Jurnal Teori Belajar Gestalt

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Teori Belajar Gestalt"

Transkripsi

1 Tugas : Individu MK : Landasan Pembelajaran Jurnal Teori Belajar Gestalt OLEH: ISLAWATI, S. Pd PRODI PENDIDIKAN KIMIA PROGRAM PASCA SARJANA UNM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2013

2 Teori Belajar Gestalt Islawati, S. Pd Mahasiswa Program Pascasarjana UNM Prodi Pendidikan Kimia Makassar_Indonesia Abstrak: Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil. Istilah Gestalt mengacu pada sebuah objek/figur yang utuh dan berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya.aliran Gestalt muncul di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme Wundt. Pandangan Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya juga hilang. aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Karena itu, menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain sebagainya. Pencetus teori Gestalt adalahmax Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Key Notes:teori belajar,kegiatan belajar, proses mental, teori Gestalt. A. PENDAHULUAN Setelah behaviorisme berkembang marak di kalangan psikolog Amerika dan sejak saat itu kebanyakan teoriti besar, seperti Guthrie, Skinner, dan Hull menjadi penganut behaviorisme. Serangan behavioristik terhadap metode intropestik dari Wundt dan Titcner menyebabkan introkpesionisme ditinggalkan sepenuhnya. Pada saat yang hamper bersamaan, ketika kaum behavioris menyerang intropeksi di Amerika, sekolompok psikolog mulai menyerang penggunaannya di jerman. Kelompok Psikolog ini menamakan dirinya psikolog Gestalt. Gerakan gestalt dianggap pertama kali diluncurkan oleh artikel Max Wertheimer tentang gerakan, yang muncul pada Meskipun Max dianggap pendiri teori gestalt, sejak awal dia telah bekerjasama dengan dua

3 orang yang juga dianggap sebagai bapak pendiri, yakni Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Kohler dan Koffka berpartisipasi dalam eksperimen pertama yang dilakukan oleh Wertheimer, meskipun ketiganya member kontribusi sendiri-sendiri yang penting psikolog, ide-ide mereka selalu mirip satu sama lain. Tampaknya seluruh gerakan gestalt muncul dari pemikiran Wertheimer ketika dia sedang naik kereta api menuju ke Rhineland. Dia mendapat gagasan bahwa jika dua cahaya berkedap-kedip (hidup dan mati) pada tingkat tertentu, cahaya itu akan member kesan bahwa pengamatnya bahwa satu cahaya itu bergerak maju mundur, setelah turun dari kereta dia membeli stroboscope (alat yang digunakan untuk menyajikan stimulasi visual pada tingkat tertentu) yang dengannya dia melakukan banyak eksperimen sederhana di kamar hotelnya. Dia memperdalam gagasan yang muncul saat di kereta, bahwa jika mata melihat stimuli dengan cara tertentu, penglihatan itu akan member ilusi gerakan, yang oleh Wertheimer dinamakan phi phenomenon. Arti penting dari phi phenomenon adalah fenomena ini berbeda dari elemen yang menyebabkannya. Sensasi gerakan tidak data dijelaskan dengan menganalisis setiap unsure kehidupan cahaya, yakni cahaya padam dan cahaya hidup, perasaan akan adanya gerakan akan muncul dari kombinasi kedua elemen itu. Karena alas an ini, anggota aliran gestalt percaya bahwa walaupun pengalaman psikologis berasal dari elemen sensori namun pengalaman itu berbeda dengan elemen sensori itu sendiri. Dengan kata lain, pengalaman fenomenologis berasal dari pengalaman sensoris (yakni cahaya) tetapi tidak dapat dipahami dengan menganalisi komponen-komponen pengalaman fenomenal ini. Artinya, pengalaman fenomelogis adaah berbeda dari bagian-bagian yang menyusun pengalaman tersebut. Namun demikian, sekalipun kemunculan gestalt merupakan reaksi terhadap behaviorisme, strukturalisme yang berkembang di Amerika, kemunculan pendatang baru ini justru di Jerman, karena para pendirinya memang besar secara intelektual di

4 Jerman. Secara verbal, Gestalt berarti Pola, susunan (konfigurasi), Menyeluruh atau bentuk pemahaman atau situasi perangsangnya. Konfigurasi atau gestalt akan kehilangan sesuatunya kalau dipisahkan menjadi bagian-bagian komponennya, karaena setiap situasi atau pengalaman itu lebih dari jumlah semua bagiannya. Hal ini memberikan pengertian singkat bahwa Gestalt merupakan aliran yang mengembangkan paradigma pemikiran yang berpijak pada kerangka menyeluruh dalam melihat obyek, khususnya dalam proses belajar, Karena itu, perlu diingat bahwa psikologi gestalt utamanya berminat pada persepsi dan proses problem solving. Jadi, gestaltis yang mengikuti tradisi Kantian, percaya bahwa organisme menambahkan sesuatu pada pengalaman, dimana sesuatu itu tidak ada dalam data yang di indera, dan sesuatu itu adalah tindakan menata (organisasi data). Kita tidak dapat melihat stimuli yang terpisah-pisah namun stimuli itu dikelompokkan bersama (diorganisasikan) ke dalam satu konfigurasi yang bermakna, atau gestalten (bentuk jamak dari gestalt). Kita melihat orang, kursi, mobil, pohon dan bunga. Kita tidak dapat melihat deretan dan kontur dan serpihan warna. Medan persepsi kita adalah komposisi keseluruhan yang tertata, atau gestalten, dan ini seharusnya dijadikan subjek penelitian psikologi. Gestalt menentang paham voluntarisme, struktualisme, dan behaviorisme. Struktualis menggunakan metode introspektif untuk menemukan elemen-elemen pemikian, strukulis percaya bahwa ide-ide yang kompleks terdiri dari ide-ide sederhana yang dikombinasikan sesuai dengan hokum asosiasi. Perhatian utama meraka adalah untuk menemukan ide sederhana yang dianggap sebagai blok pembangun pemikiran yang lebih kompleks. Gerakan fungsionalis, di bawah pemikiran darwinisme sangat memerhatikan bagaiman proses perilaku atau pemikiran manusia berhubungan dngan usaha bertahan hidup. Sedangkan behavioris berusaha

5 menjadikan psikologi benar-benar ilmiah, dan keilmiahan selalu membutuhkan ukuran. Mereka menyimpulkan bahwa satu-satunya pokok permasalahan psikologi yang dapat diukur secara reliable dan jelas adalah perilaku yang tampak. Behavioris menganggap kesadaran adalah materi yang mergukan bagi sains. Psikologi gestalt berpendapat bahwa voluntaris, struktualis dan behavioris semuanya membuat kesalahan mendasar dalam menggunakan pendekatan elementistik ini. Perbedaan Gestalt dengan Behaviorisme dan strukturalisme bisa kita bandingkan melalui skema di bawah ini: Gestalt Behavioristik Holistik Atomistik, reduksionistik, elementaristik Molar Moleculer Subyektif Obyektif Nativistik Empiristik Kognitif Behavioral Fenomenological Sumber: B. PEMBAHASAN 1. Konsep Teoritis Utama Psikologi Gestalt adalah suatu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Data-data dalam psikologi gestalt disebut phenomena (gejala), sebab dalam suatu gejala terdapat dua unsur yakni objek dan arti. Objek adalah sesuatu yang dapat dideskripsikan setelah objek tersebut ditangkap oleh indra. Pada objek tersebut kiata akan memberikan arti dan sekaligus kita mendapatkan suatu informasi dari objek tersebut. a. Teori Medan Teori Gestalt ini dipandang sebagai usaha untuk mengaplikasikan field theory (teori medan). Teori ini dapat dideskripsikan sebagai system yang saling teerkait secara dinamis dan setiap unsur-unsurnya saling terkait satu sama lain. Teori ini digunakan dalam berbagai level pada konsep Gestalt. Psikologi Gestalt percaya bahwa apapun yang terjadi pada seseorang maka itu akan mempengaruhi segala sesuatu yang ada pada diri orang tersebut. Misalnya seseorang yang

6 lidahnya kegigit tanpa sengaja, orang itu akan merasa perubahan dalam menjalani kesehariannya, misalnya tidak bisa menikmati makanan pedas karena perih jika terkena lidahnya. b. Nature versus Nurture Para Behavioris memandang otak sebagai penerima pasif dari sensasi yang nantianya akan menjadi respon. Menurut Behavioris sifat manusia ditentukan oleh segala sesuatu yang kita alami, sedangkan otak hanya sebagai penghubung. Akan tetapi penganut Gestalt mengatakan bahwa otak memberi peranan yang aktif. Menurut teoritis Gestalt, otak bereaksi terhadap sensoris yang masuk kedalam otak dan melakukan penataan serta membuat informasi itu bermakna. Ini adalah sifat alami dari otak ketika sensori masuk kedalam otak. Menurut Gestalsian otak akan menciptakan suatu medan yang mempengaruhi informasi yang masuk kedalam otak. Kekuatan inilah yang mengatur pengalaman sadar. Jadi apa yang kita alami sacara sadar, itu adalah informasi sensoris yang telah dikelolah oleh medan kekuatan dalam otak. Karena teori ini Gestaltian dipandang sebagai nativistik. Menurut behaviorian kemampun otak itu bakan karena pengalaman. Akan tetapi gestaltian juga menunjukkan bahwa kemampuan organisational otak bukan merupakan warisan. c. Hukum Pragnaz Hukum Pragnaz ini menunjukkan tentang berarahnya segala kejadian yaitu tentang suatu keadaan seimbang. Keadaan yang seimbang ini mencakup sikap-sikap keturunan, kesederhanaan, kestabilan, simetri dan sebagainya. Contohnya Ketika melihat awan, kerapkali kita menghubungkan dengan objek yang ada dalam pikiran kita sehingga menjadi sebuah bentuk yang mirip suatu objek nyata lainnya. Misalnya mirip wajah. Contoh lain, Pada sebuah iklan, coba kita ingat kembali iklan pop mie. Pertama yang kita lihat adalah isi iklan keseluruhannya, dengan menyajikan berbagai gambaran untuk mendeskripsikan pop mie dan pada akhirnya kita tau bahwa itu iklan pop mie dengan kemasan yang baru.

7 2. Otak Dan Pengalaman Sadar Gestaltian menganut pandangan yang berbeda dalam memandang problem tubuh-pikiran. Mereka mengasumsikan adanya isomorphism (isomorfisme) antara pengalaman psikologis dengan proses yang ada di dalam otak. Stimulasi eksternal menimbulkan reaksi di otak, dan kita merasakan atau mengalami reaksi itu saat reaksi itu terjadi di otak. Perbedaan utama antara pendapat ini dengan pendapat strukturalis adalah Gestaltian percaya bahwa otak aktifmengubah stimulasi sensori. Karenanya, otak mengorganisasikan, menyederhanakan, dan memberi makna pada informasi sensoris yang datang. Kita mengalami informasi hanya setelah ia ditransformasikan oleh otak sesuai dengan hukum Pragnanz. Otak aktif mengisi ruang kosong, seperti sebentuk penutupan yang kompleks. Jika benar bahwa alam tidak menyukai kekosongan, maka adalah benar bahwa, menurut perspektif Gestalt, otak juga tidak menyukai kekosongan dan akan mengisinya. Dengan konsep isomorfisme psikofisik mereka, para gestaltian menganggap diri mereka telah mampu memecahkan problem utama yang belum bias dipecahkan oleh teori mekanistik, yakni persoalan bagaimana pikiran mengorganisasikan informasi sensori dan menjadikannya bermakna? psikolog gestalt menawab permasalahan ini dengan menyatakan bahwa isis dari pemikiran datang ke kita dalam keadaan sudah tertata, ia diorganisasikan oleh otak sebelum kita mengalaminya atau saat kita mengalaminya, karenanya menurut gestaltis, aktivitas otak berhubungan secara dinamis dengan isis pemikiran. Karena sangat percaya pada pikiran aktif, getaltis juga termasuk rasionalis, dank arena mereka percaya bahwa kekuatan pikiran itu ditentukan secara genetic, maka mereka temasuk kedalam nativis. Keyakinan ini menempatkan mereka ke dalam tradisi plato, Descartes dan Kant. 3. Realitas Subjektif Dan Objektif Menurut teoritis Gestalt, yang menentukan perilaku adalah kesadaran atau realitas subjektif dan fakta ini mengandung implikasi yang penting. Menurut Gestaltian Pragnanz bukan

8 bukan satu-satunya yang mengubah atau memberikan makna pada apa yang kita alami. Hal-hal seperti kebutuhan, nilai-nilai, keyakinan, dan sikap juga melengkapi segala yang kita alami secara sadar. Maka dalam suatu lingkungan yang sama orang bisa menginterpretasikan keadaan itu berbeda-beda dan tentunya dengan reaksi yang bervariasi. Dalam hal ini Koffka membedakan antara geographical environment (realitas fisik atau objektif) dengan behavioral environment (realitas psikologis atau subjektif). Oleh karena itu, Koffka memahami bahwa orang bertindak karena mengetahui lingkungan behavioralnya ketimbang lingkungan geografisnya. Koffka memberikan contoh dari legenda Jerman kuno yang menunjukkan arti penting dari realitas subjektif dalam menentukan perilaku. Di suatu malam yang dingin seorang lelaki dengan menunggang kuda di tengah hujan salju tiba di sebuah penginapan. Dia tampak gembira bisa menemukan tempat berteduh setelah ia menempuh perjalanan jauh menembus hujan salju. Pemilik rumah yang membukakan pintu kaget melihat orang asing itu dan bertanya darimana asalnya. Orang itu menunjuk lurus kearah jalan yang habis dilaluinya. Pemilik rumah itu takjub dan bertanya, apakah kau tahu kalau engkau telah menunggang kuda melintasi Danau Constance? Mendengar perkataan itu si penunggang kuda itu jatuh dari kudanya lantaran kaget dan langsung mati. Di sini Koffka ingin menunjukkan bahwa realitas subjektif itu menentukan perilaku. Dimana sipenunggang kuda itu merasa bahwa ia berjalan diatas daratan, maka ia tidak takut ataupun cemas. Tapi realista objektifnya bahwa ia berjalan diatas danau yang membeku. Jika awalnya ia tahu bahwa akan berjaln diatas danau yang membeku, mungkin dia akan takut dan berhati-hati atau mungkin mengambil rute lain. Contoh lainnya: gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis). 4. PRINSIP BELAJAR GESTALT Teori getalt terutama yang mnganut teori medan yang tertrik pada

9 fenomena perseptual, tidak mngejutkan jika mereka memandang belajar sebagai problem khusus dalam persepsi. Mereka berasumsi bahwa ketika suatu organisme berhadapan dengan sebuah problem, akan muncul keadaan disekuilibrium kognitif dan keadaan ini akan terus berlanjut sampai problem terselesaikan. Sehingga, psikolog gestalt disekuilibrium kognitif mengandung unsure motivasional yng menyebabkan organism berusaha untuk mendapatkan kembali keseimbangan dalam system mentalnya. Dalam buku Teori-Teori belajar yang ditulis oleh Prof. Dr. Ratna Wilis Dahar, M.Sc menjelaskan bahwa menurut Gestalt-Field belajar adalah suatu proses perolehan atau perubahan insight, pandanga-pandangan (outlooks), harapan-harapan, atau polapola berpikir. Mereka mengasumsikan bahwa ketika suatu organisme berhadapan dengan sebuah problem, akan muncul keadaan disekuilibrium kognitif dan keadaan ini akan terus berlanjut sampai problem terselesaikan. Karenannya, menurut psikolog Gestalt, disekuiblirirum kognitif mengandung unsur motivisiobal yang menyebabkan organisme berusaha untuk mendapatakan kembali keseimbangan dalam sistem mentalnya. Menurut hukum Pragnanz, keseimbangan kognitif lebih memuaskan ketimbang ketidakseimbangan kognitif. Bukti atas pendapat ini diberikan oleh karya Bluma Zeigarnik, yang menemukan bahwa tugas yang belum selesai akan selalu diingat lebih lama dan detail ketimbang tugas yang sudah selesai. Dia menjelaskan fenomena ini dalam term properti motivasional dari suatu problem yang terus ada sampai problem itu dipecahkan. Belajar, menurut Gestaltis adalah fenomena kognitif. Organisme mulai melihat solusi setelah memikirkan problem. Pembelajaran memikirkan semua unsur yang dibutuhkan untuk memecahkan problem dan menempatkannya bersama (secara kognitif) dalam satu cara dan kemudian ke cara-cara lainnya sampai problem terpecahkan. Ketika solusi muncul, organisme mendapatkan wawasan (insight) tentang solusi problem. Problem dapat eksis hanya dalam dua

10 keadaan: terpecahkan atau tak terpecahkan. Tidak ada keadaan solusi parsial di antara dua keadaan itu. Beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain : 1. Manusia bereaksi dengan lingkunganya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, dan social. 2. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. 3. Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya 4. Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi yang lebih luas. 5. Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight. 6. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi member dorongan yang mengerahkan seluruh organism. 7. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan. 8. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi. 5. POKOK-POKOK TEORI BELAJAR MENURUT ALIRAN GESTALT a. Pandangan Gestalt Tentang Belajar dan The Memory Trace (Kesan Ingatan) Menurut teori Gestalt, belajar adalah berkenaan dengan keseluruhan individu dan timbul dari interaksinya yang matang dengan lingkungannya. Melalui interaksi ini, kemudian tersusunlah bentuk-bentuk persepsi, imajinasi dan pandangan baru. Kesemuanya, secara bersama-sama membentuk pemahaman atau wawasan (Insight), yang bekerja selama individu melakukan pemecahan masalah. Walaupun demikian pemahaman (insight) itu barulah berfungsi kalau ada persepsi/tanggapan terhadap masalahnya-memahami kesulitan, unsur-unsur dan tujuannya. Sementara itu, dalam belajar menurut Gestaltis prinsipnya berkaitan dengan proses berfikir (proses problem solving) dan persepsi. Dalam hal ini terdapat empat prinsip yang dikembangkan oleh Wertheimer dan kemudian diaplikasikan Kohler mengenai berfikir dan persepsi. Karena

11 Gestaltis punya perhatian dengan aspek-aspek molar dalam belajar dan prilaku sebagaimana stimuli dan respons, keterangan mereka tentang belajar dan memori lebih banyak bersifat global dan tidak spesifik seperti halnya keterangan dari behaviorist. Persepsi adalah kemampuan manusia untuk mengenal dan untuk memahami apa yang tidak diketahuinya. Penerimaan sesuatu berarti bahwa manusia dapat mengingat pengalaman-pengalaman, objek atau kejadian masa lalu. Karena itu persepsi memerlukan proses lebih banyak dari sekedar kemampuan melakukan reaksi terhadap sesuatu, yaitu pemrosesan yang sungguh-sungguh untuk mengintegrasikan sumber-sumber informasi ke dalam gambaran tunggal. Dengan demikian, kesadaran manusia bukan untuk merespon terhadap persoalan (objek) di dalam lingkungan dalam dasar item per item. Akan tetapi melihat segala sesuatu dalam satu pandangan yang utuh. Menurut pandangan psikologi gestalt bahwa seseorang memperoleh pengetahuan melalui sensasi atau informasi dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunnya kembali dalam struktur yang lebih sederhana sehingga mudah dipahami. Persoalan umum pandangan Gestalt diekspresikan dalam statemen bahwa hukumhukum atau dalil-dalil organisasi menerapkan persepsi dan belajar secara sama-sama. Tetapi ada problem khusus di dalam belajar dimana gestatltis menguraikan gagasan-gagasannya. Mereka paling mudah di dalam mendiskusikan memori manusia daripada eksperimen kondisioning pada binatang, sehingga hampir semua ilustrasi yang mengikutinya, berkaitan dengan memori manusia. Problem utamanya adalah bagaimana untuk menghadirkan memori yaitu bagaimana melakukan konseptualisasi pengalaman masa lalu kedalam masa kini. Hal ini diurai dalam sebuah teori yang disebut teori bekas.

12 Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan. Contoh: seorang anak pernah dimarahi oleh ibunya ketika ia dengan tidak sengaja menjatuhkan vas bunga kesayangan ibunya. Ibunya memamarahinya hingga anak itu merasa sangat sedih. Ketika dalam keadaan sedih, temannya mengajak dia bermain. Ia merasa kesedihannya mulai berkurang karena disibukkan dengan bermain. Suatu ketika waktu dia beranjak dewasa, ia merasa amat sedih karena diputusin pacarnya. Ia pun mencoba menghibur diri dengan bermain ke tempat permainan seperti Time Zone bersama teman-temannya. Dalam contoh diatas anak itu mendapat solusi dari proses memory trace, yakni mengatasi kesedihan dengan menyibukkan diri dengan bermain. b. Jejak Individual Vs Sistem Jejak Koffka dalam hidayati (2011), berusaha menghubungkan masa lalu dan masa sekrang melalui konsep memory trace (jejak memori). Ia mengasumsikan bahwa pengalaman saat ini akan membangkitkan apa yang disebutnya proses memori. Ketika proses ini berhenti, jejak dari efeknya masih tertinggal di otak. Jejak ini akan mempengaruhi semua proses serupa yang terjadi di masa depan. Semakin kuat jejak memori semakin kuat pengaruhnya pada sebuah proses. Koffka juga mengatakan adanya prinsip kebaruan (recency) yang menyatakan bahwa apa yang dilakukan terakhir kali oleh indiidu dalam suatu situasi nanti akan dilakukan lagi apabila situasi itu berulang. Berbagai jejak individual yang saling terkait disebut trace system (sistem jejak). Koffka menyatakan bahwa kualitas keseluruhan dari keterampilan akan mendominasi jejak individual dan karenanya menyebabkan hilangnya individualitas. Karena sisitem jejak makin kuat, sistem itu akan berpengaruh besar terhadap setiap pengalaman individual yang kita punya. Jadi,penekanan prinsip gestalt adalah keseluruhan dari pengalaman dan pengingatan kembali pengalaman.

13 Dalam teori bekas, dinyatakan bahwa konsepsi Gestalt terhadap memori adalah percaya bahwa persepsi menempel di dalam bekas memori yang saling berhubungan. Gestatltis menyatakan bahwa proses neural aktif selama persepsi dapat berlangsung terus di dalam bentuk yang lembut sebagai sebuah bekas. Jadi informasi disimpan dalam bentuk yang sama, oleh neural yang sama, sebagaimana dalam persepsi orisinal. Kohler menggambarkan persoalan ini sebagai berikut: Kejadiankejadian neural cenderung untuk membentuk secara halus kondisi jaringan dimana mereka ingat. Perubahan seperti itu akan menyerupai banyak proses dengan mana mereka memproduksi pola mereka dan berkenaan dengan milik yang lain. Memanggil kembali atau mengingat kembali melibatkan pengaktifan kembali bekas memori yang ada. Sebetulnya, ini adalah pembangkitan proses perceptual yang sama, yaitu yang berhubungan dengan persepsi yang orisinal. Bekas terus aktif sebagai proses aktif di dalam sistem syaraf, tetapi juga intensitas yang cukup lambat untuk masuk kesadaran. Pada umumnya pandangan Gestaltis, yaitu bahwa hasil-hasil belajar ada di dalam formasi bekas memori. Sifat dasar yang pasti dari bekas itu dibiarkan tidak spesifik, dan sejumlah karakteristik mereka adalah mendetail. Karakteristik paling penting dari apa yang telah dipelajari, seperti perceptual, cenderung untuk mencapai kemungkinan struktur yang paling baik dengan memperbincangkan perihal organisasi perceptual. Wulf (1983) mendiskripsikan kecenderungan organisasional dari memori dengan memberi nama penyamarataan (leveling), Penajaman (Sharpening),dan normalisasi (Normalizing). Penyamarataan (leveling) adalah kecenderungan menuju simatri atau menuju pendangan yang simpel dari kepelikan pola perseptual. Koffka mengasumsikan bahwa proses levelling juga dapat diterapkan pada persoalan kognitif. Sebagai contoh, kita mengingat perasaan perjalanan di kereta api, seseorang bisa mengingat impresi yang menyamaratakan

14 gerakan maju (kereta api) dan wilayah pedalaman yang meluas dengan tanpa pengingatan sensasi dari goyangan (kereta api) ke sisi yang satu dan sisi yang lain. Penajaman (Sharpening) adalah tindakan penekanan pada ketiadaan perbedaan pola. Ini kelihatan pada satu dari karakteristik memori manusia bahwa kualitasnya paling jelas memberikan identitas objek yang cenderung untuk dibesar-besarkan di dalam reproduksi objek itu. Normalisasi (normalizing) terjadi ketika objek yang direproduksi dimodifikasi agar sesuai dengan memori sebelumnya. Modifikasi ini biasanya cenderung menuju pengingatan kembali objek yang lebih banyak seperti apa objek itu muncul. Reproduksi berikutnya dari objek stimulus yang sama melebihi waktu sebelum menjadi makin besarseperti sesuatu yang umum (dan sebab itu sesuatu itu menjadi normal ). Disisi lain, para gestaltis memberikan perhatian yang agak terdistorsi dalam perlakuan konvensional terhadap belajar, sehingga problem khusus yang ditekankan adalah bukan seleksi secara natural bentuk problem dari sudut pandang mereka. Beberapa problem yang menjadi perhatian Gestalt antara lain sebagai berikut. 1. Kecakapan (Capacity) Karena belajar memerlukan pembedaan dan restrukturisasi persoalan, kondisi yang lebih tinggi dari belajar sangat banyak bergantung pada kecakapan alamiah untuk memberi reaksi dalam kebiasaan itu. Dengan meningkatkan kecakapan untuk organisasi perceptual atau kemampuan untuk memahami problem-problem mengarahkan untuk meningkatkan kemampuan belajar. 2. Praktek (Practice) Memori kita adalah bekas yang dinyatakan (secara positif tanpa bukti) dari persepsi, asosiasi sebuah produk organisasi perceptual. Hukum perceptual juga menentukan hubungan elemen-elemen di dalam memori. Karena itu, pengulangan pengalaman akan membangun secara kumulatif pada pengalamanpengalaman yang lebih dulu hanya jika kejadian yang kedua dianggap sebagai sesuatu keadaan pemunculan dari pengalaman terdahulu.

15 3. Motivasi (Motivation) Hukum empiris dari akibat, mengenai peran reward dan hukuman, diterima oleh psikologi Gestalt, tetapi mereka berbeda dari Thorndike di dalam memberi interpretasi. Mereka percaya bahwa akibat yang datang kemudian tidak terjadi secara otomatis dan tanpa di sadari untuk memperkuat tindakan sebelumnya. Agaknya, akibat dipahami sebagai kepunyaan tindakan sebelumnya-posisi yang juga ditekankan oleh Thorndike. Motivasi dipandang sebagai tempat penempatan organisme ke dalam situasi problem: rewards dan punishment memainkan peran untuk memperkuat atau tidak memperkuat solusi terhadap problem yang diusahakan. 4. Pemahaman (Understanding) Pemahaman hubungan, kesadaran hubungan antara bagian-bagian dan keseluruhan, berhubungan dengan konsekuensi, ditekankan oleh para penulis Gestal. Problem harus diselesaikan dengan pantas, dari sudut pandang bangunannya, secara organisatoris daripada mekanis, secara bodoh atau dengan melarikan diri dari kebiasaankebiasaan sebelumnya. Belajar yang penuh wawasan (pengetahuan) adalah tugas belajar sekarang yang lebih cocok dari pada trial and error. 5. Transfer (Transfer) Konsep Gestalt paling suka transfer perubahan. Pola hubungan dipahami di situasi yang bisa diterapkan pada situasi yang lain. Satu keuntungan dari belajar dengan pemahaman itu lebih baik daripada dengan proses penghafalan tanpa berfikir. Sebab, pemahaman dapat merubah jarak situasi yang lebih dalam, dan lebih sering menyebabkan aplikasi yang salah dari belajar yang sudah-sudah. 6. Pelupaan (forgetting) Pelupaan dihubungkan dengan bagian perubahan di dalam bekas. Bekas bisa tidak kelihatan melalui pengurangan secara gradual (kemungkinan susah untuk membuktikan atau tidak), melalui perusakan karena sebagian kacau balau, bidang yang terstruktur sakit, atau karena asimilasi pada bekas atau proses baru. Terkait dengan beberapa komponen yang menjadi perhatian Gestalt seperti diatas,

16 maka berkaitan dengan proses belajar, tugas seorang guru secara essensial adalah untuk membantu subjek didik untuk melihat hubungan signifikan dan untuk memanag instruksi sehingga ia mampu mengatur pengalamanpengalamannya, menunjukkan gambar-gambar, meletakkan katakata pada papan tulis, mempresentasikan pelajaran yang dibaca dan banyak aktivitas pengajaran lainnya, Dalam hal ini guru memberikan dorongan situasi agar subyek didik mampu melakukan proses belajar. d. Hukum-hukum Pengamatan (Hukum-hukum Belajar) Menurut Aliran Gestalt Hukum pragnaz menuut gestalt menyatakan kecenderungan terhadap apau yang dipandang untuk kemungkinan menerima posisi yang paling baik. Hokum pragnaz digunakan sebagi petujuk dalam mempelajari prinsip persepsi belajar dan ingatan. dan 3 hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu, yaitu Hukum Kesamaan, Hukum Kedekatan dan Hukum Ketertutupan. Menurut Hidayati (2011), Dalam bukunya yang berjudul "Investigation of Gestalt Theory" (1923), Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt sebagai berikut: a. Hukum Keterdekatan (law of proximity) Dalam kita mengamati, obyek-obyek yang berdekatan satu sama lain akan nampak sebagai satu unit persepsi. Dengan demikian hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas. b. Hukum Ketertutupan (law of closure) Menyatakan bahwa kita mempunyai tendensi untuk melengkapi atau mengisi pengalaman-pengalaman yang tidak lengkap, agar menjadi lebih berarti. Atau hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri. c. Hukum Kesamaan (law of equivalence) Dalam kita melakukan pengamatan, maka obyek-obyek yang mempunyai kemiripan

17 (similarity) satu sama lain akan diorganisir ke dalam satu persepsi. Dengan kata lain hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas. e. Memecahkan Problem (Problem Solving), Mendapatkan wawasan (Insight) Dalam teori belajar menurut Gestalt, yang terpenting dalam belajar adalah adanya penyesuaian pertama, yaitu memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti/memperoleh insight (pemahaman). Insight barulah berfungsi bila ada persepsi terhadap masalahnya. Hilgard (1948 : ) (Sumadi Suryabrata, 1984: ) memberikan enam macam sifat khas belajar dengan insight, sebagai berikut: 1. Insight itu dipengaruhi oleh kemampuan dasar. 2. Kemampuan dasar itu berbeda-beda dari individu yang satu ke individu yang lain. Pada umumnya anak yang masih sangat muda sukar untuk belajar dengan insight ini. 3. Insight itu dipengaruhi oleh pengalaman belajar masa 4. lampau yang relevan. Walaupun insight itu tergantung kepada pengalaman masa lampau yang relevan, namun memiliki pengalaman masa lampau tersebut belum menjamin dapatnya memecahkan masalah. Jadi misalnya anak tidak dapat mengerjakan problem aljabar, kalau dia 5. belum tahu menggunakan simbol-simbol dalam aljabar tersebut terlebih dahulu (dari masa lampau), tetapi anak yang telah menguasai simbolsimbol tersebut serta mengetahui cara-cara pemecahan problem dalam aljabar belum tentu dapat memecahkan problem tersebut. Disinilah letak perbedaan antara teori Gestalt dengan teori assosiasi yang beranggapan bahwa hanya

18 memiliki pengalaman masa lampau yang diperlukan seseorang akan dapat memecahkan problem, sebab pemecahan-pemecahan problem berarti penerapan operationoperation yang telah dipelajari. 6. Insight tergantung kepada pengaturan secara eksperimental. Insight itu hanya mungkin terjadi apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa sehingga segala aspek yang perlu dapat diambil. Apabila alat yang diperlukan untuk pemecahan problem itu dapat dibuat seakan-akan menjadi tidak mungkin, maka problem menjadi lebih sukar. 7. Insight itu didahului oleh suatu periode mencoba-coba. Insight bukanlah hal yang dapat jatuh dari langit dengan sendirinya, melainkan hádala hal yang harus di cari. Sebelum dapat memperoleh insight orang harus sudah meninjau problemnya dari berbagai arah dan mencobacoba memecahkan. 8. Belajar yang dengan Insight itu dapat diulangi. Jika sesuatu problem yang telah dipecahkan dengan insight lain kali diberikan lagi kepada pelajar yang bersangkutan, maka dia akan dengan langsung dapat memecahkan problem itu lagi. 9. Insight yang telah sekali di dapatkan dapat dipergunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru. Belajar yang disertai insight (insight full learning) biasanya mempunyai empat ciri. a. Transisi dari pemecahan permulaan sampai pemecahan terjadi dengan tiba-tiba. b. Pemecahan yang dilakukan dengan insight biasanya lancar dan bebas dari kesalahan. c. Pemecahan masalah yang disertai insight, dipegang teguh untuk pertimbangan lamanya waktu. d. Satu prinsip adanya insight adalah mudahnya aplikasi terhadap problem yang lain. Dalam pembahasan ini akan

19 di uraikan mengenai karakteristik terakhir tentang suatu prinsip pemecahan masalah dalam satu situasi yang diaplikasikan ke problem lain yang dinamakan transposisi. Karya awal Kohler mengenai transposisi dilakukan dengan ayam dan monyet. Eksperimennya adalah dengan melatih hewan untuk mendekati satu dari dua sisi kertas abu-abu, misalnya ayam diberi makan di bagian bayangan yang gelap dari kertas itu tetapi tidak diberi makan dibagian yang lebih terang. Setelah training, ketika ayam diberi pilihan, ayam akan memilih mendekati bagian yang gelap. Setelah training awal, hewan itu diberi pilihan antara kertas gelap seperti yang dipakai saat latihan dan kertas yang satunya lebih gelap lagi. Gestaltian berpendapat bahwa behavioris akan memprediksi hewan itu akan mendekati kertas yang lebih terang di situasi baru ini kerena kertas itulah yang sudah diperkuat pada fase pertama percobaan. Tetapi, Gestaltis berpendapat bahwa apa yang dipelajari dalam situasi ini adalah prinsip relasional yakni menganggap bahwa hewan mempelajari prinsip mendekati objek paling gelap dari dua buah objek dalam fase pertama eksperimen dan prinsip yang sama akan diaplikasikan pada fase percobaan kedua. Gestaltis mempredikasi bahwa hewan itu akan memilih objek yang lebih gelap pada fase 2, meskipun hewan tersebut telah dikuatkan untuk memilih objek yang satunya lagi dalam fase 1. Oleh karena itu pandangan behavioris tentang belajar disebut sebagai absolute theory ( teori absolute ) dan pandangan gestaltis tentang

20 belajar disebut relational theory ( teori relasional ). 7. Pendapat Gestalt Mengenai Pendidikan Dalam mempermasalahkan belajar bagi siswa, para penganut teori Gestalt lebih menyukai istilahistilah orang daripada organisme, lingkungan psikologi daripada lingkungan fisik atau lingkungan biologi, dan lebih suka menggunkan istilah interaksi daripada aksi atau reaksi. mereka berpendapat bahwa konsep-konsep tersebut lebih memudahkan para guru dalam memberikan pembelajaran pada siswa dan konsep tersbutlah yang dimaksud field dalam proses belajar meagajar oleh penganut teori Gestalt. Gestaltis berpendapat bahwa problem yang tak selesai akan menimbulkan ambiguitas atau ketidakseimbangan organisasional dalam pikiran siswa, dan ini adalah kondisi yang tidak diinginkan. Ambuguitas dilihat sebagai keadaan negatif yang akan terus ada sampai problem terselesaikan. Dalam satu pengertian, pengurangan ambuguitas dapatdilihat sebaai teori Gestalt yang sejajar dengan gagasan penguatan dari kaum behaviouris. Akan tetapi, reduksi ambiguitas dapat dianggap sebagai penguat instrinsik, sedangakan behaviouris biasanya lebih menekankan pada penguat ekstrinsik. Brumer dan Holt menganut gagasan Gestaltian bahwa belajar adalah memuaskan secara personal dan tidak perlu didorng oleh penguatan eksternal. Kelas yang beorientasi Gestalt akan dicirikan oleh hu ungan memberi-dan-,menerima anatar siswa dan guru. Belajar berdasarkan pendapat Gestalt bisa dimulai dengan sesuatu yang familiar dan setipa langkah dalam pendidikan didasarkan pada hal-hal yang sudah dikuasai. Semua aspek pelajaran dibagi-bagi menjadi unitunit yang bermakna, dan unit-unit itu harus berkaitan dengan seluruh konsep atau pengalaman. Guru yang berorientasi Gestalt mungkin menggunakan tekhnik ceramah, tetapi ia kan berusaha agar selalu ada interaksi antara guru dan siswa. Dalam buku Teori-Teori belajar yang

21 ditulis oleh Prof. Dr. Ratna Wilis Dahar, M.Sc juga mengatakan bahwa Guru yang menganut Gestalt-Field berkeinginan untuk menolong para siswanya mengubah pemahaman mereka tentang masalah-masalah atau situasi-situasi secara signifikan. 8. APLIKASI TEORI BELAJAR GESTALT PADA PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN Banyak praktek pendidikan dan pengajaran yang menggunakan dasar psikologi Ilmu Jiwa Gestalt. a. Dalam bidang Kurikulum Kurikulum concentris merupakan pengetrapan prinsip-prinsip ilmu Jiwa Gestalt. Kurikulum ini mempunyai pusat yang sama (concentris). Dalam tingkatan yang rendah, disusun kurikulum dari suatu kesatuan yang utuh. Disini diajarkan yang pokok-pokok secara garis besar. Di tingkat yang lebih tinggi, kesatuan itu diberikan lagi, tetapi dibahas lebih mengarah ke bagian-bagian lebih mendalam. Sedang ditingkat yang lebih tinggi lagi, kesatuan tersebut tetap digunakan, tetapi dibahas menjadi kesatuan-kesatuan yang lebih mendalam lagi. Begitu seterusnya. Dalam perwujudan dan perkembangan selanjutnya, kurikulum concentris ini dapat terwujud dalam: a. Penagajaran pusat minat b. Penagajaran Proyek c. Pengajaran alam sekitar b. Dalam Bidang Didaktik Metodik Dalam bidang Didaktik Metodik, khususnya mengenai metode mengajar membaca, menulis. Pengaruh Ilmu Jiwa Gestalt itu sangat besar. Ternyata pengetrapan Ilmu Jiwa Gestalt dalam metode mengajar membaca menulis itu telah mampu menggoyahkan metode mengajar yang telah berabad-abad sejak zaman Yunani Kuno hingga awal abad 20 ini. Di indonesia khususnya, metode mengajar membaca menulis dengan metode mengeja ini masih ada guru yang melakukan, meskipun secara resmi pemerintah telah mengganti dengan metode global (secara resmi digunakan istilah metode S.A.S = Struktural Analitis Sintesis). Secara singkat dapat dibandingkan metode

22 mengeja dengan metode global sebagai berikut: a. Metode Mengeja - Pertama, sisa dihadapkan pada huruf yang justru merupakan elemen terkecil. Hal ini sangat asing bagi anak. Kita melakukan persepsi bukan dari elemen dulu, tetapi sebaliknya, secara keseluruhan (global) dulu, baru menuju bagian atau elemen. Metode eja menyalahi prinsip Gestalt Siswa pertama kali belajar telah dihadapkan pada huruf. Huruf itu bagi anak belum dikenal, tidak mempunyai makna (arti). Seharusnya dimulai dari suatu kebulatan kesatuan yang mengandung makna. Jadi metode eja menyalahi prinsip Insightfullness. - Dalam menghubungkan kata, siswa-siswa banyak mengalami kesukaran, karena selain tidak dikenal (tanpa arti) juga tidak merupakan figur. Akibatnya sukar terjadi prinsip closure. - Dilihat dari segi prestasi, metode mengeja kurang memuaskan, salah satunya adalah siswa membaca terputus-putus, sebab setiap selesai membaca satu kata, ia berhenti untuk mengeja kata berikutnya. Hal ini kadang-kadang masih tampak pada siswa SMP. b. Metode Belajar Global Menggunakan dasar psikologis Ilmu Jiwa Gestalt. Metode membaca global dirintis oleh Dr. Ovide De Croly. Di Indonesia dekenal dengan metode S.A.S. - Pertama-tama, anak telah dihadapkan pada cerita pendek yang telah dikenal anak dalam kehidupan keluarga. Cerita ini jelas merupakan satu kesatuan yang telah dikenal anak. Maka dengan mudah anak itu segera dapat membaca seluruhnya secara hafalan. Biarkan siswa membaca sambil menunjuk kalimat yang tidak cocok dengan yang diucapkan. Menguraikan cerita pendek tersebut menjadi kalimat-kalimat. Guru secara alamiah menunjukkan bahwa cerita pendek itu terdiri dari kalimat-kalimat. Misalnya dengan cara : - Kalimat yang satu dengan yang lain ditulis dengan warna yang berbeda.

23 - Kalimat satu dengan yang lain ditulis dengan jarak yang cukup renggang. Biasanya setelah 2 atau 3 minggu siswa telah dapat membedakan kalimat satu dengan yang lain. Siswa telah mengingat kalimat-kalimat. - Memisahkan kalimat-kalimat menjadi kata-kata Dapat dengan berbagai cara, misal: 1) Tiap-tiap kata ditulis dengan warna yang berbeda-beda 2) Tiap-tiap kata ditulis agak berjauhan 3) Ditulis dengan susunan tiap kata semakin menurun 4) Dibaca pelan-pelan sambil menunjuk tiap kata - Memisahkan kata-kata menjadi suku kata. Dalam periode tertentu, setelah siswa mengerti suku kata, diteruskan, - Memisahkan suku kata menjadi huruf. Dalam fase ini, barulah siswa diajarkan bunyi tiap-tiap huruf (pertengahan tahun). - Setelah siswa mengenal huruf, diajarkan menyusun huruf menjadi suku kata. - Menyusun suku kata menjadi kata. - Menyusun kata menjadi kalimat. Untuk melaksanakan proses menyusun kembali, dapat dilakukan dengan bermacam permainan yang menarik. Contoh pembelajaran yang cocok menerapkan teori kognitif selain pada pelajaran bahasa : seperti mengarang, menganalisis isi buku, juga pada pelajaran fisika, kimia atau biologi: yaitu dengan metode belajar yang berbasis masalah (studi kasus), eksperimen. Dan pada pelajaran IPS berupa observasi, wawancara dan membuat laporannya. 10. Dalam metodik mengajar Sangat penting artinya bagi individu (siswa), bila ia dapat menemukan pemahaman (insight) dengan caranya sendiri tanpa diberi tahu. Karena itu guru harus pandai mengatur strategi (membuat siasat) bagaimana cara mengajar untuk menimbulkan pemahaman (insight) oleh siswa sendiri tanpa siswa merasa digurui secara langsung. Buatlah siasat agar siswa menemukan pemahaman sendiri. Metode ini terkenal dengan metode problem solving (pemecahan masalah).

24 9. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI GESTALT 1. Kelebihan Teori Gestalt a) Menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi. b) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan seharihari. c) Peserta didik dapat aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru berfungsi sebagai mediator, fasilitator dan teman yang membuat situasi menjadi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dari peserta didik. Tytler (1996:20) juga menambahkan bahwa dengan upaya mengimplementasikan teori belajar kognitif dalam rancangan Pembelajaran maka: 1) Siswa dengan mudah dapat mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri. 2) Siswa dapat dengan mudah berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif. 3) Siswa mempunyai kesempatan untuk mencoba gagasan baru. 2. Kelemahan Teori Gestalt Selain jasa dan sumbangannya yang sangat berharga bagi belajar disekolah dengan insight, namun terdapat juga celah-celah kelemahan dan kekurangannya. Seperti halnya teori belajar koneksionisme, terhadap teori gestaltpun dapat diajukan pertanyaan, bolehkah belajar dengan insight itu dianggap sebagai prototipe belajar? Dari satu segi, teori ini nampak menunjukkan beberapa kejadian belajar yang umum, sehingga lebih mudah menganalisisnya. Misalnya, kalau anak dibimbing untuk melihat hubungan, seperti tambah dan kali, antara berat dan daya tarik gaya berat, maka sering ia mampu memperlihatkan pemahaman. Sedangkan dari segi yang lain,

25 memang sulit menemukan pemahaman dalam mempelajari hal-hal yang sangat beragam. Misalnya: anak tidak dapat mempelajari nama tanam-tanaman atau bintang-bintang dengan insight. Dia tidak dapat membaca dengan insight, demikian pula dia tidak tidak dapat berbicara dengan bahasa asing. Siswa Biologi tidak dapat mempelajari struktur dan fungsi hewan dengan pemahaman. Tegasnya, pemahaman itu tidak dapat menjadi prototipe untuk sejumlah belajar yang biasa dilakukan manusia. Barangkali, pemahaman barulah terjadi kalau kita belajar dengan pemecahan masalah, walaupun dalam kenyataannya, tidak semua hal merupakan masalah, boleh jadi hanya merupakan fakta atau prinsip. KESIMPULAN Pandangan para ahli psikologi ge stalt tentang belajar berbeda dengan ahli psikologi asosiasi. Psikologi gestalt memandang bahwa belajar terjadi bila insight (pemahaman). Insight timbul secara tiba-tiba, bila individu te lah dapat melihat hubungan antara unsurunsur dalam situasi poroblematis. Dapat pula dikatakan insight timbul pada saat individu dapat memahami struktur yang semula merupakan suatu masalah. Dengan kata lain insight adalah semacam reorganisasi pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba, seperti ketika seseorang menemukan ide baru atau menemukan pemecahan suatu masalah. DAFTAR PUSTAKA B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson Theories Of Learning (Teori Belajar) edisi VII. Jakarta: Kencana Hidayati, Titin Nur Implementasi Teori Belajar Gestalt pada Proses Pembelajaran. Jurnal falasifa. Vol. 2 no. 1 maret 2011jurnal falasifa. Vol. 2 No. 1 Maret 2011 Marada Belajar Psikologi Gestalt dan Implikasinya di dalam Belajar dan pembelajaran. (online) Tersedia : nal/item/32 Diakses 09 April Ratna Wilis Dahar, 1996, Teori Belajar, Jakarta: Penerbit: Erlangga. Riyanto, Bambang Teori Belajar Gestalat. (online) Tersedia: ress.com/2009/05/29/teori-belajargestalt/. Diakses 09 April 2013.

26 Sagala, Syaiful Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Sudrajat, Akhmad Teori-Teori Belajar. (online) Tersedia : om/2008/02/02/teori-teoribelajar/. Diakses 09 April 2013 Sumadi Suryabrata, 2004, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1. php/gestalt.html 2.

TEORI GESTALT. Universitas Negeri Yogyakarta oleh : Yulia Ayriza

TEORI GESTALT. Universitas Negeri Yogyakarta oleh : Yulia Ayriza TEORI GESTALT Universitas Negeri Yogyakarta oleh : Yulia Ayriza TOKOH PENDIRI GESTALT Perintis langsung psikologi Gestalt ialah Chr. von Ehrenfels, dengan karyanya Uber Gestaltqualitation (1890). Orang

Lebih terperinci

Gestalt PENDIDIKAN SENI RUPA FBS UNY

Gestalt PENDIDIKAN SENI RUPA FBS UNY Gestalt PENDIDIKAN SENI RUPA FBS UNY Aliran Gestalt muncul di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme Wundt. Pandangan Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran Psikologi Modul ke: 09 Rizka Fakultas PSIKOLOGI Sejarah dan Aliran Psikologi Psikologi Gestalt Putri Utami, M.Psi Program Studi PSIKOLOGI http://mercubuana.ac.id Latar belakang Psikologi Gestalt Saat aliran behaviorisme

Lebih terperinci

Implementasi Teori Belajar Gestalt pada Proses Pembelajaran. Oleh: Titin Nur Hidayati 1. Abstrak:

Implementasi Teori Belajar Gestalt pada Proses Pembelajaran. Oleh: Titin Nur Hidayati 1. Abstrak: Implementasi Teori Belajar Gestalt pada Proses Pembelajaran Oleh: Titin Nur Hidayati 1 Abstrak: Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran

Lebih terperinci

Teori Belajar dan Pembelajaran Strategi Pembelajaran Inkuiri & Teori Gestalt STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN TEORI GESTALT

Teori Belajar dan Pembelajaran Strategi Pembelajaran Inkuiri & Teori Gestalt STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN TEORI GESTALT STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN TEORI GESTALT A. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) merupakan pembelajaran yang menekankan proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 2 Fakultas FDSK Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Apakah sensasi = persepsi? Apakah sensasi = persepsi? Sensasi

Lebih terperinci

Carl Rogers, Abraham Maslow

Carl Rogers, Abraham Maslow Ursa Majorsy Mazhab Humanistik 3 Carl Rogers, Abraham Maslow Psikologi Umum 1 Aliran humanistik muncul pada tahun 1940-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristik.

Lebih terperinci

PERSEPSI BENTUK. Persepsi, Lanjutan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

PERSEPSI BENTUK. Persepsi, Lanjutan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk PERSEPSI BENTUK Modul ke: Persepsi, Lanjutan Modul 2 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstract Istilah persepsi sering disamakan

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Psikologi Gestalt Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi Tokoh-Tokoh Franz Brentano 1838 1917 Christian

Lebih terperinci

Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt

Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan sejumlah teori belajar yang bersumber dari aliran aliran psikologi. Di bawah ini akan dikemukakan

Lebih terperinci

02FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

02FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Persepsi Bentuk Fakultas 02FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Belajar adalah suatu kegiatan memahami dan menemukan sesuatu yang belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. Belajar adalah proses perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar

Lebih terperinci

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN TEORI TEORI BELAJAR Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam

Lebih terperinci

TEORI ORGANISMIK KURT GOLDSTEIN

TEORI ORGANISMIK KURT GOLDSTEIN 1878-1965 TEORI ORGANISMIK KURT GOLDSTEIN 1 Kurt Goldstein Teori organismik / holistik (holism : holos :Yunani = lengkap, utuh, seluruhnya). Gestalt : wertheimer, Koffka & Kohler menentang Wundt. Bertolak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci

Otak melakukan Integrasi (penggabungan), rekognisi, reorganisasi & interpretasi informasi sensoris yg lebih kompleks Makna

Otak melakukan Integrasi (penggabungan), rekognisi, reorganisasi & interpretasi informasi sensoris yg lebih kompleks Makna SENSASI PERSEPSI Dita Rachmayani., S.Psi., M.A PROSES Sensasi Transduksi Persepsi Tanggapan Proses pendeteksian hadirnya stimuli Sederhana/perasaan/- kesan yg timbul sebagai akibat Perangsangan suatu reseptor

Lebih terperinci

PSIKOLOGI GESTALT.

PSIKOLOGI GESTALT. PSIKOLOGI GESTALT A. Latar Belakang Max Wertheimer (1880-1943) seorang yang dipandang sebagai pendiri dari Psikologi Gestalt, tetapi ia bekerjasama dengan dua temannya, yaitu Kurt Koffka (1886-1941) dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan

Lebih terperinci

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN TENTANG BELAJAR. Matrikulasi Fakultas Psikologi Program Pasca Sarjana UMBY

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN TENTANG BELAJAR. Matrikulasi Fakultas Psikologi Program Pasca Sarjana UMBY BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN TENTANG BELAJAR Matrikulasi Fakultas Psikologi Program Pasca Sarjana UMBY Science adalah Suatu proses yang menghasilkan suatu dalil yang didukung data, dengan cara

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR GESTALT DAN GAGNE PERT-4

TEORI BELAJAR GESTALT DAN GAGNE PERT-4 TEORI BELAJAR GESTALT DAN GAGNE PERT-4 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2014 Teori Gagne Gagne beranggapan bahwa hirarki belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

Pengenalan Konsep Kognitif 1

Pengenalan Konsep Kognitif 1 Pengenalan Konsep Kognitif 1 Kognisi merupakan aktivitas mental pengetahuan, yang melibatkan perolehan, penyimpanan, pencarian, dan penggunaan. Menurut Matlin, kognisi membicarakan tentang proses-proses

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI GESTALT DALAM MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING)

APLIKASI TEORI GESTALT DALAM MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING) Jurnal Edukasi, Volume 2 No.2,Oktober 2016 ISSN. 2443-0455 APLIKASI TEORI GESTALT DALAM MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING) A.Fatikhul Amin Abdullah Prodi Pendidikan Sejarah, STKIP PGRI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN CATATAN PERBAIKAN PADA LATIHAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA Ade Lukman Nulhakim Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email:

Lebih terperinci

PENGINDERAAN & PERSEPSI

PENGINDERAAN & PERSEPSI P S I K O L O G I K O G N I T I F PENGINDERAAN & PERSEPSI Ursa Majorsy 2 nd meeting 1 Menjelaskan bagaimana manusia memperoleh informasi dari lingkungan Menjelaskan tahap-tahap pemrosesan informasi Persepsi

Lebih terperinci

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Tujuan Pembelajaran Mahasiswa diharapkan dapat: Menjelaskan Pengertian Pembelajaran Menjelaskan ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

Serlly Oktaviana Prodi Pendidikan Matematika Universitas Nusantara PGRI Kediri 2013

Serlly Oktaviana Prodi Pendidikan Matematika Universitas Nusantara PGRI Kediri 2013 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD ( Student Team Achievement Division ) BERDASARKAN TEORI BELAJAR PSIKOLOGI GESTALT PADA PELAJARAN MATEMATIKA SUB POKOK BAHASAN BENTUK PANGKAT Serlly Oktaviana oktaviana_serlly@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I

Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I Hakikat Belajar Belajar merupakan proses mencapai berbagai dan sikap untuk bekal hidup di masa mendatang. macam kompetensi, Belajar adalah proses mendapatkan perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

PERSEPSI KELOMPOK 4. Febrianto Amelia Sheren Shelly Meilisa

PERSEPSI KELOMPOK 4. Febrianto Amelia Sheren Shelly Meilisa PERSEPSI KELOMPOK 4 Febrianto Amelia Sheren Shelly Meilisa Pengamatan Dunia Nyata Persepsi kita terhadap dunia nyata merupakan olahan smua informasi yang di terima oleh inderaindera yang dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada bab II tentang kajian pustaka berturut-turut dipaparkan 1. Pengertian Belajar 2. Hasil belajar 3. Pembelajaran Matematika 4. Metode demonstrasi 5. Hasil Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Penduduk yang banyak tidak akan menjadi beban suatu negara apabila berkualitas, terlebih

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR PIAGET

TEORI BELAJAR PIAGET TEORI BELAJAR PIAGET Pendahuluan Dewasa ini masih banyak ditemukan di sekolah-sekolah bahwa strategi pembelajaran di kelas masih didominasi oleh paham strukturalisme atau behaviorisme atau objektivisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

Persepsi, Memori, Daya Bayang, Bahasa, Penyelesaian Masalah, Pemahaman/Penalaran, Pmbuatan Keputusan

Persepsi, Memori, Daya Bayang, Bahasa, Penyelesaian Masalah, Pemahaman/Penalaran, Pmbuatan Keputusan PSIKOLOGI KOGNITIF BUKU: COGNITION 3rd Ed. 1994 Margaret W. Matlin Harcourt Brace Publishers KOGNISI? Aktivitas Mental Melibatkan: Perolehan Penyimpanan Pencarian Penggunaan Pengetahuan MATLIN Membicarakan:

Lebih terperinci

MODEL INTERAKSI SOSIAL MODEL PEMROSESAN INFORMASI

MODEL INTERAKSI SOSIAL MODEL PEMROSESAN INFORMASI MODEL INTERAKSI SOSIAL MODEL PEMROSESAN INFORMASI PENGERTIAN MODEL INTERAKSI SOSIAL Model interaksi sosial terbentuk berdasarkan teori belajar Gestalt Dan teori belajar area/ Field-Theory. Model pembelajaran

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOGNITIF (Diringkas oleh Hanna Widjaya Dosen PPS Unpad Bandung)

PSIKOLOGI KOGNITIF (Diringkas oleh Hanna Widjaya Dosen PPS Unpad Bandung) PSIKOLOGI KOGNITIF (Diringkas oleh Hanna Widjaya Dosen PPS Unpad Bandung) BUKU: COGNITION 3rd Ed. 1994 Margaret W. Matlin Harcourt Brace Publishers KOGNISI? Aktivitas Mental Melibatkan: Perolehan Penyimpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kompetensi atau berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia zaman modern dihadapkan pada perkembangan pengetahuan yang begitu pesat akibat kemampuan berpikir dan penelitian para ahli. Pengetahuan tidak dapat dimiliki

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR KOGNITIF

TEORI BELAJAR KOGNITIF TEORI BELAJAR KOGNITIF 1. Teori Belajar Kognitif Dalam teori belajar kognitif berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement. Menurut teori ini belajar adalah

Lebih terperinci

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR Makalah yang disampaikan dalam Sarasehan Pendidikan Membentuk Siswa yang Rajin Belajar dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Balai Dukuh Mulo Wonosari, 14 Juli 2013. BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat dewasa ini menuntut masyarakat untuk menyikapinya

Lebih terperinci

Belajar Menurut Psikologi Daya

Belajar Menurut Psikologi Daya Belajar Menurut Psikologi Klasik Menurut teori ini, manusia terdiri dari jiwa dan badan atau zat. Jiwa dan zat ini berbeda satu sama lain. Badan adalah suatu objek yang sampai ke alat indra, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I. bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan. melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan

BAB I. bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan. melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber dan tempat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pada hakekat belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang dialaminya sehingga terjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Pembelajaran IPA Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan dalam upaya mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan mampu bersaing diera globalisasi. Pendidikan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil. BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar, hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena telah sangat dikenal selama ini seakan-akan orang telah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional Indonesia menyatakan perlunya masyarakat melaksanakan program pembangunan nasional dalam upaya terciptanya kualitas manusia dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET A. Pengertian Kognitif Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Belajar dalam arti luas merupakan perubahan yang dilakukan banyak orang. Ada

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Belajar dalam arti luas merupakan perubahan yang dilakukan banyak orang. Ada 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Belajar dalam arti luas merupakan perubahan yang dilakukan banyak orang. Ada juga belajar semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiasi praktek pembelajaran di kelas. Pada umumnya guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiasi praktek pembelajaran di kelas. Pada umumnya guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma lama dalam proses pembelajaran masih sangat kental menghiasi praktek pembelajaran di kelas. Pada umumnya guru mempersiapkan materi ajar yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO Deni Eko Setiawan Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Email: Denny_r.madrid@yahoo.com Kian Amboro Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

Menyampah' dari Perspektif Psikologi (2) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya

Menyampah' dari Perspektif Psikologi (2) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya Menyampah' dari Perspektif Psikologi (2) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya Dipublikasikan pada Harian Surabaya Post, 20 Juli 2008 Kalau pada edisi lalu kita membahas perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat, sebagai contohnya adalah bayi yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4)

BAB V ANALISA. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4) 83 BAB V ANALISA Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4) adalah pembelajaran menggunakan model pembelajaran inquiry training yang dilakukan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil

Lebih terperinci

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan. 134 BAB V ANALISA Pembelajaran dengan model GIL adalah pembelajaran yang bersifat mandiri yang dilakukan sendiri oleh siswa dalam melakukan suatu eksperimen. Adapun subjek pembelajaran pada pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metransfer informasi ke seluruh tubuh. Berawal dari proses berpikir tersebut

BAB I PENDAHULUAN. metransfer informasi ke seluruh tubuh. Berawal dari proses berpikir tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berpikir merupakan aktivitas yang selalu dilakukan otak untuk metransfer informasi ke seluruh tubuh. Berawal dari proses berpikir tersebut manusia dapat melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Mata Pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang membawa perubahan tingkah laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan latihan terus menerus.

Lebih terperinci

PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: NUR EKA KUSUMA HINDRASTI K4307041 FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Guru-guru PKn SMP Negeri Sekecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen) Oleh : KARTIKA MEGA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Belajar dan Hasil Belajar A. Pengertian belajar Belajar adalah upaya pemenuhan reaksi mental dan atau fisik terhadap penglihatan,

Lebih terperinci

Hall & Lindsay, Human information processing, 1977

Hall & Lindsay, Human information processing, 1977 Hall & Lindsay, Human information processing, 1977 Struktur memori terdiri dari Sensori Information Storage (SIS), Short-Term Memory (STM) dan Long-Term Memory (LTM). Sistem indera Sistem ingatan Mata,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A -USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Flow Akademik 1. Definisi Flow Akademik Menurut Bakker (2005), flow adalah suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam melakukan kegiatan. Setiap melakukan kegiatan pasti diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu bersaing. Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan

Lebih terperinci

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut: Nama : Hana Meidawati NIM : 702011109 1. Metode Ceramah Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan.

Lebih terperinci