BAB II LANDASAN TEORI. Chaplin (2009:502) mendefinisikan tantrum sebagai suatu ledakan emosi
|
|
- Hamdani Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 A. Temper Tantrum BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Temper Tantrum Ada beberapa definisi yang menjelaskan tentang pengertian temper tantrum, diantaranya yang dikemukakan dalam kamus lengkap psikologi, Chaplin (2009:502) mendefinisikan tantrum sebagai suatu ledakan emosi kuat sekali disertai rasa marah, serangan agresif, menangis, menjerit-jerit, menghentak-hentakkan kedua kaki, dan tangan pada lantai atau tanah. Hames (2003:2) menjelaskan bahwa Tantrum atau mengamuk merupakan ledakan emosi yang kuat yang terjadi ketika anak merasa lepas kendali. Tantrum adalah demonstrasi praktis dari apa yang dirasakan oleh anak dalam dirinya (kacau, bingung, dan berantakan). Anak yang temper tantrum dapat menjengkelkan, dan mempermalukan orang lain, sehingga mengubah suasana psikologis kepada kemarahan, dan kebencian. Hal ini membuat anak merasa tidak dicintai, dan tidak diinginkan (Tjandrasa dan Zarkasih, 1978:211). Temper tantrum sering terjadi pada anak usia dini karena ketidakmampuan mereka dalam mengontrol emosi, mengungkapkan kemarahan dengan tepat, dan keadaan internal anak seperti suasana hati anak yang mudah berubah. Mashar (2011: 92) mengemukakan bahwa Temper tantrum adalah suatu letupan kemarahan anak yang sering terjadi pada saat anak menunjukkan sikap negativisik atau penolakan. Perilaku ini sering diikuti tingkah laku seperti menangis dengan keras, berguling-guling dilantai,
2 menjerit, melempar barang, memukul-mukul, menendang, dan berbagai kegiatan lainnya. Ahli lain seperti Pantley (2006:107) berpendapat bahwa Temper tantrum merupakan suatu emosi negatif yang tidak terkendali yang dirasakan oleh anak dalam dirinya. Ledakan emosi anak yang mengalami temper tantrum diwujudkan dalam bentuk keputusasaan, tidak bergairah, teriakan, tangisan kencang, bahkan sampai berguling-guling. Hurlock juga berpendapat (dalam Jati dkk, 2012:234) bahwa Temper tantrum adalah ledakan emosi yang berhubungan dengan anakanak atau mereka yang kesulitan emosional, biasanya ditandai dengan gejala keras kepala, menangis, menjerit, menentang, dan berteriak-teriak. Pendapat lain menyebutkan bahwa Tantrum adalah demonstrasi praktis dari apa yang dirasakan oleh anak dari dalam dirinya. Tantrum yang tidak diatasi dapat membahayakan fisik anak, selain itu anak tidak akan bisa mengendalikan emosinya atau anak akan kehilangan kontrol, dan akan lebih agresif (Kirana, 2013:51). Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan bahwa temper tantrum merupakan suatu letupan emosi negatif yang tidak terkendali yang dirasakan oleh anak dan sering terjadi pada saat anak menunjukkan sikap penolakan yang diekspresikan dengan menangis, memukul, menjerit, menentang, menghentakkan kaki, kesal, tidak bergairah, putus asa, dan berteriak.
3 2. Tipe Temper Tantrum Setiap anak berbeda-beda dalam menanggapi stimulus yang diterima dari lingkungan. Emosi yang umum yang timbul pada masa anakanak seperti rasa marah, takut, cemburu, rasa ingin tahu, kesal, dan emosi yang lain ditampilkan dengan cara yang berbeda juga. Ada anak yang memperlihatkan secara langsung emosinya seperti langsung berteriak jika berada dalam keadaan kesal, tetapi ada juga yang diam, dan menjauh dari orang yang membuat anak tersebut kesal. Menurut Mah (2008:81-117) ada empat tipe temper tantrum yaitu: a. Manipulative tantrums Dari lahir anak secara aktif terlibat dalam membangun pemahaman mereka sendiri. Pengalaman, dan pemahaman ini dimediasi terkait oleh konteks sosial budaya. Anak-anak secara aktif belajar dari mengamati, dan berpartisipasi dengan anak-anak lain serta dengan orang dewasa, termasuk orang tua, dan guru. Anak-anak mengamati semua kejadian dalam lingkungan, dan merefleksikan apa yang mereka pahami dari interaksi sosial, dari mengajukan pertanyaan, dan merumuskan jawabannya sendiri. Anak akan tantrum ketika orang dewasa menentang model kerja yang telah mereka bangun. Alasan anak menjadi tantrum adalah anak merasa apa yang telah mereka pahami tidak sama dengan apa yang dipahami oleh orang dewasa, dan saat anak tidak bisa menyatakan keinginannya atau orang dewasa tidak
4 mau mendengarkan apa yang anak inginkan maka anak akan mengalami tantrum. Orang tua memiliki kekuatan, dan kontrol untuk memutuskan semua hal yang berhubungan dengan anak, baik apa yang harus mereka lakukan, apa yang mereka pakai, dengan siapa mereka bermain, dan menentukan hal lainnya. Salah satu alasan utama anak kehilangan kontrol emosinya karena mereka tidak berdaya, frustrasi, dan mereka merasa tidak mampu untuk mengkomunikasikan perasaan mereka, dan anak-anak belum belajar bagaimana mengekspresikan diri dengan langsung, dan jelas maka saat itulah anak-anak akan mengamuk. Anak-anak yang manipulative tantrums ini bersifat passiveagressive, anak seolah-olah memiliki kekuatan tetapi tidak mampu untuk mengungkapkan diri secara langsung. Anak akan berlagak seolah-olah menjadi anak baik-baik, dan dia akan menirukan perilaku orang yang tidak dia sukai, menarik perhatian dengan cara protes pada apa yang disampaikan oleh orang dewasa. Misalnya sebelumnya anak hanya memahami bahwa yang mempunyai kaki empat hanyalah kuda, tetapi pada saat orang tua mengatakan bahwa yang mereka lihat sekarang adalah zebra, anak akan menolak apa yang disampaikan oleh orang tua tersebut, dan ketika anak tetap dipaksa anak tidak berdaya untuk menolak, anak hanya mengangguk sedangkan dalam hati anak tetap menolak bahwa itu adalah zebra.
5 b. Upset temper tantrums (distress) Anak-anak yang termasuk pada upset temper tantrums adalah anak-anak yang mengalami distress. Maksudnya anak berada dalam keadaan yang sukar atau berbahaya. Jadi anak upset temper tantrums ini menampilkan perilaku yang merusak. Penyebab anak menampilkan perilaku merusak adalah dikarenakan adanya ketidakcocokan antara komunikasi verbal dengan komunikasi non verbal yang ditampilkan oleh orang dewasa, misalkan orang tua membolehkan untuk membeli mainan tetapi ekspresi wajahnya melotot. Anak mengetahui bagaimana maksud dari ekpresi wajah yang melotot, dan anak akan mengalami ketakutan. Pada saat inilah anak akan mengalami distress dan akan muncul menjadi tantrum yang parah. Perilaku tantrum yang ditampilkan adalah perilaku yang merusak. Baik merusak benda, orang lain ataupun diri sendiri. Hal yang harus diperhatikan pada anak yang mengalami upset temper tantrums adalah bagaimana orang tua mampu berbahasa dengan lembut kepada anak, menampilkan ekspresi wajah yang hangat, dan memberikan sentuhan yang nyaman untuk anak. c. Helpless temper tantrums (not distress but despair) Anak yang helpless temper tantrums adalah anak yang merasa putus asa, tidak berdaya, takut, dan anak tersebut tidak bergairah. Anak-anak akan mengatakan bahwa orang dewasa tidak adil
6 kepadanya. Anak merasa bahwa dirinya tidak diperdulikan oleh orangorang disekitarnya. Terkadang perilaku yang ditampilkan oleh anak tidak seperti tantrum dikarenakan anak lebih banyak putus asa, dan anak memiliki kecenderungan cemas. Orang tua seharusnya memberikan kebebasan untuk berpendapat bagi anak, agar anak tidak merasa diabaikan. d. Stress and the cathartic tantrums Semua kegiatan anak diatur oleh orang dewasa, mulai dari berpakaian sampai dengan siapa anak-anak bermain. Anak-anak tidak memiliki kebebasan untuk memilih apa yang mereka inginkan. Ketika semuanya telah ditetapkan, anak tidak mampu untuk menolak apa yang telah ditetapkan, dan anak mengalami stres. Ketika stres yang dirasakan oleh anak berlebihan, anak tidak bisa mengontrol emosi, dan anak butuh waktu untuk sendiri. Respon yang diberikan anak adalah menolak bahwa dia tidak berada dalam keadaan stres, anak menyendiri, dan tidak mau mengungkapkan apa yang mereka rasakan kepada orang dewasa, yang diperlukan anak adalah bimbingan dari orang tua untuk memanajemen stres tersebut. Ketika orang tua tidak bisa memenuhi keinginan anak tersebut maka anak akan menjadi tantrum. Tantrum yang ditampilkan adalah menjauh dari lingkungannya atau anak butuh waktu untuk sendiri, tetapi anak tetap mangatakan bahwa dia tidak merada dalam keadaan stres.
7 Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada empat tipe temper tantrums yaitu, Manipulative tantrums, Upset temper tantrums (distress), Helpless temper tantrums (not distress but despair), Stress and the cathartic tantrums. 3. Faktor Penyebab Temper Tantrum Temper tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah. Temper tantrum juga lebih mudah terjadi pada anakanak yang dianggap sulit, dengan ciri-ciri memiliki kebiasaan tidur, makan, dan buang air besar tidak teratur, sulit menyesuaikan diri dengan situasi, makanan, dan orang-orang baru, lambat beradaptasi terhadap perubahan, suasana hati ( moodnya) lebih sering negatif, mudah terprovokasi, gampang merasa marah atau kesal, dan sulit dialihkan perhatiannya (Syamsuddin, 2013:75-76). Anak mengalami temper tantrum bisa terjadi dimanapun, kapanpun, tetapi akan cenderung terjadi ketika orang tua tidak bisa memberikan perhatian penuh kepada anak, dan ketika anak merasa tertekan karena lapar, sakit, lelah atau bosan (Hames, 2003:60). Menurut Lestari dan Siswanto (2012:75) ada beberapa penyebab dasar terjadinya tantrum, antara lain karena anak mencari perhatian, lelah, lapar atau tidak nyaman. Terkadang tantrum terjadi karena anak frustrasi pada dunia, misalnya tidak mendapatkan barang yang diinginkan. Beberapa faktor lain yang juga dapat menjadi penyebab timbulnya temper tantrum. Seperti yang disebutkan oleh Tasmin (dalam Syamsuddin,
8 2013:76) bahwa, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan temper tantrum pada anak yaitu: a. Terhalangnya keinginan anak untuk mendapatkan sesuatu Maksudnya yaitu, adanya kebutuhan yang dinginkan anak tidak terpenuhi. Misalkan sedang lapar, anak tidak mampu mengungkapkan apa keinginannya atau ketidakmampuan anak mengkomunikasikan dengan jelas keinginan diri, dan keinginan tersebut direspon oleh orang tua tidak sesuai dengan apa yang diharapkan anak. b. Pola asuh orang tua yang tidak konsisten Pola asuh orang yang tidak konsisten juga menjadi salah satu penyebab anak temper tantrum. Termasuk jika orang tua terlalu memanjakan anak atau terlalu menelantarkan anak. c. Suasana hati anak Suasana hati yang dialami oleh anak juga mempengaruhi perilaku yang dimunculkan, misalnya saat anak mengalami stres. Anak mengalami perasaan yang tidak menyenangkan atau anak mengalami ketidaknyamanan, suasana hati seperti ini bisa menyebabkan anak temper tantrum. Penyebab temper tantrum erat kaitannya dengan kondisi keluarga, seperti anak terlalu banyak mendapatkan kritikan dari anggota keluarga, gangguan atau campur tangan ketika anak sedang bermain oleh saudara yang lain, masalah emosional dengan salah satu orang tua, persaingan dengan saudara, dan masalah komunikasi serta
9 kurangnya pemahaman orang tua mengenai temper tantrum, dan orang tua meresponnya sebagai sesuatu yang mengganggu. Cara orang tua dalam mengasuh anak juga berperan untuk menyebabkan anak menjadi temper tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan, dan selalu mendapat apa yang ia inginkan, bisa temper tantrum pada saat keinginannya ditolak (Syamsuddin, 2013:76). Berikut ini adalah contoh-contoh kondisi terjadinya temper tantrum (Mashar, 2011:93) yaitu: a. Anak merasa tidak mampu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Contoh saat anak yang sedang asyik bermain dengan mainanya, tiba-tiba direbut oleh temannya, dan dia tidak dapat mengambil kembali mainan tersebut. b. Saat anak terlalu lelah, dan terlalu kesal, maka anak tidak dapat mengendalikan emosinya. Kondisi ini juga dapat menyebabkan anak mengalami temper tantrum. c. Saat anak gagal melakukan sesuatu, sehingga anak marah, dan anak tidak mampu mengendalikannya. Hal ini akan semakin parah jika anak merasakan bahwa orang lain atau orang tua selalu membanding-bandingkannya dengan orang lain atau orang tua memiliki tuntutan yang lebih tinggi pada anak. d. Ketika anak menginginkan sesuatu, dan keinginan tersebut selalu ditolak, dan anak dimarahi. Sementara pendidikan dari orang tua dirasakan oleh anak sering memaksa anak untuk melakukan
10 sesuatu disaat anak tidak ingin mengerjakan hal itu. Misalnya untuk melakukan suatu tugas, mungkin orang tua tidak mengira bahwa hal ini akan menjadi masalah pada si anak di kemudian hari. Anak akan merasa bahwa ia tidak akan mampu, dan tidak berani melawan kehendak orang tuanya, sementara ia sendiri harus selalu menuruti perintah orang tua. Konflik tersebut akan merusak emosi anak, sehingga mengakibatkan emosi anak meledak. e. Ketika seorang anak mencontoh tindakan penyaluran amarah yang salah dari ayah atau ibunya atau dari media elektronik. Anak memahami bahwa jika ia marah, ia dapat berlaku seperti yang ia lihat, misalnya dengan mengamuk, melempar barang, dan menendang. Dari paparan yang telah disebutkan banyak hal yang dapat menyebabkan anak menjadi tantrum. Temper Tantrum bisa disebabkan oleh keadaan internal anak, seperti suasana hati yang sedang dirasakan oleh anak, dan faktor dari luar diri anak, yaitu tuntutan lingkungan yang menyebabkan anak menjadi tantrum. 4. Cara Mengatasi Temper Tantrum Anak-anak yang selalu mengalami temper tantrum akan terus mengulangi pola ledakan emosi sambil berharap bahwa suatu saat seseorang akan mampu menanganinya. Cara terbaik untuk mengelola amukan adalah terus bersikap dewasa, peduli, positif, dan konsisten. Tetapi ini tidak pernah menjadi tugas yang mudah, dan akan semakin sulit
11 ketika anak bertambah usia. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani amukan anak (Hames, 2003:89-96) yaitu: a. Menetapkan batas Anak membutuhkan batasan untuk perilakunya dari orang tua. Jika orang tua tidak mengatakan apa yang boleh, dan apa yang tidak boleh dengan jelas dan tegas, maka anak akan terus menekan. Akan lebih mudah untuk menetapkan batasan segera setelah muncul amukan yang pertama. b. Tetap tegas Tetap tegas berarti berkata tidak, dan tenang. Jika orang tua berteriak atau menjerit untuk menyampaikan maksudnya, mungkin itu akan menakuti anak tetapi anak tidak akan tahu apa yang diteriakkan. Kadang-kadang, sebagian besar orang tua telah berkata tidak tetapi kemudian menyesalinya. Jika orang tua telah memutuskan bahwa dia keliru berkata tidak, tetapi amukan sudah dimulai janganlah menyerah tetaplah minta agar anak menerima keputusan tersebut. c. Menjauhkan diri Banyak orang tua yang menjauh dari anaknya ketika anak mengamuk. Ini memang berhasil, tetapi akan lebih berhasil jika orang tua melakukannya dengan tenang, dan tidak memperdulikan nasihat terbaik untuk melakukan hal yang sebaliknya. d. Memegangi dengan kuat
12 Orang tua yang lain memilih untuk memegangi anaknya dengan kuat selama mengamuk, dan ini juga berhasil. Sebenarnya, ketika orang tua berada di luar rumah, sering kali ini merupakan satusatunya pilihan. Pegangi anak hanya jika anda merasa bisa melakukannya tanpa mencederainya. Pegangi anak agar anak merasa aman, bukan merasa tidak berdaya. Hal yang paling penting dalam menghadapi anak yang tantrum adalah apapun penyebabnya, tetaplah tenang. Jangan perumit masalah dengan frustrasi karena anak akan merasakan emosi orang tua yang naik. Hal itu bisa menyebabkan emosi anak ikut meningkat sehingga tantrum semakin menjadi. Seorang anak yang mengalami tantrum tidak dapat menerima bujukan. Anak justru akan merespon negatif tindakan tersebut, namun jangan mengacuhkan anak, tetaplah berada disamping anak. Jika tantrum terjadi di muka umum, pindahkan anak ke tempat yang aman agar anak bisa melampiaskan emosinya. Jauhkan anak dari benda-benda yang dapat membahayakan dirinya, dan jika selama tantrum anak menyakiti teman maupun orang tuanya, maka jauhkan anak dari temannya, dan jauhkan diri dari anak (Lestari dan Siswanto, 2012:76). Menurut Mah (2008:72-76) ada beberapa hal umum yang dilakukan untuk menghadapi anak temper tantrum yaitu: a. Menuruti keinginan anak Anak semata-mata fokus untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, dan anak butuh untuk memuaskan keinginan tersebut.
13 Anak akan emosi jika keinginan tersebut tidak ia dapatkan, dan untuk meredakan emosi anak, salah satu caranya adalah dengan menurutkan keinginan anak. b. Mengajarkan anak Pada masa ini orang tua harus bisa mengajarkan anak bagaimana menghentikan atau mengontrol emosi. Orang tua sangat berperan dalam mengajarkan anak agar nantinya anak mampu mengontrol emosi sendiri. c. Menyadarkan anak Anak lebih mementingkan dirinya sendiri atau lebih bersifat egosentrisme. Untuk menghindari hal yang dapat membahayakan bagi diri anak ataupun orang lain, maka orang tua harus mampu menyadarkan anak atau memberikan pemahaman kepada anak mengenai rasa malu, dan menjelaskan agar anak bisa menghentikan temper tantrumnya. d. Menghukum anak Keinginan anak untuk menghindari hukuman lebih kuat dari pada kebutuhannya. Untuk menghindari hukuman anak mengeluarkan temper tantrum sebagai ekspresi emosinya yang merupakan energi yang kuat dari dalam diri anak. Jika tantrum merupakan ekspresi dari proses emosi internal anak, maka hukuman merupakan motivasi alami untuk menyangkal atau mengatasi kekuatan dasar tersebut. e. Mengabaikan anak
14 Anak selalu mencari perhatian, tidak tepat jika selalu memberikan perhatian. Selalu memberi perhatian bisa memperkuat temper tantrum. Sebenarnya tanpa memberikan perhatian, dan penguatan, temper tantrum akan reda sendiri. Sayangnya anak yang diabaikan dapat menjadi lebih bingung, putus asa, dan mungkin akan merugikan diri sendiri, dan lingkungannya. f. Mengalihkan perhatian anak Jika anak mengalami temper tantrum maka sebaiknya orang tua bisa mengalihkan perhatian anak dengan cara mengajarkan anak tentang disiplin, keyakinan, nilai, dan kebiasaan sebagai makhluk individu, dan hidup bermasyarakat atau dengan cara memberikan mainan atau memberikan makanan kepada anak, dan lainnya. Beberapa cara lain yang dapat dilakukan untuk menghadapi anak temper tantrum (Mashar, 2011:94-95) yaitu: a. Pencegahan dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, mengetahui secara pasti pada kondisi-kondisi seperti apa munculnya tantrum serta mengatur pola asuh yang baik untuk diterapkan pada anak. b. Ketika tantrum terjadi maka hendaknya dipastikan bahwa lingkungan disekitar anak aman, orang tua harus tetap tenang, dan berusaha menjaga emosinya sendiri. Setelah anak menunjukkan penurunan perilaku tantrum, maka orang tua segera mendekati anak, memeluk, dan memberikan ketenangan pada anak, dan
15 setelah anak tenang baru orang tua memberikan pengertian tentang perilaku anak tanpa menyudutkan anak. c. Ketika tantrum telah berlalu maka jangan diikuti dengan hukuman, nasihat-nasihat atau teguran maupun sindiran-sindiran, berikanlah rasa cinta, dan rasa aman pada anak. Lorenz (dalam Syamsuddin, 2013:78) memberikan pandangan tentang bagaimana mencegah terjadinya tantrum saat akan melakukan perjalanan atau mengunjungi suatu tempat. Orang tua perlu menjelaskan apa yang akan dilakukan, dimana, dan berapa lama kegiatan tersebut dilakukan, lalu minta persetujuan anak. Ceritakan perilaku yang diharapkan, dan perilaku yang tidak diharapkan oleh orang tua, dan disampaikan dengan kalimat positif, lembut, dan menggunakan kata-kata yang meminta (mengharap) serta menggunakan ungkapan yang dapat dirasakan oleh anak. Jika anak melanggar kesepakatan tersebut, maka tugas orang tua adalah mengingatkan. Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi temper tantrum pada anak. Seperti menurutkan keinginan anak, menghukum anak, membuat batasan untuk anak, mengalihkan perhatian anak, mengajarkan anak, dan tetap bersikap tenang saat anak mengalami temper tantrum.
16 5. Pandangan Islam dalam Membentuk Perilaku Anak Salah satu peran keluarga dalam pengasuhan anak adalah memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak, terutama pendidikan agama. Orang tua yang saleh adalah model terbaik untuk memberikan pendidikan agama kepada anak-anak. Penanaman jiwa agama yang dimulai dari keluarga, dimulai dari semenjak anak masih kecil dengan cara membiasakan anak dengan tingkah laku yang baik dengan mencontoh keteladanan Rasulullah SAW sebagai keteladanan yang terbaik. Salah satu keteladanan Rasulullah adalah dengan menanamkan akhlakul karimah. Agama yang ditanamkan pada anak bukan hanya karena agama keturunan tetapi bagaimana anak mampu mencapai kesadaran pribadi untuk bertuhan, sehingga melaksanakan semua aturan agama terutama implementasi rukun iman, rukun islam, dan ihsan dalam kehidupan sehari-hari (Hidayah, 2009:21-22). Mempersiapkan segala macam sarana agar anak berbakti kepada kedua orang tua, dan mentaati perintah Allah SWT dapat membantu anak untuk berbakti, dan mengajarkan ketaatan serta mendorongnya untuk selalu menurut, dan mengerjakan perintah. Menciptakan suasana yang nyaman mendorong si anak untuk berinisiatif menjadi orang terpuji. Selain itu, kedua orang tua berarti telah memberikan hadiah terbesar bagi anak untuk membantunya meraih kesuksesan. Dalam rangka menciptakan suasana yang mendukung anak untuk berbakti kepada kedua orang tuanya, Rasulullah SAW berdoa untuk segenap orang tua agar Allah SWT
17 menurunkan rahmat, dan keridaan-nya kepada orang tua dalam aktivitas membantu anak-anaknya. Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban bahwasanya Rasulullah SAW bersabda (Ghazali, 2010:226). : ر ح م ا لل ه و ا ل د ا ع ا ا ن و ل د ه ع ل ب ر ه Artinya: Semoga Allah memberi rahmat kepada orang tua yang membantu anaknya berbakti kepadanya (HR. Ibnu hibban). Diriwayatkan oleh Ath-Tabrani dari Abu Huarairah radhiyallahu anhu: ح د ث ن ا ع ل ي ق ال : ب ن يح يى الا ن ص ار ي و س ل م : ي س ار م و لى ثنا أ حم د ب ن مح م د ب ن أ بي الل ه ع ب د ب ن م س ع ود ق ال : ب ز ة ق ال : ح د ث ني ثنا ح س ين ع ن ال م ق بر ي ع ن أ بي ه ر ي ر ة ق ال :ق ال ر س ول أ ع ين وا أ و لا د ك م أ ب و أ حم د مح م د ب ن ب ن ص د ق ة الل ه ع ل ى ال بر م ن ش اء اس ت خ ر ج ال ع ق وق ل و ل د ه ص ل ى ب ن ي س ار ع ل ي ه االله Artinya: Telah menceritakan kepada kami, Ali berkata telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad bin Abi Bazzah, ia berkata telah menceritakan kepada Abu Ahmad Muhammad bin Yahya bin Yasar Maulana (pembantu) Abdullah bin Mas ud, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Husain bin Shadaqah bin Yasar Al- Anshari, diriwayatkan dari Muqbir, diriwayatkan dari Abi Hurairah, Rasulullah saw bersabda, bantulah anak-anak kalian untuk berbakti. Barang siapa yang menghendaki, dia dapat mengeluarkan sifat durhaka dari anaknya (Jalaluddin, :237) Maksud dari hadis di atas dapat dipahami bahwa ada tanggung jawab yang besar dipundak kedua orang tua dalam membantu anak mereka untuk berbakti. Disamping itu orang tua juga memiliki kemampuan untuk melenyapkan sifat durhaka dari anak mereka, yaitu dengan nasihat yang baik, dan pada waktu yang tepat. Sikap sabar, dan ketulusan hati orang tua dapat mengantarkan kesuksesan anak. Begitu juga memupuk kesabaran anak sangat diperlukan sebagai upaya pengendalian diri. Kesabaran menjadi hal yang
18 penting dalam hidup manusia sebab bila kesabaran tertanam dalam diri seseorang dengan baik maka seseorang akan mampu mengendalikan diri, dan berbuat yang terbaik untuk kehidupannya. Secara psikologis dapat ditelusuri bahwa bila anak dilatih untuk memiliki sifat sabar dengan bekal agama yang dimiliki akan berimplikasi positif bagi kehidupan anak secara pribadi, dan bagi orang lain atau masyarakat secara luas (Hidayah, 2009:22). Selain melatih kesabaran pembentukan kepribadian, mental, dan fisik anak perlu disiapkan sejak dini, begitu juga dengan berbuat baik kepada sesama manusia perlu ditanamkan sejak awal, sebab ada kewajiban bagi manusia untuk selalu berbuat baik kepada manusia lain. Orang tua wajib mengusahakan kebahagiaan bagi anak, dan menerima keadaan anak apa adanya, mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT, serta mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak (Hidayah, 2009:23-24). Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa orang tua memiliki kewajiban, dan tanggung jawab yang besar dalam mendidik anak agar anak dapat tumbuh, dan berkembang menjadi pribadi yang saleh yang berimplikasi positif bagi kehidupan pribadi anak, dan kehidupan sosial anak dalam masyarakat secara luas.
19 B. Penelitian yang Relevan Beberapa peneliti sebelumnya sudah pernah melakukan penelitian mengenai temper tantrum, berikut ini adalah lima hasil penelitian tentang temper tantrum, yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningrum dengan judul penelitian Perilaku Temper Tantrum Pada Anak Usia Dini ditinjau dari Teori Ekologi Brofenbrenner. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai perilaku tantrum pada anak usia dini yang ditinjau dari teori ekologi Brofenbrenner. Hasil penelitian ini memberikan gambaran adanya masalah pada masing-masing sistem di lingkungan sosial anak. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Asih, Dewi, Mahmudah dan Shinta dengan judul penelitian Studi Kasus Pengelolaan Emosi pada Anak Tantrum di Taman Kanak-Kanak. Tujuan dari penelitian mereka adalah untuk mengetahui cara menangani perilaku tantrum pada anak usia taman kanakkanak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh otoritatif yang konsisten dari orang tua, dan guru serta orang lain di luar keluarga inti seperti nenek, dan kakek mampu membantu pengelolaan emosi pada anak sehingga dapat menjadi salah satu cara dalam mengatasi temper tantrum. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari dengan judul penelitian Identifikasi Perilaku Manipulasi Tantrum (Studi Deskriptif pada Anak di KB-TK Islami Hidayatullah Semarang. Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari adalah yang pertama untuk mengetahui faktor penyebab
20 anak mengalami tantrum di KB-TK Hidayatullah Semarang, yang kedua untuk mengetahui bentuk atau gaya manipulasi tantrum yang dilakukan oleh anak di KB-TK Hidayatullah Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku manipulasi tantrum terjadi karena masalah yang sedang dihadapi oleh orang tua, seperti pola asuh orang tua yang terlalu memanjakan atau terlalu mengekang anak, dan pola asuh yang berbeda antara dua orang yang berbeda. Bentuk dari perilaku manipulasi tantrum tersebut adalah marah, menangis, berteriak, dan memukul. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dengan judul penelitian Dinamika Perilaku Nakal Anak Berambut Gimbal di Dataran Tinggi Dieng, dalam penelitian Damayanti ini perilaku nakal disebut juga dengan temper tantrum. Tujuan penelitiannya adalah untuk menjelaskan fenomena perilaku nakal yang melekat pada anak berambut gimbal (titisan Ki Kolodete) di dataran tinggi Dieng Jawa Tengah. Hasil penelitian Damayanti menyatakan bahwa secara umum penyebab munculnya perilaku nakal anak berambut gimbal ini diklasifikasikan menjadi dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari kondisi kesehatan fisik, dan usia anak berambut gimbal. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari pengasuhan, sugesti kolektif, kepercayaan tentang anak rambut gimbal, persepsi terhadap kepercayaan tentang anak berambut gimbal, dan latar belakang demografi. 5. Penelitian kelima dilakukan oleh Efastri, Filtri dan Sembiring dengan judul penelitian Persepsi Orang Tua terhadap Pemecahan Masalah
21 Temper Tantrum Anak Usia Dini di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. Tujuan penelitian mereka adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku pada anak temper tantrum, dan untuk mengetahui pola asuh yang tepat pada anak temper tantrum. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan pertama, persepsi orang tua terhadap kemampuan seseorang dalam melihat, dan menanggapi realitas nyata. Kedua, temper tantrum adalah perilaku destruktif buruk dalam bentuk luapan yang bisa bersifat fisik (memukul, menggigit, dan mendorong), maupun verbal (menangis, berteriak, dan merengek) atau terus menerus merajuk disebabkan faktor fisiologis, yaitu lelah, lapar atau sakit sedangkan faktor psikologisnya antara lain, anak mengalami kegagalan dalam memenuhi tuntutan orang tua yang terlalu menuntut anak sesuai harapan orang tua. Faktor orang tua yaitu penerapan pola asuh, dan yang ketiga ada perbedaan antara pola asuh demokratis dengan temper tantrum pada anak pra-sekolah. Hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan yang mana pada penelitian di atas semuanya terkait tentang temper tantrum dengan metodologi penelitian kualitatif. Penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kualitatif dengan judul Temper Tantrum Pada Anak di Nagari Bukik Kanduang Kecamatan X Koto di Atas Kabupaten Solok. Tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana tipe temper tantrum pada anak, mengungkap faktor apa saja yang menyebabkan anak mengalami temper tantrum, dan mengungkap bagaimana sikap orang tua
22 pada anak temper tantrum di Nagari Bukik Kanduang Kecamatan X Koto di Atas Kabupaten Solok. Penelitian ini jelas berbeda dengan penelitian di atas.
23 C. Kerangka konseptual Anak Mengalami temper tantrum 1. Manipulative tantrum Upset temper tantrum (distress) Helpless temper tantrum (not distress but despair) Stress and the cathartic tantrum Sikap orang tua pada anak temper tantrum 1. Menuruti keinginan anak 2. Mengajarkan anak 3. Menyadarkan anak 4. Menghukum anak 5. Mengabaikan anak 6. Mengalihkan perhatian anak Gambar 1. Kerangka Konseptual
24 Anak yang terlahir ke dunia ini membutuhkan kasih sayang dari orang tua, dan orang-orang di sekitar mereka untuk tumbuh, dan berkembang mencapai pribadi yang baik, dan menyenangkan. Saat anak berada pada usia dini atau pada masa golden age perkembangan emosi pada setiap anak tentu berbeda-beda. Menurut Froebel (dalam Budisetyani dan Pratiwi, 2013:161) tahap ini merupakan tahap awal yang menentukan bagaimana sikap, perilaku, dan kepribadian di masa yang akan datang. Jika dahulu banyak anak yang menunjukkan karakter yang penurut, dan lebih menerima, sekarang anak lebih banyak menunjukkan karakter penuntut sebagai akibat dari banyaknya stimulus dari lingkungan. Anak mulai mengetahui, dan belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki tidak dapat terpenuhi. Rasa kecewa, marah, sedih, dan sebagainya merupakan suatu rasa yang wajar, dan natural. Namun sering kali, tanpa disadari orang tua menyumbat emosi yang dirasakan oleh anak. Misalnya saat anak menangis karena kecewa, orang tua dengan berbagai cara berusaha menghibur, mengalihkan perhatian, dan memarahi anak demi menghentikan tangisan anak. Hal ini sebenarnya membuat emosi anak tidak tersalurkan dengan lepas. Jika hal ini berlangsung terus menerus maka akan mengakibatkan timbulnya tumpukan emosi. Tumpukan emosi inilah yang nantinya dapat meledak, dan muncul sebagai temper tantrum (Kirana, 2013:51). Temper tantrum pada anak ada empat tipe, yaitu pertama manipulative tantrum dimana anak-anak yang manipulative tantrum ini bersifat passive-
25 agressive, anak seolah-olah memiliki kekuatan tetapi tidak mampu untuk mengungkapkan diri secara langsung. Anak akan berlagak solah-olah menjadi anak baik-baik, dan dia akan menirukan perilaku orang yang tidak dia sukai, menarik perhatian dengan cara protes pada apa yang disampaikan oleh orang dewasa. Kedua upset temper tantrum dimana anak-anak yang termasuk pada upset temper tantrums adalah anak-anak yang mengalami distress. Maksudnya anak berada dalam keadaan yang sukar atau berbahaya. Jadi anak upset temper tantrums ini menampilkan perilaku yang merusak. Ketiga helpless temper tantrum (not distress but despair), anak yang helpless temper tantrums adalah anak yang merasa putus asa, tidak berdaya, takut, dan anak tersebut tidak bergairah. Anak-anak akan mengatakan bahwa orang dewasa tidak adil kepadanya. Anak merasa bahwa dirinya tidak diperdulikan oleh orang-orang disekitarnya. Terakhir adalah stress and the chatric tantrum dimana Respon yang diberikan anak adalah menolak bahwa dia tidak berada dalam keadaan stres, anak menyendiri, dan tidak mau mengungkapkan apa yang mereka rasakan kepada orang dewasa. Dari empat tipe temper tantrum tersebut tentu orang tua berbeda-beda dalam menyikapi temper tantrum pada anak. Ada orang tua yang menurutkan semua keinginan anak, ada orang tua yang mengajarkan anak mereka, ada orang tua yang menyadarkan bahwa perilaku tersebut tidak baik, ada orang tua yang menghukum anak pada saat anak temper tantrum, ada orang tua yang mengabaikan anak mereka, dan ada orang tua yang mengalihkan perhatian anak kepada hal lain.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua mendambakan anaknya dapat mengendalikan emosinya dengan baik. Tetapi pada kenyataaanya ada anak yang tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak usia 0-3 tahun merupakan masa untuk berkenalan dan belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki tidak dapat terpenuhi. Rasa kecewa, marah, sedih dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesantren), (Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm. 19. hlm. 359.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan salah satu alat pendidikan yang digunakan oleh seorang pendidik dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan. Penerapan metode
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang. diharapkan oleh masyarakat pada umumnya (Casmini, 2007).
digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Pola Asuh 1. Pengertian Pola Asuh Pola asuh adalah cara orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, mendisiplinkan serta melindungi anak
Lebih terperinciHADITS TENTANG RASUL ALLAH
HADITS TENTANG RASUL ALLAH 1. KEWAJIBAN BERIMAN KEPADA RASULALLAH ح دث ني ي ون س ب ن ع ب د الا ع ل ى أ خ ب ر اب ن و ه ب ق ال : و أ خ ب ر ني ع م ر و أ ن أ اب ي ون س ح دث ه ع ن أ بي ه ر ي ر ة ع ن ر س ول
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diperoleh melalui jalur sekolah dan luar sekolah, salah satu jalur pendidikan luar sekolah adalah keluarga. Keluarga merupakan penanggung jawab pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam kehidupan masyarakat. Ahli psikologi pada umumnya sependapat bahwa dasar pembentukan akhlak
Lebih terperinciBAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:
BAB IV KONSEP SAKIT A. Ayat-ayat al-qur`an 1. QS. Al-Baqarah [2]: 155 156...و ب ش ر الص اب ر ين ال ذ ين إ ذ ا أ ص اب ت ه م م ص يب ة ق ال وا إ ن ا ل ل و و إ ن ا إ ل ي و ر اج عون. "...Dan sampaikanlah kabar
Lebih terperinciTafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284
Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 284 ل ل ه م ا ف ي الس م او ات و م ا ف ي ال ا ر ض و ا ن ت ب د وا م ا ف ي ا ن ف س ك م ا و ت خ ف وه ي ح اس ب ك م ب ه الل ه ف ي غ ف ر ل م ن ي ش اء و ي ع ذ ب م ن ي ش اء
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. konseling islam, yang di analisis sebagai baerikut : A. Analisis Tentang Pengalaman orangtua mengenai anak autis.
BAB IV ANALISIS DATA Berdasarkan deskripsi data pada bab tiga, bahwa orang tua ini selama mengasuh, merawat, dan membimbing anaknya yang autis, memiliki beberapa teori yang di analisis dalam pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dan tindakan yang diambil akan bertentangan dengan normanorma
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik dalam berkeluarga, bermasyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan
Lebih terperinciBagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH
PETUNJUK RASULULLAH Bagi YANG BERHUTANG حفظه االله Ustadz Nur Kholis bin Kurdian Publication: 1434 H_2013 M PETUNJUK RASULULLAH صلى االله عليه وسلم BAGI YANG BERHUTANG حفظه االله Ustadz Nur Kholis bin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ataupun kesuksesan. Keberhasilan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia yang ada di dunia ini pasti menginginkan adanya keberhasilan ataupun kesuksesan. Keberhasilan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk melewati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. politik, sosial, dan lain sebagainya. Permasalahan-permasalahanan tersebut kerap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyaknya permasalahan kehidupan telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat Indonesia seperti permasalahan ekonomi, politik, sosial, dan lain
Lebih terperinciMateri Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan
03-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Kesalahan Besar Di Bulan Ramadhan Al-Bukhari 1799-1801 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu rasa yang wajar dan natural (Setiawani, 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rentang usia 3-6 tahun merupakan masa emas perkembangan anak, yang apabila pada masa tersebut anak diberi pendidikan dan pengasuhan yang tepat akan menjadi modal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan nilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. interaksi yang bernilai
Lebih terperinciMateri Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan
04-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Puasa Buat Orang Yang Berpergian Al-Bukhari 1805, 1806, 1807, 1808, 1810 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diciptakan Allah SWT dengan segala potensi yang berbeda
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah yang Allah SWT titipkan kepada orangtua. Setiap anak diciptakan Allah SWT dengan segala potensi yang berbeda termasuk dalam hal kecerdasan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman pada era globalisasi mengakibatkan perubahan dan kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi, industri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan individu yang sedang berkembang dimana mereka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang sedang berkembang dimana mereka sangat memerlukan dorongan dan perhatian khusus dari orangtuanya. Hal ini disebabkan orangtua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock, 2003). Menurut
Lebih terperinciMateri Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan
29-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Iftor Al-Bukhari 1818-1822 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk membantu
Lebih terperinciNAMA:... Tingkatan :... Pendidikan Islam Kertas 2 Ogos 2009 1 ⅔ jam BAHAGIAN PENGURUSAN SEKOLAH BERASRAMA PENUH DAN SEKOLAH KLUSTER KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA PEPERIKSAAN PERCUBAAN SIJIL PELAJARAN
Lebih terperinciMateri Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan
30-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tarawih Al-Bukhari 1869-1873 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis terhadap aplikasi jual beli ikan bandeng dengan pemberian jatuh tempo. Jual beli ikan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Proses pengembangan kaidah kaidah fiqhiyah menjadi nilai nilai konseling. 1. Proses Pengembangan Qowaidul Fiqhiyah Pertama
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Eksplorasi nilai nilai konseling dalam kaidah kaidah fiqhiyah (analisa pemaknaan terapiutik konseling). Dengan rumusan masalah sebagai berikut Bagaimana proses pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan, bahkan termuat dalam undang-undang pendidikan nasional, karena pendidikan agama mutlak
Lebih terperinciDengan nama Allah, maha pengasih dan penyayang. Salam kepada semua Nabi dari yang terdahulu hingga yang akhir.
SYRIA: Tidak Untuk Invasi Asing di dunia Arab, Takutlah pada Allah wahai para pemimpin Arab! 12-09-2013-05:45 AM Dengan nama Allah, maha pengasih dan penyayang. Salam kepada semua Nabi dari yang terdahulu
Lebih terperinciDitulis oleh {ga=budi-ashari} Jum'at, 11 Oktober :48 - Terakhir Diperbaharui Jum'at, 11 Oktober :01
Hati-Hati Budaya Kuliner Kuliner istilah baru. Ia pun baru sebagai sebuah kebiasaan masyarakat. Sehingga bertaburan pojok-pojok jajanan hingga cafe tempat hang out dengan teman-teman dan keluarga. Terus
Lebih terperinciMateri Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar
14-06-2017 19 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar Al-Bukhari 1876-1880, 1884 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi
Lebih terperinciMateri Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an
10-06-2017 15 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an Al-Bukhari 4632, 4633, 4637, 4638, 4639 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian
Lebih terperinciMateri Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di
13-06-2017 18 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Itikaf Al-Bukhari 1885-1890 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di www.warungustad.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana
Lebih terperinciMateri Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di
11-06-2017 16 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tadarus Al Qur an Al-Bukhari 4635-4637, 4643, 4644 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar
negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki perundang-undangan sebagai kitab hukumnya.
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. Pendidikan juga mengarahkan pada penyempurnaan potensi-potensi yang
1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal utama bagi kemajuan bangsa dan memiliki posisi strategis dalam menumbuhkan kualitas kehidupan manusia. Pendidikan juga sebagai proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawabanya dihadapan-nya, sebagaimana Allah SWT berfirman :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah dan amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dan dipelihara oleh orang tua, karena kelak akan di minta pertanggung jawabanya dihadapan-nya,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI
59 BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA
Lebih terperinciMateri Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di
20-06-2017 25 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Adab Bersilaturrahmi Al-Bukhari 5524-5526, 5528, 5532 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat
Lebih terperinciOleh: Shahmuzir bin Nordzahir
Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir www.muzir.wordpress.com shahmuzir@yahoo.com Diturunkan pada Lailatul-Qadr إ ن ا أ ن ز ل ن اه ف ي ل ي ل ة ال ق د ر Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan berhubungan dengan manusia. 1 Sebagai makhluk pribadi, ia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial dan makhluk pribadi. Sebagai makhluk sosial, manusia hidup memerlukan bantuan orang lain, bahkan manusia baru akan menjadi
Lebih terperinciBacaan Tahlil Lengkap
Bacaan Tahlil Lengkap (oleh Caraspot.com) 1. Kalimat Pembuka (bebas) 2. Khususan Al-Fatihah إلى ح ض ر ة الن بي ال م ص ط ف ى مح مد ص ل ى االله ع ل ي ه و س ل م (ا ل ف اتح ة) ثم إلى ح ض ر ة إ خ و ان ه م ن
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahfud Junaedi. Ilmu Pendidikan Islam Filsafat dan pengembangan. (Semarang : Rasail. 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah keharusan yang diperoleh dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan kebutuhan hakiki manusia karena manusia tidak akan bisa dipisahkan
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT AGRESIVITAS SISWA SMA MUHAMMADIYAH BANTUL SKRIPSI
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT AGRESIVITAS SISWA SMA MUHAMMADIYAH BANTUL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) strata
Lebih terperinciISLAM IS THE BEST CHOICE
KULIAH FAJAR MASJID AL-BAKRI TAMAN RASUNA KUNINGAN - JAKARTA SELATAN ISLAM IS THE BEST CHOICE Disusun oleh : Agus N Rasyad Sabtu, 16 Maret 2013 INTRODUCTION BEBERAPA CIRI KETETAPAN HATI, BAHWA ISLAM PILIHAN
Lebih terperinciHukum Menyekolahkan Anak di Sekolah Non-Muslim
Hukum Menyekolahkan Anak di Sekolah Non-Muslim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah mendapatkan pertanyaan dari majalah SuaraAisyiyah berkenaan dengan hukum menyekolahkan anak di sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena pendidikan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK Sebagaimana permasalahan yang telah diketahui dalam pembahasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang indah, damai, terbuka, demokratis dan mampu bersaing.diharapkan kompetensi bisa menjamin
Lebih terperinciMEMBATALKAN PUASA. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA Yang membatalkan puasa ada enam perkara : 1. Makan dan minum Firman Allah SWT :
MEMBATALKAN PUASA HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA Yang membatalkan puasa ada enam perkara : 1. Makan dan minum ل م ط اخل ي ب ت ي وا حىت ارش وا و و ي ض الا ج ر ف د م ن ال س و ط الا ي م ن اخل Makan minumlah
Lebih terperinciMateri Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di
24-06-2017 29 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Puasa Syawal Muslim 1984, Abu Dawud 2071 Tirmidzi 676, 692 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada anak autis perilaku tantrum sering muncul sebagai problem penyerta kerena ketidakstabilan emosinya, banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah
Lebih terperinciKOMPETENSI DASAR INDIKATOR:
AL-QURAN KOMPETENSI DASAR Menganalisis kedudukan dan fungsi al-quran dalam agama Islam Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang melekat pada al-quran INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan fungsi
Lebih terperinciTafsir Depag RI : QS Al Baqarah 286
Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 286 ل ا ي ك ل ف الل ه ن ف س ا ا ل ا و س ع ه ا ل ه ا م ا ك س ب ت و ع ل ي ه ا م ا اك ت س ب ت ر ب ن ا ل ا ت و اخ ذ ن ا ا ن ن س ين ا ا و ا خ ط ا ن ا ر ب ن ا و ل ا ت ح
Lebih terperinciKhutbah Pertama. Jamaah Jum'at yang dirahmati Allah.
Khutbah Pertama Jamaah Jum'at yang dirahmati Allah. Mari pada kesempatan yang berharga ini kita sama-sama meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Kita memohon agar Allah SWT. menghidupkan kita dalam ketakwaan
Lebih terperinci3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.
3BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan selain merupakan suatu alat bagi tercapainya suatu tujuan hidup bangsa, akan tetapi juga suatu cara untuk mengubah kualitas bangsa.
Lebih terperinciSTUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ
STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata
Lebih terperinciBAB VI KELUARNYA DABBAH. Dabbah yaitu sebangsa hewan yang juga disebut Sahab, kakinya empat, mempunyai dua sayap dan bulu, kepalanya
BAB VI KELUARNYA DABBAH 1. Bentuk Dabbah Dabbah yaitu sebangsa hewan yang juga disebut Sahab, kakinya empat, mempunyai dua sayap dan bulu, kepalanya seperti sapi, mempunyai dua tanduk, matanya seperti
Lebih terperinciHADITS TENTANG RASUL ALLAH
HADITS TENTANG RASUL ALLAH 1. KEWAJIBAN BERIMAN KEPADA RASULALLAH ح د ث ي ن ي ون س ب ن ع ب ي د ا ل ع ل ى أ خ ب ر ن اب ن و ه ب ق ال : و أ خ ب ر ي ن ع م ر و أ ن أ ب ي ون س ح د ث ه ع ن أ ي ب ه ر ي ر ة ع ن
Lebih terperinciMateri Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa
05-06-2017 10 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa Al-Bukhari 1811, 1812 Tirmidzi 648, 649 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikat Jibril sebagai pedoman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan anak yang lahir dalam keadaan fitrah atau suci :
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bagi setiap pasangan pengantin yang telah disahkan dalam perkawinan suci yaitu perkawinan, kehadiran seorang anak tentu dinantikan, sebab merekalah bukti lambang
Lebih terperinciProf. Dr. Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin
Tiga WASIAT هللا ىلص Rasulullah Prof. Dr. Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin حفظهما هللا Al-Abbad Al-Badr Publication: 1436 H_2014 M هللا ىلص Tiga WASIAT Rasulullah Syaikh Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah akan senantiasa meninggikan derajat bagi orang-orang yang beriman dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuntut ilmu merupakan hal yang wajib dilakukan oleh umat Islam, karena Allah akan senantiasa meninggikan derajat bagi orang-orang yang beriman dan berilmu. Dalam menuntut
Lebih terperinciإ ن أ ح س ن ت م أ ح س ن ت م لا ن ف س ك م و إ ن أ س ا ت م ف ل ه ا
Majalah MATAN edisi 129, April 2017 Memanfaatkan Diri untuk Orang Lain Oleh: Ahmad Fatoni, Lc., M.Ag. Kaprodi PBA Universitas Muhammadiyah Malang إ ن أ ح س ن ت م أ ح س ن ت م لا ن ف س ك م و إ ن أ س ا ت
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan
Lebih terperinciIman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan
Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Kelompok E ; Syayid Nurrofik Bahriyan Setiaji Bilhuda Fauzu Yusuf Pengertian Iman Dalam bahasa Arab, iman berarti pengetahuan (knowledge), percayaa (belief), dan yakin
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA
STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari
Lebih terperinciMateri Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan
31-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Yang Membatalkan Puasa Al-Bukhari 1797, 1800, 1815 Tirmidzi 652-653 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan
Lebih terperinciKHUTBAH JUM AT. Kebersihan Jalan Menuju Surga. Khutbah 5
KHUTBAH JUM AT Khutbah 5 Kebersihan Jalan Menuju Surga ا ل سلا م ع ل ي ك م و ر حم ة الل ه و ب ر ك ات ه ا لح م د ل ل ه ال ذ ي ب نى ا لا س لا م ع ل ى الن ظ اف ة. أ ش ه د ا ن لا ا ل ه إ لا االله و ح د ه لا
Lebih terperinciPENDIDIKAN ANAK USIA 0-10 TAHUN (TELAAH BUKU ISLAMIC PARENTING KARYA SYAIKH JAMAL ABDURRAHMAN)
PENDIDIKAN ANAK USIA 0-10 TAHUN (TELAAH BUKU ISLAMIC PARENTING KARYA SYAIKH JAMAL ABDURRAHMAN) SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciPost
اليهود والنصارى هم بنو ا سراي يل.. Yahudi dan Kristen adalah bani Israel (Ya qub) As بسم االله الرحمن الرحيم والصلاة والسلام على جدي محمد رسول االله وا له الا طهار وجميع ا نبياء االله وا لهم الا طهار لا
Lebih terperinciBerkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi.
Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi. اقتباس المشاركة: 81532 من الموضوع: Allah Berkompetisi mencintai adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada
Lebih terperinciPENDIDIKAN AGAMA ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA TNI JL. GATOT SUBROTO NO.51, PENGAMBANGAN, KEC. BANJARMASIN TIMUR OLEH ALI HUDRI
PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA TNI JL. GATOT SUBROTO NO.51, PENGAMBANGAN, KEC. BANJARMASIN TIMUR OLEH ALI HUDRI 1301210565 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI BANJARMASIN 2017 M/1439 H PENDIDIKAN AGAMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi peserta didik melalui kegiatan pengajaran. Menurut Sugiyono (2013:42) pendidikan adalah
Lebih terperinciMateri Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan
26-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Qodho Puasa Yang Ditinggalkan Bukhari 310, 1814, 1815 Muslim 508 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. 1 Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. 1 Pendidikan itu sendiri
Lebih terperinciHambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :
Membaca AlFatihah Pada saat membaca AlFatihah inilah sebenarnya esensi dari dialog dengan Allah. Karena disebutkan dalam sebuah hadits Qudsi bahwa setiap ayat yang dibaca seseorang dari AlFatihah mendapat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan
Lebih terperinciSunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:
AL-HADIS KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi al-hadis dalam agama Islam. Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang berkaitan dengan al-hadis INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan
Lebih terperinciMengabulkan DO A Hamba-Nya
Janji ALLAH عز وجل untuk Mengabulkan DO A Hamba-Nya Tafsir Surat al-baqarah/2 ayat 186 رحمو هللا Imam Ibnu Katsir asy-syafi i Publication: 1435 H_2014 M Janji Allah Untuk Mengabulkan Do'a Hamba-Nya Tafsir
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pendidikan yaitu mengajarkan segala sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya, maupun terhadap ketajaman
Lebih terperinciSyarah Istighfar dan Taubat
Syarah Istighfar dan Taubat Publication : 1438 H_2017 M SYARAH ISTIGHFAR DAN TAUBAT Disalin dari: Syarah Do'a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad, dengan koreksian Syaikh Dr. Sa'id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak dalam rumah tangga adalah tugas semua orang tua, namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut menjadi dewasa adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat dihilangkan rasa perbedaan kelas dan kasta, karena di mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan alat yang ampuh untuk menjadikan setiap peserta didik dapat duduk sama rendahnya dan berdiri sama tingginya. Melalui pendidikan dapat dihilangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi
Lebih terperinciPERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN TESIS Oleh: FADLIYANUR NIM. 1202520950 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ANTASARI PASCASARJANA
Lebih terperinciMateri Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa
07-06-2017 12 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa Al-Bukhari 1816, 1817, 563 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pola Asuh orang tua 1. Pengertian Pola asuh orang tua Menurut Ahmad Tafsir (Djamarah 2014:51) Menyatakan bahwa pola asuh berarti pendidikan. Dengan demikian, pola asuh orang
Lebih terperinciPENGARUH MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA MENGIKUTI PELAJARAN BACA TULIS AL-QUR AN DI SMP HASANUDDIN 7 SEMARANG SKRIPSI
PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA MENGIKUTI PELAJARAN BACA TULIS AL-QUR AN DI SMP HASANUDDIN 7 SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah yang terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Selama ini dalam proses pembelajaran siswa kurang mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak usia dini merupakan individu yang sedang mengalami proses perkembangan secara pesat. Dalam lima tahun pertama, seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa dapat. berbentuk uraian kita dapat melihat langkah-langkah yang dilakukan siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa dapat diketahui melalui soal-soal yang berbentuk uraian, karena pada soal yang berbentuk uraian kita dapat melihat
Lebih terperinciDIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK1913 Kaunseling Keluarga (Minggu 4)
DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK1913 Kaunseling Keluarga (Minggu 4) Pensyarah Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD- Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh Sains & Teknologi (UTM) SINOPSIS Modul ini
Lebih terperinciSIKSA N E R A KA. Muhammad Ahmad al-'amari. Publication 1437H/2016M. SIKSA NERAKA Dari Buku ADA APA DI HARI KIAMAT
SIKSA N E R A KA Muhammad Ahmad al-'amari Publication 1437H/2016M SIKSA NERAKA Dari Buku ADA APA DI HARI KIAMAT دمحم أمحد العماري Karya: Terjemah: Arif Hidayatullah Editor: Eko Haryanto Abu Ziyad Terbitan:
Lebih terperinci