V. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pembangunan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit. perusahaan swasta atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pembangunan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit. perusahaan swasta atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proses Pembangunan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Keharusan untuk mendirikan pabrik pengolahan kelapa sawit bagi perusahaan swasta atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki kebun inti atau plasma akan memberikan dampak pada masyarakat baik dampak positif atau dampak negati. Dalam proses pemberian rekomendasi terhadap berdirinya pabrik pengolahan kelapa sawit, bila tidak direncanakan secara cermat akan menimbulkan dampak negatif bagi pencemaran lingkungan dan tingkat kesehatan masyarakat di sekitar pabrik. Penentuan lokasi pabrik harus mempergunakan pertimbanganpertimbangan yang mendalam, karena penentuan lokasi pabrik merupakan suatu kebijakan yang akan dipergunakan dalam jangka panjang. Dalam perencanaan pemilihan lokasi pendirian pabrik, peraturan daerah setempat selayaknya dijadikan bahan pertimbangan yang sangat penting. Pada umumnya masingmasing daerah mempunyai peraturan tersendiri yang mengatur masalah pembagian daerah untuk industri, pemukiman, jalur hijau dan sebagainya. Selain itu setiap daerah juga memiliki jalur birokrasi yang dapat menyebabkan proses pendirian pabrik membutuhkan waktu cukup lama terutama dalam pengurusan perizinan. Menurut Ahyari (2002), perlu dimengerti bahwa akan terdapat beberapa perusahaan tertentu yang karena proses produksi sebaiknya mendirikan pabrik dari perusahaan tersebut dalam jarak yang cukup jauh dari lokasi pemukiman 53

2 54 penduduk. Hal ini disebabkan oleh proses produksi dari perusahaan yang bersangkutan ini akan dapat menimbulkan gangguan masyarakat, misalnya menyebarkan bau yang tidak sedap atau tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh pabrik tersebut yang cukup tinggi. Selain itu terdapat pula beberapa perusahaan yang dikhawatirkan akan mengakibatkan pencemaran lingkungan, gangguan keamanan dan lain sebagainya. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengusaha pabrik pengolahan kelapa sawit dan stakeholders terkait dalam pemberian rekomendasi, pada Tabel 16 dapat dilihat tanggapan negatif masyarakat terhadap keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit. Tabel 16. Tanggapan Negatif Masyarakat Terhadap Keberadaan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit No Polusi Tanggapan Alasan Masyarakat 1 Udara Terganggu Bau dan debu. 2 Air Khawatir Khawatir limbah pabrik yang dibuang ke sungai. 3 Sampah Terganggu Janjangan kosong berserakan dijalanan. 4 Lainnya Ada - Banyaknya lalat terutama musim kemarau, dikhawatirkan bisa menularkan berbagai macam jenis penyakit. - Munculnya lalat-lalat kecil pada sore hari. - Suara bising pada malam hari disaat pemanasan mesin pabrik mengganggu kenyamanan. Pencemaran udara yang menimbulkan bau dan debu, merupakan bagian dari proses pengolahan di PKS, baik secara langsung atau secara tidak langsung. Bau merupakan dampak langsung akibat dari proses pengolahan Tandan Buah Segar menjadi Crude Palm Oil. Debu merupakan dampak tidak langsung dari pengangkutan Tandan Buah Segar. Hal ini harus mendapat perhatian perusahaan

3 55 agar transportasi Tandan Buah Segar harus dipisahkan dari jalan yang juga digunakan masyarakat. Sampah yang ditimbulkan merupakan dampak dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit berupa sisa dari proses pengolahan Tandan Buah Segar menjadi Crude Palm Oil, terutama adalah tercecernya janjangan kosong di jalan pada pembuangan akhir serta sampah dari limbah kantin yang terdapat disekitar pabrik. Selain itu juga adanya brondolan yang tercecer di jalanan ketika pengangkutan Tandan Buah Segar ke pabrik pengolahan kelapa sawit. Pada musim kemarau, lalat-lalat yang berterbangan akan sampai ke pemukiman masyarakat. Lalat yang diyakini masyarakat dapat menjadi mediator penularan penyakit, diduga berasal dari tempat pembuangan janjangan kosong yang dekat dengan pemukiman masyarakat. Selain lalat juga terdapat binatangbinatang kecil menyerupai lalat bercangkang keras yang beterbangan dalam jumlah yang sangat besar pada sore hari yang bisa mengganggu kenyaman masyarakat terutama pengendara sepeda motor. Kekhawatiran masyarakat terhadap pencemaran air adalah, ada pabrik pengolahan kelapa sawit yang membuang limbah ke sungai. Kekhawatiran ini terjadi karena masyarakat tidak mengetahui bahwa dalam syarat mendirikan pabrik pengolahan kelapa sawit, pabrik juga diharuskan membuat rancangan pengolahan limbah yang sempurna serta diikuti dengan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang konsisten. Kekhawatiran tersebut sangat beralasan, 60% pabrik pengolahan kelapa sawit tidak menerapkan analisa mengenai dampak lingkungan.

4 56 Gangguan lainnya adalah kebisingan yang bersumber dari kegiatan pabrik pada saat melakukan pemanasan mesin untuk proses produksinya pada malam hari. Gangguan suara ini terjadi pada saat malam hari terutama tengah malam disaat masyarakat sedang beristirahat. Terganggunya kenyaman masyarakat terutama dirasakan hingga jarak hingga 2 km dari lokasi pabrik pengolahan kelapa sawit. Berdasarkan uraian tersebut, proses pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit kurang memperhatikan aspek lingkungan, dimana 60% pendirian parik berada tidak jauh dari lokasi perumahan masyarakat. Peranan stakeholders terkait tidak dirasa karena mereka kurang memahami permasalahan lingkungan hidup Dampak Sosial Keberadaan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam penelitian ini aspek sosial yang diamati meliputi beberapa aspek kehidupan masyarakat berupa pendidikan, kesehatan, sumber air minum, perumahan dan peralatan rumah tangga serta kondisi kesejahteraan masyarakat. a. Tingkat Pendidikan Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam pembangunan. Keadaan pendidikan yang diamati dalam penelitian ini adalah penyebaran kemampuan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi merupakan dampak dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 17.

5 57 Tabel 17. Sebaran Masyarakat Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Kabupaten Kampar Yang Mencapai Tingkat Pendidikan Uraian Sebelum Adanya Pabrik Setelah Adaya Pabrik Tidak bisa SD 8,33 1,67 Menamatkan SLTP 38,33 5,00 SLTA 6,67 5,00 PT 8,33 3,33 Jumlah 61,67 15,00 Bisa SD 15,00 3,33 Menamatkan SLTP 16,67 20,00 SLTA 5,00 51,67 PT 1,67 10,00 Jumlah 38,33 85,00 Total 100,00 100,00 Dari Tabel 17 dapat dijelaskan bahwa sebelum adanya pabrik 38,33% dari masyarakat tidak bisa menamatkan SLTP, tetapi setelah adanya pabrik 51,67% masyarakat bisa menamatkan SLTA. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif kepada masyarakat terhadap pendidikan formal. Kesadaran masyarakat yang semakin meningkat tentang perlunya pendidikan merupakan bagian dari migrasi masyarakat dari berbagai daerah seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Jawa. Disamping itu migrasi penduduk juga dapat memberikan dampak berdirinya lembaga-lembaga pendidikan baru baik negeri ataupun swasta, disamping meningkatnya kesejahteraan masyarakat dari kondisi sebelum ada pabrik.

6 58 b. Pencemaran Lingkungan Pencemaran udara yang terjadi terhadap penyebaran masyarakat disekitar pabrik pengolahan kelapa sawit berupa emisi tidak menunjukan dampak negatif. Akan tetapi dampak negatif pencemaran udara ini diakibatkan dari transportasi pengangkutan Tandan Buah Segar, sebagai bahan baku olahan pabrik, karena dapat menimbulkan debu bagi pengguna jalan yang sama. Pembuangan janjangan kosong sisa hasil olahan pabrik dilakukan oleh perusahaan yang mempunyai kebun inti yang melakukan pembuangan disekitar lokasi pemukiman masyarakat yang tersebar di daerah inti. Berdasarkan pengamatan dilapangan 90% pabrik Pengolahan Kelapa Sawit mempunyai perkebunan inti, dari persentase tersebut 67,5% pabrik membuang janjangan kosong pada kebun inti mereka. Menurut Lubis (1990), ampas dan cangkang sawit dapat dijadikan pupuk untuk tanaman, terutama pada perkebunan kelapa sawit. Hal ini menyebabkan perusahaan ataupun pengusaha perkebunan kelapa sawit menempatkan janjangan kosong tersebut tanpa memperhatikan jarak perkebunan inti berada dekat atau tidak dengan lokasi pemukiman masyarakat. Selain udara dan sampah aspek lain dari lingkungan masyarakat pengguna sumber air berdampak positif. Dari Tabel 18 terlihat bahwa 26,67% masyarakat sebelum berdirinya pabrik pengolahan kelapa sawit pengguna sumber air sungai. Setelah berdirinya pabrik, pengguna sumber air sumur lebih meningkat menjadi 95%. Dapat dikatakan keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif terhadap pengguna air sumur.

7 59 Tabel 18. Penyebaran Masyarakat Berdasarkan Sumber Air di Kabupaten Kampar No Uraian Sebelum Berdiri pabrik pengolahan kelapa sawit Setelah Berdiri pabrik pengolahan kelapa sawit 1 Air sungai 26,67 3,33 2 Air hujan 5,00 1,67 3 Sumur 68,33 95,00 Total 100,00 100,00 Kontroversi kekhawatiran masyarakat, pabrik pengolahan kelapa sawit membuang limbah ke sungai. Hal ini dibuktikan dengan kejadian di Desa Petapahan Kecamatan Tapung pada tahun Terjadi pencemaran air sungai akibat pembuangan limbah ditandai dengan matinya ikan dalam jumlah besar, berubahnya warna air dari kondisi normal dan ditandai dengan penebalan lumpur pada dasar sungai. Bagi masyarakat pengguna sumber air sungai, ini merupakan dampak negatif dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit. Akan tetapi hal ini menjamin masyarakat pengguna sumber air dari aspek kesehatan. c. Tingkat Kesehatan Berdirinya pabrik pengolahan kelapa sawit berdampak negatif terhadap penyebaran masyarakat berdasarkan penyakit yang diderita. Pada Tabel 19 dapat dilihat penyakit Inspeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) menempati urutan tinggi, baik sebelum atau sesudah berdiri pabrik pengolahan kelapa sawit. Artinya keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit tidak memberikan dampak terhadap penyakit ISPA. Penyakit diare menempati urutan kedua, tetapi mengalami

8 60 peningkatan jumlah penderita. Artinya keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak negatif terhadap penyebaran mayarakat dilingkungan pabrik pengolahan kelapa sawit. Tabel 19. Penyebaran Masyarakat Berdasarkan Penyakit Pernah Diderita di Kabupaten Kampar Penyakit Sebelum Berdirinya pabrik Setelah Berdirinya pabrik ISPA 45,00 43,33 Diare 43,33 46,67 Jamur Kulit 8,33 5,00 Lainnya (Rematik, 3,34 5,00 Alergi, Malaria) Total 100,00 100,00 Pembuangan limbah sampah adalah salah satu faktor penyebab berkembang biaknya lalat. Menurut penelitian Tasliati (2004), lalat merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya diare di Desa Petapahan Kecamatan Tapung. Hal ini dapat dikatakan bahwa pembuangan dan penempatan janjangan kosong yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan masyarakat sangat erat kaitannya terhadap perkembang biakan lalat. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab penyakit diare. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar (2004), tercatat penderita penyakit diare sebesar 954 jiwa. Dalam wilayah kerja Puskesmas Tapung, tercatat 654 jiwa terserang diare. Sepuluh penyakit diwilayah kerja Puskesmas Tapung (ISPA, diare, infeksi kulit, kecelakaan, mata, reumatik, alergi kulit, jamur kulit, dan malaria klinik) diare menempati urutan kedua setelah penyakit ISPA (Puskesmas Tapung, 2004)

9 61 d. Perumahan dan Peralatan Rumah Tangga Rumah sebagai tempat anggota keluarga berkumpul juga memiliki nilai tersendiri dari aspek sosial masyarakat, dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Penyebaran Masyarakat Berdasarkan Kondisi Perumahan di Kabupaten Kampar Keadaan Rumah Sebelum Adanya pabrik pengolahan kelapa sawit Setelah Adanya pabrik pengolahan kelapa sawit Atap a. Genteng 15,00 23,33 b. Seng 81,67 76,67 c. Daun Rumbia 3,33 - Dinding a. Bata 20,00 73,33 b. 1/2 bata 43,33 16,67 c. Papan 36,67 10,00 Lantai a. Semen 78,33 93,33 b. Papan 18,33 6,67 c. Tanah 3,33 - Jenis Rumah a. Permanen 43,33 68,33 b. Semi permanen 53,33 31,67 c. Non permanen 3,33 - Dari Tabel 20 terlihat keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif terhadap sebaran masyarakat pengguna atap genteng, dinding bata dan lantai semen. Pergeseran jenis rumah ini disebabkan peningkatan pertumbuhan penduduk yang berada di sekitar pabrik membuka wawasan masyarakat tentang kemajuan-kemajuan dan gaya hidup modern. Hal ini menyebabkan animo masyarakat untuk meningkatkan status sosial melalui penampilan rumah dan didukung oleh peningkatan pendapatan sehingga terjadi pergeseran jenis rumah dari semi permanan menjadi permanen.

10 62 Secara nyata perubahan kondisi perumahan ini juga menimbulkan dampak negatif, ditandai dengan keinginan masyarakat yang tinggi untuk membangun dan memperbaiki rumahnya. Hal ini mengakibatkan ibu-ibu rumah tangga berorientasi dan berfikir bukan lagi pada pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga, tetapi lebih mendahulukan keinginan sekunder bahkan tertier. Untuk peralatan dan fasilitas rumah tangga memberikan dampak pada meningkatnya fasilitas rumah tangga, atau segala peralatan rumah tangga. Hal ini terjadi karena kesejahteraan dan keinginan memperbaiki taraf hidup juga meningkat Dampak Ekonomi Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit a. Tenaga Kerja dan Lapangan Kerja Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberi dampak terhadap tenaga kerja. Dari Tabel 21 terjadi penurunan pada sektor pertanian tanaman pangan holtikultura, dan konstruksi. Sedangkan peningkatan tenaga kerja terjadi pada perkebunan kelapa sawit dan karyawan pabrik. Hal ini dapat dikatakan bahwa keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif terhadap tenaga kerja dan perluasan lahan perkebunan kelapa sawit. Dampak negatif terjadi pada sektor pertanian tanaman pangan holtikultura yang pada saat ini sangat diperlukan untuk memperkuat ketahanan pangan Kabupaten Kampar.

11 63 Tabel 21. Penyebaran Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Utama di Kabupaten Kampar No. Lapangan Pekerjaan Utama Persentase Sebelum ada PKS Persentase Setelah Ada PKS 1 Pertanian (pangan, dan holtikultura) 23,33 3,33 2 Perkebunan Kelapa Sawit 8,33 46,67 3 Industri Pengolahan 3,33 1,67 4 Konstruksi 36,67 6,67 5 Perdagangan 6,67 10,00 6 Komunikasi dan Angkutan 3,33 8,33 7 Listrik, Gas dan Air 0,00 1,67 8 Jasa (Karyawan Pabrik) 3,33 20,00 9 Tidak Bekerja 15,00 1,67 Total 100,00 100,00 Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak terhadap lapangan pekerjaan, dapat dilihat pada Tabel 21. Meningkatnya persentase masyarakat yang pekerjaan utama karyawan pabrik adalah akibat adanya pergeseran dari pekerjaan utama kontruksi (buruh bangunan) dan masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau pengangguran. Hal ini karena dalam proses pengolahan bahan bakunya pabrik banyak membutuhkan tenaga kerja. Peningkatan pekerjaan juga terjadi pada sektor perdagangan. Keberadaan parik pengolahan kelapa sawit akan memberikan kesempatan kepada pengusaha kecil atau pedagang untuk mengembangkan usahanya, seperti rumah makan dan restoran, kantin-kantin makanan, warung-warung atau toko sembako tumbuh berkembang disekitar pabrik. Artinya bahwa mobilitas penduduk dan ketersediaan tenaga kerja pada operasional pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif kepada masyarakat disekitarnya.

12 64 Peningkatan bukan saja terjadi pada perdagangan makanan tetapi juga terjadi terhadap pedagang pengumpul, yang mengumpulkan TBS kelapa sawit dari petani kelapa sawit swadaya untuk dipasarkan ke pabrik pengolahan kelapa sawit terdekat. Pada sektor transportasi, terjadi penambahan jumlah kendaraan yang mengangkut TBS ke pabrik. Angkutan ini membutuhkan tenaga kerja untuk memasukkan buah sawit yang terkumpul di tempat pengumpulan hasil (TPH) yang merupakan bahan baku dalam operasional pabrik. Artinya keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif pada sektor transportasi. b. Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan masyarakat diukur berdasar usaha memenuhi kebutuhan pokok, sebab pendirian pabrik dalam rentang waktu yang berbeda, dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Penyebaran Penduduk Menurut Pemenuhan Kebutuhan Pokok di Kabupaten Kampar Kondisi Sebelum PKS Setelah PKS Kurang terpenuhi 11,67 3,33 Terpenuhi 78,33 58,33 Lebih dari terpenuhi 10,00 38,33 Total 100,00 100,00 Pada Tabel 22 terlihat bahwa keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit meningkatkan pendapatan masyarakat berdasarkan usaha untuk memenuhi kebutuhan pokoknya menimbulkan dampak positif. Penyebaran masyarakat yang

13 65 dapat memenuhi lebih dari kebutuhan pokok menjadi meningkat, sedangkan masyarakat yang kurang dapat memenuhi kebutuhan pokok sebelum keberadaan pabrik jadi menurun. Hal ini disebabkan oleh keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan kesempatan kerja dan lapangan kerja, serta memberikan dampak positif terhadap perluasan areal perkebunan kelapa sawit. Data ini didukung oleh penelitian mengenai keunggulan suatu sektor pertanian di Kabupaten Kampar yang telah ada sebelumnya. Khairuddin (2003), menyatakan bahwa perkebunan kelapa sawit memiliki keunggulan komparatif dibanding aktifitas pertanian lainnya. Hal tersebut dibuktikan oleh hasil uji Indeks Location Quotient yang dilakukannya untuk menentukan sektor basis ekonomi, menunjukan bahwa nilai LQ yang didapat adalah 4,56. Karena nilai LQ > 1 maka sektor perkebunan kelapa sawit memiliki keunggulan komparatif dibanding sektor pertanian lainnya di Kabupaten Kampar. Dengan adanya kegiatan pabrik pengolahan kelapa sawit merupakan alternatif terbukanya lapangan dan kesempatan kerja bagi masyarakat, namun tidak mudah bagi masyarakat untuk bekerja diperusahaan karena tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan perusahaan. Hal ini membuat sebagian masyarakat membuka usaha sendiri untuk memperoleh pendapatan. Saleh (1987) dalam Muchtar (1997) mengatakan bahwa sedikitnya ada 3 (tiga) manfaat dari keberadaan industri kecil yaitu: (1) menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan relatif murah, (2) industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan migrasi tabungan domestik, dan (3) industri kecil berkedudukan sebagai komplementer terhadap industri sedang dan besar. Hal ini

14 66 sejalan dengan kenyataan bahwa bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhannya Dampak Eksternal Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit Bidang Sosial a. Pendidikan Dampak ekternal pada sektor pendidikan karena terjadinya migrasi ke daerah disekitar lokasi pabrik. Hal ini ditandai oleh bertambahnya jumlah sarana pendidikan untuk masyarakat umum (Tabel 23). Penambahan jumlah sarana pendidikan ini diikuti oleh penambahan jumlah tenaga pendidik. Artinya keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif disektor pendidikan. Tabel 23. Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Kampar, Tahun 1999/2002 No Sarana Jumlah (unit) Tahun 1999 Tahun Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Perguruan Tinggi 3 4 Jumlah Sumber: Kampar Dalam Angka, 2004 b. Kesehatan Dampak positif ekternal keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit terhadap kesehatan adalah bertambahnya puskesmas, praktek dokter (umum, spesialis dan gigi), perawat kesehatan, bidan, balai-balai pengobatan dan rumah

15 67 bersalin yang sebelumnya dalam jumlah kecil (Tabel 24). Dampak negatifnya terjadi persaingan pada balai pengobatan untuk mendapatkan pelanggan kesehatan tanpa melihat kesenjangan sosial dan pada akhirnya masyarakat yang tidak mampu hanya berobat pada pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas). Tabel 24. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Kampar, Tahun 1999/2002 No Fasilitas Kesehatan Satuan Jumlah Tahun 1999 Tahun Rumah Sakit Umum Daerah unit Puskesmas Non Perawatan unit Puskesmas Perawatan unit Puskesmas Pembantu unit Puskesmas Keliling unit Dokter Umum orang Dokter Spesialis orang Dokter Gigi orang Perawat orang Bidan orang Balai/Klinik Pengobatan dan unit 2 8 Rumah Bersalin Jumlah Sumber: Kampar Dalam Angka, 2004 c. Pencemaran Lingkungan Dampak keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit terhadap lingkungan secara eksternal adalah berkembangnya industri rumah tangga disekitar pabrik seperti warung-warung, kerajinan tangan, kantin dan kedai minuman yang mengakibatkan limbah industri rumah tangga dan didukung oleh pertumbuhan penduduk. Selain itu pencemaran juga akibat ceceran air siraman TBS, dilakukan oleh pedagang pengumpul ditempat pengumpulan TBS yang mayoritas berada di desa sebelum dibawa ke pabrik. Pencemaran lain adalah debu yang ditimbulkan

16 68 oleh kendaraan pengangkut TBS ke PKS milik pedagang pengumpul yang melalui jalan-jalan yang ada dalam desa Bidang Ekonomi a. Tenaga dan Lapangan kerja Dampak dari perluasan perkebunan kelapa sawit memberikan lapangan pekerjaan secara tidak langsung bagi masyarakat lokal ataupun pendatang. Pemeliharaan perkebunan kelapa sawit seperti, pengendalian gulma, pemberantasan hama penyakit, pemupukan, penunasan, pemanenan, pengangkutan TBS dan lainnya menurut Khairuddin (2003), untuk perkebunan kelapa sawit diseluruh Kabupaten Kampar dengan perbandingan luas per 10 Ha dapat menyerap 4 orang tenaga kerja. Angka tersebut jelas menunjukan bahwa sektor perkebunan kelapa sawit memiliki kemampuan yang besar dalam menyerap tenaga kerja. Selain memberikan kesempatan pekerjaan, perluasan perkebunan juga memberikan perluasan usaha secara eksternal. Kebutuhan akan sarana produksi, memberikan peluang kepada masyarakat untuk menyediakan kios-kios sarana produksi (saprodi). Sensus Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1999, untuk Kabupaten Kampar menunjukan jumlah penduduk usia kerja yang masuk angkatan kerja sebesar 57,65% dan bukan angkatan kerja 42,35%. Dari angkatan kerja yang ada 89,71% bekerja dan 10,29% mencari pekerjaan. Tingkat pengangguran di Kabupaten Kampar tahun 1999 cenderung meningkat dibanding tahun

17 69 sebelumnya yaitu dari 7,01% tahun 1998 menjadi 10,29% pada tahun 1999 (Rencana Strategis Kabupaten Kampar Tahun , 2000). Berdasarkan data Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2002, di Kabupaten Kampar terdapat 52,76% penduduk yang merupakan angkatan kerja dan 47,24% bukan angkatan kerja. Dari angkatan kerja tersebut yang sedang bekerja adalah 93,53% dan yang sedang mencari pekerjaan adalah 6,47% (Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Kampar Tahun , 2004). Terlihat bahwa tingkat pengangguran pada tahun 2002 menurun dibandingkan tahun Data BPS Kabupaten Kampar Tahun 1999 dan Tahun 2002 menunjukan terjadinya penambahan jumlah penduduk dan rumah tangga. Tahun 1999, jumlah penduduk jiwa, sedangkan secara keseluruhan rumah tangga tercatat KK. Pada taun 2002 jumlah penduduk adalah jiwa dan rumah tangga KK. Bertambahnya jumlah penduduk juga memberikan dampak positif pada bidang angkutan masyarakat seperti banyaknya angkutan pedesaan dan ojek-ojek. Selain itu dampak positif lainnya adalah meningkatnya kebutuhan tenaga kerja di rumah makan, restoran dan kantin-kantin di lokasi sekitar pabrik. Dampak negatif adalah terjadinya peningkatan jumlah penduduk sebagai akibat dari mobilitas penduduk mencari pekerjaan di lokasi-lokasi pabrik dan perkebunan. Masyarakat pendatang ini umumnya menjadi buruh kasar di pabrik dan buruh harian di lokasi perkebunan. Hasil kajian dilapangan menunjukan bahwa masyarakat pendatang umumnya berasal dari daerah tetangga dan sebagian

18 70 kecil dari pulau Jawa. Migrasi penduduk ini membawa perubahan terhadap budaya daerah tempatan. Selain itu juga terdapatnya rumah-rumah bordir, warung remang-remang, kafe dan berbagai bentuk kriminalitas.

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan

Lebih terperinci

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara terbesar pertama sebagai penghasil Crude Palm Oil (minyak kelapa sawit mentah) mengungguli Malaysia, Riau adalah salah satu provinsi penghasil

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

DAMPAK KEBERADAAN PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) DI DESA SENAMA NENEK KECAMATAN TAPUNG HULU KABUPATEN -,uum KAMPAR ;..:n ^

DAMPAK KEBERADAAN PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) DI DESA SENAMA NENEK KECAMATAN TAPUNG HULU KABUPATEN -,uum KAMPAR ;..:n ^ DAMPAK KEBERADAAN PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) DI DESA SENAMA NENEK KECAMATAN TAPUNG HULU KABUPATEN -,uum KAMPAR ;..:n ^ Oleh: Cepriadi dan Kausar Laboratorium Komunikasi dan Sosiologi Pertanian ; kausar_oke@yahoo.com

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 PENYEBAB??? Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Pentingnya

Lebih terperinci

STRATEGI PENANGGULANGAN DAMPAK KEBERADAAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KAMPAR

STRATEGI PENANGGULANGAN DAMPAK KEBERADAAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KAMPAR STRATEGI PENANGGULANGAN DAMPAK KEBERADAAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KAMPAR OLEH : IRWAN EFENDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK IRWAN EFENDI. Strategi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat diwujudkan jika masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasar bebas dipandang sebagai peluang sekaligus ancaman bagi sektor pertanian Indonesia, ditambah dengan lahirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang diwanti-wanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan.

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan. VI. IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN C 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan Pertambangann Banyaknya industri tambang di berbagai skala menjadikan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6

Lebih terperinci

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA NAMA DOKUMEN PT. ASIATIC PERSADA Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahannya NO. PERSETUJUAN & TANGGAL Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jambi Nomor:274/2003,

Lebih terperinci

Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang. pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh

Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang. pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta, dan atau

Lebih terperinci

Oleh: Ridzky Nanda Seminar Tugas Akhir

Oleh: Ridzky Nanda Seminar Tugas Akhir Seminar Tugas Akhir STUDI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI PABRIK KELAPA SAWIT AEK NABARA SELATAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III STUDY OF WASTE INDUSTRIAL MANAGEMENT

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Sepaku rata-rata 177,2 mm pada tahun 2010 Kecamatan Sepaku memiliki luas 438,50 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

SUMBER DAYA MANUSIA. A. Penduduk

SUMBER DAYA MANUSIA. A. Penduduk Profil Barito Utara 00 SUMBER DAYA MANUSIA A. Penduduk. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan klasifikasi kepadatan penduduk, maka semua Kecamatan yang berada di Kabupaten Barito Utara mempunyai kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia telah dikenal sebagai negara agraris. Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai

Lebih terperinci

BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN

BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN 3.1 Kondisi Umum Kondisi kualitas udara jika dilihat dari parameter debu masih cukup baik. Berdasarkan pemantauan parameter debu di 13 titik menunjukkan bahwa kesemua

Lebih terperinci

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN 158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 No.Publikasi : 91080.12.37

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan sebagai salah satu upaya manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Begitu pun dengan pembangunan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden 6.1.1 Penilaian Responden terhadap Kebersihan Desa Galuga Lingkungan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN WILAYAH STUDI 2.1. Kabupaten Kampar 2.1.1. Desa Kasikan A. Kondisi Geografis Desa Kasikan merupakan salah satu desa di Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar. Desa ini juga terletak di

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU)

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) A. Latar Belakang Sejalan dengan laju pertumbuhan pembangunan nasional, pembangunan sektor transportasi juga menjadi bidang

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT

INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT Lembaga Riset Perkebunan Indonesia Teknologi kompos dari tandan kosong sawit INOVASI TEKNOLOGI Tandan kosong sawit (TKS) merupakan limbah pada pabrik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang mempunyai potensi sumber daya pesisir dan lautan yang berlimpah dan beragam sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan dipakai oleh masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan yang berfungsi untuk bahan bangunan konstruksi.

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN 54 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS SUMATERA BARAT. PT. Bakrie Pasaman Plantations ini bernaung dibawah PT. Bakrie

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak, Batas Wilayah, dan Keadaan Alam Provinsi Jawa Timur merupakan satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Provinsi Daerah Khusus

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dengan tujuan memproduksi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung. akibat pembangunan jalan dan pemukiman (lihat Gambar 3).

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung. akibat pembangunan jalan dan pemukiman (lihat Gambar 3). VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung Situ Rawa Badung merupakan salah satu situ DKI Jakarta yang terbentuk secara alami. Semula luas Situ Rawa Badung mencapai 5 Ha, namun

Lebih terperinci

Tabel Hasil Proses Pelingkupan

Tabel Hasil Proses Pelingkupan Tabel 2.50. Hasil Proses No. menimbulkan A. Tahap Pra 1. Sosialisasi Permen 17 tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam ProsesAMDAL dan Izin Lingkungan terkena Sosial Budaya Munculnya sikap Evaluasi

Lebih terperinci

PROFIL PUSKESMAS II DENPASAR UTARA

PROFIL PUSKESMAS II DENPASAR UTARA PROFIL PUSKESMAS II DENPASAR UTARA GAMBARAN UMUM 1. Geografi A.Batas Wilayah Puskesmas II Denpasar Utara terletak di pusat Kota Denpasar, yaitu Jalan Gunung Agung Gang II Nomor 8 Denpasar. Selain Puskesmas

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA KEJADIAN ISPA DI RW. 03 KELURAHAN SUKAWARNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA KEJADIAN ISPA DI RW. 03 KELURAHAN SUKAWARNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN 64 LAMPIRAN Arie Wahyudi 0410034 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA KEJADIAN ISPA DI RW. 03 KELURAHAN SUKAWARNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN 2007 IDENTIRTAS RESPONDEN

Lebih terperinci

PADUAN WAWANCARA PENELITIAN. : Fenomena Kemiskinan Pada Masyarakat Petani Sawah. : Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung

PADUAN WAWANCARA PENELITIAN. : Fenomena Kemiskinan Pada Masyarakat Petani Sawah. : Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung PADUAN WAWANCARA PENELITIAN Judul Skripsi Lokasi Penelitian : Fenomena Kemiskinan Pada Masyarakat Petani Sawah : Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung I. Identitas Informan 1. Nama : 2. Tempat Tanggal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan studi yang merupakan ringkasan hasil studi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam melakukan studi, serta saran-saran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak masa kolonial sampai sekarang Indonesia tidak dapat lepas dari sektor perkebunan. Bahkan sektor ini memiliki arti penting dan menentukan dalam realita ekonomi

Lebih terperinci

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan BAB VII PENUTUP Perkembangan industri kelapa sawit yang cepat ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain : (i) secara agroekologis kelapa sawit sangat cocok dikembangkan di Indonesia ; (ii) secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Desa Asam Jawa merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini memiliki ketinggian

Lebih terperinci

Katalog : pareparekota.bps.go.id

Katalog : pareparekota.bps.go.id Katalog : 1101002.7372011 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BACUKIKI BARAT TAHUN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BACUKIKI BARAT TAHUN 2014 ISSN : Katalog BPS : 1101002.7372011 Ukuran Buku : 21 cm x 14,8 cm Jumlah

Lebih terperinci

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Produktivitas adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 1. Meningkatnya permukiman kumuh dapat menyebabkan masalah berikut, kecuali... Menurunnya kualitas kesehatan manusia Meningkatnya

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku 50 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM 3.1.1. Lokasi PKPM Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku V Jorong, kecematan Tanjung Mutiara, kabupaten Agam, provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah atau sampah baik itu limbah organik maupun non organik. Produksi sampah ini juga selalu mengalami

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TOMMO 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TOMMO 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU STATISTIK DAERAH KECAMATAN TOMMO 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TOMMO 2012 ISSN : No. Publikasi : 76045.1204.033 Katalog BPS : 1202001.7604.033 Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk kegiatan pertanian, industri, perumahan,

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kecamatan Waru 2015

Statistik Daerah Kecamatan Waru 2015 go.id :// pp uk ab.b ps. ht tp Statistik Daerah Kecamatan Waru 2015 i Statistik Daerah Kecamatan Waru 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WARU No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409020 Naskah

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sumatra Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sumatra Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumatra Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia di sektor pertanian. Pertanian tersebut menyebar

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN 7 IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : ANALISIS POTENSI EKONOMI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor pertanian yang dapat meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga kerja. Pemerintah mengutamakan

Lebih terperinci

BAB. VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

BAB. VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK BAB. VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap

Lebih terperinci

KEADAAN DESA BALIMBINGAN KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN. Walbiden Lumbantoruan 1. Abstrak

KEADAAN DESA BALIMBINGAN KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN. Walbiden Lumbantoruan 1. Abstrak KEADAAN DESA BALIMBINGAN KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN Walbiden Lumbantoruan 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan Desa Balimbingan ditinjau dari matapencaharian, penerapan

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun

Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Per-Kecamatan di Kabupaten Sintang Tahun... Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun 2010... Jumlah Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan tertuang dalam Undang- Undang No 36 Tahun 2009. Kesehatan merupakan suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat

Lebih terperinci

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi. HMGRIN Harga Margarin (rupiah/kg) 12393.5 13346.3 7.688 VII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil pendugaan model pengembangan biodiesel terhadap produk turunan kelapa sawit

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN AIR SUNGAI LAU GERBONG DAN KELUHAN KESEHATAN KULIT DI DESA PERBESI KECAMATAN TIGA BINANGA KABUPATEN KARO TAHUN 2010 No. Responden : IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar adalah suatu materi yang dapat dikonversi menjadi energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan transportasi, industri pabrik, industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut.

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut. PERKEMBANGAN PENDUDUK DAN DAMPAKNYA BAGI LINGKUNGAN A. PENYEBAB PERKEMBANGAN PENDUDUK Pernahkah kamu menghitung jumlah orang-orang yang ada di lingkunganmu? Populasi manusia yang menempati areal atau wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk besar dan laju pertumbuhan tinggi. Pada SENSUS Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237,6

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar RUMAH SEHAT Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Pengertian Rumah Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Kesehatan Lingkungan Masyarakat Sub Pokok Bahasan : SPAL yang memenuhi standar kesehatan. Sasaran : Waktu : Tempat : I. A. Tujuan Instruksi Umum Setelah mengikuti

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS 1403.8271.012 Kecamatan Pulau Batang Dua Dalam Angka 2012 PULAU BATANG DUA DALAM ANGKA 2012 Nomor Katalog : 1403.8271.012 Nomor Publikasi : 8271.000 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR

POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR Oleh : WAHYU WARDANI L2D 098 471 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. karantina, para penderita penyakit tersebut berangsur angsur sembuh. Mengingat banyaknya

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. karantina, para penderita penyakit tersebut berangsur angsur sembuh. Mengingat banyaknya 33 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kelurahan Bumi Waras Pada mulanya wilayah Kelurahan Bumi Waras adalah tempat untuk mengkarantina penderita penyakit menular seperti cacar, kolera,

Lebih terperinci

Lampiran 7: Dokumentasi Gambar.. 73

Lampiran 7: Dokumentasi Gambar.. 73 Lampiran 7: Dokumentasi Gambar.. 73 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Sari Makmur merupakan desa transmigrasi perkebunan kelapa sawit yang terletak di Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Business Assignment Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. Pengembangan bisnis ini diharapkan dapat memberikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit adalah rata rata sebesar 750 kg/ha/tahun. Berarti

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit adalah rata rata sebesar 750 kg/ha/tahun. Berarti I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kini memiliki 8,9 juta hektar perkebunan kelapa sawit, dari luas tanaman tersebut rakyat memiliki 3,7 juta hektar, BUMN 616.575 hektar dan perkebunan swasta

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara I.PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara untuk membiayai pembangunan adalah ekspor nonmigas, yang mulai diarahkan untuk menggantikan pemasukan dari

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 8 TAHUN 2003 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2003

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 8 TAHUN 2003 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2003 LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 8 TAHUN 2003 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2003 PERHITUNGAN SKOR PENETAPAN KRITERIA PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH Kriteria Organisasi Perangkat Daerah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat telah dikenal sejak tahun 1997 dan merupakan bencana nasional yang terjadi setiap tahun hingga

Lebih terperinci

1.000 ha Kelapa Sawit. Karet. tahun

1.000 ha Kelapa Sawit. Karet. tahun 1.500 1.200 900 600 300 1.000 ha Karet Kelapa Sawit 0 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 tahun Kebun Masyarakat* TBS PKS Keterangan Inti TBS * Perkebunan Rakyat Pengangkutan TBS (yang diprogramkan) Pengangkutan

Lebih terperinci