WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL YANG TIDAK DAPAT DIRENCANAKAN

Transkripsi

1 SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL YANG TIDAK DAPAT DIRENCANAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk menyelaraskan pelaksanaan pemberian hibah dan bantuan sosial dengan Peraturan Walikota Batu Nomor 9 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penganggaran, Pelaksanaan, dan Penatausahaan, Pertanggungjawaban dan Pelaporan, serta Monitoring dan Evaluasi Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Batu Nomor 36 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Walikota Batu Nomor 9 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penganggaran, Pelaksanaan, dan Penatausahaan, Pertanggungjawaban dan Pelaporan, serta Monitoring dan Evaluasi Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah, pemberian bantuan sosial kepada warga yang terkena musibah tersebut diatas dianggarkan melalui dana bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan; b. bahwa untuk melaksanakan pemberian bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan tersebut, guna melindungi dari kemungkinan resiko sosial bagi masyarakat yang terkena musibah, Pemerintah Kota Batu perlu memberikan bantuan sosial sesuai dengan kemampuam keuangan daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,perlu menetapkan Peraturan Walikota Batu tentang Pedoman Pemberian Bantuan Sosial yang tidak dapat Direncanakan;

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Batu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4118); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 8. Nomor 5679); Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Hal 2 dari 16 halaman

3 Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5272); 11. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 15. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 16. Peraturan Walikota Batu Nomor 9 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penganggaran, Pelaksanaan, dan Penatausahaan, Pertanggungjawaban dan Pelaporan, serta Monitoring dan Evaluasi Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Batu Nomor 36 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Walikota Batu Nomor 9 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penganggaran, Pelaksanaan, dan Penatausahaan, Pertanggungjawaban dan Pelaporan, serta Monitoring dan Evaluasi Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah; 17. Peraturan Walikota Batu Nomor 19 Tahun 2015 tentang Sistem dan Prosedur Pemberian Dana Bantuan Bedah Rumah Tidak Layak Huni; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL YANG TIDAK DAPAT DIRENCANAKAN. Hal 3 dari 16 halaman

4 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Daerah Kota Batu. 2. Walikotaadalah Walikota Batu. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batu. 4. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. 5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. 6. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah. 7. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang/kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang, dalam hal ini adalah Kepala Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan Sekretariat Daerah Kota Batu. 8. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah tim yang dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan kepala daerah dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan. 9. Tim Verifikasi Bantuan Hibah dan Bantuan Sosial pada Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan Sekretariat Daerah Kota Batu adalah tim yang dibentuk dengan Keputusan Walikotadan dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang mempunyai tugas memberikan rekomendasi atas verifikasi Hibah dan Bantuan Sosial yang diajukan oleh Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat dan Hal 4 dari 16 halaman

5 Kemasyarakatan sebagai dasar persetujuan Walikota untuk pencairan Hibah dan bantuan Sosial. 10. Rencana Kerja dan Anggaran PPKD yang selanjutnya disingkat RKA-PPKD adalah rencana kerja dan anggaran Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah selaku Bendahara Umum Daerah. 11. Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD yang selanjutnya disingkat DPA-PPKD merupakan dokumen pelaksanaan anggaran Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah selaku Bendahara Umum Daerah. 12. Bantuan Sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang daripemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. 13. Resiko Sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar. 14. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, tanah longsor dan kebakaran. 15. Korban bencana adalah satu atau kelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana yang ahli warisnya menanggung resiko sosial. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Peraturan Walikota ini adalah pemberian bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan yang bersumber dari APBD dan penyalurannya melalui Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan Sekretariat Daerah, meliputi: a. Bantuan Bedah Rumah; b. Bantuan Santunan Kematian; c. Bantuan Jaminan Pelayanan Kesehatan; d. Bantuan sosial lainnya seperti biaya pengobatan bagi warga miskin dan kurang mampu dan bantuan Hal 5 dari 16 halaman

6 santunan untuk warga yang terkena musibah karena bencana alam, kebakaran, kecelakaan dll; dan e. Bantuan Santunan Anak Yatim. Pasal 3 Bantuan Sosial yang tidak dapat direncanakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah berupa uang. BAB III PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL Bagian Kesatu Umum Pasal 4 Pemerintah Kota Batu memberikan Bantuan Sosial yang tidak dapat direncanakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 untuk meringankan beban warga masyarakat yang kurang mampu dan/atau terkena musibah melalui Bagian Administrasi Kesra dan Kemasyarakatan Sekretariat Daerah Kota Batu. Pasal 5 (1) Bantuan Sosial dianggarkan dan diberikan kepada anggota dan/atau kelompok masyarakat sesuai kemampuan keuangan daerah. (2) Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan secara selektif, tidak terus menerus/tidak mengikat serta memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. (3) Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat. Hal 6 dari 16 halaman

7 (4) Asas keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah keseimbangan distribusi pemberian Bantuan Sosial. (5) Asas kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan secara wajar dan proposional. (6) Asas Rasionalitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah pemberian Bantuan Sosial harus dapat dinalar dan diterima oleh akal dan pikiran. (7) Asas Manfaat untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah pemberian Bantuan Sosial diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pasal 6 Anggota dan/atau kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) adalah individu, keluarga, dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, atau fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. Pasal 7 (1) Pemberian bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) memenuhi kriteria paling sedikit: a. selektif; b. memenuhi persyaratan penerima bantuan; c. bersifat sementara dan tidak terus menerus, kecuali dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan;dan d. sesuai tujuan penggunaan. (2) Kriteria selektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diartikan bahwa bantuan sosial hanya diberikan kepada calon penerima yang ditujukan untuk melindungi dari kemungkinanresiko sosial. (3) Kriteria persyaratan penerima bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. memiliki identitas yang jelas sebagai penduduk Kota Batu; dan b. bertempat tinggal di wilayah Kota Batu. (4) Kriteria bersifat sementara dan tidak terus menerus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diartikan bahwa pemberian Bantuan Sosial tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran, kecuali dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan. Hal 7 dari 16 halaman

8 (5) Keadaan tertentu dapat bekelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)diartikan bahwa Bantuan Sosial dapat diberikan setiap tahun anggaran sampai penerima bantuan telah lepas dari resiko sosial. (6) Kriteria sesuai tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d bahwa tujuan pemberian Bantuan Sosial meliputi: a. rehabilitasisosial; b. perlindungansosial; c. pemberdayaansosial; d. jaminansosial; e. penanggulangankemiskinan; dan f. penanggulanganbencana. (7) Khusus kriteria pemberian bantuan sosial yang disalurkan melalui Bagian Administraasi Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan meliputi: a. jaminansosial; b. penanggulangankemiskinan; dan c. penanggulanganbencana. Pasal 8 (1) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (7) huruf a untuk menjamin penerima bantuan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak, meliputi asuransi kesejahteraan sosial bagi orang miskin yang sakit dan orang cacat berupa bantuan biaya pengobatan baik yang berdasarkan Surat Pernyataan Miskin (SPM), Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA), Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS). (2) Penanggulangan kemiskinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (7) huruf b merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat baik yang tidak maupun mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan, meliputipenyediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan perumahan. (3) Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (7) huruf c merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk rehabilitasi, masyarakat/perorangan akibat korban bencana alam, kebakaran, kecelakaan korban tindak kekerasan atau eksploitasi dan diskriminasi. Hal 8 dari 16 halaman

9 Bagian Kedua Bantuan Bedah Rumah Pasal 9 Pemberian bantuan Bedah Rumah Tidak Layak Huni pada Bantuan Sosial yang tidak dapat direncanakan mengacu pada Peraturan Walikota Batu Nomor 19 Tahun 2015 tentang Sistem dan Prosedur Pemberian Dana Bantuan Bedah Rumah Tidak Layak Huni. Bagian Ketiga Bantuan Santunan Kematian Pasal 10 Pemberian bantuan sosial kematian diberikan kepada Penduduk Kota Batu yang meninggal dunia dan diserahkan kepada ahli warisnya. Pasal 11 (1) Bantuan sosial santunan kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 diberikan sebesar Rp ,00 (Satu juta rupiah) perjiwa. (2) Ketentuan besaran uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditingkatkan besarannya sesuai kemampuan keuangan daerah. Bagian Keempat Persyaratan Pengajuan Santunan kematian Pasal 12 Pengajuan bantuan santunan kematian harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Surat permohonan dari ahli waris yang ditujukan kepada Walikota Batu melalui Bagian Administrasi Kesra dan Kemasyarakatan Sekretariat Daerah Kota Batu. b. Surat Keterangan Kematian dari Desa/Kelurahan setempat yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah setempat; c. Surat Keterangan Tidak Mampu dari Kepala Desa/Lurah setempat dan/atau Jamkesmas/Jamkesda ahli waris dan/atau yang meninggal; Hal 9 dari 16 halaman

10 d. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) ahli waris dan/atau yang meninggal; e. Fotocopy Kartu Keluarga (KK) ahli waris dan/atau yang meninggal; f. Santunan diberikan bagi warga yang meninggal pada tahun berkenaan dan bulan Desember tahun sebelumnya; g. Penerima bantuan kematian tidak diperkenankan melakukan penarikan di jalan-jalan. Bagian Kelima Bantuan Jaminan Pelayanan Kesehatan Pasal 13 (1) Pemerintah Daerah memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin melalui program Jaminan Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (2) Pemberian bantuan Jaminan Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Bagian Keenam Pembiayaan Program Jaminan Pelayanan Kesehatan Pasal 14 Ketentuan pembiayaan, Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK), dan syarat-syarat peserta program jaminan pelayanan kesehatan diatur dalam perjanjian kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan Pemerintah Kota Batu dan Perjanjian Kerjasama antara Pemberi Pelayanan Kesehatan dengan Pemerintah Kota Batu. Bagian Ketujuh Bantuan Sosial Lainnya Pasal 15 Bantuan Sosial lainnya diberikan kepada masyarakat/anggota masyarakat yang terkena musibah baik musibah bencana alam maupun musibah karena Hal 10 dari 16 halaman

11 terganggu kesehatannya diluar program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) maupun Surat Pernyataan Miskin (SPM). Pasal 16 Masyarakat yang menjadi Korban bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, yang mendapatkan bantuan santunan adalah: a. Ahli waris korban meninggal dunia; b. Korban luka berat yang dirawat dirumah sakit; dan c. Pemilik dan/atau penyewa rumah yang roboh atau musnah atau terbakar habis atau rusak berat Pasal 17 Besarnya bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut: a. Korban meninggal dunia paling banyak Rp ,00 (lima juta rupiah) per orang; b. Korban luka berat dan/atau perlu dirawat dirumah sakit paling banyak Rp ,00 (tiga juta rupiah) per orang;dan c. Kerusakan rumah/tempat usaha dengan ketentuan: 1. Roboh/musnah/terbakar habis paling banyak Rp ,00 (sepuluh juta rupiah) per rumah/tempat usaha; 2. Rusak sedang paling banyak Rp ,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) per rumah/tempat usaha; dan 3. Rusak ringan paling banyak Rp ,00 (lima juta rupiah) per rumah/tempat usaha. Pasal 18 Penentuan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Batu dan Tim Verifikasi. Bagian Kedelapan Santunan Anak Yatim Pasal 19 (1) Santunan anak yatim diperuntukkan kepada anakanak yatim se Kota Batu berdasarkan data buku Hal 11 dari 16 halaman

12 induk Kota Batu yang diusulkan oleh Desa/Kelurahan. (2) Santunan anak yatim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan pada saat kegiatan safari Ramadhan Pemerintah Kota Batu bersama Masyarakat Kota Batu. Bagian Kesembilan Penganggaran Pasal 20 (1) Bantuan Sosial yang tidak dapat direncanakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 atas permintaan tertulis dari keluarga yang bersangkutan yang diketahui oleh pejabat yang berwenang dari RT, RW dan Kelurahan/Desa setempat. (2) Bantuan Sosial yang tidak dapat direncanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan usulan tertulis kepada Walikota melalui Bagian Administrasi Kesra dan Kemasyarakatan berupa tagihan klaim dari masing-masing Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang menjadi mitra kerja Pemerintah Kota Batu dan berupa klaim tagihan dari BPJKD Propinsi Jawa Timur. (3) Walikota Menunjuk Bagian Administrasi Kesra dan Kemasyarakatan untuk melakukan evaluasi usulan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (4) Bagian Administrasi Kesra dan Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berkoordinasi dengan Dinas Perumahan, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Kesehatan, Kecamatan dan Desa/Kelurahan. (5) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan untuk: a. Mengetahui kesesuaian antara harga dalam proposal dengan standart satuan harga yang berlaku dilingkungan Pemerintah Kota Batu atau apabila komponen yang dibutuhkan tidak terdapat dalam standart satuan harga, maka dapat menggunakan harga pasar yang berlaku saat itu (Bedah Rumah); b. Mengetahui kesesuaian antara kebutuhan peralatan dan bahan serta kebutuhan lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan dengan jenis kegiatannya(bedah Rumah); c. Meminta dokumen-dokumen pendukung yang diperlukan sesuai kebutuhan, antara lain: Hal 12 dari 16 halaman

13 1. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk calon penerima Bantuan Sosial; 2. Surat Keterangan Tidak Mampu/Miskin dari Desa/Kelurahan dan Surat Pernyataan Miskin (SPM) dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja; 3. Surat Keterangan Kematian Asli dari Desa/ Kelurahan khusus Bantuan Sosial Kematian; dan 4. Surat keterangan Klaim dari Rumah Sakit bagi warga miskin yang kurang mampu khusus Bantuan Biaya Pengobatan. BAB V PROSEDUR PERMOHONAN PENCAIRAN, PENYALURAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN Bagian Kesepuluh Pelaksanaan dan Penatausahaan Pasal 22 (1) Pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa uang berdasarkan DPA-PPKD. (2) Walikota menetapkan daftar penerima dan besaran bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan dengan keputusan Walikota. (3) Penetapan daftar penerima santunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat setiap bulan sekali. Pasal 23 (1) Pencairan bantuan sosial berupa uang dilakukan dengan cara pembayaran langsung (LS). (2) Dalam hal bantuan sosial berupa uang dengan nilai sampai dengan Rp ,00 (lima juta rupiah) pencairannya dilakukan melalui mekanisme Tambahan Uang (TU). (3) Penyaluran dana bantuan sosial kepada penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilengkapi dengan kuitansi bukti penerimaan uang bantuan sosial. Pasal 24 (1) Kelompok/Anggota masyarakat menyampaikan usulan/proposal tertulis kepada Walikota melalui Kepala Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan. (2) Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan melakukan evaluasi atas Hal 13 dari 16 halaman

14 usulan/proposal dan melakukan verifikasi yang berkaitan dengan: a. keterkaitan usulan kegiatan dengan program Pemerintah Kota; b. kelengkapan persyaratan administrasi; dan c. besaranbantuan sosial yang diusulkan. (3) Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan menyampaikan hasil evaluasi kepada Tim Anggaran untuk dibuatkan Rekomendasi kepada Walikota. (4) Hasil Rekomendasi dan Pertimbangan Tim Anggaran menjadi dasar pencairan Bantuan, dan menjadi dasarpenetapan Keputusan Walikota. (5) Berdasarkan hasil pertimbangan sebagaimanadimaksud pada ayat (4), Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyatdan Kemasyarakatan membuat draf Keputusan Walikota dan disampaikan ke Bagian Hukum. (6) Keputusan Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang telah ditetapkan Walikotasebagai Dokumen Penetapan Daftar Penerima Bantuan. (7) Permohonan pencairan Belanja Bantuan Sosial, dilengkapi dokumen sebagai berikut: a. Nomor rekening bank penerima Bantuan Sosial (Pemberi Pelayanan Kesehatan); b. FC KTP,FC KK Ahli Waris dan Almarhum; c. Pakta integritas dari penerima Bantuan Sosial yang menyatakan bahwa Bantuan Sosial yang diterima akan digunakan sesuai usulan;dan d. Kuitansi tanda terima. (8) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditandatangani oleh pihak penerima Bantuan Sosial yang tidak dapat direncanakan. (9) Proses pencairan dana Bantuan Sosial yang tidak dapat direncanakan setelah penandatanganan administrasi dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (8) diserahkan ke PPKD untuk diproses pembuatan SPP-SPM-SP2D. (10) SP2D yang telah diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD)/Kuasa BUD disampaikan ke Bank Jatim selaku Kas Umum Daerah untuk memindahbukukan Dana sebesar tersebut dalam SP2D dari Rekening Kas Umum Daerah ke Rekening bank masing-masing penerima Bantuan untuk Pelayanan Jaminan Kesehatan dan kepada Panitia Bedah Rumah untuk Bantuan Bedah Rumah. Hal 14 dari 16 halaman

15 Pasal 25 (1) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (10) tidak dapat dilaksanakan, penyaluran dana Bantuan Sosialdapat diterimakan langsung kepada penerima Bantuan Sosial yang penyerahannya dilengkapi Berita Acara Penyerahan Dana Bantuan Sosial, kuitansi, dan alat bukti sah lainnya. (2) Dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) SP2D yang telah diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD)/Kuasa BUD disampaikan ke Bank Jatim selaku Kas Umum Daerah untuk memindahbukukan Dana sebesar tersebut dalam SP2D dari Rekening Kas Umum Daerah ke Rekening Bendahara Pengeluaran PPKD. (3) Bendahara Pengeluaran PPKD menyalurkan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) langsung kepada penerima Bantuan SosialYang Tidak Dapat Direncanakan(Santunan Kematian, Santunan Korban Bencana, Santunan Anak Yatim) BAB VI PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN Pasal 26 Pertanggungjawaban pemberian bantuan sosial dalam bentuk uang dipertanggungjawabkan oleh penerima bantuan sosial dalam bentuk tanda terima uang dan Berita acara serah terima uang. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 27 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Walikota ini tetap mengacu pada ketentuan dalam Peraturan Walikota Batu Nomor 9 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penganggaran, Pelaksanaan, dan Penatausahaan, Pertanggungjawaban dan Pelaporan, serta Monitoring dan Evaluasi Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Batu Nomor 36 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Walikota Batu Nomor 9 Tahun 2013 tentang Tata Cara Hal 15 dari 16 halaman

16 Penganggaran, Pelaksanaan, dan Penatausahaan, Pertanggungjawaban dan Pelaporan, serta Monitoring dan Evaluasi Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah. BAB VIII PENUTUP Pasal 28 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Walikotaini dengan penempatannya dalam BeritaDaerah Kota Batu. Ditetapkan di Batu pada tanggal 3 Maret 2016 WALIKOTA BATU, ttd Diundangkan di Batu pada tanggal 2016 SEKRETARIS DAERAH KOTA BATU, ttd EDDY RUMPOKO WIDODO BERITA DAERAH KOTA BATU TAHUN 2016 NOMOR 16/E Salinan sesuai dengan Aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA KOTA BATU, MUJI DWI LEKSONO, S.H.,MM Pembina Tingkat I NIP Hal 16 dari 16 halaman