KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM INDIE (INDEPENDENT) TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 WONOSARI, GUNUNGKIDUL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM INDIE (INDEPENDENT) TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 WONOSARI, GUNUNGKIDUL"

Transkripsi

1 KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM INDIE (INDEPENDENT) TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 WONOSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh ITTA KARTIKA NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012

2

3

4

5 MOTTO Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA yang memberi kekuatan kepadaku. ( Filipi 4: 13) Janganlah menyimpan kekhawatiran yang tidak perlu atas hidupmu, jalanilah dengan penuh syukur dan lakukanlah yang terbaik. (Itta Kartika) Berdoa, Berusaha, Bersyukur (Itta Kartika) v

6 PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa hormat dan cinta kasih, karya sederhana ini saya persembahkan kepada : kedua orangtua yang luar biasa mendukung dan mendoakan yang terbaik, terimakasih untuk segala sesuatu yang sudah diberikan kepada saya selama ini. vi

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan penyertaannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Keefektifan Penggunaan Media Film Indie (Independent) terhadap Keterampilan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Rohmat Wahab, M.Pd., M.A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Zamzani, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Dr. Maman Suryaman selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Rasa hormat dan ucapan terima kasih, saya sampaikan kepada kedua pembimbing, Dr. Nurhadi dan Kusmarwanti, M.A. yang telah memberi bimbingan, arahan, dan dorongan yang tiada habisnya di sela-sela kesibukannya. Ucapan terima kasih, saya sampaikan kepada Kepala Sekolah SMAN 2 Wonosari, Drs. Widarno, M.M. yang telah memberikan ijin bagi saya untuk melakukan penelitian. Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMAN 2 Wonosari, Drs. Hari Praptono, terima kasih untuk bantuan, doa, dan dukungannya selama penelitian. Segenap guru dan karyawan SMAN 2 Wonosari yang telah membantu dan mendukung sehingga penelitian ini terlaksana dengan lancar. vii

8 viii Siswa-siswa kelas XI bidang studi IPA, terima kasih untuk bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung. Secara khusus penulis ucapkan beribu terima kasih kepada kedua orangtua yang begitu mengasihi dan tanpa kenal lelah mendukung dalam segala hal. Terima kasih untuk doa dan usahanya dalam mengantar anaknya meraih sebagian mimpinya selama ini. Kepada keluarga besar yang selalu mendukung dan mendoakan yang terbaik untuk saya, semoga perjuangan ini tidak sia-sia. Kepada teman-teman PBSI kelas GH angkatan 2008, terima kasih untuk pengalaman baru bersama kalian selama masa studi ini. Semoga persahabatan kita tidak akan putus sampai disini. Rekan-rekan KKN-PPL 2011 SMPN 1 Patuk, Brilian, Wahyu, Taufiq, Kadarisman, Alexander, Wiwit, Bowo, Ipah, dan Ginanjar (meskipun hanya sebentar tapi semua ini indah kawan). Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada teman-teman Cemarawati: Mitha, Memo, Neng Dewi, Hanirla, Retno, Lia, Valent, Nisa, dan teman-teman yang lain yang telah setia menyemangati dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih untuk kebersamaan yang meriah ini. Untuk para sahabat yang tidak pernah bosan-bosan mendengarkan keluh kesah dan mengisi hidup saya dengan banyak hal, suka maupun duka. Terima kasih untuk pengertian, support, canda tawa, dan doanya selama ini. Kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyusun dan menyelesaikan tugas akhir ini, saya mengucapkan terima kasih yang tak terkira untuk kontribusinya selama ini.

9 ix Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skipsi ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi semua pihak. Yogyakarta, September 2012 Penulis

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN... ii PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR LAMPIRAN... xiii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR KODE DATA... xvi ABSTRAK... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Batasan Masalah... 6 D. Rumusan Masalah... 6 E. Tujuan Penelitian... 7 F. Manfaat Penelitian... 7 G. Batasan Masalah... 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori Hakikat Menulis a. Pengertian Menulis b. Tujuan Menulis c. Manfaat Menulis Naskah Drama a. Pengertian Naskah Drama b. Unsur-unsur Naskah Drama c. Istilah dalam Drama d. Drama Remaja Pembelajaran Menulis Naskah Drama dengan Media Film Indie (Independent) a. Pembelajaran Menulis Naskah Drama di Sekolah b. Film Indie (Independent) sebagai Media Pembelajaran Menulis Naskah Drama c. Prosedur Penggunaan Media Film Indie (Independent) dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama d. Penilaian Pembelajaran Menulis Naskah Drama B. Penelitian yang Relevan x

11 xi C. Kerangka Pikir D. Hipotesis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Paradigma Penelitian Desain Penelitian Paradigma Penelitian B. Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat C. Definisi Operasional Variabel D. Setting Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian E. Subjek Penelitian Populasi Penelitian Sampel Penelitian F. Teknik Pengumpulan Data G. Instrumen Penelitian H. Uji Instrumen Uji Validitas Instrumen Uji Reliabilitas Instrumen I. Prosedur Penelitian Tahap Pra-eksperimen Tahap Eksperimen a. Kelompok Eksperimen b. Kelompok Kontrol Tahap Pascaeksperimen J. Teknik Analisis Data Penerapan Teknik Analisis Data Persyaratan Analisis Data a. Uji Normalitas Sebaran b. Uji Homogenitas Varian K. Hipotesis Statistik L. Teknik Penentuan Keabsahan Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Deskripsi Data Hasil Penelitian a. Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol b. Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen c. Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol d. Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama

12 xii Kelompok Eksperimen e. Perbandingan Data Statistik Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Uji Persyaratan Analisis Data a. Uji Normalitas Sebaran Data b. Uji Homogenitas Varian Analisis Data a. Uji-t Pengujian Hipotesis B. Pembahasan Hasil Penelitian Deskripsi Kondisi Awal Kemampuan Menulis Naskah Drama pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Perbedaan Kemampuan Menulis Naskah Drama Antara Kelompok yang Diajar Menulis Naskah Drama dengan Menggunakan Media Film Indie (Independent) dan Kelompok yang Diajar Menulis Naskah Drama Tanpa Menggunakan Media Film Indie (Independent) Tingkat Keefektifan Penggunaan Media Film Indie (Independent) dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul C. Keterbatasan Penelitian BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1: Data Skor Pretest dan Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol Lampiran 2: Data Skor Pretest dan Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen Lampiran 3 : Data Skor di Luar Sampel Lampiran 4: Uji Reliabilitas Instrumen Lampiran 5: Uji Normalitas Lampiran 6: Uji Homogenitas Lampiran 7: Uji-t Lampiran 8: Hasil Penghitungan Kecenderungan Data Lampiran 9: Silabus Menulis Naskah Drama SMA N 2 Wonosari Lampiran 10: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 11: Materi yang Disampaikan kepada Siswa Lampiran 12: Lembar Penilaian Menulis Naskah Drama Lampiran 13: Contoh Hasil Naskah Drama Siswa Pretest Lampiran 14: Contoh Hasil Naskah Drama Siswa Perlakuan I Lampiran 15: Contoh Hasil Naskah Drama Siswa Perlakuan II Lampiran 16: Contoh Hasil Naskah Drama Siswa Perlakuan III Lampiran 17: Contoh Hasil Naskah Drama Siswa Postest Lampiran 18: Dokumentasi Penelitian Lampiran 19: Surat-Surat Ijin Penelitian Lampiran 20: Media Pembelajaran Film Indie (Independent) xiii

14 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Kriteria Penilaian Menulis Naskah Drama Tabel 2 : Control Group Prates-Postes Desaign Tabel 3 : Jadwal Pengambilan Data Menulis Naskah Drama Tabel 4 : Distribusi Kategori dan Frekuensi Skor Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol Tabel 5 : Distribusi Kategori dan Frekuensi Skor Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen Tabel 6 : Distribusi Kategori dan Frekuensi Skor Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol Tabel 7 : Distribusi Kategori dan Frekuensi Skor Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen Tabel 8 : Perbandingan Data Statistik Pretest dan Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol Tabel 9 dan Kelompok Eksperimen : Rangkuman Uji Normalitas Sebaran Data Pretest KeterampilanMenulis Naskah Drama Kelompok Kontrol Tabel 10 : Rangkuman Uji Normalitas Sebaran Data Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol Tabel 11 : Rangkuman Uji Normalitas Sebaran Data Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen Tabel 12 : Rangkuman Uji Normalitas Sebaran Data Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen Tabel 13 : Rangkuman Uji Homogenitas Varian Data Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Tabel 14 : Rangkuman Uji Homogenitas Varian Data Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Tabel 15 : Rangkuman Hasil Uji-t Data Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Tabel 16 : Rangkuman Hasil Uji-t Data Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen xiv

15 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 : Paradigma Kelompok Eksperimen Gambar 2 : Paradigma Kelompok Kontrol Gambar 3 : Kegiatan Pretest Kelompok Kontrol Gambar 4 : Histogram Frekuensi Skor Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol Gambar 5 : Kegiatan Pretest Kelompok Eksperimen Gambar 6 : Histogram Frekuensi Skor Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen Gambar 7 : Siswa Kelompok Kontrol Mengerjakan Soal Postest Gambar 8 : Histogram Frekuensi Skor Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol Gambar 9 : Siswa Kelompok Eksperimen Mengerjakan Soal Postest Gambar 10 : Histogram Frekuensi Skor Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen xv

16 DAFTAR KODE DATA D1/HR.05/KK/PRE/ D2/EN.21/KE/PK II/ (D3/IR.06/KK/PK II) (D4/IP.08/KK/PK II) (D5/DDP.14/KE/PK I) (D6/EK.20/KE/PK II) (D7/NK.22/KK/POS) (D8/AH.03/KE/PK II) (D9/IK.10/KK/POS) (D10/LL.11/KK.POS) (D11/DRS.18/KE/PRE) (D12/PM.24/KK/POS) (D13/AVR.07/KE/PK II) : Data 1/Inisial Nama dan Nomor Absen/Kelompok Kontrol/Pretest/ : Data 2/Inisial Nama dan Nomor Absen/Kelompok Eksperimen/Perlakuan II/ : Data 3/Inisial Nama dan Nomor Absen/Kelompok Kontrol/Perlakuan II/ : Data 4/Inisial Nama dan Nomor Absen/Kelompok Kontrol/Perlakuan II/ : Data 5/Inisial Nama dan Nomor Absen/Kelompok Eksperimen/Perlakuan I/ : Data 6/Inisial Nama dan Nomor Absen/Kelompok Eksperimen/Perlakuan II/ : Data 7/Inisial Nama dan Nomor Absen/Kelompok Kontrol/Postest/ : Data 8/Inisial Nama dan Nomor Absen/Kelompok Eksperimen/Perlakuan II/ : Data 9/Inisial Nama dan Nomor Absen/Kelompok Kontrol/Postest/ : Data 10/Inisial Nama dan Nomor Absen/Kelompok Kontrol/Postest/ : Data 11/Inisial Nama dan Nomor Absen/Kelompok Eksperimen/Pretest/ : Data 12/Inisial Nama dan Nomor Absen/Kelompok Kontrol/Postest/ : Data 13/Inisial Nama dan Nomor Absen/Kelompok Eksperimen/Perlakuan II/ xvi

17 KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM INDIE (INDEPENDENT) TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 WONOSARI, GUNUNGKIDUL Itta Kartika NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perbedaan keterampilan menulis naskah drama antara kelompok yang diberi materi menulis naskah drama menggunakan media film indie (independent) dan kelompok yang tidak diberi materi menulis naskah drama menggunakan media film indie (independent), dan (2) efektivitas media film indie (independent) terhadap pembelajaran menulis naskah drama siswa kelas XI SMA Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul. Metode dalam penelitian ini adalah eksperimen control group pretest-postest desaign. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas yang berupa media film indie (independent) dan variabel terikat yang berupa keterampilan menulis naskah drama. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul dengan jumlah siswa keseluruhan 185 siswa. Teknik penyampelan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 50 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, yaitu berupa esai menulis naskah drama. Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dengan dikonsultasikan kepada ahlinya (expert judgement). Uji reliabilitas instrumen menggunakan teknik Alpha Cronbach. Hasil perhitungan menunjukkan besarnya reliabilitas instrumen adalah 0,821 dengan p sebesar 0,000. Teknik analisis data menggunakan uji-t. Dari hasil uji statistik dapat diperoleh nilai uji-t. Hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa skor t hitung lebih besar dari skor t tabel (t hitung = > t tabel = 1.684) pada taraf signifikansi 5% dan db 48. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan keterampilan menulis naskah drama yang signifikan antara kelompok yang diberi materi menggunakan media film indie (independent) dan kelompok yang tidak diberi materi menggunakan media film indie (independent). Pembelajaran menulis naskah drama menggunakan media film indie (independent) pada kelompok eksperimen lebih efektif daripada pembelajaran menulis naskah drama pada kelompok kontrol yang tidak menggunakan media film indie (independent). Kata kunci: keefektifan, media film indie (independent), keterampilan menulis naskah drama xvii

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, melalui bahasa manusia juga dapat saling bertukar pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. Penggunaan bahasa dalam komunikasi dibagi menjadi dua macam bahasa, yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis adalah bahasa yang penyampaiannya dalam bentuk tulisan sedangkan bahasa lisan adalah bahasa yang penyampaiannya dengan bentuk ujaran atau ucapan. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan benar. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa menjadi bagian yang sangat penting untuk diajarkan di sekolah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah merupakan suatu alat untuk lebih menghargai negeri sendiri dan melestarikan budaya. Hal ini sejalan dengan fungsi bahasa dan sastra itu sendiri. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi, untuk itu pembelajaran bahasa harus berorientasi pada keterampilan berkomunikasi. Keterampilan bahasa terdiri dari empat aspek keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak dan keterampilan membaca merupakan aspek keterampilan yang bersifat reseptif atau menerima, sedangkan 1

19 2 keterampilan berbicara dan keterampilan menulis adalah aspek keterampilan bahasa yang bersifat produktif. Keterampilan menulis juga melibatkan berbagai keterampilan lain. Di antaranya adalah kemampuan menyusun pikiran dan perasaan dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk kalimat yang tepat sehingga menjadi sebuah wacana yang tepat. Selain itu, kegiatan menulis juga melibatkan banyak inspirasi melalui pendengaran, penglihatan, perasaan, dan lain-lain. Seseorang akan dapat menulis jika pemikirannya telah diisi dengan pengetahuan. Salah satu cara memperoleh pengetahuan adalah dengan membaca. Membaca membantu kita mengasah kepekaan dan kreativitas. Hal ini penting untuk membantu kita dalam keterampilan menulis. Akan tetapi, betapapun sulitnya keterampilan menulis harus dibiasakan sejak dini karena menulis dapat dijadikan sarana pengembangan diri. Salah satunya adalah dengan menulis karya sastra. Menulis karya sastra merupakan suatu pelatihan diri untuk mengungkapkan realita kehidupan yang dituangkan dalam karya sastra tersebut. Dalam sebuah karya sastra, sebuah pemikiran dan gagasan diungkap berdasarkan aspek estetika untuk memperoleh karya sastra yang dapat dinikmati penikmat sastra. Pembelajaran sastra akan berdampak positif bagi peserta didik. Hal ini didapati pada norma dan aspek-aspek dalam sastra yang terserap langsung oleh peserta didik. Melalui menulis karya sastra, siswa dengan sendirinya akan mengenal tata bahasa. Selain itu, apresiasi terhadap berbagai karya sastra meninggalkan kesan pada benak siswa, tentang model-model karya sastra

20 3 yang dapat dijadikan contoh dalam menulis. Dengan pembelajaran sastra khususnya drama secara langsung peserta didik akan belajar bagaimana menyikapi konflik-konflik yang ada dalam kehidupan melalui konflik-konflik yang ada pada naskah drama. Pembelajaran sastra, dalam hal ini menulis naskah drama juga dapat meningkatkan rasa kepedulian siswa terhadap lingkungan dan suatu wujud rasa syukur kepada Tuhan. Dewasa ini para siswa khususnya atau masyarakat luas pada umumnya kurang menyukai kegiatan menulis. Bisa jadi orang lebih menyukai menonton pertunjukan atau hanya membaca tanpa mau menuliskan gagasannya tentang suatu hal yang sudah ia dapatkan dari kegiatannya tersebut. Menulis menjadi suatu kegiatan yang membosankan, sulit, dan kurang penting dilakukan. Nurgiyantoro (2001: 296) mengemukakan bahwa kemampuan menulis biasanya lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu dikarenakan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri. Padahal pembelajaran menulis sudah diajarkan sejak dalam bangku Sekolah Dasar. Naskah drama merupakan buah perenungan seorang penulis terhadap kejadian-kejadian yang dialami dalam kehidupannya. Mereka mampu menampilkan konflik-konflik yang dikemas dalam dialog-dialog yang ditulis. Dalam pembelajaran sastra di sekolah siswa sudah dituntut untuk belajar bagaimana menulis naskah drama. Hal ini diterapkan dari mulai pendidikan

21 4 dasar hingga menengah atas. Namun, dalam kenyataannya masih banyak siswa yang kesulitan untuk menulis, lebih khusus menulis naskah drama. Ada banyak hal yang dapat menjadi penyebab kurangnya minat menulis khususnya menulis naskah drama di kalangan siswa sekolah menengah. Keengganan untuk mencurahkan ide, gagasan, pemikirannya dalam bentuk tulisan bisa jadi dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor malas dan kurangnya rasa keingintahuan akan sesuatu hal yang baru dan atau faktor lainnya. Salah satu faktor yang bisa jadi berpengaruh adalah kurangnya media yang inovatif yang dapat memacu ide, gagasan baru yang lebih segar. Faktor guru yang memberikan materi dengan media ceramah kini tidak lagi bisa diandalkan. Pendidik di jaman sekarang seharusnya mampu memanfaatkan media belajar yang sangat kompleks seperti video, televisi, dan film, di samping media pendidik yang sederhana. Melalui penggunaan media dalam pembelajaran, siswa akan lebih mudah mengaplikasikan dan lebih memahami materi yang diajarkan. Oleh karena itu, seorang guru harus kreatif dan inovatif dalam membuat media pembelajaran yang tepat sasaran, untuk mempermudah siswa dalam menyerap materi pelajaran. Media film, dalam hal ini film indie (independent), sebagai salah satu endapan kreativitas para sineas, setidaknya mampu membangkitkan pemikiran baru, ide, dan gagasan baru di benak para penikmatnya. Semua film memiliki keunggulan baik dari segi cerita atau dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Semua itu dapat menjadi sumber kreativitas yang baru. Media film indie (independent) dapat membantu siswa dalam mencari tema cerita dan

22 5 membangkitkan kreativitas siswa dalam menuangkan idenya dalam menulis naskah drama. Penggunaan media film indie (independent) belum pernah diterapkan dalam pembelajaran menulis naskah drama pada siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari. Film indie (independent) yang cenderung memiliki waktu relatif singkat diharapkan dapat dijadikan sebagai media yang efektif dan sesuai dengan pembelajaran menulis naskah drama di kelas. Dengan melihat film indie (independent) tidak memerlukan waktu yang lama, sehingga waktu pembelajaran dapat disesuaikan dengan alokasi waktu dalam pembelajaran. Untuk mengetahui dan membuktikan seberapa efektif penggunaan media film indie (independent) terhadap kemampuan menulis naskah drama siswa, penulis ingin melakukan penelitian terhadap siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari. Penelitian ini diharapkan dapat membantu para tenaga pendidik untuk menemukan media pengajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media yang lebih inovatif salah satunya dengan media film indie (independent). B. Identifikasi Masalah Adapun masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Kemampuan menulis naskah drama di kalangan siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari masih kurang.

23 6 2. Kurang inovasi pembelajaran dalam proses penggalian ide pada pembelajaran penulisan naskah drama siswa XI SMAN 2 Wonosari 3. Kurangnya alokasi waktu pembelajaran penulisan naskah drama. 4. Kurangnya minat siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari. 5. Adanya anggapan bahwa menulis naskah drama itu sulit. 6. Kurangnya kemampuan siswa dalam mengambil manfaat dari pembelajaran penulisan naskah drama. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian yaitu dengan menggunakan media film indie (independent) tersebut diharapkan dapat membuktikan efektif atau tidaknya media tersebut terhadap kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka diperoleh beberapa rumusan masalah berikut ini. 1. Apakah ada perbedaan kemampuan menulis naskah drama antara siswa yang menggunakan media film indie (independent) dengan yang tidak menggunakan media film indie (independent) pada siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari?

24 7 2. Apakah media film indie (independent) efektif untuk pembelajaran menulis naskah drama di kalangan siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari? E. Tujuan Penelitian Sebagaimana telah dijelaskan dalam rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. mengetahui perbedaan kemampuan menulis naskah drama antara kelompok yang diberi materi dengan media film indie (independent) pada siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari, dan 2. mengujicobakan keefektifan penggunaan media film indie (independent) dalam pembelajaran menulis naskah drama siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis. 1. Manfaat teoretis Memberikan sumbangan pemikiran untuk menentukan arah strategis dalam pemilihan dan pemanfaatan media pengajaran menulis naskah drama secara tepat dan efektif khususnya bagi guru bahasa Indonesia.

25 8 2. Manfaat praktis a. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru sebagai pertimbangan dasar untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran menulis naskah drama siswa. b. Bagi Siswa Penggunaan media film indie (independent) dapat memotivasi siswa dalam mengekspresikan dan menuangkan ide kreatif dalam proses pembelajaran menulis naskah drama. c. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi dan bank naskah drama untuk ekstrakurikuler teater. d. Bagi Peneliti Penelitian ini menjadi bentuk pengabdian dan penerapan dari ilmu yang didapat, memberikan pengalaman kepada peneliti, serta dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat terutama dalam bidang pendidikan. G. Batasan Masalah Agar diperoleh pemahaman yang sama antara penguasaan dan pemilihan tentang istilah pada judul skripsi ini, perlu adanya pembatasan istilah sebagai berikut.

26 9 1. Keefektifan adalah efek dari suatu proses keterampilan menulis yang ditunjukkan dengan perubahan skor yang diperoleh siswa sebelum mendapatkan perlakuan dan sesudah mendapatkan perlakuan. 2. Keterampilan menulis adalah suatu kecakapan seseorang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang dituangkan dalam bahasa tulis sehingga hasilnya dapat dinikmati dan dipahami orang lain. 3. Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon atau karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog/percakapan yang temanya diinspirasi dari konflik kehidupan manusia. 4. Media merupakan sarana yang membawa suatu informasi yang dirancang secara khusus untuk menarik dan menumbuhkan kreativitas siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar yang maksimal. 5. Film indie (independent) adalah film yang dibuat seseorang atau kelompak secara mandiri untuk tujuan tertentu. Film indie biasanya berdurasi lebih singkat dibanding dengan film layar lebar. Tema-tema yang diangkat seringkali berbau kritik sosial atau cerminan peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat.

27 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori Dalam deskripsi teori di bawah ini akan diuraikan beberapa hal sebagai landasan penelitian, yaitu tentang hakikat menulis, pengertian naskah drama, dan pembelajaran naskah drama menggunakan media film indie (independent). Selain itu, akan dijelaskan tentang kerangka berpikir dan pengajuan hipotesis penelitian. 1. Hakikat Menulis a. Pengertian Menulis Keterampilan menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peran penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai tujuan tertentu. Segala yang ada dalam pikirannya akan secara jelas terbuka dan mendapatkan kepuasan akan ide yang sudah terlontar. Keterampilan menulis dapat diartikan suatu kegiatan yang melibatkan berbagai keterampilan lain, di antaranya kemampuan menyusun pikiran dan perasaan dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk kalimat yang tepat dan menyusunnya dalam suatu paragraf. Hal semacam ini sering dikenal dengan istilah mengarang atau menulis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 1219), menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang dan membuat 10

28 11 surat) dengan tulisan. Sementara itu, Robert Lado (dalam Suriamiharja 1997: 1) mengatakan bahwa menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya. Menulis merupakan komunikasi tertulis yang berusaha menyampaikan arti dengan perantaraan tulisan sebagai alat menyampaikan gagasan seseorang. Ada beberapa orang atau dalam hal ini adalah siswa yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi secara lisan maka ia membutuhkan media tulisan yang dapat membantunya mengungkapkan gagasannya. Menurut Suriamiharja (1997: 1), menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Sementara itu, Tarigan (2008: 3) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafolegi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.

29 12 Dengan demikian, keterampilan menulis menjadi salah satu cara berkomunikasi, karena dalam pengertian tersebut muncul suatu kesan adanya pengiriman dan penerimaan pesan. Disini dapat dikatakan bahwa menulis merupakan salah satu cara berkomunikasi secara tertulis, di samping adanya komunikasi secara lisan. Tidak semua orang dapat mengungkapkan perasaan dan maksud secara lisan saja. Itulah sebabnya menulis juga memiliki peranan penting dalam komunikasi Menulis memerlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosa kata dan tata bahasa tertentu atau kaidah bahasa yang digunakan sehingga dapat menggambarkan atau dapat menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. b. Tujuan Menulis Suriamiharja (1997: 2) menyatakan tujuan dari menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan. Sementara menurut Tarigan (2008: 24), yang dimaksud dengan maksud atau tujuan penulis adalah responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca. Berdasarkan batasan ini, dapatlah dikatakan bahwa: a) tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse).

30 13 b) tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse). c) tujuan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse). d) tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapiapi disebut wacana ekspresif (expressive discourse). Tujuan menulis menurut Hugo Hartig (dalam Tarigan 2008: 25-26) di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Assignment purpose (tujuan penugasan) Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku, sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat) 2. Altruistic purpose (tujuan altruistik) Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan. 3. Persuasif purpose (tujuan persuasi) Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

31 14 4. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada pembaca. 5. Self-expresssive purpose (tujuan pernyataan diri) Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca. 6. Creative purpose (tujuan kreatif) Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi keinginan kreatif dalam hal ini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian. 7. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi dan meneliti secara cermat dan menjelajahi pikiran-pikiran dan gagasangagasannya sendiri agar dapat diterima dan dimengerti oleh para pembaca. c. Manfaat Menulis Banyak keuntungan yang didapat dan diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut Akhadiah (dalam Suriamiharja 1997: 4), ada delapan manfaat menulis yaitu sebagai berikut.

32 15 1. Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan menulis, penulis dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir menggali pengetahuan dan pengalamannya. 2. Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya. 3. Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoritis mengenai fakta-fakta yang berhubungan. 4. Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar. 5. Penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih objektif. 6. Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret. 7. Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan hanya menjadi penyadap informasi dari orang lain.

33 16 8. Dengan kegiatan menulis yang terencanakan akan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur. Manfaat menulis menurut Enre (dalam Triyana 2010: 31) di antaranya (1) menolong kita menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui; (2) menulis menghasilkan ide-ide baru; (3) membantu mengorganisasikan pikiran kita; (4) menjadikan pikiran seseorang siap untuk dilihat dan dievaluasi; (5) membantu kita menyerap dan menganalisis; (6) membantu kita memecahkan masalah dengan tujuan memperjelas unsur-unsurnya, dan menempatkannya dalam suatu konteks visual sehingga ia dapat diuji. Keterampilan menulis memberikan manfaat yang besar, baik untuk diri sendiri dan orang lain. Dalam pembelajaran menulis di sekolah terdapat menulis karya sastra sebagai salah satu kegiatannya. Langkah awal penulisan karya sastra dapat berupa menulis puisi, cerita pendek, dan menulis naskah drama. Waluyo (2001: 159) menyatakan bahwa latihan menulis yang berkaitan dengan drama dapat berupa menulis drama (sederhana), menulis sinopsis drama, menulis resensi (teks drama maupun pementasan). Tugas menulis itu dapat dilakukan secara individu maupun secara kelompok. Hasilnya dapat dilaporkan kepada guru secara tertulis, dapat juga dibaca di depan kelas.

34 17 2. Naskah Drama a. Pengertian Naskah Drama Naskah adalah teks tertulis, sedangkan drama adalah cerita yang dilukiskan dalam gerak yang berisi dialog-dialog antar tokoh. Suryaman (2010: 10) menyatakan drama adalah karya sastra yang berupa dialog-dialog dan memungkinkan untuk dipertunjukkan sebagai tontonan. Drama termasuk seni sastra. Naskah drama atau teks-teks drama ialah semua teks yang bersifat dialog dan isinya membentangkan sebuah alur (Luxemburg dalam Wiyatmi, 2005 : 43). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 776), naskah berarti karangan seseorang yang belum diterbitkan; rancangan atau bahanbahan berita yang siap untuk diset. Drama merupakan komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (acting) atau dialog yang dipentaskan cerita atau kisah terutama disusun untuk pertunjukan teater (Depdiknas 2001: 275). Menurut Wiyanto (2002: 31-32), naskah drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Bentuk naskah drama dan susunannya berbeda dengan naskah cerita pendek atau novel. Naskah drama tidak mengisahkan cerita secara langsung. Penuturan ceritanya diganti dengan dialog para tokoh. Jadi, naskah drama itu mengutamakan ucapan-ucapan atau pembicaraan para tokoh. Dari pembicaraan para tokoh itu penonton dapat menangkap dan mengerti seluruh ceritanya.

35 18 Sumber penulisan naskah drama bisa berasal dari ide atau imajinasi penulis, dari karya lain seperti, legenda, cerpen, novel dan sebagainya, atau dari kejadian-kejadian/keadaan sosial masyarakat. Waluyo (2001: 7) menyatakan dasar teks drama adalah konflik manusia yang digali dari kehidupan. Dari beberapa pengertian tentang pengertian naskah drama tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa naskah drama merupakan suatu teks tertulis yang ditandai adanya dialog-dialog antar tokoh dan terdapat sebuah alur yang menghubungkan cerita tersebut. Dalam menulis naskah drama diperlukan pengetahuan yang luas tentang berbagai tema yang terjadi. Penulisan naskah drama bisa atas dasar pengalaman pribadi atau peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Menulis naskah drama, perlu memperhatikan hal-hal yang menjadi karakteristik drama. Pengungkapan tokoh, penyampaian gagasan dengan alur yang logis, dan penggambaran setting yang jelas akan menciptakan naskah benar-benar hidup. Penulis harus bisa mengolah suatu konflik menjadi permainan yang menarik, dengan mengekspresikannya melalui jalinan peristiwa dan susunan kata yang mewakili gerak. b. Unsur-unsur Naskah Drama 1) Plot atau Alur Drama Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan (Waluyo

36 : 8). Menurut Wiyanto (2002: 24), secara rinci, perkembangan plot drama ada enam tahap, yaitu eksposisi, konflik, komplikasi, krisis, resolusi, dan keputusan. a) Eksposisi Tahap ini disebut pula tahap perkenalan, karena penonton mulai diperkenalkan dengan lakon drama yang akan ditontonnya meskipun hanya dengan gambaran selintas. Wujud perkenalan ini berupa penjelasan untuk mengantarkan penonton pada situasi awal lakon drama (Wiyanto 2002: 25). b) Konflik Pemain drama sudah terlibat dalam persoalan pokok. Dalam tahap ini mulai ada insiden (kejadian). Insiden pertama inilah yang memulai plot sebenarnya, karena insiden merupakan konflik yang menjadi dasar sebuah drama (Wiyanto 2002: 25). c) Komplikasi Insiden kemudian berkembang dan menimbulkan konflik-konflik yang semakin banyak dan ruwet. Banyak persoalan yang kait-mengait, tetapi semuanya masih menimbulkan tanda tanya (Wiyanto 2002: 26). d) Krisis Dalam tahap ini berbagai konflik sampai pada puncaknya (klimaks). Bila dilihat dari sudut penonton, bagian ini merupakan puncak ketegangan. Namun, bila dilihat dari sudut konflik, klimaks berarti titik pertikaian paling ujung yang dicapai pemain protagonis (pemeran kebaikan) dan pemain antagonis (pemeran kejahatan) (Wiyanto 2002: 26).

37 20 e) Resolusi Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik. Jalan keluar penyelesaian konflik-konflik yang terjadi sudah mulai tampak jelas (Wiyanto 2002: 26). f) Keputusan Dalam tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan sebentar lagi cerita selesai. Dengan selesainya cerita, maka tontonan drama sudah usai (bubar) (Wiyanto 2002: 26). Plot dalam drama berfungsi (1) untuk mengungkapkan buah pikiran penulis teks, (2) menangkap, membimbing dan mengarahkan perhatian pembaca atau penonton, (3) mengungkapkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh cerita. Untuk menyusun gambaran peristiwa tersebut sehingga membentuk sebuah plot, pembaca mungkin akan menggarapnya berdasarkan urutan waktu maupun urutan sebab akibat. 2) Tokoh Cerita atau Karakter Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian peristiwa yang digambarkan di dalam plot. Menurut Wiyanto (2002: 27), karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Dari sisi sifatnya dalam cerita, tokoh dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tokoh mayor, yakni tokoh yang bersifat penting dan tokoh minor, yakni tokoh yang tidak terlalu penting.

38 21 Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional). Penggambaran itu berdasarkan keadaan fisik, psikis, dan sosial (fisiologis, psikologis, dan sosiologis). Keadaan fisik biasanya dilukiskan paling dulu, baru kemudian sosialnya. Pelukisan watak pemain dapat langsung pada dialog yang mewujudkan watak dan perkembangan lakon, tetapi banyak juga kita jumpai dalam catatan samping (catatan teknis) (Waluyo 2001: 17). Waluyo (2001: 16) menyatakan tokoh-tokoh dalam drama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa, seperti berikut ini. a) Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, terdapat tokoh-tokoh di bawah ini. (1) Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau dua figur tokoh protagonis utama yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita. (2) Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita, dan beberapa figur pembantu yang ikut menetang cerita. (3) Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis. b) Berdasarkan peranannya dalam lakon serta fungsinya, maka terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut. (1) Tokoh sentral, yaitu tokoh-tokoh yang paling menentukan gerak lakon. Mereka merupakan proses perputaran lakon. Tokoh sentral merupakan

39 22 biang keladi pertikaian. Dalam hal ini tokoh sentral adalah tokoh protagonis dan tokoh antagonis. (2) Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral. Dapat juga sebagai medium atau perantara tokoh sentral. Dalam hal ini adalah tokoh tritagonis. (3) Tokoh pembantu, yaitu tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalam mata rangkai cerita. 3) Dialog Dialog adalah ekspresi yang diungkapkan oleh tokoh lewat media bahasa. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan dan dapat menunjukkan plot lakon drama. Dialog dapat terjadi antara dua tokoh atau lebih yang memperlihatkan perilaku atau watak masing-masing tokoh. Pada umumnya peranan dialog dalam teks dramatik adalah untuk menghidupkan tokoh atau membangun tokoh, watak, ruang, waktu dan lakuan. Dalam dialog biasanya ada interaksi timbal balik atau ada reaksi dari lawan main. Hal ini yang sebagai ciri dan fungsi dari dialog. Dalam drama ada dua macam cakapan, yaitu dialog dan monolog. Disebut dialog ketika ada dua orang atau lebih tokoh yang bercakap-cakap. Disebut monolog ketika seseorang tokoh bercakap-cakap dengan dirinya sendiri. Dialog dan monolog merupakan bagian penting dalam drama, karena hampir sebagaian besar teks didominasi oleh dialog dan monolog. Itulah yang membedakan teks drama dengan puisi dan novel (Wiyatmi, 2006: 52).

40 23 Menurut Waluyo (2001: 22), dialog juga harus hidup, artinya mewakili tokoh yang dibawakan. Watak secara psikologis, sosiologis maupun fisiologis dapat diwakili oleh dialog itu. 4) Tema atau Buah Pikiran Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik (Wiyanto, 2002: 23). Waluyo (2001: 24) menyatakan tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema berhubungan dengan premis dari drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandangan yang dikemukakan oleh pengarangnya. Sudut pandangan ini sering dihubungkan dengan aliran yang dianut oleh pengarang tersebut. Unsur buah pikiran atau tema dalam drama terdiri dari masalah, pendapat, dan pesan pengarang. Unsur-unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam drama, tema akan dikembangkan melalui alur dramatik dalam plot melalui tokoh-tokoh protagonis dan antagonis dengan perwatakan yang memungkinkan konflik dan diformulasikan dalam bentuk dialog (Waluyo 2001: 24). Buah pikiran pengarang atau tema memiliki fungsi terhadap unsurunsur drama lain. Buah pikiran merupakan tujuan akhir yang harus diungkapkan oleh plot, karakter, maupun bahasa. Oleh karena itu, buah

41 24 pikiran justru menjadi pedoman dan pemersatu bagi unsur-unsur drama lainnya. 5) Teks Samping Teks samping atau petunjuk teknis mempunyai nama lain yaitu kramanggung. Dalam bahasa Inggris sering disebut stage direction atau business ataupun nebentext. Namun banyak orang yang menggunakan istilah teks samping untuk menyebut kramagung. Dalam kramagung dibutuhkan pengalaman visual yang kuat untuk memberi wujud secara lahir yang bersumber dari lubuk batin, agar drama menjadi gambaran kehidupan yang seolah-olah nyata untuk pementasan. Teks samping juga berguna sekali untuk memberikan petunjuk kapan aktor harus diam, pembicaraan pribadi, lama waktu sepi antar kedua pemain, jeda-jeda kecil atau panjang, dan sebagainya (Waluyo 2001: 29). Biasanya teks samping menguraikan secara keseluruhan mengenai tokoh-tokoh atau situasi-situasi. Beberapa pengarang juga memberi petunjuk tentang gerakgerik dan keterangan tentang cara pengungkapan. Petunjuk pementasan adalah hal yang sangat penting di dalam teks dramatik. Menurut Suryaman (2010: 11), teknik penulisan naskah drama atau naskah drama memiliki kekhususan jika dibandingkan dengan teknik penulisan puisi atau prosa. Karena memiliki kemungkinan untuk dipentaskan, naskah drama memiliki teks samping (nebentext) dan dialog (hauptext). Teks samping atau petunjuk teknis sangat berguna bagi sutradara guna menyiasati

42 25 pementasan. Sutradara yang taat terhadap naskah, akan mengikuti semua petunjuk yang tertulis dalam teks samping. 6) Latar Waluyo (2001: 23) menyatakan bahwa latar atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar cerita. Wiyatmi (2006: 51) menyatakan latar dalam naskah drama meliputi latar tempat, waktu dan suasana yang akan ditunjukkan dalam teks samping. Dalam pentas drama, latar tersebut akan divisualisasikan di atas pentas dengan tampilan dan dekorasi yang menunjukkan situasi tertentu. Untuk memahami latar, maka seorang pembaca naskah drama, juga para aktor dan pekerja teater yang akan mementaskannya harus memperhatikan keterangan tempat, waktu, dan suasana yang terdapat pada teks samping atau teks nondialog (Wiyatmi 2006: 52). 7) Lakuan Lakuan merupakan kerangka sebuah drama. Lakuan harus berkaitan dengan plot dan watak tokoh. Lakuan dalam sebuah drama adalah hal yang sangat penting, karena lakuan adalah proses perwujudan adanya sebuah konflik di dalam sebuah drama. Konflik adalah hal yang bersifat dramatik. Dalam sebuah drama, lakuan tidak selamanya badaniah, dengan gerakgerik tubuh, tetapi dapat juga bersifat batiniah, atau laku batin, yaitu pergerakan yang terjadi dalam batin pelaku. Dalam hal ini gerakan itu hanya

43 26 dihasilkan oleh dialog. Dialog akan menggambarkan perubahan atau kekusutan emosi yang terungkap dalam sebagaian dari percakapan pelakunya. Di sini situasi batin dapat pula terlihat dari gerak-gerik fisik seseorang, yang disebut sebagai dramatik action yang terbaik (Grabanier dalam Wiyatmi, 2006: 52-53). 8) Amanat Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau penonton drama (Wiyanto 2002: 24). Pesan itu tentu saja tidak saja disampaikan secara langsung, tetapi lewat lakon naskah drama yang ditulisnya. Artinya, pembaca atau penonton dapat menyimpulkan, pelajaran moral apa yang diperoleh dari membaca atau menonton drama itu. Menurut Waluyo (2001: 28), amanat sebuah drama akan lebih mudah dihayati penikmat, jika drama itu dipentaskan. Amanat itu biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis. c. Istilah dalam Drama Wiyanto (2002: 12-16) menyatakan dalam membicarakan drama banyak dijumpai istilah yang erat hubungannya dengan pementasan drama, antara lain sebagai berikut. 1) Babak Babak merupakan bagian dari lakon drama. Satu lakon drama mungkin saja terdiri dari satu, dua atau tiga babak.

44 27 2) Adegan Adegan adalah bagian dari babak. Sebuah adegan hanya menggambarkan satu suasana yang merupakan bagian dari rangkaian suasana-suasana dalam babak. 3) Prolog Prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog memainkan peran yang besar dalam menyiapkan pikiran penonton agar dapat mengikuti lakon (cerita) yang akan disajikan. Prolog sering berisi sinopsis lakon, perkenalan tokoh-tokoh dan pemerannya, serta konflik-konflik yang akan terjadi di panggung. 4) Epilog Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan. Biasanya berupa kesimpulan atau ajaran yang bisa diambil dari tontonan drama yang baru saja disajikan. 5) Dialog Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog memainkan peran yang amat penting karena menjadi pengarah lakon drama. Artinya, jalan cerita drama diketahui oleh penonton lewat dialog para pemainnya. 6) Monolog Monolog adalah percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri. 7) Mimik Mimik adalah ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain.

45 28 8) Pantomim Pantomim adalah ekspresi gerak-gerik tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain. 9) Pantomimik Pantomimik adalah perpaduan ekspresi gerak-gerik wajah dan gerakgerik tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain. 10) Gestur Gestur adalah gerak-gerak besar, yaitu gerakan tangan, kaki, kepala, dan tubuh pada umumnya yang dilakukan pemain. 11) Bloking Bloking adalah aturan berpindah tempat dari tempat yang satu ke tempat yang lain agar penampilan pemain tidak menjemukan. 12) Gait Gait berbeda dengan bloking karena gait diartikan tanda-tanda khusus pada cara berjalan dan cara bergerak pemain. 13) Akting Akting adalah gerakan-gerakan yang dilakukan pemain sebagai wujud penghayatan peran yang dimainkannya. Bila gerakan-gerakan itu terlalu banyak, dinamakan over akting (laku lajak). 14) Aktor Aktor adalah orang yang melakukan akting, yaitu pemain drama. Pengertian aktor bisa menjangkau pemain pria dan wanita, khusus pemain wanita disebut aktris.

46 29 15) Improvisasi Improvisasi adalah gerakan atau ucapan penyeimbang untuk lebih menghidupkan suasana dalam pementasan. 16) Ilustrasi Ilustrasi adalah iringan bunyi-bunyian untuk memperkuat suasana yang sedang digambarkan dalam pementasan. 17) Kontemporer Kontemporer adalah lakon atau naskah serba bebas yang tidak terikat aturan atau kelaziman. 18) Kostum Kostum adalah pakaian yang digunakan oleh para pemain dalam pementasan. 19) Skenario Skenario adalah susunan garis-garis besar lakon drama yang akan diperagakan para pemain. 20) Panggung Panggung adalah tempat para aktor memainkan sebuah pementasan. 21) Layar Layar adalah kain penutup panggung bagian depan yang dapat dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan disaat melakukan pementasan. 22) Penonton Penonton adalah semua orang yang hadir untuk menyaksikan pertunjukkan drama.

47 30 23) Sutradara Sutradara adalah orang yang memimpin dan paling bertanggung jawab dalam pementasan drama. d. Drama Remaja Drama sebagai sebuah karya sastra harus bisa menjangkau semua kalangan baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Bagi siswa sekolah menengah yang masih berusia remaja, pelajaran bahasa Indonesia khususnya mengapresiasi atau mementaskan sebuah naskah drama memiliki kesulitan tersendiri. Menurut Waluyo (2001: 1), di sekolah-sekolah naskah drama paling tidak diminati. Hal ini disebabkan karena menghayati naskah drama yang berupa dialog itu cukup sulit dan harus tekun. Hasil penelitian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dunia remaja masih berkutat tentang tema-tema disekitar mereka seperti tema percintaan, persahabatan atau keluarga. Mereka belum berani mengembangkan cerita diluar tema-tema tersebut. Tema-tema tersebut menjadi ide pokok yang dapat dengan mudah digambarkan dalam sebuah naskah drama. Drama modern kini bisa dinikmati dalam bentuk yang berbeda. Penonton tidak perlu melihat pertunjukkan secara langsung, hanya perlu duduk didepan televisi dan kita akan bisa menikmati sajian drama modern. Dewasa ini, remaja seringkali mengikuti hal-hal yang terdapat dalam drama modern seperti film atau serial remaja. Naskah drama dan pertunjukkan drama yang sesungguhnya menjadi satu hal yang tidak lagi menarik bagi mereka.

48 31 3. Pembelajaran Menulis Naskah Drama dengan Media Film Indie (Independent) a. Pembelajaran Menulis Naskah Drama di Sekolah Pada hakikatnya pengajaran sastra di sekolah diarahkan pada kegiatan apresiasi sastra. Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sampai menimbulkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra (Efendi dalam Suryaman 2010: 15). Kegiatan apresiasi sastra meliputi membaca berbagai karya sastra, mempelajari teori sastra, mempelajari esai dan kritik sastra, serta mempelajari sejarah sastra. Di samping itu, perlu pula dilakukan kegiatan pendokumentasian atas informasi mengenai karya sastra serta kegiatan kreatif, yakni menulis karya sastra dan menulis bahasan terhadap karya sastra (Suryaman 2010: 15). Salah satu bentuk pengajaran sastra di sekolah adalah dengan menulis karya sastra berwujud naskah drama. Pembelajaran menulis naskah drama juga merupakan kegiatan apresiatif sastra di sekolah. Pembelajaran menulis teks drama dalam penelitian ini adalah untuk melatih keterampilan siswa dalam menulis teks drama dengan baik dan benar, serta sesuai dengan kaidah penulisan drama. Pembelajaran menulis teks drama tidak akan maksimal tanpa terlebih dahulu dilakukan latihan. Dalam pembelajaran drama (dan sastra), kiranya memang tidak cukup diberikan pengetahuan tentang drama. Mereka harus mampu mengapresiasi

49 32 (unsur yang termasuk afektif) dan mementaskan (psikomotorik) (Waluyo, 2001: 161). Materi pengajaran menulis naskah drama adalah menulis naskah drama itu sendiri dengan teknik penulisan yang memudahkan siswa untuk menulis. Pembelajaran memfokuskan pada hasil karya siswa dalam menulis naskah drama, dengan kompetensi dasar menulis naskah drama. Indikator dari kompetensi dasar tersebut adalah mendeskripsikan perilaku manusia ke dalam dialog naskah drama dan menarasikan pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama. Sebelum menulis naskah drama, siswa diberikan penjelasan mengenai apa itu naskah drama dan bagaimana menuliskan naskah drama. Tujuan menulis naskah drama tidak lain adalah untuk membantu mengasah pikiran, logika, perasaan dan tingkah laku manusia dalam menyikapi berbagai kondisi yang terjadi dalam kehidupannya. Dengan menulis hasil cipta, rasa dan karya yang dituangkan dalam sebuah naskah drama, seseorang diharapkan dapat memiliki kepribadian yang kuat dan kaya akan berbagai pengalaman. Menurut Suryaman (2010: 65), pembelajaran sastra dalam mata pelajaran bersastra bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra. Namun, kegiatan bersastra juga belum berkembang secara maksimal oleh kerena kemampuan dan kebiasaan membaca dan menulis mereka masih rendah.

50 33 Dalam penelitian ini, diujicobakan penggunaan media film indie (independent) untuk membantu siswa menuangkan ide, gagasan, imajinasi, dan keterampilannya dalam menulis naskah drama. Film indie (independent) diharapkan dapat menjadi salah satu media yang inovatif dalam pengajaran menulis naskah drama. b. Film Indie (Independent) sebagai Media Pembelajaran Menulis Naskah Drama Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Dapat dikatakan media adalah suatu saluran untuk menyampaikan pesan atau informasi dari satu sumber kepada sumber yang lain. Pengertian media dalam proses pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2011: 3). Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi yang efektif. Di samping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa (Arsyad 2011: 21)

51 34 Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad, 2011: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: a. pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; b. bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; c. metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran; d. siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Media dapat berperan sebagai perangsang belajar serta dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Kreativitas yang ada dalam diri siswa juga dapat dikembangkan dengan penggunaan media sebagai sarana belajar baru. Manfaat media pendidikan menurut Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (1994: 15) merincikan sebagai berikut. 1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme. 2. Memperbesar perhatian siswa.

52 35 3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap. 4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa. 5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup. 6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa. 7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar. Arsyad (2011: 26) menyatakan dari uraian dan pendapat beberapa ahli di atas, dapatlah disimpulkan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut. 1. Media pembelajaran dapat diperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. 2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. 3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.

53 36 a. Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model; b. Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar; c. Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide disamping secara verbal. d. Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara konkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer. e. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video. f. Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang (Arsyad, 2011: 25-26).

54 37 Arsyad (2011: 29-32) menyatakan berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi audio-visual, (3) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, dan (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Pengelompokan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi perkembangan teknologi oleh Seels dan Glasgow (dalam Arsyad 2011: 33-35) dibagi ke dalam dua kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir. Pilihan media tradisional dapat dikelompokkan ke dalam delapan kelompok, yaitu (1) visual media yang diproyeksikan (seperti proyeksi opaque (tak-tembus pandang), proyeksi overhead, slides, filmstrips), (2) visual yang tidak diproyeksikan (seperti gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran, papan info, papan bulu), (3) audio (seperti rekaman piringan, pita kaset, reel, cartridge), (4) penyajian multimedia (seperti slide plus suara (tape), multi-image), (5) visual dinamis yang diproyeksikan (seperti film, televisi, video), (6) cetak (seperti buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah, berkala, lembaran lepas (hand-out), (7) permainan (seperti teka-teki, simulasi, permainan papan), (8) realia (seperti model, specimen (contoh), manupulatif (peta, boneka). Pilihan media teknologi mutakhir dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu (1) media berbasis telekomunikasi (telekonferen dan kuliah jarak jauh), (2) media berbasis mikroprosesor (computer-assisted instruction,

55 38 permainan komputer, sistem tutor intelijen, interaktif, hypermedia, compact (video) disc). Media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu film. Menurut Seels dan Glasgow (dalam Arsyad 2011: 33-35) film termasuk ke dalam pilihan media tradisional. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 316), pengertian film adalah: (1) film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan berisi potret)/ tempat gambar positif (di bioskop) gulungan yang disitu berisi cerita film bioskop yang dibuat dengan memotret gambar (lukisan tangan) berisi tampilan lucu, (2) lakon (cerita) gambar hidup. Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame demi frame yang diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinyu. Kemampuan film yang melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Media film ini biasanya digunakan untuk tujuan hiburan, dokumentasi dan pendidikan. Melalui media film ini, mereka dapat menyampaikan informasi, memaparkan proses mengenai sesuatu hal, menjelaskan konsep-konsep yang dianggap rumit, mengajarkan keterampilan dan berbagai kemudahan lain (Arsyad, 2011: 49). Menurut Sadiman (2011: 68-69), sebagai suatu media, film memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut.

56 39 1. Film merupakan suatu denominator belajar yang umum. Keterampilan membaca atau penguasaan bahasa yang kurang, bisa diatasi dengan menggunakan film. 2. Film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. Gerakan-gerakan lambat dan pengulangan-pengulangan akan memperjelas uraian dan ilustrasi. 3. Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali kejadian-kejadian sejarah yang lampau. 4. Film dapat mengembara dengan lincahnya dari satu negara ke negara yang lain, horizon menjadi amat lebar, dunia luar dapat dibawa masuk kelas. 5. Film dapat menyajikan baik teori maupun praktik dari yang bersifat umum ke khusus atau sebaliknya. 6. Film dapat mendatangkan seorang ahli dan memperdengarkan suaranya di kelas. 7. Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti warna, gerak lambat, animasi, dan sebagainya untuk menampilkan butir-butir tertentu. 8. Film memikat perhatian anak. 9. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan sebagainya, sesuai dengan kebutuhan. Hal-hal yang abstrak menjadi jelas. 10. Film bisa mengatasi keterbatasan daya indera kita (penglihatan). 11. Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak.

57 40 Keuntungan film menurut Arsyad (2011: 49) adalah sebagai berikut. 1. Film dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, melakukan praktek, dan lain-lain. Film merupakan pengganti alam sekitar bahkan dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat. Seperti cara kerja jantung ketika berdenyut. 2. Film dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. 3. Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dapat menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. 4. Film yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. 5. Film dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung. 6. Film dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen, maupun yang perorangan. 7. Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi frame, film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam waktu satu atau dua menit. Sadiman (2011: 69) menyatakan film memiliki kelemahan antara lain harga/biaya produksi relatif mahal, film tidak dapat mencapai semua tujuan pembelajaran, dan penggunaannya perlu ruangan gelap.

58 41 Arsyad (2011: 50) menyatakan penyediaan dan penggunaan media film bukan tanpa keterbatasan. Keterbatasannya antara lain sebagai berikut. 1. Pengadaan film umumnya memerlukan biaya cukup mahal dan memakan waktu banyak. 2. Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut. 3. Film yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan; kecuali film itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri. Film indie (independent) adalah film yang secara sengaja dibuat oleh seseorang atau kelompok dengan biaya yang relatif rendah dan memiliki tema cerita yang berbeda dengan film layar lebar. Tema yang diangkat lebih beragam dan berani menyuarakan sebuah protes tentang suatu kejadian. Film indie (independent) memiliki karakteristik idealisme dan biaya murah. Secara teknis, film indie (independent) berdurasi dibawah 50 menit. Kata 'indie' dalam proses produksi film bisa diartikulasikan dalam berbagai konteks. Pertama, kata ini merujuk kepada proses produksi film yang didanai sendiri tanpa ada bantuan dana dari pihak lain, sehingga dalam manajemen produksi terbebas dari pengaruh pihak lain. Kedua, kata ini merujuk kepada perlawanan terhadap mayor label, sebagaimana yang sering dipahami dalam konteks musik indie di dunia Barat (Junaedi 2009: 6).

59 42 Dari beberapa pengertian tentang film indie (independent) di atas dapat disimpulkan bahwa film indie adalah film yang dibuat seseorang atau kelompak secara mandiri untuk tujuan tertentu. Film indie (independent) biasanya berdurasi lebih singkat dibanding dengan film layar lebar. Tematema yang diangkat seringkali berbau kritik sosial atau cerminan peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat. Media film indie (independent), kini belum banyak dikembangkan untuk metode pengajaran menulis naskah drama bagi siswa menengah atas. Media film indie (independent) cenderung digunakan hanya sebagai hiburan. Kini dengan adanya film indie (independent) dengan beragam tema cerita dan pengetahuan serta durasi antara 1 sampai 30 menit, guru dapat menyesuaikan dengan alokasi waktu pembelajaran di kelas. Pembelajaran menulis naskah drama dengan media film indie (independent) juga menjadikan siswa memiliki cukup banyak waktu untuk menuliskan hasil yang mereka pahami dari film dalam bentuk tulisan naskah drama. c. Prosedur Penggunaan Media Film Indie (Independent) dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama Salah satu pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan menulis adalah dengan menggunakan media. Keterampilan menulis bertujuan agar siswa mampu mengungkapkan ide, gagasan, pendapat, pengalaman, dan kreativitasnya secara tertulis. Pembelajaran menulis hendaknya menggunakan media yang tepat agar siswa tidak merasa

60 43 bosan. Salah satu penggunaan yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis naskah drama adalah dengan menggunakan media film indie (independent). Prosedur penggunaan media film indie (independent) dalam pembelajaran menulis naskah drama adalah sebagai berikut. 1. Siswa diajak melihat film indie (independent) yang diputar melalui sebuah LCD. 2. Setelah selesai melihat film indie (independent), para siswa mencatat halhal penting seperti unsur-unsur instrinsik (tema, tokoh, latar, alur, dan amanat) dalam film indie (independent) yang telah diputar tersebut. 3. Siswa diberi waktu untuk menuliskan tema cerita yang akan ditulis menjadi naskah drama sesuai dengan film yang diputar. 4. Siswa boleh mengembangkan tema cerita dari salah satu unsur yang terdapat dalam film indie (independent) tersebut. d. Penilaian Pembelajaran Menulis Naskah Drama Sistem penilaian yang digunakan dalam pembelajaran menulis naskah drama ini adalah penilaian proses dan hasil. Hal ini diharapkan dapat menciptakan pembelajaran dengan hasil yang lebih berkualitas. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif. Dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila ada perubahan perilaku yang positif dari peserta didik seluruhnya atau sebagian besar. Lebih

61 44 lanjut pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan keluaran yang banyak dan bermutu tinggi sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan masyarakat dan pembangunan. Penilaian proses dilakukan dengan menilai perilaku dan respon siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Penilaian hasil dilakukan dengan menilai naskah drama yang ditulis siswa yaitu menitikberatkan pada aspekaspek yang terdapat dalam unsur-unsur drama dan kaidah penulisan naskah drama. Penilaian hasil didapatkan dari hasil yang diperoleh siswa dalam kemampuan menulis naskah drama. Hasil disini adalah berupa tulisan naskah drama siswa dalam pembelajaran menulis teks drama. Dalam hal ini, penilaian hasil dengan penilaian proses selalu berdampingan. Aspek-aspek yang dinilai dalam naskah drama harus sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Dengan lima indikator sebagai tolok ukurnya. Penilaian tersebut adalah sebagai berikut.

62 45 Tabel 1: Kriteria Penilaian Menulis Naskah Drama No Aspek Kriteria Indikator Skor 1. Tema Kesesuaian isi SANGAT BAIK : isi cerita sangat relevan 5 dengan tema dengan tema yang telah ditentukan. BAIK: isi cerita relevan dengan tema yang telah ditentukan. 4 SEDANG: isi cerita agak relevan dengan 3 tema yang ditentukan. KURANG : isi cerita kurang relevan dengan 2 tema yang ditentukan. SANGAT KURANG : isi cerita tidak relevan 1 2. Latar Kreativitas dalam mengembangkan latar cerita 3. Tokoh/ perwatakan Penokohan dan kesesuaian karakter tokoh 4. Alur Penyajian alur secara logis dengan tema yang ditentukan. SANGAT BAIK: latar cerita dikembangkan dengan kreatif dan menarik tanpa keluar dari tema yang ditentukan. BAIK : latar cerita dikembangkan secara kreatif tanpa keluar dari tema yang telah ditentukan. SEDANG : pengembangan latar cerita kurang kreatif. KURANG : kurang ada pengembangan latar. SANGAT KURANG: tidak terdapat pengembangan latar dalam cerita SANGAT BAIK: ekspresi penokohan sangat baik dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang sangat logis. BAIK : ekspresi penokohan ditampilkan baik dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang logis. SEDANG : ekspresi penokohan agak baik dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang agak logis. KURANG : ekspresi penokohan kurang baik dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang tidak logis. SANGAT KURANG: ekspresi penokohan tidak baik dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang tidak logis. SANGAT BAIK: penyajian alurnya sangat baik, runtut dan menarik. BAIK : urutan cerita logis, runtut dan tidak terpotong-potong. SEDANG: urutan cerita logis, runtut namun terpotong dan kurang lengkap. KURANG: urutan cerita tidak logis, tidak runtut, terpotong dan tidak lengkap. SANGAT KURANG: tidak ada alur yang jelas dalam cerita yang disajikan

63 46 5. Amanat Penyampaian amanat 6. Dialog dan teks samping Kreativitas dalam mengembangkan dialog dan teks samping SANGAT BAIK: adanya penyampaian amanat dengan tepat dan santun disertai contoh yang mendukung. BAIK : adanya penyampaian amanat, disertai contoh baik tersurat atau tersirat. SEDANG : adanya penyampaian amanat tidak disertai contoh baik tersurat atau tersirat. KURANG: kurang adanya penyampaian amanat tidak disertai contoh baik tersurat atau tersirat. SANGAT KURANG: tidak adanya amanat yang disampaikan dan contoh yang diberikan. SANGAT BAIK: dialog dikembangkan dengan sangat baik, diksi dan gaya bahasanya kreatif dan memiliki teks samping yang mendukung cerita dengan baik. BAIK : dialog dikembangkan dengan ekspresi penokohan/karakter tiap-tiap tokoh menggunakan gaya bahasa dan diksi yang baik disertai teks samping yang jelas dan tidak keluar dari tema yang diangkat. SEDANG: pengembangan dialog kurang kreatif, ekspresi penokohan kurang lancar dan kesesuaian karakter tokoh yang ditulis dalam dialog kurang logis serta teks samping kurang sesuai dengan tema yang diangkat. KURANG: dialog yang dipakai kurang kreatif dan cenderung dengan gaya bahasa yang monoton pada tiap tokoh, kesesuaian dialog dengan karakter tokoh tidak adanya teks samping sehingga dialog menjadi kabur. SANGAT KURANG: dialog yang dipakai sama sekali tidak kreatif, gaya bahasanya kaku dan tidak adanya teks samping. Total skor 30 Nilai Skor akhir x 100 Skor maksimal Pedoman penilaian di atas diambil dari skripsi yang disusun oleh M.Y Arafat Zakaria (2011) dengan penambahan dan pengurangan dari penulis, dengan mengacu pada pedoman penilaian karangan Nurgiyantoro (2001: ).

64 47 B. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang media pembelajaran menulis naskah drama pernah dilakukan oleh M. Y. Arafat Zakaria pada tahun 2011 dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Naskah Drama dengan Media Peta Konsep Tayangan Televisi Jika Aku Menjadi.. Trans TV pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMAN Wonosari Gunungkidul. Hasil penelitian dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran menulis naskah drama melalui media peta konsep tayangan Jika Aku Menjadi.. Trans TV dapat meningkatkan pembelajaran menulis khususnya menulis naskah drama pada siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari. Peningkatan secara produk dapat dilihat dari peningkatan skor dari hasil sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan. Penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bayu Seno Aji pada tahun 2011 dengan judul Keefektifan Media Film Pendek dalam Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa Kelas X SMA N 1 Wadaslintang Kec. Wadaslintang, Kab. Wonosobo. Hasil perhitungan dengan uji scheffe menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan menulis cerpen menggunakan media film pendek lebih efektif daripada pembelajaran keterampilan menulis cerpen tanpa menggunakan media film pendek. Masalah yang diteliti dalam kedua penelitian tersebut di atas memiliki kesamaan yaitu masih rendahnya minat dan keterampilan menulis karya sastra siswa SMA. Penelitian ini berkaitan dengan kedua penelitian tersebut

65 48 di atas karena permasalah yang dikaji hampir sama dan menggunakan media dalam pembelajarannya. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini karena media audiovisual sebuah tayangan televisi dan film pendek dapat membantu siswa untuk menuangkan ide kreatifnya dalam pembelajaran sastra dalam hal itu menulis naskah drama dan menulis cerpen. Untuk semakin menambah inovasi dalam pembelajaran sastra, dalam penelitian ini akan dicobakan media film indie (independent) terhadap keterampilan menulis naskah drama. C. Kerangka Pikir Pada dasarnya pengajaran menulis bertujuan untuk melatih siswa dalam menuangkan gagasan dan pengalaman siswa dalam bentuk tulisan. Siswa dapat menerapkan dan memanfaatkan keterampilan menulis dalam berbagai bidang. Keterampilan menulis naskah drama bukanlah sebuah keterampilan yang mudah dikuasai dalam waktu singkat. Siswa harus sering berlatih menulis untuk menghasilkan sebuah naskah drama yang baik. Pada kenyataannya, pembelajaran naskah drama di sekolah belum mencapai hasil yang maksimal. Secara umum, siswa belum mampu menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan pengalamannya ke dalam bentuk naskah drama. Hal ini karena kurang tepatnya metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran di kelas. Oleh karena itu sudah menjadi tugas para pengajar untuk menemukan dan menerapkan metode dan media yang efektif dalam pembelajaran menulis naskah drama.

66 49 Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis naskah drama yaitu dengan menggunakan media film indie (independent). Media tersebut diharapkan efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis naskah drama di kelas. Hal tersebut harus dibuktikan melalui penelitian untuk menguji sejauh mana efektivitas media film indie (independent) dalam pembelajaran menulis naskah drama. D. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Nol a. Tidak ada perbedaan antara kelompok yang diberi materi menulis naskah drama dengan menggunakan media film indie (independent) dan kelompok yang diberi materi menulis naskah drama tanpa menggunakan media film indie (independent) di kelas XI SMAN 2 Wonosari. b. Penggunaan media film indie (independent) dalam pembelajaran menulis naskah drama siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari tidak lebih efektif dibandingkan pembelajaran menulis naskah drama tanpa menggunakan media film indie (independent). 2. Hipotesis kerja a. Ada perbedaan antara kelompok yang diberi materi menulis naskah drama dengan menggunakan media film indie (independent) dan kelompok yang diberi materi menulis naskah drama tanpa menggunakan media film indie (independent) di kelas XI SMAN 2 Wonosari.

67 50 b. Penggunaan media film indie (independent) dalam pembelajaran menulis naskah drama siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari lebih efektif dibandingkan pembelajaran menulis naskah drama tanpa menggunakan media film indie (independent).

68 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Paradigma Penelitian 1. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Maksudnya, penelitian ini diarahkan dalam bentuk menjaring data-data kuantitatif melalui hasil uji coba eksperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan control group pretest-postest desaign (Arikunto 2010: 124). Langkah-langkah desain control group pretest-postest desaign dapat dijabarkan sebagai berikut. Pertama, menentukan dua kelompok yang akan dijadikan sampel penelitian. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik simpel random sampling. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan cara mengundi populasi yakni seluruh kelas XI SMAN 2 Wonosari untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua, pemberian pretest pada semua subjek untuk mengetahui tingkat kondisi subjek yang berkaitan dengan variabel dependen. Ketiga, pemberian perlakuan eksperimen berupa penggunaan media film indie (independent) pada kelompok eksperimen. Dalam hal ini, guru menerangkan materi tentang menulis naskah drama terlebih dahulu, kemudian siswa diajak untuk melihat film indie (independent) yang telah dipersiapkan. Setelah siswa memahami cerita dalam film indie (independent), siswa diminta 51

69 52 untuk menulis naskah drama dengan mengembangkan salah satu unsur dalam film indie (independent) tersebut sedangkan, perlakuan pada kelompok kontrol, pembelajaran menulis naskah drama diberikan tanpa menggunakan media film indie (independent). Keempat, memberikan pascates pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk membandingkan hasilnya. Tabel 2. Control Group Pretes-Postes Desaign Kelompok Pretest Variabel bebas Postest E Y 1 X Y 2 K Y 1 - Y 2 Keterangan : E : kelompok eksperimen K : kelompok kontrol Y 1 : pretest Y 2 : postest X : media film indie (independent) (variabel bebas) 2. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian. Teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan (Sugiyono, 2009: 42)

70 53 Penelitian ini menggunakan paradigma sederhana. Paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel independen dan satu variabel dependen (Sugiyono, 2009: 66). Hal ini dapat digambarkan seperti gambar berikut. a. Paradigma Kelompok Eksperimen Kelompok eksperimen Treatment film indie Tingkat menulis naskah drama b. Paradigma Kelompok Kontrol Gambar 1. Paradigma Kelompok Eksperimen Kelompok kontrol Pembelajaran menulis naskah drama oleh guru (nontreatment) Tingkat menulis naskah drama Gambar 2. Paradigma Kelompok Kontrol Dari gambar paradigma penelitian di atas, variabel penelitian yang telah ditetapkan dikenai prauji dengan pengukuran menggunakan pretest. Pembelajaran menggunakan media film indie (independent) untuk kelompok eksperimen dan pembelajaran tanpa menggunakan media untuk kelompok kontrol. Setelah itu, kedua kelompok tersebut dikenai pengukuran dengan menggunakan postest. B. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

71 54 peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009: 38). Pada penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (independent variabel) Variabel bebas merupakan variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media film indie (independent). Media ini dijadikan perlakuan bagi kelompok eksperimen, sedangkan untuk kelompok kontrol pembelajaran digunakan tanpa menggunakan media film indie (independent). 2. Variabel Terikat (dependent variabel) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat berupa kemampuan siswa dalam menulis naskah drama setelah diberi perlakuan yang berupa penggunaan media film indie (independent). Jadi, variabel terikat dinilai dari hasil menulis naskah drama siswa. C. Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat didefinisioperasionalkan sebagai berikut. 1. Kemampuan menulis naskah drama adalah skor yang diperoleh siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari setelah mendapatkan perlakuan dengan menggunakan media film indie (independent).

72 55 2. Media film indie (independent) adalah media audiovisual berupa rangkaian cerita suatu kejadian yang dibuat seseorang atau kelompok yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari, Gunungkidul. D. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMAN 2 Wonosari dengan mengambil sampel kelas XI SMAN 2 Wonosari yang beralamat di jalan Ki Ageng Giring 01 Trimulyo, Kepek, Wonosari, Gunungkidul. 2. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tanggal Mei 2012 semester 2 tahun ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Faktor yang diteliti adalah keefektifan media film indie (independent) terhadap keterampilan menulis naskah drama siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari.

73 56 Tabel 3. Jadwal Pengambilan Data Menulis Naskah Drama No Kelompok Kelas Waktu Pelaksanaan Keterangan Jam ke- 1. Eksperimen XI IPA 1 Jumat, 11 Mei 2012 Pretest Kontrol XI IPA 2 Sabtu, 12 Mei 2012 Pretest Eksperimen XI IPA 1 Sabtu, 12 Mei 2012 Perlakuan I Kontrol XI IPA 2 Kamis, 17 Mei 2012 Perlakuan I Eksperimen XI IPA 1 Jumat, 18 Mei 2012 Perlakuan II Kontrol XI IPA 2 Sabtu, 19 Mei 2012 Perlakuan II Eksperimen XI IPA 1 Sabtu, 19 Mei 2012 Perlakuan III Kontrol XI IPA 2 Kamis, 24 Mei 2012 Perlakuan III Eksperimen XI IPA 1 Jumat, 25 Mei 2012 Postest Kontrol XI IPA 2 Sabtu, 26 Mei 2012 Postest 5-6 E. Subjek Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari dengan jumlah siswa sebanyak 185 orang. 2. Sampel Sugiyono (2009: 81) menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak. Seluruh populasi diundi untuk menentukan dua kelas yang akan dijadikan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil pengundian tersebut diperoleh kelas XI IPA 1 sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelompok

74 57 kontrol. Jumlah siswa kelompok eksperimen adalah 26 siswa sedangkan, jumlah siswa kelompok kontrol 24 siswa. Jumlah keseluruhan sampel adalah 50 siswa. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tes. Tes yang dipergunakan adalah tes keterampilan menulis naskah drama. Tes ini dikerjakan oleh siswa kelompok eksperimen maupun kontrol. Tes yang diberikan kepada kedua kelompok tersebut berupa pretest dan postest. Pretest dilakukan sebelum eksperimen sedangkan postest dilaksanakan setelah eksperimen. G. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah (Arikunto, 2009: 101). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes. Bentuk instrumen tes yaitu tes menulis naskah drama. Tes ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan menulis naskah drama awal siswa dan kemampuan menulis naskah drama akhir siswa. Tes ini dikerjakan oleh siswa baik dari kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

75 58 H. Uji Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen Menurut Nurgiyantoro (2002: 316) validitas adalah alat penelitian yang mempersoalkan apakah alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur. Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi digunakan untuk mengukur sejauhmana item-item dalam tes mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur. Uji validitas juga melibatkan expert judgment, yaitu pendapat dari para ahli. Dalam penelitian ini yang menjadi expert judgment adalah dosen pembimbing. 2. Uji Reliabilitas Instrumen Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach. Koefisien reabilitas Alpha Cronbach diterapkan pada tes yang mempunyai skor berskala dan dikhotomis sekaligus. Artinya, prosedur ini uji realibilitas ini diterapkan pada hasil pengukuran yang berjenjang misalnya, 1-4, 1-5, 1-6 atau yang lain tergantung maksud penyusunnya (Nurgiyantoro 2010: 171). I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tahap Pra-eksperimen

76 59 Pada tahap pra-eksperimen peneliti menentukan dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian, satu kelas sebagai kelompok eksperimen dan satu kelas sebagai kelompok kontrol. Setelah menentukan sampel penelitian, kemudian dilakukan pretest pada kedua kelompok tersebut. Pretest ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa awal dalam menulis naskah drama, kemudian hasil dari pretest siswa dibandingkan dengan hasil yang sudah dicapai siswa setelah dilakukan perlakuan (treatment). Dengan demikian, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berangkat dari titik tolak yang sama. Perhitungan pada tahap ini diujikan dengan uji-t melalui bantuan SPSS versi Tahap Eksperimen Tahap-tahap pelaksanaan eksperimen ini adalah sebagai berikut. a. Kelompok Eksperimen Kelompok eksperimen dalam pembelajaran menulis naskah drama diberi perlakuan dengan menggunakan media film indie (independent). Siswa berlatih menulis naskah drama setelah melihat film indie (independent) yang ditayangkan. Siswa menentukan unsur-unsur cerita pada film indie (independent) kemudian siswa mengembangkan unsurunsur tersebut ke dalam bentuk tulisan naskah drama. Berikut ini merupakan rancangan kegiatan pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media film indie (independent). 1) Siswa diberi penjelasan tentang unsur-unsur pembangun naskah drama.

77 60 2) Siswa diberi perlakuan dalam pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media film indie (independent). 3) Siswa ditugasi menulis naskah drama sesuai dengan film indie (independent) yang telah diputar. Dalam menulis naskah drama, siswa diperbolehkan berkreasi sebanyak mungkin, asal idenya tetap mengacu pada media film indie (independent) yang telah ditayangkan. 4) Hasil menulis naskah drama siswa dikumpulkan kepada guru. b. Kelompok Kontrol Proses pembelajaran menulis naskah drama kelompok kontrol pada penelitian ini dilakukan secara konvensional (tanpa menggunakan media apapun). Peran kelompok kontrol dalam penelitian ini hanya sebagai kelas pembanding sehingga kegiatan pembelajaran dilakukan seperti biasa tanpa menggunakan media. Sebelum kegiatan ini dilaksanakan, baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen terlebih dahulu dilakukan pretest untuk mengetahui kemampuan siswa awal dalam menulis naskah drama. Berikut langkah-langkah pembelajaran menulis naskah drama pada kelompok kontrol. 1) Siswa diberi penjelasan tentang unsur-unsur pembangun naskah drama dengan mengambil contoh dari beberapa naskah drama yang sudah disediakan oleh guru. 2) Siswa diberi perlakuan dalam pembelajaran menulis naskah drama tanpa menggunakan media film indie (independent).

78 61 3) Siswa ditugasi menulis naskah drama sesuai dengan tema yang ditentukan oleh guru. 4) Hasil menulis naskah drama siswa dikumpulkan kepada guru. 3. Tahap Pascaeksperimen Tahap pascaeksperimen merupakan langkah terakhir dalam penelitian ini. Setelah masing-masing kelompok mendapatkan perlakuan, kedua kelompok tersebut diberikan postest (tes akhir) dengan materi yang serupa seperti saat kegiatan pretest (tes awal). Postest bertujuan untuk melihat perbedaan kemampuan menulis naskah drama siswa setelah diberikan perlakuan yaitu pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan film indie (independent). Selain itu, untuk membandingkan nilai yang dicapai saat pretest, apakah hasilnya meningkat, sama atau menurun. J. Teknik Analisis Data 1. Penerapan Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t atau t-test. Uji beda (t-test) dimaksudkan untuk menguji rata-rata hitung di antara kelompok-kelompok tertentu. Uji-t dalam penelitian ini digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata hitung, apakah berbeda, secara signifikan atau tidak antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

79 62 Teknik analisis data dengan uji-t harus memenuhi persyaratan, yaitu (1) uji normalitas dan (2) uji homogenitas. Perhitungan uji-t akan dibantu dengan menggunakan komputer program SPSS versi Persyaratan Analisis Data a. Uji Normalitas Sebaran Uji normalitas sebaran berfungsi untuk mengkaji normal atau tidaknya sebaran dalam penelitian. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan terhadap skor pretest dan skor postest menulis naskah drama. Pengujian normalitas sebaran data menggunakan rumus Kolmogorov Sminov. Uji normalitas sebaran ini dilakukan dengan melakukan khaidah Asymp Sig (2 tailed) atau nilai p. Jika Asymp. Sig (2 tailed) atau p > 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Varian Uji homogenitas varian berfungsi untuk mengetahui seragam atau tidaknya variansi sampel-sampel dari populasi yang sama. Nurgiyantoro (2004: 216) mengungkapkan bahwa dalam mengkaji homogenitas varian perlu dilakukan uji statistik (test of variance) pada distribusi skor kelompok-kelompok yang bersangkutan. Seluruh proses penghitungan selengkapnya menggunakan komputer program SPSS versi 16.0.

80 63 K. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik disebut juga hipotesis nol (Ho). Hipotesis ini menyatakan tidak adanya pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat (tidak ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol). Rumus hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut. 1) Ho = µ 1 = µ 2 Ha = µ 1 = µ 2 Keterangan: H o : tidak ada perbedaan yang signifikan antara keterampilan menulis naskah drama siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari yang diberi perlakuan dengan menggunakan media film indie (independent) dan yang diberi perlakuan secara konvensional (tanpa menggunakan media film indie). H a : ada perbedaan yang signifikan antara keterampilan menulis naskah drama siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari yang diberi perlakuan dengan menggunakan media film indie (independent) dan yang diberi perlakuan secara konvensional (tanpa menggunakan media film indie). µ 1 : penggunaan media film indie (independent) dalam pembelajaran menulis naskah drama

81 64 µ 2 : tidak adanya penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran menulis naskah drama. 2) Ho = µ 1 = µ 2 Ha = µ 1 = µ 2 Keterangan : H o : pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media film indie (independent) tidak lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran menulis naskah drama secara konvensional pada siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari. H a : pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media film indie (independent) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran menulis naskah drama secara konvensional pada siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari. µ 1 : penggunaan media film indie (independent) dalam pembelajaran menulis naskah drama µ 2 : tidak adanya penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran menulis naskah drama.

82 65 L. Teknik Penentuan Keabsahan Data Untuk melihat keabsahan data dalam penelitian ini yaitu dengan sejumlah kegiatan sebagai berikut. a. Melakukan pengamatan secara berulang-ulang oleh peneliti sendiri untuk memperoleh hasil penelitian yang relevan. b. Melakukan pembandingan dengan hasil penelitian sebelumnya. c. Membaca bahan pustaka pembanding untuk mendapatkan legimitasi atas data dan hasil penelitian. d. Konsultasi dengan ahli sastra dimaksudkan untuk mencapai kebenaran penelitian, dalam hal ini dilakukan dengan dosen pembimbing karena ia adalah orang yang berkompeten dalam bidang penelitian yang dilakukan oleh penulis.

83 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan menulis naskah drama antara pembelajaran dengan menggunakan media film indie (independent) dan pembelajaran tanpa menggunakan media film indie (independent). Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui keefektifan media film indie (independent) dalam pembelajaran menulis naskah drama pada siswa kelas XI SMAN 2 Wonosari, Gunungkidul. Data dalam penelitian ini meliputi data skor tes awal dan data skor tes akhir menulis naskah drama. Data skor tes awal diperoleh dari hasil pretest kemampuan menulis naskah drama dan data skor akhir diperoleh dari hasil postest kemampuan menulis naskah drama. Hasil penelitian pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen disajikan sebagai berikut. 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian a. Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol Kelompok kontrol merupakan kelas yang diberi perlakuan menulis naskah drama secara konvensional yaitu, tanpa menggunakan media. Pada proses pembelajaran kelas kontrol pembelajaran seperti biasanya dilakukan oleh guru. Sebelum kelompok kontrol diberi perlakuan, terlebih dahulu dilakukan pretest keterampilan menulis naskah drama, yaitu berupa tes 66

84 67 menulis naskah drama. Subjek pada pretest kelompok kontrol sebanyak 24 siswa. Hasil tes menulis naskah drama awal, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 70 dan skor terendah sebesar 50. Kegiatan pretest kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 3. Kegiatan Pretest Kelompok Kontrol Tabel 4: Distribusi Kategori dan Frekuensi Skor Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol No Kategori Rentangan Skor Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Kumulatif (%) 1. Sangat rendah Rendah ,7 41,7 3. Tinggi , Sangat tinggi Total

85 68 Tabel 4 di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut Persentase (%) sangat rendah rendah (40- tinggi (60-79) sangat tinggi (20-39) 50) (80-100) Kategori Gambar 4: Histogram Frekuensi Skor Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol Dari tabel 4 dan histogram pada gambar 4 di atas, dapat diketahui tidak ada siswa yang memperoleh skor pada kategori sangat rendah dengan rentangan dan persentase 0%, terdapat 10 siswa yang termasuk dalam kategori rendah pada rentangan skor dengan persentase 41,7%, terdapat 14 siswa yang termasuk dalam kategori tinggi pada rentangan skor dengan persentase 58,3%, dan tidak terdapat siswa yang termasuk dalam kategori sangat tinggi pada rentangan skor dengan persentase 0%. Frekuensi terbanyak terdapat pada rentangan skor 60-79, yaitu sebanyak 14 siswa dengan persentase 58,3%.

86 69 b. Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen Kelompok eksperimen merupakan kelas yang diajar menulis naskah drama dengan menggunakan media film indie (independent). Sebelum kelompok eksperimen diberi perlakuan, terlebih dahulu dilakukan pretest keterampilan menulis naskah drama. Subjek pada pretest kelompok eksperimen sebanyak 26 siswa. Hasil tes menulis naskah drama awal, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 73 dan skor terendah sebesar 47. Kegiatan pretest kelompok eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 5. Kegiatan Pretest Kelompok Eksperimen Tabel 5: Distribusi Kategori dan Frekuensi Skor Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen No Kategori Rentangan Skor Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Kumulatif (%) 1. Sangat rendah Rendah ,8 53,8 3. Tinggi , Sangat tinggi Total

87 70 Tabel 5 di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut Persentase (%) Sangat rendah (20-39) Rendah (40-59) Tinggi (60-79) Sangat tinggi (80-100) Kategori Gambar 6: Histogram Frekuensi Skor Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen Dari tabel 5 dan histogram pada gambar 6 di atas, dapat diketahui tidak ada siswa yang memperoleh skor pada kategori sangat rendah dengan rentangan dan persentase 0%, terdapat 14 siswa yang termasuk dalam kategori rendah pada rentangan skor dengan persentase 53,8%, terdapat 12 siswa yang termasuk dalam kategori tinggi pada rentangan skor dengan persentase 46,2%, dan tidak terdapat siswa yang termasuk dalam kategori sangat tinggi pada rentangan skor dengan persentase 0%. Frekuensi terbanyak terdapat pada rentangan skor 40-59, yaitu sebanyak 14 siswa dengan persentase 53,8%.

88 71 c. Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol Pemberian postest keterampilan menulis naskah drama kelompok kontrol dimaksudkan untuk melihat pencapaian peningkatan keterampilan menulis naskah drama dengan pembelajaran menulis naskah drama tanpa menggunakan media. Subjek pada postest kelompok kontrol sebanyak 24 siswa. Dari hasil tes menulis naskah drama akhir, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 90 dan skor terendah adalah 57. Kegiatan postest kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 7. Siswa Kelompok Kontrol Mengerjakan Soal Postest Tabel 6: Distribusi Kategori dan Frekuensi Skor Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol No Kategori Rentangan Skor Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Kumulatif (%) 1. Sangat rendah Rendah ,2 4,2 3. Tinggi ,5 91,7 4. Sangat tinggi ,3 100 Total

89 72 Tabel 6 di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut Persentase (%) Sangat rendah (20-39) Rendah (40-50) Tinggi (60-79) Sangat tinggi (80-100) Kategori Gambar 8: Histogram Frekuensi Skor Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol Dari tabel 6 dan histogram pada gambar 8 di atas, dapat diketahui tidak ada siswa yang memperoleh skor pada kategori sangat rendah dengan rentangan dan persentase 0%, terdapat 1 siswa yang termasuk dalam kategori rendah pada rentangan skor dengan persentase 4,2%, terdapat 21 siswa yang termasuk dalam kategori tinggi pada rentangan skor dengan persentase 87,5%, dan terdapat 2 siswa yang termasuk dalam kategori sangat tinggi pada rentangan skor dengan persentase 8,3%. Frekuensi terbanyak terdapat pada rentangan skor 60-79, yaitu sebanyak 21 siswa dengan persentase 87,5%.

90 73 d. Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen Pemberian postest keterampilan menulis naskah drama kelompok kontrol dimaksudkan untuk melihat pencapaian peningkatan keterampilan menulis naskah drama dengan pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media. Subjek pada postest kelompok kontrol sebanyak 26 siswa. Dari hasil tes menulis naskah drama akhir, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 90 dan skor terendah adalah 60. Kegiatan postest kelompok eksperimen dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 9. Siswa Kelompok Eksperimen Mengerjakan Soal Postest Tabel 7: Distribusi Kategori dan Frekuensi Skor Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen No Kategori Rentangan Skor Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Kumulatif (%) 1. Sangat rendah Rendah Tinggi ,7 57,7 4. Sangat tinggi ,3 100 Total

91 74 Tabel 7 di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut Persentase (%) Sangat rendah (20-39) Rendah (40-50) Tinggi (60-79) Sangat tinggi (80-100) Kategori Gambar 10: Histogram Frekuensi Skor Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen Dari tabel 7 dan histogram pada gambar 10 di atas, dapat diketahui tidak ada siswa yang memperoleh skor pada kategori sangat rendah dengan rentangan dan persentase 0%, tidak terdapat siswa yang termasuk dalam kategori rendah pada rentangan skor 40-59, terdapat 15 siswa yang termasuk dalam kategori tinggi pada rentangan skor dengan persentase 57,7%, dan terdapat 11 siswa yang termasuk dalam kategori sangat tinggi pada rentangan skor dengan persentase 42,3%. Frekuensi terbanyak terdapat pada rentangan skor 60-79, yaitu sebanyak 15 siswa dengan persentase 57,7%.

92 75 e. Perbandingan Data Statistik Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Tabel-tabel yang akan disajikan berikut dibuat untuk mempermudah dalam membandingkan skor tertinggi, skor terendah, skor rata-rata, median, dan modus dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tabel-tabel tersebut disajikan secara lengkap, baik hasil pretest maupun postest keterampilan menulis naskah drama kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tabel 8: Perbandingan Data Statistik Pretest dan Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Data N Skor tertinggi Skor terendah Mean Median Modus Pretest Kontrol ,71 60,00 50 Eksperimen ,96 57,00 60 Postest Kontrol ,58 67,00 67 Eksperimen ,42 77,00 70 Dari tabel 8 diatas, perbandingan antara skor pretest dan skor postest keterampilan menulis naskah drama kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan pada saat pretest keterampilan menulis naskah drama kelompok kontrol, skor tertinggi 70 dan skor terendah 50 sedangkan pada saat postest keterampilan menulis naskah drama, skor tertinggi 90 dan skor terendah 57. Pada saat pretest keterampilan menulis naskah drama kelompok eksperimen skor tertinggi 73 dan skor terendah 47. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan antara pretest dan postest kelompok kontrol dan eksperimen.

93 76 Skor rata-rata antara skor pretest dan postest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen juga mengalami peningkatan. Pada saat pretest, skor rata-rata (mean) kelompok kontrol 58,71 sedangkan skor postest 68,58. Pada saat pretest skor rata-rata (mean) kelompok eksperimen 57,96 sedangkan skor rata-rata (mean) postest 76, Uji Persyaratan Analisis Data a. Uji Normalitas Sebaran Data Data pada uji normalitas ini diperoleh dari pretest dan postest keterampilan menulis naskah drama, baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok eksperimen. Pengujian data ini menggunakan bantuan SPSS versi ) Uji Normalitas Sebaran Data Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol Tabel 9: Rangkuman Uji Normalitas Sebaran Data Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol Data Asymp. Sig (2 tailed) Keterangan Pretest 0,093 Asymp. Sig (2 tailed) > 0,05= Kontrol normal Syarat data dikatakan berdistribusi normal apabila Asymp.Sig (2 tailed) yang diperoleh dari hasil perhitungan lebih besar dari tingkat alpha 5%. Hasil perhitungan normalitas sebaran data pretest keterampilan menulis naskah drama kelompok kontrol memiliki Asymp.Sig (2 tailed) = 0,093 dengan demikian, Asymp.Sig (2 tailed) = 0,093 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan data tersebut berdistribusi normal.

94 77 2) Uji Normalitas Sebaran Data Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol Tabel 10: Rangkuman Uji Normalitas Sebaran Data Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol Data Asymp. Sig (2 tailed) Keterangan Postest 0,120 Asymp. Sig (2 tailed) > 0,05= Kontrol normal Syarat data dikatakan berdistribusi normal apabila Asymp.Sig (2 tailed) yang diperoleh dari hasil perhitungan lebih besar dari tingkat alpha 5%. Hasil perhitungan normalitas sebaran data postest keterampilan menulis naskah drama kelompok kontrol memiliki Asymp.Sig (2 tailed) = 120 dengan demikian, Asymp.Sig (2 tailed) = 120 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan data tersebut berdistribusi normal. 3) Uji Normalitas Sebaran Data Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen Tabel 11: Rangkuman Uji Normalitas Sebaran Data Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen Data Asymp. Sig (2 tailed) Keterangan Pretest 0,120 Asymp. Sig (2 tailed) > 0,05= Eksperimen normal Syarat data dikatakan berdistribusi normal apabila Asymp.Sig (2 tailed) yang diperoleh dari hasil perhitungan lebih besar dari tingkat alpha 5%. Hasil perhitungan normalitas sebaran data pretest keterampilan menulis naskah

95 78 drama kelompok eksperimen memiliki Asymp.Sig (2 tailed) = 0,120 dengan demikian, Asymp.Sig (2 tailed) = 0,120 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan data tersebut berdistribusi normal. 4) Uji Normalitas Sebaran Data Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen Tabel 12: Rangkuman Uji Normalitas Sebaran Data Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen Data Asymp. Sig (2 tailed) Keterangan Postest 0,188 Asymp. Sig (2 tailed) > 0,05= Eksperimen normal Syarat data dikatakan berdistribusi normal apabila Asymp.Sig (2 tailed) yang diperoleh dari hasil perhitungan lebih besar dari tingkat alpha 5%. Hasil perhitungan normalitas sebaran data postest keterampilan menulis naskah drama kelompok eksperimen memiliki Asymp.Sig (2 tailed) = 0,188 dengan demikian, Asymp.Sig (2 tailed) = 0,188 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan data tersebut berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Varian 1) Uji Homogenitas Varian Data Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Tabel 13: Rangkuman Uji Homogenitas Varian Data Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama Data Levene statistic db Sig Keterangan Pretest 0, ,940 Homogen

96 79 Syarat data dikatakan bersifat homogen jika nilai signifikasi hitung lebih besar dari derajat signifikasi yaitu sebesar 5% (0,05). Hasil perhitungan homogenitas varian data pretest keterampilan menulis naskah drama dengan bantuan program SPSS versi 16.0, diketahui nilai signifikasi sebesar 0,940 lebih besar daripada 0,05, maka dapat disimpulkan jika data tersebut homogen. 2) Uji Homogenitas Varian Data Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Tabel 14: Rangkuman Uji Homogenitas Varian Data Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Data Levene statistic db Sig Keterangan Postest 0, ,646 Homogen Syarat data dikatakan bersifat homogen jika nilai signifikasi hitung lebih besar dari derajat signifikasi yaitu sebesar 5% (0,05). Hasil perhitungan homogenitas varian data pretest keterampilan menulis naskah drama dengan bantuan program SPSS versi 16.0, diketahui nilai signifikasi sebesar 0,646 lebih besar daripada 0,05, maka dapat disimpulkan jika data tersebut homogen. 3. Analisis Data Analisis data ini bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu untuk mengetahui keefektifan media film indie (independent) jika digunakan dalam

97 80 peningkatan keterampilan menulis naskah drama. Berikut ini adalah analisis data menggunakan uji-t. a. Uji-t Uji-t dalam penelitian ini digunakan untuk menguji perbedaan keterampilan menulis naskah drama antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang diajar menggunakan media film indie (independent). Perhitungan uji-t dihitung dengan bantuan SPSS versi Syarat bersifat signifikan apabila t hitung (t h ) lebih besar dari t tabel (t t ). 1) Uji-t Data Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Uji-t pada pretest keterampilan menulis naskah drama kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, dilakukan untuk mengetahui perbedaan keterampilan menulis naskah drama siswa pada kedua kelompok antara sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil uji-t selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Rangkuman hasil uji-t pretest keterampilan menulis naskah drama kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 15: Rangkuman Hasil Uji-t Data Pretest Keterampilan Menulis Naskah Drama pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Kelompok Rata-rata db t h t t p Keterangan Eksperimen Sama/seimbang Kontrol 58.71

98 81 Dari tabel 18 diatas dapat diketahui besarnya t hitung adalah dengan db 48. Kemudian, nilai t tersebut dikonsultasikan dengan nilai tabel pada taraf signifikasi 5% dan db 48. Perlu diketahui bahwa nilai t tidak membedakan positif dan negatif (Nurgiyantoro, 2004: 187). Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan keterampilan menulis naskah drama siswa kelompok kontrol antara pretest dan postest. 2) Uji-t Data Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Uji-t pada postest keterampilan menulis naskah drama kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan untuk mengetahui perbedaan keterampilan menulis naskah drama siswa kelompok kontrol antara sebelum dan sesudah perlakuan tanpa menggunakan media film indie (independent). Hasil uji-t selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Rangkuman hasil uji-t postest keterampilan menulis naskah drama pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 16: Rangkuman Hasil Uji-t Data Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Kelompok Rata-rata db t h t t p Keterangan Eksperimen Kontrol Beda Signifikan

99 82 Dari tabel 19 di atas dapat diketahui besarnya t hitung adalah dengan db 48. Kemudian, nilai t tersebut dikonsultasikan dengan nilai tabel pada taraf signifikasi 5% dan db 48. Perlu diketahui bahwa nilai t tidak membedakan positif dan negatif (Nurgiyantoro, 2004: 187). Dengan demikian, hasil uji-t tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada keterampilan menulis naskah drama siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol antara sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan media film indie (independent) maupun yang tidak menggunakan media film indie (independent). 4. Pengujian Hipotesis Setelah dilakukannya analisis data menggunakan uji-t, kemudian dilakukan pengujian hipotesis. Dengan melihat hasil dari uji-t tersebut, maka dapat diketahui hasil pengujian hipotesis sebagai berikut. a. Ho = Tidak ada perbedaan keterampilan menulis naskah drama antara kelompok yang diberi materi dengan menggunakan media film indie (independent) dan kelompok yang diberi materi menulis naskah drama tanpa menggunakan media film indie (independent) ditolak. Ha = Ada perbedaan keterampilan menulis naskah drama antara kelompok yang diberi materi dengan menggunakan media film indie (independent) dan kelompok yang diberi materi menulis naskah drama tanpa menggunakan media film indie (independent) diterima. b. Ho = Pembelajaran menulis naskah drama dengan media film indie (independent) tidak lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran

100 83 menulis naskah drama tanpa menggunakan media film indie (independent) ditolak. Ha = Pembelajaran menulis naskah drama dengan media film indie (independent) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran menulis naskah drama tanpa menggunakan media film indie (independent) diterima. B. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI dengan jumlah siswa sebanyak 185 siswa. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 siswa yang diambil dengan teknik simple random sampling, yaitu teknik penentuan sampel secara acak. Dari teknik tersebut, diperoleh kelas XI IPA 2 sebagai kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan dengan media dan kelas XI IPA 1 sebagai kelompok eksperimen yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan media pembelajaran film indie (independent). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan media film indie (independent) apabila digunakan dalam pembelajaran menulis naskah drama pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul. Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu media pembelajaran film indie (independent), dan variabel terikat adalah kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul.

101 84 Pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media film indie (independent) dapat membantu siswa dalam menemukan ide atau gambaran tentang apa yang akan diceritakan dalam naskah drama, dibandingkan pembelajaran menulis naskah drama tanpa menggunakan media film indie (independent). Selain itu, siswa akan lebih memahami dan mengerti tentang unsur-unsur pembangun dalam suatu cerita. Deskripsi perbedaan kemampuan menulis cerpen siswa antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah mendapat perlakuan adalah sebagai berikut. Proses pembelajaran menulis naskah drama pada kelompok kontrol dan eksperimen menggunakan prosedur yang berbeda. Pada kelompok kontrol, pembelajaran menulis naskah drama berlangsung tanpa menggunakan film indie (independent). Siswa kelompok kontrol terlebih dahulu mengerjakan soal pretest untuk mengetahui kemampuan awal dalam menulis naskah drama. Setelah siswa mengerjakan pretest kemudian diberi perlakuan dengan cara konvensional atau tanpa media film indie (independent). Sebagai langkah akhir siswa kelompok kontrol mengerjakan postest menulis naskah drama. Sedangkan pada kelompok eksperimen, siswa mengerjakan soal pretest untuk mengetahui kemampuan awal menulis naskah drama. Setelah dilakukan pretest kemudian siswa kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan media film indie (independent) sebanyak tiga kali perlakuan. Langkah akhir dalam proses ini adalah siswa mengerjakan postest

102 85 untuk mengetahui kemampuan menulis naskah drama setelah diberi perlakuan dengan menggunakan media film indie (independent). 1. Deskripsi Kondisi Awal Kemampuan Menulis Naskah Drama pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Kondisi awal pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada penelitian ini diketahui dengan melakukan pretest baik pada kedua kelompok tersebut. Dalam kegiatan pretest ini, siswa diminta untuk menulis naskah drama dengan tema bebas. Tahap awal penulisan naskah drama, siswa belum bisa mengembangkan suatu cerita dan belum memahami tentang unsur-unsur pembangun dalam sebuah naskah drama. Dari hasil pretest tersebut, diperoleh skor awal kemampuan menulis naskah drama kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil penulisan naskah drama awal yang bertemakan bebas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis naskah drama masih tergolong rendah. Dari hasil menulis naskah drama tersebut diperoleh skor tertinggi pada kelompok kontrol adalah 70, skor terendah adalah 50 dan skor rata-rata adalah sedangkan pada kelompok eksperimen skor tertinggi adalah 73, skor terendah 47 dan skor rata-rata (mean) adalah Dengan melihat perbandingan skor kelompok kontrol dan eksperimen tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok tersebut dalam keadaan setara (homogen). Rendahnya kemampuan menulis naskah drama tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya ada beberapa naskah drama yang ditulis pada

103 86 kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen yang masih menceritakan tentang kegiatan sehari-hari atau pengalaman pribadi siswa. Siswa juga belum bisa menciptakan konflik dalam cerita. Selain itu, siswa dalam menulis naskah drama belum memperhatikan tentang unsur-unsur pembangun cerita yang ada dalam suatu naskah drama, terutama dalam hal pengembangan cerita. Dapat dilihat dalam penggalan naskah drama berikut. (D1/HR.05/KK/PRE) Penggalan naskah drama di atas, terkesan masih seperti menceritakan pengalaman pribadi sebagai sebuah naskah drama. Pengarang berkisah tentang masa kecilnya yang indah bersama sahabatnya yang bernama Tia. Pengarang dan sahabatnya yang bernama Tia selalu bersama-sama. Suatu hari Tia terjatuh dan mendapati bajunya dalam kondisi kotor. Jalan cerita yang tergambar dalam naskah drama tersebut masih seperti cerita pendek yang dipindahkan ke dalam naskah drama dan menjadi lakon drama. Rendahnya kemampuan menulis naskah drama juga disebabkan karena siswa masih kurang paham tentang materi menulis naskah drama. Hal-hal tentang apa saja yang harus diperhatikan dalam menulis naskah drama dan

104 87 unsur pembangun cerita dalam naskah drama belum dipahami dan diterapkan dalam penulisan naskah drama siswa. Aspek mekanik juga sering diabaikan oleh siswa. Walaupun naskah drama adalah karya sastra, tetapi cara penulisan harus diperhatikan sesuai dengan pedoman yang ada. Selain itu, siswa kesulitan dalam menemukan ide atau gambaran cerita untuk dijadikan sebuah karya naskah drama yang menarik. Ditinjau dari proses kreatif yang meliputi pemunculan ide dan penggunaan unsur-unsur pembangun naskah drama, maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar naskah drama yang ditulis siswa idenya berasal dari pengalaman pribadi atau kegiatan sehari-hari siswa. Alur yang digunakan yaitu alur maju dan mundur. Penokohan disesuaikan dengan imajinasi siswa sebagai penulis. Tema yang dimunculkan pada naskah drama siswa yaitu menyangkut pengalaman pribadi siswa yang berkaitan dengan percintaan, persahabatan, dan tema sosial kemanusiaan. Latar yang dimunculkan siswa yaitu latar suasana. Bahasa yang dipakai dalam naskah drama siswa menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dipahami pembaca. Sebagian besar siswa dalam penulisan naskah drama awal ini belum menggunakan bahasa kias. 2. Perbedaan Kemampuan Menulis Naskah Drama Antara Kelompok yang Diajar Menulis Naskah Drama dengan Menggunakan Media Film Indie (Independent) dan Kelompok yang Diajar Menulis Naskah Drama Tanpa Media Film Indie (Independent) Hasil pretest kemampuan menulis naskah drama kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat

105 88 kemampuan menulis naskah drama antara kedua kelompok tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berangkat dari titik tolak yang sama dan diberi perlakuan yang berbeda. Siswa kelompok eksperimen mendapat pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media film indie (independent). Siswa menerima materi dari guru tentang menulis naskah drama. Setelah menerima materi dari guru kemudian siswa diputarkan sebuah film indie (independent). Siswa menganalisis unsur-unsur pembangun cerita dalam film indie (independent) yang telah diputar. Siswa menulis naskah drama sesuai dengan tema dalam film indie (independent). Judul film yang diputar yaitu (1) Sepeda dengan tema kemanusiaan (2) Merah Putih di Rumah Parjo dengan tema nasionalisme, dan (3) Kado untuk Ibu dengan tema kasih sayang. Siswa pada kelompok eksperimen dapat dengan mudah menemukan ide dan mengembangkan cerita dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh adanya media pembelajaran berupa media film indie (independent) yang digunakan sebagai media dalam melakukan perlakuan. Sementara itu, pada kelompok kontrol siswa mendapatkan pembelajaran menulis naskah drama tanpa menggunakan media film indie (independent). Guru memberikan materi tentang naskah drama kepada siswa kelas kontrol. Guru menggunakan media konvensional yakni ceramah sebagai alat untuk menyampaikan materi naskah drama kepada siswa. Guru memberikan materi tentang naskah drama melalui beberapa naskah drama yang sudah disediakan. Siswa dan guru saling bertanya jawab dan berdiskusi tentang unsur-unsur

106 89 instrinsik dalam contoh naskah drama tersebut. Siswa kemudian diberi tugas untuk menulis naskah drama sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Tema yang diberikan disesuaikan dengan tema pada kelompok eksperimen. Pada saat proses penulisan naskah drama, siswa pada kelompok kontrol mengalami kesulitan dalam menemukan ide cerita untuk dituliskan ke dalam bentuk naskah drama. Sebagai langkah terakhir, setelah mendapatkan perlakuan, kedua kelompok tersebut diberikan postest kemampuan menulis naskah drama dengan materi yang sama seperti pada saat pretest. Pemberian postest kemampuan menulis naskah drama dimaksudkan untuk melihat pencapaian peningkatan kemampuan menulis naskah drama setelah diberi perlakuan. Selain itu, pemberian postest kemampuan menulis naskah drama siswa dimaksudkan untuk membandingkan skor yang dicapai siswa saat pretest sampai postest, apakah hasil menulis siswa sama, meningkat atau menurun. Perbedaan kemampuan menulis naskah drama antara kelompok eksperimen yang menggunakan media film indie (independent) dan kelompok kontrol yang tanpa menggunakan media, diketahui dengan rumus uji-t. Kemampuan menulis naskah drama kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang cukup tinggi setelah siswa mendapat pembelajaran menulis naskah drama, sedangkan siswa kelompok kontrol yang tidak menggunakan media film indie (independent) mengalami peningkatan yang lebih kecil. Berikut ini akan dibahas masing-masing aspek dalam penelitian menulis naskah drama siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

107 90 a. Aspek Tema Media film indie (independent) membantu siswa dalam berpikir kreatif untuk menghasilkan naskah drama yang menarik. Berikut ini disajikan kutipan naskah drama yang memperlihatkan kesesuaian cerita dengan tema. (D2/EN.21/KE/PK II) Pada penggalan naskah drama siswa di atas isi cerita dalam naskah drama tersebut sesuai dengan tema pada film indie (independent) yang telah diputar, meskipun berinisiatif untuk membuat tema baru yaitu bertemakan kerja keras. Tema ini diambil saat melihat film indie (independent) yang mengisahkan tentang sebuah keluarga miskin yang berjuang untuk hidupnya. Hal ini menandakan bahwa media film indie (independent) membantu siswa untuk

108 91 menulis naskah drama sesuai dengan tema yang ada, yang dapat dikembangkan menjadi cerita yang menarik. Dalam naskah drama berjudul Prestasiku Sumber Belajar Impianku di atas, siswa mendapat inspirasi dari tema yang terdapat dalam film indie (independent). Naskah drama ini bercerita tentang seorang anak petani desa yang pandai di sekolahnya namun kedua orangtuanya tidak punya cukup uang untuk mengantarkannya hingga selesai sekolah. Berkat kerajinan dan prestasinya maka ia mendapat beasiswa dari sekolahnya sehingga ia bisa melanjutkan keinginannya untuk menuntut ilmu. Pada kelompok kontrol, masih ada beberapa siswa yang belum menulis naskah drama sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Berikut ini kutipan naskah drama siswa yang kurang sesuai dengan tema nasionalisme.

109 92 (D3/IR.06/KK/PK II) Tema yang ditentukan adalah nasionalisme namun pada penggalan naskah drama di atas, siswa kurang menampilkan cerita sesuai dengan tema yang ditentukan. Hal ini tergambar dari kutipan naskah drama di atas yang menceritakan seorang siswa yang kurang menyukai matematika. Ia menganggap bahwa mempelajari matematika sama halnya dengan membuang-buang waktu saja. Dalam naskah dramanya ini diberi judul Negara Konyol. b. Aspek Latar Latar yang ditampilkan dalam beberapa naskah drama siswa belum ditampilkan dengan menarik. Banyak siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan latar cerita dalam naskah drama yang mereka tulis. Di bawah ini contoh penggalan naskah drama siswa yang sudah baik dalam menggambarkan latar cerita.

110 93 (D4/IP.08/KK/PK II) Pada penggalan naskah drama di atas, siswa sudah dapat melukiskan latar cerita dengan cukup baik. Penulis melukiskan kondisi rumah dengan menyebutkan ukuran yakni 3x3 meter. Seorang ibu paruh baya tengah berkumpul bersama keluarganya. Latar cerita dalam naskah drama tersebut menggambarkan suatu kondisi keluarga yang sederhana. Hal ini semakin dikuatkan dengan pernyataan Suasana malam itu sungguh tenang dengan remang-remang lampu 5 watt yang memang hanya 1 di rumah berdinding bilik bambu tersebut. (D5/DDP.14/KE/PK I) Dalam penggalan naskah drama yang di atas, siswa memiliki kreatifitas yang menarik dalam melukiskan latar cerita. Siswa tersebut hanya menuliskan dimana latar kejadian cerita secara garis besar yakni di sebuah taman. Ia tidak menjelaskan bagaimana situasi taman yang ia ingin

111 94 sampaikan. Begitu juga saat siswa tersebut menuliskan latar pada setting 2 yaitu di rumah Citra. c. Aspek Tokoh/Perwatakan Tokoh mempunyai peran penting dalam menghidupkan suatu cerita. Pemaparan tokoh hendaklah lengkap, jelas, dan menarik perhatian pembaca. Di bawah ini terdapat contoh kutipan naskah drama siswa yang telah memenuhi kriteria tersebut. (D6/EK.20/KE/PK II) Naskah drama di atas memperlihatkan bahwa siswa sudah bisa menampilkan karakter tokoh dengan jelas. Tergambar juga adanya tokoh utama dan tokoh tambahan lengkap dengan karakternya. Hal ini terlihat pada

112 95 karakter tokoh Pak Karjo yang begitu sangat emosional ketika sedang menghadapi masalah. Pak Karjo mengalami kebingungan dan kegalauan menyangkut masa depan keluarganya. Ia tidak ingin anaknya mengalami kecacatan yang sama seperti dirinya. Di sisi lain Bu Karjo digambarkan memiliki karakter tidak sekuat Pak Karjo. Karakter Bu Karjo cenderung lemah dan melankolis. Hal ini bisa tergambar dari kalimat berikut ini Bu Karjo : (kaget dan terduduk di kursi sambil menangis). Tokoh tambahan yakni Tono digambarkan masih berusia remaja yang belum tahu masalah yang dihadapi ayah dan ibunya. Naskah drama tersebut menceritakan sebuah keluarga yang harus menyerahkan anak laki-laki satu-satunya kepada Belanda pada jaman penjajahan. Keluarga tersebut dilanda kebingungan dalam menentukan sikap. Di bawah ini adalah salah satu penggalan naskah drama yang menyajikan penggambaran tokoh yang baik dan menarik.

113 96 (D7/NK.22/KK/POS) Naskah drama di atas menceritakan dua orang sahabat yakni Vina dan Rika yang sudah lama bersama namun karena suatu masalah, persahabatan mereka tidak lagi harmonis. Keluarga Vina mengalami kebangkrutan sehingga mengakibatkan ia jatuh miskin. Rika tidak lagi mau menerima Vina sebagai sahabatnya. Tokoh Rika digambarkan sebagai seorang yang tidak setia kepada sahabatnya. Ia hanya mau bersahabat ketika Vina berada dalam kondisi yang baik. Selain itu, Rika berwatak sombong dan keras kepala. Sebaliknya, Vina dilukiskan memiliki sifat yang baik dan lembut hatinya. Meskipun sahabatnya menyakiti hatinya, ia tetap teguh dan tidak menyimpan dendam terhadap sahabatnya.

114 97 Sebagian besar naskah drama yang ditulis oleh siswa baik kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sudah menggambarkan karakter yang jelas dan sesuai dengan setiap tema yang dihasilkan. d. Aspek Alur Alur dalam sebuah cerita juga memiliki peran penting untuk menghidupkan cerita yang ditulis seorang pengarang. Siswa sedikit mengalami kesulitan saat menentukan alur cerita. Di bawah ini adalah kutipan naskah drama yang berjudul Baju Lebaran untuk Anakku. (D8/AH.03/KE/PK II) Naskah drama di atas menceritakan sebuah keluarga sederhana yang akan merayakan hari besar Idul Fitri namun karena keterbatasan ekonomi, mereka tidak bisa membelikan anaknya sebuah baju baru. Jalan keluar yang salah yakni dengan mencuri di sebuah toko baju menjadi pilihan. Sang ayah bahkan rela mati hanya untuk membawakan baju baru untuk anaknya.

115 98 Kutipan naskah drama di atas menggunakan alur yang baik namun masih terkesan terpotong-potong. Hal ini dapat dilihat dari penggalan-penggalan kalimat yang menunjukkan adegan yang kurang lengkap seperti Ayah terpental ke pinggir jalan, Ridwan menghampiri ayahnya, Ayah meninggal. Akan lebih baik jika penggalan kalimat tersebut dijadikan teks samping pada tokohnya sehingga cerita akan lebih hidup dan menarik. Di bawah ini adalah salah satu kutipan naskah drama yang memiliki alur yang menarik. Siswa menggunakan alur maju dengan menyajikan langsung konfliknya sebagai pembuka. Naskah drama ini menceritakan seorang siswa yang kehilangan kamera di dalam kelas. Konflik semakin terasa ketika tidak ada yang mengaku siapa yang mengambil barang berharga tersebut. (D9/IK.10/KK/POS)

116 99 Naskah drama di atas terlihat berbeda dari naskah drama yang lain. Hal ini ditunjukkan dengan konflik yang sengaja diletakkan di awal sebagai pembuka cerita. Cerita ini secara keseluruhan tidak lengkap karena ada beberapa bagian yang dilewati sehingga menjadikan ceritanya kurang menarik. e. Aspek Amanat Sebagian besar siswa baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen mengalami kesulitan dalam mengungkapkan amanat yang akan disampaikan kepada pembaca. Banyak naskah drama yang bahkan tidak menyertakan amanat yang tepat sesuai dengan tema yang diangkat. Di bawah ini contoh penggalan naskah drama yang sudah cukup baik dalam penyampaian amanat. (D10/LL.11/KK.POS) Naskah drama di atas menceritakan empat orang sahabat yang sedang mengalami masalah. Lili mengambil uang Tra karena terdesak kebutuhan yang membelit keluarganya. Kedua sahabatnya yang lain mencoba hadir

117 100 untuk menjadi penengah dalam cerita tersebut. Akhirnya Lili mengakui telah mengambil uang milik sahabatnya. Tra dengan besar hati memaafkan sahabatnya tersebut. Persahabatan mereka berempat kembali rukun. Dalam penggalan naskah drama di atas, aspek amanat ini diungkapkan secara tersurat. Amanat yang ingin diungkapkan oleh penulis dalam naskah dramanya tersebut adalah sebagai seorang sahabat harus mau menerima apapun keadaan sahabat-sahabatnya yang lain. Ketika seorang sahabat berbuat salah, maka sahabat-sahabatnya yang lain harus mengingatkan dan memaafkan kesalahannya serta tidak mengingat-ingat lagi kesalahannya. Di bawah ini terdapat satu lagi contoh kutipan naskah drama yang menunjukkan penyampaian amanat secara tersirat. (D11/DRS.18/KE/PRE) Naskah drama di atas menyiratkan sebuah amanat yang menarik dari seorang nenek dan cucunya. Seorang nenek yang masih memiliki pemikiran

118 101 yang sederhana tentang sebuah pendidikan. Beliau berpendapat jika pendidikan tinggi dan bagus tidak ada bedanya dengan pendidikan murah dan seadanya. Hal itu dipatahkan oleh cita-cita cucunya yang ingin menempuh pendidikan di sekolah impiannya. Kebulatan tekad dan keyakinan akan sebuah cita-cita menjadikan Siti tidak gentar menghadapi apapun yang menghalangi jalannya menggapai cita-citanya. Di akhir cerita, simbah merestui Siti untuk mewujudkan cita-citanya melalui pendidikan di sekolah impian cucunya tersebut. Amanat yang ingin disampaikan penulis dalam naskah drama di atas adalah jangan takut untuk bermimpi dan mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Tidak ada yang tidak mungkin selagi kita mau berusaha. f. Aspek Dialog dan Teks Samping Dalam aspek ini dapat diketahui bagaimana siswa menggunakan bahasa yang diwujudkan dalam dialog. Dialog tersebut dikembangkan dengan menggunakan bahasa kias yang menarik, tepat dan kreatif. Beberapa siswa sudah mampu menggunakan dan mewujudkannya dalam cerita dalam naskah drama yang mereka tulis. Di bawah ini penggalan naskah drama yang sudah menggunakan dialog dengan gaya bahasa yang menarik.

119 102 (D12/PM.24/KK/POS) Dalam penggalan naskah drama di atas, dialog yang diciptakan penulis sudah baik dan sesuai dengan tema cerita. Dialog antara Bagas dan Jenni menunjukkan bahwa penulis memegang jalan cerita ini dengan baik. Teks samping dalam naskah drama ini sudah cukup baik. Penulis menggunakan bahasa yang sedarhana namun penggunaannya sudah sesuai seperti menggelangkan kepala, bersedekap dada, mendengus dan menundukkan kepala dan berdecak lidah. Di bawah ini terdapat sebuah contoh naskah drama yang kurang menarik dalam penyajian dialog dan teks samping.

120 103 (D13/AVR.07/KE/PK II) Jalan cerita yang dibangun sudah cukup menarik namun pada dialog dan teks samping kurang ditampilkan secara maksimal. Naskah drama ini terkesan seperti narasi yang disisipi beberapa dialog tokohnya. Dialog yang dibangun melalui tokoh Tarjo sudah sesuai dengan tema ceritanya namun tidak adanya teks samping membuat naskah drama ini kurang menarik. 3. Tingkat Keefektifan Penggunaan Media Film Indie (Independent) dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul Media film indie (independent) merupakan media yang efektif digunakan dalam pembelajaran menulis naskah drama. Dengan melihat film indie

121 104 (independent), akan merangsang daya imajinasi siswa dan memberikan gambaran atau ide cerita dalam menulis naskah drama. Media film indie (independent) ini dimaksudkan agar siswa dapat mengembangkan dan mengekspresikan daya imajinasinya ke dalam bentuk tulisan naskah drama. Dengan durasi yang pendek akan memudahkan siswa dalam menangkap isi cerita dari sebuah film indie (independent) yang ditayangkan. Selain itu, pembelajaran dapat disesuaikan dengan alokasi waktu yang disediakan dalam pembelajaran. Keefektifan media film indie (independent) dalam pembelajaran menulis naskah drama pada kelompok eksperimen dalam penelitian ini diketahui dengan uji-t. Hasil uji-t tersebut menunjukkan terdapat perbedaan keterampilan menulis naskah drama yang signifikan antara kelompok eksperimen yang diberi materi menggunakan media film indie (independent) dan kelompok kontrol yang tidak menggunakan media. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI SMA Negeri Wonosari, Gunungkidul dengan menggunakan media film indie (independent) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran menulis naskah drama tanpa menggunakan media film indie (independent). Keefektifan media film indie (independent) juga dapat dilihat dalam proses pembelajaran. Siswa pada kelompok eksperimen lebih antusias dan tidak merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi lebih paham dalam memahami materi tentang unsur-unsur pembangun naskah drama. Media film indie (independent) juga membantu siswa dalam

122 105 menemukan ide cerita untuk dikembangkan dalam bentuk tulisan naskah drama. Media film indie (independent) sangat efektif dalam pembelajaran menulis naskah drama siswa. Siswa mendapat rangsangan daya imajinasi setelah menonton film indie (independent) dengan menggunakan layar LCD. Judul film yang diputar yaitu Sepeda, Merah Putih di Rumah Parjo, dan Kado untuk Ibu. Dalam film-film yang diputar tersebut mengandung pesan positif dan edukatif bagi karakter siswa. Hasil peningkatan keterampilan menulis naskah drama siswa dapat dilihat dari kreativitas siswa dalam mengembangkan ide dan kepaduan unsurunsur pembangun dalam naskah drama. Secara keseluruhan kemampuan siswa kelompok eksperimen dalam menulis naskah drama meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tahap awal penulisan siswa kelas eksperimen skor terendah 47 dan skor tertinggi 73 dengan rata-rata (mean) Setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan media film indie (independent) saat postest skor terendah menjadi 60 dan skor tertinggi 90 dengan rata-rata (mean) Siswa pada kelompok eksperimen tidak lebih baik dalam menghasilkan tulisan naskah drama. Saat pretest, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen cenderung mengalami kesulitan dalam menemukan gambaran atau ide cerita. Hal ini dapat dilihat pada skor pretest pada kedua kelompok tersebut. Kelompok kontrol, skor terendah 50 dan skor tertinggi 70 dengan

123 106 rata-rata (mean) 58.71, sedangkan skor postest kelompok kontrol, skor terendah 57 dan skor tertinggi 90 dengan rata-rata (mean) Kelompok kontrol mengalami peningkatan dari pretest ke postest sebesar 9,87%, sedangkan kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang lebih tinggi dari saat pretest ke postest sebesar 18,46%. Hal tersebut membuktikan bahwa media film indie (independent) efektif dalam pembelajaran menulis naskah drama. C. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian, yaitu sebagai berikut. 1. Penelitian terbatas pada pembelajaran kemampuan menulis naskah drama kelas XI SMA Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul dengan satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen. Oleh karena itu, penelitian ini hasilnya belum tentu sama jika dilakukan di kelas atau sekolah lain. 2. Kurangnya waktu penelitian, berakibat tidak maksimalnya hasil yang penelitian yang didapat. 3. Jadwal perlakuan penelitian yang tidak sesuai dengan rencana semula yakni sebanyak empat kali perlakuan, hanya dilaksanakan tiga kali dikarenakan terbatasnya waktu penelitian.

124 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab IV, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Terdapat perbedaan keterampilan menulis naskah drama antara kelompok yang diberi materi menulis dengan menggunakan media film indie (independent) dan kelompok yang tidak diberi materi menggunakan media film indie (independent). Perbedaan keterampilan menulis naskah drama tersebut ditunjukkan dengan hasil uji-t postest kelompok kontrol dan postest kelompok eksperimen, yaitu t hitung = > t tabel = pada taraf signifikansi 5% dan db 48. Jika nilai t hitung (t h ) lebih besar dari nilai t tabel (t t ), maka hal itu menunjukkan adanya perbedaan keterampilan menulis naskah drama antara kelompok yang diberi materi menulis naskah drama dengan menggunakan media film indie (independent) dan kelompok yang tidak diberi materi tanpa menggunakan media film indie (independent). 2. Penggunaan media film indie (independent) efektif dalam pembelajaran keterampilan menulis naskah drama apabila dibandingkan dengan tanpa media film indie (independent). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis naskah drama menggunakan media film indie (independent) pada 107

125 108 kelompok eksperimen lebih efektif daripada pembelajaran menulis naskah drama tanpa media film indie (independent) pada kelompok kontrol. B. Implikasi Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis naskah drama menggunakan media film indie (independent) lebih efektif daripada pembelajaran menulis naskah drama tanpa menggunakan media film indie (independent). Temuan penelitian tersebut berimplikasi baik secara teoretis maupun praktis. 1. Implikasi Teoretis Secara teoretis, temuan penelitian ini memberikan bukti secara ilmiah tentang keefektifan media film indie (independent) terhadap keterampilan menulis naskah drama. Temuan dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa media film indie (independent) dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan kreativitas dalam menuliskan ide cerita dalam naskah drama. 2. Implikasi Praktis Secara praktis, temuan ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran menulis naskah drama lebih efektif daripada pembelajaran menulis tanpa menggunakan media film indie (independent). Oleh karena itu, dalam meningkatkan keterampilan menulis naskah drama perlu menggunakan media yang sesuai dengan materi dan bervariasi, salah satunya adalah media film indie (independent).

126 109 C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas dapat disajikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran memiliki peran penting dalam belajar. Namun, perlu dilakukan beberapa perbaikan baik dalam mempersiapkan pembelajaran hingga pelaksanaan pembelajarannya. 2. Pembelajaran menulis khususnya menulis naskah drama sebaiknya dilaksanakan dengan berbagai variasi, salah satunya dengan menggunakan media film indie (independent). Media film indie (independent) merupakan media yang efektif untuk digunakan dalam pembelajaran menulis naskah drama. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. 3. Dalam penelitian ini, hubungan sinergis antara peneliti, guru, dan siswa serta pihak sekolah perlu dilakukan demi tercapainya keefektifan penelitian pembelajaran. Kerjasama dari seluruh pihak sekolah sangat membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

127 DAFTAR PUSTAKA Aji, Bayu Seno Keefektifan Media Film Pendek dalam Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa Kelas X SMA N 1 Wadaslintang Kec. Wadaslintang Kab. Wonosobo. Skripsi S1. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNY. Akhadiah, Sabarti.,dkk Menulis. Jakarta: Dep. Pend & Keb. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, Azhar Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Junaedi, Fajar Membaca Indonesia dari Film dan Sinema Indonesia. Jurnal Komunikasi, 1, hlm.6. Nurgiyantoro, Burhan Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. Nurgiyantoro, Burhan.,dkk Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu- Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sadiman, Arief S., dkk Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers. Saifudin, Azwar Penyusunan Skala Psikologis Edisi 2, Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sayekti, Triyana Catur Penggunaan Metode Copy The Master dalam Peningkatan Kreativitas Penulisan Cerpen pada Siswa Kelas X.3 SMA Negeri 1 Nguter Sukoharjo. Skripsi S1. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNY. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suriamiharja, Agus.,dkk Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Dep. Pend & Keb. Suryaman, Maman Diktat Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Sastra. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNY. 110

128 111 Tarigan, Henry Guntur Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Waluyo, Herman J Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanandita Graha Widia. Wiyanto, Asul Terampil Bermain Drama. Jakarta : Gramedia. Wiyatmi Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka. Zakaria, M.Y. Arafat Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama dengan Media Peta Konsep Tayangan Jika Aku Menjadi... Trans TV pada siswa Kelas XI IPA 2 SMA N 2 Wonosari. Skripsi S1. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNY.

129 LAMPIRAN 112

130 Lampiran 1 : Data Skor Pretest dan Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol 113

131 114 Tabel Lampiran 1 : Data Skor Pretest dan Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol No Kelompok Kontrol Urut Pretest Postest

132 Lampiran 2 : Data Skor Pretest dan Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen 115

133 116 Tabel Lampiran 2 : Data Skor Pretest dan Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Eksperimen No Kelompok Eksperimen Urut Pretest Postest

134 Lampiran 3 : Data Skor di Luar Sampel 117

135 118 Tabel Lampiran 3 : Data Skor di Luar Sampel No Urut Data Skor di Luar Sampel

136 Lampiran 4 : Uji Reliabilitas Instrumen 119

137 120 Uji Reliabilitas Instrumen Descriptives Descriptives Eksperimen Kontrol Statistic Std. Error Statistic Std. Error Pre_test Mean % Confidence Lower Bound Interval for Mean Upper Bound % Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range 8 10 Skewness Kurtosis Post_Test Mean % Confidence Lower Bound Interval for Mean Upper Bound % Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis

138 121 Crosstabs Pre_test * Group Crosstabulation Group Eksperimen Kontrol Total Pre_test Rendah Count % within Group 53.8% 41.7% 48.0% Tinggi Count % within Group 46.2% 58.3% 52.0% Total Count % within Group 100.0% 100.0% 100.0% 60 Persentase (%) Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi Kategori Eksperimen Kontrol Post_Test * Group Crosstabulation Group Eksperimen Kontrol Total Post_Test Rendah Count % within Group.0% 4.2% 2.0% Tinggi Count % within Group 57.7% 87.5% 72.0% Sangat Tinggi Count % within Group 42.3% 8.3% 26.0% Total Count % within Group 100.0% 100.0% 100.0%

139 122 Persentase (%) Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi Kategori Eksperimen Kontrol

140 123 Correlation Correlations Tema Latar Tokoh Alur Amanat Dialog Tema Pearson Correlation **.400 *.661 **.428 *.322 Sig. (1-tailed) N Latar Pearson Correlation.486 ** **.458 *.341 *.433 * Sig. (1-tailed) N Tokoh Pearson Correlation.400 *.597 ** **.404 *.468 ** Sig. (1-tailed) N Alur Pearson Correlation.661 **.458 *.524 ** **.311 Sig. (1-tailed) N Amanat Pearson Correlation.428 *.341 *.404 *.477 ** * Sig. (1-tailed) N Dialog Pearson Correlation *.468 ** * 1 Sig. (1-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). Scale Mean if Item Deleted Item-Total Statistics Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Tema Latar Tokoh Alur Amanat Dialog

141 124 Reliability Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a 0.0 Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Kompo- Interkorelasi Antar Komponen Korelasi Reliabilitas nen Komponen- Alpha Tema Latar Tokoh Alur Amanat Dialog Total Tema Latar Tokoh Alur Amanat Dialog

142 Lampiran 5 : Uji Normalitas 125

143 126 Uji Normalitas Tests of Normality Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Group Statistic df Sig. Statistic df Sig. Pre_test Eksperimen Kontrol Post_Test Eksperimen Kontrol a. Lilliefors Significance Correction

144 Lampiran 6 : Uji Homogenitas 127

145 128 Uji Homogenitas Test of Homogeneity Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df2 Sig. Pre_test Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean Post_Test Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean

146 Lampiran 7 : Uji-t 129

147 130 T-Test Uji-t Group Statistics Group N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Pre_test Eksperimen Kontrol Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means Independent Samples Test Equal variances assumed F.006 Sig..940 Pre_test Equal variances not assumed t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference % Confidence Interval of the Difference Lower Upper T-Test Group Statistics Group N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Post_Test Eksperimen Kontrol Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means Independent Samples Test Equal variances assumed F.213 Sig..646 Post_Test Equal variances not assumed t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference % Confidence Interval of the Difference Lower Upper

148 Lampiran 8 : Hasil Penghitungan Kecenderungan Data 131

149 132 HASIL PENGHITUNGAN KATEGORI KECENDERUNGAN DATA a. M i = (skor maksimal + skor minimal) = ( ) = (120) = 60 b. SD i = (skor maksimal - skor minimal) = (100 20) = (80) = 13,3 1,5.SD i = 1,5 x 13,3 = 20 c. Kategori sangat rendah = <M i - 1,5.SD i = <60 20 = < 40 d. Kategori rendah = M i - 1,5.SD i < M i = 40 < 60 = e. Kategori tinggi = M i < M i + 1,5.SD i = 60 < 80 = 60 79

150 133 f. Kategori sangat tinggi = M i + 1,5.SD i = = 80 Rumus Kategori Kategori Histogram Rentang Skor x < M i - 1,5.SD i Sangat rendah x< M i - 1,5.SD i x< M i Rendah 40 x < M i x < M i + 1,5.SD i Tinggi 60 x< M i + 1,5.SD i x Sangat tinggi 80 x

151 Lampiran 9 : Silabus Menulis Naskah Drama SMAN 2 Wonosari 134

152 SILABUS NAMA SEKOLAH MATA PELAJARAN KELAS / SEMESTER PROGRAM STANDAR KOMPETENSI : SMA Negeri 2 Wonosari, Gunungkidul : Bahasa Indonesia : XI / Genap : IPA : Menulis 15. Menulis naskah drama Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar 16.1 Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama 16.2 Menarasikan pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama Drama : unsur-unsur drama (tema, penokohan konflik, dialog) adegan latar Membaca teks drama Menulis teks drama*) dengan menggunakan bahasa yang sesuai untuk: Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog Menghidupkan konflik Memunculkan penampilan (performance) Mendaftar pengalaman yang menarik Menarasikan pengalaman sendiri dalam bentuk adegan drama Menghadirkan latar yang mendukung adegan Menulis teks drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog Menghidupkan konflik Memunculkan penampilan (performance) Mendaftar pengalaman sendiri yang menarik Menarasikan pengalaman sendiri dalam bentuk adegan drama Menghadirkan latar yang mendukung adegan Teknik: Penugasan individu Penugasan kelompok Bentuk : uraian bebas jawaban singkat pilihan ganda 3 x 45 A L 2 x 45 A L L Taufik Ismail dkk.2002.horison Sastra Indonesia 4 Kitab Drama. Jakarata: Majalah Sastra Horison dan Kaki Langit. A. Dawud dkk.2004.bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga

153 Lampiran 10 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 136

154 137 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMAN 2 Wonosari Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/ Semester : XI / II (Genap) Petemuan ke- : 2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi : Menulis 15. Menulis naskah drama Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama Indikator : 1. Menulis teks drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai. 2.Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog. I. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah menganalisis naskah drama, siswa dapat menulis naskah drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai. 2. Setelah siswa dapat menuliskan naskah drama dengan bahasa yang sesuai, siswa dapat mendeskripsikan perilaku manusia yang dituangkan melalui dialog. II. Materi Pembelajaran 1. Pengertian naskah drama 2. Ciri-ciri naskah drama 3. Unsur-unsur naskah drama (tokoh, latar, alur, amanat, dialog, teks samping, dan tema) III. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Penugasan

155 138 IV. Langkah-langkah Pembelajaran No Kegiatan Waktu (menit) A. Kegiatan Awal 1. Guru menyampaikan apersepsi 2 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3 yang akan dicapai hari ini. 3. Guru menyampaikan informasi tentang 3 media yang akan dipakai dalam pembelajaran hari ini. B C Kegiatan Inti Guru membagikan contoh naskah drama Siswa membaca contoh naskah drama secara berkelompok Guru dan siswa bertanya jawab tentang naskah drama Siswa menerima materi pembelajaran menulis naskah drama. Siswa melihat film indie (Independent) dan mencatat hal-hal yang penting terkait film indie yang diputar. Siswa mengerjakan tugas menulis naskah drama. Kegiatan Akhir Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya. Pembelajaran ditutup dengan mengucapkan salam Metode Penugasan Ceramah Penugasan V. Media/ Sumber Belajar 1. Media a. Alat tulis b. Contoh naskah drama c. Film indie berjudul SEPEDA d. Laptop e. LCD 2. Sumber Belajar a. Dawud,dkk Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. b. Wiyanto, Asul Terampil Bermain Drama. Jakarta : Gramedia.

156 139 c. Waluyo, Herman J Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanandita Graha Widia. VI. Penilaian 1. Bentuk tes : Tertulis 2. Soal : Buatlah sebuah naskah drama dengan tema bebas namun tetap mengacu pada film indie yang telah ditayangkan. VII. Pedoman Penilaian No Kriteria Skor Maksimal 1. Kesesuaian dengan tema 5 2. Kekreatifan dalam mengembangkan latar dalam cerita 5 3. Penokohan dan kesesuaian karakter tokoh 5 4. Penyajian alur secara logis 5 5. Penyampaian amanat secara baik dan jelas 5 6. Kreatifitas dalam mengembangkan dialog dan teks samping 5 Jumlah 30 Nilai akhir = Perolehan skor x 100 Skor maksimal Menyetujui Wonosari, Mei 2012 Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Drs. Hari Praptono Itta Kartika NIP NIM

157 140 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMAN 2 Wonosari Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/ Semester : XI / II (Genap) Petemuan ke- : 3 Alokasi Waktu : 3 x 45 menit Standar Kompetensi : Menulis 15. Menulis naskah drama Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama Indikator : 1. Menulis teks drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai. 2.Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog. I. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah menganalisis naskah drama, siswa dapat menulis naskah drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai. 2. Setelah siswa dapat menuliskan naskah drama dengan bahasa yang sesuai, siswa dapat mendeskripsikan perilaku manusia yang dituangkan melalui dialog. II. Materi Pembelajaran 1. Ciri-ciri naskah drama 2. Unsur-unsur naskah drama (tokoh, latar, alur, amanat, dialog, teks samping, dan tema) 3. Kerangka naskah drama a. Menentukan tema dan judul b. Menentukan tokoh yang terlibat c. Menentukan latar plot dan sudut pandang

158 141 III. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Penugasan IV. Langkah-langkah Pembelajaran No Kegiatan Waktu (menit) A. Kegiatan Awal 1. Guru menyampaikan apersepsi 2 2. Siswa memulai pembelajaran 3 3. Siswa mengetahui tujuan pembelajaran 2 hari ini 4. Guru menyampaikan informasi tentang 10 media yang akan dipakai dalam B C pembelajaran hari ini. Kegiatan Inti Siswa mengevaluasi hasil tugas menulis naskah drama pada pertemuan sebelumnya. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi menulis naskah drama Siswa melihat film indie (Independent) dan mencatat hal-hal yang penting terkait film indie. Siswa mengerjakan tugas menulis naskah drama Kegiatan Akhir Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya. Pembelajaran ditutup dengan mengucapkan salam Metode Ceramah Penugasan V. Media/ Sumber Belajar 1. Media a. Alat tulis b. Film indie berjudul MERAH PUTIH DI RUMAH PARJO c. Laptop d. LCD

159 Sumber Belajar a. Dawud,dkk Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. b. Wiyanto, Asul Terampil Bermain Drama. Jakarta : Gramedia. c. Waluyo, Herman J Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanandita Graha Widia. VI. Penilaian 1. Bentuk tes : Tertulis 2. Soal : Buatlah sebuah naskah drama dengan tema bebas namun tetap mengacu pada film indie yang telah ditayangkan. VII. Pedoman Penilaian No Kriteria Skor Maksimal 1. Kesesuaian dengan tema 5 2. Kekreatifan dalam mengembangkan latar dalam cerita 5 3. Penokohan dan kesesuaian karakter tokoh 5 4. Penyajian alur secara logis 5 5. Penyampaian amanat secara baik dan jelas 5 6. Kreatifitas dalam mengembangkan dialog dan teks samping 5 Jumlah 30 Nilai akhir = Perolehan skor x 100 Skor maksimal Menyetujui Wonosari, Mei 2012 Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Drs. Hari Praptono Itta Kartika NIP NIM

160 143 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMAN 2 Wonosari Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/ Semester : XI / II (Genap) Petemuan ke- : 4 Alokasi Waktu : 3 x 45 menit Standar Kompetensi : Menulis 15. Menulis naskah drama Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama Indikator : 1. Menulis teks drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai. 2.Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog. I. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah menganalisis naskah drama, siswa dapat menulis naskah drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai. 2. Setelah siswa dapat menuliskan naskah drama dengan bahasa yang sesuai, siswa dapat mendeskripsikan perilaku manusia yang dituangkan melalui dialog. II. Materi Pembelajaran 1. Ciri-ciri naskah drama 2. Unsur-unsur naskah drama (tokoh, latar, alur, amanat, dialog, teks samping, dan tema) 3. Kerangka naskah drama a. Menentukan tema dan judul b. Menentukan tokoh yang terlibat c. Menentukan latar plot dan sudut pandang

161 144 III. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Penugasan IV. Langkah-langkah Pembelajaran No Kegiatan Waktu (menit) A. Kegiatan Awal 1. Guru menyampaikan apersepsi 2 2. Siswa memulai pembelajaran 3 3. Siswa mengetahui tujuan pembelajaran 2 hari ini 4. Guru menyampaikan informasi tentang 10 media yang akan dipakai dalam B C pembelajaran hari ini. Kegiatan Inti Siswa mengevaluasi hasil tugas menulis naskah drama pada pertemuan sebelumnya. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi menulis naskah drama Siswa melihat film indie (Independent) dan mencatat hal-hal yang penting terkait film indie yang diputar. Siswa mengerjakan tugas menulis naskah drama Kegiatan Akhir Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya. Pembelajaran ditutup dengan mengucapkan salam Metode Ceramah Diskusi Penugasan V. Media/ Sumber Belajar 1. Media a. Alat tulis b. Film indie berjudul KADO UNTUK IBU c. Laptop d. LCD

162 Sumber Belajar a. Dawud,dkk Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. b. Wiyanto, Asul Terampil Bermain Drama. Jakarta : Gramedia. c. Waluyo, Herman J Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanandita Graha Widia. VI. Penilaian 1. Bentuk tes : Tertulis 2. Soal : Buatlah sebuah naskah drama dengan tema bebas namun tetap mengacu pada film indie yang telah ditayangkan. VII. Pedoman Penilaian No Kriteria Skor Maksimal 1. Kesesuaian dengan tema 5 2. Kekreatifan dalam mengembangkan latar dalam cerita 5 3. Penokohan dan kesesuaian karakter tokoh 5 4. Penyajian alur secara logis 5 5. Penyampaian amanat secara baik dan jelas 5 6. Kreatifitas dalam mengembangkan dialog dan teks samping 5 Jumlah 30 Nilai akhir = Perolehan skor x 100 Skor maksimal Menyetujui Wonosari, Mei 2012 Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Drs. Hari Praptono Itta Kartika NIP NIM

163 Lampiran 11 : Materi Pembelajaran yang Disampaikan Kepada Siswa 146

164 147 A. Drama 1) Pengertian Naskah Drama Naskah adalah teks tertulis, sedangkan drama adalah cerita yang dilukiskan dalam gerak yang berisi dialog-dialog antar tokoh. Suryaman (2010: 10) menyatakan drama adalah karya sastra yang berupa dialog-dialog dan memungkinkan untuk dipertunjukkan sebagai tontonan. Drama termasuk seni sastra. Menurut Wiyanto (2002: 31-32), naskah drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Naskah drama bentuk dan susunannya berbeda dengan naskah cerita pendek atau novel. Naskah drama tidak mengisahkan cerita secara langsung. Penuturan ceritanya diganti dengan dialog para tokoh. Jadi, naskah drama itu mengutamakan ucapan-ucapan atau pembicaraan para tokoh. Dari pembicaraan para tokoh itu penonton dapat menangkap dan mengerti seluruh ceritanya. 2) Unsur-unsur Naskah Drama a) Plot atau alur Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan (Waluyo 2001: 8). b) Tema Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang

165 148 menarik (Wiyanto, 2002: 23). Waluyo (2001: 24) menyatakan tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema berhubungan dengan premis dari drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandangan yang dikemukakan oleh pengarangnya. Sudut pandangan ini sering dihubungkan dengan aliran yang dianut oleh pengarang tersebut. c) Latar atau setting Waluyo (2001: 23) menyatakan bahwa latar atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar cerita. Wiyatmi (2006: 51) menyatakan latar dalam naskah drama meliputi latar tempat, waktu dan suasana yang akan ditunjukkan dalam teks samping. d) Penokohan Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian peristiwa yang digambarkan di dalam plot. Menurut Wiyanto (2002: 27), karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Dari sisi sifatnya dalam cerita, tokoh dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tokoh mayor, yakni tokoh yang bersifat penting dan tokoh minor, yakni tokoh yang tidak terlalu penting. e) Dialog Dalam drama ada dua macam cakapan, yaitu dialog dan monolog. Disebut dialog ketika ada dua orang atau lebih tokoh yang bercakap-cakap. Disebut monolog ketika seseorang tokoh bercakap-cakap dengan dirinya

166 149 sendiri. Dialog dan monolog merupakan bagian penting dalam drama, karena hampir sebagaian besar teks didominasi oleh dialog dan monolog. Itulah yang membedakan teks drama dengan puisi dan novel (Wiyatmi, 2006: 52). f) Lakuan Dalam sebuah drama, lakuan tidak selamanya badaniah, dengan gerak-gerik tubuh, tetapi dapat juga bersifat batiniah, atau laku batin, yaitu pergerakan yang terjadi dalam batin pelaku. Dalam hal ini gerakan itu hanya dihasilkan oleh dialog. Dialog akan menggambarkan perubahan atau kekusutan emosi yang terungkap dalam sebagaian dari percakapan pelakunya. Di sini situasi batin dapat pula terlihat dari gerak-gerik fisik seseorang, yang disebut sebagai dramatik action yang terbaik (Grabanier dalam Wiyatmi, 2006: 52-53). g) Teks Samping Teks samping atau petunjuk teknis mempunyai nama lain yaitu kramanggung. Dalam bahasa Inggris sering disebut stage direction atau business ataupun nebentext. Namun banyak orang yang menggunakan istilah teks samping untuk menyebut kramagung. Dalam kramagung dibutuhkan pengalaman visual yang kuat untuk memberi wujud secara lahir yang bersumber dari lubuk batin, agar drama menjadi gambaran kehidupan yang seolah-olah nyata untuk pementasan. Teks samping juga berguna sekali untuk memberikan petunjuk kapan aktor harus diam, pembicaraan pribadi, lama waktu sepi antar kedua pemain, jeda-jeda kecil atau panjang, dan sebagainya (Waluyo 2001: 29).

167 150 h) Amanat Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau penonton drama (Wiyanto 2002: 24). Pesan itu tentu saja tidak saja disampaikan secara langsung, tetapi lewat lakon naskah drama yang ditulisnya. Artinya, pembaca atau penonton dapat menyimpulkan, pelajaran moral apa yang diperoleh dari membaca atau menonton drama itu. B. Kaidah-Kaidah Penulisan Naskah Drama 1) Sumber Penulisan a) Ide atau imajinasi b) Cerita-cerita legenda, cerpen, novel, dongeng dan lain sebagainya. c) Kejadian-kejadian/ keadaan sosial masyarakat. 2) Bentuk Naskah Drama Naskah drama berbentuk dialog-dialog tokoh disertai petunjuk (teknis permainan). 3) Kaidah Penulisan Naskah Drama a) Kalimat dialog tidak menggunakan tanda petik (... ) b) Nama tokoh ditulis sejajar dengan dialog. c) Petunjuk teknis (keterangan) ditulis dengan huruf yang berbeda atau dengan huruf kapital. 4) Langkah-langkah Penulisan Naskah Drama a) Menentukan tema/topik b) Menentukan isi cerita

168 151 c) Menentukan alur d) Membuat kerangka e) Mengembangkan kerangka f) Melakukan evaluasi dan pembenahan.

169 Lampiran 12 : Lembar Penilaian Menulis Naskah Drama 152

170 153 PEDOMAN PENILAIAN MENULIS NASKAH DRAMA No Aspek Kriteria Indikator Skor 1. Tema Kesesuaian isi SANGAT BAIK : isi cerita sangat relevan 5 dengan tema dengan tema yang telah ditentukan. BAIK: isi cerita relevan dengan tema yang 4 telah ditentukan. SEDANG: isi cerita agak relevan dengan 3 tema yang ditentukan. KURANG : isi cerita kurang relevan dengan 2 tema yang ditentukan. SANGAT KURANG : isi cerita tidak relevan 1 2. Latar Kreativitas dalam mengembangkan latar dalam cerita 3. Tokoh/ perwatakan Penokohan dan kesesuaian karakter tokoh 4. Alur Penyajian alur secara logis dengan tema yang ditentukan. SANGAT BAIK: latar cerita dikembangkan dengan kreatif dan menarik tanpa keluar dari tema yang ditentukan. BAIK : latar cerita dikembangkan secara kreatif tanpa keluar dari tema yang telah ditentukan. SEDANG : pengembangan latar cerita kurang kreatif. KURANG : kurang ada pengembangan latar. SANGAT KURANG: tidak terdapat pengembangan latar dalam cerita SANGAT BAIK: ekspresi penokohan sangat baik dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang sangat logis. BAIK : ekspresi penokohan ditampilkan baik dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang logis. SEDANG : ekspresi penokohan agak baik dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang agak logis. KURANG : ekspresi penokohan kurang baik dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang tidak logis. SANGAT KURANG: ekspresi penokohan tidak baik dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang tidak logis. SANGAT BAIK: penyajian alurnya sangat baik, runtut dan menarik. BAIK : urutan cerita logis, runtut dan tidak terpotong-potong. SEDANG: urutan cerita logis, runtut namun terpotong dan kurang lengkap. KURANG: urutan cerita tidak logis, tidak runtut, terpotong dan tidak lengkap. SANGAT KURANG: tidak ada alur yang

171 154 jelas dalam cerita yang disajikan. 5. Amanat Penyampaian SANGAT BAIK: adanya penyampaian 5 amanat secara amanat dengan tepat dan santun disertai santun dan tepat contoh yang mendukung. BAIK : adanya penyampaian amanat, disertai 4 contoh baik tersurat atau tersirat. SEDANG : adanya penyampaian amanat 3 namun tidak disertai contoh baik tersurat atau tersirat. KURANG: kurang adanya penyampaian 2 amanat tidak disertai contoh baik tersurat atau tersirat. SANGAT KURANG: tidak adanya amanat 1 yang disampaikan dan contoh yang diberikan. 6. Dialog Kreativitas dalam SANGAT BAIK: dialog dikembangkan 5 dan teks mengembangkan dengan sangat baik, diksi dan gaya samping dialog dan teks bahasanya kreatif dan memiliki teks samping samping yang mendukung cerita dengan baik. BAIK : dialog dikembangkan dengan 4 ekspresi penokohan/karakter tiap-tiap tokoh menggunakan gaya bahasa dan diksi yang baik disertai teks samping yang jelas tidak keluar dari tema yang diangkat. SEDANG: pengembangan dialog kurang 3 kreatif, ekspresi penokohan kurang lancar dan kesesuaian karakter tokoh yang ditulis dalam dialog kurang logis serta teks samping yang kurang sesuai dengan tema yang diangkat. 2 KURANG: dialog yang dipakai kurang kreatif dan cenderung dengan gaya bahasa yang monoton pada tiap tokoh, kesesuaian dialog dengan karakter tokoh tidak adanya teks samping sehingga dialog menjadi kabur. 1 SANGAT KURANG: dialog yang dipakai sama sekali tidak kreatif, gaya bahasanya kaku dan tidak adanya teks samping. Total skor 30 Nilai Skor akhir x 100 Skor maksimal

172 Lampiran 13 : Contoh Hasil Naskah Drama Siswa Pretest 155

173

174

175 158 Analisis menurut kriteria Aspek tema (kesesuaian isi cerita dengan tema) : 3 : isi cerita agak relevan dengan tema yang telah ditentukan. Aspek latar (kreativitas dalam mengembangkan latar cerita) : 3 : pengembangan latar cerita kurang kreatif. Aspek tokoh/perwatakan (penokohan dan kesesuaian karakter tokoh) : 4 : Ekspresi penokohan ditampilkan baik dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang logis. Aspek alur (penyajian alur secara logis) : 3 : Urutan cerita sudah logis dan runtut namun terpotong dan kurang lengkap sehingga jalan cerita kurang jelas. Aspek amanat (penyampaian amanat secara santun dan tepat) : 2 : Kurang adanya penyampaian amanat yang tidak disertai contoh baik tersurat atau tersirat. Aspek dialog dan teks samping (kreativitas dalam mengembangkan dialog dan teks samping) : 3 : Pengembangan dialog kurang kreatif, ekspresi penokohan kurang lancar dan kesesuaian karakter tokoh yang ditulis dalam dialog kurang logis serta teks samping yang kurang sesuai dengan tema yang diangkat. Nilai = Skor akhir x 100 Skor maksimal = 18 x = 60

176 Lampiran 14 : Contoh Hasil Naskah Drama Siswa Perlakuan I 159

177

178

179 162 Analisis menurut kriteria Aspek tema (kesesuaian isi cerita dengan tema) : 4 : isi cerita relevan dengan tema yang telah ditentukan. Aspek latar (kreativitas dalam mengembangkan latar cerita) : 4 : latar cerita dikembangkan secara kreatif tanpa keluar dari tema yang telah ditentukan. Aspek tokoh/perwatakan (penokohan dan kesesuaian karakter tokoh) : 4 : ekspresi penokohan ditampilkan baik dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang logis. Aspek alur (penyajian alur secara logis) : 4 : urutan cerita logis, runtut dan tidak terpotong-potong. Aspek amanat (penyampaian amanat secara santun dan tepat) : 4 : adanya penyampaian amanat yang disertai contoh baik tersurat atau tersirat. Aspek dialog dan teks samping (kreativitas dalam mengembangkan dialog dan teks samping) : 3 : Pengembangan dialog kurang kreatif, ekspresi penokohan kurang lancar dan kesesuaian karakter tokoh yang ditulis dalam dialog kurang logis serta teks samping yang kurang sesuai dengan tema yang diangkat. Nilai = Skor akhir x 100 Skor maksimal = 23 x = 76

180 Lampiran 15 : Contoh Hasil Naskah Drama Siswa Perlakuan II 163

181

182

183

184

185

186

187 167 Analisis menurut kriteria Aspek tema (kesesuaian isi cerita dengan tema) : 4 : isi cerita relevan dengan tema yang telah ditentukan. Aspek latar (kreativitas dalam mengembangkan latar cerita) : 4 : latar cerita dikembangkan secara kreatif tanpa keluar dari tema yang telah ditentukan. Aspek tokoh/perwatakan (penokohan dan kesesuaian karakter tokoh) : 4 : ekspresi penokohan ditampilkan baik dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang logis. Aspek alur (penyajian alur secara logis) : 4 : urutan cerita logis, runtut dan tidak terpotong-potong. Aspek amanat (penyampaian amanat secara santun dan tepat) : 4 : adanya penyampaian amanat yang disertai contoh baik tersurat atau tersirat. Aspek dialog dan teks samping (kreativitas dalam mengembangkan dialog dan teks samping) : 3 : Pengembangan dialog kurang kreatif, ekspresi penokohan kurang lancar dan kesesuaian karakter tokoh yang ditulis dalam dialog kurang logis serta teks samping yang kurang sesuai dengan tema yang diangkat. Nilai = Skor akhir x 100 Skor maksimal = 23 x = 76

188 Lampiran 16 : Contoh Hasil Naskah Drama Siswa Perlakuan III 168

189

190

191

192

193 173 Analisis menurut kriteria Aspek tema (kesesuaian isi cerita dengan tema) : 4 : isi cerita relevan dengan tema yang telah ditentukan. Aspek latar (kreativitas dalam mengembangkan latar cerita) : 4 : latar cerita dikembangkan secara kreatif tanpa keluar dari tema yang telah ditentukan. Aspek tokoh/perwatakan (penokohan dan kesesuaian karakter tokoh) : 4 : ekspresi penokohan ditampilkan baik dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang logis. Aspek alur (penyajian alur secara logis) : 4 : urutan cerita logis, runtut dan tidak terpotong-potong. Aspek amanat (penyampaian amanat secara santun dan tepat) : 3 : adanya penyampaian amanat tetapi tidak disertai contoh, baik tersurat atau tersirat. Aspek dialog dan teks samping (kreativitas dalam mengembangkan dialog dan teks samping) : 3 : pengembangan dialog kurang kreatif, ekspresi penokohan kurang lancar dan kesesuaian karakter tokoh yang ditulis dalam dialog kurang logis serta teks samping yang kurang sesuai dengan tema yang diangkat. Nilai = Skor akhir x 100 Skor maksimal = 22 x = 73

194 Lampiran 17 : Contoh Hasil Naskah Drama Siswa Postest 174

195

196

197

198

199 179 Analisis menurut kriteria Aspek tema (kesesuaian isi cerita dengan tema) : 4 : isi cerita relevan dengan tema yang telah ditentukan. Aspek latar (kreativitas dalam mengembangkan latar cerita) : 4 : latar cerita dikembangkan secara kreatif tanpa keluar dari tema yang telah ditentukan. Aspek tokoh/perwatakan (penokohan dan kesesuaian karakter tokoh) : 4 : ekspresi penokohan ditampilkan baik dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang logis. Aspek alur (penyajian alur secara logis) : 4 : urutan cerita logis, runtut dan tidak terpotong-potong. Aspek amanat (penyampaian amanat secara santun dan tepat) : 4 : adanya penyampaian amanat disertai contoh baik tersurat atau tersirat. Aspek dialog dan teks samping (kreativitas dalam mengembangkan dialog dan teks samping) : 4 : dialog dikembangkan ekspresi penokohan/karakter tiap-tiap tokoh menggunakan gaya bahasa dan diksi yang baik disertai teks samping yang jelas tidak keluar dari tema yang diangkat. Nilai = Skor akhir x 100 Skor maksimal = 24 x = 80

200 Lampiran 18 : Dokumentasi Penelitian 180

201 181 Siswa Kelas Kontrol Kegiatan Menulis Naskah Drama Siswa Kelompok Kontrol

202 182 Siswa Kelas Eksperimen Kegiatan Menulis Naskah Drama Siswa Kelompok Eksperimen

203 Siswa Kelompok Eksperimen Memperhatikan Film Indie (Independent) 183

204 184 Kelas Diluar Sampel Uji Coba Instrumen

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM INDIE (INDEPENDENT) TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 WONOSARI, GUNUNGKIDUL

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM INDIE (INDEPENDENT) TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 WONOSARI, GUNUNGKIDUL KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM INDIE (INDEPENDENT) TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 WONOSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan pembelajaran naskah drama menggunakan media film indie

BAB II KAJIAN TEORI. dan pembelajaran naskah drama menggunakan media film indie BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori Dalam deskripsi teori di bawah ini akan diuraikan beberapa hal sebagai landasan penelitian, yaitu tentang hakikat menulis, pengertian naskah drama, dan pembelajaran

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Drama Kata drama berasal dari bahasa Greek, tegasnya dan kata kerja Dran yang berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional Republik Indonesia dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang dipelajari siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari keterampilan menulis sastra. Keterampilan menulis naskah drama tidak datang dengan sendirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa berhubungan erat dan saling melengkapi dengan pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Sebagai

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS TEKS PERCAKAPAN MELALUI MEDIA GAMBAR DI KELAS IV SDN 1 LIMBOTO KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS TEKS PERCAKAPAN MELALUI MEDIA GAMBAR DI KELAS IV SDN 1 LIMBOTO KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS TEKS PERCAKAPAN MELALUI MEDIA GAMBAR DI KELAS IV SDN 1 LIMBOTO KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO Evi Hasim (Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan) Masalah dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP secara umum adalah sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia,

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Data Skor Pretest dan Postest Keterampilan Menulis. Naskah Drama Kelompok Kontrol

Lampiran 1 : Data Skor Pretest dan Postest Keterampilan Menulis. Naskah Drama Kelompok Kontrol LAMPIRAN 112 Lampiran 1 : Data Skor Pretest dan Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok Kontrol 113 114 Tabel Lampiran 1 : Data Skor Pretest dan Postest Keterampilan Menulis Naskah Drama Kelompok

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian yang dilakukan oleh Maimun Ladiku (2008) Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, terdapat empat aspek kebahasaan yang harus dikuasai siswa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pada hasil temuan penelitian dan analisis data mengenai struktur, pandangan dunia pengarang, struktur sosial pengarang, nilai edukatif, dan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN STRATEGI WEBBING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MINGGIR, SLEMAN SKRIPSI

KEEFEKTIFAN STRATEGI WEBBING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MINGGIR, SLEMAN SKRIPSI KEEFEKTIFAN STRATEGI WEBBING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MINGGIR, SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak dan menjadikannya lebih tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan menulis naskah drama berdasarkan unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah karya seni merupakan suatu kegiatan kreatif yang dihasilkan oleh seorang seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan rahmatnya kita bisa membuat makalah ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini bermanfaat

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN METODE QUANTUM LEARNING DALAM KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR BAYAT KLATEN SKRIPSI

KEEFEKTIFAN METODE QUANTUM LEARNING DALAM KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR BAYAT KLATEN SKRIPSI KEEFEKTIFAN METODE QUANTUM LEARNING DALAM KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR BAYAT KLATEN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : XI Semester : 1 Standar : Mendengarkan 1. Memahami berbagai informasi dari sambutan/khotbah dan 1.1 Menemukan pokok-pokok isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan 1 BAB I PENDAHULUN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan bertujuan untuk menghasilkan sebuah tulisan. Pada dasarnya kegiatan berbahasa terutama menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama DRAMA A. Definisi Drama Kata drama berasal dari kata dramoi (Yunani), yang berarti menirukan. Aristoteles menjelaskan bahwa drama adalah tiruan manusia dalam gerak-gerik. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian penting dalam kerangka pengembangan pendidikan nasional yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan suatu kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir, serta keterampilan ekspresi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA SMA Negeri 1 Wonogiri Mata Pelajaran/Tema : Bahasa Indonesia/ Kelas/Semester Waktu : XI / Ganjil : 1 x Pertemuan (2 x 45 menit) Hari : Kamis, 23 Desember

Lebih terperinci

O 1 X O 2. Keterangan: O 1 = nilai pretest O 2 = nilai posttest X = pembelajaran dengan menggunakan media audio visual ilustrasi tokoh

O 1 X O 2. Keterangan: O 1 = nilai pretest O 2 = nilai posttest X = pembelajaran dengan menggunakan media audio visual ilustrasi tokoh BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode eksperimen semu dengan desain one-group pretest-posttest design. Pada tipe ini, siswa diberikan pretest

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi ABSTRACT Artikel ini memberikan hasil penelitian dari

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan KEEFEKTIFAN TEKNIK STORYBOARD DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGPUCUNG CILACAP SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) 32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dipelajari dan dikuasai yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA Oleh Novita Tabelessy Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa 1 BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Pembelajaran sastra dalam pelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu: prosa fiksi, puisi dan drama. Drama dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Kedudukan Pembelajaran Mengidentifikasi Konflik Teks Drama dengan Menggunakan Metode Numbered Head Together dalam Kurikulum 2013 Mata Pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf. BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tarigan (2008: 3) menyatakan bahwa menulis merupakan keterampilan

Lebih terperinci

SILABUS. Jenis Tagihan: pokok-pokok isi. Mendengarkan sambutan atau khotbah. tugas individu sambutan/ isi sambutan. khotbah yang didengarkan

SILABUS. Jenis Tagihan: pokok-pokok isi. Mendengarkan sambutan atau khotbah. tugas individu sambutan/ isi sambutan. khotbah yang didengarkan KELAS XI SEMESTER 1 SILABUS Semester : 1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 1. Memahami berbagai informasi dari sambutan/khotbah dan wawancara 1.1 Menemukan pokok-pokok isi sambutan/ khotbah yang didengar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan saat ini mulai menurun kualitasnya, salah satu faktor menurunnya kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN MEDIA BUKU HARIAN DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERCERITA SISWA SMP NEGERI 3 TEPUS SKRIPSI

KEEFEKTIFAN MEDIA BUKU HARIAN DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERCERITA SISWA SMP NEGERI 3 TEPUS SKRIPSI KEEFEKTIFAN MEDIA BUKU HARIAN DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERCERITA SISWA SMP NEGERI 3 TEPUS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA SATU BABAK DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VIII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039 KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai tentu harus melalui proses pembelajaran secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan, pikiran, juga sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa yang dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kemampuan Kemampuan menyimak manusia sangat terbatas. Manusia yang sudah terlatih baik dan sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahasa Indonesia adalah dengan cara penguasaan segala aspek keterampilan berbahasa oleh peserta didik. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui Dialog Naskah Drama dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2.1.1 Standar Kompetensi Standar kompetensi mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drama merupakan karya sastra yang dalam penulisan teksnya berisikan dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Seperti fiksi, drama berpusat pada satu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan masalah yang dirumuskan sebelumnya yaitu menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan dalam mencapai suatu tujuan. Misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan metode serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bekalang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang akan senantiasa memerlukan interaksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan media untuk berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi dengan baik secara lisan ataupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis 1. Pengertian Menulis Menurut Dalman (2014, hlm. 3) menulis merupakan suatu kegiatan berkomunikasi dalam bentuk penyampaian pesan (informasi) secara tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN MEDIA TELEVISI REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NARASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANGUNTAPAN BANTUL SKRIPSI

KEEFEKTIFAN MEDIA TELEVISI REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NARASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANGUNTAPAN BANTUL SKRIPSI 108 KEEFEKTIFAN MEDIA TELEVISI REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NARASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANGUNTAPAN BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dan berlangsung secara terus menerus dari generasi ke generasi. Pendidikan merupakan sesuatu yang universal, bersifat umum karena

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016. 0 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016 Oleh Sri Gustina Limbong Drs. Malan Lubis, M.Hum. Penelitian

Lebih terperinci