Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON"

Transkripsi

1 Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON PARTNERSHIP F A C I L I T Y Prosiding Workshop REDD+ READINESS PREPARATION The Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) Strategi & Pelaporan Monitoring Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku Bogor, Oktober 2013

2

3 Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON PARTNERSHIP F A C I L I T Y REDD+ READINESS PREPARATION The Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) Strategi Prosiding Workshop & Pelaporan Monitoring Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku Bogor, Oktober 2013 Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

4 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan PSP di Provinsi Maluku Editor: 1. Dr. Ir. Kirsfianti L. Ginoga 2. Ir. Achmad Pribadi, M.Sc 3. M. Zahrul Muttaqin, M.Sc.For 4. Virni Budi Arifanti, S.Hut, M.Sc 5. Mega Lugina, S.Hut, M.Sc.For ISBN: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, baik dalam bentuk fotocopy, cetak, mikrofilm, elektronik maupun bentuk lainnya, kecuali untuk keperluan pendidikan atau nonkomersial lainnya dengan mencantumkan sumbernya sebagai berikut: Ginoga, K.L., Pribadi, A., Muttaqin, M.Z., Arifanti, V.B., dan Lugina, M. (eds) Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan PSP di Provinsi Maluku. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor, Indonesia. Diterbitkan oleh: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian Kehutanan Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16118, Indonesia Telp/Fax: / website: ii

5 Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan PSP di Propinsi Maluku. Prosiding ini merupakan hasil dari workshop dengan judul Strategi Monitoring dan Pelaporan PSP di Tingkat Propinsi yang dilaksanakan di Ambon pada tanggal Mei Kegiatan workshop ini merupakan kelanjutan kerjasama FCPF tahun 2012 sebagaimana surat No. S. 274/VIII/P3PIK-2/2012, dan Surat Perintah Kerja Swakelola No. 274/SPK/VIII/P3PIK-DIPA/2012 tentang pelaksanaan kegiatan kerjasama FCPF REDD+ Readiness Preparation Pembangunan PSP (Plot Sampling Permanent) untuk Monitoring Carbon Stock dan Carbon Change pada Berbagai Tipe Tutupan Lahan Hutan di Maluku yang merupakan upaya penyediaan data dan monitoring stok karbon Propinsi Maluku. Tujuan dari workshop ini adalah mendukung strategi dan kebijakan daerah dalam implementasi pencapaian RAD dan SRAP Propinsi Maluku. Akhirul kata, penghargaan dan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan prosiding ini dan dicatat sebagai amal ibadah oleh Allah SWT. Semoga prosiding ini memberikan manfaat bagi semua pihak. Aamiin. Ambon, Oktober 2013 Kepala Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan, Dr. Ir. Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc NIP Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku iii

6

7 Daftar Isi Kata Pengantar...iii Daftar Isi...v Daftar Tabel...vii Daftar Gambar...ix Daftar Lampiran...xi Rumusan Workshop...xiii 1. Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Workshop Hasil yang Diharapkan Pembicara dan Tema Penyelenggaraan Workshop Sambutan Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana (GRK) Lesson learned dari Pembangunan PSP untuk Monitoring Karbon Hutan pada Kegiatan FCPF Tahun Program dan Kegiatan Daerah untuk Mencapai Target Penurunan Emisi (Pengalaman Pembangunan Plot Sample Permanent/PSP Pasca 2014 di Provinsi Maluku) Data dan Informasi untuk Mendukung Sistem Perhitungan Karbon Nasional Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi Integrasi NFI ke Dalam Sistem Monitoring Karbon Hutan yang Akan Dibangun di Provinsi Maluku Potensi Aplikasi LUWES dan REDD-ABACUS sebagai Sistem Monitoring Karbon Hutan dalam rangka Mendukung Perencanaan Tatagunan Lahan untuk Pembangunan Rendah Emisi Strategi Monitoring Psp dan Peluang Pengintegrasian Kegiatan dengan PSP Lain di Provinsi Maluku Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku v

8 3.4 Peran dan Tanggung Jawab Masyarakat dalam Pelaksanaan Sistem Monitoring Karbon di Provinsi Maluku Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Rekomendasi Lampiran... 79

9 Daftar Tabel 1. Skenario Penurunan Emisi Sektor Kehutanan Laju Deforestasi dan Degradasi di Provinsi Maluku Tahun Penyebaran 22 Unit KPH di Provinsi Maluku Deskripsi lokasi dan Spesifikasi PSP KPHP Unit IV Wae Kawa di Desa Murnaten dan PSP KP Unit XIV Kota Ambon Jumlah C-tersimpan Menurut Strata Hutan Jenis Vegetasi yang Ditemukan di Lokasi Penelitian (KPHP Unit IV Wae Kawa) Jenis Vegetasi yang Ditemukan Di Lokasi Penelitian (KP Unit XIV Kota Ambon) Estimasi Kandungan Biomassa di Lokasi Penelitian Estimasi Jumlah C-tersimpan di Lokasi Penelitian Posisi Klaster di Propinsi Maluku Titik Panas (Hotspot) untuk Setiap Kabupaten di Kepulauan Maluku Titik panas (Hotspot) di Kawasan dan Penutupan Lahan Titik Panas (Hotspot) di Kawasan Unit Pengelola Identifikasi Kebutuhan dan Ketersediaan Data Matrik Perubahan Lahan Contoh Skenario Mitigasi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku vii

10

11 Daftar Gambar 1. Laju Deforestasi Tahun (kiri) dan Laju Degradasi Tahun (kanan) Luas Hutan di Maluku Berdasarkan Fungsi Luas Hutan per Kabupaten/Kota di Maluku Rata-rata deforestasi di Maluku tahun Emisi dari Konversi Hutan Sejak Tahun di Beberapa Negara di Dunia Peta Lokasi Pembuatan PSP Karbon pada KPHP Unit IV Kabupaten Seram Bagian Barat Peta Lokasi Pembuatan PSP Karbon pada KP Unit XIV Kota Ambon Five Carbon Pools Defined by COP Hubungan Antara Jumlah Individu dan Biomassa Menurut Strata Hutan Jumlah C-Tersimpan Menurut Strata Hutan di KPHP Unit IV Wae Kawa Jumlah C-tersimpan Menurut Strata Hutan di KP Unit XIV Kota Ambon Hubungan Antara Diameter Pohon (cm) dan Kandungan Biomassa (kg) Aktivitas Tim PSP-Karbon (KPHP Unit IV Wae Kawa) Aktivitas Tim PSP-Karbon (KP Unit XIV Kota Ambon) INCAS (The Indonesian National Carbon Accounting System) Proses Data TSP/PSP Peta Klaster NFI di Ambon Posisi Klaster di Maluku Proses Penafsiran Penutupan Lahan Skema Pengembangan SMKH Provinsi Maluku Skema Penurunan Emisi Perencanaan Penggunaan Lahan (aktivitas pembangunan) yang Rendah Emisi Perencanaan Penggunaan Lahan yang Terintegrasi dengan Menggunakan LUWES Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku ix

12 24. Tahapan LUWES Bagan Alur Membangun Unit Perencanaan Pendekatan Perhitungan Emisi (IPCC) Data Aktivitas Tutupan Penggunaan Lahan Tahun 1989,1997,2001 dan Analisa Perubahan Tutupan Lahan Berdasarkan Tipologi Analisa Perubahan Tutupan Lahan Tahun Penentuan Perhitungan Emisi Karbon Metode Pengukuran di Lapangan Sebaran Pohon dan C-stock dalam Suatu Plot Sampling Konsep Time-averaged C-stock dari Sistem Penggunaan Lahan Time-averaged C-stock dari Berbagai Sistem Penggunaan Lahan Opsi Skenario Penentuan Baseline Tradeoffs Sistem Penggunaan Lahan Pemilihan Scenario Pembangunan Berdasarkan NPV LUWES inklusif, integratif dan berbasis Data yang Terkini dan Sahih Desain TSP PSP x Daftar Gambar

13 Daftar Lampiran 1. Agenda Kegiatan Presentasi Notulensi Diskusi Dokumentasi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku xi

14

15 Rumusan Workshop 1. Pembangunan Permanent Sample Plot (PSP) dapat merepresentasikan dinamika pertumbuhan biomassa dari berbagai penggunaan lahan, khususnya hutan. 2. Informasi yang diperoleh dari PSP dapat dijadikan untuk membangun tingkat acuan emisi/reference Emission Level (REL/RL). REL/RL diperlukan untuk mengetahui tingkat emisi masa lalu, masa kini dan masa datang pada kondisi tidak ada intervensi untuk mengurangi emisi GRK (CO 2 e). REL/RL tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai acuan untuk menetapkan berapa besar emisi yang akan diturunkan melalui cara-cara antara lain seperti yang disebutkan dalam RAN dan RAD GRK. 3. Pada tahun 2012 lalu, Puspijak bersama stakehoder daerah telah membangun PSP di 5 Provinsi yakni di Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Maluku. 4. Strategi Implementasi RAD-GRK di Provinsi Maluku dilakukan dengan 1) Pemetaan Kelembagaan dan Pembagian Peran, 2) Identifikasi Sumber Pendanaan, dan 3) Implementasi 5. Provinsi Maluku telah membuat PSP sebanyak 12 plot, cadangan karbon terbesar di Ambon yaitu di hutan primer Pulau Ambon dan karbon terendah di hutan sekunder Pulau Seram. 6. Berdasarkan Kepmenhut RI No. 66/MENHUT-II/2010, provinsi ini memiliki 22 KPH (KP dan KPHP), terdiri dari 5 unit KP dengan luas ± Ha dan 17 unit KPHP dengan luas ± Ha. KP Unit XIV Negeri Soya (± Ha) dan KPHP Unit IV Wae Kawa Kab. Seram Bagian Barat (± Ha) merupakan lokasi pembangunan PSP Karbon. 7. Program dan kegiatan yang telah dan sedang dilakukan terkait REDD+ di Maluku diantaranya: Pembentukan Pokja REDD+; Pembuatan PSP pada unit pengelolaan (KPH), Merancang penelitian-penelitian mahasiswa; Mengikuti seminar/workshop/ lokakarya yang dilaksanakan di tingkat internasional, nasional maupun daerah yang difasilitasi oleh Pustanling-Puspijak-FCPF; Rencana pengelolaan PSP Pasca Tahun Pembentukan Pokja REDD+ Maluku ditetapkan melalui SK Gubernur Nomor 133 Tahun POKJA REDD+ Maluku memiliki tujuan melaksanakan koordinasi, integrasi dan fasilitasi implementasi (persiapan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi) kegiatan demonstrasi REDD+ dan implementasi skema REDD+ di Provinsi dan Kabupaten/Kota seluruh Maluku serta merupakan Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku xiii

16 lembaga mediasi antara pihak provinsi dan kabupaten/kota (sub-nasional) dengan POKJA atau komisi satgas REDD+ Nasional dan lembaga-lembaga internasional. 9. INCAS (Indonesia National Carbon Accounting System) merupakan sistem untuk membangun pengukuran yang transparan dan melaporkan pengurangan emisi dari sektor berbasis lahan. 10. Dalam aplikasi dalam pengukuran karbon, Kementerian Kehutanan telah menyusun monograf model-model alometrik untuk pendugaan biomassa pohon pada berbagai tipe ekosistem hutan di Indonesia. 11. Invetarisasi Hutan nasional (NFI) merupakan kegiatan untuk memperoleh data tentang kondisi sumberdaya hutan di tingkat nasional, yang mencakup perubahan penutupan/penggunaan lahan, potensi SDH, pertumbuhan riap, analisis citra digital serta pemetaannya. 12. Hasil kegiatan NFI dapat membantu pemantauan karbon hutan, baik tingkat nasional maupun provinsi. Data NFI tersebut perlu diintegrasikan dengan Sistem Monitoring Karbon Hutan di tingkat provinsi. 13. Komponen NFI terdiri dari 1. Penaksiran /penilaian SDH (Forest Resource Assessment), 2. Pemantauan SDH (Forest Resource Monitoring) dan 3. Pemetaan SDH (Forest Resource Mapping/GIS/DIAS). 14. NFMS (National Forest Monitoring System) merupakan Sistem Pemantauan Hutan Nasional Indonesia dibangun berdasarkan keputusan Cancun Agreements. 15. Pengintegrasian antara NFI, PSP Balitbanghut dan Sistem Monitoring Karbon Hutan (SMKH) bertujuan untuk menyediakan satu data/informasi mengenai karbon hutan di Provinsi Maluku yang lengkap, akurat, tepat waktu serta diacu bersama oleh semua instansi dan masyarakat. 16. Terdapat 102 PSP di Provinsi Maluku yang terdiri atas 58 PSP baru dan 44 PSP merupakan PSP lama yang dapat dipertahankan. Sebaran PSP di Kepualauan Maluku tersebar di Pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Ambon, Pulau-pulau Aru, Pulau Kei Besar, Pulau Kei Kecil, Pulau Yamneda dan Pulau Wetar. 17. TSP/PSP yang dibangun oleh BPKH didesain bukan untuk menghitung karbon tetapi cenderung ke potensi sumberdaya hutan yang komersil dalam hal ini volume, distribusi dan jenis vegetasi hutan. PSP IUPHHK didesain hanya untuk mengukur riap pohon. 18. Land Use Planning for LoW Emission Development Strateg y (LUWES) atau Perencanaan Penggunaan Lahan Untuk Pembangunan Rendah Emisi. xiv Rumusan Workshop

17 Pengertian LUWES adalah kerangka kerja untuk membuat/menghasilkan produk perencanaan pembangunan yang mampu meminimalisasi emisi gas rumah kaca dengan tetap mempertahankan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. 19. Peran masyarakat dalam pelaksanaan REDD+ dan semua kegiatan yang terkait didalamnya, termasuk PSP untuk pengukuran dan monitoring karbon hutan mestinya tidak perlu lagi didiskusikan secara rumit, karena sudah ada Protokol Implementasi PADIATAPA (Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan) dalam Skema REDD+. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku xv

18

19 BAB 1 Pendahuluan Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 1

20

21 1.1 Latar Belakang Deforestasi dan degradasi hutan belakangan ini sangat erat dikaitkan dengan isu lingkungan, khususnya isu pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim. Perubahan iklim terjadi dengan proses yang panjang akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) terutama karbondioksida (CO 2 ) di atmosfer. Sekitar 20 persen dari seluruh emisi GRK berasal dari deforestasi dan degradasi hutan. Hutan mengabsorpsi CO2 selama proses fotosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Banyaknya materi organik yang tersimpan dalam biomassa hutan per unit luas dan per unit waktu merupakan pokok dari produktivitas hutan. Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam mengurangi emisi CO2 di atmosfir melalui aktivitas physiolog y-nya. Pengukuran produktivitas hutan relevan dengan pengukuran biomassa. Biomassa hutan menyediakan informasi penting dalam menduga besarnya potensi penyerapan CO2 dan biomassa dalam umur tertentu yang dapat dipergunakan untuk mengestimasi produktivitas hutan (Heriansyah, 2005). Pengukuran stok karbon dapat dilakukan melalui pengukuran langsung di lapangan dan/atau memanfaatkan teknologi penginderaan jauh. Untuk memperoleh data stok karbon dan perubahannya dengan pengukuran langsung di lapangan, maka perlu dibangun Petak Ukur Permanen/Permanent Sampling Plot (PSP) yang dapat merepresentasikan dinamika pertumbuhan biomasa dari berbagai penggunaan lahan khususnya hutan. Informasi mengenai karbon hutan menjadi penting dalam kegiatan REDD+. Hal tersebut terkait dengan salah satu persyaratan dalam mekanisme perdagangan karbon dalam REDD+ untuk menghitung potensi karbon secara Measureable, Reportable dan Verifiable (MRV) yang comparable, koheren, lengkap dan akurat. Untuk menanggapi hal tersebut maka diperlukan suatu sistem atau mekanisme pengelolaan karbon hutan secara berkelanjutan. Pada tahun 2012, Indonesia melalui Kementerian Kehutanan bekerjasama dengan Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) telah membangun sejumlah PSP di 5 (lima) lokasi kegiatan FCPF, yaitu di Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara dan Maluku. Pengukuran biomasa dan karbon hutan yang mencakup 5 pool karbon telah dilaksanakan di lima lokasi tersebut. Tantangan berikutnya adalah bagaimana pengelolaan PSP yang telah menjadi aset daerah tersebut dapat dilakukan secara berkelanjutan di masa depan, dengan atau tanpa dana bantuan dari FCPF. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana menyelaraskan semua data hasil pengukuran biomasa dan karbon hutan di tingkat Provinsi dalam suatu sistem yang terkomputerisasi agar dapat dimonitor dan di-update secara berkala. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 3

22 Untuk itu diperlukan suatu lokakarya yang mellibatkan stakeholder di daerah untuk membahas strategi monitoring PSP secara berkelanjutan serta untuk merancang blue print usulan sistem dan mekanisme monitoring PSP dan karbon hutan di tingkat Provinsi. 1.2 Tujuan Workshop Tujuan lokakarya ini adalah untuk (1) merumuskan strategi pengelolaan PSP secara berkelanjutan, (2) merancang blue print sistem monitoring karbon hutan, (3) merumuskan pengintegrasian data Sistem Pemantauan Hutan Nasional (NFMS) dengan Sistem Monitoring Karbon Hutan tingkat Provinsi yang akan dibangun, (4) menyamakan persepsi tentang peran dan tanggungjawab para pihak di tingkat Provinsi dalam pemantauan karbon hutan dan (5) memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan terkait pengelolaan PSP dan pemantauan karbon hutan tingkat Provinsi. 1.3 Hasil yang Diharapkan Tersusunnya strategi pengelolaan PSP berkelanjutan, terancangnya blue print sistem monitoring karbon hutan, terintegrasinya data Sistem Pemantauan Hutan Nasional (NFMS) dengan Sistem Monitoring Karbon Hutan tingkat propinsi yang akan dibangun, terciptanya persamaan persepsi tentang peran dan tanggungjawab para pihak di tingkat Propinsi dalam pemantauan karbon hutan dan adanya masukan untuk pengembangan kebijakan terkait pengelolaan PSP dan pemantauan karbon hutan tingkat Propinsi. 1.4 Pembicara dan Tema Sesi Pertama: 1. Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari PenyusunanRencana (GRK) oleh Junus Matakena, S.Pi, MT 2. Lesson Learned dari Pembangunan PSP Untuk Monitoring Karbon Hutan Pada Kegiatan FCPF Tahun 2012 oleh Virni Budi Arifanti, S.Hut, M.Sc 3. Program dan Kegiatan Daerah Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi (Pengalaman Pembangunan Plot Sample Permanent/PSP Pasca 2014 Di Provinsi Maluku) oleh Ir. Ronny Loppies, M.Sc.F 4. Pendugaan Cadangan Karbon pada Berbagai Tipe Penutupan Lahan di Maluku oleh Ir. Aryanto Boreel, S.Hut, M.Si 4 Pendahuluan

23 5. Data dan Informasi Untuk Mendukung Sistem Perhitungan Karbon Nasional oleh Ir. Ronny Loppies, M.Sc.F Sesi Kedua: 1. Integrasi NFI Ke Dalam Sistem Monitoring Karbon HutanYang Akan Dibangun DiProvinsi Maluku oleh Dr. Ernawati, M.Sc 2. Strategi Monitoring PSP Dan Peluang Pengintegrasian Kegiatan Dengan PSP Lain di Provinsi Maluku oleh Anwar, S.Hut, M.Si 3. Potensi Aplikasi LUWES dan REDD-ABACUS sebagai Sistem Monitoring Karbon Hutan Dalam rangka mendukung perencanaan tatagunan lahan untuk Pembangunan Rendah Emisi oleh Rachman Pasha, S.Hut, M.Si dan Degi Harja Asmara, S.Si 4. Peran dan Tanggung Jawab Masyarakat Dalam Pelaksanaan Sistem Monitoring Karbon di Provinsi Maluku oleh Nus Ukru, S.Sos 1.5 Penyelenggaraan Workshop Workshop Strategi Monitoring PSP di Propinsi Maluku ini di ikuti oleh peserta yang berasal dari unsur pemerintah, swasta, LSM dan perguruan tinggi. Pada acara ini narasumber-narasumber yang mempresentasikan makalahnya adalah sebagai berikut: Ir. Achmad Pribadi, M.Sc (Kepala Bidang PDTL Puspijak), Ir. Azam Bandjar(Kadishut Propinsi Maluku), Junus Matakena, S.Pi, MT(BAPPEDA Propinsi Maluku), Virni Budi Arifanti, S.Hut, M.Sc (Peneliti pada Puspijak Kementerian Kehutanan), Ir. Ronny Loppies, M.Sc.F dan Aryanto Boreel, S.Hut, M.Si (Universitas Pattimura),Dr. Ernawati, M.Sc (Ditjen Planologi Kementerian Kehutanan), Anwar (BPKH Wil IXAmbon),Nus Ukru, S.Sos (AMAN). Moderator sesipertamapada workshop iniyaitu Ir. Achmad Pribadi, M.Sc sedangkan pada sesi kedua yaitu Dr. Debby P (Universitas Pattimura) 1.6 Sambutan Sambutan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 5

24 Yang saya hormati: Kepala pusat penelitian dan pengembangan Perubahan iklim dan kebijakan (Puspijak) Kepala BAPPEDA Propinsi Maluku Pihak universitas Pattimura Pimpinan SKPD dan Instansi Vertikal lingkup pemerintah provinsi Maluku Lembaga swadaya masyarakat Bapak/ibu narasumber yang berkenaan terlibat dalam kegiatan lokakarya ini Hadirin dan undangan yang berbahagia, peserta lokakarya yang saya banggakan Manusia dan lingkungan hidup disekitarnya, adalah satu kesatuan ciptaan Tuhan yang sempurna dan memiliki karakter yang sangat spesifik. Kemahakuasaan Tuhan yang luar biasa itu, telah menyiapkan kepada manusia, tatanan lingkungan hidup yang saling menopang satu dengan yang lain, demi sebuah kontinyuitas hidup yang berkelanjutan dari zaman ke zaman. Itulah sebabnya, kita bisa menyaksikan bahwa dalam peran dan fungsinya masingmasing yang begitu unik, hewan dan tumbuh-tumbuhan di sekitar kita, secara langsung maupun tidak langsung sangat menolong kelangsungan hidup manusia. Artinya bahwa, hidup kita sebagai manusia, sesungguhnya sangat bergantung pada eksistensi hewan dan tumbuhan di sekitar kita. Apa yang kita pelajari sebagai rantai kehidupan adalah sesuatu yang sangat fundamental sifatnya. Dalam kesadaran itu pula, saya mengajak kita untuk memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha kuasa, sebab atasrahmat dan ridho Nya, kita tetap diperkenankan merasakan nikmatnya setiap anugerah dalam pemberiannya, bahkan diperbolehkan hadir pada lokakarya hari ini dalam kondisi sehat wal afiat. Hadirin dan Undangan Yang Berbahagia, Menyadari akan fungsi hutan yang begitu strategis dan sangat fundamental, kita semua yang hadir disini, telah sepakat bahwa tindakan deforestasi dan degradasi hutan yang terjadi selama ini, secara otomatis berdampak langsung kepada seluruh ekosistem di planet bumi ini. Peningkatan emisi karbon dioksida (CO2) di atmosfir telah memicu banyak perubahan iklim secara ekstrim, dan itu berpengaruh langsung kepada pemanasan global.selanjutnya, peningkatan suhu di atmosfir kita lalu berakibat pada banyak peristiwa yangb bisa kita saksikan.peristiwa naiknya permukaan air laut, banjir, mudahnya terjadi kebakaran hutan dan lain sebagainya, adalah bahagian dari dampakdampak konkrit yang dihasilkan. 6 Pendahuluan

25 Aktivitas manusia mulai terusik.manusia mengalami persoalan serius dengan alam lingkungan hidupnya.bahkan, diprediksi apabiola kondisi yang ada tidak dikendalikan ataupun diambil langkah-langkah antisipasi yang tepat, maka fenomena deforestasi dan degradasi hutan menjadi ancaman yang sangat serius kepada eksistensi manusia secara global. Apakah yang saya sampaikan ini, telah banyak pula di ekspose oleh berbagai media massa dunia dan telah menambah pengetahuan kita bersama, oleh sebab itu, saya tidak akan membahas lebih jauh tentang kajian-kajian ilmiah. Tetapi yang ingin saya utarakan lebih jauh, adalah persoalan kita di daerah, yakni terkait bagaimana kita mengkonkritkan langkah dan tindakan kita menjaga kelestarian atau paling tidak meminimalisir sebanyak mungkin tindakan deforestasi dan degradasi hutan yang tidak terkendali. Undangan dan hadirin, pimpinan Puspijak yang saya hormati, Pemerintah Provinsi Maluku sangat menaruh perhatian besar terhadap sektor kehutanan. Sektor ini telah banyak memberikan kontribusi positif kepada pembangunan Maluku. Sumbangsihnya telah terbukti, dimana hasil-hasil kehutanan Maluku yang dikelola, baik oleh pihak swasta, maupun secara tradisional oleh masyarakat, telah mendukung proses peningkatan pendapatan dan taraf hidup masyarakat di daerah ini. Bersamaan dengan itu, ada kesadaran bahwa selain ekses positif, ada juga dampak negatif yang dihasilkan.sejumlah peristiwa di daerah seperti banjir dan tanah longsor yang dialami beberapa tahun terakhirini, adalah reaksi alam yang terjadi sebagai bentuk refleksi atas terganggunya siklus alam itu sendiri dari keseluruhan ekosistem secara menyeluruh.itu baru sebuah contoh fenomena dalam tataran lokal. Pada tataran global, informasi tentang mencairnya lapisan es abadi di kutub Utara dan Kutub Selatan, telah menyebabkan fenomena kenaikan permukaan air laut secara signifikan.ini sebuah ancaman serius bagi seluruh kota-kota besar di dunia, terutama yang memiliki pemukiman penduduk di wilayah pantai dan pesisir. Lebih dari pada itu, berkurangnya kawasan hutan, sesungguhnya terhubung langsung dengan peningkatan emisi karbon dioksida, bahkan berdasarkan perhitungan, secara akumulatif presentasenya lebih tinggi dari emisi yang dihasilkan oleh sector transportasi.ini sesuatu yang harus benar-benar mendapatkan atensi yang sangatsangat serius dari semua pihak. Oleh sebab itu, lokakarya ini lalu mendapatkan posisi sangat penting dan strategis dalam kita meminimalisir dampak-dampak tersebut.melalui lokakarya ini kita lebih mudah memonitoring dan melakukan evaluasi terhadap peniongkatan karbon hutan di daerah. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 7

26 Pada gilirannya akan menyajikan data dan informasi yang penting untuk langkahlangkah kebijakan sector kehutanan. Karena itu, selaku bagian dari Pemerintah Provinsi Maluku, saya menyambut baik pembangunan Petak Ukur Permanen atau yang dikenal sebagai Permanent Sample Plot (PSP) yang dapat merepresentasikan dinamika pertumbuhan biomassa dari berbagai penggunaan lahan, khususnya hutan. Undangan dan hadirin yang saya hormati, Saya lalu memberi penghormatan dan apresiasi tinggi juga kepada semua institusi yang bertanggung jawab dalam pembangunan PSP. Saya sangat percaya bahwa sistem yang terbangun ini merupakan kerja keras kita untuk memperoleh data-data valid tentang emisi karbon. Bahwa kemudian data-data tersebut akan menjadi acuan konkrit ataupun upaya-upaya yang terukur guna menurunkan tingkat deforestasi dan degradasi hutan. Sampai pada point ini, saya ingin menyampaiakan harapan kepa seluruh stakeholder yang ada di Maluku, dalam peran dan fungsinya masing-masing, bahwa masalah kerusakan hutan secara tidak terkendali adalah tanggung jawab kita bersama. Singkat kata, bila ingin mewatriskan lingkungan hidup dan bumi yang kita diami sekarang ini kepada anak-cucu kita, adalah lingkungan hidup yang baik, aman dan berkualitas dalam mendukung ekosistem lingkungan dan kelangsungan hidup manusia, maka segala daya-upaya mesti kita lakukan demi untuk menekan deforestasi dan degradasi hutan secara komprehensif. Artinya, siapapun, kapanpun dan dimanapun berada, ia harus menghasilkan sesuatu tindakan konkrit yang berguna dalam rangka menyelamatkan hutan kita. Oleh sebab itu, saya berharap lokakarya ini akan benar-benar diefektifkan seoptimal mungkin untuk kebijakan-kebijakan strategis di bidang kehutanan kedepannya. Karena itu, saya berharap semua peserta dapat mengikuti lokakarya ini dengan serius, sehingga dapat menghasilkan yang terbaik.kepada para nara sumber saya pun menaruh harapan yang sama untuk kesediaan berbagi informasi dan pengetahuan dengan seluruh peserta. Kepala Puspijak, Undangan dan hadirin yang saya hormati, Inilah hal-hal penting yang dapat saya sampaikan.selanjutnya, dengan tetap memohonkan rahmat dan ridho dari Allah Subhanahu Wa Ta ala, Tuhan Yang Maha Kuasa, Lokakarya Strategi Monitoring Dan Pelaporan PSP Di Tingkat Provinsi.Saya nyatakan dibuka secara resmi. 8 Pendahuluan

27 Semoga Tuhan Pencipta Alam semesta ini, senantiasa merahmati kita dalam melaksanakan tugas pengabdian kepada bangsa, negara dan masyarakat di Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini. Sekian dan Terima Kasih Wassalammu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Ir. Azam Bandjar Pengantar Kepala Bidang PDTL Puspijak Assalammu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua Yth. Bapak Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Yth. Bapak Kepala Bappeda Provinsi Maluku Yth. Bapak-bapak Kepala Dinas Kehutanan Kota dan Kabupaten di Provinsi Maluku Yth. Bapak dan Ibu Dosen/ Pengajar Perguruan Tinggi di Maluku, sahabat-sahabat dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan hadirin sekalian yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita sekalian Untuk mengawali kegiatan ini marilah bersama-sama kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena semata hanay atas perkenan- Nya sajalah kita semua dapat bersama-sama berkumpul pada kesempatan yang berbahagia ini. Fasilitas Kemitraan Karbon Hutan (Forest Carbon Partnership Facility/FCPF) hadir untuk membantu Negara-negara berkembang dalam upaya mencegah, mengurangi dan mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim tersebut melalui pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, meningkatkan serapan karbon, konservasi, dan pengelolaan hutan lestari. Indonesia merupakan salah satu Negara pertama yang mendapat dukungan pendanaan FCPF untuk meningkatkan kapasitas dalam menyiapkan kerangka infrastruktur untuk implementasi REDD+. Kegiatan FCPF yang secara resmi mulai dilaksanakan pada tahun 2011 ini dilaksanakan secara kolaboratif oleh Badan Litbang Kehutanan melalui Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan (PUSPIJAK), Pusat Standarisasi dan Lingkungan Kementerian Kehutanan (PUSTANLING), Dewan Kehutanan Nasional (DKN) dan World Bank. Kegiatan FCPF sendiri meliputi 4 (empat) kelompok besar kegiatan (focus area) yang meliputi (1) Analytical Works, (2) Management of Readiness Process, (3) REL and MRV dan (4) Regional Data Collection and Capacity Building. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 9

28 Bapak, Ibu, Saudara-saudara dan hadirin sekalian Salah satu kegiatan dalam focus area FCPF adalah pembuatan Petak Sampel Permanent (PSP) atau disebut Permanent Sample Plot dan sistem pemantauannya. Untuk inisiasi REDD+, PSP mempunyai peran yang sangat penting karena dengan adanya PSP, kita dapat mengetahui riap dan biomassa pada suatu bentang lahan hutan. Semua informasi tersebut pada akhirnya akan diperlukan untuk membangun apa yang disebut tingkat acuan emisi di sector pertanian dan kehutanan. Atau dalam bahasa yang digunakan para komunitas REDD+ adalah untuk mengetahui Baseline dan REL/RL di sector LULUCF. REL/RL diperlukan untuk mengetahui tingkat emisi masa lalu, masa kini dan masa dating pada kondisi tidak ada intervensi untuk mengurangi emisi GRK (CO2e). REL/RL tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai acuan kita untuk menetapkan berapa besar emisi yang akan diturunkan melalui cara-cara antara lain seperti yang disebutkan dalam RAN dan RAD GRK. Pada tahun 2012 lalu Puspijak bersama pemangku kepentingan di daerah telah membangun PSP di 5 Provinsi yakni Sumbar, Sumsel, NTB, Sulut dan Maluku. Di Maluku Puspijak bersama-sama dengan Universitas Pattimura telah membangun PSP sebanyak 12 unit di 1 kota dan 1 kabupaten. Saat ini tiba saatnya bagi kita untuk mulai membahas dan mendiskusikan bagaimana langkah lanjutan setelah PSP terbentuk, baik dari sisi kebijakan maupun aspek teknis pemantauannya. Workshop selama dua hari ini selanjutnya akan mempresentasikan, membahas dan merekomendasikan kedua hal tersebut, Strategi Pengelolaan PSP dan Pengembangan sistem monitoringnya. Hari pertama kita akan mendengarkan dan mendiskusikan presentasi teman-teman kita dari Bappeda, Dinas Kehutanan, Ditjen Planologi, Universitas Pattimura, ICRAF dan Puspijak. Hari kedua dilanjutkan untuk melakukan FGD terhadap dua topik saya sebutkan diatas yakni Strategi Pengelolaan PSP dan Pengembangan sistem monitoringnya. Sebagai penutup, semoga kegiatan yang akan kita ikuti bersama hari ini dapat berjalan dengan lancar, sehingga tujuan mulia dari kegiatan ini dapat tercapai dan pada akhirnya dapat memberikan kontribusi bagi upaya mendorong kesiapan implementasi REDD+ di Indonesia yang akan kita rasakan bersama hasilnya di masa yang akan datang. Perkenankan saya menutup pengantar ini dengan sebuah pantun: Datang berkunjung ke Kota Ambon Tempat yang indah, Ramah takkan terlupa Kita bertemu di hotel Aston Demi berkarya untuk Hutan Kita Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam Sejahtera dan Damai bagi kita semua 10 Pendahuluan

29 BAB 2 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 11

30

31 2.1 Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana (GRK) Oleh: Junus Matakena, S.Pi, MT Komitmen pemerintah pusat dalam penurunan emisi gas rumah kaca dilatarbelakangi oleh komitmen Presiden RI untuk menurunkan emisi GRK 26%- 41 % di tahun Komitmen tersebut merupakan komitmen untuk hidup lebih rendah emisi tanpa mengurangi pertumbuhan.dalam rangka mendukung komitmen tersebut maka disusunlah RAN (Rencana Aksi Nasional) GRK. Dalam kurun waktu , peraturan yang dibuat untuk kebijakan penurunan emisi GRK adalah Perpres No. 61/2011 Tentang Penurunan Emisi GRK yang menjabarkan komitmen kepada kegiatan konkrit secara nasional melalui 5 sektor utama. Pada tahun 2012, setiap provinsi diwajibkan untuk membuat Rencana Aksi Daerah (RAD) penurunan GRK dengan jangka waktu penyelasaian dokumen selama 3 bulan. RAD-GRK ini merupakan penjabaran komitmen penurunan emisi di daerah untuk mendukung pencapaian penurunan emisi nasional. Pembuatan dokumen RAD di Provinsi Maluku ini dilaksanakan tanpa adanya sosialisasi dan persiapan. SKPD yang sudah siap hanya dari sektor Kehutanan. Pada tanggal 9 April 2012, dibuat SK Gubernur No. 49b tentang pembentukan Tim Penyusun RAD Penurunan Emisi GRK Provinsi Maluku. Tim penyusun RAD-GRK ini terdiri dari 4 kelompok kerja yaitu Kehutanan&Pertanian, Energi, Transporatsi, Industri & Pengolahan Limbah. Dokumen RAD-GRK final dituangkan dalam Peraturan Gubernur No. 18 Tahun 2012 tanggal 8 Nopember 2012 tentang RAD Penurunan Emisi GRK Tahun Timeline Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 13

32 Mt/y Emisi Baseline Propinsi Proyeksi Penurunan Emisi Propinsi Emisi Proyeksi Aksi Mitigasi Propinsi Masa lampau pada base period: - Sumber-sumber emisi dan kontribusi - Faktor pemicu - Sumber permasalahan BAU: - Sumber-sumber emisi dan kontribusi - Faktor pemicu - Sumber permasalahan Aksi mitigasi: - Sumber-sumber emisi dan kontribusi yang ditekan - Faktor pemicu yang diubah - Sumber permasalahan yang ditangani BAU (Business As Usual) Sektoral Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi Maluku baru bisa di ketahui dari 3 sektor yaitu sektor Pertanian dan Kehutanan, Energi, Transportasi, sedangkan sektor industri dan pengelolaan limbah tidak dimasukan

33 dalam perhitungan emisi karena data limbah tidak ada, hanya terdapat data Kotamadya dan datanya pun belum jelas, sehingga akan digunakan metode proyeksi saja. Dalam penyusunan RAD-GRK ini Pemerintah Daerah mengalami kesulitan dalam menyusun kegiatan karena Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) provinsi berakhir tahun ini, demikian juga Rencana Strategi Daerah. Selain itu, kendala lain adalah waktu pengerjaan yang sangat pendek, akhirnya hanya memakai dokumen Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang datanya bersifat makro. Gambar 1. Laju Deforestasi Tahun (kiri) dan Laju Degradasi Tahun (kanan) Strategi Implementasi RAD-GRK di Provinsi Maluku adalah: Pemetaan Kelembagaan dan Pembagian Peran 1. Memiliki payung yang jelas 2. Memiliki kewenangan yang cukup dalam implementasi, termasuk melakukan koordinasi dengan instansi yang terlibat dalam RAD-GRK serta para pihak penting lainnya 3. Memiliki kemudahan komunikasi tingkat daerah dan antar kabupaten/kota 4. Memiliki alokasi dana yang dioperasionalkan dalam mengawal penurunan emisi di daerah Bentuk Kelembagaan Implementasi RAD-GRK di level provinsi beberapa opsi yang bisa diadopsi, antara lain: Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 15

34 1. Berstatus sebagai Badan (setingkat SKPD Provinsi) yang dibentuk dengan instrumen hukum Peraturan Daerah (PERDA) 2. Berstatus Komisi Daerah atau Unit Kerja Gubernur yang dibentuk dengan instrumen hukum Peraturan Gubernur (PERGUB) 3. Unit kerja di salah satu SKPD Provinsi yang dibentuk dengan instrumen hukum Surat Keputusan Gubernur (SK Gubernur). Lembaga Implementasi RAD-GRK di level Provinsi berfungsi untuk: 1. Memastikan implementasi dari seluruh kegiatan RAD-GRK dari masing-masin SKPD 2. koordinasi dengan lembaga RAD-GRK nasional 3. koordinasi perencanaan kegiatan dan pengembangan pembiayaan implementasi RAD-GRK di daerah yang melibatkan juga stakeholders dari tingkat kabupaten 4. Memfasilitasi rencana aksi, target implementasi RAD-GRK di kabupaten/ kota dan menyiapkan rencana/skema pendanaan bersama Badan/Lembaga Implementasi RAD-GRK tingkat nasional 5. Memfasilitasi kegiatan pengembangan kapasitas kelembagaan RAD-GRK di level kabupaten/kota Identifikasi Sumber Pendanaan 1. Lembaga (Badan atau Komisi Daerah) Pelaksana RAD-GRK Provinsi Maluku berfungsi untuk menyiapkan rencana/skema pendanaan berdasarkan pedoman RAN-GRK serta berkoordinasi dengan provinsi. 2. Sumber Pendanaan implementasi RAD-GRK di tingkat provinsi, kabupaten/ kota dan tapak bersumber dari APBN dan APBD Provinsi Maluku Implementasi Secara substansif, rencana aksi yang diprogramkan oleh Provinsi Maluku adalah kegiatan sepesifik yang melekat pada masing-masing tupoksi SKPD. Oleh karena itu pelaksanaan implementasi RAD GRK akan dilakukan pada tahun 2013 dan sebagian sudah dimulai pada tahun 2012 dan sebagian lagi masih tahap persiapan pada tingkat kabupaten/kota Arah dan Kebijakan Sektoral Sektor Kehutanan A. Arah dan kebijakan 1. Pemantapan kawasan hutan 2. Revitalisasi kehutanan 3. Rehabilitasi sumber daya hutan 16 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

35 4. Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan 5. Penguatan Kelembagaan B. Program dan Kegiatan pada Sektor Kehutanan 1. Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS berbasis Pemberdayaan Masyarakat 2. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan (SDH), dengan sasaran meningkatnya Penegakan Hukum dalam Perlindungan Hutan serta Meningkatnya Efektifitas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan, Kerusakan Lingkungan dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam 3. Progam Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan 4. Program Pemantapan Pamanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan dengan sasaran meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi dengan sektor lain serta meningkatkan performance pengelolaan hutan Tabel 1. Skenario Penurunan Emisi Sektor Kehutanan Skenario Periode Penurunan Emisi dari Baseline/ REL Baseline/REL , , ,76 Mitigasi , , ,05 6,85% Mitigasi , , ,87 8,65% Mitigasi , , ,90 22,43% Mitigasi , , ,45 23,46% Arah dan kebijakan sektoral sektor energi A. Arah dan Kebijakan 1. Pengembangan upaya pemanfaatan sumber energi yaitu panas bumi serta energi baru terbarukan 2. Meningkatkan potensi sumber energi dan lingkungan melalui konservasi, rehabilitasi dan penghematan penggunaannya dengan menerapkan teknologi yang ramah lingkungan. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 17

36 B. Strategi Penetapan kebijakan dan peraturan serta sistem pengelolaan Energi melalui pembangunan berkelanjutan, ramah lingkungan, adil, transparan serta berkualitas. C. Program Pembinaan dan pengembangan energi dan ketenagalistrikan. Program ini meliputi kegiatan: 1. Pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), baik terpusat maupun tersebar, di daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh listrik PLN. 2. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di daerah-daerah yang memiliki potensi air. 3. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Tulehu 2 x 10 MW ( tahun 2013) dan di daerah-daerah yang memiliki potensi panas bumi. 4. Mengadakan penyuluhan konservasi energi. 5. Pembangunan instalasi biogas didaerah yang memiliki potensi biogas. 2.2 Lesson learned dari Pembangunan PSP untuk Monitoring Karbon Hutan pada Kegiatan FCPF Tahun 2012 Oleh: Virni Budi Arifanti, S.Hut, M.Sc Isu perubahan iklim yang terjadi saat ini disebabkan pemanasan global yang disebabkan oleh peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK) di bumi. Di Indonesia, 60% emisi dihasilkan dari perubahan lahan dan kebakaran gambut. Emisi Indonesia pada tahun 2006 diperkirakan mencapai 1,76 Gt CO 2 e. Dalam rangka penurunan emisi tersebut, Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK sebesar 26% dengan kemampuan sendiri atau 41% dengan bantuan internasional. Untuk mendukung komitmen Indonesia dalam penurunan emisi, maka Presiden melalui Perpres No. 61/2011 tentang RAN GRK mengamanatkan Pemerintah Provinsi untuk menyusun RAD GRK. Hampir semua Provinsi sudah selesai menyusun RAD GRK. Dalam rangka mendukung pelaksanaan REDD+, perhitungan cadangan karbon harus memiliki akurasi yang dapat diterima termasuk oleh dunia internasional. Salah satu alat dalam menghitung cadangan karbon adalah dengan membangun PSP. Pembangunan PSP dilakukan untuk meningkatkan kualitas data nasional dan regional dalam rangka mendukung sistem MRV dalam perhitungan karbon dan emisi. 18 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

37 Tujuan pembangunan PSP yang dilakukan oleh FCPF-Puspijak tahun 2012 adalah: 1. Membangun PSP di berbagai tipe hutan di tingkat Provinsi 2. Membangun database cadangan karbon untuk setiap tipe hutan di tingkat Provinsi 3. Melakukan monitoring cadangan karbon hutan di tingkat Provinsi Output dari kegiatan pembangunan PSP ini adalah: 1. Terbangunnya PSP untuk monitoring cadangan karbon di tingkat Provinsi 2. Tersedianya database pertumbuhan pohon pada berbagai tipe hutan 3. Tersedianya database cadangan biomasa dan karbon di 5 carbon pools (AGB, BGB, serasah, nekromas, tanah) di tingkat Provinsi Terdapat 5 kriteria dalam pemilihan lokasi PSP, yaitu: Aman, Aksesibilitas, Keterwakilan, Keberlanjutan, Status kawasan. Pada tahun 2012, FCPF- Puspijak telah melaksanakan pembangunan PSP di lima Provinsi dengan berbagai tipe hutan. Kelima Provinsi tersebut diantaranya sebagai berikut: 1. Provinsi Sumatera Barat telah membuat 15 PSP yang mewakili tipe hutan sekunder, agroforestry dan semak belukar. 2. Provinsi Sumatera Selatan telah membuat 12 PSP yang mewakili hutan alam primer, sekunder, hutan rakyat dan hutan gambut sekunder. 3. Provinsi Sulawesi Utara telah membuat 22 PSP yang mewakili hutan pantai, hutan dataran tinggi, hutan dataran rendah dan hutan lumut. 4. Provinsi Nusa Tenggara Barat telah membuat 22 PSP yang mewakili hutan pantai, hutan dataran tinggi, hutan dataran rendah dan hutan lumut. 5. Provinsi Maluku telah membuat 12 PSP yang mewakili hutan alam primer dan sekunder. Metode Pelaksanaan Pembangunan PSP yaitu 1) Stratifikasi lapangan, 2) Pembangunan PSP, 3) Pengukuran biomasa pada 5 karbon pool: Permukaan atas tanah, permukaan bawah tanah, serasah dan tumbuhan bawah, tanah, dan kayu mati (nekromas). Dari hasil pembangunan PSP di kelima Provinsi dapat diketahui jumlah cadangan karbon terbesar dan terendah yang dimiliki. Cadangan karbon terbesar di Sumatera Barat yaitu di hutan sekunder diikuti dengan agroforestri dan semak belukar. Cadangan karbon terbesar di Sulawesi Utara yaitu di hutan dataran rendah, diikuti dengan cadangan karbon di hutan lumut dan hutan pegunungan. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 19

38 Hutan pantai memiliki cadangan karbon yang paling rendah. Cadangan karbon di Nusa Tenggara Barat terbesar di HKm Santong yaitu di hutan primer, diikuti hutan sekunder dan hutan terdegradasi. Untuk lokasi di KHDTK Rarung, cadangan karbon terbesar terdapat pada plot yang mewakili ekosistem ampupu dan yang terendah pada plot vegetasi campuran. Untuk PSP di lokasi hutan mangrove Jerowaru karbon tertinggi terdapat pada hutan mangrove vegetasi rapat, diikuti hutan mangrove vegetasi sedang dan karbon terendah terdapat di mangrove vegetasi rusak. Cadangan karbon terbesar di Ambon yaitu di hutan primer Pulau Ambon dan karbon terendah di hutan sekunder Pulau Seram. Kegiatan monitoring PSP tahun 2013 akan dilaksanakan dengan sumber pendanaan dari DIPA Puspijak tahun Untuk tahun-tahun berikutnya monitoring PSP diharapkan dapat dilaksanakan oleh pihak terkait dengan pengukuran karbon hutan (Balai Penelitian Kehutanan, Dinas Kehutanan, BPKH, dll.).kegiatan monitoring dan pelaporan PSP pasca FCPF yaitu pada tahun 2015 akan dilakukan setiap 3 tahun sekali. Laporan hasil monitoring PSP tersebut diserahkan kepada para pihak terkait dan Puspijak. Saran-saran yang perlu dilaksanakan terkait dengan pembangunan PSP dan monitoringnya adalah sebagai berikut: 1. Perlu adanya pelatihan tentang pengukuran biomasa hutan di tingkat masyarakat 2. Perlu dilakukan monitoring cadangan karbon hutan secara periodik 3. Perlu melibatkan pengelola kawasan dan masyarakat sekitarnya 4. Perlu membangun PSP di kawasan yang belum terwakili ekosistemnya. 2.3 Program dan Kegiatan Daerah untuk Mencapai Target Penurunan Emisi (Pengalaman Pembangunan Plot Sample Permanent/PSP Pasca 2014 di Provinsi Maluku) Oleh: Ir. Ronny Loppies, M.Sc.F Dari keseluruhan luas kawasan hutan di Maluku, belum seluruhnya dikelola secara baik maka pada kawasan yang tidak terdapat pengelolanya, maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus mengambil peran dalam pengelolaan hutan tersebut, hal ini telah disyaratkan dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan Provinsi Maluku, luas hutan di Maluku sebesar ha (19%), sedangkan luas non hutan sebesar ha (81%). Berdasarkan fungsinya, hutan di Maluku terbagi menjadi lima yaitu hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap dan hutan konversi. Luas hutan di Maluku berdasarkan fungsinya dan Luas hutan per Kabupaten/Kota dapat dilihat pada Gambar berikut. 20 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

39 Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Maluku; Kompilasi: Ronny Loppies Gambar 2. Luas Hutan di Maluku Berdasarkan Fungsi Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Maluku; Kompilasi: Ronny Loppies Gambar 3. Luas Hutan per Kabupaten/Kota di Maluku Sumber: BPKH Wilayah IX Ambon; Kompilasi: Ronny Loppies Gambar 4. Rata-rata deforestasi di Maluku tahun Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 21

40 Laju deforestasi dan degradasi hutan di Provinsi Maluku tahun dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 2. Laju Deforestasi dan Degradasi di Provinsi Maluku Tahun Deforestasi No Kabupaten/Kota Di dalam kawasan hutan (ha) Di luar kawasan hutan/apl (ha) Jumlah luas (ha) Rata-rata (ha/thn) 1 Buru (termasuk Kab. Buru Selatan) Kepulauan Aru Kota Tual Maluku Barat Daya Maluku Tengah Maluku Tenggara Maluku Tenggara Barat Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur Jumlah Sumber: Surat BPKH Wil IX No. S.98/VII-BPKH.IX-3/2011 tgl 17 Feb 2011 Di bawah ini diuraikan tentang Program dan Kegiatan yang telah dan sedang dilaksanakan di Maluku yang meliputi terbentuknya Pokja REDD+, pembuatan PSP pada unit pengelolaan (KPH), tujuan, metodologi dan hasil penelitian Terbentuknya Pokja REDD+ Pembentukan Pokja REDD+ ditetapkan melalui SK Gubernur Nomor 133 Tahun POKJA REDD + Maluku memiliki tujuan melaksanakan koordinasi, integrasi dan fasilitasi implementasi (persiapan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi) kegiatan demonstrasi REDD + dan implementasi skema REDD + di Provinsi dan Kabupaten/Kota seluruh Maluku serta merupakan lembaga mediasi antara pihak provinsi dan kabupaten/kota (sub-nasional) dengan POKJA atau komisi satgas REDD + Nasional dan lembaga-lembaga internasional. Tupoksi kelembagaan Pokja REDD+ di Maluku, yaitu: 1. Mengumpulkan data dasar terkait pengelolaan sumber daya alam di Provinsi Maluku; 22 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

41 2. Menyusun Rencana Aksi Pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, peningkatan stok karbon dan konservasi hutan (REDD + ) termasuk sosialisasi kepada masyarakat di Provinsi Maluku; 3. Mengakomodir dan mengkaji input dari para pihak; 4. Melakukan analisis dan evaluasi secara komprehensif tentang pelaksanaan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, peningkatan stok karbon dan konservasi hutan (REDD + ) termasuk membantu mengevaluasi proposal dan pengambilan keputusan dalam implementasi REDD + ; 5. Membangun dan menyusun skema, strategi, distribusi, pemasaran dan pendanaan REDD + ; 6. Memberikan saran dan masukan kepada Pemda dalam rangka penyusunan kebijakan daerah yang terkait dengan program REDD +. Rencana Aksi Pokja REDD+ di Maluku meliputi Rencana Jangka Pendek dan Rencana Jangka Pendek. Rencana Jangka Pendek terdiri dari lima kegiatan, yaitu: 1. Identifikasi data (data spasial) untuk penentuan kawasan potensi untuk REDD + 2. Peningkatan pemahaman tentang REDD + bagi Pokja REDD + Maluku 3. Membentuk/pendirian baseline 4. Advokasi kebijakan 5. Identifikasi ancaman deforestasi dan degradasi Rencana Jangka Panjang terdiri dari: 1. Local legal framework dan policy 2. Studi mengenai: Mekanisme REDD+; Metodologi; Carbon Measurement; Paymente Distribution; Institution Building; dan Potensi REDD+ pada kategori hutan dan landuse yang berbeda. Organisasi POKJA REDD + Maluku masa bakti tahun , meliputi Dewan Penasehat, Ketua, Wakil Ketua (2), Sekretaris Wakil Sekretaris (2) Sekretariat, Ketua koordinator bidang dan anggota. POKJA REDD + Maluku memiliki 5 bidang pokok sebagai berikut: 1. Bidang I. Kelembagaan dan Kerjasama 2. Bidang II. Pengembangan Metodologi 3. Bidang III. Penguatan Kapasitas dan Komunikasi 4. Bidang IV. MRV & Safeguards 5. Bidang V. Hukum dan Advokasi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 23

42 2.3.2 Pembuatan PSP pada Unit Pengelolaan (KPH) A. KPHP Wae Kawa (Kabupaten SBB) Berdasarkan fungsi kawasan hutan maka lokasi PSP yang dibuat di Pulau Seram berada pada kawasan hutan produksi dan termasuk dalam Kesatuan Pemangkuan Hutan Produksi (KPHP) unit IV Wae Kawa. Sedangkan berdasarkan wilayah pemerintahan lokasi PSP tersebut termasuk dalam wilayah petuanan (lahan masyarakat adat) Negeri / Desa Murnaten Kecamatan Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Wilayah kelola KPH Wae Kawa yang direncanakan dibentuk, meliputi kawasan hutan seluas ,75 Ha. B. KP Kota Ambon (Unit II) Lokasi PSP di Desa Soya, Kota Ambon termasuk dalam wilayah kelola KPH Kota Ambon seluas ,22 Ha. Berdasarkan administrasi pemerintahan, wilayah kelola KPH tersebut masuk dalam wilayah administrasi pemerintahan Kota Ambon. Ditinjau dari komposisi fungsi kawasan hutan, KPH Kota seluruhnya merupakan Hutan Lindung () seluas ,22 Ha yang tercakup dalam 3 (tiga) wilayah Daerah Aliran Sungai yaitu (DAS) Batumerah, DAS Yari dan DAS Hatu. Berdasarkan SK Menhut No. 56/Menhut-II/2010 terdapat 22 Unit KPH di Provinsi Maluku, seperti disajikan pada Tabel berikut. Tabel 3. Penyebaran 22 Unit KPH di Provinsi Maluku No Unit Nama DAS Luas (ha) Tipe KPH Kabupaten/Kota 01 Unit I Wae Mala Wae Koha ,00 KPHP Buru Selatan 02 Unit II Wae Apu Wae Nibe ,00 KPHP Model Buru 03 Unit III *) Wae Tina ,00 KPHP Buru dan Buru Selatan 04 Unit IV Wae Kawa ,00 KPHP Seram Bagian Barat 05 Unit V Wae Tala ,00 KP Seram Bagian Barat 06 Unit VI *) Wae Mala ,00 KPHP Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat 07 Unit VII Wae Sapalewa ,00 KPHP Model Maluku Tengah 08 Unit VIII Wae Tulungarang Wae ,00 KPHP Maluku Tengah Kobi 09 Unit IX Wae Ruatan ,00 KP Maluku Tengah 10 Unit X Wae Bubi ,00 KPHP Seram Bagian Timur 11 Unit XI Wae Bobot -Wae Kaba ,00 KPHP Seram Bagian Timur 12 Unit XII Wae Masiwang ,00 KPHP Seram Bagian Timur 24 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

43 No Unit Nama DAS Luas (ha) Tipe KPH Kabupaten/Kota 13 Unit XIII Wae Hapu ,00 KP Kota Ambon 14 Unit XIV Wae Hapu ,00 KP Kota Ambon 15 Unit XV ,00 KP Kota Tual 16 Unit XVI Maluku Tenggara ,00 KPHP Maluku Tenggara 17 Unit XVII Larat-Ranarmoye ,00 KPHP Maluku Tenggara Barat 18 Unit XVIII Bungai ,00 KPHP Maluku Tenggara Barat 19 Unit XIX Babar-Moa ,00 KPHP Maluku Barat Daya 20 Unit XX Wetar ,00 KPHP Maluku Barat Daya 21 Unit XXI Wokam ,00 KPHP Kepulauan Aru 22 Unit XXII Kobroor-Trangan ,00 KPHP Kepulauan Aru J u m l a h ,00 *) lintas kabupaten C. Merancang Penelitian-Penelitian Mahasiswa 1. Studi Korelasi NDVI Dengan Indeks Kenyamanan Untuk Interpretasi Spasial Ruang Terbuka Hijau (RTH) Menggunakan Data Citra Satelit Landsat-TM Di Kota Ambon, Provinsi Maluku (John Matinahoru, R. Loppies dan Juglens H. Pietersz, 2012) 2. Evaluasi Perkembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Menggunakan Analisis SWOT di Kota Ambon (R. Loppies, C.V. Suhendy, dan M.A. Tuakora, 2012) 3. Inventarisasi Potensi Jenis Tumbuhan Berkayu Pada Wilayah KPH Model Wae Sapalewa Kabupaten Maluku Tengah: Studi Kasus Pada Hutan Alam Desa Roho, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah (R. Loppies, L. Pelupessy dan M. Fauzi, 2012) 4. Analisis Tingkat Kerapatan Vegetasi Menggunakan NDVI Pada Berbagai Ketinggian Tempat dan Kelerengan Di Taman Nasional Manusela (R. Loppies, J.W.Hatulesila dan H. Hamid, 2012) 5. Klasifikasi Penutupan dan Penggunaan Lahan Menggunakan Citra Alos AVNIR-2 Pada Kawasan Hutan Taman Nasional Kabupaten Maluku Tengah (R. Loppies, Jacob H. Pietersz dan S. Sudrajat, 2011) 6. Inventarisasi Potensi Tegakan Pada Areal Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Wae Sapalewa Kecamatan Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah (R. Loppies, Jacob.H. Pietersz dan P.J. Soukotta, 2011) Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 25

44 7. Analisis Deforestasi Di Pulau Saparua dan Pulau Molana Kecamatan Saparua Menggunakan Citra Landsat-7 ETM + (R. Loppies, P.P.E. Papilaya dan Juglans H. Pietersz, 2009) D. Mengikuti Seminar/Workshop/Lokakarya yang Dilaksanakan di Tingkat Internasional, Nasional Maupun Daerah yang Difasilitasi oleh Pustanling-Puspijak-FCPF E. Rencana Pengelolaan PSP Pasca tahun Penempatan PSP pada KPHP Model Wae Apu, Kabupaten Buru 2. Penempatan PSP pada KPHP Model Wae Sapalewa, Kabupaten Maluku Tengah 3. Monitoring dan Pengukuran keberlanjutan PSP di KP Kota Ambon (Unit II) dan KPHP Wae Kawa (Unit IV) 4. Sharing data/integrasi dengan instansi terkait (BPKH Wilayah IX, Dinas Kehutanan Kota dan Kabupaten serta Provinsi, Bappeda) 5. Updating data PSP untuk memantau Perkembangan PSP 6. Mengupayakan dana bantuan luar negeri F. Pendugaan Cadangan Karbon pada Berbagai Tipe Penutupan Lahan di Maluku oleh Ir. Aryanto Boreel, S.Hut, M.Si Menurut data statistik FAO, Indonesia sudah membuang 18,7 miliar ton karbon antara tahun (deforestasi 13,1 miliar ton dan ekspansi lahan pertanian 5,6 miliar ton) ( Data tersebut disajikan pada Gambar 5. Studi terbaru menunjukkan bahwa penebangan hutan menyumbang ± 10% emisi GRK global dari aktivitas manusia ( Saat ini Indonesia berupaya menurunkan emisi CO2 sebesar 26% dari sektor kehutanan, energi dan limbah. Bahkan apabila ada dukungan teknologi dan keuangan internasional, target penurunan emisi diproyeksikan sampai 41%. Beberapa wilayah di Indonesia sudah memulai menduga potensi karbonnya (kelompok riset, dsb). Provinsi Maluku memiliki luas sebesar km 2 (92,4% berupa lautan dan 7,6% berupa daratan). Luas kawasan hutan di Maluku sebesar Ha (81% dari luas daratan). Berdasarkan Kepmenhut RI No. 66/MENHUT-II/2010, provinsi ini memiliki 22 KPH (KP dan KPHP), terdiri dari 5 unit KP dengan luas ± Ha dan 17 unit KPHP dengan luas ± Ha. Direncanakan akan dibangun 102 Permanent Sample Plot (PSP) oleh BPKH Wilayah IX Ambon. Lokasi pembangunan PSP karbon yaitu di KP Unit XIV Negeri Soya (± Ha) dan KPHP Unit IV Wae Kawa Kab. SBB (± Ha). 26 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

45 Gambar 5. Emisi dari Konversi Hutan Sejak Tahun di Beberapa Negara di Dunia Tujuan Tujuan dari kegiatan ini yaitu: 1. Membangun Permanent Sample Plot (PSP) di berbagai tipe hutan di Maluku 2. Menyediakan database carbon stock dan carbon change di Maluku 3. Mendiskusikan langkah-langkah tindak lanjut proses penguatan kelembagaan REDD + di Maluku Metodologi Deskripsi Lokasi dan Spesifikasi PSP KPHP Unit IV Wae Kawa di Desa Murnaten dan PSP KP Unit XIV Kota Ambon disajikan pada Tabel 4. Peta lokasi pembuatan PSP karbon pada KPHP Unit IV Kabupaten Seram Bagian Barat dan KP Unit XIV kota Ambon dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 27

46 Tabel 4. Deskripsi lokasi dan Spesifikasi PSP KPHP Unit IV Wae Kawa di Desa Murnaten dan PSP KP Unit XIV Kota Ambon Lokasi KPHP Unit IV Wae Kawa KP Unit XIV Kota Ambon Wilayah Pemerintahan Administrasi Pemerintahan Fungsi Kawasan Petuanan negeri Murnaten Kecamatan Taniwel Kab. SBB Administrasi Kabupaten Seram Bagian Barat Hutan Produksi (3.552,38 Ha) Hutan Produksi Terbatas (79.306,92 Ha) Hutan Lindung (60.508,45 Ha) - Administrasi Kota Ambon Hutan Lindung (10.967,22 Ha) Kondisi Topografi Landai Bergelombang Datar Curam Kelerengan Mencapai 45% > 45% Ketinggian Tempat m dpl m dpl (Hasil pengukuran Lapangan) Riwayat Tutupan Lahan Hutan Primer Hutan Primer Tipe Ekosistem - Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah Gambar 6. Peta Lokasi Pembuatan PSP Karbon pada KPHP Unit IV Kabupaten Seram Bagian Barat 28 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

47 Gambar 7. Peta Lokasi Pembuatan PSP Karbon pada KP Unit XIV Kota Ambon Untuk pengukuran karbon hutan di lapangan, mengacu pada Standard Pengukuran dan Penghitungan Cadangan Karbon Hutan - Pengukuran Lapangan (SNI 7724:2011) yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan. Lima sumber karbon yang diukur dalam pengukuran karbon hutan dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 8. Five Carbon Pools Defined by COP 9 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 29

48 2.3.5 Hasil Penelitian Hasil analisis hubungan antara jumlah individu dan biomassa menurut strata hutan di sajikan pada Gambar 9. Jumlah C-tersimpan menurut strata hutan di KPHP Unit IV Wae Kawa dan KP Unit XIV Kota Ambon dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11. Hubungan antara diameter pohon (cm) dengan kandungan biomassa (kg) dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 9. Hubungan Antara Jumlah Individu dan Biomassa Menurut Strata Hutan Gambar 10. Jumlah C-Tersimpan Menurut Strata Hutan di KPHP Unit IV Wae Kawa 30 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

49 Gambar 11. Jumlah C-tersimpan Menurut Strata Hutan di KP Unit XIV Kota Ambon Tabel 5. Jumlah C-tersimpan Menurut Strata Hutan Tipe Hutan Jumlah C tersimpan (ton/ha) Badan Litbang Kehutanan (2010) Hasil Penelitian (2012) Hutan alam primer dataran rendah 230,10 264,70 201,06 241,62 1) 432,78 472,78 2) Hutan Sekunder dataran rendah 113,20 175,15 201,94 1) 239,98 260,22 2) Keterangan: 1) KPHP Unit IV Wae Kawa; 2) KP Unit XIV kota Ambon Gambar 12. Hubungan Antara Diameter Pohon (cm) dan Kandungan Biomassa (kg) Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 31

50 Jenis vegetasi yang ditemukan di lokasi penelitian (KPHP Unit IV Wae Kawa dan KP Unit XIV Kota Ambon) dapat dilihat pada Tebel berikut Jenis Vegetasi Tabel 6. Jenis Vegetasi yang Ditemukan di Lokasi Penelitian (KPHP Unit IV Wae Kawa) Str. Hutan Primer Str. Hutan Sekunder Nama Jenis Lokal Nama Ilmiah N Nama Jenis Lokal Nama Ilmiah N Belo Hitam Dyospiros spp 4 Belo Hitam Dyospiros spp 13 Bintanggur Callophyllum soulastri 15 Bintanggur allophyllum soulastri 8 CL 1 Cempedak Hutan Artocarphus spp 1 Eugenia Eugenia spp 14 Eugenia Eugenia spp 18 Jambu Hutan Eugenia spp 1 Kayu Mata 1 Kayu Burung Eleocarpus spairicus 2 Kayu Raja 3 Kayu Lesek 1 Langsat Hutan Aglaia silvestris 6 Kayu Mas 1 L olang 2 Ketapang Hutan Terminalia spp 1 Nesat Nauclea philipinensis 1 Kikir Calamus spp 1 Pala Hutan Myristica spp 7 Koputi 1 Pulai Batu Alstonia spectabilis 1 Lagerstomia sp Lagerstomia sp 1 Samar Homalium voetidum 1 Langsat Hutan Aglaia silvestris 4 Siki Palaqium spp 2 Lassa Adinia vagifolia Val 4 Ulumutule 2 Nangka Hutan Arthocarpus spp 2 Pala Hutan Myristica spp 4 Pulai Batu Alstonia spectabilis 1 Samar Homalium voetidum 1 Tabel 7. Jenis Vegetasi yang Ditemukan Di Lokasi Penelitian (KP Unit XIV Kota Ambon) Str. Hutan Primer Str. Hutan Sekunder Nama Jenis Lokal Nama Ilmiah N Nama Jenis Lokal Nama Ilmiah N Agathis Agathis Alba 8 Agathis Agathis Alba 7 Bintanggor hutan Callophyllum soulastri 29 Bintanggor hutan Callophyllum soulastri 30 Cempada hutan Artocarphus spp 5 Cempeda Hutan Artocarphus spp 1 Cengkeh Eugenia spp 1 katapang hutan Terminalia spp 5 32 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

51 Str. Hutan Primer Str. Hutan Sekunder Nama Jenis Lokal Nama Ilmiah N Nama Jenis Lokal Nama Ilmiah N Gayang Hutan Inocarpus fagiferus 2 Kayu merah Eugenia cumini 15 Katapang Hutan Terminalia spp 1 Kayu Sageru Callophyllum spp 2 Kayu merah Eugenia cumini 29 Mangga hutan Ganua motleyana 23 Kayu Sageru Callophyllum spp 4 Manggis hutan Garcinia sp 1 Kayu sisir Koordesidendron pinnatum 1 Nanari Canarium Sylvestre 1 Gaertn Makila Litsa angulata 7 Nani Meterosideros vera 10 Mangga hutan Ganua motleyana 1 Pala hutan Myristica spp 3 Manggis Garcinia sp 2 Palaka Octomeles sumatrana 1 Nanari Canarium Sylvestre Gaertn 2 Siki Palaqium spp 2 Nani Meterosideros vera 14 Taheru Eugenia sp 41 Pala hutan Myristica spp 6 Samar Homalium voetidum 5 Siki Palaqium spp 12 Taheru Eugenia sp 18 Tawang Pometia pinnata Forst Kandungan Biomassa dan Jumlah Karbon Estimasi kandungan biomassa dan jumlah C-tersimpan di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8. Estimasi Kandungan Biomassa di Lokasi Penelitian BIOMASSA (ton/ha) No Tipe Hutan Atas Bawah Permukaan Permukaan Serasah Nekromassa Total KPHP Unit IV Wae Kawa Desa Murnaten Kab. SBB 1 Hutan Primer Dataran Rendah Hutan Sekunder Dataran KP Unit XIV Desa Soya Kota Ambon 1 Hutan Primer Dataran Rendah Hutan Sekunder Dataran Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 33

52 Tabel 9. Estimasi Jumlah C-tersimpan di Lokasi Penelitian C-tersimpan (ton/ha) No Tipe Hutan Atas Permukaan Bawah Permukaan Serasah Nekromassa Tanah Total KPHP Unit IV Wae Kawa Desa Murnaten Kab. SBB 1 Hutan Primer Dataran Rendah Hutan Sekunder Dataran KP Unit XIV Desa Soya Kota Ambon 1 Hutan Primer Dataran Rendah Hutan Sekunder Dataran Aktivitas PSP-karbon Gambaran aktivitas PSP-Karbon di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar berikut. Gambar 13. Aktivitas Tim PSP-Karbon (KPHP Unit IV Wae Kawa) 34 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

53 Gambar 14. Aktivitas Tim PSP-Karbon (KP Unit XIV Kota Ambon) 2.4 Data dan Informasi untuk Mendukung Sistem Perhitungan Karbon Nasional Oleh: Ir. Ronny Loppies, M.Sc.F Dalam implementasi REDD+ terdapat empat prasyarat utama yang perlu dipenuhi, yaitu:1) Tersusunnya Strategi Nasional; 2) Tersedianya Baseline/Reference Level (RL)/Reference Emission Level (REL); 3) Tersedianya sistem penghitungan dan pelaporan Stok Karbon beserta perubahannya yg dapat diverifikasi (MRV) dan 4) Sistem Informasi Safeguards (SIS). Metode Penghitungan Karbon hutan di Indonesia telah memiliki dua standard, yaitu Standard Pengukuran dan Penghitungan Cadangan Karbon Hutan-Pengukuran Lapangan (SNI 7724:2011) dan Standar Nasional Penyusunan Persamaam Allometrik utk penaksiran Cadangan Karbon Hutan berdasarkan pengukuran lapangan (SNI 7725:2011). INCAS (The Indonesian National Carbon Accounting System) merupakan suatu sistem operasional seperti dijelaskan dalam Gambar berikut. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 35

54 Gambar 15. INCAS (The Indonesian National Carbon Accounting System) Hal-hal yang dapat dilakukan oleh program INCAS / Remote Sensing, yaitu: 1. Mendapatkan dan mengelola data spasial yang ada termasuk peta tipe hutan, tanah gambut, elevasi, kemiringan, curah hujan, batas administratif; 2. Membantu ahli INCAS untuk mempersiapkan data spasial dan analisis spasial yang diperlukan untuk INCAS. 3. Penghubung dengan Badan Antariksa Nasional Indonesia (LAPAN) untuk memperoleh output perubahan tutupan lahan dalam format yang sesuai. 4. Menganalisis data penginderaan jauh untuk membedakan hutan yang tidak terganggu dan hutan yang terganggu; 5. Memanipulasi data spasial untuk mendukung analisis biomassa 6. Mengembangkan peta biomassa digital yang menunjukkan lokasi spasial batas kelas biomassa; 7. Mengembangkan peta perubahan tahunan yang disebabkan oleh manusia di daerah format dengan kelas biomassa. 8. Menghitung bidang perubahan tahunan kelas biomassa 9. Menyediakan data output diperlukan format, dan; 10. Membantu tugas-tugas lain yang diperlukan selama periode kontrak Tiga bidang utama yang didukung oleh Program INCAS yaitu: 1. Menentukan ukuran dan lokasi dari perubahan tutupan lahan tahunan di seluruh Indonesia; 2. Memperkirakan perubahan biomassa pada daerah-daerah tersebut; 36 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

55 3. Menerapkan model karbon untuk menganalisis perubahan tutupan lahan dan kegiatan kehutanan yang menyebabkannya, dalam rangka untuk memperkirakan emisi dari hutan di Indonesia. Terkait dengan aplikasi dalam pengukuran karbon, Kementerian Kehutanan telah menyusun monograf model-model alometrik untuk pendugaan biomassa pohon pada berbagai tipe ekosistem hutan di Indonesia. Data dan Informasi dari Pengukuran Karbon: 1. Fungsi hutan sebagai penyerap karbon, informasi mengenai jumlah karbon yang disimpan oleh suatu kawasan hutan (stok karbon) menjadi penting. Informasi tentang besarnya karbon yang dapat diturunkan atau diserap dapat diperoleh dengan cara konvensional, akan tetapi cara ini membutuhkan waktu lama, biaya besar dan belum mampu mengimbangi permintaan informasi yang cepat dan akurat apabila dalam skala intensitas yang lebih tinggi. 2. Pengukuran secara langsung di lapangan membutuhkan biaya yang besar, sehingga penggunaan citra satelit mulai dipertimbangkan. Citra satelit dapat digunakan untuk mengetahui struktur tajuk dan akumulasi biomassa. Beberapa studi menunjukkan bahwa data penginderaan jauh yang diperoleh dari beberapa sensor dengan skala yang berbeda dapat secara langsung maupun secara tidak langsung. 3. Penginderaan jauh digunakan untuk pengukuran biomassa hutan di atas permukaan tanah atau sifat bentang lahan (landscape) lainnya pada skala yang sesuai dengan tujuan dan batasan studinya. Penelitian yang banyak dilakukan pada masa kini memperlihatkan bahwa penginderaan jauh dapat mengamati penutupan lahan dan faktor lainnya secara akurat. 4. Pendekatan dengan penginderaan jauh dapat juga dilakukan untuk pengawasan multitemporal pada sebuah bentang lahan dan memberikan data tentang ekosistem dan sifat-sifatnya. Sejalan dengan perkembangan teknologi penginderaan jauh (remote sensing) satelit yang ada cukup memadai untuk memantau kondisi terkini tentang sumber daya alam, diantaranya Landsat TM. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 37

56

57 BAB 3 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 39

58

59 3.1 Integrasi NFI ke Dalam Sistem Monitoring Karbon Hutan yang Akan Dibangun di Provinsi Maluku Oleh: Dr. Ernawati, M.Sc Invetarisasi Hutan nasional (NFI) merupakan kegiatan untuk memperoleh data tentang kondisi sumberdaya hutan di tingkat nasional, yang mencakup perubahan penutupan/penggunaan lahan, potensi SDH, pertumbuhan riap, analisis citra digital serta pemetaannya. Hasil kegiatan NFI dapat membantu pemantauan karbon hutan, baik tingkat nasional maupun provinsi. Data NFI tersebut perlu diintegrasikan dengan Sistem Monitoring Karbon Hutan di tingkat provinsi Investasi Hutan Nasional (NFI) NFI Terdiri dari 3 komponen pokok yaitu 1. Penaksiran /penilaian SDH (Forest Resource Assessment), 2. Pemantauan SDH (Forest Resource Monitoring) dan 3. Pemetaan SDH (Forest Resource Mapping/GIS/DIAS) Penaksiran/Penilaian SDH Dilakukan dengan membuat Permanent Sample Plot (PSP) dan Temporary Sample Plot (TSP). Tujuannya adalah a) untuk TSP: Pendugaan potensi sumberdaya hutan (volume, kondisi tegakan, distribusi dan keanekaragaman jenis). b) dan untuk PSP: Pemantauan perubahan SDH dan Riap pertumbuhan. Letak dari penaksiran/penilain SDH ada di seluruh kawasan hutan, prioritas pada ketinggian dibawah 1000 m dpl, pada hutan lahan kering dataran rendah, rawa, dan mangrove dan tersebar sistematik ( 20 km x 20 km). Gambar 16. Proses Data TSP/PSP Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 41

60 Gambar 17. Peta Klaster NFI di Ambon Gambar 18. Posisi Klaster di Maluku 42 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

61 Posisi Klaster di Maluku dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 10. Posisi Klaster di Propinsi Maluku No No Klaster Provinsi Pengukuran Ke Jumlah GRID Maluku km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku 0 20 km x 20 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku 0 20 km x 20 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku km x 20 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku km x 20 km Maluku km x 5 km Maluku km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 20 km Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 43

62 No No Klaster Provinsi Pengukuran Ke Jumlah GRID Maluku km x 20 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku km x 20 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku km x 10 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 5 km Maluku km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 10 km 44 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

63 No No Klaster Provinsi Pengukuran Ke Jumlah GRID Maluku km x 20 km Maluku km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 5 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 10 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 5 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 5 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 45

64 No No Klaster Provinsi Pengukuran Ke Jumlah GRID Maluku km x 20 km Maluku km x 5 km Maluku km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku km x 10 km Gambar 19. Proses Penafsiran Penutupan Lahan Pemantauan SDH (Forest Resource Monitoring) 1. Bertujuan untuk menyediakan data spasial (data citra) penutupan/penggunaan lahan dengan bantuan teknologi penginderaan jauh. 2. Citra Satelit yang terutama digunakan ialah Citra Landsat 7 ETM Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

65 3. Penafsiran dilaksanakan setiap 3 tahun (2000 sd 2009), setiap tahun (2011 dst). 4. Penutupan/Penggunaan Lahan: 23 kelas. (Hutan: 7, Non Hutan:15) Pemetaan SDH (Forest Resource Mapping/GIS/DIAS) 1. Menganalisis dan memetakan tutupan hutan serta menghitung/ rekalkulasi dan memetakan deforestasi dan degradasi hutan 2. Pemetaan dengan skala 1: Tabel 11. Titik Panas (Hotspot) untuk Setiap Kabupaten di Kepulauan Maluku Provinsi Jumlah Kabupaten Jumlah Maluku 1169 Buru 223 Maluku Utara 267 Halmahera Barat 58 Halmahera Selatan 2 Halmahera Tengah 4 Halmahera Timur 5 Halmahera Utara 139 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 47

66 Provinsi Jumlah Kabupaten Jumlah Kepulauan Aru 55 Kepulauan Morotai 7 Kepulauan Sula 14 Kota Ambon 34 Kota Ternate 37 Kota Tidore 2 Maluku Tengah 234 Maluku Tenggara Barat 572 Seram Bagian Barat 26 Seram Bagian Timur 24 Total 1436 Total 1436 Tabel 12. Titik panas (Hotspot) di Kawasan dan Penutupan Lahan Kawasan Kode Jumlah Penutupan Lahan Kode Jumlah Hutan Lahan Kering Primer KSA/KPA Hutan Lahan Kering Sekunder HP Belukar HPT Permukiman HPK Tanah Ternuka APL Padang Rumput/Savana Hutan Mangrove Sekunder Hutan Rawa Sekunder Pertanian Lahan Kering PLK campur Semak Sawah Tambak Transmigrasi Total 1436 Total Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

67 Tabel 13. Titik Panas (Hotspot) di Kawasan Unit Pengelola IUPHHK_HA Jumlah IUPHHK_HT Jumlah PT. Nusa Padma Corporation 2 PT.Jati Cakrawala 17 PT. TUNGGAL AGATHIS 1 PT.Sentosa Pratama 17 PT.Karya Jaya Berdikari 11 PT.WAENIBE WOOD INDUSTRIES 5 PT.Maluku Sentosa 2 PT.Poleko Yurbarson Trad. 2 PT.Widuri Utama Timber 12 Total 30 Total Sistem Pemantauan Hutan Nasional (NFMS) Latar Belakang Pengembangan SPHN (NFMS) Tahap-tahap kebijakan pengembangan pemantauan Hutan nasional dapat digambarkan sebgai berikut: 1. Cancun Agreements (COP 16 Tahun 2010) 2. Section at Decision 1/CP.16 (I) 3. Developing Country Parties a. National strateg y/action plan b. National forest reference emission level/reference level c. Develop modalities on robust and transparent national forest monitoring system (NFMS) d. System Information Safeguards Sistem Pemantauan Hutan Nasional Indonesia Sistem Pemantauan Hutan Nasional Indonesia dibangun berdasarkan keputusan Cancun Agreements. Data yang tersedia antara lain: 1. Batas NKRI 2. Penutupan/Penggunaan Lahan (2000, 2003, 2006, 2009, 2011) 3. Laju Deforestasi ( , , ) 4. Penyebaran PSP/TSP 5. Peta Citra Satelit (Landsat 2009 & 2011, MODIS) Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 49

68 Sistem ini memilki Buku Tamu dan sejalan dengan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Sitem ditampilkan secara on line: sebagai berikut: Pengembangan Sistem Monitoring Karbon Hutan Provinsi Maluku Sistem monitoring bertujuan memantau emisi, serapan dan sediaan/stock karbon yang berasal dari hutan (5 CPs?) di Provinsi Maluku. Acuannya adalah RAD Penurunan Emisi GRK Prov. Maluku. Kegiatnnya dilaksanakan setiap tahun selama Untuk itu diperlukan kesiapan SDM, perangkat keras, perangkat lunak, data, prosedur dan keterlibatan masyarakat. Diharapkan sistem Mengintegrasikan seluruh data yang diperlukan. 50 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

69 Gambar 20. Skema Pengembangan SMKH Provinsi Maluku Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 51

70 3.1.6 Integrasi NFI PSP Balitbanghut - SMKH Maluku Tujuan pengintergrasian NFI adalah tersedianya satu data/informasi mengenai karbon hutan di Provinsi Maluku yang lengkap, akurat, tepat waktu serta diacu bersama oleh semua instansi dan masyarakat. Tahapannya adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi Kebutuhan Data 2. Identifikasi Ketersediaan Data 3. Sinkronisasi Data (Format, Periodisasi dll). 4. Pengolahan/Analisis Data 5. Pelaporan dan Penyajian Data/Informasi Untuk butir 1 dan 2 di atas identifikasi kebutuhan & ketersediaan data adalah sebagai berikut: Tabel 14. Identifikasi Kebutuhan dan Ketersediaan Data No. Kebutuhan Data Pokok SMKH Prov. Maluku NFI PSP Balitbanghut Ketersediaan Data Sumber Lain 1 Wil. Administrasi Pemerintahan - - Pemda Prov/Kab. 2 Status Kawasan Hutan V V BPKH Ambon 3 Penutupan/Penggunaan Lahan V V LAPAN/INCAS 4 Tipe Vegetasi/Ekosistem (termasuk HKm, Agroforestri dll) - V LIPI (?) 5 Potensi SDH V Pertumbuhan pohon V V - 7 Cadangan Biomasa (5 CPs) - V - 8 Cadangan Karbon (5 CPs) - V - 9 Deforestasi & Degradasi V Reforestasi/Revegetasi V - BPDAS PROV. Maluku 11 Kebakaran Hutan/Titik panas - - Kemhut Pusat, Dishut Prov/Kab. TNGR, BKSDA Prov. Maluku 12 Perambahan kawasan/ladang berpindah - - s.d.a. 13 Penebangan Liar - - s.d.a. 14 Jenis tanah - - Kemtan/BBPSDLP 52 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

71 Kelas Ekosistem/Tipe Vegetasi dan Kelas Penutupan Lahan Pengolahan dan analisis data yang terkumpul meliputi pendugaan cadangan karbon dan pendugaan emisi karbon sebagaimana digambarkan sebagai berikut: Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 53

72 Pelaporan dan Penyajian Data/Informasi dilaksanakan oleh Instansi berwenang yaitu BAPPEDA Prov. Maluku. Periode lamporan adalah satu tahun sekali. Cara penyajian adalah berupa cetakan dan digital/media on line ( Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan SMKH Provinsi dapat digambarkan sebagi berikut: Penutup Keberhasilan Integrasi NFI dengan Sistem Monitoring Karbon Hutan di Provinsi Maluku memerlukan komitmen dan dedikasi yang tinggi dari semua pihak yang terlibat. Komitmen dan dedikasi tersebut akan tercermin dari kordinasi dan sinkronisasi data/informasi, baik lintas sektor pembangunan maupun lintas adminstrasi pemerintahan (instansi vertikal dan dinas otonom). 3.2 Potensi Aplikasi LUWES dan REDD-ABACUS sebagai Sistem Monitoring Karbon Hutan dalam rangka Mendukung Perencanaan Tatagunan Lahan untuk Pembangunan Rendah Emisi oleh: Rachman Pasha, S.Hut, M.Si dan Degi Harja Asmara, S.Si Meningkatnya aktivitas manusia yang menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca diyakini sebagai penyebab utama terjadinya perubahan iklim. 54 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

73 Kehutanan menjadi salah satu sektor yang menyumbang emisi gas rumah kaca melalui tata guna lahan, perubahan tata guna lahan dan kehutanan (land use, land use change and forestry-lulucf) khususnya deforestasi hutan tropis. Pemerintah Indonesia Indonesia memiliki komitmen antara lain: 1. Komitmen penurunan emisi sebesar 26% pada tahun 2020 secara swadaya dan 41% dengan bantuan internasional 2. REDD+ adalah program nasional dengan implementasi pada tingkat sub-nasional 3. Target pertumbuhan ekonomi sebesar 7% Gambar 21. Skema Penurunan Emisi REDD+ dan NAMA dari Sektor Lahan 1. Lingkup kegiatan harus menyeluruh dan menyatu Contoh: sektor berbasis lahan 2. Kedua skema harus mampu memperlihatkan performa yang terukur misalnya melalui kesepakatan sistem MRV 3. Menggunakan beberapa sistem pendanaan 4. Melalui beberapa program dan aktivitas implementasi 5. Menggunakan beberapa bentuk institusi 6. Berlandaskan beberapa peraturan dan kebijakan nasional dan sub-nasional Untuk mendukung sinergitas dalam mendukung penurunan emisi nasional maka diperlukan integrasi antara REDD+ dan NAMA berbasis lahan pada tahap perencanaan penggunaan lahan untuk pembangunan yang rendah emisi pada tingkat lokal (propinsi dan kabupaten). Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 55

74 3.2.2 Cara Merencanakan Penggunaan Lahan (Aktivitas Pembangunan) yang Rendah Emisi Untuk membuat perencanaan penggunaan lahan yang rendah emisi, maka tahapan dan proses yang dilakukan adalah sebagai berikut: Gambar 22. Perencanaan Penggunaan Lahan (aktivitas pembangunan) yang Rendah Emisi Perencanaan Penggunaan Lahan yang Terintegrasi dengan Menggunakan LUWES Land Use Planning for LoW Emission Development Strateg y (LUWES) atau Perencanaan Penggunaan Lahan Untuk Pembangunan Rendah Emisi. Pengertian LUWES adalah kerangka kerja untuk membuat/menghasilkan produk perencanaan pembangunan yang mampu meminimalisasi emisi gas rumah kaca dengan tetap mempertahankan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. Menawarkan prinsip, langkah dan alat (termasuk perangkat lunak-abacus SP) untuk membantu multipihak agar bisa bernegosiasi dalam merencanakan penggunaan lahan melalui skenario penurunan emisi yang dibuat bersama. LUWES inklusif, integratif dan berbasis data yang terkini dan sahih 56 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

75 Manfaat penggunaan LUWES antara lain: 1. Bagaimana memahami tipologi rencana aktivitas pembangunan dan tingkat emisinya? 2. Bagaimana membangun strategi pembangunan rendah emisi? 3. Bagaimana menghitung emisi? 4. Bagaimana mengetahui implikasi rencana pembangunan terhadap tingkat emisi? 5. Bagaimana mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi sekaligus menurunkan emisi? Berdasarkan pengertian dan manfaat LUWES diatas, maka perencanaan penggunaan lahan yang terintegrasi dengan menggunakan LUWES adalah sebagai berikut: Gambar 23. Perencanaan Penggunaan Lahan yang Terintegrasi dengan Menggunakan LUWES Langkah-langkah Dalam LUWES terdiri dari 6 tahapan antara lain sebagai berikut: Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 57

76 Gambar 24. Tahapan LUWES Tahapan dalam LUWES dapat dijelaskan secara mendetail mulai tahap 1 hingga tahap ke 6, di bawah ini Tahap 1: Membangun Unit Perencanaan Tahap ini memiliki tujuan: memahami struktur kegiatan pembangunan di sebuah daerah melalui pemahaman mengenai skala prioritas berdasarkan kebutuhan, sektor basis dan potensi Gambar 25. Bagan Alur Membangun Unit Perencanaan 58 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

77 Tahap 2: Mengkuantifikasi Perubahan Penggunaan Lahan dan Emisi di Masa Lampau Tahapan ini memiliki tujuan untuk memahami perubahan penggunaan lahan di suatu bentang lahan dalam kurun waktu tertentu serta Mengestimasi emisi di masa lampau. Sedangkan pendekatan perhitungan emisi berdasarkan IPCC dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 26. Pendekatan Perhitungan Emisi (IPCC) Beberapa istilah dalam kuantifikasi perubahan lahan 1. Penggunaan lahan (land use) mengacu kepada aktifitas manusia pada lahan tertentu 2. Tutupan lahan (land cover) mengacu pada tipe vegetasi yang ada pada lahan tertentu 3. Zonasi mengacu pada zonasi biofisik atau kebijakan yang mempengaruhi tutupan dan pengelolaan lahan 4. Sistem pengunaan lahan (SPL) menggabungkan ketiganya, termasuk siklus perubahan vegetasi dan aktifitas pengelolaan (penanaman, pemanenan) Data Aktivitas Interpretasi citra satelit menjadi peta tutupan/penggunaan lahan dalam berbagai titik waktu: 1. Pemilihan citra 2. Penentuan legenda/skema klasifikasi 3. Metodologi interpretasi 4. Ground truthing 5. Accuracy assessment Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 59

78 Gambar 27. Data Aktivitas Tutupan Penggunaan Lahan Tahun 1989,1997,2001 dan 2004 Analisa perubahan tutupan dan penggunaan lahan: 1. Pemetaan penggunaan lahan dan tutupan lahan pada titik waktu yang berbeda 2. Identifikasi perubahan pada lokasi yang sama pada kurun waktu yang berbeda 3. Penghitungan area masing-masing kelas perubahan 4. Analisa statistik untuk mengubah menjadi data aktivitas Analisa perubahan tutupan lahan didasarkan pada tipologi tutupan setiap lahan seperti gambar berikut: Gambar 28. Analisa Perubahan Tutupan Lahan Berdasarkan Tipologi 60 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

79 Analisa perubahan penggunaan lahan Untuk melihat perubahan penggunaan lahan dengan lebih jelas, dapat dilihat secara visual seperti gambar di bawah ini. Gambar 29. Analisa Perubahan Tutupan Lahan Tahun Contoh matriks perubahan lahan dari tahun 1990 hingga tahun 2000 dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 15. Matrik Perubahan Lahan Matriks Perubahan Lahan (ha) 2000 Hutan Kebun Sawah Pemukiman 1990 Hutan Kebun Sawah Pemukiman Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 61

80 Tabel matrik perubahan lahan meliputi 4 kelas yaitu hutan, kebun, sawah dan pemukiman. Berdasarkan tabel di atas, contoh 1 pada kolom 1 dan baris 1 menunjukkan angka 100 bahwa tidak ada perubahan luas kawasan hutan (kawasan hutan tetap 100 ha). Contoh kedua, baris 1 kolom 2, terdapat perubahan luas kawasan hutan menjadi kebun seluas 50 ha. Keterkaitan Sistem Penggunaan Lahan dengan cadangan karbon 1. Jenis vegetasi yang membentuk tutupan lahan menentukan besarnya cadangan karbon dan kemampuannya dalam menambat karbon 2. Aktivitas dalam sebuah tipe penggunaan lahan umumnya berpengaruh pada perubahan cadangan karbon (emisi atau penambatan karbon) 3. Sistem pengunaan lahan panjang rotasi dan tipe mempengaruhi rata-rata cadangan karbon (time-averaged C-stock) Estimasi Emisi Untuk menentukan estimasi emisi dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut: Gambar 30. Penentuan Perhitungan Emisi Karbon Definisi faktor emisi yaitu: 1. Perubahan cadangan karbon per unit area per satuan waktu 2. Seluruh carbon pool: biomasa di atas tanah, biomasa di bawah tanah, nekromasa, serasah, tanah. 62 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

81 3. Untuk biomassa di atas tanah, untuk Tier 3 diperlukan plot sampling, PSP, plot inventory, dan pemodelan alometr Metode Pengukuran lapangan Metode pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan 3 tahapan yaitu pengukuran biomassa, nekromassa dan analisa tanah, seperti terlihat pada gambar dibawah ini: Gambar 31. Metode Pengukuran di Lapangan Berdasarkan pengukuran di lapangan, maka sebaran pohon dan C-stock dalam suatu plot sampling (pada tahun 1998 dan 1992) dapat dilihat pada gambar berikut: Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 63

82 Gambar 32. Sebaran Pohon dan C-stock dalam Suatu Plot Sampling Konsep Time-averaged C-stock dari Sistem Penggunaan Lahan dapat dijelas berdasarkan gambar berikut. Gambar 33. Konsep Time-averaged C-stock dari Sistem Penggunaan Lahan 64 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

83 Time averaged C-stock dari berbagai sistem penggunaan lahan dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 34. Time-averaged C-stock dari Berbagai Sistem Penggunaan Lahan Tahap 3: Membangun Skenario Baseline Tahap ini memiliki tujuan untuk memahami alokasi rencana pembangunan dan memahami konsekuensinya dari sisi biofisik dan kebijakan keruangan Untuk membangun skenario baseline didekati dengan metodologi antara lain historical, adjusted historical dan forward looking. Gambar 35. Opsi Skenario Penentuan Baseline Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 65

84 Tahap 4: Membangun Skenario Pembangunan Rendah Emisi/Mitigasi dan Estimasi Emisi Tahap ini memiliki tujuan yaitu memahami konsekuensi pelaksanaan rencanarencana pembangunan terhadap tingkat emisi gas rumah kaca. Untuk melihat contoh skenario mitigasi dilihat pada tebel dibawah ini. Tabel 16. Contoh Skenario Mitigasi Planning Zone Unit 1 Protected Forest 2 Protection Forest 3 Production Forest, nonpermit 4 Production Forest, HTI 5 Production Forest, HPH Scenario1: REDD+Moratorium Reduce deforestation to half from 2005_2010 in LOF, to zero in UF, rehabilitate 10% of non forest Reduce deforestation to half from 2005_2010 in LOF, to zero in UF, rehabilitate 10% of non forest Reduce deforestation to half from 2005_2010 in LOF, to zero in UF, rehabilitate 10% of non forest Stop clear cut, only planting to mono tree Logging in the next years (only LOF HD, LOF HD to LOF LD, LOF LD to Shrub) Scenario2: REALU Reduce deforestation to half from 2005_2010 in LOF, to zero in UF, rehabilitate 10% of non forest, log low to high, high to UF 10% Reduce deforestation to half from 2005_2010 in LOF, to zero in UF, rehabilitate 10% of non forest Reduce deforestation to half from 2005_2010 in LOF, to zero in UF, rehabilitate 10% of non forest Stop clear cut, only planting Logging in the next years (only LOF HD, LOF HD to LOF LD) Tahap 5: Memilih Skenario Terbaik Melalui Negosiasi dan Iterasi (Pengulangan) Tujuan Menyusun strategi pembangunan yang rendah emisi dengan tetap mempertahankan keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi. 66 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

85 Gambar 36. Tradeoffs Sistem Penggunaan Lahan Hutan alam, di bagian kanan bawah, memiliki stok karbon tinggi tetapi profitabilitas rendah. Sebaliknya tanaman pertanian memiliki karbon rendah dan profitabilitas tinggi. Beberapa penggunaan lahan, seperti extensive crops dan pemeliharaan ternak dalam contoh ini, tidak mewakili trade off karena memiliki karbon dan profitabilitas yang rendah. Sangat sulit untuk menemukan contoh penggunaan lahan dimana memiliki karbon dan laba yang tinggi secara bersamaan, sebagaimana ditunjukkan gambar berikut. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 67

86 Gambar 37. Pemilihan Scenario Pembangunan Berdasarkan NPV Tahap 6: Rencana Tindak Lanjut (RTL) Tujuan tahap ini untuk menyusun strategi pembangunan rendah emisi yang dapat mengakomodir pandangan dan persepsi lokal dari segi teknis, tersedianya kelembagaan Pembangunan Rendah Emisi dan terciptanya sistem Monitoring dan Evaluasi implementasi pembangunan rendah emisi. Gambar 38. LUWES inklusif, integratif dan berbasis Data yang Terkini dan Sahih 68 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

87 3.3 Strategi Monitoring Psp dan Peluang Pengintegrasian Kegiatan dengan PSP Lain di Provinsi Maluku Oleh: Anwar, S.Hut, M.Si UU 41 Tahun 1999, tentang Kehutanan menyatakan bahawa hutan adalah a) Karunia & amanah Tuhan YME, b) Kekayaan yang dikuasai negara, c) Berguna bagi Manusia wajib disyukuri & diurus, dimanfaatkan secara optimal, d) Dijaga kelestariannya, sebesar-besar kemakmuran rakyat generasi sekarang & nanti. Pada Pasal 4 ayat 2 wewenang mengurus kepada pemerintah. Pengurusan hutan meliputi: 1. Perencanaan Kehutanan 2. Pengelolaan Hutan 3. Litbangdiklatluh kehutanan 4. Pengawasan Sehubungan perencanaan Kehutanan meliputi a) Inventarisasi Hutan b) Pengukuhan Kawasan Hutan c) Penatagunaan Kawasan Hutan d) Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan e) Penyusunan Rencana Kehutanan. Dalam hal ini inventarisasi Hutan untuk: 1. Mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang sumber daya, potensi kekayaan alam hutan, serta lingkungannya secara lengkap. 2. Hasilnya a.l. Untuk dasar pengukuhan kawasan hutan, Penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan, Penyusunan Rencana Kehutanan, dan Sistem Informasi Kehutanan Siapa saja penyelenggara inventarisasi hutan disebutkan dalam Pasal 5, P 67/ Menhut-II/2007. Penyelenggara Inventarisasi Hutan diatur wilayah kewenangannya sebagai berikut: 1. Tingkat Nasional diselenggarakan oleh Menteri; 2. Tingkat Provinsi diselenggarakan oleh Gubernur; 3. Tingkat Kabupaten/Kota diselenggarakan oleh Bupati/walikota; 4. Tingkat Daerah Aliran Sungai yang melintasi batas provinsi, diselenggarakan oleh Menteri; 5. Tingkat Daerah Aliran Sungai yang melintasi batas Kabupaten/Kota, diselenggarakan oleh Gubernur; 6. Tingkat Daerah Aliran Sungai dalam Kabupaten/Kota, diselenggarakan oleh Bupati/Walikota; 7. Inventarisasi Hutan Tingkat Unit Pengelolaan diselenggarakan oleh setiap Pengelola Unit Pengelolaan Hutan Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 69

88 3.3.1 Enumerasi Temporary Sample Plot (TSP) dan Permanent Sample Plot (PSP) Apa yang telah dilakukan? Sesuai porsinya (kewenangan) telah melakukan Inventarisasi Hutan Nasional (NFI) melalui enumerasi Temporary Sample Plot (TSP) dan Permanent Sample Plot (PSP). Juga telah dilaksanakan peletakan atau cara pengambilan sampling yakni stratified sampling 20 km x 20 km (grid) pada hutan rawa, hutan tanaman dan hutan dataran rendah 1000 m dpl. Untuk seluruh wilayah Republik Indonesia terdapat ± PSP. Provinsi Maluku terdapat 102 PSP yang terdiri atas 58 PSP merupakan PSP yang baru dan 44 PSP merupakan PSP lama yang dapat dipertahankan. PSP ini menggambarkan potensi sumber daya hutan secara makro (kasar). Gambar 39. Desain TSP PSP Sebaran PSP berdasarkan pulau adalah sebagai berikut: 1. Pulau Buru 20 PSP 2. Pulau Seram 42 PSP 3. Pulau Ambon 2 PSP 4. Pulau-Pulau Aru 19 PSP 5. Pulau Kei Besar 3 PSP 6. Pulai Kei Kecil 1 PSP 7. Pulau Yamdena 7 PSP 8. Pulau Wetar 8 PSP 70 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

89 3.3.2 Strategi Monitoring & Integrasi PSP Dalam mendukung ketersediaan data dan informasi untuk perhitungan carbon dan untuk mengintegrasikan antar semua PSP maka diperlukan beberapa hal: 1. Penyeragaman petunjuk teknis dan parameter-parameter PSP yang diukur 2. Koordinasi penentuan letak PSP 3. Penentuan periode monitoring PSP penting untuk mengetahui perubahanperubahan yang terjadi, tentunya periode waktunya didasarkan pada tingkat kebutuhan data dan informasi 4. Penyiapan SDM dan Penganggaran yang memadai 5. Karakteristik Provinsi Maluku yang merupakan wilayah kepulauan maka PSP harus ada pada setiap pulau 6. Mewakili penutupan lahan Integrasi PSP dapat saja diimplementasikan jika ide dasar pembangunan PSP sama atau identik hal ini dikarenakan parameter-parameter yang diukur tidak seragam. Saat ini terdapat setidaknya 3 jenis PSP yakni: 1. Petak Ukur Permanen (PSP) pemegang izin IUPHHK 2. Petak Ukur Permanen (PSP) untuk pengamatan carbon (peneliti/pt) 3. Petak ukur Permanen (PSP) untuk pengamatan kondisi sumber daya hutan. TSP/PSP didesain bukan untuk menghitung karbon tapi cenderung ke potensi sumberdaya hutan yang komersil dalam hal ini volume, distribusi dan jenis vegetasi hutan. PSP IUPHHK didesain hanya untuk mengukur riap pohon. Integrasi PSP dapat dilakukan sepanjang Juknis dan parameter yang diukur sama Penutup Pada akhirnya keinginan untuk menentukan strategi monitoring dan pengintegrasian PSP memerlukan dukungan dan Pemikiran para pihak olehnya itu komitmen untuk itu mari kita tegaskan dan jaga bersama. 3.4 Peran dan Tanggung Jawab Masyarakat dalam Pelaksanaan Sistem Monitoring Karbon di Provinsi Maluku Oleh: Nus Ukru, S.Sos Masyarakat adat selama ini mampu mengelola dan menjaga sumber dayanya secara berkelanjutan dalam arti memiliki kearifan lokal merupakan suatu fakta yang tak terbantahkan. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 71

90 Dalam kehidupan kesehariannya, hampir seluruh masyarakat (masyarakat adat) masih menyelenggarakan sistem ekonomi yang rendah karbon, karena masih menjaga dan mengelola dengan lestari kawasan kawasan hutan alam dan ekosistem alamiah di wilayah adatnya untuk pemenuhan pangan, papan, air bersih dan energi. Akan tetapi masyarakat memiliki banyak keterbatasan, baik karena faktor geografis maupun karena keterbatas-an kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia Peran Masyarakat Bagi masyarakat adat, hutan merupakan sumber penghidupan dan menggunakan kearifan lokal untuk mengelola hutan dan sumber alam di wilayah adat masingmasing. Peran masyarakat adat dalam pelaksanaan REDD+ cukup penting karena ketergantungan masyarakat terhadap hutan. Peran masyarakat dalam pelaksanaan REDD+ dan semua kegiatan yang terkait didalamnya, termasuk PSP untuk pengukuran dan monitoring karbon hutan mestinya tidak perlu lagi didiskusikan secara rumit, karena sudah ada Protokol Implementasi PADIATAPA (Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan) dalam Skema REDD+. Pertanyaan mendasarnya adalah siapkah kita menjalan-kan protokol tersebut secara konsisten ataukah tidak. Perlu ditekankan bahwa Peran masyarakat yang dimaksud dalam protokol tersebut adalah Peran yang Harus Terfasilitasi oleh pemerintah dan para pemangku kepentingan lain, misalnya melalui program-program penyiapan kapasitas masyarakat Tanggung Jawab Masyarakat Tanggung jawab masyarakat melekat dalam prinsip-prinsip implementasi PADIATAPA, khususnya yang terkait dengan PSP untuk pengukuran stok karbon hutan. Misalnya; jika masyarakat dilibatkan secara layak dalam suatu proses pengambilan keputusan, maka masyarakat juga bertanggungjawab terhadap pelaksanaan semua keputusan tersebut dengan segala konsekuensinya Kemitraan dalam FCPF Kehadiran representasi Masyarakat dalam kelembagaan/ organisasi/ program/ proyek perlu sungguh-sungguh sejak awal. Dalam peraturan FCPF terkait dengan fasilitas kemitraan Karbon Hutan ada kewajiban untuk; 1. Melakukan konsultasi dengan masyarakat adat secara layak, 2. Mempertimbangkan kebutuhan akan partisipasi dan peran yang efektif dari masyarakat adat dan masyarakat lokal lainnya yang menggantungkan hidup dari hutan, dalam semua proses pembuatan keputusan agar tidak merugikan mereka, 72 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

91 3. dan perlu tersedia sumberdaya yang cukup bagi masyarakat adat/ lokal untuk berpartisipasi dalam keseluruhan proses Protokol Implementasi PADIATAPA dalam Skema REDD+ Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menempatkan masyarakat adat dalam skema pelaksanaan REDD+ antara lain: 1. Aplikasi PADIATAPA mencakup proses konsultasi dengan masyarakat adat dan masyarakat lokal yang relevan dengan keberadaan program/ proyek/kegiatan REDD+ serta masyarakat terkena dampak. 2. Konsultasi untuk mendapatkan persetujuan masyarakat adat dan masyarakat lokal yang berpotensi terkena dampak program/proyek/ kegiatan REDD+ dilakukan tanpa paksaan, intimidasi, atau manipulasi dan tekanan dalam bentuk apapun; 3. Konsultasi dilakukan dengan partisipasi penuh dan efektif dari masyarakat adat dan masyarakat lokal pada setiap tahap dari tindakan apapun yang dapat mempengaruhi masyarakat secara langsung ataupun tidak langsung. Partisipasi masyarakat adat dapat dilakukan melalui otoritas tradisional atau sebuah organisasi perwakilan yang diputuskan berdasarkan sistem tradisional masyarakat sendiri; 4. Konsultasi bertujuan untuk mencapai kesepakatan yang luas atau persetujuan dari masyarakat adat maupun lokal yang berpotensi terkena dampak. Beberapa bentuk persetujuan yang dimungkinkan, yaitu persetujuan penuh, persetujuan sebagian, persetujuan sementara, persetujuan bersyarat atau pengembangan opsi lain. Persetujuan atau kesepakatan maupun opsi-opsi dari masyarakat diputuskan sesuai dengan mekanisme hukum dan praktik-praktik adat atau kebiasaan yang berlaku setempat; 5. Konsultasi dilakukan berdasarkan informasi yang lengkap, berimbang, jujur, tidak bias, dan mudah dimengerti oleh masyarakat. Informasi mencakup penyampaian alternatif-alternatif pilihan bagi masyarakat dan pelaksana program/proyek/ kegiatan REDD+ berikut konsekuensi dari setiap alternatif pilihan. Informasi ini bertujuan menciptakan ruang keputusan yang cukup luas bagi kedua belah pihak berdasarkan berbagai kesempatan yang ada; 6. Konsultasi dengan masyarakat dilakukan dalam waktu yang cukup sebelum pengesahan izin apapun atau dimulainya kegiatan, dan berdasarkan penghormatan dan kepatuhan atas persyaratan-persyaratan dan tata waktu yang diperlukan dalam proses konsultasi; 7. Proses PADIATAPA mengawali proses konsultasi dan komunikasi yang berkesinambungan atau berkala antara masyarakat dan penyelenggara program/ proyek/kegiatan REDD+. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 73

92 Karena itu, proses tersebut juga akan menyepakati protokol atau mekanisme konsultasi antara masyarakat dengan penyelenggara program/proyek REDD+, mekanisme penyampaian keberatan terhadap informasi, proses, dan berbagai tahapan program/proyek/kegiatan REDD+, dan mekanisme/protokol resolusi konflik. 74 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

93 BAB 4 Kesimpulan dan Rekomendasi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 75

94

95 4.1 Kesimpulan Lokakarya ini telah berhasil merumuskan strategi pengelolaan PSP secara berkelanjutan, terciptanya persamaan persepsi tentang peran dan tanggung jawab para pihak di tingkat Provinsi dalam pemantauan karbon hutan dan memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan terkait pengelolaan PSP dan pemantauan karbon hutan tingkat Provinsi. 4.2 Rekomendasi 1. Perlu komitmen dan dukungan pemerintah daerah dalam bentuk dukungan dana, koordinasi, dan Rencana Aksi Daerah 2. Perlunya dukungan data lokal spesifik dari instansi terkait dalam rangka penyusunan RAD ke depan 3. Perlu adanya sinergitas antara dana dari pusat dan daerah dalam sistem pendanaan PSP dimasa yang akan datang. Sumber dana bisa dialokasikan dari dana APBN Kemenhut, APBD Dinas Kabupaten dan Kota, Unit Pengelola Hutan. 4. Koordinasi yang harus ditringkatkan dalam rangka pemahaman dari semua sector untuk menghadapi mitigasi perubahan iklim dalam menyusun RAD dan SRAP 5. Perlu adanya penggalangan komitmen antar instansi terkait dan para pihak dalam pengelolaan PSP yg didukung dengan: a. Produk hokum yang mengikat b. Sosialisasi kepada masyarakat mengenai manfaat PSP yang dapat dirasakan dalam jangka panjang c. Meningkatkan peran bappeda dalam mengkoordinir instansi terkait d. Pembagian tugas sesuai fungsi masing-masing instansi 6. Perlu adanya pemberdayaan masyarakat lokal agar turut berperan dalam menjaga PSP 7. Perlu adanya program yang langsung menyentuh masyarakat dalam pemanfaatan lahan disekitar PSP sekaligus mendukung program MDGs 8. Penguatan basis data kehutanan dan data terkait yang bersifat spesifik daerah Perlu adanya pelatihan SDM untuk penanganan sistem monitoring karbon hutan. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku 77

96

97 Lampiran

98

99 Lampiran 1. Agenda Kegiatan AGENDA KEGIATAN WORKSHOP STRATEGI MONITORING PSP DI TINGKAT PROVINSI AMBON, MEI 2013 Hotel Aston Natsepa Ambon, Jl. Raya Natsepa, Suli Salahutu Waktu Agenda Pembicara Penanggungjawab Hari I: 27 Mei Registrasi Panitia Acara Pembukaan Doa Pembukaan Sambutan Pengantar Universitas Patimura Kepala Dinas Kehutanan Kepala PS Manajemen Hutan Program Pasca Sarjana Unpatti Kepala Bidang Pengembangan Data dan Tindak Lanjut Penelitian (Ahmad Pribadi) Panitia Sesi 1: Strategi Monitoring PSP untuk mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi Presentasi: Diskusi 1. Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) 2. Overview dan Lesson Learn Pembangunan PSP FCPF tahun Program dan Kegiatan Daerah untuk Mencapai Target Penurunan Emisi : Pengalaman Pembangunan PSP dan Rencana Pengelolaan PSP pasca 2014 di Provinsi Maluku 4. Data dan Informasi untuk Mendukung Sistem Perhitungan Karbon Nasional Junus Matakena Virni Budi Arifanti R. Loppies A. Boreel Ronny Loppies Moderator: Achmad Pribadi, Notulis: Fenti Jullianti Salaka Ishoma Panitia Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 81

100 Waktu Agenda Pembicara Penanggungjawab Sesi 2: Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang terintegrasi dan partisipatif di Provinsi Presentasi: Diskusi 1. Integrasi National Forest Inventory (NFI) ke dalam Sistem Monitoring Karbon Hutan yang akan dibangun di Daerah 2. Potensi Aplikasi ABACUS dan LUWES sebagai Sistem Monitoring Karbon Hutan 3. Strategi Monitoring PSP dan Peluang Pengintegrasian Kegiatan dengan PSP lain di Provinsi Maluku 4. Peran dan Tanggung Jawab para Pihak pada Tingkat Provinsi untuk Pelaksanaan Sistem Monitoring Karbon Hutan Pembentukan kelompok FGD dan briefing untuk hari ke-2 Hari II: 28 Mei FGD Kelompok 1: Strategi Pengelolaan PSP di Tingkat Provinsi Kelompok 2: Rancangan Sistem Monitoring Karbon Hutan Tingkat Provinsi Ernawati Khalil Degi Hardja Asmara, Rahman Pasha (ICRAF) Anwar (BPKH Wilayah IX Ambon) Nus Ukru (AMAN) Moderator: Debby P Notulis: Virni Budi Arifanti, Elisda Damayanti, Panitia Fasilitator Kelompok G. Mardiatmoko, Notulis: Fenti Jullianti Salaka Fasilitator Kelompok I Wayan Susi Dharmawan Notulis: Elisda Damayanti Ishoma Panitia Sidang Pleno Moderator: Achmad Pribadi Perumusan Hasil Lokakarya Virni Budi Arifanti G. Widiatmoko Penutupan dan Foto Bersama Panitia 82 Agenda Kegiatan

101 Lampiran 2. Presentasi A. Strategi Monitoring PSP untuk mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi 1. Strategi dan kebijakan Provinsi Maluku untuk mencapai target penurunan emisi Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Bappeda Provinsi Maluku KOMITMEN PEMERINTAH PUSAT PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Background KOMITMEN PRESIDEN MENURUNKAN EMISI GRK 26% - 41% DI TAHUN 2020 RAN-GRK DISUSUN SEJAK 2009 PERPRES NO. 61/2011 TENTANG PENURUNAN EMISI GRK PEDOMAN RAD-GRK 3 BULAN PENYUSUNAN RAD GRK SELESAI 2012 KOMITMEN UNTUK HIDUP LEBIH RENDAH EMISI TANPA MENGURANGI PERTUMBUHAN PENJABARAN KOMITMEN KEPADA KEGIATAN KONKRIT SECARA NASIONAL MELALUI 5 SEKTOR UTAMA PENJABARAN KOMITMENT PENURUNAN EMISI DI DAERAH PENURUNAN EMISI SCR NASIONAL TERCAPAI Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 83

102 Komitmen Pemerintah Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR NOMOR 49.b TAHUN 2012 Tanggal 9 April 2012 tentang Pembentukan Tim Penyusun Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Maluku Ke;ompok Kerja (POKJA) 1.Bidang Kehutanan dan Pertanian 2. Bidang Energi 3. Transportasi 4. Industri dan Pengelolaan Limbah PERATURAN GUBERNUR Nomor. 18 Tahun 2012 Tanggal 8 Nopember 2012 Tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Tahun Overview Timeline Penentuan emisi historis, emisi BAU dan proyeksi emisi Strategi dan Arah Kebijakan 84 Presentasi

103 Timeline Mt/y Emisi Baseline Propinsi Proyeksi Penurunan Emisi Propinsi Emisi Proyeksi Aksi Mitigasi Propinsi Masa lampau pada base period: - Sumber-sumber emisi dan kontribusi - Faktor pemicu - Sumber permasalahan BAU: - Sumber-sumber emisi dan kontribusi - Faktor pemicu - Sumber permasalahan Aksi mitigasi: - Sumber-sumber emisi dan kontribusi yang ditekan - Faktor pemicu yang diubah - Sumber permasalahan yang ditangani Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 85

104 BAU (Business As Usual) Sektoral Emisi Gas Rumah Kaca Pertanian dan Kehutanan Energi Transportasi 14,000, ,000 1, ,000, ,000 1, ,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000, , , ,000 50,000 1, Pertanian dan Kehutanan Energi Transportasi ,434, , ,197, ,430 1, Rata-Rata Aktivitas Penyumbang Emisi Pertanian Sampai Tahun 2020 Peternakan 70% Pertanian Padi Sawah 27% Pemupukan Urea 3% 86 Presentasi

105 BAU Emisi Sektor Pertanian Maluku (ton CO2- eq) 450, , , , , ,000 BAU Emisi Sektor Pertanian Prov Maluku (ton CO2- eq) 150, ,000 50, ,500 15,000 17, , , ,500 5, ,500 2, Ha Ha/Thn 0 Ha Ha/Thn Laju Deforestasi Tahun Laju Degradasi Tahun Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 87

106 PEMETAAN KELEMBAGAAN dan PEMBAGIAN PERAN IDENTIFIKASI SUMBER PENDANAAN IMPLEMENTASI 88 Presentasi

107 PEMETAAN KELEMBAGAAN dan PEMBAGIAN PERAN Memiliki payung yang jelas Memiliki kewenangan yang cukup dalam implementasi, termasuk melakukan koordinasi dengan instansi yang terlibat dalam RAD-GRK serta para pihak penting lainnya Memiliki kemudahan komunikasi tingkat daerah dan antar kabupaten/kota Memiliki alokasi dana yang dioperasionalkan dalam mengawal penurunan emisi di daerah Bentuk Kelembagaan Implementasi RAD- GRK di level provinsi beberapa opsi yang bisa diadopsi, antara lain: Berstatus sebagai Badan (setingkat SKPD Provinsi) yang dibentuk dengan instrumen hukum Peraturan Daerah (PERDA) Berstatus Komisi Daerah atau Unit Kerja Gubernur yang dibentuk dengan instrumen hukum Peraturan Gubernur (PERGUB) Unit kerja di salah satu SKPD Provinsi yang dibentuk dengan instrumen hukum Surat Keputusan Gubernur (SK Gubernur). Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 89

108 Lembaga Implementasi RAD-GRK di level Provinsi berfungsi untuk: Memastikan implementasi dari seluruh kegiatan RAD- GRK dari masing-masin SKPD koordinasi dengan lembaga RAD-GRK nasional koordinasi perencanaan kegiatan dan pengembangan pembiayaan implementasi RAD-GRK di daerah yang melibatkan juga stakeholders dari tingkat kabupaten Memfasilitasi rencana aksi, target implementasi RAD-GRK di kabupaten/kota dan menyiapkan rencana/skema pendanaan bersama Badan/Lembaga Implementasi RAD- GRK tingkat nasional Memfasilitasi kegiatan pengembangan kapasitas kelembagaan RAD-GRK di level kabupaten/kota IDENTIFIKASI SUMBER PENDANAAN Lembaga (Badan atau Komisi Daerah) Pelaksana RAD-GRK Provinsi Maluku berfungsi untuk menyiapkan rencana/skema pendanaan berdasarkan pedoman RAN-GRK serta berkoordinasi dengan provinsi. Sumber Pendanaan implementasi RAD-GRK di tingkat provinsi, kabupaten/ kota dan tapak bersumber dari APBN dan APBD Provinsi Maluku 90 Presentasi

109 IMPLEMENTASI Secara substansif, rencana aksi yang diprogramkan oleh Provinsi Maluku adalah kegiatan sepesifik yang melekat pada masing-masing tupoksi SKPD. Oleh karena itu pelaksanaan implementasi RAD GRK akan dilakukan pada tahun 2013 dan sebagian sudah dimulai pada tahun 2012 dan sebagian lagi masih tahap persiapan pada tingkat kabupaten/kota. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 91

110 ArahdanKebijakanSektor Kehutanan Pemantapan kawasan hutan Revitalisasi kehutanan Rehabilitasi sumber daya hutan Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan Penguatan Kelembagaan Program dan Kegiatan 1. Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS berbasis Pemberdayaan Masyarakat 2. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan (SDH), dengan sasaran meningkatnya Penegakan Hukum dalam Perlindungan Hutan serta Meningkatnya Efektifitas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan, Kerusakan Lingkungan dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam 3. Progam Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan 4. Program Pemantapan Pamanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan dengan sasaran meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi dengan sektor lain serta meningkatkan performance pengelolaan hutan 92 Presentasi

111 Skenario Periode Baseline /REL 9,392, ,164, ,185, Penurunan emisi dari Baseline / REL Mitigasi 1 9,392, ,473, ,734, % Mitigasi 2 9,392, ,298, ,351, % Mitigasi 3 9,392, ,705, ,434, % Mitigasi 4 9,392, ,597, ,214, % 25,000,000 21,185, ,000,000 19,734, ,351, Emisi Kumulatif (ton CO2 eq/tahun) 15,000,000 10,000,000 9,392, ,392, ,164, ,473, ,298, ,705, ,434, Baseline Mitigasi 1 mitigasi 2 5,000,000 skenario Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 93

112 Arah Kebijakan: 1. Pengembangan upaya pemanfaatan sumber energi yaitu panas bumi serta energi baru terbarukan 2. Meningkatkan potensi sumber energi dan lingkungan melalui konservasi, rehabilitasi dan penghematan penggunaannya dengan menerapkan teknologi yang ramah lingkungan. Strategi Penetapan kebijakan dan peraturan serta sistem pengelolaan Energi melalui pembangunan berkelanjutan, ramah lingkungan, adil, transparan serta berkualitas. Program Pembinaan dan pengembangan energi dan ketenagalistrikan. Program ini meliputi kegiatan : 1. Pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), baik terpusat maupun tersebar, di daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh listrik PLN. 2. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di daerahdaerah yang memiliki potensi air. 3. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Tulehu 2 x 10 MW ( tahun 2013) dan di daerah-daerah yang memiliki potensi panas bumi. 4. Mengadakan penyuluhan konservasi energi. 5. Pembangunan instalasi biogas didaerah yang memiliki potensi bioga 94 Presentasi

113 TERIMA KASIH 2. Lesson Learned dari Pembangunan PSP untuk monitoring karbon hutan pada kegiatan FCPF tahun 2012 LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012 Disampaikan pada Lokakarya Strategi Monitoring PSP di Tingkat Provinsi Ambon, Mei 2013 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 95

114 LATAR BELAKANG Perubahan iklim pemanasan global terjadi akibat peningkatan emisi GRK Emisi Indonesia pada 2006: 1,76 Gt CO 2 e 60% emisi di Indonesia berasal dari perubahan tutupan lahan dan kebakaran gambut Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK sebesar 26% dengan kemampuan sendiri atau 41% dengan bantuan internasional Perpres No. 61/2011 tentang RAN GRK mengamanatkan Pemprov untuk menyusun RAD GRK Pentingnya informasi cadangan karbon dalam penyusunan RAD GRK LATAR BELAKANG The Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) adalah program yang didanai oleh 18 lembaga donor dan dikoordinasikan oleh World Bank. Dalam rangka mendukung pelaksanaan REDD +, perhitungan cadangan karbon harus berdasarkan tingkat kerincian yang tinggi untuk meningkatkan akurasi perhitungan. Pembangunan Petak Ukur Permanen/Permanent Sampling Plots (PSPs) dilakukan untuk meningkatkan kualitas data nasional dan regional dalam rangka mendukung sistem MRV dalam perhitungan karbon dan emisi. 96 Presentasi

115 TUJUAN Membangun PSP di berbagai tipe hutan di tingkat Provinsi Membangun database cadangan karbon untuk setiap tipe hutan di tingkat Provinsi Melakukan monitoring cadangan karbon hutan di tingkat Provinsi OUTPUT Terbangunnya PSP untuk monitoring cadangan karbon di tingkat Provinsi Tersedianya database cadangan biomasa dan karbon di 5 carbon pools (AGB, BGB, serasah, nekromas, tanah) di tingkat Provinsi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 97

116 KRITERIA PEMILIHAN LOKASI PSP (1) keamanan (2) aksesibilitas (3) keterwakilan (4) keberlanjutan (5) status kawasan LOKASI PEMBANGUNAN PSP FCPF 1. SUMATERA BARAT 3. SULAWESI UTARA 2. SUMATERA SELATAN 5. MALUKU 4. NTB 98 Presentasi

117 JUMLAH DAN TIPE LOKASI PSP (2012) SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN SULAWESI UTARA NTB MALUKU 15 PSP Ht. sekunder, agroforestry, semak belukar 12 PSP Hutan alam primer, sekunder, hutan rakyat, hutan gambut sekunder 22 PSP Hutan pantai, ht. dat. tinggi, ht. dat. rendah, ht. lumut 33 PSP HKm, KHDTK dan hutan mangrove 12 PSP Hutan alam primer dan sekunder METODE Stratifikasi Lapangan Pembangunan Permanent Sampling Plot (PSP) Pengukuran biomasa 5 pool karbon : 1. Permukaan atas tanah 2. Permukaan bawah tanah 3. Serasah dan Tumbuhan bawah 4. Tanah 5. Kayu mati (nekromas) Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 99

118 20 m Plot establishment for trees inventory and destructive sampling of selected trees 10 m 5 m 2 m 1 m 2 m 5 m 1 m 10 m 20 m 1m x 1m = litter, undergrowth 2m x 2m = seedlings (DBH < 2,5 cm) 5m x 5m = saplings (DBH 2,5 9,9 cm) 10m x 10m = poles (DBH 10,0 19,9 cm) 20m x 20m = trees (DBH 20,0 cm) = canopy coverage measurement = transect line for dead wood 10 m 5 m 2 m 1 m 2 m 5 m 1 m 20 m 20 m 10 m 50 m 20 m 50 m 10 m 5 m 2 m 1 m 2 m 5 m 1 m 10 m 20 m HASIL PEMBANGUNAN PSP SUMATERA BARAT Hutan Nagari Simancuang, Kab. Solok Selatan 100 Presentasi

119 SUMATERA BARAT C stock (MgC/ha) Hutan Sekunder muda Hutan Sekunder 1200 mdpl Hutan Sekunder 800 mdpl Agroforestri kayu manis Semak belukar/kebun tradisional HASIL PEMBANGUNAN PSP CA Tangkoko-Dua Saudara, KPHP Poigar dan Gunung Tumpa SULAWESI UTARA Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 101

120 SULAWESI UTARA C stock (tc/ha) Hutan pantai Hutan Dataran Rendah Hutan Pegunungan Hutan Lumut HASIL PEMBANGUNAN PSP NUSA TENGGARA BARAT HKm Santong, Kab. Lombok Utara; KHDTK Rarung, Kab. Lombok Tengah; dan hutan mangrove di Jerowaru, Kab. Lombok Timur 102 Presentasi

121 NUSA TENGGARA BARAT Cadangan Karbon di HKm Santong Cadangan Karbon di hutan mangrove Jerowaru HASIL PEMBANGUNAN PSP MALUKU KPHP Unit IV Kab. Seram Bagian Barat dan KP Unit XIV Kota Ambon Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 103

122 MALUKU C stock (tc/ha) Hutan Primer P. Seram Hutan Sekunder P. Seram Hutan Primer Ambon Hutan Sekunder Ambon HASIL PEMBANGUNAN PSP Kota Pagar Alam, Kab. Empat Lawang, Kab. Banyuasin, Kab. Musi Banyuasin dan PT REKI SUMATERA SELATAN 104 Presentasi

123 SUMATERA SELATAN Hasil perhitungan yang dilaporkan BELUM SELESAI dan masih merupakan hasil dalam bentuk berat basah biomassa. Masih perlu menyelesaikan perhitungan biomassa kering dan cadangan karbon dari kelima pool karbon MONITORING PSP Monitoring PSP tahun 2013 akan dilaksanakan dengan sumber pendanaan dari DIPA Puspijak tahun 2013 Untuk tahun-tahun berikutnya monitoring PSP diharapkan dapat dilaksanakan oleh pihak terkait dengan pengukuran karbon hutan (Balai Penelitian Kehutanan, Dinas Kehutanan, BPKH, dll.) Monitoring dan pelaporan PSP pasca FCPF (2015) dilakukan setiap 3 tahun sekali Laporan hasil monitoring PSP diserahkan kepada para pihak terkait dan Puspijak Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 105

124 SARAN Perlu adanya pelatihan tentang pengukuran biomasa hutan di tingkat masyarakat Perlu dilakukan monitoring cadangan karbon hutan secara periodik Perlu melibatkan pengelola kawasan dan masyarakat sekitarnya Perlu membangun PSP di kawasan yang belum terwakili ekosistemnya TANTANGAN Exit strategy pengelolaan PSP FCPF pasca 2014 Pembiayaan kegiatan monitoring PSP FCPF pasca 2014 Rancangan sistem pemantauan karbon hutan FCPF Harmonisasi sistem pemantauan karbon hutan FCPF dengan tools-tools lain terkait dengan carbon accounting 106 Presentasi

125 TERIMAKASIH SISTEMATIKA PELAPORAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 107

126 SISTEMATIKA PELAPORAN BAB 2. METODOLOGI BAB 3. KONDISI UMUM PSP A. Deskripsi lokasi dan spesifikasi PSP B. Aksesibilitas dan keamanan C. Tipe ekosistem D. Status kawasan dan kepemilikan E. Kondisi sosekbud masyarakat F. Keberlanjutan Pengelolaan PSP BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Persamaan alometrik lokal SISTEMATIKA PELAPORAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Biomassa Atas Permukaan B. Perhitungan Biomassa Bawah Permukaan (Nisbah Pucuk Akar) C. Perhitungan Serasah D. Perhitungan Nekromas E. Perhitungan Karbon Organik Tanah F. Perhitungan Total Biomassa BAB 5. PENUTUP 108 Presentasi

127 DATABASE PSP : Biomasa atas permukaan DATABASE PSP :Biomasa bawah permukaan Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 109

128 DATABASE PSP : Biomasa Nekromas DATABASE PSP : Biomasa Serasah 110 Presentasi

129 DATABASE PSP : Biomasa Tanah DATABASE PSP : Cadangan karbon 5 pool karbon Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 111

130 3. Program dan kegiatan daerah untuk mencapai target penurunan emisi PROGRAM DAN KEGIATAN DAERAH UTK MENCAPAI TARGET PENURUNAN EMISI (PENGALAMAN PEMBANGUNAN PSP DAN RENCANA PENGELOLAAN PSP PASCA 2014 DI PROVINSI MALUKU) RONNY LOPPIES Kerjasama PUSPIJAK-FCPF-UNPATTI disampaikan pada : Lokakarya Strategi Monitoring PSP di Tingkat Provinsi Aston, Mei 2013 HUTAN DI MALUKU Luas Hutan Di Maluku (Ha dan %) 1,027,860; 19% 4,390,640; 81% Hutan Non Hutan Total Luas Daratan : Ha Dari keseluruhan luas kawasan hutan, belum seluruhnya dikelola secara baik maka pada kawasan yang tidak terdapat pengelolanya, maka pemerintah dan pemerintah daerah harus mengambil peran dalam pengelolaan hutan tersebut, hal ini telah disyaratkan dalam UU No. 41 Thn 1999 tentang Kehutanan. Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Kompilasi : Ronny Loppies 112 Presentasi

131 Luas Hutan di Maluku berdasarkan Fungsi (Ha dan %) 1,772,105; 40.4% 405,745, 9.2% 618,744; 14.1% 667,513; 15.2% 926,533; 21.1% H Konservasi H Lindung H Produksi Terbatas H Produksi Tetap H Konversi Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Kompilasi : Ronny Loppies Luas Hutan Per Kabupaten/Kota (Ha) 752, , , , , , , ,484 11,750 71,421 11,569 Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Kompilasi : Ronny Loppies Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 113

132 Rata-rata Laju Deforestasi di Maluku (Tahun ) Sumber : BPKH Wilayah IX Ambon Kompilasi : Ronny Loppies LAJU DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN DI PROVINSI MALUKU TAHUN No Kabupaten/Kota Di dalam kawasan hutan (ha) Deforestasi Di luar kawasan hutan/apl (ha) Jumlah luas (ha) Rata-rata (ha/thn) 1 Buru (termasuk Kab. Buru Selatan) 10,407-10,407 1,156 2 Kepulauan Aru Kota Tual Maluku Barat Daya 1, , Maluku Tengah 6,422 1,787 8, Maluku Tenggara Maluku Tenggara Barat Seram Bagian Barat 7, , Seram Bagian Timur 2, , Jumlah 28,965 2,631 31,596 3,511 Sumber : Surat BPKH Wil IX No. S.98/VII-BPKH.IX-3/2011 tgl 17 Feb Presentasi

133 PROGRAM DAN KEGIATAN YANG TELAH DAN SEMENTARA DILAKSANAKAN 1. TERBENTUKNYA POKJA REDD + (SK GUBERNUR NOMOR 133 TAHUN 2012) POKJA REDD + Maluku memiliki tujuan melaksanakan koordinasi, integrasi dan fasilitasi implementasi (persiapan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi) kegiatan demonstrasi REDD + dan implementasi skema REDD + di Provinsi dan Kabupaten/Kota seluruh Maluku serta merupakan lembaga mediasi antara pihak provinsi dan kabupaten/kota (sub-nasional) dengan POKJA atau komisi satgas REDD + Nasional dan lembaga-lembaga internasional. TUPOKSI KELEMBAGAAN POKJA REDD + MALUKU : 1. Mengumpulkan data dasar terkait pengelolaan sumber daya alam di Provinsi Maluku; 2. Menyusun Rencana Aksi Pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, peningkatan stok karbon dan konservasi hutan (REDD + ) termasuk sosialisasi kepada masyarakat di Provinsi Maluku; 3. Mengakomodir dan mengkaji input dari para pihak; 4. Melakukan analisis dan evaluasi secara komprehensif tentang pelaksanaan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, peningkatan stok karbon dan konservasi hutan (REDD + ) termasuk membantu mengevaluasi proposal dan pengambilan keputusan dalam implementasi REDD + ; 5. Membangun dan menyusun skema, strategi, distribusi, pemasaran dan pendanaan REDD + ; 6. Memberikan saran dan masukan kepada Pemda dalam rangka penyusunan kebijakan daerah yang terkait dengan program REDD +. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 115

134 RENCANA AKSI POKJA REDD + MALUKU RENCANA JANGKA PENDEK 1. Identifikasi data (data spasial) untuk penentuan kawasan potensi untuk REDD + 2. Peningkatan pemahaman tentang REDD + bagi Pokja REDD + Maluku 3. Membentuk/pendirian baseline 4. Advokasi kebijakan 5. Identifikasi ancaman deforestasi dan degradasi RENCANA JANGKA PANJANG 1. Local legal framework dan policy 2. Studi-studi : Mekanisme REDD + Metodologi Carbon Measurement Payment Distribution Insitution Building Potensi REDD + pada kategori hutan dan landuse yang berbeda 116 Presentasi

135 ORGANISASI POKJA REDD+ MALUKU MASA BAKTI Organisasi POKJA REDD + Maluku meliputi Dewan Penasehat, Ketua, Wakil Ketua (2), Sekretaris Wakil Sekretaris (2) Sekretariat, Ketua koordinator bidang dan anggota. POKJA REDD + Maluku memiliki 5 bidang pokok sebagai berikut: Bidang I. Bidang II. Bidang III. Bidang IV. Bidang V. Kelembagaan dan Kerjasama Pengembangan Metodologi Penguatan Kapasitas dan Komunikasi MRV & Safeguards Hukum dan Advokasi 2. PEMBUATAN PSP PADA UNIT PENGELOLAAN (KPH) Tabel Penyebaran 22 unit KPH di Provinsi Maluku No Unit Nama DAS Luas (ha) Tipe KPH Kabupaten/Kota 01 Unit I Wae Mala Wae Koha ,00 KPHP Buru Selatan 02 Unit II Wae Apu Wae Nibe ,00 KPHP Model Buru 03 Unit III *) Wae Tina ,00 KPHP Buru dan Buru Selatan 04 Unit IV Wae Kawa ,00 KPHP Seram Bagian Barat 05 Unit V Wae Tala ,00 KP Seram Bagian Barat 06 Unit VI *) Wae Mala ,00 KPHP Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat 07 Unit VII Wae Sapalewa ,00 KPHP Model Maluku Tengah 08 Unit VIII Wae Tulungarang Wae Kobi ,00 KPHP Maluku Tengah 09 Unit IX Wae Ruatan ,00 KP Maluku Tengah 10 Unit X Wae Bubi ,00 KPHP Seram Bagian Timur 11 Unit XI Wae Bobot -Wae Kaba ,00 KPHP Seram Bagian Timur 12 Unit XII Wae Masiwang ,00 KPHP Seram Bagian Timur 13 Unit XIII Wae Hapu ,00 KP Kota Ambon 14 Unit XIV Wae Hapu ,00 KP Kota Ambon 15 Unit XV ,00 KP Kota Tual 16 Unit XVI Maluku Tenggara ,00 KPHP Maluku Tenggara 17 Unit XVII Larat-Ranarmoye ,00 KPHP Maluku Tenggara Barat 18 Unit XVIII Bungai ,00 KPHP Maluku Tenggara Barat 19 Unit XIX Babar-Moa ,00 KPHP Maluku Barat Daya 20 Unit XX Wetar ,00 KPHP Maluku Barat Daya 21 Unit XXI Wokam ,00 KPHP Kepulauan Aru 22 Unit XXII Kobroor-Trangan ,00 KPHP Kepulauan Aru *) lintas kabupaten Sumber : SK Menhut No. 56/Menhut-II/2010 J u m l a h ,00 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 117

136 PETA PENYEBARAN KPH DI PROVINSI MALUKU ' E ' E ' E L A U T S ' E E R A ' E ' E PETA PEMBENTUKAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN (KPH) PROVINSI MALUKU M APL HPK APL HPK APL HPK APL HPK HPK 3 00' HPT HPK HP HP HP HPT KAB. BURU SELATAN SA HP APLAPL HPT HPT HPK HPT HPK HPK cm 5 km MODEL KPH MALUKU : Y # Ibukota Provinsi S # Ibukota Kabupaten KPHP Wae Tina (Kab. Buru) # Ibukota Kecamatan KPHP Wae Masiwang (Kab. SBT) HP HP HPK KPHP Wae Mala - Wae Koha (Kab. Buru) HP HPT KPHP Wae Apu - Wae Nibe (Kab. Buru) APL HSAW b. Ka APL APL P. P. LEASE APL APL APL lt eng Ma HP APL APL APL HP HP HP HP HP APL KOTA AMBON % HP HP HP HP P. AMBON HP HP HP HP KPHP Wae Bubi (Kab. SBT) Jalan HP HP HP KPHP Wae Bobot - Wae Kaba (Kab. SBT) Pemukiman HP HP HP P. Ambalau HPK APL APL APL HPK 5 0 LEGEND : HP KAB. SERAM BAGIAN TIMUR HP APL APL HPT APL APL HPT HPT APL APL 0 APL HSAW HP HPK APL APL HP APL APL TN. MANUSELA HPT HPK SKALA 1 : APL HP APL PULAU SERAM KAB. MALUKU TENGAH HPK HPK PA HPT APL APL HPT HPK NI HP APL HPT HP APL HPK HPT HPT HPT HPT HP HSAW E S HPK KAB. SERAM BAGIANHPK BARAT HPT HSAW MA HPK TN HPT HP HPK HPT HPT HPK T HPT HPK HP HPK LA SE HPT HPK APL B U R U W 3 00' S HPK HPK HPT P U L U A APLHPK HP HPT HP HPK HPK APL KAB. BURU HPK N APL HP HPK HSAW HSAW HPK HPK HP HPT HP HPK HPK HPK HPK HP HP APL APL HPK HPT APL KP Wae Ruatan (Kab. Malteng) HP Batas Kabupaten HP KPHP Wae Sapalewa (Kab. Malteng) SE LA HPK HP W AT 4 30' APL APL KPHP Wae Kawa (Kab. SBB) Hutan Produksi Terbatas KP P.P. Ambon - P.P. Lease (Lintas Kab) Hutan Produksi Tetap KP Kep. Kei (Kab. Malra) Hutan Produksi yang dapat dikonversi KPHP Wokam (Kab. Kep. Aru) KPHP Kobroor - Trangan (Kab. Kep. Aru) KPHP Larat - Ranamoye (Kab. MTB) Areal Penggunaan Lain APL KPHP Bungai (Kab. MTB) SUMBER DATA : KPHP Babar - Moa (Kab. MBD) ~ Peta Joint Operation Graphic-Ground/JOG Skala 1 : ~ Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Maluku Skala 1 : ~ Peta Draf KPH Provinsi Maluku Skala 1 : KPHP Wetar (Kab. MBD) 4 30' S HSAW A HSAW KPHP Wae Tala (Kab. SBB) Kawasan Konservasi (TN/SA/CA/SM/TWAL) BUKAN KAWASAN HUTAN : EL APL APL HPK UB KEP. BANDA KPHP Wae Mala (Lintas Kab.) Hutan Lindung HPT T APL KPHP Toluarang - Wae Kobi (Kab. Malteng) KAWASAN HUTAN : HPK HPK DINAS KEHUTANAN PROVINSI MALUKU L A U T B A N D A KAB. MALUKU TENGGARA KEP. KAY HPK HPK SA HP HPK HPK APL HPK HPK APL HP APL HPK HP APL KAB. KEPULAUAN ARU HP APL HPK HPT HPK HPK HP HPK APL K E P. A R U APL HPK 6 00' 6 00' S HPK HP HPK SM APL HP HPK APL HPK HP HPK HPK HP HP HPK HPK HPK HP HP HPK HPK HPK HPK HP SM HPK HP HP HPK HPK APL HP SA HPK HPK HPK HPK HPK HP HPK HPK HPT APL CAL APL KEPULAUAN BARAT DAYA HP APL APL APL HPT HPK P. DAMAR HPK APL SA APL HPK HP CA HPK SE RO APL WETAR APL HP HPK APL APL APL HPK SM HPK HPK APL P. YAMDENA HP HP HPK APL APL KAB. MALUKU BARAT DAYA HPK L A U T P. B A B A R HPK P. KISAR APL APL HPK HP HP HPT HPK APL APL APL HPK APL HPK G P. AN HPK SA HP M APL APL APL HPK HPT APL HPK HP HPK 7 30' S T 7 30' LA HPK APL APL P. ROMANG APL P. MOA A R A F U R U KAB. MALUKU TENGGARA BARAT HPK HPK HPT HPK HP HPK HP HPK HPK HPK HP K E P. U K E N A O ' ' ' ' ' ' 2. PEMBUATAN PSP PADA UNIT PENGELOLAAN (KPH) 1) KPHP Wae Kawa (Kab. SBB) Berdasarkan fungsi kawasan hutan maka lokasi PSP yang dibuat di Pulau Seram berada pada kawasan hutan produksi dan termasuk dalam Kesatuan Pemangkuan Hutan Produksi (KPHP) unit IV Wae Kawa. Sedangkan berdasarkan wilayah pemerintahan lokasi PSP tersebut termasuk dalam wilayah petuanan (lahan masyarakat adat) Negeri / Desa Murnaten Kecamatan Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Wilayah kelola KPH Wae Kawa yang direncanakan dibentuk, meliputi kawasan hutan seluas ,75 Ha. 118 Presentasi

137 2). KP Kota Ambon (Unit II) Lokasi PSP di Desa Soya, Kota Ambon termasuk dalam wilayah kelola KPH Kota Ambon seluas ,22 Ha. Berdasarkan administrasi pemerintahan, wilayah kelola KPH tersebut masuk dalam wilayah administrasi pemerintahan Kota Ambon. Ditinjau dari komposisi fungsi kawasan hutan, KPH Kota seluruhnya merupakan Hutan Lindung () seluas ,22 Ha yang tercakup dalam 3 (tiga) wilayah Daerah Aliran Sungai yaitu (DAS) Batumerah, DAS Yari dan DAS Hatu. 3. MERANCANG PENELITIAN-PENELITIAN MAHASISWA Studi Korelasi NDVI Dengan Indeks Kenyamanan Untuk Interpretasi Spasial Ruang Terbuka Hijau (RTH) Menggunakan Data Citra Satelit Landsat-TM Di Kota Ambon, Provinsi Maluku (John Matinahoru, R. Loppies dan Juglens H. Pietersz, 2012) Evaluasi Perkembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Menggunakan Analisis SWOT di Kota Ambon (R. Loppies, C.V. Suhendy, dan M.A. Tuakora, 2012) Inventarisasi Potensi Jenis Tumbuhan Berkayu Pada Wilayah KPH Model Wae Sapalewa Kabupaten Maluku Tengah: Studi Kasus Pada Hutan Alam Desa Roho, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah (R. Loppies, L. Pelupessy dan M. Fauzi, 2012) Analisis Tingkat Kerapatan Vegetasi Menggunakan NDVI Pada Berbagai Ketinggian Tempat dan Kelerengan Di Taman Nasional Manusela (R. Loppies, J.W.Hatulesila dan H. Hamid, 2012) Klasifikasi Penutupan dan Penggunaan Lahan Menggunakan Citra Alos AVNIR-2 Pada Kawasan Hutan Taman Nasional Kabupaten Maluku Tengah (R. Loppies, Jacob H. Pietersz dan S. Sudrajat, 2011) Inventarisasi Potensi Tegakan Pada Areal Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Wae Sapalewa Kecamatan Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah (R. Loppies, Jacob.H. Pietersz dan P.J. Soukotta, 2011) Analisis Deforestasi Di Pulau Saparua dan Pulau Molana Kecamatan Saparua Menggunakan Citra Landsat-7 ETM + (R. Loppies, P.P.E. Papilaya dan Juglans H. Pietersz, 2009) Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 119

138 4. MENGIKUTI SEMINAR/WORKSHOP/LOKAKARYA YANG DILAKSANAKAN DI TINGKAT INTERNASIONAL, NASIONAL MAUPUN DAERAH YANG DIFASILITASI OLEH PUSTANLING- PUSPIJAK-FCPF 5. RENCANA PENGELOLAAN PSP PASCA ) Penempatan PSP pada KPHP Model Wae Apu, Kabupaten Buru 2) Penempatan PSP pada KPHP Model Wae Sapalewa, Kabupaten Maluku Tengah 3) Monitoring dan Pengukuran keberlanjutan PSP di KP Kota Ambon (Unit II) dan KPHP Wae Kawa (Unit IV) 4) Sharing data/integrasi dengan instansi terkait (BPKH Wilayah IX, Dinas Kehutanan Kota dan Kabupaten serta Provinsi, Bappeda) 5) Updating data PSP untuk memantau Perkembangan PSP 6) Mengupayakan dana bantuan luar negeri 120 Presentasi

139 TERIMA KASIH 4. Data dan Informasi untuk mendukung sistem perhitungan karbon nasional (INCAS) DATA DAN INFORMASI UNTUK MENDUKUNG SISTEM PERHITUNGAN KARBON NASIONAL (INCAS) Ronny Loppies Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon, 2013 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 121

140 4 Prasyarat Utama Implementasi REDD+ : 1) Tersusunnya Strategi Nasional 2) Tersedianya Baseline/Reference Level (RL)/Reference Emission Level (REL) 3) Tersedianya sistem penghitungan dan pelaporan Stok Karbon beserta perubahannya yg dapat diverifikasi (MRV) 4) Sistem Informasi Safeguards (SIS) Metode Penghitungan Karbon hutan di Indonesia 1) Memiliki Standard Pengukuran dan Penghitungan Cadangan Karbon Hutan - Pengukuran Lapangan (SNI 7724:2011) 2) Memiliki Standar Nasional Penyusunan Persamaam Allometrik utk penaksiran Cadangan Karbon Hutan berdasarkan pengukuran lapangan (SNI 7725:2011) 122 Presentasi

141 INCAS (The Indonesian National Carbon Accounting System) is and Operational System The foundation for transparently measuring, and reporting on reductions in emissions from the land sector The INCAS GIS/Remote Sensing will be responsible for: 1. Obtaining and managing existing spatial data including maps of forest types, soil peat, elevation, slope, rainfall, administrative boundaries; 2. Assisting other INCAS spesialist to prepare spatial data dan spatial analysis required for the INCAS; 3. Liasing with the Indonesian National Space Agency (LAPAN) to obtain land cover change outputs in an appropriate format; 4. Analysing remote sensing data to differentiate undisturbed and disturbed forest; 5. Manipulating spatial data to support biomass analysis; 6. Developing a digital biomass map showing the spatial location of biomass class boundaries; 7. Developing a map of annual human induced change in format area by biomass classes; 8. Calculating the area of annual change by biomass classes; 9. Providing data outputs is required formats, and; 10. Assisting with other tasks as required during contract period Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 123

142 Three main areas of support under the INCAS Program are, 1. Determining the size and location of annual land-cover change across Indonesia; 2. Estimating the change in biomass in these areas; and 3. Applying carbon modelling to analyse these changes and the forest activities that caused them, in order to generate emission estimates from forests in Indonesia. Aplikasi : Kemenhut telah menyusun monograf model-model alomterik untuk pendugaan biomassa pohon pada berbagai tipe ekosistem hutan di Indonesia 124 Presentasi

143 Data dan Informasi dari Pengukuran Karbon Fungsi hutan sebagai penyerap karbon, informasi mengenai jumlah karbon yang disimpan oleh suatu kawasan hutan (stok karbon) menjadi penting. Informasi tentang besarnya karbon yang dapat diturunkan atau diserap dapat diperoleh dengan cara konvensional, akan tetapi cara ini membutuhkan waktu lama, biaya besar dan belum mampu mengimbangi permintaan informasi yang cepat dan akurat apabila dalam skala intensitas yang lebih tinggi. Pengukuran secara langsung di lapangan membutuhkan biaya yang besar, sehingga penggunaan citra satelit mulai dipertimbangkan. Citra satelit dapat digunakan untuk mengetahui struktur tajuk dan akumulasi biomassa. Beberapa studi menunjukkan bahwa data penginderaan jauh yang diperoleh dari beberapa sensor dengan skala yang berbeda dapat secara langsung maupun secara tidak langsung. Penginderaan jauh digunakan untuk pengukuran biomassa hutan di atas permukaan tanah atau sifat bentang lahan (landscape) lainnya pada skala yang sesuai dengan tujuan dan batasan studinya. Penelitian yang banyak dilakukan pada masa kini memperlihatkan bahwa penginderaan jauh dapat mengamati penutupan lahan dan faktor lainnya secara akurat. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 125

144 Pendekatan dengan penginderaan jauh dapat juga dilakukan untuk pengawasan multitemporal pada sebuah bentang lahan dan memberikan data tentang ekosistem dan sifat-sifatnya. Sejalan dengan perkembangan teknologi penginderaan jauh (remote sensing) satelit yang ada cukup memadai untuk memantau kondisi terkini tentang sumber daya alam, diantaranya Landsat TM. TERIMA KASIH 126 Presentasi

145 B. Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang terintegrasi dan partisipatif di Provinsi 1. Integrasi NFI ke dalam sistem monitoring karbon hutan yang akan dibangun di Provinsi Maluku INTEGRASI NFI KE DALAM SISTEM MONITORING KARBON HUTAN YANG AKAN DIBANGUN DI PROVINSI MALUKU DR.Ernawati, M.Sc Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan Ditjen Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan LOKAKARYA STRATEGI MONITORING PSP DI TINGKAT PROVINSI Ambon, Mei 2013 I. Pendahuluan 1. Invetarisasi Hutan nasional (NFI) merupakan kegiatan untuk memperoleh data tentang kondisi sumberdaya hutan di tingkat nasional, yang mencakup perubahan penutupan/penggunaan lahan, potensi SDH, pertumbuhan riap, analisis citra digital serta pemetaannya. 2. Hasil kegiatan NFI dapat membantu pemantauan karbon hutan, baik tingkat nasional maupun provinsi. 3. Data NFI perlu diintegrasikan dengan Sistem Monitoring Karbon Hutan di tingkat provinsi. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 127

146 II. Inventarisasi Hutan Nasional (NFI) Terdiri dari 3 komponen pokok: 1. Penaksiran /penilaian SDH (Forest Resource Assessment ) 2. Pemantauan SDH (Forest Resource Monitoring) 3. Pemetaan SDH (Forest Resource Mapping/GIS/DIAS) 3 1. Penaksiran SDH (Forest Resource Assessment ) a. Dilakukan dengan membuat Permanent Sample Plot (PSP) dan Temporary Sample Plot (TSP) b. Tujuan: TSP : Pendugaan potensi sumberdaya hutan (volume, kondisi tegakan, distribusi dan keanekaragaman jenis) PSP : Pemantauan perubahan SDH dan Riap pertumbuhan c. Letak: Di seluruh kawasan hutan, prioritas pada ketinggian dibawah 1000 m dpl, pada hutan lahan kering dataran rendah, rawa, dan mangrove dan tersebar sistematik ( 20 km x 20 km) Presentasi

147 Proses data TSP/PSP Monitoring Informasi Data Potensi Hutan* Pengolahan dan Analisa Data 5 Peta klaster NFI di Ambon 6 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 129

148 Posisi Klaster di Maluku No No Klaster Provinsi Pengukuran Ke jumlah GRID Maluku km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku 0 20 km x 20 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku 0 20 km x 20 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku km x 20 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku km x 20 km Maluku km x 5 km Maluku km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku km x 20 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Presentasi

149 Maluku 0 5 km x 5 km Maluku km x 10 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 5 km Maluku km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 5 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 10 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 5 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 10 km Maluku km x 10 km Maluku 0 10 km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 5 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 5 km Maluku km x 10 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 20 km Maluku km x 5 km Maluku km x 5 km Maluku 0 5 km x 5 km Maluku km x 10 km 10 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 131

150 2. Pemantauan SDH (Forest Resource Monitoring) a. Bertujuan untuk menyediakan data spasial (data citra) penutupan/penggunaan lahan dengan bantuan teknologi penginderaan jauh. b. Citra Satelit yang terutama digunakan ialah Citra Landsat 7 ETM +. c. Penafsiran dilaksanakan setiap 3 tahun (2000 sd 2009), setiap tahun (2011 dst). d. Penutupan/Penggunaan Lahan : 23 kelas. (Hutan : 7, Non Hutan:15) Presentasi

151 3. Pemetaan SDH (Forest Resource Mapping/GIS/DIAS) a. Menganalisis dan memetakan tutupan hutan serta menghitung/ rekalkulasi dan memetakan deforestasi dan degradasi hutan b. Pemetaan dengan skala 1 : Tabel Data Titik Panas (Hotspot) untuk setiap Kabupaten Tabel Data Titik Panas (Hotspot) di Kawasan dan Penutupan Lahan Tabel Data Titik Panas (Hotspot) di Kawasan Unit Pengelola di Kepulauan Maluku Jumla Juml Kawa Jumla Kod Jumla Jumla Jumla Provinsi h Kabupaten ah san Kode h Penutupan Lahan e h IUPHHK_HA h IUPHHK_HT h Hutan Lahan PT. Nusa Padma MALUKU 1169BURU Kering Primer Corporation 2PT.Jati Cakrawala 17 MALUKU UTARA HALMAHERA 267BARAT 58 KSA/K PA 1002 Hutan Lahan 24Kering Sekunder PT. TUNGGAL AGATHIS 1PT.Sentosa Pratama 17 HALMAHERA SELATAN 2 HP Belukar PT.Karya Jaya Berdikari PT.WAENIBE WOOD 11INDUSTRIES 5 HALMAHERA TENGAH 4 HPT Permukiman PT.Maluku Sentosa 2 HALMAHERA TIMUR 5 HPK Tanah Ternuka PT.Poleko Yurbarson Trad. 2 HALMAHERA UTARA 139 APL 1007 Padang 162Rumput/Savana PT.Widuri Utama Timber 12 KEPULAUAN ARU 55 Hutan Mangrove Sekunder Total 30Total 39 KEPULAUAN MOROTAI 7 Hutan Rawa Sekunder KEPULAUAN SULA 14 Pertanian Lahan Kering KOTA AMBON 34 PLK campur Semak KOTA TERNATE 37 Sawah KOTA TIDORE 2 Tambak MALUKU TENGAH 234 Transmigrasi MALUKU TENGGARA BARAT 572 SERAM BAGIAN BARAT 26 SERAM BAGIAN TIMUR 24 Total 1436Total 1436 Total 1436 Total Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 133

152 III. Sistem Pemantauan Hutan Nasional (NFMS) 1. Latar belakang pengembangan SPHN (NFMS) Cancun Agreements (COP 16 Tahun 2010) Section at Decision 1/CP.16 (I) Developing Country Parties a. National strategy/action plan b. National forest reference emission level/ reference level c. Develop modalities on robust and transparent national forest monitoring system (NFMS) d. System Information Safeguards Sistem Pemantauan Hutan Nasional Indonesia Dibangun berdasarkan keputusan Cancun Agreements Data yang tersedia: - Batas NKRI - Penutupan/Penggunaan Lahan (2000, 2003, 2006, 2009, 2011) - Laju Deforestasi ( , , ) - Penyebaran PSP/TSP - Peta Citra Satelit (Landsat 2009 & 2011, MODIS) Tersedia Buku Tamu Ditampilkan secara on line: Sejalan dengan UU No. 14 tahun 2008 ttg Keterbukaan Informasi Publik Presentasi

153 3. Indonesian NFMS on line ( 17 IV. Pengembangan Sistem Monitoring Karbon Hutan Provinsi Maluku 1 Sistem untuk memantau emisi, serapan dan sediaan/stock karbon yang berasal dari hutan (5 CPs?) di Provinsi Maluku. 2. Mengacu pada RAD Penurunan Emisi GRK Prov. Maluku. (Pergub Maluku No...) 3. Dilaksanakan setiap tahun selama (?). 4. Memerlukan kesiapan SDM, Perangkat Keras, Perangkat Lunak, Data, Prosedur dan keterlibatan masyarakat.---skpd (?) 5. Mengintegrasikan seluruh data yang diperlukan. 18 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 135

154 Skema Pengembangan SMKH Prov. Maluku NFI PSP BALITBANG SISTEM MONITORING KARBON HUTAN PROV. Maluku INCAS SSUMBER LAIN 19 Psp planologi 5 tahun (re-enum) Satu ha/sistematik Integrasi data PUP litbang Tiap tahun 3 tahun 400 m2 No conflict aman aksesable Pengolahan data dan informasi hutan PUP IHMB PUP Dinas Khutanan PUP Perguruan tinggi Satu ha Periode ijin N tahun?? Tiap tahun Perguruan Tinggi Koreksi citra per tahun SISTEM MONITORING KARBON HUTAN PROVINSI MALUKU PUP Donor Lainnya?? Periode donor Presentasi

155 V. Integrasi NFI PSP Balitbanghut - SMKH Maluku Tujuan: Tersedianya satu data/informasi mengenai karbon hutan di Provinsi Maluku yang lengkap, akurat, tepat waktu serta diacu bersama oleh semua instansi dan masyarakat. Tahapan: 1. Identifikasi Kebutuhan Data 2. Identifikasi Ketersediaan Data 3. Sinkronisasi Data (Format, Periodisasi dll). 4. Pengolahan/Analisis Data 5. Pelaporan dan Penyajian Data/Informasi 21 1 dan 2. Identifikasi Kebutuhan & Ketersediaan Data NO Kebutuhan Data Pokok SMKH Prov. Maluku Ketersediaan Data NFI PSP Balitbanghut Sumber Lain Wil. Administrasi Pemerintahan - - Pemda Prov/Kab. 2 Status Kawasan Hutan V V BPKH Ambon 3 Penutupan/Penggunaan Lahan V V LAPAN/INCAS 4 Tipe Vegetasi/Ekosistem - V LIPI (?) (termasuk HKm, Agroforestri dll) 5 Potensi SDH V Pertumbuhan pohon V V - 7 Cadangan Biomasa (5 CPs) - V - 8 Cadangan Karbon (5 CPs) - V - 9 Deforestasi & Degradasi V Reforestasi/Revegetasi V - BPDAS PROV. Maluku 11 Kebakaran Hutan/Titik panas - - Kemhut Pusat, Dishut Prov/Kab. TNGR, BKSDA Prov. Maluku 12 Perambahan kawasan/ladang - - s.d.a. berpindah 13 Penebangan Liar - - s.d.a. 14 Jenis tanah - - Kemtan/BBPSDLP 22 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 137

156 Matriks Sandingan/Reklasifikasi Kelas Ekosistem/Tipe Vegetasi dan Kelas Penutupan Lahan No Kelas Ekosistem/Tipe Vegetasi PSP di Prov. Maluku Utara Badan Litbang Kehutanan Kelas Penutupan Lahan Ditjen Planologi Kehutanan 1 Kawasan hutan primer Hutan lahan kering primer Vegetasi homogen Vegetasi campuran 2 Kawasan hutan sekunder Hutan lahan kering sekunder Kawasan hutan terdegradasi 3 Kawasan hutan mangrove primer Hutan mangrove primer 4 Kawasan hutan mangrove sekunder Hutan mangrove sekunder Kawasan hutan mangrove terdegradasi Pengolahan/Analisis Data => Metode Stock Difference a. Pendugaan Cadangan Karbon DA = X Cadangan Karbon/Ha Dugaan Cadangan Karbon CO 2 eq. b. Pendugaan Emisi Karbon D A F E EMISI CO2 eq Presentasi

157 5. Pelaporan dan Penyajian Data/Informasi a. Instansi berwenang -> BAPPEDA Prov. Maluku b. Periodisasi : Tahunan c. Cara penyajian : Cetakan dan Digital/Media on line ( 25 Faktor Yang Menetukan Keberhasilan SMKH Provinsi Perencanaan Keuangan Daerah Perencanaan Tata Ruang Perencanaan Pembangunan Daerah 26 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 139

158 VI. P e n u t u p Keberhasilan Integrasi NFI dengan Sistem Monitoring Karbon Hutan di Provinsi Maluku memerlukan komitmen dan dedikasi yang tinggi dari semua pihak yang terlibat. Komitmen dan dedikasi tersebut akan tercermin dari kordinasi dan sinkronisasi data/informasi, baik lintas sektor pembangunan maupun lintas adminstrasi pemerintahan (instansi vertikal dan dinas otonom). 27 terimakasih 140 Presentasi

159 2. Potensi Aplikasi LUWES dan REDD-ABACUS sebagai sistem monitoring karbon hutan Potensi Aplikasi LUWES dan REDD- ABACUS sebagai Sistem Monitoring Karbon Hutan Dalam rangka mendukung perencanaan tatagunan lahan untuk Pembangunan Rendah Emisi Rachman Pasha & Degi Harja Lokakarya Strategi Monitoring PSP di Tingkat Propinsi Ambon, Mei 2013 Komitmen Pemerintah Indonesia Komitmen penurunan emisi sebesar 26% pada tahun 2020 secara swadaya dan 41% dengan bantuan internasional REDD+ adalah program nasional dengan implementasi pada tingkat sub-nasional Target pertumbuhan ekonomi sebesar 7% Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 141

160 Skema Penurunan Emisi Gt/y Tingkat acuan emisi Dengan usaha sendiri (swadaya) NAMA berbasis lahan Bantuan internasional REDD+ Perdagangan karbon Emisi netto 26% 15% REDD+ dan NAMA dari sektor Lahan Lingkup kegiatan harus menyeluruh dan menyatu Contoh: sektor berbasis lahan Kedua skema harus mampu memperlihatkan Sehingga performadiperlukan yang terukur integrasi misalnya antara melalui REDD+ dan NAMA kesepakatan berbasissistem lahan pada MRV tahap perencanaan penggunaan Menggunakan lahan beberapa untuk pembangunan sistem pendanaan yang rendah Melalui emisi beberapa pada tingkat program lokal dan(propinsi aktivitasdan kabupaten) implementasi agar sinergi dalam mendukung penurunan Menggunakan emisibeberapa nasional bentuk institusi Berlandaskan beberapa peraturan dan kebijakan nasional dan sub-nasional 142 Presentasi

161 Bagaimana cara merencanakan penggunaan lahan (aktivitas pembangunan) yang rendah emisi? Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan Jasa lingkungan: Cadangan karbon, air dan kehati Penghidupan: Pemicu, pendapatan, tenaga kerja, ketahanan pangan, gizi, etc Pembangunan berkelanjutan Skenario perencanaan penggunaan lahan untuk pembangunan dan Jasling inklusif, integratif, berbasis data Analisa Trade-off, strategi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 143

162 MRV Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan Safeguard Penggunaan jasling Jasa lingkungan: Cadangan karbon, air dan kehati Penghidupan: Pemicu, pendapatan, tenaga kerja, ketahanan pangan, gizi, etc Penyedia jasa pembangunan berkelanjutan Perencanaan penggunaan lahan untuk embangunan dan Jasling Multi skenario Analisa Trade-off, strategies, termasuk skema insentif melalui program REDD+ dan NAMA berbasis lahan Inklusif, integratif, berbasis data REDD+ dan NAMA berbasis lahan PENGENALAN LUWES Land Use Planning for LoW Emission Development Strategy (LUWES) atau Perencanaan Penggunaan Lahan Untuk Pembangunan Rendah Emisi 144 Presentasi

163 Apa itu LUWES? LUWES adalah kerangka kerja untuk membuat/menghasilkan produk perencanaan pembangunan yang mampu meminimalisasi emisi gas rumah kaca dengan tetap mempertahankan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. Menawarkan prinsip, langkah dan alat (termasuk perangkat lunak-abacus SP) untuk membantu multi-pihak agar bisa bernegosiasi dalam merencanakan penggunaan lahan melalui skenario penurunan emisi yang dibuat bersama. Beberapa Pertanyaan yang Dapat Dijawab Oleh LUWES Bagaimana memahami tipologi rencana aktivitas pembangunan dan tingkat emisinya? Bagaimana membangun strategi pembangunan rendah emisi? Bagaimana menghitung emisi? Bagaimana mengetahui implikasi rencana pembangunan terhadap tingkat emisi? Bagaimana mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi sekaligus menurunkan emisi? Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 145

164 Langkah-langkah Dalam LUWES 1 Membangun Unit Perencanaan 2 Mengidentifikasi Pola Perubahan Penggunaan Lahan masa Lalu dan Emisinya 3 Membangun Skenario Baseline/REL 6 Rencana Tindak Lanjut (Teknis, Kelembagaan dan Monev) Memilih Skenario Terbaik; negosiasi dan iterasi 5 4 Membangun Skenario Perubahan Penggunaan Lahan dan Emisinya 1 Membangun Unit Perencanaan Tujuan: Memahami struktur kegiatan pembangunan di sebuah daerah melalui pemahaman mengenai skala prioritas berdasarkan kebutuhan, sektor basis dan potensi. 146 Presentasi

165 Bagan Alur Membangun Unit Perencanaan 2 Mengkuantifikasi Perubahan Penggunaan lahan dan Emisi di masa lampau Tujuan: Memahami perubahan penggunaan lahan di suatu bentang lahan dalam kurun waktu tertentu Mengestimasi emisi di masa lampau Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 147

166 Pendekatan Perhitungan Emisi (IPCC) Pendekatan Gain-loss Estimasi neraca bersih antara penambahan dan kehilangan pada pool karbon Disturbance Serapan CO2 lewat pertumbuhan Tipe penggu naan lahan Panen ΔC = ΔC gain - ΔC loss Pendekatan selisih cadangan (Stock difference) Estimasi perbedaan anatara cadangan karbon antar dua titik waktu pada pool karbon Perubahan C- sistem stock penggunaan t1 lahan C- stock t2 ΔC = ΔC t1 - ΔC t2 LUWES Estimasi Emisi Emisi karbon Perubahan sistem pengunaan lahan Cadangan Karbon sistem pengunaan lahan Rerata tahunan perubahan cadangan karbon DATA AKTIVITAS Kuantifikasi perubahan lahan dari satu kurun waktu FAKTOR EMISI Kuantifikasi perubahan cadangan karbon dalam satu kurun waktu 148 Presentasi

167 Beberapa istilah dalam kuantifikasi perubahan lahan Penggunaan lahan (land use) mengacu kepada aktifitas manusia pada lahan tertentu Tutupan lahan (land cover) mengacu pada tipe vegetasi yang ada pada lahan tertentu Zonasi mengacu pada zonasi biofisik atau kebijakan yang mempengaruhi tutupan dan pengelolaan lahan Sistem pengunaan lahan (SPL) menggabungkan ketiganya, termasuk siklus perubahan vegetasi dan aktifitas pengelolaan (penanaman, pemanenan) Data Aktivitas 1. Interpretasi citra satelit menjadi peta tutupan/penggunaan lahan dalam berbagai titik waktu: a. Pemilihan citra b. Penentuan legenda/skema klasifikasi c. Metodologi interpretasi d. Groundtruthing e. Accuracy assessment Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 149

168 2. Analisa perubahan tutupan dan penggunaan lahan Pemetaan penggunaan lahan dan tutupan lahan pada titik waktu yang berbeda Identifikasi perubahan pada lokasi yang sama pada kurun waktu yang berbeda Penghitungan area masing-masing kelas perubahan Analisa statistik untuk mengubah menjadi data aktivitas Definisi kawasan hutan berdasarkan kanopi TIPOLOGI TUTUPAN LAHAN Definisi kawasan hutan berdasarkan institusi BUKAN KAWASAN HUTAN TANPA POHON POHON DI LUAR KAWASAN HUTAN KAWASAN HUTAN DENGAN POHON KAWASAN HUTAN TANPA POHON Agroforestry, perkebunan, dll TOTAL AREA Tebang buka/ penanaman kembali termasuk definisi hutan; tanpa batas waktu penanaman kembali 150 Presentasi

169 Analisa perubahan penggunaan lahan Contoh matriks perubahan lahan Luasan perubahan lahan Matriks Perubahan Lahan (ha) Hutan 2000 Kebun Sawah Pemukiman 1990 Hutan Kebun Sawah Pemukiman Tutupan lahan yg tidak berubah Kelas tutupan lahan yang dianalisa Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 151

170 Keragaman tutupan dan penggunaan lahan dalam bentang lahan Keterkaitan Sistem Penggunaan Lahan dengan cadangan karbon Jenis vegetasi yang membentuk tutupan lahan menentukan besarnya cadangan karbon dan kemampuannya dalam menambat karbon Aktivitas dalam sebuah tipe penggunaan lahan umumnya berpengaruh pada perubahan cadangan karbon (emisi atau penambatan karbon) Sistem pengunaan lahan panjang rotasi dan tipe mempengaruhi rata-rata cadangan karbon (time-averaged C-stock) 152 Presentasi

171 Estimasi Emisi Emisi karbon Perubahan sistem pengunaan lahan Cadangan Karbon sistem pengunaan lahan Rerata tahunan perubahan cadangan karbon DATA AKTIVITAS Kuantifikasi perubahan lahan dari satu kurun waktu FAKTOR EMISI Kuantifikasi perubahan cadangan karbon dalam satu kurun waktu Faktor Emisi Perubahan cadangan karbon per unit area per satuan waktu Seluruh carbon pool: biomasa di atas tanah, biomasa di bawah tanah, nekromasa, serasah, tanah Untuk biomassa di atas tanah, untuk Tier 3 diperlukan plot sampling, PSP, plot inventory, dan pemodelan alometri Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 153

172 Pengukuran lapangan Biomassa Nekromassa Analisa tanah Sebaran Pohon dan C-stock dalam suatu plot sampling 123 Ton C (1992) 133 Ton C (1998) 154 Presentasi

173 Konsep Time-averaged C-stock dari Sistem Penggunaan Lahan Cadangan C per siklus tanam, Mg ha HUTAN ALAMI Tebang & Bakar Agroforest Hilang viat&b Perolehan via aforestasi Tertinggal di lahan Tebang Rata-rata C per siklus tanam, Mg ha -1 (IPCC, 2001, hal 209) Time averaged C-stock dari berbagai sistem penggunaan lahan C-stock t/ha Degradation, t/ha Deforestation - 5 t/ha Trees Understorey Necromass Litter Soil (S) 0-5 cm S, 5-10 cm S, cm S, cm (Tomich et al., 1998) Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 155

174 3 Membangun skenario baseline Tujuan: Memahami alokasi rencana pembangunan dan memahami konsekuensinya dari sisi biofisik dan kebijakan keruangan Opsi Metodologi Historical Didasarkan pada data historis Adjusted Historical Didasarkan pada data historis yang disesuaikan dengan satu atau beberapa faktor penyesuai (kepadatan penduduk, peningkatan ekonomi, dll) Forward Looking Berdasarkan rencana pembangunan wilayah (RTRW, RPJMD,penunjuk an kawasan, perijinan penggunaan ruang) 156 Presentasi

175 4 Membangun Skenario Pembangunan rendah emisi/mitigasi dan estimasi emisi Tujuan: Memahami konsekuensi pelaksanaan rencana-rencana pembangunan terhadap tingkat emisi gas rumah kaca Contoh Skenario Mitigasi Zone Planning Unit Scenario1: REDD+Moratorium 1 Protected Forest Reduce deforestation to half from 2005_2010 in LOF, to zero in UF, rehabilitate 10% of non forest 2 Protection Forest Reduce deforestation to half from 2005_2010 in LOF, to zero in UF, rehabilitate 10% of non forest 3 Production Forest, non-permit Reduce deforestation to half from 2005_2010 in LOF, to zero in UF, rehabilitate 10% of non forest Scenario2: REALU Reduce deforestation to half from 2005_2010 in LOF, to zero in UF, rehabilitate 10% of non forest, log low to high, high to UF 10% Reduce deforestation to half from 2005_2010 in LOF, to zero in UF, rehabilitate 10% of non forest Reduce deforestation to half from 2005_2010 in LOF, to zero in UF, rehabilitate 10% of non forest 4 Production Forest, Stop clear cut, only planting to Stop clear cut, only planting HTI mono tree 5 Production Forest, Logging in the next years Logging in the next years HPH (only LOF HD, LOF HD to LOF LD, (only LOF HD, LOF HD to LOF LD) LOF LD to Shrub) Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 157

176 5 MEMILIH SKENARIO TERBAIK Melalui Negosiasi dan Iterasi (Pengulangan) Tujuan: Menyusun strategi pembangunan yang rendah emisi dengan tetap mempertahankan keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi Tradeoffs Sistem Penggunaan Lahan 2,000 1,800 NPV Profits, $/ha 1,600 1,400 1,200 1, Tree crop plantations Intensive crops Tree plantations Agroforest Hutan alam yang dibudidayakan Extensive crops secara intensif Hutan alam yang dibudidayakan Pastures Hutan alam primer C stock, Mg C/ha 158 Presentasi

177 NPV << NPV >> CO 2-eq << Low emission, less profitable land use change Low emission, highly profitable land use change CO 2-eq >> High emission, less profitable land use change High emission, highly profitable land use change Penggunaan lahan Cadangan karbon Profitabilitas penggunaan lahan Cadanga n karbon t-1 Penutupan lahan NPV Cadanga n karbon t-2 Penutupan lahan NPV Matriks perubahan Penggunaan lahan timeaveraged C-stock= emisi CO 2 NPV= nilai ekonomi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 159

178 6 RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) TEKNIS; KELEMBAGAAN; MER Tujuan: Menyusun strategi pembangunan rendah emisi yang dapat mengakomodir pandangan dan persepsi lokal dari segi teknis, tersedianya kelembagaan Pembangunan Rendah Emisi dan terciptanya sistem Monitoring dan Evaluasi implementasi pembangunan rendah emisi LUWES inklusif, integratif dan berbasis data yang terkini dan sahih 160 Presentasi

179 TERIMA KASIH 3. Strategi monitoring PSP dan peluang pengintegrasian kegiatan dengan PSP lain di Propinsi Maluku STRATEGI MONITORING PSP DAN PELUANG PENGINTEGRASIAN KEGIATAN DENGAN PSP LAIN DI PROVINSI MALUKU oleh : Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IX Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 161

180 Pendahuluan UU 41 Tahun 1999, Hutan : # Karunia & amanah Tuhan YME # Kekayaan yang dikuasai negara # Berguna bagi Manusia wajib disyukuri & diurus, dimanfaatkan secara optimal # Dijaga kelestariannya, sebesar-besar kemakmuran rakyat generasi sekarang & nanti Psl 4 ayat 2 wewenang mengurus kepada pemerintah Pengurusan hutan meliputi : # Perencanaan Kehutanan # Pengelolaan Hutan # Litbangdiklatluh kehutanan # Pengawasan 162 Presentasi

181 Perencanaan Kehutanan meliputi : # Inventarisasi Hutan # Pengukuhan Kawasan Hutan # Penatagunaan Kawasan Hutan # Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan # Penyusunan Rencana Kehutanan Inventarisasi Hutan untuk : Mengetahui & memperoleh data dan informasi tentang sumber daya, potensi kekayaan alam hutan, serta lingkungannya secara lengkap. Hasilnya a.l. Untuk dasar pengukuhan kawasan hutan, Penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan, Penyusunan Rencana Kehutanan, dan Sistem Informasi Kehutanan Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 163

182 Pasal 5, P 67/Menhut-II/2007 Penyelenggara Inventarisasi Hutan diatur wilayah kewenangannya sebagai berikut : a. Tingkat Nasional diselenggarakan oleh Menteri; b. Tingkat Provinsi diselenggarakan oleh Gubernur; c. Tingkat Kabupaten/Kota diselenggarakan oleh Bupati/walikota; d. Tingkat Daerah Aliran Sungai yang melintasi batas provinsi, diselenggarakan oleh Menteri; e. Tingkat Daerah Aliran Sungai yang melintasi batas Kabupaten/Kota, diselenggarakan oleh Gubernur; f. Tingkat Daerah Aliran Sungai dalam Kabupaten/Kota, diselenggarakan oleh Bupati/Walikota; g. Inventarisasi Hutan Tingkat Unit Pengelolaan diselenggarakan oleh setiap Pengelola Unit Pengelolaan Hutan Apa yg telah dilakukan? Sesuai porsinya (kewenangan) telah melakukan Inventarisasi Hutan Nasional (NFI) melalui enumerasi Temporary Sample Plot (TSP) dan Permanent Sample Plot (PSP) Peletakan atau cara pengambilan sampling yakni stratified sampling 20 km x 20 km (grid) pada hutan rawa, hutan tanaman dan hutan dataran rendah 1000 m dpl 164 Presentasi

183 Untuk seluruh wilayah Republik Indonesia terdapat ± PSP. Provinsi Maluku terdapat 102 PSP yang terdiri atas 58 PSP merupakan PSP yang baru dan 44 PSP merupakan PSP lama yang dapat dipertahankan. PSP ini menggambarkan potensi sumber daya hutan secara makro (kasar) DESAIN TSP PSP Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 165

184 PETA SEBARAN TSP PSP Sebaran PSP berdasarkan pulau : Pulau Buru 20 PSP Pulau Seram 42 PSP Pulau Ambon 2 PSP Pulau-Pulau Aru 19 PSP Pulau Kei Besar 3 PSP Pulai Kei Kecil 1 PSP Pulau Yamdena 7 PSP Pulau Wetar 8 PSP Strategi Monitoring & Integrasi PSP Dalam mendukung ketersediaan data dan informasi untuk perhitungan carbon dan untuk mengintegrasikan antar semua PSP maka diperlukan beberapa hal : Penyeragaman petunjuk teknis dan parameter-parameter PSP yang diukur Koordinasi penentuan letak PSP Penentuan periode monitoring PSP penting untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi, tentunya periode waktunya didasarkan pada tingkat kebutuhan data dan informasi Penyiapan SDM dan Penganggaran yang memadai Karakteristik Provinsi Maluku yang merupakan wilayah kepulauan maka PSP harus ada pada setiap pulau Mewakili penutupan lahan 166 Presentasi

185 Integrasi PSP dapat saja diimplementasikan jika ide dasar pembangunan PSP sama atau identik hal ini dikarenakan parameter-parameter yang diukur tidak seragam Saat ini terdapat setidaknya 3 jenis PSP yakni : #Petak Ukur Permanen (PSP) pemegang izin IUPHHK #Petak Ukur Permanen (PSP) untuk pengamatan carbon (peneliti/pt) #Petak ukur Permanen (PSP) untuk pengamatan kondisi sumber daya hutan. TSP/PSP didesain bukan untuk menghitung karbon tapi cenderung ke potensi sumberdaya hutan yang komersil dalam hal ini volume, distribusi dan jenis vegetasi hutan. PSP IUPHHK didesain hanya untuk mengukur riap pohon Integrasi PSP dapat dilakukan sepanjang Juknis dan parameter yang diukur sama Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 167

186 Penutup Pada akhirnya keinginan untuk menentukan strategi monitoring dan pengintegrasian PSP memerlukan dukungan dan Pemikiran para pihak olehnya itu komitmen untuk itu mari kita tegaskan dan jaga bersama. 168 Presentasi

187 4. Peran dan tanggung jawab masyarakat pelaksanaan sistem monitoring karbon hutan di Provinsi Maluku Peran Dan Tanggung Jawab Masyarakat Pelaksanaan Sistem Monitoring Karbon Hutan di Provinsi Maluku Disampaikan pada; Lokakarya Strategi Monitoring PSP di Tingkat Provinsi Ambon, 27 Mei 2013 Nus Ukru Dewan AMAN Nasional (Pengurus Besar) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Realitas yang Terabaikan Dalam kehidupan kesehariannya, hampir seluruh masyarakat (masyarakat adat) masih menyelenggarakan sistem ekonomi yang rendah karbon, karena masih menjaga dan mengelola dengan lestari kawasankawasan hutan alam dan ekosistem alamiah di wilayah adatnya untuk pemenuhan pangan, papan, air bersih dan energi. Akan tetapi masyarakat memiliki banyak keterbatasan, baik karena faktor geografis maupun karena keterbatasan kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 169

188 Peran Masyarakat Peran masyarakat dalam pelaksanaan REDD+ dan semua kegiatan yang terkait didalamnya, termasuk PSP untuk pengukuran dan monitoring karbon hutan mestinya tidak perlu lagi didiskusikan secara rumit, karena sudah ada Protokol Implementasi PADIATAPA dalam Skema REDD+ Pertanyaan mendasarnya adalah siapkah kita menjalankan protokol tersebut secara konsisten ataukah tidak. Perlu ditekankan bahwa Peran masyarakat yang dimaksud dalam protokol tersebut adalah Peran yang Harus Terfasilitasi oleh pemerintah dan para pemangku kepentingan lain. Misalnya melalui program-program penyiapan kapasitas masyarakat. Tanggungjawab Masyarakat Tanggung jawab masyarakat melekat dalam prinsipprinsip implementasi PADIATAPA, khususnya yang terkait dengan PSP untuk pengukuran stok karbon hutan. Misalnya; jika masyarakat dilibatkan secara layak dalam suatu proses pengambilan keputusan, maka masyarakat juga bertanggungjawab terhadap pelaksanaan semua keputusan tersebut dengan segala konsekuensinya. 170 Presentasi

189 Kemitraan dalam FCPF: Kehadiran representasi Masyarakat dalam kelembagaan/ organisasi/ program/ proyek perlu sungguh-sungguh sejak awal. Dalam peraturan FCPF terkait dengan fasilitas kemitraan Karbon Hutan ada kewajiban untuk; - melakukan konsultasi dengan masyarakat adat secara layak, - mempertimbangkan kebutuhan akan partisipasi dan peran yang efektif dari masyarakat adat dan masyarakat lokal lainnya yang menggantungkan hidup dari hutan, dalam semua proses pembuatan keputusan agar tidak merugikan mereka, - dan perlu tersedia sumberdaya yang cukup bagi masyarakat adat/ lokal untuk berpartisipasi dalam keseluruhan proses. Protokol implementasi PADIATAPA dalam skema REDD+ : 1. Aplikasi PADIATAPA mencakup proses konsultasi dengan masyarakat adat dan masyarakat lokal yang relevan dengan keberadaan program/ proyek/kegiatan REDD+ serta masyarakat terkena dampak. 2. Konsultasi untuk mendapatkan persetujuan masyarakat adat dan masyarakat lokal yang berpotensi terkena dampak program/proyek/ kegiatan REDD+ dilakukan tanpa paksaan, intimidasi, atau manipulasi dan tekanan dalam bentuk apapun; 3. Konsultasi dilakukan dengan partisipasi penuh dan efektif dari masyarakat adat dan masyarakat lokal pada setiap tahap dari tindakan apapun yang dapat mempengaruhi masyarakat secara langsung ataupun tidak langsung. Partisipasi masyarakat adat dapat dilakukan melalui otoritas tradisional atau sebuah organisasi perwakilan yang diputuskan berdasarkan sistem tradisional masyarakat sendiri; Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 171

190 4. Konsultasi bertujuan untuk mencapai kesepakatan yang luas atau persetujuan dari masyarakat adat maupun lokal yang berpotensi terkena dampak. Beberapa bentuk persetujuan yang dimungkinkan, yaitu persetujuan penuh, persetujuan sebagian, persetujuan sementara, persetujuan bersyarat atau pengembangan opsi lain. Persetujuan atau kesepakatan maupun opsi-opsi dari masyarakat diputuskan sesuai dengan mekanisme hukum dan praktik-praktik adat atau kebiasaan yang berlaku setempat; 5. Konsultasi dilakukan berdasarkan informasi yang lengkap, berimbang, jujur, tidak bias, dan mudah dimengerti oleh masyarakat. Informasi mencakup penyampaian alternatif-alternatif pilihan bagi masyarakat dan pelaksana program/proyek/kegiatan REDD+ berikut konsekuensi dari setiap alternatif pilihan. Informasi ini bertujuan menciptakan ruang keputusan yang cukup luas bagi kedua belah pihak berdasarkan berbagai kesempatan yang ada; 6. Konsultasi dengan masyarakat dilakukan dalam waktu yang cukup sebelum pengesahan izin apapun atau dimulainya kegiatan, dan berdasarkan penghormatan dan kepatuhan atas persyaratan-persyaratan dan tata waktu yang diperlukan dalam proses konsultasi; 7. Proses PADIATAPA mengawali proses konsultasi dan komunikasi yang berkesinambungan atau berkala antara masyarakat dan penyelenggara program/proyek/kegiatan REDD+. Karena itu, proses tersebut juga akan menyepakati protokol atau mekanisme konsultasi antara masyarakat dengan penyelenggara program/proyek REDD+, mekanisme penyampaian keberatan terhadap informasi, proses, dan berbagai tahapan program/proyek/kegiatan REDD+, dan mekanisme/protokol resolusi konflik. 172 Presentasi

191 Terimakasih Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 173

192

193 Lampiran 3. Notulensi Diskusi Sesi Pertama Pertanyaan: 1. Agustinus Kastanya (Universitas Pattimura) Pertanyaan ditujukan ke Pak Ongki (Bappeda Provinsi Maluku). Sejauh mana data dan informasi yang digunakan dapat mendukung ketepatan perhitungan RAD? Diharapkan Bappeda dapat mengkoordinasikan data dan potensi yang ada serta terus mengembangkan PSP sehingga hasil perhitungan solid dan dapat dipercaya. 2. Sony (Dishut Provinsi Maluku) a. Pertanyaan ditujukan Ke Bu Virni: Apakah strategi monitoring bisa dilaksanakan di PSP-PSP yg dibuat oleh BPKH? b. Pertanyaan ditujukan Ke Pak Ronny: Apa alasan penetapan lokasi PSP? Mengapa PSP tidak dibangun di hutan mangrove? Diharapkan dapat dibangun PSP di mangrove. c. Pertanyaan ditujukan Ke Pak Ariyanto: Mohon penjelasan tentang perbedaan stok karbon pada dua KPH dan pemilihan lokasi PSP. Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan, apakah lokasi yang dipilih bisa mewakili wilayah Maluku? 3. Wardis Girsang, (Prog. Studi Agribisnis Unpatti) Pertanyaan ditujukan ke Pak Ongki dan Pak Ronny: a. Data yang dipakai untuk menghitung sumber emisi. b. Tantangannya adalah kita berhadapan dengan masyarakat yang masih miskin, yang butuh pangan dan ternak yang bisa menghasilkan uang. Belum lagi tantangan secara politik. Kalau masyarakat tidak dapat manfaat dari kegiatankegiatan tersebut, bagaimana menjelaskan kepada mereka? c. Provinsi Maluku terdiri dari 12 gugus pulau. Dapatkah dibangun plot pada masing-masing gugus, sehingga mewakili Maluku yang wilayahnya adalah kepulauan? 4. Tom Silaya (Jurusan Kehutanan Unpatti) a. Pertanyaan ditujukan ke Pak Ongki: Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 175

194 1) Terkait data yang digunakan untuk perhitungan emisi. Sebaiknya ada koordinasi yang baik dengan pihak-pihak terkait, termasuk didalamnya pihak perguruan tinggi, sehingga ada kesepakatan tentang data yang dipakai. 2) Pergantian kepala daerah, dan sebagainya tidak perlu dipikirkan karena program ini (RAD GRK) harus tetap dijalankan. 3) Bagaimana tindakan Bappeda untuk mengatasi masalah emisi karbon dari PLTU yang akan segera beroperasi. b. Pertanyaan ditujukan ke Bu Virni: terkait penempatan lokasi PSP terdapat ada 5 kriteria dan telah dipenuhi pada pembanguan PSP. Akan tetapi, masalah keamanan merupakan masalah vital karena terkait status kawasan. Kontrol keamanan akan sulit jika aksesibilitas ke lokasi lancar. Dikhawatirkan ada aktivitas logging, perburuan, dan lain-lain yang bisa menggangu. Apakah masyarakat bisa dilibatkan untuk pengamanan? 5. Debby (Jurusan Kehutanan Unpatti) a. Pertanyaan ditujukan ke Pak Ongki: 1) Apa strategi kebijakan penurunan emisi daerah? RPJMD dan Renstra seharusnya tidak menjadi kendala implementasi strategi penurunan emisi yang telah disusun di dalam RAD. 2) Sebelum dilakukan penyusunan RAD, seharusnya diidentifikasi existingexisting strategi yang dapat dipakai sebagai rujukan untuk penyusunan RAD. b. Pertanyaan ditujukan ke Bu Virni: ada 5 indikator/kriteria pemilihan lokasi PSP. Apa indikator untuk menilai keberhasilan PSP? Untuk keberlanjutan PSP sebaiknya dilihat dari aspek ekonomi, ekologi, dan sosial. 6. Jhon Riri (Fakultas Pertanian Unpatti) a. Apa yang harus dicapai dalam dua hari ini? Targetnya apa? Fokus diskusi apa? b. Pertanyaan ditujukan ke Pak Ongki: 1) Masalaah sinkronisasi data yang digunakan oleh Bappeda dan kehutanan. Data yang digunakan sebaiknya dikomunikasikan dengan pihak terkait. 2) Masalah konversi lahan seperti program ekstensifikasi untuk lahan sawah cukup besar. Bagaimana kebijakan daerah untuk mempertahankan plotplot sagu karena sagu menyerap karbon cukup tinggi. 3) Di Renstra yang baru nanti harap dikontrol supaya kebijakan REDD juga dibahas dalam Renstra tersebut. 176 Notulensi Diskusi

195 Jawaban: 1. Junus Matakena (Pak Ongki) a. Pokja REDD itu bagian dari RAD GRK. Unpatti juga dilibatkan dalam Pokja REDD. b. RPJMD merupakan salah satu faktor penentu dalam menyusun programprogram prioritas di dalam RAD. Kebanyakan Renstra SKPD itu dibuat berdasarkan RPJMD. Setelah pemilihan Gubernur selesai, RPJMD pasti akan disusun berdasarkan visi dan misi Gubernur terpilih. c. Terkait PLTU, di dalam Amdal pembangunan PLTU juga ada kajian hal-hal terkait lingkungan. 2. Virni Budi Arifanti a. Bappeda harus punya sistem data base dimana data-data RAD dikumpulkan. Harus ada wali data. Misalnya data tutupan lahan, wali datanya BPKH. Nanti data-data itu dikumpulkan dalam data base yang akan digunakan untuk merevisi RAD. PSP juga dimaksudkan untuk mendukung RAD. b. Kerjasama dengan BPKH ke depannya ada rencana kolaborasi dengan BPKH supaya PSP yang dibangun oleh FCPF bisa dimonitoring juga oleh BPKH. PSP yang dibangun diharapkan berkontribusi dan menjadi masukan ke BPKH. c. PUP ini bukan merupakan hal menarik. Dari segi ekonomi memang tidak menarik untuk melakukan apa-apa. Masalah keamanan PUP, kesadaran masyarakat ditingkatkan untuk kepedulaiannya terhadap lingkungan. Kita jangan menonjolkan insentifnya. d. Terkait indikator keberhasilan PSP, setelah beberapa periode setelah pembuatan PSP akan dilakukan evaluasi terhadap penyerapan karbon. Dari segi sosek bisa dibangun desa karbon. e. Gunanya petak ukur adalah kita ingin mengetahui berapa biomassa dan serapan karbon. f. Di mata internasional, suatu negara yang dikatakan berhasil adalah negara yang dapat menyerap CO2. Dalam konteks REDD+, negara ini akan mendapat reward. Indikatornya diperoleh dari cadangan kabon dari tiap tutupan hutan. 3. Ronny Loppies a. KPH sementara menyusun rencana pengelolaan. Setelah itu akan ditetapkan blok-blok pengelolaan. Blok PSP bisa dimasukan menjadi blok khusus untuk DA REDD+. PSP di Soya dtetpakan berdasarkan klasifikasi lahan yg dibuat BPKH. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 177

196 b. Masyarakat bisa terlibat dalam pembangunan KPH dan implemenasi REDD. Akan tetapi jangan berpikir soal uang karena masih dalam tahap persiapan karena kemungkinan terjadi masalah dengan masyarakat. Yang penting adalah kita bisa menghitung berapa besar serapan dan emisi di Maluku. c. Terkait REL Provinsi Maluku, data harus dishare dan koordinasikan dengan baik (saran ke Bappeda/Pak Ongki). 4. Ariyanto a. Terkait pemilihan lokasi, jika pakai pendekatan Pulau Besar apakah karbon di Maluku bisa terjawab. Untuk sementara ini, PSP dimanfaatkan untuk membangun data base karena kita tidak punya data base. b. Untuk perbedaan cadangan karbon di dua tipe KPH, cadangan karbonnya berbeda karena yang satu adalah hutan lindung dan yang satunya lagi adalah hutan produksi. Data ini-pun belum bisa mewakili Maluku karena hanya 12 PSP. Data ini merupakan data dasar untuk perhitungan karbon. 5. Achmad Pribadi a. Tujuan workshop adalah menyusun strategi PSP, keberlanjutan, dana, dan kelembagaan. Bagaimana secara teknis montoring PSP dilakukan, bagaimana integrasi PSP. Sesi Kedua Pertanyaan: 1. Agus Kastanya a. Pertanyaan ditujukan ke Ibu Erna: masih ada sumber daya hutan yang lain selain kayu yang belum dimanfaatkan. Apakah NFI bisa disinkronkan untuk mengetahui nilai hutan? b. Pertanyaan ditujukan ke Pak Anwar (BPKH): bagaimana perannya BPKH dibangun agar kebutuhan data dasar bisa terpenuhi. c. Pertanyaan ditujukan ke Pak Rahman (ICRAF): sejauh mana ABACUS bisa disinkronkan untuk mendapatkan sistem monitrong yang dapat mendukung rencana-rencana pembangunan. d. Pertanyaan ditujukan ke Pak Nus (AMAN): dalam implementasi skema KPH diharapkan hutan mencapai kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat. 178 Notulensi Diskusi

197 2. Iskar (Unpatti) a. Pertanyaan ditujukan ke Ibu Erna dan Pak Anwar: apakah bisa, untuk kebutuhan monitoring PSP mendapatkan titik temu 1 periode yang bisa digunakan? b. Pertanyaan ditujukan ke Pak Rahman: apa kelemahan dan kelebihan ABACUS? c. Pak Nus: hutan adat menjadi tanggung jawab luar biasa bagi masyarakat adat. Kerusakan banyak terjadi di lahan di luar ijin. Bagaimana posisi masyarakat ketika status hutan adat sudah disejajarkan dengan status hutan hak? Perlu mereview hutan adat yang masuk dalam kawasan. 3. Jhon (LSM) Pertanyaan ditujukan ke Pak Nus: bagaimana strategi para pihak agar masyarakat bisa hidup tanpa merusak hutan? 4. Herman Rehatta (Unpatti) Hutan di Negeri (Desa) Soya itu adalah milik dati (keluarga). Dengan bertambahnya penduduk, meningkat juga kebutuhan akan lahan dan ekonomi. Bagaimana manfaat REDD kepada masyarakat? Bagaimana pengelolaan ruang dengan tetap meningkatkan stok karbon tapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 5. Rusdi (Dishut Kabupaten Seram Bagian Timur) Pertanyaan ditujukan ke Pak Anwar: bagaimana prosedur penentuan lokasi PSP. Di Kabupaten Seram bagian Timur PSP belum ada. Bagaimana proses pengajuannya? Jawaban: 1. Ernawati a. Seminar ini tujuannya adalah untuk mencari exist strategi setelah Puspijak ini dananya sudah selesai. Yang penting/perlu adalah pengambilan data yang berkelanjutan. Metode itu tidak masalah. Tapi dengan syarat, ada ramburambu yang harus dipatuhi. Perubahan tutupan lahan sudah dibuat Planologi tinggal dioverlaykan. b. Kalau dibuat monogram, BPKH memiliki program ground cek untuk mencek hasil citra. 1 titik dilakukan 7 hari. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 179

198 c. Kesulitan inventarisasi adalah nomenklatur (penamaan). Yang memiliki kapasitas adalah perguruan tinggi, jadi bisa dijalin kerjasama. d. Riap, jatah produksi kehutanan bereferences pada 3 hasil yaitu IHMB, NFI, Badan Litbang (Puskonser-Biometrika). e. Ditjen Planologi punya metode sendiri untuk menentukan jatah tebang. f. PSP di lokasi itu tidak berarti harus ada REDD+. PSP itu alat untuk menghitung. 2. Anwar a. Untuk pembuatan PSP, pihak dinas kehutanan kabupaten selalu diikutkan. Kalau ingin ada kerjasama, harus dibuatkan MoU. b. Bukan tumpang tindih PSP, tapi tujuan kami berbeda. BPKH bertujuan untuk potensi SDH. Puspijak bertujuan khusus menghitung karbon. 3. Rahman a. Harapan ke depan kerangka kerja/pikir LUWES bisa mendorong dan mendukung peran pemerintah. b. Plus mines LUWES aplikasi LUWES masih mengalami beberapa kali perbaikan. Kelebihan LUWES adalah prosesnya inclusive, prosesnya multipihak. Data saling terintegrasi. Sementara kelemahannya adalah LUWES baru bisa memprediksi potensi jasa lingkungan karbon saja. ICRAF sedang mengembangkan LUMENS. c. LUWES hasilnya belum bisa dispasialkan. 4. Nus Ukru Peran masyarakat harusnya dibuat oleh pemerintah. Tetapi apakah setelah protokolnya dibuat bisa dijalankan dengan baik? Focus Group Discussion KELOMPOK 1 Strategi Pengelolaan PSP di Tingkat Provinsi: 1. Bagaimana persepsi para pihak tentang keberadaan PSP? a. R. Loppies: saat ini persepsi baru sebatas pemberitahuan ke intansi teknis secara informal. Tujuan dibangunnya PSP dalam rangka menyusun data base untuk menduga stock carbon. Pengetahuan para pihak tentang PSP masih kurang. 180 Notulensi Diskusi

199 b. Budi: Jumlah PSP sebanyak 12 Plot belum cukup. Saat ini BPKH sudah mengukur karbon di atas tanah tetapi belum mengukur karbon di bawah tanah. c. Benni: Tujuan pembangunan PSP untuk menyusun data base untuk mengetahui potensi sekaligus biomasa. d. Wardis: PSP merupakan metode untuk menghitung karbon. PSP adalah tools untuk mengukurnya. e. Lis: PSP yang dibangun belum mewakili. f. Ateng (LSM): PSP untuk pembangunan berkelanjutan bukan hanya untuk mengukur karbon & oksigen saja tapi seklaigus untuk biodiversity. PSP juga harus dibangun di mangrove. g. Elisabeth (Dinas Kehutanan): PSP sebagai alat untuk mengukur keberhasilan R. h. Stefanus Latue (Masy Desa Mornaten): Kami belum tau apa itu PSP. Apa imbalan/insentif yang akan didapat masyarakat dari keberadaan PSP? i. Iskar: belum ada pertemuan dengan masy. Sosialisasi hanya disampaikan dalam lingkup organisasi pemerintah negeri. PSP yang akan dibangun berada di lahan masyarakat. j. Ateng Pesulima (Petani Negeri Soya): awalnya bertanya-tanya apa itu PSP. Pemahaman PSP harus disampaikan ke masyarakat. Kalau kontrak selesai, apa tindak lanjutnya? Keberadaan PSP menurut para pihak adalah upaya menyusun data base dalam menduga potensi hutan, cadangan karbon, keberhasilan dan indikator dalam menilai R 2. Instansi mana saja yang membutuhkan PSP? (Kelembagaan) a. Pusat inventarisasi dan pemantauan SDH (BPKH, BP2HP) b. Dinas kehutanan (propinsi, kabupaten) c. BAPPEDA (propinsi, kabupaten) d. Badan litbang e. Bapedalda/KDPL f. Perguruan Tinggi g. LSM/KSM h. Pelaku usaha di sektor kehutanan i. Masyarakat lokal j. DKDM dan pokja REDD Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 181

200 3. Siapa yang akan menjadi lead atau bertanggungjawab atas pengelolaan PSP? a. Raf: Bappeda sehingga datanya dapat dipakai untuk perencanaan pembangunan. b. Ronny: lokasi PSP ada di areal KPH. KPH berada di bawah BPKH. Tapi juga ada masy. Diusulkan penanggung jawabnya terdiri dari beberapa stakeholder. Untuk sementara, BPKH yang bertanggung jawab sementara yang mengukur Perguruan Tinggi. c. Budi: secara tupoksi, pemantauan SDH ada di BPKH. Diusulkan Bappeda itu hanya sebagai user. Tiap tahun BPKH punya anggaran untuk pemantauan SDH. d. Heri: karena pengelolaannya sangat teknis sehingga harus diberikan tanggung jawab ke institusi teknis. e. Kunti (BKSDA): leading berbeda dengan pengelola. Leadingnya lebih baik Pemda. Terkait sharing pengelolaan PSP bisa mengikutsertakan beberapa pihak terkait. f. Prof. B. Kewilaa: BPKH ditunjuk sbg ketua. Tapi pelaksanaan fungsi pengelolaan bisa dilaksanakan secara bersama. g. Tom Silaya: Bappeda & BPKH. Bappeda bisa berfungsi koordinasi di daerah sementara BPKH terkait ke Pusat. h. Navi: penanggung jawab: Bappeda. Pengelola: BPKH. i. Wardis: hubungan Bappeda & BPKH hanya koordinasi. 4. Hal apa saja yang dibutuhkan oleh daerah untuk menjamin keberadaan dan pengelolaan PSP? a. Ronny: Perda, Peraturan Negeri, MoU (jaminan hukum), bantuan donor (LN) b. Budi: Pendanaan dari APBN & APBD. c. Raf: Komitmen kerjasama. d. Ikatan kerjasama antara pemilik lahan yang arealnya dijadikan PSP dengan pengelola PSP (BPKH & BAPPEDA). e. Ateng: ikatan kerjasama mutlak dilakukan dengan pengelola PSP (BAPPEDA) 5. Bagaimana menyelaraskan sistem monitoring dan pelaporan PSP dari BPKH, HPH, FCPF dan non FCPF? a. Ronny: membangun data base yang terfokus pada salah satu sistem wali data b. Heri: Perlu ada satu template yang seragam (on paper atau online) berbasis Microsoft access c. Gun: di integrasikan dengan system basis data ICRAF (LUWES) d. Ateng: monitoring & pelaporan dilakukan secara kolaborasi. 182 Notulensi Diskusi

201 6. Bagaimana sistem pendanaan PSP di masa yang akan datang? a. Budi: 1) Inv. Nasional BPKH, 2) Inv. Provinsi Kab/Dinas 3) Inv. Unit Pengelolaan KPH, HPH/IUPHHK. b. Achmad Pribadi: pengalaman di Mataram, PSP yang berada dalam KHDTK didanai oleh Litbang. Demikian juga PSP yang berada dalam wilayah KPH. Kemungkinan pendanaan di link-an dengan FIP. Antisipasi untuk pengukuran pasca 2014, contoh untuk tahun Plot-plot yang berada di luar grid NFI yang dilakukan BPKH bisa didanai oleh Litbang. c. Iskar: PSP yang di dibiayai oleh Pemda Kab/Kota. PSP di TN Manusela didanai oleh pengelola TN. d. Ateng: Pendanaan dari CSR untuk monitoring PSP. e. Semi: pengaturan pendanaan yang berasal dari pusat & daerah disinergikan. 7. Bagaimana menggalang komitmen antara instansi terkait dan para pihak dalam pengelolaan PSP? a. Wardis: Melalui PerGub dan sosialisasi. Promosi manfaat dari PSP karena manfaatnya baru dirasakan dalam jangka waktu lama. Pembentukan percontohan. b. Tom: Bappeda mengambil peran untuk mengkoordinir intansi terkait (para pihak). c. Iskar: membuat kesepakatan tertulis atau bisa dalam bentuk sebuah deklarasi bersama para pihak. d. Benni: Yang menyediakan data: BPKH & Perguruan Tinggi. Pengguna data: Multi pihak. Dalam struktur dipimpin oleh BPKH. Dalam pelaksanaanya dilakukan secara kolaborasi. KELOMPOK 2 Rancangan Sistem Monitoring Karbon Hutan Tingkat Provinsi 1. Kendala apa saja yang ditemui pada saat penyusunan RAD GRK dan SRAP REDD+? a. Koordinasi para pihak, pemahaman dari semua sector dalam menghadapi mitigasi perubahan iklim untuk menyusun RAD dan SRAP b. Sosialisasi para pihak untuk meningkatkan kepedulian seluruh pihak c. Legalitas lahan -> kepastian dan kejelasan lahan, Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 183

202 d. RTRW yang belum disahkan, Kemajuan RAN-GRK sudah selesai namun akan direvisi karena ada beberapa metodologi yang berubah-ubah. e. Ketersediaan Data Biofisik daerah yang belum lengkap, co-benefit dari kegiatan REDD+ f. Data yang dimiliki BPKH untuk tingkat propinsi masih bersifat makro, g. Perlu adanya pelibatan masyarakat dalam pengamanan PSP 2. Data dan informasi apa yang belum tersedia di tingkat Provinsi terkait strategi penurunan emisi GRK? a. Data tersedia -> data kurang lengkap (hanya tersedia data biomassa atas tanah) -> perlu ada elaborasi antara dishut dengan BAPPEDA (perlu koordinasi dalam peningkatan keakuratan data) b. Data Inventarisasi hutan yang bersifat makro, perlu adanya data spesifik daerah c. Belum mendapatkan file SHP dari RTRW yang belum disahkan, Data Stok karbon yang masih nasional. d. Pembangunan PSP sebaiknya dilakukan di luar kawasan hutan juga. e. Perlu adanya sharing data 3. Penentuan wali data untuk data-data sbb: a. Data biofisik: 1) Tutupan lahan : BPKH 2) Biomasa 5 pool karbon : BPKH, UNIVERSITAS 3) Tanah : Universitas Pattimura 4) Gangguan hutan: Kebakaran, hama penyakit, penebangan liar, dll. : Dishut Prop. Maluku, BKSDA, Taman Nasional Manusela 5) Pembinaan hutan: penanaman, pemeliharaan, rehabilitasi, dll.: Dishut Prop. Maluku, BP DAS Way Apu Batu Merah, BPTH Maluku-Papua 6) Hidrologi : BP DAS Way Apu Batu Merah, Balai Sungai dan Irigasi 7) Perencanaan wilayah (RTRW) : BAPPEDA 8) Iklim: Curah hujan, suhu, kelembaban, angin : BMKG b. Data sosial ekonomi: 1) Demografi (jumlah, pertumbuhan, sebaran, kerapatan penduduk, sex ratio) : BPS 2) Pendapatan penduduk: BPS 3) Angkatan kerja : BPS 4) Pendidikan : BPS 5) Kesehatan : BPS 6) Infrastruktur : BPS

203 4. Output yang diinginkan dari Sistem Monitoring Karbon Hutan (SMKH) a. Ketersediaan Data untuk membuat perencaan b. Data dan Informasi Stok Karbon dalam monitoring baseline data c. Untuk memonitor perkembangan kesehatan ekosistem d. Mengetahui simpanan karbon pada kondisi region di prop. Maluku e. Pembinaan dan pengendalian dalam perencanaan pembangunan 5. Siapa leading institusi yang akan mengelola SMKH? POKJA REDD+ Prop. Maluku 6. Sistem/mekanisme/protokol pengumpulan dan updating data untuk SMKH? GUBERNUR Penanggung Jawab POKJA REDD+ Biomassa dan Tutupan Lahan Pembinaan dan Gangguan hutan Hidrologi Perencanaan Wilayah Iklim Biomassa dan Tanah Data sosial ekonomi Data pendukung lainnya BPKH DISHUT BPDAS BAPPEDA BMKG Universitas BPS LSM/NGO 7. SDM dan fasilitas yang harus tersedia? SDM: a. Pelatihan SDM untuk penanganan sistem monitoring b. Ahli Bidang Statistik dan IT Fasilitas: a. Sistem database b. Komputer c. Akses Internet. 8. Rekomendasi: a. Perlu komitmen dan dukungan pemerintah daerah dalam bentuk dukungan dana, koordinasi, dan Rencana Aksi Daerah b. Perlunya dukungan data lokal spesifik dari instansi terkait dalam rangka penyusunan RAD ke depan. Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 185

204

205 Lampiran 4. Dokumentasi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 187

206 188 Dokumentasi

207 Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Propinsi Maluku 189

208

209

210 Prosiding Workshop Strategi & Pelaporan Monitoring Plot Sampel Permanen di Provinsi Maluku Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor; Telp.: ; Fax: publikasipuspijak@yahoo.co.id; Website:

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi:

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Bappeda Provinsi Maluku Background KOMITMEN PEMERINTAH PUSAT PENURUNAN

Lebih terperinci

LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012

LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012 LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012 Disampaikan pada Lokakarya Strategi Monitoring PSP di Tingkat Provinsi Ambon, 27-28 Mei 2013 PUSAT PENELITIAN

Lebih terperinci

LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012

LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012 LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012 Disampaikan pada Lokakarya Strategi Monitoring PSP di Tingkat Provinsi Mataram, 7-8 Mei 2013 PUSAT PENELITIAN

Lebih terperinci

OVERVIEW DAN LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN

OVERVIEW DAN LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN OVERVIEW DAN LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012-2013 Tim Puspijak Disampaikan di Kupang, 16-17 Oktober 2014 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

INTEGRASI NFI KE DALAM SISTEM MONITORING KARBON HUTAN YANG AKAN DIBANGUN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

INTEGRASI NFI KE DALAM SISTEM MONITORING KARBON HUTAN YANG AKAN DIBANGUN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT INTEGRASI NFI KE DALAM SISTEM MONITORING KARBON HUTAN YANG AKAN DIBANGUN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Iman Santosa Tj. Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan Ditjen Planologi Kehutanan

Lebih terperinci

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor; Telp.: 0251 8633944; Fax: 0251 8634924; Email:

Lebih terperinci

BAB 2. Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi

BAB 2. Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi BAB 2 Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sumatera Barat 13 2.1 Program dan Kegiatan

Lebih terperinci

DEWAN KEHUTANAN DAERAH MALUKU (DKDM) KELOMPOK KERJA REDD+ DEWAN REMPAH MALUKU (DRM) PS. MANAJEMEN HUTAN PROGRAM PASCA SARJANA UNPATTI JURUSAN

DEWAN KEHUTANAN DAERAH MALUKU (DKDM) KELOMPOK KERJA REDD+ DEWAN REMPAH MALUKU (DRM) PS. MANAJEMEN HUTAN PROGRAM PASCA SARJANA UNPATTI JURUSAN DEWAN KEHUTANAN DAERAH MALUKU (DKDM) KELOMPOK KERJA REDD+ DEWAN REMPAH MALUKU (DRM) PS. MANAJEMEN HUTAN PROGRAM PASCA SARJANA UNPATTI JURUSAN KEHUTANAN FAPERTA-UNPATTI JAKARTA, 2012 LUAS WILAYAH MALUKU

Lebih terperinci

Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc

Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas tersusunnya Prosiding Workshop MRV dalam rangka REDD+ di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Prosiding ini merupakan hasil dari workshop dengan judul yang sama yang dilaksanakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN APLIKASI DATABASE PEMANTAUAN KARBON HUTAN

PERKEMBANGAN APLIKASI DATABASE PEMANTAUAN KARBON HUTAN PERKEMBANGAN APLIKASI DATABASE PEMANTAUAN KARBON HUTAN Disampaikan pada Pelatihan Verifikasi dan Updating Data PSP untuk Mendukung Sistem Pemantauan Karbon Hutan yang Sesuai Prinsip MRV Bogor, 23-24 Juni

Lebih terperinci

TRAINING UPDATING DAN VERIFIKASI DATA PSP UNTUK MRV KARBON HUTAN

TRAINING UPDATING DAN VERIFIKASI DATA PSP UNTUK MRV KARBON HUTAN TRAINING UPDATING DAN VERIFIKASI DATA PSP UNTUK MRV KARBON HUTAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN BADAN LITBANG KEHUTANAN, Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610. PO BOX 272. Telp +622518633944;

Lebih terperinci

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON PARTNERSHIP F A C I L I T Y REDD+ READINESS PREPARATION The Forest

Lebih terperinci

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar Oleh : Ir. HENDRI OCTAVIA, M.Si KEPALA DINAS KEHUTANAN PROPINSI SUMATERA BARAT OUTLINE Latar Belakang kondisi kekinian kawasan

Lebih terperinci

PLOT SAMPEL PERMANEN

PLOT SAMPEL PERMANEN PLOT SAMPEL PERMANEN DAN WEB-GIS PEMANTAUAN KARBON HUTAN Donny Wicaksono Disampaikan pada acara Gelar IPTEK Hasil Litbang dan Inovasi Tahun 2016 Auditorium Gedung Manggala Wanabakti Jakarta, 12 Mei 2016

Lebih terperinci

INTEGRASI NFI KE DALAM SISTEM MONITORING KARBON HUTAN YANG AKAN DIBANGUN DI PROVINSI MALUKU

INTEGRASI NFI KE DALAM SISTEM MONITORING KARBON HUTAN YANG AKAN DIBANGUN DI PROVINSI MALUKU INTEGRASI NFI KE DALAM SISTEM MONITORING KARBON HUTAN YANG AKAN DIBANGUN DI PROVINSI MALUKU DR.Ernawati, M.Sc Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan Ditjen Planologi Kehutanan Kementerian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Papua dengan luas kawasan hutan 31.687.680 ha (RTRW Provinsi Papua, 2012), memiliki tingkat keragaman genetik, jenis maupun ekosistem hutan yang sangat tinggi.

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN DAERAH UTK MENCAPAI TARGET PENURUNAN EMISI (PENGALAMAN PEMBANGUNAN PSP DAN RENCANA PENGELOLAAN PSP PASCA 2014 DI PROVINSI MALUKU)

PROGRAM DAN KEGIATAN DAERAH UTK MENCAPAI TARGET PENURUNAN EMISI (PENGALAMAN PEMBANGUNAN PSP DAN RENCANA PENGELOLAAN PSP PASCA 2014 DI PROVINSI MALUKU) PROGRAM DAN KEGIATAN DAERAH UTK MENCAPAI TARGET PENURUNAN EMISI (PENGALAMAN PEMBANGUNAN PSP DAN RENCANA PENGELOLAAN PSP PASCA 2014 DI PROVINSI MALUKU) RONNY LOPPIES Kerjasama PUSPIJAK-FCPF-UNPATTI disampaikan

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagaimana diketahui bahwa Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan gasgas yang terdapat di atmosfer, yang berasal dari alam maupun antropogenik (akibat aktivitas manusia).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia,

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

STRATEGI MONITORING PSP DAN PELUANG PENGINTEGRASIAN KEGIATAN DENGAN PSP LAIN DI PROVINSI MALUKU. oleh : Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IX

STRATEGI MONITORING PSP DAN PELUANG PENGINTEGRASIAN KEGIATAN DENGAN PSP LAIN DI PROVINSI MALUKU. oleh : Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IX STRATEGI MONITORING PSP DAN PELUANG PENGINTEGRASIAN KEGIATAN DENGAN PSP LAIN DI PROVINSI MALUKU oleh : Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IX Pendahuluan UU 41 Tahun 1999, Hutan : # Karunia & amanah

Lebih terperinci

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SUMBER EMISI SEKTOR KEHUTANAN KEBAKARAN HUTAN PENEBANGAN POHON PERUBAHAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN (LEGAL DAN ILLEGAL)

IDENTIFIKASI SUMBER EMISI SEKTOR KEHUTANAN KEBAKARAN HUTAN PENEBANGAN POHON PERUBAHAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN (LEGAL DAN ILLEGAL) LATAR BELAKANG KESEPAKATAN INTERNASIONAL (PROTOKOL KYOTO, COP 12 MONTREAL, COP 13 BALI, COP 15 DI COPENHAGEN, G-20 DI PITTBURG, DLL), ADANYA KESADARAN TERHADAP PERUBAHAN LINGKUNGAN (CLIMATE CHANGE), SEHINGGA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Terdegradasinya keadaan hutan menyebabkan usaha kehutanan secara ekonomis kurang menguntungkan dibandingkan usaha komoditi agribisnis lainnya, sehingga memicu kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelestarian lingkungan dekade ini sudah sangat terancam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate change) yang

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON PARTNERSHIP F A C I L I T Y REDD+ READINESS PREPARATION The Forest

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan gambut merupakan salah satu tipe hutan yang terdapat di Indonesia dan penyebarannya antara lain di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan Pulau

Lebih terperinci

SAMBUTAN. PADA PEMBUKAAN SEMINAR BENANG MERAH KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DENGAN PERUBAHAN IKLIM Manado, 28 Mei 2015

SAMBUTAN. PADA PEMBUKAAN SEMINAR BENANG MERAH KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DENGAN PERUBAHAN IKLIM Manado, 28 Mei 2015 SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN SEMINAR BENANG MERAH KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DENGAN PERUBAHAN IKLIM Manado, 28 Mei 2015 Yang saya hormati: 1. Kepala Dinas

Lebih terperinci

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Disampaikan dalam Workshop: Peran Informasi Geospatial dalam

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

STATUS PEROLEHAN HAKI PUSPIJAK

STATUS PEROLEHAN HAKI PUSPIJAK STATUS PEROLEHAN HAKI PUSPIJAK PROGRES DAN POTENSI OUTLINE HAKI DARI SUDUT PANDANG PUSPIJAK PEROLEHAN HAKI PUSPIJAK IDENTIFIKASI POTENSI HAKI POTENSI PEROLEHAN HAKI 1 HAKI DARI SUDUT PANDANG PUSPIJAK LITBANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Laporan. Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) pada

Laporan. Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) pada Laporan Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) pada Sosialisasi Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan G20 di Pittsburg pada bulan September 2009, telah mencanangkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia akan menurunkan emisi Gas

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA KONFERENSI INTERNASIONAL EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA KONFERENSI INTERNASIONAL EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA KONFERENSI INTERNASIONAL EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN International Conference on Sustainable Mangrove Ecosystems Bali, 18 April 2017 Yang kami

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD - GRK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA

WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA Dr. Etti Ginoga Kepala Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan BADAN LITBANG

Lebih terperinci

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3 PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3.1. Pembagian Urusan Gubernur selaku pimpinan daerah provinsi dalam menyusun RAD GRK harus berpedoman pada Peraturan Presiden No 61 tahun 2011 tentang RAN GRK. Penyusunan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013 SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013 Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang

Lebih terperinci

BUPATI KULONPROGO. Sambutan Pada Acara SOSIALISASI GERAKAN NASIONAL KEMITRAAN PENYELAMATAN AIR (GNKPA) Tanggal, 10 Maret 2011

BUPATI KULONPROGO. Sambutan Pada Acara SOSIALISASI GERAKAN NASIONAL KEMITRAAN PENYELAMATAN AIR (GNKPA) Tanggal, 10 Maret 2011 BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara SOSIALISASI GERAKAN NASIONAL KEMITRAAN PENYELAMATAN AIR (GNKPA) Tanggal, 10 Maret 2011 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian. Yang Kami hormati,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan.

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan ISSN : 2085-787X Policy Volume 4 No. 3 Tahun 2010 Melihat Demonstration Activity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dijalankan beriringan dengan proses perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Dimana pembangunan itu sendiri dilakukan

Lebih terperinci

Isi Paparan. REL Tanah Papua Tahun dari Sektor Kehutanan 6/22/ Roadmap Implementasi REDD+ di Tanah Papua 4.

Isi Paparan. REL Tanah Papua Tahun dari Sektor Kehutanan 6/22/ Roadmap Implementasi REDD+ di Tanah Papua 4. Oleh: Task Force Pembangunan Rendah Emisi Provinsi Papua dan Papua Barat Isi Paparan 1. Pendahuluan REL Tanah Papua Tahun 2001-2020 dari Sektor Kehutanan 3. Roadmap Implementasi REDD+ di Tanah Papua 4.

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN TAHUN 2017 Makassar, 28 Februari 2017 Yth. Menteri Perencanaan

SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN TAHUN 2017 Makassar, 28 Februari 2017 Yth. Menteri Perencanaan SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN TAHUN 2017 Makassar, 28 Februari 2017 Yth. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas; Yth. Gubernur Sulawesi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR-RI Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya kebutuhan lahan dan semakin terbatasnya sumberdaya alam menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih guna hutan sering terjadi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Laswell dan Kaplan (1970) mengemukakan bahwa kebijakan merupakan suatu program yang memroyeksikan tujuan, nilai, dan praktik yang terarah. Kemudian Dye (1978) menyampaikan

Lebih terperinci

Potensi Aplikasi LUWES dan REDD- ABACUS sebagai Sistem Monitoring Karbon Hutan

Potensi Aplikasi LUWES dan REDD- ABACUS sebagai Sistem Monitoring Karbon Hutan Potensi Aplikasi LUWES dan REDD- ABACUS sebagai Sistem Monitoring Karbon Hutan Dalam rangka mendukung perencanaan tatagunan lahan untuk Pembangunan Rendah Emisi Rachman Pasha & Degi Harja Lokakarya Strategi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks global emisi gas rumah kaca (GRK) cenderung meningkat setiap tahunnya. Sumber emisi GRK dunia berasal dari emisi energi (65%) dan non energi (35%). Emisi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP Laporan No.: Nama Proyek Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor Lingkungan dan Pedesaan ID

Lebih terperinci

Bismillahirrahmanirrahim,

Bismillahirrahmanirrahim, SAMBUTAN SEKRETARIS BADAN LITBANG KEHUTANAN PADA ACARA PEMBUKAAN SEMINAR HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN PALEMBANG TAHUN 2013 Palembang, 2 Oktober 2013 Bismillahirrahmanirrahim, Yang saya hormati

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA ACARA MUSYAWARAH

Lebih terperinci

BAB 3. Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

BAB 3. Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi BAB 3 Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi Prosiding Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen di Provinsi Sumatera Barat 25 3.1 Strategi

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

Pertemuan Koordinasi GCF

Pertemuan Koordinasi GCF Didanai oleh Uni Eropa Pertemuan Koordinasi GCF Bali, 23-25 Juni 2014 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan pelopor global dalam hal komitmen negara berkembang untuk melakukan aksi mitigasi secara nasional

Lebih terperinci

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa UPAYA DEPARTEMEN KEHUTANAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL Planet in Peril ~ CNN Report + Kenaikan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua, Shalom. Om Swastiastu.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua, Shalom. Om Swastiastu. K E M E N T E R I A N D A L A M N E G E R I R E P U B L I K I N D O N E S I A DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM Jalan Medan Merdeka Utara Nomor 7 Jakarta 10110, Telp/Fax. 021-3849930/ 38140123

Lebih terperinci

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM (RAD Penurunan Emisi GRK) Oleh : Ir. H. Hadenli Ugihan, M.Si Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel Pemanasan Global Pengaturan Perubahan Iklim COP 13 (2007) Bali menghasilkan

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Workshops/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012 I. PENDAHULUAN

Laporan Kegiatan Workshops/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012 I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI TATA KELOLA SUMBERDAYA ALAM DAN HUTAN ACEH MENUJU PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN DAN RENDAH EMISI VISI DAN MISI PEMERINTAH ACEH VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan PENDAHULUAN Latar Belakang Pencemaran lingkungan, pembakaran hutan dan penghancuran lahan-lahan hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan terlepas

Lebih terperinci

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN POLICY BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam Forum Diskusi Nasional Menuju Kota Masa Depan yang Berkelanjutan dan Berketahanan

Lebih terperinci

- Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah

- Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah - Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah SAMBUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PADA LOKAKARYA MENYIAPKAN SKEMA PENGELOLAAN HUTAN BERBASISKAN MASYARAKAT SEBAGAI PENERIMA MANFAAT UTAMA PENDANAAN KARBON

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK

PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Pembahasan Pedoman Penyusunan RAD GRK Jakarta, 12 Januari 2012 www.bappenas.go.id 1 PENURUNAN EMISI GAS RUMAH

Lebih terperinci

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN Pangkal Pinang 16-17 April 2014 BAGIAN DATA DAN INFORMASI BIRO PERENCANAAN KEMENHUT email: datin_rocan@dephut.go.id PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON PARTNERSHIP F A C I L I T Y Prosiding Workshop REDD+ READINESS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM Oleh DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DALAM ACARA PELATIHAN GCF YANG BERJUDUL PENGUATAN KERANGKA KERJA KELEMBAGAAN PROVINSI MENGENAI PERUBAHAN

Lebih terperinci

Pontianak, 1-2 Oktober Agenda Tentatif

Pontianak, 1-2 Oktober Agenda Tentatif Lokakarya Mendukung Mitigasi Perubahan Iklim: Kerjasama Kementerian Kehutanan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, dan Japan International Cooperation Agency Pontianak, 1-2 Oktober 2013 Agenda Tentatif

Lebih terperinci

PERAN BENIH UNGGUL DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

PERAN BENIH UNGGUL DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM PERAN BENIH UNGGUL DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM Ari Wibowo ariwibowo61@yahoo.com PUSLITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN SEMINAR NASIONAL

Lebih terperinci

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN MUSRENBANG REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2016 Jakarta, 11 Maret 2016

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN MUSRENBANG REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2016 Jakarta, 11 Maret 2016 SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN MUSRENBANG REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2016 Jakarta, 11 Maret 2016 Yth. Sdr. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala

Lebih terperinci

SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020

SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020 UPDATE PAPUA BARAT SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020 MISI 1 2 Membangun komitmen stakeholder melalui legalisasi kelembagaan REDD+

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010)

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010) SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010) Para pejabat Eselon I dan II Lingkup Dephut yang saya hormati,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa

Lebih terperinci

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon Peraturan Presiden RI Nomor 61 tahun 2001 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca terbit sebagai salah satu bentuk kebijakan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility FOREST CARBON PARTNERSHIP F A C I L I T Y Prosiding Workshop REDD+ READINESS

Lebih terperinci

Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+

Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+ Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+ Dr. Henry Barus Konsultan UN-REDD untuk Optimalisasi Multiple Benefit REDD+ Disusun Berdasarkan Pengalaman dan Evaluasi

Lebih terperinci

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG KEHUTANAN. PADA ACARA PEMBUKAAN GELAR IPTEK HASIL LITBANG KEHUTANAN UNTUK MENDUKUNG KPH Bogor, 12 Mei 2014

SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG KEHUTANAN. PADA ACARA PEMBUKAAN GELAR IPTEK HASIL LITBANG KEHUTANAN UNTUK MENDUKUNG KPH Bogor, 12 Mei 2014 SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG KEHUTANAN PADA ACARA PEMBUKAAN GELAR IPTEK HASIL LITBANG KEHUTANAN UNTUK MENDUKUNG KPH Bogor, 12 Mei 2014 Yth. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Yth. Para Sekretaris Badan,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN NATIONAL FOREST INVENTORY (NFI) PADA BPKH WILAYAH XIV KUPANG

PENGELOLAAN NATIONAL FOREST INVENTORY (NFI) PADA BPKH WILAYAH XIV KUPANG PENGELOLAAN NATIONAL FOREST INVENTORY (NFI) PADA BPKH WILAYAH XIV KUPANG DISAMPAIKAN PADA LOKAKARYA SINERGITAS PROGRA M DAN KEBIJAKAN PROVINSI N USA T ENGGARA T IMUR DALAM M ITIGASI PERUBAHAN IKLIM SERTA

Lebih terperinci

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 19/Dik-2/2012 KURIKULUM DIKLAT FIELD SURVEY (PENGUKURAN KARBON)

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 19/Dik-2/2012 KURIKULUM DIKLAT FIELD SURVEY (PENGUKURAN KARBON) KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 19/Dik-2/2012

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WAR, WAB, SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEKALIAN,

ASSALAMU ALAIKUM WAR, WAB, SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEKALIAN, GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN DIALOG PUBLIK SAFEGUARDS REDD+ SULAWESI TENGAH SELASA, 28 MEI 2013 ASSALAMU ALAIKUM WAR, WAB, SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEKALIAN,

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI

SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA PELUNCURAN PETA JALAN MENUJU PENYELAMATAN EKOSISTEM SUMATERA DAN LOKASI DEMONSTRASI KAWASAN EKOSISTEM RIMBA (RIAU JAMBI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci