BAB II BIOGRAFI MULLA SADRA. Qawam Syirazi. Ia sering disebut Shadruddin al-syirazi atau Mulla Shadra atau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II BIOGRAFI MULLA SADRA. Qawam Syirazi. Ia sering disebut Shadruddin al-syirazi atau Mulla Shadra atau"

Transkripsi

1 19 BAB II BIOGRAFI MULLA SADRA A. Riwayat Hidup Nama lengkap Mulla Shadra adalah Muhammad ibn Ibrahim Yahya Qawam Syirazi. Ia sering disebut Shadruddin al-syirazi atau Mulla Shadra atau Shadra. Di kalangan muridnya, ia lebih dikenal sebagai Shadra al-muta alihin karena ketinggian tingkat pengetahuannya tentang ikmah. Ia lahir di Syiraz, sebuah kota paling terkenal di Iran, kawasan sekitar Persepolis (979/980 H 1571/1572 M). 1 Shadra datang dari Isfahan pada usia yang masih sangat muda dan belajar pada teolog Baha uddin Al- Amili (w H/ 1622 M), lalu pada filosof paripatetik Mir Fendereski (w H/ 1641 M). Akan tetapi, gurunya yang utama adalah teolog dan filosof Muhammad, yang dikenal dengan Mir Damad (w H/1631 M). Mir Damad adalah pendiri mazhab Isfahan, ia seorang penyair, teolog sekaligus filosof yang mencoba mengkombinasikan ajaran Ibnu Sina dan Suhrawardi. Mir Damad dikenal khususnya karena kepeduliannya terhadap makna waktu dan mencoba menyelesaikan masalah rumit tentang hubungan antara keabadian Tuhan dan penciptaan dunia dengan jawaban yang memuaskan, menurut sudut pandang ajaran Al-Qur an. Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Qasabat (Para Penghasut) yang mendiskusikan buah pikirannya tentang waktu dan penciptaan dunia. 2 1 Mustofa Hasan, Sejarah Filsafat Islam (Geneologis dan Transmisi Filsafat Timur ke Barat), (Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet. 1, h Ibid,

2 20 Menurut Syaifan Nur, 3 untuk memperoleh gambaran yang lebih sistematis, kehidupan Mulla Shadra disusun dalam tiga periodesasi yang bekesinambungan dan saling melengkapi satu sama lainnya, yaitu: Pertama, periode pendidikan formal di Syiraz dan Isfahan. Sebagai satu-satunya anak laki-laki dari sebuah keluarga mampu yang sudah lama merindukan kehadirannya, Mulla Shadra tumbuh dengan memperoleh perhatian penuh dan pendidikan yang terbaik di kota kelahirannya. Status keluarga tersebut dan sebagai anak yang tunggal, ia berkesempatan memperoleh pendidikan yang baik dan sempurna. Sebagai seorang anak yang cerdas dan shaleh, ia menguasai ilmu apa saja yang diajarkan kepadanya. Diceritakan ketika Mir Damad membaca karya Mulla Shadra, ia menangis saking gembira dan duka. Gembira karena mempunyai seorang murid yang pintar seperti Shadra dan berduka karena Mir. Damad menyadari bahwa tulisan-tulisan Shadra akan menenggelamkan popularitasnya karena tulisan Shadra lebih mudah dipahami dari pada tulisan Mir Damad. 4 Di sinilah Mulla Shadra memperoleh pendidikan awalnya hingga menguasai bahasa Arab dan Persia, Al-Qur an, Al- Hadis dan berbagai disiplin ilmu keislaman lainnya. Kedua, periode kehidupan asketik dan penyucian diri di Kahak. Keputusan Mulla Shadra untuk mengundurkan diri dari pusat kosmopolitan Isfahan menuju Kahak disebabkan oleh adanya dorongan dari dalam dirinya untuk menjalani kehidupan menyendiri. Sebab di dalam kesendirianlah, terpenuhi kebutuhan- 1, h Syaifan Nur, Filsafar Wujud Mulla Sadra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), Cet. Ke 4 Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pertama, 1999), tc, h. 167-

3 21 kebutuhan jiwa untuk bertemu secara langsung dengan alam spiritual melalui kontemplasi, di mana keheningan batin merupakan persyaratan dari seluruh kehidupan spritual. 5 Oleh karena itu, dia memutuskan untuk menjalani kehidupan yang baru dengan memasrahkan jiwa dan raga sepenuhnya kepada Tuhan, melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh, dia melakukan kontemplasi secara mendalam. Dia merenungkan problem-problem fundamental tentang Tuhan, Wujud, dan alam semesta secara intuitif, lebih dari pada menggunakan penalaran logika yang terkadang mengarah kepada kepalsuan. Hasilnya adalah pencerahan pikiran. Dia tidak saja menemukan kembali segala sesuatu yang telah dipelajarinya secara baru, langsung, dan intuitif, tetapi juga menemukan kebenaran-kebenaran baru yang belum pernah diimpikan sebelumnya. 6 Pengalaman tersebut menanamkan suatu kehidupan yang baru di dalam dirinya. Jika pada mulanya dia menjalani pengasingan diri dengan rasa yang tidak puas dan patah hati, sekarang dia telah mencapai keteguhan hati dan semangat yang baru. Semagat itulah yang menariknya keluar dari pengasingan diri dan mendorongnya untuk menulis karya besarnya yang berjudul al- ikmah al- Muta iyah fi al-asfar al- Aqliyah al-arba h. 7 Ketiga, periode menulis dan mendidik murid-murid di Syiraz. Periode ini berawal dari tawaran yang diberikan Gubernur Syiraz, Allahwirdi Khan, untuk memimpin madrasah yang baru dibangunnya di kota itu. Memenuhi panggilan itu, Mulla Sadra kembali ke kota kelahirannya untuk mendidik sejumlah murid. 5 Syaifan Nur, op. cit., h Ibid., h Ibid.

4 22 Perwatakan dan ilmunya menarik perhatian pelajar dari jauhdan dekat dan menjadikan Syiraz kembali sebagai sebuah kota pusat ilmu seperti dulu. Pusat Kajian Khan atau Madrasah Khan menjadi sangat masyhur hingga ia menarik perhatian pengembara luar. Thomas Herbert, pengembara abad ke-11 H / 17 M yang pernah melawat ke Syiraz semasa hidup Sadra, menulis bahwa di Syiraz terdapat perguruan yang mengajarkan filsafat, astrologi, fisika, kimia dan matematika yang menyebabkannya termasyhur di seluruh Parsi. 8 Sepanjang periode ini juga, Mulla Sadra melakukan beberapa kali perjalanan haji ke kota Makkah yang kesemuanya dilakukan dengan berjalan kaki. Intensitas kesalehannya tidak hanya semakin meningkat, tetapi bahkan semakin tercerahkan melalui pandangan spiritual yang dihasilkannya dari praktek-praktek spiritual selama bertahun-tahun. Sekembalinya dari perjalanan haji yang ketujuh, Mulla Shadra jatuh sakit dan meninggal dunia di Basrah pada tahun 1050 H / 1640 M. Menuruti kehendak Syah, Mulla Shadra kembali ke kota asalnya untuk memulai fase terakhir kehidupannya. Selama periode inilah dia menulis sebagian besar karya-karyanya dan mendidik murid-muridnya. Kepribadian dan ilmunya yang sedemikian rupa telah menarik perhatian baik yang datang dari dekat maupun yang jauh dan kembali menjadikan Syiraz sebagai pusat pengajaran yang penting. Selama jangka waktu 30 tahun, yang diisi dengan mengajar dan menulis, Mulla Shadra melaksanakan ibadah haji ke Mekah sebanyak tujuh kali dengan 8 BAB3_419-3.pdf, di akses pada , 19:30

5 23 berjalan kaki. Sekembalinya dari perjalanan ke Mekah untuk yang ketujuh kalinya, dia menderita sakit di Basrah dan meninggal dunia di sana pada tahun 1050 H / 1640 M. B. Latar Belakang Intelektual 1. Guru-Guru Mulla Shadra a. Mir Damad Mir Muhammad Baqir atau lebih dikenal dengan Mir Damad ( M atau H) lahir di Astarabad dan besar di Masyhad. Dalam perjalanan ziarah ke Karbala, makam suci Imam Husain Ali ibn Abi Thalib, Mir Damad jatuh sakit dan meninggal di Najaf. Sejahrawan pada masanya, Iskandar Baik Tukaman, meriwayatkan ketenaran Mir Damad sebagai filosof dan pengajar. Pada masa Iskandar Baik itu, Mir Damad sudah dikenal sebagai filososf, ahli matematika, faqih (ahli fiqih), ahli hermeneutika, dan ilmu-ilmu tradisional yang sempurna. Hampir semua bidang tersebut, Mir Damad mempunyai karangan khusus. Kemasyhuran Mir Damad pada masa itu sebagai ilmuwan dan pemikir sedemikian sehingga pada saat sejarahwan-sejarahwan masanya menulis riwayat hidup tentangnya, mereka bukan hanya mengetahui berbagai karyanya yang telah tercetak, melainkan juga berbagai karya yang masih dalam penyelesaian. Oleh orang-orang dekatnya, Mir Damad dikenal mempunyai daya ingat yang mencengangkan. Oleh para pendukungnya, Mir Damad diperkenalkan sebagai Guru Ketiga setelah Aristoteles dan Al-Farabi. 9 Ilmu yang di pelajari oleh 9 Murtadha Muthahhari, Filsafat Hikmah: Pengantar Pemikiran Shadra, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. 1, h. 152

6 24 Mulla Shadra kepada Mir Damad adalah: filsafat, logika, teologi, dan matematika. 10 b. Syekh Baha uddin al-amili Baha uddin al-amili ( H/ M), seorang teolog, sufi, ahli hukum, ahli matematika, arsitek, filosof, astronom, dan penyair. Ilmu yang di pelajari oleh Shadra kepada beliau adalah ilmu-ilmu intelektual ( al-ulum al- aqliyyah) 11 seperti fiqh dan hadis. 2. Corak Filsafatnya Dari tulisan-tulisan Mulla Shadra, kita mengetahui betapa kayanya bahan yang digunakan oleh Mulla Shadra. Dia mengutip sejak filsafat pra-socrates hingga berbagai pemikiran yang hidup pada zamannya. Sebagaimana yang dikutip Seyyed Hossein Nasr yang menjadi sumber utama dari ajaran Mulla Shadra bisa dikategorikan kepada empat hal sebagai berikut. Pertama, filsafat paripatetik Muslim, khususnya dari Ibnu Sina dan melaluinya diambil filsafat Aristoteles dan Neo Platonik dan beberapa doktrin filsafat Aristotelean dalam Islam. Kedua, teosofi Isyr qi dari Suhrawardi dan beberapa komentatornya seperti Quthb al-din Syirazi dan Jalal al-din Dawani. Ketiga, ajaran tasawuf dari Ibnu Arabi dan pembahas ajarannya, seperti Shadr al-din Qunyawi serta karya-karya tokoh sufi lainnya. Keempat, Syari at Islam, termasuk sabda Rasulullah dan imam-imam 10 Muhsin Labib, Para Filosof Sebelum dan Sesudah Mulla Shadra, (Jakarta: Al-Huda, 2005), Cet. 1, h M. Zainal Abidin, Dimensi Spiritual-Intelektual Filsafat Mdlla Sadra Dan Kontekstualisasinya Bagi Kehidupan Modern, Millah Vol. 111, No. 2, Januari 2004, di akses pada , 21:50

7 25 Syi ah, terutama sekali Nahj al-balaghah yang semuanya merupakan dasar hikmah Islamiyah. 12 Mulla Shadra menyintesis bukan hanya berbagai mazhab pemikiran Islam, melainkan juga berbagai jalan pengetahuan manusia. Kehidupannya sendiri, yang didasarkan atas kesalehan, introspeksi filosofis dan penalaran yang mendalam serta penyucian diri sehingga mempunyai visi lansung terhadap dunia spiritual, membuktikan tiga jalan utama pengetahuan dalam diri pribadinya. Tiga jalan ini, menurutnya adalah wahyu, inteleksi dan visi spiritual atau menggunakan terminologi lain yang beredar di kalangan mazhabnya, ia mengikuti suatau cara yang menyintesiskan al-qur an, al-burhan, dan al- irfan yang sesuai dengan istilah-istilah tadi. 13 Bagaimanapun, sintesis besar pemikiran Islam yang diciptakan Mulla Shadra didasarkan atas sintesis tiga cara mengetahui tersebut sehingga ia dapat mengintegrasikan mazhab-mazhab pemikiran Islam terdahulu ke dalam sebuah pandangan dunia yang menyatu dan menciptakan sudut pandang intelektual baru yang dikenal sebagai al- ikmah al-muta iyah al- ikmah al-muta iyah a. Konsep al- ikmah al-muta iyah Ungkapan al- ikmah al-muta iyah, terdiri atas dua istilah alikmah artinya teosofi dan al-muta iyah,artinya tinggi atau transenden. 12 Efendi, Ontologi Filsafat Mulla Shadra, Jurnal Aqidah, Volume 7, Edisi 2 (Desember 2015), h Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman, Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2003), h Ibid., h. 914

8 26 Walaupun istilah ini tidak digunakan oleh Mulla Shadra, istilah ini terkenal ketika murid-muridnya baik langsung atau tidak langsung, menggunakan untuk menyebut mahzab Mulla Shadra, satu generasi sesudah Abd al-razzaq Lahiji, menantu Mulla Shadra dan salah seorang muridnya yang cemerlang menyebut filsafat Mulla Shadra sebagai alikmah al-muta iyah 15 Dalam pendahuluan al- ikmah al-muta iyah, Shadra membahas mengenai definisi al- ikmah. Menurutnya, al- ikmah tidak hanya menekankan sikap teoritis melainkan juga pelepasan diri dari hawa nafsu dan penyucian jiwa dari kotoran-kotoran yang bersifat material. Hikmah mencakup dimensi iluminasi dan penghayatan langsung dari kaum Isyraqi serta kaum sufi. Shadra juga memandang filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang tinggi dan memiliki asal-usul ketuhanan, karena berasal dari Nabi. 16 Secara ontologis, al- ikmah al-muta iyah didasarkan pada tiga hal: Ash la al-wuj d, tasyk k, dan gerakan subtansial. Seperti filosof-filosof sebelumnya, Shadra berusaha menjawab masalah m hiyyah (esensi) dan wuj d (eksistensi). Bila perbedaan esensi dan eksistensi itu hanya ada dalam pikiran dan dunia eksternal hanya satu realitas. Kalau paripatetik dan sufi menyatakan bahwa m hiyyah hanyalah aksiden atau hanya abstraksi mental 15 Efendi, loc. cit 16 Muhammad Aziz, Mulla Shadra [1571 M M] (Study Tentang Pemikiran Al - Hikmah Al-Muta aliyah Dan Al-Asfar Al-Arba ah), Al Hikmah Jurnal Studi Keislaman, Volume 5, Nomor 1, Maret 2015, le=mulla%20shadra%20[1571%20m%20%201636%20m]%20%28study%20tentan G%20PEMIKIRAN%20AL-HIKMAH%20ALMUTA%C3%A2%E2%82%AC%E2%84%A2ALI YAH%20DAN%20AL-ASFAR%20AL-ARBA%C3%A2%E2%82%AC%E2%84%A2AH%29, di akses pada 23-Juli-2017, 19:30

9 27 dan yang berhubungan dengan realitas eksternal adalah eksistensi, maka isyraqi memberi jawaban sebaliknya. Eksistensi adalah formulasi abstrak, yang diperoleh pikiran dari subtansi eksternal. Eksistensilah yang aksiden dan esensilah yang prinsipal. 17 Al- ikmah al-muta iyah secara epistemologis didasarkan pada tiga prinsip yaitu: intuisi intelektual, (dzawq atau isyr q), pembuktian rasional ( aql atau istidlal), dan syari at. Sehingga ikmah adalah kebijaksanaan (wisdom) yang diperoleh lewat pencerahan ruhaniah atau intuisi intelektual dan disajikan dalam bentuk rasional dengan menggunakan argumen-argumen rasional. Al- ikmah ini bukan hanya memberikan pencerahan kognitif tetapi juga realisasi, yang mengubah wujud penerima pencerahan itu merealisasikan pengetahuan sehingga terjadinya transformasi wujud hanya dapat dicapai dengan mengikuti syari at. 18 b. Sumber-sumber Al- ikmah al-muta iyah Sebagai sebuah konstruksi pemikiran, al- ikmah al-muta iyah tentu saja tidak dibangun berdasarkan hasil kreasi individual Mulla Shadra sematamata, tetapi bersumber pada bahan-bahan atau unsur-unsur yang telah tersedia sebelumnya, baik yang bersifat tradisional maupun historis. Akan tetapi tidak bisa disimpulkan secara sederhana bahwa visi intelektual yang diformulasikan oleh Mulla Shadra ini sekedar merupakan pergabungan dari beberapa ide dan pemikiran yang mendahuluinya. 17 Mulla Shadra, Kearifarn Puncak, (Terj. Hikmah al-arsyiah, Penrj. Dimitri Mahayana dan Dedi Djuniardi), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. xv-xvi 18 Mulla Shadra, Kearifan Puncak, Terj. Dari Bahasa Arab, Hikmal al-arsyiah, Penerj. Dimitri Mahayana dan Dedi Djuniardi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet. 1, h. xv-xvi

10 28 Jika seseorang membahas tentang sumber-sumber Al- ikmah al- Muta iyah perlu mempertimbangkan bahwa sebagai aliran yang bersifat tradisional, dia memiliki karakter sebagai berikut: lebih mementingkan kebenaran dari pada orisinalitas, rasa memiliki terhadap dunia spiritual yang meliputinya, dan watak sintesinya yang berusaha menyatukan berbagai aliran intelelektual sebelumnya. 19 Oleh karena itu, bagi mereka yang meragukan orisinalitas Mulla Shadra sebagai pembangun aliran ini, perlu diingatkan bahwa: (1) sudah menjadi kebiasaan dalam ilmu-ilmu tradisional bahwa pengutipan terhadap sumber-sumber terdahulu yang biasanya sudah dikenal, tidak menyebutkan nama pengarangnya; (2) sudah menjadi fakta bahwa peminjaman terhadap suatu ide yang terdapat dalam tulisan-tulisan sebelumnya, tidak mengurangi arti penting perkembangannya melalui tulisan-tulisan Mulla Shadra, apalagi ide tersebut sudah memperoleh tambahan pemahaman yang baru; (3) Mulla Shadra memahami sepenuhnya ajaran yang terkandung dalam ucapan imam Ali: perhatikanlah apa yang diucapkan, bukan siapa yang mengucapkannya. 20 Sumber Al- ikmah al-muta iyah ini, didasarkan atas al-qur an dan hadis, karena kedua sumber ajaran Islam ini sangat mewarnai ajaran-ajaran filsafat Mulla Shadra dan dijadikan sebagai dasar utama dalam filsafatnya. Dalam perkembangan sejarah filsafat Islam, Mulla Shadra lah yang lebih 19 Syaifan Nur, Filsafar Wujud Mulla Sadra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), Cet. Ke 1, h Ibid., h. 107

11 29 banyak memasukan pemahaman al-qur an dan filsafanya dibandingkan dengan para filosof-filosof sebelumnya seperti Ibnu Sina dan Suhrawardi. Pengaruh al-qur an tidak terbatas pada penafsirannya secara formal, sebagaimana tertuang dalam karya tafsir dan hampir seluruh tulisannya disinari oleh ayat-ayat al-qur an. Dengan demikian jelaslah bahwa al-qur an merupakan pondasi utama dalam membagun Al- ikmah al-muta iyah. 21 Hadis merupakan sumber yang melengkapi ajaran-ajaran al-qur an atau disebut juga sebagai pelengkap al-qur an. Menurut Mulla Shadra yang dikutip dari Syaifan Nur bahwa hadis memiliki tingkatan-tingkatan makna yang bersifat esoterik. Sebagaimana halnya al-qur an yang hanya bisa disentuh melalui pertolongan iluminasi spiritual. 22 Argumentasi-argumentasi filosofis Mulla Shadra tentang nash Al- Qur an melalui dalil-dalil rasional. Mulla Shadra membuktikan bahwa wahyu dan hakikat yang diajarkan para Nabi bukan hanya dapat dibuktikan secara rasional dan tidak bertentangan diantara keduanya. Wahyu dan akal merupakan sebuah kesatuan dari gambaran-gambaran kemanunggalan wujud Tuhan. Akal yang sehat dengan wahyu yang benar dalam pandangan Mulla Shadra, keduanya adalah satu warna. 23 Dari sumber-sumber yang bersifat tradisional di atas, Al- ikmah al- Muta iyah juga dibangun berdasarkan sumber-sumber yang bersifat historis. 21 Ibid., h Syaifan Nur, Ibid, h Juwaini, Pemikiran Filosofi Mulla Shadra, Jurnal Substantia, Vol. 15, No. 1, April 2013, N%20FILOSOFI%20MULLA%20SHADRA, di akses pada 27 Juli 2017

12 30 Dalam hal ini yang termasuk sumber-sumber historis di antaranya adalah kalam Sunni, kalam Syi ah. Asy ariyah maupun Mu tazilah. 24 Adapun sumber utama Al- ikmah al-muta iyah, dari kalam Syi ah adalah dari karya Nasir al-din al-tusi yang berjudul Tajrid al- Aqaid. 25 Sedangkan sumber-sumber yang berasal dari kalam Sunni, baik Asy ariyah maupun Mu tazilah, juga memiliki peran yang jelas dalam Alikmah al-muta iyah, dimana tesis-tesis tertentu dari kedua aliran tersebut terakomodasi di dalamnya. Demikian juga dengan Mu tazilah baik secara lansung maupun melalui sumber-sumber Syi ah. Namun, yang lebih dominan adalah Asy ariyah dibandingkan dengan pemikiran Mu tazilah. 26 Berdasarkan paparan di atas, dapat ditegaskan bahwa seluruh ide yang diambil Mulla Shadra dari berbagai sumber tersebut digunakannya sebagai penyangga-penyangga kontruksi pemikirannya, dengan kreatifitas dan gayanya yang khas, yang menunjukan adanya suatu prespektif intelektual baru dalam pandangan dunia Islam tradisional. c. Metode dan Karakteristik Al- ikmah al-muta iyah Ada tiga prinsip utama yang menjadi dasar tegaknya Al- ikmah al- Muta iyah, yaitu intuisi intelektual (kasyf, zauq atau isyr q), penalaran dan pembuktian rasiaonal ( aql, burhan, atau istidlal), agama dan wahyu Seyyed Hossein Nasr, Intelektual Islam: Teologi, Filsafat, dan Gnosis, Terj. Theology, Philosophy and Spirituality World Spirituality, Penerj. Suharsono & Djamaluddin MZ, (Yogyakarta: Pustaka PelaJar, 1996), h Reni Susanti, Filsafat Wujud Mulla Shadra, Tesis Sarjana Kosentrasi Pemikiran Islam, (Padang, Perpustakaan IAIN Imam Bonhol Padang, 2003), h Syaifan Nur, op.cit., h Ibid, h. 122

13 31 Melalui kombinasi dari ketiga sumber pengetahuan tersebutlah tercipta Al- ikmah al-muta iyah, yang merupakan hasil pemikiran sintesis Mulla Shadra. Di dalamnya terlihat dengan jelas keterpaduan yang harmonis antara prinsip-prinsip irfan, filsafat dan agama di mana pembuktian rasional atau filsafat terkait erat dengan dengan Al-Qur an dan Hadis Nabi serta ajaran-ajaran para Imam, yang dipadukan dengan doktrin-doktrin irfan sebagai hasil iluminasi yang diperoleh oleh jiwa yang suci. Melalui interpretasi simbolik terhadap teks-teks suci, yang dipahami secara esoterik, diperlihatkan bahwa wahyu memiliki kualitas-kualitas irfan, dan melalui intuisi intelektual. Pemikiran rasional ditundukkan kepada kebenarankebenaran yang universal dari irfan. 28 Metode lain yang menyampaikan seseorang kepada pengetahuan yang sejati adalah kasyf. Mulla Shadra menegaskan bahwa hakikat Al- ikmah diperoleh melalui ilmu ladunni (pengajaran langsung dari Tuhan tanpa perantara) dan selama seseorang belum sampai pada tingkatan tersebut, maka jangan dijadikan sebagai ahli hikmah, yang merupakan salah satu karunia ketuhanan. Inilah yang disebut dengan metode kasyf sebagaimana yang diperoleh Mulla Shadra. 29 Kemunculan seorang figur dengan intelektual dan spiritual seperti Mulla Shadra di Persia pada perode Safawi, jelas menunjukkan adanya kehidupan suatu tradisi intelektual yang kuat, yang memungkinkan baginya 28 Ibid, h Dhiauddin, ALIRAN FILSAFAT ISLAM (AL -HIKMAH AL-MUTA ALIYAH) MULLA SHADRA, (STAI Al -Muslim Bireun Aceh), NIZHAM, Vol. 02. No. 01, Januari-Juni 2013, di akses pada 23-Juli- 2017,

14 32 untuk tumbuh dan berkembang dengan baik yang kemudian mendorongnya untuk tampil ke permukaan dengan membawa arus-arus yang terdalam dalam tradisi tersebut. Kehadirannya tidak terisolasi dan tidak bisa dipisahkan dari tradisi yang melahirkannya. Empat aliran pemikiran Islam klasik pasca Mongol, yaitu masysya i (Paripatetik), isyr qi ( illuminasionis), irfani (Gnosis, Sufisme, Tasawuf), dan kalam (Teologi Islam), dengan seluruh variasi yang terkandung di dalamnya, berkembang secara luas selama empat abad sebelum Mulla Shadra. Di samping itu, keempat aliran tersebut saling mendekat satu sama lain, sehingga mempersiapkan dasar baginya untuk kemudian menciptakan suatu sintesis besar (grand syntesis). C. Karya-karya Mulla Shadra Dalam melihat karya-karya Mulla Shadra secara kronologis, penulis menemukan kesulitan dalam mengungkapkannya. Seluruh karyanya itu mengandung nilai yang tinggi, baik secara intelektual maupun kesusteraan yang dijadikan sebagai sumber inspirasi oleh generasi berikutnya, baik oleh kalangan teologis, filosofis maupun sufi. Karya Mulla Shadra itu pada umumnya terdapat dalam bahasa Arab yang terdiri atas kategori dan komentar atas kitab al-quran, lembaran-lembaran polemik atau insidental, karya-karya filosof teknis. 30 Karya-karya Mulla Shadra berkisar dari yang bersifat monumental sampai pada risalah-risalah kecil, yang terdiri dari beberapa halaman saja. Karya-karya tersebut belum bisa diklasifikasikan secara kronologis, karena beberapa 30 James Winston Moris dalam Pengantar atas Mulla Sadra, Kearifan Puncak, (Terj. Hikmah al-arsyiah, Penrj. Tri Wibowo), (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h. 67

15 33 diantaranya tidak diketahui waktu penulisannya, meskipun sebagian telah ditulis selama periode kedua kehidupannya. Syaifan Nur menjelaskan, 31 bahwa karya Mulla Shadra berjumlah sekitar 50-an telah dicetak dalam berbagai edisi di Iran. Namun, penulis hanya menuliskan beberapa karya Mulla Shadra terutama yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini. 1. Al- ikmah al-muta iyah fi al-asf r al- Aqliyah al-arba h (teosofi transedental yang membicarakan empat perjalanan akal pada jiwa) lebih di kenal dengan sebutan Asf r Al-Mabd wa al- Ma d. Merupakan salah satu di antara karya penting Mulla Shadra yang berkenaan dengan metafisika, kosmogoni, dan eskatologi. 3. Al-Syaw hid al-rub biyyah fi al-manahij al-sulukiyyah. Ini merupakan salah satu masterpiece (karya besar) yang paling terkenal dari Mulla Shadra bisa dinilai sebagai ringkasan dari al-hikmah Muta aliyah, karena mengandung seluruh aspek penting dari doktrin-doktrinnya. Di dalam buku ini di bahas berbagai doktrin gnostik dan filosofis, tetapi tanpa merujuk kepada pandangan-pandangan para pendahulunya. 4. Asr r al-ay t wa Awar al-bayyinat. Sesuai dengan judulnya, karya ini juga bisa dikatakan sebagai salah satu karya dalam bidang tafsir, di mana Mulla Shadra menafsirkan secara Irfani ayat-ayat di dalam al-quran, baik yang berkenaan dengan ketuhanan, kenabian, penciptaan maupun eskatologi Syaifan Nur, op. cit, h Mustofa Hasan,op. cit., h Ibid., h

16 34 5. Al- ikmah al- Arsyiyyah. Salah satu rislah penting dari Mulla Shadra yang membahas dua persoalan, yaitu ilmu ketuhanan dan eskatologi. 6. Resale Se Asl. Karya ini merupakan tulisan Mulla Shadra yang terpenting dalam bahasa Persia, berisi tentang pembelaan dirinya yang bersifat otobiografis terhadap para ulama eksoteris dan uraian tentang ilmu jiwa dari sudut pandang al-hikmah Muta aliyah Risala fi Ittis f al-m hiyyah bi al-wuj d. Suatu risalah yang membahas hubungan antara wujud dan mahiyyah. 8. Risala fi Surayan al-wuj d. Sebuah rislah yang membahas persoalan predestinasi dan kehendak bebas, serta bagimana takdir Tuhan bisa tercakup di dalam kejahatan yang terjadi pada manusia. 9. Risala fi al-qada wa al-qadar. Sebuah risalah yang membahas persoalan predestinasi dan kehendak bebas, serta bagaimana takdir Tuhan bisa tercakup di dalam kejahatan yang terjadi pada manusia. 10. Risalah fi Khalq sal-a mal. Sebuah rislah yang membahas persoalan kehendak bebas dan determinasi, dimana Mulla Shadra mengemukakan berbagai pandangan dari berbagai aliran kalam dan filsafat tentang masalah tersebut, sebelum ia mengemukakan pandangannya sendiri. 35 D. Pengaruh Mulla Shadra Terhadap Perkembangan Filsafat Islam Sintesis besar yang dibuat oleh Mulla Shadra mempunyai pengaruh mendalam terhadap pemikiran Persia selanjutnya dan juga di India serta Irak. Tidak benar bahwa pemikirannya mendominasi seluruh lingkungan filsafat di 34 Ibid., h Ibid., h

17 35 Persia, karena ia mempunyai penentangnya bahkan sampai sekarang ini, tetapi ia justru mempunyai pengaruh sangat penting terhadap dunia intelektual di Persia selama tiga setengah abad terakhir. Pudar sesaat setelah kematiannya karena kondisi-kondisi politik tertentu, teososfi transenden bangkit kembali selama periode Qajar baik di Isfahan, pusat filsafat Islam lebih tua, maupun Teheran yang sekarang ini menjadi pusat terpenting studi ilmu hikmah. Mula-mula dibangkitkan kembali oleh para guru agung dari Isfahan, yaitu Mulla Ali Nuri dan Mulla Isma il Khwaju i, hikmah ini kemudian dilanjutkan oleh para ahli waris mazhab Shadrian, seperti Hajji Mulla Hadi Sabzawari di Khurasan dan Mulla Ali Mudarris di Teheran. Mereka banyak mengikuti alur Mulla Shadra walaupun mereka kemudian lebih banyak menulis dalam bahasa dari pada Arab sesuai dengan kecendrungan umum masa itu yang menjadi saksi kebangkitan kembali bahasa Persia filosofis. Tradisi ini terus berkesinambungan sampai hari ini sehingga sebagian besar pelajar yang mengkaji subjek-subjek Islam di madrasahmadrasah tradisional, khususnya di Qum, dan orang-orang yang berminat pada ilmu-ilmu intelektual (al- ulum al- aqliyyah) adalah pengikut Mulla Shadra. 36 Di India pengaruh Mulla Shadra muncul sejak pertengahan abad ke-11 H/ke-17 M tidak lama setelah kematiannya. Tulisan-tulisannya, terutama Syarh Al-Hidayah, beredar luas bahkan buku asli tulisan Abhari pun mulai disebut Shadra. Orang merasa terhomat, jika mengatakan bahwa mereka telah mempelajari Shadra. Menarik disebutkan bahwa Maulana Maududi, pendiri Jama ati Islami Pakistan dan India, pendiri salah satu gerakan politik keagamaan 36 Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman, Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2003), h. 931

18 36 sangat penting di Dunia Islam abad ke-14 H/ke-20 M, menerjemahkan bagianbagian tertentu Asfar kedalam bahasa Urdu pada masa mudanya. Di Irak, Mulla Shadra terus di ajarkan selama tiga abad terakhir terutama di pusat-pusat pendidikan Syi ah, seperti Najaf. Salah seorang pemikir termasyhur abad ke-14 H/ ke-20 M, Muhammad Baqir al-shadr, memperlihatkan pengaruh Mulla Shadra atas para ulama Irak kontemporer yang mempunyai kecendrungan pada filsafat Ibid, 932

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. BAB V KESIMPULAN Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. Dasar-dasar teosofi tumbuh bersamaan dan bercampur dalam perkembangan teoriteori tasawuf; filsafat; dan --dalam

Lebih terperinci

KONSEP EPISTEMOLOGI MULLA SHADRA

KONSEP EPISTEMOLOGI MULLA SHADRA KONSEP EPISTEMOLOGI MULLA SHADRA Happy Saputra Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia Email: happy_saputra78@yahoo.co.id.com Diterima tgl, 01-07-2016, disetujui tgl 10-08-2016

Lebih terperinci

PEMIKIRAN PENDIDIKAN MULLA SHADRA Oleh: Dahlan Lama Bawa,S.Ag,M.Ag* *Dosen Tetap Yayasan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

PEMIKIRAN PENDIDIKAN MULLA SHADRA Oleh: Dahlan Lama Bawa,S.Ag,M.Ag* *Dosen Tetap Yayasan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar PEMIKIRAN PENDIDIKAN MULLA SHADRA Oleh: Dahlan Lama Bawa,S.Ag,M.Ag* *Dosen Tetap Yayasan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar I. Pendahuluan Apabila dunia Islam ingin menelusuri dan menela

Lebih terperinci

`BAB I A. LATAR BELAKANG

`BAB I A. LATAR BELAKANG `BAB I A. LATAR BELAKANG Sebelum munculnya aliran teologi asy ariyyah, aliran muktazilah menjadi pusat pemikiran kalam pada waktu itu yang memperkenalkan pemikiran yang bersifat rasional. Akan tetapi,

Lebih terperinci

BAB III MULLA SADRA BIOGRAFI DAN PEMIKIRANNYA TENTANG EPISTEMOLOGI

BAB III MULLA SADRA BIOGRAFI DAN PEMIKIRANNYA TENTANG EPISTEMOLOGI BAB III MULLA SADRA BIOGRAFI DAN PEMIKIRANNYA TENTANG EPISTEMOLOGI A. Biografi Mulla Sadra 1. Riwayat Hidup Shadr al-din Shirazi adalah salah seorang filosof yang paling dihormati dalam Islam, khususnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

Membahas Kitab Tafsir

Membahas Kitab Tafsir Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan, seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. ucapan yang telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas

Lebih terperinci

PEMIKIRAN PENDIDIKAN MULLA SHADRA

PEMIKIRAN PENDIDIKAN MULLA SHADRA Jurnal Tarbawi Volume 1 No 2 ISSN 2527-4082 123 PEMIKIRAN PENDIDIKAN MULLA SHADRA Dahlan Lama Bawa 1 Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar ABSTRAK Perkembangan pemikiran Islam di

Lebih terperinci

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia هللا Wahyu كونية قولية Para Rasul Alam Akal Manusia Aktivitas Kehidupan 1 pg. Filsafat Islam Problem Tuhan berpisah dengan alam Tuhan bersatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

PEMIKIRAN FILOSOFI MULLA SHADRA Oleh: Lukman Hakim Juwaini University Kebangsaan Malaysia

PEMIKIRAN FILOSOFI MULLA SHADRA Oleh: Lukman Hakim Juwaini University Kebangsaan Malaysia PEMIKIRAN FILOSOFI MULLA SHADRA Oleh: Lukman Hakim Juwaini University Kebangsaan Malaysia Email: juwaini@gmail.com ABSTRACT Mulla Shadra as famous intellectual figure, its opinion attend to show the intellectual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuhanan Imam Ali, terj. Rusdi Sulaiman (Bandung: Marja, 2003), h Ibid, h. 33.

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuhanan Imam Ali, terj. Rusdi Sulaiman (Bandung: Marja, 2003), h Ibid, h. 33. BAB 1 PENDAHULUAN Sayyid Muhammad Husain Thabathaba i, seorang filsuf Persia Modern, mengatakan bahwa adalah kezaliman besar memisahkan agama Allah SWT. dari filsafat ketuhanan. 1 Yakinlah bahwa Islam

Lebih terperinci

BAB III PERKEMBANGAN SENI. terkait dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat penerimaan wahyu al-

BAB III PERKEMBANGAN SENI. terkait dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat penerimaan wahyu al- BAB III PERKEMBANGAN SENI A. Islam dan Seni Menurut Seyyed Hossein Nasr, seni Islam merupakan hasil dari pengejawantahan Keesaan pada bidang keanekaragaman. Artinya seni Islam sangat terkait dengan karakteristik-karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH AL-ZAMAKHSHARY DALAM TAFSIR AL-KASHSHA

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. skripsi ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Dalam kajian mengenai penciptaan alam dalam pandangan al-qur an,

BAB V PENUTUP. skripsi ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Dalam kajian mengenai penciptaan alam dalam pandangan al-qur an, 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian poko-pokok permasalahan yang telah dibahas dalam skripsi ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Dalam kajian mengenai penciptaan alam dalam

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu

BAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu BAB VI KESIMPULAN A. Simpulan Keindahan dalam beragam pemaknaannya melahirkan ekspresi-ekspresi kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu bertransformasi secara ideal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami

Lebih terperinci

SEMIOTIKA ISLAM Oleh Nurcholish Madjid

SEMIOTIKA ISLAM Oleh Nurcholish Madjid c Demokrasi Lewat Bacaan d SEMIOTIKA ISLAM Oleh Nurcholish Madjid Karen Armstrong, dalam bukunya yang sangat terkenal, A History of God (1993), mengungkapkan sebuah kenyataan bahwa dari antara banyak agama,

Lebih terperinci

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan I Sunni atau Ahl al-sunnah Wa al- Jama ah atau terkadang juga dikenal dengan sebutan ASWAJA merupakan paham yang berdasarkan pada tradisi Nabi Muhammad SAW, di samping berdasar pada Al Qur an sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam 204 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam perspektif pendidikan Islam adalah aktualisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendalam sampai ke akar-akarnya atau sampai ke dasar segala dasar. 1

BAB I PENDAHULUAN. mendalam sampai ke akar-akarnya atau sampai ke dasar segala dasar. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filsafat adalah kata majemuk yang berasal dari bahasa Yunani, yakni philosophia dan philosophos. Philo, berarti cinta ( loving), sedangkan Sophia atau sophos,

Lebih terperinci

DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU

DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU l Edisi 019, September 2011 P r o j e c t DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU i t a i g k a a n D Pradana Boy ZTF Edisi 019, September 2011 1 Edisi 019, September 2011 Dimensi Filsafat dalam Wahyu Posisi wahyu

Lebih terperinci

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak Paham Asy ariyah sangat kental sekali dalam tubuh umat Islam dan akidah tersebut terus menyebar di tengah kaum muslimin.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. yang diperoleh akal, maka peneliti dapat menyimpulkan:

BAB IV PENUTUP. yang diperoleh akal, maka peneliti dapat menyimpulkan: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan pembahasan mengenai kebenaran pengetahuan yang diperoleh akal, maka peneliti dapat menyimpulkan: Pertama : Hayy dipelihara oleh seekor Rusa, hingga dia dapat

Lebih terperinci

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi i ii TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi iii iv TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 05Fakultas Dr. PSIKOLOGI FILSAFAT ILMUDAN LOGIKA SEJARAH FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id SEJARAH FILSAFAT ; Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam BAB V KESIMPULAN Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor politik dan faktor sosial. Ditinjau dari aspek politik, perselisihan antara

Lebih terperinci

BAB IV T}ANT}A>WI> JAWHARI> hitung dan dikenal sebagai seorang sufi. Ia pengikut madzhab ahl sunnah wa aljama ah

BAB IV T}ANT}A>WI> JAWHARI> hitung dan dikenal sebagai seorang sufi. Ia pengikut madzhab ahl sunnah wa aljama ah BAB IV ANALISIS MAKNA DUKHA>N ANTARA AL-RA>ZI> DAN T}ANT}A>WI> JAWHARI> A. Analisis Makna Dukha>n Perspektif al-ra>zi> Al-Ra>zi> adalah seorang ulama yang memiliki pengaruh besar, baik di kalangan penguasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertengahan kedua dari abad IX M. Aliran ini didirikan oleh Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud Al-Maturidi. Kemudian namanya dijadikan sebagai nama aliran Maturidiah. Aliran

Lebih terperinci

MULLA SHADRA [1571 M M] (STUDY TENTANG PEMIKIRAN AL-HIKMAH AL-MUTA ALIYAH DAN AL-ASFAR AL-ARBA AH) Muhammad Aziz 1

MULLA SHADRA [1571 M M] (STUDY TENTANG PEMIKIRAN AL-HIKMAH AL-MUTA ALIYAH DAN AL-ASFAR AL-ARBA AH) Muhammad Aziz 1 MULLA SHADRA [1571 M - 1636 M] (STUDY TENTANG PEMIKIRAN AL-HIKMAH AL-MUTA ALIYAH DAN AL-ASFAR AL-ARBA AH) Muhammad Aziz 1 Abstract: After Ibn Rushd, the Muslim world has almost certainly lost a strong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran mu tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui pembahasan dan analisis dari bab I sampai bab IV, maka ada beberapa hal yang sekiranya perlu penulis tekankan untuk menjadi kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3 342 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab demi bab di atas, maka dapat penulis simpulkan: 1. Metafisika merupakan proto philosophy atau filsafat utama yang membahas segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam mengkontruks Ahl al - Sunnah wal Al Jama ah, oleh karena itu perlu disimpulkan pemikiran Nahdlatul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN MENURUT AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYA ULUMUDDIN

FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN MENURUT AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYA ULUMUDDIN FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN MENURUT AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYA ULUMUDDIN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama pada Fakultas Agama Islam Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM DALAM ILMU PENDIDIKAN. Dede Rohaniawati, M.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung

KONTRIBUSI PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM DALAM ILMU PENDIDIKAN. Dede Rohaniawati, M.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung KONTRIBUSI PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM DALAM ILMU PENDIDIKAN Dede Rohaniawati, M.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filsafat merupakan pengetahuan yang wajib dipahami

Lebih terperinci

AL-HIKMAH AL-MUTA ÂLIYYAH PEMIKIRAN METAFISIKA EKSISTENSIALISTIK MULLA SHADRA Sholihan *

AL-HIKMAH AL-MUTA ÂLIYYAH PEMIKIRAN METAFISIKA EKSISTENSIALISTIK MULLA SHADRA Sholihan * AL-HIKMAH AL-MUTA ÂLIYYAH PEMIKIRAN METAFISIKA EKSISTENSIALISTIK MULLA SHADRA Sholihan * Abstract:: Among the meritorious figures that develop the illuminative thought initiated by Suhrawardi is Shadr

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD A. Persamaan dan Perbedaan Pandangan Masdar Farid Mas udi dan Kiai Husen Muhammad Tentang Kepemimpinan Perempuan

Lebih terperinci

BAB XIII KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

BAB XIII KEBUDAYAAN DALAM ISLAM BAB XIII KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan Salah satu referensi yang bisa menjadi acuan untuk mengetahui hakikat kebudayaan adalah ungkapan pelopor antropologi modern, Edward B Tylor sebagaimana

Lebih terperinci

JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN

JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN Di masa perkembangannya, ilmu telah mengalami banyak kemajauan. Kini telah banyak ditemukan berbagai macam bentuk pengetahuan maupun jenis penerapan ilmu yang ada.

Lebih terperinci

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi) Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum pendidikan, misalnya, yang sebelumnya terbatas pada Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum pendidikan, misalnya, yang sebelumnya terbatas pada Al-Qur an dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam telah berlangsung kurang lebih 14 abad, yakni sejak Nabi Muhammad diutus sebagai Rasul. Pada awalnya pendidikan berlangsung secara sederhana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mempunyai pedoman ajaran yag sempurna dan rahmat bagi seluruh alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- Qur an merupakan kitab

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan KEBUDAYAAN DALAM ISLAM Hakikat kebudayaan menurut Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa : Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks

Lebih terperinci

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya. ILMU TAUHID / ILMU KALAM Ilmu Tauhid sering disebut juga dengan istilah Ilmu Kalam, Ilmu 'Aqaid, Ilmu Ushuluddin, dan Teologi Islam. Menurut bahasa (etimologis) kata "tauhid" merupakan bentuk masdar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

Bimbingan Ruhani. Penanya:

Bimbingan Ruhani.  Penanya: Bimbingan Ruhani Hazrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifah ke empat dari Jemaat Islam Ahmadiyah selalu memberikan kesempatan dari waktu ke waktu kepada semua orang dari segala bangsa, agama dan keyakinan untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Alhamdulillah penulis merafa kan syukur ke hadrat Allah SWT yang telah

BAB V PENUTUP. Alhamdulillah penulis merafa kan syukur ke hadrat Allah SWT yang telah BAB V PENUTUP Alhamdulillah penulis merafa kan syukur ke hadrat Allah SWT yang telah memberikan pertolongan sehingga berjaya menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini akan ditutup dengan kesimpulan dan

Lebih terperinci

Pembaharuan.

Pembaharuan. Pembaharuan a.s. Disajikan di bawah ini adalah khutbah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian, Masih Maud dan Imam Mahdi, pada tanggal 26 Desember 1903. Terjemahan ini diambil dari naskah berbahasa Urdu

Lebih terperinci

BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN SEYYED HOSSEIN NASR. Seyyed Hossein Nasr lahir di kota Teheran, Iran, pada tanggal 7 April

BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN SEYYED HOSSEIN NASR. Seyyed Hossein Nasr lahir di kota Teheran, Iran, pada tanggal 7 April BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN SEYYED HOSSEIN NASR A. Riwayat Hidup Seyyed Hossein Nasr 1. Masa Belajar Seyyed Hossein Nasr lahir di kota Teheran, Iran, pada tanggal 7 April 1933. Ayahnya seorang ulama

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG A. Analisis Terhadap Ketentuan Pasal 182 Kompilasi Hukum Islam Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an telah melakukan proses penting dalam pendidikan manusia sejak diturunkannya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ayat-ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci terakhir yang di wahyukan Allah kepada nabi Muhammad SAW guna untuk dijadikan sebagai pedoman hidup (way of life) bagi umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Secara etimologi Alqurān berasal dari kata qara-a yaqra-u ( قرا - يقرا ) yang berarti membaca. Sedangkan Alqurān sendiri adalah bentuk maṣdar dari qara-a yang berarti bacaan.

Lebih terperinci

F LS L A S F A A F T A T ISL S A L M

F LS L A S F A A F T A T ISL S A L M FILSAFAT ISLAM Prof. Dr. H. Almasdi Syahza,, SE., MP Peneliti Senior Universitas Riau Email: asyahza@yahoo.co.id; Website: http://almasdi.unri.ac.id Sumber Ilmu: AL 'ALAQ (1-5) 1. Bacalah dengan (menyebut)

Lebih terperinci

Oleh: ENCEP SUPRIATNA

Oleh: ENCEP SUPRIATNA Pemikiran Tasawuf (Mistisme) Dalam Dunia Islam Serta Kemunculan Aliran-Aliran Tarekat (Studi Kasus Pemikiran Tasawuf Hamzah Fansuri) Oleh: ENCEP SUPRIATNA Pengertian dan Asal Usul Tasawuf Pandangan ahli

Lebih terperinci

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( ) FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE (1866-1952) Filsafat Sejarah Croce (1) Benedetto Croce (1866-1952), merupakan pemikir terkemuka dalam mazhab idealisme historis. Syafii Maarif mengidentifikasi empat doktrin

Lebih terperinci

إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 1 يناير -

إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 1 يناير - HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU JIWA AGAMA Apriliana Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Hikmah Medan Abstrak Penelitian hubungan tasauf dengan ilmu jiwa agama merupakan penelitian yang bertujuan untuk:

Lebih terperinci

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama Ulil Abshar Abdalla, koordinator JIL mempunyai pandangan bahwa larangan kawin

Lebih terperinci

ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS

ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS Achmad Jainuri, PhD IAIN Sunan Ampel, Surabaya Abstraksi Harold Coward menulis sebuah buku menarik, Pluralism Challenge to World Religions. Gagasan pluralisme dewasa

Lebih terperinci

KECERDASAN MANUSIA KAITANNYA DENGAN PENDIDIKAN AKAL DAN WAHYU. Oleh, Indo Santalia *

KECERDASAN MANUSIA KAITANNYA DENGAN PENDIDIKAN AKAL DAN WAHYU. Oleh, Indo Santalia * KECERDASAN MANUSIA KAITANNYA DENGAN PENDIDIKAN AKAL DAN WAHYU Oleh, Indo Santalia * Abstrak : Akal dan wahyu merupakan bahan yang paling masyhur dan paling dalam dibicarakan dalam sejarah pemikiran manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

Hakikat Ilmu Filsafat

Hakikat Ilmu Filsafat M A K A L A H Hakikat Ilmu Filsafat Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : FILSAFAT ILMU Dosen : Dr. Nandang Hidayat, M.Pd. Disusun oleh : AJIZ SULAEMAN NPM. 072115020 UNIVERSITAS PAKUAN PROGRAM PASCA

Lebih terperinci

ISI TRANSLITERASI ARTIKEL

ISI TRANSLITERASI ARTIKEL ISI TRANSLITERASI ARTIKEL Abdullah Sattar Filsafat Islam: Antara Duplikasi dan Kreasi 1-20 Sholihan Al-Hikmah Al-Muta âliyyah: Pemikiran Metafisika Eksistensialistik Mulla Shadra 21-38 Suhermanto Ja far

Lebih terperinci

Kajian Islam Filosofis: Al-Hikmah Al-Muta aliyah Karya Mulla Shadra. Oleh : Aina Salsabila, M. Pd.I

Kajian Islam Filosofis: Al-Hikmah Al-Muta aliyah Karya Mulla Shadra. Oleh : Aina Salsabila, M. Pd.I Kajian Islam Filosofis: Al-Hikmah Al-Muta aliyah Karya Mulla Shadra Oleh : Aina Salsabila, M. Pd.I Email: alsa_duary@yahoo.co.id Abstract Mulla Sadra appeared with originality awesome when philosophy Muslims

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.

Lebih terperinci

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid c 1 Ramadan d 20 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Sesungguhnya orang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetar hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-nya, bertambahlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Belajar bukanlah suatu kegiatan

Lebih terperinci

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang 220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plato, dia lebih menghargai kebenaran ketimbang plato. Aristoteles pernah

BAB I PENDAHULUAN. plato, dia lebih menghargai kebenaran ketimbang plato. Aristoteles pernah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebenaran dalam filsafat dianggap penting, karena salah satu definisi filsafat adalah cinta kebenaran. 1 Bahkan Aristoteles, seorang tokoh filosof yunani termasyhur,

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu, ia senantiasa

BAB V PENUTUP. 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu, ia senantiasa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan penelusuran ini, akhirnya penulis menarik beberapa poin penting untuk disimpulkan, yakni: 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian orang berpikir bahwa fiqh merupakan pelajaran agama Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan dengan pelajaran umum lainnya.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut:

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Uraian akhir dari analisa atas pemikiran Frithjof Schuon tentang makna agama dalam perspektif Filsafat Agama adalah bagian kesimpulan, yang merupakan rangkuman jawaban atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an merupakan sumber hukum yang utama bagi umat Islam. Semua hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di samping al-qur an sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kalam Allah yang bersifat mu jizat, diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan malaikat Jibril, diriwayatkan kepada kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan Undang-Undang dapat diwujudkan dengan baik dan sempurna jika perkawinan tersebut sejak proses pendahuluannya

Lebih terperinci

SINERGITAS FILSAFAT DAN TEOLOGI MURTHADHA MUTHAHHARI Nihaya

SINERGITAS FILSAFAT DAN TEOLOGI MURTHADHA MUTHAHHARI Nihaya SINERGITAS FILSAFAT DAN TEOLOGI MURTHADHA MUTHAHHARI Nihaya Jurusan Aqidah dan filsafat Fakultas Ushuluddin dan filsafat UIN Alauddin Alamat; St.Alauddin Lrg Salemba 96 Makassar Abstrak Spiritual (yang

Lebih terperinci

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I ISBN: 978-602-71453-0-6 Editor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuannya di dunia ini. Manusia seharusnya mengingat tujuan hidup di dunia

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuannya di dunia ini. Manusia seharusnya mengingat tujuan hidup di dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup manusia mempunyai tugas dan tujuan yang harus dijalankan sebaikbaiknya, namun kenyataan yang terjadi banyaknya manusia yang melalaikan tugas dan tujuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN c Menghormati Kemanusiaan d MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN Oleh Nurcholish Madjid Sidang Jumat yang berbahagia. Dalam kesempatan khutbah kali ini, saya ingin mengajak semuanya untuk merenungkan ajaran

Lebih terperinci

2. Albania merupakan negara satu-satunya di benua Eropa yang 90% penduduknya beragama Islam

2. Albania merupakan negara satu-satunya di benua Eropa yang 90% penduduknya beragama Islam July 15, 2016 Sebagian orang masih banyak yang meragukan tentang kebenaran agama islam ini, tak kecuali adalah mereka yang telah mengaku sebagai muslim. Makanya perlu kita ketahui bahwa Islam adalah agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib. diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf.

BAB I PENDAHULUAN. Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib. diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf. Tauhid adalah ilmu yang membahas hal-hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. RUMUSAN MASALAH

I. PENDAHULUAN II. RUMUSAN MASALAH I. PENDAHULUAN Istilah tasawuf adalah suatu makna yang mengandung arti tentang segala sesuatu untuk berupaya mebersihkan jiwa serta mendekatkan diri kepada Allah dengan Mahabbah yang sedekat-dekatnya.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR 2 BAB I PENDAHULUAN 3 BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN 4 BAB III DESKRIPSI KURIKULUM WAHYU MEMANDU ILMU

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR 2 BAB I PENDAHULUAN 3 BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN 4 BAB III DESKRIPSI KURIKULUM WAHYU MEMANDU ILMU DAFTAR ISI JURUSAN TAFSIR HADITS Halaman KATA PENGANTAR 2 BAB I PENDAHULUAN 3 BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN 4 BAB III DESKRIPSI KURIKULUM WAHYU MEMANDU ILMU 6 BAB IV PENUTUP 10 LAMPIRAN I Tabel Mata Kuliah

Lebih terperinci

( ). BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

( ). BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta munculnya media-media massa yang serba canggih ini, dengan segala kemajuannya menawarkan

Lebih terperinci