Jurnal Manajemen dan Akuntansi PRESTASI ISSN Volume 13. No. 2 Desember 2014
|
|
- Harjanti Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, DEBT TO EQUITY RATIO, PERINGKAT OBLIGASI, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP YIELD TO MATURITY OBLIGASI (Obligasi Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Hermawan Ariffudin, Nur Anissa dan Metta Kusumaningtyas ABSTRACT Yield To Maturity (YTM) is the rate or level of benefits enjoyed by investors in the bond if the bond is deposited until the maturity. The research aims to examine and analyze the effect of corporate governance, debt to equity ratio, bond rating, and interest rate SBI to yield to maturity of corporation bond listed at the Indonesia stock exchange (BEI) in The sampling technique in this research was conducted using purposive sampling method. The analytical method used is multiple linier regression. The analysis showed that the variables of corporate governance and debt to equity ratio shows the results did not effect the yield to maturity. While the bond rating variable has negative effect on the yield to maturity, interest rate SBI has positive effect on the yield to maturity. Adjusted R 2 of the model for this study was 39 Keywords: Corporate Governance, Debt to Equity Ratio, Bond Rating, Interest Rate SBI, and YieldTo Maturity 1. Pendahuluan Dalam era globalisasi segala informasi dapat diakses oleh berbagai kalangan dengan sangat mudah melalui media internet, begitupula dengan informasi tentang cara dan pentingnya berinvestasi. Hal tersebut membuat kalangan masyarakat mengerti akan pentingnya berinvestasi dan seperti apa bentuk-bentuk investasi itu. Oleh karenanya saat ini merupakan era investasi tanpa batas ruang dan waktu. Menurut Abdul Halim dalam Fahmi (2012: 02), investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Investasi dalam surat utang (obligasi) lebih dipilih oleh investor dengan alasan bahwa obligasi menawarkan tingkat pengembalian yang positif dengan pendapatan tetap sehingga obligasi lebih memberikan jaminan dari pada saham (Widajati, 2010). Obligasi yang diterbitkan pemerintah Republik Indonesia adalah goverment bond, sementara itu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik perusahaan berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun badan usaha swasta adalah corporate bond atau obligasi korporasi (Purnamawati, 2013). Bank Indonesia (2012) dalam Indarsih (2013) mencatat bahwa minat investor asing atas obligasi yang ditawarkan korporasi semakin tinggi. Salah satu faktor 77
2 Pengaruh Corporate Governance, Debt To Equity Ratio... (Ariffudin, Anissa dan Kusumaningtyas :77-89) yang mendorong tingginya minat investor asing memburu obligasi korporasi adalah tingkat yield yang lebih tinggi dibandingkan yield obligasi pemerintah. Krisis utang negara Eropa dan Amerika yang memicu krisis global, mendorong perusahaan asing untuk berinvestasi di negara emerging market seperti Indonesia dan pada produk pasar modal yang memiliki risiko relatif kecil. Berdasarkan Bapepam dan LK Juni 2011, investor asing memiliki obligasi korporasi senilai Rp 5,96 triliun atau naik empat kali lipat dibandingkan Juni 2010 yang mencapai Rp 1,53 triliun. Pemodal asing yang dominan berinvestasi pada obligasi korporasi adalah institusi keuangan sebesar Rp 2,53 triliun, perusahaan asing sebesar Rp 569,82 miliar, manajer investasi reksadana sebesar Rp 562,91 miliar, dan Rp 2,295 triliun lainnya. Kondisi ini menunjukkan minat investor asing terhadap obligasi korporasi Indonesia semakin meningkat. Peningkatan pasar obligasi juga didorong oleh trend penurunan suku bunga Bank Indonesia yaitu pada Desember 2005 suku bunga sebesar 12,75% dan pada bulan Juli 2011 turun menjadi 6,75% (Jamillah, 2012). Investor memilih obligasi dengan pertimbangan peringkat obligasi dan pendapatan obligasi (dinyatakan dalam yield). Yield obligasi merupakan hasil yang diperoleh investor jika investor menginvestasikan pada obligasi (Widajati, 2010). Salah satu ukuran yield yang paling sering digunakan investor dalam berinvestasi yaitu yield to maturity.yield To Maturity (YTM) adalah suku bunga atau tingkat keuntungan yang dinikmati investor pada obligasi jika obligasi tersebut disimpan hingga tanggal jatuh tempo (Atmaja, 2008: 89). Jika investor membeli obligasi sekarang dan menahannya hingga jatuh tempo, maka akan mendapatkan pengembalian total obligasinya yang meliputi baik pendapatan kupon maupun keuntungan modal. Bagi perusahaan jika obligasi tersebut disimpan hingga jatuh tempo akan memudahkan untuk menghitung pelunasan nilai pokok pinjaman, karena nilai sekarang obligasi sama dengan harga pasar aktualnya. Sebelum investor membeli obligasi dan menyimpannya sampai jatuh tempo sebaiknya harus memperhatikan kondisi internal dan eksternal perusahaan terlebih dahulu. Kondisi internal perusahaan dapat dinilai dari penerapan corporate governance (CG) dalam pengelolaan perusahaan. Corporate governance merupakan suatu mekanisme pengelolaan yang didasarkan pada teori keagenan. Penerapan konsep CG diharapkan memberikan kepercayaan terhadap agen (manajemen) dalam mengelola kekayaan pemilik (investor), dan pemilik menjadi lebih yakin bahwa agen tidak akan melakukan suatu kecurangan (fraud) untuk kesejahteraan agen. Perusahaan yang menerapkan tata kelola yang baik, akan mampu memberikan kepercayaan terhadap investor. Kepercayaan investor yang tinggi merupakan sifat dari GCG yang akan berpengaruh terhadap nilai pasar obligasi, sehingga yield obligasi menjadi semakin meningkat (Hapsari, 2013). Selain dinilai melalui penerapan corporate governance kondisi internal perusahaan juga dapat dinilai melalui kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari struktur modalnya, terutama modal yang berasal dari hutang. Rasio hutang dapat diukur menggunakan Debt to Equity 78
3 Rasio (DER). DER merupakan perbandingan antara utang dengan modal sendiri, yang menunjukkan risiko distribusi laba usaha perusahaan yang terserap untuk melunasi kewajiban utang perusahaan (Surya dan Nasher, 2011). Semakin besar DER maka semakin kecil kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh kewajibannya termasuk imbal hasil terhadap jatuh tempo obligasi. Penelitian ini akan menambahkan variabel independen peringkat obligasi sebagai penilai kondisi internal perusahaan lainnya dan variabel independen tingkat suku bunga SBI sebagai penilai kondisi eksternal perusahaan. Selain itu data yang diambil dalam penelitian ini adalah obligasi korporasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mana perusahaan yang menerbitkan obligasi tersebut sudah go public yang pastinya masuk dalam kriteria ukuran perusahaan besar yang laporan keuangannya telah sesuai dengan peraturan akuntansi berterima umum, maka variabel ukuran perusahaan tidak digunakan. Apakah corporate governance, debt to equity ratio (DER), peringkat obligasi, dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh terhadap yield to maturity (YTM) pada obligasi korporasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1. Materi dan Metode 2.1 Yield To Maturity (YTM) Yield to maturity (YTM) adalah tingkat pengembalian yang akan diperoleh investor apabila memiliki obligasi sampai jatuh tempo. Penghitungan YTM dilakukan dengan memasukkan semua pembayaran kupon bunga sampai dengan tanggal jatuh tempo dengan mengasumsikan adanya reinvestasi dari kupon yang diterima dengan tingkat bunga yang sama dengan YTM tersebut (Setyapurnama dan Norpratiwi, 2006). Kelebihan YTM yaitu menggambarkan yield obligasi secara lengkap. Selain dari bunga obligasi, YTM juga menghitung potensi keuntungan atau kerugian dari pergerakan harga obligasi. YTM ini juga mencakup potensi keuntungan dari kenaikan harga obligasi atau capital gain ( jika membeli obligasi di harga diskon) maupun kerugian akibat penurunan harga obligasi (jika membeli obligasi di harga tinggi atau premium). YTM mengevaluasi baik pendapatan bunga, capital gain maupun cashflow yang diterima sepanjang masa hidup pasar obligasi yaitu sampai maturity date (Ibrahim, 2008) Menurut Indarsih (2013) Yield To Maturity adalah tingkat bunga yang menyamakan harga obligasi dengan nilai sekarang dari semua aliran kas yang diperoleh dari obligasi sampai dengan waktu jatuh tempo, oleh karena persamaan tersebut didasari dengan perhitungan nilai sekarang maka semua pendapatan yang diperoleh harus diinvestasikan kembali pada tingkat Yield To Maturity. YTM adalah alat ukur yang akan digunakan investor untuk melakukan pertimbangan dalam pembelian obligasi. Sehingga YTM akan mempengaruhi yield (tingkat keuntungan) yang akan diperoleh investor. Jika YTM tinggi, maka yield (tingkat keuntungan) juga akan tinggi, sehingga risiko gagal bayar tidak akan terjadi (Hapsari, 2013). Untuk menghindari risiko gagal bayar tersebut, oleh karenanya harus dapat menilai kondisi internal dan eksternal perusahaan. 79
4 Pengaruh Corporate Governance, Debt To Equity Ratio... (Ariffudin, Anissa dan Kusumaningtyas :77-89) 2.2 Teori Keagenan Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak antara principal dengan agent. Menurut Darmawati et al. (2005), inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan (principal/investor) dan pengendalian (agent/manajer). Kepemilikan diwakili oleh investor mendelegasikan kewenangan kepada agen dalam hal ini manajer untuk mengelola kekayaan investor. Investor mempunyai harapan bahwa dengan mendelegasikan wewenang pengelolaan tersebut, mereka akan memperoleh keuntungan dengan bertambahnya kekayaan dan kemakmuran investor. Hubungan keagenan dapat menimbulkan masalah pada saat pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai tujuan yang berbeda. Pemilik modal menghendaki bertambahnya kekayaan dan kemakmuran para pemilik modal, sedangkan manajer juga menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer. Dengan demikian muncullah konflik kepentingan antara pemilik (investor) dengan manajer (agen). Pemilik lebih tertarik untuk memaksimumkan return dan harga sekuritas dari investasinya, sedangkan manajer mempunyai kebutuhan psikologis dan ekonomi yang luas, termasuk memaksimumkan kompensasinya (Setyapurnama dan Norpratiwi, 2006). 2.3 Corporate Governance terhadap Yield To Maturity (YTM) Corporate governance merupakan suatu mekanisme pengelolaan yang didasar-kan pada teori keagenan. Penerapan konsep CG diharapkan memberikan kepercayaan terhadap agen (manajemen) dalam mengelola kekayaan pemilik (investor), dan pemilik menjadi lebih yakin bahwa agen tidak akan melakukan suatu kecurangan (fraud) untuk kesejahteraan agen (Hapsari, 2013). Salah satu elemen dari corporate governance adalah keterbukaan yang merupakan tindakan untuk menjelaskan segala sesuatu yang dilakukan manajemen perusahaan kepada publik. Keterbukaan tidak mudah dilakukan jika manajemen memiliki kepentingan dan informasi pribadi, kondisi ini terjadi jika manajemen memiliki andil sebagai pemilik (managerial ownership). Semakin besar persentase kepemilikan manajerial maka keterbukaan semakin kecil, sehingga perusahaan akan lebih memiliki risiko. Investor memiliki obligasi juga memperhatikan risiko, risiko dalam obligasi disebut dengan risiko kredit (default risk). Risiko kredit merupakan suatu risiko kerugian yang disebabkan oleh ketidak mampuan (gagal bayar) dari debitur atas kewajiban pembayaran utangnya baik utang pokok maupun bunganya atau keduanya (Widajati, 2010). Oleh karena itu jika penerapan CG buruk, maka keterbukaan atas tindakan yang dilakukan manajemen perusahaan kepada publik semakin kecil, sehingga perusahaan akan lebih memiliki risiko. Semakin tinggi risiko perusahaan, maka risiko kerugian akibat gagal bayar perusahaan atas utangnya juga akan tinggi. Maka investor juga akan mengisyaratkan imbal hasil (yield) yang tinggi atas risiko perusahaan tersebut. Penelitian Purnama dan Norpratiwi (2006) menunjukkan bahwa corporate governance berpengaruh negatif terhadap yield obligasi. 80
5 2.4 Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Yield To Maturity (YTM) Salah satu informasi yang dapat diterima secara bebas oleh investor mengenai perusahaan emiten adalah debt to equity ratio (DER), yang merupakan indikator struktur modal dan risiko finansial. DER merupakan perbandingan antara utang dengan modal sendiri, yang menunjukkan risiko distribusi laba usaha perusahaan yang terserap untuk melunasi kewajiban utang perusahaan (Surya dan Nasher, 2011). Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Maka, penggunaan hutang yang semakin besar akan mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar hutang. Dengan semakin tingginya tingkat risiko maka keuntungan yang diisyaratkan juga semakin besar (Purnamawati, 2013). Oleh karena itu semakin besar hutang (DER) maka YTM yang diisyaratkan juga semakin besar. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi DER (hutang), maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor, sehingga para investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi, karena menerbitkan saham baru berarti melepaskan sejumlah kendali perusahaan dan akan memperbesar laba yang akan diperoleh para investor (Hapsari, 2013). Hasil penelitian Surya dan Nasher (2011) menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif terhadap yield obligasi Peringkat Obligasi terhadap Yield To Maturity (YTM) Seorang investor yang akan membeli obligasi hendaknya memperhatikan adanya default risk, yaitu risiko yang dihadapi oleh investor atau pemegang obligasi karena tidak dapat membayar obligasi pada saat jatuh tempo. Untuk menghindari risiko tersebut, investor harus memperhatikan beberapa hal, salah satunya adalah peringkat obligasi perusahaan emiten (Purnamawati, 2013). Peringkat obligasi menyatakan skala risiko atau tingkat keamanan suatu obligasi yang diterbitkan serta memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas kegagalan hutang suatu perusahaan. Investment grade merupakan obligasi yang berperingkat tinggi (high grade) yang mencerminkan risiko kredit yang rendah (low credit worthiness). Non investment grade merupakan obligasi yang berperingkat rendah (low grade) yang mencerminkan risiko kredit yang tinggi (high credit worthiness) (Purnamawati, 2013). Obligasi dengan peringkat rendah merupakan obligasi yang lebih berisiko. Implikasinya obligasi dengan peringkat rendah harus menyediakan YTM lebih tinggi karena untuk mengkompensasi kemungkinan risiko yang besar (Ibrahim, 2008). Semakin tinggi peringkat obligasi maka risiko semakin rendah, imbal hasil (yield) yang diberikan juga semakin rendah. Sebaliknya jika semakin rendah peringkat obligasi, semakin tinggi risiko, semakin tinggi juga imbal hasil (yield) yang diberikan (Saputra, 2013). Penelitian Surya dan Nasher (2011) menunjukkan bahwa bond rating berpengaruh negatif terhadap yield obligasi. 81
6 Pengaruh Corporate Governance, Debt To Equity Ratio... (Ariffudin, Anissa dan Kusumaningtyas :77-89) 2.5 Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Yield To Maturity (YTM) Investasi dalam deposito atau SBI akan menghasilkan bunga bebas risiko tanpa memikirkan pengelolaannya, sementara investasi dalam obligasi mengandung risiko seperti kegagalan penerimaan kupon atau gagal pelunasan dan kerugian karena kehilangan kesempatan untuk melakukan investasi di tempat lain (opportunity cost). Oleh karena itu, yield obligasi yang diperoleh harus lebih tinggi daripada tingkat suku bunga deposito atau SBI (Indarsih, 2013). Suku bunga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya obligasi, dikarenakan apabila suku bunga mengalami peningkatan maka secara relatif akan menurunkan imbal hasil yang diterima oleh investor. Hal ini dikarenakan bunga obligasi yang bersifat tetap (fixe rate), sehingga investor akan meminta kompensasi dengan meminta yield yang lebih tinggi. Dengan kata lain, apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka besarnya yield yang diisyaratkan oleh investor juga akan mengalami kenaikan (Saputra, 2013). Hasil penelitian Surya dan Nasher (2011) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif terhadap yield obligasi. 3. Metode Penelitian 3.1 Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjabaran dari sebuah variabel serta indika-tornya secara terperinci, sehingga variabel yang ada dapat diketahui pengukurannya. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Yield To Maturity (YTM) YTM merupakan tingkat pengembalian yang akan diperoleh investor pada obligasi jika disimpan hingga jatuh tempo (Hapsari, 2013). Rumus perhitungan Yield To Maturity menggunakan persamaan yang dikembangkan dengan menggunakan metode Equation Approximation sebagai berikut (Indarsih, 2013): Keterangan: YTM = Yield To Maturity C = kupon / bunga N = sisa waktu jatuh tempo F P F - P C n YTM = x 100% F + P = face value (nilai nominal) = harga obligasi pada saat t=0) 82
7 Variabel Independen a). Corporate Governance Variabel corporate governance diukur menggunakan skor CGPI. CGPI merupakan gabungan dari tujuh komponen yang diberi bobot. Tujuh komponen tersebut adalah: 1) Komitmen terhadap CG, 2) Hak pemegang saham, 3) Tata kelola dewan komisaris, 4) Komite-komite fungsional (yang membantu tata kelola dewan komisaris), 5) Direksi, 6) Transparansi, 7) Hubungan dengan stakeholders (Hapsari, 2013). Corporate governance dengan skor CGPI menggunakan skala interval 0-100, score masuk dalam kategori A dan predikat sangat terpercaya, score 7084,99 masuk dalam kategori B dan predikat terpercaya, serta score 55-69,99 masuk dalam kategori C dan predikat cukup terpercaya. Selanjutnya variabel coporate governance dengan skor CGPI dinyatakan dalam bentuk variabel dummy, yaitu 1 jika masuk dalam CGPI dan 0 jika tidak masuk dalam CGPI. Hal tersebut mempertimbangkan agar data yang digunakan dalam penelitian memenuhi jumlah yang dibutuhkan. b). Debt to Equity Rasio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) adalah perbandingan antara jumlah total hutang terhadap total equity. Menurut Hapsari (2013), DER dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut: Total Liabilitas DER = Total Equity Dimana: DER : Debt to Equity Ratio TL : Total Liabilities TE : Total Equity c). Peringkat Obligasi Peringkat obligasi adalah pernyataan dalam bentuk simbol tentang keadaaan perusahaan penerbit obligasi yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO (Ibrahim, 2008). Variabel peringkat obligasi diberi simbol RAT dan ditentukan dengan menggolongkan peringkat sesuai kategori peringkatnya. Variabel RAT dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu: (1) Kategori investment grade untuk perusahaan yang risiko defaultnya rendah. Kategori ini dinyatakan dalam peringkat AAA, AA, A, BBB. (2) Ketegori non investment grade untuk perusahaan yang risiko defaultnya tinggi. Kategori ini dinyatakan dalam peringkat BB, B, CCC, D Selanjutnya variabel RAT dinyatakan dengan peringkat obligasi yang diterbitkan oleh PT PEFINDO yaitu mulai dari peringkat yang paling tinggi hingga peringkat yang paling rendah (mulai dari AAA+ hingga B -). Karena 83
8 Pengaruh Corporate Governance, Debt To Equity Ratio... (Ariffudin, Anissa dan Kusumaningtyas :77-89) ada 18 maka peringkat yang tertinggi diberi skor 18 dan peringkat yang paling rendah diberi skor 1 seperti pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.1 Konversi Peringkat Obligasi Peringkat Nilai Peringkat Nilai AAA+ 18 BBB+ 9 AAA 17 BBB 8 AAA- 16 BBB- 7 AA+ 15 BB+ 6 AA 14 BB 5 AA- 13 BB- 4 A+ 12 B+ 3 A 11 B 2 A- 10 B- 1 Sumber: Manurung dalam Melani dan Kananlua (2013) d). Tingkat Suku Bunga SBI Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI rate) (Purnamawati, 2013). 3.2 Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah obligasi korporasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ditemukan 18 obligasi korporasi yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian, sehingga sampel dalam penelitian ini selama periode sebanyak 54 sampel obligasi korporasi. Dalam penentuan sampel penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Penentuan sampel dengan teknik purposive sampling didasarkan pada kriteria - kriteria tertentu. Dalam penentuan sampel penelitian ini, ditentukan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Obligasi korporasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun Obligasi korporasi yang terdaftar dalam Indonesia Bond Market Directory selama tahun secara berturutturut. Obligasi korporasi yang pemeringkatannya masuk dalam pemeringkatan PT. Pefindo selama tahun Obligasi korporasi yang memiliki data lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian selama tahun Teknik Analisis Data Untuk menguji hubungan antar variabel dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan software aplikasi SPSS versi 19. Dalam menguji hipotesis, taraf nyata yang digunakan adalah 0,05 (5%). Jika nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya jika nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. 84
9 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pengaruh Corporate Governance terhadap Yield To Maturity Dari hasil uji signifikansi parsial dapat diketahui bahwa variabel corporate governance (CG) tidak berpengaruh terhadap yield to maturity. Hal ini terbukti menunjukkan bahwa nilai B sebesar -0,067 yaitu menunjukkan arah negatif, sedangkan nilai signifikannya sebesar 0,895 > 0,05. Hal tersebut berarti mampu menerima H 01 dan menolak Ha 1, maka dapat disimpulkan bahwa variabel corporate governance tidak berpengaruh terhadap yield to maturity. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis pertama dan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Hapsari (2013) bahwa variabel corporate governance tidak berpengaruh terhadap yield to maturity. Kepesertaan CGPI bersifat sukarela, jadi perusahaan yang masuk dalam pemeringkatan CGPI adalah perusahaan yang mempunyai inisiatif untuk mendaftarkan diri dalam pemeringkatan CGPI. Oleh karena itu perusahaan yang terdafatar dalam CGPI belum pasti perusahaan yang berkompeten, dikarenakan bentuk kepesertaannya yang bersifat sukarela tersebut. Selain itu data obligasi korporasi yang didapat dalam penelitian ini lebih didominasi oleh obligasi korporasi yang tidak masuk dalam CGPI yaitu sejumlah 42 obligasi. Sedangkan jumlah obligasi korporasi yang masuk dalam CGPI lebih sedikit yaitu sejumlah 12 obligasi. Menurut Hapsari (2013) menyatakan bahwa hal ini bertolak belakang dengan teori, disebabkan karena GCG yang diukur menggunakan skor CGPI hampir sebagian besar memiliki peringkat yang lumayan tinggi. Jika dibandingkan dengan perusahaan korporasi yang lain, yaitu mempunyai peringkat sangat terpercaya dan terpercaya, hanya beberapa perusahaan yang memiliki peringkat cukup terpercaya. Hal ini disebabkan karena GCG yang dilaksanakan pada perusahaan go public belum terimplementasikan secara baik. Walaupun secara rata-rata Indeks Corporate Governance sudah dalam kriteria yang terpercaya, namun hal ini hanya sebatas pada penilaian subyektif dari pemeringkat IICG berdasarkan persentasi yang diberikan oleh manajemen perusahaan di depan pemeringkat IICG. Selain itu penilaian ini juga didasarkan pada self assesment, sehingga akan cenderung memberikan penilaian yang baik pada perusahaan mereka sendiri (Mustikasari, 2010). 4.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Yield To Maturity Dari hasil uji signifikansi parsial dapat diketahui bahwa variabel debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap yield to maturity. Hal ini terbukti menunjukkan bahwa nilai B sebesar 0,039 yaitu menunjukkan arah positif, sedangkan nilai signifikannya sebesar 0,608 > 0,05. Hal tersebut berarti mampu menerima H 02 dan menolak Ha 2, maka dapat disimpulkan bahwa variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap yield to maturity. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis kedua dan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnamawati (2013 bahwa variabel DER tidak berpengaruh terhadap yield to maturity. Menurut Hartono (2009: 170) dalam Purnamawati (2013) menyatakan bahwa kenaikan rasio leverage tidak mempengaruhi probabilitas 85
10 Pengaruh Corporate Governance, Debt To Equity Ratio... (Ariffudin, Anissa dan Kusumaningtyas :77-89) kenaikan imbal hasil obligasi, yang berarti bahwa rasio leverage tidak diperhitungkan dalam menentukan imbal hasil obligasi jika dilihat secara parsial. Hal tersebut disebabkan karena investor tidak memperhatikan risiko yang ada ketika membeli atau berinvestasi pada obligasi karena menganggap bahwa obligasi merupakan investasi yang berisiko rendah. 4.3 Pengaruh Peringkat Obligasi terhadap Yield To Maturity Dari hasil uji signifikansi parsial dapat diketahui bahwa variabel peringkat obligasi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap yield to maturity. Hal ini terbukti menunjukkan bahwa nilai B sebesar -0,265 yaitu menunjukkan arah negatif, sedangkan nilai signifikannya sebesar 0,012 < 0,05. Hal tersebut berarti mampu menolak H 03 dan menerima Ha 3, maka dapat disimpulkan bahwa variabel peringkat obligasi berpengaruh negatif signifikan terhadap yield to maturity. Hasil ini mendukung hipotesis ketiga dan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnamawati (2013), Surya dan Nasher (2011), dan Ibrahim (2008) bahwa variabel peringkat obligasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield to maturity. Menurut Purnamawati (2013) menyatakan bahwa obligasi dengan peringkat rendah merupakan obligasi yang lebih berisiko. Maka obligasi dengan peringkat rendah harus menyediakan imbal hasil lebih tinggi karena untuk mengkompensasi kemungkinan risiko yang besar. Dengan demikian, obligasi yang memiliki peringkat yang tinggi akan memberikan risiko default yang relatif lebih kecil sehingga berdampak pada imbal hasil obligasi yang akan mengalami penurunan. 4.4 Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Yield To Maturity Dari hasil uji signifikansi parsial dapat diketahui bahwa variabel tingkat suku bunga SBI memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap yield to maturity. Hal ini terbukti menunjukkan bahwa nilai B sebesar 4,454 yaitu menunjukkan arah positif, sedangkan nilai signifikannya sebesar 0,000 < 0,05. Hal tersebut berarti mampu menolak H 04 dan menerima Ha 4, maka dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif signifikan terhadap yield to maturity. Hasil ini mendukung hipotesis keempat dan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnamawati (2013), Indarsih (2013), Surya dan Nasher (2011) dan Ibrahim (2008) bahwa variabel tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield to maturity. Menurut Indarsih (2013) menyatakan bahwa hubungan yang positif antara tingkat suku bunga SBI dengan Yield To Maturity obligasi disebabkan karena pada saat tingkat suku bunga SBI meningkat, maka investor lebih menyukai investasi deposito di bank daripada sekuritas obligasi karena lebih menguntungkan sehingga permintaan obligasi menurun yang menyebabkan menurunnya harga obligasi sehingga investor akan meningkatkan Yield To Maturity yang diisyaratkannya. Menurut Purnamawati (2013) semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka imbal hasil yang diisyaratkan oleh investor dari suatu investasi akan semakin meningkat. Sehingga dengan semakin tingginya tingkat suku bunga SBI maka perusahaan penerbit obligasi akan menawarkan 86
11 imbal hasil yang besar untuk menarik minat investor agar berinvestasi atau menanamkan dananya pada obligasi. 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengaruh corporate governance, debt to equity ratio, peringkat obligasi, dan tingkat suku bunga SBI terhadap yield to maturity pada obligasi korporasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun , maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut: a. Corporate governance tidak berpengaruh terhadap yield to maturity pada obligasi korporasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun Kepesertaan CGPI bersifat sukarela, jadi perusahaan yang masuk dalam pemeringkatan CGPI adalah perusahaan yang mempunyai inisiatif untuk mendaftarkan diri dalam pemeringkatan CGPI. Oleh karena itu perusahaan yang terdafatar dalam CGPI belum pasti perusahaan yang berkompeten, dikarenakan bentuk kepesertaannya yang bersifat sukarela tersebut. Selain itu data obligasi korporasi yang didapat dalam penelitian ini lebih didominasi oleh obligasi korporasi yang tidak masuk dalam CGPI yaitu sejumlah 42 obligasi. Sedangkan jumlah obligasi korporasi yang masuk dalam CGPI lebih sedikit yaitu sejumlah 12 obligasi. Pada kenyataannya GCG yang dilaksanakan pada perusahaan go public belum terimplementasikan secara baik. GCG yang diukur menggunakan skor CGPI hampir sebagian besar memiliki peringkat yang lumayan tinggi. Jika dibandingkan dengan perusahaan korporasi yang lain, yaitu mempunyai peringkat sangat terpercaya dan terpercaya, hanya beberapa perusahaan yang memiliki peringkat cukup terpercaya. Walaupun secara rata-rata Indeks corporate governance sudah dalam kriteria yang terpercaya, namun hal ini hanya sebatas pada penilaian subyektif dari pemeringkat IICG berdasarkan persentasi yang diberikan oleh manajemen perusahaan di depan pemeringkat IICG. Selain itu penilaian ini juga didasarkan pada self assesment, sehingga akan cenderung memberikan penilaian yang baik pada perusahaan mereka sendiri. b. Debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap yield to maturity pada obligasi korporasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun Kenaikan rasio leverage yang diukur menggunakan DER tidak mempengaruhi probabilitas kenaikan imbal hasil obligasi, yang berarti bahwa DER tidak diperhitungkan dalam menentukan imbal hasil obligasi. Hal tersebut disebabkan karena investor tidak memperhatikan risiko yang ada ketika membeli atau berinvestasi pada obligasi karena menganggap bahwa obligasi merupakan investasi yang berisiko rendah. c. Peringkat obligasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield to maturity pada obligasi korporasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun Obligasi dengan peringkat rendah merupakan obligasi yang lebih berisiko. Maka obligasi dengan peringkat 87
12 Pengaruh Corporate Governance, Debt To Equity Ratio... (Ariffudin, Anissa dan Kusumaningtyas :77-89) rendah harus menyediakan imbal hasil lebih tinggi karena untuk mengkompensasi kemungkinan risiko yang besar. Dengan demikian, obligasi yang memiliki peringkat yang tinggi akan memberikan risiko default yang relatif lebih kecil sehingga berdampak pada imbal hasil obligasi yang akan mengalami penurunan. d. Tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield to maturity pada obligasi korporasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka imbal hasil yang diisyaratkan oleh investor dari suatu investasi akan semakin meningkat. Sehingga dengan semakin tingginya tingkat suku bunga SBI maka perusahaan penerbit obligasi akan menawarkan imbal hasil yang besar untuk menarik minat investor agar berinvestasi atau menanamkan dananya pada obligasi. Daftar Pustaka Ahmad, Komaruddin (2004), Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio, Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Atmaja, Lukas Setia (2008), Teori dan Praktik Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Yogyakarta: CV. Andi Offset. Atmaja, Lukas Setia (2009), Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Pertama, Yogyakarta: CV. Andi Offset. Fahmi, Irham (2012), Manajemen Investasi: Teori dan Soal Jawab, Jakarta: Salemba Empat. Hapsari, Riska Ayu (2013), Kajian Yield To Maturity (YTM) Obligasi pada perusahaan Korporasi, Accounting Analysis Journal 1 (3). Ibrahim, H (2008), Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan dan DER Terhadap Yield To Maturity Obligasi Korporasi Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun , Tesis, Semarang: Universitas Diponegoro. Indarsih, Nanik (2013), Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Rating, Likuiditas dan Maturitas Terhadap Yield to Maturity Obligasi, Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 1 Nomor 1. Indonesia Bond Pricing Agency (2012), Harga dan Yield Obligasi tahun , Jakarta. Jamilah, Siti (2012), Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Kemungkinan kesempatan Investasi dan Variabel Makro terhadap Yield Obligasi Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Pertambangan dan Energi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun ), Skripsi, IPB, Bogor. Melani, Kingkin Sandra dan Kananlua, Paulus Sulluk (2013), Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Management Insight, 8 (2):
13 Melati, Arum (2013), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Sewa SukukIjarah, Accounting Analysis Journal 2 (2). Mustikasari, Greta Ita (2010), Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Peringkat Obligasi Dan Yield obligasi (Studi Empiris Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia), Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Purnamawati, I Gusti Ayu (2013), Pengaruh Peringkat Obligasi, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Rasio Leverage, Ukuran Perusahaan dan Umur Obligasi pada Imbal Hasil Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia, VOKASI Jurnal Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 1. Samsul, Mohamad (2006), Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Erlangga. Saputra, Tiyas Ardian (2013), Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Yield Obligasi Konvensional di Indonesia (Studi Kasus Pada Perusahaan Listed di BEI), Skripsi, Semarang: Universitas Diponegoro. Setyapurnama, Yudi Santara dan Norpratiwi, Vianey (2006), Pengaruh Corporate Governance Terhadap Peringkat Obligasi dan Yield Obligasi, Jurnal. Surya, Budhi Arta dan Nasher, Teguh Gunawan (2011), Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Exchange Rate, Ukuran Perusahaan, Debt To Equity Ratio dan Bond Rating terhadap Yield Obligasi Korporasi di Indonesia, Jurnal Manajemen Teknologi, Volume 10 Number 2. Widajati, Asih (2010), Faktor yang Mempengaruhi Risiko Kredit dan Yield Obligasi pada Perusahaan Perbankan, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14 No. 3,
BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran besar bagi suatu Negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori II.1.1 Obligasi Korporasi (Corporate Bond) II.1.1.1 Definisi Obligasi Korporasi Menurut Harmono, obligasi merupakan surat tanda utang
Lebih terperinci@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Umum atau yang disebut juga sebagai Bank Konvensional merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank Umum atau yang disebut juga sebagai Bank Konvensional merupakan lembaga keuangan yang mempunyai kegiatan usaha menghimpun dana dari masyarakat secara langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membayar pokok obligasi yang biasa disebut nilai par. instrumen keuangan adalah memperoleh return (imbal hasil).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obligasi merupakan salah satu komponen investasi dengan manfaat dan tingkat pengembalian yang relatif lebih pasti, karena pada hakekatnya obligasi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha. Dengan adanya penghapusan batasan ini, persaingan dalam dunia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam yield to maturity adalah teori sinyal (Theory
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2003). Instrumen pasar modal yang utama yaitu saham dan obligasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dalam menjalankan kegiatannya membutuhkan dana atau modal yang biasa diperoleh melalui pasar uang maupun pasar modal. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara (Samsul, 2006:43).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas istrumen keuangan jangka panjang yang umumnya lebih dari satu tahun. Pasar modal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bisa bersifat tarif tetap (fixed rate), tarif mengambang (floating rate) maupun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat pada sektor pasar modal syariah. Semakin banyaknya nilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian yang berbasis syariah salah satunya dapat dilihat pada sektor pasar modal syariah. Semakin banyaknya nilai sekuritas yang dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. panjang dalam memperoleh benefitnya. Investasi di Indonesia dapat dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah penanaman modal yang ditanamkan dalam suatu aset yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa datang dan biasanya berjangka panjang dalam memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal menjadi pilar perekonomian negara-negara maju dan menjadi cermin. menentukan maju atau melemahnya ekonomi suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal menjadi ikon ekonomi modern. Industri pasar modal sering menjadi simbol dan gambaran ekonomi masyarakat masa kini. Pasar modal menjadi pilar perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi pada dasarnya adalah uang yang dipakai untuk menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi pada dasarnya adalah uang yang dipakai untuk menghasilkan uang (Sjahrir, 2006). Dengan demikian uang ditanam atau diinvestasikan dalam objek yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kebijakan perusahaan agar bisa mendapatkan dana tanpa harus berutang ke perbankan dan menerbitkan saham baru adalah menerbitkan obligasi. Perusahaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1. Investasi Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas di Asia (ASEAN Free Trade Area) untuk negara-negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi dunia telah terbuka, khususnya sejak awal milenium lalu, yang ditandai dengan menisbinya batas-batas wilayah antar negara di dunia dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal di suatu negara seringkali dijadikan tolak ukur kemajuan perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital market) merupakan
Lebih terperinciBAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Pustaka 3.1.1. Obligasi Obligasi (bond) merupakan surat berharga yang dijual kepada publik, dimana dicantumkan berbagai ketentuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh imbalan berupa return. Untuk memperoleh return yang diharapkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehadiran pasar modal sebagai sarana yang digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang pemilik modal yang berminat membeli obligasi, sudah seharusnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang pemilik modal yang berminat membeli obligasi, sudah seharusnya memperhatikan peringkat obligasi karena peringkat tersebut memberikan informasi dan memberikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Thompson dan Vaz (1990) melakukan penelitian terhadap 426 obligasi
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Penelitian Terdahulu Thompson dan Vaz (1990) melakukan penelitian terhadap 426 obligasi perusahaan industri dengan periode waktu antara Januari 1977 sampai dengan Desember
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (emiten). Dengan adanya pasar modal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tergolong Surat Berharga Pasar Modal dengan Pendapatan Tetap (fixed-income
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obligasi merupakan salah satu jenis aset finansial dan instrumen modal (utang) yang tergolong Surat Berharga Pasar Modal dengan Pendapatan Tetap (fixed-income
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) adalah pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang relatif panjang, yang diinvestasikan pada barang modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu Kegiatan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah pasar yang dirancang untuk membiayai investasi jangka panjang yang dilakukan oleh perusahaan swasta atau pemerintah (Syahyunan, 2013:10),
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama bulan Januari hingga Agustus 2008, bursa saham dunia mengalami penurunan yang berdampak pada pelaku lantai bursa, dunia usaha, dan perekonomian di berbagai negara
Lebih terperinciPENGARUH INFLASI, BI RATE, UKURAN DAN UTANG PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA OBLIGASI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Pengaruh Inflasi, BI Rate...(Anhar Firdaus Gultom) 11 PENGARUH INFLASI, BI RATE, UKURAN DAN UTANG PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA OBLIGASI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA THE EFFECT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual-beli dan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuitas (saham),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang RI Nomor 8 tentang Pasar Modal Tahun 1995, pasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan kegiatannya perusahaan membutuhkan dana yang dapat diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya adalah dari pasar modal. Menurut Undang-undang RI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Darmadji dan Fakhruddin (2011) (ekbis.sindonews.com) Harsono (2010)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan dalam menjalankan kegiatannya membutuhkan dana atau modal yang biasa diperoleh melalui pasar uang maupun pasar modal. Pasar modal merupakan pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjual belikan, menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Investasi obligasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obligasi adalah utang jangka panjang yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Investasi obligasi merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obligasi merupakan salah satu sumber pendanaan bagi pemerintah dan perusahaan, yang dapat diperoleh dari pasar modal. Secara sederhana, obligasi merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak perusahaan menerbitkan obligasi selain menerbitkan saham sebagai sumber pendanaan perusahaan. Saham adalah tanda pernyetaan modal pada perseroan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini atau dimasa yang akan datang. Setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat terus mengembangkan usahanya. Perusahaan untuk mengembangkan usahanya memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional termasuk ekspansi usaha selain kredit perbankan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal sebagai pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Signaling Theory Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen perusahaan dan berbagai pihak yang berkepentingan, berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal sebagai salah satu alternatif investasi untuk memperoleh keuangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendanaan umumnya diperoleh dalam bentuk modal dengan menerbitkan saham yang merupakan bukti kepemilikan dari perusahaan dimana investor yang membeli saham memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Investasi digolongkan menjadi dua jenis yaitu investasi kepemilikan (saham) dan surat hutang (obligasi). Investor dalam membuat keputusan investasi membutuhkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk dapat mengembangkan bisnisnya. Sumber pendanaan dapat berasal dari pihak eksternal maupun pihak internal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ekuity (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuity
Lebih terperinciPENGARUH SOLVABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP YIELD TO MATURITY
PENGARUH SOLVABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP YIELD TO MATURITY OBLIGASI (Survei pada Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013 ) RIKA ST KHADIJAH ROSDIANI
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Tabel 1 Perkembangan obligasi korporasi
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu sarana bagi pelaku bisnis untuk mendapatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan cara memperjualbelikan instrumen keuangan. Salah satu instrumen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasarkan penelitian yang mengambil topik mengenai pengaruh likuiditas, maturitas, dan peringkat pada yield obligasi 1. Penelitian Nanik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan setiap perusahaan. Dengan tata kelola yang baik perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi. ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan fungsinya, pasar modal menjadi penghubung bagi pihak yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melaksanakan fungsinya, pasar modal menjadi penghubung bagi pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (emiten) dalam transaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal (Capital Market) adalah pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi), ekuitas (saham),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia (BEI) merupakan satu-satunya pasar modal yang ada di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak terlepas dari perkembangan pasar modal yang baik dan dinamis. Pasar modal merupakan fasilitator yang memiliki peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang dan masa yang akan datang. Perusahaan go public dalam melakukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal di dunia usaha yang semakin maju pada zaman sekarang sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk meningkatkan kegiatan produksi dan menghadapi persaingan dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Obligasi Korporasi Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang cukup menarik bagi kalangan investor di pasar modal ataupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahan membutuhkan dana untuk menjalankan kegiatannya, dana tersebut dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu berasal dari intern perusahaan dan dari ekstern
Lebih terperinciBAB I. Salah satu bentuk pendanaan yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk pendanaan yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan untuk membiayai investasinya adalah dengan menerbitkan obligasi. Obligasi selain digunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan PT. Pefindo
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan PT. Pefindo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. instrumen keuangan yang diminati. Minat yang cukup tinggi dari para investor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan memiliki beberapa alternatif pilihan dalam mendapatkan dana untuk menjalankan perusahaannya bagi para investor, obligasi merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana dengan memperjualbelikan sekuritas.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki dana lebih dengan pihak yang membutuhkan dana dengan memperjualbelikan sekuritas. Sekuritas yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh investor. Pasar modal juga termasuk dalam salah satu kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah penanaman modal yang ditanamkan dalam suatu aset yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa datang dan biasanya berjangka panjang dalam memperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Para investor menanam modal dengan tujuan untuk memperoleh manfaat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Para investor menanam modal dengan tujuan untuk memperoleh manfaat atau hasil dari penanaman modalnya di masa yang akan datang. Modal dari para investor ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investor dan perusahaan untuk mencari sumber dana maupun untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar modal merupakan wadah yang dapat digunakan untuk para investor dan perusahaan untuk mencari sumber dana maupun untuk menginvestasikan dana.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan dalam menjalankan kegiatannya membutuhkan dana atau modal yang bisa diperoleh melalui pasar uang maupun pasar modal. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk pendanaan yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan untuk membiayai investasinya adalah dengan menerbitkan obligasi. Obligasi merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
1 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) serta diperingkat oleh Pefindo. Data peringkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan manufaktur pastinya ingin menjadi lebih unggul daripada pesaingnya, terutama dalam menghadapi persaingan pasar global. Hal ini merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Agus Harjito dan Martono (2010:4) mengemukakan bahwa Manajemen Keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik peringkat obligasi yang diperdagangkan maka return yang diberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan (Magreta dan Poppy, 2009). Peringkat obligasi juga menunjukkan seberapa aman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada saat jatuh tempo. Bagi para emiten, obligasi merupakan sekuritas yang relatif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber pembiayaan merupakan salah satu faktor terpenting dalam menjalankan suatu usaha. Salah satu bentuk pendanaan yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Obligasi adalah salah satu cara untuk memperoleh modal jangka panjang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Obligasi adalah salah satu cara untuk memperoleh modal jangka panjang perusahaan. Penerbit obligasi dan nilai obligasi yang diterbitkan cendrung terus meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau menerbitkan surat utang (obligasi). Obligasi (bond) dapat didefinisikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alternatif investasi dalam surat berharga saat ini banyak disukai para investor untuk mendapatkan sumber pendanaan bagi perusahaan. Pasar modal dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kondisi perekonomian baik global maupun regional dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami pasang surut, contohnya krisis ekonomi yang terjadi di Eropa
Lebih terperinciPENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2013-2015 Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi strata I pada Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh dana dari pemilik modal (investor), juga merupakan sarana bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan pasar modal (capital market) dalam suatu negara sangat berperan penting bagi perkembangan perekonomian, Hal ini karena pasar modal tersebut selain berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah saham dan obligasi (Manurung, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada dewasa ini tidak terbatas pada investasi dalam bentuk fisik seperti properti dan emas, tetapi investasi dalam surat berharga saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan usaha perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Menurut Mankiw
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya perekonomian Indonesia yang dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) sejak lima tahun terakhir tidak lepas dari peningkatan yang signifikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia saat ini semakin berkembang, dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal di Indonesia saat ini semakin berkembang, dengan keberadaan pasar modal, perusahaan-perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana, sehingga akan mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keputusan investasi perusahaan, dimana pada setiap sumber pendanaan ada biaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dalam mencapai tujuan yang diinginkan membutuhkan sumber pembiayaan yang dapat diperoleh melalui pembiayaan internal dan pembiayaan eksternal. Keputusan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Obligasi merupakan salah satu sumber pendanaan bagi perusahaan selain saham. Obligasi adalah suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan investor yang berorientasi pertumbuhan. nilai nominal (nilan pari/par value) dan jangka waktu jatuh tempo tertentu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap instrumen investasi dalam pasar modal tentu memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, misalnya melakukan investasi pada obligasi mungkin lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki. kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana dengan cara
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian dunia yang semakin maju menjadikan peran pasar modal semakin penting. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki kelebihan dana dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. risk 3 Investor yang mempunyai sifat konservatif cenderung melakukan
risk 3 Investor yang mempunyai sifat konservatif cenderung melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Investasi merupakan suatu komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Modal memegang peranan penting dalam perusahaan untuk pembiayaan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modal memegang peranan penting dalam perusahaan untuk pembiayaan modal kerja maupun pemodalan investasi atau ekspansi. Sumber pembiayaan eksternal bisa didapatkan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan. Pasar modal merupakan salah satu perantara untuk menghubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas melalui pasar modal. dua kelompok yakni aset finansial yang marketable dan yang non
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan investasi pada aset keuangan semakin menarik minat masyarakat pada akhir-akhir ini. Hal ini terjadi karena dengan semakin meningkatnya kegiatan investasi dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian di suatu negara. Investasi di Indonesia telah melekat dengan pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi perekonomian di suatu negara. Investasi di Indonesia telah melekat dengan pasar modal. Pasar modal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sendiri (Husnan, 2003). Salah satu instrument yang diperjual belikan dipasar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam menjalankan kegiatannya membutuhkan dana atau modal yang biasa diper oleh melalui pasar uang maupun pasar modal. Pasar modal merupakan pasar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mendelegasikan pekerjaan dan agent sebagai pihak yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Dalam teori keagenan, hubungan yang timbul dari adanya kontrak yang ditetapkan antara dua pihak, yaitu pihak principal sebagai pihak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara global tingkat perkembangan perekonomian semakin hari semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara global tingkat perkembangan perekonomian semakin hari semakin meningkat. Hal itu mengakibatkan tingginya persaingan antar perusahaan, sehingga menuntut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pendapatan tetap tersebut diperoleh dari pokok obligasi dan bunga yang akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi obligasi merupakan jenis investasi yang banyak diminati oleh para investor (pemilik modal) karena obligasi memiliki pendapatan yang bersifat tetap. Pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pada bulan Oktober 2008, bursa saham dunia mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal tersebut memberikan dampak pada pelaku lantai bursa, dunia usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang (obligasi),
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,
Lebih terperinciMENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI
MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI Sumber : http://www.adcg.ae/ Dalam dunia investasi tentunya sudah tidak asing dengan istilah pasar modal. Tidak seperti jenis pasar pada umumnya, pasar modal (capital
Lebih terperinci