PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2014 SKRIPSI OLEH SITI SAODAH NIM:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2014 SKRIPSI OLEH SITI SAODAH NIM:"

Transkripsi

1 PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2014 SKRIPSI OLEH SITI SAODAH NIM: FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

2 PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2014 Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat OLEH SITI SAODAH NIM: FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

3 HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2014 ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini. Medan, Juli 2015 Yang Membuat Pernyataan Siti Saodah i Universitas Sumatera Utara

4 ii Universitas Sumatera Utara

5 ABSTRAK Kecelakaan kerja paling banyak disebabkan oleh perilaku tidak aman. Program Behavior Based Safety berperan penting dalam mengurangi kecelakaan kerja. Pelaksanaan program behavior based safety difokuskan untuk mengobservasi perilaku sebagai proses peningkatan perilaku kerja aman. Penelitian ini secara deskriptif dengan pendekatan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran penerapan program behavior based safety dan kecelakaan kerja di PT Inalum Kuala Tanjung Tahun Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja di PT Inalum Kuala Tanjung yang mengalami kecelakaan kerja pada tahun 2013 dan Data yang tersedia dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2013 banyak terjadi di pabrik reduksi sebanyak 2 kali (40 %) dan pada tahun 2014 banyak terjadi di bagian maintenance sebanyak 3 kali (50 %). Kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2013 dan 2014 paling banyak disebabkan oleh unsafe behavior. Penerapan program behavior based safety masih baru dijalankan dan perlu pembenahan yang berkelanjutan terutama untuk pembenahan formulir Inalum Kartu Aman (IKA). Hasil dari evaluasi Inalum Kartu Aman (IKA) dilakukan oleh safety promotor di setiap departemen atau seksi setiap bulannya. Akan tetapi tidak semua safety promotor melaporkan hasil evaluasi Inalum Kartu Aman (IKA) kepada seksi Inalum Internal Control (IIC). Penerapan Inalum Kartu Aman (IKA) belum ada memberikan penghargaan dan sanksi kepada pekerja. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan PT Inalum Kuala Tanjung meningkatkan komunikasi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja khususnya mengenai program behavior based safety sehingga pekerja mempunyai sikap peduli dan sadar untuk berperilaku kerja aman sehingga tercipta berbudaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Kata Kunci: Behavior Based Safety, At-Risk Behavior, Safety Behavior iii Universitas Sumatera Utara

6 ABSTRACT Work accidents are mostly caused by unsafe behavior. Behavior Based Safety Program plays an important role to create zero accidents. The implementation of behavior-based safety program is focused to observe the behavior of a process to improve safe work behavior. This study used a descriptive research with cross sectional design approach which aimed to describe the application of behavior-based safety program and work accidents in PT. Inalum Kuala Tanjung year The samples of this research were all employees which injured in PT Inalum Kuala Tanjung year 2013 and The available data were analyzed descriptively. The results showed that the accident happened in 2013 mostly happened in the reduction factory as much as 2 times (40 %) and in 2014 mostly happened in the maintenance as much as 3 times (50%). Work accidents which occurred in 2013 and 2014 mostly caused by unsafe behavior. The application of behaviorbased safety program is still new and needs to run a sustainable improvement especially inform improvements of Inalum Secure Card (ISC). The result of the evaluation Inalum Secure Card (IKA) conducted by safety promoter at each department or section each month. But not all safety promoter reported the result of the evaluation Inalum Secure Card (IKA) to section Inalum Internal Control (IIC). The application of Inalum Secure Card (IKA) have not given rewards and sanctions to the workers. Based on the results of the study, PT Inalum Kuala Tanjung is expected to improve communication about Occupational Health and Safety (OHS), especially regarding the behavior-based safety program so that the workers could care and aware to behave a safety work to create Occupational Safety and Health (OHS) culture. Keywords: Behavior Based Safety, At-Risk Behavior, Safety Behavior iv Universitas Sumatera Utara

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : Penerapan Program Behavior Based Safety (BBS) Dan Kecelakaan Kerja Di PT Inalum Kuala Tanjung Tahun Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, dukungan, bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 3. Ibu Arfah Mardiana Lubis, M.Psi, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan keluangan waktu kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. v Universitas Sumatera Utara

8 4. Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes, dan Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 5. Ibu drh. Hiswani, M.Kes, selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan akademik kepada penulis selama menjalani perkuliahan. 6. Para Bapak/Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan. 7. Bapak Pimpinan PT Inalum Kuala Tanjung yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis. 8. Bapak Sugiono Saman, selaku Pembimbing Lapangan dan juga para staff bagian seksi Inalum Internal Control (IIC) yang telah banyak memberikan dukungan, bantuan, dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian di PT Inalum Kuala Tanjung. 9. Kepada Ayahanda Alm. Miskak dan Ibunda Asmayik yang selalu mendoakan, memberikan semangat, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis. Kedua orangtua adalah inspirasi terbesar dan penyemangat dalam pencapaian tujuan hidupku. 10. Abangku Ari dan Kakakku Koma dan Mida yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. vi Universitas Sumatera Utara

9 11. Teman-teman tersayang atau genk tanpa judul, Dwi Anggun Alami, Yenni Farida Siregar, dan Yohana PR. Pardede. 12. Kepada Mas Totok Ishe yang selalu memberikan perhatian, semangat, dan dukungan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 13. Kepada Abangnda, Tri Hengky Putra, Khairul Anwar, Adly, dan Wahyu yang telah banyak memberikan dukungan, bantuan, dan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 14. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian di PT Inalum, Serly A. R dan Aprilia R.A. 15. Teman-teman Genggu, Aim, Fandi, Fariz, dan Ali. 16. Teman-teman Gengersa, Serly, Ara, Anes, Icha, Widnaz, Ika, Nuansa, Uno, Maltha, dan Arum. 17. Teman-teman semasa PBL di Desa Bukit Lawang, Martha, Agustina, Citra, Dewi, Kak Nisa, dan Bang Fahri. 18. Teman-teman semasa LKP di Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II, Widnaz, Rina, Devi, Rafika, Tommy, dan Hengky. 19. Rekan-rekan mahasiswa peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan seluruh teman-teman di FKM USU khususnya stambuk 2011 yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan diperlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik senantiasa penulis harapkan agar dapat dijadikan masukan di waktu mendatang. Penulis berharap vii Universitas Sumatera Utara

10 semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan perkembangan ilmu pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja pada umumnya. Medan, Juli 2015 Penulis viii Universitas Sumatera Utara

11 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Tempat Lahir : SITI SAODAH : Medan Tanggal Lahir : 10 Agustus 1993 Suku Bangsa Agama Nama Ayah Suku Bangsa Ayah Nama Ibu Suku Bangsa Ibu : Sunda : Islam : MISKAK : Sunda : ASMAYIK : Sunda Pendidikan Formal 1. SD/Tamat Tahun : SDN / SLTP/Tamat Tahun : SMPN 1 Delitua/ SLTA/Tamat Tahun : SMAN 13 Medan/ Lama Studi di FKM USU : 3 Tahun 11 Bulan Riwayat Pekerjaan : - ix Universitas Sumatera Utara

12 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v RIWAYAT HIDUP... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecelakaan Kerja Definisi Kecelakaan Kerja Konsep Kecelakaan Kerja Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja Kerugian Kecelakaan Akibat Kerja Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan Kerja Behaviour Based Safety Perilaku Aman (Safe Behaviour) Perilaku Penyebab Dasar Perbuatan Tidak Aman Penerapan Behavior Based Safety (BBS) Proses Penerapan Behavior Based Safety (BBS) Pelaksanaan Program Kartu Laporan Observasi (Checklist) Pengertian Kartu Laporan Observasi Tujuan Kartu Laporan Observasi Kunci Prinsip Behavior Based Safety (BBS) Langkah Pelaksanaan Pemantauan Perilaku Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) dengan Kartu Laporan Observasi Kerangka Pikir BAB III METODE PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian x Universitas Sumatera Utara

13 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Sampel Metode Pengumpulan Data Definisi Operasional Analisa Data BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Perusahaan Proses Produksi Aluminium Visi dan Misi Perusahaan Tata Nilai Perusahaan Kebijakan dan Sasaran Perusahaan Penerapan Program Behavior Based Safety (BBS) Gambaran Data Kecelakaan Kerja Tahun BAB V PEMBAHASAN Penerapan Program Behavior Based Safety (BBS) Gambaran Data Kecelakaan Kerja Tahun BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi Universitas Sumatera Utara

14 DAFTAR TABEL Tabel 4.1Data kecelakaan kerja tahun Tabel 4.2Data kecelakaan kerja tahun xii Universitas Sumatera Utara

15 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1Rasio kecelakaan menurut DuPont Gambar 2.2Diagram alir penerapan Behavior Based Safety (BBS) Gambar 4.1Tahapan proses Behavior Based Safety (BBS) Gambar 4.2Box Inalum Kartu Aman (IKA) Gambar 4.3 Jumlah Inalum Kartu Aman (IKA) xiii Universitas Sumatera Utara

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.Lembaran form Inalum Kartu Aman (IKA) Lampiran 2.Master data Lampiran 3.Struktur organisasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Lampiran 4.Surat izin penelitian Lampiran 5.Surat keterangan selesai penelitian xiv Universitas Sumatera Utara

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) telah menjadi isu global yang berpengaruh terhadap perdagangan dan arus barang antar Negara. Isu kesehatan dan keselamatan kerja (K3) menjadi salah satu hambatan non tarif dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010). Di era globalisasi dan pasar bebas Asean Free Trade Area (AFTA), World Trade Organization (WTO) dan Asia Pacific Economic Community (APEC) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar Negara yang harus dipenuhi oleh seluruh Negara anggota, termasuk Negara Indonesia (Arso, 2013). Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Arso, 2013). Dalam Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003 dinyatakan dalam mempekerjakan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga 1 Universitas Sumatera Utara

18 kerja.berbagai upaya dilakukan perusahaan sebagai tempat kerja untuk melindungi pekerjanya dari bahaya kecelakaan kerja. Perilaku tidak aman merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, hal ini menjadi penting untuk menghindari terjadinya kematian maupun kerugian yang ditimbulkan (Tambunan, 2015). Terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi, namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa. Kehilangan sumber daya manusia merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Kerugian yang berlangsung dari timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah biaya pengobatan dan kompensansi. Biaya tidak langsung adalah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu kerja (Helliyanti, 2009). Menurut data ILO (2013) tercatat lebih dari 2,34 juta orang di dunia meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar akibat kecelakaan kerja dan sekitar 2,02 juta akibat penyakit akibat kerja (ILO, 2013). PT Jamsostek menyatakan pada tahun 2012 setiap hari ada 9 pekerja peserta Jamsostek yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja, sementara total kecelakaan kerja pada tahun yang sama kasus. Masih tingginya angka 2 Universitas Sumatera Utara

19 kecelakaan kerja tersebut akibat masih terjadinya pengabaian atas keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lingkungan perusahaan (Anonim, 2013). Menurut Kepala Divisi Teknis BPJS Ketenagakerjaan, Hendro Sucahyono mengatakan bahwa sepanjang tahun 2013 rata-rata 9 peserta jaminan sosial meninggal dunia/hari, 5-6 di antaranya karena kecelakaan lalu lintas, dan jumlah kecelakaan kerja lebih besar terjadi di perusahaan namun biaya dan risiko kerja lebih besar pada kecelakaan lalu lintas. Direktur Keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, Herdy Trisanto mengatakan angka kecelakaan kerja secara nasional mencapai kasus dari Januari hingga April 2014 (Anonim, 2014). Teori Bird menyatakan bahwa near miss yang terus berulang dan kebanyakan disebabkan karena unsafe act atau unsafe behavior dapat meningkatkan risiko kecelakaan kerja yang lebih serius. Hal ini didukung oleh hasil riset dari National Safety Council (NSC) (2011) tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Hasil riset National Safety Council (NSC) menunjukkan bahwa penyebab kecelakaan kerja 88% adalah adanya unsafe behavior, 10% karena unsafe condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya. Penelitian lain yang dilakukan oleh DuPont Company (2005) menunjukkan bahwa kecelakaan kerja 96% disebabkan oleh unsafe behavior dan 4% disebabkan oleh unsafe condition. Unsafe behavior adalah tipe perilaku yang mengarah pada kecelakaan seperti bekerja tanpa menghiraukan keselamatan, melakukan pekerjaan tanpa izin, menyingkirkan peralatan keselamatan, operasi pekerjaan pada kecepatan yang 3 Universitas Sumatera Utara

20 berbahaya, menggunakan peralatan tidak standar, kurangnya pengetahuan, cacat tubuh atau keadaan emosi yang terganggu (Cooper, 2009). Silalahi (2011) menyatakan bahwa ada hubung an pelaksanaan behavior based safety dengan terjadinya kecelakaan kerja. Sebanyak 86 orang (88,7%) pekerja kontraktor PT Chevron Pacific Indonesia yang memperoleh program behavior based safety yang baik sebanyak 81 orang (83,5%) tidak mendapatkan kecelakaan kerja dan 5 orang (5,2%) pernah mendapat kecelakaan kerja. Sedangkan sebanyak 11 orang (11,3%) pekerja kontraktor pernah mendapat kecelakaan kerja akibat kurang baiknya pelaksanaan behavior based safety. Pekerja kontraktor yang mendapat kecelakaan kerja disebabkan karena perilaku tidak aman dan kelalaian pekerja saat bekerja. Penelitian oleh Handayani (2011) menunjukkan adanya aktivasi program BBS di PT Denso Indonesia berhasil menurunkan frekuensi unsafe behavior dan meningkatkan frekuensi safe behavior pada pekerja di bagian radiator. Angka kecelakaan kerja PT Denso Indonesia juga mengalami penurunan sebesar 66,67-88,89%, sehingga aktivasi BBS di perusahaan dapat dijadikan salah satu solusi untuk mencegah dan mengurangi kejadian kecelakaan kerja. Tajvar dkk (2013) menyatakan bahwa sebelum ada pelatihan program behavior based safety pada pekerja di Industri Pelabuhan Iran, perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja sebesar 78,29% dan setelah adanya intervensi yang dilakukan selama 3 bulan, perilaku tidak aman pekerja menjadi berkurang dari 26,5% pada bulan pertama, 39,12% pada bulan kedua, dan 67,69% pada bulan ketiga. Pelatihan keselamatan memiliki dampak yang signifikan terhadap 4 Universitas Sumatera Utara

21 pengurangan perilaku tidak aman pada pekerja, dan efektivitas yang berkurang dari waktu ke waktu. Berdasarkan acuan bahwa unsafe behavior merupakan penyumbang terbesar dalam terjadinya kecelakaan kerja maka untuk mengurangi kecelakaan kerja dan meningkatkan safety performance hanya bisa dicapai dengan usaha memfokuskan pada pengurangan unsafe behavior. Salah satunya adalah dengan melakukan pendekatan perilaku yaitu Behavior Based Safety (BBS). Menurut Cooper (2009), Behavior Based Safety (BBS) adalah sebuah proses yang menciptakan kemitraan keamanan antara manajemen dan tenaga kerja dengan fokus yang berkelanjutan terhadap perhatian dan tindakan setiap orang, dan orang lain, serta perilaku selamat. PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Kuala Tanjung merupakan pabrik peleburan aluminium yang menghasilkan aluminium batangan (ingot) yang merupakan produk akhir dari PT Inalum yang dipasarkan di dalam dan ke luar negeri. Pabrik ini memiliki 3 pabrik utama yaitu pabrik karbon, pabrik reduksi, dan pabrik penuangan. Pabrik karbon memproduksi blok anoda. Pabrik karbon terdiri dari pabrik karbon mentah, pabrik pemanggangan dan pabrik penangkaian anoda. Di pabrik karbon mentah, coke dan hard pitch dicampur dan dibentuk menjadi blok anoda dan dipanggang hingga temperatur o C di pabrik pemanggangan anoda. Kemudian di pabrik penangkaian anoda, sebuah tangkai dipasang ke blok anoda yang sudah dipanggang tadi dengan menggunakan cast iron. Blok anoda berfungsi sebagai elektroda di pabrik reduksi. Punting balok anoda dari tungku 5 Universitas Sumatera Utara

22 reduksi kemudian diolah dan digunakan kembali untuk memproduksi balok karbon mentah. Pabrik reduksi yaitu bagian pabrik yang bertugas untuk melaksanakan reduksi untuk menghasilkan aluminium cair untuk dicetak pada bagian pencetakan. Prosesnya adalah elektrolisa larutan alumina (Al20 3 ) di dalam lelehan kriolit (Na 3 AlF 6 ) pada temperatur ± 970 o C sehingga menghasilkan aluminium cair. Proses produksi dilakukan di dalam tungku reduksi pot (pot reduksi), yaitu merupakan kotak baja persegi yang dinding sampingnya berlapis bata isolasi dan karbon. Pabrik penuangan yaitu bagian pabrik dimana aluminium cair dari tungku reduksi diangkut ke bagian penuangan dan setelah dimurnikan lebih lanjut dalam tungku-tungku penampung, dibentuk menjadi aluminium batangan ( ingot) yang beratnya masing-masing 50 pon (±22,7 kg). Penggunaan bahan kimia seperti alumina, karbon, listrik, mesin dan peralatan berat sebagai material utama untuk berproses produksi berpotensi menimbulkan bahaya dan kecelakaan kerja. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, di PT Inalum Kuala Tanjung dari laporan petugas safety patrol, banyak ditemukan kasus unsafe action dan unsafe condition. Kasus tersebut dilaporkan banyak terjadi akibat unsafe action, yaitu akibat kelalaian dalam bekerja akibat kurangnya konsentrasi, kelalaian dalam melakukan pengamanan, melakukan tindakan yang tidak tepat dengan posisi tidak aman dan ada pekerja yang tidak bekerja sesuai dengan prosedur kerja. 6 Universitas Sumatera Utara

23 Menurut laporan tim investigasi PT Inalum Kuala Tanjung tercatat angka kecelakaan kerja pada tahun 2013 terjadi 5 kasus kecelakaan kerja, dan pada tahun 2014 juga terjadi 6 kasus kecelakaan kerja. Perilaku kerja yang tidak aman terusmenerus dilakukan oleh pekerja akan berisiko menimbulkan kecelakaan kerja yang serius. Perusahaan menyadari bahwa pekerja adalah aset utama. Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) untuk setiap pekerja guna mengurangi angka kecelakaan kerja. Salah satu upaya pencegahan kecelakaan kerja yang penyebab terbesarnya adalah unsafe action atau unsafe behavior adalah dengan menerapkan program behavior based safety sebagai proses peningkatan perilaku kerja yang aman. Program behavior based safety di PT Inalum Kuala Tanjung disebut dengan nama program Inalum Kartu Aman (IKA) yang memberikan pengajaran kepada pekerja untuk mengobservasi, mengomunikasikan, dan mengambil tindakan perbaikan yang akan membantu mengubah perilaku pekerja dalam hubungannya dengan kesehatan dan keselamatan (K3) sehinggga tercipta kerja yang lebih aman. Dimana pelaksanaan Inalum Kartu Aman (IKA) ini dilaksanakan oleh seluruh pekerja PT Inalum Kuala Tanjung. Observasi keselamatan kerja difokuskan pada aktivitas dan tindakan aman pekerja. Sasaran dari program Inalum Kartu Aman (IKA) ini adalah untuk mengetahui secara dini perilaku tidak aman sebelum cidera terjadi dan mengubah perilaku kerja yang lebih aman. Jika suatu tindakan tidak aman diobservasi dan dikomunikasikan dengan orang yang bersangkutan dapat mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja. Diharapkan dengan adanya penerapan progam Inalum 7 Universitas Sumatera Utara

24 Kartu Aman (IKA) ini, pekerja akan merasa aman, terlindungi, dan terjamin keselamatannya, sehingga mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan mencapai efisiensi baik dari segi biaya, waktu dan tenaga serta dapat meningkatkan produktivitas kerja. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan program Behavior Based Safety (BBS) dan kecelakaan kerja di PT Inalum Kuala Tanjung Tahun Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana gambaran penerapan program Behavior Based Safety (BBS) dan kecelakaan kerja di PT Inalum Kuala Tanjung Tahun Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan program Behaviour Based Safety (BBS) dan kecelakaan kerja di PT Inalum Kuala Tanjung. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan kepada pihak perusahaan PT Inalum Kuala Tanjung mengenai penerapan program Behavior Based Safety (BBS). 2. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai penerapan program Behavior Based Safety (BBS). 3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 8 Universitas Sumatera Utara

25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Definisi Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda (Suma mur, 2009). Dengan demikian menurut definisi tersebut ada 3 hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak diinginkan. 2. Kecelakaan merupakan kerugian jiwa dan kerusakan harta benda. 3. Kecelakaan biasanya terjadi akibat adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas tubuh. Menurut Frank Bird dalam Ramli (2010), kecelakaan adalah peristiwa tidak diinginkan yang mengakibatkan kerugian fisik pada manusia atau kerusakan pada properti. Hal ini biasanya merupakan hasil dari kontak dengan sumber energi (kinetik, listrik, kimia, termal, dll). Menurut DuPont, rasio kecelakaan adalah: 1 : 30 : 300 : 3000 : , yang artinya untuk setiap bahaya atau tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakaan berat, 300 kali kecelakaan serius dan 3000 kecelakaan ringan (Ramli, 2010). 9 Universitas Sumatera Utara

26 Gambar 2.1 Rasio kecelakaan menurut DuPont Secara umum dapat dikatakan bahwa kejadian kecelakaan disebabkan oleh banyak faktor. Gross mengenalkan model yang disebutnya sebagai Multiple Factor Theories. Faktor-faktor yang memiliki kontribusi dalam kecelakaan, menurut Gross mencakup 4 M, yaitu: Man, Machine, Media, Management yang digambarkannya saling berinteraksi satu sama lain. Karakteristik man atau manusia meliputi umur, gender, kemampuan, keterampilan, training yang diikuti, kekuatan motivasi, keadaan emosi, dan lainlain. Media meliputi lingkungan kerja misalnya suhu, kebisingan, getaran, gedung, jalan, ruang kerja dan sebagainya. Karakteristik machine atau mesin meliputi ukuran, bobot, bentuk, sumber energi, cara keja, tipe gerakan dan bahan mesin itu sendiri. Sedangkan management adalah konteks dimana ketiga faktor itu berada dan dijalankan, hal ini bisa meliputi gaya manajemen, struktur organisasi, komunikasi, kebijakan dan prosedur-prosedur yang dijalankan di organisasi (Winarsunu, 2008). 10 Universitas Sumatera Utara

27 2.1.2 Konsep Kecelakaan Kerja Heinrich dalam Tarwaka (2008) mengemukakan suatu teori sebab akibat terjadinya kecelakaan yang selanjutnya dikenal dengan Teori Domino. Dari lima faktor penyebab yang secara berurutan dan berdiri sejajar antara faktor satu dengan yang lainnya. Kelima faktor tersebut adalah: 1. Domino kebiasaan. 2. Domino kesalahan. 3. Domino tindakan dan kondisi tidak aman. 4. Domino kecelakaan. 5. Domino cidera. Selanjutnya, untuk mencegah terjadinya kecelakaan adalah cukup dengan membuang salah satu kartu domino atau memutuskan rangkaian mata rantai domino tersebut. Berdasarkan teori dari Heinrich tersebut, Bird dan Germain dalam Tarwaka (2008) memodifikasi teori domino dengan merefleksikan ke dalam hubungan manajemen secara langsung dengan sebab akibat kerugian kecelakaan. Model penyebab kerugian melibatkan lima faktor penyebab secara berentetan. Kelima faktor dimaksud adalah: a. Kurangnya Pengawasan Bird dan Germain dalam Tarwaka (2008) menyebutkan kurangnya pengawasan merupakan urutan pertama menuju suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian. Pengawasan dalam hal ini ialah salah satu dari 11 Universitas Sumatera Utara

28 empat fungsi manajemen yaitu: planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), leading (kepemimpinan), dancontrolling (pengendalian). Teori domino yang pertama akan jatuh karena kelemahan pengawas dan pihak manajemen yang tidak merencanakan dan mengorganisasi pekerja dengan benar serta tidak mengarahkan para pekerjanya untuk terampil dalam melaksanakan pekerjaannya. Kurangnya pengendalian dapat disebabkan karena faktor: 1) Program yang tidak memadai (Inadequate Program) Hal ini disebabkan terlalu sedikitnya program yang diterapkan di tempat kerja atau karena terlalu banyak kegiatan-kegiatan program. Kegiatan program yang penting bervariasi dengan lingkup, sifat, dan jenis perusahaan. 2) Standar program yang tidak layak (Inadequate Standard Program ) Guna mematuhi pelaksanaan kegiatan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik perusahaan harus membuat suatu program keselamatan dan kesehatan kerja, menetapkan standar yang digunakan dan melakukan pemantauan pelaksanaan program tersebut. 3) Standar yang tidak layak (Inadequate to Standard) Faktor yang menyebabkan kurangnya standar yang diterapkan tidak cukup spesifik dan tidak cukup jelas serta kurang tingginya standar yang diterapkan. 12 Universitas Sumatera Utara

29 b. Penyebab Dasar Bird dan Germain dalam Tarwaka (2008) menyebutkan penyebab dasar adalah penyebab nyata yang di belakang atau melatarbelakangi penyebab langsung yang mendasari terjadinya kecelakaan, terdiri dari: 1) Faktor Personal (Personal Factor) yaitu meliputi: a) Kurangnya pengetahuan. b) Kurangnya keterampilan. c) Kurangnya kemampuan fisik dan mental. d) Kurangnya motivasi. e) Stres fisik atau mental. 2) Faktor Pekerjaan (Job Factor) yaitu meliputi: a) Kepemimpinan dan kepengawasan yang tidak memadai. b) Engineering kurang memadai. c) Maintenance kurang memadai. d) Alat dan peralatan kurang memadai. e) Pembelian barang kurang memadai. f) Standar kerja kurang memadai. g) Aus dan retak akibat pemakaian. h) Penyalahgunaan wewenang. c. Penyebab Kontak (Immediate Causes) Bird dan Germain dalam Tarwaka (2008) menyebutkan tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang secara langsung menyebabkan kecelakaan 13 Universitas Sumatera Utara

30 yang biasanya dapat dilihat dan dirasakan. Penyebab langsung tersebut berupa: 1) Tindakan tidak aman (Unsafe Act) Yaitu pelanggaran terhadap tata cara kerja yang aman sehingga dapat menimbulkan peluang akan terjadinya kecelakaan, misalnya: a) Mengoperasikan peralatan tanpa wewenang. b) Mengoperasikan mesin/peralatan/kendaraan dengan kecepatan tidak layak. c) Berada dalam pengaruh obat-obatan terlarang dan alkohol. d) Gagal mengikuti prosedur kerja. e) Melepas alat pengaman. f) Membuat alat pengaman tidak berfungsi. g) Tidak memakai alat pelindung diri. h) Menggunakan peralatan yang sudah rusak. i) Posisi kerja yang salah. j) Pengangkutan yang tidak layak. k) Bersenda gurau di waktu kerja. l) Kegagalan untuk memperingatkan. Suma mur (1993) menyebutkan dari penyelidikan -penyelidikan ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari hasil-hasil penelitian, bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. 14 Universitas Sumatera Utara

31 2) Kondisi tidak aman (Unsafe Condition) Kondisi fisik yang membahayakan dan langsung membuka terhadap kecelakaan. Keadaan tidak aman tersebut antara lain: a) Peralatan atau material yang rusak. b) Pelindung atau pembatas yang tidak layak. c) Alat pelindung diri yang kurang sesuai. d) Sistem peringatan tanda bahaya yang kurang berfungsi. e) Kebersihan dan tata ruang tempat kerja tidak layak. f) Kondisi lingkungan kerja mengandung debu, gas, asap, atau uap yang melebihi NAB (Nilai Ambang Batas). g) Intensitas kebisingan yang melebihi NAB. h) Paparan radiasi. i) Temperatur ruang kerja terlalu tinggi atau rendah. j) Penerangan yang kurang atau berlebihan. k) Ventilasi yang kurang. l) Bahaya kebakaran dan peledakan. m) Tindakan yang terbatas atau berlebihan. d. Insiden Bird dan Germain dalam Tarwaka (2008) menyebutkan insiden terjadi karena adanya kontak energi atau bahan-bahan berbahaya. Kecelakaan tersebut dapat berupa: 1) Terbentur/menabrak suatu benda. 2) Terbentur/tertabrak benda/alat yang bergerak. 15 Universitas Sumatera Utara

32 3) Jatuh ke tingkat yang lebih rendah. 4) Jatuh pada tingkat yang sama (tergelincir, tersandung, terpeleset). 5) Terjepit diantara dua benda. 6) Terjepit ke dalam alat/benda yang berputar. 7) Kontak dengan listrik, panas, dingin, radiasi, bahan beracun. e. Kerugian Bird dan Germain dalam Tarwaka (2008) menyebutkan akibat rentetan faktor sebelumnya akan mengakibatkan kerugian pada manusia itu sendiri, harta benda atau properti dan proses produksi Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO, 1962) dalam Suma mur (1993) ada beberapa klasifikasi kecelakaan akibat kerja, antara lain: 1. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan a. Terjatuh. b. Tertimpa benda jatuh. c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh. d. Terjepit oleh benda. e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan. f. Pengaruh suhu tinggi. g. Terkena arus listrik. h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi. 16 Universitas Sumatera Utara

33 i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut. 2. Klasifikasi Menurut Penyebab 1) Mesin a) Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik. b) Mesin penyalur (transmisi). c) Mesin-mesin untuk mengerjakan logam. d) Mesin-mesin pengolah kayu. e) Mesin-mesin pertanian. f) Mesin-mesin pertambangan. g) Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut. 2) Alat angkat dan angkut a) Mesin angkat dan peralatannya. b) Alat angkutan di atas rel. c) Alat angkutan yang beroda kecuali kereta api. d) Alat angkutan udara. e) Alat angkutan air. f) Alat-alat angkutan lain. 3) Peralatan lain a) Bejana bertekanan. b) Dapur pembakar dan pemanas. c) Instalasi pendingin. 17 Universitas Sumatera Utara

34 d) Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat listrik (tangan). e) Alat-alat listrik (tangan). f) Alat-alat kerja dan perlengkapan kecuali alat-alat listrik. g) Tangga. h) Perancah. i) Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut. 4) Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi a) Bahan peledak. b) Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak. c) Benda-benda melayang. d) Radiasi. e) Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut. 5) Lingkungan kerja a) Di luar bangunan. b) Di dalam bangunan. c) Di bawah tanah. 6) Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut a) Hewan. b) Penyebab lain. 7) Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tak memadai. 18 Universitas Sumatera Utara

35 3. Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan a. Patah tulang. b. Dislokasi/keseleo. c. Regang otot/urat. d. Memar dan luka dalam yang lain. e. Amputasi. f. Luka-luka lain. g. Luka di permukaan. h. Gegar dan remuk. i. Luka bakar. j. Keracunan-keracunan mendadak (akut). k. Akibat cuaca dan lain-lain. l. Mati lemas. m. Pengaruh arus listrik. n. Pengaruh radiasi. o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya. p. Lain-lain. 4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh a. Kepala. b. Leher. c. Badan. d. Anggota atas. e. Anggota bawah. 19 Universitas Sumatera Utara

36 f. Banyak tempat. g. Kelainan umum. h. Letak lain yang tidak dimasukkan dalam klasifikasi tersebut. Klasifikasi menurut jenis menunjukkan peristiwa yang langsung mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan bagaimana suatu benda atau zat sebagai penyebab kecelakaan menyebabkan terjadinya kecelakaan, sehingga sering dipandang sebagai kunci bagi penyelidikan sebab lebih lanjut (Silalahi, 1991). Klasifikasi kecelakaan berguna untuk menemukan sebab-sebab kecelakaan. Upaya untuk mencari sebab kecelakaan dapat dilakukan dengan analisa kecelakaan. Analisa kecelakaan tidak mudah, oleh karena itu penentuan sebab-sebab kecelakaan secara tepat adalah pekerjaan sulit. Klasifikasi kecelakaan yang bersifat jamak adalah pencerminan kenyataan bahwa kecelakaan akibat kerja jarang sekali disebabkan oleh suatu, melainkan berbagai faktor (Silalahi, 1991) Kerugian Kecelakaan Akibat Kerja Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha atau perusahaan tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas (Depkes RI, 2008). Menurut Ramli (2010), kerugian akibat kecelakaan kerja dapat dikategorikan atas dua kerugian yaitu: 20 Universitas Sumatera Utara

37 1. Kerugian langsung Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi atau perusahaan. Kerugian langsung dapat berupa: a. Biaya Pengobatan dan Kompensasi Kecelakaan mengakibatkan cedera, baik cedera ringan, berat, cacat atau menimbulkan kematian. Cidera ini akan mengakibatkan seorang pekerja tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik sehingga mempengaruhi produktivitas. Jika terjadi kecelakaan perusahaan harus mengeluarkan biaya pengobatan dan tunjangan kecelakaan sesuai ketentuan yang berlaku. b. Kerusakan Sarana Produksi Kerusakan langsung lainnya adalah kerusakan sarana produksi akibat kecelakaan seperti kebakaran, peledakan, dan kerusakan. 2. Kerugian tidak langsung Di samping kerugian langsung, kecelakaan juga menimbulkan kerugian tak langsung antara lain: a. Kerugian Jam Kerja Jika terjadi kecelakaan, kegiatan pasti akan terhenti sementara untuk membantu korban yang cidera, penanggulangan kejadian, perbaikan kerusakan atau penyelidikan kejadian. Kerugian jam kerja yang hilang akibat kecelakaan jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi produktivitas. 21 Universitas Sumatera Utara

38 b. Kerugian Produksi Kecelakaan juga membawa kerugian terhadap proses produksi akibat kerusakan atau cedera pada pekerja. Perusahaan tidak bisa berproduksi sementara waktu sehingga kehilangan peluang untuk mendapat keuntungan. c. Kerugian Sosial Kecelakaan dapat menimbulkan dampak sosial bagi keluarga korban yang terkait langsung maupun lingkungan sosial sekitarnya Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan Kerja Tujuan utama penerapan sistem manajemen K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan cidera atau kerugian materi (Ramli, 2010). Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja ditujukan untuk mengenal dan menemukan sebab-sebabnya bukan gejala-gejalanya untuk kemudian sedapat mungkin dikurangi atau dihilangkan. Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilakukan setelah ditentukan sebab-sebab terjadinya kecelakaan dalam sistem atau proses produksi, sehingga dapat disusun rekomendasi cara pengendalian kecelakaan kerja yang tepat. Pengendalian kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan antara lain: 1. Pendekatan Energi Kecelakaan bermula karena adanya sumber energi yang mengalir mencapai penerima. Pendekatan energi untuk mengendalikan kecelakaan dilakukan melalui 3 titik yaitu: 22 Universitas Sumatera Utara

39 a. Pengendalian pada sumber bahaya Bahaya sebagai sumber terjadinya kecelakaan dapat dikendalikan langsung pada sumbernya dengan melakukan pengendalian secara teknis atau administratif. b. Pendekatan pada jalan energi Pendekatan ini dapat dilakukan dengan melakukan penetrasi pada jalan energi sehingga intensitas energi yang mengalir ke penerima dapat dikurangi. c. Pengendalian pada penerima Pendekatan ini dilakukan melalui pengendalian terhadap penerima baik manusia, benda atau material. Pendekatan ini dapat dilakukan jika pengendalian pada sumber atau jalannya energi tidak dapat dilakukan dengan efektif. 2. Pendekatan Manusia Pendekatan secara manusia didasarkan hasil statistik yang menyatakan bahwa 85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang tidak aman. Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3 dilakukan berbagai pendekatan dan program K3 antara lain: a. Pembinaan dan pelatihan. b. Promosi K3 dan kampanye K3. c. Pembinaan perilaku aman. d. Pengawasan dan inspeksi K3. e. Audit K3. 23 Universitas Sumatera Utara

40 f. Komunikasi K3. g. Pengembangan prosedur kerja aman. 3. Pendekatan Teknis Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain: a. Rancang bangun yang aman yang disesuaikan dengan persyaratan teknis dan standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau peralatan kerja. b. Sistem pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah kecelakaan dalam pengoperasian alat atau instalasi. 4. Pendekatan Administratif Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: a. Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan bahaya dapat dikurangi. b. Penyediaan alat keselamatan kerja. c. Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3. d. Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja. 5. Pendekatan Manajemen Banyak kecelakaan yang disebabkan faktor manajemen yang tidak kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain: 24 Universitas Sumatera Utara

41 a. Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). b. Mengembangkan organisasi K3 yang efektif. c. Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3, khususnya untuk manajemen tingkat atas. 2.2 Behavior Based Safety Behavior Based Safety (BBS) adalah perilaku keselamatan manusia di area kerja dalam mengidentifikasi bahaya serta menilai potensi resiko yang timbul hingga bisa diterima dalam melakukan pekerjaan yang berinteraksi dengan aktivitas, produk dan jasa yang dilakukannya (Rahardjo, 2010) Perilaku Aman (Safe Behavior) Geller (2001) dalam bukunya The psychology of Safety Handbook menggambarkan mengenai pentingnya pendekatan based safety dalam upaya kerja, baik dalam perspektif reaktif maupun proaktif dan mengelompokkan perilaku kedalam at-risk dan safe. Terjadinya kerugian dapat ditelusuri dan dilihat oleh adanya at-risk dan tercapainya kesuksesan kerja dapat dilakukan dengan pendekatan proaktif yang dibangun oleh safe. At-risk perlu dikurangi dan safe perlu ditingkatkan sehingga kerugian ditempat kerja karena kecelakaan dapat dihindari dari upaya keselamatan kerja dapat berjalan optimal. Kunci keberhasilan dalam proses perilaku aman ( safety process) adalah terdapatnya kerja sama yang baik untuk perencanaan implementasi program dan adanya partisipasi dari masing-masing pekerja pada timnya (Cooper, 2007). 25 Universitas Sumatera Utara

42 2.2.2 Perilaku Penyebab Dasar Perbuatan Tidak Aman Banyak orang berbuat tidak aman, tetapi mereka tidak mengerti mengapa pekerjaan mereka itu beresiko (at-risk behavior). Mereka memilih banyak alasan dan jika kita meluangkan waktu untuk mendengar apa yang disampaikan karyawan, kita akan mampu mencari penyebab dasar perbuatan-perbuatan tidak aman mereka (Mahzun, 2006). Berikut contoh-contoh penyebab dasar: 1. Kurang pengetahuan atau kurang pelatihan. 2. Percaya bahwa itu tidak terjadi pada saya atau itu tak akan terjadi saat ini. 3. Suatu kebiasaan. 4. Tidak adanya alat pelindung diri yang sesuai. 5. Percaya bahwa kebiasaan-kebiasaan kerja yang tidak aman adalah suatu standar yang dapat diterima, karena tidak ada seorang pun yang memperbaikinya pada masa lalu. 6. Mencoba untuk mendapatkan perhatian atau menjadi bagian dari kelompok. 7. Tuntutan kebebasan. 8. Perasaan adanya prioritas yang mengutamakan kesenangan, produksi atau kualitas diatas keselamatan. 9. Masalah moral, pencerminan dari kondisi dalam pekerjaan atau di luar pekerjaan Penerapan Behavior Based Safety (BBS) Elemen terpenting pada suatu proses dapat berdampak pula pada kesuksesan implementasi perilaku aman. Beberapa percobaan dilakukan dengan 26 Universitas Sumatera Utara

43 merancang suatu proses untuk melihat efektivitas perubahan positif terhadap perilaku aman dan mengurangi angka kecelakaan kerja dalam rangka pengefektifan biaya. Komponen-komponen yang ada dalam upaya penerapan perilaku aman, antara lain: 1. Identifikasi at-risk behavior. 2. Pengembangan checklist observasi yang tepat. 3. Melatih setiap orang dan observer dalam melakukan observasi. 4. Penilaian perilaku aman secara terus-menerus. 5. Feedback / umpan balik. 6. Membangkitkan semangat keterlibatan dalam kegiatan BBS, perlu diberikan penghargaan bagi individu maupun tim. Banyak variasi pendekatan yang dapat dilakukan dalam implementasi behavior based safety (BBS), tetapi itu semua tergantung pada tujuan dalam implementasi. Pada awal pelaksanaan program ini harus sudah disepakati oleh pihak manajemen dalam targetan pencapaian, menentukan acuan per periode sehingga pencapaian target perilaku aman pekerja menjadi kebiasaan implementasi pelaksanaan program observasi keselamatan. Untuk mencapai usaha perilaku keselamatan yang berhasil, ada sejumlah faktor yang turut bekerja: 1. Manajemen harus terlihat jelas dalam proses. 2. Harus ada tingkatan yang signifikan mengenai partisipasi para pekerja dan pemahaman mengenai perilaku keselamatan kerja. 3. Pemilihan, pelatihan dan pembimbingan dari Tim Implementasi sebagai yang memprediksi keberhasilan. 27 Universitas Sumatera Utara

44 4. Data harus dikumpulkan dan digunakan dalam pengambilan keputusan serta perbaikan secara berkesinambungan. 5. Prosesnya harus direncanakan dengan matang. 6. Pelatihan dan komunikasinya harus cocok untuk semua level untuk mengajarkan keahlian yang penting dalam mengidentifikasi perilaku kritis, pengadaan observasi, memberikan feedback dan kegiatan pemecahan masalah. 7. Semua personel dalam setiap level harus turut serta. 8. Proses perilaku harus dibuat untuk mencapai keperluan khusus bagi organisasi. 9. Premis dasar dan kunci objek perilaku keselamatan harus ditetapkan dengan jelas. 10. Kepercayaan tingkat tinggi harus ada untuk mencapai implementasi keberhasilan. 11. Para pemimpin harus dapat menjelaskan masalah-masalah keselamatan (bahaya) yang ada dalam lingkungan dan resiko yang terjadi pada situasi kerja. 12. Sistem manajemen keselamatan harus dikaitkan dengan prinsip-prinsip perilaku keselamatan. 13. Harus ada perbaikan berkesinambungan jangka panjang. 14. Pendekatan superior adalah untuk fokus kepada pencapaian positif ketimbang kurangnya kegagalan. 15. Pengenalan perilaku keselamatan dan yang berhubungan dengan keselamatan harus diintegrasikan ke dalam budaya bekerja sehari-hari. 28 Universitas Sumatera Utara

45 16. Kesabaran dan persistensi diperlukan (Friend dan Kohn, 2007). Pada proses perubahan perilaku memerlukan feedback sebagai mekanisme meningkatkan kepekaan terhadap error genetaring work habits, terutama kekeliruan yang potensial menimbulkan kecelakaan. Menurut Friend dan Kohn (2007), menjelaskan bagaimana memberikan feedback yang baik dalam keselamatan kerja. Observer mengamati dan kemudian memberikan umpan balik. Umpan balik haruslah berarti dan memenuhi kriteria tertentu supaya efektif. Berikut ini adalah ciri-ciri feedback yang berarti, apakah feedback tersebut termasuk dalam confirming feedback, constructive (membangun) feedback atau gabungan dari keduanya: 1. Feedback haruslah spesifik: feedback yang ambigu/samar-samar tidak berguna sama sekali atau malah dapat membuat hal menjadi buruk. 2. Feedback haruslah langsung dan cepat: secara umum, semakin cepat feedback diberikan maka semakin efektif feedback tersebut. 3. Pengamat harus aktif mendengarkan: biarkan pekerja untuk menyelesaikan ucapannya tanpa adanya interupsi. Pertahankan tatap mata dan tanyai dia untuk mengklarifikasi arti dari ucapannya. Dalam pelaksanaan observasi harus dilakukan berupa feedback secara pendekatan, hal ini merupakan bentuk proses berperilaku aman. Feedback dapat dilakukan dengan cara yaitu: a. Bicara dengan orang yang bersangkutan hingga dia mengerti mengapa perbuatannya yang tidak aman berbahaya. 29 Universitas Sumatera Utara

46 b. Gunakan sikap bertanya, tanyakan apa yang dapat terjadi jika tidak diharapkan terjadi? Dan bagaimana dapat melakukannya dengan lebih aman. c. Gunakan pertimbangan; tindakan pencegahan agar tidak terjadi kembali harus sesuai dengan situasi dan peraturan perusahaan. d. Waspadalah terhadap penyebab-penyebab dasar dari perbuatan tidak aman. e. Usahakan untuk mencarinya, bilamana karyawan menciptakan kondisi tidak aman, cari siapa yang menciptakan kondisi tersebut dan bicarakan dengan orang tersebut (Mahzun, 2006). Pada beberapa proses selanjutnya adalah menetapkan tujuan (goal setting), training dan memberikan reinforcement dalam upaya membentuk perilaku aman pada pekerja (Cooper, 2007). Berdasarkan teori motivasi, terdapat 2 (dua) teori yang menjelaskan mengenai pemberian reinforcement yaitu: 1. Reinforcement theory menjelaskan bahwa pemberian reinforcement akan mengkondisikan perilaku. Seseorang akan termotivasi berperilaku tertentu bila seketika itu diberi reinforcement dan perilaku tersebut kemungkinan besar akan diulangi lagi. Pada penerapan program dengan memberikan reinforcement seketika itu kepada pekerja yang telah menunjukkan perilaku kerja aman agar pekerja termotivasi untuk berperilaku kerja aman dan cenderung untuk diulangi. 2. Expetacy theory menjelaskan kecenderungan untuk berperilaku tertentu tergantung dengan besarnya harapan bahwa perilaku tersebut akan diikuti 30 Universitas Sumatera Utara

47 dengan mendapatkan imbalan serta menariknya imbalan yang akan diterimanya (Robbins, 2001). Dalam pelaksanaan proses observasi terdapat 2 (dua) aspek yang memberikan dampak atau hasil, hal ini dapat dinilai dari aspek frekuensi dan fokus. Frekuensi dari observasi dilihat dari contact rate yaitu penyimpangan atau pelanggaran yang terjadi. Dalam penentuan rate akan menggambarkan besar pada incident rate. Dalam frekuensi observasi dapat dilakukan dengan pengaturan jumlah targetan observasi. Seperti observasi harian wajib dilakukan sebanyak 2-3 kali/minggu atau 1 kali/minggu. Dalam pendekatan observasi untuk dapat tercapainya program secara maksimal maka dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu: 1. Pendekatan Observasi Working Group Pendekatan observasi working group yaitu dengan sistem penunjukkan 1 orang/lebih sebagai trained dan rekan kerja lain memonitor perilaku rekan yang sedang mengobservasi, cara ini disebut single observation. Hal ini dilakukan sebagai bentuk untuk mengurangi kesalahan pada saat mengobservasi. 2. Pendekatan Self Observation Pendekatan ini sering digunakan untuk mengoreksi diri sendiri pada saat bekerja seperti pengemudi ( driver) biasanya disediakan self-feedback yang dilengkapi dengan checklist observasi (Cooper, 2007). Dengan komponen-komponen diatas dapat dilakukan beberapa upaya program yang dapat diimplementasikan ( behavior based program). Behavior 31 Universitas Sumatera Utara

48 based program ini terdiri beberapa rencana kegiatan diantaranya pemberian pelatihan training bagi pekerja khususnya mengenai berperilaku aman dan tidak aman (perilaku beresiko), observasi yang sistematis dan mencatat targetan perilaku yang ingin dicapai, dan feedback kepada pekerja, hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar frekuensi atau persentase dari perilaku aman dan perilaku beresiko (Geller, 2001). 32 Universitas Sumatera Utara

49 2.2.4 Proses Penerapan Behavior Based Safety (BBS) Observasi orang yang sedang bekerja Perbuatan aman Perbuatan beresiko Tindakan guna mendorong orang untuk meneruskan pekerjaan secara aman untuk berbicara dengan orang tersebut Tindakan pencegahan segera dengan menghentikan orang tersebut Tindakan untuk mencegah tidak terulang untuk berbicara dengan orang tersebut Data analisa yang terpelihara Evaluasi secara umum oleh Dept. K3 Review dan umpan balik Isi lembar bbs masukkan dalam kotak pengumpul dan kirim kekantor K3 Orang melanjutkan pekerjaan dengan cara aman Monitor perubahan Masalah dengan perilaku Melanggar prosedur/ SOP/ aturan Konseling dan/ atau tindakan disiplin Catatan dan tindak lanjut oleh dept K3 Memiliki potensi kecelakaan kerusakan barang dan atau pencemaran dengan resiko tinggi Isi formulir laporan kecelakaan/ nyaris Gambar 2.2 Diagram alir penerapan behavior based safety (BBS) 33 Universitas Sumatera Utara

50 2.3 Pelaksanaan Program Kartu Laporan Observasi (Checklist) Pengertian Kartu Laporan Observasi Kartu laporan observasi adalah sebuah kartu yang digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan inspeksi bagi setiap personil tanpa mengenal jabatan dan ruang lingkup pekerjaan untuk perbaikan dan lingkungan kerjanya. Program kartu laporan observasi ini difokuskan kepada observasi tingkah laku manusia (people ) dan kondisi lingkungan kerja yang diamati. Pada program ini menjelaskan bagaimana secara sitematik proses upaya perubahan perilaku melalui observasi sewaktu pekerja tersebut sedang melakukan pekerjaannya. Sasaran dari observasi yang dilakukan adalah perilaku dari pekerja dan juga kondisi lingkungan kerjanya (Cooper, 2007) Tujuan Kartu Laporan Observasi Kartu laporan observasi ini merupakan alat bantu untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dengan menggunakan pengamatan tindakan tidak aman dan melakukan komunikasi perbaikan. Keterampilan berkomunikasi secara positif, dengan tujuan mampu merubah sikap setiap individu. Kartu laporan observasi digunakan bukan untuk menghukum, melainkan untuk mengingatkan, memberi arahan serta meningkatkan kepedulian terhadap aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Sebagai alat bantu dalam melakukan inspeksi bagi setiap personil tanpa mengenal jabatan dan ruang lingkup pekerjaan untuk perbaikan behavior dan lingkungan kerja. Dengan menerapkan program ini, diharapkan dapat membantu memberikan keterampilan yang diperlukan oleh para karyawan untuk membentuk 34 Universitas Sumatera Utara

51 budaya keselamatan kerja yang tinggi. Sehingga dengan program ini diharapkan kinerja keselamatan ditempat kerja akan jauh lebih baik dan menjadikan lingkungan kerja menjadi lebih aman (Cooper, 2007) Kunci Prinsip Behavior Based Safety (BBS) Observasi keselamatan kerja dikembangkan berdasarkan filosofi keselamatan yang terdiri dari prinsip-prinsip berikut ini: 1. Semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah. 2. Manajemen bertanggung jawab langsung terhadap pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 3. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan persyaratan kerja. 4. Pelatihan adalah elemen penting dalam keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. 5. Semua penyimpangan harus diperbaiki segera. 6. Semua kecelakaan, kejadian yang berpotensi menimbulkan kecelakaan, dan perbuatan tidak aman harus diselidiki. 7. Keselamatan di luar waktu kerja hanyalah hal yang sama pentingnya dengan keselamatan dalam waktu kerja. 8. Pencegahan kecelakaan dan penyakit kerja baik untuk usaha. 9. Manusia adalah sebagian elemen yang kritikal dalam keberhasilan pencapaian program keselamatan dan kesehatan kerja (Mahzun, 2006). 35 Universitas Sumatera Utara

52 2.3.4 Langkah Pelaksanaan Pemantauan Perilaku Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) dengan Kartu Laporan Observasi Sewaktu melakukan observasi kerja bila diketahui ada perilaku kerja tidak aman (at-risk ) maka pekerjaan tersebut harus segera dihentikan dengan demikian kecelakaan kerja dapat dicegah pada saat itu. Dan juga tindakan selanjutnya adalah berkomunikasi dengan orang yang melakukan at-risk tersebut disertai pemberian feedback yang bersifat korektif agar pekerja sadar sehingga tidak akan mengulangi at-risk seperti itu. Bila diketahui ada yang berperilaku kerja aman (safe) maka kita juga harus berkomunikasi dengan pekerja tersebut dan memberikan reinforcement terhadap perilaku kerja aman yang telah dibuatnya sehingga pekerja tersebut merasa puas dan akan mengulangi perilaku kerja aman tersebut. Menurut Friend dan Kohn (2007), bahwa langkah-langkah pengamatan observasi keselamatan di tempat kerja adalah sebagai berikut: Langkah 1: Menentukan Langkah ini penting sebab kebanyakan orang perlu mengambil keputusan untuk berpikir tentang keselamatan. Maka perlu diluangkan waktu anda sejenak untuk melakukan observasi ke tempat kerja anda. Pengamatan yang dilakukan tanpa persiapan atau dilakukan secara kebetulan cenderung singkat dan terburu-buru sehingga akan kehilangan pangamatan, tidak fokus dan proses intervensi kurang optimal. 36 Universitas Sumatera Utara

53 Langkah 2: Berhenti Pada tahapan pelaksanaan berhenti didekat orang yang kita amati untuk melakukan observasi keselamatan baik tindakan/kondisi lingkungan kerja yang aman maupun tidak aman, sehingga jika seseorang yang kita lihat sebagai objek observasi dapat dilihat secara tegas apa yang sedang dikerjakannya, bila perilaku tersebut menjurus ke kecelakaan serius maka pekerjaan tersebut harus dihentikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serius. Jika hanya memandang sekilas, sambil lewat, observasi yang dilakukan tidak sempurna. Langkah 3: Memantau/Analisa Pada tahapan pelaksanaan ini observer mengamati karyawan dengan cara yang seksama dan sistematis. Perhatikan segala sesuatu yang dikerjakannya, fokuskan pada perilaku aman dan tidakan aman. Tetapi dengan memperhatikan checklist kartu observasi keselamatan. Pada kartu laporan observasi terdapat 5 kategori yang menjadi fokus pengamatan pada saat melakukan observasi diantaranya: 1. Alat Pelindung Diri (personal protective equipment) 2. Posisi dan Perbuatan Seseorang (Position and Action of People) 3. Perkakas dan Alat-alat Berat (Tools and Equipment) 4. Standard dan Prosedur yang ada (Standard and Procedures) 5. Gangguan Lingkungan (Environment) 37 Universitas Sumatera Utara

54 Langkah 4: Bertindak Pada saat setelah observer memantau ataupun menganalisa perilaku karyawan ataupun lingkungan kerja. Maka observer harus berdiskusi dengan karyawan yang diamati, diskusikan hal-hal yang tidak aman hingga karyawan yang bersangkutan mengerti akan tindakan berbahayanya tersebut. Hal ini merupakan salah satu bentuk komunikasi secara positif, dengan tujuan mampu merubah sikap setiap individu (untuk perilaku berisiko/at risk ) sebagai suatu bentuk koreksi pada kebiasaan kerja yang tak aman, dan memberikan pujian untuk memperkuat kebiasaan kerja yang aman. Namun pada program pemantauan perilaku dengan kartu laporan observasi ini tidak mengenal adanya punishment atau hukuman terhadap perilaku kerja tidak aman karena hal tersebut tidak akan merubah perilaku kerja aman secara permanen. Langkah 5: Melaporkan Setelah bertindak dengan melakukan komunikasi positif dengan pekerja, kemudian melaporkan tindakan observer sendiri dengan mengisi kartu laporan observasi. Pada saat pelaporan observasi ini tidak diperbolehkan penyebutan nama, jenis kelamin, atau identitas lainnya yang mudah dikenali terhadap pekerja yang diobservasi. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar pekerja tidak menaruh curiga terhadap observasi sebab tujuan observasi ini bukan untuk mencari 38 Universitas Sumatera Utara

55 siapa yang salah tetapi untuk memperbaiki perilaku kerja (Friend dan Kohn, 2007). 2.4 Kerangka Pikir Tempat Kerja Sumber Bahaya Accident Penyebab Langsung Unsafe Condition Unsafe Action Behavior Based Safety 39 Universitas Sumatera Utara

56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan desain cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali. Secara deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui gambaran penerapan program Behavior Based Safety (BBS) dan kecelakaan kerja di PT Inalum Kuala Tanjung Tahun Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Inalum Kuala Tanjung. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan bahwa belum pernah dilakukan penelitian mengenai penerapan program Behavior Based Safety (BBS) dan kecelakaan kerja di PT Inalum Kuala Tanjung Tahun Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Juli Populasi dan Sampel Populasi Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan PT Inalum Kuala Tanjung Sampel Sampel penelitian adalah seluruh pekerja yang bekerja di PT Inalum Kuala Tanjung yang mengalami kecelakaan kerja pada tahun 2013 dan 2014, yang 40 Universitas Sumatera Utara

57 diambil dengan cara mengambil seluruh kasus kecelakaan kerja yang terjadi selama tahun 2013 dan Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari bagian Inalum Public Relation (IPR) dan Inalum Internal Control (IIC) PT Inalum Kuala Tanjung yang meliputi: a. Profil perusahaan yang mencakup sejarah, visi dan misi, serta struktur organisasi (gambaran umum perusahaan). b. Data kecelakaan kerja dan data-data lainnya yang diperlukan untuk menunjang penelitian. 3.5 Definisi Operasional 1. Behavior Based Safety adalah sebuah program kartu yang berguna untuk mencatat perilaku pekerja maupun kondisi lingkungan kerja yang tidak aman sewaktu pekerja sedang melakukan pekerjaannya. 2. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang dialami oleh pekerja di PT Inalum Kuala Tanjung secara tidak terduga dalam hubungan kerja dimana terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau keadaan pada saat melakukan pekerjaan. 3.6 Analisa Data Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif yaitu gambaran mengenai penerapan program behavior based safety dan kecelakaan kerja. 41 Universitas Sumatera Utara

58 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Inalum (Indonesia Asahan Aluminium) adalah perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas yang berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta serta didirikan pada tanggal 6 Januari PT Inalum memperoleh status badan hukum sejak tanggal 1 Januari 1976 dan didirikan untuk jangka waktu 75 tahun sejak tanggal tersebut. Maksud dan tujuan PT Inalum ini adalah berusaha dalam bidang industri aluminium dan tenaga listrik. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas PT Inalum dapat melaksanakan kegiatan usaha: membangun dan mengusahakan pabrik peleburan aluminium di Kuala Tanjung untuk menghasilkan, membuat dan mengelola aluminium, produk karbon dan produk lain yang sehubungan dengan itu dan untuk memasarkan segala produk yang dimaksud di dalam negeri serta mengekspornya juga membangun dan mengusahakan Pabrik Pembangkit Listrik Tenaga Air di Paritohan untuk membangkitkan tenaga listrik dan menyalurkannya ke Pabrik Peleburan Aluminium dan prasarana lainnya. PT Inalum terdiri dari PLTA sungai asahan / IPP (Inalum Power Plant) di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir dan pabrik peleburan aluminium / ISP (Inalum Smelting Plant) di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Pabrik peleburan aluminium merupakan bagian utama dari PT Inalum yang dibangun di atas areal seluas 200 ha. 42 Universitas Sumatera Utara

59 PT Inalum mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 2326 orang (per 31 Januari 2010) yang tersebar di empat (4) bagian yaitu di Jakarta (38 orang), Medan (10 orang), Kuala Tanjung (2014 orang), dan Paritohan (264 orang). Di pabrik peleburan Inalum Kuala Tanjung, tenaga kerja mayoritas laki-laki yaitu sebanyak 1960 orang (96,8%), sedangkan perempuan hanya 54 orang (2,7%) Proses Produksi Aluminium Proses produksi di PT Inalum adalah proses untuk menghasilkan aluminium batangan ( ingot) dari bahan baku alumina. Untuk menghasilkan aluminium ingot, selain dibutuhkan alumina sebagai bahan baku juga diperlukan bahan-bahan tambahan yaitu aluminium flourida serta bahan-bahan untuk pembuatan anoda, yang utama yaitu kokas dan hard pitch. Ada tiga (3) bagian utama dalam proses produksi PT Inalum, yaitu: 1. Pabrik Anoda / bagian karbon (Anode Plant), yaitu bagian pabrik yang memproduksi balok-balok anoda karbon yang akan digunakan pada tungku-tungku reduksi dan terdiri dari tiga (3) bagian yaitu bagian Karbon Mentah, bagian pemanggang anoda dan bagian penangkaian. Bahan baku pembuatan anoda adalah coke (kokas) dan hard pitch. Dibagian karbon mentah, kokas dan pitch keras diaduk dan dibentuk menjadi balok-balok anoda mentah kemudian dibawa kebagian Pemanggang Anoda, yang bertujuan untuk memanggang anoda. Setelah selesai pemanggangan, balok-balok anoda dikirim kebagian penangkaian untuk diberi tangkai yang berfungsi sebagai lintasan arus pada tungku 43 Universitas Sumatera Utara

60 reduksi.punting balok anoda dari tungku reduksi kemudian diolah dan digunakan kembali untuk memproduksi balok karbon mentah. 2. Pabrik Reduksi ( Reduction Plant), yaitu bagian pabrik yang bertugas untuk melaksanakan reduksi untuk menghasilkan aluminium cair untuk dicetak pada bagian pencetakan. Prosesnya adalah elektrolisa larutan alumina ( Al2O 3 ) di dalam lelehan kriolit.(na 3 AlF 6 ) pada temperatur ± 970 o C sehingga menghasilkan aluminium cair. Proses reduksi dilakukan di dalam tungku reduksi pot (pot reduksi), yaitu merupakan kotak baja persegi yang dinding sampingnya berlapis bata isolasi dan karbon. Unit reduksi terdiri dari tiga (3) gedung peleburan yang masing -masing dipasang 170 buah tungku tipe anoda prapanggang ( Prebaked Anoda Furnace) yang disusun menjadi dua baris, dimana setiap baris terdapat 85 buah pot reduksi. Total kapasitas desain produksi adalah ton aluminium per tahun dari 510 tungku yang terpasang. 3. Pabrik Penuangan (Casting Plant), yaitu bagian pabrik dimana aluminium cair dari tungku reduksi diangkut ke bagian penuangan dan setelah dimurnikan lebih lanjut dalam tungku-tungku penampung, dibentuk menjadi aluminium batangan (ingot) yang beratnya masing-masing 50 pon (±22,7 kg) dan merupakan produk akhir PT Inalum yang dipasarkan di dalam dan ke luar negeri. Disini terdapat 10 buah tungku penampung tapi hanya 8 tungku yang digunakan, hal ini dikarenakan hanya dengan 8 44 Universitas Sumatera Utara

61 tungku penampung PT Inalum sudah mampu menghasilkan aluminium batangan (ingot) yaitu sekitar ±690 ton perhari Visi dan Misi Perusahaan Visi Perusahaan Menjadi perusahaan global terkemuka berbasis aluminium terpadu ramah lingkungan Misi Perusahaan 1. Menjalankan operasi peleburan aluminium terpadu yang menguntungkan, aman dan ramah lingkungan untuk meningkatkan nilai bagi pemangku kepentingan. 2. Memberikan sumbangsih kepada pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional melalui kegiatan operasional dan pengembangan usaha berkesinambungan. 3. Berpartisipasi dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), serta Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang tepat sasaran. 4. Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) secara terencana dan berkesinambungan untuk kelancaran operasional dan pengembangan industri aluminium Tata Nilai Perusahaan 1. Professional : Kami bekerja secara professional dengan menerapkan praktik bisnis terbaik. 2. Pengembangan : Kami tumbuh menjadi besar melalui pengembangan berkesinambungan. 45 Universitas Sumatera Utara

62 3. Kerjasama : Kami tangguh melampaui harapan melalui kerjasama yang sinergis. 4. Tanggung Jawab : Kami bertanggung jawab untuk memberikan kontribusi terbaik. 5. Integritas : Kami menjalankan bisnis dengan integritas. 6. Faedah : Kami berusaha menjalankan bisnis yang menguntungkan untuk kesejahteraan Kebijakan dan Sasaran Perusahaan Kebijakan Perusahaan 1. Penerapan prinsip-prinsip perseroan terbatas dan aturan BUMN. 2. Optimalisasi dan efisiensi sumber daya. 3. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan organisasi menyesuaikan dengan strategi perusahaan. 4. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam setiap aktivitas bisnis. 5. Penerapan manajemen risiko. 6. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan tanggung jawab sosial perusahaan yang tepat sasaran. 7. Pelaksanaan usaha yang menjamin mutu produk dan berwawasan lingkungan serta mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja. 8. Peningkatan sistem informasi manajemen Sasaran Perusahaan 1. Meningkatkan kapasitas produksi menjadi ton per tahun pada Melakukan diversifikasi produk hingga 40% dari total produksi pada Universitas Sumatera Utara

63 3. Melakukan penanaman modal/kemitraan strategis untuk membentuk dua bisnis strategis pada Menaikkan pendapatan usaha lebih dari 100% pada 2019 dibandingkan Meningkatkan keuntungan bersih lebih dari 10% pada Meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan melalui pencapaian PROPER Hijau pada Penerapan Program Behavior Based Safety (BBS) Penerapan program Behavior Based Safety (BBS) di PT Inalum Kuala Tanjung dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memperbaiki perilaku atau kondisi yang tidak aman sebelum cidera terjadi sehingga dapat meminimalkan risiko kecelakaan kerja. Pelaksanaan program Behavior Based Safety (BBS) di PT Inalum Kuala Tanjung yaitu: 1. Behavior Based Safety Traininig Dalam pelaksanaan program behavior based safety, departemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang disebut dengan Inalum Internal Control (IIC) memberikan pelatihan (training) mengenai behavior based safety kepada seluruh karyawan PT Inalum Kuala Tanjung. Adapun tujuan dari pelatihan tersebut adalah: a. Karyawan mempunyai kemampuan dalam melakukan semua langkah observasi perilaku keselamatan. b. Karyawan mengerti dan memahami konsep dari behavior based safety observation, sehingga dapat menerapkan didalam aktivitas sehari-hari 47 Universitas Sumatera Utara

64 dengan baik dan bisa menciptakan perilaku sadar keselamatan dan kesehatan kerja (K3). 2. Implementasi Program Behavior Based Safety (BBS) Setelah departemen Inalum Internal Control (IIC) memberikan pelatihan mengenai behavior based safety kepada seluruh karyawan PT Inalum Kuala Tanjung, maka tahap selanjutnya adalah dilakukan implementasi behavior based safety di lapangan. Implementasi behavior based safety dilakukan oleh satu atau dua orang atau lebih dengan melakukan percakapan dua arah yang positif. Apabila observer menemui pekerja yang melakukan tindakan tidak aman, maka tugas observer adalah mencatat, dan mengomunikasikan kepada pekerja tersebut tentang tindakan tidak aman yang dilakukannya serta mengambil tindakan perbaikan yang akan membantu mengubah perilaku pekerja. PT Inalum Kuala Tanjung mulai menerapkan program behavior based safety berupa Inalum Kartu Aman (IKA) p ada tahun Inalum Kartu Aman (IKA) adalah alat yang digunakan untuk melakukan observasi. Inalum Kartu Aman (IKA) ini digunakan untuk melakukan pelaporan tertulis mengenai tindakan ataupun kondisi aman dan tidak aman yang terjadi di lingkungan kerja PT Inalum Kuala Tanjung. Dalam Inalum Kartu Aman (IKA) sudah ditentukan perilaku yang akan dijadikan target dalam penerapan program behavior based safety, dan perilaku tersebut adalah: a. Reaksi pekerja 48 Universitas Sumatera Utara

65 b. Alat Pelindung Diri (APD) c. Alat dan Peralatan d. Posisi Kerja e. Prosedur Kerja f. Kebersihan dan Kerapihan Dalam melakukan observasi perilaku keselamatan, ada beberapa tahapan atau alur proses yang harus dilakukan oleh observer yaitu: Temukan Evaluasi BBS Amankan Dokumentasikan Sepakati Gambar 4.1 Tahapan proses behavior based safety (BBS) Sumber: IIC PT Inalum Kuala Tanjung 1) Temukan Seorang observer sebelum melakukan observasi atau pengamatan perilaku keselamatan harus melakukan persiapan. Pengamatan perilaku harus direncanakan dan tidak dilakukan secara sambilan dari aktivitas lainnya. Pengamatan yang direncanakan memungkinkan untuk melakukan pengamatan terarah. Pengamatan yang dilakukan tanpa persiapan atau 49 Universitas Sumatera Utara

66 dilakukan secara kebetulan cenderung singkat dan terburu-buru sehingga akan kehilangan pengamatan, tidak fokus dan proses intervensi kurang optimal. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam langkah persiapan antara lain: a) Menentukan area yang akan diobservasi. b) Menentukan pekerjaan atau pekerja apa yang akan diamati. c) Mempersiapkan peralatan observasi berupa Inalum Kartu Aman. Inalum Kartu Aman (IKA) dapat diambil di box yang sudah disediakan dan ditempatkan di setiap lokasi kerja. Setelah semuanya dipersiapkan, maka observer memperhatikan jika ada tindakan dan kondisi tidak aman di lingkungan kerja dan observasi ini dilakukan setiap hari. 2) Amankan Observer yang menemukan tindakan dan kondisi tidak aman di lingkungan kerja, maka segera mungkin melakukan immediate corrective action (tindakan koreksi segera) dengan menghentikan tindakan tidak aman tersebut agar tidak terjadi kecelakaan kerja. Observer juga menjelaskan kepada pekerja yang melakukan tindakan tidak aman bahwa pekerjaan yang dilakukannya itu sangat berisiko dan tujuan menghentikan pekerjaan tersebut bukan untuk menyalahkan pekerja melainkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, serta melakukan tindakan persuasif dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja (K3). 50 Universitas Sumatera Utara

67 3) Sepakati Observer melakukan komunikasi dua arah yang positif dengan pekerja yang melakukan tindakan tidak aman. Kemudian melakukan diskusi dengan pekerja yang bersangkutan mengenai pengamatan perilaku yang dilakukan, dan mendengarkan alasan mengapa pekerja tersebut melakukan tindakan tidak aman. Diskusi harus dilakukan secara terbuka, tanpa tekanan, tidak menggurui, tidak menguji, dan tidak meremehkan sehingga diharapkan terjadi komunikasi yang baik yang mendorong terjadinya perubahan perilaku yang sifatnya relatif permanen. Observer juga menjelaskan akibat buruk yang dapat terjadi akibat tindakan yang dilakukan oleh pekerja tersebut sehingga pekerja mengerti bahwa pekerjaan yang dilakukannya itu berbahaya dan bisa menimbulkan kecelakaan kerja. Diharapkan dari hasil diskusi tersebut mendapatkan feedback dari pekerja sehingga terjadi kesepakatan bahwa pekerja tidak akan mengulangi hal yang sama terulang kembali. Bila pekerja telah melakukan pekerjaan dengan aman (safe behavior) maka pekerja tersebut harus diberi reinforcement terhadap perilaku kerja aman spesifik yang dilakukannya agar perilaku kerja aman tersebut dapat terulang lagi. 4) Dokumentasikan Hasil dari observasi atau pengamatan perilaku keselamatan dicatat dalam Inalum Kartu Aman.Observer mencatat perilaku dan kondisi aman dan tidak aman yang diamati kedalam kolom yang tersedia di Inalum Kartu Aman. 51 Universitas Sumatera Utara

68 Observer tidak boleh mencatat nama pekerja yang diamati. Tujuan pengamatan bukan untuk mencari siapa yang salah tetapi untuk mendapatkan fakta yang berhubungan dengan perilaku untuk perbaikan. Observer mengisi kolom yang tersedia yaitu bagaimana kejadian, pengatasan, dan kesepakatan yang dilakukan terhadap tindakan atau kondisi aman dan tidak aman yang ditemukan atau diamati. Kemudian setelah observer selesai mengisi Inalum Kartu Aman (IKA), maka Inalum Kartu Aman (IKA) dimasukkan ke dalam box yang sudah disediakan. Adapun box yang sudah disediakan oleh PT Inalum ada di bagian office dan station. Dan setiap departemen atau seksi berbeda-beda jumlah box nya tergantung dari luasnya lokasi kerja. Gambar 4.2 Box Inalum Kartu Aman (IKA) 5) Evaluasi Behavior Based Safety Hasil dari observasi atau jumlah Inalum Kartu Aman dikumpulkan oleh seksi safety promotor kemudian diserahkan kepada seksi Inalum Internal Control (IIC) dan membuat laporan serta evaluasi terhadap hasil pengamatan yang diperoleh setiap bulannya. Pelaksanaan evaluasi 52 Universitas Sumatera Utara

69 dilakukan setiap satu (1) bulan sekali oleh safety promotor bekerja sama dengan seksi Inalum Internal Control (IIC) Agustus September Oktober Gambar 4.3 Jumlah Inalum Kartu Aman (IKA) tahun 2014 Sumber: IIC PT Inalum Kuala Tanjung 4.3 Gambaran Data Kecelakaan Kerja Tahun Tabel 4.1 Data Kecelakaan Kerja Tahun 2013 No. Tempat Kerja Seksi Jumlah Smelter Reduction Preparation Section 1. 1 (SRP) Pabrik Reduksi Smelter Reduction Operation Section 2. 1 (SRO) 3. Pabrik Smelter Casting Section (SCA) Penuangan 1 4. Pabrik Karbon Smelter Carbon Operation Section (SCO) 1 5. Seksi Umum Smelter General Affairs Section (SGA) 1 Total 5 Sumber: IIC PT Inalum Kuala Tanjung Berdasarkan tabel di atas, kecelakaan kerja banyak terjadi di pabrik reduksi sebanyak 2 kali (40 %). 53 Universitas Sumatera Utara

70 Adapun penjelasan dari setiap kasus kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2013 adalah sebagai berikut: 1. Pabrik Reduksi a. Smelter Reduction Preparation Section (SRP) Seorang pekerja di pabrik reduksi bagian Smelter Reduction Preparation (SRP) mengalami kecelakaan kerja. Pada saat pekerja melakukan pekerjaannya, pekerja tersebut terburu-buru mengambil keputusan untuk mengecek kerusakan Forklift. Dan pekerja juga melakukan pekerjaan yang bukan tanggung jawab Mnt-Utility and Tool, yaitu dengan membuka tutup radiator dalam keadaan panas. Pekerja tidak menyadari akibat dari pekerjaan yang dilakukannya sehingga tiba-tiba air radiator menyembur keluar dan mengenai kening pekerja hingga kulit keningnya melepuh setebal 1-3 cm. b. Smelter Reduction Operation Section (SRO) Seorang pekerja di pabrik reduksi bagian Smelter Reduction Operation Section (SRO) mengalami kecelakaan kerja. Pada saat proses produksi, anode changing di R273 anoda nomor 13 terjadi anoda sompel dan sulit ditarik keluar. Pekerja atau craneman membawa anoda baru sambil breaking untuk memudahkan penarikan anoda sompel tersebut, setelah itu ACC diparkirkan diantara pot R (bagian duck). Craneman turun dari ACC dengan maksud membantu menarik anoda sompel tersebut dari dalam pot, karena terjepit tidak bisa ditarik maka craneman naik kembali ke ACC. Pada saat craneman naik, pegangan tangan kanan terlepas dikarenakan handle tangan kabin ACC licin dan posisi kabin saat naik atau turun craneman yang kurang 54 Universitas Sumatera Utara

71 aman sehingga pekerjaterjatuh dari ketinggian ± 2 m ke grating pot dan tulang siku tangan kiri pekerja bergeser. 2. Pabrik Penuangan a. Smelter Casting Section (SCA) Seorang pekerja di pabrik penuangan bagian Smelter Casting Section (SCA) mengalami kecelakaan kerja. Pekerja lalai dalam bekerja pada saat melakukan pencetakan. Sehingga pada saat pencetakan berlangsung ± 1 ton, terjadi ledakan dari mould dan diduga mould lembab akibat tumpahan coating saat dilakukan coating pouring. Akibat dari ledakan tersebut, pekerja mengalami luka bakar pada leher belakang dan bahu kiri 4,5 x 2 cm. 3. Pabrik Karbon a. Smelter Carbon Operation Section (SCO) Seorang pekerja di pabrik karbon bagian Smelter Carbon Operation Section (SCO) mengalami kecelakaan kerja. Pekerja bertugas di PR-401, DMRS-13 dalam posisi open, sedangkan front clamp dalam posisi close, padahal seharusnya front clamp dalam posisi open juga. Sehingga rod tertahan tidak bisa masuk ke PR-401. Dan pekerja naik ke atas PR-401 dan bermaksud ingin menanggulangi trouble tersebut, dan pekerja juga meminta bantuan kepada teman kerjanya untuk membuka front clamp dari panel di lantai 1, saat front clamp dibuka, kaki pekerja tersebut terjepit antara handle penyentuh L/S dengan rumah L/S. Kaki pekerja posisinya tidak pada tempat yang aman dan pekerja kurang menyadari bahwa jika front clamp dibuka atau ditutup maka 55 Universitas Sumatera Utara

72 handle penyentuh L/S akan bergerak. Akibatnya sepatu kerja pekerja koyak dan pinggiran punggung kaki kanan luka sobek. 4. Seksi Umum a. Smelter General Affairs Section (SGA) Seorang pekerja di bagian seksi umum yaitu Smelter General Affairs Section (SGA) mengalami kecelakaan kerja. Pekerja dari car office hendak menuju parkiran depan car office setelah hujan lebat. Dimana jalan tergenang air sehingga licin dan ketika pekerja sampai di depancar office pekerja terpeleset dan jatuh yang mengakibatkan lutut kaki sebelah kiri dan di bawah betis pekerja luka robek. Tabel 4.2 Data Kecelakaan Kerja Tahun 2014 No. Tempat Kerja Seksi Jumlah Smelter Service and Workshop Section 1. 1 (SSW) Maintenance Smelter Maintenance Plant One (1) 2. 2 Section (SMO) 3. Pabrik Penuangan Smelter Casting Section (SCA) 1 4. Seksi Jaminan Smelter Quality Assurance Section (SQA) Mutu 1 5. Departemen Smelter Administration and Welfare Administrasi Section (SAW) 1 Total 6 Sumber: IIC PT Inalum Kuala Tanjung Berdasarkan tabel di atas, kecelakaan kerja banyak terjadi di bagian maintenance sebanyak 3 kali (50%). Adapun penjelasan dari setiap kasus kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2014 adalah sebagai berikut: 1. Maintenance a. Smelter Service and Workshop Section (SSW) 56 Universitas Sumatera Utara

73 Seorang pekerja di bagian maintenance yaitu Smelter Service and Workshop Section (SSW) mengalami kecelakaan kerja. Pekerja dan dua rekan kerjanya sedang melepaskan ban MTC-02-1 untuk diganti. Saat mengerjakan ban tersebut di atas garpu forklift, dibutuhkan bantuan jig berupa besi yang diletakkan di atas poros ban. Rekan kerjanya memukul jig tersebut, karena kurang hati-hati dalam bekerja ternyata jig tersebut terpelanting dan mengenai bagian wajah pekerja tersebut yang pada saat itu posisi kerjanya tidak aman yang duduk di forklift sehingga menyebabkan luka robek pada hidung dan giginya patah dua buah. b. Smelter Maintenance Plant One (1) Section (SMO) Seorang pekerja di bagian maintenance yaitu Smelter Maintenance Plant One (1) Section (SMO) mengalami kecelakaan kerja. Pekerja mengganti bola lampu TL 40 W dibagian belakang BC-103 dengan posisi kerja yang tidak tepat yaitu berdiri di atas frame belt conveyor. Pekerja tidak menggunakan alat bantu tangga untuk melakukan pekerjaannya. Bola lampu dibuka dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan berpegangan pada gantungan. Pekerja membuka bola lampu dengan cara mendorong bola lampu tersebut ke arah kiri, bola lampu tidak bisa terbuka dan semakin didorong, dan tiba-tiba bola lampu pecah dan menusuk pergelangan tangan kiri pekerja hingga mengakibatkan luka dan mengeluarkan banyak darah. Seorang pekerja di bagian maintenance yaitu Smelter Maintenance Plant One (1) Section (SMO) mengalami kecelakaan kerja. Pekerja dan empat orang rekan kerjanya sedang mengganti wire rope link belt TC-901A. Pada saat akan 57 Universitas Sumatera Utara

74 melepas wire rope dari drumnya, ternyata wire rope tersangkut di boom link belt. Kemudian pekerja tersebut naik ke atas rope yang tersangkut dengan posisi kerja yang tidak aman, dan ketika pekerja turun, kaki kanan pekerja terpeleset sedangkan kaki kirinya masih tersangkut di boom. Sehingga mengakibatkan badannya terjatuh ke belakang dan kepala bagian belakang bawahnya terbentur box link belt dan mengeluarkan darah. Pekerja tersebut meminta tolong, dan kemudian dua orang rekan kerjanya secepatnya mengangkat pekerja tersebut untuk dievakuasi. 2. Pabrik Penuangan a. Smelter Casting Section (SCA) Pekerja di pabrik penuangan bagian Smelter Casting Section (SCA) mengalami kecelakaan kerja. Pekerja membersihkan metal pada nozzle pouring device menggunakan linggis dengan posisi kerja yang tidak aman. Setelah berkali-kali melakukan penonjokan metal beku pada nozzle sisi barat, linggis yang digunakan meleset mengenai sepatu sebelah kiri pekerja hingga menembus kulit sepatu dan melukai kulit antar jari tengah dan jari manis kaki kiri sepanjang ± 2 cm. 3. Seksi Jaminan Mutu a. Smelter Quality Assurance Section (SQA) Seorang pekerja di seksi jaminan mutu yaitu Smelter Quality Assurance Section (SQA) mengalami kecelakaan kerja. Pekerja membantu rekan kerjanya untuk melepaskan tutup labu takar 200 ml yang berisi larutan NaOH ± 4.8 %, dan beberapa teknik dilakukan oleh pekerja dalam upaya melepaskan tutup 58 Universitas Sumatera Utara

75 labu takar tersebut, antara lain dengan cara melepaskannya dengan tangan, mengetuk perlahan-lahan tutupnya dengan menggunakan kayu, mengaliri leher labu takar dengan menggunakan air panas namun tidak berhasil, terakhir dilakukan pemanasan labu takar tersebut pada electric stove (alat pemanas) sampai timbul uap pada leher labu takar tersebut. Setelah ada indikasi uap pada leher labu takar tersebut, labu takar diambil dengan menggunakan sarung tangan katun dan beliau kembali mencoba melepaskan tutup labu takar tersebut, tiba-tiba labu takar tersebut meletup dimana larutan NaOH panas mengenai tangan dan wajah pekerja. 4. Departemen Administrasi a. Smelter Administration and Welfare Section (SAW) Seorang pekerja di bagian departemen administrasi yaitu Smelter Administration and Welfare Section (SAW) mengalami kecelakaan kerja. Pekerja melakukan pekerjaan untuk mengecek barang ke gudang dengan mengendarai sepeda motor dikarenakan gudang terletak di luar kantor. Setelah mengecek barang ke gudang, pekerja kembali ke kantor. Pada saat pekerja di jalan kembali ke kantor, turun hujan deras dan membuat jalan licin, sehingga pada saat sampai di simpang depan kantor, sepeda motor yang dikendarai oleh pekerja terpeleset dan jatuh hingga pekerja mengalami luka dibagian wajah, lutut kanan, dan telapak tangan bagian kiri. 59 Universitas Sumatera Utara

76 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Penerapan Program Behavior Based Safety (BBS) Permasalahan keselamatan kerja merupakan permasalahan perilaku manusia yaitu perilaku tidak aman yang sebagian besar menyebabkan kecelakaan kerja. Menurut H.W. Heinrich dalam bukunya The Origin of Accident memberikan pengetahuan akan penyebab kecelakaan. Heinrich menyampaikan 10 aksioma untuk mengemukakan teorinya. Dalam teorinya Heinrich mengemukakan lima faktor yang berurutan yang berkaitan yang berakhir pada cidera. Kelima faktor tersebut adalah: a. Faktor keturunan dan lingkungan (ancestry or social environment) b. Kesalahan manusia (fault of person) c. Perilaku atau kondisi tidak aman (unsafe act or condition) d. Kecelakaan (accident) e. Cidera (injury) Menurut Heinrich, cara yang paling mudah untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau cidera adalah dengan mencabut atau menghilangkan kartu domino yang ketiga yaitu unsafe act or unsafe condition. Heinrich telah menganalisa kecelakaan dan mengklasifikasikan bahwa 88% dari kecelakaan disebabkan oleh perilaku tidak aman dari pekerja, 10% karena kondisi tidak aman, dan 2 % faktor penyebab yang tidak bisa dihindari. 60 Universitas Sumatera Utara

77 Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa kecelakaan kerja yang terjadi di PT Inalum Kuala Tanjung sebagian besar disebabkan oleh perilaku tidak aman. Untuk penanggulangan dan pencegahan kecelakaan kerja, PT Inalum Kuala Tanjung menerapkan program behavior based safety sebagai proses peningkatan perilaku kerja yang aman. Menurut Cooper (2009), behavior based safety (BBS) adalah sebuah proses yang menciptakan kemitraan keamanan antara manajemen dan tenaga kerja dengan fokus yang berkelanjutan terhadap perhatian dan tindakan setiap orang dan orang lain serta perilaku selamat. PT Inalum Kuala Tanjung menerapkan program behavior based safety dengan membuat kartu observasi yang disebut dengan Inalum Kartu Aman (IKA). Pelaksanaan Inalum Kartu Aman (IKA) baru mulai terlaksana pada pertengahan tahun 2014 yaitu bulan Agustus. Dilihat dari hasil observasi atau jumlah Inalum Kartu Aman (IKA) yang terkumpul oleh seksi Inalum Internal Control (IIC) hanya bulan Agustus, September, dan Oktober. Dari data total Inalum Kartu Aman (IKA) pada bulan Agustus, September, dan Oktober, didapat jumlah Inalum Kartu Aman (IKA) untuk bulan Agustus sebanyak 21 kartu. Bulan September terkumpul 44 kartu. Dan untuk bulan Oktober terkumpul 30 kartu. Hasil eveluasi dari Inalum Kartu Aman (IKA) pada saat di lapangan banyak ditemukan unsafe behavior baik untuk bulan Agustus, September, dan Oktober. Sedangkan untuk unsafe condition tidak ada ditemukan di lapangan. Hal ini disebabkan karena banyak pekerja yang melakukan tindakan-tindakan tidak aman, dan kurangnya pengetahuan pekerja tentang keselamatan yang dapat menimbulkan kecelakaan. Adapun unsafe behavior yang banyak dilakukan oleh 61 Universitas Sumatera Utara

78 pekerja pada saat melakukan pekerjaannya yaitu bekerja tanpa wewenang, lupa mengamankan, lupa memberi tanda/peringatan, membuat alat pengaman tidak berfungsi, memakai peralatan yang tidak aman atau tanpa peralatan, memuat, membongkar, menempatkan, mencampur dengan tidak aman pada saat proses produksi, melalaikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang ditentukan serta menempatkan peralatan dan material tidak pada tempatnya. Hasil dari evaluasi Inalum Kartu Aman (IKA) dilakuka n oleh safety promotor di setiap departemen atau seksi setiap bulannya. Akan tetapi tidak semua safety promotor melaporkan hasil evaluasi Inalum Kartu Aman (IKA) kepada seksi Inalum Internal Control (IIC). Hanya beberapa departemen atau seksi saja yang melaporkan hasil dari evaluasi Inalum Kartu Aman (IKA). Hal ini dikarenakan manajemen dari seksi Inalum Internal Control belum mewajibkan kepada seluruh safety promotor di setiap departemen atau seksi untuk melaporkan hasil evaluasi Inalum Kartu Aman (IKA). Pihak manajemen dari seksi Inalum Internal Control juga tidak menargetkan jumlah observasi dari Inalum Kartu Aman (IKA) untuk setiap bulannya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah Inalum Kartu Aman (IKA) yang terkumpul setiap bulannya tidak selalu sama. Penerapan program Inalum Kartu Aman (IKA) di PT Inalum Kuala Tanjung belum sesuai dengan penerapan program behavior based safety secara teori. Dalam pelaksanaan penerapannya yaitu untuk mengobservasi pekerja yang sedang bekerja dengan memperhatikan kondisi dan tindakan tidak aman di lingkungan kerja. Apabila ditemukan ada tindakan dan kondisi tidak aman maka tindakan pencegahan segera yang harus dilakukan adalah dengan mengamankan 62 Universitas Sumatera Utara

79 dan menghentikan pekerja tersebut. Kemudian melakukan diskusi kepada pekerja tersebut dan diharapkan dari hasil diskusi tersebut mendapatkan feedback dari pekerja sehingga terjadi kesepakatan bahwa pekerja tidak akan mengulangi hal yang sama terulang kembali. Hasil dari observasi dicatat ke dalam Inalum Kartu Aman (IKA) kemudian dimasuk kan ke dalam box yang sudah disediakan. Hasil dari observasi atau jumlah Inalum Kartu Aman (IKA) dikumpulkan oleh seksi safety promotor kemudian diserahkan kepada seksi Inalum Internal Control (IIC) dan membuat laporan serta evaluasi terhadap hasil pengamatan yang diperoleh setiap bulannya. Untuk penerapan program behavior based safety secara teori seharusnya evaluasi observasi perilaku keselamatan dilakukan setiap bulan oleh departemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan membuat laporan statistik terhadap hasil pengamatan yang diperoleh. Sehingga dengan hasil evaluasi obeservasi perilaku keselamatan dapat dilakukan review dan umpan balik. Namun di PT Inalum Kuala Tanjung seksi safety promotor sudah melakukan evaluasi Inalum Kartu Aman (IKA) setiap bula nnya, akan tetapi tidak semua seksi melaporkan hasil evaluasi Inalum Kartu Aman (IKA) kepada seksi Inalum Internal Control (IIC). Seharusnya hasil evaluasi tersebut harus dilaporkan kepada seksi Inalum Internal Control (IIC). Pada dasarnya pelaksanaan yang baik dari program behavior based safety tidak terlepas dari kepedulian rekan-rekan kerja dan juga supervisor atau pihak pengawasan yang harus dilakukan secara rutin. Menurut Cooper (2007) observasi harian wajib dilakukan sebanyak 2-3 kali/minggu atau 1 kali/minggu. Namun pada kenyataannya pekerja jarang melaporkan atau mencatat ke dalam Inalum 63 Universitas Sumatera Utara

80 Kartu Aman (IKA) dikarenakan formulir Inalum Kartu Aman (IKA) yang mencantumkan nama observer dan apabila pekerja telah selesai melakukan observasi perilaku keselamatan dan melaporkan atau mencacatnya ke dalam Inalum Kartu Aman (IKA) harus melapor terlebih dahulu ke supervisor untuk ditanda tangani sebelum Inalum Kartu Aman (IKA) dimasukkan ke dalam box. Pihak manajemen Inalum Internal Control (IIC) menyatakan karena program Inalum Kartu Aman (IKA) ini masih baru berjalan jadi belum ada persiapan yang matang, dan masih perlu pembenahan yang berkelanjutan terutama untuk pembenahan formulir Inalum Kartu Aman (IKA) untuk menghapus nama observer dan tanda tangan supervisor. Sehingga dengan adanya pembenahan tersebut tercapai budaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang baik. Dalam hal ini peran manajemen merupakan faktor pendukung terbentuknya sebuah perilaku yang diinginkan. Manajemen juga harus berperan dalam pengintegrasian program behavior based safety ke dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Menurut Cooper (2009), pengintegrasian program behavior based safety merupakan kunci kesuksesan dalam mencapai tujuan program. Seperti penelitian Ningsih dan Ardyanto (2013) yang menyatakan bahwa kekurangan dalam peran manajemen berupa belum adanya integrasi program behavior based safety ke dalam manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dapat dirasakan dampaknya berdasarkan hasil observasi yang menunjukkan perilaku aman tenaga kerja masih berada dalam taraf cukup dan kurang. 64 Universitas Sumatera Utara

81 Penerapan program Inalum Kartu Aman (IKA) di PT Inalum Kuala Tanjung belum optimal dilaksanakan di lapangan. Hal tersebut terjadi karena pihak manajemen Inalum Internal Control (IIC) PT Inalum Kuala Tanjung belum memberikan sanksi kepada pekerja apabila pekerja berperilaku tidak aman. Sehingga pekerja jadi kurang peduli untuk pencatatan atau pelaporan program Inalum Kartu Aman (IKA). Dan juga pihak manajeme n Inalum Internal Control (IIC) belum ada memberikan reward atau penghargaan kepada pekerja yang aktif dalam program Inalum Kartu Aman (IKA). Padahal sebenarnya pemberian reward atau penghargaan dilakukan bertujuan untuk memotivasi pekerja agar berperilaku kerja aman dan cenderung untuk diulangi dan juga menimbulkan sikap peduli terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam pengamatan dari program behavior based safety, sudah ditentukan perilaku yang akan dijadikan target, dan perilaku tersebut adalah: 1. Reaksi Pekerja Hasil evaluasi Inalum Kartu Aman (IKA) ditemukan ada pekerja yang melakukan unsafe behavior seperti bekerja tanpa wewenang, memakai peralatan yang tidak aman, serta menempatkan peralatan dan material tidak pada tempatnya.pada saat ada patroli atau pengawasan, pekerja tersebut menyadari tindakan tidak aman yang dilakukan oleh pekerja tersebut dan merubah posisi unsafe behavior menjadi safe behavior. 2. Alat Pelindung Diri (APD) Hasil evaluasi Inalum Kartu Aman (IKA) ditemukan ada pekerja yang melalaikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang ditentukan. 65 Universitas Sumatera Utara

82 Perusahaan telah menyediakan dan menentukan pemilihan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan potensi bahaya masing-masing pekerjaan sehingga setiap departemen atau seksi berbeda satu sama lain kebutuhan akan Alat Pelindung Diri (APD). Adapun Alat Pelindung Diri (APD) standar yang diwajibkan untuk pekerja adalah alat pelindung kepala (helmet 114 CN, helmet 118 EP, dan topeng katun), alat pelindung wajah (face shield K-41, face shield for fire TOA, dan face shield welding), alat pelindung mata (kaca mata putih, kaca mata hitam, dan googles for dust), alat pelindung pernafasan (masker kain, respirator debu, respirator gas, dan self CB apparatus), alat pelindung badan (pakaian kerja kantor, p akaian kerja pabrik, apron aluminium, baju monyet, dan pakaian selam), alat pelindung tangan (sarung tangan katun, sarung tangan kulit pendek, sarung tangan kulit panjang, sarung tangan karet, sarung tangan plastik, sarung tangan kain tebal, penutup lengan kain, penutup lengan kulit, dan penutup lengan aluminium), alat pelindung perut(plexible belly band), alat pelindung pendengaran ( ear plug, dan ear mup), alat pelindung kaki (sepatu pengaman umum, penutup kaki, sepatukaret, dan sepatu katak/fins), alat pengaman ketinggian ( safety belt, dan full body hardness). Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) di PT Inalum Kuala Tanjung sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Bab III tentang Syarat- Syarat Keselamatan Kerja Pasal 3 Ayat 1 point f mengenai syarat keselamatan kerja adalah untuk memberi perlindungan pada para pekerja. Dan sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 01/MEN/ Universitas Sumatera Utara

83 Pasal 4 Ayat 3 bahwa pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja. 3. Alat dan Peralatan Hasil evaluasi Inalum Kartu Aman (IKA) banyak ditemukan pengamanan yang tidak sempurna, dan peralatan atau bahan yang tidak seharusnya. Di PT Inalum Kuala Tanjung menyediakan berbagai macam alat dan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan. Setiap pekerja harus mengetahui cara menggunakan peralatan tersebut. Untuk itu setiap pekerja diberi pelatihan atau training. PT Inalum Kuala Tanjung sudah melakukan pelatihan kepada pekerjanya. Hal ini sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 9 Ayat 1 point d bahwa pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya. 4. Posisi Kerja Hasil evaluasi Inalum Kartu Aman (IKA) banyak ditemukan pekerja mengambil posisi atau sikap tubuh tidak aman. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja maka diperlukan pengaturan, perencanaan serta pengetahuan tentang posisi kerja yang aman saat melakukan pekerjaan. Hal ini sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 Ayat 1 point m bahwa memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. 67 Universitas Sumatera Utara

84 5. Prosedur Kerja Hasil evaluasi Inalum Kartu Aman (IKA) banyak ditemukan pekerja bekerja tidak sesuai dengan prosedur kerja. Pekerja banyak yang tidak menaati prosedur kerja karena tidak memahami prosedur kerja tersebut. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja maka diperlukan pemahaman dan menaati prosedur kerja yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Untuk itu PT Inalum Kuala Tanjung juga melakukan sosialisasi kepada pekerja mengenai prosedur kerja di tempat kerja. 6. Kebersihan dan Kerapihan Hasil evaluasi Inalum Kartu Aman (IKA) banyak ditemukan kondisi penempatan peralatan di masing-masing departemen atau seksi yang tidak tertata rapi sehingga berpotensi menimbulkan bahaya dan kecelakaan kerja. Upaya pengendalian potensi bahaya dan kecelakaan kerja juga dilakukan oleh PT Inalum Kuala Tanjung. Hal ini sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 Ayat 1 point a bahwa mencegah dan mengurangi kecelakaan. 5.2 Gambaran Data Kecelakaan Kerja Tahun PT Inalum Kuala Tanjung merupakan perusahaan aluminium yang dalam proses produksinya menggunakan bahan kimia seperti alumina, karbon, listrik, mesin dan peralatan berat sebagai material utama yang berpotensi menimbulkan bahaya dan kecelakaan kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa kecelakaan kerja masih tetap terjadi setiap tahunnya. Pada tahun 2013 di 68 Universitas Sumatera Utara

85 PT Inalum Kuala Tanjung terjadi 5 kasus kecelakaan kerja. Sedangkan pada tahun 2014 terjadi 6 kasus kecelakaan kerja. Kasus kecelakaan kerja yang terjadi di PT Inalum Kuala Tanjung dari tahun 2013 dan 2014 banyak disebabkan oleh tindakan tidak aman yaitu bekerja dengan posisi atau sikap tubuh tidak aman dan bekerja tidak mematuhi prosedur kerja. Dan ada juga yang disebabkan oleh kondisi tidak aman yaitu peralatan yang tidak baik. Terdapat sejumlah besar perilaku atau kondisi tidak aman yang mendasari menyebabkan terjadinya semua kecelakaan, termasuk kecelakaan tanpa cidera, dengan cidera ringan maupun berat. Di PT Inalum Kuala Tanjung banyak kasus kecelakaan kerja yang terjadi dengan kasus cidera ringan. Dilihat dari jumlah kasus kecelakaan kerja mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke Hal ini dikarenakan PT Inalum Kuala Tanjung melakukan pelaporan kecelakaan kerja dari kecelakaan dengan cidera ringan sampai yang berat. Jadi kecelakaan kerja dengan kerugian kecil pun juga ikut dilaporkan. Kecelakaan kerja di PT Inalum Kuala Tanjung masih tetap terjadi pada tahun 2014 yaitu pada bulan September walaupun sudah diterapkan program Inalum Kartu Aman (IKA) pada bulan Agustus. Dimana pada bulan September terjadi satu kasus kecelakaan kerja. Kasus kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan karena tindakan dan kondisi tidak aman. Dalam hal ini pendekatan dari pimpinan sangat memegang peran penting dari pelaksanaan program Inalum Kartu Aman (IKA). Seluruh pekerja sudah diberikan pelatihan mengenai program Inalum Kartu Aman (IKA) dan sudah paham apa tujuan dari program Inalum Kartu Aman (IKA) yaitu mengubah peri laku yang tidak aman menjadi perilaku 69 Universitas Sumatera Utara

86 aman. Namun kasus kecelakaan kerja yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh penyebab langsung yaitu tindakan dan kondisi tidak aman saja, tetapi ada faktor lain yang menyebabkan pekerja tersebut mengalami kecelakaan kerja. Ada faktor penyebab yang mendasari kecelakaan kerja tersebut. Untuk faktor dari pekerjanya adalah pekerja tidak mengerti sepenuhnya risiko dari pekerjaannya dan ketidakmampuan mengidentifikasi potensi bahaya lokasi kerja. Dan untuk faktor pekerjaan adalah kurangnya pengawasan safety kepada pekerja. Sehingga untuk tindakan perbaikan dan pencegahan yang dilakukan agar tidak terjadi kecelakaan kerja lagi maka pihak manajemen harus lebih meningkatkan toolbox meeting mengenai keselamatan dan kesehatan kerja dan juga program Inalum Kartu Aman (IKA) dan meningkatkan pengawasan safety kepada pekerja. Sehingga diharapkan pekerja dapat melaksanakan program Inalum Kartu Aman (IKA) dengan baik dan dapat berperilaku kerja yang aman. 70 Universitas Sumatera Utara

87 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian di PT Inalum Kuala Tanjung dapat disimpulkan bahwa: a. Data kecelakaan kerja pada tahun 2013 banyak terjadi kasus kecelakaan kerja di pabrik reduksi sebanyak 2 kali (40 %). b. Data kecelakaan kerja pada tahun 2014 banyak terjadi kasus kecelakaan kerja di bagian maintenance sebanyak 3 kali (50%). c. Pelaksanaan program Behavior Based Safety (BBS) di PT Inalum Kuala Tanjung yaitu adanya pelatihan ( training) mengenai behavior based safety kepada seluruh karyawan PT Inalum Kuala Tanjung. d. Implementasi behavior based safety berupa Inalum Kartu Aman (IKA) diterapkan pada tahun Inalum Kartu Aman (IKA) digunakan untuk melakukan pelaporan tertulis mengenai tindakan ataupun kondisi aman dan tidak aman yang terjadi di lingkungan kerja di PT Inalum Kuala Tanjung. 71 Universitas Sumatera Utara

88 6.2 Saran Disarankan kepada perusahaan yaitu: a. Pembinaan dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja khususnya mengenai program Behavior Based Safety yaitu Inalum Kartu Aman (IKA). b. Sebaiknya perusahaan membuat kebijakan mengenai penerapan program Inalum Kartu Aman (IKA) untuk mewajibkan setiap safety promotor di semua departemen atau seksi untuk melaporkan hasil evaluasi mengenai hasil observasi Inalum Kartu Aman (IKA) kepada seksi Inalum Internal Control (IIC). c. Sebaiknya perusahaan ada memberikan apresiasi berupa penghargaan (reward) bagi pekerja yang aktif dalam program Inalum Kartu Aman (IKA). d. Meningkatkan safety talk atau komunikasi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja khususnya mengenai program Inalum Kartu Aman (IKA) sehingga pekerja mempunyai sikap peduli dan sadar untuk berbudaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3). e. Menghindari terjadinya kecelakaan kerja, khususnya yang bekerja di bagian maintenance atau bagian pemeliharaan/perawatan untuk mesinmesin produksi perlu melengkapi semua pekerjaan dengan suatu prosedur kerja yang telah dianalisa sesuai dengan tingkat risiko bahayanya dan mensosialisasikan prosedur kerja tersebut kepada seluruh pekerja secara berkala untuk mengingatkan para pekerja kembali. 72 Universitas Sumatera Utara

89 DAFTAR PUSTAKA Anonim., 2013.Jamsostek : setiap hari 9 meninggal karena kecelakaan kerja. Diakses tanggal 10 Februari , BPJS : terjadi 8900 kecelakaan kerja selama Diakses tanggal 10 Februari , Setiap hari sembilan pekerja tewas karena kecelakaan. Diakses tanggal 10 Februari Arso, W., Artikel Tentang Keselamatan Kerja. Diakses tanggal 10 Februari Cooper, D., Behavioral Safety Approaches. CEO BSMS Inc. Francelin. USA.., Behavioral Safety a Framework for Success. Indiana: BSMS Inc. Depkes, RI., Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta. DuPont., Not Walking the Talk: DuPont s Untold Safety Failures. Untold-Safety-Failures.pdf. Diakses tanggal 9 Maret Friend, M.A. dan Kohn, J.P., Fundamental of Occupational Safety and Helath. Fourth Edition. Government Institutes. Lanham, Maryland. Toronto. Geller, E. S., The Psychology of Safety Handbook. Lewish Publisher. Boca Raton. Handayani, Y., Pengaruh Penerapan Program Behavior Based Safety Terhadap Penurunan Jumlah Kecelakaan Kerja Di PT Denso Indonesia. Skripsi Mahasiswa FKM-Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Jakarta. Helliyanti, P., Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Prilaku Tidak Aman di Dept. Utility and Opertion.PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun Skripsi Mahasiswa FKM- UI. Jakarta. 73 Universitas Sumatera Utara

90 ILO., The Prevention of Occupational Disease. Geneva. Diakses tanggal 10 Februari Mahzun, R., Pembudayaan K3 Melalui Implementasi Program BBS (Behavior Based Safety) Di Tempat Kerja. Jakarta. National Safety Council., Injury Facts, 2011 Edition. Itasca, IL: Author. Ningsih, A. R. dan Ardyanto W, Y.D., Evaluasi Pelaksanaan Behavior Based Safety Pada Program STOP Dalam Membentuk Perilaku Aman Tenaga Kerja Di PT X Tahun The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health. Volume 2. Nomor 1 Jan-Jun 2013: Notoatmodjo, S., Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi Cetakan Pertama. PT Rineka Cipta. Jakarta. Rahardjo, D. P., Excellent Safety Behavior Reducing Cause of Accident Significantly. Diakses 15 Februari Ramli, S., Pedoman Praktis Manajemen Resiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. Dian Rakyat.Jakarta.., Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS Dian Rakyat. Jakarta. Robbins, S. P., Organizational Behavior Foundation of Individual Behavior. New Jersy. Prentice Hall. Silalahi, B. N. B. dan R.B. Silalahi., Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Silalahi, L., Hubungan Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun Skripsi Mahasiswa FKM- USU. Medan. Suma mur, P.K., Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. PT Gunung Agung. Jakarta.., Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). CV Sagung Seto. Jakarta. Tajvar, A, Aghamolaei, T, Ghanbarnejhad, A, Mahdavi, S, Eghbal E. T, dan Charsoughi, M., Behavior Based Safety in Port Industry: a Pretest-Intervention-Posttest Study. International Electronic Journal of Medicine. Volume 2. Issue Universitas Sumatera Utara

91 Tambunan, K. A., Tinjauan Pelaksanaan Program Behavior Based Safety (BBS) Di Filling Shed and Gate Keeper Terminal BBM Medan Group PT Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli - Belawan Medan Tahun Skripsi Mahasiswa FKM-USU. Medan. Tarwaka., Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Harapan Press. Surakarta. Winarsunu, T., Psikologi Keselamatan Kerja. UMM Press. Malang. Workshop., Pengembangan Program Behavior Based-Safety (BBS). DPC Asosiasi Ahli K3 Prov. Sumatera Utara dengan A2K3 Indonesia. Medan. Zubaedah, S., Evaluasi Implementasi Program Observasi Keselamatan Di Service Department PT Trakindo Utama (PTTU) Cabang Jakarta Tahun Skripsi Mahasiswa FKM-UI. Jakarta. 75 Universitas Sumatera Utara

92 IKA IKA IKA (Inalum Kartu Aman) (Inalum Kartu Aman) (Inalum Kartu Aman) Tanggal : Lokasi : Tanggal : Lokasi : Tanggal : Lokasi : Jam : Jam : Jam : Kejadian : Kejadian : Kejadian : Pengatasan : Pengatasan : Pengatasan : Kesepakatan : Kesepakatan : Kesepakatan : Oleh AS/SI/JM/Safety Promotor Oleh AS/SI/JM/Safety Promotor Oleh AS/SI/JM/Safety Promotor NC : Mengetahui : NC : Mengetahui : NC : Mengetahui : Universitas Sumatera Utara

93 INJURY OF PT INALUM PABRIK PELEBURAN 2013 CY NO. DAY / TM/ NAME/CODE/ SECT, PLACE, DATE SH AGE/RANK EQ EXPLANATION COUSES EFFECT CA / PA CTGY 1. Monday Budi Andika SRP Setelah selesai mendistribusikan tool operasi ke semua 1. Terburu-buru mengambil keputusan 1. Kulit kening melepuh 1. Mengingatkan ybs untuk tidak mengambil I-1 Mar. 04 '13 II Front of R-556 BC di PL 1,2,3, Sdr Budi ingin kembali ke gudang tool di untuk mengecek kerusakan Forklift 1~3 cm keputusan secara terburu-buru tetapi harus 22 Tahun Forklift F 46-1 depan R-522. Tepat didepan R-556 Forklift mati, lalu ia 2. Melakukan pekerjaan yang bukan 2. Tutup air radiator terbuka melaporkan kerusakan Forklift ke Supervisor O-5 meminta bantuan Forklift kontraktor untuk mendorong tanggung jawab bagian Mnt-Utility & dan air menyembur 2. ke pinggir jalan. Selanjutnya ia m Tool, yaitu membuka tutup radiator kesekitar Forklift days dalam keadaan panas 0.20 Tidak melakukan pekerjaan yang bukan tanggung jawabnya tetapi meminta perbaikan secepatnya melalui supervisornya ke pihak Mnt-Vehicle Sosialisasi kejadian ini ke seluruh anggota 3. SRC melalui Tool Box Meeting 4. Tindakan disiplin untuk pelaku 2. Wednesday20.00 Falis MogendoradSCA Sdr. Falis (Grup Casting - D1) melakukan pencetakan di Diduga mould lembab akibat tumpahan Luka bakar leher belakang 1. Pastikan wadah penampung ceceran coating I-1 July 31'13 III CM-701 1F/1CM no lot Saat pencetakan berlangsung ± coating saat dilakukan coating pouring. dan bahu kiri 4,5 x 2 cm. dipasang dengan baik sebelum melakukan 27 Tahun 1 ton, terjadi ledakan dari mould no. 28. Pencetakan coating. Aug. 06'13 O-5 dihentikan dan dilaporkan ke atasan. Jam Sdr. 2. Bila masih terjadi tumpahan coating segera Falis dikirim ke RS PT. Inalum (No SAB). Mo lakukan pembersihan. days 3. Sosialisasi langkah pencegahan kepada 0.46 petugas pencetakan di seksi SCA. 4. Amandemen instruksi kerja pencetakan aluminium ingot. 3. Monday Zulherman SCO Sdr. Edi Suriono bertugas di PR-401, DMRS-13 posisi 1. Kaki posisinya tidak pada tempat 1. Pinggiran punggung 1. Cover handle penyentuh L/S harus selalu I-6 Oct. 14 '13 III Rodding Plant open, sedangkan front clamp posisi close (seharusnya yang aman. kaki kanan luka sobek terpasang. 54 Tahun PR-401 open), sehingga rod tertahan tidak bisa masuk ke PR- 2. Personel kurang menyadari kalau 2. Personel diberi 2. Memastikan posisi kaki/tangan pada tempat days Oct. 17'13 SO Sdr. Edi Suriono naik keatas PR-401 dan front clamp dibuka/ditutup maka pertolongan pertama yang aman 0.20 Edi Suriono bermaksud ingin mananggulangi trouble tersebut, saat handle penyentuh L/S akan dan dibawa ke RS. 3. Modifikasi cover rear clamp dan front calamp bergerak. 46 Tahun 3. O-7 Cover untuk handle penyentuh L/S terbuka, sehingga kondisi tidak aman. KET Rp LV 428, , Friday Beni Aswan Hsb SRO Jam WIB, saat anode changing di R273 anoda no 1. Handle tangan kabin ACC licin 1. Korban terjatuh dari 1. Dibawa ke rumah sakit PT. Inalum untuk II-3 Oct. 25 '13 II R terjadi anoda sompel dan sulit ditarik keluar. 2. Posisi cabin saat naik/turun ketinggian ± 2m ke mendapatkan pengobatan 33 Tahun Anode Changing Craneman membawa anoda baru sambil breaking untuk craneman yang kurang aman. grating pot 2. Sosialisasi kejadian kepada superintendent days T. Tinggi memudahkan penarikan anoda sompel tersebut, setelah 2. Tulang siku tangan kiri 3. Membuat petunjuk penggunaan tangga cabin 0.00 itu ACC diparkirkan diantara pot R (bagian d bergeser ACC yang aman. 4. Meninjau peran craneman untuk membantu pekerjaan helper ACC 5. Meninjau posisi cabin ACC saat parkir/ berhenti terhadap Instruksi Kerja AC (WI) 6. Diusulkan kepihak SRP-MNT untuk menbuat anti licin pada anak tangga dan handel kabin 6,236, Monday Idrus Z.S. SGA Setelah hujan lebat Sdr. Idrus dari Car Office hendak 1. Jalan tergenang air sehingga licin 1. Lutut kaki sebelah kiri 1. Dibawa ke rumah sakit PT. Inalum untuk I-6 Des. 02 '13 II Depan Car Off. menuju parkiran depan Car Office. Sampai didepan Car 2. Tidak dapat memastikan kondisi dan dibawah betis luka mendapatkan pengobatan 42 Tahun Office Sdr. Idus terpleset dan jatuh. aman pada kondisi lingkungannya robek 2. Identifikasi potensi bahaya days Medang Deras 3. Tidak melakukan tindakan jika tidak dapat 3 memastikan kondisinya aman Note : Kategori merupakan penyebab sesuai Permenaker No.3/MEN/1998 Kategori --> (1- : Tindakan tidak aman). (2- : Kondisi tidak aman). (3- : Fire Extinguisher). (4- : P3K). (5- : Traffic) Universitas Sumatera Utara

94 INJURY OF PT INALUM PABRIK PELEBURAN 2014 CY NO. DAY / TM/ NAME/CODE/ SECT, PLACE, DATE SH AGE/RANK EQ EXPLANATION COUSES EFFECT CA / PA CTGY 1. Sabtu Tingkos S SSW Pada jam 09.10, Sdr. Sutrisno, Tingkos dan David 1 Ketidak tepatan dalam memukul jig, 1. Jig terpelanting kearah 1. Membawa Sdr. Sutrisno seger ake Rumah I-4 26 Apr.'14 II Vehicle W/S sedang melepaskan ban MTC-02-1 untuk diganti. Saat baik titik pemukulan maupun besarnya depan dan mengenai Sakit PT Inalum untuk mendapatkan UA O-5 MTC Tire mengerjakan ban tersebut diatas garpu Forklift, tenaga yang digunakan Sdr. Sutrisno perawatan Assembly Unit dibutuhkan bantuan jig berupa besi yang ditaruh diatas 2. Posisi kerja tidak aman 2. Sdr. Sutrisno mengalami 2. Mengingatkan anggota vehicle Shop untuk Sutrisno S poros ban. Sdr. Tingkos memukul jig tersebut, ternya luka robek pada lebih berhati-hati dalam bekerja hidung dan gigi patah 2 3. Meninjau ulang Instruksi Kerja yang berkaitan O-5 buah dengan tugas tersebut 4. Memodifikasi jig dengan dilengkapi batang pengaman yang bisa dipegang untuk menghindari kejadian serupa terulang kembali 5. Memberikan pembinaan kepada Sdr. Tingkos berupa teguran sanksi 2 Rabu Sugito Terimo SCA Jam start pencetakan di 9F/6CM. Jam Posisi kerja tidak baik Kulit antara jari tengah dan 1 Mensosialisasikan kejadian ke seluruh I-6 04 Jun.'14 II CM-706 pencetakan dihentikan untuk perbaikan/ pengelasan 2 Permukaan tempat kerja tidak rata, jari manis kaki kiri luka direktorat operasi lisan ataupun tulisan UA O-9 cam hammering device. Sdr Sugito membersihkan metal berminyak dan licin robek sepanjang ± 2 cm 2 Memberikan pemahaman jalur komunikasi pada nozzel pouring device menggunakan linggis. kepada penderita dan seluruh karyawan SCA Setelah berkali-kali melakukan penonjokan metal beku pada 3 Melakukan pengecekan dan perbaikan pouring device yang terpasang 4 Melakukan modifikasi nozzel pouring device 5 Membuat standar perbaikan nozzer pouring device 6 Mengkaji ulang prosedur kerja 3 Rabu Hermanto Saima SMO Pada jam 10.30, Sdr hermanto mengganti bola lampu TL 1 Melakukan pekerjaan dengan posisi 1 Bola lampu pecah 1 Sdr. Hermanto dibawa ke RS PT. Inalum I-6 11 Jun.'14 II BC-103 Tail 40 W dibagian belakang BC-103 dengan cara berdiri kerja tidak tepat. 2 Pergelangan tangan kiri 2 Memeriksa socket bola lampu dam UA1 SO-7 diatas frame belt conveyor. Bola lampu dibuka dengan 2 Tidak menggunakan alat bantu tangga Sdr. Hermanto luka membersikkannya tangan kiri, sedangkan tangan kanan berpegangan pada 3 Memaksakan menekan bola lampu terkena pecahan bola 3 Melanjutkan penggantian bola lampu gantungan. Membuka bola lampu dengan cara mend 4 Pegas socket bola lampu tidak lampu. 4 Mengingatkan kembali kepada semua berfungsi anggota SMO tentang kondisi dan tindakan 5 Posisi kerja tidak tepat, berdiri diatas tidak aman. frame belt conveyor. 5 Mengefektifkan tool box meeting sebelum 6 Melakukan pengawasan kerja secara efektif terhadap sikap kerja selamat. 7 Review prosedur kerja 8 Menyiapkan peralatan dan perlengkapan kerja sebelum melakukan pekerjaan. KET Rp LV Universitas Sumatera Utara

95 4 Jumat 9.35 Omsar Aritonang SMO Pada jam 9.35 WIB, Sdr. Omsar Aritonang, Sdr. Marwan 1 Melakukan tindakan yang tidak tepat Kepala belakang bagian 1 Segera membawa Sdr. Omsar ke rumah sakit I-6 27 Jun'14 II General Crane Pouron, Sdr. M. Ali Sutan Hsb $ Sdr. M. Azli mengganti dengan posisi yang tidak aman bawah terluka (selebar ± 6 PT. Inalum dengan Ambulance SO-2 TC-901A wire rope link belt TC-901A. Pada saat akan melepas 2 Posisi berjalan/turun dari frame cm, kedalaman ± 1 cm, 2 Mengingatkan kembali kepada semua UA1 wire rope dari drumnya, ternyata wire rope tersangkut di boom membelakangi arah gerakan luka ditutup dengan 8 anggota SMO tentang kondisi dan tindakan boom link belt. Sdr Omsar naik keatas 3 Melakukan pekerjaan dengan tidak jahitan' tidak aman. menggunakan alat bantu kerja 3 Mendata ulang kondisi perlengkapan kerja (tangga atau sejenisnya) dan APD anggota SMO yang sudah tidak 4 Kondisi sepatu safety yang tapaknya sudah tipis. layak dan segera mengkonfirmasikannya ke seksi terkait untuk penggantiannya. 5 Frame boom tidak dilengkapi dengan tempat pijakan kaki untuk 4 Memodifikasi tempat bekerja yang lebih aman di frame boom link belt dan tempat lainnya di SMO. maintenance 5 Menyediakan alat bantu kerja diketinggian 6 Lantai link belt licin karena ceceran agar dapat bekerja dengan aman. minyak/oli 6 Review prosedur kerja/instruksi kerja 5 Selasa Aidil Gor Fadli NsSQA Aidil Gor Fadli membantu ibu nurul haida untuk Tekanan uap bahan kimia akibat 1 Labu takar 200 ml 1 Mensosialisasikan keseluruh karyawan SQA I-5 8 Juli 2014 II RAB II Lab SQA melepaskan tutup labu takar 200 ml yang berisi larutan pemanasan dan goncangan pada labu pecah dan pecahannya secara lisan dan tulisan O-5 Labu Takar 200 mnaoh ± 4.8 %, beberapa teknik dilakukan oleh pak aidil takar tertutup membuat labu takar 200 mengenai labu takar 2 Identifikasi dan membuat prosedur kerja UA1 dalam upaya melepaskan tutup labu takar tersebut, ml pecah 1000 ml sehingga ikut "Penanganan Kondisi Abnormal dilokasi kerja" antara lain dengan cara melepaskannya dengan tan 2 Penderita memerlukan perawatan medis akibat 3 Sosialisasi Prosedur Kerja keseluruh karyawan SQA secara lisan dan tulisan terpapar larutan NaOH 4 Menberikan pemahaman tentang MSDS dari ± 4.8 % panas bahan kimia yang digunakan dilaboratorium ke 3 Larutan NaOH tumpah seluruh karyawan SQA secara lisan dan dimeja kerja dan dilantai di Ruang 5 Membuat peraturan bekerja di laboratorium dan mensosialisasikan ke seluruh karyawan Analisis Bahan II SQA secara lisan dan tulisan 6 Membuat surat permintaan pengadaan combinasi safety shower dan eye shower yang sesuai dengan standar laboratorium ke seksi yang terkait. 6 Selasa Fadli Ramadhan SAW Tanggal 9 Sep 2014 ada barang masuk kegudang, terus 1 Jalan licin karena hujan 1 Luka dibagian wajah 1 Harus lebih hati-hati mengendarai sepeda II-3 9-Sep T. Gading Sdr. Fadli mengecek barang ke gudang dengan 2 Mengerem dengan rem depan 2 Luka dilutut kanan motor O-5 mengendarai sepeda motor, karena gudang terletak 3 Luka dibagian telapak 2 Lakukan pengecekan kondisi sepeda motor UC 17-Sep-14 diluar kantor. Setelah mengecek barang kegudang, Sdr. tangan kiri dalam keadaan baik. Fadli kembali kekantor. Pada saat Sdr. Fadli di jalan ke Note : Kategori merupakan penyebab sesuai Permenaker No.3/MEN/1998 Kategori --> (1- : Tindakan tidak aman). (2- : Kondisi tidak aman). (3- : Fire Extinguisher). (4- : P3K). (5- : Traffic) Universitas Sumatera Utara

96 Universitas Sumatera Utara

97

98

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) telah menjadi isu global yang berpengaruh terhadap perdagangan dan arus barang antar Negara. Isu kesehatan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 Definisi Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2014

PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2014 PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 204 (The APPLICATION of PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) and WORK ACCIDENT at PT INALUM KUALA TANJUNG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecelakaan Kerja 1. Pengertian Kecelakaan Kerja Menurut Undang-undang No.1 Tahun 1970 tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi akan membawa dampak terhadap perubahan tatanan kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional adalah bidang ekonomi khususnya pada sektor industri. Pada sektor ini telah terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015 menjadikan kawasan regional ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di Indonesia juga mengalami perubahan yang besar. Perubahan ini ditandai dengan bertambah majunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana kesehatan untuk menangani masalah kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, rumah sakit mempunyai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sumber Bahaya Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian langsung maupun tidak langsung. Kerugian ini bisa dikurangi jika

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia atau tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses pengelolaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka melaksanakan pembangunan masyarakat dan menyumbang pemasukan bagi negara peranan Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi diharapkan masih tetap memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil karet yang ada di Indonesia yang memiliki areal perkebunan yang cukup luas. Badan Pusat Statistik propinsi Sumatera

Lebih terperinci

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI SEKSI REDUKSI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2011 SKRIPSI.

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI SEKSI REDUKSI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2011 SKRIPSI. PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI SEKSI REDUKSI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh : TRI HENGKY PUTRA NIM : 061000144 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian. Pekerjaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang undang RI No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 menyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan

Lebih terperinci

pekerja. 4 Data kasus kecelakaan kerja di Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGENDALIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA DI AREA PRODUKSI PT SINAR SOSRO TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA TAHUN 2017 SKRIPSI

GAMBARAN PENGENDALIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA DI AREA PRODUKSI PT SINAR SOSRO TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA TAHUN 2017 SKRIPSI GAMBARAN PENGENDALIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA DI AREA PRODUKSI PT SINAR SOSRO TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA TAHUN 2017 SKRIPSI OLEH EDWIN WIBOWO NIM. 131000538 FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI HUBUNGAN BUDAYA K3 DENGAN SAFE BEHAVIOR PEKERJA GERINDA (Penelitian di PT Barata Indonesia (Persero) Gresik) Oleh: ELLIYANUAR RURI JUWITASARI UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA

Lebih terperinci

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran 1 Tujuan Pembelajaran 2 Pengantar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pemahaman terhadap urgensi konsep manajemen K3. dari Pemahaman terhadap prinsip manajemen K3. 6623 - Taufiqur Rachman 1 Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan adalah sebuah kejadian tak terduga yang menyebabkan cedera atau kerusakan. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat

Lebih terperinci

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian K3 Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia ditandai dengan adanya bermunculan proyek yang dibangun baik oleh pemerintah maupun oleh swasta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kejadian kecelakaan kerja dan timbulnya penyakit akibat kerja merupakan masalah yang besar bagi sebuah perusahaan atau industri. Kerugian yang dapat terjadi akibat

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1 Urgensi dan Prinsip K3 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi I. PPM. Jakarta (Halaman 1 24) Tujuan Pembelajaran Pengantar Keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di Indonesia mengalami perubahan yang besar. Perubahan ini ditandai dengan bertambah majunya teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahaya, Risiko, dan Kecelakaan Kerja Bahaya adalah keadaan yang mempunyai potensi untuk menyebabkan cedera pada manusia atau kerusakan harta benda maupun lingkungan alam.risiko

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja memiliki risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung pada jenis industri, teknologi yang digunakan serta pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi rancang bangun, pengadaan material dan pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Pekerjaan konstruksi termasuk padat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil produksinya maupun hasil layanannya. Untuk menunjang keberhasilan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya pencegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin dan peralatan kerja yang akan dapat menyebabkan traumatic

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional sedang memasuki era industrialisasi dan globalisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan teknologi tinggi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja Sebuah perusahaan yang beroperasi dalam bidang konstruksi mempunyai kemungkinan terjadi kecelakaan kerja. Setiap orang dimanapun berada, siapapun bisa mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian risiko

Lebih terperinci

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan Volume 4 No. 1, Juli 2003 (11 18) Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan Retna Hapsari 1 Abstrak - Peranan jasa konstruksi dimasa sekarang dan nanti akan semakin terasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kecelakaan kerja di dunia masih tinggi. Setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian kecelakaan Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Banyak berbagai macam

Lebih terperinci

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Tujuan Pembelajaran Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menyebutkan tujuan Penerapan K3 sekurang-kurangnya 3 buah 2. Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak dikehendaki yang dapat menyebabkan cidera, sakit, atau kerusakan material. Kecelakaan tidak terjadi begitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan. BAB II LANDASAN TEORI A. Keselamatan Kerja Menurut Tarwaka keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat kerja Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja tempat kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC( Asia Pacific Economic

BAB I PENDAHULUAN. seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC( Asia Pacific Economic BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi akan membawa dampak terhadap perubahan tatanan kehidupan global. Berbagai kesepakatan yang bersifat regional dan multilateral seperti AFTA (ASEAN Free

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara dinamis seiring dengan kebutuhan manusia yang selalu berubah dan bertambah pula. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang terus berkembang dan tumbuh secara cepat serta berdampak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri berlomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas menggunakan alat yang semakin

Lebih terperinci

KELUHAN SUBYEKTIF AKIBAT TERPAPAR BISING PADA PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PT TORGANDA PERKEBUNAN RANTAU KASAI PROVINSI RIAU TAHUN 2011 SKRIPSI OLEH:

KELUHAN SUBYEKTIF AKIBAT TERPAPAR BISING PADA PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PT TORGANDA PERKEBUNAN RANTAU KASAI PROVINSI RIAU TAHUN 2011 SKRIPSI OLEH: KELUHAN SUBYEKTIF AKIBAT TERPAPAR BISING PADA PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PT TORGANDA PERKEBUNAN RANTAU KASAI PROVINSI RIAU TAHUN 2011 SKRIPSI OLEH: MEGAWATI S TURNIP NIM 071000087 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industrialisasi dan modernisasi yang semakin pesat mengakibatkan intensitas kerja operasional semakin meningkat, sehingga muncul berbagai dampak seperti

Lebih terperinci

PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA

PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA KESELAMATAN KERJA PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA Menurut Achmadi (1991) Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan perkakas kerja, bahaya dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga, semula tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act)

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disiplin kerja adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu mentaati tata tertib (Anoraga, 2006). Bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era-globalisasi dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi, telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas dan jarak. Dengan demikian pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 1999, Bidang jasa konstruksi merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat rentan terhadap kecelakaan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting dan strategis untuk pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di industri menuntut penerapan teknologi maju dan penggunaan mesin mesin pengganti tenaga manusia yang memberikan kemudahan dalam proses produksi

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja PEMELIHARAAN SDM Fungsi Pemeliharaan (maintenance) berkaitan dengan upaya mempertahankan kemauan dan kemampuan kerja karyawan melalui penerapan beberapa program yang dapat meningkatkan loyalitas dan kebanggaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas pembangunan yang semakin meningkat, seiring oleh pemanfaatan ilmu dan teknologi di berbagai bidang yang lebih maju, telah mendorong pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, pandangan terhadap posisi sumber daya manusia di perusahaan atau organisasi sudah mulai mengalami perubahan. Tanggapan bahwa sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan atau api yang tidak pada tempatnya, di mana kejadian tersebut terbentuk oleh tiga unsur yaitu unsur

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PENDERES DI PTPN III KEBUN SEI SILAU TAHUN 2017 SKRIPSI

HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PENDERES DI PTPN III KEBUN SEI SILAU TAHUN 2017 SKRIPSI HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PENDERES DI PTPN III KEBUN SEI SILAU TAHUN 2017 SKRIPSI OLEH LAILATUS SA ADAH NIM. 131000180 FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tata letak pabrik merupakan suatu landasan utama dalam dunia industri sehingga setiap perusahaan/pabrik pasti membutuhkan perancangan dan pengaturan layout

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2004), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kecelakaan Kerja Kecelakaan dapat didefinisikan sebagai suatu yang tidak direncanakan, tidak terkendali, dan dalam beberapa cara yang tidak diinginkan, kecelakaan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja yang baik pekerja dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sistem yang berhubungan semua unsur yang berada dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja Pengertian kecelakaan kerja berdasarkan Frank Bird Jr adalah kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi dan menyebabkan kerugian pada manusia dan harta benda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27, Ayat (2) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27, Ayat (2) menyatakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27, Ayat (2) menyatakan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan". Dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja a. Definisi Menurut OHSAS 18001:2007 yang dimaksud tempat kerja ialah lokasi manapun yang berkaitan dengan aktivitas kerja di bawah kendali organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri berlomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktifitas dengan menggunakan alat produksi

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh : GIO FANDRI TARIGAN NIM.

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh : GIO FANDRI TARIGAN NIM. PENILAIAN RESIKO DAN PEMILIHAN ALTERNATIF SOLUSI PENGENDALIAN RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3) DENGAN PENDEKATAN BENEFIT AND COST ANALYSIS PADA PABRIK GULA PTPN. II SEI SEMAYANG TUGAS SARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya produktivitas (Multahada, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya produktivitas (Multahada, 2008) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen manusia, bahanbahan mentah dan mesin-mesin. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaaan manusia telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. Bantuan mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi pada saat ini dikarenakan mencakup permasalahan kemanusiaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat

Lebih terperinci

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG Bella Sovira *), Nurjanah, S.KM, M.Kes **) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa pengaruh yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan di setiap tempat kerja sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, merupakan kewajiban

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi yang dibarengi dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas ruang dan jarak. Tatanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor industri. Demikian juga kemajuan industri di Indonesia. Setiap industri banyak melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat dimana dilakukan suatu kegiatan atau aktivitas baik di rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi bahaya. Apabila potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi telah tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu persoalan dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Kesehatan dan keselamatan kerja

Lebih terperinci