GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2014"

Transkripsi

1 GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012, telah ditetapkan Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pemberian Hibah dan bantuan sosial; b. bahwa dalam rangka penyempurnaan tata cara pemberian hibah dan bantuan sosial, maka Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 25 Tahun 2013 sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Tata Cara Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial; Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1946); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5272); 8. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 10.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012; 11.Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 2

3 3 MEMUTUSKAN Menetapkan PERATURAN GUBERNUR TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan 1. Daerah adalah Provinsi Sumatera Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. 3. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat. 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait yang selanjutnya disingkat SKPD terkait adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Barat yang mempunyai tugas melakukan evaluasi terhadap usulan/proposal hibah dan bantuan sosial. 5. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. 6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sumatera Barat. 7. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah. 8. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD adalah perangkat daerah pada Pemerintah Daerah yang melaksanakan pengelolaan APBD. 9. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat selaku pengguna anggaran/barang. 10. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah Tim Anggaran Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat. 11. Rencana Kerja dan Anggaran PPKD yang selanjutnya disingkat RKA-PPKD adalah rencana kerja dan anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah. 12. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program, kegiatan dan anggaran SKPD. 13. Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD yang selanjutnya disingkat DPA-PPKD adalah dokumen pelaksanaan anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah. 14. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan dan belanja

4 setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran. 15. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP dalam mekanisme hibah dan bantuan sosial adalah dokumen yang diterbitkan oleh pajabat yang berfungsi selaku Bendahara Umum Daerah pada PPKD untuk mengajukan permintaan pembayaran. 16. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang digunakan/ diterbitkan oleh pajabat yang berfungsi selaku Bendahara Umum Daerah atas beban pengeluaran DPA- PPKD. 17. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM. 18. Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari Pemerintah Daerah kepada pemerintah atau Pemerintah Daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah. 19. Bantuan Sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari Pemerintah Daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. 20. Resiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan belanja Bantuan Sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar. 21. Naskah Perjanjian Hibah Daerah selanjutnya disingkat NPHD adalah naskah perjanjian Hibah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah antara Pemerintah Daerah dengan penerima Hibah. 22. Organisasi kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila termasuk organisasi non pemerintahan yang bersifat nasional dibentuk berdasarkan ketentuan perundangundangan. 23. Lembaga Swadaya Masyarakat adalah organisasi/lembaga yang dibentuk oleh Warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas kehendak sendiri dan berminat serta bergerak dibidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi/lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang menitikberatkan pengabdian secara swadaya. 24. Masyarakat adalah warga masyarakat yang terdaftar sebagai penduduk daerah Sumatera Barat yang dapat dibuktikan sesuai dengan perundang-undangan. 4

5 25. Yayasan adalah badan hukum yang berdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dalam bidang sosial, pedidikan, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak memiliki anggota. 26. Laporan Penggunaan hibah dan bantuan sosial adalah pertanggungjawaban dana Hibah dan bantuan sosial oleh penerima sesuai dengan rencana peruntukan yang tercantum dalam usulan/proposal pengajuan Hibah dan bantuan sosial. 5 Bagian Kedua Asas dan Ruang Lingkup Pasal 2 Pemberian hibah dan bantuan sosial dilakukan dengan memperhatikan asas a. keadilan; b. kepatutan; c. rasionalitas; d. transparan e. akuntabilitas; dan f. manfaat untuk masyarakat. Pasal 3 Pengaturan pemberian hibah dan bantuan sosial meliputi penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi pemberian hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD. BAB II PENERIMAAN DAN PENDISTRIBUSIAN PROPOSAL Pasal 4 (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah lainnya, Perusahaan Daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dapat menyampaikan usulan/proposal hibah secara tertulis kepada Gubernur sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. (2) Individu/keluarga/kelompok masyarakat/lembaga non pemerintah menyampaikan usulan/proposal bantuan sosial secara tertulis kepada Gubernur sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. (3) Jadwal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. (4) Usulan/proposal untuk APBD perubahan disampaikan paling lambat tanggal 31 Mei. Pasal 5 (1) Gubernur menunjuk tim yang bertugas untuk menerima, meregistrasi dan mendistribusikan usulan/proposal sebagaimana

6 dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) kepada SKPD terkait pemberi rekomendasi. (2) Tim sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) bertugas sebagai berikut a. menerima seluruh usulan/proposal dari badan/ lembaga/ organisasi, kelompok anggota masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan, anggota masyarakat; b. meregistrasi usulan/proposal dari badan/lembaga/organisasi, kelompok anggota masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan, anggota masyarakat; c. mengelompokkan setiap usulan/proposal sesuai dengan SKPD terkait yang akan memberikan rekomendasi pemberian hibah dan bantuan sosial; d. mendistribusikan usulan/proposal ke SKPD terkait. (3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. Pasal 6 (1) Gubernur menunjuk SKPD terkait sebagai evaluator untuk melakukan evaluasi terhadap usulan/proposal hibah dan bantuan sosial. (2) Penunjukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. 6 Pasal 7 Kepala SKPD terkait dapat membentuk tim untuk melakukan evaluasi terhadap usulan/proposal hibah dan bantuan sosial sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD. BAB III HIBAH Bagian Kesatu Umum Pasal 8 (1) Pemerintah daerah dapat memberikan hibah kepada a. pemerintah; b. pemerintah daerah lainnya; c. perusahaan daerah; d. masyarakat; dan/atau e. organisasi kemasyarakatan. (2) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib pemerintah daerah. (3) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di sesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.

7 (4) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah. (5) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat stimulan. Pasal 9 (1) Hibah kepada Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a diberikan kepada satuan kerja dari Kementerian/Lembaga Pemerintah non Kementerian yang wilayah kerjanya berada di daerah. (2) Hibah kepada pemerintah daerah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1) huruf b diberikan kepada daerah otonom baru hasil pemekaran daerah sebagaimana diamanatkan peraturan perundang-undangan. (3) Hibah kepada perusahaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c diberikan kepada Badan Usaha Milik Daerah dalam rangka penerusan hibah yang diterima pemerintah daerah dari pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (4) Hibah kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf d diberikan kepada kelompok orang yang memiliki kegiatan tertentu dalam bidang perekonomian, pendidikan, kesehatan, keagamaan, kesenian, adat istiadat, dan keolahragaan non-profesional. (5) Hibah kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf e diberikan kepada organisasi kemasyarakatan yang dibentuk berdasarkan peraturan perundangundangan. Pasal 10 Pemberian hibah dapat berupa uang, barang dan/atau jasa. 7 Bagian Kedua Kriteria dan Persyaratan Pemberian Hibah Pasal 11 (1) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) harus memenuhi kriteria sebagai berikut a. peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan; b. tidak wajib, tidak mengikat dan tidak terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundangundangan;dan c. memenuhi persyaratan penerima hibah; (2) Kriteria memenuhi persyaratan penerima hibah sebagaimana ayat (1) huruf c kepada masyarakat meliputi a. memiliki kepengurusan yang jelas; dan b. berkedudukan dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat; (3) Kriteria memenuhi persyaratan penerima hibah sebagaimana ayat (1) huruf c kepada organisasi kemasyarakatan meliputi

8 a. telah terdaftar pada pemerintah daerah setempat sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; b. berkedudukan dalam wilayah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat; dan c. memiliki sekretariat tetap. Pasal 12 (1) Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1 ) huruf d dapat diberikan hibah dengan mengajukan usulan/ proposal yang meliputi hal-hal sebagai berikut a. surat permohonan kepada Gubernur; b. Rencana Anggaran Biaya (RAB); c. rekomendasi dari pemerintah daerah Kabupaten/Kota melalui SKPD terkait ; d. fotocopy Kartu Tanda Penduduk ( KTP ) y ang masih berlaku dari pengurus; e. keputusan pembentukan kepanitiaan yang disahkan oleh pejabat setempat, khusus bagi panitia penyelenggara kegiatan;dan f. nomor telepon yang bisa dihubungi. (2) Organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf e dapat diberikan hibah dengan mengajukan usulan/ proposal yang meliputi hal-hal sebagai berikut a. surat permohonan kepada Gubernur; b. Rencana Anggaran Biaya (RAB); c. struktur dan kepengurusan organisasi/lembaga yang jelas; d. memiliki izin operasional dari Dinas/Instansi terkait di Kabupaten/Kota; e. fotocopy Kartu Tanda Penduduk ( KTP ) yang masih berlaku dari Ketua Organisasi/Lembaga/Yayasan; f. surat keterangan keberadaan organisasi/lembaga dari pejabat setempat; dan g. nomor telepon yang bisa dihubungi. (3) Format surat permohonan kepada Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf a tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. Bagian Ketiga Penganggaran Hibah Pasal 13 Hibah dianggarkan dalam APBD dan dapat dianggarkan pada APBD perubahan. Pasal 14 (1) Evaluasi yang dilakukan oleh Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 meliputi a. evaluasi administrasi ; b. evaluasi faktual; 8

9 (2) Evaluasi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu meneliti dokumen - dokumen sebagaimana tercantum dalam Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2). (3) Evaluasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu melihat kelayakan usulan dan kesesuaian antara administrasi dengan fakta di lapangan. (4) Evaluasi faktual terhadap usulan bantuan yang nilainya tidak lebih dari Rp ,- ( lima juta rupiah ) dapat tidak dilakukan apabila anggaran untuk melakukan evaluasi faktual tidak tersedia dan evaluator memiliki cara lain untuk mendapatkan informasi yang setara dengan informasi yang didapatkan melalui evaluasi faktual. (5) SKPD yang melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu SKPD yang mempunyai tugas pokok dan fungsi pengkoordinasian, pembinaan dan pengawasan terhadap calon penerima hibah. (6) SKPD yang melakukan evaluasi dapat berkoordinasi dengan SKPD lain apabila usulan/proposal yang diajukan oleh calon penerima hibah secara substansi terkait dengan SKPD tersebut. Pasal 15 (1) Besaran hibah dalam bentuk uang yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana yang dimaksud dengan Pasal 9 ayat (4) dan ayat (5) tercantum dalam Lampiran X s.d XXII merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. (2) Besaran hibah terhadap kategori selain yang tercantum dalam lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1), ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD. Pasal 16 (1) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) disampaikan dalam bentuk rekomendasi dan usulan besaran hibah kepada Gubernur melalui tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 untuk mendapatkan pertimbangan TAPD. (2) TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) sesuai dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah. Pasal 17 (1) Rekomendasi kepala SKPD terkait dan pertimbangan TAPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 menjadi dasar pencantuman alokasi anggaran hibah dalam rancangan KUA dan PPAS. (2) Setelah KUA dan PPAS ditetapkan tidak ada lagi penambahan jumlah calon penerima dan alokasi anggaran untuk hibah. (3) Pencantuman alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi anggaran hibah berupa uang, barang dan/atau jasa. Pasal 18 (1) Hibah berupa uang dicantumkan dalam RKA-PPKD. 9

10 (2) Hibah berupa barang dan/atau jasa dicantumkan dalam RKA- SKPD. (3) RKA-PPKD dan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi dasar penganggaran hibah dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 19 (1) Hibah berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja hibah, obyek belanja hibah, dan rincian obyek belanja hibah pada RKA-PPKD. (2) Obyek belanja hibah dan rincian obyek belanja hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi a. pemerintah; b. pemerintah daerah lainnya; c. perusahaan daerah; d. masyarakat; dan e. organisasi kemasyarakatan. (3) Hibah berupa barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2 ) dianggarkan dalam kelompok belanja langsung yang diformulasikan ke dalam program dan kegiatan, yang diuraikan ke dalam jenis belanja barang dan jasa, obyek belanja hibah barang dan/atau jasa serta rincian obyek belanja hibah barang dan/atau jasa yang diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat pada RKA-SKPD. Pasal 20 Daftar nama penerima, alamat penerima dan besaran hibah dicantumkan dalam lampiran III Peraturan Gubernur tentang Penjabaran APBD. 10 Bagian Keempat Pelaksanaan dan Penatausahaan Hibah Pasal 21 (1) Pelaksanaan anggaran hibah berupa uang berdasarkan atas DPA- PPKD. (2) Pelaksanaan anggaran hibah berupa barang dan/atau jasa berdasarkan atas DPA-SKPD. Pasal 22 (1) Setiap pemberian hibah dituangkan dalam NPHD yang ditandatangani bersama oleh Gubernur dan penerima hibah. (2) NPHD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat ketentuan sebagai berikut a. pemberi dan penerima hibah; b. tujuan pemberian hibah; c. besaran/rincian penggunaan hibah yang akan diterima;

11 d. hak dan kewajiban; e. tata cara penyaluran/penyerahan hibah; f. tata cara pelaporan hibah; dan (3) Gubernur dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani NPHD. (4) Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani NPHD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yaitu kepala SKPD pemberi rekomendasi. (5) Format NPHD sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. Pasal 23 (1) Daftar penerima hibah beserta besaran uang atau jenis barang dan/atau jasa yang akan dihibahkan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD dan peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD. (2) Daftar penerima hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar penyaluran/penyerahan hibah. Pasal 24 Pengadaan barang dan/atau jasa dalam rangka hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat ( 3) berpedoman pada peraturan perundang-undangan. 11 Bagian Kelima Pencairan Dana Hibah Pasal 25 (1) Penyaluran/penyerahan hibah dari pemerintah daerah kepada penerima hibah dilakukan setelah penandatanganan NPHD. (2) Pencairan hibah dalam bentuk uang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS) yang penggunaannya sesuai dengan NPHD. (3) Pencairan hibah dalam bentuk barang atau jasa pengadaannya dilakukan pada kegiatan SKPD. Pasal 26 (1) Pencairan dana hibah dalam bentuk uang dilakukan dengan mengajukan surat permohonan pencairan dana oleh penerima hibah kepada Gubernur melalui SKPD pemberi rekomendasi. (2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan a. Rencana Anggaran Belanja (RAB) yang sudah disesuaikan dengan anggaran yang tercantum dalam Keputusan Gubernur tentang penetapan penerima dan besaran hibah tahun berkenaan; b. fotocopy Kartu Tanda Penduduk ( KTP) Ketua /Organisasi / Lembaga/ Yayasan/ Panitia;

12 c. fotocopy nomor rekening Bank Nagari atas nama Organisasi/Lembaga/Yayasan/ Panitia penerima hibah dan tidak atas nama rekening pribadi; d. NPHD penerima hibah; e. pakta integritas dari penerima hibah; f. surat pernyataan tanggungjawab; g. surat pernyataan belum pernah menerima hibah pada tahun sebelumnya; dan h. struktur kepengurusan terbaru, apabila terjadi pergantian kepengurusan organisasi. (3) Khusus untuk rumah ibadah, persyaratan pencairan dana ditambahkan surat keterangan keberadaan rumah ibadah dari pemerintah daerah setempat atau Camat atau KUA atau Wali Nagari atau Lurah atau Kepala Desa. (4) SKPD pemberi rekomendasi setelah mengevaluasi kelengkapan administrasi yang dipersyaratkan, selanjutnya meneruskan ke DPKD melalui Bidang Kuasa BUD. (5) Mekanisme pencairan dana hibah dalam bentuk barang diproses oleh SKPD terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (6) Format pakta integritas, surat pernyataan tanggungjawab dan surat pernyataan belum pernah menerima hibah pada tahun sebelumnya, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, huruf f, dan huruf g tercantum dalam Lampiran IV, V dan VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. Pasal 27 (1) Mekanisme pencairan hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dilakukan melalui tahapan sebagai berikut a. Bendahara pengeluaran PPKD membuat SPP setelah melengkapi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2); dan b. PPK-PPKD menerbitkan SPM sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan berlaku. (2) Berdasarkan SPP, SPM dan kelengkapannya, Kuasa BUD menerbitkan SP2D dan setelah diotorisasi diteruskan ke Bank Nagari. (3) Bank Nagari selaku penyimpan uang milik pemerintah daerah melakukan transfer dana kepada rekening penerima hibah sesuai dengan besaran dana yang tercantum dalam SP2D. Pasal 28 (1) Pencairan hibah dilakukan berdasarkan alokasi aliran kas yang sudah ditetapkan dalam DPA-PPKD. (2) Pencairan hibah yang dilakukan secara triwulan, maka pencairan triwulan berikutnya harus melampirkan laporan penggunaan dana triwulan sebelumnya. (3) Hibah dalam bentuk uang yang sudah ditransfer secara keseluruhan ke rekening penerima hibah, baru bisa di cairkan 70 % dari jumlah hibah, sedangkan sisa 30% baru dapat dicairkan setelah penerima hibah menyerahkan laporan penggunaan dana hibah ke DPKD melalui bidang kuasa BUD. 12

13 13 Bagian Keenam Pertanggungjawaban dan Pelaporan Hibah Pasal 29 Pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pemberian hibah meliputi a. usulan/proposal dari calon penerima hibah kepada Gubernur; b. Keputusan Gubernur tentang Penetapan Daftar Penerima Hibah; c. NPHD; d. pakta integritas dari penerima hibah yang menyatakan bahwa hibah yang diterima akan digunakan sesuai dengan NPHD; dan e. bukti transfer uang atas pemberian hibah berupa uang atau bukti serah terima barang/jasa atas pemberian hibah berupa barang/jasa. Pasal 30 (1) Penerima hibah bertanggungjawab secara formal dan material atas penggunaan hibah yang diterimanya. (2) Pertanggungjawaban penerima hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi a. laporan penggunaan hibah; b. pakta integritas dan surat pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa hibah yang diterima telah digunakan sesuai NPHD; dan c. bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan perundang-undangan bagi penerima hibah berupa uang atau salinan bukti serah terima barang/jasa bagi penerima hibah berupa barang/jasa. (3) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b disampaikan kepada Gubernur melalui SKPD pemberi rekomendasi paling lambat 3 bulan setelah dana bantuan dicairkan. (4) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) huruf c disimpan dan dipergunakan oleh penerima hibah selaku obyek pemeriksaan. (5) Format laporan penggunaan dana hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. Pasal 31 Hibah dalam bentuk barang dipertanggungjawabkan oleh penerima hibah berdasarkan berita acara serah terima barang dan penggunaan atau pemanfaatannya harus sesuai dengan NPHD, usulan/proposal hibah atau dokumen lain yang dipersamakan. Pasal 32 (1) Penerima hibah berupa uang menyampaikan laporan penggunaan hibah kepada Gubernur melalui PPKD dengan tembusan kepada SKPD terkait. (2) Penerima hibah berupa barang dan/atau jasa menyampaikan laporan penggunaan hibah kepada Gubernur melalui SKPD terkait.

14 14 Pasal 33 (1) Apabila penerima hibah belum menyampaikan laporan penggunaan dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1), SKPD pemberi rekomendasi wajib memperingatkan penerima hibah dengan menyampaikan peringatan tertulis maksimal 3 (tiga) kali. (2) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditindaklanjuti oleh penerima hibah, maka menjadi tanggungjawab penuh penerima hibah. Pasal 34 (1) Hibah berupa uang dicatat sebagai realisasi jenis belanja hibah pada PPKD dalam tahun anggaran berkenaan. (2) Hibah berupa barang dan/atau jasa dicatat sebagai realisasi obyek belanja hibah pada jenis belanja barang dan jasa dalam program dan kegiatan pada SKPD terkait. Pasal 35 (1) Realisasi hibah dalam bentuk uang dicantumkan pada laporan keuangan pemerintah daerah dalam tahun anggaran berkenaan. (2) Hibah berupa barang yang belum diserahkan kepada penerima hibah sampai dengan akhir tahun anggaran berkenaan dilaporkan sebagai persediaan dalam neraca. (3) Realisasi hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan sebesar SP2D yang telah ditransfer ke rekening penerima hibah. Pasal 36 Realisasi hibah berupa barang dikonversikan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan pada laporan realisasi anggaran dan diungkapkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. BAB IV BANTUAN SOSIAL Bagian Kesatu Umum Pasal 37 (1) Pemerintah daerah dapat memberikan bantuan sosial kepada a. anggota masyarakat; dan b. kelompok masyarakat (2) Pemberian bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat. (3) Pemberian bantuan sosial bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kemungkinan terjadinya resiko sosial.

15 (4) Pemberian bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. (5) Pemberian bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat stimulan. Pasal 38 Anggota/kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) meliputi a. individu, keluarga, dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, atau fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. b. lembaga non pemerintahan bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok, dan/atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Pasal 39 (1) Resiko sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (3) dapat diindentifikasikan sebagai berikut a. resiko yang terkait dengan siklus hidup, antara lain kelaparan, penyakit, cacat,usia tua dan kematian; b. resiko yang terkait dengan kondisi ekonomi, antara lain hilangnya sumber penghasilan, pengangguran, pendapatan rendah, kenaikan harga kebutuhan pokok dan krisis ekonomi; c. resiko yang terkait dengan lingkungan, antara lain kekeringan, banjir, gempa bumi, tanah longsor, kebakaran, letusan gunung berapi dan tsunami ; d. resiko yang terkait dengan kondisi sosial/pemerintahan, antara lain kehilangan status sosial, kekerasan domestik, ketidakstabilan politik dan korupsi. (2) Resiko sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terjad i secara sendiri atau bersamaan. Pasal 40 (1) Bantuan sosial dapat berupa uang dan/atau barang yang diterima langsung oleh penerima bantuan sosial. (2) Bantuan sosial berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah uang yang diberikan secara langsung kepada penerima bantuan sosial yang telah memenuhi kriteria, antara lain beasiswa bagi anak miskin, yayasan pengelola yatim piatu, nelayan miskin, masyarakat lanjut usia, terlantar, cacat berat dan tunjangan kesehatan putera puteri pahlawan yang tidak mampu. (3) Bantuan sosial berupa barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah barang yang diberikan secara langsung baik berupa barang habis pakai maupun berbentuk aset tetap kepada penerima bantuan sosial yang telah memenuhi kriteria antara lain bantuan kendaraan operasional untuk sekolah luar biasa swasta dan masyarakat tidak mampu, bantuan perahu untuk nelayan miskin, bantuan makanan/pakaian kepada yatim piatu/tuna sosial, ternak bagi kelompok masyarakat kurang mampu. 15

16 16 Pasal 41 (1) Bantuan sosial berupa uang kepada individu dan/atau keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a terdiri dari bantuan sosial kepada individu dan/atau keluarga yang direncanakan dan yang tidak dapat direncanakan sebelumnya. (2) Bantuan sosial yang direncanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan kepada individu dan/atau keluarga yang sudah jelas nama alamat penerima dan besarannya pada saat penyusunan APBD. (3) Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan untuk kebutuhan akibat resiko sosial yang tidak dapat diperkirakan pada saat penyusunan APBD yang apabila ditunda penanganannya akan menimbulkan resiko sosial yang lebih besar bagi individu dan/atau keluarga yang bersangkutan. (4) Pagu alokasi anggaran yang tidak dapat direncanakan sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak melebihi pagu alokasi anggaran yang direncanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Bagian Kedua Kriteria dan Persyaratan Pemberian Bantuan Sosial Pasal 42 (1) Pemberian bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) memenuhi kriteria sebagai berikut a. selektif; b. memenuhi persyaratan penerima bantuan; c. bersifat sementara dan tidak terus menerus, kecuali dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan; dan d. sesuai tujuan penggunaan. (2) Kriteria selektif sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) huruf a dimaksudkan bahwa bantuan sosial hanya diberikan kepada calon penerima yang ditujukan untuk melindungi dari kemungkinan resiko sosial. (3) Kriteria memenuhi persyaratan penerima bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi a. memiliki identitas yang jelas; dan b. berdomisili dalam wilayah daerah. (4) Kriteria bersifat sementara dan tidak terus menerus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diartikan bahwa pemberian bantuan sosial tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran. (5) Keadaan tertentu dapat berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diartikan bahwa bantuan sosial dapat diberikan setiap tahun anggaran sampai penerima bantuan telah lepas dari resiko sosial. (6) Kriteria sesuai tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diartikan bantuan sosial dapat diberikan sesuai dengan tujuan yang meliputi a. rehabilitasi sosial; b. perlindungan sosial; c. pemberdayaan sosial;

17 17 d. jaminan sosial; e. penanggulangan kemiskinan; dan f. penanggulangan bencana. Pasal 43 (1) Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (6) huruf a ditujukan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. (2) Perlindungan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (6) huruf b ditujukan untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal. (3) Pemberdayaan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (6) huruf c ditujukan untuk menjadikan seseorang atau kelompok masyarakat yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. (4) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (6) huruf d merupakan skema yang melembaga untuk menjamin penerima bantuan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. (5) Penanggulangan kemiskinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (6) huruf e merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan. (6) Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (6) huruf f merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk rehabilitasi, penguatan kapasitas kelembagaan dan masyarakat serta mitigasi bencana untuk pengurangan risiko bencana. Pasal 44 (1) Individu dan/atau keluarga dapat diberikan bantuan sosial yang direncanakan dengan mengajukan usulan/ proposal yang meliputi hal- hal sebagai berikut a. surat permohonan kepada Gubernur; b. Rencana Anggaran Biaya ( RAB ); c. surat keterangan tidak mampu yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang; d. fotocopy KTP/SIM/Kartu Pelajar/Kartu Mahasiswa yang masih berlaku; e. fotocopy Kartu Keluarga (KK) yang telah disahkan;dan f. nomor telepon yang bisa dihubungi. (2) Kelompok masyarakat dan lembaga non pemerintah dapat diberikan bantuan sosial yang direncanakan dengan mengajukan usulan/proposal, yang meliputi hal - hal sebagai berikut a. surat permohonan kepada Gubernur; b. Rencana Anggaran Biaya (RAB); c. struktur dan kepengurusan organisasi/lembaga yang jelas. d. fotocopy KTP ketua organisasi yang masih berlaku;

18 e. surat keterangan keberadaan organisasi/lembaga dari pejabat setempat; f. surat izin operasional lembaga dari pejabat yang berwenang; dan g. nomor telepon yang bisa dihubungi. Pasal 45 Pemberian bantuan sosial kepada siswa/mahasiswa yang tidak mampu namun berprestasi dalam melaksanakan pendidikan harus melampirkan surat keterangan aktif dari sekolah untuk siswa dan/atau pimpinan perguruan tinggi untuk mahasiswa. 18 Bagian Ketiga Penganggaran Bantuan Sosial Pasal 46 Bantuan sosial dianggarkan dalam APBD dan dapat dianggarkan pada APBD perubahan. Pasal 47 (1) Evaluasi yang dilakukan oleh Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 meliputi a. evaluasi administrasi ; dan b. evaluasi faktual ; (2) Evaluasi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu meneliti dokumen - dokumen sebagaimana tercantum dalam pasal 44 ayat (1) dan ayat (2). (3) Evaluasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu melihat kelayakan usulan dan kesesuaian antara administrasi dengan fakta di lapangan. (4) Evaluasi faktual terhadap usulan bantuan yang nilainya tidak lebih dari Rp ,- ( lima juta rupiah ) dapat tidak dilakukan apabila anggaran untuk melakukan evaluasi faktual tidak tersedia dan evaluator memiliki cara lain untuk mendapatkan informasi yang setara dengan informasi yang didapatkan melalui evaluasi faktual. (5) SKPD yang melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu SKPD yang mempunyai tugas pokok dan fungsi pengkoordinasian, pembinaan dan pengawasan terhadap calon penerima bantuan sosial. (6) SKPD yang melakukan evaluasi dapat berkoordinasi dengan SKPD lain apabila usulan yang diajukan oleh calon penerima bantuan sosial secara substansi terkait dengan SKPD tersebut. Pasal 48 (1) Besaran bantuan sosial sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) tercantum dalam Lampiran X s.d XXII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

19 (2) Besaran bantuan terhadap objek selain yang ditentukan dalam lampiran tersebut pada ayat ( 1), ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD 19 Pasal 49 (1) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1 ) disampaikan dalam bentuk rekomendasi dan usulan besaran bantuan sosial kepada Gubernur melalui tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 untuk mendapatkan pertimbangan TAPD. (2) TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) sesuai dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah. Pasal 50 (1) Rekomendasi kepala SKPD terkait dan pertimbangan TAPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 menjadi dasar pencantuman alokasi anggaran bantuan sosial dalam rancangan KUA dan PPAS. (2) Setelah KUA dan PPAS ditetapkan tidak ada lagi penambahan jumlah calon penerima dan alokasi anggaran untuk bantuan sosial. (3) Pencantuman alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi anggaran bantuan sosial berupa uang dan/atau barang. Pasal 51 (1) Bantuan sosial berupa uang dicantumkan dalam RKA-PPKD. (2) Bantuan sosial berupa barang dicantumkan dalam RKA-SKPD. (3) RKA-PPKD dan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi dasar penganggaran bantuan sosial dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 52 (1) Bantuan sosial berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja bantuan sosial, obyek belanja bantuan sosial, dan rincian obyek belanja bantuan sosial pada RKA-PPKD. (2) Obyek belanja bantuan sosial dan rincian obyek belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi a. individu dan/atau keluarga; b. kelompok masyarakat; dan c. lembaga non pemerintahan. (3) Bantuan sosial berupa barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat ( 2) dianggarkan dalam kelompok belanja langsung yang diformulasikan kedalam program dan kegiatan, yang diuraikan kedalam jenis belanja barang dan jasa, objek belanja bantuan sosial barang dan rincian obyek belanja bantuan sosial barang yang diserahkan pihak ketiga/masyarakat pada RKA-SKPD.

20 20 Pasal 53 (1) Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya dialokasikan untuk kebutuhan akibat resiko sosial yang tidak dapat diperkirakan pada saat penyusunan APBD yang apabila ditunda penanganannya akan menimbulkan resiko sosial yang lebih besar bagi individu dan/atau keluarga yang bersangkutan. (2) Besaran bantuan sosial sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XXIII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. Pasal 54 Daftar nama penerima, alamat penerima dan besaran bantuan sosial dicantumkan dalam lampiran III Peraturan Gubernur tentang Penjabaran APBD, tidak termasuk bantuan sosial kepada individu dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya. Bagian Keempat Pelaksanaan dan Penatausahaan Bantuan Sosial Pasal 55 (1) Pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa uang berdasarkan atas DPA-PPKD. (2) Pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa barang berdasarkan atas DPA-SKPD. Pasal 56 (1) Gubernur menetapkan daftar penerima dan besaran bantuan sosial dengan Keputusan Gubernur berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Gubernur tentang Penjabaran APBD. (2) Penyaluran dan/atau penyerahan bantuan sosial didasarkan pada daftar penerima bantuan sosial yang tercantum dalam Keputusan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1), kecuali bantuan sosial kepada individu dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya. (3) Penyaluran/penyerahan bantuan sosial kepada individu dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya didasarkan pada permintaan tertulis dari individu dan/atau keluarga yang bersangkutan atau surat keterangan dari pejabat yang berwenang serta mendapat persetujuan Gubernur setelah dievaluasi oleh SKPD terkait. Bagian Kelima Pencairan Dana Bantuan Sosial Pasal 57 (1) Pencairan dana bantuan sosial yang dapat direncanakan khususnya dalam bentuk uang, dilakukan dengan mengajukan surat

21 permohonan pencairan oleh penerima bantuan sosial kepada Gubernur melalui SKPD pemberi rekomendasi. (2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilampiri dengan a. Rencana Anggaran Belanja (RAB) yang sudah disesuaikan dengan anggaran yang tercantum dalam Keputusan Gubernur tentang penetapan penerima dan besaran bantuan sosial tahun berkenaan; b. susunan struktur kepengurusan organisasi terbaru; c. fotocopy KTP ketua organisasi/lembaga/yayasan; d. fotocopy nomor rekening Bank Nagari atas nama Organisasi/Lembaga/Yayasan, bukan atas nama pribadi; e. pakta integritas dari penerima bantuan; f. surat pernyataan belum pernah menerima bantuan sosial pada tahun sebelumnya; dan g. surat pernyataan tanggungjawab. (3) SKPD pemberi rekomendasi setelah mengevaluasi kelengkapan administrasi yang dipersyaratkan, selanjutnya meneruskan ke DPKD melalui Bidang Kuasa BUD. (4) Mekanisme pencairan bantuan sosial yang dapat direncanakan khususnya dalam bentuk barang, diproses oleh SKPD terkait berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Format pakta integritas, surat pernyataan belum pernah menerima bantuan sosial pada tahun sebelumnya dan surat pernyataan tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f, huruf g dan huruf h tercantum dalam Lampiran IV, V dan VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini Pasal 58 (1) Pencairan bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya dilakukan dengan mengajukan surat permohonan pencairan oleh calon penerima bantuan sosial kepada Gubernur melalui SKPD. (2) SKPD sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. (3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan a. surat keterangan tidak mampu dari pejabat yang berwenang (lurah dan/atau wali nagari dan/atau camat); b. fotocopy KTP yang masih berlaku; c. surat pernyataan bertanggungjawab;dan d. foto/dokumentasi. (4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1), baru dapat direalisir setelah mendapat persetujuan dari Gubernur dan/atau pejabat yang berwenang. Pasal 59 (1) Mekanisme pencairan bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat ( 1) dan Pasal 58 ayat (1) dilakukan melalui langkahlangkah sebagai berikut a. Bendahara Pengeluaran PPKD membuat SPP setelah melengkapi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) dan Pasal 51 ayat (3); 21

22 b. PPK-PPKD selanjutnya menerbitkan SPM sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Berdasarkan SPP, SPM dan kelengkapannya, Kuasa BUD menerbitkan SP2D dan setelah diotorisasi diteruskan ke Bank Nagari. (3) Bank Nagari selaku penyimpan uang milik Pemerintah Daerah melakukan transfer dana kepada rekening penerima bantuan sosial sesuai dengan besaran dana yang tercantum dalam SP2D. Pasal 60 (1) Penyaluran/penyerahan bantuan sosial yang direncanakan didasarkan pada daftar penerima bantuan sosial yang tercantum dalam Keputusan Gubernur. (2) Pencairan bantuan sosial berupa uang dilakukan dengan cara pembayaran langsung (LS). (3) Dalam hal bantuan sosial berupa uang dengan nilai sampai dengan Rp ,00 (lima juta rupiah) pencairannya dapat dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung (LS) kepada Bendahara Pengeluaran Bantuan PPKD, selanjutnya melakukan proses pemindahbukuan dari rekening Bendahara Pengeluaran Bantuan ke rekening penerima bantuan. (4) Penyaluran dana kepada penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3) dilengkapi dengan kuitansi bukti penerimaan uang bantuan sosial. (5) Bantuan dalam bentuk uang yang sudah ditransfer secara keseluruhan ke rekening penerima bantuan sosial, baru bisa di cairkan 70 % dari jumlah bantuan, sedangkan sisa 30% baru dapat dicairkan setelah penerima bantuan menyerahkan laporan penggunaan dana bantuan sosial ke DPKD melalui bidang kuasa BUD. Bagian Ketujuh Pertanggungjawaban dan Pelaporan Bantuan Sosial Pasal 61 (1) Pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pemberian bantuan sosial meliputi a. usulan/proposal dari calon penerima bantuan sosial kepada Gubernur; b. Keputusan Gubernur tentang penetapan daftar penerima bantuan sosial; c. pakta integritas dari penerima bantuan sosial yang menyatakan bahwa bantuan sosial yang diterima akan digunakan sesuai dengan usulan/proposal; dan d. bukti transfer uang atas pemberian bantuan sosial berupa uang atau bukti serah terima barang atas pemberian bantuan sosial berupa barang. (2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c dikecualikan terhadap bantuan sosial bagi individu dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya. 22

23 (3) Pertanggungjawaban bagi individu dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi a. nota persetujuan dari Gubernur dan/atau pejabat yang berwenang; dan b. tanda terima uang beserta perincian peruntukan penggunaannya. Pasal 62 (1) PPKD membuat rekapitulasi penyaluran bantuan sosial kepada individu dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) paling lambat tanggal 5 Januari tahun anggaran berikutnya; (2) Rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mem uat nama penerima, alamat dan besaran bantuan sosial yang diterima oleh masing-masing individu dan/atau keluarga. Pasal 63 (1) Penerima bantuan sosial bertanggungjawab secara formal dan material atas penggunaan Bantuan Sosial yang diterimanya. (2) Pertanggungjawaban penerima bantuan sosial meliputi a. laporan penggunaan bantuan sosial oleh penerima bantuan sosial; b. surat pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa bantuan sosial yang diterima telah digunakan sesuai dengan usulan; c. bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi penerima bantuan sosial berupa uang atau salinan bukti serah terima barang bagi penerima bantuan sosial berupa barang; dan d. dokumentasi jika bantuan sosial dalam bentuk fisik. (3) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b disampaikan kepada Gubernur paling lambat 3 bulan setelah dana bantuan dicairkan. (4) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c disimpan dan dipergunakan oleh penerima bantuan sosial selaku obyek pemeriksaan. (5) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan bukti fisik yang harus disimpan oleh sipenerima bantuan yang akan pergunakan sebagai obyek pemeriksaan. Pasal 64 (1) Penerima bantuan sosial berupa uang menyampaikan laporan penggunaan bantuan sosial kepada Gubernur melalui PPKD dengan tembusan kepada SKPD terkait. (2) Penerima Bantuan Sosial berupa barang menyampaikan laporan penggunaan bantuan sosial kepada Gubernur melalui kepala SKPD terkait. Pasal 65 (1) Apabila penerima bantuan sosial belum menyampaikan laporan penggunaan dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat ( 2), SKPD pemberi rekomendasi wajib memperingatkan penerima 23

24 bantuan sosial dengan menyampaikan peringatan tertulis maksimal 3 (tiga) kali. (2) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditindaklanjuti oleh penerima bantuan sosial, maka menjadi tanggungjawab penuh penerima bantuan sosial. Pasal 66 (1) Bantuan sosial berupa uang dicatat sebagai realisasi jenis belanja bantuan sosial pada PPKD dalam tahun anggaran berkenaan. (2) Bantuan sosial berupa barang dicatat sebagai realisasi obyek belanja bantuan sosial pada jenis belanja barang dan jasa dalam program dan kegiatan pada SKPD terkait. Pasal 67 (1) Realisasi bantuan sosial dicantumkan pada laporan keuangan Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran berkenaan. (2) Bantuan sosial berupa barang yang belum diserahkan kepada penerima bantuan sosial sampai dengan akhir tahun anggaran berkenaan dilaporkan sebagai persediaan dalam neraca. (3) Realisasi bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan sebesar SP2D yang telah ditransfer ke rekening penerima bantuan sosial. 24 Pasal 68 Realisasi Bantuan Sosial berupa barang dikonversikan sesuai standar akuntansi pemerintahan pada laporan realisasi anggaran dan diungkapkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. BAB V MONITORING DAN EVALUASI Pasal 69 (1) Monitoring dan evaluasi terhadap pemberian hibah dan bantuan sosial dilakukan oleh SKPD terkait bersama DPKD. (2) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan kepada Inspektorat Provinsi Sumatera Barat. Pasal 70 Apabila dari hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) terdapat penggunaan hibah dan bantuan sosial yang tidak sesuai dengan usulan yang telah disetujui, penerima hibah dan bantuan sosial yang bersangkutan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

25 25 BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 71 Untuk tahun 2014, anggaran pemberian hibah dan bantuan sosial dialokasikan dalam APBD perubahan. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 72 Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka Peraturan Gubernur Nomor 25 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 73 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sumatera Barat. Ditetapkan di Padang pada tanggal, 19 Februari Februari

26 26 LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL Jadwal Penganggaran Hibah dan Bantuan Sosial No. URAIAN APBD AWAL 1. Penerimaan Proposal oleh tim 1) 01 Januari s.d 31 Maret 2. Pendistribusian oleh tim 1) 15 Januari s.d 15 April 3. Evaluasi oleh SKPD 01 Februari s.d 30 April 4. Rekomendasi oleh SKPD 01 Februari s.d 15 Mei 5. Pertimbangan TAPD 16 Mei s.d 31 Mei 6. Masuk dalam KUA-PPAS Juni Catatan 1) tim penerima dan pendistribusi usulan/proposal

27 LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL Contoh surat permohonan Hibah 27 KOP SURAT Nomor Lampiran Perihal 1( satu ) berkas Permohonan Padang,...,... Kepada Yth, Gubernur Sumatera Barat di Padang Dengan hormat, Pemohon (...) Mengetahui Ketua RT / Dusun (...) Lurah/Wali Nagari (...) Camat (...)

28 LAMPIRAN III PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL 28 A. Format Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) dalam bentuk uang tunai NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH ( NPHD) Pada hari ini tanggal bulan.tahun. yang bertanda tangan di bawah ini I. Nama... NIP... Pangkat... Jabatan... Unit Kerja... Yang bertindak untuk dan atas nama Gubernur Sumatera Barat yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA II. Nama... Jabatan... No. KTP/SIM... Organisasi... Alamat... Yang bertindak untuk dan atas nama... selanjutnya dalam Naskah Perjanjian Hibah Daerah disebut PIHAK KEDUA Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan Perjanjian Daerah dengan ketentuan sebagai berikut Hibah Pasal 1 JUMLAH DAN TUJUAN HIBAH (1) PIHAK PERTAMA memberikan Hibah kepada PIHAK KEDUA, berupa uang sebesar Rp.... (... rupiah) (2) Pemberian Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan sesuai dengan Rencana Anggaran Belanja ( RAB) yang telah ditetapkan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari naskah Hibah daerah ini. (3) Penggunaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertujuan untuk... (4) Penggunaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dikelola dengan mekanisme pengelolaan keuangan daerah.

29 29 Pasal 2 PENCAIRAN DANA HIBAH DAERAH (1) Pencairan dana Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sumatera Barat Tahun angaran... dilakukan secara triwulanan sesuai alokasi yang ditetapkan dalam DPA- PPKD (2) Untuk pencairan Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PIHAK KEDUA mengajukan permohonan kepada PIHAK PERTAMA, dengan lampiran sebagai berikut a. Naskah Perjanjian Hibah Daerah; b. foto copy rekening bank tempat mentransfer dana Hibah yang masih aktif; c. Pakta integritas penerima Hibah; d. Rincian penggunaan dana Hibah; dan e. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Pasal 3 KEWAJIBAN PIHAK KEDUA (1) Melaksanakan dan bertanggung jawab penuh secara formal dan material atas penggunaan dana Hibah yang diterima dari PIHAK PERTAMA. (2) Melaksanakan program dan kegiatan yang didanai dari Hibah yang telah disetujui PIHAK PERTAMA dengan berpedoman pada ketentuan perundang-undangan. (3) Melaksanakan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (4) PIHAK KEDUA membuat dan menyampaikan laporan triwulan penggunaan Hibah kepada kepada PIHAK PERTAMA c/q PPKD dengan tembusan SKPD terkait, meliputi a. Laporan penggunaan dana; b. Surat pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa Hibah yang diterima telah digunakan sesuai NPHD yang disertai dengan dokumen dan bukti pertanggungjawaban yang sah dan lengkap sesuai dengan peraturan perundangundangan;dan c. Dokumen dan bukti pertanggungjawaban yang sah sebagaimana dimaksud huruf b disimpan dan dipergunakan oleh PIHAK KEDUA selaku obyek pemeriksaan (5) Penyampaian laporan triwulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk triwulan pertama dan triwulan kedua paling lambat

30 tanggal 10 Juli dan untuk triwulan ketiga dan triwulan keempat paling lambat akhir Desember tahun berkenaan. Pasal 4 HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA (1) PIHAK PERTAMA berhak menunda pencairan dana Hibah apabila PIHAK KEDUA, tidak/belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan (2) PIHAK PERTAMA berhak melaksanakan evaluasi dan monitoring atas penggunaan dana Hibah berdasarkan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana yang disampaikan kepada PIHAK KEDUA (3) PIHAK PERTAMA berkewajiban segera mencairkan dana Hibah apabila seluruh persyaratan dan kelengkapan berkas pengajuan pencairan dana telah dipenuhi oleh PIHAK KEDUA dan menyatakan lengkap dan benar melalui verifikasi oleh PIHAK PERTAMA melalui PPKD. (4) PIHAK PERTAMA berkewajiban mempertanggungjawabkan atas pemberian Hibah yang meliputi a. Usulan/proposal dari calon penerima hibah kepada kepala daerah; b. Keputusan kepala daerah tentang penetapan daftar penerima hibah; c. NPHD; d. Pakta Integritas dari PIHAK KEDUA yang menyatakan bahwa hibah yang diterima akan digunakan sesuai dengan NPHD ; dan e. Bukti tranfer uang atas pemberian Hibah 30 Pasal 5 PENGGESERAN ANGGARAN Dalam hal terjadi perubahan atau pergeseran anggaran akibat perubahan kegiatan dan belanja, PIHAK KEDUA dapat melakukan pergeseran dengan tidak merubah jumlah nominal dan tujuan penggunaan Hibah, yang selanjutnya dilaporkan kepada PIHAK PERTAMA c/q PPKD. Pasal 6 LAIN-LAIN (1) Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) ini, dibuat rangkap 5 (lima), lembar pertama dan kedua masing-masing bermaterai cukup sehingga mempunyai kekuatan hukum sama

31 (2) Hal-hal lain yang belum tercantum dalam NPHD ini dapat diatur lebih lanjut dalam Addendum. 31 PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA, Bermeterai Rp.6000, (penerima Hibah) Pangkat/Gol. NIP.

32 32 B. Format Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) dalam bentuk barang NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH (NPHD) Pada hari ini tanggal bulan.tahun. yang bertanda tangan di bawah ini I. Nama... NIP... Pangkat... Jabatan... Unit Kerja... Yang bertindak untuk dan atas nama Gubernur Sumatera Barat yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA II. Nama... Jabatan... No. KTP/SIM... Organisasi... Alamat... Yang bertindak untuk dan atas nama... selanjutnya dalam Naskah Perjanjian Hibah Daerah disebut PIHAK KEDUA Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan Perjanjian Daerah dengan ketentuan sebagai berikut Hibah Pasal 1 JUMLAH DAN TUJUAN HIBAH (1) PIHAK PERTAMA memberikan Hibah kepada PIHAK KEDUA, berupa barang dengan rincian sebagai berikut... (2) Pemberian Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari naskah Hibah daerah ini. (3) Penggunaan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertujuan untuk... (4) Penggunaan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dalam bentuk aset, maka aset tersebut menjadi milik PIHAK KEDUA dan dicantumkan dalam neraca PIHAK KEDUA.

33 33 Pasal 2 PENYERAHAN HIBAH DAERAH (1) Penyerahan Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sumatera Barat Tahun angaran... (2) Untuk penyerahan Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PIHAK KEDUA mengajukan permohonan kepada PIHAK PERTAMA, dengan dilampiri a. Naskah Perjanjian Hibah Daerah; b. Pakta integritas penerima Hibah c. Penggunaan barang Hibah d. Surat Pernyataan Tanggung Jawab; (3) PIHAK KEDUA setelah menerima barang Hibah dari PIHAK PERTAMA, Segera melaksanakan penggunaan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c sesuai dengan peruntukannya dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 3 KEWAJIBAN PIHAK KEDUA (1) Melaksanakan dan bertanggung jawab penuh secara formal dan material atas penggunaan Hibah yang diterima dari PIHAK PERTAMA; (2) Menggunakan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c yang telah disetujui PIHAK PERTAMA dengan berpedoman pada ketentuan perundang-undangan. (3) PIHAK KEDUA membuat dan menyampaikan laporan penggunaan Hibah kepada kepada PIHAK PERTAMA c/q SKPD terkait dengan tembusan kepada PPKD, meliputi a. Laporan penggunaan barang dan jasa b. Surat pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa Hibah yang diterima telah digunakan sesuai NPHD yang disertai dengan dokumen dan bukti pertanggungjawaban yang sah dan lengkap sesuai dengan peraturan perundangundangan; c. Dokumen dan bukti pertanggungjawaban yang sah sebagaimana dimaksud huruf b disimpan dan dipergunakan oleh PIHAK KEDUA selaku obyek pemeriksaan (4) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat akhir Desember tahun berkenaan.

34 34 Pasal 4 HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA (1) PIHAK PERTAMA berhak melaksanakan evaluasi dan monitoring atas penggunaan Hibah berdasarkan laporan pertanggungjawaban penggunaan Hibah yang disampaikan kepada PIHAK KEDUA (2) PIHAK PERTAMA wajib melaksanakan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku (3) PIHAK PERTAMA berkewajiban segera menyerahkan Hibah apabila seluruh persyaratan dan kelengkapan berkas penyerahan Hibah telah dipenuhi oleh PIHAK KEDUA dan menyatakan lengkap dan benar melalui verifikasi oleh PIHAK PERTAMA melalui SKPD terkait. (4) PIHAK PERTAMA menyerahkan Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui berita acara serah terima barang atas pemberian Hibah kepada PIHAK KEDUA Pasal 5 PENGGESERAN ANGGARAN Dalam hal terjadi pergeseran dan perubahan kegiatan dan anggaran belanja akibat perubahan kegiatan dan belanja, SKPD... dapat melakukan pergeseran anggaran belanja dan perubahan anggaran kegiatan melalui mekanisme pengelolaan keuangan daerah yang berlaku. Pasal 6 LAIN-LAIN (1) Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) ini, dibuat rangkap 5 (lima), lembar pertama dan kedua masing-masing bermaterai cukup sehingga mempunyai kekuatan hukum sama (2) Hal-hal lain yang belum tercantum dalam NPHD ini dapat diatur lebih lanjut dalam Addendum. PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA, Materai Rp , (penerima Hibah) Pangkat/Gol. NIP.

35 LAMPIRAN IV PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL A. Format Pakta Integritas Pemberian Hibah. PAKTA INTEGRITAS Saya yang bertanda tangan dibawah ini N a m a Umur Jabatan dalam Organisasi Alamat Dalam rangka mempergunakan dan mempertanggungjawabkan penerimaan hibah dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, dengan ini menyatakan bahwa saya 1. Tidak akan melakukan praktek KKN; 2. Akan melaporkan kepada pihak yang berwajib/berwenang apabila mengetahui ada indikasi KKN di dalam proses penggunaan dana hibah yang diberikan oleh Pemerintah Daerah; 3. Dalam mempergunakan hibah ini, saya berjanji akan melaksanakannya secara bersih, transparan dan profesional dalam arti akan mengerahkan segala kamampuan dan sumberdaya secara optimal untuk memberikan hasil kerja terbaik dari penggunaan hibah ini sesuai dengan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) yang telah disepakati bersama ; dan 4. Apabila saya melanggar hal-hal yang telah saya nyatakan dalam PAKTA INTEGRITAS ini, saya bersedia dikenakan sanksi moral, administrasi serta dituntut ganti rugi dan pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Padang,... NAMA ORGANISASI KETUA. Materai Rp ,- 35 (...)

36 36 B. Format Pakta Integritas untuk Bantuan Sosial. PAKTA INTEGRITAS Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama Umur Jabatan dalam Organisasi No. KTP/SIM Alamat Dalam rangka mempergunakan dan mempertanggungjawabkan penerimaan Bantuan Sosial dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, dengan ini menyatakan bahwa saya 1. Tidak akan melakukan praktek KKN; 2. Akan melaporkan kepada pihak yang berwajib/berwenang apabila mengetahui ada indikasi KKN didalam proses penggunaan dana Bantuan Sosial yang diberikan oleh Pemerintah Daerah; 3. Dalam mempergunakan dana Bantuan Sosial ini, saya berjanji akan melaksanakannya secara bersih, secara optimal untuk memberikan hasil kerja terbaik dari penggunaan dana Bantuan Sosial ini sesuai dengan yang ada dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) 4. Apabila saya melanggar hal hal yang telah saya nyatakan dalam Pakta Integritas ini, saya bersedia dikenakan sangsi moral, administrasi serta dituntut ganti rugi dan pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Padang,. NAMA PENERIMA BANTUAN SOSIAL Meterai Rp.6000,- ( )

37 LAMPIRAN V PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL Format Surat Pernyataan Tanggung Jawab 37 SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama Umur Jabatan dalam Organisasi No. KTP/SIM Alamat Dalam rangka mempergunakan dan mempertanggungjawabkan penerimaan hibah/bantuan sosial dari Gubernur Sumatera Barat, dengan ini menyatakan bahwa saya 1. Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap penggunaan dana bantuan Gubernur Sumatera Barat sesuai ketentuan berlaku. 2. Isi dan penjelasan didalam usulan/ proposal dan dokumen lainnya termasuk nomor rekening Bank sepenuhnya menjadi tanggungjawab pengaju/penerima bantuan. 3. Saya bersedia memenuhi kewajiban saya untuk menyiapkan Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) selengkapnya dan memberikan laporan penggunaan dana bantuan kepada Gubernur cq. Bendahara pengeluaran/bantuan DPKD Provinsi Sumatera Barat, paling lambat 1 (satu) bulan setelah bantuan ini diterima. Bila saya tidak dapat memenuhi, saya bersedia dituntut sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku oleh pejabat yang berwenang. 4. Surat pernyataan ini dibuat rangkap 3 (tiga) dengan perincian sebagai berikut a. Lembaran pertama bermeterai Rp.6000,- untuk Gubernur cq. Bendahara Pengeluaran/bantuan DPKD Provinsi Sumatera Barat; b. Lembaran kedua untuk yang membuat pernyataan bertanggunjawab; dan c. Arsip

38 5. Apabila dikemudian hari terjadi kekeliruan diluar dari pernyataan tersebut diatas akan menjadi tanggungjawab sepenuhnya bagi sipenerima bantuan. Demikianlah surat pernyataan bertanggunjawab ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya. Padang,. NAMA ORGANISASI... KETUA Meterai Rp.6000,- ( ) 38

39 LAMPIRAN VI PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL 39 Format Surat pernyataan belum pernah menerima Hibah / Bantuan Sosial SURAT PERNYATAAN BELUM PERNAH MENERIMA HIBAH / BANTUAN SOSIAL Yang bertanda tanggan di bawan ini Nama Alamat Jabatan Dengan ini menyatakan bahwa Nama Alamat Belum pernah menerima Hibah/Bantuan Sosial sejenisnya, untuk kegiatan atau sarana yang sama pada tahun sebelumnya, baik berupa uang, jasa maupun barang dari pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Demikian pernyataan ini di buat guna keperluan pencairan dana Hibah/Bantuan Sosial dari pemerintah Provinsi Sumatera Barat Tahun Anggaran... dan apabila di kemudian hari terbukti pernyataan kami ini ternyata tidak benar, maka kami sanggup mengembalikan bantuan yang kami terima ini ke Rekening kas umum Daerah Provinsi Sumatera Barat dan bersedia menerima sanksi sesuai sesuai peraturan yang berlaku. Mengetahui Kepala SKPD Terkait, Padang,... Yang membuat pernyataan,.... NIP

40 Format Laporan Penggunaan Dana Hibah/Bantuan Sosial NAMA ORGANISASI... PAGU ANGGARAN... TAHUN ANGGARAN... TGL TRW SISA TRIWULAN SEBELUMNYA LAMPIRAN VII PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PENERIMAAN DANA TRANSFER LAPORAN PENGGUNAAN DANA HIBAH/ BANTUAN SOSIAL TOTAL REALISASI PENGGUNAAN DANA SISA DANA Rp. Rp. Rp. Rp Rp. % = =5-6 8=(6/5)x100% KETUA,...,... SEKRETARIS, (...) (...) TEMBUSAN 1. Disampaikan kepada Yth Bapak Kepala SKPD Arsip

41 LAMPIRAN VIII PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL (Contoh Format Rekomendasi Calon Penerima Hibah dan Bantuan Sosial SKPD ) KOP SURAT Padang,...,... Nomor Lampiran Perihal Rekomendasi dan usulan besaran bantuan hibah dan bantuan sosial Kepada Yth, Gubernur Sumatera Barat Cq. Tim Penerima dan Pendistribusian Proposal di Padang Berdasarkan hasil evaluasi yang sudah dilakukan terhadap usulan/proposal Hibah dan Bantuan Sosial pada...( SKPD evaluator ) Bersama ini dikirimkan kepada Bapak, rekomendasi dan usulan besaran bantuan hibah dan bantuan sosial (terlampir) untuk Tahun Anggaran... Demikian disampaikan, atas perhatian Bapak diucapkan terima kasih. Kepala SKPD Ttd (...)

42 LAMPIRAN IX PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL 42 ( Format Rekomendasi Pencairan SKPD ) KOP SURAT Nomor Perihal Rekomendasi Pencairan Dana Bantuan Padang,...,... Kepada Yth, Sdr.Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Sumatera Barat Cq. Bidang Kuasa BUD di Padang Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan terhadap permohonan bantuan Dana Hibah dan bantuan sosial untuk... atas nama pemohon... dengan dana sebesar Rp... kiranya layak untuk dicairkan. Demikian disampaikan dan atas kerjasamanya diucapkan terimakasih. Kepala SKPD Ttd (...)

43 LAMPIRAN X PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL 43 Besaran Hibah dan Bantuan Sosial untuk Sanggar dan Lembaga Adat No Kategori Besaran 1. Sanggar Rp ,- 2. Pembangunan fisik lembaga adat Rp , Kegiatan Lembaga adat ( kec/nagari, kab/ kota ) Penampilan lembaga adat/ sanggar keluar negeri Penampilan lembaga adat/ sanggar tingkat nasional Penampilan lembaga adat/ sanggar tingkat daerah Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Catatan SKPD evaluator Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Besaran hibah terhadap kategori selain yang tercantum pada tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.

44 LAMPIRAN XI PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL 44 Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Pendidikan No Kategori Besaran 1. Individu / Perorangan a. Mahasiswa Strata 1 (S1) / Diploma Rp ,- b. Pelajar tingkat SLTA Rp ,- c. Pelajar tingkat SLTP Rp ,- d. Pelajar tingkat SD Rp , Lembaga Pendidikan a. Lembaga PAUD 1) b. Lembaga Kursus Keterampilan 2) Bantuan sekolah swasta a. Rehabilitasi ringan ruang kelas 3) b. Rehabilitasi sedang ruang kelas 4) c. Rehabilitasi berat ruang kelas 5) Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Catatan 1) Memiliki murid minimal 20 orang 2) Berkinerja A dan B dari Kemendikbud dan Jumlah peserta didik minimal 20 ( dua puluh ) orang ( by name, by address, by foto ) dari keluarga miskin dan putus sekolah. 3) Rehab ringan adalah rehap untuk kerusakan kurang dari 50 % 4) Rehab sedang adalah rehap untuk kerusakan 50 % sampai dengan 75 % 5) Rehab berat adalah rehap untuk kerusakan lebih dari 75 % SKPD evaluator Dinas Pendidikan Besaran bantuan terhadap kategori selain yang tercantum pada tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.

45 LAMPIRAN XII PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Pertanian Tanaman Pangan 45 Kategori Besaran Organisasi masyarakat pertanian Provinsi 1) Rp ,- Catatan SKPD evaluator Dinas Pertanian Tanaman Pangan 1) Tidak menerima organisasi masyarakat pertanian yang terdaftar di Kabupaten dan kecamatan,hanya untuk organisasi pertanian Provinsi yang terdaftar di Provinsi Sumatera Barat Besaran bantuan terhadap kategori selain yang tercantum pada tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.

46 LAMPIRAN XIII PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL 46 Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Kepemudaan dan Olahraga No Kategori Besaran 1. Sarana Prasarana kepemudaan/ keolahragaan a. Tingkat Nagari / Kecamatan Rp ,- b. Tingkat Kab/ Kota Rp ,- c. Tingkat Provinsi Rp ,- 2. Kegiatan kepemudaan/ keolahragaan a. Tingkat Nagari / Kecamatan Rp ,- b. Tingkat Kab/ Kota Rp ,- c. Tingkat Provinsi Rp ,- 3. Kelompok Usaha Pemuda Produktif Rp ,- Catatan SKPD evaluator Dinas Pemuda dan Olahraga Besaran bantuan terhadap kategori selain yang tercantum pada tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.

47 LAMPIRAN XIV PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL 47 Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Koperasi dan UMKM No Kategori Besaran 1. Koperasi Mikro ( Aset Pada Neraca s/d Rp Rp , ) Koperasi Kecil ( Aset Pada Neraca > Rp s/d Rp ) UMKM Mikro Rp ,- Rp ,- Catatan SKPD evaluator Dinas Koperasi dan UMKM Koperasi harus menyampaikan fotocopy dokumen badan hukum koperasi laporan RAT terakhir daftar pengurus / anggota yang diketahui oleh Dinas Koperasi setempat Besaran bantuan terhadap kategori selain yang ditentukan pada tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.

48 LAMPIRAN XV PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL 48 Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Kelautan dan Perikanan No Kategori Besaran 1. Kelompok Pembudidaya Ikan Rp ,- 2. Kelompok Pembenih Ikan Rp ,- 3. Kelompok Nelayan Perikanan Tangkap Rp ,- 4. Kelompok Kelautan Pesisir dan Pulau Pulau Rp ,- Kecil dan Pengawasan (Kelompok KP3KP) Catatan SKPD evaluator Dinas Kelautan dan Perikanan Kelompok Beranggotakan minimal 10 orang Besaran bantuan terhadap kategori selain yang tercantum pada tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.

49 LAMPIRAN XVI PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL 49 Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Tenaga Kerja Kategori Besaran Kelompok usaha keterampilan Rp ,- Catatan SKPD evaluator Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Besaran hibah terhadap kategori selain yang tercantum pada tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.

50 LAMPIRAN XVII PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL 50 Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Keagamaan No Kategori Besaran 1. Masjid Raya Ibu kota di Kab/Kota Rp ,- 2. Masjid Rp ,- 3. Mushalla dan Surau Rp ,- 4. TPA/ MDA/ TPQ/ TPSQ/ TPSA Rp ,- 5. Pondok Al-Qur'an Rp ,- 6. Majelis Taklim/ Kelompok Yasinan Rp ,- Catatan SKPD evaluator Biro Bina Sosial Sekretariat Daerah Besaran hibah terhadap kategori selain yang tercantum pada tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.

51 LAMPIRAN XVIII PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL 51 Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Perpustakaan Kategori Perpustakaan (Desa, Nagari, Kelurahan, Rumah Baca dan Rumah Ibadah) Besaran Rp ,- Catatan SKPD evaluator Badan Perpustakaan dan Kearsipan Besaran hibah terhadap kategori selain yang tercantum pada tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.

52 LAMPIRAN XIX PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Peternakan 52 No Kategori Besaran 1. Kelompok Peternak Sapi / Kerbau Rp ,- 2. Kelompok Peternak Kambing Rp ,- 3. Kelompok Peternak Ayam Rp ,- 4. Kelompok Peternak Itik Rp ,- 5. Kelompok Peternak Puyuh Rp ,- Catatan SKPD evaluator Dinas Peternakan Besaran hibah terhadap kategori selain yang tercantum pada tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.

53 LAMPIRAN XX PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL 53 Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan No Kategori Besaran Jejaring pengelolaan sampah Bank sampah Kelompok masyarakat peduli lingkungan danau Rp ,- Rp ,- Rp ,- Catatan SKPD evaluator Badan Pengendalian Dampak dan Lingkungan Besaran hibah terhadap kategori selain yang tercantum pada tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.

54 LAMPIRAN XXI PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL 54 Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Pemukiman Kategori Besaran Pembangunan MCK 1) Rp ,- Catatan 1) Konstruksi Permanen, Dinding Batu Bata, Pondasi Batu Kali, Atap Seng Lantai Keramik ) ukuran 4 x 3 m SKPD evaluator Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Pemukiman Besaran bantuan terhadap kategori selain yang ditentukan pada tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.

55 LAMPIRAN XXII PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL 55 Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Sosial No Kategori Besaran 1 Modal Usaha 1) Rp ,- 3 Kelompok Usaha Bersama (KUBE) 2) Rp ,- 4 Yayasan Sosial Rp ,- 5 Kongsi Kematian Rp ,- 6 Panti Asuhan 3) Rp ,- 7 Rumah Tidak Layak Huni Rp ,- 8 Rumah Tangga Miskin Rp ,- 9 Kelompok Lanjut Usia 2) Rp ,- Catatan 1) Individu karena Resiko Sosial 2) Beranggotakan minimal 10 orang 3) Memiliki anak asuh minimal 20 orang SKPD evaluator Dinas Sosial Besaran bantuan terhadap kategori selain yang tercantum pada tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.

56 No. Resiko Sosial 1. Resiko Sosial Terkait dengan Siklus Hidup 2. Resiko Sosial terkait dengan Lingkungan 3. Resiko Sosial Terkait dengan Kondisi Ekonomi LAMPIRAN XXIII PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TANGGAL TENTANG 12 TAHUN FEBRUARI 2014 TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL Besaran Bantuan Sosial Tidak Dapat Direncanakan Sebelumnya Kriteria Kelaparan, penyakit, cacat, usia tua dan kematian Kekeringan, banjir, Gempa Bumi, tanah longsor dan Kebakaran Hilangnya sumber penghasilan, pengangguran, pendapatan rendah, kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, dan krisis ekonomi s.d ,- 1. Tidak Operasi 2. Untuk Pengobatan rutin 3. Masih ada yang bekerja 4. Memiliki Rumah sendiri 1. Rumah rusak sedang 2. Rumah bisa diperbaiki 3. rumah dapat dihuni perlu 1. Membuka Usaha baru ( Rintisan ) 2. Tanggungan Keluarga s/d 2 orang 3. Sudah memiliki rumah/ tempat usaha Besaran s/d Pengobatan Rutin 2. Belum punya rumah 3. Masih ada yang bekerja 4. Operasi Ringan 1. Rumah Rusak Berat 2. Perabot masih bisa dipakai 3. Tidak Dapat dihuni 1. Terkena PHK 2. Tanggungan Keluarga 2 s/d 4 orang 3. Menumpang dirumah keluarga s.d Operasi Berat 2. Sudah Tidak Bekerja Lagi 3. Janda Miskin 4. Belum punya rumah 1. Rumah Rusak Sangat Berat 2. Isi Perabot rumah habis 3. tidak dapat dihuni kembali 1. Terkena Bencana 2. Tanggungan keluarga lebih dari 4 orang 3. Belum Memiliki rumah 4. janda Miskin Catatan SKPD evaluator Dinas Sosial Besaran bantuan terhadap kategori selain yang ditentukan pada tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN PERATURAN

Lebih terperinci

PERMENDAGRI NOMOR 32 TAHUN 2011 PERMENDAGRI NOMOR 39 TAHUN 2012 PERMENDAGRI NOMOR 14 TAHUN 2016

PERMENDAGRI NOMOR 32 TAHUN 2011 PERMENDAGRI NOMOR 39 TAHUN 2012 PERMENDAGRI NOMOR 14 TAHUN 2016 MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH, PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

- 1 - BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG - 1 - BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN SERANG BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

BUPATI BENGKULU SELATAN

BUPATI BENGKULU SELATAN BUPATI BENGKULU SELATAN PERATURAN BUPATI BENGKULU SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BENGKULU

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 49 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 49 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DAN BANTUAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO, PERATURAN WALIKOTA METRO NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA METRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA b. c. dan

Lebih terperinci

BANTUAN SOSIAL MENURUT PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 32 TAHUN 2011 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 32 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 32 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 32 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa untuk menindak-lanjuti

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 62 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH, BANTUAN SOSIAL, BANTUAN KEUANGAN DAN BELANJA TIDAK TERDUGA YANG BERSUMBER

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa agar terciptanya tertib administrasi,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 77 TAHUN 2012

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 77 TAHUN 2012 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN SATUAN KERJA PENGELOLA KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BELANJA HIBAH DAN BELANJA BANTUAN SOSIAL BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BELANJA HIBAH DAN BELANJA BANTUAN SOSIAL BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BELANJA HIBAH DAN BELANJA BANTUAN SOSIAL BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa dalam rangka tertib administrasi pengelolaan

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI KONAWE SELATAN

BUPATI KONAWE SELATAN BUPATI KONAWE SELATAN PERATURAN BUPATI KONAWE SELATAN NOMOR %\ TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 32.1 TAHUN 2015 TENTANG HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 32.1 TAHUN 2015 TENTANG HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 32.1 TAHUN 2015 TENTANG HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8B TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8B TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8B TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI BANTUAN SOSIAL DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN /2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN /2009 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2012... /2009 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DARI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN PROSEDUR ( SOP ) PENGAJUAN DANA BANTUAN HIBAH / BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN, MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DAN BANTUAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI TABALONG BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TABALONG NOMOR TAHUN 2016

- 1 - BUPATI TABALONG BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TABALONG NOMOR TAHUN 2016 - 1 - BUPATI TABALONG BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TABALONG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN

Lebih terperinci

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 15 A TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN, SERTA MONITORING DAN EVALUASI PEMBERIAN

Lebih terperinci

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG Menimbang BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 2 B TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI

Lebih terperinci

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR : 23 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR : 23 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR : 23 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - RANCANGAN Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa agar terciptanya tertib administrasi, akuntabilitas

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBA TIMUR NOMOR 216 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DI KABUPATEN SUMBA TIMUR

PERATURAN BUPATI SUMBA TIMUR NOMOR 216 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PERATURAN BUPATI SUMBA TIMUR NOMOR 216 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DI KABUPATEN SUMBA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH, BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

N O M O R ^2. T A H U N D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

N O M O R ^2. T A H U N D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A B U P A T I B A T A N G PROVINSI J A W A T E N G A H P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R ^2. T A H U N 2 0 1 5 T E N T A N G P E D O M A N P E N G E L O L A A N B E L A N J A S U B S I

Lebih terperinci

N O M O R 12 T A H U N

N O M O R 12 T A H U N BUPATI B A T A N G PROVINSI J A W A T E N G A H P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R 12 T A H U N 2 0 1 5 T E N T A N G P E D O M A N P E N G E L O L A A N B E L A N J A S U B S I D I, H

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, 1 PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN, SERTA MONITORING DAN EVALUASI PEMBERIAN HIBAH, BANTUAN SOSIAL,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PANJANG

WALIKOTA PADANG PANJANG WALIKOTA PADANG PANJANG PERATURAN WALIKOTA PADANG PANJANG NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR 34A TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR 34A TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR 34A TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN, PENATAUSAHAAN, PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI PEMBERIAN HIBAH DAN

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI BELANJA HIBAH

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HIBAH YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENYELENGGARAAN BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENYELENGGARAAN BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENYELENGGARAAN BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH BAB I PENDAHULUAN Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 mengenai

Lebih terperinci

BUPATI PASER PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH KABUPATEN PASER

BUPATI PASER PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH KABUPATEN PASER BUPATI PASER PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH KABUPATEN PASER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PASER, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 19 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 19 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 19 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN SERTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 108 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 108 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 108 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI LIMA PULUH KOTA

BUPATI LIMA PULUH KOTA BUPATI LIMA PULUH KOTA PERATURAN BUPATI LIMA PULUH KOTA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DAN BANTUAN

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2016

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI PEMBERIAN HIBAH

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG DRAFT BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI PEMBERIAN

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI PEMBERIAN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI PEMBERIAN HIBAH,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 060 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KALIANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 060 TAHUN 2016 TENTANG `````````````````````````` GUBERNUR KALIANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 060 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 46.1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 46.1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 46.1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DANA HIBAH YANG BERSUMBER DARI APBD

PENGELOLAAN DANA HIBAH YANG BERSUMBER DARI APBD PENGELOLAAN DANA HIBAH YANG BERSUMBER DARI APBD (SESUAI PMDN 32/2011 JO PMDN 39/2012) NARA SUMBER : H.NEJEMUDDIN,SE.,Ak.,CA HP : O82156999333/082154247799 DASAR HUKUM 1. PP NO 2 TAHUN 2012 TTG HIBAH DAERAH

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG [Type a 1 quote from the SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI APBD

TINJAUAN HUKUM PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI APBD TINJAUAN HUKUM PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI APBD depoklik.com I. PENDAHULUAN Penanganan Kemiskinan di Indonesia terus diupayakan melalui berbagai strategi dan pendekatan dengan mengerahkan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 80 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 80 TAHUN 2013 TENTANG jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 80 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA TASIKMALAYA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DAN BANTUAN

Lebih terperinci

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2017

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2017 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2011 Seri : E

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2011 Seri : E BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2011 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG DRAFT GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Peraturan

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 80 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH

Lebih terperinci

A PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG

A PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG A PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 02 B TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 02 B TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 02 B TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan tertib administrasi

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A D A E R A H I S T I M E W A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA TENTANG PENGELOLAAN BELANJA BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8.C TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8.C TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8.C TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA SALINAN

WALIKOTA SURABAYA SALINAN SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 236 TAHUN 2011

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 236 TAHUN 2011 BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 236 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KOTABARU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KOTABARU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KOTABARU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SERANG NOMOR

PERATURAN WALIKOTA SERANG NOMOR - 1 - PERATURAN WALIKOTA SERANG NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DAN BANTUAN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 16 TAHUN 2016

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 16 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BINTAN DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN SERTA MONITORING

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 108 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 108 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 108 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN, MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DARI

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT -1- GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci