan bahwa dia adalah yang terkuat disbanding dengan teman sebayanya. Marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan oleh anak jika dibandingkan dengan rasa takut. Marah merupakan perasaan tidak

19 66 senang atau benci terhadap orang lain, diri sendiri atau objek tertentu yang diwujudkan dalam bentuk ferbal (kata-kata kasar) atau nonverbal (seperti mencubit, memukul, menampar, menendang dan merusak). Perasaan ini merupakan reaksi terhadap situasi frustasi yang didalamnya yaitu perasaan kecewa atau pearasaan tidak senang karena adanya hambatan terhadap pemenuhan keinginannya (Yusuf: 168).

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003). 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa dimana seorang manusia mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa peralihan ini setiap remaja meninggalkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resiko (secara psikologis), over energy dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. resiko (secara psikologis), over energy dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada stereotif yang umum berkembang di masyarakat yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh masalah, penuh gejolak, penuh resiko (secara psikologis),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. upaya penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja (adolescence) merupakan peralihan masa perkembangan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, kognitif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu institusi yang bertugas mendidik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu institusi yang bertugas mendidik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu institusi yang bertugas mendidik sumber daya manusia menjadi lebih baik, memiliki pengetahuan yang berguna bagi semua pihak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SOSIAL PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL 3/22/2012

PERKEMBANGAN SOSIAL PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL 3/22/2012 PERKEMBANGAN SOSIAL PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 Perilaku Agresif pada Anak A-2 Konformitas terhadap Teman Sebaya A-1 PERILAKU AGRESIF PADA ANAK Kelas / No. : Umur : Tanggal Pengisian : Sekolah : PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar terhadap kehidupan remaja baik yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

Suka bolos, berkelahi dengan anak sini dan luar, suka minum-minum, suka merokok, pernah bantah guru

Suka bolos, berkelahi dengan anak sini dan luar, suka minum-minum, suka merokok, pernah bantah guru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, juvenile delinquency kian mengerikan di tengah masyarakat, padahal seorang remaja merupakan bibit pemegang kunci keberhasilan suatu negara di masa

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Rumini, 2000).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa sebagai seseorang yang unik, seseorang dengan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Refti Yusminunita F 100 050

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologis. Manusia mengalami perkembangan sejak bayi, masa kanak- kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP Identitas Diri Nama : Tanggal : Jenis Kelamin : L / P Kelas : PETUNJUK PENGISIAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Angket ini bukan suatu tes, tidak ada

Lebih terperinci

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir : 103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan tentang teori psikologi penyakit skizofrenia yang akan saya gunakan untuk membuat analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan terhadap orang lain serta perusakan terhadap benda masih merupakan topik yang sering muncul baik di media massa maupun secara langsung kita temui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang individu, karena individu tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang individu, karena individu tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan seorang individu, karena individu tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga di rumah atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sutanto, 2014 Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sutanto, 2014 Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan secara normatif sebagai suatu proses membawa manusia dari kondisi apa adanya kepada kondisi bagaimana seharusnya (Kartadinata, 2011). Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kesuksesan (keberhasilan, keberuntungan) yang berasal dari dasar kata sukses yang berarti berhasil, beruntung (Kamus Bahasa Indonesia,1998), seringkali menjadi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI Titing Rohayati 1 ABSTRAK Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki untuk hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat TK sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok di Indonesia sangat memprihatinkan. Gencarnya promosi rokok banyak menarik perhatian masyarakat. Namun bahaya yang dapat ditimbulkan oleh rokok masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah yang positif. Didalamnya mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekalipun. Keterlibatan remaja atau anak-anak dalam kasus tindak pidana

BAB I PENDAHULUAN. sekalipun. Keterlibatan remaja atau anak-anak dalam kasus tindak pidana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai kasus tindak pidana di Indonesia bukan hanya dihadapi oleh individu dengan usia dewasa, tapi juga turut dihadapi oleh remaja bahkan anakanak sekalipun. Keterlibatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah remaja adalah suatu masalah yang sebenarnya sangat menarik untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif yang sangat mencemaskan

Lebih terperinci

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan Pengertian Remaja Definisi Menurut Para Ahli Ciri Tahap dan Perkembangan Masa Remaja Ditulis oleh : Sanjaya Yasin Pengertian Remaja -Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak kanak dan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak termasuk golongan dewasa dan juga bukan golongan anak-anak, tetapi remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak termasuk golongan dewasa dan juga bukan golongan anak-anak, tetapi remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu periode dalam perkembangan individu yang mengalami perubahan dari masa anak-anak menuju dewasa. Remaja memiliki arti yang khusus, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET PENELITIAN. pernyataan tersebut. Selanjutnya pilihlah salah satu dari beberapa alternative

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET PENELITIAN. pernyataan tersebut. Selanjutnya pilihlah salah satu dari beberapa alternative Lampiran 10 PETUNJUK PENGISIAN ANGKET PENELITIAN Pada bagian berikut terdapat beberapa butir pernyataan dengan lima pilihan jawaban. Peserta didik di minta untuk membaca dan memahami pernyataan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses perkembangan dalam hidupnya, baik secara fisik maupun psikologis. Mulai dari masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan seorang manusia berjalan secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah remaja. Remaja memiliki karakteristik tersendiri yang unik, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri Tema 4 Pekerjaan Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri Kamu Harus Mampu Setelah mempelajari tema ini, kamu akan mampu: 1. mengenal pentingnya memiliki harga diri; 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Mach (2004) mengungkapkan bahwa kasus gangguan perilaku eksternal lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara psikologis perubahan merupakan situasi yang paling sulit untuk diatasi oleh seseorang, dan ini merupakan ciri khas yang menandai awal masa remaja. Dalam perubahannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN 1. Kondisi dan kesan umum (ciri fisik). 2. Kondisi lingkungan rumah tempat tinggal dan lingkungan tetangga serta lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terjadi kasus kekerasan baik fisik maupun non fisik yang melibatkan remaja sebagai pelaku ataupun korban. Kekerasan yang sering terjadi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merantau merupakan salah satu fenomena sosial yang memiliki dampak luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong seseorang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus bertahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Analisis data merupakan bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna untuk mengkaji data yang telah diperoleh peneliti dari para informan maupun pengamatan

Lebih terperinci

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional 2.1.1 Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional sangat penting dalam kehidupan karena pada hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci