DALAM SEDIMEN DI PERAIRAN TELUK BULI MENGGUNAKAN INDEKS GEOAKUMULASI DAN INDEKS BEBAN PENCEMARAN
|
|
- Handoko Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT Pb, Cd, Cu, Ni, Zn, DAN Fe DALAM SEDIMEN DI PERAIRAN TELUK BULI MENGGUNAKAN INDEKS GEOAKUMULASI DAN INDEKS BEBAN PENCEMARAN JURNAL OLEH : M. ARMAN AHMAD PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE 2015
2 TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT Pb, Cd, Cu, Ni, Zn, DAN Fe DALAM SEDIMEN DI PERAIRAN TELUK BULI MENGGUNAKAN INDEKS GEOAKUMULASI DAN INDEKS BEBAN PENCEMARAN M. Arman Ahmad 1), Muhajir Marsaoly 2), Reni Tyas Asrining Pertiwi 2) 1) Alumni Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. 2) Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun Ternate. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pencemaran logam berat Pb, Cd, Cu, Ni, Zn Dan Fe dalam sedimen di perairan Teluk Buli dengan menggunakan dua cara yang berbeda yaitu Indeks Beban Pencemaran (Pollution Load Index, PLI) dan Indeks Geoakumulasi (Geoaccumulation Index, I_geo). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi dan kajian mengenai logam berat di perairan sekitar Teluk Buli. Sehingga diharapkan agar menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan dan pengelolaan lingkungan di perairan Teluk Buli. Penelitian ini dilaksanakan di perairan sekitar Teluk Buli pada bulan Januari tahun Pengambilan contoh sedimen dilakukan di lima stasiun disekitar Perairan Teluk Buli Kabupaten Halmahera Timur. Sedangkan alat yang di gunakan untuk menentukan posisi stasiun yaitu Global Positioning System (GPS). Berdasarkan nilai indeks geoakumulasi di Teluk Buli untuk logam berat Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dan Fe nilai rerata seluruh logam berat lebih kecil dari 0 (I_geo<0), yang berarti sedimen masuk kategori tidak tercemar oleh seluruh logam berat tersebut. Sedangkan berdasarkan perhitungan analisis indeks beban pencemaran (PLI) nilainya lebih kecil dari 1 (PLI<1), yang berarti secara keseluruhan sedimen di perairan Teluk Buli ini termasuk kategori tidak tercemar oleh logam Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dan Fe. Kata Kunci : Tambang, Logam berat, Indeks Geoakumulasi, Indeks Beban Pencemar PENDAHULUAN Pengaruh aktivitas manusia melalui kegiatan pertambangan tersebut mengakibatkan meningkatnya kadar logam berat di lingkungan laut, merusak lingkungan dan kehidupan organisme laut. Peningkatan logam berat ini akan berubah menjadi racun bagi organisme laut. Selain bersifat racun, logam berat akan terakumulasi dalam sedimen dan biota melalui proses gravitasi, biokonsentrasi, bioakumulasi dan biomagnifikasi oleh biota laut (Maslukah, 2013). Sebagai salah satu daerah yang mempunyai sumber daya alam yang sangat besar, Maluku Utara mempunyai kesempatan untuk mengembangkan
3 segala potensi untuk dimanfaatkan. Salah satu potensi tersebut adalah logam Nikel (Ni) di Teluk Buli. Potensi sumberdaya nikel yang diketahui berada di daerah Halmahera Timur, Maluku Utara ± 220 juta ton, tersebar dibeberapa lokasi yaitu Tanjung Buli, Pulau Gee, Pulau Gebe, Pulau Obi, dan Teluk Weda (Gunawan, 2008). PT. ANTAM Tbk, sebagai salah satu perusahaan negara yang bergerak dalam bidang pertambangan, pada saat ini melakukan operasi penambangan nikel laterit di kawasan Halmahera Timur, Maluku Utara. Ada beberapa daerah KP (Kuasa Pertambangan) yang dimiliki PT ANTAM Tbk di kawasan ini, yaitu Tanjung Buli, Mornopo, Pulau Pakal, dan Pulau Gee. Penambangan nikel laterit di site Tanjung Buli dilaksanakan oleh PT. Yudhistira Bumi Bhakti (PT.YBB) sebagai kontraktor tambang dari PT. Antam Tbk. Luas KP di site Tanjung Buli ini 640 ha dengan target produksi bijih nikel sebesar ton untuk tahun 2007 (Gunawan, 2008). BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan diperairan sekitar Teluk Buli pada bulan Januari Tahun Pengambilan contoh sedimen dilakukan di empat stasiun disekitar Perairan Teluk Buli Kabupaten Halmahera Timur. Sedangkan alat yang di gunakan untuk menentukan posisi stasiun yaitu Global Positioning System. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
4 Alat dan Bahan Alat yang digunakan selama melakukan penelitian diantaranya sebagai berikut : Tabel 1. Alat dan Kegunaan No Alat Kegunaan 1 Grab dari stainles steel Mengambil contoh sedimen 2 Botol polyethylene Wadah contoh 3 Plastik klip Wadah contoh 4 GPS (Global Positioning System) Menandai area penelitian 5 AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry) Menganalisa contoh Sedangkan bahan yang digunakan terdiri dari contoh sedimen, es untuk mengawetkan contoh dan bahan kimia pengawet contoh (HCL, HNO 3 ). Prosedur Kerja Contoh sedimen diambil dengan menggunakan grab yang terbuat dari stainles steel pada 4 stasiun pengamatan dan diambil pada lapisan permukaan (0-5 m). Kemudian contoh sedimen dimasukkan ke dalam plastik klip. Di laboratorium, contoh sedimen dimasukkan dalam cawan teflon dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C selama 24 jam. Setelah kering dikocok beberapa kali dengan air suling (Lorring dan Rantala, 1977). Contoh sedimen dikeringkan kembali pada suhu 100 o C selama 24 jam, kemudian digerus hingga halus. Sebanyak 5 gram contoh sedimen kering dimasukkan dalam cawan teflon, didestruksi dengan menggunakan HNO 3 /HCl pekat dan biarkan pada suhu ruang ± 4 jam. Destruksi dilanjutkan pada suhu 90 0 C selama 8 jam. Analisa Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dan Fe ditentukan dengan AAS Varian SpectrAA-20 Plus menggunakan nyala campuran udara asetilen (Westerlund & Magnuson, 1981). Penilaian toksisitas sedimen dilakukan membandingkan hasil penelitian dengan Baku Mutu Sedimen (CCME, 2002), (BCMWLAP, 2006b) Penentuan Status Mutu Penilaian untuk sedimen dilakukan dengan menggunakan NAB (nilai ambang batas) yang ditetapkan oleh Turekian & Wedepohl (1961). Tingkat pencemaran logam berat dalam sedimen ditentukan dengan menggunakan Faktor Kontaminasi (CF), Indeks Beban Pencemaran, (PLI), dan Indeks geoakumulasi (I_geo) (Parizanganeh et al., 2012). CF = Cx C background (Bn ) I_Geo = log 2 Cx 1,5 Bn
5 PLI = [CF1 X CF2 x CF3...CFn] 1/n, Dimana : Cx = Konsentrasi logam X dalam contoh, Bn = Konsentrasi normal logam X di alam (standar baku mutu), n = Jumlah logam, 1,5 = Konstanta. Tabel 2. Kriteria Faktor Kontaminasi, Indeks Beban Pencemaran, dan Indeks geoakumulasi No Indeks Geoakumulasi Indeks Beban Pencemaran Faktor Kontaminasi (CF) (I_Geo) (PLI) 1 I_geo < 0: tidak tercemar, PLI <1 : tidak tercemar, Cf <1 : tingkat kontaminasi rendah, 2 0<I-geo<1: tercemar ringan, PLI 1-2 : tidak tercemar sampai tercemar ringan, 1<Cf<3: tingkat kontaminasi sedang, 3 1<I_geo<2: tercemar sedang, PLI 2-4 : tercemar sedang, 3<Cf<6: tingkat kontaminasi cukup, 4 2<I_geo<3: tercemar cukup berat, PLI 4-6 : tercemar berat, Cf>6: tingkat kontaminasi sangat tinggi. 5 3<I_geo<4: tercemar parah, PLI 6-8 : tercemar sangat berat, 6 4<I_geo<5: tercemar luar biasa berat, PLI: 8-10 : tercemar luar biasa berat. 7 I_geo>5: tercemar sangat luar biasa berat. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran kadar kontaminan logam berat Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dan Fe dalam sedimen di perairan Teluk Buli disajikan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Kadar Logam Berat (ppm) dalam sedimen di Perairan Teluk Buli, Januari Pb Cd Cu Ni Zn Fe 1 0,897 6,577 22,989 42,551 11,8 8, ,095 0,095 12,5 99,714 50,8 94, ,098 0,098 17,081 0,755 31,8 53, ,889 0,497 21,475 0, ,610 Min 0,095 0,095 12,5 0,31 11,8 8,998 Max 1,889 6,577 22,989 99, ,017 Std.Dev 0,851 3,179 4,726 46,969 20,1 36,084 Rerata 0,745 1,817 18,511 35,833 37,6 47,327 KA* 20** 0.3** 45** 68** 95** ** *KA : Kadar Alami **Turekian & Wedepohl (1961)
6 Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Logam Berat Pb, Cd, Cu, Ni, Zn, dan Fe Per Kadar Pb Per (ppm) Kadar Ni Per (ppm) Kadar Cd Per (ppm) Kadar Zn Per (ppm) Kadar Cu Per (ppm) Kadar Fe Per (ppm) Gambar 2. Kadar Logam Berat Dilihat Per Dari Gambar diatas dapat dilihat berdasarkan letak stasiun terdapat pada kadar Pb berkisar antara stasiun 4 yakni ppm. Dari data ppm dengan rerata ppm. Nilai diatas menunjukkan ke empat stasiun terendah Pb terdapat distasiun 2 yakni masih jauh dibawah ambang baku yang ppm dan nilai tertinggi Pb ditetapkan. Tapi jika nilai tertinggi per
7 stasiun maka stasiun 4 lebih tinggi dibandingkan stasiun lainnya. Hal ini karena stasiun 4 merupakan kawasan pasar dan perumahan padat penduduk, sehingga pada stasiun ini menerima banyak masukan logam Pb dari daratan. Menurut Saryan et al., (1994) Penggunaan timbal terbesar lainnya adalah dalam produksi baterai penyimpan untuk mobil. Kadar Cd dalam sedimen berkisar antara 0,095 6,577 ppm dengan rerata 1,817 ppm. Kadar Cd tertinggi terdapat distasiun 1 dan terendah distasiun 2. Data ini menunjukkan bahwa stasiun 1 menerima masukan limbah yang mengandung Cd lebih banyak dibandingkan dengan stasiun lain. Bahkan jika dilihat per stasiun maka stasiun 1 telah jauh melewati kadar baku mutu yang ditetapkan yaitu 0.3 ppm (Turekian & Wedepohl, 1979). Lokasi pada stasiun 4 merupakan kawasan pasar dan pemukiman padat penduduk, sehingga kadar Cd disini banyak menerima masukan dari daratan. Sesuai dengan pernyataan Darmono (1995) Sumber kadmium dapat berasal dari pabrik peleburan besi, baja, produksi semen, pembakaran sampah, dan penggunaan logam yang berhubungan dengan hasil produksinya (pabrik baterai, aki, pigmen warna, pestisida, gelas, dan keramik). Walaupun demikian, kadar Cd yang telah melewati ambang baku yang ditetapkan tersebut masih dalam batas kewajaran. Sedangkan pada stasiun 1 kadar logam berat Cd telah jauh melewati ambang baku mutu yang ditetapkan, ini disebabkan karena lokasi stasiun 1 tepat berada ditambang aktif milik PT ANTAM di Bukit Maronopo. Sehingga pada saat dilakukan proses eksplorasi nikel, logam Cd menjadi logam ikutan pada bahan mentah hasil pertambangan nikel tersebut. Kadar Cu dalam sedimen berkisar ppm dengan rerata ppm. Kadar Cu ini juga tidak merata disetiap stasiun. Kadar Cu tertinggi dijumpai pada stasiun 1 dan terendah distasiun 2. Sebaran logam Cu pada ke empat stasiun cukup merata dan masih dibawah ambang baku mutu yang ditetapkan. Canadian Council of Ministers for the Environment (CCME, 2002) menyatakan Nilai Ambang Batas Cu dalam sedimen untuk perlindungan biota adalah 35,7 ppm. Pedoman Kualitas Sedimen (SQG) menetapkan sedimen yang tidak tercemar kadar Cu < 25 ppm (Harikumar et al., 2010). Kadar rerata Cu di permukaan bumi adalah 45 ppm. Dengan demikian bila
8 mengacu pada CCME, dapat dikatakan bahwa sedimen diperairan ini baik untuk kehidupan biota laut. Kadar Ni berkisar ppm dengan rerata ppm. Kadar Ni juga bervariasi di setiap stasiun. Kadar Ni tertinggi dijumpai pada stasiun 2 dan terendah distasiun 4. Meskipun pada stasiun 1 dan 2 nilai Ni tinggi namun stasiun 1 masih dibawah ambang baku mutu yang ditetapkan, sedangkan pada stasiun 2 telah melewati kadar baku mutu yang ditetapkan oleh Turekian & Wedepohl (1979). Tingginya kadar logam berat Ni pada kedua stasiun ini tidak terlepas dari lokasi dimana kedua sampel sedimen ini diambil. Pada stasiun 1 terdapat tambang nikel aktif di Bukit Maronopo milik PT ANTAM dan stasiun 2 merupakan pelabuhan bongkar muat nikel milik PT ANTAM. Untuk stasiun 3 dan 4 menerima sedikit masukan limbah logam berat Ni, karena pada stasiun 3 Pulau Gee sudah tidak lagi beroperasi tambang nikel dan sedang dalam tahap penghijauan kembali sedangkan stasiun 4 merupakan kawasan pemukiman padat penduduk. British Columbia Ministry of Water, Land and Air Protection (BCMWLAP)(2006b) menyatakan nilai terendah Ni dalam sedimen yang dapat menimbulkan efek negatif adalah 16 ppm. Kadar normal rerata Ni di alam adalah 68 ppm (Turekian & Wedepohl, 1961). Pedoman Kualitas Sedimen (SQG) menetapkan kadar Ni dalam sedimen yang tidak tercemar adalah < 20 ppm, dan dalam sedimen yang tercemar sedang antara (Harikumar et al., 2010). Berdasarkan BCMWLAP (2006b) tersebut maka dapat dikatakan bahwa kadar Ni cukup berbahaya bagi biota laut. Kadar Zn dalam sedimen berkisar ppm dengan rerata 37.6 ppm. Kadar Zn ini juga bervariasi disetiap stasiun. Kadar Zn tertinggi dijumpai distasiun 4 dan terendah distasiun 1. Kadar Zn ini relatif masih rendah bila dibandingkan dengan kadar alamiah Zn di alam yakni 95 ppm (Turekian & Wedepohl, 1961). Kadar logam berat Zn pada stasiun 2 tinggi karena lokasi ini merupakan pelabuhan bongkar muat milik PT ANTAM, sehingga pada saat dilakukan proses bongkar muat nikel ke kapal banyak bahan mentah yang jatuh ke perairan. Untuk stasiun 4 kadar ini tinggi karena lokasi ini merupakan pemukiman padat penduduk. Ini karena sumber utama seng berasal dari aktivitas manusia yaitu buangan limbah (dumping) dan polusi udara yang
9 mengandung Zn sedangkan sumber alami Zn adalah erosi batuan yang mengandung Zn disungai. Sifat pencemar Zn hanya berdampak lokal di pantai, teluk, estuari dan saluran pembuangan limbah (Bryan, 1976). Kadar Fe berkisar ppm dengan rerata ppm. Kadar Fe juga bervarisi di setiap stasiun. Kadar Fe tertinggi dijumpai pada stasiun 2 yang telah melewati kadar alami dan terendah terdapat di stasiun 1. Data ini menunjukkan bahwa stasiun 2 lebih banyak menerima masukan limbah yang mengadung Fe. Kadar Fe hasil penelitian ini relatif tinggi terutama pada stasiun 2 dan 3 yang telah melewati ambang baku mutu yaitu ppm (Turekian & Wedepohl, 1961). Nilai Indeks Geoakumulasi (I_geo) Nilai indeks geoakumulasi logam Pb, Cd, Cu, Ni, Zn, dan Fe dalam sedimen di perairan Teluk Buli disajikan pada Tabel 4. Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai indeks geoakumulasi logam berat terhadap sedimen di perairan Teluk Buli hasil penelitian. Tabel 4. Nilai indeks geoakumulasi (I_geo) sedimen perairan Teluk Buli, Januari Teluk Buli I_geo Pb I_geo Cd I_geo Cu I_geo Ni I_geo Zn I_geo Fe 1-5, , , , Min -8, Max -3, Std.Dev 2, Rerata -6, Dari Tabel 4 diatas dapat dilihat nilai indeks geoakumulasi di Teluk Buli untuk Pb berkisar antara -8,490 sampai -3,989 dengan rerata -6,403. Nilai ini kurang dari 0 yang berarti sedimen masuk kategori tidak tercemar oleh logam Pb. Nilai I_geo Cd berkisar antara -2,244 sampai 3,869 dengan rerata -0,108. Nilai ini kurang dari 0 yang berarti sedimen masuk kategori tidak tercemar oleh logam Cd. Nilai I_geo Cu berkisar antara -2,433 sampai -1,554 dengan rerata -1,905. Nilai ini kurang dari 0 yang berarti sedimen
10 masuk kategori tidak tercemar oleh logam Cu. Nilai I_geo Ni berkisar antara -8,362 sampai -0,033 dengan rerata -4,183. Nilai ini kurang dari 0 yang berarti sedimen masuk kategori tidak tercemar oleh logam Ni. Nilai I_geo Zn berkisar antara -3,594 sampai pada -1,347 dengan rerata -2,148. Nilai ini kurang dari 0 yang berarti sedimen masuk kategori tidak tercemar oleh logam Zn. Terakhir nilai I_geo Fe berkisar antara -2,976 sampai 0,409 dengan rerata -1,021. Nilai ini kurang dari 0 yang berarti sedimen masuk kategori tidak tercemar oleh logam Fe. Nilai indeks geoakumulasi semua logam berat masuk dalam kategori tidak tercemar jika dilihat dari nilai rerata hasil anilisis. Namun jika di lihat per stasiun maka pada logam berat Cd untuk stasiun 1 masuk dalam kategori tercemar parah karena nilai telah melewati 3 dan kurang dari 4. Sedangkan untuk Cd stasiun 4 dan Fe stasiun 2 masuk dalam kategori tercemar ringan karena nilai indeks geoakumulasinya lebih besar dari 0 dan lebih kecil dari 1. Nilai Faktor Kontaminasi (CF) Pada Tabel 5 disajikan hasil perhitungan nilai faktor kontaminasi (Cf) logam Pb, Cd, Cu, Ni, Zn, dan Fe. Dari tabel tersebut dapat dilihat faktor kontaminasi (CF) Pb berkisar 0,005 sampai 0,094 dengan rerata 0,037 (Cf <1), yang berarti bahwa sedimen termasuk kategori terkontaminasi rendah. Nilai faktor kontaminasi (CF) Cd berkisar 0,317 sampai 21,923 dengan rerata 6,056 (Cf>6), yang berarti bahwa sedimen termasuk kategori terkontaminasi sangat tinggi. Nilai faktor kontaminasi (CF) Cu berkisar 0,278 sampai 0,511 dengan rerata 0,411 (Cf>1), yang berarti bahwa sedimen termasuk kategori terkontaminasi rendah. Nilai faktor kontaminasi (CF) Ni berkisar 0,005 sampai 1,466 dengan rerata 0,527 (Cf>1), yang berarti bahwa sedimen termasuk kategori terkontaminasi rendah. Nilai faktor kontaminasi (CF) Zn berkisar 0,124 sampai 0,589 dengan rerata 0,396 (Cf>1), yang berarti bahwa sedimen termasuk kategori terkontaminasi rendah. Nilai faktor kontaminasi (CF) Fe berkisar 0,191 sampai 1,992 dengan rerata 1,003 (1<Cf<3), yang berarti bahwa sedimen termasuk kategori terkontaminasi sedang.
11 Tabel 5. Nilai faktor kontaminasi (CF) Teluk Buli CF Pb CF Cd CF Cu CF Ni CF Zn CF Fe 1 0,045 21,923 0,511 0,626 0,124 0, ,005 0,317 0,278 1,466 0,535 1, ,005 0,327 0,380 0,011 0,335 1, ,094 1,657 0,477 0,005 0,589 0,691 Min 0,005 0,317 0,278 0,005 0,124 0,191 Max 0,094 21,923 0,511 1,466 0,589 1,992 Std.Dev 0,043 10,597 0,105 0,691 0,212 0,764 Rerata 0,037 6,056 0,411 0,527 0,396 1,003 Indeks Beban Pencemaran (PLI) Pada Tabel 6 berikut disajikan nilai PLI di setiap stasiun. Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai PLI berkisar 0,112-0,435 dengan rerata 0,265, nilai ini lebih kecil dari 1 (PLI<1), yang berarti secara keseluruhan sedimen di perairan Teluk Buli ini termasuk kategori tidak tercemar oleh logam Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dan Fe. Tabel 6. Nilai PLI Logam Berat dalam Sedimen di Perairan Buli, Maluku Utara Logam Berat PLI (CFPb CFCd CFCu CF Pb CF Cd CF Cu CF Ni CF Zn CF Fe CFNi CFZn CFFe) 1/6 1 0,045 21,923 0,511 0,626 0,124 0,191 0, ,005 0,317 0,278 1,466 0,535 1,992 0, ,005 0,327 0,38 0,011 0,335 1,137 0, ,094 1,657 0,477 0,005 0,589 0,691 0,224 Min 0,005 0,317 0,278 0,005 0,124 0,191 0,112 Max 0,094 21,923 0,511 1,466 0,589 1,992 0,435 Std.Dev 0,043 10,597 0,105 0,691 0,212 0,764 0,135 Rerata 0,037 6,056 0,411 0,527 0,396 1,003 0,265<1 Dari uraian di atas diketahui bahwa penelitian ini belum dilakukan analisis kadar Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dan Fe dalam sedimen relatif bervariasi disetiap stasiun. Variasi ini dapat disebabkan oleh perbedaan komposisi sedimen di masing-masing stasiun, yang pada komposisi sedimen. Sedimen yang banyak mengandung lumpur biasanya menyerap lebih banyak logam dibandingkan dengan sedimen yang mengandung pasir atau pecahan karang.
12 Lumpur yang kaya akan bahan organik mampu mengikat logam. Logam mempunyai kapasitas yang tinggi untuk membentuk kelat/ligand dengan senyawa organik (Sardan et al., 2011). Claudia et al., (2004) menyatakan, distribusi logam berat pada sedimen laut dipengaruhi oleh tekstur, kandungan mineral lempung (clay minerals), bahan organik, oksida-oksida besi dan mangan serta kalsium karbonat. PENUTUP Kesimpulan 1. Berdasarkan nilai indeks geoakumulasi di Teluk Buli untuk logam berat Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dan Fe jika di lihat per stasiun maka pada logam berat Cd untuk stasiun 1 masuk dalam kategori tercemar parah, sedangkan Cd stasiun 4 dan Fe stasiun 2 masuk dalam kategori tercemar ringan. Tapi nilai I_geo pada penelitian ini dilihat reratanya dan nilai rerata seluruh logam berat lebih kecil dari 0 (I_geo<0), yang berarti sedimen masuk kategori tidak tercemar oleh seluruh logam berat tersebut. 2. Sedangkan berdasarkan perhitungan analisis indeks beban pencemaran (PLI) nilainya berkisar antara 0,112-0,435 dengan rerata 0,265, nilai ini lebih kecil dari 1 (PLI<1), yang berarti secara keseluruhan sedimen di perairan Teluk Buli ini termasuk kategori tidak tercemar oleh logam Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dan Fe. Saran 1. Peneliti sarankan agar kedepannya dilakukan penelitian terhadap logam berat secara menyeluruh mulai air, sedimen, biota dan dampak terhadap manusia diperairan Teluk Buli. 2. Penelitian atau pemantauan perlu dilakukan secara berkala minimal dua atau tiga kali dalam setahun, atau dalam semua kondisi musim dilaut. 3. Keterlibatan semua pihak dalam melakukan kegiatan pemantauan ini perlu dilakukan. Baik itu pemerintah, pihak perusahaan, akademisi dan organisasi kemasyarakatan. DAFTAR PUSTAKA British Columbia Ministry of Water, Land and Air Protection (BCMWLAP). 2006b. A Compendium of Working Water Quality Guidelines for British Columbia. Ministry of Environment, Lands, and Parks (now called MWLAP),
13 Environmental and Resource Management Department, Water Management Branch. Victoria, BC. Updated: August Canadian Council of Ministers for the Environment (CCME) Canadian sediment quality guidelines for the protection of aquatic life summary table. CCME. Winnipeg, MB. 7p. Claudia, G.V, D.S. Batista, N.J.A. Batista Benthic foraminifera distribution in high polluted sediments from Niterói Harbor (Guanabara Bay), Rio de Janeiro, Brazil. An.Acad. Bras. Ciênc, 76(2) : Darmono Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI Press. Jakarta. Gunawan, F Penentuan Besar Boulder Untuk Mencapai Nilai Cut-Off Grade Pada Operasi Penambangan Nikel Laterit Di Tanjung Buli, Halmahera Timur, Maluku Utara. Skripsi. Fakultas Teknik Pertambangan Dan Perminyakan. Institut Teknologi Bandung. Harikumar, P.S., T.S. Jisha Distribution pattern of trace metal pollutants in the sediments of an urban wetland in the southwest coast of India.International Journal of Enginering Science and Technology. 2(5): Loring, D.H and R.T.T. Rantala Geochemical analyss of sediment and suspended particulated matter. Fisheries and Marine Service Technical Report No 20: 700 Environmental Canada : Maslukah, L Hubungan antara Konsentrasi Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn dengan Bahan Organik dan Ukuran Butir dalam Sedimen di Estuari Banjir Kanal Barat, Semarang. Buletin Oseanografi Marina. Vol Parizanganeh H. Abdolhossein., Vahid Bijnavand., Abasali A. Zamzani., Ali Hajabolfath Concentration, Distribution and Comparasion of Total and Biavailable Heavy Metals in Top Soils of Banab District in Zanjan Province. Open Journal of Soil Science, 2012, 2, Sardan, J. Montes, F. and Penuelas, J Electrothermal Atomic Absorption Spectrometry to Determine As, Cd, Cr, Cu, Hg, and Pb in Soils and Sediments: A Review and Perspectives. Soil and Sediment Contamination, 20, pp Turekian, K. K.; Wedepohl, K. H Distribution of The Elements in Some Major Units of The Earth s Crust. Geol. Soc. Am. Bull., p. Westerlund, S and Magnuson, B Solvent extraction procedures combined with back titration for trace metals determinations by atomic absorption spectrometry. Anal.Chim. Acta. 131: 63-72
PENGAMATAN KADAR MERKURI DI PERAIRAN TELUK KAO (HALMAHERA) DAN PERAIRAN ANGGAI (PULAU OBI) MALUKU UTARA
MAKARA, SAINS, VOLUME 12, NO. 2, NOVEMBER 2008: 97-101 PENGAMATAN KADAR MERKURI DI PERAIRAN TELUK KAO (HALMAHERA) DAN PERAIRAN ANGGAI (PULAU OBI) MALUKU UTARA Edward UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual,
Lebih terperinciDISTRIBUSI LOGAM BERAT DALAM AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI CISADANE
DISTRIBUSI LOGAM BERAT DALAM AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI CISADANE Endang Rochyatun, M. Taufik Kaisupy dan Abdul Rozak Kelompok Penelitian Pencemaran Laut, Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian
Lebih terperinciJurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 1, Hlm , Juni 2013
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 1, Hlm. 170-181, Juni 2013 DISTRIBUSI DAN PREDIKSI TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT (Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni) DALAM SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU BANGKA
Lebih terperinciBab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang mempunyai sumber daya alam yang sangat besar, Indonesia mempunyai kesempatan untuk mengembangkan segala potensi yang ada yang seyogyanya
Lebih terperinciKAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 357-365 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG
Lebih terperinciANALISIS ION LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDIMEN, AKAR, KULIT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM
ANALSS ON LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDMEN, AKAR, KULT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM Fitriani, Syarifudding Liong dan Maming Jurusan Kimia Fakultas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh
Lebih terperinciPENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan
PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi telah menimbulkan banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan pembangunan, terutama di sektor industri
Lebih terperinciEvaluation on heavy metals pollution in sediment in Morotai Island waters, North of Maluku
95 Depik, 4(2): 95-106 Penilaian tingkat pencemaran logam berat dalam sedimen di perairan Pulau Morotai, Maluku Utara Evaluation on heavy metals pollution in sediment in Morotai Island waters, North of
Lebih terperinciAnalisis Logam Berat Timbal pada Sedimen Dasar Perairan Muara Sungai Sayung, Kabupaten Demak
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 167-172 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose Analisis Logam Berat Timbal pada Sedimen Dasar Perairan Muara Sungai Sayung,
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan program penelitian tentang logam berat di Teluk Jakarta yang dilakukan oleh bagian Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi
Lebih terperinciBIOAKUMULASI LOGAM BERAT DALAM MANGROVE Rhizophora mucronata dan Avicennia marina DI MUARA ANGKE JAKARTA
J.Tek.Ling Vol. 7 No. 3 Hal. 266-270 Jakarta, Sept. 2006 ISSN 1441 318X BIOAKUMULASI LOGAM BERAT DALAM MANGROVE Rhizophora mucronata dan Avicennia marina DI MUARA ANGKE JAKARTA Titin Handayani Peneliti
Lebih terperinciPEMANTAUAN KADAR LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN DI PERAIRAN TELUK JAKARTA
28 PEMANTAUAN KADAR LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN DI PERAIRAN TELUK JAKARTA Endang Rochyatun, dan Abdul Rozak Kelompok Penelitian Pencemaran Laut, Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga
Lebih terperinciANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO
ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO Hendra Wahyu Prasojo, Istamar Syamsuri, Sueb Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang no. 5 Malang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas di berbagai sektor pembangunan, terutama pada sektor industri, maka masalah pencemaran lingkungan menjadi masalah yang sangat
Lebih terperincipada akhirnya dapat mengganggu keseimbangan biogeokimia perairan laut terutama di areal sepanjang pantai. Bahkan sejalan dengan berbagai pemanfaatan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Wilayah perairan pantai memiliki sumberdaya yang tinggi. Namun demikian wilayah ini mempunyai resiko yang tinggi pula terhadap perubahan lingkungan yang disebabkan oleh
Lebih terperinciJurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN :
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN : 1907-9931 KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN SOCAH DAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN Wahyu Andy Nugraha Dosen Jurusan Ilmu Kelautan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Estuari dan Debit Sungai. Tipe estuari biasanya dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Pada saat pasang, salinitas perairan akan didominasi oleh salinitas air laut karena
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Lampiran 1. Alat dan Bahan Penelitian DO Meter ph Meter Termometer Refraktometer Kertas Label Botol Sampel Lampiran 1. Lanjutan Pisau Cutter Plastik Sampel Pipa Paralon Lampiran 2. Pengukuran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses adsorpsi antar partikel tersuspensi dalam kolom air terjadi karena adanya muatan listrik pada permukaan partikel tersebut. Butir lanau, lempung dan koloid asam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Batam sebagai salah satu daerah industri yang cukup strategis, membuat keberadaan industri berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini di dominasi oleh industri berat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan
Lebih terperinciKAJIAN KUALITAS LIMBAH CAIR KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. ANEKA TAMBANG TBK, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA
KAJIAN KUALITAS LIMBAH CAIR KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. ANEKA TAMBANG TBK, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA Kery Rahmawati keryrahmawati@gmail.com M. Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat, perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri
Lebih terperinciPENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam
PENDAHULUAN Latar Belakang Logam dan mineral lainnya hampir selalu ditemukan dalam air tawar dan air laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam logam baik logam ringan
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Perairan Teluk Jakarta secara geografis terletak pada 5º56 15 LS-6º55 30
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Geografis Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta secara geografis terletak pada 5º56 15 LS-6º55 30 LS dan 106º43 00 BT-106º59 30 BT dan terletak di sebelah utara ibukota
Lebih terperinciANALISIS KONSENTRASI LOGAM KROM (Cr) DAN NIKEL (Ni) DI PERAIRAN PANTAI BARAT KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU. Oleh:
ANALISIS KONSENTRASI LOGAM KROM (Cr) DAN NIKEL (Ni) DI PERAIRAN PANTAI BARAT KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Oleh: Brilliant Esye Lousiana 1), Bintal Amin 2), Syahril Nedi 2) ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciSTUDI DAN EVALUASI KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN KADNIUM (Cd) DI AIR DAN SEDIMEN PADA PERAIRAN SUNGAI KOTA TARAKAN
STUDI DAN EVALUASI KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN KADNIUM (Cd) DI AIR DAN SEDIMEN PADA PERAIRAN SUNGAI KOTA TARAKAN 1) Darmiah dan 2) Ratno Achyani 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Pengelolaan dan Pemantauan Limbah Flotasi Bijih Tailing di PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Provinsi Nusa Tenggara Barat Analysis of Monitoring and
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah banyak dikonversi lahan pantainya menjadi kawasan industri, antara lain industri batubara, pembangkit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi menimbulkan permasalahan bagi kelestarian lingkungan hidup. Aktivitas manusia dengan berbagai fasilitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan gabungan dari Kecamatan Tanjungkarang dan Kecamatan Telukbetung. Bandar Lampung merupakan daerah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Proses pengambilan sampel dilakukan di Perairan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta pada tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Panggang adalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu yang memiliki berbagai ekosistem pesisir seperti ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar
Lebih terperinciBAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang beratnya lebih dari 5g, untuk setiap cm 3 -nya. Delapan puluh jenis dari 109 unsur kimia yang
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan. Banyak laporan yang memberikan fakta betapa berbahayanya pencemaran lingkungan terutama oleh logam berat
Lebih terperinciDISTRIBUSI KUANTITATIF LOGAM BERAT Cu DAN Zn DALAM AIR DAN SEDIMEN DI SEKITAR PERAIRAN PELABUHAN KAYU BANGKOA
DISTRIBUSI KUANTITATIF LOGAM BERAT Cu DAN Zn DALAM AIR DAN SEDIMEN DI SEKITAR PERAIRAN PELABUHAN KAYU BANGKOA Armawati, Abd. Wahid Wahab, dan Yusafir Hala Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciZ. Tarigan, Edward dan Abdul Rozak
119 KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb, Cd, Cu, Zn DAN Ni DALAM AIR LAUT DAN SEDIMEN DI MUARA SUNGAI MEMBRAMO, PAPUA DALAM KAITANNYA DENGAN KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN Z. Tarigan, Edward dan Abdul Rozak Kelompok
Lebih terperinciANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL
ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) DALAM UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) YANG DIPEROLEH DARI MUARA SUNGAI BANJIR KANAL BARAT DAN PERAIRAN PANTAI KOTA SEMARANG Aqnes Budiarti,
Lebih terperinciHubungan antara Konsentrasi Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn dengan Bahan Organik dan Ukuran Butir dalam Sedimen di Estuari Banjir Kanal Barat, Semarang
Hubungan antara Konsentrasi Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn dengan Bahan Organik dan Ukuran Butir dalam Sedimen di Estuari Banjir Kanal Barat, Semarang Lilik Maslukah Program Studi Oseanografi, Jurusan Ilmu
Lebih terperincidari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Republik Indonesia berupa perairan laut yang letaknya sangat strategis. Perairan laut Indonesia dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan lokal maupun Internasional.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Logam berat terdapat di seluruh lapisan alam, namun dalam konsentrasi yang sangat rendah. Dalam air laut konsentrasinya berkisar antara 10-5 10-3 ppm. Pada tingkat kadar yang
Lebih terperinciKOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU
KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU 1) oleh: Devy Yolanda Putri 1), Rifardi 2) Alumni Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru 2) Dosen Fakultas
Lebih terperinciANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN
MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):69-76 ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN ANALYSIS OF HEAVY METAL CADMIUM (Cd) AND MERCURY
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian diawali dengan survei pendahuluan pada bulan Agustus 2012. Penelitian utama ini telah dilaksanakan pada Januari 2013 - Februari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumber kekayaan yang sangat melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif bagi masyarakat dengan terpenuhinya berbagai macam kebutuhan hidup dan tersedianya lapangan
Lebih terperinciJurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN
IDENTIFIKASI SEBARAN LOGAM BERAT PADA TANAH LAPISAN ATAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK DI BEBERAPA RUAS JALAN DI SEKITAR PELABUHAN TELUK BAYUR PADANG Ulfa Yulius, Afdal Laboratorium Fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan baik udara, tanah, ataupun air banyak terjadi akibat dari aktivitas manusia. Menurut UU No.32 tahun 2009, yang dimaksud dengan pencemaran adalah
Lebih terperinciANALISIS KADAR LOGAM BERAT PADA SUNGAI DI JAWA TENGAH
ANALISIS KADAR LOGAM BERAT PADA SUNGAI DI JAWA TENGAH Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Seamarang Email: rsant_ti@yahoo.com Abstrak. Penelitian bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran adalah suatu hal yang telah lama menjadi permasalahan bagi kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan dapat menyebabkan dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah adalah tempat mengkarantinakan sampah atau menimbun sampah yang diangkut dari sumber sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut Ekosistem yaitu suatu lingkungan tempat berlangsungnya reaksi timbal balik antara makhluk dan faktor-faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan
Lebih terperinciKAJIAN KUALITAS AIR PERMUKAAN DI SEKITAR KAWASAN MUARO KOTA PADANG MENGGUNAKAN PARAMETER KONDUKTIVITAS DAN KANDUNGAN LOGAM BERAT
KAJIAN KUALITAS AIR PERMUKAAN DI SEKITAR KAWASAN MUARO KOTA PADANG MENGGUNAKAN PARAMETER KONDUKTIVITAS DAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Dwi Puryanti, Susi Deswati Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciDISTRIBUSI KUANTITATIF LOGAM BERAT Pb DAN Cd DALAM AIR DAN SEDIMEN DI SEKITAR PERAIRAN PELABUHAN KAYU BANGKOA
DISTRIBUSI KUANTITATIF LOGAM BERAT Pb DAN Cd DALAM AIR DAN SEDIMEN DI SEKITAR PERAIRAN PELABUHAN KAYU BANGKOA Dian Nisa B. Muhammadia, Abd. Wahid Wahab, dan Yusafir Hala Jurusan Kimia, Fakultas Matematika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai provinsi baru sesuai Undang - Undang No. 27 tahun 2000 tanggal 4 Desember 2000. Wilayah provinsi ini meliputi Pulau Bangka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambangan emas Rakyat di Desa Hulawa, Kecamatan Sumalata Timur,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambangan emas Rakyat di Desa Hulawa, Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara, merupaka pertambangan yang telah berusia lebih dari 40 tahun.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk
Lebih terperinciDISTRIBUSI KUANTITATIF LOGAM BERAT Cd DALAM AIR, SEDIMEN DAN IKAN MERAH (Lutjanus erythropterus) DI SEKITAR PERAIRAN PELABUHAN PAREPARE
DISTRIBUSI KUANTITATIF LOGAM BERAT Cd DALAM AIR, SEDIMEN DAN IKAN MERAH (Lutjanus erythropterus) DI SEKITAR PERAIRAN PELABUHAN PAREPARE Ayu Andriana L, L Musa Ramang dan Nursiah La Nafie Jurusan Kimia
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan
Lebih terperinciDISTRIBUSI LOGAM BERAT DALAM AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN DANAU MANINJAU, PROVINSI SUMATERA BARAT
983 Distribusi logam berat dalam air dan sedimen... (Adang Saputra) DISTRIBUSI LOGAM BERAT DALAM AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN DANAU MANINJAU, PROVINSI SUMATERA BARAT ABSTRAK Adang Saputra, Anjang Bangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 51' 30 BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan Bagan Asahan yang terletak pada koordinat 03 01' 00 LU dan 99 51' 30 BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat Malaka,
Lebih terperinciTINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT DALAM AIR LAUT DAN SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU MUNA, KABAENA, DAN BUTON SULAWESI TENGGARA
MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 2, NOVEMBER 2009: 117124 117 TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT DALAM AIR LAUT DAN SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU MUNA, KABAENA, DAN BUTON SULAWESI TENGGARA Fasmi Ahmad Stasiun Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi terutama bidang industri di Indonesia memiliki dampak yang beragam. Dampak positifnya adalah pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, di sisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan dicapai dengan kerusakan
Lebih terperinciDAFTAR ISI... LEMBAR PENGESAHAN... RINGKASAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... RINGKASAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ii iii vii viii x xi xiii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar belakang... 1 1.2
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara yang berada di wilayah pesisir dan memiliki potensi sumberdaya pesisir laut sangat
Lebih terperinciJurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: 175-182 ISSN : 2088-3137 DISTRIBUSI KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd PADA KOLOM AIR DAN SEDIMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM HULU Arief Happy
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indramayu merupakan salah satu daerah yang penduduknya terpadat di Indonesia, selain itu juga Indramayu memiliki kawasan industri yang lumayan luas seluruh aktivitas
Lebih terperinciOmni-Akuatika, 12 (3): , 2016 ISSN: print / online Research Article
Omni-Akuatika, 12 (3): 114-118, 2016 ISSN: 1858-3873 print / 2476-9347 online Research Article Scientific Communication in Fisheries and Marine Sciences - 2016 Penilaian Pengkayaan Logam Timbal (Pb) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik dengan tingkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai potensi sumber daya alam yang beraneka ragam, yang membentang di sepanjang Teluk Lampung dengan
Lebih terperinciDEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA
DEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA Zulkifli Ahmad Universitas Khairun Ternate e-mail : ahmadzulkifli477@gmail.com ABSTRAK Salah satu masalah yang paling meresahkan bagi masyarakat
Lebih terperinciKANDUNGAN LOGAM BERAT TEMBAGA (Cu) PADA SIPUT MERAH (Cerithidea sp) DI PERAIRAN LAUT DUMAI PROVINSI RIAU
KANDUNGAN LOGAM BERAT TEMBAGA (Cu) PADA SIPUT MERAH (Cerithidea sp) DI PERAIRAN LAUT DUMAI PROVINSI RIAU Elya Febrita, Darmadi dan Thesa Trisnani Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar
Lebih terperinciANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO
ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO Siskawati Usman, Sunarto Kadir, Lia Amalia 1 siskawatiusman@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk
Lebih terperinciANALISIS KUALITAS SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU. oleh: Hardi Sandro Situmeang 1) dan Rifardi 2) Abstrak
ANALISIS KUALITAS SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU oleh: Hardi Sandro Situmeang 1) dan Rifardi 2) 1) Alumni Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru 2) Dosen Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Sibolga yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli,
Lebih terperinciKANDUNGAN LOGAM BERAT AIR LAUT, SEDIMEN DAN DAGING KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PERAIRAN MENTOK DAN TANJUNG JABUNG TIMUR
KANDUNGAN LOGAM BERAT AIR LAUT, SEDIMEN DAN DAGING KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PERAIRAN MENTOK DAN TANJUNG JABUNG TIMUR (Heavy Metals Content in Seawater Sediment and Anadara granosa, in Mentok and
Lebih terperinciKANDUNGAN LOGAM Pb DAN Hg DALAM SEDIMEN DI MUARA SUNGAI MATIKABUPATEN BADUNG BALI
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) Volume 3, Nomor 12, Mei 2015 KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Hg DALAM SEDIMEN DI MUARA SUNGAI MATIKABUPATEN BADUNG BALI Henu Sumekar 1, Iryanti E. Suprihatin
Lebih terperinciKandungan Logam Berat Pb pada Air laut dan Tiram Saccostrea glomerata sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Prigi, Trenggalek, Jawa timur
ISSN : 2337-621X 1 2 Kandungan Logam Berat Pb pada Air laut dan Tiram Saccostrea glomerata sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Prigi, Trenggalek, Jawa timur E. Wulandari 1, E. Y. Herawati 2, D. Arfiati
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. akibatnya air mengalami penurunan akan kualitasnya. maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran air dapat diartikan sebagai masuknya suatu mahluk hidup, zat cair atau zat padat, suatu energi atau komponen lain ke dalam air. Sehingga kualitas air menjadi
Lebih terperinciMahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura 2
KAJIAN PARAMETER OSEANOGRAFI DAN PERBANDINGAN KONSENTRASI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DI PERAIRAN MENGARE-KABUPATEN GRESIK DAN PULAU TALANGO-KABUPATEN SUMENEP Aprilia Suryanti 1, Aries Dwi Siswanto 2, Agus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lapangan dan di laboratoirum. Pengambilan sampel ikan bertempat di DAS Citarum bagian hulu dengan 4 stasiun yang telah ditentukan.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teluk Jakarta merupakan salah satu wilayah pesisir di Indonesia yang di dalamnya banyak terdapat kegiatan, seperti pemukiman, perkotaan, transportasi, wisata, dan industri.
Lebih terperinciidentifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data
BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan sesuai dengan metode penelitian seperti tampak pada Gambar 3.1. identifikasi masalah penentuan titik sampling penentuan metode sampling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian laut seakan-akan merupakan sabuk pengaman kehidupan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan, manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Dengan demikian
Lebih terperinciEFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa)
EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa) D 03 Putut Har Riyadi*, Apri Dwi Anggo, Romadhon Prodi Teknologi Hasil Perikanan, Universitas
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode expost facto. Ini berarti analisis dilakukan berdasarkan fakta dan data yang sudah terjadi. Dengan demikian penelitian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Waduk Cirata dengan tahap. Penelitian Tahap I merupakan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penampilannya atau lebih tahan tehadap korosi dan keausan. Dampak negatif dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan berkembangnya kegiatan industri dapat membawa dampak positif maupun dampak negatif. Salah satu contohnya adalah industri pelapisan logam.
Lebih terperinci