1. PENDAHULUAN. yang dilindungi saat ini terus terdegradasi oleh keberadaan manusia. Dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. PENDAHULUAN. yang dilindungi saat ini terus terdegradasi oleh keberadaan manusia. Dalam"

Transkripsi

1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyu sisik, salah satu reptile yang digolongkan ke dalam hewan langka yang dilindungi saat ini terus terdegradasi oleh keberadaan manusia. Dalam kondisi normal penyu sisik dalam satu kali musim reproduksi dapat menghasilkan kurang lebih seribu telur, namun dari sekian banyak jumlah telur yang dihasilkan hanya beberapa ekor saja yang mampu bertahan hidup sampai dewasa. Bayangkan misalnya jika kemudian telur-telur tersebut diambil oleh manusia untuk dikonsumsi,maka pertanyaan yang timbul adakah tukik-tukik itu yang sanggup bertahan hidup sampai dewasa ditengah-tengah seleksi alam yang sangat ketat. Penyu sisik adalah salah satu dari enam jenis penyu lain di Indonesia atau dari delapan jenis penyu di dunia. Penyu lain yang ditemukan di Indonesia adalah penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu tempayan (Caretta caretta), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), dan penyu pipih (Natator depressus). Semua jenis penyu yang hidup di perairan Indonesia sebenarnya telah dilindungi oleh UU No 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, serta diatur dalam PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Satwa dan Tumbuhan. ( COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program), atau Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang, adalah program jangka panjang yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia dengan tujuan untuk melindungi, merehabilitasi, dan mengelola pemanfaatan secara lestari terumbu 1

2 karang serta ekosistem terkait di Indonesia, yang pada gilirannya akan menunjang kesejahteraan masyarakat pesisir. Kegiatan Dinas Kelautan dan Perikanan pada program Coremap yang telah dilaksanakan pada dua Kabupaten yakni Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dan Kabupaten Kepulauan Selayar yang memiliki beragam tujuan pada program tersebut. Tujuan-tujuan tersebut tidak hanya berkaitan dengan perbaikan kondisi dan pengelolaan terumbu karang secara fisik, akan tetapi juga perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di lokasi program. Target Coremap dari sisi ekonomi antara lain tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat sebesar 2 persen per tahun atau 10 persen selama lima tahun pelaksanaan program. Peningkatan pendapatan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat menurunkan angka kemiskinan, khususnya di kalangan masyarakat pesisir, yang menjadi salah satu tujuan Coremap. Selanjutnya, dari sisi sosial diharapkan adanya perubahan prilaku masyarakat ke arah yang lebih mendukung bagi terpeliharanya kondisi terumbu karang dan sumber daya laut pada umumnya. ( B. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari Praktek Kerja Lapang (PKL) di Dinas kelautan dan Perikanan Kab. Kepulauan Selayar terhadap program CORMEP II KAB. KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SUAWESI SELATAN TAHUN 2011 Yaitu: 1. Tujuan Institusional adalah sebagai salah satu prasyarat wajib untuk melulusi mata kuliah Praktek Kerja Lapang (PKL) pada Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Makassar. 2. Tujuan Fungsional adalah untuk memperoleh pengalaman kerja, serta ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dari Dinas Kelautan dan 2

3 Perikanan terhadap program COREMAP yang bekerjasama dengan Mitra Bahari di Kabupaten Kepulauan Selayar 3. Tujuan Operasional/Keilmuan adalah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan survey inventarisasi Penyu sisik di Lokasi program COREMAP dengan turun langsung kelapangan. Kegunaan Praktek Kerja Lapang di Dinas Kelautan dan Perikan yang bekerja sama dengan program COREMAP II Kab. Kepulauan Selayar adalah menambah wawasan mahasiswa dalam dunia kerja dan menjadi bahan referensi dan informasi dalam kegiatan inventarisasi Penyu sisik disuatu kawasan konservasi pada daerah program COREMAP 2011 di Kabupaten Kepulauan Selayar. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup dari Praktek Kerja Lapang ini adalah: Inventarisasi Penyu sisik untuk melihat populasi dari tahun-ketahun, habitat penyu, jenis penyu dan untuk mengetahui pada bulan berapa penyu sisik ini bertelur dengan melakukan wawancara yang terstruktur pada masyarakat setempat dan merujuk pada penelitian yang telah dilakukan pada daerah tersebut. 3

4 2. KONDISI INSTANSI A. Kabupaten Kepulauan Selayar Kabupaten Kepulauan Selayar adalah salah satu kabupaten bergugus kepulauan di Provinsi Sulawesi Selatan yang seluruh wilayahnya terpisah dari daratan Pulau Sulawesi dengan panjang garis pantai kurang lebih 670 Km dan luas wilayah ,69 Km². Wilayah lautnya kurang lebih 9.146,66 Km 2 atau 87,08% dari luas wilayah kabupaten sedangkan sisanya adalah wilayah darat sekitar 1.357,03 Km 2 (BPS Selayar, Tahun 2008). Kabupaten Kepulau Selayar terdiri dari 130 buah pulau, 33 buah pulau diantaranya berpenghuni dan sisanya tidak berpenghuni. Daerah ini berada pada ketinggian di atas permukaan laut antara m. Tingkat ketinggian dataran di daerah ini didominasi oleh dataran rendah dengan ketinggian antara 0 25 m di atas permukaan laut. Kabupaten Kepulauan Selayar berada pada titik koordinat : 5º 42' - 7º 35' Lintang Selatan dan 120º 15' - 122º 30' Bujur Timur dengan batas wilayah administrasi sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba - Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Flores - Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores dan Selat Makassar - Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur B. Dinas Kelauatan Dan Perikanan Kab. Kepulauan Selayar Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Selayar dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar Nomor 10 Tahun 2010 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Organisasi, dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar. 4

5 1. Visi Dan Misi DKP Kab. Kep. Selayar Visi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Selayar adalah Menjadi Pusat Industri Kelautan dan Perikanan berbasis Masyarakat Sebagai langkah kongkrit untuk mewujudkan visi telah ditetapkan misi Dinas Kelautan dan Perikanan yang dirumuskan sebagai berikut : 1. Meningkatkan pelayanan untuk pengembangan Kelautan dan Perikanan; 2. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme Sumberdaya Manusia (SDM) aparatur, nelayan dan pembudidaya; 3. Meningkatkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lahan budidaya secara bertanggung jawab; 4. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana penunjang perikanan; 5. Menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai andalan perekonomian daerah; 6. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya. 2. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi DKP Kab. Kep. Selayar Tugas pokok dan Fungsi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Selayar tertuang dalam Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun Tugas pokok Dinas Kelautan dan Perikanan yaitu membantu Bupati dalam menyelenggarakan kegiatan di bidang kelautan dan perikanan, sementara dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Dinas Kelautan dan Perikanan mempunyai fungsi : 1. Pembinaan umum, pembinaan teknis, pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat dan penyuluhan; 2. Penelitian dan pengembangan budidaya perikanan; 3. Pemanfaatan, pengawasan dan penegakan peraturan perundang-undangan; 5

6 4. Pelaksanaan koordinasi dalam penyusunan, pelaksanaan dan pengawasan program bidang perikanan dan kelautan; 5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pemerintah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten kepulauan Selayar Nomor 05 tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi, Kepala Dinas, Sekertaris, Sub Bagian, Bidang dan Seksi maka Struktur Organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan adalah sebagai berikut : a. Kepala Dinas b. Sekertariat, terdiri atas : 1. Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian 2. Sub. Bagian Hukum dan Perencanaan 3. Sub. Bagian Keuangan c. Bidang Pesisir dan Pulau-Pulau kecil, terdiri atas : 1. Seksi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir 2. Seksi Pengembangan Pulau-Pulau Kecil dan Non Hayati 3. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Ikan d. Bidang Perikanan Tangkap, terdisri atas : 1. Seksi Pemanfaatan SDI 2. Seksi Sarana dan Prasarana Penangkapan 3. Seksi Usaha Penangkapan Ikan e. Bidang Perikanan Budidaya 1. Seksi Sarana dan Prasarana Budidaya 2. Seksi Perbenihan 3. Seksi Usaha Budidaya f. Bidang Pengelolaan dan Pemasaran 1. Seksi Pengelolaan dan Standarisasi 2. Seksi Kemitraan dan Pemasaran 6

7 3. Seksi Bina Usaha g. Kelompok Jabatan Fungsional h. UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Dinas Kelautan & Perikanan Kabupaten Kepulauan Selayar adalah sebagai berikut: a. Kepala Dinas Kepala Dinas mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam penyelenggaraan di bidang Kelautan dan Perikanan sesuia kebijakan Bupati dengan memperhatikan petunjuk/pedoman teknis Menteri Kelautan dan Perikanan. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut pada kepala Dinas mempunyai Fungsi : a. Pembinaan umum, pembinaan teknis, pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat b. Pemanfaatan, pengawasan dan penegakan peraturan perundangundangan c. Pelaksanaan koordinasi Perangkat Daerah dan Penyusunan program, pelaksanaan dan pengawasan program d. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh bupati. b. Sekretariat Sekretariat adalah unsur pelayanan teknis administrasi di lingkungan Dinas Kelutan dan Perikanan yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Dinas, mempunyai tugas pokok melaksanakan penatausahaan dan peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana serta urusan hukum dan perundang-undangan, kerumahtanggaan, kepegawaian dan keuangan di lingkungan Dinas. Dalam melaksanakan tugas-tugas sebagaimana dimaksudkan di atas, sekretaris mempunyai fungsi : 7

8 a. Pelayanan staf baik teknis maupun administrasi kepada Kepala Dinas dan seluruh satuan organisasi di lingkungan Dinas; b. Pelaksanaan administrasi ketatausahaan, pperlengkapan, kerumahtanggaan, pengelolaan dokumentasi, kearsipan dan kepustakaan; c. Pelaksanaan fasilitas dan koordinasi penyusunan program; d. Pelaksanaan fasilitas konsep Rancangan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati sesuai bidang kelautan dan perikanan; e. Pelaksanaan proses administrasi dalam rangka penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kelautan dan perikanan; f. Pelaksanaan pelayanan administrasi kepegawaian; g. Pelaksanaan penatausahaan, perencanaan kebutuhan dan pemanfaatan keuangan Dinas; h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan. c. Struktur Organisasi DKP Kab. Kep Selayar Struktur organisasi DKP Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat pada Gambar 1 dibawa ini: 8

9 STRUKTUR ORGANISASI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR KEPALA DINAS KELOMPOK JABATAN SEKRETARIS SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN HUKUM DAN PERENCANAAN SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG PESISIR DAN P2K BIDANG PERIKANAN TANGKAP BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA BIDANG PENGOLAHAN DAN PEMASARAN SEKSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN P2K SEKSI PEMANFAATAN SDI SEKSI PERBENIHAN SEKSI PENGOLAHAN DAN STANDARNISASI SEKSI PENGEMBANGAN P2K DAN NON HAYATI SEKSI SARANA DAN PRASARANA PENANGKAPAN SEKSI PRASARANA DAN SARANA SEKSI KEMITRAAN DAN PEMASARAN SEKSI PENGAWASAAN DAN PENGENDALIAN SDI SEKSI USAHA PENANGKAPAN IKAN SEKSI USAHA BUDIDAYA SEKSI BINA USAHA UPT. KEC. TAKABONERATE UPT. KEC. PASIMASUNGGU UPT. KEC. PASIMASUNGGU TIMUR UPT. KEC. PASIMARANNU UPT. KEC. PASILAMBENA Gambar 1. Struktur organisasi DKP Kab. Kep Selayar, tempat PKL dibidang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 9

10 d. Bidang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Bidang pesisir dan pulau-pulau kecil dipimpin oleh seorang kepala bidang, mempunyai tugas pokok melaksanakan administrasi dan teknis penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan pesisir dan pulau-pulau kecil. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut kepala bidang pesisir dan pulaupulau kecil mempunyai fungsi: 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan di wilayah laut kewenangan kabupaten; 2. Pelaksanaan penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut di wilayah laut kewenangan kabupaten; 3. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil termasuk sumberdaya alam di wilayah kewenangan kabupaten; 4. Pelaksanaan pengawasan dan penegakan hukum di wilayah kewenangan kabupaten dan pemberian informasi apabila terjadi pekanggaran di luar batas kewenangan kabupaten; 5. Koordinasi pengelolaan terpadu dan pemanfaatan sumberdaya laut di wilayah kewenangan kabupaten; 6. Pelaksanaan dan koordinasi perizinan terpadu pengelolaan dan pemanfaatan wilayah laut; 7. Pemberdayaan masyarakat pesisir di wilayah kewenangan kabupaten; 8. Pelaksanaan sistem perencanaan dan pemanfaatan benda berharga dari kapal tenggelam berdasarkan wilayah kewenangannya dengan pemerintah dan profinsi; 9. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah kewenangan kabupaten; 10

11 10. Pelaksanaan kerjasama dan koordinasi dengan daerah lain terutama dengan wilayah yang berbatasan dalam rangka pengelolaan laut terpadu; 11. Pelaksanaan pemetaan potensi sumberdaya kelautan di wilayah perairan laut kewenangan kabupaten; 12. Pelaksanaan penyerasian dan pengharmonisan pengelolaan wilayah dan sumberdaya laut kewenangan kabupaten; 13. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan wilayah laut dalam wilayah kewenangan kabupaten; 14. Pelaksanaan pencegahan pencemaran dan kerusakan sumberdaya ikan serta lingkungan; 15. Pelaksanaan koordinasi antara kabupaten dalam hal pelaksanaan rehabilitasi dan peningkatan sumberdaya ikan serta lingkungannya. e. Bidang Perikanan Tangkap Bidang perikanan tangkap dipimpin oleh seorang kepala bidang perikanan tangkap yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas dan secara teknis koordinatif melalui sekretaris. Tugas pokoknya melaksanakan sebagian fungsi kepala dinas yaitu melaksanakan administrasi dan teknis penyelenggaraan pembinaan, pengembangan perikanan tangkap. Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya, kepala bidang perikanan tangkap mempunyai fungsi: 1. Pegelolaan dan pemanfaatan perikanan di wilayah laut kewenangan kabupaten; 2. Koordinasi dan pelaksanaan estimasi stok ikan di wilayah perairan kewenangan kabupaten; 3. Pelaksanaan dan koordinasi perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah sumberdaya ikan dalam batas kewenangan kabupaten; 11

12 4. Dukungan dan penyebarluasan peta pola migrasi dan penyebaran ikan diperairan wilayah kewenangan kabupaten; 5. Pemberian izin penangkapan dan/atau pengangkutan ikan yang menggunakan kapal perikanan sampai dengan 10 GT serta tidak menggunakan tenaga kerja asing; 6. Penetapan kebijakan dan pelaksanaan pungutan perikanan kewenangan kabupaten; 7. Pelaksanaan kebijakan usaha perikanan tangkap dalam wilayah kewenangan kabupaten; 8. Pelaksanaan kebijkan pemberdayaan nelayan kecil; 9. Pelaksanaan kebijakan peningkatan kelembagaan dan tenagakerjaan perikana tangkap dan kewenangan kabupaten; 10. Pelaksanaan kebijakan sistem permodalan, promosi dan investasi dibidang perikanan tangkap dan kewenangan kabupaten; 11. Pelaksanaan dan koordinasi kebijakan penetapan lokasi pembangunan serta pengelolaan pelabuhan perikanan kewenangan kabupaten 12. Pengelolaan dan penyelenggaraan pelelangan di tempat pelelangan ikan (TPI) 13. Dukungan pembangunan dan pengelolaan pelabuhan perikanan pada wilayah perbatasan dengan negara lain; 14. Pelaksanaan kebijakan pembangunan kapal perikanaan; 15. Pendaftaran kapal perikanan sampai dengan 10 GT; 16. Pelaksanaan kebijakan pembuatan alat penangkapan ikan ; 17. Dukungan dalam penetapan kebijakan produktivitas kapal penangkapan ikan; 12

13 f. Bidang Perikanan Budidaya Bidang perikanan budidaya adalah unsur pelaksana teknis di bidang perikanan budidaya, dipimpin oleh soorang kepala kepala bidang perikanan budidaya yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas dan secara teknis koordinatif melalui sekretaris. Kepala bidang perikanandaya budidaya mempunyai tugas pokok melaksakan administrasi dan teknis penyelenggara pembinaan, pengembangan perikanan budidaya. kepala bidang perikanan budidaya mempunyai fungsi: 1. Pelaksanaan kebijakan pembudidayaan ikan; 2. Pelaksanaan kebijakan produk pembenahan perikanan di air tawar, air payau dan laut; 3. Pelaksanaan kebijakan mutu benih/induk ikan; 4. Pelaksanaan kebijakan, pembangunan dan pengelolaan balai benih ikan air tawar, payau dan laut; 5. Pelaksanaan kebijakan pengadaan, penggunaan dan peredaran serta pengawasan obat ikan, bahan kimia, bahan bilogis dan pakan ikan; 6. Pelaksanaan kebijakan kreditas lembaga sertifikasi pembenihan ikan; 7. Pelaksaan kebijakan pembinaan tata pemanfaatan air dan tata lahan pembudidaya ikan; 8. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan penggunaan sarana dan prasarana pembudidaya ikan; 9. Pelaksanaan kebijakan rekomendasi ekspor, impor induk dan benih ikan; 10. Pelaksanaan potensi dan alokasi lahan pembudidaya ikan; 11. Pelaksanaan teknis pelepasan dan penarikan varietas induk/benih ikan; 12. Pelaksanaan teknis perbanyakan dan pengelolaan induk perjenis, induk dasar dan benih alam; 13

14 13. Pelaksanaan kebijakan perizinan dan penertiban IUP di bidang pembudidayaan ikan yang tidak menggunakan tenaga kerja asing diwilayah kabupaten 14. Pelaksanaan kebijakan pemasukan, pengeluaran, pengadaan, pengedaran dan atau pemeliharaan ikan; 15. Pelaksanaan kebijakan pembudidayaan ikan dan perlindungan; g. Bidang pegolahan dan pemasaran Bidang pegolahan dan pemasaran merupakan unsur pelaksana teknis di bidang pengolahan dan pemasaran, dipimpin oleh seorang kepala bidang pengelolahan dan pemasaran yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas dan secara teknis koordinatif melalui sekretaris. Kepala bidang pegolahan dan pemasaran mempunyai tugas pokok melaksanakan administrsi dan teknis penyelenggaraan pembinaan, pengembangan pengolahan dan pemasaran. Untuk menyelenggarakan tugas pokok kepala bidang pegolahan dan pemasaran mempunyai fungsi : 1. Pelaksanaan kebijakan pengolahan hasil perikanan dan pemasarannya; 2. Pembangunan, perawatan dan pegolahan pasar ikan; 3. Pelaksanaan pengendalian mutudi unit pengolahan, alat transportasi dan unit penyimpanan hasil perikanan sesuai prinsip PMMT dan HACCP, analisa bahannya dan pengendalian titik kritis; 4. Pelaksanaan kebijakan pengawasan monitoringresidu antibiotik dan cemaran mikroba dan bahan berbahaya lainnya serta perairan/lingkungan tempat ikan hidup; 5. Pelaksanaan kebijakan investasi dan pengembangan usaha hasil perikanan; 14

15 6. Pelaksanaan kebijakan perizinan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan di kabupaten; 7. Pembinaan pengolahan hasil perikanan dan standarisasi; 8. Memfasilitasi kemitraan dan pemasaran; 9. Pembinaan kelembagaan; 10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan. h. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok jabatan fungsional adalah unsur pelayanan teknis di lingkungan dinas kelautan dan perikanan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas dan terdiri atas sejumlah tenaga fungsional yang dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior selaku ketua kelompok yang ditetapkan dengan keputusan bupati. i. Unit Pelaksana Teknis Unit pelaksana teknis adalah unsur pelaksana operasi dinas yang dipimpin oleh seorang kepala yang disebut kepal unit pelaksana teknis yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas dan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang menyediakan bahan pembinaan dan koordinasi kegiatan bina usaha hasil produksi ikan. 15

16 3. RANGKAIAN KERJA A. Waktu dan Tempat Praktek kerja lapang (PKL) ini berlangsung selama 2 bulan pada bulan Juli sampai Agustus 2011 yang bertempat di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Selayar yang bekerja sama dengan Mitra Bahari Sulawesi Selatan pasa program Coremap II Kabupaten Kepulauan Selayar. B. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang yakni alat selam dasar dan alat scuba untuk menyelam, kamera anderwater untuk dokumentasi bawa air, kamera digital untuk dokumentasi, alat tulis menulis untuk mencatan hasil wawancara dan kuisioner sebagai bahan wawancara. C. Tahapan pelaksanaan kegiatan Prosedur pengambilan data di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode inventarisasi yaitu secara langsung dengan pengamatan di lapagan dan tidak langsung dengan wawancara mengunakan alat bantu kuisioner, Adapun tahap-tahap persiapan pengambilan data lapangan adalah sebagai berikut : 1. Observasi Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung lokasi pengambilan data. 2. Tahap persiapan Pada tahap persiapan yang dilakukan berupa persiapan untuk pengambilan data pada lokasi yang telah ditentukan. Persiapan tersebut meliputi persiapan alat dasar selam, alat scuba dan tim kerja teknis pada saat pengambilan data serta peralatan dan sarana penunjang lainnya yang akan digunakan. 16

17 3. Penentuan Responden Jumlah responden ditetapkan, yang dibatasi pada Desa barugaiya, responden dipilih pada daerah yang memang merupakan habitat penyu yaitu pada masyarakat Dusun Tulang dan Dusun Joong. Adapun wawancara yang kami lakukan pada Dusun Barugaiya dan Dusun Ujung Bori untuk menambah informasi mengenai penyu, jumlah responden sebagaimana terlampir. 4. Penentuan Lokasi pengamatan penyu sisik Lokasi Observasi penyu dilakukan pada Desa yang di batasi keberadaan penyu berdasarkan informasi dari masyarakat yaitu pada Dusun Tulang dan Dusun Joong. 5. Tahap pengambilan data Pengambilan data dilakukan di lapangan dengan menggunakan kusioner (Lampiran 3). Wawancara secara terstruktur, mendokumentasikan kegiatan, dan turun langsung di lapangan dalam pemantauan penyu sisik. Metode wawancara dilakukan langsung kepada masyarakat nelayan. D. Ulasan Kegiatan Kegiatan praktek kerja lapang di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Selayar yang bekerja sama dengan Mitra Bahari SUL-SEL selaku yang mewadahi terlaksananya Praktek Kerja Lapang dalam Program Coremap II Kabupaten Kepulauan Selayar. Secara umum selama melaksanakan PKL di DKP Kab. Kep. Selayar, kegiatan-kegiatn yang di lakukan baik itu di kantor maupun di lapangan dengan berbagai bimbingan baik dari Staf DKP selaku pembimbing lapangan dan fasilitator Desa. Kemudian secara terstruktur ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada saat melakukan praktek kerja lapang yaitu sebagai berikut: 17

18 1. Pembekalan yang dilakukan oleh Mitra Bahari SUL-SEL selaku pengusul kegiatan PKL di dua kabupaten yaitu Kab. Kep Selayar dan Kab. Pangkajene dan Kepulauan. Ada berbagai jenis materi yang diberikan untuk bekal kepada mahasiswa PKL yaitu sikap seseorang dalam melakukan sosialisasi dengan masyarakat, cara-cara melakukan pendekatan terhadap masyarakat dan tatakrama dengan staf-staf Dinas Kelautan dan Perikanan. Dan materi-materi mengenai apa yang kita harus lakukan pada saat melakaukan PKL dalam menyelesaikan tugas yang di titipkan pada mahasiswa PKL. 2. Pengenalan Instansi DKP Kab. Kep Selayar Kegitan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai permasalahanpermasalahan yang di hadapi oleh DKP di setiap desa-desa yang menjadi program dari Dinas Kelautan dan Perikanan. Dan memberikan informasi mengenai tugas-tugas pokok dari setiap bidang-bisang yang ada dalam organisasi ini. Memperkenalkan berbagai program-progaran COREMAP II yang telah berlangsung dan keterlibatan mahasiswa PKL terhadap progam. 3. Kegitan Kantor Berbagai macam kegiatan kantor yang kami lakukan selama melaksanakan Praktek Kerja Lapang. Kegitan yang dilakukan pada tahap ini yaitu: a. Sosialisasi dan perkenalan terhadap staf-staf DKP dan memberikan informasi mengenai apa yang kami kerjakan selama melakukan PKL di DKP Kab. Kep Selayar baik itu tugas yang diberikan Oleh Mitra Bahri SUL-SEL dan judul PKL yang harus kami selesaikan. b. Keterlibatan secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan kantor yang akan dilaksanakan, yaitu pengimputan data profil Desa yang diberikan dari Motivator Desa yang setiap tahun harus diselesaikan dan 18

19 pengimputan data Crell dari Desa-Desa yang merupakan informasi mengenai hasil tangkapan dan banyaknya tangkapan setiap bulan. c. Melakukan konsultasi terhadap pembimbing lapangan untuk menentukan lokasi yang sesuai dengan kuisoner yang diberikan oleh Mitra Bahari SUL-SEL dan yang sesuia dengan judul PKL d. Pembahasan mengenai juduk PKL, mengenai kuisoner-kuisioner yang akan kami jalankan dan pembahasan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di lapangan selama melakukan PKL. e. Pertemuan terhadap pembimbing lapangan untuk membahas masalah dan permasalahan yang kami hadapi di lapangan. 4. Kegitan Lapangan Kegiatan Lapanagan DKP Kab. Kep Selayar Keterlibatan terhadap kegiatan-kegiatan lapangan yang diberikan kepada mahasiswa PKL mulai dari tugas yang diberikan oleh Mitra Bahari SUL-SEL dan kegitan-kegiatan DKP dalam hal ini Progam COREMAP II, yaitu: a. Kegiatan dari CBM COREMAP II untuk penentuan titik dan batas Daerah Perlindungan Laut baik itu zona inti dan zona penyangga di Desa Baraklambongan yang melibatkan mahasiswa PKL, staf DKP dan masyarakat setempat dalam penyelaman, pengambilan titik koordinatnya dan sosialisasi kepada masyarakat tetang DPL agar tidak terjadi pelanggaran dan pengawasannya akan berjalan dengan baik; b. Survei ekositem terumbu karang yang bekerjasama dengan Wanabahari yang merupakan rekan kerja dalam melakukan pemantauan terumbu karang di Kabupaten kepulauan selayar yang setiap tahun dalaksanakan dalam pengambilan data tutupan karang menggunakan metode FIT, dilaksanakan selama 2 minggu mulai dari pulau-pulau selayar sampai daerah pesisir pulau selayar sendiri. 19

20 c. Keterlibat dalam melakukan sosialisai mengenai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) yang di lakukan di pulau Gusung diantara yaitu Desa Bontoborusu, Desa Kahu-Kahu dan Desa Bontolebang yang merupakan prorioritas untuk daerah Kawasan Konservasi Laut Daerah. d. Melakukan pemantauan dan evaluasi langsung terhadap fasilitasfasilitas yang diberikan oleh COREMAP II mulai dari bangunan info center, ukuran infi center, titik koordinat info center kegiatan-kegiatan yang dilakukan di info center dan imfentaris dari info center. Dalam menyesuikan dengan propasal yang dimasukkan untuk anggaran dalam pembangunan info center disetiap Desa. Kegiatan Lapangan Mitra Bahari SUL-SEL Menjalankan kuisioner dari Mitra Bahari SUL-SEL yaitu kuisioner Masyarakat pesisir dan Kuisioner mengenai Biota-Biota Laut yang dilindungi oleh Undang-Undang. Ada 6 Desa yang telah ditetapkan oleh DKP,disetiap desa harus mengambil responden masyarakat nelayan baik itu nelaya pembudidaya dan nelayan tangkap sebanyak 30 dan 4 responden stekholder yaitu staf Desa dan motivator desa yang dapat memberikan informasi yang lebih detail masalah fasilitas dan permasalahan yang ada di Desa. Kegiatan Lapangan untuk Inventarisasi Penyu Metode yang dilakukan dalam pengambilan data sekunder tentang jenisjenis penyu di perairan Kabupaten Kepulauan Selayar serta survei langsung ketempat yang merupakan habitat bagi penyu terutama pada daerah DPL Desa Barugaiya dengan melakukan penyelaman dan juga snorkling. Ada 4 titik yang kita ambil yaitu yaitu 2 titik pada daerah DPL dan 2 titik diluar DPL sekaligus melakukan pemantauan tutupan ekosistem terumbu karang untuk membandingkan habitat yang sering 20

21 dijadikan sebagai tempat mencari makan bagi penyu. Untuk kuisionernya menggunakan pertanyaan yang menyangkut pengetahuan tentang penyu, habitat dan juga jenisnya serta peranan masyarakat dalam menjaga kelestarian penyu. Keterlibatan pemerintah melakukan penangkaran penyu. Metode wawancara terstruktur pada setiap masyarakat yang sering menemukan penyu pada bulan-bulan bertelurnya dan pada masyarakat nelayan yang sering mendapatkan penyu pada saat melaut, baik itu yang menggunakan pancing dan jaring. Tujuannya untuk mendapat informasi yang valid tentang habitat, jenis dan pada bulan-bulan berapa penyu ini naik kepesisir pantai untuk bertelur E. Hasil Kegiatan Gambaran Umum Desa Barugaiya 1. Kondisi Geografis Desa Barugaiya merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah administratif Kecamatan Bontomanai. Secara geografis Desa Barugaiya terletak di pesisir pantai barat pulau Selayar yang memanjang dari utara ke selatan dan diapit oleh dua buah sungai, yaitu Sungai Taman Rojak dan Sungai Tulang, (gambar 2) dengan batas wilayah desa : Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat : Desa Bontolempangan : Desa Parak; : Desa Polebungin dan Desa Mare-Mare; : berbatasan dengan Laut Flores. Secara administrative pemerintahan terbagi menjadi 5 (empat) dusun, yaitu : Dusun Ujung Bori, Dusun Barugaiya, Dusun Joong, Dusun Pajalaiya dan Dusun Tulang. Jarak antara Desa Barugaiya dengan ibukota Kecamatan Bontomanai 21

22 (Polebungin) adalah 3,5 Km, Sedangkan jarak dengan ibukota Kabupaten (Benteng) adalah 10 Km. 2. Peta Desa Barugaiya Dapat dilihat dari gambar dibawah ini, terlihat sebelah Barat Desa Barugaiya adalah tempat dimana penyu dapat ditemukan di Desa ini. Gambar 2, Peta Desa Barugaiya 3. Kondisi Iklim Secara umum bentuk topografi daratan Desa Barugaiya relatif datar dengan ketinggian dari permukaan laut sekitar 0 50 Meter dari permukaan laut dengan curah hujan rata-rata pertahun sebesar 97,3 mm dan keadaan suhu rata-rata sebesar C. Di Desa Barugaiya dikenal ada 5 musim, yaitu : musim Barat (Bulan Desember Februari), musim Timur (Bulan Mei Agustus), Pancaroba (september November dan Maret Mei), musim Hujan (November Januari), dan musim Kemarau (Juli November). Disepanjang pantai, perairan Desa Barugaiya tersebar kurang lebih 7 taka yaitu: Taka Tallu, Taka Sahang Tole, Taka Batu Putih, Taka Suka/Honde, Taka 22

23 Pa lamuruan, Taka Sumingi. Dimana sebagian besar kondisi terumbu karang tersebut sudah rusak akibat pemboman dan bius. 4. Kondisi Sosial Budaya a. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Desa Barugaiya adalah sebanyak jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 570 orang dan perempuan sebanyak 663 orang dengan jumlah kepala keluarga 328 KK. Presentase penduduk Desa Barugaiya berdasarkan etnik masing-masing adalah : etnik Selayar sebanyak 98,7 % (1.217 orang), Etnik Flores sebanyak 0,16 % (2 orang), Jawa / Betawi sebanyak 0,24 % ( 3 orang), Bugis sebesar 0,81 % (10 Orang) dan Etnik Tator sebanyak 0,08 % (1 orang). b. Pendidikan Gambar 3, Persentase tingkat pendidikan masyarakat Desa barugaiya Dari hasil wawancara terlihat persentase tingkat pendidikan masyarakat Desa Barugaiya yang tidak tamat Sekolah Dasar sebanyak 6,0 %, tamat Sekolah Dasar 44,1%, Tamat SMP sebesar 29,2%, tamat SMU sebesar 11,6%, lulusan Diploma 5,8%, dan perguruan tinggi sebesar 3,3%. Dari persentase tingkat pendidikan di atas menunjukkan bahwa masyarakat desa 23

24 barugaiya harus lebih memperhatika masalah pendidikan karena masih banyak masyarakt yang tidak sampai pada program pemerintah yang mewajib 9 tahun bagi masyarakat. Karena untuk akses dan saran prasaran untuk pendidikan sangat memadai bagi masyarakat. Tinggal bagaimana masyarakat mau sadar akan pentingnya pendidikan bagi mereka. Perekonomian Desa Barugaiya bertempu pada beberapa sektor/subsektor, di antaranya yaitu: Pertanian (pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan), Pertambangan, industri kecil/kerajinan serta jasa perdagangan (jasa perdagangan, jasa angkutan, jasa keterampilan dan jasa penyewaan) dengan fasilitas perekonomian yang ada berupa satu buah pasar desa. Tabel 1. Komposisi penduduk Desa Barugaiya berdasarkan jenis pekerjaan No Jenis Pekerjaan Jumlah (Org) Presentase (%) 1 Petani ,43 2 Nelayan 75 20,44 3 Peternak 58 15,80 4 PNS 56 15,26 5 Pedagang 17 4,63 6 Tukang Kayu 11 3,00 7 Tukang Batu 3 0,82 8 Penjahit/Bordir 12 3,27 9 Tukang Cukur 1 0,27 10 Tukang Becak 1 0,27 11 Tukang Ojek 3 0,82 12 Sopir 11 3,00 13 Jumlah ,00 Pada umumnya masyarakat Desa Barugaiya berprofesi sebagai petani (petani tanaman pangan), seperti: jagung, kacang tanah, ubi kayu dan tanaman jeruk. Profesi sebagai nelayan menempati urutan kedua, dimana terdapat 75 24

25 orang masyarakat Desa Barugaiya yang menjadikan laut sebagai tumpuan ekonomi melalui usaha penangkapan dan budidaya ikan. Pancing dan jaring merupakan dua alat tangkap yang rata-rata digunakan oleh nelayan di Desa Barugaiya, selain itu terdapat empat orang pemilik keramba ikan, sedangkan sarana yang digunakan untuk menangkap ikan adalah sampan dan sampan dengan mesin tempel luar. Lokasi penangkapan ikan umumnya di sekitar karang, seperti Taka Pa lamuruan, Taka Batu Putih, Taka Sahang Toke, Taka Tallu dll). Jenis hasil tangkapan biasanya adalah ikan-ikan karang, seperti ikan sunu, ikan kakap, ikan katamba, ikan kerapu dll. 5. Aspek Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyu Masyarakat Desa Barugaiya pada umumnya sudah banyak mengetahui biota-biota laut yang dilindungi, tapi masih dalam jumlah yang sedikit misalnya penyu, hiu, gurita dan terumbu karang pada umumnya. Penyu menurut masyarakat adalah binatang bangsa reptilia yang hidup di laut dan dilindungi oleh undang-undang. Seperti kura-kura, badan penyu juga ditutupi tempurung bagian punggungnya disebut karapak, sedangkan bagian perutnya disebut plastron. Kakinya telah beradaptasi kebentuk menyerupai dayung dipakai sebagai alat gerak di dalam air dan di darat Di seluruh dunia hanya terdapat 7 jenis penyu yaitu Dermochelys coriacea L, Chelonia mydas L, Eretmochelys imbricata, Lepidochelys olivaceae L, Lepidochelys kempii, Caretta caretta, dan Natatator depressus (Caribbean Conservation Corporation, 1996). Namun sesungguhnya hanya 6 jenis yang ditemukan di perairan laut Indonesia, dari ke tujuh jenis tersebut yang tidak ditemukan di Indonesia adalah Lepidochelys kempii (Sukotjo, 1997; Ismu, 1997) Menurut Nuitja (1997), penyu merah (Caretta caretta) berdasarkan penelitianpenelitian diduga hanya memiliki jalur migrasi di Indonesia tetapi tidak pernah ditemukan bertelur di Indonesia, sedangkan Natatator depressus di duga hidup 25

26 menyebar di pulau-pulau Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur ( sekarang Timor Leste ) yang berbatasan dengan Australia. Penyu Sisik Penyu sisik merupakan anggota Famili Cheloniidae, Marga Eretmochelys dengan nama jenis Eretmochelys imbricatae. Penyu ini sangat berbeda dengan yang lain karena memiliki karapak yang nampak bersisik dengan susunan bertumpuk-tumpuk seperti susunan genting. Sisik berwarna hitam mengkilat, orang-orang membunuhya dengan tujuan mendapatkan sisiknya yang indah untuk digunakan sebagai barang perhiasan. Merupakan penyu dengan ukuran terkecil dengan panjang sekitar cm dengan berat kg. Memiliki kepala menyempit dengan mulut seperti paruh burung. Penyu sisik bertelur dengan interval 2-3 tahun dengan 2-4 kali bertelur dalam satu musim dengan jarak 15 hari. Jumlah telur yang dihasilkan mencapai 160 butir dalam satu kali peneluran. Dengan masa inkubasi sekitar 60 hari. Paruh penyu sisik agak runcing sehingga memungkinkan mampu menjangkau makanan yang berada di celah-celah karang sponge dan anemone. Mereka juga memakan udang dan cumi-cumi. Penyu sisik bersifat karnivora dengan makanan utama sponge, karang lunak, dan kerang-kerangan. Populasi penyu ini mengalami penurunan drastis, namun masih bertelur di beberapa wilayah Indonesia. Gambar 4, Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) Sumber Penyu Hijau Penyu hijau merupakan anggota Famili Chelonioidea, Marga Chelonia dengan nama jenis Chelonia mydas. Penyu hijau dapat dengan mudah 26

27 dibedakan dengan penyu lain karena memiliki sepasang sisik di depan matanya sedangkan jenis lain memiliki lebih dari dua pasang. Penyu hijau memiliki panjang lebih 3 kaki sampai 5 kaki dengan berat mencapai 871 pounds. Memiliki cakar yang tajam pada kaki depannya. Interval bertelur antara 2-3 tahun. Sekali musim dapat 3-5 kali bertelur dengan jarak sekitar 12 hari. Sekali bertelur dapat menghasilkan 115 butir, masa inkubasi sekitar 60 hari. Ketika penyu hijau masih muda makan berbagai jenis biota laut seperti cacing laut, udang remis, rumput laut juga alga. Ketika tubuhnya mencapai ukuran cm, penyu hijau berubah menjadi herbivora dan makanan utamanya adalah rumput laut. Penyu hijau memiliki nama lokal penyu daging. Penyu ini tersebar di seluruh kepulauan Indonesia, dan masih dapat ditemukan dalam jumlah yang besar, seperti di Pantai Pangumbahan Jawa Barat dan Kepulauan Derawan Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Penyu hijau termasuk dalam 6 jenis penyu yang dilindungi sejak PP No. 7/1999 tentang pengawetan Tumbuhan dan Satwa dikeluarkan. Penyu Tempayan Penyu tempayan merupakan anggota Famili Cheloniidae, Marga Caretta dengan nama jenis Caretta caretta. Penyu ini dapat mudah dibedakan dari jenis penyu lainnya karena memiliki kepala nampak relative besar dibandingkan dengan jenis penyu lainnya. Penyu dewasa memiliki berat lebih dari 350 pounds dan memiliki karapak berwarna merah kecoklatan dengan plastron coklat sampai kuning, panjang karapak berkisar cm. interval bertelur antara 2-3 tahun, bulan-bulan bertelur antara Mei sampai dengan September satu kali musim dapat bertelur 4-7 kali. Jumlah telur dapat mencapai dengan masa inkubasi 60 hari. Penyu tempayan memiliki rahang yang kuat untuk menghancurkan kulit kerang. 27

28 Penyu Tempayan, yang dikenal dengan nama penyu karet atau penyu bromo, bersifat karnivora dengan makanan utama kerang-kerangan, kepiting, bulu babi, dan ubur-ubur; penyu ini jarang ditemukan di Indonesia, namun daerah penelurannya masih dapat ditemukan di Provinsi maluku (Salm dan Halim, 1984) dan di perairan Taman Nasional Laut Taka Bonarate, Sulawesi Selatan. Penyu tempayan dilindungi sejak tahun 1980 berdasarkan Keputusan menteri Pertanian no. 176/Kpts/Um/10/1980. Penyu Lekang Penyu lekang merupakan anggota Famili Cheloniidae, Marga Lepidochelys dengan nama jenis Lepidochelys olivacea. Di Indonesia selain dikenal dengan nama penyu lekang. Penyu ini juga populer dengan nama penyu abu-abu. Pemberian nama tersebut didasarkan pada warna cangkang penyu dewasa yaitu abu-abu. Tubuh bagian atas penyu ditutup oleh karapas dan bagian bawah ditutup plastron. Kedua bagian tersebut disusun oleh sisik-sisik dengan lapisan zat tanduk yang keras (carr, 1952). Penyu Lekang, yang juga dikenal dengan nama lokal slengkrah atau Ridel. Penyu Lekang ditemukan di beberapa wilayah Indonesia, wilayah penetasannya antara lain di sumatera; Alas Purwo, Jawa Timur; Paloh, Kalimantan Barat; dan Nusa Tenggara Timur (Salm dan Halim, 1984, 1996). Penyu lekang dilindungi sejak tahun 1980 berdasarkan keputusan menteri Pertanian No. 716/Kpts- Um/10/1980. Penyu Pipih Penyu pipih merupakan anggota Famili Cheloniidae, Marga Natator dengan nama jenis Natator depessus. Penyu pipih dewasa dapat mencapai berat 198 pounds dengan ukuran panjang 39 inci. Mudah dikenali dari bentuknya yang sangat pipih dibanding penyu lain. Banyak ditemukan di karang-karang dan di padang lamun (rumput laut), bertelur 4 kali dalam semusim dengan jumlah 28

29 sekitar 50 butir namun dengan ukuran yang relative besar. Jenis ini karnivora sekaligus herbivora. Penyu pipih memakan timun laut, ubur-ubur, kerangkerangan, udang, dan invertebrata lainnya. Penyu ini berada di perairan Indonesia hanya untuk mencari makan dan melakukan peneluran di Australia. Penyu jenis ini sering ditemukan mencari makan di perairan Irian jaya, tetapi belum pernah ditemukan bertelur di wilayah tersebut (Kitchener, 1996). Penyu ini dilindungi sejak tahun 1992 berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan no. 882/Kpts-II/1992. Penyu Kempi Penyu merupakan anggota Famili Cheloniidae, Marga Lepidochelys dengan nama jenis Lepidochelys kempii. Penyu kempi merupakan penyu paling langka di dunia, dengan ukuran paling kecil. Ukuran penyu dewasa dengan panjang cm dengan berat kg. karapak berwarna abu-abu dengan plastron berwarna kuning, penyu ini memiliki cakar yang kuat. Bertelur tiap tahun dengan 2 kali bertelur dalam satu musim, jumlah telur mencapai 10 butir dengan masa inkubasi sekitar 55 hari. Bulan bertelur antara April sampai dengan Juni. Seperti halnya penyu tempayan, mereka juga karnivora. Mereka juga memakan kepiting, kerang, udang dan kerang remis. Penyu Belimbing Penyu blimbing merupakan anggota Famili Dermochelidae, Marga Dermochelys dengan nama jenis Dermochelys coriacea. Penyu belimbing merupakan jenis penyu yang paling mudah dikenali oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh keadaan morfologi tubuh yang berukuran paling besar dibandingkan penyu yang lain (seperti Chelonia mydas dan Eretmochelys imbricata). Penyu belimbing dikenal oleh beberapa masyarakat dengan sebutan penyu raksasa, kantong atau mabo. Daerah peneluran penyu belimbing dapat 29

30 ditemukan di pantai barat Sumatera; selatan Jawa: dan daerah tertutup di Nusa Tenggara (Salam dan Halim, 1784; Kitchener, 1996). Lokasi peneluran penyu belimbing tersebar di Indonesia terletak di Pantai Jamursba Medi, Sorong Irian Jaya dan merupakan pantai peneluran penyu belimbing terbesar ketiga di kawasan Indo-Pasifik (Agus Dermwan, kom.pribadi, 2002). Penyu ini dilindungi sejak tahun 1987 berdasarkan keputusan Menteri Pertanian no. 327/Kpts/Um/5/1978. Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan perlindungan penyu laut, sampai dengan tahun 1997 semua penyu dilindungi oleh pemerintah kecuali untuk penyu hijau (Chelonia mydas L). Undang-undang yang melindungi penyu adalah Dermochelys coriacea L. Dilindungi berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 327/KPTs/Um/5/1978, Eretmochelys imbricata dan Natatator depressus, dilindungi berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 882/Kpts-II/92, Lepidochelys olivaceae L dan Caretta caretta dilindungi berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 716/Kpts/Um/10/1980. Peraturan pemerintah yang terbaru No. 7 tahun 1999 tentang Pelestarian Tumbuhan dan satwa langka telah memasukkan semua jenis penyu sebagai hewan yang dilindungi. Gambar 5 membuktikan bahwa masyarakat Desa Barugaiya sudah tahu bahwasanya penyu yang ada di daerahnya dilindungi oleh undang-undang dan keputusan menteri pertanian serta menteri kehutanan. 100% responden mengatakan bahwa penyu itu dilindungi oleh sebab itu masyarakat dilarang untuk menangkap atau mengeksploitasi satwa yang hampir punah, baik untuk dikonsumsi atau dijual walaupun harga jualnya sangat mahal. 30

31 Persen Dilindungi Tidak Dilindungi Gambar 5. Persentase pengetahuan masyarakat tetang penyu yang dilindungi oleh Undang-Undang Setiap tahun populasi penyu di daerah ini berkurang, Ada beberapa responden mengatakan bahwa yang sering menangkap penyu di daerah ini adalah orang-orang dari luar dengan menggunakan alat tangkap jaring khusus penangkap penyu lalu dikirim ke Bali untuk dijual, paparan dari salah satu reponden. Akibatkan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah setempat dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam melindungi, menjaga lingkungan dan habitat dari penyu. Dilapangan terlihat masih banyak pengerusakan yang dilakukan misalanya mengambil pasir dipesisir pantai untuk bahan bagunan yang merupakan tempat mendarat atau habitat bertelur dari penyu. Pemerintah sendiri harus membuat kegiatan-kegiatan yang dilakaukan terkait dengan pelestarian penyu di darah ini. Masyarakat sendiri sudah menunggu akan adanya tindakan dari pemerintah untuk membuat daerah penangkaran di Desa Barugaiya khususnya di Dusun Tulang agar pelestarian penyu pada daerah ini dapat dilakukan. 31

32 6. Habitat, Jenis Penyu dan Waktu Bertelurnya Pengidentifikasian jenis penyu mendarat sangat bervariasi bergantung jenis penyu itu sendiri misalnya Penyu Hijau (Chelonia mydas) frekuensi bertelur paling banyak pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober. Dalam waktu yang sama juga berlaku pada penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) frekuensi mendarat untuk bertelur lebih singkat yaitu pada bulan Oktober sampai Mei, sedang Penyu Belimbing (Dermochelys coriaceae) frekuensi mendarat berkebalikan dari ketiga jenis penyu di atas, penyu Belimbing mendarat pada bulan April sampai Juli pada bulan Agustus terjadi penurunan jumlah yang mendarat, baru pada bulan berikutnya September sampai Desember jumlah penyu bertelur sama pada bulan April sampai Juli. Musim bertelur penyu terjadi sepanjang tahun, tiap penyu akan bertelur sekitar 4 sampai 6 kali setiap tahunnya dengan interval masa peneluran selama 12 sampai 14 hari. Meskipun demikian, pada musim-musim tertentu, biasanya selama 2 sampai 5 bulan dalam setahun terjadi produksi telur melimpah. Di Indonesia produksi paling melimpah terjadi pada musim kemarau, yaitu antara bulan Juli dan Oktober. Habitat penyu adalah laut yang airnya bersih dan dingin seperti halnya pada laut samudera. Sedangkan daerah yang disukai penyu adalah laut dalam, untuk mencari makan pergi ke perairan yang dangkal dengan sedikit batu-batu, dengan kedalaman air tidak melebihi 200 meter karena di daerah ini banyak terdapat rumput-rumputan atau jenis ganggang yang merupakan makanan pokok dari berbagai jenis penyu. Selain itu bebatuan yang ada selain sebagai tempat beristirahat atau berlindung disitu juga terdapat ikan kecil, udang, molusca dan spon. Kebanyakan penyu bersifat omnivora, meskipun pada beberapa jenis ada yang bersifat herbivora dan karnivora. Pada umumnya penyu menyukai bagian laut yang lebih panas dan dekat dengan pantai. 32

33 Habitat Penyu di Desa Barugaiya Habitat penyu yang ada di Desa Barugaiya berada pada bagian Barat Desa terutama di pesisir laut Dusun Tulang dan Dusun Joong yang merupakan habitat dari penyu. Terutama jenis penyu sisik dan penyu hijau terdapat di daerah yang memiliki tutupan karang yang bagus pada daerah slop karena pada daerah itulah merupanakn tempat mencari makanan dan tempat bermain bagi penyu serta pesisir pantai di daerah ini mempunyai pasir putih yang halus, sebagai habitat mendarat untuk bertelur bagi penyu sisik dan penyu hijau serta dua jenis penyu lainnya yaitu penyu tempayan dan penyu lekang. Di daerah ini terdapat pula Muara Sugai Sumigi tempat beraktivitas masyarakat untuk mengambil pasir. Gambar 6, Wilayah peisir Dusun Tulang tempat bertelur bagi penyu 33

34 Jenis Penyu Yang Ada di Desa Barugaiya Desa Barugaiya adalah Desa yang memiliki keanekaragam biota laut yang dilindungi oleh Undang-undang, khususnya penyu. Dari gambar dibawah dapat dilihat beberapa jenis penyu yang ada di daerah ini; 0,0 0,0 45,5 9,1 9,1 36,4 0,0 Penyu belimbing Penyu Hijau Penyu Pipih Penyu Lekang Penyu Sisik Penyu Tempayan Penyu Lekang Kempii Gambar 7. Persentase jenis penyu yang pernah dilihat oleh masyarakat Gambar diatas menunjukkan persentase Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate) dari data responden yang paling sering dilihat persentasenya sebesar 45,5 %, untuk Penyu Hijau (Chelonia mydas) sebesar 36,4 %, Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) sebesar 9,1 % dan Penyu Tempayan (Caretta caretta) persentase sebesar 9,1 %. Untuk yang tiga jenis penyu menurut responden tidak pernah melihat karena penyu belimbing dapat ditemukan di pantai barat Sumatera; selatan Jawa: dan daerah tertutup di Nusa Tenggara. Lokasi peneluran penyu belimbing tersebar di Indonesia terletak di Pantai Jamursba Medi, Sorong Irian Jaya dan merupakan pantai peneluran penyu belimbing terbesar ketiga di kawasan Indo-Pasifik. Penyu ini dilindungi sejak tahun 1987 berdasarkan keputusan Menteri Pertanian no. 327/Kpts/Um/5/1978. Penyu Lekang Kempi merupakan penyu yang paling langka di dunia, dengan ukurannya 34

35 yang kecil. Sedangkan untuk penyu Pipih hanya terdapat pada perairan irian Jaya yang digunakan sebagai tempat migrasi, mencari makanan dan kembali ke perairan Australia untuk bertelur. Sehingga untuk daerah ini, responden tidak pernah melihatnya. Menurut Kepala Balai Kawasan Taman Nasional Takabonerate terdapat 4 jenis penyu yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar diantaranya yaitu Penyu Sisik (Eretmochelis imbricate), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang (Lepidochelys olivacea) dan Penyu Tempayan (Charetta charetta). Gambar 8. Penyu sisik yang ditangkap oleh masyarakat Dapat dilihat bahwa sebaran penyu yang ada di Kawasan Nasional Takabonerate juga terdistribusi pada perairan Desa Barugaiya, jadi sebaran penyu untuk daerah perairan selayar sangat merata sesuai dengan habitat dari jenis-jenis penyu yang ada. Masyarakat Desa Barugaiya sadar bahwasanya penyu ini dilindungi oleh undang-undang, jadi ketika mereka melihat penyu atau tersangkut pada jaring serta terkena pancing akan langsung dilebas kembali keperairan. Rata-rata ukuran penyu yang dilihatnya berukuran besar dan sebagian masyarakat 35

36 nelayan menganggap penyu itu adalah hama terutama masyarakat nelayan yang menggunkan alat tangkap jaring sangat diresahkan karena menganggu dan sering terkena jaring sehingga merusak jaring dari nelayan. Waktu Bertelur Penyu di Desa Barugaiya Bulan Maret Juli adalah bulan-bulan dimana penyu akan naik kepesisir untuk bertelur. Jarak dari garis pantai antara 5-10 meter untuk mencari habitat bertelur yang tersembunyi dan aman dari pemangsanya seperti anjing, terutama manusia. Menurut responden penyu sendiri mempunyai trik dalam mencari daerah yang digunakan untuk bertelur dengan menggali beberapa lubang pada pasir agar para predatornya susah dalam mencari yang mana sebenarnya lubang yang digunakan oleh penyu untuk bertelur. Bulan Mei sampai Juli merupakan puncak yang intensitas bertelurnya semakin meningkat dibandingkan antara bulan Maret samapai Mei. Dari data responden mengatakan apabila puncak bertelur dari penyu dengan jumlah yang besar, setiap malam antara 3 5 penyu yang naik untuk bertelur dalam semalam dengan jenis-jenis penyu yang berbeda-beda. Dalam satu minggu hanya satu sampai dua malam penyu ini tidak naik kepesisir untuk bertelur. Rata-rata jumlah telur penyu antara butir telur, masayarakat Dusun Tulang ketika bulan-bulan pendaratan penyu untuk bertelur, setiap malam kepesisir pantai mencari telur penyu untuk menambah kebutuhan hidup sehariharinya, dan juga suda merupakan kebiasaan yang setiapa tahunnya dilakukan. Masyarakat sendiri ketika mendapat sarang atau tempat bertelurnya penyu, mereka tidak akan mengambil semua telur penyu dan menyisahkannya untuk kelangsungan hidup dari penyu sampai 10 butir telur yang diletakkan ditempat lain atau membuat sarang baru menurut mereka aman dari predator. Telur dijual dengan harga antara 700 samapi 750 rupiah perbutirnya yang dipasarkan di Kota Benteng dan diserahkan kepengumpul. 36

37 Dari 15 responden sangat mengharapkan turun tangan pemerintah dalam melestarikan penyu yang ada didaerahnya, sekaligus membuat suatu daerah penangkaran penyu agar penyu didaerahnya tidak punah dan dapat dilihat oleh anak cucu mereka. Gambar 9, Wawancara dengan Bapak Supardi masyarakat Dusun Tulang untuk Inventarisasi penyu di daerahnya. Gambar 10, Wawancara dengan Bapak Sawaluddin masyarakat Dusun Tulang untuk Inventarisasi penyu di daerahnya. 37

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah. II. URUSAN PILIHAN A. BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Kelautan 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumber daya kelautan dan ikan di wilayah laut kewenangan 2. Pelaksanaan

Lebih terperinci

CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN LAMPIRAN XXIX PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Kelautan 1. Pelaksanaan

Lebih terperinci

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut. - 602 - CC. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Kelautan 1. Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan di wilayah laut

Lebih terperinci

Terlaksananya kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan. Terlaksananya penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

Terlaksananya kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan. Terlaksananya penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut. B. URUSAN PILIHAN 1. KELAUTAN DAN PERIKANAN a. KELAUTAN 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan di wilayah laut kewenangan 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan

Lebih terperinci

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten.

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten. Sesuai amanat Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. Serta Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

Lebih terperinci

BUPATI MANDAILING NATAL

BUPATI MANDAILING NATAL - 1 - BUPATI MANDAILING NATAL PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 03 TAHUN 2001 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 40 TAHUN 2000 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 03 TAHUN 2001 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 40 TAHUN 2000 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 03 TAHUN 2001 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 40 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN LEBAK

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyu adalah kura-kura laut. Penyu ditemukan di semua samudra di dunia.

I. PENDAHULUAN. Penyu adalah kura-kura laut. Penyu ditemukan di semua samudra di dunia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyu adalah kura-kura laut. Penyu ditemukan di semua samudra di dunia. Menurut para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman purba (145-208 juta tahun yang lalu) atau

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 37 NOMOR 37 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 37 NOMOR 37 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 37 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG Menimbang : DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistemnya. Pasal 21 Ayat (2). Republik Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistemnya. Pasal 21 Ayat (2). Republik Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia memiliki kekayaan laut yang sangat berlimpah. Banyak diantara keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO 1 PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

HAI NAMAKU PENYU Fakta Tentang Penyu Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145-208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Penyu termasuk kelas reptilia yang

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN. PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 66 TAHUN 2009 T E N T A N G

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 66 TAHUN 2009 T E N T A N G BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 66 TAHUN 2009 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUT AN DAN PERl KANAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 49 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sepanjang khatulistiwa dan km dari utara ke selatan. Luas negara Indonesia

I. PENDAHULUAN. sepanjang khatulistiwa dan km dari utara ke selatan. Luas negara Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, sekitar 17.508 buah pulau yang membentang sepanjang 5.120 km dari timur ke barat sepanjang

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21 DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 21 Dinas Peternakan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 101111111111105 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang potensial seperti sumberdaya terumbu karang. Berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA UNSUR-UNSUR ORGANISASI DINAS PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

Lebih terperinci

Tata Kerja Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon (Berdasarkan pada Peraturan Walikota No. 37 Tahun 2008)

Tata Kerja Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon (Berdasarkan pada Peraturan Walikota No. 37 Tahun 2008) B.3. Tata Kerja Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon (Berdasarkan pada Peraturan Walikota No. 37 Tahun 2008) 1. Kepala Dinas 1.1. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok mengkoordinasikan, merumuskan sasaran,

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

Mengembalikan Teluk Penyu sebagai Icon Wisata Cilacap

Mengembalikan Teluk Penyu sebagai Icon Wisata Cilacap Mengembalikan Teluk Penyu sebagai Icon Wisata Cilacap Tri Nurani Mahasiswa S1 Program Studi Biologi Universitas Jenderal Soedirman e-mail: tri3nurani@gmail.com Abstrak Indonesia merupakan negara yang mempunyai

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG - 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA 73 VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA Pengelolaan ekosistem wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kecamatan Kayoa saat ini baru merupakan isu-isu pengelolaan oleh pemerintah daerah, baik

Lebih terperinci

- 1 - Bupati Cirebon PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

- 1 - Bupati Cirebon PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN - 1 - Tgl. 3-12-2008 Bupati Cirebon PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Allah telah menciptakan alam agar dikelola oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Allah telah menciptakan alam agar dikelola oleh manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini banyak kerusakan lingkungan yang terjadi akibat perbuatan manusia. Allah telah menciptakan alam agar dikelola oleh manusia untuk kesejahteraan umat manusia

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya

Lebih terperinci

LAMPIRAN X : PERATURAN BUPATI BULELENG NOMOR : 54 TAHUN 2015 TANGGAL : TENTANG : TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KABUPATEN BULELENG.

LAMPIRAN X : PERATURAN BUPATI BULELENG NOMOR : 54 TAHUN 2015 TANGGAL : TENTANG : TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KABUPATEN BULELENG. LAMPIRAN X : PERATURAN BUPATI BULELENG NOMOR : 54 TAHUN 2015 TANGGAL : 20 Oktober 2015 TENTANG : TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KABUPATEN BULELENG. DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN I. TUGAS POKOK. Dinas

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2009 PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR : 34 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN BUPATI BEKASI Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBERHASILAN PENETASAN TELUR PENYU SISIK (Eretmochelys imbricata) DI PENANGKARAN PENYU PANTAI TONGACI DAN UPT PENANGKARAN PENYU GUNTUNG

PERBANDINGAN KEBERHASILAN PENETASAN TELUR PENYU SISIK (Eretmochelys imbricata) DI PENANGKARAN PENYU PANTAI TONGACI DAN UPT PENANGKARAN PENYU GUNTUNG 77 PERBANDINGAN KEBERHASILAN PENETASAN TELUR PENYU SISIK (Eretmochelys imbricata) DI PENANGKARAN PENYU PANTAI TONGACI DAN UPT PENANGKARAN PENYU GUNTUNG Comparison of Eggs Hatching Success Eretmochelys

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut dan hampir sepertiga penduduknya mendiami daerah pesisir pantai yang menggantungkan hidupnya dari

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

LAKIP 2015 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

LAKIP 2015 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan disusun dengan mengacu pada Renstra Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Sulawesi Selatan 2013-2018, Renstra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi atasnya dan pemberat

Lebih terperinci

LAMUN. Project Seagrass. projectseagrass.org

LAMUN. Project Seagrass. projectseagrass.org LAMUN Project Seagrass Apa itu lamun? Lamun bukan rumput laut (ganggang laut), tetapi merupakan tumbuhan berbunga yang hidup di perairan dangkal yang terlindung di sepanjang pantai. Lamun memiliki daun

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 60 TAHUN 2016

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 60 TAHUN 2016 BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BLORA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 14 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 14 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 14 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 109 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PELESTARIAN SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PELESTARIAN SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PELESTARIAN SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

Berikut obyek wisata yang bisa kita nikmati:

Berikut obyek wisata yang bisa kita nikmati: Daya tarik wisata alam Ujung Genteng memang membuat banyak orang penasaran karena keragaman objek wisatanya yang bisa kita nikmati dalam sekali perjalanan, mulai dari pantai berpasir putih, melihat penyu

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tobelo 4.1.1 Kondisi kewilayahan Kecamatan Tobelo 1) Letak geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak pada posisi koordinat 0 o 40

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH LAMPIRAN 1 BUPATI BANYUWANGI WAKIL BUPATI BANYUWANGI DAERAH STAF AHLI KELOMPOK JABATAN ASISTEN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN ASISTEN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI, KEPALA DINAS, SEKRETARIS, SUB BAGIAN, BIDANG DAN SEKSI PADA DINAS ENERGI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber daya hayati dan

Lebih terperinci

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional. BAB XVII DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 334 Susunan organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota dari Provinsi Lampung. Provinsi Lampung pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 113 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA PEKANBARU

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 56 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 56 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERIKANAN KOTA MATARAM DENGAN

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA TAHUN 2014

RINGKASAN LAPORAN INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA TAHUN 2014 RINGKASAN LAPORAN INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA TAHUN 2014 Dalam rangka pelaksanaan kebijakan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% dari bussiness As UsuaIl (BAU) pada tahun 2020, Pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN KETAPANG PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang dan asosiasi biota penghuninya secara biologi, sosial ekonomi, keilmuan dan keindahan, nilainya telah diakui secara luas (Smith 1978; Salm & Kenchington

Lebih terperinci

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 17 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove bagi kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup memiliki fungsi yang sangat besar, yang meliputi fungsi fisik dan biologi. Secara fisik ekosistem

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI Menimbang : a. Bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB II DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN SUMATERA UTARA. Perikanan Darat Daerah Sumatera Utara ini berlaku sampai dengan Tahun

BAB II DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN SUMATERA UTARA. Perikanan Darat Daerah Sumatera Utara ini berlaku sampai dengan Tahun BAB II DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Pada awal berdirinya Dinas Kelautan dan Perikanan adalah Dengan nama Jawatan Pertanian yang terdiri dari Seksi Perikanan Darat dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI, Mengingat

GUBERNUR BALI, Mengingat GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, FUNGSI DAN TUGAS, SERTA TATA KERJA PADA DINAS KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ciri Umum dan Jenis Penyu Pengenalan terhadap bagian-bagian tubuh penyu (Gambar 1) beserta fungsinya sangat diperlukan agar dapat melakukan identifikasi terhadap jenis penyu dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

.000 WALIKOTA BANJARBARU

.000 WALIKOTA BANJARBARU SALINAN.000 WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA BANJARBARU DENGAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT POTENSI SUMBER DAYA HAYATI KELAUTAN DAN PERIKANAN INDONESIA 17.480

Lebih terperinci