KARYA TULIS ILMIAH. Diusulkan oleh : IKRIMA KHAERUN NISA ( )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARYA TULIS ILMIAH. Diusulkan oleh : IKRIMA KHAERUN NISA ( )"

Transkripsi

1 KARYA TULIS ILMIAH GERAKAN ANAK KOS SADAR OBAT (GAKSO) SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENINGKATAN KESADARAN PENGGUNAAN OBAT SERTA POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA PENGHUNI KOS Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) 2011 Tingkat Universitas Muhammadiyah Malang Diusulkan oleh : IKRIMA KHAERUN NISA ( ) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MALANG 2011

2 LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH 1. Judul Kegiatan : Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) sebagai Salah Satu Upaya Peningkatan Kesadaran Penggunaan Obat serta Pola Hidup Bersih dan Sehat pada Penghuni Kos 2. Penulis Utama a. Nama Lengkap : Ikrima Khaerun Nisa b. NIM : c. Jurusan/Fakultas : Farmasi / Fakultas Ilmu Kesehatan d. Universitas : Universitas Muhammadiyah Malang e. Alamat di Malang : Jl. Bendungan Sigura-Gura 1/9A Malang f. No. HP : g. ikrimakhaerunnisa@yahoo.com Malang, 28 Maret 2011 Menyetujui, Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan Penulis Faqih Ruhyanuddin, S.Kep., Ners. Ikrima Khaerun Nisa NIP-UMM: NIM :

3 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur dipanjatkan oleh Allah SWT, atas karunia dan nikmatnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis Ilmiah yang berjudul Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) sebagai Salah Satu Upaya Peningkatan Kesadaran Penggunaan Obat serta Pola Hidup Bersih dan Sehat pada Penghuni Kos, karya tulis ini dibuat karena melihat fenomena di masyarakat tentang kurangnya kesadaran dan pengetahuan penggunaan obat yang rasional, yang terangkum dalam DA GU SI BU (Dapatkan Obat dengan Benar, Gunakan Obat dengan Benar, Simpan Obat dengan Benar, Buang Obat dengan Benar), serta banyaknya masyarakat penghuni kost yang kurang memperhatikan kehidupan kesehatannya sehingga mudah terjangkit penyakit. Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi salah satu kontribusi dalam menuju Indonesia Sehat Diharapkan nantinya adalah peningkatan kesadaran penggunaan obat pada masyarakat. Penulis menyadari karya tulis ini jauh dari kata sempurna, seperti kata pepatah, tidak ada gading yang retak. Sehingga penulis sangat mengharapkan adanya masukan-masukan yang bermanfaat. Malang, 28 Maret 2011 Penulis

4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi RINGKASAN... vii BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Gagasan Kreatif Tujuan Manfaat... 4 BAB II : TELAAH PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pembangunan Kesehatan Tinjauan Pola Hidup Bersih dan Sehat Tinjauan Pengobatan Sendiri Gambaran Umum Pola Hidup Kesehatan Anak Kos... 9 BAB III : METODE PENULISAN 3.1 Sifat Penulisan Prosedur Pengumpulan Data dan Jenis Data Metode Pengolahan dan Analisis Data BAB IV : ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Permasalahan Penggunaan Obat pada Masyarakat Solusi yang Pernah Dilakukan Analisis SWOT Langkah-Langkah Strategis gagasan GAKSO Hasil yang Diharapkan BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Rekomendasi... 18

5 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP... 21

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Salah Satu Tempat Hunian Kos... 9 Gambar 2. Input dan Output Gagasan GAKSO... 16

7 RINGKASAN Indonesia Sehat 2025 merupakan program pemerintah yang bertujuan menjadikan masyarakat Indonesia pada tahun 2025 hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk mengurangi gejala penyakit ringan (minor illnesses) tanpa intervensi/ nasehat dokter. Pengobatan sendiri dalam hal ini dibatasi hanya untuk obat-obat modern, yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas. Sayangnya, seringkali dijumpai bahwa penggunaan obat menjadi tidak rasional karena borosnya mengkonsumsi obat - obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau malah bisa berbahaya misalnya karena penggunaan yang tidak sesuai dengan aturan pakai. Bagaimanapun, obat bebas dan bebas terbatas tidak berarti bebas efek samping, sehingga pemakaiannya pun harus sesuai dengan indikasi, lama pemakaian yang benar, disertai dengan pengetahuan pengguna tentang risiko efek samping dan kontraindikasinya. Masih banyak masyarakat penghuni kos, khususnya penghuni nonkesehatan yang kurang sadar akan penting dan berbahayanya obat. Banyak yang belum mengerti perlunya suatu jangka waktu terapi. Masih menyimpan obat yang tidak digunakan, memprakarsai pengobatan sendiri apabila gejala yang sama atau mirip terjadi. Serta mereka belum sadar secara menyeluruh tentang pengaruh makanan pada suatu dosis tertentu. Saat ini, sumber informasi utama dalam penggunaan obat umumnya berasal dari media massa. Sayangnya, pada promosi obat umumnya kurang memberikan informasi penggunaan obat yang rasional, sehingga masyarakat yang kurang paham akan penggunaan obat yang rasional dapat menggunakannya secara berlebihan. Persoalan inilah sehingga terbentuk gagasan Gerakan Anak Kos Sadar Obat. Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) betujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat,khususnya masyarakat penghuni kos tentang cara memperlakukan obat dan melakukan pengobatan secara mandiri dengan tepat dan

8 optimal. Dalam program ini dikenal jargon DA GU SI BU (Dapatkan obat dengan benar, Gunakan obat dengan benar, Simpan obat dengan benar, Buang obat dengan benar). Karya tulis ilmiah ini bersifat kajian pustaka yang menjelaskan tentang kesadaran penggunaan obat pada penghuni kos, serta memiliki gagasan yang ditulis dengan analisis dari beberapa permasalahan yang terjadi pada masyarakat penghuni kos, yang dikombinasi dengan solusi logis berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, yakni gagasan Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO). Sumber informasi utama untuk melakukan pengobatan sendiri umumnya berasal dari media massa. Menurut Suryawati (1997), informasi dari pabrik obat ada yang kurang mendidik masyarakat, bahkan ada yang kurang benar. Supardi (1997) menyatakan bahwa belum diketahui faktor yang paling berpengaruh dalam perilaku pengobatan sendiri. Yang digolongkan pemakaian obat yang kurang rasional antara lain adalah pemakaian obat secara berlebihan baik dalam jenis maupun jumlah dosis, indikasi pemberian obat yang tidak jelas, tatacara pemakaian atau penggunaan yang tidak tepat, kombinasi berbagai obat yang berisiko tinggi, penggunaan obat mahal sementara masih banyak obat sejenis yang lebih murah, dan penggunaan yang tidak perlu. Jika diperhatikan, tujuan pengobatan bahwa secara umum adalah untuk pengobatan tanpa meninggalkan efek samping obat ataupun dengan efek samping seminimal mungkin, serta harga obat yang terjangkau & mudah didapatkan masyarakat. Gagasan Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) memiliki langkahlangkah strategis dalam pelaksanaannya, yaitu mengenali masalah yang ada di lingkungan masyarakat penghuni kos dengan cara melakukan survey permasalahan. Survei dapat dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner atau melakukan wawancara pada masyarakat, yang dalam hal ini merupakan penghuni kos. Kemudian penyusunan sebuah rencana terlebih dahulu, dalam menyusun rencana, harus dipastikan kalau program yang dilaksanakan mampu mengantarkan pada tujuan. Kemudian aktif berkomunikasi, Diharapkan dengan adanya komunikasi dengan petinggi setempat, seperti penjaga atau pemilik kost dapat mempermudah pelaksanaa gagasan GAKSO. Sebelum dilakukan GAKSO,

9 diharapkan dilakukan pre-test dan post-test untuk melihat adanya perbedaan yang bermakna dari pelaksanaan gagasan ini dan output yang diharapkan dapat tercapai. Adanya gagasan Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) dapat memberikan sumbangan pengetahuan kepada masyarakat dalam penggunaan obat yang rasional, dan diharapkan gagasan ini dapat meningkatkan taraf hidup yang sehat dan sejahtera.

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehat merupakan idaman setiap orang dan merupakan hak azasi setiap manusia. Definisi Kesehatan menurut konsep Konstitusi WHO tahun 1946 adalah keadaan sempurna fisik, mental dan sosial, tidak adanya penyakit atau kelemahan. Setelah beberapa tahun, WHO mendiskusikan lagi dan mendefinisikan kesehatan adalah keadaan dimana seorang individu atau kelompok dapat merealisasikan aspirasinya dengan kebutuhan yang layak dan dapat melakukan perubahan/mengatasi kesukaran dari lingkungan. Kesehatan merupakan suatu sumber daya yang penting dalam kehidupan sehari-hari, bukan objek kehidupan dan merupakan suatu konsep positif yang mengutamakan sumber daya personal dan sosial. Indonesia sehat 2025 adalah visi dari Departemen Kesehatan R.I yang ditetapkan pada tahun 2005, merupakan gambaran masyarakat Indonesia pada tahun 2025 yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Melihat dari realitas kondisi kesehatan masyarakat Indonesia saat ini maka perlu dilakukan gerakan penyadaran melalui pendidikan hidup sehat bagi masyarakat, khususnya pada wilayah perubahan budaya penggunaan obat yang tidak rasional. Oleh karena itulah maka perlu suatu lembaga yang mengkoordinasikan sumberdaya professional farmasis untuk dapat berperan sebagai drug informant kepada masyarakat dan sebuah konsep penyelesaian permasalahan yang murni bersifat solutif dalam proses pendampingan yang bersifat advokasi edukatif kepada masyarakat sehingga tercipta kondisi kesehatan yang ideal, dalam artian keterlibatan seluruh komponen kesehatan yang berimbang dan adil. Kesetaraan antara profesi kesehatan yang sederajat tanpa ada konsep sub ordinatif juga menjadi pijakan awal gerakan dalam proses perjuangan perbaikan dan peningkatan nilai/taraf kesehatan masyarakat

11 Indonesia. Sehingga cita-cita untuk membentuk masyarakat Indonesia yang sehat mandiri akan terwujud. Seringkali dijumpai bahwa penggunaan obat menjadi tidak rasional karena borosnya mengkonsumsi obat -obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau malah bisa berbahaya misalnya karena penggunaan yang tidak sesuai dengan aturan pakai. Bagaimanapun, obat bebas dan bebas terbatas tidak berarti bebas efek samping, sehingga pemakaiannya pun harus sesuai dengan indikasi, lama pemakaian yang benar, disertai dengan pengetahuan pengguna tentang risiko efek samping dan kontraindikasinya Masih banyak masyarakat penghuni kos, khususnya penghuni nonkesehatan yang kurang sadar akan penting dan berbahayanya obat. Banyak yang belum mengerti perlunya suatu jangka waktu terapi. Masih menyimpan obat yang tidak digunakan, memprakarsai pengobatan sendiri apabila gejala yang sama atau mirip terjadi. Serta mereka belum sadar secara menyeluruh tentang pengaruh makanan pada suatu dosis tertentu. Selain itu dalam pemenuhan gizi, masyarakat penghuni kos kurang mendapatkan asupan gizi yang cukup seperti susu ataupun buah-buahan karena pola hidup yang kurang sehat, seperti sering makan mie instan, merokok, begadang, dan lain-lain, sehingga ada peluang terkena penyakit.. Maka satu hal yang pasti dilakukan adalah mengkonsumsi obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit yang menjangkit mereka. Namun sayangnya, karena kurangnya informasi penggunaan obat yang rasional, serta pola hidup yang kurang sehat, Masyarakat penghuni kos kurang begitu peduli dan kurang memperhatikan penggunaan obat-obatan tersebut. Padahal obat lah yang menjadi kunci kesembuhan mereka. Oleh karena itu, perlu diadakannya sosialisasi serta program peningkatan kesadaran dalam penggunaan obat. Diharapkan masyarakat penghuni kos lebih memperhatikan penggunaan obat, agar tingkat kesehatan dan kesejahteraan semakin meningkat. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membuat suatu gagasan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang berjudul Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) sebagai Salah Satu Upaya Peningkatan Kesadaran Penggunaan Obat serta Pola Hidup Bersih dan Sehat pada Penghuni Kos Melalui program

12 GAKSO ini, diharapkan komunitas anak kos, khususnya penghuni non-kesehatan mulai sadar akan pentingnya obat dan bahaya obat. Selain itu, para penghuni kos diharapkan dapat memberikan informasi tentang penggolongan obat, cara penyimpanan, cara pembuangan obat dan penggunaan obat yang akan diberikan langsung kepada masyarakat luas. 1.2 Gagasan Kreatif Melihat kondisi realitas masyarakat Indonesia saat ini bahwa masih sedikitnya pemahaman penggunaan obat yang rasional, pengetahuan pengobatan sendiri umumnya masih rendah dan kesadaran masyarakat, khususnya anak kos untuk membaca label pada kemasan obat juga masih kecil, maka Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) merupakan suatu gagasan kreatif berupa pemberian konseling, informasi, dan edukasi (KIE) obat dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya para penghuni kos dalam penggunaan obat yang benar, sesuai dengan prinsip DA GU SI BU (Dapatkan Obat dengan Benar, Gunakan Obat dengan Benar, Simpan Obat dengan Benar, Buang Obat dengan Benar). 1.3 Perumusan Masalah Permasalahan yang dikaji dalam karya tulis ilmiah ini adalah : 1. Umumnya, penghuni kos masih belum perhatian dan sadar akan penting dan berbahayanya obat. 2. Kurangnya informasi tentang penggunaan obat yang benar di lingkungan masyarakat, sehingga masyarakat sangat terbatas terhadap informasi obat. 1.4 Tujuan Penulisan Tujuan dari gagasan ini adalah memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang cara memperlakukan obat dan melakukan pengobatan secara mandiri dengan tepat dan optimal.

13 1.5 Manfaat Manfaat kegiatan GAKSO (Gerakan Anak Kos Sadar Obat) sebagai sarana meningkatkan kesadaran obat di lingkungan masyarakat, khususnya pada suatu masyarakat penghuni kos adalah : 1. Dapat memberikan informasi yang berharga mengenai obat-obatan. 2. Menambah wawasan serta pengetahuan tentang obat-obatan. 3. Mentransfer ilmu yang telah didapat tentang pengetahuan obat kepada masyarakat. 4. Sebagai sarana yang dapat meningkatkan kepedulian akan kesehatan individual maupun lingkungan.

14 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu seperti diamanatkan dalam UUD 1945 dan dipertegas di dalam pasal 28 bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia dan dinyatakan juga bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, memperoleh pelayanan kesehatan, mendapat pendidikan, memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya. Pernyataan ini didukung oleh UU No. 23/1992 tentang Kesehatan serta diperkuat oleh UU No. 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek. (Anonim,2006 : 10) Pembangunan kesehatan di Indonesia diselenggarakan dengan dasardasar, yaitu perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat. Visi Pembangunan Kesehatan sampai tahun 2025 adalah Indonesia Sehat 2025, yaitu keadaan masa depan masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan berperilaku hidup sehat, baik jasmani, rohani maupun sosial, dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (RPJPN, 2005). Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi dan memiliki peran penting dalam penanggulangan kemiskinan, meningkatkan kecerdasan masyarakat dengan melakukan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang efektif. 2.2 Tinjauan Pola Hidup Bersih dan Sehat Pola Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,

15 keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat agar mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatanya (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006:3). Pola Hidup Bersih dan Sehat merupakan wujud keberadaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan, 2000:4) 2.3 Tinjauan Pengobatan Sendiri Pengertian Pengobatan Sendiri Pengobatan sendiri merupakan bagian dari kebijakan World Health Organization (WHO) dan pemerintah dalam upaya pemerataan pelayanan kesehatan. Salah satu kebijakan WHO tentang pelayanan kesehatan primer adalah upaya mencapai kesehatan bagi semua penduduk (Health for all by the year 2000) (WHO, 1978). Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit ringan (minor illnesses), tanpa resep atau intervensi dokter (Shankar, et al., 2002). Pengobatan sendiri dalam hal ini dibatasi hanya untuk obat-obat modern, yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas. Keuntungan pengobatan sendiri menggunakan obat bebas dan obat bebas terbatas antara lain: aman bila digunakan sesuai dengan aturan, efektif untuk menghilangkan keluhan (karena 80.% keluhan sakit bersifat selflimiting), efisiensi biaya, efisiensi waktu, bisa ikut berperan dalam mengambil keputusan terapi, dan meringankan beban pemerintah dalam keterbatasan jumlah tenaga dan sarana kesehatan di masyarakat (Holt dan Edwin, 1986).

16 2.3.2 Tujuan pengobatan sendiri Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk peningkatan kesehatan, pengobatan sakit ringan, dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter (Mc. Ewen, 1979). Sedangkan peran pengobatan sendiri adalah untuk menanggulangi secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan tenaga, serta meningkatkan keterjangkauan masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan (WHO, 1988). Alasan pengobatan sendiri adalah kepraktisan waktu, kepercayaan pada obat tradisional, masalah privasi, biaya, jarak, dan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan Keuntungan pengobatan sendiri Keuntungan dari pengobatan sendiri adalah aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk/efek samping dapat diperkirakan, efektif untuk menghilangkan keluhan karena 80% sakit bersifat self-limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa intervensi tenaga kesehatan, biaya pembelian obat relatif lebih murah daripada biaya pelayanan kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu mengunjungi fasilitas/profesi kesehatan, kepuasan karena ikut berperan aktif dalam pengambilan keputusan terapi, berperan serta dalam sistem pelayanan kesehatan, menghindari rasa malu atau stress apabila harus menampakkan bagian tubuh tertentu di depan tenaga kesehatan, dan membantu pemerintah mengatasi keterbatasan jumlah tenaga kesehatan di masyarakat (Holt, 1986) Kekurangan pengobatan sendiri Adapun kekurangan dari pengobatan sendiri adalah obat dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan, pemborosan biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat, kemungkinan timbulnya reaksi obat yang tidak diinginkan, misalnya sensitivitas, efek samping atau resistensi, penggunaan obat yang salah akibat informasi yang kurang lengkap dari iklan obat, tidak efektif akibat salah diagnosis dan pemilihan obat, dan sulit berpikir dan bertindak objektif karena pemilihan

17 obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya (Holt, 1986) Penggunaan Obat yang Rasional Bila digunakan secara benar, obat bebas dan obat bebas terbatas seharusnya bisa sangat membantu masyarakat dalam pengobatan sendiri secara aman dan efektif. Namun sayangnya, seringkali dijumpai bahwa pengobatan sendiri menjadi sangat boros karena mengkonsumsi obat -obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau malah bisa berbahaya misalnya karena penggunaan yang tidak sesuai dengan aturan pakai. Bagaimanapun, obat bebas dan bebas terbatas bukan berarti bebas efek samping, sehingga pemakaiannya pun harus sesuai dengan indikasi, lama pemakaian yang benar, disertai dengan pengetahuan pengguna tentang risiko efek samping dan kontraindikasinya (Suryawati, 1997). Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas yang sesuai dengan aturan dan kondisi penderita akan mendukung upaya penggunaan obat yang rasional. Kerasionalan penggunaan obat menurut Cipolle, et. al., (1998) terdiri dari beberapa aspek, di antaranya: ketepatan indikasi, kesesuaian dosis, ada tidaknya kontraindikasi, ada tidaknya efek samping dan interaksi dengan obat dan makanan, serta ada tidaknya polifarmasi (penggunaan lebih dari dua obat untuk indikasi penyakit yang sama). Pengobatan sendiri secara aman dan efektif diperlukan informasi tentang obat yang obyektif, lengkap, dan tidak menyesatkan dan tidak terlalu komersial. Informasi yang lebih baik pada pasien akan menggugah minat menaikkan kehendak pasien untuk berpartisipasi aktif dalam pengobatan. Tindakan pengobatan sendiri dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional. Obat yang dipilih harus tepat dan benar cara penggunaannya seperti aturan pemakaian, cara pemberian, pengaturan dosis yang sesuai dengan pemakaiannya, dan tetap waspada terhadap kemungkinan efek samping yang tidak diinginkan.

18 2.4 Gambaran Umum Pola Hidup Kesehatan Penghuni Kos Umumnya, penghuni kos merupakan mahasiswa yang tinggal jauh dari keluarga. Kebanyakan mereka memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan yang tidak sehat, kurang istirahat karena tidur larut malam dan kurang olahraga. Bagi laki-laki menjadi semakin kompleks karena merokok, kecanduan kopi apalagi ada sebagian besar yang gemar mengonsumsi alkohol. Parahnya hal semacam ini tidak diimbangi dengan asupan gizi yang baik. Gambar 1. Salah Satu Tempat Hunian Kos. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Darlina (2004), 89% mahasiswa putri dan 92% mahasiswa putra suka mengonsumsi mie instant sebagai makanan pengganti pada saat-saat tertentu seperti waktu pagi dan malam hari. Kebiasaan mengonsumsi mie instant tersebut dapat menimbulkan masalah gizi, mengingat mie instant termasuk makanan yang mengenyangkan dan cepat menimbulkan rasa puas sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi apabila tidak ditambahkan lauk pauk untuk melengkapi gizinya. Dalam memperoleh makanan, ada beberapa cara mahasiswa kos mendapatkan makanan yaitu makan bayar, beli di warung, rantangan dan masak sendiri. Khusus mereka yang makan sendiri atau makan bayar, keteraturan pola makannya sangat tergantung kepada kedisiplinan mereka mengatur waktu dan keuangan. Tidak jarang dijumpai mahasiswa yang makan pagi dan siang disatukan karena terlambat bangun atau kondisi keuangan yang kurang baik, karena biasanya yang dialami mereka yang kos, ada waktu tertentu

19 uang mereka banyak dan ada waktu tertentu uang mereka sedikit atau sama sekali tidak ada (Simanjuntak, 1998). Pada sebagian tempat, pemukiman kawasan rumah kos sebagian kurang memenuhi syarat dalam aspek kesehatan dan kebersihan, diantaranya seperti kurangnya ventilasi dan jendela sehingga pertukaran udara menjadi sangat sedikit, lembabnya kondisi kamar, adanya jamur yang menempel pada kasur, air yang kurang bersih, dan sebagainya. Kondisi kawasan kos yang kurang memenuhi aspek kebersihan inilah sehingga berpotensi menimbulkan berbagai penyakit.

20 BAB III METODE PENULISAN 3.1 Sifat Penulisan Karya tulis ilmiah ini bersifat kajian pustaka yang menjelaskan tentang kesadaran penggunaan obat pada penghuni kos, serta memiliki gagasan yang ditulis dengan analisis dari beberapa permasalahan yang terjadi pada masyarakat penghuni kos, yang dikombinasi dengan solusi logis berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, yakni gagasan Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO). 3.2 Prosedur Pengumpulan Data dan Jenis Data Pengumpulan data dan informasi dalam penyusunan karya tulis ini dilakukan dengan pencarian data dan informasi dari laporan penelitian, makalah, media internet, media edukasi, berbagai literatur yang dikeluarkan, serta berbagai tulisan yang berhubungan dengan topik pembahasan. 33 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang diperoleh kemudian diolah serta dianalisis secara kualitatif deskriptif berdasarkan studi pustaka. Analisis data dilakukan secara sistematis dengan melakukan pengelompokan data sesuai dengan subbab dalam tema penulisan karya tulis ini. Data yang telah dikelompokkan tersebut kemudian dianalisis mengenai kesesuaiannya dengan ide penulisan karya tulis ini secara kualitatif deskriptif.

21 BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Permasalahan Penggunaan Obat pada Masyarakat Berdasarkan penelitian yang dilakukan Supardi dan Notosiswoyo (2005), pengetahuan pengobatan sendiri umumnya masih rendah dan kesadaran masyarakat untuk membaca label pada kemasan obat juga masih kecil. Sumber informasi utama untuk melakukan pengobatan sendiri umumnya berasal dari media massa. Menurut Suryawati (1997), informasi dari pabrik obat ada yang kurang mendidik masyarakat, bahkan ada yang kurang benar. Supardi (1997) menyatakan bahwa belum diketahui faktor yang paling berpengaruh dalam perilaku pengobatan sendiri. Yang digolongkan pemakaian obat yang kurang rasional antara lain adalah pemakaian obat secara berlebihan baik dalam jenis maupun jumlah dosis, indikasi pemberian obat yang tidak jelas, tatacara pemakaian atau penggunaan yang tidak tepat, kombinasi berbagai obat yang berisiko tinggi, penggunaan obat mahal sementara masih banyak obat sejenis yang lebih murah, dan penggunaan yang tidak perlu. Jika diperhatikan, tujuan pengobatan bahwa secara umum adalah untuk pengobatan tanpa meninggalkan efek samping obat ataupun dengan efek samping seminimal mungkin, serta harga obat yang terjangkau & mudah didapatkan masyarakat. Dalam keseharian yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, maka tujuan pengobatan sering tidak tercapai. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Penggunaan obat kurang rasional antara lain: - Kurangnya pengetahuan dari masyarakat penghuni kos dalam ilmu obat-obatan. - Kepercayaan masyarakat terhadap jenis atau merk obat tertentu. - Keinginan pasien, dalam hal ini masyarakat penghuni kos yang cenderung ingin mengkonsumsi obat tertentu, dengan sugesti menjadi lebih cepat sembuh.

22 - Informasi yang tidak tepat atau bias, sehingga pemakaian obat menjadi tidak tepat. 4.2 Solusi yang Pernah Dilakukan Saat ini, sumber informasi utama dalam penggunaan obat umumnya berasal dari media massa. Banyak sekali promosi obat yang beredar bebas di media, baik media elektronik seperti televisi dan radio, maupun media cetak seperti Koran, majalah, bulletin, leaflet, dan sebagainya. Pada obat-obatan pun biasanya terdapat cara pemakaian obat. Sayangnya, pada promosi obat umumnya kurang memberikan informasi penggunaan obat yang rasional, sehingga masyarakat yang kurang paham akan penggunaan obat yang rasional dapat menggunakannya secara berlebihan. Masih minimnya perhatian masyarakat akan pentingnya hal-hal kecil dalam penggunaan obat-obatan mengakibatkan kerugian pada masyarakat itu sendiri. Ketidaktahuan dalam mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat yang benar juga menjadikan gagasan ini benar-benar dibutuhkan didalam masyarakat bahkan untuk beberapa tahun yang akan datang disaat semakin bervariasinya produk-produk obatobatan. 4.3 Analisis SWOT Sebelum mengadakan GAKSO (Gerakan Anak Kos Sadar Obat), dilakukan perumusan analisis dari segi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang kemungkinan terdapat dalam lingkungan masyarakat. Analisis tersebut diantaranya sebagai berikut : - Strength (Kekuatan) Adanya Sumber Daya Manusia dalam mengaplikasikan kegiatan GAKSO.

23 Adanya ketertarikan anak kos, khususnya yang berasal dari nonkesehatan dalam kesadaran penggunaan obat yang rasional. - Weakness (Kelemahan) Kurang pedulinya masyarakat penghuni kos akan kesehatan dan penggunaan obat yang rasional. - Opportunity (Peluang) Masih minimnya komunitas masyarakat penghuni kos yang concern pada permasalahan kesehatan. Belum ada program semacam ini baik yang dilakukan pemerintah maupun yang lain. Program Pemerintah Indonesia Sehat Threat (Ancaman) Sikap apatis dari masyarakat penghuni kos akan perhatian pada hal-hal kecil dari obat-obatan. Kurangnya perhatian dari masyarakat penghuni kos akan kegiatan GAKSO. 4.4 Langkah-Langkah Strategis Gagasan GAKSO Pelaksanakan gagasan GAKSO (Gerakan Anak Kos Sadar Obat), tertuang dalam berbagai strategi sebagai berikut : 1. Mengenal masalah Inilah hal yang pertama yang harus dilakukan sebelum melangkah ke tahap aksi. Hal yang paling awal dilakukan adalah melakukan survei permasalahan yang berhubungan dengan kefarmasian maupun pola hidup bersih dan sehat. Survei dapat dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner atau melakukan wawancara pada masyarakat, yang dalam hal ini merupakan penghuni kos. 2. Menyusun rencana Dalam menyusun sebuah rencana terlebih dahulu harus memastikan kalau program yang dilaksanakan mampu mengantarkan pada tujuan. Salah satu alat bantunya dengan menggunakan rumusan SMART :

24 Specific, masalah atau kasus yang diangkat atau yang digarap harus focus, tidak terlalu umum, dalam hal ini masalah yang diangkat adalah seputat kefarmasian dan obat-obatan. Measurable, capaian atau targetnya harus jelas sehingga bisa dievaluasi. Achieveable, usaha yang ditempuh mungkin untuk diraih, bukan sesuatu yang mustahil. Dengan segala kekuatan yang dimiliki sera mengantisipasi segala kelemahan asosiasi ini, program program tersebut sangat mungkin untuk bisa dilaksanakan Realistic, program program atau aksi yang dijalankan realistis tidak terlalu muluk muluk. Tentu sangat realistis bagi asosiasi ini untuk bisa menjalankan program program tersebut. Timed, prosesnya harus terjadwal dan ada tenggang waktu. Program program tersebut akan terjadwal sesuai mekanisme scheduling yang tepat tanpa mengganggu aktifitas mahasiswa dalam proses pembelajaran. 3. Berkomunikasi dengan Petinggi Setempat Komunikasi sangat penting dalam merealisasikan gagasan GAKSO. Diharapkan dengan adanya komunikasi dengan petinggi setempat, seperti penjaga atau pemilik kost dapat mempermudah pelaksanaa gagasan GAKSO 4. Melakukan Pre-Test Sebelum dilakukan GAKSO, dapat dilakukan pre-test terlebih dahulu, dari pretest inilah dapat dilihat seberapa besar wawasan masyarakat penghuni kost akan penggunaan obat yang rasional dan pola hidup yang sehat. 5. Melakukan aksi simpatik DA GU SI BU Dilakukan aksi GAKSO, bisa dalam metode lisan/ceramah, ataupun melalui media cetak seperti leaflet atau brosur. Materi yang disampaikan dapat berupa DA GU SI BU (dapatkan, gunakan, simpan, dan buang obat dengan benar), informasi golongan obat, dan pengenalan obat-obat untuk swamedikasi.

25 6. Melakukan Post-Test Setelah gagasan GAKSO terlaksanakan, diharapkan dilakukan evaluasi melalui post-test. Post-test ini diharapkan dapat menjadi indikator keberhasilan dari GAKSO, yakni pengetahuan dan wawasan penghuni kos tentang penggunaan obat yang rasional dan pola hidup sehat dan bersih meningkat. INPUT OUTPUT Penyampaian informasi obat Penyampaian DA GU SI BU (dapat, gunakan, simpan, dan buang obat dengan benar) Penyampaian Pola Hidup yang Bersih dan Sehat - Peningkatan pengetahuan dan wawasan mengenai informasi obat dan DA GU SI BU - Peningkatan kesadaran akan pola hidup bersih dan sehat Gambar 2. Input dan Output gagasan GAKSO 4.5 Hasil yang Diharapkan Diharapkan dengan adanya gagasan Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) ini, masyarakat penghuni kos menambah pengetahuan dan wawasan penggunaan obat yang rasional, sehingga prevalensi penggunaan obat yang tidak perlu atau pemborosan penggunaan obat dapat berkurang.

26 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1.1 Kesimpulan Masyarakat melakukan pengobatan sendiri dengan alasan sakit ringan, hemat biaya, dan hemat waktu. Pengobatan sendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulangan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau mantri. Tindakan pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan masih rendah karena umumnya masyarakat membeli obat secara eceran sehingga tidak dapat membaca keterangan yang tercantum pada setiap kemasan obat. Seringkali dijumpai bahwa penggunaan obat menjadi tidak rasional karena borosnya mengkonsumsi obat-obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau malah bisa berbahaya misalnya karena penggunaan yang tidak sesuai dengan aturan pakai. Masih minimnya perhatian akan pentingnya hal-hal kecil dalam penggunaan obat-obatan yang rasional mengakibatkan kerugian pada masyarakat itu sendiri. Ketidaktahuan dalam mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat yang benar juga menjadikan gagasan ini benar-benar dibutuhkan bahkan untuk beberapa tahun yang akan datang disaat semakin bervariasinya produk-produk obat-obatan. Melihat dari realitas kondisi kesehatan masyarakat Indonesia saat ini maka perlu dilakukan gerakan penyadaran melalui pendidikan hidup sehat bagi masyarakat, khususnya pada wilayah perubahan budaya penggunaan obat yang tidak rasional. Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) adalah gagasan yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya anak kos dalam penggunaan obat yang rasional. Gagasan ini merupakan salah satu dari berbagai kegiatan tentang cara memperlakukan obat dan melakukan pengobatan secara mandiri dengan tepat. Diharapkan dengan adanya gagasan ini, prevalensi penggunaan obat yang tidak rasional dapat berkurang.

27 1.2 Rekomendasi Karya tulis ini menawarkan gagasan inovasi mengenai Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO) berupa pemberian informasi obat dan penggunaannya secara rasional, serta langkah-langkah menjalani pola hidup bersih dan sehat. Dengan adanya gagasan Gerakan Anak Kos Sadar Obat (GAKSO), diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan kepada masyarakat dalam penggunaan obat yang rasional, dan diharapkan gagasan ini dapat meningkatkan taraf hidup yang sehat dan sejahtera.

28 DAFTAR PUSTAKA Cipolle, R. J., Strand, L. M., Morley, P. C., Pharmaceutical Care Practice. New York: Mc Graw- Hill Companies, pp Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan Pedoman Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Holt, G. A., dan Edwin, L. H., The pros and cons of self-medication. Journals of Pharmaceutical Technology., September/October. Pp Jamal, Sardaini,. Suhardi,. Sudjaswadi Wiryowidagdo Penggunaan Obat oleh Anggota Rumah Tangga di Jawa dan Bali. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI : Jakarta. Kristina, Susi Ari,. Yayi Suryo Prabandari,. Riswaka Sudjaswadi Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan kabupaten Sleman. Majalah Farmasi Indonesia, vol 19 : McEwen, J Self-medication in The Context of Self-care: A review. Dalam: nderson, J.A.D (ed). Self Medication. The Proceedings of Workshop on Self Care, London: MTP Press Limited Lancaster, Supardi, S., Pengobatan sendiri di masyarakat dan masalahnya. Cermin Dunia kedokteran, No. 118, Supardi, S., dan Notosiswoyo, M Pengobatan sendiri sakit kepala, demam, batuk dan pilek pada masyarakat desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. 2, Supardi, S., dan Notosiswoyo, M Pengaruh Penyuluhan Obat Menggunakan Leaflet terhadap Perilaku Pengobatan Sendiri di Tiga Kelurahan Kota Bogor. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, vol. 9 no.4 : Suryawati, S., 1997, Etika Promosi Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Disampaikan dalam Simposium Nasional Obat Bebas dan Bebas Terbatas 23 Juni 1997 World Health Organization Guidelines for developing national drug policies. Geneva : 31.

29 Billy N Aspek Hukum Penggunaan Obat yang Irrasional. diakses pada 26 Maret 2011 Herdian, dr. Tri rejeki. Penggunaan obat yang rasional. aan-obat-rasional. diakses pada 26 Maret 2011 Sandi, Yogie Pratama Indonesia Sehat diakses pada 26 maret 2011 Shankar, P. R., Partha, P., Shenoy, N., Self-medication and non-doctor prescription practices in Pokhara valley. Western Nepal: a questionnairebased study, BMC Family Practice, (Online), 3 (17), ( Supardi, S. Azis Sriana, Sukasediati Nani Pola Penggunaan Obat dan Obat Tradisional dalam Upaya Pengobatan Sendiri di Pedesaan. 85&Itemid=63 diakses pada 26 Maret 2011

30 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap : Ikrima Khaerun Nisa NIM : Tempat Tanggal Lahir : Tegal. 26 November 1991 Program Studi/Fakultas : Farmasi/Ilmu Kesehatan Universitas : Universitas Muhammadiyah Malang Jenis Kelamin/Agama : Perempuan/Islam Alamat : Jl. Raya Pagongan no.40 RT 05/II Kec. Dukuhturi Kab. Tegal Jawa Tengah Pendidikan : 1. SD Al Irsyad Tegal tahun MTs Assalaam Sukoharjos tahun SMA Assalaam Sukoharjo tahun Program Studi Farmasi FIKES UMM sekarang Pengalaman Organisasi - OSIS MTs bagian Kerohanian MTs PPMI Assalaam Sukoharjo ( ). - OSIS SMA bagian Kerohanian SMA PPMI Assalaam Sukoharjo ( ). - Sekretaris Bidang Dinamika Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang ( ). - Sekretaris Umum Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang (2010-sekarang). - Anggota Tim Mahasiswa Peduli Kesehatan (TIMAPKES) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang (2010-sekarang). - Staf Ahli Keuangan Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI) Wilayah Jatim-Bali (2010-sekarang). - Anggota Tim Keuangan Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI) Pusat (2010-sekarang).

31 - Anggota Tim Pendidikan dan Profesi (DIPRO) Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI) Pusat (2010- sekarang). Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat - Pemanfaatan Teh Herbal Tegal (Temulawak, Pegagan, Dan Alang-Alang) untuk Penderita Hipertensi (PKM-GT 2011) - Herbal Drink, Alternatif Rasa Baru Jamu untuk Melestarikan Budaya Bangsa Indonesia di Kalangan Muda (PKM-GT 2011) - Uji Aktivitas Analgesik Perasan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Mencit Jantan Putih (PKMP 2010) - Tablet Hisap Pepaya (Carica papaya) sebagai antioksidan (PKMP 2010) - Buah Naga sebagai Alternatif Pencegahan Penyakit Kanker Usus pada Penderita (2010) - The Kind of Intelligences and Learning Method for Female Students of Assalaam Senior High School (2008) Penulis, Ikrima Khaerun Nisa NIM :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Sendiri 1. Definisi dan Peran Pengobatan sendiri atau swamedikasi yaitu mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotik atau

Lebih terperinci

Peningkatan Pengetahuan Informasi Obat Pada Anggota Ikatan Istri Karyawan Pindad (IIKP) Turen Melalui Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA)

Peningkatan Pengetahuan Informasi Obat Pada Anggota Ikatan Istri Karyawan Pindad (IIKP) Turen Melalui Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) Peningkatan Pengetahuan Informasi Obat Pada Anggota Ikatan Istri Karyawan Pindad (IIKP) Turen Melalui Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) Endang Susilowati Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, etha_susil@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Swamedikasi adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan tanpa resep atau intervensi dokter (Shankar, et al., 2002). Di Indonesia obat yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya penyakit mendorong masyarakat untuk mencari alternatif pengobatan yang efektif secara terapi tetapi juga efisien dalam hal biaya. Berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Definisi apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 yaitu sebagai suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi Muh, Saud *), Taufiq **), Ishak Abdul Jalil ***) *) Poltekes Kemenkes Makassar **) Akademi Farmasi Yamasi Makassar ***)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. promosi / iklan obat melalui media massa dan tingginya biaya pelayanan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. promosi / iklan obat melalui media massa dan tingginya biaya pelayanan kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran dan farmasi diikuti dengan semakin meningkatnya kecerdasan masyarakat, semakin gencarnya promosi / iklan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaanya self medication dapat menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan sendiri Pengobatan sendiri merupakan upaya masyarakat untuk menjaga kesehatan sendiri dan merupakan cara yang mudah, murah praktis untuk mengatasi gejala yang masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat adalah sebuah benda kecil yang mampu menyembuhkan sekaligus dapat menjadi bumerang bagi penderitanya. Benda kecil yang awalnya dijauhi ini kemudian berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya

BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya kembali. Pilihan untuk mengupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal. Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal. Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dalam Undang-Udang Nomor 36 tahun 2009 didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang mencapai keadaan sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual sehingga

Lebih terperinci

PENGARUH METODE CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PADA SWAMEDIKASI DI KOTA JAMBI

PENGARUH METODE CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PADA SWAMEDIKASI DI KOTA JAMBI PENGARUH METODE CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PADA SWAMEDIKASI DI KOTA JAMBI Helni Bagian Farmasi, Program Studi Ilmu Kedokteran FKIK Universitas Jambi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan keluhan yang dirasakan seseorang dan bersifat subjektif, sedangkan penyakit berkaitan dengan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia, 2012, Gambaran Pengetahuan Sendiri Mahasiswa Jurusan Farmasi dan

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia, 2012, Gambaran Pengetahuan Sendiri Mahasiswa Jurusan Farmasi dan DAFTAR PUSTAKA Anastasia, 2012, Gambaran Pengetahuan Sendiri Mahasiswa Jurusan Farmasi dan Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Lebih terperinci

Perilaku pengobatan sendiri yang rasional pada masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman

Perilaku pengobatan sendiri yang rasional pada masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman Majalah Susi Ari Farmasi Kristina Indonesia, 19(1), 32 40, 2008 Perilaku pengobatan sendiri yang rasional pada masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman Rational behavior of self medication

Lebih terperinci

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN Trias Apriliani, Anita Agustina, Rahmi Nurhaini INTISARI Swamedikasi adalah mengobati segala keluhan pada

Lebih terperinci

Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol : 20-27

Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol : 20-27 20 Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol 2.1.2012 : 20-27 Kajian Peraturan...(Sudibyo Supardi, e t.al) sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, manfaat, perlindungan dan diarahkan untuk dapat meningkatkan

Lebih terperinci

Karateristik Masyarakat Yang Melakukan Swamedikasi Di Beberapa Toko Obat Di Kota Makassar. Program Studi Diploma III Farmasi Yamasi.

Karateristik Masyarakat Yang Melakukan Swamedikasi Di Beberapa Toko Obat Di Kota Makassar. Program Studi Diploma III Farmasi Yamasi. Karateristik Masyarakat Yang Melakukan Swamedikasi Di Beberapa Toko Obat Di Kota Makassar Rusli *), Muh Tahir **),Restu ***) *) Poltekes Kemenkes Makassar **) Akademi Farmasi Yamasi Makassar ***) Program

Lebih terperinci

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009 ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009 SKRIPSI Oleh : ANGGA ALIT ANANTA YOGA K.100.040.182 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kefarmasian Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan kebutuhan hidup yang diwujudkan dan dilaksanakan dalam mencapai kesejahteraan kehidupan dalam masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang

Lebih terperinci

2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek

2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek 2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek Cilacap. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Focus Group Discusion

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah pengobatan sendiri, meskipun belum terlalu populer, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah pengobatan sendiri, meskipun belum terlalu populer, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah pengobatan sendiri, meskipun belum terlalu populer, namun praktiknya telah berkembang secara luas dan menjadi tren di masyarakat. Pengobatan sendiri menurut

Lebih terperinci

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Swamedikasi Pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh individu, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan. Seseorang yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya kembali. Pilihan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pilihan Pengobatan Masalah kesehatan masyarakat termasuk penyakit ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu faktor perilaku seperti pergi ke apotek membeli obat dan non perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Profil Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes adalah salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah yang letaknya disepanjang pantai utara Laut Jawa, memanjang ke selatan berbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Apoteker merupakan profesi kesehatan terbesar ketiga di dunia, farmasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Apoteker merupakan profesi kesehatan terbesar ketiga di dunia, farmasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apoteker merupakan profesi kesehatan terbesar ketiga di dunia, farmasi komunitas merupakan salah satu bagian penting karena sebagian besar apoteker melakukan

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan di institusi pendidikan (Health Promoting School) yang dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2005) menggunakan model holistik

Lebih terperinci

Pemberdayaan Kader PKK dalam Penerapan DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang) Obat dengan Baik dan Benar

Pemberdayaan Kader PKK dalam Penerapan DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang) Obat dengan Baik dan Benar Pemberdayaan Kader PKK dalam Penerapan DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang) Obat dengan Baik dan Benar Heni Lutfiyati 1 *, Fitriana Yuliatuti 2, Puspita Septie Dianita 3 1,2,3 D3 Farmasi/Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Kasihan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa

Lebih terperinci

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru (The Study of Client s Knowledge about Self Medication at Dispensaries in Pekanbaru) Husnawati * ; Armon Fernando; Ayu Andriani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam struktur kesehatan, apotek termasuk salah satu pilar penunjang yang sering menjadi korban ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan apotek yang menganggap

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK KELURAHAN WONOKARTO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK KELURAHAN WONOKARTO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK KELURAHAN WONOKARTO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Oleh : WAHYU TRI WULANDARI K100040040 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengobatan Sendiri (Swamedikasi) Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat dengan tujuan mengobati penyakit atau gejala sakit tanpa menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu kunci pokok suksesnya sistem kesehatan. Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

!"#!$%&"'$( Kata kunci : Pengobatan sendiri, Indonesia Sehat

!#!$%&'$( Kata kunci : Pengobatan sendiri, Indonesia Sehat EVALUASI PERILAKU PENGOBATAN SENDIRI TERHADAP PENCAPAIAN PROGRAM INDONESIA SEHAT 2010 Maya Dian Rakhmawatie Merry Tiyas Anggraini Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan diarahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi

Lebih terperinci

Firdawati Amir Parumpu. Akademi Farmasi Tadulako Farma, Palu ABSTRACT

Firdawati Amir Parumpu. Akademi Farmasi Tadulako Farma, Palu   ABSTRACT As-Syifaa Vol 8 () : Hal. -9, Desember 6 ISSN : 85-7 TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN UNTUK PENGOBATAN SENDIRI DI WILAYAH KELURAHAN LOLU SELATAN KECAMATAN PALU

Lebih terperinci

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

PRATIWI ARI HENDRAWATI J HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) KELUARGA DENGAN SIKAP PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan meraih derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta adanya perubahan paradigma kefarmasian, yaitu Pharmaceutical Care, konsekuensi dari perubahan orientasi tersebut

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hal kelangsungan hidup. Dalam hal ini, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun

Lebih terperinci

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN 5.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan Pada jaman awal kemerdekaan, upaya untuk mempromosikan produk atau jasa (jaman kemerdekaan istilahnya propaganda) di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan setiap umat manusia karena aktivitasnya dapat terhambat apabila kondisi kesehatan tidak baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan penting dari setiap manusia. Hidup sehat bukan hanya tujuan dari setiap individu melainkan juga tanggung jawab dan tujuan dari setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi setiap penduduk. Selain sebagai hak asasi, kesehatan juga merupakan investasi, untuk itu

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMUR DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMUR DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMUR DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) Lingga Ikaditya 1) Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya lingga.ikaditya@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap individu untuk melangsungkan kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku hidup bersih dan sehat. Upaya

Lebih terperinci

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id PENDAHULUAN Perilaku seseorang memberi dampak yang penting terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan yang memadai di kalangan masyarakat. Kesehatan harus

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan yang memadai di kalangan masyarakat. Kesehatan harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pelayanan kesehatan menjadi penunjang penting tercapainya tingkat kesehatan yang memadai di kalangan masyarakat. Kesehatan harus dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT 1. Pendahuluan Dalam rangka mengoptimalkan fungsi Pusat Kesehatan Masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pharmaceutical care menggeser paradigma praktik kefarmasian dari drug

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pharmaceutical care menggeser paradigma praktik kefarmasian dari drug BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pharmaceutical care menggeser paradigma praktik kefarmasian dari drug oriented menjadi patient oriented (Hepler dan Strand, 1990). Perubahan paradigma tersebut mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan adalah ilmu dan seni penyembuhan dalam bidang keilmuan ini mencakup berbagai praktek perawatan kesehatan yang secara kontinu terus berubah untuk mempertahankan

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA INSANI 2014 I. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN PERILAKU PENGOBATAN SENDIRI (SELF-MEDICATION)

HUBUNGAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN PERILAKU PENGOBATAN SENDIRI (SELF-MEDICATION) Media Ilmu Kesehatan Vol., No. 1, April 2016 7 HUBUNGAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN PERILAKU PENGOBATAN SENDIRI (SELF-MEDICATION) Dewi Utari 1, Wiwing Setiono 1 1 Program Studi Ilmu Keperawatan, Stikes

Lebih terperinci

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI Oleh : DIDIK SANTOSO K 100 050 243 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi seorang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanakkanak ke masa dewasa

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROMOSI KESEHATAN

KERANGKA ACUAN PROMOSI KESEHATAN KERANGKA ACUAN PROMOSI KESEHATAN Latar Belakang Promosi Kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat keberhasilan pembangunan suatu negara. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya perkembangan dan perubahan pola hidup pada manusia (lifestyle) dapat berdampak langsung salah satunya pada kesehatan, sehingga kesehatan menjadi salah satu hal

Lebih terperinci

Banyak faktor yang membuat kegiatan ASI eksklusif ini tidak berjalan dengan baik, padahal menurut standar kesehatan dunia WHO, bayi harus diberikan

Banyak faktor yang membuat kegiatan ASI eksklusif ini tidak berjalan dengan baik, padahal menurut standar kesehatan dunia WHO, bayi harus diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan makanan untuk bertahan hidup sehingga gizi dan vitamin dari makanan di serap oleh tubuh manusia dan di proses untuk kebutuhan berkembang dan tumbuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembangunan kesehatan di Indonesia, bertanggung jawab untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembangunan kesehatan di Indonesia, bertanggung jawab untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan unit pelaksana tingkat pertama dan ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia, bertanggung jawab untuk menyelenggarakan upaya kesehatan di tingkat

Lebih terperinci

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS)

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) PERAN ORGANISASI PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT Dalam Program GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) Disampaikan Oleh FILOSOFI DAN KONSEP DASAR FAKTA PERUBAHAN POLA PENYAKIT TERKAIT DENGAN FAKTOR PERILAKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman tentang perilaku konsumen dapat memberikan penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman tentang perilaku konsumen dapat memberikan penjelasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis dewasa ini semakin ketat, hal ini terjadi akibat adanya globalisasi dan perdagangan bebas. Perusahaan dituntut untuk memenangkan persaingan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pedukuhan Kasihan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Antibiotik telah digunakan selama 60 tahun untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian karena penyakit infeksi (WHO, 2014). Menurut Kemenkes RI (2011) penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghisap tembakau merupakan hal kebiasaan telah dikenal sejak lama

BAB I PENDAHULUAN. Menghisap tembakau merupakan hal kebiasaan telah dikenal sejak lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghisap tembakau merupakan hal kebiasaan telah dikenal sejak lama dimuka bumi. Sejak dulu bangsa yang dikenal sebagai bangsa penghisap tembakau yaitu bangsa Indian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota Semarang merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang nmemiliki peran yang sangat strategis untuk menciptakan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : GALIH SETIA ADI NIM.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : GALIH SETIA ADI NIM. FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN PENGOBATAN HERBAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI BALAI PENGOBATAN ALTERNATIF SUTARDI DESA TEGUH JAJAR KECAMATAN KARANG MALANG SRAGEN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh rumah sakit. Diantara tantangan yang ada adalah bagaimana mengubah paradigma

Lebih terperinci

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa Samakah minum obat 3x1 dengan 1x3? Kadang masih ada pertanyaan dari masyarakat baik remaja maupun orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit. Ketersediaan obat yang mudah diakses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan BAB I PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17%

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROPOSAL USAHA ROTI GORENG BIDANG KEGIATAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROPOSAL USAHA ROTI GORENG BIDANG KEGIATAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROPOSAL USAHA ROTI GORENG BIDANG KEGIATAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN Diusulkan Oleh: Nama Mahasiswa (Ketua) (NIM) Nama Mahasiswa (Wakil Ketua) (NIM) Nama

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PNEUMONIA PADA BALITA DAN PENCEGAHANNYA DI KELURAHAN BULAKAN KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan semakin meningkat dengan berkembangnya ilmu tekhnologi yang ada. Kesehatan saat ini dipandang sebagai suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rokok sudah dikenal manusia sejak 1.000 tahun sebelum Masehi. Sejak setengah abad yang lalu telah diketahui bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan pada perokok itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin berkembang ini semakin banyak pula penyakit yang menurunkan tingkat kesehatan masyarakat. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara dikenal sebagai salah satu kanker yang paling sering menyerang kaum wanita setelah kanker serviks. Kanker menjadi momok bagi semua orang selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia penyakit infeksi menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan, sebab penyakit ini mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi menyerang masyarakat

Lebih terperinci